laporan kasus anestesi -

Upload: riscky-lauw

Post on 07-Jul-2018

265 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    1/24

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan

    meliputi pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita yang mengalami pembedahan,

     pemberian bantuan hidup dasar, pengobatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi dan

     penanggulangan nyeri menahun. Pada prinsipnya dalam penatalaksanaan anestesi pada suatu

    operasi terdapat beberapa tahap yang harus dilaksanakan yaitu pra anestesi yang terdiri dari

     persiapan mental dan fisik pasien, perencanaan anestesi, menentukan prognosis dan persiapan

     pada pada hari operasi. Sedangkan tahap penatalaksanaan anestesi terdiri dari premedikasi,

    masa anestesi dan pemeliharaan, tahap pemulihan serta perawatan pasca anestesi1,2,3.

    edera kepala traumatik merupakan masalah kesehatan yang serius di masyarakatkarena merupakan pemicu kecatatan dan kematian diseluruh dunia.!," Sekitar 1#1," juta jiwa di

    $ropa dan Amerika Serikat mengalami cedera kepala tiap tahunnya." Selama 2% tahun terakhir 

     penatalaksanaan pasien cedera kepala telah meningkat secara bermakna dan pedoman

     penatalaksanaan cedera kepala traumatik berbasis bukti telah dikembangkan, namun

    walaupun ada metode diagnostik dan penatalaksanaan yang mutakhir prognosis masih jauh

    dari harapan.&

    Pengendalian tekanan intrakranial dan e'akuasi perdarahan dalam empat jam pertama

     pascatrauma dilaporkan memiliki peran penting dalam penurunan angka kesakitan dan

    kematian pada pasien cedera kepala dengan perdarahan intrakranial termasuk perdarahan

    subdural akut. (amun oleh karena banyak hal terutama persetujuan dari keluarga pasien,

    e'akuasi perdarahan sering mengalami penundaan sehingga bahaya peningkatan tekanan

    intrakranial )*+- yang berujung pada herniasi otak menjadi salah satu penyebab kegagalan

     penatalaksanaan perdarahan subdural akut.

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    A. IDENTITAS PASIEN

     (ama / An P0

    enis elamin / aki # laki

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    2/24

    sia / 1& tahun

    4erat 4adan / &% kg

    *inggi 4adan / 1"" cm

    Agama / risten

    Alamat / 5atatotok  

     (o. 50 / !&66%

    7iagnosis / $78 9rontal 7ekstra : +8 9rontal 7ekstra

    B. ANAMNESIS

    a. eluhan utama / Penurunan esadaran akibat

     b. 5iwayat penyakit sekarang /

    Pada anamnesis didapatkan pasien mengalami penurunan kesadaran akibat

    yang dialami ; " jam S05S. Awalnya penderita sedang mengendarai sepeda

    motor. emudian karena kurang hati#hati motor penderita tergelincir dan

     penderita terjatuh dengan kepala membentur aspal. 5iwayat pingsan ):-, muntah

    310" ? 1%

    Vital Sign / *ekanan darah / 12%@6% mm8g

     (adi / 62

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    3/24

    i. 4atas atas kiri /+S ++ linea parasternalis sinistra

    ii. 4atas atas kanan /+S ++ linea parasternalis de linea midkla'ikularis sinistra

    i'. 4atas bawah kanan /+S +> linea parasternalis de

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    4/24

    !

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    5/24

    E. KESAN ANESTESI

    aki # laki 1& tahun menderita $78 frontal de

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    6/24

    #

    M

    CH

    "

    #/

    "

    #/

    "

    M

    CH

    C

    $

    $/

    $

    $

    $/

    MC%

    !

    !/

    !

    !

    !/

    "

    SG

    OT

    , $

    SG

    PT

    ,"

    Ur "

    "

    $

    0

    C+  0/

    7

    0/

    7

    GD

    S

    0

    0

    "

    C12

    3r

    0

    0

    Ka2

    -

    4

    /

    "

