laporan jurnal titl

27
Tugas Hari/Tanggal : Selasa, 25 Mei 2010 m.k. Teknologi Industri Tumbuhan Laut Asisten : 1. Muhamad Idris 2. Wahyu Ramadhan 3. Rahmawati R. 4. Made Suhandana KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma isiforme (Solieriaceae, Rhodophyta) YANG BERASAL DARI NIKARAGUA Oleh: Kelompok 7 Yunni Kosasih C34070005 Lenni Asnita Lingga C34070021 Gusti Adi Nirwansyah C34070028 Mardiana C34070039 Siti Anwariyah C34070054 Sabri Sudirman C34070079 Azwin Apriandi C34070081 Sri Wahyuni C34070083 Rizki Rahmat A. C34070090 Himatun Faoziyah C34070100

Upload: sabri-sudirman

Post on 23-Jun-2015

802 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Jurnal TITL

Tugas Hari/Tanggal : Selasa, 25 Mei 2010m.k. Teknologi Industri Tumbuhan Laut Asisten : 1. Muhamad Idris

2. Wahyu Ramadhan 3. Rahmawati R. 4. Made Suhandana

KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma isiforme (Solieriaceae, Rhodophyta) YANG BERASAL DARI

NIKARAGUA

Oleh:

Kelompok 7

Yunni Kosasih C34070005Lenni Asnita Lingga C34070021

Gusti Adi Nirwansyah C34070028Mardiana C34070039Siti Anwariyah C34070054Sabri Sudirman C34070079Azwin Apriandi C34070081Sri Wahyuni C34070083Rizki Rahmat A. C34070090Himatun Faoziyah C34070100

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2010

Page 2: Laporan Jurnal TITL

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri karagenan sejak 15 tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang

pesat yaitu sekitar 8% per tahun dengan jumlah produksi karagenan mencapai

28.000 ton atau senilai US$ 270 juta (McHugh 2001). Peningkatan permintaan

dan pengembangan industri yang memanfaatkan karagenan di seluruh dunia

tersebut dapat menimbulkan permasalahan penting yaitu perlunya dicari sumber

bahan baku baru.

Rumput laut tropis jenis Eucheuma isiforme merupakan jenis rumput laut

penghasil karagenan yang banyak ditemukan di daerah Teluk Meksiko dan

kepulauan Karibia (Cheney 1988). E. isiforme dikenal sebagai carrageenophyte

yang penting di kepulauan Karibia dan sudah dibudiyakan secara komersial di

Belize, Antigua dan Barbuda serta dimanfaatkan sebagai makanan tradisional

(Seamoss). Meskipun kekayaan rumput laut di Karibia dan daerah sekitarnya

dapat mencukupi kebutuhan industri pengolahan rumput laut untuk wilayah

Amerika Utara dan Eropa, namun sedikit sekali perhatian ditujukan untuk

pemanfaatan spesies E. isiforme tersebut sebagai bahan baku pada industri

Phycoocolloid. Pemanfaatannya selama ini hanya terbatas pada proses pembuatan

minuman tradisional dan pudding (Espinosa-Avalos 1994).

Kelangkaan data tentang karakteristik E. isiforme dari Karibia menjadi

faktor penghambat pemanfaatan spesies tersebut sebagai sumber karagenan,

Hingga saat ini, belum ditemukan laporan mengenai nilai ekonomis produksi

rumput laut jenis ini di Nikaragua. Berdasarkan evaluasi awal yang dilakukan

sepanjang pesisir pantai Karibia, Nikaragua; E. isiforme teridentifikasi sebagai

spesies yang paling potensial dengan jumlah yang sangat melimpah.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik karagenan yang

diekstrak dari E.isiforme untuk eksploitasi rumput laut berpotensi di Nikaragua,

menentukan komposisi kimia phycocolloid, membantu dalam memahami sifat

fisiologis ganggang, sehingga menghasilkan data yang dapat digunakan sebagai

bahan baku industri.

