hipertensi laporan

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau > 90 mmHg (tekanan diastolik). Berdasarkan data WHO (World of Health Organization) dari 50% penduduk yang diketahui menderita hipertensi hanya 20% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang mendapatkan pengobatan yang adekuat. Sedangkan berdasarkan data yang dilansir oleh The Lancet pada tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita hipertensi dan angka ini terus meningkat tajam. (1,2 Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah antara lain adalah umur, jenis kelamin, dan keturunan atau genetik. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah antara lain adalah faktor psikososial atau stres, merokok, kurangnya olahraga, konsumsi alkohol berlebih, dan pola asupan garam yang berlebihan (DepKes RI, 2006).

Upload: soraya-fatimah

Post on 02-Feb-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Page 1: Hipertensi Laporan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu

keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

> 90 mmHg (tekanan diastolik). Berdasarkan data WHO (World of Health Organization)

dari 50% penduduk yang diketahui menderita hipertensi hanya 20% yang mendapat

pengobatan dan hanya 12,5% yang mendapatkan pengobatan yang adekuat. Sedangkan

berdasarkan data yang dilansir oleh The Lancet pada tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%)

orang dewasa di dunia menderita hipertensi dan angka ini terus meningkat tajam. (1,2

Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor risiko yang tidak

dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko hipertensi yang tidak

dapat diubah antara lain adalah umur, jenis kelamin, dan keturunan atau genetik.

Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah antara lain adalah faktor psikososial atau stres,

merokok, kurangnya olahraga, konsumsi alkohol berlebih, dan pola asupan garam yang

berlebihan (DepKes RI, 2006).

Berdasarkan penelitian hipertensi lebih banyak terjadi wanita dibandingkan laki-

laki. Beberapa penelitian lain yang telah dilakukan ternyata prevalensi hipertensi

meningkat dengan bertambahnya usia, kejadian hipertensi kebanyakan terjadi pada usia

35-55 tahun. Saat ini terdapat kecenderungan pada masyarakat perkotaan lebih banyak

menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan

dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan risiko hipertensi

seperti stres, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan

makanan yang tinggi kadar lemaknya (Yundini, 2006).

Page 2: Hipertensi Laporan

Berdasarkan data puskesmas Sungai Ulin hipertensi merupakan kunjungan

terbanyak. Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap derajat hipertensi pada

masyarakat di daerah kerja sungai ulin.

B. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran perbandingan

banyaknya penderita hipertensi pada laki-laki dan perempuan usia 35-55 tahun di wilayah

kerja Puskesmas Sungai Ulin.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbandingan antara penderita hipertensi pada penderita wanita

dan laki-laki pada usia 35-55 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin.

2. Untuk mengetahui faktor resiko kejadian hipertensi pada penderita hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin.

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai

gambaran perbandingan hipertensi pada laki-laki dan perempuan pada usia 35-55 tahun di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin. Dapat pula dijadikan sebagai bahan rujukan bagi

penelitian berikutnya yang akan meneliti masalah-masalah yang memiliki relevansi

dengan masalah pada penelitian ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 3: Hipertensi Laporan

Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika darah

tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan

darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait

dan denyut jantung. Tekanan darah pada arteri besar bervariasi menurut denyutan jantung.

Tekanan ini paling tinggi ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika

ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik) (Depkes, 2008).

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial

atau hipertensi primer. Hipertensi esensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.

Sisanya adalah hipertensi sekunder, yaitu tekanan darah tinggi yang penyebabnya dapat

diklasifikasikan, diantaranya adalah kelainan organik seperti penyakit ginjal, kelainan pada

korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid dan lain-lain. Faktor resiko

hipertensi adalah : faktor genetik, umur, jenis kelamin, etnis, stress, asupan garam dan

kebiasaan merokok.

1. Stress. Diduga melalui aktivitas saraf simpatis ( saraf yang bekerja pada saat kita

beraktifitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan

darah secara intermitten (tidak menentu). Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga

melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara berthap.

Apabila stess menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi.

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung. Sehingga

akan menstimulasi aktifitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan

pekerjaan, kelas sosial, ekonomi dan karakteristik personal.

2. Faktor keturunan (genetik). Apabila riwayat hipertensi didapati pada kedua orang tua,

maka dugaan hipertensi primer akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot

(satu sel telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi primer. Peran faktor genetik

terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih

Page 4: Hipertensi Laporan

banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur).

Seorang penderita yanng mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila

dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, tetapi bersamaan lingkungan akan

menyebabkan hipertensi berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda

dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya. Jika ada riwayat keluarga dekat

yang mempunyai faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi risiko terkena hipertensi

pada keturunannya. Keluarga yang memiliki riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko

hipertensi 4 kali lipat.

