laporan kasus anestesi
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS ANESTESI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Daryono
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Jl. Kesatrian No.90, Ciputat Timur, Tangerang
Pekerjaan : PNS departement
Status perkahwinan : Menikah
Pendidikan : SLTP
Suku : Jawa
Agama : Islam
No. Rekam Madis : 062776
II. EVALUASI PRE-ANESTESI
1. Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri BAK sejak 1 tahun SMRS
Keluhan tambahan
BAK berdarah sejak 1 tahun SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki umur 50 tahun datang ke RSAL Dr. Mintohardjo dengan
keluhan nyeri BAK sejak 1 tahun SMRS. Nyeri hilang timbul terutama
saat kencing. BAK keluar darah kadang-kadang yang dirasakan sejak 1
tahun SMRS. Pasien pernah satu kali BAK keluar pasir beberapa bulan
lepas. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada kedua pinggang, nyeri bersifat
hebat hingga pasien senang duduk membungkuk, nyeri hilang timbul, dan
menjalar ke depan. Pasien tidak pernah mengeluhkan BAB tidak lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan yang sama sebelumnya : disangkal
1
Riwayat darah tinggi : (+) sejak 2 tahun
Riwayat kencing manis : (+) sejak 2 tahun
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi makan dan obat : disangkal
Riwayat penyakit kuning : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : (+) sejak 2 tahun yang lalu dan ada riwayat
disinar dua kali.
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan seperti ini. Riwayat
darah tinggi (+) dalam keluarga yaitu ibunya. Riwayat kencing manis dan
asma dalam keluarga disangkal.
Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak merokok , tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak
menggunakan obat-obatan terlarang golongan narkotik.
Riwayat pengobatan
Pasien belum pernah berobat sejak keluhannya timbul. Pasien
mengkonsumsi obat amlodipin dan metformin untuk darah tinggi dan
kencing manis. Riwayat alergi obat disangkal.
Riwayat Anestesi
Pasien tidak pernah dilakukan operasi dan anestesi sebelumnya.
2. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Tinggi Badan : 156 cm
Berat Badan : 60 kg
2
Tekanan Darah : 167/99 mmHg
Nadi : 104x/menit
Suhu : 36.2oC
Pernafasaan : 20x/menit
Keadaan gizi : baik
Kesadaran : compos mentis (gelisah)
Sianosis : Tidak ada
Udema umum : Tidak ada
Mobilitas ( aktif / pasif ) : aktif
Kulit
Warna : sawo matang
Effloresensi : (-)
Jaringan Parut : tidak ada
Pigmentasi : tidak ada
Pertumbuhan rambut : distribusi rambut baik dan merata
Lembab/Kering : lembab
Suhu Raba : hangat
Pembuluh darah : tidak ada pelebaran pembuluh darah maupun pembuluh darah
kolateral
Keringat : umum
Turgor : baik
Ikterus : tidak ada
Lapisan Lemak : distribusi merata
Lain-lain : tidak ada
3
Kelenjar Getah Bening
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraklavikula : tidak teraba membesar
Lipat paha : tidak teraba membesar
Leher : tidak teraba membesar
Ketiak : tidak teraba membesar
Kepala
Ekspresi wajah : wajar/normal
Simetri muka : simetris
Rambut : hitam dengan sedikit uban, merata
Pembuluh darah temporal: teraba dan tidak ada kelainan
Mata
Exophthalamus : tidak ada
Enopthalamus : tidak ada
Kelopak : oedem (-), hiperemis (-)
Lensa : jernih
Konjungtiva : anemis -/-
Sklera : ikterik -/-
Nistagmus : tidak ada
Lapangan penglihatan : normal ke segala arah
Tekanan bola mata: normal
4
Gerakan Mata : dapat digerakkan ke segala arah
Deviatio konjugae : tidak ada
Telinga
Tuli : - / -
Lubang : Liang telinga lapang
Serumen : - / -
Cairan : - / -
Selaput pendengaran : utuh
Penyumbatan : - / -
Pendarahan : - / -
Mulut
Bibir : tidak sianosis, lembab Tonsil : T1 –T1
tenang
Langit-langit : tidak ada kelainan Bau pernapasan : tidak ada
Gigi geligi : lengkap, tidak ada caries Trismus : tidak ada
Faring : tidak hiperaemis Selaput lendir : tidak ada
Lidah : tidak tampak papil atrofi, lidah kotor (-)
Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP) : 5 -2 cm H2O.
