laporan inspeksi fix
DESCRIPTION
inspeksiTRANSCRIPT
Oleh
Kelompok 5
Agung Pambudhi 1231120098
Alief Geigy Gumilang 1231120053
Mohammad Ikbal 1231120081
Imam Mahmudi 1231120088
Putri Kharisma Wardani 1231120090
TEKNIK LISTRIK – D3 3B
LAPORAN INSPEKSI
GTT dan GENSET
2014
POLITEKNIK NEGERI MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan di bidang teknologi berbanding lurus dengan peningkatan
pemakaian energi listrik. Sehingga dapat dipastikan para pengguna listrik menuntut
adanya pendistribusian energi listrik yang merata hingga ke seluruh lapisan dengan
kualitas yang baik pula. Hal ini mengakibatkan perlu adanya pengoperasian dan
pemeliharaan yang baik.
Untuk mengetahui dan mendapatkan kualitas yang baik dari pendistribusian energi
listrik maka diperlukan adanya pemakaian dan pemeliharaan terhadap peralatan yang
berhubungan dengan ini (GTT dan Genset) secara benar dan baik. Pengecekan dan
pemeliharaan untuk memeriksa jaringan sering disebut juga dengan istilah Inspeksi.
Dengan adanya inspeksi ini diharapkan dapat mengetahui, mengurangi dan mencegah
terjadinya gangguan. Namun sebelum melakukan inspeksi harus memahami terlebih
dahulu konstruksi yang akan dipelihara. Inspeksi yang baik harus sesuai standart / SOP
yang telah ditetapkan sehingga aman untuk dilakukan.
1.2. Tujuan
Tujuan adanya pelaksanaan inspeksi terhadap GTT dan Genset antara lain :
1. Memberikan keterampilan dan pengetahuan sehingga dapat berperan aktif dalam
pelaksanaan inspeksi terutama tentang GTT dan Genset.
2. Mendapatkan data yang akurat sehingga dapat dijadikan acuan dalam perencanaan,
pemeliharaan dan perbaikan sistem / jaringan ke depan.
3. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di kelas.
4. Mendapatkan data sistem / peralatan distribusi secara benar.
5. Mengetahui bahwa mutu dan keandalan tenaga listrik yang baik.
6. Mengetahui umur peralatan sistem distribusi.
7. Mengetahui peralatan sistem distribusi yang aman, baik bagi personil maupun bagi
masyarakat umum
BAB II
METODE DAN WAKTU PELAKSANAAN
2.1. Metode Pelaksanaan
Metode adalah pemberian materi tentang GTT dan Genset dan cara melakukan
inspeksi sesuai dengan SOP sehingga dapat mengaplikasikannya di lapangan.
Inspeksi dilakukan secara berkelompok. Tiap anggota kelompok mempunyai tugas
masing-masing, dibagi sesuai dengan pembagian masing-masing dan apabila sudah
terkumpul data, selanjutnya data dari masing-masing anggota kelompok dijadikan satu
dan saling sharing.
2.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Inspeksi GTT dan Gennset ini dilakukan pada saat kuliah MR (Maintenance and
Repair) pada hari Rabu mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB dan
dalam jangka waktu 3 minggu.
2.3. Peserta Inspeksi
Peserta inspeksi GTT berjumlah 6 orang dengan nama sebagai berikut :
NN No. Nama Kelas NIM
1 Agung Pambudhi DIII – 3B 1231120079
2 Alief Geigy Gumilang DIII – 3B 1231120064
3 Mohammad Ikbal DIII – 3B 1231120085
4 Imam Mahmudi DIII – 3B 1231120092
5 Putri Kharisma W
Adapun dosen pembimbing inspeksi GTT dan Genset ini adalah Bapak Heri
Sungkowo ST., MT.
2.3 Definisi Umum
Standard Operation Prosedure (SOP) adalah suatu petunjuk pengoperasian/ pemeliharaan
GTT 20 kV dengan baik dan benar.
I. Tujuan
Tujuan dibuat SOP adalah untuk dapat mengoptimalkan pekerjaan pemeliharaan
sehingga akan meningkatkan mutu pelayanan kepada pelanggan.
II. Peralatan
1. Peralatan Kerja
Toolkit
Insulation tester (MEGER)
Puller
Tangga
Peralatan K3 (helm, safety belt, sarung tangan, kacamata pengaman)
1. Peralatan pembersih (kain lap, vaseline)
III. Pelaksanaan Pemeliharaan
1. Pemadaman / Pembebasan Tegangan
1. Pelaksana telah siap dengan peralatan dan material pendukung
2. Melakukan pengetesan / pengukuran
Tegangan (phasa to phasa, phasa to netral)
Arus tiap phasa
3. Lapor ke operator gangguan terkait dengan rencana pemadaman listrik.
4. Jika sudah ada izin operator, maka dilakukan pelepasan beban pada sisi
TR dengan cara :
Melepas saklar utama bila LV panel dilengkapi dengan saklar utama.
Melepas fuse utama bila LV panel tidak dilengkapi dengan saklar
utama.
5. Melepas fuse masing-masing jurusan pada masing-masing phasa.
6. Melepas fuse cut out (FCO) 20 kV.
7. Tes LV panel dengan voltmeter atau alat tester lainnya, apakah tegangan
trafo sudah benar-benar tidak ada.
8. Periksa / tes ulang pada JTR, apakah tidak ada tegangan dari luar.
9. Beri pengaman tegangan (grounding) pada sisi JTR
2. Pelaksanaan Pemeliharaan
1. Periksa fisik trafo, apakah ada perubahan bentuk fisik trafo dan bila ada,
sejauh mana dapat diperbaiki segera.
2. Periksa paking dan baut penyikat.
3. Periksa minyak trafo, ambil contoh minyak trafo untuk tes.
4. Periksa kondisi bushing MV isolator .
5. Periksa kondisi bushing LV isolator.
6. Periksa semua terminal penghubung.
7. Periksa terminal netral / ground netral.
8. Bersikan semua terminal penghubung.
9. Tambah minyak trafo bila ada kekurangan.
10. Kencangkan semua baut pengikat.
11. Tes kondisi masing-masing phasa dengan netral menggunakan AVO
meter.
12. Tes kondisi masing-masing kabel incoming yang menuju LV panel.
13. Periksa masing-masing terminal lug.
14. Periksa dan bersihkan masing-masing terminal pada fuse base.
15. Periksa dan bersihkan terminal pada main contactor.
16. Kencangkan semua baut pengikat pada main contactor.
17. Periksa dan bersihkan pisau / busur api pada main contactor.
18. Tes pentanahan / grounding system.
19. Masukan seluruh data pada tabel inspeksi
3. Pemasukan Tegangan Kembali
1. Periksa ulang kondisi peralatan dan pastikan bahwa semua komponen
telah sesuai dengan fungsinya.
2. Lapor ke operator gangguan bahwa pekerjaan pemeliharaan telah selesai
dan siap untuk dioperasikan kembali.
3. Jika telah mendapat izin operator, lepas grounding yang terpasang pada
line SUTR.
4. Masukkan FCO 20 kV, pastikan trafo sudah bertegangan.
5. Masukkan tegangan pada sisi TR dengan cara :
Masukkan saklar utama bila LV panel dilengkapi saklar utama.
Masukkan fuse utama bila LV panel tidak dilengkapi saklar utama.
6. Masukkan fuse jurusan secara berurutan pada masing-masing phasa.
7. Melakukan pengetesan / pengukuran
Tegangan (phasa to phasa, phasa to netral)
Rotasi Meter
Arus tiap phasa
8. Jika semua pengukuran sudah baik dan normal berarti pekerjaan telah
selesai selesai.
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Megger
- Pengertian dan Tujuan
Megger digunakan untuk mengetahui besarnya tahanan isolasi dari suatu
peralatan listrik merupakan hal yang penting untuk menentukan apakah peralatan
tersebut dapat dioperasikan dengan aman.
Secara umum jika akan mengoperasikan peralatan tenaga listrik seperti
generator, transformator dan motor, sebaiknya terlebih dahulu memeriksa tahanan
isolasinya, tidak peduli apakah alat tsb baru atau lama tidak dipakai. Untuk mengukur
tahanan isolasi digunakan Megger (Mega Ohm Meter). Isolasi yg dimaksud adalah
isolasi antara bagian yang bertegangan dengan bertegangan maupun dengan bagian
yang tidak bertegangan seperti body / ground.
- Prinsip Kerja
Prinsip pengukuran Megger sama dengan ohm meter, yaitu memberikan
tegangan dari alat ukur ke isolasi peralatan, dan karena nilai resistance isolasi ini
cukup tinggi maka diperlukan tegangan yang cukup tinggi pula agar arus dapat
mengalir. Tegangan pengukuran yang digunakan tergantung pada tegangan kerja dari
alat yang akan diukur.
- Prosedur Pengukuran
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan pengukuran adalah
alat yang diukur harus bebas tegangan AC / DC atau tegangan induksi, karena
tegangan tersebut akan mempengaruhi hasil ukur. Prosedur:
- Check batere apakah dalam kondisi baik.
- Mekanikal zero check pada kondisi megger off, jarum penunjuk harus tepat
berimpit dengan garis skala. Bila tidak tepat, atur pointer zero (10) pada
alat ukur.
- Lakukan elektrikal zero check
- Pasang kabel test pada megger terminal, serta hubung singkatkan ujung
yang lain.
- Letakkan saklar pemilih di posisi 500.
- Letakkan saklar pemilih skala pada posisi skala 1.
- On-kan megger, jarum akan bergerak dan harus menunjuk tepat keangka
nol, bila tidak tepat atur pointer. Bila dengan pengaturan pointer tidak
berhasil (penunjukan tidak mencapai nol) periksa / ganti batere.
- Off-kan megger dan ulangi poin pengecekan elektrikal zero.
- Pasang kabel test ke peralatan yang diukur .
- Pilih tegangan ukur melalui saklar sesuai tegangan kerja alat yang diukur.
- On-kan megger, baca tampilan pada skalanya.
3.2 Earth Tester
Earth Tester adalah alat untuk mengukur nilai resistansi dari grounding. Berikut ini
adalah cara penggunaan earth tester:
- Pada switch pilih mode Ω.
- Tekan push button
- Lihat penunjuk voltase tanah apabila jarum bergerak dengan cepat sampai mentok
ke ujung volt meter, check kembali instalasi kabel.
- Adjust ohm meter sampai nilai voltase pada galvanometer “0 volt”.
- Lakukan instalasi earth tester seperti tampak jarak L adalah sebesar 5 meter.
- Baca nilai resistansi yang terbaca pada alat tersebut. Itulah nilai resistansi tanah.
Contoh pengukuran tahanan grounding :
Lakukan penggalian tanah dari titik dimana grounding menuju masing masing
titik grounding yang saling terhubung. Dan lakukan penggalian ke arah terminal
grounding. Buat galian di sepanjang jalur lintasan dengan kedalaman antara 50 -60
cm. Tarik kabel grounding melalui jalur kabel tersebut, kemudian tempatkan di bawah
galian. Pastikan panjang kabel sudah cukup hingga proses pengikatan dengan
grounding road tidak akan susah.
