laporan hasil kajian - · pdf filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 materi bab...

149
LAPORAN HASIL KAJIAN Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership Agreement (EPA), dan Pengaruhnya terhadap Arus Perdagangan dan Investasi dengan Negara Mitra Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral

Upload: doancong

Post on 05-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

LAPORAN HASIL KAJIAN

Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership

Agreement (EPA), dan Pengaruhnya terhadap Arus

Perdagangan dan Investasi dengan Negara Mitra

Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral

Page 2: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

1

Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan 2

Bab 2 Kinerja Perdagangan Internasional 6

Bab 3 FTA Preferential Indicators dan FTA Trade and Welfare Indicators 11

Bab 4 Estimasi Dampak IJEPA, dan ACFTA: Metode Ekonometri ARIMA 27

Bab 5 ASEAN Free Trade Area 46

Bab 6 ASEAN-India Free Trade Agreement 73

Bab 7 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership 97

Bab 8 ASEAN-ANZ Free Trade Area 115

Bab 9 Penutup 131

Page 3: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

2

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Free Trade Agreement (FTA) merupakan suatu perjanjian perdagangan bebas yang dilakukan antara

suatu negara dengan negara lainnya. Pembentukan berbagai FTA merupakan akibat dari liberalisasi

perdagangan yang tidak dapat dihindari oleh semua negara sebagai anggota masyarakat internasional.

Hal inilah yang mendorong terbentuknya blok-blok perdagangan bebas. FTA dapat dibentuk secara

bilateral, misalnya antara Amerika Serikat dengan Singapura, Amerika Serikat dengan Chile; Japan

dengan Singapura; maupun regional seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), North America Free

Trade Area (NAFTA) dan Uni Eropa.

Pemerintah Indonesia meratifikasi pembentukan FTA bersama-sama dengan negara-negara

yang tergabung dalam ASEAN untuk pertama kalinya pada tahun 2002. Dalam perkembangannya,

ASEAN FTA melakukan kerjasama China (ASEAN-China FTA) pada tahun 2004, dengan Korea

(ASEAN-Korea FTA) pada tahun 2007 dengan India (ASEAN-India FTA) pada tahun 2010, dengan

Australia dan New Zealand (ASEAN- Australia - New Zealand FTA) pada tahun 2010 dan terakhir

dengan Japan (ASEAN- Japan Comprehensive Economic Partnership) pada tahun 2010.

Tabel 1.1 Perkembangan Implementasi FTA oleh Indonesia

No. FTA Regional FTA Entry

Into Force

Indonesia

Entry Into

Force

1. ASEAN FTA 2002 2002

2. ASEAN-China FTA 2004 2004

3. ASEAN-Korea FTA 2007 2007

4. ASEAN-India FTA 2010 2010

5. ASEAN-Australia-New Zealand FTA 2010 2012

6. ASEAN-JAPAN Comprehensive Economic Partnership 2010 -

No. FTA Bilateral Entry Into Force

1 Indonesia-Japan Economic Partnership 2007

Dari tabel tersebut terlihat bahwa berbagai ratifikasi FTA ASEAN dengan berbagai Negara

lain tersebut telah berlaku untuk Indonesia, namun masih ada yang dalam proses untuk ratifikasi

Page 4: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

3

(Indonesia entry into force), misalnya untuk perjanjian ASEAN- Japan Comprehensive Economic

Partnership (ASEAN-Japan CEP). Selain itu juga masih ada beberapa lagi potensi FTA yang masih

dalam proses persiapan baik itu berupa penjajakan, pengkajian atau pun perundingan, diantaranya

ialah: ASEAN-Uni Eropa FTA, ASEAN-USA FTA, ASEAN-Canada FTA dan Comprehensive

Economic Partnership in East Asia (CEPEA).

Secara empiris, perdagangan internasional dan investasi terbukti mampu mendorong terjadinya

industrialisasi yang dapat menjadi engine pertumbuhan ekonomi, sebagaimana yang telah terjadi

dalam sejarah pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat bagi Japan (1960-an), Hong Kong, Taiwan,

Singapore dan the Republic of Korea (1970-an dan 1980-an), Malaysia, Indonesia dan Thailand

(1980-an) dan China (1990-an). Secara teoritis, liberalisasi perdagangan internasional akan

meningkatkan arus perdagangan antarnegara juga akan memberikan manfaat kepada negara-negara

yang terlibat dalam perjanjian liberalisasi perdagangan ini.

Hanya saja memang pertanyaan kritisnya ialah apakah manfaat itu terdistribusikan secara

adil/merata ke seluruh negara atau tidak, hal ini masih menjadi pertanyaan besar yang harus dicari

jawabannya. Tidak semata karena potensi basis (endowment) setiap negara yang berbeda, akan tetapi

banyak faktor yang menambah kompleksitasnya. Kemampuan menegosiasikan kepentingan nasional

di dalam fora internasional menjadi salah satu faktor penting yang akan mendukung kebijakan

perdagangan internasional suatu negara dapat secara optimal mendukung pertumbuhan ekonominya.

Tingkat produktivitas suatu negara yang biasanya diukur dengan level kualitas sumber daya manusia

dan teknologi juga berperan dalam meningkatkan kemampuan untuk mengambil porsi manfaat

perdagangan internasional bagi suatu negara. Maka dalam teori dasar perdagangan internasional

berkembang dari adanya absolute advantage ke comparative advantage bahkan ke argumentasi

competitive advantage.

Setiap delegasi RI yang akan berunding dalam fora perdagangan internasional harus dibekali

tidak hanya kemampuan bernegosiasi (negotiation skills) tetapi juga pemahaman yang komprehensif

atas berbagai kepentingan Indonesia yang harus dilindungi dan potensi peluang yang dapat diambil

dari masyarakat internasional. Dua hal tersebut seperti dua sisi mata uang dalam pembangunan kerja

sama internasional. Kemampuan negosiasi menjadi tidak berarti ketika tidak didukung dengan peta

potensi-masalah yang jelas dan lengkap. Begitu pun sebaliknya. Pemahaman yang baik akan menjadi

sia-sia ketika tidak didukung oleh kemampuan menegosiasikannya. Oleh karena itu, kajian yang

memadai atas berbagai skenario kebijakan liberalisasi perdagangan internasional yang mungkin

untuk meningkatkan manfaat bagi pembangunan nasional sangat diperlukan untuk menunjang

keberhasilan para delegasi RI di fora internasional.

Page 5: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

4

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini ditujukan secara umum ditujukan untuk melakukan analisis pengaruh Free Trade

Agreement (FTA)/Economic Partnership Agreement (EPA) terhadap arus perdagangan dan investasi.

Tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi FTA/EPA Indonesia dengan negara mitra baik yang sedang berjalan maupun

yang sedang dalam proses perundingan;

2. Melakukan evaluasi dampak FTA/EPA yang telah berjalan terhadap arus perdagangan dan

investasi;

3. Melakukan evaluasi dampak potensial FTA/EPA yang akan berjalan terhadap arus perdagangan

dan investasi; dan

4. Memberikan rekomendasi kebijakan terkait liberalisasi perdagangan internasional yang

mendukung pembangunan ekonomi nasional:

a. terkait tindak lanjut atas berbagai FTA/EPA yang sudah berjalan;

b. terkait posisi Indonesia atas FTA/EPA yang sedang dalam tahap persiapan.

METODOLOGI

Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut di atas, beberapa metodologi penelitian yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif untuk memetakan berbagai FTA/EPA Indonesia dengan negara mitra

(telah/akan berjalan);

2. Studi kasus: evaluasi dampak FTA/EPA (telah/akan berjalan). Beberapa metode analisis dampak

yang mungkin dilakukan:

a. Metode kuantitatif:

1). Indicators of Comparative Advantage, Regional Orientation, Trade Complementarity,

dan Export Similarity;

2). FTA Preference Indicators: Coverage rate, Utility rate, Utilization rate, dan Value of

Free Trade Agreement Preferences.

b. Metode ekonometri

c. Simulasi Model Computable General Equilibrium (CGE) Global Trade Analysis Project

(GTAP)

3. Focus Group Discussion (FGD)

Page 6: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

5

Model kuantitatif dan metode ekonometri digunakan untuk analisis dampak FTA/EPA

Indonesia yang sudah berjalan (ex-post analysis), sedangkan Simulasi Model CGE GTAP untuk

menganalis potensi FTA/EPA yang sedang dalam tahap persiapan (ex-ante analysis). Selain itu,

penelitian juga melakukan FGD dengan kalangan ahli baik dari institusi yang terkait dengan

kebijakan perdagangan internasional: Kementerian Perdagangan, Badan Koordinasi Penanaman

Modal (BKPM), Kementerian Perindustrian, dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) maupun dari

kalangan akademisi. FGD digunakan untuk mendiskusikan dan mengelaborasi lebih lanjut hasil

analisis kuantitatif dan simulasi pemodelan ekonomi untuk memperkaya penyusunan rekomendasi

kebijakan. Dengannya diharapkan rekomendasi kebijakan yang muncul akan membumi dan berpijak

pada kebutuhan realita yang ada.

SISTEMATIKA PENYAJIAN

Sistematika laporan penelitian ini disusun sebagai berikut. Bab I Pendahuluan berisi tentang latar

belakang, tujuan penelitian dan penjelasan singkat metodologi yang digunakan. Bab II menyajikan

gambaran global kinerja perdagangan internasional Indonesia. Bab III melakukan evaluasi FTA

dengan estimasi FTA preferential indicators dan FTA trade and welfare indicators. Bab IV

menganalisis dampak dua FTA: IJEPA dan ACFTA menggunakan pendekatan ekonometrika runtun

waktu ARIMA. Bab V, Bab VI, dan Bab VII berturut-turut melakukan evaluasi dampak AFTA,

AIFTA, dan AJCEP dengan menggunakan deskriptif, komparasi tariff dan simulasi model CGE

GTAP. Bab VIII mengevaluasi AANZFTA secara deskriptif dan menghitung daya saing komoditas

Indonesia dan negara mitra. Terakhir Bab IX Penutup mencoba merangkum temuan-temuan dalam

studi ini, memberikan rekomendasi kebijakan dan saran bagi studi lanjutan.

Page 7: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

6

BAB II

KINERJA PERDAGANGAN INTERNASIONAL1

Secara umum kondisi trade balance Indonesia selama periode 2000-2010 masih surplus. Total

ekspor Indonesia dalam periode tersebut meningkat dari USD62,117 miliar (2000) menjadi

USD157,771 miliar (2010). Sedangkan impor Indonesia dalam periode yang sama naik dari

USD33,515 miliar menjadi USD135,663 miliar. Meskipun masih surplus, terdapat kecenderungan

besarnya surplus trade balance mengalami penurunan. Surplus trade balance pada tahun 2000

tercatat sebesar USD28,602 miliar dan pada tahun 2010 turun menjadi USD22,108 miliar.

Gambar 2.1 Analisis Kinerja Neraca Perdagangan Global (Migas-Non Migas)

Gambar 2.2 Analisis Kinerja Neraca Perdagangan Global (Non Migas)

1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan (2011) tentang Analisis Posisi Indonesia Terkait Free Trade Agreement (tidak dipublikasikan)

Page 8: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

7

Penurunan trade balance di atas disebabkan kinerja perdagangan global Indonesia, terutama

karena menurunnya sumbangan surplus trade balance nonmigas. Surplus trade balance pada tahun

2000 sebagian besar (78,50 persen) disumbang oleh sektor nonmigas. Berkenaan dengan laju

pertumbuhan impor nonmigas yang lebih tinggi dari laju ekspor nonmigas, maka sumbangan surplus

trade balance sektor nonmigas pada tahun 2010 turun menjadi 63,94 persen.

Lebih lanjut, komoditas ekspor Indonesia dalam periode 2000-2010 mengalami perubahan.

Pada tahun 2000 Indonesia didominasi barang-barang elektronik dan mesin mekanik. Namun pada

tahun 2010 ekspor Indonesia didominasi barang-barang tambang, terutama batubara dan hasil

perkebunan terutama CPO, karet dan produk karet. Komposisi ekspor Indonesia selengkapnya dapat

dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Analisis Kinerja Ekspor Komoditi Utama (Non Migas)

Sumber : BPS, CEIC, diolah

Bahan bakar mineral (27)

3%

Lemak & Minyak hewan/nabati (15)

4% Mesin & peralatan

listrik (85) 14%

Karet & Brg dari Karet (40)

3%

Bijih, Kerak & abu logam (26)

3% Mesin2/pesawat

mekanik (84) 8%

Kertas/karton (48) 5%

Lainnya 57%

Tahun 2000

Bahan bakar mineral (27)

15%

Lemak & Minyak hewan/nabati (15)

13%

Mesin & peralatan listrik (85)

8%

Karet & Brg dari Karet (40)

7%

Bijih, Kerak & abu logam (26)

6% Mesin2/pesawat

mekanik (84) 4%

Kertas/karton (48) 3%

Kendaraan dan bagiannya (87)

2%

Bahan kimia organik (29) 2%

Timah (80) 1%

Lainnya 39%

Tahun 2010

Page 9: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

8

Sementara itu impor Indonesia dalam periode 2000-2010 relatif tidak ada perubahan. Impor

terbesar masih dalam bentuk mesin-mesin atau pesawat mekanik. Impor yang mengalami

peningkatan cukup signifikan adalah impor mesin atau peralatan listrik. Sedangkan impor yang

mengalami penurunan adalah bahan kimia organik. Komposisi impor selengkapnya dapat dilihat

pada Gambar 2.4 di bawah ini.

Gambar 2.4 Analisis Kinerja Impor Komoditi Utama (Non Migas)

Sumber : BPS, CEIC, diolah

Dari sisi negara tujuan ekspor, dalam periode 2000-2010 menunjukkan adanya perubahan,

Pada tahun 2000 negara tujuan ekspor Indonesia terbesar adalah Japan (23,2 persen), Negara-negara

di kawasan ASEAN (16,68 persen), dan Amerika Serikat (13,64 persen). Pada tahun 2010 negara

tujuan ekpor Indonesia terbesar adalah Negara-negara di kawasan ASEAN (19,85 persen), China

(10,42 persen). Sedangkan ekspor Indonesia ke Japan dan Amerika mengalami penurunan masing-

Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (84)

17%

Mesin / peralatan listrik (85)

5%

Besi dan Baja (72) 5% bahan Kimia

Organik (29) 9%

Kendaraan dan bagiannya (87)

7% Plastik dan barang

dari plastik (39) 4%

Serealia (10) 4%

Pesawat udara dan bagiannya (88)

1%

Barang dari besi dan baja (73)

3%

Kapas (52) 3%

Lainnya 42%

Tahun 2000

Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (84)

17%

Mesin / peralatan listrik (85)

14%

Besi dan Baja (72) 6%

bahan Kimia Organik (29)

5%

Kendaraan dan bagiannya (87)

5% Plastik dan barang

dari plastik (39) 4%

Serealia (10) 2%

Pesawat udara dan bagiannya (88)

3%

Barang dari besi dan baja (73)

3%

Kapas (52) 2%

Lainnya 39%

Tahun 2010

Page 10: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

9

masing menjadi 17,2 persen dan 9,46 persen. Komposisi ekspor per Negara tujuan selengkapnya

dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Analisis Kinerja Ekspor per Negara dan Regional

Sumber: BPS, CEIC, diolah

Negara asal impor Indonesia pada tahun 2000 sebagaian besar adalah dari Japan (17,30

persen), Amerika Serikat (10,87 persen), Negara-negara kawasan ASEAN (10,80 persen), Korea

Selatan (6,68 persen) dan China (6,55 persen). Pada tahun 2010 negara tujuan impor Indonesia

mengalami perubahan, yakni terbesar dari China (16,05 persen). Impor dari Amerika Serikat dan

Japan 23.20%

China 4.46%

USA 13.64%

South Korea 6.95%

India 1.85%

Taiwan 3.83%

Netherlands 2.96%

Australia 2.52% Germany

2.32%

Lainnya 21.58%

Singapore 10.50%

Malaysia 3.17% Thailand

1.65%

Philippines 1.36%

ASEAN-4 16.68%

Tahun 2000

Japan 17.20%

China 10.42%

USA 9.46%

South Korea 8.39%

India 6.61%

Taiwan 3.15%

Netherlands 2.48%

Australia 2.77%

Germany 1.99%

Lainnya 17.13%

Singapore 9.15%

Malaysia 6.13%

Thailand 3.01%

Philippines 2.12%

ASEAN-4 19.88%

Tahun 2010

Page 11: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

10

Japan mengalami penurunan masing-masing menjadi 7,40 persen dan 13,36 persen. Gambar 2.6

menunjukkan perubahan komposisi impor Indonesia dalam periode 2000-2010.