Page 3: Laporan Jurnal TITL

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Eucheuma isiforme

Eucheuma isiforme merupakan salah satu jenis rumput laut merah

(Rhodophyceae) dan karaginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-karaginan.

Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut ini sangat tergantung dari faktor-faktor

oseanografi (fisika, kimia dan pergerakan atau dinamika laut) serta jenis substrat

dasarnya. Rumput laut mengambil nutrisi dari sekitarnya secara difusi melalui

dinding thallusnya untuk pertumbuhannya (DJPB 2009). Klasifikasi Eucheuma

isiformei menurut Dawson (1956) diacu dalam Aslan (1998) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigartinales

Famili : Solieracea

Genus : Eucheuma

Species : Eucheuma isiforme

Morfologi rumput laut Euchema isiforme dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Euchema isiformeSumber: Anonim (2009)

Eucheuma isiforme mempunyai thallus silindris, permukaan licin dan cartilogeneus. Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan (Aslan 2008).

Page 4: Laporan Jurnal TITL

Penampakan thalli bervariasi mulai dari bentuk sederhana sampai kompleks.

Duri-duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang-jarang dan tidak bersusun

melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang-batang utama

keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Tumbuh melekat ke substrat

dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh

dengan membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah

datangnya sinar matahari (Atmadja 1996). Umumnya Eucheuma isiforme tumbuh

dengan baik di daerah pantai terumbu (reef). Habitat khasnya adalah daerah yang

memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil dan substrat

batu karang mati (Aslan 2008).

2.2 Komposisi Kimia dan Syarat Mutu Eucheuma isiforme

Rumput laut Eucheuma isiforme memiliki ciri-ciri fisik seperti thallus

silindris, permukaan licin, cartilogineus (lunak seperti tulang rawan), warna hijau,

hijau kuning, abu-abu dan merah. Penampakan thallus bervariasi mulai dari

bentuk sederhana sampai kompleks. Duri-duri pada thallus runcing memanjang,

agak jarang-jarang dan tidak bersusun melingkari thallus. Percabangan ke

berbagai arah dengan batang-batang utama keluar saling berdekatan ke daerah

asal (pangkal) (Doty 1986 diacu dalam Budikusuma 2008).

Rumput laut Eucheuma isiforme tumbuh melekat ke substrat dengan alat

perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh berbentuk

rumpun yang rimbun dengan ciri-ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar

matahari (Budikusuma 2008). Komposisi kimia rumput laut Eucheuma isiforme

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Rumput Laut Eucheuma isiformeKomposisi Jumlah

Air (%) 13.90Protein (%) 2.69Lemak (%) 0.37Serat Kasar (%) 0.95Abu (%) 17.09MineralCa (ppm)Fe (ppm)Cu (ppm)Pc (ppm)

22.390.1212.7630.040

Page 5: Laporan Jurnal TITL

Komposisi JumlahVitamin B1 (Thiamin) (mg/100 gr) 0.14Vitamin B2 (Riboflavin) (mg/100 gr) 2.70Vitamin C (mg/100 gr) 12Karagenan (%) 61.52Agar - Sumber: Istini et al. (1985)

Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun sebanarnya dalam dunia ilmu pengetahuan diartikan sebagai alga (ganggang) yang berasal dari bahasa latin yaitu algor yang berarti dingin. Ganggang laut adalah tanaman tingkat rendahvyang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang dan daun. Meskipun wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi sesungguhnya hanya merupakan bentuk thallus belaka (Duddington 1971).

Rumput laut biasanya dalam bentuk segar dan kering. Rumput laut segar biasanya digunakan sebagai bibit bagi siklus produksi berikut, sedangkan rumput laut kering digunakan sebagai bahan baku untuk produk karaginan, alginat dan agar. Ketiga jenis bahan tersebut dibutuhkan bagi industri makanan, kosmetika, farmasi, kimia, pakan dan lain sebagainya (Winarno 1990).