Setelah semua tersambung, berikan pipa marking di tempat grounding rod
tersebut. Gunakan pipa PVC dan ditutup dop pipa. Kemudian lakukan penimbunan
tanah didaerah galian sampai ketinggian 20 cm. Lalu padatkan. Kemudian beri tanda
misalnya batu bata supaya dikemudian hari jika ada penggalian di sepanjang areal
penanaman kabel, maka kabel akan aman. Setelah bata terpasang semua, kemudiann
timbun kembali hingga penuh. Lakukan penimbunan hingga betul betul padat.
Contoh penanaman grounding road
Peralatan untuk Earth Tester:
3.3 GTT ( Gardo Trafo Tiang )
1. Pemeliharaan Gardu Trafo Tiang (GTT)
Tenaga Listrik merupakan suatu kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini, oleh
karena itu Tenaga Listrik harus dapat tersedia secara terus menerus dengan mutu dan
keadaan yang tinggi, untuk dapat tercapainya hal tersebut salah satu usaha adalah dengan
tetap terpeliharanya instalasi. Sistem Tenaga Listrik di sisi Pembangkitan, Penyeluran dan
Distribusinya. Sebagaimana peralatan pada umumnya, peralatan yang operasi dalam
instalasi Tenaga Listrik perlu dipelihara, hal ini bertujuan untuk mempertahankan unjuk
kerja peralatan tersebut, terpeliharanya instalasi tenaga listrik dengan baik dapat
mempertahan mutu dan kendala penyaluran tenaga listrik.
Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu komponen instalasi tenaga
listrik yang terpasang di Jaringan Distribusi berfungsi sebagai trafo daya penurun tegangan
dari tegangan menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan rendah tersebut
disalurkan ke konsumen. Mengingat fungsi dan harga dari trafo tersebut cukup mahal bila
dibandingkan dengan peralatan distribusi lainnya, maka pemeliharaan preventif yang
dilakukan secara intensif, dengan kriteria pemeliharaan yang jelas untuk setiap komponen
GTT dan ditangani oleh tenaga yang terampil dengan peralatan yang memadai agar
pemeliharaan tersebut berjalan dengan efektif.
a. Komponen Utama GTT
Secara umum komponen utama GTT adalah sebagai berikut :
1. Transformator
Berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20 kV) menjadi
tegangan rendah (380/200) Volt.
2. Fuse Cut Out (CO)
Sebagai pengaman penyulang, bila terjadi gangguan di gardu (trafo) dan melokalisir
gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak rusak. CO di pasang pada sisi
tegangan menengah (20 kV).
3. Arrester
Sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh samabaran
petir dan switching (SPLN se.002/PST/73).
4. NH Fuse
Sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi tegangan rendah
(220 Volt), untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih yang disebabkan
karena hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun karena beban lebih.
5. Grounding Arrester
Untuk menyelurkan arus ketanah yang disebabkan oleh tegangan lebih karena
sambaran petir dan switching.
6. Graunding Trafo
Untuk menghindari terjadi tegangan lebih pada phasa yang sehat bila terjadi
gangguan satu fasa ketanah maupun yang disebutkan oleh beban tidak seimbang.
7. Grounding LV Panel
Sebagai pengaman bila terjadi arus bocor yang mengalir di LV panel.
b. Peralatan Pendukung
Alat Kerja
Agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik perlu didukung oleh peralatan yang
memadai baik peralatan mekanik maupun elektrik. Adapun peralatan kerja yang
dibutuhkan sebagai berikut :
Alat Ukur
1. AVO Meter
2. Insulation tester 500 Volt, 1.000 Volt, dan 2.000 Volt
3. Earth Tester
Peralatan
1. Kikir
Perlengkapan K3
1. Sabuk Pengaman
2. Helm
3. Sepatu Kerja
Pelaksanaan Pemeliharaan
a. Persiapan
Agar pekerjaan GTT dapat berjalan sesuai dengan rencana, maka perlu dilakukan
persiapan sebelum pelaksanaan, persiapan tersebut menjadi :
1. Melakukan survai lapangan : survai bertujuan untuk melihat secara langsung
keadaan GTT dengan mengadakan pemeriksaan secara Visual, Mekanik,
Elektrical, Pengukuran (beban, tegangan) atau pengukuran suhu/sambungan/NH
fuse dengan menggunakan Infra Red. Semua hasil pemeriksaan tersebut dicatat
dan dievaluasi sebagai bahan masukkan untuk membuat rencana pemeliharaan
terutama yang menyngkut kebutuhan material dan perkiraan waktu pemadaman.
2. Penyampaian rencana dan kondisi lapangan ke Pengawas Pelaksana Pekerjaan :
hal ini untuk dapat memberikan gambaran pada pengawas pelaksana agar
sebelum melaksanakan pekerjaan dapat mempersiapkan sesuatunya dengan baik
dan membuat strategi pelasanaannya, dan dari informasi tersebut diharapkan
dapat mengurangi kesulitan dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Pemberitahuan pemadaman ke konsumen : karena pelaksanaan pemeliharaan
GTT diperlukan pembebasan tegangan, maka sebelum pelaksanaan pekerjaan,
konsumen yang dipasok oleh GTT tersebut perlu diberi informasi tentang rencana
pemadaman, informasi pemadaman tersebut dapat di informasikan melalui media
massa (radio, koran), untuk pelanggan industri bila perlu diberi surat tersendiri.
Untuk pelanggan 3 phasa perlu diingatkan agar memasang pengaman phasa under
voltage, untuk mengamankan bila terjadi hilang tegangan 1 phasa.
b. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Material, Alat kerja dan SDM : material dan alat kerja harus betul-betul
dipersiapkan dengan baik, ketidak lengkapan material maupun alat kerja akan
menyebabkan pekerjaan menjadi lama dan juga dapat menyebabkan hasil kerja
tidak sempurna bahkan dapat juga menambah kerusakan pada komponen yang
dikerjakan dengan menggunakan alat yang tidak seharusnya (contoh pengerasan
mur/baut dengan menggunakan tang). Selain dari material dan alat kerja yang
lebih penting adalah sumber daya manusia (SDM), material dan alat kerja
lengkap tidak didukung dengan SDM yang memadai tidak ada artinya, oleh sebab
itu para pelaksana perlu diberi Pedoman atau SOP yang dapat digunakan sebagai
petunjuk pelaksanaan pekerjaan.
2. Pengukuran Parameter yang diperlukan : untuk mengetahui hasil kerja yang telah
dilakukan, salah satunya adalah dengan membandingkan parameter sebelum
dengan setelah pekerjaan dilaksanakan, p arameter yang perlu dilakukan
pengukuranantara lain Tegangan, Arus, Temperatur, dan Tahanan pentanahan.
3. Pembebasan Tegangan : setelah dipastikan bahwa ijin pemadaman dan fisik
lapangan sudah siap, kemudian dilakukan pembebasan beban pada GTT tersebut
dan dilakukan dan dilanjutkan dengan saklar utama (helboom), bila tidak
terpasang helboom dapat melepas NH fuse jurusan di mulai dari phasa s, r, t,
untuk menghindari ketidak imbangan pada konsumen 3 phasa sekaligus,
sedangkan untuk pembebasan tegangan dilakukan dengan melepas Fuse Cut Out
(CO) di mulai dari phasa S, R, T.
4. Untuk antisipasi ketidak cukupan waktu pemadaman, maka perlu dibuat prioritas
pemeliharaan yaitu dengan mengutamakan terlebih dahulu pada komponen utama
(trafo, CO, Arrester, NH Fuse) atau komponen lain yang hanya dapat dikerjakan
dengan pembebasan tegangan.
SOP Pelaksanaan Dengan Memadamkan Trafo
1. Lightning Arrester
Bila arrester masih terpasang sebelum CO, pindah arrester tersebut setelah Cut Out
dengan memakai dudukan kanal NP8 – 2.500 mm (bila perlu siapkan kanal sendiri untuk
praktisnya pelaksanaan), hal ini untuk mempercepat penanganan gangguan SUTM yang
disebabkan oleh kegagalan lightning arrester.
2. Fuse Cut Out (CO)
a. Jumper CO sisi atas disesuaikan dengan konduktor SUTM (TC aluminium 25 mm
konektor ke Jaringan dengan CCO dan ujung ke terminal CO dengan SKAT3).
b. Jumper CO bagian bawah (ke trafo) diperbaiki/dipasang SKT 3, bila perlu ganti
dengan NYAF 50 mm.
c. Periksa kembali mur baut pada terminalnya, kencangkan bila perlu
2.1 Mengganti Fuse Cut Out (CO)
Sesuai dengan namanya Fuse Cut Out, maka pada saat elemen lebur (kawat lumer)
putus karena kelebihan beban (over load), maka rumah sekring akan terbuka,
sehingga tampak dari jauh rumah sekring tersebut menggantung keluar. Karena
rumah sekring menggantung pada pengait (bagian bawah), maka bisa diambil dengan
menggunakan galah pengaman. Sampai di bawah sekring lumer diganti, selanjutnya
rumah sekring di pasang lagi pada gantungan dan ujungnya di dorong masuk ke
klem(terminal) bagian atas. Cara memasukkan CO ini setelah gangguan selesai
diatasi dan dimasukkan pada kondisi tidak berbeban. Selanjutnya beban disisi
sekunder dimasukkan per kelompok grup.
3. Transformator
a. Minyak trafo ambil 1 botol melalui bawah, untuk test minyak dan tambah bila level
minyak dibawah batas minimum melalui atas.
b. Bushing primer, bersihkan dengan sakapenk, periksa, kencangkan mur bila
perlu/ganti bila rusak (untuk isolator yang di pasang arching horn dari kawat baja 10
mm atur jarak sparking rod selebar 13 cm, sesuai I.E.C.715A 1962 & SPLN
002/0ST/73).
c. Bushing sekunder bersihkan dengan sakapen, pasang plat tembaga (cooper) 4 x 4 x
90 mm untuk daya trafo ≥160 kVA, periksa kencangkan mur bila perlu ganti yang
rusak.
d. Body trafo periksa, bersihkan/bila berkaratan cat total dengan kuwas (Cat Emco
warna abu-abu).
e. Packing periksa kencangkan bila perlu/ganti packing bila rembes/bocor.
f. Grounding titik netral trafo periksa, ukur tahanan pentanahan, bila hasil pengukuran
> 5 ohm tambah ground rod 2,5 meter (paralel).
