laporan pendahuluan hipertensi
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian
Hipertensi merupakan suatu gangguan pada sistem peredaran darah pada usia
pertengahan atau lebih tua.
Defenisi hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dimana tekanan sistolnya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolnya diatas 90 mmHg. Sedangkan pada populasi
manula, hipertensi didefenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg, dan tekanan
diastolik 90 mmHg.
Pada tahun 1997 JNC/DETH membuat klasifikasi tekanan darah untuk yang
berumur 18 tahun atau lebih.
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal
Normal
Normal – tinggi
Hipertensi
Derajat 1
Derajat 2
Derajat 3
< 120
< 130
130 – 139
140 – 159
160 – 179
> 180
dan
dan
atau
atau
atau
< 80
< 85
85 – 95
90 – 99
100 – 109
> 110
2. Etiologi
Dikenal 2 kelompok hipertensi yaitu hipertensi essensial (primer) yang meliputi 90
– 99% dari semua kasus – kasus hipertensi dan hipertensi sekunder yang meliputi 5 –
10% kasus.
Hipertensi primer disebabkan oleh dua keadaan yang saling berpengaruh yaitu
faktor keturunan dan faktor lingkungan (faktor stress, konsumsi garam yang tinggi dan
kegemukan/cholesterol dan merokok). Sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh
penyakit – penyakit seperti penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkim ginjal,
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan.
3. Pembagian hipertensi
a. Hipertensi primer atau hipertensi essensial
Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90 % dari seluruh pasien hipertensi dan
penyebab dari hipertensi ini tidak diketahui. Namun ada sejumlah faktor resiko yaitu
usia, jenis kelamin dan turunan, stress psikologis, sosial dan stress seputar pekerjaan,
komsumsi garam, alkohol dan kopi yang berlebihan, obesitas dan gaya hidup yang
lebih banyak duduk.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah keadaan terjadinya tekanan darah tinggi akibat
penyakit tertentu. Angka kekerapan berkisar 10 % dari semua penderita hipertensi.
Penyebab hipertensi sekunder yaitu :
1) Ginjal
(a) Glomerulonefritis.
(b) Pielonefritis.
(c) Nefritis tubulointerstisial.
(d) Nekrosis tubular akut.
(e) Kista.
(f) Nefrocalsinosis.
(g) Tumor.
(h) Radiasi.
(i) Diabetes nefropati.
2) Renovaskuler
a) Atherosclerosis.
b) Hiperplasia.
c) Trombosis.
d) Aneurisma.
e) Emboli cholesterole.
f) Vaskulitis.
g) Rejeksi akut sesudah transplantasi.
3) Adrenal
a) Feokromositoma.
b) Aldosteronisme.
c) Syndrom cushing.
4) Aorta
a) Koartasio aorta.
b) Arteritis takayasu.
5) Neoplasma
a) Tumor William.
b) Tumor yang mensekresi renin.
6) Kelainan endokrin lain
a) Obesitas.
b) Resistensi insulin.
c) Hypertiroidisme.
d) Hyperkalsemia.
e) Akromegali.
f) Syndrom carsinoid.
7) Saraf
a) Stress berat, psikosis.
b) Tekanan intra kranial meninggi.
c) Stroke.
d) Ensefalitis.
8) Toksemia pada kehamilan
9) Obat-obatan
a) Kontrasepsi oral.
b) Kortikosteroid.
4. Patofisiologi
Sampai sekarang pengetahuan tentang patofisiologi hipertensi primer terus
berkembang karena belum didapat jawaban yang memuaskan yang dapat menerangkan
terjadinya peningkatan tekanan darah.
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor yaitu curah jantung dan tahanan perifer.
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan
mempengaruhi tekanan darah.
Pada tahap awal hipertensi, curah jantung meningkat sedangkan tahanan perifer
normal, keadaan ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas tonus simpatis pada tahap
selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang
disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan refleks autoregulasi ialah
mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh
karena curah jantung yang meningkat terjadi kontriksi sfingter prekapiler yang
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer.
Peningkatan tahanan perifer pada hipertensi primer terjadi secara bertahap dalam
waktu yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu yang singkat. Oleh
karena itu, diduga terdapat faktor lain selain faktor hemodinamik yang berperan pada
hipertensi primer. Secara pasti belum diketahui faktor hormonal atau perubahan anatomi
yang terjadi pada pembuluh darah yang terpengaruh pada proses tersebut. kelainan
hemodinamik tersebut diikuti pula kelainan struktural pada pembuluh darah dan jantung.