    0

    /

    0

    Nat

    r-

    4

    $

    7

    0

    G. LAPORAN ANESTESI

    1. 7iagnosis Pra 4edah

    +8 9rontal 7ekstra : $78 9rontal 7ekstra

    2. 7iagnosis Pasca 4edahPost raniotomy

    3. Penatalaksanaan Preoperasi

    a +nfus 5 "%% cc

    !. Penatalaksanaan Anestesi

    a. enis Pembedahan / Craniotomy

     b. enis Anestesi / =eneral Anestesi

    c. *eknik Anestesi / +nhalasi Semi losed dengan intubasi $ndotraceal

    *ube

    d. 0ulai Anestesi / Pukul 21.3% +*A

    e. 0ulai Cperasi / Pukul 21.!% +*Af. Premedikasi / Sulfas Atropin %,2" mg

    9entanyl "% mg

    g. +nduksi / Atracurium 1% mg

      Propofol 6% mg

    h. 0edikasi tambahan / etorolac 3% mg

    .i. 0aintanance / C2, (2C,se'oflurane

     j. 5elaksasi / #

    k. 5espirasi / Spontan

    l. Posisi / Supine

    m. airan 7urante Cperasi / 5 2"% ml

    &

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    7/24

    n . Selesai operasi / %%.3% +*A

    Pasien, An. P0, 1& tahun datang ke ruang operasi untuk menjalani operasi

    dengan diagnosis $78 frontal de

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    8/24

    adekuat. emudian dilakukan ekstubasi endotracheal secara cepat untuk menghindari

     penurunan saturasi lebih lanjut.

    *otal cairan yang diberikan pada pasien ini sejumlah 2"%% cc. Pada pra anesthesia, "%%

    cc cairan (acl %,EF dan "%% cc cairan (al %,EF : sohobion. Serta pada pada +ntra

    anesthesia 1%%% cc cairan Asering dan "%% cc (al %,EF.  Perdarahan pada operasi ini kurang

    lebih 2" cc. 

    Pada pukul 21.3% +*A, pembedahan selesai dilakukan, dengan pemantauan akhir *7

    121@%mm8gD (adi 6"

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    9/24

    relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali, tanpa efek yang tidak 

    diinginkan.6,E 

    Cbat anestesi umum yang ideal mempunyai sifat#sifat antara lain pada dosis yang

    aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup, cara pemberian mudah,

    mulai kerja obat yang cepat dan tidak mempunyai efek samping yang merugikan. Selain

    itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas keamanan

    yang luas.6

    1. Maa4,4aa4 Te+5+ A5e6te6 E

    O8e5 9r38 4et139:  ara ini dapat digunakan untuk anestesik yang menguap,

     peralatan sangat sederhana dan tidak mahal. Hat anestetik diteteskan pada kapas

    yang diletakkan di depan hidung penderita sehingga kadar yang dihisap tidak 

    diketahui, dan pemakaiannya boros karena Bat anestetik menguap ke udara

    terbuka. Se4 38e5 9r38 4et139:  8ampir sama dengan open drop, hanya untuk 

    mengurangi terbuangnya Bat anestetik digunakan masker. arbondioksida yang

    dikeluarkan sering terhisap kembali sehingga dapat terjadi hipoksia. ntuk 

    menghindarinya dialirkan 'olume fresh gas flow yang tinggi minimal 3< dari

    minimal 'olume udara semenit.

    Se4 236e9 4et139: dara yang dihisap diberikan bersama oksigen murni

    yang dapat ditentukan kadarnya kemudian dilewatkan pada 'aporiBer sehingga

    kadar Bat anestetik dapat ditentukan. dara napas yang dikeluarkan akan

    dibuang ke udara luar. euntungannya dalamnya anestesi dapat diatur dengan

    memberikan kadar tertentu dari Bat anestetik, dan hipoksia dapat dihindari

    dengan memberikan 'olume fresh gas flow kurang dari 1%%F kebutuhan.

    C236e9 4et139:  ara ini hampir sama seperti semi closed hanya udara

    ekspirasi dialirkan melalui soda lime yang dapat mengikat C2, sehingga udara

    yang mengandung anestetik dapat digunakan lagi.

    7alam memberikan obat#obatan pada penderita yang akan menjalani operasi maka

     perlu diperhatikan tujuannya yaitu sebagai premedikasi, induksi, maintenance, dan lain#

    lain.

