laporan kasus hipertensi

Upload: claudia-dadlani

Post on 28-Oct-2015

1.196 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

Bab IPendahuluan

Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur. Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki silent killer. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke .Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya. Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika salah satu orang tua terkena hipertensi, maka kecenderungan anak untuk menderita hipertensi adalah lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki orang tua penderita hipertensi. Dalam makalah ini, saya akan membahas tentang hasil kunjungan saya ke salah satu pasien dari Puskesmas Kelurahan Tomang. Kegiatan ini diadakan untuk melihat langsung keadaan pasien dan keluarganya, serta lingkungan tempat tinggal mereka.

TujuanTujuan dilakukannya kunjungan rumah ialah untuk mengetahui adakah terdapat hubungan antara keadaan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan pola psikososial pasien dengan penyakit hipertensi.

MetodeMetode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode wawancara dengan pasien serta melihat keadaan rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.

Bab IILaporan Kasus

Puskesmas: Jelambar Baru Jl. Madrasah B Kelurahan Jelambar BaruNomor register: 1229/10

Data riwayat keluarga :I. Identitas pasien :Nama: Ibu TasiyahUmur: 58 tahunJenis kelamin: PerempuanPekerjaan: Ibu rumah tanggaPendidikan: SD (tidak tamat)Alamat: Jelambar Ilir RT 12/RW 10 Jelambar BaruTelepon: 087883202637

II. Riwayat biologis keluarga :a. Keadaan kesehatan sekarang: Sedangb. Kebersihan perorangan: Baikc. Penyakit yang sering diderita: Sakit kepala d. Penyakit keturunan: Tidak adae. Penyakit kronis/ menular: Tidak adaf. Kecacatan anggota keluarga: Tidak adag. Pola makan: Baikh. Pola istirahat: Sedangi. Jumlah anggota keluarga: 2 orang

III. Psikologis keluargaa. Kebiasaan buruk: Ada(Menggantung pakaian dan menumpuk barang)b. Pengambilan keputusan: Bapakc. Ketergantungan obat: Tidak adad. Tempat mencari pelayanan kesehatan: Puskesmas Jelambar Barue. Pola rekreasi: Kurang

IV. Keadaan rumah/ lingkungana. Jenis bangunan: Semi permanenb. Lantai rumah: Keramik dan papanc. Luas rumah: 3 x 2 x 5 m2d. Penerangan: Kurange. Kebersihan: Baikf. Ventilasi: Kurangg. Dapur: Adah. Jamban keluarga: Adai. Sumber air minum: Ledengj. Sumber pencemaran air: Adak. Pemanfaatan pekarangan: Tidak adal. Sistem pembuangan air limbah: Ada m. Tempat pembuangan sampah: Adan. Sanitasi lingkungan: Baik

V. Spiritual keluargaa. Ketaatan beribadah: Baikb. Keyakinan tentang kesehatan: Baik

VI. Keadaan sosial keluargaa. Tingkat pendidikan: Rendahb. Hubungan antar anggota keluarga: Baikc. Hubungan dengan orang lain: Baikd. Kegiatan organisasi sosial: Baike. Keadaan ekonomi: Kurang

VII. Kultural keluargaa. Adat yang berpengaruh : Sundab. Lain-lain: Tidak ada

VIII. Anggota keluarga :

No Nama Hub dgn KKUmur PendidikanPekerjaanAgama Keadaankesehatan Keadaan giziImunisasiKBKet

1Samsuri KK75 thSD (tidak tamat)Penjual barang bekasIslamSakitCukup ---

2TasiyahIsteri58SD (tidak tamat)Ibu rumah tanggaIslamSakit CukupBCG--

IX. Keluhan utama :Kepala sering pusing.

X. Keluhan tambahan :Kaki bengkak, kelelahan, jantung berdebar-debar, susah tidur.

XI. Riwayat penyakit sekarang :OS sering mengalami pusing dan susah tidur, OS juga ada riwayat hipertensi semenjak 1 tahun yang lalu. OS juga sering mengalami kelelahan dan kaki bengkak. Riwayat alergi obat disangkal.