Pada pembuluh darah terjadi hipertropi dinding sedangkan pada jantung terjadi penebalan
dinding ventrikel.
Sistem renin, angiotensin dan aldosteron berperan pada timbulnya hipertensi.
Produksi renin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis.
Renin berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II menyebabkan
sekresi aldosteron yang mengakibatkan retensi natrium dan air. Keadaan tersebut
berperan pada timbulnya hypertensi.
Intoleransi glukosa terjadi bersamaan dengan peningkatan kadar insulin dalam
plasma yang disebut sebagai hyperinsulinisme. Keadaan ini menunjukkan adanya
gangguan pengambilan glukosa oleh jaringan. Kadar glukosa darah yang tinggi
menyebabkan peningkatan produksi insulin oleh sel beta pangkreas sehingga terjadi
hiperinsulinisme tersebut. Terdapat beberapa kemungkinan mekanisme yang bekerja
dalam pengaturan tekanan darah pada keadaan hiperinsulinisme ini, diantaranya adalah
pengaktifan saraf simpatis, peningkatan reabsorpsi natrium oleh tubulus proksimal ginjal.
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermitten. Apabila stres berlangsung lama dapat
mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap.
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olah
raga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah.
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi meskipun mekanisme yang pasti pada
manusia belum diketahui.
5. Gambaran klinis
Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu – satunya tanda pada
hipertensi primer. Bergantung pada tingginya tekanan darah, gejala yang timbul dapat
berbeda. Kadang – kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala
setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.
Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, telinga berdengung, rasa berat
ditengkuk, sukar tidur, obesitas dan ansietas dapat ditemukan sebagai gejala klinis
hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala.
6. Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam 1 kali pengukuran, hanya dapat
ditegakkan setelah 2 kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali
terdapat kenaikan yang tinggi atau gejal-gejala klinis. Oleh karena itu setiap pasien
hipertensi harus diperiksa secara keseluruhan yang meliputi :
a. Riwayat penyakit
Pada pasien hipertensi perlu ditonjolkan lamanya penderita, riwayat penderita, dan
gejala penyakit yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner, jantung dan lain –
lain., riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan
hipertensi, perubahan aktifitas, kebiasaan seperti merokok, konsumsi makanan
(khususnya yang mengandung garam dan protein), faktor genetik dan psikososial.
b. Pemeriksaan fisik
Dalam pemeriksaan fisik perlu dilakukan pengukuran tekanan darah 2 kali dengan
jarak 5 menit, kemudian diperiksa. Dalam hal ini juga dilakukan pengukuran berat
badan untuk membandingkan antara berat badan dengan tinggi badan pasien karena
obesitas dan hipertensi mempunyai prognosa yang kurang baik. Kemudian dilakukan
pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati hipertensi.
c. Pemeriksaan laboratorium
Dalam pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan otak dan faktor resiko klien atau mencari
penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urine analisa, darah perifer lengkap, kimia
darah (kalsium, natrium, kreatini, gula darah puasa, kolesterol total,dan kolesterol
HDL dan EKG).
d. Pemeriksaan radiologi
Untuk melihat adanya pembesaran jantung pada hipertensi kronis dengan tanda –
tanda bendungan pembuluh darah pada stadium payah jantung hipertensi.
e. Pemeriksaan ekokardiografi
Ekokardiografi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang akurat untuk
memantau terjadinya hipertrofi ventrikel. Hemodinamik kardiovaskuler dan tanda –
tanda iskemia miokard yang menyertai penyakit jantung hipertensi pada stadium
lanjut.
f. Pemeriksaan khusus
1) Pielografi intravena
Menilai keadaan ginjal dan dilihat fungsi ekskresi ginjal dan ureter serta bentuk
dan besarnya ginjal.
2) Arteriografi renal
Dilakukan bila ada dugaan stenosis arteri renalis.
3) Pemeriksaan kadar renin plasma
Untuk mengevaluasi pasien oleh stenosis arteri renalis juga dipakai untuk
menentukan pola pengobatan.
7. Pengobatan dan perawatan
a. Pengobatan
Antihipertensi yang saat ini dipakai dapat dibagi atas :
1) Diuretik
Trazit, menghambat natrium di segmen kortikal ascending limb, loop henle dan
pada bagian awal tubulus distal.