    ". Per6a8a5 Pra A5e6te6

    Pasien yang akan menjalani anestesi dan pembedahan )elektif@darurat- harus

    dipersiapkan dengan baik. unjungan pra anestesi pada bedah elektif dilakukan 1#2 hari

    sebelumnya, dan pada bedah darurat sesingkat mungkin. unjungan pra anestesi pada

     pasien yang akan menjalani operasi dan pembedahan baik elektif dan darurat mutlak 

    E

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    10/24

    harus dilakukan untuk keberhasilan tindakan tersebut. Adapun tujuan kunjungan pra

    anestesi adalah/1,

    a. 0empersiapkan mental dan fisik secara optimal.

     b. 0erencanakan dan memilih teknik serta obat#obat anestesi yang sesuai dengan

    fisik dan kehendak pasien.

    c. 0enentukan status fisik dengan klasifikasi ASA ) American Society

     Anesthesiology-/

    ASA + / Pasien normal sehat, kelainan bedah terlokalisir, tanpa kelainan faali,

     biokimiawi, dan psikiatris. Angka mortalitas 2F.

    ASA ++ / Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai dengan sedang

    sebagai akibat kelainan bedah atau proses patofisiologis. Angka

    mortalitas 1&F.ASA +++ / Pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga akti'itas harian

    terbatas. Angka mortalitas 36F.

    ASA +> / Pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa, tidak 

    selalu sembuh dengan operasi. 0isal / insufisiensi fungsi organ,

    angina menetap. Angka mortalitas &6F.

    ASA > / Pasien dengan kemungkinan hidup kecil. *indakan operasi hampir 

    tak ada harapan. *idak diharapkan hidup dalam 2! jam tanpa

    operasi @ dengan operasi. Angka mortalitas E6F.

    ASA >+ / Pasien mati otak yang organ tubuhnya akan diambil )didonorkan-&

    ntuk operasi cito, ASA ditambah huruf $ )$mergency- terdiri dari kegawatan

    otak, jantung, paru, ibu dan anak.

    a. Pe4er+6aa5 8ra38era6 a5e6te6 ,6

    +. Anamnesis

    1. +dentifikasi pasien yang terdiri dari nama, umur, alamat, dll.

    2. eluhan saat ini dan tindakan operasi yang akan dihadapi.

    3. 5iwayat penyakit yang sedang@pernah diderita yang dapat menjadi penyulit

    anestesi seperti alergi, diabetes melitus, penyakit paru kronis )asma bronkhial,

     pneumonia, bronkhitis-, penyakit jantung, hipertensi, dan penyakit ginjal.

    !. 5iwayat obat#obatan yang meliputi alergi obat, intoleransi obat, dan obat yang

    sedang digunakan dan dapat menimbulkan interaksi dengan obat anestetik 

    seperti kortikosteroid, obat antihipertensi, antidiabetik, antibiotik, golongan

    aminoglikosid, dan lain lain.

    1%

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    11/24

    ". 5iwayat anestesi dan operasi sebelumnya yang terdiri dari tanggal, jenis

     pembedahan dan anestesi, komplikasi dan perawatan intensif pasca bedah.

    &. 5iwayat kebiasaan sehari#hari yang dapat mempengaruhi tindakan anestesi

    seperti merokok, minum alkohol, obat penenang, narkotik 

    . 5iwayat keluarga yang menderita kelainan seperti hipertensi maligna.

    6. 5iwayat berdasarkan sistem organ yang meliputi keadaan umum, pernafasan,

    kardio'askular, ginjal, gastrointestinal, hematologi, neurologi, endokrin,

     psikiatrik, ortopedi dan dermatologi.

    ++. Pemeriksaan 9isik  

    1. eadaan psikis / gelisah,takut, kesakitan

    2. eadaan giBi / malnutrisi atau obesitas3. *inggi dan berat badan. ntuk memperkirakan dosis obat, terapi cairan yang

    diperlukan, serta jumlah urin selama dan sesudah pembedahan.

    !. 9rekuensi nadi, tekanan darah, pola dan frekuensi pernafasan, serta suhu tubuh.

    ". alan nafas )airway-. alan nafas diperiksa untuk mengetahui adanya trismus,

    keadaan gigi geligi, adanya gigi palsu, gangguan fleksi ekstensi leher, de'iasi

    ortopedi dan dermatologi. Ada pula pemeriksaan mallampati, yang dinilai dari

    'isualisasi pembukaan mulut maksimal dan posisi protusi lidah. Pemeriksaan

    mallampati sangat penting untuk menentukan kesulitan atau tidaknya dalam

    melakukan intubasi. Penilaiannya yaitu/

    i. 0allampati + / palatum molle, u'ula, dinding posterior

    oropharynk, tonsilla palatina dan tonsilla

     pharingeal

    ii. 0allampati ++ / palatum molle, sebagian u'ula, dinding

     posterior u'ula

    iii. 0allampati +++ / palatum molle, dasar u'ula

    i'. 0allampati +> / palatum durum saja

    &. antung, untuk menge'aluasi kondisi jantung

    . Paru#paru, untuk melihat adanya dispneu, ronki dan mengi

    6. Abdomen, untuk melihat adanya distensi, massa, asites, hernia, atau tanda

    regurgitasi.