Gambar 2.6 Analisis Kinerja Impor per Negara dan Regional

Sumber: BPS, CEIC, diolah

Japan 17.30%

South Korea 6.68%

China 6.55%

India 1.68%

Australia 5.43%

USA 10.87%

Jerman 3.99%

Perancis 1.28%

Inggris 1.79%

Lainnya 24.74%

Singapore 12.15%

Malaysia 3.62%

Thailand 3.56%

Philippines 0.37%

ASEAN-4 10.80%

Tahun 2000

Japan 13.36%

South Korea 6.05%

China 16.05%

India 2.59%

Australia 3.23%

USA 7.40%

Jerman 2.37%

Perancis 1.05%

Inggris 0.74%

Lainnya 17.98%

Singapore 15.94%

Malaysia 6.81%

Thailand 5.88%

Philippines 0.56%

ASEAN-4 10.80%

Tahun 2010

Page 12: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

11

BAB III

FTA PREFERENTIAL INDICATORS DAN FTA TRADE AND

WELFARE INDICATORS

PENDAHULUAN

Setelah perjanjian perdagangan bebas (FTA) diberlakukan, penting bagi para pembuat kebijakan

untuk memperhitungkan dampaknya. Dampak sebenarnya dari pemberlakuan FTA mungkin sangat

berbeda dari proyeksi sebelumnya. Tujuan bab ini adalah untuk menyajikan metode evaluasi

ekonomi ex-post atas pemberlakuan FTA untuk menunjukkan kepada pembuat kebijakan apa yang

harus dinilai dan bagaimana melakukan suatu penilaian ekonomi retrospektif. Selain itu, bagian ini

juga akan mendiskusikan hasil evaluasi tersebut untuk melihat apakah keterlibatan dalam FTA telah

memberikan dampak yang positif bagi perekonomian. Dengan analisis tersebut diharapkan akan lahir

berbagai rekomendasi kebijakan yang mungkin sebagai tindak lanjut FTA tersebut untuk

mengoptimalisasi potensi dampak positif yang ada dan menutup atau meminimalisasi dampak

negative yang timbul.

Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia telah meratifikasi pembentukan FTA bersama-sama

dengan negara-negara yang tergabung dalam ASEAN untuk pertama kalinya pada tahun 2002.

Dalam perkembangannya, ASEAN FTA melakukan kerjasama China (ASEAN-China FTA) pada

tahun 2004, dengan Korea (ASEAN-Korea FTA) pada tahun 2007 dengan India (ASEAN-India

FTA) pada tahun 2010, dengan Australia dan New Zealand (ASEAN- Australia - New Zealand FTA)

pada tahun 2010 dan terakhir dengan Japan (ASEAN- Japan Comprehensive Economic Partnership)

pada tahun 2010. Oleh karena itu analisis ex-post ini akan mendiskusikan dampak FTA yang

Indonesia telah terlibat didalamnya (already entried into force).

Tabel 3.1 Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia dengan Beberapa Negara

FTA’s Penanda-

tanganan

Entry into

Force

Coverage Cakupan Tarif

ASEAN

Economis

Community

20 November

2007

AEC 2015 Komprehensif ASEAN-CEPT : ±98% dari pos tarif

ASEAN-

China

29 November

2004

1 Juli 2005 Komprehensif Early Harvest Chapter 01-08

Normal Track : 40% at 0-5% in 2005

Sensitive Track

Sensitive List (SL): tahun 2012 = 20%

Highly Sensitive List (HSL) tahun

2015 = 50%

Page 13: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

12

FTA’s Penanda-

tanganan

Entry into

Force

Coverage Cakupan Tarif

ASEAN-

Korea

24 Agustus

2006

1 Juli 2007 Komprehensif Korea = Menghapuskan semua pos

tarif Normal Track selambat-lambatnya

1 Januari 2010

ASEAN-6

Normal Track dihapuskan paling

lambat 1 Januari 2011 (flexibilitas <5%

pos tarif NT dihapuskan paling lambat

1 Januari 2012

Sensitif Track

Batas maksimum jumlah pos tarif

dalam Sensitive Track ASEAN-6 &

Korea adalah 10% dari total pos tarif

ASEAN-

Japan

1 Maret 2008 1 Desember

2008

Komprehensif Normal Track (NT) – ASEAN sebesar

90% dari total pos tarif dan Japan

sebesar 92% dari total pos tarif dan

nilai dagang, terdiri atas eliminasi

dalam tempo 10 tahun (88%) dan

penghapus lebih lanjut (4%)

(Indonesia

EIF 1

Januari

2010, dalam

tahap proses

ratifikasi)

Sensitive Track (ST) – 8% dari total

pos tarif 6 digit dan nilai dagang

ASEAN-

Australia-

New

Zealand

27 Februari

2009

Awalnya

direncanaka

n 1 Januari

2010

komprehensif Entry into force 10 Januari 2012:

90% pos tarif NZ dan 9177% pos tarif

Australia akan dihapuskan tarifnya

pada tahun 2010

90,23% pos tarif Indonesia akan

dihapuskan tarifnya pada tahun 2015

ASEAN -

India

13 Agustus

2009

8 September

2010 PMK

144/2010,

24 Agustus

2010

Perdagangan

Barang

(perundingan

jasa dan

investasi

sedang

dilakukan)

Pada tahun 2016 (berakhirnya Normal

Track):

42,56% pos tarif Indonesia akan

dihapuskan tarifnya

79,35% pos tarif India akan dihapuskan

tarifnya

METODOLOGI

Fokus dari bab ini adalah mengenai dampak ekonomi dari preferensi terhadap perdagangan

mengingat hal tersebut adalah inti dari setiap FTA. Terdapat aspek-aspek lain dari integrasi regional,

seperti, dimensi keuangan, politik, sosial, dan teknologi, tetapi aspek-aspek tersebut di luar lingkup

bab ini. Beberapa metode teknik kuantitatif yang digunakan terutama untuk menilai dampak FTA

terhadap perdagangan adalah:

1. FTA Preference Indicators

2. FTA Trade and Welfare Indicators

Page 14: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

13

Dalam penelitian ini, data yang tersedia untuk pengolahan data menggunakan metode

kuantitatif tersebut yaitu: (i) Tariff nomenclature untuk untuk setiap skema FTA (kecuali

AANZFTA); dan (ii) Importasi bulanan periode Januari 2011 - Mei 2012.

FTA PREFERENCE INDICATORS

Sifat FTA yang diskriminatif mengandung konsekuensi pemberian tarif preferensial kepada sesama

anggota FTA. Tarif preferensial lebih rendah dari tarif yang berlaku umum atau most favored nation

(MFN) yang diberlakukan terhadap impor dari negara-negara non-anggota FTA. Perbedaan antara

tarif MFN dan tarif preferensial dikenal sebagai margin preferensi. Misalnya, untuk produk logam

produk mebel kantor (dengan pos tarif 94031000), tariff MFN Viet Nam ditetapkan sebesar 32%

sejak 2008, sedangkan Common Effective Preferential Tariff yang diberlakukan negara-negara

ASEAN berdasarkan ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah 5%. Oleh karena itu, margin

preferensi yang diberikan oleh Viet Nam terhadap impor produk ini dari negara anggota ASEAN

adalah 27% (32% -5%).

1. Coverage rate

Langkah pertama untuk memahami dampak dari preferensi FTA adalah menghitung coverage rate

yang menghitung besarnya impor dari mitra FTA yang memenuhi syarat untuk mendapatkan tarif

preferensial. Dalam hal ini, impor dari mitra FTA adalah impor yang dikenakan tarif MFN lebih

besar dari 0 persen. Impor yang dikenakan tarif MFN 0 persen diabaikan karena perlakuan preferensi

tidak relevan bagi produk-produk tersebut. Dengan kata lain, coverage rate merupakan proporsi

importasi yang memperoleh tarif preferensi dari negara mitra dibandingkan dengan total impor dari

negara mitra yang tarif MFN-nya bukan 0.

Untuk menghitung coverage rate, kita harus mengidentifikasi (i) nilai impor dari negara mitra

FTA yang mendapatkan tarif preferensial, dan (ii) nilai impor total dari negara mitra. Mengingat data

impor dalam setiap skema FTA untuk masing-masing pos tarif tidak tersedia, maka penghitungan

coverage rate dilakukan dengan menggunakan tariff nomenclature. Dengan demikian, formula untuk

menghitung coverage rate adalah sebagai berikut:

Hasil perhitungan coverage rate untuk beberapa skema FTA dimana Indonesia menjadi anggotanya

adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini.

Page 15: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

14

AFTA:

Jumlah total pos tarif MFN dengan tarif ≠ 0: 7.581 pos tarif

Jumlah pos tarif yang tidak mendapatkan tarif preferensial: 0

Coverage rate = 100%

ACFTA:

Jumlah total pos tarif MFN dengan tarif ≠ 0: 7.581 pos tarif

Jumlah pos tarif yang tidak mendapatkan tarif preferensial:

- Kategori Normal Track 1 (NT1) 1 pos tarif

- Kategori Normal Track 2 (NT2) 45 pos tarif

- Kategori Sensitive List (SL) 240 pos tarif

- Kategori Highly Sensitive List (HSL) 60 pos tarif

- Kategori General Exclusion List (GEL) 20 pos tarif

Jumlah 366 pos tarif

= 95,17%

AKFTA:

Jumlah total pos tarif MFN dengan tarif ≠ 0: 7.581 pos tarif

Jumlah pos tarif yang tidak mendapatkan tarif preferensial:

- Kategori Normal Track 21 pos tarif

- Kategori Sensitive List (SL) 113 pos tarif

- Kategori Highly Sensitive List (HSL) Kelompok A 5 pos tarif

- Kategori Highly Sensitive List (HSL) Kelompok B 104 pos tarif

- Kategori Highly Sensitive List (HSL) Kelompok E 18 pos tarif

Jumlah 261 pos tarif

erage rate

= 96,56%

Page 16: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

15

AIFTA:

Jumlah total pos tarif MFN dengan tarif ≠ 0: 7.581 pos tarif

Jumlah pos tarif yang tidak mendapatkan tarif preferensial:

- Kategori Normal Track 35 pos tarif

- Kategori Sensitive List (SL) 78 pos tarif

Jumlah 113 pos tarif

= 98,51%

IJEPA:

Jumlah total pos tarif MFN dengan tarif ≠ 0: 7.581 pos tarif

Jumlah pos tarif yang tidak mendapatkan tarif preferensial:

- Kategori B3 2 pos tarif

- Kategori B5 1 pos tarif

- Kategori B7 14 pos tarif

- Kategori B15 7 pos tarif

- Kategori X 480 pos tarif

- Kategori P 18 pos tarif

Jumlah 522 pos tarif

= 93,11%

2. Utility rate

Utility rate mengukur ruang lingkup efektif dari FTA dengan menghitung persentase nilai impor dari

negara mitra FTA yang benar-benar menggunakan tarif preferensial. Formula untuk menghitung

utility rate sebagaimana didefinisikan oleh Inama (2003) adalah sebagai berikut:

Berdasarkan data importasi bulanan pada periode Januari 2011 sampai dengan Mei 2012, maka

diperoleh hasil utility rate rata-rata untuk periode tersebut sebagai berikut:

Page 17: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

16

Skema FTA Utility Rate

AFTA 30,43%

ACFTA 34,24%

AKFTA 32,45%

IJEPA 30,40%

AIFTA 5,96%

Penghitungan utility rate untuk masing-masing skema FTA dapat dilihat dalam Appendix.

3. Utilization rate

Utilization rate mengukur tingkat daya tarik dari rezim preferensial relatif terhadap tarif MFN.

Utilization rate dapat dihitung dengan formula sebagai berikut.

Hasil penghitungan utilization rate terhadap lima FTA yang sudah berjalan adalah sebagai berikut:

- AFTA :

= 30,43%

- ACFTA :

= 35,98%

- AKFTA :

= 33,61%

- IJEPA :

= 32,65%

- AIFTA :

= 6,05%

Dari hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa skema penurunan tarif Indonesia

dalam FTA yang sudah berlaku saat ini sudah sangat liberal. Hal ini berdasarkan fakta bahwa dalam

5 FTA yang menjadi objek penelitian ini, tingkat coverage rate-nya di atas 90% (berdasarkan skema

penurunan tarif pada tahun 2011).

Di samping itu, hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah utilization rate yang relatig

masih rendah. Berdasarkan formula sebagaimana dijelaskan di atas, semakin tinggi utilization rate,

Page 18: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

17

semakin besar impor yang memenuhi syarat untuk mendapatkan tarif preferensi (preference-eligible

imports) yang benar-benar masuk dengan menggunakan tarif preferensial daripada menggunakan

tarif MFN. Selain itu, semakin tinggi utilization rate juga bermakna bahwa biaya kepatuhan

(compliance costs) dari ketentuan asal barang semakin tidak menjadi penghambat.

Dalam hal ini, sebagaimana terlihat dalam hasil pengolahan data di atas, utilization rate dari

FTA yang diterapkan di Indonesia berkisar antara 30-35% kecuali AIFTA dengan utilization rate

sebesar 6,05%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase importasi yang benar-benar menggunakan

tarif preferensi daripada menggunakan tarif MFN masih tergolong rendah. Beberapa kemungkinan

penyebabnya adalah:

1. Tarif preferensial tidak terlalu menarik karena perbedaannya dengan tarif MFN tidak signifikan.

2. Prosedur yang harus dijalani untuk dapat menggunakan tarif preferensial dianggap cukup

menyulitkan.

3. Kesalahan identifikasi dalam sistem komputer pabean yang merekam data PIB dalam hal

importasi menggunakan beberapa skema fasilitas.

FTA TRADE AND WELFARE INDICATORS

Qualitative Analysis of Trade Creation and Trade Diversion

Analisis Viner terhadap FTA memberikan kerangka konseptual untuk mempelajari dampat FTA

terhadap perdagangan (Viner, 1950). Menurut model Viner, perjanjian perdagangan regional (FTA)

akan menguntungkan jika besarnya penciptaan perdagangan (trade creation) lebih besar daripada

pengalihan perdagangan (trade diversion). Sebaliknya, perjanjian FTA akan merugikan jika besarnya

penciptaan perdagangan (trade creation) lebih kecil daripada pengalihan perdagangan (trade

diversion). Karena itu, penting untuk memfokuskan pada perubahan dalam produksi domestik dan

perdagangan intra maupun extra regional.

Penciptaan perdagangan terjadi ketika terjadi peningkatan perdagangan di antara negara-

negara anggota sebagai akibat dari keanggotaan mereka dalam perjanjian perdagangan bebas.

Penghapusan hambatan perdagangan, khususnya tarif, mendorong negara-negara untuk mengimpor

komoditas dari negara anggota FTA yang berbiaya lebih rendah daripada membeli dari industri

domestik yang berbiaya tinggi. Dengan cara ini, perekonomian di wilayah perdagangan bebas

menghasilkan output lebih banyak dengan berkonsentrasi pada komoditas yang memiliki keunggulan

komparatif. Karena itu, penciptaan perdagangan meningkatkan spesialisasi di negara-negara anggota,

dan skala ekonomi meningkatkan efisiensi produktif di negara tersebut (Viner, 1950; Clausing,

2001).

Page 19: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

18

Sebaliknya, pengalihan perdagangan terjadi ketika negara-negara anggota menggantikan

komoditas impor mereka dari negara di luar FTA yang lebih efisien dan murah, dengan impor dari

negara anggota (mitra) FTA yang lebih tidak efisien dan berbiaya tinggi. Hal ini dimungkinkan oleh

adanya proteksi diskriminatif, sehingga impor dari negara di luar FTA terus menghadapi hambatan

tarif yang tinggi dan secara efektif menjadi lebih mahal daripada impor tanpa hambatan tarif dari

negara anggota FTA yang lebih tidak efisien.