4. LV Panel
a. LV Panel periksa, bersihkan, perbaiki/las bagian yang kropos dan cat kembali
sesusai standart (termasuk perbaikan engsel & grendel pintu besi diberi
grease/gemuk), bila rusak tidak bisa diperbaiki ganti dengan yang baru.
b. Saklar Utama periksa, kencangkan mur baut bila perlu dan beri vaselin putih pada
kontaknya.
c. Fuse Holder periksa/ganti bila rusak, kencangkan mur baut bila perlu dan beri
vaselin putih pada kontaknya, bila ada grease (gemuk) bersihkan dulu dengan
cleaner
d. Sepatu kabel periksa dan ganti sepatu kabel bila rusak atau kondisi ujung kabel
masuk (fudeng) trafo maupun kabel keluar ke JTR terbakar, disesuaikan dengan
jenis (CU/AL) dengan bimetal yang sama dan ukuran konductor.
e. Kunci HS/LS periksa/bila macet semprot dengan pembersih (contac cleaner).
f. Grounding body LV panel, body trafo & lightning arrester periksa/ukur tahanan
pentanahan/pasang groun rod 2,5 meter (II) bila tahanan tanahnya > 5 ohm.
5. SUTR
a. Sambungkan out going ke JTR periksa/bila menggunakan percing konektor ganti
dengan joint bimetal/disesuaikan dengan jenis conductor.
b. Ujung SUTR periksa, bila belum terpasang ground rod pasang ground rod 1,5 meter.
c. Penggantian material harus dilaporkan pengawas PLN, bila material disediakan
rekanan maka harus ada jaminan kualitas selama 1 tahun.
6. Pengoperasian Kembali
Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan, sebelum pengisian tegangan maka perlu
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Lepas semua grounding yang terpasang.
b. Lakukan pengecekan secara visual, apakah semua peralatan sudah terpasang dengan
baik dan yakinkan tidak ada lagi peralatan kerja yang tertinggal.
c. Masukkan Fuse Cut Out satu persatu mulai dari phasa S, R kemuadian T.
d. Ukur tegangan masuk di LV panel antara phasa-phasa, phasa – netral, bila normal
lakukan pembebanan trafo.
e. Masukkan skaklar utama (helboom), bila terpasang.
f. Pembebanan trafo dengan memasukkan NH fuse jurusan satu persatu mulai phasa s,
r, t.
g. Ukur parameter-parameter tegangan, arus dan temperatur mur baut NH fuse,
koneksi/sambungan.
h. Bila semua telah selesai dilakukan, dari pengamatan visual dan pengukuran tidak
ada kelainan, maka pintu LV panel dapat ditutup kemudian dikunci dan pekerjaan
dinyatakan selesai.
7. Pemeliharaan GTT Tanpa Memadamkan Trafo
Pekerjaan pemeliharaan GTT yang tidak memerlukan padam total adalah, hanya
pemeliharaan yang sifatnya ringan, pekerjaan tersebut meliputi :
a. Penambahan grounding (tambah ground rod).
b. Penggantian joint kabel keluar dengan JTR (padam satu line JTR), sebelum
pelaksanaan pekerjaan perlu pemberitahuan pemadaman lewat media massa.
c. Pengelasan/pengecatan bagian luar LV Panel.
d. Bila pekerjaan selesai cek kembali hasil pekerjaan tersebut secara visual, mekanik
dan yakinkan bahwa pekerjaan tersebut sudah benar dan baik, bila pekerjaan
memerlukan pemadaman salah satu line jurusan, pastikan bahwa line jurusan
tersebut sudah aman, bila aman masukkan NH fuse jurusan satu persatu mulai dari
phasa 2, r kemudian t.
e. Ukur tegangan antara phasa-phasa dan phasa–nol, bila kondisi normal tutup pintu
LV panel kemudian dikunci dan pekerjaan dinyatakan selesai.
8. Saklar dan Fuse
a. Fuse pada Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah
b. Semi Automatic Change Over (SACO ) pada jaringan tegangan rendah
c. Fuse Cut Out (CO) pada saluran udara tegangan menengah (SUTM)
d. Poletop Switch (PTS) dan Poletop Load Break Switch (LBS)
e. Penutup Balik Otomatik (PBO) dan Saklar Semi Otomatik (SSO)
f. Automatic Voltage Regulator (AVR) dan Capasitor Voltage Regulator (CVR)
2. Pelaksanaan Pemeliharaan PHB TR
Di bawah ini ditunjukkan gambar pelaksanaan Pemeliharaan PHB
TR dengan membongkar, membersihkan, memeriksa, mengganti dengan peralatan yang
baru bila peralatan yang diperiksa tersebut sudah rusak dan memasangkan kembali ke
posisi semula kemudian mencoba dioperasikan oleh teknisi pemeliharaan yang selanjutnya
dibuatkan laporan pengganti peralatan hasil pemeliharaan PHB TR tersebut. Langkah-
langkah Kerja Pelaksanaan Pemeliharaan PHB-TR adalah sebagai berikut :
1. Petugas Pelaksana Menerima PK dari Asman Distrbusi untuk melakukan
pemeliharaan Peralatan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB – TR) baru.
2. Siapkan Alat Kerja, Alat Ukur, Alat K-3. Material Kerja dan Alat Bantu sesuai
dengan kebutuhan
3. Setelah Petugas sampai di Lokasi gunakan Alat K-3 dan selanjutnya lakukan
pengukuran tegangan, arus beban, dan putaran fasa serta catat dalam formulir.
4. Lepas beban jurusan dan buka saklar utama.
5. Laporkan pada Posko bahwa pekerjaan akan dilaksanakan dan meminta pelepasan CO
gardu (pelepasan CO gardu dilaksanakan oleh petugas operasi SUTM).
6. Tanahkan (Grounding) seluruh kabel jurusan dengan menggunakan Grounding cabel
TR.
7. Bersihkan Rel, Dudukan Fuse Holder, Pisau Saklar Utama (Hefboom Saklar). Sepatu
Kabel dari kotoran/korosi. Dan bersihkan ruangan dalam Panel Hubung Bagi.
LATRANSFORMATOR
DISTRIBUSI
PHB TR
CO
PENTANAHAN NETRAL SISTIM
PENTANAHAN NETRAL PENGAMAN
OUT GOING KABEL - A
OUT GOING KABEL - B
FUSE JURUSAN
FUSE UTAMA
SINGLE LINE DIAGRAM GTT
3.4 Genset
1. Prinsip-prinsip Diesel
Salah satu pengegrak mula pada generator set adala mesin diesel, ini dipergunakan
untuk menggerakkan rotor generator sehingga pada out put statornya menghasilkan
Ggl. Mesin Diesel termasuk mesin kalor yang mengubah tenaga panas menjadi tenaga
gerak. Tenaga panas diperoleh dari proses pembakaran solar dengan bantuan oksigen
dari udara. Gas hasil pembakaran itu dipergunakan untuk menggerakkan torak secara
gerak translasi.
Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan
proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar pada poros
engkol.
Demikian juga sebaliknya gerak rantai dari poros engkol dan rotor disambung secara
kopling. Dengan adanya rotor yang diputra oleh mesin diesel, sedangkan kepada
gulungan rotor diberikan arus listrik searahm, maka pada pihak stator terbangkit out
put tegangan : bolak balik. Untuk mendapatkan putaran yang stabil diperlukan sistem
Governor ( pengaturan putaran ) dan VR ( Voltage Regulator).
2. Diesel sebagai Pengerak Mula
Syarat-syarat untuk mendapatkan diesel sebagai penggerak mula yang baik diperlukan
:
a. Bahannya dari logam yang berkualitas baik
b. Sistem pengaturan bahan bakar dan bahan bakarnya sendiri (solar) harus baik dari
tangki utama, tangki harian dalam pompa injeksi ( injection pump) sampai masuk
dalam pembakaran silinder.
c. Sistem pelumasan, jenis oli, seluruh sistem pelumasan silinder harus tepat dan
baik
d. Sistem pendinginan yang baik yaitu pendinginan dengan udara maupun dengan
air.
e. Sistem penyaluran udara yang baik, udara yang dipergunakan pembakaran bahan
bakar dalam silinder harus dalam perbandingan yang tepat
f. Generator dan perlengkapannya termasuk pengatur tegangan dan frekuensi harus
baik
g. Panel-panel yang berisi rangkaian kontrol, baik untuk kontrol diesel maupun
Generator selalu bekerja normal.
h. Sistem starter harus baik agar mesin selalu siap untuk beroperasi apabila hendak
dioperasikan
i. Perawatan dan pemeliharaan yang baik dan teratur akan menjadikan tercapainya
tujuan pemeliharaan tersebut.
2. Penyaluran Bahan Bakar
Keterangan Gambar
1. Tangki bahan bakar utama
2. Pompa pengisi bahan bakar
3. Tangki bahan bakar harian
4. Saringan permulaan ( precleaner-Filter )
5. Pompa tekanan rendah pengatur bahan bakar
6. Saringan bahan bakar
7. Pompa bahan bakar tekanan tinggi ( fuel injection pump)
8. Penyemprot bahan bakar ( injector )
9. Pipa saluran kelebihan bahan bakar
a. Cara Kerja Sistem Penyaluran bahan bakar
Bahan bakar dari tangki utama (1) dialirkan oleh pompa (2) ketangki harian (3) dari
tangki harian karena gaya berat bahan bakar sendiri ( isapan dari pompa), bahan bakar
mengalir melalui filter permulaan (4) diteruskan kesaringan (6). Bahan bakar melalui
asrinan (6) kemudian dialirkan kepompa tekanan tinggi (7) dan diteruskan ke
penyemprot ( injector) bahan bakar (8). Bahan Bakar yang berlebihan dari
penyemprot dikembalikan ke tangki harian melalui saluran (9).
b. Fungsi saringan
Saringan bahan bakar diperlukan untuk menyaring kotoran kedalam pompa tekanan
rendah. Pompa tekanan tinggi dan penyemprot bahan bakar. Kotoran ini dapat
mengakibatkan kerusakan penyumbatan pada pompa, penyemprot dan saluran bahan
bakar. Fungsi dari pompa tekanan rendah ( penyalur) diperlukan untuk mengalirkan
mengalirkan bahan bakar ke pompa tekanan tinggi, agar bahan bakar selalu memenuhi
pompa tekanan tinggi.
Pompa penyalur ini harus mempunyai tekanan yang lebih tinggi dari tekanan
Atmosfir supaya udara tidka masuk kedalam aliran bahan bakar, bila udara masuk
maka akan terjadi ganguan pada mesin, yaitu terjadinya pembakaran yang tersendat-
sendat dan mesin tidak dapat beroperasi secara sempurna.
4. System Pelumasan
Untuk memahami bahwa kecepatan gerak dan panas mempunyai hubungan yang erat,
maka gesekan antara permukaan benda yang saling bergerak akan mengakibatkan
timbulnya panas. Begitu pula yang terjadi pada genset, dimana didalam genset terjadi
pengubahan tenaga mekanis (gerak) menjadi energi listrik.