5
Kelenjar Tiroid : tidak tampak membesar.
Kelenjar Limfe kanan : tidak tampak membesar
Dada
Bentuk : datar, tidak cekung
Pembuluh darah : tidak tampak pelebaran dan vena kolateral
Buah dada : simetris, benjolan (-)
Paru – Paru
Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan
- Fremitus simetris
- Tidak ada benjolan
- Fremitus simetris
Kanan - Tidak ada benjolan
- Fremitus simetris
- Tidak ada benjolan
- Fremitus simetris
Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Kanan Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi Kiri - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
- Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
Kanan - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
- Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
6
Jantung
Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus cordis
Palpasi : Teraba pulsasi iktus cordis 2cm medial linea midklavikula kiri
setinggi ICS
4.
Perkusi : Batas kanan : sela iga V linea parasternalis kanan.
Batas kiri : sela iga V, 1cm sebelah medial linea midklavikula
kiri.
Batas atas : sela iga II linea parasternal kiri.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-) , gallop (-)
Perut
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, datar, simetris, smiling umbilicus
tidak ada, dilatasi vena tidak ada
Palpasi Dinding perut : supel, datar, benjolan (-)
Hati : tidak teraba membesar, tidak ada nyeri tekan di hati
Limpa : tidak teraba membesar
Ginjal : tidak ditemukan ballotement, nyeri ketok CVA (+) kiri
Nyeri tekan abdomen (-)
Murphy sign negatif
Nyeri lepas negatif
Perkusi : timpani, Shifting dullness negatif
Auskultasi : bising usus (+)
Refleks dinding perut: baik
7
Anggota Gerak
Lengan Kanan Kiri
Otot
Tonus : baik baik
Massa : tidak ada tidak ada
Sendi : tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Gerakan: baik baik
Kekuatan: baik baik
Oedem: tidak ada tidak ada
Lain-lain: tidak ada tidak ada
Petechie tidak ada tidak ada
Tungkai dan Kaki Kanan Kiri
Luka : tidak ada tidak ada
Varises : tidak ada tidak ada
Otot Tonus : baik baik
Massa : tidak ada tidak ada
Sendi : baik baik
Gerakan: baik baik
Kekuatan: kuat kuat
Oedem: tidak ada tidak ada
Lain-lain : tidak ada tidak ada
8
Petechie tidak ada tidak ada
Status lokalis daerah CVA
Regio Flank/CVA kanan kiri
Tanda radang (-) (-)
Ballotement (-) (-)
Nyeri tekan (-) (+)
Nyeri ketok (-) (+)
Massa (-) (-)
Jaringan parut/ bekas operasi (-) (-)
3. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 17 september 2012
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Leukosit 9800 5000-10000/ul
Eritrosit 5.19 4.5-5.5 jt/mm3
Haemoglobin 14.1 14-18g/dl
Hematokirt 41 43-51%
Trombosit 350 000 150000-400000/mm3
Glukotest 266 80-125 mg%
Tanggal 18 september 2012
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Bleeding time 2.3 1-6Menit
Clothing time 12 10-16Menit
Trigliseride 148 <170 mg/dl
9
Kolesterol 141 <200mg/dl
SGOT 37 <35u/l
SGPT 16 <41u/l
Asam urat 4.6 3.6-8.2mg/dl
Ureum 39 17-43mg/dl
Creatinin 1.3 0.9-1.3mg/dl
Glukotest 199 80-125 mg%
Foto BNO
V. KESIMPULAN
Laki-laki umur 50 tahun datang dengan diagnosis batu ginjal sinistra.