Trade Creation vs. Trade Diversion dalam AFTA2

Ada atau tidaknya pengalihan perdagangan tidak dapat dipastikan hanya dengan membandingkan

tren pertumbuhan impor intra-ASEAN dengan impor ASEAN dari seluruh dunia. Oleh karena itu,

digunakan shift-and-share analysis untuk menguji dampak dari AFTA dan menentukan efek

pengalihan perdagangan. Shift-and-share analysis menguji perubahan nilai-nilai dan pola-pola antar

kelompok komoditas dan antara negara AFTA dan seluruh dunia diluar AFTA atau rest of the world

(ROW). Metode ini membandingkan tingkat perdagangan negara-negara anggota satu sama lain dan

dengan seluruh dunia sebelum dan setelah pembentukan AFTA.

Shift-and-share analysis memberikan bukti atau indikasi bahwa AFTA dapat berdampak

penciptaan perdagangan maupun pengalihan perdagangan. Analisis tersebut terbukti sebagai alat

deskriptif yang berguna untuk mengisolasi tren kinerja komoditas dan regional serta untuk mensuplai

data bagi para pembuat kebijakan untuk menafsirkan perubahan dalam struktur industri di negaranya.

Kebanyakan penelitian yang menggunakan metode shift-and-share melakukan perbandingan statis

dimana mereka hanya memperhitungkan perubahan dalam variabel yang dikehendaki, seperti ekspor,

dengan membandingkan antara tahun dasar dan tahun-tahun tertentu dalam periode waktu yang

diselidiki (Krueger, 1999).

Untuk melaksanakan analisis, terlebih dahulu ditentukan tahun dasar (sebelum pembentukan

AFTA) dan tahun akhir (pada saat penyelesaian AFTA) untuk mewakili pola perdagangan hipotetis

dan aktual, masing-masing seperti pangsa impor antar negara-negara anggota ASEAN dan ROW

(negara yang bukan anggota) sebelum dan pada saat diselesaikannya AFTA. Menggunakan rata-rata

dari tahun 1985 dan 1986 sebagai dasar, perbedaan antara impor aktual dan hipotetis dari negara-

negara anggota dari ASEAN akan menjadi shift. Jika ada peningkatan impor antar anggota ASEAN

dengan mengorbankan perdagangan dengan ROW (negara yang bukan anggota), maka telah terjadi

pergeseran yang positif yang menjadi bukti adanya pengalihan perdagangan. Di sisi lain, jika

pergeseran negatif, maka tidak ada bukti bahwa impor intra-ASEAN impor meningkat dengan

2 Berdasarkan hasil studi Cabalu and Alfonso (2007) yang berjudul "Does AFTA Create or Divert Trade?"

Page 20: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

19

mengorbankan perdagangan dengan ROW. Terakhir, jika pergeseran tersebut sama dengan nol, maka

ada bukti bahwa pembentukan AFTA tidak mempengaruhi arus perdagangan selama tahun tersebut.

Berdasarkan hasil analisis, muncul beberapa pola yang menarik. Jumlah ekspor ASEAN

meningkat pangsanya baik di ASEAN maupun pasar ROW sepanjang waktu. Mulai dari 1980-an

hingga awal 1990-an, pangsa ekspor ASEAN tampaknya menurun di wilayah tersebut namun

pangsanya meningkat di seluruh dunia. Pada paruh kedua tahun 1990-an hingga lima tahun pertama

dekade berikut, pangsa ekspor ASEAN telah menunjukkan tanda positif baik di kedua pasar tetapi

peningkatan pangsa yang paling menonjol adalah di pasar ROW. Pola ini mirip dengan tren

pertumbuhan total impor di mana rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan riil perdagangan dengan

ASEAN dan ROW positif selama tahun 1990-an hingga awal 2002. Hal ini menegaskan bahwa

AFTA telah menciptakan perdagangan (trade creation) ketimbang pengalihan perdagangan (trade

diversion). Peningkatan pangsa yang paling menonjol yaitu pada komoditas mesin dan peralatan

transportasi (SITC 7). Tanda-tanda adanya pengalihan perdagangan, kalau pun ada, dapat terlihat

pada komoditas dan transaksi tidak diklasifikasikan di tempat lain (SITC 9) di mana pangsa ekspor

ASEAN di kawasan meningkat seiring dengan menurunnya pangsa di pasar ROW. Dalam kategori

komoditas lain, kenaikan atau penurunan pangsa ASEAN dalam perdagangan dengan ROW

menunjukkan tren yang serupa dengan tren pangsa perdagangan dalam kawasan.

Nampaknya, peningkatan ekspor ASEAN secara umum ke mitra di ASEAN dan ROW

setelah pelaksanaan AFTA menunjukkan bahwa ASEAN telah meningkatkan daya saing dan oleh

karenanya menjadi lebih menarik sebagai sumber impor bagi dunia pada umumnya. Devaluasi mata

uang selama krisis Asia telah membuat ekspor dari ASEAN menjadi lebih murah dan seharusnya

lebih memberikan kontribusi terhadap peningkatan daya saing produk mereka dengan seluruh dunia.

Pada saat yang sama, krisis juga memaksa ASEAN untuk melihat ke dalam kawasan dan fokus pada

pasar lokal ASEAN.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya, yang tidak mendukung adanya

pengalihan perdagangan dalam AFTA. Ada beberapa alasan untuk meyakini hasil tersebut. Pertama,

pangsa perdagangan intra-ASEAN terhadap total impor atau total ekspor negara-negara ASEAN

masih sangat kecil. Hal ini menunjukkan bahwa sumber impor utama bagi negara-negara anggota

ASEAN berada di luar kawasan (pra dan pasca-AFTA). Kedua, tidak adanya pengalihan

perdagangan mungkin terjadi karena negara-negara ASEAN memiliki struktur produksi dan

perdagangan yang sama dan impornya sebagian besar akan berasal dari ROW.

Page 21: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

20

Trade Creation vs. Trade Diversion dalam ACFTA3

Chirathivat (2002) menemukan bahwa baik ASEAN dan China akan mengalami keuntungan

perdagangan bersih dari ACFTA. Dalam ACFTA, ASEAN dapat memainkan peran lebih besar

dalam memnuhi kebutuhan China terhadap produk impor bahan mentah dan barang antara yang terus

berkembang. Untuk mensimulasikan dampak ACFTA, Chirathivat mengasumsikan bahwa ASEAN

dan China menghilangkan semua tarif dan hambatan perdagangan non-tarif, sehingga tidak ada

proteksi sama sekali. Dia menggunakan simulasi perkiraan dampak dari liberalisasi tarif dan non-tarif

ACFTA secara terpisah. Chirathivat menemukan bahwa liberalisasi tarif menyebabkan ekspor

ASEAN ke China meningkat sebesar 53%, sementara ekspor Cina ke ASEAN akan meningkat

sebesar 23%, dan total ekspor ASEAN akan naik sebesar 0,8%, sementara total ekspor China akan

naik sebesar 1,9%. Liberalisasi non-tarif akan meningkatkan ekspor ASEAN ke China sebesar 187%

dan ekspor Cina ke ASEAN sebesar 34%, dan meningkatkan total ekspor ASEAN sebesar 2,1% dan

total ekspor China sebesar 6,6%.

Hasil simulasi juga menunjukkan dampak positif yang besar terhadap PDB riil dan

kesejahteraan bagi ASEAN dan China. Hasil keseluruhan menunjukkan keuntungan perdagangan

bersih untuk ASEAN dan China dimana penciptaan perdagangan lebih besar daripada pengalihan

perdagangan untuk ASEAN sementara untuk China hampir tidak ada pengalihan perdagangan.

Sejumlah studi lain juga melihat potensi dampak ACFTA. Laurenceson (2003) menemukan

bahwa tinggi integrasi antara ASEAN dan China sudah pada tingkat yang tinggi dalam barang dan

jasa, yang menyiratkan bahwa dampak ACFTA terhadap perdagangan mungkin sangat terbatas.

Analisis empiris dari Voon and Yue (2003) menunjukkan bahwa China memiliki keunggulan

kompetitif atas ASEAN dalam ekspor manufaktur ke Amerika Serikat dan keunggulan ini meningkat

setelah krisis keuangan Asia. Wong and Chan (2002) menunjukkan bahwa China merupakan

ancaman yang lebih kompetitif bagi perekonomian ASEAN karena akan mengangkat rantai nilai

manufaktur (manufacturing value chain) dari produk padat karya (labor intensive) menjadi padat

modal dan teknologi (capital and technology intensive). Liu and Luo (2004) menggunakan model

pangsa pasar (market share model) untuk menilai persaingan perdagangan antara ASEAN dan China,

dan menemukan bahwa Singapura menjadi satu-satunya negara ASEAN yang menghadapi

persaingan perdagangan dengan China untuk kategori barang-barang manufaktur. Mereka juga

menyimpulkan bahwa untuk ASEAN peluang yang timbul dari perdagangan dengan China

meningkat jauh lebih besar daripada tantangan kompetitif yang ditimbulkan oleh China.

3 Berdasarkan hasil studi Chirathivat (2002) yang berjudul “ASEAN-China Free Trade Area: Background, Implications and Future Development”

Page 22: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

21

Trade Creation vs. Trade Diversion dalam AKFTA4

Gambar 3.1 berikut ini menggambarkan efek penciptaan perdagangan dan pengalihan perdagangan,

yang dihitung sebagai persentase penyimpangan dari nilai dasar volume perdagangan, masing-

masing dengan negara anggota dan nonanggota AKFTA. Penciptaan perdagangan yang positif berarti

ekspansi perdagangan dalam area perdagangan bebas, sementara pengalihan perdagangan negatif

berarti pengurangan perdagangan dengan nonanggota. Untuk area perdagangan bebas secara

keseluruhan, perdagangan di antara negara-negara anggota AKFTA akan naik sebesar 18,1%

sedangkan perdagangan dengan non-anggota akan turun hanya sebesar 2,2%.

Gambar 3.1 Trade Creation and Diversion Effects of AKFTA

Seperti yang diharapkan, AKFTA akan mempercepat perdagangan antara ASEAN dan Korea.

Indonesia dan Malaysia akan menikmati sekitar setengah dari pertumbuhan perdagangan antara

ASEAN dan Korea. AKFTA akan menggeser neraca perdagangan ke arah yang menguntungkan

ASEAN, dimana ekspor ke Korea akan meningkat sebesar 20% dan impor dari Korea akan turun 3%.

Neraca perdagangan bilateral negara-negara ASEAN dengan Korea akan meningkat. Lebih spesifik,

(i) Indonesia, Malaysia dan, pada tingkat lebih rendah, negara-negara CLM (Cambodia, Laos,

Myanmar) akan mengalami peningkatan surplus perdagangan, (ii) Thailand akan mengalami

4 Berdasarkan hasil studi Park et al. (2008) yang berjudul “Is the ASEAN-Korea Free Trade Area (AKFTA) an Optimal Free Trade Area?”

Page 23: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

22

pergeseran neraca perdagangan dari negatif ke positif, dan (iii) Philippines, Singapura, dan Vietnam

akan mengalami penurunan defisit perdagangan (lihat Gambar 3.2). Akibatnya, total neraca

perdagangan ASEAN dengan Korea akan bergeser dari negatif sebelum AKFTA menjadi positif

setelah pelaksanaannya.

Gambar 3.2 Bilateral Trade with Republic of Korea ($ billion)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Dari berbagai uraian di atas, maka didapatkan beberapa poin penting yang perlu dicatat:

1) Semakin tinggi utilization rate, semakin besar impor yang memenuhi syarat untuk mendapatkan

tarif preferensi (preference-eligible imports) yang benar-benar masuk dengan menggunakan tarif

preferensi daripada menggunakan tarif MFN. Selain itu, semakin tinggi utilization rate juga

bermakna bahwa biaya kepatuhan (compliance costs) dari ketentuan asal barang semakin tidak

menjadi penghambat.

2) Dari hasil perhitungan dihasilkan bahwa utilization rate yang digunakan untuk mengukur tingkat

daya tarik dari rezim preferensial relatif terhadap tarif MFN didapati hasil yang berkisar antara

30-35% untuk AFTA, ACFTA, AKFTA, dan IJEPA kecuali AIFTA yang memiliki utilization

Page 24: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

23

rate jauh lebih rendah yaitu hanya sebesar 6,05%. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa utilization

rate secara umum masih relatif sangat rendah.

3) Beberapa kemungkinan yang menyebabkan rendahnya persentase importasi yang menggunakan

tarif preferensi daripada tarif MFN, antara lain:

a) Tarif preferensial tidak terlalu menarik karena perbedaannya dengan tarif MFN tidak

signifikan.

b) Prosedur yang harus dijalani untuk dapat menggunakan tarif preferensial dianggap cukup

menyulitkan (compliance cost tinggi).

c) Kesalahan identifikasi dalam sistem komputer pabean yang merekam data PIB dalam hal

importasi menggunakan beberapa skema fasilitas.

4) Untuk itu diperlukan studi lanjut yang fokus untuk mengkaji penyebab rendahnya utilization rate

sehingga dapat diketahui secara rinci dan pasti permasalahannya dan aspek kebijakan yang

mungkin dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini.

Page 25: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

24

Appendix: Penghitungan Utility Rate

AFTA:

Bulan Impor dengan Tarif

Preferensial

Impor dengan Tarif

Umum Total Utility Rate

Jan-11 730.953.985,99 1.883.684.155,44 2.614.638.141,43 27,96%

Feb-11 931.246.931,58 1.830.938.129,14 2.762.185.060,73 33,71%

Mar-11 1.175.276.956,98 2.342.408.912,30 3.517.685.869,29 33,41%

Apr-11 953.421.360,49 2.060.445.497,86 3.013.866.858,35 31,63%

May-11 878.992.212,23 1.917.155.754,04 2.796.147.966,27 31,44%

Jun-11 946.440.480,96 2.035.124.887,40 2.981.565.368,36 31,74%

Jul-11 997.988.225,78 2.350.118.943,98 3.348.107.169,76 29,81%

Aug-11 920.590.319,35 2.453.597.572,93 3.374.187.892,29 27,28%

Sep-11 1.023.103.107,18 2.479.924.003,38 3.503.027.110,56 29,21%

Oct-11 1.039.595.257,63 2.415.919.566,49 3.455.514.824,12 30,09%

Nov-11 862.509.579,66 2.712.755.414,75 3.575.264.994,42 24,12%

Dec-11 861.921.128,44 2.193.038.453,98 3.054.959.582,42 28,21%

Jan-12 862.532.783,70 2.023.641.932,81 2.886.174.716,51 29,88%

Feb-12 996.198.216,38 2.133.177.737,75 3.129.375.954,12 31,83%

Mar-12 1.101.008.672,60 2.531.152.868,87 3.632.161.541,47 30,31%

Apr-12 992.005.777,51 2.521.670.235,27 3.513.676.012,79 28,23%

May-12 1.172.922.403,17 1.874.134.837,77 3.047.057.240,94 38,49%

Rata-rata 30,43%

ACFTA:

Bulan Impor dengan Tarif

Preferensial

Impor dengan Tarif

Umum Total Utility Rate

Jan-11 477.537.359,12 1.158.416.508,01 1.635.953.867,13 29,19%

Feb-11 421.192.783,66 877.718.097,83 1.298.910.881,49 32,43%

Mar-11 536.011.494,59 1.147.758.675,67 1.683.770.170,26 31,83%

Apr-11 591.149.135,45 1.191.189.878,44 1.782.339.013,89 33,17%

May-11 639.901.270,47 1.326.760.351,86 1.966.661.622,33 32,54%

Jun-11 642.089.649,22 1.318.945.263,73 1.961.034.912,95 32,74%

Jul-11 672.010.138,38 1.210.800.953,16 1.882.811.091,53 35,69%

Aug-11 594.670.815,67 1.117.578.128,02 1.712.248.943,69 34,73%

Sep-11 629.315.930,09 1.273.865.459,67 1.903.181.389,76 33,07%

Oct-11 583.251.144,17 1.198.847.671,35 1.782.098.815,51 32,73%

Nov-11 664.973.180,28 1.401.919.199,73 2.066.892.380,01 32,17%

Dec-11 705.796.930,92 1.301.683.057,41 2.007.479.988,33 35,16%

Jan-12 803.542.125,51 1.206.793.464,44 2.010.335.589,95 39,97%

Feb-12 561.193.077,31 1.512.938.438,48 2.074.131.515,80 27,06%

Mar-12 759.770.366,08 1.144.093.442,81 1.903.863.808,89 39,91%

Apr-12 800.497.978,18 1.191.284.072,07 1.991.782.050,24 40,19%

May-12 885.464.251,54 1.355.872.732,25 2.241.336.983,79 39,51%

Rata-rata 34,24%

Page 26: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

25

AKFTA:

Bulan Impor dengan Tarif

Preferensial

Impor dengan Tarif

Umum Total Utility Rate

Jan-11 87.170.831,12 233.098.452,98 320.269.284,10 27,22%

Feb-11 89.978.899,16 197.340.430,19 287.319.329,35 31,32%

Mar-11 122.717.381,94 282.486.068,55 405.203.450,49 30,29%

Apr-11 128.468.928,95 193.571.068,43 322.039.997,38 39,89%

May-11 122.283.183,24 215.479.077,10 337.762.260,34 36,20%

Jun-11 115.846.453,95 218.931.105,12 334.777.559,07 34,60%

Jul-11 138.937.484,12 253.599.857,01 392.537.341,13 35,39%

Aug-11 130.279.299,34 268.510.004,90 398.789.304,24 32,67%

Sep-11 155.363.456,88 299.670.290,77 455.033.747,65 34,14%

Oct-11 155.083.262,54 274.071.301,77 429.154.564,31 36,14%

Nov-11 162.136.425,67 394.771.180,25 556.907.605,92 29,11%

Dec-11 165.448.765,67 413.104.591,47 578.553.357,14 28,60%

Jan-12 151.298.274,04 279.355.877,01 430.654.151,05 35,13%

Feb-12 146.412.892,50 325.458.589,56 471.871.482,06 31,03%

Mar-12 153.427.958,26 383.293.172,31 536.721.130,57 28,59%

Apr-12 163.035.878,25 390.324.869,19 553.360.747,44 29,46%

May-12 161.195.129,89 344.538.836,44 505.733.966,33 31,87%

Rata-rata 32,45%

IJEPA:

Bulan Impor dengan Tarif

Preferensial

Impor dengan Tarif

Umum Total Utility Rate

Jan-11 259.292.293,25 828.571.602,78 1.087.863.896,03 23,83%

Feb-11 306.076.925,64 782.177.924,73 1.088.254.850,37 28,13%

Mar-11 355.531.546,87 955.883.533,38 1.311.415.080,25 27,11%

Apr-11 320.032.752,00 725.388.716,71 1.045.421.468,70 30,61%

May-11 343.040.938,20 706.716.752,18 1.049.757.690,38 32,68%

Jun-11 389.337.811,23 913.208.389,75 1.302.546.200,98 29,89%

Jul-11 440.341.098,36 1.017.598.530,67 1.457.939.629,03 30,20%

Aug-11 435.318.126,66 928.405.605,01 1.363.723.731,67 31,92%

Sep-11 431.948.274,19 1.011.556.036,90 1.443.504.311,09 29,92%

Oct-11 483.005.670,36 1.009.236.124,73 1.492.241.795,09 32,37%

Nov-11 481.912.690,41 1.093.265.028,81 1.575.177.719,21 30,59%

Dec-11 457.779.653,52 1.111.753.421,12 1.569.533.074,64 29,17%

Jan-12 481.148.740,56 942.496.447,75 1.423.645.188,31 33,80%

Feb-12 503.566.183,42 1.054.071.954,74 1.557.638.138,16 32,33%

Mar-12 525.412.351,09 1.232.983.056,79 1.758.395.407,89 29,88%

Apr-12 536.237.669,60 1.152.725.984,20 1.688.963.653,80 31,75%

May-12 509.146.769,02 1.050.651.954,41 1.559.798.723,44 32,64%

Rata-rata 30,40%

Page 27: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

26

AIFTA:

Bulan Impor dengan Tarif

Preferensial

Impor dengan Tarif

Umum Total Utility Rate

Jan-11 7.524.234,70 221.629.720,74 229.153.955,44 3,28%

Feb-11 20.488.641,07 310.770.702,67 331.259.343,74 6,19%

Mar-11 18.513.706,47 383.354.141,14 401.867.847,61 4,61%

Apr-11 24.608.884,22 346.561.522,12 371.170.406,34 6,63%

May-11 17.646.391,52 407.135.274,14 424.781.665,66 4,15%

Jun-11 17.721.650,91 311.675.531,83 329.397.182,74 5,38%

Jul-11 23.468.406,43 335.823.878,65 359.292.285,08 6,53%

Aug-11 21.854.593,55 267.204.300,75 289.058.894,30 7,56%

Sep-11 13.580.462,19 280.181.508,68 293.761.970,87 4,62%

Oct-11 16.304.203,00 319.109.499,41 335.413.702,41 4,86%

Nov-11 15.328.018,05 310.183.182,47 325.511.200,52 4,71%

Dec-11 13.470.931,56 303.516.699,26 316.987.630,81 4,25%

Jan-12 12.525.654,30 273.546.387,80 286.072.042,10 4,38%

Feb-12 27.275.095,23 359.656.877,08 386.931.972,32 7,05%

Mar-12 31.185.406,99 317.449.273,70 348.634.680,69 8,95%

Apr-12 37.485.746,89 276.369.029,65 313.854.776,54 11,94%

May-12 21.104.887,85 316.325.353,33 337.430.241,17 6,25%

Rata-rata 5,96%

Page 28: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

27

BAB IV

ESTIMASI DAMPAK IJEPA DAN ACFTA: METODE

EKONOMETRI ARIMA

PENDAHULUAN

Setelah perjanjian perdagangan bebas (FTA) diberlakukan, penting bagi para pembuat kebijakan

untuk memperhitungkan dampaknya. Dampak sebenarnya dari pemberlakuan FTA mungkin sangat

berbeda dari proyeksi sebelumnya. Tujuan bab ini adalah untuk menyajikan metode evaluasi dampak

suatu FTA setelah perjanjian berlaku efektif (metode ex-post).

China dan Japan merupakan negara-negara mitra dagang utama Indonesia, terutama untuk

perdagangan barang. Berdasarkan data BPS bulan Januari-Juli 2012, China merupakan negara

peringkat pertama tujuan ekspor barang non migas Indonesia sebesar US$ 12,02 miliar atau 13,36%

dari total ekspor Indonesia. Japan berada di peringkat kedua dengan ekspor sebesar US$ 10,24 miliar

atau 11,39% dari total ekspor Indonesia. China merupakan mitra FTA pertama Indonesia di luar

kesepakatan FTA Indonesia terdahulu dengan ASEAN. Kesepakatan Indonesia bersama negara

ASEAN lainnya dengan China terikat dalam perjanjian yang disebut ASEAN-China FTA. Sementara

itu, tidak lama setelah China bermitra dengan ASEAN (dan Indonesia di dalamnya), Japan menjadi

mitra Indonesia pertama dalam bilateral FTA yang disebut dengan skema IJEPA (Indonesia-Japan

Economic Partnership Agreement).

METODOLOGI

Setelah berlakunya FTA dengan kedua mitra dagang utama Indonesia tersebut, penting untuk

mengevaluasi dampak dari kedua FTA setelah perjanjian berlaku efektif. Dalam perdagangan barang,

perlakuan berupa tarif khusus ACFTA (0 – 5%) berlaku efektif menurut Peraturan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 235/PMK.011/2008 tanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Tarif

Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade Area. Sebelum PMK tersebut, tarif NT masih

berada pada kisaran 5% - 20%. Penurunan tingkat tarif secara signifikan ini diasumsikan akan

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan nilai ekspor Indonesia dan China

sebagai dua negara yang terlibat dalam kesepakatan perdagangan barang ACFTA dan menjadi obyek

studi ini. Oleh karena itu, titik waktu 1 Januari 2009 sebagai tanggal efektif pemberlakuan Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 235/PMK.011/2008 digunakan untuk mengevaluasi

Page 29: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

28

pengaruh dari skema ACFTA terhadap Indonesia dan China dari sisi kontribusi ekspor bagi

pendapatan nasional dan peningkatan pertumbuhannya.

Sedangkan IJEPA berlaku efektif berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

95/PMK.011/2008 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka Persetujuan Antara Republik

Indonesia Dan Japan Mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi yang berlaku efektif sejak 1 Juli 2008.

Dengan demikian, titik waktu 1 Juli 2008 sebagai tanggal efektif pemberlakuan Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 95/PMK.011/2008 digunakan untuk mengevaluasi pengaruh

dari skema IJEPA terhadap Indonesia dan Japan dari sisi kontribusi ekspor bagi pendapatan nasional

dan peningkatan pertumbuhannya.

Guna mengetahui dampak dari skema IJEPA dan ACFTA terhadap ekspor Indonesia dan

negara mitra digunakan kerangka pemikiran berikut. Pada fase setelah berlaku skema tarif khusus

perdagangan barang ACFTA atau IJEPA, dilakukan forecasting berdasarkan nilai ekspor sebelum

berlaku skema tarif khusus. Hasil forecasting ini dibandingkan dengan nilai perdagangan aktual

setelah berlaku skema tarif khusus. Selisih keduanya akan menjadi dampak dari berlakunya

perjanjian ACFTA atau IJEPA. Kerangka pemikiran dari simulasi dampak IJEPA dan ACFTA

tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4.1 Kerangka Pemikiran

Kondisi Aktual Dengan Skema Tarif IJEPA/ACFTA (i)

Simulasi Kondisi Tanpa Skema Tarif IJEPA/ACFTA (ii)

Nilai ekspor

dalam

hubungan

perdagangan

kedua negara

pada periode

1 Juli 2008 –

30 Juni 2011

pada kondisi

aktual dan

kondisi

simulasi

diperbanding-

kan

dd/mm/yy

Skema Tarif

IJEPA/ACFTA mulai

berlaku

Tahun ... Tahun... Tahun ... Tahun ...

Tidak ada skema

tarif IJEPA/ACFTA

Tahun ... Tahun... Tahun ... Tahun ...

Page 30: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

29

Analisis yang digunakan untuk forecasting dalam kajian ini adalah model ekonometrika

ARIMA atau yang secara populer lebih dikenal dengan sebutan metodologi Box-Jenkins.

Karakteristik dari model ARIMA adalah model tersebut memberikan penekanan pada sifat-sifat

probabilistik atau stokastik dari runtun waktu ekonomi dengan menggunakan data yang bersangkutan

untuk menentukan arah kecenderungannya sendiri tanpa melibatkan data lainnya (Gujarati, 2009).

Dalam model regresi, Y dijelaskan oleh k variabel bebas X1, X2, X3, ... , Xk. Sedangkan dalam

model ARIMA, Y dijelaskan oleh nilai-nilai Y sendiri di waktu sebelumnya. Mengutip Gujarati

(2009 p.778),”Salah satu dasar popularitas pemodelan ARIMA adalah keberhasilannya dalam

peramalan. Dalam banyak kasus, hasil ramalan yang dihasilkan metode ini lebih andal daripada

hasil ramalan yang dihasilkan pemodelan ekonometrik tradisional, khususnya dalam jangka pendek.

Namun, tentunya setiap kasus mesti dicek.

Gambar 4.2 Metodologi Box-Jenkins

Sumber: Gujarati (2009)

Kajian ini menggunakan model multiplicative ARIMA, suatu kombinasi dari model

Autoregressive (AR), differencing, dan moving average/rata-rata bergerak (MA) yang dinotasikan

dengan ARIMA (p, d, q).

Ya

Tidak

(Kembali ke

Langkah 1)

Langkah 1: Identifikasi model

(Pilih tentative p,d,q)

Langkah 2: Estimasi parameter

model terpilih

Langkah 3: Pemeriksaan diagnostic

Apakah estimasi residual white-noise?

Langkah 4: Peramalan

Page 31: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

30

Yt = θ + α1 (Yt–1 - δ) + α2 (Yt–2 - δ) + ... + αp (Yt–p - δ) + β0 ut + β1 ut-1 + β2 ut-2 + ... + βq ut-q

............... (Pers. 1)

Dalam ekonometrika, data yang dimasukkan ke dalam model ARMA tersebut di atas harus

terlebih dulu harus stasioner. Untuk itu data yang non-stasioner perlu ditransformasi melalui

differencing sebanyak d kali hingga data time series tersebut menjadi stasioner.

Δ Yt = Yt - Yt–1 (differencing pertama)

Δ Yt-1 = Yt-1 - Yt–2 (differencing kedua) dan seterusnya ............... (Pers. 2)

Data time series non-stasioner yang telah mengalami differencing sebanyak d kali untuk

membuatnya stasioner dan kemudian data time series tersebut diproses dengan model ARMA (p,q),

maka data time series tersebut telah melalui proses model ARIMA (p,d,q).

Data time series selanjutnya dimasukkan ke dalam estimasi model terbaik untuk dapat

diketahui hasil simulasinya berupa nilai ekspor Indonesia ke Japan dan nilai ekspor Japan ke

Indonesia dalam hubungan perdagangan kedua negara seandainya tidak ada skema tarif IJEPA.

Kemudian hasil simulasi dibandingkan dengan nilai aktual pada periode yang sama di mana

perjanjian IJEPA telah efektif berlaku. Dari proses pembandingan ini akan dapat dihitung seberapa

besar dampak dari skema tarif perjanjian IJEPA terhadap ekspor Indonesia ke Japan dan dan juga

ekspor Japan ke Indonesia. Selain itu walau kedua belah pihak sama-sama memperoleh keuntungan,

akan dapat diketahui di antara keduanya pihak mana yang menerima keuntungan lebih dibandingkan

mitranya.

Asumsi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah skema tarif ACFTA merupakan

satu-satunya faktor ekonomi yang berpengaruh signifikan pada periode pengamatan 1 Januari 2009 –

31 Desember 2011, sementara skema tarif IJEPA merupakan satu-satunya faktor ekonomi yang

berpengaruh signifikan pada periode pengamatan 1 Juli 2008 – 30 Juni 2011. Dengan demikian,

faktor-faktor ekonomi lain yang mungkin mempengaruhi perdagangan Indonesia dan Japan pada

periode tersebut bersifat tetap (ceteris paribus) atau tidak signifikan sehingga dapat diabaikan. Dalam

proses pengolahan dan analisis tersebut di atas digunakan software ekonometrika Eviews versi 6.

Page 32: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

31

DATA DAN ANALISIS

Ekspor Indonesia ke Japan

Data yang digunakan untuk input model ARIMA adalah data ekspor time series Indonesia ke Japan

periode Januari 1990 - Juni 2011, sedangkan data untuk forecasting digunakan data Juli 2008 – Juni

2011, yang merupakan data periode pengamatan. Titik awal periode pengamatan adalah 1 Juli 2008,

sehingga tahun pengamatan pertama akan berakhir pada 30 Juni 2009. Selanjutnya tahun pengamatan

kedua akan berawal pada tanggal 1 Juli 2009 dan berakhir pada 30 Juni 2010, dan seterusnya hingga

tahun pengamatan ketiga sebagai tahun terakhir pengamatan.

Gambar 4.3 Ekspor Indonesia ke Japan Periode Januari 1990 – Oktober 2011

Sumber data: IMF, diunduh dari CEIC (2012)

Data ekspor Indonesia ke Japan pada gambar 4-3 mengindikasikan kondisi non-stasionernya

data input model. Prakondisi peramalan time series metode ekonometrika selalu mensyaratkan

stasioneritas dari data yang menjadi input model. Pengecekan lebih rinci dengan correllogram dan

Augmented-Dickey Fuller Test sebagai unit root test menegaskan keyakinan tersebut.

Page 33: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

32

Gambar 4.4 Model Ekspor Indonesia ke Japan Tanpa Skema IJEPA

(ARIMA D=1, P=8, Q=8)

Sumber: Hasil analisis

Model ARIMA yang reasonable fit terhadap data ekspor Indonesia ke Japan kemudian

dihasilkan dari proses menstasionerkan data melalui differencing dan pengidentifikasian derajat AR

dan MA sebagaimana diuraikan pada metodologi penelitian. Identifikasi model tersebut

menghasilkan estimasi terbaik pada derajat differencing (d) = 1, derajat autoregressive (AR) = 8, dan

derajat moving average (MA) = 8. Gujarati (2009 p.782) menyatakan hasil pengidentifikasian model

dengan cara tersebut sudah memadai sehingga tidak perlu mencari model ARIMA lainnya.