Pelumasan adalah suatu system pemeliharaan/ perawatan terhadap perangkat mesin
yang selalu menampilkan masalaha-masalah gerak, gesekan dan panas yang ketiga
proses tersebut paling erat berhubungan dan memegang peranan penting dalam
masalah kestabilan mesin. Bila ketiga hal tersebut tidak diperhatikan maka akan dapat
mengakibatkan keausan dan suhu yang berlebihan menimbulkan pemuian pada bagian
yang bergesekan. Oleh sebab itu, pengetahuan yang cukup terhadap masalah
pelumasan sangat bermanfaat bagi perawatan mesin. Minyak pelumas adalah suatu
cairan yang dapat menetralisir , menstabilkan panas yang berlebihan, minyak pelumas
adalah suatu cairan yang berfungsi sebagai media penghantar ( penyerap) panas, juga
sebagai pelicin atau pelancar gerak.
Minyak pelumas harus mempunyai persyaratan teknis sebagai berikut :
a. Tahan terhadap panas
b. Bersih dari zat-zt kimi yang dapat mengakibatkan korosi pada bagian-bagian mesin
c. Licin
d. Tidak mengakibatkan keausan ( yang disebabkan oleh pencemaran kimiawi
sehingga menimbulkan koroasi yang berakibat keausan
e. Tidak banyak membebani mesin
f. Untuk daerah tropis yang mempunyai suhu lebih dari 20° C keatas, pemakaian
jenis minyak pelumas dengan kode “ SAE-30” merupakan suatu persyaratan
teknis, minyak pelumas selaian kode tersebut diatas tidak dibenarkan.
Keterangan
1. Oli balik dari turbo
2. Saringan oli
3. Katub pelangsung ( By pass ) untuk saringan oli
4. Bak Oli
5. Pompa Oli
6. Katub pelangsung untuk “ pendingin oli “ ( Oli cooler )
7. Salruan hisap
8. Pendingin oli
Prinsip kerja
Oli diangkat dari bak oli ( carter), oleh suatu sedotan, dari pompa oli yang digerakkan
oleh perputaran roda gerigi yang dikoperlkan dengan perputaran poros engkol,
melalui pipa hisap.
Dari pompa oli, disalurkan melalui pipa pembagi, kemudian dialirkan ke suatu media
pendinginan yang berupa pipa penunjang melingkar satu setengah ( 1 ½ ) lingkar
dnegan dinding bersirip untuk memperluas permukaan pipa sehingga proses
pendinginan lebih lancar dari udara sekitarnya atau berupa radiator oli atau tanpa
kedua sistem pendinginan tersebut, tergantung dari kapasitas diesel.
Dalam hal yang terakhir ini oli hanya disalurkan ke dalam pipa yang cukup pendek
saja ( y pass). Dari ini kotoran oli yang mungkin terbawa, baik dari luar maupun
sirkulasi di dalam mesin sendiri. Pelumasan pada Rosker Arm dari klep, didapatkan
melalui camp shaft, tappel dan push rod langsung menembus baud pengatur jarak
rosker arm ( Rocker Arm Bearing) kemudian menetes keluar sejenak ditampung bak
per klep ; melalui celah antara push rod dan pipa pelindung push rod, oli mengalir ke
bahah menuju ke bak charter. Untuk pelumasan ada metal-metal dan juga dinding-
dinding silinder, oli disalurkan melalui pipa kapiler yang terdapat dalam dinding
charter ( crank case), juga masuk ke dalam pipa yang sejenis dengan crank case)
Memahami tentang fungsi dan bekerjanya pelumasan tersebut harus dijaga jangan
sampai sistem pelumasan terganggu, gangguan gangguan dalam pelumasan dapat
terjadi oleh penyebab-penyebab sebagai berikut :
a. Oli dari jenis kualitas rendah ( di luar apec) oli palsu oli bekas dan sebagainya
b. Banyak kotoran membebani oli ( tercampur air, lumpur-lumpur dan lain
sebagainya ).
c. Tersumbatnya saluran pelumasan
d. Rendahnya tekanan oli
Dengan memperhatikan penyebab-penyebab tersebut dapat diambil tindakan-tindakan
pencegahan antara lain :
a. Pemeriksaan oli dan pengawasan terhadap kualitas oli
b. Penggantian oli secara rutine
c. Penggantian filter secara rutine
d. Pemeriksaan saluran pelumasan
e. Memperhatikan tekanan oli.
Keterangan
Sehubungan dengan fungsinya oli harus mempunyai spesifikasi persyaratan bagi
mesin yang bersangkutan. Setelah dipakai oli akan mengalami pencemaran dan
perubahan sifat semula, pada peristiwa pembakaran dalam silinder akan terjadi
persenyawaan oksidasi belerang dalam SO2 dan SO3 yang seterusnya akan terjadi
asam kuat ( H2SO4 = air accu ) dan H2SO4 ini bersifat korosif ( memakan logam )
maka pada saat keadaan belum berbahaya oli harus diganti.
Begitu pula pada filter oli setelah sekian lama dipakai maka akan terjadi endapan
sehingga filternya harus diganti dengan filter yang baru.
Pemeriksaan yang kontinue menjadikan mesin mempunyai keandalan yang cukup
tinggi, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan pada saat over haul nanti
perlu diadakan pemeriksaan yang teliti keadaan lubang jalan oli, pada dinding crang
case atau blok mesin jangan sampai ada yang buntu.
5. Sistem Pendinginan
Sistem pendinginan sangat penting artinya bagi keawetan suatu mesin, pada waktu
berjalan mesin akan menjadi panas, karena proses pembakaran di dalam silinder,
mesin yang terlalu panas, selain cepat rusak juga out put tenaganya kurang maksimal
maka diperlukan pendinginan, umumnya sistem pendinginan dibagi menjadi dua
macam, yaitu :
a. Sistem pendinginan air
b. Sistem pendinginan udara
a. Sistem Pendinginan Air
Air memasuki blok silinder dari bagian bawah silinder, mengalir melalui saluran-
saluran blok silinder terus ke atas menuju silinder head. Air menyerap panas dari
mesin sehingga suhu air nai air yang panas ini cenderung mengalir karena
perbedaan berat jenis. Air semakin menjadi panas sewaktu berada di sekitar
kepala silinder, air yang telah panas harus didinginkan kembali.
Apabila sampai mendidih hal ini menunjukkan adanya gangguan dalam sistem
pendinginan tersebut.
Air mengalir ke bawah dari bagian atas radiator melalui pipa-pipa radiator, udara
dihembuskan melintasi radiator ke arah depan genset, terjadilah proses
pendinginan udara, udara ini menghembus keras karena adanya kipas yang
berputar di belakang radiator. Pada saat air sampai di bagian bawah radiator, air
menjadi dingin dan masuk kembali ke blok silinder dari bawah untuk
mendinginkan mesin.
Demikianlah proses pendinginan berulang dan terjadilah sirkulasi air pendinginan.
Bagaimanapun juga ada sebagain air yang menguap.
Maka setiap kali perlu diperiksa permukaan air pendinginan ini. Apabila perlu
harus ditambah supaya alran air dapat berjalan lebih cepat, harus ada pompa air
yang dipergunakan untuk mendorong air mengalir sehingga dengan demikian
daya pendinginan dapat di percapat, sehingga sistem pendinginan tersebut
merupakan suatu cara pendinginan yang baik
b. Sistem Pendinginan Udara
Berbeda dengan sistim pendinginan air, di sini silinder-silinder tidak ditempatkan
dalam suatu blok silinder melainkan pada tiap silinder diberi semacam sirip,
gunanya sirip ialah untuk menyerap panas dari silinder kepala dengan sirip-sirip
ini berarti memperluas permukaan yang dapat menyerap panas tersebut dapat
dilepaskan ke luar bersama udara yang dihembuskan dengan kuat oleh kipas atau
blower.
6. Sistem Penyaluran Udara
Udara di dalam Diesel digunakan untuk pembakaran bahan bakar ( solar). Kabut solar
dicampur dengan udara pada tekanan dan suhu tinggi sehingga akan terjadi
pembakaran yang menghasilkan tenaga. Perbandingan antara kabut solar dan volume
diatur sedemikian sehingga pada keadaan beban penuh, kabut solar habis terbakar
oleh udara yang dimasukan ke dalam silinder. Bahan bakar dan udara harus dalam
perbandingan yang tepat, kekurangan udara akan mengakibatkan merusak mesin,
yaitu mengakibatkan pembakaran kurang sempurna dan terjadilah kerak ( arang) di
dalam silinder.
Hal-hal yang umumnya dapat merusak mesin antara lain :
a. Penyetelan tekanan pengaturan nozzale yang terlalu tinggi
b. Mesin bekerja lama dengan beban rendah
c. Mesin sering bekerja tanpa beban
d. Saluran pembuangan ( knalpot) yang kotor, akan menghambat keluarnya asap dan
mempercepta kenaikan kadar arang dalam saluran dan akhirnya mempercepat
terjadinya kerak
Dalam praktek kelebihan bahan bakar dibanding dengan jumlah udara ini ditandai
dengan asap hitam ke luar dari knalpot. Untuk keperluan start mesin, orang membuat
agar udara yang dimasukan kedalam mesin tidak dingin ( hangat), sebab udara dingin
sukar bersenyawa dengan bahan bakar.
Agar Supaya proses pendinginan ini berlangsung efektif, maka perlu dijaga
kebersihan dari sirip-sirip silinder.
Udara yang dihembuskan kuat oleh blower disalurkan ke dalam tabung udara dan
membawa panas ke luar sirip. Harus diusahakan agar udara panas ini tidak tertarik
lagi oleh blower . Udara yang masuk haruslah udara luar yang masih segar dan dingin
perlu juga untuk membersihkan jendela-jendeka kaca yang dipasang di ruang mesin.
Gb. 5 Sistem sirkulasi udara mesin dengan turbo chrager.
a. Perlengkapan Diesel Genset
Genset harus dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang menunjang, agar
mempunyai :
a. Kestabilan baik tegangan maupun putarannya bila sewaktu-waktu terjadi
perubahan beban mesin harus tetap stabil.
b. Indikator-indikator yang menunjukkan keadaan Genset setiap saat, Pemutus arus
dan pelepas beban yang bekerja secara otomatis dan manual.
c. Sistem pengontrol untuk diesel yang berfungsi untuk mematikan diesel sewaktu-
waktu terjadi gangguan.
d. Emergency stop ialah suatu alat/ tombol yang akan mematikan mesin kapan saja
yang diinginkan
1. Voltage Regulator (VR)
Voltage Regulator adalah suatu alat yang berfungsi untuk menjaga agar tegangan out
put dari generator tetap konstant sesuai yang diinginkan. VR secara langsung/ tidak
langsung memberikan arus searah kepada kumparan rotor sehingga menimbulkan
tegangan pada out put gulungan stator. Kalau terjadi tegangan out putnya diteruskan
ke gulungan stator. Kalau terjadi penurunan tegangan karena kenaikan beban maka
VR akan menaikan tegangan out putnya diteruskan ke gulungan rotor sehingga
tegangan induksi stator akan naik sampai level semula. Begitupun jika ada kenaikan
tegangan ( beban turun), oleh karena VR hanya berfungsi sebagai pengatur tegangan
maka alat ini akan bekerja pada frekuensi atau mesin pada keadaan ratingnya
( putaran normal )
Jika mesin berputar lebih rendah dari pada ratingnya akan berakibat tegangan out put
regulator sedemikian tingginya dan arus akan sangat tinggi sehingga merusak
peralatan VR. Maka untuk mengadakan testing mesin yang berhubungan dengan rpm,
VR harus dimatikan / dilepas, untuk percobaan pada rpm normal VR boleh
disambung.