Rumput laut kering memiliki mutu dan karakteristik tertentu. Mutu rumput laut kering akan menentukan hasil dari produk yang akan dihasilkan dari rumput laut tersebut setalah diolah. Adapun standar mutu rumput laut berdasarkan ketetapan dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Standar mutu rumput laut kering

KarakteristikJenis Rumput laut

Eucheuma Gelidium Gracilaria Hypnea

Kadar air maks (%) 32 15 25 20

Benda asing maksimal (%) 5*) 5**) 5**) 5**)

Bau Spesifik

rumput laut

spesifik

rumput laut

spesifik

Rumput laut

Spesifik

rumput laut

Sumber : BSN (1998)*) : Benda asing (garam, pasir, karang, kayu dan jenis lainnya)**) : Benda asing (garam, pasir, karang dan kayu)

2.3 Potensi Pemanfaatan Euchema isiforme

Eucheuma isiforme mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan

internasional sebagai penghasil ekstrak karaginan. Kadar karaginan dalam setiap

spesies Eucheuma berkisar antara 54–73 % tergantung pada jenis dan lokasi

Page 6: Laporan Jurnal TITL

tempat tumbuhnya. Jenis ini asal mulanya didapat dari perairan Sabah (Malaysia)

dan Kepulauan Sulu (Filipina). Selanjutnya dikembangkan ke berbagai negara

sebagai tanaman budidaya. pemanfaatan rumput laut (Eucheuma cottonii) dalam

meningkatkan nilai kandungan serat dan yodium tepung terigu dalam pembuatan

mie basah (Aslan 2008).

2.4 Karagenan

Karagenan merupakan suatu istilah untuk polisakarida yang diperoleh

melalui ekstraksi alkali dan modifikasi dari alga merah (Rhodophyceae)

kebanyakan berasal dari genus Chondrus, Euchema, Gigartina dan Iridaea.

Rumput laut yang berbeda menghasilkan karagenan yang berbeda pula

(Muchtadi 1989).

Karagenan dibuat dari rumput laut yang dikeringkan, rumput laut diayak

untuk menghilangkan kotoran-kotoran seperti pasir dan kemudian dicuci. Setelah

melalui perlakuan dengan larutan basa panas (contohnya 5-8 % kalium

hidroksida), selulosanya dihilangkan dari karagenan dengan menggunakan proses

sentrifugasi dan filtrasi. Larutan karagenan yang didapat dipekatkan melalui

evaporasi, kemudian dikeringkan dan dipisahkan lagi menurut spesifikasinya

(Parwatal 2007).

Istini et al. (1985) menyebutkan bahwa terdapat 3 jenis utama karagenan

yaitu:

- Kappa, gel yang keras dan kaku, dihasilkan dari Kappaphycus cottonii.

- Iota, gel yang lembut, dihasilkan dari Eucheuma spinosum.

- Lambda, membentuk gel jika dicampurkan dengan protein daripada dicampur

dengan air.

2.5 Persyaratan Mutu Karagenan

Indonesia belum memiliki standar mutu karagenan, tetapi secara

internasional telah dikeluarkan spesifikasi mutu karagenan sebagai persyaratan

minimum yang diperlukan bagi suatu industri pengolahan baik dari segi teknologi

maupun dari segi ekonomis yang meliputi kuantitas dan kuantitas hasil ekstraksi

rumput laut.

Page 7: Laporan Jurnal TITL

Spesifikasi mutu karagenan yang dikeluarkan oleh FAO, FCC dan EEC

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Spesifikasi mutu karagenan

Spesifikasi FAO FAC ECCZat volatil maks (%) 12 12 12Viskositas pada larutan 1.5% min 5 cps 5 cps 5 cpsSulfat (%) maks 15-40 35 15-40Abu (%) maks 15-40 35 15-40Abu tidak larut asam (%) maks - 1 2Logam berat

Pb (ppm) maks

10 10 10

As (ppm) maks

3 3 3

Cu + Zn (ppm) maks

- - 50

Zn (ppm) maks

- - 25

Kehilangan karena pengeringan

- - -

Sumber: A/S Kobenhavsn Pektifabrik (1978) diacu dalam Mindarwati (2006)

2.6 Proses Pembuatan Karagenan

Ekstraksi karagenan dari rumput laut pada prinsipnya merebus rumput laut

dalam larutan perebus kemudian disaring, dijendalkan dan dipres kembali. Untuk

memperoleh tepung karagenan dengan kekuatan gel yang tinggi, rumput laut yang

digunakan sebaiknya adalah rumput laut yang telah diberi perlakuan alkali panas

(ATC) (DKP 2003).

