laporan kasus anestesi

36
LAPORAN KASUS ANESTESI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. Daryono Usia : 50 tahun Jenis Kelamin : laki-laki Alamat : Jl. Kesatrian No.90, Ciputat Timur, Tangerang Pekerjaan : PNS departement Status perkahwinan : Menikah Pendidikan : SLTP Suku : Jawa Agama : Islam No. Rekam Madis : 062776 II. EVALUASI PRE-ANESTESI 1. Anamnesis Keluhan Utama Nyeri BAK sejak 1 tahun SMRS Keluhan tambahan BAK berdarah sejak 1 tahun SMRS Riwayat Penyakit Sekarang Pasien laki-laki umur 50 tahun datang ke RSAL Dr. Mintohardjo dengan keluhan nyeri BAK sejak 1 tahun SMRS. Nyeri hilang timbul terutama saat kencing. BAK keluar darah kadang-kadang yang dirasakan 1

Upload: wanajaafar

Post on 02-Jan-2016

121 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS ANESTESI

LAPORAN KASUS ANESTESI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Daryono

Usia : 50 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : Jl. Kesatrian No.90, Ciputat Timur, Tangerang

Pekerjaan : PNS departement

Status perkahwinan : Menikah

Pendidikan : SLTP

Suku : Jawa

Agama : Islam

No. Rekam Madis : 062776

II. EVALUASI PRE-ANESTESI

1. Anamnesis

Keluhan Utama

Nyeri BAK sejak 1 tahun SMRS

Keluhan tambahan

BAK berdarah sejak 1 tahun SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien laki-laki umur 50 tahun datang ke RSAL Dr. Mintohardjo dengan

keluhan nyeri BAK sejak 1 tahun SMRS. Nyeri hilang timbul terutama

saat kencing. BAK keluar darah kadang-kadang yang dirasakan sejak 1

tahun SMRS. Pasien pernah satu kali BAK keluar pasir beberapa bulan

lepas. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada kedua pinggang, nyeri bersifat

hebat hingga pasien senang duduk membungkuk, nyeri hilang timbul, dan

menjalar ke depan. Pasien tidak pernah mengeluhkan BAB tidak lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu

Keluhan yang sama sebelumnya : disangkal

1

Page 2: LAPORAN KASUS ANESTESI

Riwayat darah tinggi : (+) sejak 2 tahun

Riwayat kencing manis : (+) sejak 2 tahun

Riwayat asma : disangkal

Riwayat alergi makan dan obat : disangkal

Riwayat penyakit kuning : disangkal

Riwayat penyakit ginjal : (+) sejak 2 tahun yang lalu dan ada riwayat

disinar dua kali.

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat penyakit paru : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan seperti ini. Riwayat

darah tinggi (+) dalam keluarga yaitu ibunya. Riwayat kencing manis dan

asma dalam keluarga disangkal.

Riwayat Kebiasaan

Pasien tidak merokok , tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak

menggunakan obat-obatan terlarang golongan narkotik.

Riwayat pengobatan

Pasien belum pernah berobat sejak keluhannya timbul. Pasien

mengkonsumsi obat amlodipin dan metformin untuk darah tinggi dan

kencing manis. Riwayat alergi obat disangkal.

Riwayat Anestesi

Pasien tidak pernah dilakukan operasi dan anestesi sebelumnya.

2. Pemeriksaan Fisik

Status generalis

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Tinggi Badan : 156 cm

Berat Badan : 60 kg

2

Page 3: LAPORAN KASUS ANESTESI

Tekanan Darah : 167/99 mmHg

Nadi : 104x/menit

Suhu : 36.2oC

Pernafasaan : 20x/menit

Keadaan gizi : baik

Kesadaran : compos mentis (gelisah)

Sianosis : Tidak ada

Udema umum : Tidak ada

Mobilitas ( aktif / pasif ) : aktif

Kulit

Warna : sawo matang

Effloresensi : (-)