10
ASA II karena pasien dalam ganguan sistem ringan hingga sedang yaitu hipertensi
dan DM juga penyakit bedah adalah batu ginjal.
VI. RENCANA
Tindakan Operasi : Nefrolitotomi
Jenis anestesi : Anestesi umum endotrakeal tube napas kendali
Alasan : pada pasien dilakukan anestesi umum karena operasi yang dilakukan adalah
dalam posisi lateral dekubitus dan supaya pasien tidak bergerak sepanjang operasi dan
operasi yang dilakukan mengambil waktu yang lama.
Pada pasien tidak dilakukan anestesi spinal karena posisi sepanjang operasi tidak enak bagi
pasien sehingga tangan pasien bisa bergerak semasa operasi dan mengganggu operasi. Selain
itu jika dilakukan anestesi spinal, blok akan menjadi tinggi karena posisi kepala pasien sedikit
ke bawah.
VII. TINDAKAN ANESTESI
PREOPERASI
Persiapan alat
Laringoskop
Stetoskop
ETT no. 6 1/2, 7, 7 1/2
Guedel
Plester
Suction
Balon/pump
Mesin anestesi dengan volatile liquid
EKG monitor
Sfigmomanometer digital
Oksimeter/saturasi
Infuse set
11
Spuit
Gel
Abocath no.18
Sungkup muka
Connector
Forcep mcgill
Kasa steril
persiapan obat-obatan anestesi :
premedikasi : midazolam (0,01-0,1 mg/kgBB)
fentanyl (1-3ug/kgBB)
fungsi premedikasi adalah :
1. menimbulkan rasa nyaman pada pasien
- menghilangkan rasa khawatir
- membuat sedatif
- membuat amnesia
2. memudahkan atau memperlancarkan induksi
3. mengurangi jumlah pemberian obat induksi
4. menekan refleks-refleks yang tidak diinginkan
5. mengurangi sekresi kelenjar saliva dan lambung
6. mengurangi rasa sakit
induksi : propofol (sebagai induksi yaitu membuat
pasien dari sadar ke tidak sadar. Dosis induksi = 1-2.5mg/kgBB)
relaksan : rocuronium bromida (merupakan obat
pelumpuh otot non depolar yang relatif baru dan berfungsi untuk membuat
napas kendali pada pasien saat operasi)
obat anestesi : Isoflurane (salah satu efek isoflurane adalah
hipotensi tetapi pada pasien karena tekanan darahnya tinggi, masih bisa
digunakan isoflurane. Selain itu pasien tidak mempunyai riwayat asma
atau penyakit paru sshingga bisa menggunakan isoflurane karena efek dari
isoflurane adalah mendepresi respirasi)
12
N20 : O2 = 3 : 2 liter/menit
(N20 adalah sebagai maintainance anestesi dan merupakan weak anestesi
dan biasanya digabungkan volatile liquid)
obat emergency : sulfas atropine (jika terjadi bradikardia dan juga dapat
sebagai reverse pelumpuh otot), efedrin( jika terjadi penurunan tekanan
darah)
anti emetic : ranitidine, ondancentron (untuk mencegah muntah,
jika terjadi muntah akan menyebabkan aspirasi sehingga menganggu
pernapasan. Jadi lebih baik muntah dicegah sebelum timbul)
analgetik post op : ketopain (sebagai anti nyeri setelah pasien sadar)
Obat reverse : Prostigmin (untuk reversed pelumpuh otot jika pasien
masih belum bernapas spontan bila selesai operasi), sulfa atropine
(disebabkan prostigmin mempunyai efek meningkatkan sekresi kelenjar
saluran napas dan liur, maka SA berfungsi untuk menghambat efek
tersebut dan biasanya diberikan bersamaan prostigmin).