Keyakinan tersebut ditegaskan oleh hasil pemeriksaan diagnostik melalui grafik first difference data

ekspor Indonesia ke Japan, correllogram residual model dan unit root test.

Krisis ekonomi dunia akhir tahun 2008 sangat mempengaruhi ekspor Indonesia ke Japan.

Penurunan ekspor Indonesia ke Japan secara drastis terjadi sejak periode November 2008 hingga

September 2010 akibat krisis, dan baru kembali normal sejak Oktober 2010. Efek krisis cukup berat

terasa sehingga pada saat itu telah meniadakan efek penguatan dari tarif preferensial IJEPA.

Page 34: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

33

Mengingat adanya anomali akibat krisis tersebut, sebagian data aktual pada periode pengamatan

yaitu data November 2008 – September 2010 tidak dapat digunakan sebagai data pembanding

dengan data simulasi. Untuk itu data simulasi dan data aktual yang dapat diperbandingkan hanyalah

pada periode pengamatan Juli 2010-Juni 2011 (lihat gambar 4-5).

Gambar 4.5 Nilai Ekspor Indonesia Ke Japan Aktual Dengan IJEPA

Dan Estimasi Hasil Simulasi Tanpa IJEPA (dalam US$ 000)

Sumber: Hasil analisis

Berdasarkan data aktual tiga tahun terakhir, nilai ekspor Indonesia ke Japan rata-rata tumbuh

sebesar 14,29% per tahunnya. Dari hasil simulasi dapat diketahui bahwa nilai ekspor tanpa skema

tarif IJEPA hanya akan meningkat sebesar 9,06% saja per tahunnya. Skema tarif IJEPA berdampak

pada peningkatan pertumbuhan ekspor Indonesia ke Japan sebesar 5,23% (secara persentase) atau

menjadikan pertumbuhan ekspor 1,58 kali lipat dibandingkan bila tidak ada skema tarif IJEPA.

Dengan asumsi tingkat pertumbuhan tetap sebesar 14,29% per tahun, dalam dua tahun mendatang

(Juli 2011 - Juni 2012) dan (Juli 2012 - Juni 2013) nilai ekspor Indonesia ke Japan berpotensi

meningkat masing-masing menjadi US$ 38,326,660,120 dan US$ 43,802,599,468,189.

Walau secara nominal dan persentase, Indonesia mengalami pertumbuhan kontribusi ekspor ke

Japan yang positif akibat IJEPA, pangsa Japan sebagai tujuan ekspor Indonesia terus mengalami

penurunan. Bila posisi Japan pada tahun 1995 masih memegang pangsa tujuan ekspor sebesar 28%,

pada tahun 2000 turun menjadi 23%, dan pada tahun 2010 terus turun menjadi 16%. Hal ini dapat

menunjukkan pasar ekspor Indonesia yang makin terdiversifikasi.

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

01

/19

90

12

/19

90

11

/19

91

10

/19

92

09

/19

93

08

/19

94

07

/19

95

06

/19

96

05

/19

97

04

/19

98

03

/19

99

02

/20

00

01

/20

01

12

/20

01

11

/20

02

10

/20

03

09

/20

04

08

/20

05

07

/20

06

06

/20

07

05

/20

08

04

/20

09

03

/20

10

02

/20

11

Ekspor RI ke JPN aktual

FORECAST

IJEPA berlaku

Krisis subprime mortgage

Page 35: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

34

Tabel 4.1 Dampak IJEPA terhadap Nilai Ekspor Indonesia ke Japan

URAIAN Total Kontribusi Ekspor

(US$)

Dengan Skema IJEPA (p.a.) 33,535,290,000

Tanpa Skema IJEPA (p.a.) 30,807,930,000

Dampak IJEPA terhadap peningkatan kontribusi nilai ekspor (p.a.) 2,727,360,000

Sumber: Hasil analisis

Ekspor Japan ke Indonesia

Untuk pemodelan dan menghasilkan output model ARIMA dari ekspor Japan ke Indonesia ditempuh

prosedur yang persis sama dengan model ARIMA ekspor Indonesia ke Japan terdahulu. Untuk input

model ARIMA digunakan data time series Januari 1990 – Juni 2011, sedangkan untuk simulasi

digunakan data time series Juli 2008 – Juni 2011.

Gambar 4.6 Grafik Ekspor Japan ke Indonesia (Januari 1990 – Oktober 2011)

Sumber data: IMF, diunduh dari CEIC (2012)

Pemeriksaan visual atas data ekspor Japan ke Indonesia pada grafik dalam gambar 4-6

menunjukkan data awal belum dapat digunakan sebagai data input model mengingat data masih non-

stasioner. Dugaan ini kemudian dipertegas oleh analisis correllogram dan hasil dari unit root test.

Page 36: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

35

Melalui proses pengidentifikasian model sebagaimana dijelaskan pada metodologi penelitian

dihasilkan model ARIMA yang sesuai dengan terhadap data ekspor Japan ke Indonesia. Dalam

model tersebut dihasilkan derajat differencing (d) = 1, derajat autoregressive (AR) = 12, dan derajat

moving average (MA) = 1. Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan dengan grafik first difference,

analisis correllogram model residual, dan dua unit root test yakni ADF test dan PP test mempertegas

keyakinan telah memadainya model tersebut (Gujarati, 2009 p. 782).

Gambar 4.7 Model Ekspor Japan ke Indonesia Tanpa Skema IJEPA

(ARIMA D=1, P=12, Q=1)

Sumber : Hasil analisis

Grafik ekspor Japan ke Indonesia pada gambar 4-6 di atas memperlihatkan krisis ekonomi

dunia akhir tahun 2008 sangat mempengaruhi ekspor Japan ke Indonesia. Penurunan ekspor Japan ke

Indonesia secara drastis terjadi sejak periode November 2008 hingga Mei 2010 akibat krisis, dan

baru kembali normal sejak Juni 2010. Efek krisis cukup berat terasa sehingga pada saat itu telah

meniadakan efek penguatan dari tarif preferensial IJEPA. Mengingat terjadinya anomali akibat krisis

tersebut, sebagian data aktual pada periode pengamatan yaitu data November 2008 – Mei 2010 tidak

dapat digunakan sebagai data pembanding dengan data simulasi. Untuk itu data simulasi dan data

aktual yang dapat diperbandingkan hanyalah pada periode pengamatan Juli 2010-Juni 2011.

Page 37: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

36

Gambar 4.8 Data Time Series Aktual Dengan IJEPA Dan Estimasi Simulasi Nilai Ekspor

Japan Ke Indonesia Tanpa IJEPA (dalam US$ 000)

Sumber: Hasil analisis

Selama periode simulasi Juli 2010-Juni 2011 setelah berlaku skema tarif preferensial IJEPA

total nilai ekspor aktual Japan ke Indonesia adalah US$ 17,982,250,000. Pada periode yang sama

berdasarkan hasil simulasi bila tidak ada skema tarif preferensial IJEPA, total nilai ekspor Japan ke

Indonesia akan sedikit lebih rendah yaitu sebesar US$ 17,888,760,000. Dampak yang diberikan

dengan adanya skema tarif preferensial IJEPA bagi ekspor Japan ke Indonesia adalah meningkatnya

total nilai ekspor Japan ke Indonesia rata-rata sebesar US$ 93,490,000 per tahunnya.

Bersumber analisis data aktual tiga tahun terakhir, nilai ekspor Japan ke Indonesia rata-rata

tumbuh sebesar 33,61% per tahunnya. Hasil simulasi menunjukkan bahwa nilai ekspor tanpa skema

tarif IJEPA hanya akan meningkat sebesar 33,17% saja per tahunnya. Skema tarif IJEPA berdampak

pada peningkatan pertumbuhan ekspor Japan ke Indonesia sebesar 0,43% (secara persentase) atau

menjadikan pertumbuhan ekspor hanya 1,01 kali lipat kali lipat dibandingkan bila tidak ada skema

tarif IJEPA. Secara makro bagi negara Japan, angka sebesar ini jelas bukan merupakan angka yang

bagus dalam menunjukkan signifikansi dari dampak IJEPA terhadap ekspornya ke Indonesia.

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

2,000,000 0

1/1

99

0

12

/19

90

11

/19

91

10

/19

92

09

/19

93

08

/19

94

07

/19

95

06

/19

96

05

/19

97

04

/19

98

03

/19

99

02

/20

00

01

/20

01

12

/20

01

11

/20

02

10

/20

03

09

/20

04

08

/20

05

07

/20

06

06

/20

07

05

/20

08

04

/20

09

03

/20

10

02

/20

11

Ekspor JPN ke RI aktual

forecast

IJEPA berlaku

awal krisis subprime mortgage

Page 38: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

37

Tabel 4.2 Dampak IJEPA terhadap Nilai Ekspor Japan ke Indonesia

URAIAN Total Kontribusi Ekspor

(US$)

Dengan Skema IJEPA (p.a.) 17,982,250,000

Tanpa Skema IJEPA (p.a.) 17,888,760,000

Dampak IJEPA terhadap peningkatan kontribusi nilai ekspor (p.a.) 93,490,000

Sumber: Hasil analisis

Dengan tingkat pertumbuhan diasumsikan tetap sebesar 17,93% per tahun, dalam dua tahun

mendatang (Juli 2011 - Juni 2012) dan (Juli 2012 - Juni 2013), nilai ekspor Indonesia ke Japan

berpotensi meningkat masing-masing menjadi US$24,025,186,526 dan US$32,098,852,347,266.

Secara nominal dan persentase, Japan mengalami pertumbuhan kontribusi ekspor ke Indonesia

yang positif akibat IJEPA walau tidak terlalu signifikan. Pangsa Japan sebagai negara asal impor

Indonesia mengalami pasang surut. Bila posisi Japan pada tahun 1995 masih memegang pangsa

negara asal impor sebesar 23%, pada tahun 2000 turun menjadi 9%, dan kembali naik di tahun 2010

menjadi 12%.

Ekspor Indonesia ke China

Gambar 4.9 Ekspor Indonesia ke China Periode Januari 1990 – September 2011

Sumber data: IMF, diunduh dari CEIC

Dari proses menstasionerkan data melalui differencing dan pengidentifikasian derajat AR dan

MA sebagaimana diuraikan pada metodologi penelitian dihasilkan model ARIMA yang reasonable

Page 39: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

38

fit terhadap data ekspor Indonesia ke China. Dalam model tersebut dihasilkan derajat differencing (d)

= 2, derajat autoregressive (AR) = 12, dan derajat moving average (MA) = 12.5

Setelah model ARIMA ini diperoleh menurut langkah-langkah dalam metodologi penelitian,

Gujarati (2009:782) menyatakan model tersebut sudah memadai sehingga tidak perlu mencari model

ARIMA lainnya. Hasil diagnostic checking melalui grafik second difference data ekspor Indonesia ke

China, correllogram residual model, dan dua unit root test yakni ADF test dan PP test menguatkan

keyakinan tersebut.

Jumlah nilai ekspor aktual Indonesia ke China selama periode Januari 2009 – Desember 2011 -

masa tiga tahun setelah berlaku skema preferential tariff ACFTA - mencapai US$50,198,467,238.

Berdasarkan hasil simulasi bila tidak ada skema preferential tariff ACFTA pada periode yang sama,

total nilai ekspor Indonesia ke China akan sedikit lebih rendah yaitu US$49,849,336,667. Dengan

demikian, adanya skema preferential tariff ACFTA memberikan dampak peningkatan total nilai

ekspor Indonesia ke China net pada periode tersebut sebesar US$ 349,130,571 atau rata-rata US$

116,376,857 per tahunnya.

Gambar 4.10 Nilai Ekspor Indonesia Ke China Aktual Dengan Skema Tarif ACFTA dan

Estimasi Hasil Simulasi Tanpa Skema Tarif ACFTA (dalam US$ 000)

Sumber: Hasil analisis

5 Di atas ARMA (11,11), Eviews versi 6 mampu mengidentifikasi ARIMA (p, d, q), namun tidak mampu untuk menggenerate estimasi equation-nya, sehingga estimasi persamaan model tidak bisa ditampilkan

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

01

/19

90

12

/19

90

11

/19

91

10

/19

92

09

/19

93

08

/19

94

07

/19

95

06

/19

96

05

/19

97

04

/19

98

03

/19

99

02

/20

00

01

/20

01

12

/20

01

11

/20

02

10

/20

03

09

/20

04

08

/20

05

07

/20

06

06

/20

07

05

/20

08

04

/20

09

03

/20

10

02

/20

11

ekspor RI ke Cina (aktual)

forecast

ACFTA berlaku

krisis subprime mortgage

Page 40: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

39

Nilai ekspor Indonesia ke China telah meningkat sebesar 66,10% atau rata-rata tumbuh sebesar

22,03% per tahunnya dalam tiga tahun terakhir pada masa ACFTA telah berlaku. Tingkat

pertumbuhan tersebut masih di bawah periode 2006-2008 (pra ACFTA) yang tercatat sebesar 30,2%

per tahun. Lonjakan kenaikan tajam pada periode 2009-2011 (pasca ACFTA) tercatat terjadi pada

periode 3 sebesar US$ 5,4 miliar hingga menyebabkan nilai ekspor periode 3 pasca ACFTA

mencapai 1,7 kali lipat dari periode 3 pra ACFTA.

Selanjutnya dengan membandingkan antara data simulasi pasca ACFTA periode 3 dan data

aktual pra ACFTA pada periode yang sama dapat diketahui bahwa tanpa ACFTA nilai ekspor

Indonesia ke China akan tumbuh lebih kecil yakni sebesar 48,6% saja atau rata-rata tumbuh sebesar

16,2% per tahunnya saja. Dengan demikian kondisi berlakunya skema tarif ACFTA memberikan

dampak pada peningkatan pertumbuhan ekspor Indonesia ke China sebesar 5,83% (secara persentase)

per tahun atau meningkatkan pertumbuhan ekspor menjadi 1,36 kali lipat dibandingkan bila skema

tarif ACFTA tidak berlaku.

Tabel 4.3 Peningkatan Nilai Ekspor Indonesia ke China Sebagai Dampak ACFTA

URAIAN Peningkatan nilai ekspor

Tanpa Skema ACFTA 16,20% p.a.

Dengan Skema ACFTA 22,03% p.a.

Peningkatan nilai ekspor sebagai dampak ACFTA 5,83% p.a.

Derajat peningkatan pertumbuhan ekspor sebagai dampak ACFTA 1,36 kali lipat p.a.

Sumber: Hasil analisis

Untuk proyeksi ke depan bila diasumsikan dalam dua tahun mendatang tingkat pertumbuhan

tetap sebesar 22,03% per tahun, nilai ekspor Indonesia ke China berpotensi meningkat masing-

masing menjadi US$25,737,647,279 periode Januari - Desember 2012 dan US$31,408,156,032

pada periode Januari – Desember 2013.

Ekspor China ke Indonesia

Dari proses menstasionerkan data melalui differencing dan pengidentifikasian derajat AR dan MA

sebagaimana diuraikan pada metodologi penelitian dihasilkan model ARIMA yang reasonable fit

terhadap data ekspor China ke Indonesia. Dalam model tersebut dihasilkan derajat differencing (d) =

1, derajat autoregressive (AR) = 3, dan derajat seasonal autoregressive (SAR) = 3.

Page 41: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

40

Gambar 4.11 Ekspor China ke Indonesia (Januari 1990 – Oktober 2011)

Sumber data: IMF, diunduh dari CEIC

Gambar 4-12. Hasil Model Ekspor China ke Indonesia (ARIMA p=3, d=1, bp=3)

Sumber: Hasil analisis

Hasil diagnostic checking antara lain menegaskan keyakinan bahwa model tersebut sudah

memadai sehingga tidak perlu mencari model ARIMA lainnya (Gujarati, 2009 p.782).