Jaringan Parut : tidak ada

Pigmentasi : tidak ada

Pertumbuhan rambut : distribusi rambut baik dan merata

Lembab/Kering : lembab

Suhu Raba : hangat

Pembuluh darah : tidak ada pelebaran pembuluh darah maupun pembuluh darah

kolateral

Keringat : umum

Turgor : baik

Ikterus : tidak ada

Lapisan Lemak : distribusi merata

Lain-lain : tidak ada

3

Page 4: LAPORAN KASUS ANESTESI

Kelenjar Getah Bening

Submandibula : tidak teraba membesar

Supraklavikula : tidak teraba membesar

Lipat paha : tidak teraba membesar

Leher : tidak teraba membesar

Ketiak : tidak teraba membesar

Kepala

Ekspresi wajah : wajar/normal

Simetri muka : simetris

Rambut : hitam dengan sedikit uban, merata

Pembuluh darah temporal: teraba dan tidak ada kelainan

Mata

Exophthalamus : tidak ada

Enopthalamus : tidak ada

Kelopak : oedem (-), hiperemis (-)

Lensa : jernih

Konjungtiva : anemis -/-

Sklera : ikterik -/-

Nistagmus : tidak ada

Lapangan penglihatan : normal ke segala arah

Tekanan bola mata: normal

4

Page 5: LAPORAN KASUS ANESTESI

Gerakan Mata : dapat digerakkan ke segala arah

Deviatio konjugae : tidak ada

Telinga

Tuli : - / -

Lubang : Liang telinga lapang

Serumen : - / -

Cairan : - / -

Selaput pendengaran : utuh

Penyumbatan : - / -

Pendarahan : - / -

Mulut

Bibir : tidak sianosis, lembab Tonsil : T1 –T1

tenang

Langit-langit : tidak ada kelainan Bau pernapasan : tidak ada

Gigi geligi : lengkap, tidak ada caries Trismus : tidak ada

Faring : tidak hiperaemis Selaput lendir : tidak ada

Lidah : tidak tampak papil atrofi, lidah kotor (-)

Leher

Tekanan Vena Jugularis (JVP) : 5 -2 cm H2O.

5

Page 6: LAPORAN KASUS ANESTESI

Kelenjar Tiroid : tidak tampak membesar.

Kelenjar Limfe kanan : tidak tampak membesar

Dada

Bentuk : datar, tidak cekung

Pembuluh darah : tidak tampak pelebaran dan vena kolateral

Buah dada : simetris, benjolan (-)

Paru – Paru

Depan Belakang

Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis

Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis

Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan

- Fremitus simetris

- Tidak ada benjolan

- Fremitus simetris

Kanan - Tidak ada benjolan

- Fremitus simetris

- Tidak ada benjolan

- Fremitus simetris

Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru

Kanan Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi Kiri - Suara vesikuler

- Wheezing (-), Ronki (-)

- Suara vesikuler

- Wheezing (-), Ronki (-)

Kanan - Suara vesikuler

- Wheezing (-), Ronki (-)

- Suara vesikuler

- Wheezing (-), Ronki (-)

6

Page 7: LAPORAN KASUS ANESTESI

Jantung

Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus cordis

Palpasi : Teraba pulsasi iktus cordis 2cm medial linea midklavikula kiri

setinggi ICS

4.

Perkusi : Batas kanan : sela iga V linea parasternalis kanan.

Batas kiri : sela iga V, 1cm sebelah medial linea midklavikula

kiri.

Batas atas : sela iga II linea parasternal kiri.

Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-) , gallop (-)

Perut

Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, datar, simetris, smiling umbilicus

tidak ada, dilatasi vena tidak ada

Palpasi Dinding perut : supel, datar, benjolan (-)

Hati : tidak teraba membesar, tidak ada nyeri tekan di hati

Limpa : tidak teraba membesar

Ginjal : tidak ditemukan ballotement, nyeri ketok CVA (+) kiri

Nyeri tekan abdomen (-)

Murphy sign negatif

Nyeri lepas negatif

Perkusi : timpani, Shifting dullness negatif

Auskultasi : bising usus (+)

Refleks dinding perut: baik

7

Page 8: LAPORAN KASUS ANESTESI

Anggota Gerak

Lengan Kanan Kiri

Otot

Tonus : baik baik

Massa : tidak ada tidak ada

Sendi : tidak ada kelainan tidak ada kelainan

Gerakan: baik baik

Kekuatan: baik baik

Oedem: tidak ada tidak ada

Lain-lain: tidak ada tidak ada

Petechie tidak ada tidak ada

Tungkai dan Kaki Kanan Kiri

Luka : tidak ada tidak ada

Varises : tidak ada tidak ada

Otot Tonus : baik baik

Massa : tidak ada tidak ada

Sendi : baik baik

Gerakan: baik baik

Kekuatan: kuat kuat

Oedem: tidak ada tidak ada

Lain-lain : tidak ada tidak ada

8

Page 9: LAPORAN KASUS ANESTESI

Petechie tidak ada tidak ada

Status lokalis daerah CVA

Regio Flank/CVA kanan kiri

Tanda radang (-) (-)