    11

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    12/24

    E. $kstremitas, terutama untuk melihat adanya perfusi distal, sianosis, adanya jari

    tabuh, infeksi kulit, untuk melihat di tempat#tempat pungsi 'ena atau daerah

     blok saraf regional

    +++. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain

    ab rutin /

    1. Pemeriksaan lab. 7arah

    2. rine / protein, sedimen, reduksi

    3. 9oto rongten ) thoraks -

    !. $=

    Pemeriksaan khusus, dilakukan bila ada indikasi /

    1. $= pada anak 

    2. Spirometri pada tumor paru

    3. *es fungsi hati pada ikterus

    !. 9ungsi ginjalpada hipertensi

    ". A=7, elektrolit.

    . Pre4e9+a6 A5e6te6

    Premedikasi anestesi adalah pemberian obat sebelum anestesi. Adapun tujuan dari

     premedikasi antara lain /1,2

    a. memberikan rasa nyaman bagi pasien, misal / diaBepam. b. menghilangkan rasa khawatir, misal / diaBepam

    c. membuat amnesia, misal / diaBepam, midaBolam

    d. memberikan analgesia, misal / fentanyl, pethidin

    e. mencegah muntah, misal / droperidol, ondansentron

    f. memperlancar induksi, misal / pethidin

    g. mengurangi jumlah obat#obat anesthesia, misal pethidin

    h. menekan reflek#reflek yang tidak diinginkan, misal / tracurium, sulfas atropin.

    i. mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas, misal / sulfas atropin dan hiosin.

    Premedikasi diberikan berdasar atas keadaan psikis dan fisiologis pasien yang

    ditetapkan setelah dilakukan kunjungan prabedah. 7engan demikian maka pemilihan

    obat premedikasi yang akan digunakan harus selalu dengan mempertimbangkan umur 

     pasien, berat badan, status fisik, derajat kecemasan, riwayat pemakaian obat anestesi

    sebelumnya, riwayat hospitalisasi sebelumnya, riwayat penggunaan obat tertentu yang

    12

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    13/24

     berpengaruh terhadap jalannya anestesi, perkiraan lamanya operasi, macam operasi,

    dan rencana anestesi yang akan digunakan2.

    . Oat,3ata5 Pre4e9+a6

    Pada kasus ini digunakan obat premedikasi 1,2,3 /

    a. Fe5ta52

    9entanil merupakan salah satu preparat golongan analgesik opioid dan

    termasuk dalam opioid potensi tinggi dengan dosis 1%%#1"% mcg@kg44, termasuk 

    sufentanil )%,2"#%," mcg@kg44-. 4ahkan sekarang ini telah ditemukan remifentanil,

    suatu opioid yang poten dan sangat cepat onsetnya, telah digunakan untuk 

    meminimalkan depresi pernapasan residual. Cpioid dosis tinggi yang deberikan

    selama operasi dapat menyebabkan kekakuan dinding dada dan laryn. 7osis tinggi fentanil menimbulkan kekakuan

    yang jelas pada otot lurik, yang mungkin disebabkan oleh efek opioid pada tranmisi

    dopaminergik di striatum. $fek ini di antagonis oleh nalokson. 9entanyl biasanya

    digunakan hanya untuk anestesi, meski juga dapat digunakan sebagai anelgesi pasca

    operasi. Cbat ini tersedia dalam bentuk larutan untuk suntik dan tersedia pula dalam

     bentuk kombinasi tetap dengan droperidol1. 9entanyl dan droperidol )suatu

     butypherone yang berkaitan dengan haloperidol- diberikan bersama#sama untuk 

    menimbulkan analgesia dan amnesia dan dikombinasikan dengan nitrogen oksida

    memberikan suatu efek yang disedut sebagai neurolepanestesia1,2.

    9. I59-+6

    +nduksi merupakan saat dimasukkannya Bat anestesi sampai tercapainya

    stadium pembedahan yang selanjutnya diteruskan dengan tahap pemeliharaan anestesi

    untuk mempertahankan atau memperdalam stadium anestesi setelah induksi.13

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    14/24

    Pada kasus ini digunakan obat induksi /

    a. Pr383;32

    Propofol )2,diisoprophylphenol- adalah campuran 1F obat dalam air dan

    emulsi yang berisi 1%F  soya bean oil , 1,2F phosphatide telur dan 2,2"F glyserol.