Biasanya VR pada batas-batas kemampuan tertentu ( dapat disetel) kalan ada
kenaikan/ penurunan tegangan melebihi batas kemampuan ( 10 %) harus
diusahakan agar beban terlepas dari beberapa saat kemudian mesin mati.
2. Governor
Seperti hanya VR, alat pengatur putaran ( Governor) berfungsi untuk mengatur atau
mempertahankan putaran mesin agar dalam kecepatan yang tetap. Jika ada kenaikan
beban, mesin bertendensi menurunkan putarannya dan Governor akan memberikan
signal kepada katup pembuka bahan bakar. Sehingga bahan bakar yang masuk ke
dalam Injector bertambah banyak, sehingga mesin akan berputar normal kembali dan
tidak terjadi penurunan putaran, sebaliknya kalau ada penuruanan beban mesin akan
berputar melebihi ratingnya. Governor akan mengirim signal kepada katup bahan
bakar agar mengurangi bahan bakar yang masuk sehingga mesin berputar normal.
Governor sama halnya dengan VR mempunyai batas-batas tertentu itu tidak lebih
dari 5%. Jika mesin berputar pada keadaan lebih kecil 75% atau lebih besar 105% dari
putaran normalnya maka usahakanlah agar Genset melepaskan beban listriknya dan
bebera saat mesin dimatikan.
3. Indikator-indikator
Fungsinya :
a. Penunjuk keadaan Mesin
b. Membantu trouble shooting yaitu mencari suatu gangguan
Pemasangan indikator pada panel Genset.
Indikator dan peralatanya yaitu relay-relay, timer, switch semuanya dipasanag pada
panel kontrol, antara lain :
- Volt meter untuk mengetahui tegangan dari tiap phasa
- Ampere meter untuk mengetahui arus dari tiap phasa
- Watt meter untuk mengetahui daya nyata
- Rpm untuk mengetahui putaran mesin
- Frekuensi meter untuk mengetahui put put frekuensi listrik
- Running Hour meter untuk mengetahui lamanya mesin bekerja
- Meter Tekanan oli, solar dall.
- Thermometer untuk suhu air dan lain-lain
Sebagai indikator untuk membuka maka dipasang lampu kontrol yaitu :
- Lampu indikator untuk Over Speed
- Lampu indikator untuk Under Speed
- Lampu Indikator untuk Low Water Level ( untuk level air radiator terlalu rendah )
- Lampu indikator untuk temperatur air tinggi
- Lampu indikator untuk tekanan oli rendah
- Lampu Indikator untuk tegangan nenaik lebih normal ( Over Voltage atau
tegangan lebih)
- Lampu Indikator untuk tegangan menurun kurang dari normal ( Under Voltage)
- Lampu Indikator untuk Power Balik, dan lain-lain
Semua indikator bekerja pada batas-batas tertentu yang berhubungan erat dengan
penyetelan yang dilakukan.
4. Alat Pengaman
Alat pengaman berguna untuk :
- Mengamankan Generator
- Mengamankan Prime Mover ( Diesel)
Pengaman Generator bertugas mematikan seluruh Genset apabila ada hal-hal yang
membahayakan Generator. Pengaman Diesel sama dengan pengaman Generator,
hanya berbeda dari asal usul gangguan. Kalau Temperatur mesin diesel terlalu panas
bekerja pengaman diesel itu akan bekerja. Kalau tegangan generator naik bekerjalah
pengaan generator
Untuk pengaman ini sebaiknya dipasang pemutus beban dan pematikan mesin, baik
yang bekerja secara otomatis maupun secara manual. Keduanya harus ada dan
disambung seri.
Untuk jenis otomatis dipergunakan apabila sewaktu-waktu ada gangguan yang dapat
membahayakan Genset secara otomatis pengaman ini akan bekerja. Sedangkan untuk
jenis manual dipakai bila harus mematikan mesin atau melepaskan beban setiap saat
yang dikehendaki
Misalnya :
Untuk menjaga agar mesin selalu bekerja dalam keadaan yang diijinkan maka
diusahakan mesin secara otomatis melakukan hal-hala sebagai berikut :
- Kalau mendapat temperatur air pendingin lebih dari 2000 F ( 94°C) maka pemutus
beban harus bekerja dan mesin jalan tanpa beban.
- Kalau terjadi Over Speed sampai mencapai 30 detik, mesin dibuat mati total.
Keterangan :
Sebenarnya untuk panel kontrol dapat dibuat otomatis penuh dan selengkap mungki.
Tetapi diperlukan rangkaian-rangkaian listrik ( rangkaian kontrol) yang cukup rumit,.
Tentu saja komponen-komponen yang dipakai harus dari jenis yang terbaik. Sebab
pemakaian dari kualitas biasa-biasa saja sering mengalami gangguan yang berakibat
mesin tidak dapat bekerja walaupun dalam kondisi yang baik.
5. Peralatan Tambahan
Peralatan tambahan yang dimaksudkan adalah hal-hal yang dipasang pada diesel
untuk mengetahui kondisi dari seluruh sistemnya. Sistem-sitem yang ada di dalam
diesel biasanya :
- Sistem bahan bakar - Sistem udara masuk
- Sistem pelumasan - Sistem starter, dan lain-lain
- Siswam pendinginan
a. Sistem Penyaluran Bahan Bakar
Bila filter bahan bakar kotor sebaiknya ada tanda / indikator (alarm) Bila tekanan
bahan bakar turun sebaiknya ada tanda atau indikator ( alarm). Bila bahan bakar
dalam tangki harian menuju level ½ jam operasi ada tanda daln lain sebagainya
b. Sistem Pelumasan
- Bila Tekanan minyak pelumas turun sebaiknya timbul alarm
- Bila tekanan minyak pelumas tinggi sebaiknya timbul alarm
- Bila suhu minyak pelumas tinggi sebaiknya timbul alarm, dan lain sebagainya
c. Sistem Pendinginan
- Bila suhu air tinggi ( lebih 24°C) sebaiknya timbul alarm
- Bila level air turun sebaiknya timbul alarm
- Bila tekanan air kurang sebaiknya timbhul alarm
Untuk mesin-mesin Pendinginan udara
- Bila alairan udara kurang lancar sebaiknya ada laarm
- Bila temperatur sirip silinder tinggi sebaiknya ada alarm
d. Sistem Starting
- Bila motor starter terlampau laa senempel pada Fly Wheel Timbul alarm
- Charger tidak dapat mengisi Battery sebaiknya timbul alarm
f. Lain-Lain
- Bila mesin jalan dengan rpm yang rendah sebaiknya timbul alarm
- Bila mesin jalan dengan rpm yang lebih dari normal ( 120%) timbul alarm.
B. Parallel Generator AC 3 Phasa
Sering terjadi bahwa sebuah pembangkit (generator) tidak mampu melayani beban yang
terpasang, dengan arti bahwa kapasitas beban lebih besar daripada kapasitas generator.
Dalam hal yang demikian, perlu kiranya memaralelkan dua generator atau lebih dengan
maksud untuk memperbesar kapasitas daya yang dibangkitkan.
Selain untuk tujuan diatas, kerja parallel juga sering dibutuhkan untuk menjaga
kontinuitas pelayanan jika ada generator yang harus dihentikan misalnya untuk istirahat
atau reparasi.
Keuntungan dari kerja beberapa generator kapasitas yang kecil secara paralel untuk
mencuplai beban yang sama dibanding dengan hanya satu generator yang besar adalah
sebagai berikut :
1. Beberapa unit yang kecil lebih handal dibanding satu unit yang besar. Apabila satu
rusak kelangsungan suplai beban dapat dipertahankan oleh kerja unit yang lain.
2. Jika terdapat beberapa unit station tenag perbaikan untuk unit-unit menjadi lebih
mudah dan ekonomis.
3. Biaya dari unit yang siap dipakai adalah lebih kecil
4. Penambahan unit dapat dipasang saat diperlukan sesuai dengan pertambahan beban
pada station tenaga.
Untuk maksud memaralelkan ini, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :
a. Harga tegangan efektif pada terminal harus sama
b. Frekuensi yang dihasilkan masing-masing generator harus sama
c. Phasa dari kedua generator harus sama
Dengan arti lain, bahwa beda phasa tegangan harus sama dengan nol, jika
dipandang dari rangkaian beban pada titik persambungan sntara kedua generator
yang akan diparalelkan dengan generator yang akan dibantu mempunyai beda
phasa 180°
Gambar 54 melukiskan prinsip memaralelkan dua buah generator beserta vektor
diagramnya.
Tegangan V1 merupakan harga tegangan generator G1 yang akan diparalelkan
untuk memperbsar kapasitas daya, sedangkan V2 merupakan harga tegangan
generator G2.
Jika ketiga syarat diatas telah dipenuhi maka akan diperoleh vektor tegangan
seperti gambar 54b. Jika terjadi perubahan pada salah satu generator misal G2
mempunyai putaran lebih cepat dari pada G1 maka akan mengalir suatu arus lokal
antara G1 dan G2 dan antara tenagan V1 dan V2 mempunyai beda phasa lebih kecil
dari 180°. Hal ini dapat dilukiskan seperi gambar 54c. dimana Ec merupakan beda
tegangan antara G1 dan G2 antara tegangan lokal Ec dan arus lokal Ic terdapat
beda phasa sebesar :
Фs = tan -1
Xs1+Xs2
Ra1+Ra2 = ............................. (40)
Sedangkan besarnya arus lokal Ic :
Ic =
Ec2(Ra+i . Xs ) .........................................( 41)
Dengan arti :
Xs = Xs1 = Xs2 : reaktansi serempak kedua generator
Ra = Ra1 = Ra2 : hambatan murni lilitan jangkar
Jika G1 berputar lebih cepat dari G2 maka arus lokal Ic tertinggal Фs dari tegangan
lokal Ec seperti dapat dilukiskan pada gambar 54d.
18. Peralatan yang dapat digunakan dalam parallel Generator.
Dengan adanya ketiga syarat pokok dalam memaralelkan generator dapat diperlukan
peralatan-peralatan untuk dapat mengetahui apakah ketiga syarat tersebut telah
terpenuhi.
Adapun peralatan-peralatan tersebut antara lain :
a. Frekwensi meter, yang berfungsi untuk mengetahui frekwensi masing-masing
generator.
b. Volt meter AC, untuk mengetahui besarnya tegangan masing-masing generator.
c. Alat untuk mengetahui apakah tegangan kedua generator tersebut telah sephasa.