Page 42: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

41

Gambar 4.13 Nilai Ekspor China ke Indonesia Aktual dengan Skema Tarif ACFTA dan

Estimasi Hasil Simulasi Tanpa Skema Tarif ACFTA (dalam US$ 000)

Sumber: Hasil analisis

Dari data statistik, total nilai ekspor aktual China ke Indonesia selama periode Januari 2009 –

Desember 2011 yang merupakan masa 3 tahun setelah berlaku skema preferential tariff ACFTA

mencapai US$ 64,976,034,000. Pada periode yang sama berdasarkan hasil simulasi bila tidak ada

skema preferential tariff ACFTA, total nilai ekspor Indonesia ke China akan lebih rendah yaitu US$

48,101,948,000. Jadi adanya skema preferential tariff ACFTA memberikan dampak peningkatan

total nilai ekspor Indonesia ke China net selama 3 tahun sejak berlakunya ACFTA sebesar US$

16,874,086,000 atau rata-rata US$ 5,624,695,000 per tahunnya.

Dengan membandingkan antara data aktual pasca ACFTA periode 3 dan data aktual pra

ACFTA periode yang sama dapat diketahui bahwa nilai ekspor China ke Indonesia telah meningkat

sebesar 63,98% atau rata-rata tumbuh sebesar 21,33% per tahunnya. Tingkat pertumbuhan tersebut

masih di bawah periode 2006-2008 (pra ACFTA) yang tercatat sebesar 56% per tahun. Kenaikan

signifikan sebesar US$ 5,2 miliar menyebabkan tingginya nilai ekspor pada periode 3 pasca ACFTA

hingga mencapai 1,6 kali lipat dari periode 3 pra ACFTA.

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

01

/19

90

01

/19

91

01

/19

92

01

/19

93

01

/19

94

01

/19

95

01

/19

96

01

/19

97

01

/19

98

01

/19

99

01

/20

00

01

/20

01

01

/20

02

01

/20

03

01

/20

04

01

/20

05

01

/20

06

01

/20

07

01

/20

08

01

/20

09

01

/20

10

01

/20

11

ekspor Cina ke RI aktual

forecast

ACFTA berlaku

awal krisis subprime mortgage

Page 43: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

42

Tabel 4.4 Peningkatan Nilai Ekspor China ke Indonesia Sebagai Dampak ACFTA

URAIAN Peningkatan Nilai Ekspor

Tanpa Skema ACFTA 2,77% p.a.

Dengan Skema ACFTA 21,33% p.a.

Peningkatan nilai ekspor sebagai dampak ACFTA 18,55% p.a.

Derajat peningkatan ekspor sebagai dampak ACFTA 7,7 kali lipat p.a.

Sumber: Hasil analisis

Selanjutnya dengan membandingkan antara data simulasi pasca ACFTA periode 3 dan data

aktual pra ACFTA pada periode yang sama dapat diketahui bahwa nilai ekspor Cina ke Indonesia

tanpa ACFTA akan tumbuh lebih kecil yakni sebesar sebesar 8,32% saja atau rata-rata tumbuh

sebesar 2,77% per tahunnya. Dengan demikian kondisi berlakunya skema tarif ACFTA memberikan

dampak pada peningkatan ekspor China ke Indonesia sebesar 18,55% (secara persentase) per tahun

atau secara nominal meningkat menjadi 7,7 kali lipat kali lipat dibandingkan bila skema tarif

ACFTA tidak berlaku.

Untuk proyeksi ke depan bila diasumsikan dalam dua tahun mendatang tingkat pertumbuhan

tetap sebesar 21,33% per tahun, nilai ekspor China ke Indonesia berpotensi meningkat masing-

masing menjadi US$ 31,141,362,202 periode Januari - Desember 2012 dan US$ 37,782,341,229

pada periode Januari – Desember 2013.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Secara makro, Indonesia maupun Japan memetik manfaat dari penurunan tarif dan keterbukaan pasar

dalam IJEPA dalam tingkatan yang berbeda. Indonesia menerima tingkat manfaat yang lebih besar

dari Japan baik dari sisi naiknya kontribusi ekspor terhadap pendapatan nasional secara nominal dan

persentase dan berlipat gandanya tingkat pertumbuhan ekspor akibat keikutsertaannya dalam IJEPA.

Indonesia maupun China sama-sama memetik manfaat dari pemberlakuan skema tarif ACFTA.

Namun dalam konteks hubungan perdagangan barang kedua negara, China lebih dapat

mengoptimalkannya sehingga manfaat yang diterima dapat jauh lebih besar dibandingkan manfaat

yang diterima Indonesia. Bila diibaratkan upaya pengoptimalan manfaat ACFTA ini adalah suatu

kompetisi, maka dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Indonesia cukup jauh tertinggal dalam

persaingan mengoptimalkan manfaat ACFTA dibandingkan China. Walaupun demikian, dengan

Page 44: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

43

adanya skema preferential tariff sektor barang ACFTA, manfaat secara jangka panjang terlihat dari

tren positif peningkatan aktivitas ekspor dalam hubungan perdagangan kedua Negara.

Berdasarkan analisis dampak IJEPA terhadap Indonesia dengan menggunakan model ARIMA,

dapat diketahui bahwa skema tarif IJEPA telah memberikan dampak terhadap peningkatan nilai

ekspor Indonesia ke Japan rata-rata sebesar US$2,727,360,000 per tahunnya. Angka tersebut

merupakan besar kontribusi langsung terhadap pendapatan nasional Indonesia. Pertumbuhan nilai

ekspor Indonesia ke Japan meningkat rata-rata sebesar 5,23% setiap tahunnya sebagai akibat dampak

IJEPA, yang berarti peningkatan 1,58 kali lipat dibandingkan bila Indonesia tidak mengikuti IJEPA.

Dari hasil analisis model ARIMA untuk Japan, dapat diketahui bahwa skema tarif IJEPA telah

memberikan dampak terhadap peningkatan nilai ekspor Japan ke Indonesia rata-rata sebesar

US$93,490,000 per tahunnya yang juga merupakan kenaikan kontribusi nilai ekspor terhadap

pendapatan nasional Japan. Pertumbuhan nilai ekspor Japan ke Indonesia akibat IJEPA meningkat

tipis rata-rata sebesar 0,43% p.a. atau naik hanya 1,01 kali lipat dibandingkan bila Japan tidak

mengikuti IJEPA.

IJEPA dapat memberikan manfaat lebih bagi Indonesia dari sisi pembentukan modal melalui

penanaman modal langsung mengingat cakupannya yang menyeluruh termasuk di sektor barang,

jasa, dan investasi. Sifat complementarity produk ekspor Indonesia yang lebih baik dengan Japan

dibandingkan dengan negara-negara mitra Indonesia dalam AFTA memberikan peluang perolehan

manfaat IJEPA yang besar bagi Indonesia.

Dari sudut pandang Indonesia, berdasarkan analisis perbandingan kondisi dengan skema tarif

ACFTA dan hasil simulasi kondisi tanpa skema tarif ACFTA selama periode pengamatan 1 Januari

2009 sampai dengan 31 Desember 2011, dapat disimpulkan bahwa ACFTA berpengaruh pada

peningkatan kontribusi ekspor bagi pendapatan nasional dan persentase pertumbuhannya.

Berdasarkan analisis menggunakan model ARIMA dapat disimpulkan bahwa skema tarif ACFTA

telah meningkatkan nilai ekspor Indonesia ke China rata-rata sebesar US$116,376,857 per tahunnya,

atau berkontribusi langsung terhadap pendapatan nasional Indonesia sebesar rata-rata

US$116,376,857 per tahun. Di luar efek langsung, kontribusi tersebut akan memberikan pula dampak

ikutan atau turunan yang ditransmisikan ke sektor-sektor ekonomi lain sehingga pada gilirannya turut

berkontribusi pada pendapatan nasional.

Dari persentase pertumbuhan, nilai ekspor Indonesia ke China yang berkontribusi terhadap

pendapatan nasional Indonesia meningkat rata-rata sebesar 5,83% setiap tahunnya sebagai akibat

dampak ACFTA. Hal ini berarti adanya peningkatan 1,36 kali lipat dibandingkan bila Indonesia tidak

mengikuti ACFTA.

Page 45: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

44

Sementara itu dari sudut pandang China, skema tarif ACFTA telah meningkatkan kontribusi

ekspor China ke Indonesia bagi pendapatan nasional China rata-rata sebesar US$ 5,624,695,000 per

tahunnya. Besaran angka tersebut merupakan dampak langsung dari kontribusi nilai ekspor terhadap

pendapatan nasional China, sedangkan dampak tidak langsungnya yang akan terjadi di putaran-

putaran berikutnya akan menggerakkan aktivitas ekonomi di sektor-sektor ekonomi lainnya, yang

pada akhirnya akan berkontribusi pada pendapatan nasional. Dari persentase pertumbuhan, skema

tarif ACFTA telah meningkatkan pertumbuhan kontribusi nilai ekspor bagi pendapatan nasional

China rata-rata sebesar 18,55% p.a. atau naik 7,7 kali lipat dibandingkan bila China tidak mengikuti

ACFTA.

Terkait keikutsertaan Indonesia dalam IJEPA, rekomendasi kebijakan yang disarankan adalah

sebagai berikut:

1. Keikutsertaan dalam IJEPA memberikan dampak positif bagi Indonesia dan Japan, oleh karena itu

hubungan kemitraan tersebut perlu dilanjutkan dan ditingkatkan ke arah yang makin memberikan

manfaat bagi keduanya. Cara-cara yang dapat dipertimbangkan adalah pendalaman (intensifikasi)

dan perluasan (ekstensifikasi) komitmen, dan perluasan keanggotaan yang mengarah kepada FTA

yang luas di kawasan Asia.

2. Indonesia perlu mendorong produksi dari produknya yang memiliki keunggulan relatif tinggi

untuk dapat diekspor ke manca negara

3. Relatif tidak terlalu besarnya persentase pertumbuhan nilai ekspor Indonesia dan Japan sebagai

dampak keikutsertaan dalam IJEPA dapat menjadi indikasi belum optimalnya pemanfaatan

fasilitas tarif khusus IJEPA oleh eksportir-eksportir kedua negara, khususnya Indonesia.

Kurangnya informasi detil tentang implementasi termasuk waktu pemberlakuan, pemanfaatan

tarif preferensi, dan penerbitan sertifikat surat keterangan asal (SKA) barang dapat menjadi

beberapa faktor penyebab. Oleh karena itu jumlah dan kualitas sosialisasi skema tarif IJEPA perlu

ditingkatkan baik melalui tatap muka langsung maupun media komunikasi massal yang dapat

secara lebih efektif menginformasikan fasilitas tarif khusus kepada seluruh eksportir Indonesia ke

Japan.

Terkait keikutsertaan Indonesia dalam ACFTA, rekomendasi kebijakan yang disarankan

adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan Indonesia dalam mengikuti ASEAN-China FTA memberikan dampak positif bagi

Indonesia dan China. Oleh karena itu, hubungan kemitraan tersebut perlu dilanjutkan dan

ditingkatkan ke arah yang makin memberikan manfaat optimal bagi keduanya, khususnya

Indonesia yang tertinggal jauh dalam pengoptimalan manfaat ACFTA tersebut. Salah satu cara

untuk mengoptimalkan manfaat tersebut bisa melalui kesepakatan bilateral.

Page 46: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

45

2. Salah satu strategi China menembus pasar Indonesia adalah dengan menguasai Standar Nasional

Indonesia (SNI). Tercatat per Maret 2011 China telah membeli dan menguasai 653 SNI dan

rencananya akan membeli 6.779 SNI lagi.6 Indonesia perlu lebih ekspansif ke pasar China dan

berupaya menguasai standar nasional China untuk mempermudah akses masuk ke pasar China.

Dari survei dampak ACFTA yang dilakukan Kementerian Perindustrian, tercatat lima sektor

industri paling terpukul oleh dampak ACFTA yaitu elektronik, furnitur, logam, permesinan, dan

tekstil. Perhatian khusus pemerintah perlu diberikan untuk setidaknya meminimalkan seriusnya

dampak sectoral adjustment yang terjadi pada kelima sektor tersebut. Keempat, adanya temuan

praktik dumping beberapa produk China7 perlu disikapi dengan tegas oleh pemerintah Indonesia

dengan segera melakukan kebijakan anti-dumping terhadap produk-produk tersebut.

6 Bisnis Indonesia (2011)

7 Media Indonesia (2011)

Page 47: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

46

BAB V

ASEAN FREE TRADE AREA

PENDAHULUAN

ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN

untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas dalam rangka meningkatkan daya saing

ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia

serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. AFTA dibentuk pada waktu Konferensi

Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN IV di Singapura tahun 1992. Awalnya AFTA ditargetkan akan

dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir

dipercepat lagi menjadi tahun 2002. Skema Common Effective Preferential Tariffs for ASEAN Free

Trade Area (CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk mewujudkan AFTA melalui: penurunan

tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif

lainnya. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk

menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai Darussalam pada tahun 2010, Indonesia,

Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam

pada tahun 2015.

Produk yang dikategorikan dalam General Exception adalah produk-produk yang secara

permanen tidak perlu dimasukkan kedalam CEPT-AFTA, karena alasan keamanan nasional,

keselamatan, atau kesehatan bagi manusia, binatang dan tumbuhan, serta untuk melestarikan obyek-

obyek arkeologi dan budaya. Indonesia mengkategorikan produk-produk dalam kelompok senjata

dan amunisi, minuman beralkohol, dan sebagainya sebanyak 68 pos tarif sebagai General Exception.

Dengan demikian, AFTA sebagai suatu upaya bersama bagi negara-negara ASEAN yang

bertujuan untuk:

1. menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk

ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global;

2. menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI); dan

3. meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade).

Bagi kepentingan Indonesia, AFTA memiliki potensi manfaat dan tantangan sekaligus. Potensi

manfaat tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

Page 48: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

47

1. Peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi produk Indonesia, dengan total populasi di

kawasan ASEAN sebesar ± 500 juta jiwa dan tingkat pendapatan masyarakat yang beragam;

2. Biaya produksi yang semakin rendah dan pasti bagi pengusaha/produsen Indonesia yang

sebelumnya membutuhkan barang modal dan bahan baku/penolong dari negara anggota ASEAN

lainnya dan termasuk biaya pemasaran;

3. Pilihan konsumen atas jenis/ragam produk yang tersedia di pasar domestik semakin banyak

dengan tingkat harga dan mutu tertentu;

4. Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku bisnis di

negara anggota ASEAN lainnya.

Selain peluang manfaat tersebut di atas, AFTA juga memberikan tantangan bagi Indonesia.

Pengusaha/produsen Indonesia dituntut terus menerus dapat meningkatkan kemampuan dalam

menjalankan bisnis secara profesional guna dapat memenangkan kompetisi dari produk yang berasal

dari negara anggota ASEAN lainnya baik dalam memanfaatkan peluang pasar domestik maupun

pasar negara anggota ASEAN lainnya.

Jangka Waktu Realisasi AFTA

Pada KTT ASEAN ke-9 tanggal 7 – 8 Oktober 2003 di Bali, enam negara anggota ASEAN

menandatangani Original Signatories of CEPT AFTA yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,

Philippines, Singapore dan Thailand. Keenam Negara tersebut bersepakat untuk mencapai target bea

masuk penurunan bea masuk sebagai berikut:

a. Tahun 2000: menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 85% dari seluruh jumlah pos

tarif dalam Inclusion List (IL).

b. Tahun 2001: menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 90% dari seluruh jumlah pos

tarif dalam Inclusion List (IL).

c. Tahun 2002: menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 100% dari seluruh jumlah pos

tarif dalam Inclusion List (IL), dengan fleksibilitas.

d. Tahun 2003: menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 100% dari seluruh jumlah pos

tarif dalam Inclusion List (IL), tanpa fleksibilitas.

Untuk empat negara yang belakang masuk menjadi anggota ASEAN, yaitu: Vietnam, Lao

PDR, Myanmar dan Cambodia realisasi AFTA dilakukan berbeda: Vietnam tahun 2006 (masuk

Page 49: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

48

ASEAN tanggal 28 Juli 1995); Lao PDR dan Myanmar tahun 2008 (masuk ASEAN tanggal 23 Juli

1997); dan Cambodia tahun 2010 (masuk ASEAN tanggal 30 April 1999).