Pembuatan karagenan dimulai dengan penimbangan rumput laut kering

yang sudah dibersihkan, setelah itu dilakukan pencucian. Proses pencucian dan

pembersihan dilakukan dengan air mengalir untuk menghilangkan benda asing

seperti garam, karang, kayu, ranting, serta pasir yang masih menempel pada

rumput laut. Proses pencucian ini dilakukan tidak terlalu lama, hanya sampai

kotoran yang masih tersisa seperti garam dan pasir terlepas dari rumput laut. Hal

ini dimaksudkan untuk menghindari keluarnya karagenan dari rumput laut yang

disebabkan karena terjadinya lisis pada dinding sel (Pebrianata 2006).

Page 8: Laporan Jurnal TITL

Ekstraksi karagenan dilakukan dengan air panas pada suhu 90–100 oC dan

pH alkalis. Penambahan air beragam sebanyak 7–40 kali bobot rumput laut. Jenis

basa yang ditambahkan adalah NaOH atau Ca(OH)2. Lama ekstraksi beragam

antara 2–24 jam. Waktu ekstraksi mempengaruhi jenis karagenan yang dihasilkan

(Angka dan Suhartono 2000).

Proses ekstraksi dilanjutkan dengan pengeringan dalam keadaan panas.

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pembentukan gel. Penyaringan bertujuan

untuk menernihkan campuran larutan dengan cara membuang sejunlah partikel

padat atau untuk memisahkan cairan dari bagian padat bahan pangan dengan cara

menggunakan saringan (Fellows 1992 diacu dalam Pebrianata 2006).

Filtrat yang diperoleh ditampung dalam pan penjedal dan dibiarkan

membentuk gel semalam. Gel karagenan kemudian diiris dengan menggunakan

alat pemotong gel dengan ketebalan 0,8 cm sehinga membentuk lembaran

(DKP 2003).

Ekstrak karagenan dapat pula langsung dikeringkan dengan pengeringan

berputar disertai dengan penambahan senyawa mono atau digliserida atau

polisorbat (5 %) sebagai senyawa stripping. Produk yang dihasilkan dengan

metode pengeringan langsung yang lebih ekonomis biasanya kurang begitu baik,

karena masih banyak mengandung garam dan warnanya agak gelap (Angka dan

Suhartono 2000).

Page 9: Laporan Jurnal TITL

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian Ekstraksi Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma isiforme

(Solieriaceae, Rhodophyta) ini dilakukan di Pantai Karibia, Nikaragua pada bulan

Oktober 2004.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah Eucheuma isiforme, KOH 1 %

sebanyak 500 mL, HCL 5N, CTAB (hexadecyl-trimetilamonium bromida) 2 %

sebanyak 250 mL, aseton, air suling, etanol 95%, natrium asetat, HCL 1N,

akuades, tanah diatom dan kalium bromida. Alat-alat yang digunakan adalah

Gelometer Shiki Nikansui (1 cm2 plunger), Viskosimeter Cole Parmer (Vernon

Hills, Illinois, USA), timbangan digital, oven, termometer, pH meter, gelas ukur,

spektofotometer dan kertas saring.

3.3 Prosedur Kerja

Pembuatan karagenan dalam penelitian ini dimulai dengan mempersiapkan

dua belas jenis makroalga, termasuk E isiforme yang dikumpulkan Blue Fields

(Nikaragua). Eucheuma isiforme dicuci air kran untuk menghilangkan kelebihan

garam dan pasir. Pengeringan dilakukan pada suhu 60 ° C dan kemudian digiling

sebelum dibuat karagenan. Kadar abu ditetapkan menurut teori Dawes (1977).