    7osis yang dianjurkan 2," mg@kg44 untuk induksi tanpa premedikasi 3.

    Propofol memiliki kecepatan onset yang sama dengan barbiturat intra'ena

    lainnya, namun pemulihannya lebih cepat dan pasien dapat diambulasi lebih cepat

    setelah anestesi umum. Selain itu, secara subjektif, pasien merasa lebih baik setelah

     postoperasi karena propofol mengurangi mual dan muntah postoperasi. Propofol

    digunakan baik sebagai induksi maupun mempertahankan anestesi dan merupakan

    agen pilihan untuk operasi bagi pasien rawat jalan. Cbat ini juga efektif dalam

    menghasilkan sedasi berkepanjangan pada pasien dalam keadaan kritis. Penggunaan

     propofol sebagai sedasi pada anak kecil yang sakit berat )kritis- dapat memicu

    timbulnya asidosis berat dalam keadaan terdapat infeksi pernapasan dan kemungkinan

    adanya skuele neurologik 2,3.

    Pemberian propofol )2mg@kg- intra'ena menginduksi anestesi secara cepat.

    5asa nyeri kadang#kadang terjadi di tempat suntikan, tetapi jarang disertai plebitis

    atau trombosis. Anestesi dapat dipertahankan dengan infus propofol yang

     berkesinambungan dengan opiat, (2C dan@atau anestetik inhalasi lain1,3

    Propofol dapat menyebabkan turunnya tekanan darah yang cukup berarti

    selama induksi anestesi karena menurunnya resitensi arteri perifer dan 'enodilatasi.

    Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira#kira 6%F tetapi efek ini disebabkan

    karena 'asodilatasi perifer daripada penurunan curah jantung. *ekanan sistemik 

    kembali normal dengan intubasi trakea.

    Setelah pemberian propofol secara intra'ena, waktu paruh distribusinya adalah

    2#6 menit, dan waktu paruh redistribusinya kira#kira 3%#&% menit. Propofol cepat

    dimetabolisme di hati 1% kali lebih cepat daripada thiopenthal pada tikus. Propofol

    diekskresikan ke dalam urin sebagai glukoronid dan sulfat konjugat, dengan kurang

    dari 1F diekskresi dalam bentuk aslinya. lirens tubuh total anestesinya lebih besar 

    daripada aliran darah hepatik, sehingga eliminasinya melibatkan mekanisme

    ekstrahepatik selain metabolismenya oleh enBim#enBim hati. Propofol dapat

     bermanfaat bagi pasien dengan gangguan kemampuan dalam memetabolisme obat#

    obat anestesi sedati yang lainnya. Propofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal. Aliran

    1!

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    15/24

    darah ke otak, metabolisme otak dan tekanan intrakranial akan menurun. euntungan

     propofol karena bekerja lebih cepat dari tiopental dan kon'ulsi pasca operasi yang

    minimal.

    Propofol merupakan obat induksi anestesi cepat. Cbat ini didistribusikan cepat

    dan dieliminasi secara cepat. 8ipotensi terjadi sebagai akibat depresi langsung pada

    otot jantung dan menurunnya tahanan 'askuler sistemik. Propofol tidak mempunyai

    efek analgesik. 7ibandingkan dengan tiopental waktu pulih sadar lebih cepat dan

     jarang terdapat mual dan muntah. Pada dosis yang rendah propofol memiliki efek 

    antiemetik 1.

    $fek samping propofol pada sistem pernafasan adanya depresi pernafasan,

    apnea, bronkospasme, dan laringospasme. Pada sistem kardio'askuler berupa

    hipotensi, aritmia, takikardi, bradikardi, hipertensi. Pada susunan syaraf pusat adanya

    sakit kepala, pusing, euforia, kebingungan, dll. Pada daerah penyuntikan dapat terjadi

    nyeri sehingga saat pemberian dapat dicampurkan lidokain )2%#"% mg-1,3.

    e. Pe4e21araa5

    a. Ntr3-6 O+69a (N"O)