Ballotement (-) (-)

Nyeri tekan (-) (+)

Nyeri ketok (-) (+)

Massa (-) (-)

Jaringan parut/ bekas operasi (-) (-)

3. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 17 september 2012

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Leukosit 9800 5000-10000/ul

Eritrosit 5.19 4.5-5.5 jt/mm3

Haemoglobin 14.1 14-18g/dl

Hematokirt 41 43-51%

Trombosit 350 000 150000-400000/mm3

Glukotest 266 80-125 mg%

Tanggal 18 september 2012

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Bleeding time 2.3 1-6Menit

Clothing time 12 10-16Menit

Trigliseride 148 <170 mg/dl

9

Page 10: LAPORAN KASUS ANESTESI

Kolesterol 141 <200mg/dl

SGOT 37 <35u/l

SGPT 16 <41u/l

Asam urat 4.6 3.6-8.2mg/dl

Ureum 39 17-43mg/dl

Creatinin 1.3 0.9-1.3mg/dl

Glukotest 199 80-125 mg%

Foto BNO

V. KESIMPULAN

Laki-laki umur 50 tahun datang dengan diagnosis batu ginjal sinistra.

10

Page 11: LAPORAN KASUS ANESTESI

ASA II karena pasien dalam ganguan sistem ringan hingga sedang yaitu hipertensi

dan DM juga penyakit bedah adalah batu ginjal.

VI. RENCANA

Tindakan Operasi : Nefrolitotomi

Jenis anestesi : Anestesi umum endotrakeal tube napas kendali

Alasan : pada pasien dilakukan anestesi umum karena operasi yang dilakukan adalah

dalam posisi lateral dekubitus dan supaya pasien tidak bergerak sepanjang operasi dan

operasi yang dilakukan mengambil waktu yang lama.

Pada pasien tidak dilakukan anestesi spinal karena posisi sepanjang operasi tidak enak bagi

pasien sehingga tangan pasien bisa bergerak semasa operasi dan mengganggu operasi. Selain

itu jika dilakukan anestesi spinal, blok akan menjadi tinggi karena posisi kepala pasien sedikit

ke bawah.

VII. TINDAKAN ANESTESI

PREOPERASI

Persiapan alat

Laringoskop

Stetoskop

ETT no. 6 1/2, 7, 7 1/2

Guedel

Plester

Suction

Balon/pump

Mesin anestesi dengan volatile liquid

EKG monitor

Sfigmomanometer digital

Oksimeter/saturasi

Infuse set

11

Page 12: LAPORAN KASUS ANESTESI

Spuit

Gel

Abocath no.18

Sungkup muka

Connector

Forcep mcgill

Kasa steril

persiapan obat-obatan anestesi :

premedikasi : midazolam (0,01-0,1 mg/kgBB)

fentanyl (1-3ug/kgBB)

fungsi premedikasi adalah :

1. menimbulkan rasa nyaman pada pasien

- menghilangkan rasa khawatir

- membuat sedatif

- membuat amnesia

2. memudahkan atau memperlancarkan induksi

3. mengurangi jumlah pemberian obat induksi

4. menekan refleks-refleks yang tidak diinginkan

5. mengurangi sekresi kelenjar saliva dan lambung

6. mengurangi rasa sakit

induksi : propofol (sebagai induksi yaitu membuat

pasien dari sadar ke tidak sadar. Dosis induksi = 1-2.5mg/kgBB)

relaksan : rocuronium bromida (merupakan obat

pelumpuh otot non depolar yang relatif baru dan berfungsi untuk membuat

napas kendali pada pasien saat operasi)

obat anestesi : Isoflurane (salah satu efek isoflurane adalah

hipotensi tetapi pada pasien karena tekanan darahnya tinggi, masih bisa

digunakan isoflurane. Selain itu pasien tidak mempunyai riwayat asma

atau penyakit paru sshingga bisa menggunakan isoflurane karena efek dari

isoflurane adalah mendepresi respirasi)