XII. Riwayat penyakit dahulu Gout

XIII. Pemeriksaan fisik Tekanan darah 150/100 mmHg

XIV. Diagnosis penyakitHipertensi

XV. Diagnosis keluargaBPH ( Benign Prostat Hipertrophy) pada Bapak.

XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakita. Promotif :Menghimbau kepada orang tua lain yang berusia di atas 45 tahun dan yang berisiko tinggi untuk memiliki hipertensi, agar dapat menjalankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, tidak tinggi kolesterol, menghindari rokok, melakukan olahraga ringan dan mengurangi aktivitas yang berat dan menyita banyak pikiran.b. Preventif :Menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan mengkonsumsi makanan yang tidak tinggi kandungan kolesterolnya, mengurangi konsumsi kacang-kacangan, menghindari rokok, berolahraga ringan, mengurangi aktivitas yang membutuhkan banyak pikiran, menghindari stress, hindari makanan mengandung asam urat, membatasi aktivitas fisik.c. Kuratif: Terapi medika mentosa : Diuretik: HCT 1 - 2 X 25 mg/ hari atau furosemid 1-2 X 40 mg/ hari. Kontraindikasi: DM, Gout Beta bloker : Propanolol 2-3 X 10 mg / hari. Kontraindikasi : Asma, DM, Gagal Jantung Adrenergik neuron bloker : Reserpin 1-3 X 0,1 mg . Kontraindikasi : ulkus ventrikuli ACE-inhibitor: captopril 2-3 12,5-25 mgTerapi non medika mentosa1. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan kebiasaan makan penderita hipertensi. 2. Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien penderita hipertensi. 3. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien penderita hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi minum minuman beralkohol sebaiknya juga dilakukan.d. Rehabilitatif: Kontrol penyakit ke dokter minimal sebulan sekali. Monitoring : Tekanan darah Kerusakan target organ : Mata (Retinopati hipertensi) Ginjal (Nefropati hipertensi) Jantung (HHD) Otak (Stroke) Interaksi obat dan efek samping Kepatuhan

XVII. PrognosisPenyakit: dubia ad bonamKeluarga: dubia ad bonamMasyarakat: dubia ad bonam

XVIII. ResumeDari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada hari Rabu 7 Juli 2012, didapatkan bahwa pasien adalah penderita Hipertensi derajat I kronik tidak terkontrol. Pasien kurang memiliki pengetahuan tentang penyakitnya sehingga melakukan pola hidup yang salah, kurang tidur, kurang olahraga dan berobat tidak teratur. Rumah pasien tergolong rumah yang tidak sehat dilihat dari kurangnya ventilasi dan udara dalam ruangan yang panas. Oleh karena itu pasien disarankan untuk melakukan pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan minum obat secara teratur, kontrol tekanan darahnya secara rutin minimal 1 bulan sekali dan olahraga secara teratur, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam perilaku hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah secara teratur dan hidup dengan pola makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hendaknya didukung pula oleh kondisi rumah yang sehat, oleh karena itu pasien disarankan untuk memperbaiki ventilasi ruangan.

Tinjauan Pustaka

A. PendahuluanSampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain mneingkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.

B. EpidemiologiData epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populsi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupu n kombinasi hipertensi sistolik dan diastolic sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain itu laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam decade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34 % dari seluruh pasien hipertensi.Sampai saat ini data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari Negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insidens hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31 % yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991.

C. DefinisiHipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder yang sebab-sebab yang diketahui.Menurut The Seven Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) kalsifikasi tekanan darah pada orang dewasa ternagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2 (Tabel 1)

Klasifikasi Tekanan darahTDS (mmHg)TDD (mmHg)

Normal< 120< 80

Prahipertensi120 13980 89

Hipertensi derajat 1 140 15990 99

Hipertensi derajat 2 160 100

TDS= Tekana Darah sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik

D. PatogenesisHipertensi esensial adalah multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya kenailan tekanan darah tersebut adalah :1. Faktor resiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok dan genetis2. System saraf simpatis Tonus simpatis Variasi diurnal3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstitium juga memberikan kontribusi akhir4. Pengaruh system otokrin setempat yang berperan pada system rennin, angiotensin dan aldosteron.