Jumlah protein ditentukan dengan metode Lowry et al. (1951) dan total

karbohidrat dianalisis dengan asam sulfat fenol sesuai metode Dubois et al.

(1956).

Karagenan dari E. isiforme diperoleh dengan metode ekstraksi alkali

panas yang dijelaskan oleh Freile-Pelegrin et al. (2006). Sebanyak 5 g sampel

kering direhidrasi pada suhu kamar selama 12 jam dalam larutan KOH 500 mL

(1 % b/v), diikuti dengan ekstraksi alkali panas pada 85 °C selama 3 jam. Ekstrak

dicampur dengan Celite, kemudian disaring dan dilakukan penetralan filtrat

dengan HCl 5 M. Karagenan diendapkan dengan penambahan 250 mL CTAB 2%

(hexadecyl-trimetilamonium bromida) dalam air suling dan aseton dengan

perbandingan 9:1.

Page 10: Laporan Jurnal TITL

Serat karagenan yang didapat dicuci dengan hati-hati sebanyak tiga

kali dengan menggunakan 63 mL etanol 95 % dan dilakukan penghilangan residu

CTAB dengan natrium asetat. Koagulum dikeringkan selama 24 jam pada suhu

60 °C kemudian ditimbang untuk menghitung persentase dari rumput laut kering

yang dihasilkan. Prosedur yang sama tanpa KOH dilakukan untuk memperoleh

karagenan asli. Semua ekstraksi dilakukan dalam tiga kali ulangan.

Sifat rheologi dan kimia diamati pada karagenan yang diperoleh. Kekuatan

gel air ditentukan menurut metode Freile-Pelegrín dan Robledo (1997) dalam

1,5% (b/v) larutan karagenan menggunakan Shiki Nikansui gelometer (1 cm2

plunger). Viskositas diukur dengan menggunakan Cole Parmer Viscosimeter

(Vernon Hills, Illinois, USA) dengan sentipoise pada 20 rpm pada 18 mL

sampel larutan karagenan 1,5 %; yang dihomogenkan pada 75 ° C. Kadar sulfat

diukur dengan turbidimetrically setelah hidrolisis karagenan 25 mg dalam tabung

tertutup selama 12 jam dalam HCl 1 N pada 105 °C (Jackson dan McCandless

1978). Kadar 3,6 anhydrogalactose (3,6 AG) ditentukan dengan metode Matsuhiro

dan Zanlungo (1983). Rasio molar galaktosa sampai 3,6 AG untuk ester sulfat

dihitung berdasarkan total karbohidrat ganggang. Kadar galaktosa

dinyatakan sebagai kadar total karbohidrat dalam ganggang 3,6 AG yang sesuai.

Karagenan dianalisis dengan Fourier Transformer Spektroskopi Infrared (FTIR).

Analisis statistik untuk data yang diperoleh diuji normalitas (Kolmogorov-

Smirnov) dan homogenitas varians kelompok (uji Bartlett's) menggunakan

perangkat lunak statistik (Statistica 6.0, Statsoft) dan diperlakukan ANOVA.

Karakteristik karagenan dari E. isiforme dikumpulkan dan dibandingkan dengan

menggunakan ANOVA two-way. Diagram alir dari penelitian ini disajikan pada

Gambar 2,

Eucheuma isiforme

Pencucian

Pengeringan suhu 60 oC

Page 11: Laporan Jurnal TITL

Penggilingan

Uji kadar abuUji kadar protein Uji karbohidrat

Metode hot alkaline extraction pada suhu 85 oC selama 3 jam

Sampel kering 5 gram

Rehidrasi pada suhu kamar selama 12 jam dalam 500 mL larutan KOH

1% (b/v)