3. Jenis Kelamin (gender). Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh

gaktor psikologis. Pada wanita sering kali dipicu oleh perilaku tidak sehat (kelebihan berat

badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan

dengan pekerjaan seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.

Secara teoritis penyakit hipertensi cenderung lebih banyak pada perempuan dibandingkan

laki-laki. Hal ini disebabkan karena penyakit hipertensi pada wanita meningkat seiring

dengan bertambahnya usia, beban tugas sebagai ibu rumah tangga apalagi ibu rumah tangga

yang bekerja dengan tingkat stres yang tinggi.

4. Usia. Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi

juga semakin besar. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan resiko hipertensi.

Hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada usia 35 tahun

atau lebih. Sebenarnya biasa saja bila tekanan darah kita sedikit meningkat dengan

bertambahnya umur. Ini sering disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh

darah dan hormon. Hanya saja bila perubahan ini disertai faktor-faktor lain maka bisa

memicu terjadi hipertensi.

Page 5: Hipertensi Laporan

5. Pola Hidup. Gaya hidup yang kurang sehat. kebiasaan merokok, minum minuman

beralkohol dan kurang olah raga dapat pula mempengaruhi peningkatan tekanan darah.

Berdasarkan penelitian Mubarok, Khamim (2011), dalam penelitiannya mengenai Studi

prevalensi dan Faktor Resiko Hipertensi Primer pada Nelayan di Pelabuhan Jepara dengan

hasil menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi

primer, ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan kejadian hipertensi primer, ada

hubungan antara kebiasaan minum-minuman berkafein dengan kejadian hipertensi primer,

ada hubungan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi primer.

Secara umum sering berhubungan antara konsumsi garam dengan hipertensi. Garam

merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Garam merupakan

hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam

terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah.

Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga

kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi

esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh. Asupan

garam. Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan

diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan

hemodinamik (sistem perdarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah

yang terganggu. Ariska Ann Soenarta, 2008 menyatakan bahwa sodium adalah penyebab dari

hipertensi esensial, asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari

hormon natriouretik yang secara langsung akan meningkatkan tekanan darah. Sodium secara

eksperimental menunjukkan kemampuan untuk menstimulasi mekanisme vasopressor pada

susunan syaraf pusat. Defisiensi potasium akan berimplikasi terhadap terjadinya hipertensi.

Page 6: Hipertensi Laporan

Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui

olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat

menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.

Page 7: Hipertensi Laporan

BAB III

LANDASAN TEORI

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang

berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk

pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama

dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di

dunia. Faktor-faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor risiko hipertensi adalah umur, ras,

urban, geografis, jenis kelamin, kegemukan, stres, makanan yang tinggi garam dan tinggi

lemak, minuman, kopi, rokok, diabetus mellitus, dan pil KB. (Dinkes, 2004).

Risiko hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur (Rahardjo, 2003).

Black dan Hawks (2005) menyatakan bahwa seseorang rentan mengalami hipertensi pada

umur 30-50 tahun, dimana hipertensi yang biasa dialami adalah hipertensi primer. 50-60%

pasien yang berumur di atas 60 tahun mempunyai tekanan darah di atas 140/90 mmHg.

Isolated systolic hypertension biasanya terjadi pada umur di atas 50 tahun. Konsep ini di

dukung penelitian yang dilakukan oleh Indrawati, Wedhasari, dan Yudi (2009), yang

menunjukkan bahwa faktor umur mempunyai risiko paling tinggi terhadap kejadian

hipertensi.

Jenis kelamin adalah salah satu faktor yang tidak dapat dimodifikasi yang

memengaruhi kejadian hipertensi. Faktor jenis kelamin mempunyai pengaruh yang bermakna

terhadap kejadian hipertensi (Roslina, 2008). Davis (2004) menyatakan bahwa laki-laki

berisiko lebih besar menderita hipertensi dibandingkan perempuan pada usia di bawah 55

tahun. Menurut Miller dan Shintani (1993), hormon-hormon yang dihasilkan oleh tubuh

perempuan membantu perempuan dalam melawan penyakit jantung. Selain itu, menurut

Page 8: Hipertensi Laporan

Matlin (1999) pekerjaan dan perilaku perempuan dianggap lebih tidak berisiko dan

berperilaku sehat dibandingkan dengan laki-laki (Kartikwati, 2008). Akan tetapi, risiko

kejadian hipertensi akan lebih besar pada perempuan pada usia di atas 75 tahun yang salah

satunya disebabkan oleh faktor menopause.

