laporan kasus dr heryezi taher
DESCRIPTION
cxcTRANSCRIPT
Case Report Session
GANGGUAN PSIKOTIK AKUT
OLEH
MARHAMAH HASNUL P.1368
SASKIA KONITA P.1378
PEMBIMBING
dr. Heryezi Tahir, Sp.KJ
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSJ HB SA’ANIN
PADANG
2014
1
LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki berumur 22 tahun datang ke IGD RSJ HB. Saanin
Padang pada tanggal 16 April 2014 jam 01.30 WIB diantar oleh keluarganya. Ini
merupakan sakit yang pertama dan belum pernah dirawat sebelumnya.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Suku : Minangkabau
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jorong Andaleh, Desa Baruah Bukik, Kecamatan Sungayang,
Kabupaten Tanah Datar
II. Riwayat Psikiatri
Data diperoleh dari:
Autoanamnesis dengan pasien Tn. F pada tanggal 3 Mei 2014 di Bangsal
Cendrawasih RSJ HB. Saanin Padang
Alloanamnesis diperoleh dari paman pasien Tn. A, laki-laki, alamat RSB Melati
Lt 3/7 RT/RW 002/012 Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pada tanggal 3 Mei
2014
a. Keluhan Utama
Pasien emosi labil, menghancurkan barang-barang dirumah, berbicara sendiri
dan mau membakar rumah.
2
b. Riwayat penyakit sekarang
Menurut paman pasien sebelum masuk rumah sakit pasien menghancurkan
barang-barang dirumah dan mau membakar rumah setelah melihat foto ibu dan ayah
tirinya. Pasien mengaku telah dirasuki arwah seorang datuk dengan kepala anjing
yang terbalik. Pasien mengatakan datuk tersebut menyuruh pasien mencari kepala
datuk yang jatuh ke jurang. Selain datuk berkepala anjing, pasien mengaku juga
diikuti hingga saat ini oleh dua datuk lainnya yang bertujuan melindungi pasien.
Perilaku pasien sudah berubah sejak satu minggu sebelumnya setelah ayah kandung
pasien marah dan mengancam bunuh diri karena pasien sulit dihubungi ditelepon,
pasien menjadi murung, mudah marah, dan biasanya tidak merokok menjadi perokok.
c. Riwayat penyakit dahulu
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak ada riwayat gangguan psikiatri sebelumnya.
2. Riwayat Gangguan Medis
Tidak ada riwayat gangguan medis sebelumnya.
3. Riwayat Penggunaan alkohol dan zat lain
Tidak ada riwayat penggunaan zat adiktif lainnya
d. Riwayat kehidupan pribadi
a. Masa prenatal dan perinatal
Pasien terlahir sebagai anak pertama dari 3 bersaudara. Selama
mengandung ibu pasien tidak mempunyai penyakit fisik yang serius dan
tidak mengkonsumsi obat – obatan saat kehamilan dan nifas.Pasien lahir
cukup bulan dengan berat badan cukup, lahir spontan ditolong oleh dukun,
langsung menangis, tidak ada komplikasi selama proses persalinan.
b. Masa Kanak Awal (0 – 3 tahun )
Pasien tumbuh dan berkembang sehat seperti anak lainnya.
c. Masa Kanak Pertengahan (3 – 11 tahun )
Pasien tumbuh dan berkembang sehat seperti anak lainnya.
3
d. Masa kanak Akhir dan Remaja
Selama SMP dan remaja pasien mengalami gangguan dalam bergaul
dengan teman sebayanya. Pasien tidak mempunyai teman dan sering
diolok-olok. Hal ini disebabkan perceraian ayah dan ibu pasien, yang
kemudian ibu pasien menikah lagi dengan ayah tiri pasien.
e. Masa Dewasa
- Riwayat Pendidikan
SD, tamat 6 tahun, prestasi biasa.
SMP, tamat 3 tahun, prestasi biasa.
SMA, tamat 3 tahun, prestasi biasa.
- Riwayat Pekerjaan
Pedagang di Jakarta, menjual pakaian wanita.
- Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.
- Riwayat Psikoseksual
Tidak diketahui
- Riwayat aktifitas sosial
Pada saat remaja aktifitas sosial pasien kurang.
- Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melanggar hukum dan hal – hal yang berhubungan
dengan hukum
e. Riwayat keluarga
♂ ♀ ♂ ♀
♂ ♀ ♂
♂ ♀
4
♂
Keterangan :
= pasien ♂
Pasien beraktivitas seperti biasa
Tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti ini sebelumnya, namun diketahui
ayah kandung pasien memiliki emosi yang tidak stabil.
f. Riwayat sosial ekonomi
Pasien merantau ke Jakarta bersama pamannya untuk berdagang setelah tamat
SMA. Rumah pasien semipermanen, listrik ada, dan sumber air dari PAM.
Hubungan pasien dengan ibu dan adik-adiknya baik, sedangkan hubungan
dengan ayah kandung dan ayah tiri kurang baik.
g. Persepsi dan Harapan Keluarga
Keluarganya ingin pasien segera sembuh dari penyakitnya
III. Gambar Grafik Perjalanan Penyakit
Melihat foto ibu
dengan ayah tiri
2014
IV. STATUS MENTAL
Berdasarkan pemeriksaan pada tanggal 3 Mei 2014
A. Deskripsi umum
1. Penampilan
5
Pasien seorang pria, tampak sesuai dengan usia, perawakan kurus,
perawatan diri cukup, kulit kuning langsat, baju kaos berwarna putih,
memakai celana berwarna hitam, ekspresi wajah tampak tenang.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor:
Pasien sangat tenang selama wawancara.
3. Sikap terhadap pemeriksa:
Koperatif. Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik.
B. Pembicaraan
Pasien bercerita sangat lancar dan menjawab sesuai dengan pertanyaan yang
diajukan pemeriksa.
C. Mood dan afek
Mood : Eutim
Afek : Luas
Keserasian : Serasi
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi visual (+), dimana pasien melihat tiga orang datuk mengikutinya.
E. Pikiran
Proses pikir : koheren dengan pikiran magis
Isi pikir : waham bizarre dengan thought insertion
F. Kesadaran dan Kognisi
Taraf Kesadaran dan Kesiagaan : Kompos mentis, baik
Orientasi:
- Waktu : tidak terganggu, pasien mengetahui hari, tanggal, bulan dan
tahun saat pemeriksaan.
6
- Tempat : tidak terganggu, pasien mengetahui tempat dimana dia
berada saat pemeriksaan.
- Orang : tidak terganggu, pasienmengetahui nama pemeriksa.
Daya Ingat:
- Jangka Panjang : Baik, pasien dapat menceritakan dengan lancar
tentang masa kecilnya.
- Jangka Pendek : Baik, pasien dapat menceritakan kronologis kejadian
sebelum datang ke poliklinik jiwa RSJ HB Sa’anin
Padang
- Jangka Segera : Baik, pasien dapat mengulangi segera nama tiga
benda yang disebutkan lima menit sebelumnya.
Konsentrasi dan perhatian :Baik, pasien dapat merespons
pertanyaan-pertanyaan pemeriksa dan mendengar dengan seksama.
Kemampuan membaca dan menulis : Baik
Pikiran abstrak : Baik
Inteligensi dan kemampuan informasi : Baik, sesuai dengan taraf
intelegensinya
Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
G. Kemampuan mengendalikan impuls
Baik, selama wawancara pasien dapat duduk dengan tenang.
H. Daya nilai dan tilikan
Daya nilai sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Tilikan : Derajat 3
Penilaian realita : Baik
I. Taraf dapat dipercaya
Secara umum kondisi pasien masih dapat dipercaya
7
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status internus
Keadaan Umum : Sedang
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 88 x/menit
Nafas : Torakoabdominal, teratur, frekuensi 18 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Sistem Respiratorik
Inspeksi :Simetris kiri = kanan dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi :Sonor kiri dan kanan
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Sistem Kardiovaskular
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung atas : RIC II kiri, kanan : linea sternalis
dekstra, kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Auskultasi : Bunyi jantung murni, irama regular, frekuensi 88x/menit,
bising tidak ada
Sistem Gastrointestinal
Inspeksi : Tidak tampak membuncit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Kelainan khusus : Tidak ditemukan kelainan khusus
B. Status neurologis
8
* GCS : E4 M6 V5
* Tanda Rangsang Meningeal : Negatif
* Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal:
- Tremor tangan : Tidak ada
- Akatisia : Negatif
- Bradikinesia : Negatif
- Cara berjalan : Normal
- Keseimbangan : Baik
- Rigiditas : Negatif
* Motorik : Kekuatan baik
555 555
555 555
* Sensorik : Baik
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa Tn. F, 22 tahun, tamat SMA, Islam, suku minang, dan belum
menikah. Pasien marah-marah, berbicara sendiri, dan mengancam akan membakar
rumah. Tidur cukup 8 jam sehari, makan cukup 3 kali 1 porsi perhari. Sebelum masuk
rumah sakit pasien sudah berubah perilakunya menjadi murung, mudah marah dan
menjadi perokok. Pasien pertama kali mengalami kejadian seperti ini, dan pertama
kali dirawat di Rumah Sakit.