Untuk inji dapat digunakan suatu alat.
1) Lampu-lampu serempak
Lampu-lampu serempak ini dipasang sedemikian rupa sehingga berdasarkan
keadaan lampu-lampu tersebut dapat diketahui apakah generator-generator
tersebut telah sephasa.
Untuk ini tentu saja penglihatan mata lebih banyak menentukan, karena harus
diperhatikan terang atau tidaknya keadaan lampu dan sebagainya. Ditinjau dari cara
penyambungan lampu-lampunya dikenal tiga macam cara :
a) Sambungan gelap, jika kedua generator sudah sephasa maka semua lampu
menyala.
b) Sambungan terang, jika kedua generator suah sephasa maka semua lampu
menyala sangat terang, sedangkan kedua generator belum sephasa maka semua
lampu mati.
c) Sambungan cahaya putar
Jika terlihat bahwa nyala lampu berputar baik kekiri atau kekanan, hal ini
menunjukkan bahwa kedua generator belum spahasa, yang mana masalah
kecepatan berputarnya nyala lampu tersebut disebabkan oleh frkwensi dari kedua
generator yang juga belum sama. Sedangkan jika nyala lampu sudah tetap tidak
berputar, ini berarti disamping frekwensi kedua generator sudah sama, pahasanya
juga suda sama.
Dalam keadaan yang demikian ini, dari ketiga lampu yang dipasang, satu lampu
mati dan dua lampu yang lain menyala sama terang.
Ketiga macam sambungan tersebut dapat dilukiskan seperti gambar 55.
Dalam praktek biasanya masing-masing cara diatas dilengkapi dengan Vo meter,
yang mana setelah frekwensi sama tegangan sama dan phasa sama, saklar utama
yang digunakan untuk memaralelkan ditutup (ON) saat Vo meter pada phasa yang
sama antara generator yang satu dengan lainnya.
2) Synchronous cope.
Synchronous cope merupakan peralatan yang khusus dimana alat ini pada
dasarnya bekerja berdasarkan alat-alat ukur lainnya dengan dasar penunjukkan
jarusm karena adanya sifat elektro magnetisme. Misalnya synchronous cope
Lincoln yang dilukiskan seperti gambar 56.
Scnchronous Lincoln merupakan sebuah motor kecil berkutub dua. Motor
mempunyai dua lapisan kumparan yang masing-masing dihubungkan pada
generator yang akan diparallelkan.
Sebuah kumparan F yang dihubungkan dengan jala-jala melalui hambatan RF
yang berfungsi untuk menentukan arus kemagnetan yang tepat sephasa dengan
tegangan yang dibangkitkan (V). Sedangkan kumparan kemagnetan kedua terletak
pada jangkar yang mempunyai dua lilitan (kumparan) yang saling tegak lurus
yakni R dan X yang memperoleh arus kemagnetan dari, generator yang akan
dihubungkan paralel pada tegangan V.
Kedua kumparan R dan X dihubungkan secara paralel dengan adanya R maka arus
yang mengalir padanya sephasa dnegan tegangannya, sedangkan arus yang
mengalir melalui kumparan X yang merupakan induktor murni arus lebih
mendekati 90° tertinggal terhadap tegangan.
Dengan adanya sifat-sifat diatas, maka diperoleh arus kemagnetan yang mengalir
pada kumparan R murni sephasa dengan tegangan V’sedangkan arus kemagnetan
yang mengalir pada F. Sebatang jarum yang dipasang pada jangkar akan
menunjukkan bagaimana keadaan phasa antara tegangan-tegangan yang
diserempakkan .
Dalam keadaan serentak yang mana tegangan V dan V’ dalam keadaan sephasa,
maka jarum akan menunjukkan angka nol. Jika generator yang diparalelkan tidak
dalam keadaan serenpakmaka jarum tersebut akan menunjukkan angka dibawah
nol atau diatas nol, tergantung pada tegangan yang diparalelkan, apakah lebih
cepat atau lebih lambat dari generator yang akan dibantu.
Gambar 57 melukiskan atu contoh dalam proses memaralelkan dua buah generator
AC 3 pahasa beserta perlengkapannya.
Prinsip Kerja.
G1 sudah melayani beban dengan data : V1 dan F1 . Dalam hal ini Ss1 dan Sm2
dibuka G2 yang akan diserempakkan dimasukkan kedalam rel penyerempak
dengan menutup Ss2 . Dengan mengatur G2 sedemikian rupa sehingga V1 = V2 dan
F1 = F2. Setelah lampu cahaya putar berada pada kondisi tetap (satu lampu mati,
dua lampu yang lain menyala sama terang) atau Vo meter menunjukkan harga nol,
dengan secepat mungkin Sm2 ditutup.
Dalam pembangkit yang besar, untuk menutup saklar Sm2 biasanya digunakan
kontaktor. Setelah kedua generator berada dalam kondidi paralel maka agar G2
dapat ikut memikul beban maka daya penggerak G1 dikurangi dan daya penggerak
G2 ditambah.
Pengurangan dan penambahan daya penggerak tersebut diusahakan dikerjakan
bersama-sama. Untuk mengetahui apakah beban G1 berkurang dan G2 sudah
memikul beban hal ini dapat dilihat pada kilo watt mater atau ampere meter ( kilo
ampere meter) yang terpasang pada panel kontrol.
Macam-macam Genset
1. Genset model Open
- Periksa oli mesin (tambahkan bila perlu)
- Periksa air radiator (tambahkan bila perlu)
- Periksa kondisi battery / accu (termasuk air accu dan sambungan kabel accu)
- Periksa kondisi V-belt
- Periksa kondisi filter udara (air cleaner) melalui dust indicator
- Periksa bahan bakar / solar (tambahkan bila perlu)
- Yakinkan MCB (breaker) dalam posisi OFF
- Periksa kondisi genset secara visual
Setelah dan selama genset hidup tanpa beban, periksa dan catat:
- Tegangan battery (battery voltage)
- Tekanan minyak pelumas (oil pressure gauge)
- Suhu air pendingin dalam mesin (water temperature gauge)
- Tegangan keluaran generator tiap phasa (voltmeter)
- Frekuensi (Hz meter)
- Jam kerja mesin (hour meter)
- Bila semua normal, tempatkan breaker ke posisi ON, genset siap diberi beban
Setelah genset dimatikan (hal ini dilakukan agar genset selalu dalam kondisi siap
pakai):
- Lihat jam kerja mesin, apakah jadwal service genset sudah tercapai?
- Isi bahan bakar / solar sampai posisi maksimum (jangan melebihi batas
maksimum)
- Setelah genset mati 10 menit, maka oli yang bersirkulasi sudah turun ke oil pan
(bak oli), selanjutnya periksa level oli mesin, tambahkan jika kurang
- Bila mesin sudah dalam kondisi dingin, maka periksa air pendingin dalam radiator,
tambahkan jika kurang
- Periksa kondisi mesin secara visual dan segera perbaiki bila terdapat kebocoran
atau kelainan yang lain
Perawatan Genset
1. Jadwal perawatan ini dapat digunakan bila bahan bakar dan minyak pelumas yang
digunakan sesuai dengan standar spesifikasi yang tercantum pada user’s hand
book Perkins Engine
2. Bahan bakar yang digunakan harus memenuhi salah satu dari:
- ASTM D975 No 1-D or No 2-D
- BS 2869: Part 2 1998 Class A2
- BS EN 590 1997
Secara umum bahan bakar yang digunakan: Max sulphur 0,2%; Min cetane
number 45
3. Penggunaan bahan bakar yang mengandung sulphur lebih banyak akan
memperpendek umur minyak pelumas
4. Pergunakan selalu suku cadang yang asli
Setiap hari:
1. Periksa air pendingin
2. Periksa minyak pelumas (oli mesin)
3. Periksa filter udara
4. Periksa water separator dan drain bila ada endapan kotoran/air dalam sistem
bahan bakar
5. Periksa air accu
6. Periksa mesin secara visual
Setiap 50 jam atau setiap minggu (mana yang tercapai lebih dulu):
1. Drain endapan kotoran / air pada tanki bahan bakar
Setiap 250 jam atau setiap 6 bulan (mana yang tercapai lebih dulu):
1. Periksa dan stel V-belt
Setiap 500 jam atau setiap 1 tahun (mana yang tercapai lebih dulu):
1. Ganti minyak pelumas dan filternya
2. Ganti filter bahan bakar dan pre fuel filter element
3. Periksa filter udara (bersihkan / ganti bila perlu)
Setiap 500 jam atau setiap 1 tahun (mana yang tercapai lebih dulu):
1. Periksa radiator dan bersihkan bila kotor
2. Periksa hose dan klem pengikat (perbaiki bila rusak / kendur)
Setiap 1000 jam:
1. Ganti V-belt
2. Periksa dan stel klep
3. Periksa kondisi turbocharger*
Setiap 2000 jam:
1. Periksa alternator dan starter motor
2. Periksa mounting engine
3. Periksa breather
4. Periksa water pump
Setiap 3000 jam atau 2 tahun (mana yang tercapai lebih dulu):
1. Ganti air pendingin (jangan lupa campuran air radiator “inhibitor”)
2. Periksa injector / nozzle (ganti bila perlu)
3.5 Alat pelindung Diri
Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh
tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. APD sebagaimana dimaksud harus sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, di mana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya, termasuk semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau berhubungan
dengan tempat kerja.
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pengawas
Ketenagakerjaan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan dalam Jabatan
Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus
dari luar Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditunjuk oleh Menteri.
Adapun tujuan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain:
1. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administrative
tidak dapat dilakukan dengan baik.
2. Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Sedangkan manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain :
1. Untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja.
2. Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.
APD sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Pelindung kepala;
b. Pelindung mata dan muka;
c. Pelindung telinga;
d. Pelindung pernapasan beserta perlengkapannya;
e. Pelindung tangan; dan/atau
f. Pelindung kaki.
Selain APD sebagaimana yg, termasuk APD:
a. Pakaian pelindung;
b. Alat pelindung jatuh perorangan;
c. Pelampung.
APD wajib digunakan di tempat kerja di mana:
a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan,
kebakaran atau peledakan;
b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, korosif,
beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu rendah;
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di mana
dilakukan pekerjaan persiapan;
d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan;
e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas, minyak,
panas bumi, atau mineral lainnya, baik di permukaan, di dalam bumi maupun
di dasar perairan;
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan,
melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara;
g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun, bandar udara dan gudang;
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
i. Dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;
j. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah;
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
l. Dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau lubang;
m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan telekomunikasi radio,
radar, televisi, atau telepon;
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang
menggunakan alat teknis;
q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air; dan
r. Diselenggarakan rekreasi yang memakai peralatan, instalasi listrik atau
mekanik.