Diuretik furosemid.
Diuretik dan aldakton dan triamferen, menghambat ekskresi natrium, sekresi
kalium dan hidrogen pada tubulus distal.
2) Golongan penghambat simpatik
Menghambat aktivitas simpatis dapat terjadi pada pusat vasomotor otak seperti
metildopa dan klonidin atau pada akhir saraf perifer, seperti golongan reserpin
dan guanetidin.
3) Beta bloker
Menurunkan curah jantung dan efek penekanan sekresi renin yaitu jenis
penghambat reseptor beta 1 dan penghambat reseptor beda 1 dan 2 dan golongan
yang larut dalam lemak dan dalam air seperti asebutatol.
4) Vasodilator
Bekerja pada pembuluh dengan relaksasi otot polos dan akan mengakibatkan
penurunan resistensi vaskuler seperti prasosin dan minoksidil.
5) Penghambat enzim konversi angiotensin
Enzim konversi angiotensin, mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang
aktif dan mempunyai efek vasokontriksi pembuluh darah seperti kaptopril dan
endapril.
6) Antagonis kalsium
Antagonis kalsium menghambat perpindahan kalsium melalui saluran kalsium,
menghambat pengeluaran kalsium dari pemecahan retikulum sarkoplasma dan
pengikat kalsium pada otot polos, pembuluh darah, golongan obat ini menurunkan
curah jantung dengan cara menghambat kontraktilitas dengan menggunakan
antagonis kalsium seperti : nifedifin, diltiazem atau verapamil.
b. Perawatan
1) Menurunkan berat badan pada penderita hipertensi yang gemuk
2) Olah raga secara teratur.
3) Diet tinggi kalium, kalsium, magnesium dan serat.
4) Diet tinggi lemak tak jenuh.
5) Menghindari alkohol, minum kopi, merokok dan kolesterol (lemak).
6) Istirahat cukup
7) Monitor tekanan darah.
8) Teratur check up ke petugas kesehatan
9) Hindari stress.
8. Komplikasi
Pada hipertensi ringan dan sedang, komplikasi jantung koroner lebih banyak
ditemukan dibandingkan komplikasi lain yang timbul akibat hipertensi berat.
Alat tubuh yang sering terserang akibat hipertensi adalah mata, ginjal, jantung dan
otak.
a. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai kebutaan.
b. Payah jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat
disamping kelainan koroner dan miokard.
c. Pada otak sering terjadi perdarahan akibat pecahnya mikroaneurisma yang dapat
mengakibatkan kematian. Kelainan lain disebut stroke.
d. Pada kelainan lain dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia
otak sementara maupun permanen.
e. Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi lama maupun pada proses
akut seperti pada hipertensi maligna.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Dasar Data Pengkajian Pasien
a. Aktifitas
Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, tachypnea.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jantung kongesti/katup dan
penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan tekanan darah.
Nadi: denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut.
Denyut apical: titik point of maksimum impuls, mungki bergeser atau
sangat kuat.
Frekuensi/irama: takikardia, berbagai disritmia.
Bunyi jantung: tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi jantung
II dan bunyi jantung III.
Murmur stenosis valvular.
Distensi vena jugularis/kongesti vena.
Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis, femoralis atau epigastrium
(stenosis arteri).
Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler
mungkin lambat atau tertunda.
c. Integritas ego
Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik, factor
stress multiple.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan
yang meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik, pernafasan
menghela nafas, penurunan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi, obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu).
e. Makanan dan cairan
Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam, lemak, kolesterol
serta makanan dengan kandungan tinggi kalori.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas.
Adanya edema, kongesti vena, distensi vena jugulalaris, glikosuria.
f. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub occipital.
Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
Gangguan penglihatan dan episode statis staksis.
Tanda : Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi. Pola/isi bicara, afek,
proses fikir atau memori.
Respon motorik: penurunan kekuatan, genggaman tangan
Perubahan retinal optik: sclerosis, penyempitan arteri ringan – mendatar,
edema, papiladema, exudat, hemorgi.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung).
Nyeri tungkai yang hilang timbul/klaudasi.
Sakit kepala oxipital berat.
Nyeri abdomen/massa.
h. Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi
menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja tachypnea, ortopnea,
dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas
tambahan, sianosis.
i. Keamanan
Keluhan : Gangguan koordinasi/cara berjalan.
Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi postural.
Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
b. Intolerans aktifitas
c. Nyeri (akut)
d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.
e. Koping individual tidak efektif
f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan.