12

Page 13: LAPORAN KASUS ANESTESI

N20 : O2 = 3 : 2 liter/menit

(N20 adalah sebagai maintainance anestesi dan merupakan weak anestesi

dan biasanya digabungkan volatile liquid)

obat emergency : sulfas atropine (jika terjadi bradikardia dan juga dapat

sebagai reverse pelumpuh otot), efedrin( jika terjadi penurunan tekanan

darah)

anti emetic : ranitidine, ondancentron (untuk mencegah muntah,

jika terjadi muntah akan menyebabkan aspirasi sehingga menganggu

pernapasan. Jadi lebih baik muntah dicegah sebelum timbul)

analgetik post op : ketopain (sebagai anti nyeri setelah pasien sadar)

Obat reverse : Prostigmin (untuk reversed pelumpuh otot jika pasien

masih belum bernapas spontan bila selesai operasi), sulfa atropine

(disebabkan prostigmin mempunyai efek meningkatkan sekresi kelenjar

saluran napas dan liur, maka SA berfungsi untuk menghambat efek

tersebut dan biasanya diberikan bersamaan prostigmin).

- persiapan pasien :

1. Surat persetujuan operasi : merupakan bukti tertulis dari pasien atau

keluarga pasien yang menunjukkan persetujuan akan tindakan medis

yang akan dilakukan sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan keluarga pasien tidak akan mengajukan tuntutan.

2. Pasien dipuasakan sejak pukul 0400 WIB tanggal 18 septemberi 2012

tujuannya untuk memastikan bahwa lambung pasien telah kosong

sebelum pembedahan untuk menghindari kemungkinan terjadinya

muntah dan aspirasi isi lambung yang akan membahayakan pasien.

3. Bila ada gigi palsu sebaiknya dilepaskan agar tidak mengganggu

kelancaran proses intubasi (pasien tidak memakai gigi palsu) dan

mengelakkan gigi palsu menjadi sumbatan jalan nafas jika terlepas.

4. Memakai pakaian operasi yang telah disediakan di ruang persiapan.

5. Memakai topi operasi.

Penatalaksanaan :

13

Page 14: LAPORAN KASUS ANESTESI

1. Pasien masuk ke ok I jam 12.00

2. Pemeriksaan tanda vital : tekanan darah 167/99 mmhg

Nadi 104x/menit

Saturasi oksigen 98%

Masalah anestesi pada pasien adalah hipertensi dan takikardi karena pasien

mempunyai riwayat hipertensi. Jadi harus hati-hati dengan pemberian obat-

obat yang meningkatkan tekanan darah

3. Premedikasi mulai jam 12.05 : miloz : 2.5 mg IV

Fentanyl : 75 ug IV

4. Medikasi : safol 100mg

Noveron 40mg

5. Setelah diberikan medikasi, ditunggu beberapa detik hingga refleks bulu mata

menghilang.

6. Berikan O2 7L secara sungkup muka sambil memompa kantong udara +- 3

menit sebagai cadangan oksigen untuk dilakukan intubasi.

7. Dilakukan intubasi dengan endotrakeal tube kinking no 7.5 dan cuff dipompa.

8. ETT dihubungkan dengan mesin anestesi dan kantong udara dipompa.

9. Suara napas kanan dan kiri diperiksa dengan stetoskop dan hasilnya simetris.

10. ETT difiksasi dengan tape di sudut mulut pasien supaya tidak terlepas.

11. Dilakukan pemeliharaan dengan membuka N2O 2l/menit , O2 diturunkan ke

2L/menit dan isoflurane dibuka 2%.

12. Respirasi : kendali dengan O2 2l/menit, N2O 2l/menit, isoflurane 2%

menggunakan ETT.

13. Kasa dimasukkan ke dalam laring untuk mencegah liur keluar karena posisi

pasien miring.

14. Guedel dipasang untuk mencegah ETT digigit

15. Meletakkan tape di kedua kelopak mata supaya mata tidak terbuka.

Disebabkan pasien dalam keadaan tidak sadar, matanya biasa tidak menutup

sempurna sehingga dapat menyebabkan kornea menjadi kering.