- persiapan pasien :
1. Surat persetujuan operasi : merupakan bukti tertulis dari pasien atau
keluarga pasien yang menunjukkan persetujuan akan tindakan medis
yang akan dilakukan sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan keluarga pasien tidak akan mengajukan tuntutan.
2. Pasien dipuasakan sejak pukul 0400 WIB tanggal 18 septemberi 2012
tujuannya untuk memastikan bahwa lambung pasien telah kosong
sebelum pembedahan untuk menghindari kemungkinan terjadinya
muntah dan aspirasi isi lambung yang akan membahayakan pasien.
3. Bila ada gigi palsu sebaiknya dilepaskan agar tidak mengganggu
kelancaran proses intubasi (pasien tidak memakai gigi palsu) dan
mengelakkan gigi palsu menjadi sumbatan jalan nafas jika terlepas.
4. Memakai pakaian operasi yang telah disediakan di ruang persiapan.
5. Memakai topi operasi.
Penatalaksanaan :
13
1. Pasien masuk ke ok I jam 12.00
2. Pemeriksaan tanda vital : tekanan darah 167/99 mmhg
Nadi 104x/menit
Saturasi oksigen 98%
Masalah anestesi pada pasien adalah hipertensi dan takikardi karena pasien
mempunyai riwayat hipertensi. Jadi harus hati-hati dengan pemberian obat-
obat yang meningkatkan tekanan darah
3. Premedikasi mulai jam 12.05 : miloz : 2.5 mg IV
Fentanyl : 75 ug IV
4. Medikasi : safol 100mg
Noveron 40mg
5. Setelah diberikan medikasi, ditunggu beberapa detik hingga refleks bulu mata
menghilang.
6. Berikan O2 7L secara sungkup muka sambil memompa kantong udara +- 3
menit sebagai cadangan oksigen untuk dilakukan intubasi.
7. Dilakukan intubasi dengan endotrakeal tube kinking no 7.5 dan cuff dipompa.
8. ETT dihubungkan dengan mesin anestesi dan kantong udara dipompa.
9. Suara napas kanan dan kiri diperiksa dengan stetoskop dan hasilnya simetris.
10. ETT difiksasi dengan tape di sudut mulut pasien supaya tidak terlepas.
11. Dilakukan pemeliharaan dengan membuka N2O 2l/menit , O2 diturunkan ke
2L/menit dan isoflurane dibuka 2%.
12. Respirasi : kendali dengan O2 2l/menit, N2O 2l/menit, isoflurane 2%
menggunakan ETT.
13. Kasa dimasukkan ke dalam laring untuk mencegah liur keluar karena posisi
pasien miring.
14. Guedel dipasang untuk mencegah ETT digigit
15. Meletakkan tape di kedua kelopak mata supaya mata tidak terbuka.
Disebabkan pasien dalam keadaan tidak sadar, matanya biasa tidak menutup
sempurna sehingga dapat menyebabkan kornea menjadi kering.
16. Jam 12.10 dipasang kateter urin no.16 untuk observasi cairan yang keluar.
17. Pasien diposisikan miring.
18. Tekanan darah, nadi dan saturasi oksigen di observasi setiap 10 menit.
14
Pemantauan :
Pasien masuk Ok : jam 12.00
Anestesi dimulai jam 12.05
Operasi dimulai jam 12.35
Operasi selesai jam 15.25
Tekanan darah dan denyut nadi selama operasi :
Pada jam 12.20 diberikan efedrin 10mg IV karena tekanan darah pasien turun
menjadi 81/51mmHg dan nadi 59x/mnt.