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian Perbandingan penderita hipertensi primer pada laki-laki dan perempuan usia 35-55 tahun di wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Banjabaru

Hipertensi

Faktor Resiko

Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

Riwayat Penyakit Pola Hidup

Page 9: Hipertensi Laporan

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan pendekatan

Cross Sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pengamatan, observasi atau pengumpulan

data sekaligus pada suatu saat atau point time approach.

B. Populasi dan sampel

Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita hipertensi usia 35-55 tahun di

wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Banjarbaru.

Proses pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Pada penelitian

ini, jumlah sampel yang digunakan adalah 100 orang.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah bersedia mengisi kuisioner, usia 35-55

tahun, tempat tinggal di wilayah kerja puskesmas sungai ulin, penderita hipertensi.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah tidak kooperatif.

C. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah stetoskop, spyghnomanometer,

kuisioner

D. Variabel Penelitan

1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah hipertensi primer

2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah jenis kelamin dan usia

Page 10: Hipertensi Laporan

E. Definisi Operasional

1. Hipertensi primer adalah hipertensi dimana penyebabnya tidak diketahui.

Dilihat berdasarkan klasifikasi tekanan darah menurut European Society of

Hypertension (WHO 2007) :

a) Hipertensi derajat 1 (ringan):

TDS (mmHg) : 140-159

TDS (mmHg): 90-99

b) Hipertensi derajat 2 (sedang) :

TDS (mmHg) : 160-179

TDD (mmHg) : 100-109

c) Hipertensi derajat 2 (sedang) :

TDS (mmHg) : ≥ 180

TDD (mmHg) : ≥ 110

2. Jenis kelamin adalah perbedaan individu berdasarkan seks yang terdiri dari laki-laki

dan perempuan.

3. Umur adalah lamanya waktu hidup subjek penelitian ketika pengambilan data.

F. Prosedur Penelitan

Tahap Persiapan

Pembuatan surat ijin penelitian dari puskesmas sungai ulin. Kemudian surat

diserahkan kepada lurah sungai ulin dan ketua RT 10, 11, 12 dan 13.

Tahapan Pelaksanaan

Penelitian dilakukan dengan mendatangi rumah warga yang berusia 35-55 tahun

untuk dilakukan pengukuran tekanan darah serta meminta responden untuk mengisi

lembar kuesioner.

Page 11: Hipertensi Laporan

G. Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data diambil berdasarkan hasil pengukuran tensi darah dan hasil kuesioner.

H. Cara Analisis Data

Data yang didapatkan kemudian dideskripsikan menggunakan tabel dan diagram.

I. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin yaitu di RW 03 yang

terdiri dari RT 10, 11, 12 dan 13 pada bulan desember 2014.

Page 12: Hipertensi Laporan

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin yaitu di RW 03 yang

terdiri dari RT 10, 11, 12 dan 13. Jumlah Sampel Penelitian pada penelitian ini adalah 50

orang laki-laki dan 50 orang perempuan yang diambil secara acak menggunakan teknik

random sampling.

Data yang didapat dari hasil penelitian, disajikan dalam bentuk gambar dan diagram.

Tabel 5.1 Perbandingan penderita hipertensi primer pada laki-laki dan perempuan usia 35-55 tahun di wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Banjabaru

No. Jenis Kelamin Hipertensi Nonhipertensi Total

1. Laki-Laki 12 38 50

2. Perempuan 18 32 50

Jumlah 30 70 100

Dari tabel 5.1 diatas diketahui bahwa dari pasien laki-laki terdapat 12 kasus hipertensi

lebih sedikit dari pasien wanita yaitu sebanyak 18 kasus. Pasien pria nonhipertensi

didapatkan sebanyak 38 kasus. Sedangkan pada wanita nonhipertensi ditemukan sebanyak 32

kasus.

Tabel 5.2 Gambaran Perbandingan penderita hipertensi primer usia 35 – 55 tahun di wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Banjabaru

No. Jenis kelamin usia

35-45 tahun 45-55 tahun

1 Laki – laki 3 9

2 Perempuan 2 16

Page 13: Hipertensi Laporan

Dari tabel 5.2 diatas diketahui pasien laki – laki yang berusia 35- 45 ada 3 orang dan

yang berusia 45 – 55 ada 9 orang, sedangkan pasien perempuan yang berusia 35- 45 ada 2

orang kemudia yang berusia 45-55 ada 16 orang.