Pencampuran dengan celite

Penyaringan

Penetralan filtrat dengan HCl 5 M

Pengendapan dengan penambahan CTAB 2% 250 mL dengan 9:1 air suling: aseton

Recovery di atas kertas saring

Pencucian serat karagenan 3x dengan etanol 95% 63 mL

Page 12: Laporan Jurnal TITL

Gambar 2. Diagram alir pembuatan karagenan Eucheuma isiforme

Penghilangan residu CTAB dengan natrium asetat

Pengeringan koagulum selama 24 jam; suhu 60 oC

Penimbangan

Pengujian kekuatan gel Pengujian viskositas Pengujian kadar sulfat

Pengujian statistik

Page 13: Laporan Jurnal TITL

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Rumput laut yang digunakan dalam pembuatan karagenan ini adalah

Eucheuma isiforme. Kandungan abu, protein dan karbohidrat pada Eucheuma

isiforme dari Nikaragua yaitu masing-masing sebesar 34,8 ± 0,5%, 1,9 ± 0,1% dan

58,4 ± 0,5%. Komposisi dan sifat murni serta perlakukan alkali pada karagenan

dari E. isiforme yang berasal dari Nikaragua dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil

karagenan murni mengandung 57,2% dari berat kering. Setelah perlakuan alkali

terjadi penurunan sebesar 23,9%. Karagenan murni dengan perlakukan alkali

memiliki kekuatan gel yang sangat lemah sebesar kurang dari 50 g cm-2 dalam

larutan 1,5%. Viskositas pada karagenan menurun setelah perlakuan alkali. Kadar

sulfat pada karagenan dengan perlakuan alkali berkurang sebesar 19,3% dan

meningkatkan kandungan 3,6 AG sebesar 13%. Hal ini terlihat pada rasio molar

yang diperoleh pada kedua karagenan (Tabel 4). Perbandingan sifat karagenan

antara bahan yang berasal dari Nikaragua dan Meksiko berdasarkan data dari

Freile-Pelegrin et al. (2006) juga termasuk dalam Tabel 4. Dalam hal ini, analisis

statistik menunjukkan bahwa semua sifat karagenan memiliki perbedaan yang

signifikan baik antara lokasi dan antara kondisi ekstraksi (p <0,01). Hasil

karagenan yang diperoleh pada perbedaan bahan dari Nikaragua dan Meksiko

dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Kandungan karagenan murni dan perlakuan alkali pada E. isiforme dari perbandingan Nikaragua dengan Yukatan

Sumber: Freile-Pelegrin et al. (2006)

Page 14: Laporan Jurnal TITL

Gambar 3. Spektro native FTIF (A) dan alkali treated carrageenan (B) dari Eucheuma v dari Nikaragua dan iota karagenan komersial (C)

Spektrum FTIR diperlihatkan pada Gambar 3. Seluruh spektrum ditampilkan

pada sebuah pita absorpsi dengan ukuran 1,220 - 1,240 cm-1 yang terkait dengan

tingkat sulfasi (Stancioff dan Stanley 1969 diacu dalam Freile-Pelegrín dan

Robledo 2007). Sinyal kuat yakni pada sekitar 930 cm-1 adalah konsisten dengan

kehadiran 3,6 AG (Stancioff dan Stanley 1969 diacu dalam Freile-Pelegrín dan

Robledo 2007). Peningkatan pada puncak ini tampak jelas antara karagenan asli

dan karagenan dengan perlakuan alkali yang menunjukkan kehadiran prekursor,

1,4-galaktosa-6-sulfat. Spektrum karagenan asli ditunjukkan pada 867 cm-1 dan

hal ini menunjukkan kelompok sulfat pada C-6 dan disarankan adanya

nukaragenan yang dianggap sebagai pelopor biologi untuk iota karagenan

(Bodeau-Bellion 1983 diacu dalam Freile-Pelegrín dan Robledo 2007).

3.2 Pembahasan

Hasil panen menunjukkan karagenan sedikit mengalami penurunan sejak

perlakuan ekstraksi alkali panas yang melibatkan beberapa degradasi polisakarida

karena kekerasan (panas, alkalinitas) pada proses pengolahan (Stanley 1987).