16. Jam 12.10 dipasang kateter urin no.16 untuk observasi cairan yang keluar.

17. Pasien diposisikan miring.

18. Tekanan darah, nadi dan saturasi oksigen di observasi setiap 10 menit.

14

Page 15: LAPORAN KASUS ANESTESI

Pemantauan :

Pasien masuk Ok : jam 12.00

Anestesi dimulai jam 12.05

Operasi dimulai jam 12.35

Operasi selesai jam 15.25

Tekanan darah dan denyut nadi selama operasi :

Pada jam 12.20 diberikan efedrin 10mg IV karena tekanan darah pasien turun

menjadi 81/51mmHg dan nadi 59x/mnt.

Pada jam 12.40 pasien terbangun dan diberikan noveron 10mg IV

Pemberian medikasi :

transamin 500mg IV jam 14.40 (untuk membantu pembekuan darah sepanjang

operasi)

Ranitidine 50mg IV jam 14.40 (sebagai obat mencegah muntah)

Vometraz 4mg IV jam 14.40(sebagai obat mencegah muntah)

15

Jam 12.00 13.00 14.00 15.00

Page 16: LAPORAN KASUS ANESTESI

Ketopain 30mg IV jam 15.10 (sebagai analgetik)

Pemberian cairan :

BB : 60 kg

EBV = 70cc/kgBB x 60 = 4200 cc

ABL = 20% x 3900 = 780

Kebutuhan cairan pemeliharaan pada operasi besar:

Maintainance : 8cc/kgBB/jam x 60 = 480 cc/jam

Pemberian cairan :

I. Jam I (saat masuk OK)

Diberikan RL mulai jam 12.00

II. Jam II :

Diberikan RL mulai jam 12.50

III. Jam III :

Diberikan RL mulai jam 14.15

Setelah selesai operasi :

Gas anestesi diturunkan hingga 0

Gas N2O diturunkan hingga 0

Gas O2 dinaikkan menjadi 6l

Diusahakan nafas spontan dengan cara mesin anestesi di set menjadi ventilasi

manual.pernafasan pasien dibantu dengan memompa balon udara tetapi dilakukan

hipoventilasi 6-8x/menit untuk memancing pasien bernapas sendiri. Jika balon mulai

kembang kempis sendiri tetapi volume masih kecil, napas dibantu dengan memompa

balon saat inspirasi. Dilakukan sehingga balon kembang kempis dengan volume

adequat. Jika pasien masih tidak bernapas spontan dapat diberikan obat reverse untuk

menghentikan kerja obat muscle relaxant yang masih bekerja.

Diberikan obat reverse prostigmin 0.1mg IV dan sulfa atrophine 0.5mg

Ditunggu beberapa menit hingga napas spontan dan adekuat

Mengeluarkan kasa di laring

Lendir dikeluarkan dengan suction.

16

Page 17: LAPORAN KASUS ANESTESI

Cuff ETT dikempiskan dan dilakukan ekstubasi. Ekstubasi dilakukan ketika pasien

masih dalam anestesi dalam dan tidak sadar supaya tidak terjadi spasme laring.

Memasukkan guedel ke dalam mulut untuk mempertahankan jalan napas

Diberikan O2 7l/menit menggunakan sungkup muka +-4menit

Setelah semua peralatan dilepaskan pasien dibawa ke recovery room.

POST OPERASI

Pasien ditempatkan ke ruang recovery room jam 15.55

Tanda vital diobservasi di RR : tekanan darah 135/93mmHg, nadi 95x/mnt dan

saturasi oksigen 98%

Jumlah urin di urin bag jam 15.55 = 200 cc

Guedel dicabut pasien jam 15.10

Kesadaran menjadi penuh jam 15.30

Keluar dari RR jam 16.00

Aldrete score saat pasien tiba di recovery room :

No. NILAI 2 1 0

1. KESADARAN

# sadar, orientasi baik (2)

# dapat dibangunkan (1) /

# tidak dapat dibangunkan (0)

2. WARNA

# merah muda (pink) tanpa O2, Sa O2 >92% (2) /

# pucat atau kehitaman, perlu O2 agar Sa O2> 90% (1)

# sianosis, dengan O2 SaO2 tetap <90% (0)

3. AKTIVITAS

# 4 ekstrimitas bergerak (2)

# 2 ekstrimitas bergerak (1)

# tak ada ekstrimitas bergerak (0) /

4. RESPIRASI

# dapat nafas dalam, batuk (2) /

# nafas dangkal, sesak nafas (1)

# apnoe atau obstruksi (0)

17

Page 18: LAPORAN KASUS ANESTESI

5. KARDIOVASKULAR

# tekanan darah berubah <200% (2) /

# berubah 20-30% (1)

# berubah >50 % (0)

JUMLAH 8

Aldrete score saat pasien mahu dihantar ke ruangan:

No. NILAI 2 1 0

1. KESADARAN

# sadar, orientasi baik (2) /

# dapat dibangunkan (1)

# tidak dapat dibangunkan (0)

2. WARNA

# merah muda (pink) tanpa O2, Sa O2 >92% (2) /

# pucat atau kehitaman, perlu O2 agar Sa O2> 90% (1)

# sianosis, dengan O2 SaO2 tetap <90% (0)

3. AKTIVITAS

# 4 ekstrimitas bergerak (2) /

# 2 ekstrimitas bergerak (1)

# tak ada ekstrimitas bergerak (0)

4. RESPIRASI

# dapat nafas dalam, batuk (2) /

# nafas dangkal, sesak nafas (1)

# apnoe atau obstruksi (0)

5. KARDIOVASKULAR

# tekanan darah berubah <200% (2) /

# berubah 20-30% (1)

# berubah >50 % (0)

JUMLAH 10

Total score 10, dapat dipindahkan dari recovery room.

18

Page 19: LAPORAN KASUS ANESTESI

TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN

Anestesi umum / General anestesi adalah suatu tindakan medis dimana tujuan

utamanya adalah menghilangkan nyeri. Bedanya dengan anestesi regional adalah pada

anestesi umum pasien dalam keadaan tidak sadar sedangkan pada anestesi regional pasien

tidak merasakan nyeri tapi masih sadar. Anestesi umum juga mempunyai karakteristik

19

Page 20: LAPORAN KASUS ANESTESI

menyebabkan amnesia bagi pasien yang bersifat anterograd yaitu hilang ingatan kedepan

maksudnya pasien tidak akan bisa ingat apa yang telah terjadi saat dia dianestesi / operasi.

Karakteristik selanjutnya adalah reversible yang berarti General anestesi akan menyebabkan

pasien bangun kembali tanpa efek samping. General anestesi juga dapat diprediksi lama

durasinya dengan menyesuaikan dosisnya.

Definisi

Hilangnya rasa nyeri dan kesadaran secara reversible.

Trias anestesi

1. Hipnotik

2. Analgesi

3. Relaksasi otot

20

Page 21: LAPORAN KASUS ANESTESI

Note:

General anestesi memiliki komponen ideal sperti yang disebutkan diatas, tetapi tidak semua

General anestesi harus memiliki 3 pilar tersebut. Minimal yang harus ada adalah hipnotik dan

analgesia.

Secara klinis, anestesi untuk general anestesi menyebabkan4

1. Tidak berasa nyeri

2. Amnesia (tidak ingat kejadiaan saat operasi)

3. Tiba bisa bernapas spontan kerna penggunaan pelumpuh otot(untuk GA napas

kendali)

METODE ANESTESI

1. Parenteral

a) Intravenous anesthesia

b) Intramuskular ( operasi singkat )

2. Perektal (biasanya digunakan pada bayi atau anak-anak dalam bentuk suppositoria,

tablet, semprotan yang dimasukan ke anus)

3. Perinhalasi (melalui isapan, pasien disuruh tarik nafas dalam kemudian berikan anestesi

perinhalasi secara perlahan.)

a) Sungkup muka napas spontan

b) Intubasi trachea (perlu pelemas otot)

-spontan

-napas kendali

(digunakan gas dan volatile liquid)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

1. Respirasi gas

Zat anestesi yang masuk ke saluran napas akan mencapai alveoli. Setelah dialveoli obat

anestesi akan mencapai konsentrasi tertentu hingga cukup kuat untuk menyebabkan

proses difusi kedalam sirkulasi dan disebarkan keseluruh tubuh / jaringan.

2. Sirkulasi

3. Jaringan

- Kaya pembuluh darah ; otak, jantung, ginjal hati dan paru

21

Page 22: LAPORAN KASUS ANESTESI

- Miskin pembuluh darah : jaringan lemak, tulang, tendo, subkutis dsb

Apabila anestesi tersebut masuk ke organ yang kaya pembuluh darah akan cepat efek

yang muncul seperti pada otak yang memiliki vaskularisasi yang banyak sehingga muncul

efek hipnotik/tidur.