E. Kerusakan Organ TargetHipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah : 1. Jantung Hipertrofi ventrikel kiri Angina atau infark miokardium Gagal jantung2. Otak Stroke atau transient ischemic attack 3. Penyakit ginjal kronis4. Penyakit arteri perifer 5. RetinopatiBeberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakn organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung , antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotension II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor- (TGF-).Adanya kerusakan organ target terutama pada jantung dan pembuluh darah,, akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbidaitas dan mortalitas pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular.Faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara adalah : Merokok Obesitas Kurangnya aktivitas fisik Dislipidimia Diabetes mellitus Mikroalbiminuria Umur (laki-laki) > 55 tahun, perempuan 65 tahun Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular premature Pasien dengan prahipertensi beresiko mengalami peningkatan tekanan darah menjadi hipertensi, mreka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-139/80-89 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan mengalami dua kali resiko menjadi hipertensi dan mengalami kardiovaskular daripada yang tekanan darahnya lebih rendah.Pada orang yang berumur lebih dari 59 tahun, tekanan darah sistolik > 140 mmHg merupakan faktor resiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular daripada tekanan darah diastolik : Resiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg Resiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten dan independen dari faktor resiko lainnya Individu berumur 55 tahun memiliki 90% resiko untuk mengalami hipertensi

F. Evaluasi HipertensiEvaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk :1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah3. Menentukan ada tidakanya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskularEvaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.Anamnesis meliputi :1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah2. Indikasi adanya hipertensi sekundera) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjalb) Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakian obat-obat analgesic c) Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)d) Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)3. Faktor-faktor resiko :a) Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasienb) Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga pasienc) Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarga pasiend) Kebiasaan merokoke) Pola makanf) Kegemukan, intensitas olahragag) Kepribadian4. Gejala kerusakan organa) Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attack, deficit sensoris atau motorisb) Jantung : nyeri dada, sesak, bengkak kaic) Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematurid) Arteri perifer : ekstremitas dingin 5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya6. Faktor-faktor pribadi, keluarga dam lingkungan.Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah, juga untuk evaluasi adanya penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya hipertensi sekunder.Pengukuran tekana darah : Pengukuran rutin di kamar periksa Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM) Pengukuran sendiri oleh pasienPemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari : Tes darah rutin Gluukosa darah Kolesterol total serum Kolesterol LDL dan HDL serum Trigliserida serum Asam urat serum Kreatinin serum Kalium serum Hemoglobin dan hematokrit Urinalisis ElektrokardiogramBeberapa pedoman penanganan hipertensi menganjurkan test lain seperti : Esokardiogram USG karotis C-reactive protein Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin Proteinuria kuantitatif FunduskopiEvaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit penyerta sistemik, yaitu : Arteriosklerosis (malalui pemerikasaan profil lemak) Diabetes (terutama pemerikasaan gula darah) Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria, kreatinin serum, serta memperkirakan laju filtrasi glomerulus)Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan kerusakan organ target dapat dilakukan secara rutin, sedanga pemeriksaan lainnya hanya dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi :1. Jantung Pemeriksaan fisis Foto polos dada (untuk pembesaran jantung, kondisi arteri intratoraks dan sirkulasi pulmoner) Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan konduksi, aritmia, serta hipertrofi ventrikel kiri) Ekokardiografi2. Pembuluh darah Pemeriksaan fisis termasuk perhitungan pulse pressure Ultrasonografi (USG) karotis Fungsi endotel 3. Otak Pemeriksaan neurologis Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan cranial computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk pasien dengan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan kognitif)4. Mata Funduskopi5. Fungsi ginjal Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin Perkiraan laju filtrasi glomerulus

G. PengobatanTujuan pengobatan pasien hipertensi adalah : Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes, gagal ginjal proteinuria)