Riwayat premorbid didapatkan pada masa remaja pasien kurang diterima di
lingkungan sekolah dan sering diolok-olok oleh teman-temannya karena perceraian
ibu dan ayah pasien yang disebabkan oleh emosi ayah kandung pasien yang labil.
Pasien juga menolak saat ibu pasien menikah dengan ayah tiri pasien. Pasien
berusaha keras menyatukan kembali ayah kandung dan ibunya.
Tidak didapatkan trauma kepala dan sakit yang secara fisiologis berhubungan
dengan gangguan jiwa yang dialami pasien. Tidak juga didapatkan riwayat kejang
penggunaan zat psikoaktif yang secara klinis bermakna. Dari pemeriksaan status
9
mental didapatkan seorang laki-laki, sesuai dengan usia, penampilan rapi,memakai
baju kaos berwarna putih, dan memakai celana berwarna hitam. Selama wawancara
pasien dapat duduk dengan tenang dan sikap kooperatif. Ditemukan mood eupertim,
afek luas, proses pikir koheren dengan pikiran magis, isi pikir waham bizzare dengan
thought insertion, halusinasi visual (+). Didapatkan nilai tilikan derajat 3 dimana
pasien menyadari penyakitnya tapi menyalahkan faktor lain sebagai penyebab
penyakitnya.
VII. FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan, pada
pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran dan perasaan yang secara klinis
bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability)
dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah
mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat
menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh
karenanya, gangguan mental organik dapat disingkirkan (F00-09).
Pada pasien juga tidak didapatkan riwayat penggunaan alkohol atau zat
psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang menyebabkan perubahan fisiologis
otak, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif juga dapat disingkirkan (F10-19)
Pada pasien ini didapatkan mood eutim dengan afek yang luas dan proses
pikir koheren dengan pikiran magis, isi pikir isi pikir waham bizzare dengan thought
insertion, halusinasi visual (+), dan tilikan derajat 3.
Pasien merasa telah dirasuki oleh arwah datuk dan kemudian mengamuk dan
ingin membakar rumah. Keluhan seperti ini belum pernah dialami oleh pasien
sebelumnya, ini merupakan keluhan yang pertama kalinya, sehingga pada pasien ini
sesuai dengan kriteria PPDGJ III untuk aksis I dengan working diagnose Gangguan
psikotik akut dan differential diagnose skizofrenia paranoid dikarenakan saat ini kita
10
masih belum bisa menilai dengan pasti apakah gejala pasien saat ini bersifat akut atau
menetap dan mengakibatkan gangguan hendaya, oleh karena itu kita harus melihat
perkembangan pasien selama kurang lebih satu atau dua minggu ke depannya untuk
memastikan diagnosa pasti pada pasien ini.
Pasien belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya. Dari riwayat
kepribadian pasien juga didapatkan pribadi yang matur dan tidak ada riwayat
retardasi mental pada pasien. Maka pada aksis II tidak ada diagnosa untuk pasien.
Pada pasien ini tidak ditemukan suatu kondisi medis umum yang cukup
bermakna, sehingga aksis III pada pasien ini tidak ada diagnosa
Pada pasien untuk aksis IV ditemukan adanya masalah yang utama yaitu
ketidakharmonisan hubungan dalam keluarga pasien.
Pada aksis V, hubungan sosial (mengunjungi teman, menghadiri undangan
pernikahan, acara-acara masyarakat lainnya) tidak dapat dilakukan sejak 2 minggu
yang lalu, pekerjaan sehari-hari seperti berdagang tidak dapat dilakukan sejak 2
minggu yang lalu, mengisi waktu luang (menonton TV, membaca) dapat dilakukan
sejak 2 minggu yang lalu sehingga berdasarkan penilaian GAF (Global Assessment of
Functioning Scale) saat ini pasien berada pada nilai 71-80 yang merupakan beberapa
gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah,
dll.
I. Evaluasi Multiaksial
Aksis I : Working Diagnose :F.23.2.x1 Gangguan psikotik lir-
skizofrenia akut dengan penyerta stres akut
Differential Diagnose :
- F 20.0 Skizofrenia paranoid
Aksis II : Tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III : Tidak ada diagnosis aksis III
Aksis IV : Permasalahan keharmonisan keluarga (perceraian orang tua)
Aksis V : GAF current 71-80, gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll.