Pada jam 12.40 pasien terbangun dan diberikan noveron 10mg IV
Pemberian medikasi :
transamin 500mg IV jam 14.40 (untuk membantu pembekuan darah sepanjang
operasi)
Ranitidine 50mg IV jam 14.40 (sebagai obat mencegah muntah)
Vometraz 4mg IV jam 14.40(sebagai obat mencegah muntah)
15
Jam 12.00 13.00 14.00 15.00
Ketopain 30mg IV jam 15.10 (sebagai analgetik)
Pemberian cairan :
BB : 60 kg
EBV = 70cc/kgBB x 60 = 4200 cc
ABL = 20% x 3900 = 780
Kebutuhan cairan pemeliharaan pada operasi besar:
Maintainance : 8cc/kgBB/jam x 60 = 480 cc/jam
Pemberian cairan :
I. Jam I (saat masuk OK)
Diberikan RL mulai jam 12.00
II. Jam II :
Diberikan RL mulai jam 12.50
III. Jam III :
Diberikan RL mulai jam 14.15
Setelah selesai operasi :
Gas anestesi diturunkan hingga 0
Gas N2O diturunkan hingga 0
Gas O2 dinaikkan menjadi 6l
Diusahakan nafas spontan dengan cara mesin anestesi di set menjadi ventilasi
manual.pernafasan pasien dibantu dengan memompa balon udara tetapi dilakukan
hipoventilasi 6-8x/menit untuk memancing pasien bernapas sendiri. Jika balon mulai
kembang kempis sendiri tetapi volume masih kecil, napas dibantu dengan memompa
balon saat inspirasi. Dilakukan sehingga balon kembang kempis dengan volume
adequat. Jika pasien masih tidak bernapas spontan dapat diberikan obat reverse untuk
menghentikan kerja obat muscle relaxant yang masih bekerja.
Diberikan obat reverse prostigmin 0.1mg IV dan sulfa atrophine 0.5mg
Ditunggu beberapa menit hingga napas spontan dan adekuat
Mengeluarkan kasa di laring
Lendir dikeluarkan dengan suction.
16
Cuff ETT dikempiskan dan dilakukan ekstubasi. Ekstubasi dilakukan ketika pasien
masih dalam anestesi dalam dan tidak sadar supaya tidak terjadi spasme laring.
Memasukkan guedel ke dalam mulut untuk mempertahankan jalan napas
Diberikan O2 7l/menit menggunakan sungkup muka +-4menit
Setelah semua peralatan dilepaskan pasien dibawa ke recovery room.
POST OPERASI
Pasien ditempatkan ke ruang recovery room jam 15.55
Tanda vital diobservasi di RR : tekanan darah 135/93mmHg, nadi 95x/mnt dan
saturasi oksigen 98%
Jumlah urin di urin bag jam 15.55 = 200 cc
Guedel dicabut pasien jam 15.10
Kesadaran menjadi penuh jam 15.30
Keluar dari RR jam 16.00
Aldrete score saat pasien tiba di recovery room :
No. NILAI 2 1 0
1. KESADARAN
# sadar, orientasi baik (2)
# dapat dibangunkan (1) /
# tidak dapat dibangunkan (0)
2. WARNA
# merah muda (pink) tanpa O2, Sa O2 >92% (2) /
# pucat atau kehitaman, perlu O2 agar Sa O2> 90% (1)
# sianosis, dengan O2 SaO2 tetap <90% (0)
3. AKTIVITAS
# 4 ekstrimitas bergerak (2)
# 2 ekstrimitas bergerak (1)
# tak ada ekstrimitas bergerak (0) /
4. RESPIRASI
# dapat nafas dalam, batuk (2) /
# nafas dangkal, sesak nafas (1)
# apnoe atau obstruksi (0)
17
5. KARDIOVASKULAR
# tekanan darah berubah <200% (2) /
# berubah 20-30% (1)
# berubah >50 % (0)
JUMLAH 8
Aldrete score saat pasien mahu dihantar ke ruangan:
No. NILAI 2 1 0
1. KESADARAN
# sadar, orientasi baik (2) /
# dapat dibangunkan (1)
# tidak dapat dibangunkan (0)
2. WARNA
# merah muda (pink) tanpa O2, Sa O2 >92% (2) /
# pucat atau kehitaman, perlu O2 agar Sa O2> 90% (1)
# sianosis, dengan O2 SaO2 tetap <90% (0)
3. AKTIVITAS
# 4 ekstrimitas bergerak (2) /
# 2 ekstrimitas bergerak (1)
# tak ada ekstrimitas bergerak (0)
4. RESPIRASI
# dapat nafas dalam, batuk (2) /
# nafas dangkal, sesak nafas (1)
# apnoe atau obstruksi (0)
5. KARDIOVASKULAR
# tekanan darah berubah <200% (2) /
# berubah 20-30% (1)
# berubah >50 % (0)
JUMLAH 10
Total score 10, dapat dipindahkan dari recovery room.