2. Perencanaan
a. Curah jantung, penurunan, resti, terhadap.
Berhubungan dengan : Peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia myokardia,
hypertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler,
Tujuan:
- Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima.
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang dan pasien.
Intervensi dan rasional:
1.) Pantau tekanan darah.
Rasional: perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler.
2.) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Rasional: denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis mungkin diamati
atau tekanan palpasi. Denyutan pada tungkai mungkin menurun: efek
dari vasokontraksi.
3.) Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
Rasional:bunyi jantung IV umum terdengar pada hipertensi berat dan kerusakan
fungsi adanya krakels mengi dapat mengindikasi kongesti paru
sekunder terhadap atau gagal jantung kronik.
4.) Amati warna kulit, kelembaban suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasional: mungkin berkaitan dengan vasokontraksi atau mencerminkan
dekompensasi atau penurunan curah jantung.
5.) Catat edema umum/tertentu.
Rasional: mengindikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.
6.) Beri lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktifitas/keributan lingkungan dan
batasi jumlah pengunjung dan lamannya tinggal.
Rasional: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, menurunkan
relaksasi.
7.) Pertahankan pembatasan aktifitas (jadwal istirahat tanpa gangguan, istirahat di
tempat tidur/kursi), bantu pasien melakukan aktifitas perawatan diri sesuai
kebutuhan.
Rasional: menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah
dan perjalanan penyakit hipertensi.
8.) Lakukan tindakan yang nyaman (pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala
tempat tidur).
Rasional: mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang
simpatis.
9.) Anjurkan tehnik relaksasi, distraksi, dan panduan imajinasi.
Rasional: menurunkan rangsangan stress membuat efek tenang, sehingga akan
menurunkan tekanan darah.
10.) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
Rasional: respon terhadap terapi obat tergantung pada individu dan efek sinergis
obat.
Kolaborasi:
11.) Berikan obat-obat sesuai indikasi seperti:
Diuretik tiazoid: diuril, esidrix, bendroflumentiazoid
Rasional: dapat memperkuat agen antihipertensi lain dengan membatasi retensi
cairan.
Diuretic loop: furosemid, etakrinic, bumetanoid, dan lain-lain.
Rasional: menghasilkan diuresis kuat dengan menghambat resorpsi natrium dan
klorida.
12.) Berikan pembatasan cairan dan diet natrium sesuai indikasi.
Rasional: dapat menangani retensi cairan dengan respon hipertensi yang dapat
melibatkan beban kerja jantung.
13.) Siapkan untuk pembedahan bila ada indikasi.
Rasional: bila hipertensi berhubungan dengan adanya fcokromositoma maka
pengangkatan tumor dapat memperbaiki kondisi.
b. Intoleran aktifitas
Berhubungan dengan: kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2
Tujuan: Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/diperlukan.
Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.
Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda toleransi fisiologis.
Intervensi dan rasional:
1.) Kaji respon pasien terhadap aktifitas frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah
yang nyata selama/sesudah aktifitas, dyspnea, nyeri dada, keletihan, dan
kelemahan, diasporesis, pusing, dan pingsan.
Rasional: menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologis
stress terhadap aktifitas dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan
kerja yang berkaitan dengan tingkat aktifitas.
2.) Instruksikan tehnik penghematan energi (menggunakan kursi saat mandi, duduk,
menyisir rambut atau menyikat gigi, lakukan aktifitas dengan perlahan.
Rasional: dapat mengurangi penggunaan energi dan membantu keseimbangan
antara suplai antara suplai dan kebutuhan O2.
3.) Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional: kemajuan aktifitas bertahap mencegah penurunan kerja jantung tiba.
c. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan: peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Tujuan: melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/tidak terkontrol
Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
Intervensi dan rasional:
1.) Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional: meminimalkan stimulasi atau menurunkan relaksasi.
2.) Berikan kompres dingin pada dahi, pijat punggung, dan leher, tenang, redupkan
lampu kamar, tehnik relaksasi.
Rasional: menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat/
memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan
komplikasi.
3.) Hilangnya/minimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat menurunkan dan sakit
kepala, misalnya: batuk panjang, mengejan saat BAB, dan lain-lain.
Rasional: menyebabkan sakit kepala pada adanya tekanan vaskuler serebral
karena aktifitas yang meningkatkan vaskonotraksi.