Manajemen APD meliputi:
a. Identifikasi kebutuhan dan syarat APD;
b. Pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan/kenyamanan
pekerja/buruh;
c. Pelatihan;
d. Penggunaan, perawatan, dan penyimpanan;
e. Penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan;
f. Pembinaan;
g. Inspeksi; dan
h. Evaluasi dan pelaporan
Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja
dan TransmigrasiRepublik Indonesia. Hal ini tertulis di Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri. Adapun bentuk dari alat
tersebut adalah:
Safety Helmet
Berfungsi sebagai pelindung kepala
dari benda yang bisa mengenai kepala
secara langsung. Pemakaian safety
helmetsecara tepat dan benar dapat
mengurangi konsekuensi yang mungkin
timbul pada saat terjadinya hal-hal yang disebutkan di atas. Cara pemakaian
safety helmet yang benar akan memberikan proteksi maksimal bagi kepala.
Karena potensi hazard yang berasal dari atas kepala manusia banyak terdapat
di lingkungan kerja seperti itu. Dalam menggunakan safety helmet, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya,
Sebelum digunakan, yakinkan bahwa helmet tersebut dapat digunakan,
pas dan nyaman di kepala anda (tidak longgar dan tidak terlalu sempit),
tidak rusak dan cacat.
Pasang dikepala dengan benar (tidak miring, terlalu mendongak,
menunduk sehingga menutupi pandangan, atau terbalik.
Jika berada pada tempat yang tinggi dan kondisi berangin, chain strip
harus digunakan untuk menghindari safety helmet yang dikenakan
terbang karena tiupan angin kencang.
Dalam penggunaannya, safety helmet sering terjadi insiden seperti
benturan atau tertimpa benda yang jatuh. Setelah terjadi insiden,
biasanya safety helmet mengalami kerusakan. Sekecil apapun kerusakan
yang terjadi, safety helmet harus didiganti dengan yang baru. Jangan
menggunakan safety helmet yang sudah mengalami cacat atau
kerusakan. Contoh kerusakan pada helmet yang perlu segera diganti.
Selain penggunaan helmet yang cacat yang tidak diperbolehkan,
penggunaan helmet yang baikpun ada batasannya. Rata-rata umur pakai
sebuah safety helmet adalah 5 tahun, namun ini sangat tergantung kepada
bahan pembuatnya. Setiap manufacturer akan mencantumkan batas
maksimum pemakaian safety helmet produksinya pada setiap helmet.
Periksalah dengan teliti. Perlu juga menjadi perhatian kita adalah bersihkan
safety helmet setelah digunakan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
rusaknya material akibat kotoran yang menempel. Karena bisa saja kotoran
tersebut adalah bahan kimia, minyak atau solvent yang bisa memicu rusaknya
bahan pembuat safety helmet tersebut.
Tali Pengaman (Safety Harness)
Berguna untuk melindungi tubuh dari
kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan
pada pekerjaan konstruksi dan memanjat
serta tempat tertutup atau
boiler.Diwajibkan menggunakan alat ini di
ketinggian lebih dari 1,8 meter dan harus dapat menahan beban sebesar 80 kg.
Sepatu pelindung (safety shoes)
Seperti sepatu biasa, tapi dari
bahan kulit dilapisi metal dengan sol
dari karet tebal dan kuat. Berfungsi
untuk mencegah kecelakaan fatal yang
menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan
kimia, dsb.Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka
kalau tertimpa benda dari atas.
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang
benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja.
3.6 Penggunaan tangga
Beberapa aspek yang harus dicermati untuk aktivitas yang melibatkan penggunaan
tangga berupa :
1. Klasifikasi kekuatan tangga atau yang lebih tinggi dan disesuaikan dengan berat
badan pengguna. Sudut yang digunakan pada tangga kurang lebih 75 derajat.
2. Sesuaikan bahan tangga yang digunakan untuk pekerjaan. Sebagai contoh tangga
non-metal / fiber untuk pekerja listrik. Tangga yang tahan terhadap karat untuk
pekerjaan dekat dengan bahan kimia.
3. Lakukan pemeriksaan visual terhadap kemungkinan bagian-bagian tangga yang
retak, bengkok,longgar, dll.
4. Pada saat digunakan, letakkan tangga dengan kemiringan ideal 750 atau bisa juga
dengan patokan panjang vertical dan horizontal (3.1 – 4.1)
5. Letakkan dasar kaki tangga pada area yng tidak licin dan keras. Jika ditanah yang
lunak/habis hujan , bisa diberikan bahan papan.
6. Letakkan bagian atas tangga minimal bersisa 1 meter dari tumpuan atas pada
struktur menuruni bagian teratas bangunan.
7. Jika dimungkinkan, pada bagian bawah diberi patok dan diikat ke tangga. Hal ini
untuk mencegah tangga bergeser akibat beban yang tidak seimbang.
8. Lakukan hal yang sama pada bagian atas tangga, bisa saja diikatkan pada struktur
bangunan yang permanen.
9. Gunakan metode three point contact ( 2 kaki berpijak dengan satu tangan
berpegang pada tangga dan satu tangan bergerak menanggapi tangga atau 2 tangan
megang tangga dengan satu kaki berpijak dan kaki lain bergerak menggapai
tangga).
10. Hanya 1 orang yang boleh saat menaiki/menuruni tangga . jika lebih dari satu
orang yang akan turun atau naik, maka harus bergantian.
11. Sebaiknya gunakan tangga hanya sebagai akses untuk ke posisi kerja.
12. Jika sudah selesai, simpan di tempat yang aman.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Inspeksi GTT
PT. PLN ( PERSERO )DISTRIBUSI JAWA TIMURAREA PELAYANAN DAN JARINGAN MALANG
DATA GARDU Gardu Induk : ………………………………….Penyulang : MawarNomor GTT : 182Alamat : Jln Soekarno Hatta No.09Kode Rayon / Nama Rayon : ………………/…………………………………………………
I. DATA GARDU TRAFO TIANGMerk : Bambang Djaya ( B& D) Tap Trafo *) : 1 / 2 / 3 / 4 / 5Daya (kVA) : 25 KVA Tegangan Tap : 22, 21, 20, 19, 18 VTahun Buat : 11. 1997 Konstruksi Trafo *) : 1 Tiang / 2 TiangNomor Serie : 9701970 Hubungan Belitan / Vektor*) : Dyn.5 / Yzn.5 / Ii0Phasa *) : 1 phasa / 3 phasa Rekondisi *) : Ya / TidakTegangan Primer : 20 kV Nama Bengkel Rekondisi *) : WEP / MJ / JP / TPJ / TJPTegangan Sekunder : 400/ 231V Tanggal Operasi / Pasang : ………………………………….Arus Primer : 0.721 A Jenis Minyak / Volume : DIALA /105 Liter - Kg*)Arus Sekunder : 36.084 A Trafo Milik : PLN / Pelanggan (Khusus) *)Impedansi : 3,84 % No. Tiang TM :…………………………………..Jenis Trafo *) : Tabung / Kotak Jumlah Trafo : 1 BuahJenis Gardu *) : 1. Gardu Distribusi LV Panel *) : Ada / Tidak
2. Gardu Beton Kwh Meter *) : Ada / Tidak3. Gardu Portal √ Time Switch *) : Ada / Tidak4. Gardu Metal Clad Konservator *) : Ada / Tidak5. Gardu Canthol Kapasitas Kontaktor : …………………………… A
Berat Trafo : 480 .Kg Banyak Jurusan : 2 JurusanPengaman CO *) : Ada / TidakPemasangan Trafo *) : Didalam / Diluar
FORM INSPEKSI TEKNIS PENGOPERASIAN TRANSFORMATORNo. ……………………………………………...
II.
Pentanahan : Ada √ Tidak Ada Pentanahan : Ada √ Tidak AdaNilai : ……………. Ω Nilai : ……………. ΩArus Bocor : ……………. mA Konfigurasi Ground : ……………. BuahKonfigurasi Ground : ……………. Buah (Jumlah Titik Parallel Grounding)
(Jumlah Titik Parallel Grounding)
Pentanahan : Ada √ Tidak Ada Pentanahan : Ada √ Tidak AdaNilai : ……………. Ω Nilai : ……………. ΩKonfigurasi Ground : ……………. Buah Konfigurasi Ground : ……………. Buah(Jumlah Titik Parallel Grounding) (Jumlah Titik Parallel Grounding)
III. DATA PEMBATAS TRAFO
KONDISIPhasa R : 100 A / Type …………. Phasa R : ………… A / Type …………. Ada / Tidak Ada *)Phasa S : 100 A / Type …………. Phasa S : ………… A / Type …………. Ada / Tidak Ada *)Phasa T : 100 A / Type …………. Phasa T : ………… A / Type …………. Ada / Tidak Ada *)
KABEL INCOMING 1 Ada TidakJenis Kabel : ……………………………… R : Baik / Rusak *)Penampang : ………………………… mm² S : Baik / Rusak *)
T : Baik / Rusak *)N : Baik / Rusak *)
PENGAMAN PRIMER PEMBATAS SEKUNDER UTAMA 1
BODY TRAFO BODY PANEL
PENGUKURAN PENTANAHAN ARRESTER TITIK NETRAL TRAFO
KONDISI KONDISIPhasa R : ………… A / Type …………. Ada / Tidak Ada *) Phasa R : ………… A / Type …………. Ada / Tidak Ada *)Phasa S : ………… A / Type …………. Ada / Tidak Ada *) Phasa S : ………… A / Type …………. Ada / Tidak Ada *)Phasa T : ………… A / Type …………. Ada / Tidak Ada *) Phasa T : ………… A / Type …………. Ada / Tidak Ada *)
KABEL INCOMING 2 Ada Tidak KABEL INCOMING 3 Ada TidakJenis Kabel : …………………………………. R : Baik / Rusak *) Jenis Kabel : ……………………………… R : Baik / Rusak *)Penampang : …………………………… mm² S : Baik / Rusak *) Penampang : ………………………… mm² S : Baik / Rusak *)
T : Baik / Rusak *) T : Baik / Rusak *)N : Baik / Rusak *) N : Baik / Rusak *)
KETERANGAN TRAFO :
Trafo tidak layak digunakan dikarenakan banyak sekali kekurangan, seperti pada sambungan kawat pada CO dan arrester lepas, ada grounding tapi tidak ditanahakanJadi banyak sekali peralatan yang harus diganti dan diperbaiki………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Mengetahui,
Bpk. Heri Sungkowo
Petugas Inspeksi,
Kelas D3 3B Teknik Listrik PolinemaPOLINEMA
PEMBATAS SEKUNDER UTAMA 2 PEMBATAS SEKUNDER UTAMA 3
Malang , 8 oktober.2014
Foto GTT (Gardu Trafo Tiang) (atas) Name Plate Trafo (bawah)
Foto Panel pada GTT
Analisa Ikspensi :
No Peralatan Kondisi Keterangan
1Pengaman Utama Trafo Sisi Skunder
Tidak ada Perlu dilengkapi
2 Pengaman Jurusan 1Tidak ada pengaman
pada fasa TPerlu dilengkapi
3 Pengaman Jurusan 2Nilai arus nominal
berbedaPerlu diseimbangkan
bebanya
4 Body panel
- Kotor
- Pintu rusak
- Tidak ada label
Perlu ada pemeliharaan dan
dilengkapi
Analisa :
Dalam GTT terdapat begitu banyak komponen yang perlu diperhatikan. Dimulai dari grounding, bahwa pada GTT yang diamati terdapat dua jenis grounding yaitu grounding arrester dan grounding body panel, titik netral trafo, dan body trafo jadi satu. Hal ini dikarenakan perbedaan fungsi dari kedua grounding tersebut, yaitu pengaman karena di tegangan surja untuk grounding Arrester.