18
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Anestesi umum / General anestesi adalah suatu tindakan medis dimana tujuan
utamanya adalah menghilangkan nyeri. Bedanya dengan anestesi regional adalah pada
anestesi umum pasien dalam keadaan tidak sadar sedangkan pada anestesi regional pasien
tidak merasakan nyeri tapi masih sadar. Anestesi umum juga mempunyai karakteristik
19
menyebabkan amnesia bagi pasien yang bersifat anterograd yaitu hilang ingatan kedepan
maksudnya pasien tidak akan bisa ingat apa yang telah terjadi saat dia dianestesi / operasi.
Karakteristik selanjutnya adalah reversible yang berarti General anestesi akan menyebabkan
pasien bangun kembali tanpa efek samping. General anestesi juga dapat diprediksi lama
durasinya dengan menyesuaikan dosisnya.
Definisi
Hilangnya rasa nyeri dan kesadaran secara reversible.
Trias anestesi
1. Hipnotik
2. Analgesi
3. Relaksasi otot
20
Note:
General anestesi memiliki komponen ideal sperti yang disebutkan diatas, tetapi tidak semua
General anestesi harus memiliki 3 pilar tersebut. Minimal yang harus ada adalah hipnotik dan
analgesia.
Secara klinis, anestesi untuk general anestesi menyebabkan4
1. Tidak berasa nyeri
2. Amnesia (tidak ingat kejadiaan saat operasi)
3. Tiba bisa bernapas spontan kerna penggunaan pelumpuh otot(untuk GA napas
kendali)
METODE ANESTESI
1. Parenteral
a) Intravenous anesthesia
b) Intramuskular ( operasi singkat )
2. Perektal (biasanya digunakan pada bayi atau anak-anak dalam bentuk suppositoria,
tablet, semprotan yang dimasukan ke anus)
3. Perinhalasi (melalui isapan, pasien disuruh tarik nafas dalam kemudian berikan anestesi
perinhalasi secara perlahan.)
a) Sungkup muka napas spontan
b) Intubasi trachea (perlu pelemas otot)
-spontan
-napas kendali
(digunakan gas dan volatile liquid)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Respirasi gas
Zat anestesi yang masuk ke saluran napas akan mencapai alveoli. Setelah dialveoli obat
anestesi akan mencapai konsentrasi tertentu hingga cukup kuat untuk menyebabkan
proses difusi kedalam sirkulasi dan disebarkan keseluruh tubuh / jaringan.
2. Sirkulasi
3. Jaringan
- Kaya pembuluh darah ; otak, jantung, ginjal hati dan paru
21
- Miskin pembuluh darah : jaringan lemak, tulang, tendo, subkutis dsb
Apabila anestesi tersebut masuk ke organ yang kaya pembuluh darah akan cepat efek
yang muncul seperti pada otak yang memiliki vaskularisasi yang banyak sehingga muncul
efek hipnotik/tidur.
4. Zat anestesi
Potensi macam-macam zat anestesi tergantung pada
- MAC (minimal alveolar concentration)
- Koefisien partial
5. Lain – lain seperti :
- ventilasi (Semakin sering kita memberikan ventilasi/ memberikan pernafasan melebihi
pernafasan normal (menggunakan bag mask) maka efek anestesinya lebih cepat terjadi.)