    0erupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis dan tidak iritatif, tidak 

     berasa, lebih berat dari udara, tidak mudah terbakar@meledak, dan tidak bereaksi

    dengan  soda lime absorber   )pengikat C2-. 0empunyai sifat anestesi yang

    kurang kuat, tetapi dapat melalui stadium induksi dengan cepat, karena gas ini

    tidak larut dalam darah. =as ini tidak mempunyai sifat merelaksasi otot, oleh

    karena itu pada operasi abdomen dan ortopedi perlu tambahan dengan Bat

    relaksasi otot. *erhadap SSP menimbulkan analgesi yang berarti. 7epresi nafas

    terjadi pada masa pemulihan, hal ini terjadi karena (itrous Cksida mendesak 

    oksigen dalam ruangan#ruangan tubuh. 8ipoksia difusi dapat dicegah dengan

     pemberian oksigen konsentrasi tinggi beberapa menit sebelum anestesi selesai.

    Penggunaan biasanya dipakai perbandingan atau kombinasi dengan oksigen.

    Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi (2C / C2 adalah

    sebagai berikut &%F / !%F D %F / 3%F atau "%F / "%F 2.3.

    ;. Oat Pe2-48-1 Ot3t

    Cbat golongan ini menghambat transmisi neuromuscular sehingga

    menimbulkan kelumpuhan pada otot rangka. 0enurut mekanisme kerjanya, obat ini

    dibagi menjadi 2 golongan yaitu obat penghambat secara depolarisasi resisten,

    1"

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    16/24

    misalnya suksinil kolin, dan obat penghambat kompetitif atau nondepolarisasi, misal

    kurarin.

    7alam anestesi umum, obat ini memudahkan dan mengurangi cedera tindakan

    laringoskopi dan intubasi trakea, serta memberi relaksasi otot yang dibutuhkan dalam

     pembedahan dan 'entilasi kendali1,2

    .

    Cbat pelumpuh otot yang digunakan dalam kasus ini adalah /

    Atra-r-4 e62at (trar-4)

    0erupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang relatif baru yang

    mempunyai struktur benBilisoIuinolin yang berasal dari tanaman  Leontice

    leontopetaltum. 4eberapa keunggulan atrakurium dibandingkan dengan obat terdahulu

    antara lain adalah /

    a. 0etabolisme terjadi dalam darah )plasma- terutama melalui suatu reaksi kimiaunik yang disebut reaksi kimia hoffman. 5eaksi ini tidak bergantung pada fungsi

    hati dan ginjal.

     b. *idak mempunyai efek akumulasi pada pemberian berulang.

    c. *idak menyebabkan perubahan fungsi kardio'askuler yang bermakna.

    0ula dan lama kerja atracurium bergantung pada dosis yang dipakai. Pada

    umumnya mulai kerja atracurium pada dosis intubasi adalah 2#3 menit, sedang lama

    kerja atracurium dengan dosis relaksasi 1"#3" menit3.

    Pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan )sesudah lama kerja

    obat berakhir- atau dibantu dengan pemberian antikolinesterase. (ampaknya

    atracurium dapat menjadi obat terpilih untuk pasien geriatrik atau pasien dengan

     penyakit jantung dan ginjal yang berat1,2.

    emasan dibuat dalam 1 ampul berisi " ml yang mengandung "% mg

    atracurium besilat. Stabilitas larutan sangat bergantung pada penyimpanan pada suhu

    dingin dan perlindungan terhadap penyinaran.

    7osis intubasi / %," J %,& mg@kg44@i'

    7osis relaksasi otot / %," J %,& mg@kg44@i'

    7osis pemeliharaan / %,1 J %,2 mg@kg44@ i'

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    17/24

     b. 0empertahankan jalan nafas agar tetap bebas.

    c. 0encegah kemungkinan aspirasi lambung.

    d. 0empermudah penghisapan sekret trakheobronkial.

    e. Pemakaian 'entilasi yang lama.

    f. 0engatasi obstruksi laring akut.

    1. Tera8 Cara5

    Prinsip dasar terapi cairan adalah cairan yang diberikan harus mendekati

     jumlah dan komposisi cairan yang hilang. *erapi cairan perioperatif bertujuan untuk 1.

    a. 0emenuhi kebutuhan cairan, elektrolit dan darah yang hilang selama operasi.

     b. 0engatasi syok dan kelainan yang ditimbulkan karena terapi yang diberikan.