Dalam hal ini, penurunan hasil setelah perlakuan alkali pada E. isiforme dari

Nikaragua dan Yukatan adalah sama (ca. 24%), meskipun bahan dari Nikaragua

Page 15: Laporan Jurnal TITL

menunjukkan lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan oleh

Freile-Pelegrin dan Robledo (2007) (Tabel 4).

Nilai viskositas karagenan terdapat dalam rentang dilaporkan untuk

spesies lainnya penghasil iota (Azanza-Corrales dan Sa-a 1990; Brenden dan

Burung 1994; Freile-Pelegrin et al. 2006 diacu dalam Freile-Pelegrín dan

Robledo 2007). Spektrum FTIR dan analisis kimia menunjukkan hasil penelitian

bahwa perlakuan alkali mengkonversi prekursor menjadi 3,6 AG, dimana

viskositas berkurang. Hal ini sesuai dengan hasil Dawes (1977) diacu dalam

Freile-Pelegrín dan Robledo (2007), yang melaporkan nilai viskositas yang lebih

tinggi untuk karagenan asli E. isiforme dan E. nudum. Freile-Pelegrín dan

Robledo (2007) berpendapat bahwa kadar sulfat yang tinggi pada karaginan asli

meningkatkan kehidrofobikan sehingga viskositas karaginan sulfat berada dalam

rentang untuk produksi iota pada spesies Eucheuma (Cheney et al. 1987; Santos

1989; Fostier et al. 1992 diacu dalam Freile-Pelegrín dan Robledo 2007). Terlihat

bahwa setelah pengurangan sulfat pada perlakuan alkali untuk E.isiforme lebih

tinggi dari Yucatan pada specie Nikaragua (Tabel 4). Komponen AG 3,6 pada

karagenan dengan perlakuan alkali spesies E. isiforme dari Nikaragua serupa

dengan yang dilaporkan untuk E. isiforme Florida (19,4 %), tetapi lebih rendah

dibandingkan sebelumnya dilaporkan untuk spesies yang sama (26 %) pada

Fostier et al. (1992) dan Freile-Pelegrin et al. (2006) diacu dalam Freile-Pelegrín

dan Robledo (2007). Hal ini juga jdiketahui bahwa peningkatan komponen 3,6

AG setelah konversi alkali lebih rendah untuk E.isiforme Nikaragua (Tabel 4).

Hal ini diketahui bahwa kondisi oseanografi dan lingkungan berbeda secara

signifikan antara Semenanjung Yucatan dan pantai Karibia, dengan perbedaan

konsekuensi dalam fisiologis tanggapan dari rumput laut. Sebuah topografi

upwelling pada dasar Yucatan telah digambarkan sebagai salah satu daerah paling

penting upwelling di perbatasan barat laut (Merino 1997 diacu dalam Freile-

Pelegrín dan Robledo 2007). Kondisi ini dapat mempengaruhi fisiologi dan

komposisi biokimia E. isiforme ditemukan di Yucatan dengan cara yang berbeda

dengan yang dijelaskan untuk populasi Karibia.

Karagenan dengan gel sangat lemah diproduksi dalam E.isiforme dari

Nikaragua setelah perlakuan alkali (<50 g cm-2) dan nilai-nilai serupa dilaporkan

Page 16: Laporan Jurnal TITL

oleh Santos (1989) dan Freile-Pelegrin et al.(2006) diacu dalam Freile-Pelegrín

dan Robledo (2007) untuk spesies yang sama (53 g cm -2). Spektrum FTIR dan

rasio molar menunjukkan bahwa phycocolloids diekstraksi dari E.isiforme dari

Nikaragua memiliki iota karagenan yang mirip dengan spesies yang sama dari

Yucatan (Freile-Pelegrín et al. 2006 diacu dalam Freile-Pelegrín dan Robledo

2007). Komponen galaktosa: perbandingan 3,6 AG meningkat setelah modifikasi

alkali. Pola ini telah digambarkan oleh Lawson et al.(1973), 1:1; Dawes (1977)

1:0.4 diacu dalam Freile-Pelegrín dan Robledo 2007 untuk spesies yang sama.