- curah jantung
- suhu (semakin rendah suhu tubuh maka akan semakin cepat efek anestesi terjadi.)
STADIUM ANESTESI 1, 5
1. Stadium I ( analgesia sampai kesadaran hilang)
2. Stadium II ( sampai respirasi teratur)
3. Stadium III
4. Stadium IV ( henti nafas dan henti jantung)
Stadium I
Stadium I (St. Analgesia/ St. Disorientasi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai
hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat
analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan
biopsi kelenjar, dapat dilakukan pada stadium ini. Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh
hilangnya reflex bulu mata (caranya dengan raba bulu mata)
Stadium II
Stadium II (St. Eksitasi / St. Delirium) Mulai dari akhir stadium I dan ditandai dengan
pernafasan yang irreguler, pupil melebar dengan refleks cahaya (+), pergerakan bola mata
tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi dan diakhiri dengan hilangnya refleks
menelan dan kelopak mata.
Stadium III
22
Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernafasan hingga hilangnya pernafasan
spontan. Stadia ini ditandai oleh hilangnya pernafasan spontan, hilangnya refleks kelopak
mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan kekanan dengan mudah.
Stadium IV
Ditandai dengan kegagalan pernapasan (apnea) yang kemudian akan segera diikuti kegagalan
sirkulasi/ henti jantung dan akhirnya pasien meninggal. Jika mencapai stadium 4 berarti
kedalaman anestesi yang berlebihan.
MACAM & TANDA REFLEK PADA MATA 1
1. Reflek pupil
2. Reflek bulu mata
3. Reflek kelopak mata
4. Reflek cahaya
Reflek pupil
Pada keadaan teranestesi maka reflek pupil akan miosis apabila anestesinya dangkal,
midriasis ringan menandakan anestesi reaksinya cukup dan baik/ stadium yang paling baik
untuk dilakukan pembedahan, midriasis maksimal menandakan pasien mati.
Reflek bulu mata
Reflek bulu mata sudah disinggung tadi di bagian stadium anestesi. Apa bila saat dcek reflek
bulu mata (-) maka pasien tersebut sudah pada stadium 1.
Reflek kelopak mata
Pengecekan reflek kelopak mata jarang dilakukan tetapi bisa digunakan untuk memastikan
efek anestesi sudah bekerja atau belum, caranya adalah kita tarik palpebra atas ada respon
tidak, kalau tidak berarti menandakan pasien sudah masuk stadium 1 ataupun 2.
Reflek cahaya
Untuk reflek cahaya yang kita lihat adalah pupilnya, ada / respon tidak saat kita beri
rangsangan cahaya.
INDIKASI ANESTESI UMUM
1. Bayi dan anak-anak
2. Dewasa yang memilih anestesi umum
23
3. Pembedahannya luas / ekstensif
4. Penderita sakit mental
5. Pembedahan lama
6. Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan
7. Riwayat penderita toksik/ alergi obat anestesi lokal
8. Penderita dengan pengobatan antikoagulan
KONTRA INDIKASI ANESTESI UMUM
1. Mutlak :dekomp.kordis derajat III – IV ; AV blok derajat II – total (tidak ada gelombang
P)
2. Relatif ; hipertensi berat/tak terkontrol (diastolic >110), DM tak terkontrol, infeksi akut,
sepsis, GNA
OBAT-OBAT ANESTESI INHALASI 3
Volatile liquid
1. chloroform
2. dietil eter
3. etil klorida
4. halotan
5. metoksifluran
6. trikoetilen
7. ensfluran
8. isofluran
9. densfluran
gas anesthetic
1. cyclopropane
2. etilen
3. nitrogen oksida
TEHNIK ANESTESI UMUM
I. SUNGKUP MUKA (fask mask) nafas spontan
Indikasi
24
Tindakan singkat
Keadaan umum baik ( ASA I – II )
Lambung harus kosong (pasien disuruh puasa selama 6-8 jam dengan harapan
lambung sudah kosong dalam rentang waktu tsb. Lambung harus kosong supaya
tidak terjadi reflux/regurgitasi, Karena terjadi relaksasi semua otot diakibatkan
efek anestesi umum khususnya otot yang bekerja di traktus digestivus sehingga
makanan bisa naik dan bisa terjadi aspirasi.)