    Pemberian cairan operasi dibagi /

    a. Pra operasi7apat terjadi defisit cairan karena kurang makan, puasa, muntah,

     penghisapan isi lambung, penumpukan cairan pada ruang ketiga seperti pada

    ileus obstruktif, perdarahan, luka bakar dan lain#lain. ebutuhan cairan untuk 

    dewasa dalam 2! jam adalah 2 ml @ kg 44 @ jam. Setiap kenaikan suhu 1 % elcius

    kebutuhan cairan bertambah 1%#1" F.

     b. Selama operasi

    7apat terjadi kehilangan cairan karena proses operasi. ebutuhan cairan

     pada dewasa untuk operasi /

     

    5ingan? ! ml@kg44@jam.

     

    Sedang? & ml@kg44@jam

     

    4erat ? 6 ml@kg44@jam.

    4ila terjadi perdarahan selama operasi, di mana perdarahan kurang dari 1%

    F $4> maka cukup digantikan dengan cairan kristaloid. Apabila perdarahan

    lebih dari 1% F maka dapat dipertimbangkan pemberian plasma @ koloid @dekstran.

    c. Setelah operasi

    Pemberian cairan pasca operasi ditentukan berdasarkan defisit cairan

    selama operasi ditambah kebutuhan sehari#hari pasien1.

    . Pe4-21a5

    Pasca anestesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca operasi dan anestesi

    yang biasanya dilakukan di ruang pulih sadar atau recovery room yaitu ruangan untuk 

    1

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    18/24

    obser'asi pasien pasca atau anestesi. 5uang pulih sadar merupakan batu loncatan

    sebelum pasien dipindahkan ke bangsal atau masih memerlukan perawatan intensif di

     ICU . 7engan demikian pasien pasca operasi atau anestesi dapat terhindar dari

    komplikasi yang disebabkan karena operasi atau pengaruh anestesinya2.

    ntuk memindahkan pasien dari ruang pulih sadar ke ruang perawatan perlu

    dilakukan skoring tentang kondisi pasien setelah anestesi dan pembedahan. 4eberapa

    cara skoring yang biasa dipakai untuk anestesi umum yaitu cara Aldrete dan Steward,

    dimana cara Steward  mula#mula diterapkan untuk pasien anak#anak, tetapi sekarang

    sangat luas pemakaiannya, termasuk untuk orang dewasa. Sedangkan untuk regional

    anestesi digunakan skor romage1,&! 

    Tae2 . A29rete S3r5< S=6te4

    N3. Krtera S+3r

    Akti'itas

    motorik 

    0ampu menggerakkan ke#! ekstremitas atas

     perintah atau secara sadar.

    0ampu menggerakkan 2 ekstremitas atas perintah

    atau secara sadar.

    *idak mampu menggerakkan ekstremitas atas

     perintah atau secara sadar.

    2

    1

    %

    " 5espirasi  (afas adekuat dan dapat batuk 

     (afas kurang adekuat@distress@hipo'entilasi

    Apneu@tidak bernafas

    2

    1

    %

    $ Sirkulasi   *ekanan darah berbeda ; 2%F dari semula

    *ekanan darah berbeda ; 2%#"%F dari semula

    *ekanan darah berbeda K"%F dari semula

    2

    1

    %

    esadaran   Sadar penuh

    4angun jika dipanggil

    *idak ada respon atau belum sadar 

    2

    1

    %

    arna kulit   emerahan atau seperti semula

    Pucat

    Sianosis

    2

    1

    %

     Aldrete score L 6, tanpa nilai %, maka dapat dipindah ke ruang perawatan.

    16

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    19/24

    Tae2 ". Ste>ar9 S3r5< S=6te4

    N3. Krtera S+3r

    esadaran 4angun

    5espon terhadap stimuli

    *ak ada respon

    2

    1

    %

    " alan napas 

    4atuk atas perintah atau menangis 0empertahankan jalan nafas dengan baik 

    Perlu bantuan untuk mempertahankan jalan nafas

    21

    %

    $ =erakan 0enggerakkan anggota badan dengan tujuan

    =erakan tanpa maksud

    *idak bergerak 

    2

    1

    %

    Steward score L" boleh dipindah ruangan.

    Tae2 $. R3ert635 S3r5< S=6te4

    N3. Krtera S+3r

    esadaran Sadar penuh, membuka mata, berbicara

    *idur ringan

    0embuka mata atas perintah

    *idak ada respon

    !