11
II. Daftar Masalah
A. Organobiologik:
Tidak terdapat riwayat keluarga ( genetik)
B. Psikologis:
- Mood eutim
- Waham bizzare dengan thought insertion
- Riwayat halusinasi visual
- Tidur dan makan cukup
- Daya nilai sosial baik
- Uji daya nilai baik
- Reality Testing Ability (RTA) terganggu
- Tilikan derajat 3
C. Lingkungan dan psikososial :
- perceraian orang tua
- ibu menikah kembali dengan ayah tiri
- sering diolok-olok teman sekolah
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
III. Rencana Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi :
- Risperidon 2x2 mg
- Chlorpromazine 1x100 mg
- trihexyphenidyl 2x2mg
- Pemeriksaan laboratorium : darah rutin lengkap dan kimia klinik
12
B. Psikoterapi :
1. Kepada pasien
- Psikoterapi supportif
Memberikan kehangatan, empati dan optimistik kepada pasien.
Membantu pasien mengidentifikasikan dan mengekspresikan
emosinya, serta membantu untuk ventilasi. Mengidentifikasi faktor
presipitasi dan membantu mengoreksinya. Membantu
memecahkan problem eksternal secara terarah.
- Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak tentang
gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai
kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali gejala,
mencegah munculnya gejala dan segera mendapat pertolongan.
2. Kepada keluarga : Psikoedukasi mengenai
- Penyakit yang diderita pasien
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan
edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan
antara gejala dan perilaku, perjalanan penyakit serta prognosis).
Pada akhirnya diharapkan keluarga bisa mendukung proses
penyembuhan dan mencegah kekambuhan.
- Terapi
Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien
(kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang
mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu juga ditekankan
pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara teratur.
IV. DISKUSI
13
Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap pasien ini, berdasarkan
anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan, pada pasien ini ditemukan
adanya pola perilaku, pikiran dan perasaan yang secara klinis bermakna dan
menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi
pekerjaan dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.
Ada gangguan-gangguan yang bersifat akut dengan gejala psikosis yang
bersifat skizofrenik. Diagnosis akut hanya dibuat apabila definitif adanya gejala
psikotik dengan onset 2 minggu atau kurang dari suatu keadaan non-psikotik menjadi
psikotik. Gangguan psikotik akut yang dialami pasien digolongkan sebagai ganggaun
psikotik akut lir-skizofrenia karena memenuhi kriteria untuk skizofrenia. Apabila
gejala skizofrenia menetap untuk kurun waktu lebih dari satu bulan lamanya maka
diagnosis barulah diubah menjadi skizofrenia. Pada pasien stresornya adalah
perceraian kedua orang tua pasien dan ibunya yang menikah lagi dengan ayah tirinya.
Pada pasien ini direncanakan pemberian Risperidon 2x2mg dan
Chlorpromazine 1x100mg untuk mengatasi gejala psikotik yang dialami pasien yaitu
berupa halusinasi visual dimana pasien melihat dua orang datuk yang melindungi dan
satu orang datuk berkepala anjing. Selanjutnya, kita lihat dalam dua minggu terakhir
apakah ada perubahan. Setelah kita yakin bahwa pasien ini memang mengalami suatu
gangguan psikotik akut atau skizofrenia paranoid baru kita menentukan rencana
terapi selanjutnya. Dan juga pemeriksaan laboratorium juga harus diperiksa berupa
pemeriksaan darah rutin lengkap dan kimia klinik
Terapi non farmakologis memegang peranan yang cukup penting pada pasien
ini mengingat terdapatnya beberapa masalah psikososial yang dihadapi. Jenis terapi
non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah psikoterapi suportif,
psikoedukasi. Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperlihatkan minat kita pada
pasien, memberikan perhatian, dukungan dan optimis. Dalam psikoterapi suportif,
terapis menunjukkan penerimaan terhadap pasien dengan cara menunjukkan perilaku
yang hangat, ramah namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa
aman, diterima dan dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang
14
mengalami gangguan proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan
proses pikir serta adanya gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.
Keluarga memegang peranan penting pada pasien gangguan jiwa, karena
keluarga berperan sebagai primary care-givers atau primary care-support.Pada
keluarga diberikan psikoedukasi yaitu diberikan penjelasan tentang penyebab, gejala,
pentingnya pengobatan dan terapi pendukung lainnya.
15