Prosedur
1. Persiapan anestesi
-persiapan pasien dan memasang IV line
- persiapan alat
- Persiapan obat
2. Melakukan premedikasi
(petidin/morfin/fentanyl/diazepam/midazolam/dehydrbenzperidon)
3. Induksi (ketamin/pentotal/propofol)
4. Pemeliharaan
- Pasang sungkup muka
- berikan gas anestesi N2O/O2 dengan ratio 70% gas N2O dan 30% O2 dan
tambahkan volatile agent 1%(halotan/isofluran/ensfluran)
- kedalaman anestesi dapat diketahui dari bola mata terfiksir, refleks-refles
negatif,guidel rahang lemas dan vital sign.
- volatile agent dipertahankan dan dimatikan sebelum operasi selesai.
- Selesai operasi N2O dimatikan dan berikan O2 100%
II. INTUBASI ENDOTRAKEA Dengan NAFAS SPONTAN
Intubasi endotrakea adalah memasukkan pipa (tube) endotrakea (ET= endotrakheal tube)
kedalam trakea via oral atau nasal
Indikasi ; operasi lama, sulit mempertahankan airway (operasi di bagian leher dan
kepala) , lambung penuh, operasi cyto/segera
Prosedur :
25
1. Persiapan anestesi
-persiapan pasien dan memasang IV line
- persiapan alat
- Persiapan obat
2. Melakukan premedikasi
(petidin/morfin/fentanyl/diazepam/midazolam/dehydrbenzperidon)
3.Induksi (ketamin/pentotal/propofol)
4. preokgenasi
5. berikan muscle relaxant
6. pasang sungkup muka, pompa kantung udara
7. masukkan ETT/NT dan cuff dipompa
8. hubungkan ET dengan mesin anestesi
9. cek suara napas kanan dan kiri dengan stetoskop
10. pasang guedel
11. fiksasi ETT dengan plaster
12. pasang konektor antara ET dengan mesin anestesi yang telah dibuka N2O/O2 dan
volatile liquid
13. pemeliharaaan N2O/O2 : 4/2 l/menit dan volatile liquid 0.5-4% tergantung dari
respon masing-masing pasien.
III. INTUBASI DENGAN NAFAS KENDALI (KONTROL)
1. Penderita diberikan muscle relaxant
2. Untuk pemeliharaan muscle relaxant diberikan 1/3 hingga ½ dosis awal
3. Akhiri anestesi dengan napas spontan, gas anestesi diturunkan sampai 0.
4. Bila operasi selesai tetapi pasien belum napas spontan diberikan obat reverse
5. Dilakukan ekstubasi
POST OPERASI
1. Pasien diletakkan di recovery room
2. Observsi vital sign
3. Pasien gelisah kemungkinan karena nyeri. Hipoksia, hipotensi, stress psikologi
4. Penilaian pulih sadar berdasarkan aldrete score
26
Yang harus dinilai pada aldrete score adalah:
Kesadaran
Pernapasan
Tekanan darah
Aktivitas
Warna kulit
Jika nilai aldrete score 8-10, pasien boleh dipindahkan ke ruangan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, editors. Anestesiologi. Jakarta: Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 1989.
2. General anesthesia drugs available at http://www.drugs.com/pro/ searched 1 october
2012.
3. General anesthesia available at http://emedicine.medscape.com/article/1271543-
overview searched 29 September 2012 .
27
4. General anesthesia stage available at
http://medicine.tamhsc.edu/basic-sciences/next/pdf/general-anesthesia.pdf searched
30 September 2012.
28