Kriteria Suatu Produk Untuk Menikmati Konsesi CEPT

Untuk menikmati skema CEPT dalam perdagangan di kawasan AFTA maka harus dipenuhi kriteria-

kriteria sebagai berikut:

a. Produk yang diperdagangkan terdapat dalam Inclusion List (IL) baik di negara tujuan maupun di

negara asal dengan prinsip timbal balik (reciprosity). Artinya suatu produk dapat menikmati

preferensi tarif di negara tujuan ekspor (yang tentunya di negara tujuan ekspor produk tersebut

sudah ada dalam IL), maka produk yang sama juga harus terdapat dalam IL dari negara asal.

b. Produk yang diperdagangkang memenuhi ketentuan asal barang (Rules of Origin), yaitu kumulatif

ASEAN Content lebih besar atau sama dengan 40%. Perhitungan ASEAN Content adalah sebagai

berikut:

c. Produk harus disertai dengan Certificate of Origin Form D, yang dapat diperoleh pada Kantor

Dinas atau Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan di seluruh Indonesia.

Beberapa istilah dalam CEPT-AFTA

Untuk memahami konsep CEPT-AFTA secara lebih utuh maka ada beberapa istilah yang perlu

dipahami lebih dulu, yaitu:

a. Fleksibilitas adalah suatu keadaan dimana ke-6 negara anggota ASEAN apabila belum siap untuk

menurunkan tingkat tarif produk menjadi 0-5% pada 1 Januari 2002, dapat diturunkan pada 1

Januari 2003. Sejak saat itu tingkat tarif bea masuk dalam AFTA sebesar maksimal 5%.

b. CEPT Product Lists:

Inclusion List (IL) yaitu daftar yang memuat cakupan produk yang harus memenuhi kriteria

sebagai berikut:

– produk tersebut harus disertai Tariff Reduction Schedule;

Page 50: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

49

– tidak boleh ada Quantitave Restrictions (QRs);

– Non-Tarif Barriers (NTBs) lainnya harus dihapuskan dalam waktu 5 tahun.

Temporary Exclusion (TEL) yaitu daftar yang memuat cakupan produk yang sementara

dibebaskan dari kewajiban penurunan tarif, penghapusan QRs dan NTBs lainnya secara

bertahap harus dimasukkan ke dalam IL.

Sensitive List (SL) yaitu daftar yang memuat cakupan produk yang diklasifikasikan

sebagai Unprocessed Agricultural Products. Contohnya: beras, gula, produk daging, gandum,

bawang putih, dan cengkeh, serta produk tersebut juga harus dimasukkan ke dalam

CEPT Scheme tetapi dengan jangka waktu yang lebih lama. Contohnya: Brunei Darussalam,

Indonesia, Malaysia, Philippines, dan Thailand harus telah memasukkan produk yang ada

dalam SL ke dalam IL pada tahun 2010, Vietnam pada tahun 2013, Lao PDR dan Myanmar

pada tahun 2015, serta Cambodia pada tahun 2017.

General Exception (GE) List yaitu daftar yang memuat cakupan produk yang secara permanen

tidak perlu untuk dimasukkan ke dalam CEPT Scheme dengan alasan keamanan nasional,

keselamatan/kesehatan umat manusia, binatang dan tumbuhan, serta pelestarian objek

arkeologi, dan sebagainya (Article 9b of CEPT Agreement). Contohnya antara lain: senjata,

amunisi, dan narkotika. Produk Indonesia dalam GE List hingga saat ini sebanyak 96 pos tarif.

Apabila digambarkan dalam urutan waktu maka jadwal penurunan atau penghapusan tariff

yang termasuk dalam Inclusion List (IL) ialah sebagai berikut:

Negara Anggota AFTA Jadwal Penurunan/Penghapusan

ASEAN6

1. Tahun 2003: 60% produk dengan tarif 0%

2. Tahun 2007: 80% produk dengan tarif 0%

3. Tahun 2010: 100% produk dengan tarif 0%

Vietnam

1. Tahun 2006: 60% produk dengan tarif 0%

2. Tahun 2010: 80% produk dengan tarif 0%

3. Tahun 2015: 100% produk dengan tarif 0%

Laos dan Myanmar

1. Tahun 2008: 60% produk dengan tarif 0%

2. Tahun 2012: 80% produk dengan tarif 0%

3. Tahun 2015: 100% produk dengan tarif 0%

Cambodia 1. Tahun 2010: 60% produk dengan tarif 0%

2. Tahun 2015: 100% produk dengan tarif 0%

Apabila dalam menghadapi kasus tertentu, dengan berbagai pertimbangan yang masak

Indonesia merasa perlu untuk menarik komitmen atau membatalkan perjanjian atas suatu produk

Page 51: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

50

sesuai dengan kepentingan Indonesia maka ada beberapa protocol/artikel yang dapat digunakan

untuk kepentingan ini.

a. Protocol Regarding the Implementation of the CEPT Scheme Temporary Exclusion List

Protokol ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menarik kembali produk industri yang telah

dimasukkan ke dalam IL terakhir tahun 2000 atau Last Tranche. Konsekuensi penarikan kembali

suatu produk dari IL harus disertai dengan kompensasi.

b. Article 6 (1) dari CEPT Agreement

Artikel ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menarik kembali produk yang telah dimaukkan

ke dalam Skema CEPT-AFTA, karena adanya lonjakan impor dari negara anggota ASEAN

lainnya yang menyebabkan atau mengancam kerugian yang serius terhadap industri dalam negeri.

c. Protocol on Special Arrangement for Sensitive and Highly Sensitive Products.

Protokol ini dapat digunakan sebagai acuan untuk memasukkan produk yang diklasifikasikan ke

dalam Highly Sensitive (seperti beras dan gula bagi Indonesia).

Liberalisasi perdagangan internasional sudah berjalan hampir satu decade jejak ditandatangani

CEPT-AFTA pada tahun 2003. Bagi Indonesia setelah secara aktif terlibat dalam AFTA selama

hampir satu dekade tentu perlu melakukan evaluasi terhadap berbagai capaian atau pun kendala yang

dihadapi. Kajian ini bertujuan tidak hanya untuk mengevaluasi dampak AFTA terhadap

perekonomian Indonesia, khususnya terhadap arus perdagangan dan investasi (ex-post impact

analysis) namun juga untuk mengevaluasi potensi dampak liberalisasi perdagangan lanjutan dalam

skema AFTA (ex-ante impact analysis) serta mencoba menganalisis hasil evaluasi tersebut untuk

memformulasikan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah Indonesia terkait upaya memperkokoh

peran perdagangan internasional bagi perekonomian nasional.

METODOLOGI

Untuk menganalisis dampak AFTA terhadap perekonomian Indonesia pada bagian ini akan

dievaluasi ex-post impact analysis dan ex-ante impact analysis. Metodologi yang digunakan untuk

impact assessment ini menggunakan metodologi yang disarankan oleh Asian Development Bank

(ADB).8 Ex-post impact analysis digunakan untuk mengevaluasi dampak AFTA yang telah berjalan.

Metode yang digunakan untuk analisis ini menggunakan analisis deskriptif. Pendekatan ini dilakukan

8 Plummer et al. (2010). Methodology for impact assessment of free trade agreements. Mandaluyong City,

Philippines: Asian Development Bank

Page 52: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

51

karena pendekatan deskriptif relatif mudah dilakukan, sementara evaluasi dengan menggunakan FTA

Preference Indicators telah dilakukan pada bagian sebelumnya.

Ex-ante impact analysis digunakan untuk mengevaluasi potensi dampak kelanjutan AFTA

yang akan datang. Untuk evaluasi ini digunakan pendekatan simulasi menggunakan computable

general equilibrium (CGE) model. Model yang digunakan untuk tipikal analisis ini ialah model CGE

Global Trade Analysis Project (GTAP) dengan menggunakan database terbaru GTAP versi 8 yang

baru saja release Mei 2012. Database GTAP versi 8 merupakan database yang berisi data dan

informasi perdagangan bilateral antarnegara secara lengkap termasuk informasi keterkaitan

transportasi dan proteksi. Database ini dikompilasi dari table IO negara-negara di dunia. Database

GTAP versi 8 menggunakan data dengan tahun benchmark 2004 dan 2007 dan terdiri atas data dari

129 negara dan 57 jenis komoditas.

Namun sebelum melakukan simulasi dengan model CGE GTAP akan dielaborasi dulu

database GTAP versi 8 ini untuk diketahui gambaran komparasi tariff antarnegara yang dianalisis

untuk tiap komoditas yang diperdagangkan. Gambaran deskriptif ini perlu diketahui untuk

mendapatkan gambaran kepentingan setiap negara dalam menegosiasikan tariff perdagangannya.

ANALISIS

Kinerja Perdagangan Indonesia – ASEAN9

Secara global kinerja neraca perdagangan Indonesia-ASEAN menunjukkan penurunan. Hal ini

ditunjukkan dengan trade balance yang turun drastis, bahkan mengarah ke defisit. Pada tahun 2000

ekspor Indonesia ke Negara-negara di kawasan ASEAN tercatat sebesar USD10,365 miliar dengan

nilai impor sebesar USD6,141 miliar. Dengan demikian pada tahun 2000 Indonesia mampu

membukukan surplus neraca perdagangan sebesar USD4,223 miliar.

9 Materi dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan (2011) tentang Analisis Posisi Indonesia

Terkait Free Trade Agreement (tidak dipublikasikan)

Page 53: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

52

Gambar 5.1 Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia-ASEAN (Migas-Non Migas)

Gambar 5.2 Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia-ASEAN (Non Migas)

Sejalan dengan laju pertumbuhan impor yang jauh di atas laju pertumbuhan ekspor, maka

pada tahun 2010, kinerja neraca pergadangan Indonesia dengan Negara-negara ASEAN mengalami

defisit. Pada tahun 2010 ekspor Indonesia ke Negara-negara kawasan ASEAN meningkat menjadi

USD 30,833 miliar, sedangkan impor meningkat menjadi USD 37,067 miliar. Akibatnya pada tahun

2010 neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara di kawasan ASEAN mengalami defisit

sebesar USD 6,234 miliar.

Defisit negara perdagangan di atas, disebabkan tingginya laju pertumbuhan impor Indonesia

dari Negara-negara di kawasan ASEAN, khususnya impor migas. Pada tahun 2000 impor migas

hanya menyumbang 48,10 persen, namun pada tahun 2010 impor migas meningkat pesat menjadi

Page 54: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

53

68,71 persen. Sementara itu ekspor migas Indonesia ke Negara-negara di kawasan ASEAN dalam

periode 2000-2010 juga mengalami peningkatan dari 5,18 persen meningkat menjadi 58,39 persen.

Gambar 5.3 Perkembangan Ekspor Komoditi Utama Indonesia ke ASEAN

Sumber: BPS, CEIC, diolah

Komoditi ekspor utama Indonesia ke ASEAN dalam periode 2000-2010 mengalami

perubahan. Pada tahun 2000 komoditi ekspor Indonesia dalam bentuk minyak bumi dan batubara,

namun pada tahun 2010 komoditi ekspor utama Indonesia ke ASEAN didominasi oleh gas alam dan

batubara, sedangkan ekspor minyak bumi mengalami penurunan. Perubahan komposisi ekspor

Indonesia ke ASEAN selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.9 diatas.

Batubara bahan bakar, 2%

Minyak Petroleum mentah, 7%

Minyak Petroleum , 4%

Minyak Kelapa sawit mentah, 1%

Timah, 2%

Tembaga dimurnikan (katoda), 1%

Biji kakao, 1%

Lainnya, 83%

Tahun 2000

Gas Alam, 9% Batubara bahan

bakar, 6% Minyak Petroleum mentah, 5%

Minyak Petroleum , 5%

Minyak Kelapa sawit mentah, 5%

Timah, 4% Tembaga dimurnikan(katoda)

, 3% Batubara lainnya,

3%

Biji kakao, 2% Kapal laut lainnya,

2%

Lainnya, 56%

Tahun 2010

Page 55: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

54

Gambar 5.4 Perkembangan Impor Komoditi Utama Indonesia dari ASEAN

Sumber: BPS, CEIC, diolah

Sejalan dengan perubahan komoditas utama ekspor Indonesia ke ASEAN, impor komoditas

utama Indonesia dari ASEAN juga mengalami perubahan. Pada tahun 2000 impor komoditas utama

Indonesia dari ASEAN adalah dalam bentuk bahan bakar minyak dan minyak mentah. Pada tahun

2010, andilimpor bahan bakar minyak melonjak dari 28 persen (2000) menjadi 31 persen (2010),

sedangkan impor minyak mentah turun dari 8 persen menjadi 7 persen.

Dari total ekspor Indonesia ke ASEAN yang mencapai 16,68 persen, ekspor Indonesia terbesar

pada tahun 2000 adalah ke Singapura yang mencapai 10,5 persen, disusul Malaysia 3,17 persen. Pada

tahun 2010 tujuan ekspor ke Singapur mengalami penurunan menjadi 9,15 persen, namun untuk ke

Malaysia naik menjadi 6,13 persen. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Minyak petroleum (BBM), 28%

Minyak petroleum mentah, 8%

Part kendaraan bermotor

1%

Sukrosa murni/lainnya

1%

Hidrokarbon siklik (p-silena)

2%

Polypropilen(biji plastik)

1%

Hidrokarbon asiklik (etilena)

3%

Lainnya, 56%

Tahun 2000

Minyak petroleum (BBM), 31%

Minyak petroleum mentah, 7%

Part kendaraan bermotor, 1%

Sirkuit listrik, 1%

Mobil, 1% Sukrosa

murni/lainnya, 1%

Hidrokarbon siklik (p-silena), 1%

Polypropilen(biji plastik), 1%

Hidrokarbon asiklik (etilena), 1%

part komputer (PCB), 1%

Lainnya, 54%

Tahun 2010

Page 56: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

55

Gambar 5.5 Analisa Ekspor Indonesia per Negara dan Regional

Sumber : BPS, CEIC, diolah

Sementara itu impor Indonesia dari Negara-negara ASEAN dalam periode 2000-2010 relatif

tetap, namun apabila dilihat per Negara mengalami perubahan. Pada tahun 2000 impor Indonesia dari

Negara-negara ASEAN mencapai 10,80 persen yang terdiri dari Singapura 12,15 persen, Malaysia

3,62 persen dan Thailand 3,56 persen. Pada tahun 2010 komposisi tersebut berubah menjadi

Singapura 15,94 persen, Malaysia 6,81 persen dan Thailand 5,88 persen. Gambaran selengkapnya

impor Indonesia per negara dan Regional dapat dilihat pada Gambar 4.12.

Japan 23.20%

China 4.46%

USA 13.64%

South Korea 6.95%

India 1.85%

Taiwan 3.83%

Netherlands 2.96%

Australia 2.52% Germany

2.32%

Lainnya 21.58%

Singapore 10.50%

Malaysia 3.17% Thailand

1.65%

Philippines 1.36%

ASEAN-4 16.68%

Tahun 2000

Japan 17.20%

China 10.42%

USA 9.46%

South Korea 8.39%

India 6.61%

Taiwan 3.15%

Netherlands 2.48%

Australia 2.77% Germany

1.99%

Lainnya 17.13%

Singapore 9.15%

Malaysia 6.13%

Thailand 3.01%

Philippines 2.12%

ASEAN-4 19.88%

Tahun 2010

Page 57: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

56

Gambar 5.6 Analisa Impor Indonesia per Negara dan Regional

Sumber: BPS, CEIC, diolah

Komparasi Tarif Antarnegara ASEAN Menurut Data GTAP8 (2007)

Data GTAP8 merupakan database yang paling lengkap yang mampu menggambarkan keterkaitan

hubungan perdagangan antarnegara. Data GTAP8 menghimpun aktivitas transaksi perdagangan dari

129 negara di dunia dan 57 jenis komoditas. Walaupun demikian data GTAP8 memiliki tahun

benchmark 2007 (publikasi paling mutakhir pada 5 Maret 2012), relatif tertinggal namun ini data

terlengkap termutakhir yang ada. Data GTAP8 juga mengklasifikasi hanya ke dalam 57 jenis

komoditas, terlalu aggregate dibandingkan dengan klasifikasi HS yang biasa ditemukan dalam data

ekspor-impor suatu negara. Namun dengan berbagai keterbatasan kondisi tersebut data GTAP8 masih

sangat mumpuni untuk landasan analisis yang sifatnya lebih makro yang mampu memberikan

gambaran awal untuk eksplorasi lanjutan yang lebih detail dan terinci.