4. Zat anestesi

Potensi macam-macam zat anestesi tergantung pada

- MAC (minimal alveolar concentration)

- Koefisien partial

5. Lain – lain seperti :

- ventilasi (Semakin sering kita memberikan ventilasi/ memberikan pernafasan melebihi

pernafasan normal (menggunakan bag mask) maka efek anestesinya lebih cepat terjadi.)

- curah jantung

- suhu (semakin rendah suhu tubuh maka akan semakin cepat efek anestesi terjadi.)

STADIUM ANESTESI 1, 5

1. Stadium I ( analgesia sampai kesadaran hilang)

2. Stadium II ( sampai respirasi teratur)

3. Stadium III

4. Stadium IV ( henti nafas dan henti jantung)

Stadium I

Stadium I (St. Analgesia/ St. Disorientasi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai

hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat

analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan

biopsi kelenjar, dapat dilakukan pada stadium ini. Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh

hilangnya reflex bulu mata (caranya dengan raba bulu mata)

Stadium II

Stadium II (St. Eksitasi / St. Delirium) Mulai dari akhir stadium I dan ditandai dengan

pernafasan yang irreguler, pupil melebar dengan refleks cahaya (+), pergerakan bola mata

tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi dan diakhiri dengan hilangnya refleks

menelan dan kelopak mata.

Stadium III

22

Page 23: LAPORAN KASUS ANESTESI

Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernafasan hingga hilangnya pernafasan

spontan. Stadia ini ditandai oleh hilangnya pernafasan spontan, hilangnya refleks kelopak

mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan kekanan dengan mudah.

Stadium IV

Ditandai dengan kegagalan pernapasan (apnea) yang kemudian akan segera diikuti kegagalan

sirkulasi/ henti jantung dan akhirnya pasien meninggal. Jika mencapai stadium 4 berarti

kedalaman anestesi yang berlebihan.

MACAM & TANDA REFLEK PADA MATA 1

1. Reflek pupil

2. Reflek bulu mata

3. Reflek kelopak mata

4. Reflek cahaya

Reflek pupil

Pada keadaan teranestesi maka reflek pupil akan miosis apabila anestesinya dangkal,

midriasis ringan menandakan anestesi reaksinya cukup dan baik/ stadium yang paling baik

untuk dilakukan pembedahan, midriasis maksimal menandakan pasien mati.

Reflek bulu mata

Reflek bulu mata sudah disinggung tadi di bagian stadium anestesi. Apa bila saat dcek reflek

bulu mata (-) maka pasien tersebut sudah pada stadium 1.

Reflek kelopak mata

Pengecekan reflek kelopak mata jarang dilakukan tetapi bisa digunakan untuk memastikan

efek anestesi sudah bekerja atau belum, caranya adalah kita tarik palpebra atas ada respon

tidak, kalau tidak berarti menandakan pasien sudah masuk stadium 1 ataupun 2.

Reflek cahaya

Untuk reflek cahaya yang kita lihat adalah pupilnya, ada / respon tidak saat kita beri

rangsangan cahaya.

INDIKASI ANESTESI UMUM

1. Bayi dan anak-anak

2. Dewasa yang memilih anestesi umum

23

Page 24: LAPORAN KASUS ANESTESI

3. Pembedahannya luas / ekstensif

4. Penderita sakit mental

5. Pembedahan lama

6. Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan

7. Riwayat penderita toksik/ alergi obat anestesi lokal

8. Penderita dengan pengobatan antikoagulan

KONTRA INDIKASI ANESTESI UMUM

1. Mutlak :dekomp.kordis derajat III – IV ; AV blok derajat II – total (tidak ada gelombang

P)

2. Relatif ; hipertensi berat/tak terkontrol (diastolic >110), DM tak terkontrol, infeksi akut,

sepsis, GNA

OBAT-OBAT ANESTESI INHALASI 3

Volatile liquid

1. chloroform

2. dietil eter

3. etil klorida

4. halotan

5. metoksifluran

6. trikoetilen

7. ensfluran

8. isofluran

9. densfluran

gas anesthetic

1. cyclopropane

2. etilen

3. nitrogen oksida

TEHNIK ANESTESI UMUM

I. SUNGKUP MUKA (fask mask) nafas spontan

Indikasi

24

Page 25: LAPORAN KASUS ANESTESI

Tindakan singkat

Keadaan umum baik ( ASA I – II )

Lambung harus kosong (pasien disuruh puasa selama 6-8 jam dengan harapan

lambung sudah kosong dalam rentang waktu tsb. Lambung harus kosong supaya

tidak terjadi reflux/regurgitasi, Karena terjadi relaksasi semua otot diakibatkan

efek anestesi umum khususnya otot yang bekerja di traktus digestivus sehingga

makanan bisa naik dan bisa terjadi aspirasi.)