Pengaman dari GTT menggunakn FCO di sisi sekunder nya dan pemilihanya berdasarkan arus disis primer dikalikan 250% untuk maksimumnya. Serta pada sisi sekunder menggunakan NH Fuse dimana pengamananya terdiri dari pengaman utama dan pengaman
jurusan. Fungsi dari pengaman utama adalah apabila terjadi gangguan pada jurusan maka trafo tidak akan terkena gangguan secara langsung.
Evaluasi :
Dari hasil inspeksi diatas dapat dilihat beberapa kondisi yang sudah buruk dan tidak memenuhi standar. Oleh karena itu perlu adanya pemeliharaan di GTT tersebut dan juga mengganti beberapa peralatan yang sudah rusak serta melengkapi peralatan yang belum ada. Agar GTT seusai dengan standar yang telah ditentukan serta dapat meningkatkan kinerja trafo agar menjadi lebih baik dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen tanpa gangguan.
Selain itu banyak list dari form yang masih kosong hal ini dikarenakan keterbatasan alat yang digunakan dalam praktikum. Selain itu dikarenakan ketidaktahuan anggota kelompok terhadap beberapa perangkat yang disebutkan di list.
Dapat juga dikarenakan peralatan yang digunakan tidak sesuai, seperti earth tester yang digunakan untuk mengukur tahanan tanah sehingga belum bisa mendapatkan nilai tahanan elektrodanya dan juga alat ukur megger yang digunakan untuk mengukur tahanan isolasi tetapi datanya tidak diperlukan dalam form.
Saran :
1. Perlu adannya perbaikan dan melengkapi komponen sesuai dengan standar
perhitungan.
2. Perlu adanya pemeliharaan pada GTT.
3. Dalam inspeksi perlu peralatan yang mendukung serta pengetahuan yang cukup.
Sehingga perlu adanya briefing terlebih dahulu dan pembagian tugas yang jelas.
4. Perlu adanya pembanding terhadap standarisasi dari setiap pengukuran dan
inspeksi secara visual.
Dokumentasi :
No Gambar Konndisi
1 Body panel tidak ada kunci dan juga label
2 Tidak terdapat fuse utama
Tidak terdapat pengaman (fuse) pada fasa T
Isi panel perlu dibersihkan
3 Kondisi LBS baik
4 Kondisi fuse baik
5 Elektoroda grounding perlu dibersihkan dan menyiram daerah sekitarnya untuk menjaga agar resistansinya tetap baik
4.2 Hasil Inspeksi Genset
Analisa Generator Set :
1. Generator set yang berada diluar UPT
Gambar diatas merupakan nameplate dari genset 80 kVA yang berada diluar UPT.
1. Genset diluar UPT merupakan tipe genset brushless dimana perlu dilengkapi alat
voltage regulator (VR) yang berfungsi untuk mengatur agar tegangan yang diberikan
tetap konstan sesuai dengan keperluan. Sumber arus DC dari VR ini mengalir
kedalam stator gulungan Exiter.
2. Genset ini menggunakan pendinginan dengan udara
3. Merupakan genset 5 silinder
4. Dihidupkan secara manual. Untuk start awal frekuensi nya sebesar 48-48,5 Hz.
Kemudian frekuensi dinaikan dengan menggunakan governor.
5. Spesifikasi aki 2x12v -> 24v dc ; 2x120 AH = 240 AH. Aki berguna untuk stat engine
saja.
6. Perawatan rutin :
- Mengontrol aki. Untuk menghindari kehabisan aki.
- Menghidupkan genset minimal 1 kali dlm seminggu dengan durasi 30 menit.
Genset harus selalu dipanasi, karena jika jarang dipanasi genset akan mengalami
kesulitan ketika di stater. Yang bisa menyebabkan genset gagal starting
7. Perawatan tahunan :
Mengganti filter oil/solar setahun dua kali.
Gambar diatas merupakan AVR dari Genset di luar UPT yang berfungsi kalau terjadi penurunan tegangan karena kenaikan beban maka AVR akan menaikan tegangan out putnya diteruskan ke gulungan rotor sehingga tegangan induksi stator akan naik sampai level semula. Begitupun jika ada kenaikan tegangan (beban turun), oleh karena AVR hanya berfungsi sebagai pengatur tegangan maka alat ini akan bekerja pada frekuensi atau mesin pada keadaan ratingnya (putaran normal)
2. Generator Set didalam UPT
Genset 225 kVA
Generator 250 kVA
1. Genset ini menggunakan pendinginan dengan radiator
2. Dihidupkan bisa dihidupkan secara manual ataupun otomatis. Karena dilengkapi
dengan AMF
3. Kedua generator dipararel dengan sistem sinkronisasi secara otomatis. Karena
dilengkapi dengan AMF
4. Perawatan rutin :
a. Mengontrol aki. Untuk menghindari kehabisan aki.
b. Menghidupkan genset minimal 1 kali dlm seminggu dengan durasi 30 menit.
Genset harus selalu dipanasi, karena jika jarang dipanasi genset akan
mengalami kesulitan ketika di stater. Yang bisa menyebabkan genset gagal
starting
c. Air dalam radiator, accu, dan bahan bakar nya dikontrol setiap hari.
Gambar diatas merupakan panel gdari genset dimana terdapat AMF yang berfungsi untuk otomasi apabila PLN mati sehingga dilengkapi ATS menggunakan sistem motorize (dilengkapi dengan COS (Change over switch) dan untuk sinkronisasi generator. Dengan penggunaan dan pengoperasian automatic Gen Set ini lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan penggnaan sistem pengoperasian Gen Set secara manual sehingga sistem otomatis Gen Set ini banyak digunakan.
Pada saat listrik masih disuplai oleh PLN tiba-tiba putus ATS akan bekerja sehingga beban tersuplai dapat tersuplai dari Genset. Hal ini dikarenakan terdapat change over switch yang bekerja secara otomatis keti sumber dari PLN terputus.
Proses ini berlangsung secara seketika karena pada Gen Set dilengkapi AMF yang akan menyesuaikan dengan keadaan beban seperti tegangan, arus, beban dan frekuensinya, dan apabila beban terus bertambah maka Gen Set kedua bisa masuk . Kemudia setelah sumber energi listrik dari PLN telah tersambung kembali maka secara otomatis rangkaian automatic Gen Set akan mengisolasikan atau memutuskan hubungan dengan generator ( secara otomatis generator akan mati) dan secara otomatis beban akan tersupali daya listrik dari PLN.
3. Genset Pada Gedung Informasi
Generator pada gedung informasi merupakan generator dengan daya 50 kVA dengan tipe silent generator. Karena kemampuan genset silent type dalam hal meredam suara menjadikan genset silent type pilihan bagi konsumen yang memiliki keterbatasan dalam ruangan untuk menempatkan gensetnya. Karena pada gedung informasi ruangan yang tersedia untuk genset cukup kecil.
Pengoperasian dari genset silent type hampir sama dengan genset pada umumnya, hanya saja untuk melakukan perawatan pada genset ini cukup susah karena body genset berada dalam case atau rumah genset.
Kelebihan dari genset yang berada pada gedung ini adalah sistem otomasi dari PLN ke gen set ataupun sebaliknya terjadi sangat halus dengan menggunakan kontaktor. Sistem pendinginanya juga menggunakan radiator.
Gambar disamping merupakan control manual dan otomatis serta display arus, tegangan dan parameter lain yang dimiliki oleh generator ini tersendiri. Apabila di set manual maka perlu dilakukan pengoperasian secara manual dan tidak akan mempengaruhi kontaktor untuk bekerja. Apabila di set secara otomatis akan mempengaruhi kerja kontaktor yaitu akan menyalakan Gen Set otomatis apabila sumber PLN putus dan mematikan saat sumber PLN masuk lagi.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
5.1 Inspeksi GTT
– Transformator Merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari sebuah rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain
berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet..
– Gardu Trafo tiang berfungsi sebagai Tempat pengumpul, pembagi dan penyalur
energi listrik selain itu pengubah tegangan sebelum disalurkan ke konsumen.
– Gardu trafo tiang memiliki beberapa aspek peralatan diantaranya : Peralatan
hubung , peralatan proteksi , penghantar dan pentanahan .
– Proteksi pada Gardu trafo tiang antara lain : relai arus lebih dan hubung tanah ,
fuse 20 kV , fuse 220 dan Arester yang memiliki fungsi tersendiri .
– Standar pentanahan Gardu trafo tiaang antara lain :
o Pentanahan kerangka / body peralatan maksimal 1,7 ohm
o Pentanahan netral sisi tr trafo maksimal 5 ohm
o Pentanahan arrester tergantung karakteristik arrester.
– Pengukuran tahanan isolasi dengan megger dilakukan pada sisi primer
transformator dan Sekunder trafo sesuai standart tahanan isolasi untuk Gardu trafo
tiang.
– Pemeliharaan Gardu trafo tiang di lakukan secara rutin sesuai SOP.
5.1.1 Saran :
– Perlu adannya perbaikan dan melengkapi komponen sesuai dengan standar
perhitungan.
– Perlu adanya pemeliharaan pada GTT.
– Dalam inspeksi perlu peralatan yang mendukung serta pengetahuan yang
cukup. Sehingga perlu adanya briefing terlebih dahulu dan pembagian
tugas yang jelas.
– Perlu adanya pembanding terhadap standarisasi dari setiap pengukuran dan
inspeksi secara visual.
5.2 Inspeksi Genset
– mesin diesel digunakan untuk menggerakkan rotor generator sehingga pada out
put statornya menghasilkan Ggl.
– Genset memiliki beberapa jenis diantaranya : Open type , Silent type , Welding
Generator, Genset trailer dan clip on generator.
– Pengoperasian genset automatis atau Automatic generator set merupakan suatu
panel pengendalian generator yang ditempatkan pada ruangan khusus sehingga
akan mempermudah dalam pengoperasiannya dan mudah dalam pemeliharaan.
– Pengoperaisan Genset Secara manual di lakukan sesuai prosedur mulai tahap :
persiapan , pengoperaisan dan mematikan genset dengan bantuan selector switch.
– Pemeliharan genset seperti cleaning, testing, drying, painting, adjusting dan
pelumasan. Perlu dilakukan secara berkala sesuai prosedur pemeliharaan untuk
meminimalisir kerusakan genset