Tabel 5.3 Gambaran Perbandingan penderita hipertensi primer pada laki-laki dan perempuan di wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Banjabaru berdasarkan klasifikasi tekanan darah

No. Klasifikasi Tekanan Darah Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

1 Hipertensi Ringan 9 15

2 Hipertensi Sedang 3 3

3 Hipertensi Berat - -

Total 12 18

Gambar 5.1 Gambaran distribusi faktor risiko hipertensi primer pada laki-laki dan perempuan usia 35-55 tahun di Kelurahan Sungai Besar Rw 03 Rt 10, 11, 12, 13

Berdasarkan diagram di atas makanan menjadi faktor risiko terbanyak terutama

makanan asin terjadinya hipertensi pada laki-laki (83%) perempuan (89%). dan riwayat

Page 14: Hipertensi Laporan

keluarga pada laki-laki (75%) perempuan (74%), Kemudian aktivitas fisik pada pasien laki-

laki (53%) pada perempuan (44%) Selanjutnya tingkat stress pada laki-laki (50%) pada

perempuan (55%).

B. Pembahasan

1. Jenis Kelamin dengan hipertensi

Berdasarkan dari hasil survey didapatkan bahwa jumlah penderita hipertensi

perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan

Rayhani (2005) didapatkan wanita lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan

pria yaitu 51% banding 49% dan hasil penelitian Oktora (2007) juga didapatkan wanita lebih

banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria yaitu 58% banding 42%.

Dari beberapa literatur didapatkan berbagai pendapat mengenai hubungan antara

jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Menurut Cortas.K, prevalensi terjadinya hipertensi

pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler

sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon

estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi

merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Sedangkan

menurut Julianty P (2001) didapatkan responden wanita mempunyai risiko 1,53 kali terkena

hipertensi dibandingkan dengan pria.

Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh perbandingan jumlah

subjek penelitian laki – laki dan permpuan yang tidak proporsional dimana jumlah subjek

penelitian perempuan hampir dua kali jumlah subjek laki-laki.

2. Usia dengan hipertensi

Berdasarkan hasil survey didapatkan usia penderita hipertensi lebih banyak pada ≥ 45

tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan Oktora (2007), didapatkan bahwa lebih dari separuh

Page 15: Hipertensi Laporan

penderita hipertensi berusia diatas 45 tahun yaitu sebesar 60% dan juga sesuai dengan hasil

penelitian Darmojo (2005) yang menyatakan bahwa prevalensi hipertensi akan meningkat

dengan nyata sesudah umur 45 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan karena adanya penumpukan

zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit

dan menjadi kaku. Hasil penelitian juga didukung oleh penelitian sebelumnya Sugiharto

(2007) menyatakan bahwa umur mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian

hipertensi dan merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. Semakin tua umur, semakin

berisiko terserang hipertensi.umur 36-45 tahun mempunyai risiko menderita hipertensi 1,23

kali, umur 45-55 tahun 2,22 kali, dan umur 56-65 tahun 4,76 kali dibandingkan umur yang

lebih muda Sugiharto (2007).

Page 16: Hipertensi Laporan

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proporsi hipertensi di masyarakat kelurahan sungai ulin RW 03 RT 10,11,12,13

tahun 2014 adalah 30%.

2. Gambaran umum responden adalah responden rentang umur 35-55 tahun dimana

umur rata-rata yang terbanyak ≥ 45 tahun.

3. Ada hubungan bermakna antara umur dan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi.

4. Terdapatnya hubungan yang bermakna antara pola asupan garam dengan penderita

hipertensi.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan , maka saran yang dapat disampaikan

adalah sebagai berikut:

1. Puskesmas Sungai Ulin

Perlunya peningkatan peran serta program promosi kesehatan untuk meningkatkan

pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit hipertensi agar penderita hipertensi

dapat mengatur pola hidupnya sesuai dengan pola hidup sehat. Perlu ditingkatkannya

juga peranan pojok gizi dalam memberikan konseling mengenai pola diet pada

penderita hipertensi.

2. Penderita hipertensi

Perlunya pemeriksaan tekanan darah, pengobatan secara rutin, dan menjalani pola

hidup yang sehat, seperti menghindari pola asupan garam yang tinggi, menghentikan

kebiasaan merokok, serta menghindari stress untuk mencegah timbulnya komplikasi

lebih lanjut.

3. Masyarakat Sungai Ulin

Page 17: Hipertensi Laporan

Perlunya pencegahan terjadinya penyakit hipertensi sedini mungkin terutama pada

masyarakat yang memiliki faktor risiko untuk terjadinya penyakit hipertensi melalui

perbaikan pola hidup dengan menghindari pola asupan garam yang tinggi,

menghentikan kebiasaan merokok dan kepribadian.

4. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarbaru

Perlunya kebijakan untuk lebih menggalakkan program promosi kesehatan mengenai

faktor-faktor risiko dari kejadian hipertensi.

Page 18: Hipertensi Laporan

DAFTAR PUSTAKA

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC). The Seventh Report of the JNC (JNC-7). JAMA. 2003;289(19):2560-72.