Prosedur

1. Persiapan anestesi

-persiapan pasien dan memasang IV line

- persiapan alat

- Persiapan obat

2. Melakukan premedikasi

(petidin/morfin/fentanyl/diazepam/midazolam/dehydrbenzperidon)

3. Induksi (ketamin/pentotal/propofol)

4. Pemeliharaan

- Pasang sungkup muka

- berikan gas anestesi N2O/O2 dengan ratio 70% gas N2O dan 30% O2 dan

tambahkan volatile agent 1%(halotan/isofluran/ensfluran)

- kedalaman anestesi dapat diketahui dari bola mata terfiksir, refleks-refles

negatif,guidel rahang lemas dan vital sign.

- volatile agent dipertahankan dan dimatikan sebelum operasi selesai.

- Selesai operasi N2O dimatikan dan berikan O2 100%

II. INTUBASI ENDOTRAKEA Dengan NAFAS SPONTAN

Intubasi endotrakea adalah memasukkan pipa (tube) endotrakea (ET= endotrakheal tube)

kedalam trakea via oral atau nasal

Indikasi ; operasi lama, sulit mempertahankan airway (operasi di bagian leher dan

kepala) , lambung penuh, operasi cyto/segera

Prosedur :

25

Page 26: LAPORAN KASUS ANESTESI

1. Persiapan anestesi

-persiapan pasien dan memasang IV line

- persiapan alat

- Persiapan obat

2. Melakukan premedikasi

(petidin/morfin/fentanyl/diazepam/midazolam/dehydrbenzperidon)

3.Induksi (ketamin/pentotal/propofol)

4. preokgenasi

5. berikan muscle relaxant

6. pasang sungkup muka, pompa kantung udara

7. masukkan ETT/NT dan cuff dipompa

8. hubungkan ET dengan mesin anestesi

9. cek suara napas kanan dan kiri dengan stetoskop

10. pasang guedel

11. fiksasi ETT dengan plaster

12. pasang konektor antara ET dengan mesin anestesi yang telah dibuka N2O/O2 dan

volatile liquid

13. pemeliharaaan N2O/O2 : 4/2 l/menit dan volatile liquid 0.5-4% tergantung dari

respon masing-masing pasien.

III. INTUBASI DENGAN NAFAS KENDALI (KONTROL)

1. Penderita diberikan muscle relaxant

2. Untuk pemeliharaan muscle relaxant diberikan 1/3 hingga ½ dosis awal

3. Akhiri anestesi dengan napas spontan, gas anestesi diturunkan sampai 0.

4. Bila operasi selesai tetapi pasien belum napas spontan diberikan obat reverse

5. Dilakukan ekstubasi

POST OPERASI

1. Pasien diletakkan di recovery room

2. Observsi vital sign

3. Pasien gelisah kemungkinan karena nyeri. Hipoksia, hipotensi, stress psikologi

4. Penilaian pulih sadar berdasarkan aldrete score

26

Page 27: LAPORAN KASUS ANESTESI

Yang harus dinilai pada aldrete score adalah:

Kesadaran

Pernapasan

Tekanan darah

Aktivitas

Warna kulit

Jika nilai aldrete score 8-10, pasien boleh dipindahkan ke ruangan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, editors. Anestesiologi. Jakarta: Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 1989.

2. General anesthesia drugs available at http://www.drugs.com/pro/ searched 1 october

2012.

3. General anesthesia available at http://emedicine.medscape.com/article/1271543-

overview searched 29 September 2012 .

27

Page 28: LAPORAN KASUS ANESTESI

4. General anesthesia stage available at

http://medicine.tamhsc.edu/basic-sciences/next/pdf/general-anesthesia.pdf searched

30 September 2012.

28