    3

    2

    1

    " alan napas   4atuk atas perintah

    alan nafas bebas tanpa bantuan

    alan nafas bebas tanpa bantuan ekstensi kepala

    *anpa bantuan obstruksi

    3

    2

    1

    %

    $ Aktifitas   0engangkat tangan atas perintah

    =erakan tanpa maksud

    *idak bergerak 

    2

    1

    %

    Tae2 . S3r5< S=6te4 -5t-+ 8a6e5 a5a+ 

    Ta59a Krtera

    *anda 'ital 5espirasi, *@(, suhu seperti semula

    5eflek laryng dan pharyng 0ampu menela, batuk, dan muntah

    =erakan 0ampu bergerak sesuai umur dan tingkat

     perkembangan

    0untah 0untah, mual pusing minimal

    Pernafasan *idak ada sesak nafas, stridor, dan mendengkur 

    esadaran Alert, orientasi tempat, waktu, dan orang

    1E

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    20/24

     

    Tae2 . Br34a

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    21/24

    anestesi yang dipergunakan untuk rumatan anestesi dipilih yang mempunyai kemampuan

    menurunkan *+, mempertahankan tekanan perfusi serebral )PP-, menjaga stabilitas

    kardio'askular dan memiliki efek proteksi otak terhadap bahaya iskemia.

    Anestesi inhalasi merupakan metabolisme otak dan menyebabkan 'asodilatasi serebral

    yang akan meningkatkan aliran darah otak )49-, dan *+ pada konsentrasi lebih dari 1

    0A. 7engan menggunakan obat tersebut pada konsentrasi yang rendah efek 'asodilatasi

    serebral dapat diminimalisir. Cbat anestesi inhalasi nitrous o

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    22/24

    &. Propofol dan atracurium kontinyu serta de

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    23/24

    DAFTAR PUSTAKA

    1. 0uhardi, 0, dkk. )1E6E-.  Anestesiologi, 4agian Anastesiologi dan *erapi +ntensif,

    9+. akarta/ > +nfomedia.

    2. urry P, >iemes 7, Sharma 7. Perioperati'e management of traumatic brain injury. +nt

    rit +lln +nj Sci 2%11.

    3. eitgeb , 0auritB , 4raBino'a A, anciak +, 0adjan 0, ilbacher +, et.al. Cutcome

    after se'ere brain trauma due to acute subdural hematoma. (eurosurg 2%12D11/32!#33.

    !. 0oppet +. *raumatic brain injury/ assesment, resuscitation and early management. 4r

    Anaesth 2%%D EE / 16#31.

    ". arasu A, i'elek $, Aras G, Sabanci PA, anse'er *, Ganar 8 et.al. Analysis of clinical

     prognostic factors in operated traumatic acute subdural hematoms. *urkish ournal of 

    *rauma $mergency Surgery 2%1%D 1&)3-/233#3&.

    &. 8andoko, *ony. 1EE". Anesteti" Umum. 7alam /9armakologi dan *erapi 9+ , edisi

    ke# !. akarta/ =aya baru.

    . atief, S, dkk. 2%%2.  $etun%u" $ra"tis Anestesiologi, edisi kedua. akarta / 4alai

    Penerbit 9+

    6. irdjoatmodjo, ., 2%%%.  Anestesiologi dan Reanimasi &odul #asar untu" 

     $endidi"an S ' (edo"teran. akarta/ 7epartemen Pendidikan (asional.

    E. ab@S09 Anestesiologi reanimasi. 2%1%. Panduan epaniteraan linik 

    Anestesiologi.

    1%. 8andoko, *ony. 1EE". Anesteti" Umum. 7alam /9armakologi dan *erapi 9+ , edisi

    ke# !. akarta/ =aya baru.

    11. atief, S, dkk. 2%%2.  $etun%u" $ra"tis Anestesiologi, edisi kedua. akarta / 4alai

    Penerbit 9+

    12. 0ansjoer A, Suprohaita, dkk. 2%%2. Ilmu Anestesi! dalam/ apita Selekta edokteran

    9+. ilid 2. edisi ketiga. akarta / 0edia Aesculapius

    23

  • 8/19/2019 Laporan kasus anestesi -

    24/24

    13. 4asuki S, Suryono 4, Saleh S . Penatalaksanaan Perioperatif edera epala

    *raumatik 4erat dengan *anda ushing. (+ 2%1"D!)1-/3!#!2

    1!. histanto S, 5ahardjo S, Suryono 4, Saleh S . Penatalaksanaan Pasien 4 dengan

    $'akuasi Perdarahan Subdural yang *ertunda. (+ 2%1"D!)3-/1#6&

    2!