4.) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional: pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala.
5.) Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi
perdarahan hidung atau kompres di hidung telah dilakukan untuk menghentikan
perdarahan.
Rasional: menaikkan kenyamanan kompres hidung dapat mengganggu menelan
atau membutuhkan nafas dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi
oral dan mengeringkan mukosa.
Kolaborasi:
6.) Berikan sesuai indikasi:
- Analgesik menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan system
saraf simpatis.
- Antiancietas (diazepam, lorazepam)
Rasional: dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang diperbuat oleh
stress.
d. Nutrisi, perubahan, lebih dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan: Masukan berlebihan sehubungan dengan metabolic
Pola hidup monoton.
Keyakinan budaya.
Tujuan:
- Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.
- Menunjukkan perubahan pola makan.
- Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan
optimal.
- Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat.
Intervensi dan rasional:
1.) Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan
kegemukan.
Rasional: kegemukan adalah resiko tambahan pada hipertensi karena kondisi
proporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.
2.) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam, gula sesuai indikasi.
Rasional: kesalahan kebiasaan maksimum menunjang terjadinya atherosklerosis
dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya.
3.) Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan.
Rasional: motivasi penurunan berat badan adalah internal. Individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan bila tidak maka program
sama sekali tidak berhasil.
4.) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasional: membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk
penyesuaian/penyuluhan dan mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan
dalam program diet terakhir.
5.) Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi dan kolesterol.
Rasional: penting untuk mencegah perkembangan aterogenesis.
Kolaboratif
6.) Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.
Rasional: memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual.
e. Koping individual, inefektif berhubungan dengan:
- Krisis situasional/diaturasional.
- Perubahan hidup beragam.
- Relaksasi tidak adekuat.
- System pendukung tidak adekuat.
- Persepsi tidak realistic.
- Sedikit atau tidak pernah olahraga.
- Nutrisi buruk.
- Harapan yang tidak terpenuhi.
- Kerja tidak berlebihan.
- Metode koping tidak efektif.
Tujuan:
- Mengidentifikasi kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi.
- Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk
menghindari/mengubahnya.
- Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan/metode koping efektif.
Intervensi dan rasional:
1.) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, misalnya:
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam
rencana pengobatan.
Rasional: mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang,
mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang
diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari.
2.) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,
peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk
mengatasi atau menyelesaikan masalah.
Rasional: manifestasi mekanisme koping maladaptik mungkin merupakan
indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu
utama tekanan darah diastolic.
3.) Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah.
Rasional: pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah
respon seseorang terhadap stressor.
4.) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan berikan dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional: memperbaiki keterampilan koping dan dapat meningkatkan kerjasama
dalam regimen teraupetik.
5.) Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup.
Rasional: focus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relatif terhadap
pandangan pasien tentang apa yang diinginkan.
f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi rencana pengobatan
berhubungan dengan:
- Kurang pengetahuan/daya ingat
- Misinterpretasi informasi
- Keterbatasan kopnitif.
- Menyangkal diagnosa.
Tujuan:
- Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
- Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.
- Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan.
Intervensi:
1.) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang terdekat.
Rasional : Mengidentifikasi kemampuan klien dalam menerima pembelajaran.
2.) Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal, jelaskan tentang hipertensi dan
efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal, dan otak.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang tekanan darah normal dan
efek hipertensi.
3.) Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik
saat menggambarkan tekanan darah pasien dalam batas yang diinginkan.
Rasional : Tekanan darah normal pada setiap orang berbeda tergantung pada
banyak faktor.
4.) Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardiovaskuler yang dapat
diubah misalnya obesitas, diet, tinggi lemak jenuh, kolesterol, pola hidup monoton,
dan minum alcohol, pola hidup stress.
Rasional : Mencegah meningkatnya tekanan darah dengan memperhatikan faktor –
faktor resiko.
5.) Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang penguapan, penggunaan
alcohol yang berlebihan.
Rasional : Dapat menyebabkan tekanan darah berubah – ubah.
6) Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan pemberi perawatan sebelum
menggunakan obat.
Rasional : Menghindari terjadinya resiko overdosis obat.
7) Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan atau cairan tinggi kalium.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Daftar Pustaka
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Price, Silvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi 6.Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzame C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta: EGC
www.google.com/search/ASKEP%20HIPERTENSI%20«%20Moveamura’s%20Weblog.mhtdiakses tanggal 21 oktober 2012. Pukul 22.15 wita