Spektrum FTIR karagenan asli E.isiforme dipamerkan pada 867 cm-1,

menunjukkan adanya yang prekursor nu-karagenan (Chopin et al. 1990 diacu

dalam Freile-Pelegrín dan Robledo 2007). Hal ini dibuktikan melalui analisis

kimia yang menunjukkan peningkatan komponen 3, 6 AG dan penurunan sulfat

setelah modifikasi alkali.

Page 17: Laporan Jurnal TITL

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Rumput laut tropis jenis Eucheuma isiforme merupakan jenis rumput laut

penghasil karagenan yang banyak ditemukan di daerah Teluk Meksiko dan

kepulauan Karibia. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa Eucheuma isiforme dari Nikaragua merupakan sumber iota-

karaginan murni alternatif dengan kualitas yang mencukupi sebagai subtitusi

sumber-sumber iota-karagenan tradisional.

5.2 Saran

Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti potensi pemanfaatan

rumput laut Eucheuma isiforme ini lebih dalam untuk keperluan di berbagai

bidang, baik untuk kepentingan pangan maupun non-pangan.

Page 18: Laporan Jurnal TITL

DAFTAR PUSTAKA

Angka SL, Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Bogor: PKSPL IPB.

Anonim. 2009. Eucheuma iciformes. http://www.handsofhopedis.org [23 Mei 2010]

Aslan. 2008. Sargasum sp. http://www.biopedia.co.cc/2009/11/sargassum-sp.html. [8 Maret 2010].

Atmadja. 1996. Eucheuma sp. http://www.damandiri.or.id/. [ 8 Maret 2010]. 

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998. Standar Mutu Rumput Laut Kering Eucheuma sp.. Jakarta: BSN.

Budikusuma RA. 2008. Proses pengepakan dan transportasi bibit rumput laut Euchema cottonii di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. http://chaplain-zee.blog.friendster.com/. [30 Maret 2009].

Cheney DP. 1988. The genus Eucheuma J. Agardh in Florida and the Caribbean. In: Abbott IA (ed) Taxonomy of economic seaweedswith reference to some Pacific and Caribbean species. La Jolla,Calif. 2:209–219

[DJPB] Dirjen Perikanan Budidaya. 2009. Rumput laut penghasil karagenan www.DJPB.com . [9 maret 2010]

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Teknologi Pemanfaatan Rumput Laut. Jakarta: Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial dan Ekonomi Kelautan dan Perikanan.

Duddington CL. 1971. Beginners Guide to Seaweed. London: Pelham Book Ltd.

Espinosa, Avalos J (1994) Seaweed as food in the Caribbean. Appl Phycol Forum 11(3):13

Freile-Pelegrin Y, Robledo D (2006). Carrageenan of Eucheuma isiforme (Solieriaceae, Rhodophyta) from Yucatán, Mexico. II. Seasonal variations in carrageenan and biochemical characteristics. Bot Mar 49:72–78.

Istini S et al.. 1986. Manfaat dan pengolahan rumput laut. Jurnal Penelitian BPPT 4:1

McHugh DJ. 2001. Prospects for Seaweed Production in Developing Countries. FAO Fisheries Circular No 986. FAO (ed). Rome, Italy, p 28.

Mindarwati E. 2006. Kajian pembuatan edible film komposit dari karagenan sebagai pengemas bumbu mie instan rebus [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Muchtadi TR. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bogor: IPB Press

Parwatal P. 2007. Optimalisasi produksi semi-refined carrageenan dari rumput laut Eucheuma cottonii dengan variasi teknik pengeringan dan kadar air bahan baku. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora. Jurusan Analisis Kimia FMIPA Undiksha Bali

Page 19: Laporan Jurnal TITL

Pebrianata P. 2006. Pengaruh pencampuran kappa dan iota karagenan terhadap kekuatan gel dan viskositas karagenan campuran [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Stanley N .1987.Production, properties and uses of carrageenan. In McHugh DJ (ed) Production and Utilization of Products from Commercial Seaweeds. FAO Fisheries Technical Paper 288:116–146.

Winarno FG. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.