Japan 17.30%

South Korea 6.68%

China 6.55%

India 1.68%

Australia 5.43%

USA 10.87%

Jerman 3.99%

Perancis 1.28%

Inggris 1.79%

Lainnya 24.74%

Singapore 12.15%

Malaysia 3.62%

Thailand 3.56%

Philippines 0.37%

ASEAN-4 10.80%

Tahun 2000

Japan 13.36% South Korea

6.05%

China 16.05%

India 2.59%

Australia 3.23%

USA 7.40%

Jerman 2.37%

Perancis 1.05%

Inggris 0.74%

Lainnya 17.98%

Singapore 15.94%

Malaysia 6.81%

Thailand 5.88%

Philippines 0.56%

ASEAN-4 10.80%

Tahun 2010

Page 58: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

57

Eksplorasi data GTAP8 menunjukkan bahwa struktur tarif eksisting pada tahun 2007 untuk

berbagai Negara ASEAN yang dipresentasikan dalam Tabel 5.1 sampai dengan Tabel 5.9 sebagai

berikut. Namun untuk membuat tabel ini lebih mudah terlihat dan terakomodasi oleh ruang yang

terbatas, presentasi hanya dilakukan untuk komoditas-komoditas dalam data GTAP8 yang memiliki

tariff efektif 10% ke atas.

Tabel 5.1 Struktur tarif Indonesia menurut Data GTAP8 (2007, dalam %)

Commodity MAL PHIL SING THAI CAMB LAO VIET RSEA

Paddy rice 0.0 0.0 0.0 10.2 0.0 0.0 0.0 0.0

Processed rice 10.5 0.0 11.4 10.4 0.0 0.0 8.0 10.6

Sugar 16.9 18.4 15.1 21.3 0.0 0.0 24.3 15.4

Food products nec 11.0 1.9 6.0 3.3 0.0 0.0 0.8 0.1

Beverages and tobacco products 20.9 4.6 73.0 4.7 0.0 0.0 10.9 73.0

Textiles 1.3 2.5 10.0 0.9 2.5 3.0 1.9 8.5

Wearing apparel 2.1 2.5 14.0 3.8 3.1 0.0 3.4 3.9

Leather products 2.5 2.8 0.0 1.2 4.3 0.0 1.6 10.0

Motor vehicles and parts 3.2 4.8 40.3 4.3 0.0 0.0 3.9 16.3

Manufactures nec 3.8 2.2 10.7 3.3 0.0 0.0 3.6 7.0

Tabel 5.2 Struktur tarif Malaysia menurut Data GTAP8 (2007, dalam %)

Commodity INDO PHIL SING THAI CAMB LAO VIET RSEA

Paddy rice 40.0 0.0 0.0 40.0 40.0 0.0 0.0 0.0

Vegetables, fruit, nuts 2.0 10.8 5.3 2.9 4.3 0.0 1.7 0.0

Crops nec 5.0 139.1 33.4 76.4 0.0 0.0 1.2 0.1

Processed rice 0.0 0.0 0.0 40.0 40.0 0.0 40.0 0.0

Beverages and tobacco products 69.6 84.7 203.9 61.2 15.1 0.0 23.6 225.1

Wearing apparel 0.0 0.0 15.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Wood products 0.3 0.2 12.6 0.2 0.0 0.0 0.7 0.0

Paper products, publishing 2.5 2.5 25.0 2.1 3.8 0.0 2.6 2.1

Chemical,rubber,plastic prods 1.1 1.5 12.0 1.1 0.0 0.0 0.9 0.1

Metal products 3.9 1.5 19.5 2.4 3.3 0.0 3.6 2.6

Motor vehicles and parts 0.7 0.4 19.8 0.9 0.0 0.0 0.1 1.0

Tabel 5.3 Struktur tarif Philippines menurut Data GTAP8 (2007, dalam %)

Commodity INDO MAL SING THAI CAMB LAO VIET RSEA

Paddy rice 0.0 0.0 0.0 33.3 0.0 0.0 0.0 0.0

Vegetables, fruit, nuts 4.7 3.0 11.6 5.1 0.0 0.0 0.1 3.0

Meat products nec 10.3 4.7 28.1 0.9 0.0 0.0 10.9 28.1

Processed rice 0.0 50.0 0.0 50.0 0.0 0.0 50.0 0.0

Sugar 3.0 22.2 27.0 22.2 0.0 0.0 0.0 0.0

Wearing apparel 5.0 5.0 14.3 4.9 4.9 0.0 4.9 6.9

Wood products 4.6 4.2 10.2 4.8 0.0 0.0 4.2 4.8

Motor vehicles and parts 4.3 3.0 12.7 4.5 0.0 0.0 1.6 9.9

Page 59: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

58

Tabel 5.4 Struktur tarif Singapore menurut Data GTAP8 (2007, dalam %)

Commodity INDO MAL PHIL THAI CAMB LAO VIET RSEA

All commodities 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Tabel 5.5 Struktur tarif Thailand menurut Data GTAP8 (2007, dalam %)

Commodity INDO MAL PHIL SING CAMB LAO VIET RSEA

Paddy rice 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 24.0 0.0 0.0

Cereal grains nec 3.8 11.8 4.4 0.0 26.1 24.2 7.8 19.3

Vegetables, fruit, nuts 54.1 53.3 44.2 40.0 35.5 35.5 39.0 39.6

Oil seeds 26.7 24.1 0.0 0.0 21.2 28.5 26.5 29.9

Crops nec 27.2 31.2 21.5 4.7 23.5 19.2 39.4 23.6

Cattle,sheep,goats,horses 4.0 13.8 0.0 7.6 0.0 4.9 0.0 4.8

Animal products nec 27.4 3.8 3.3 9.7 3.3 3.4 5.3 4.9

Forestry 18.5 13.7 0.0 10.7 10.0 15.3 5.5 1.4

Fishing 5.8 19.1 5.8 11.1 10.2 5.0 7.7 5.9

Meat: cattle,sheep,goats,horse 0.0 0.0 18.3 33.2 0.0 0.0 0.0 33.2

Meat products nec 32.0 33.7 29.8 31.0 36.3 0.0 0.0 30.0

Vegetable oils and fats 6.0 17.0 25.9 14.7 4.6 8.3 10.6 22.4

Dairy products 25.4 12.9 14.4 22.5 9.3 0.0 15.0 29.0

Processed rice 0.0 0.0 0.0 0.0 23.2 9.0 9.0 0.0

Sugar 0.0 17.3 0.0 27.4 0.0 0.0 0.0 26.8

Food products nec 8.8 19.9 13.6 5.0 6.8 28.2 11.3 5.2

Beverages and tobacco products 51.3 59.8 59.9 50.1 0.0 28.2 65.7 59.8

Textiles 5.4 7.2 12.1 30.0 13.3 10.7 6.3 8.6

Wearing apparel 39.3 38.0 48.4 40.4 51.2 43.6 26.3 52.1

Leather products 13.5 14.4 12.8 20.7 18.3 22.3 22.4 14.0

Wood products 10.4 6.2 12.2 12.7 8.3 4.3 18.7 12.2

Petroleum, coal products 7.5 9.2 10.9 5.0 0.0 1.0 10.9 3.5

Chemical,rubber,plastic prods 5.5 6.4 9.2 20.0 4.2 11.0 11.7 2.5

Mineral products nec 12.8 11.7 9.7 5.0 26.2 6.0 20.9 15.4

Metal products 12.9 10.9 10.5 14.2 12.9 15.0 13.1 15.0

Motor vehicles and parts 24.1 30.5 30.5 56.7 51.4 42.5 11.6 33.4

Transport equipment nec 5.4 3.7 5.3 8.6 7.2 14.6 8.9 5.4

Manufactures nec 27.7 23.9 14.4 14.4 139.8 16.5 27.7 10.5

Tabel 5.6 Struktur tarif Lao PDR menurut Data GTAP8 (2007, dalam %)

Commodity INDO MAL PHIL SING THAI CAMB VIET RSEA

Vegetables, fruit, nuts 0.0 0.0 0.0 0.0 25.4 0.0 5.1 0.0

Meat products nec 0.0 0.0 0.0 0.0 27.0 0.0 30.0 0.0

Beverages and tobacco products 10.0 37.4 0.0 31.0 7.7 0.0 18.0 0.0

Leather products 0.0 1.0 0.0 13.7 1.4 0.0 1.2 0.0

Motor vehicles and parts 3.0 0.0 0.0 18.6 29.6 0.0 10.1 39.7

Transport equipment nec 0.0 0.0 7.8 10.2 2.9 0.0 2.3 0.0

Page 60: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

59

Tabel 5.7 Struktur tarif Cambodia menurut Data GTAP8 (2007, dalam %)

Commodity INDO MAL PHIL SING THAI LAO VIET RSEA

Crops nec 0.0 0.0 14.6 13.3 7.0 0.0 12.5 0.0

Animal products nec 0.0 0.0 7.3 13.5 13.3 0.0 5.9 0.0

Forestry 0.0 0.0 0.0 11.4 6.0 0.0 6.6 0.0

Fishing 0.0 11.0 0.0 0.0 10.7 0.0 11.0 0.0

Minerals nec 13.5 13.8 0.0 10.4 5.1 0.0 5.0 0.0

Meat: cattle,sheep,goats,horse 0.0 20.0 0.0 32.1 10.0 0.0 0.0 0.0

Meat products nec 0.0 18.6 0.0 30.3 19.6 0.0 13.2 0.0

Dairy products 9.4 15.3 0.0 25.0 15.8 0.0 13.3 0.0

Food products nec 7.4 11.2 7.3 22.9 10.2 0.0 14.3 0.0

Beverages and tobacco products 7.1 12.8 21.1 30.5 29.1 0.0 26.2 0.0

Wearing apparel 8.1 7.0 15.9 28.6 6.4 0.0 6.2 0.0

Leather products 6.6 7.6 0.0 17.6 7.8 0.0 7.1 0.0

Wood products 11.0 13.4 10.0 19.8 15.2 0.0 13.8 0.0

Petroleum, coal products 0.0 3.5 15.0 11.5 13.2 0.0 14.7 11.5

Chemical,rubber,plastic prods 10.2 7.1 6.3 10.5 7.7 0.0 4.9 10.5

Mineral products nec 5.2 6.1 0.0 12.1 5.3 0.0 6.4 0.0

Metal products 6.6 7.0 0.0 17.3 8.7 0.0 9.7 0.0

Motor vehicles and parts 12.9 14.0 14.2 32.9 13.5 0.0 12.4 20.9

Transport equipment nec 5.1 10.4 0.0 14.4 9.3 0.0 8.4 0.0

Electronic equipment 0.0 5.2 5.0 20.6 5.5 0.0 5.6 20.6

Machinery and equipment nec 9.8 6.6 6.6 16.8 6.8 0.0 8.5 16.8

Manufactures nec 6.0 9.9 19.1 12.3 8.7 0.0 6.8 0.0

Tabel 5.8 Struktur tarif Vietnam menurut Data GTAP8 (2007, dalam %)

Commodity INDO MAL PHIL SING THAI CAMB LAO RSEA

Vegetables, fruit, nuts 4.9 3.7 5.0 32.1 4.8 3.6 3.2 2.5

Oil seeds 1.5 0.8 0.0 10.8 3.0 0.0 3.9 0.0

Crops nec 9.1 0.9 27.2 14.2 6.6 29.3 11.1 21.3

Fishing 2.8 4.3 0.8 26.2 4.5 0.0 0.0 3.3

Meat: cattle,sheep,goats,horse 0.0 5.0 5.0 19.5 0.0 0.0 0.0 0.0

Meat products nec 0.0 11.9 21.9 26.9 17.9 0.0 0.0 40.4

Vegetable oils and fats 3.4 4.3 0.0 15.0 3.0 0.0 0.0 22.5

Dairy products 5.0 5.0 4.9 20.8 4.6 0.0 0.0 45.0

Sugar 5.0 0.0 0.0 23.3 19.1 0.0 0.0 0.0

Food products nec 4.8 4.5 4.9 25.7 4.6 4.3 1.8 5.1

Beverages and tobacco products 75.7 82.6 53.6 71.3 33.1 9.4 4.6 106.9

Textiles 2.7 2.8 4.5 15.0 2.6 4.9 1.5 4.8

Wearing apparel 5.0 5.0 5.0 47.6 3.6 5.0 0.9 71.5

Leather products 3.7 4.3 4.1 27.4 4.3 2.4 5.0 12.3

Wood products 2.4 3.6 4.7 19.0 4.5 0.0 0.0 0.2

Paper products, publishing 3.0 2.2 3.8 17.8 1.7 1.3 0.0 16.5

Petroleum, coal products 18.1 14.3 6.2 6.3 16.7 0.0 0.0 9.4

Mineral products nec 3.2 2.3 2.5 21.5 4.5 3.8 3.6 3.9

Motor vehicles and parts 13.6 4.1 9.2 64.6 5.2 47.5 47.6 42.8

Transport equipment nec 5.4 4.8 4.3 14.9 9.4 4.1 9.4 22.3

Manufactures nec 4.5 2.7 2.0 10.0 2.7 4.7 5.0 32.0

Page 61: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

60

Tabel 5.9 Struktur tarif Rest of South East Asia menurut Data GTAP8 (2007, dalam %)

Commodity INDO MAL PHIL SING THAI CAMB LAO VIET RSEA

Crops nec 0.5 0.1 1.5 40.8 1.8 0.0 0.0 2.3 0.0

Meat: cattle,sheep,goats,horse 8.8 0.0 8.8 16.4 4.8 0.0 0.0 0.0 0.0

Meat products nec 15.0 0.0 0.2 0.5 4.6 0.0 0.0 11.7 0.0

Beverages and tobacco products 186.2 181.8 16.9 126.5 7.0 0.0 0.0 9.8 0.0

Wood products 3.7 4.2 2.7 10.1 7.4 0.0 0.0 7.2 2.4

Motor vehicles and parts 18.2 15.7 13.3 14.1 12.9 10.3 0.0 4.5 10.3

Mengamati komparasi tarif antarnegara ASEAN dalam data GTAP8 tersebut di atas maka

dapat ditemukan beberapa fakta sebagai berikut:

1. Liberalisasi penuh telah terjadi di Singapore, hal ini terlihat dari fakta bahwa semua komoditas

tarif impornya telah nol. Fakta ini setidaknya mengindikasikan dua hal: (1) Singapore ialah negara

yang paling siap untuk melakukan liberalisasi perdagangan internasional. Hal ini mengingat

kenyataan bahwa Singapore memang secara faktual akan mendapatkan manfaat terbesar dari

adanya liberalisasi perdagangan yang melibatkan Singapore. Singapore tidak memiliki sumber

komoditas domestik yang perlu dipertahankan dari serbuan komoditas negara lain. Namun

Singapore lebih banyak menangguk untung (margin) dari aktivitas dagang antarnegara yang

melewati Singapore sebagai internasional hub transportasi dagang antarnegara. (2) Singapore

sudah tidak memiliki sesuatu yang perlu dikorbankan lagi sebagai biaya keterlibatannya dalam

kesepakatan liberalisasi perdagangan karena semua tarif bea masuk ke negaranya telah mencapai

angka nol untuk semua komoditas.

2. Thailand ialah negara anggota ASEAN yang masih memiliki struktur tariff impor yang tinggi dan

beragam. Hal ini mengindikasikan bahwa Thailand masih sangat protektif terhadap pasar

domestiknya. Kondisi ini diikuti oleh dua negara ASEAN lainnya yaitu Cambodia dan Vietnam.

3. Secara bilateral, Cambodia dan Lao PDR pun telah memiliki tarif impor nol. Cambodia

mengenakan tarif nol untuk semua komoditas yang diimpor dari Lao PDR. Begitu pun sebaliknya,

Lao PDR mengenakan tarif nol untuk semua komoditas yang diimpor dari Cambodia.

4. Negara ASEAN sisanya bisa dikategorikan sebagai negara yang moderat dalam struktur tarif

impornya dan Indonesia termasuk yang cukup liberal di antara mereka.

Gambaran komparasi tarif impor antarnegara ASEAN tersebut di atas sangat bermanfaat sebagai data

awal untuk membaca hasil simulasi yang akan disajikan dalam bagian berikutnya.

Hasil Simulasi CGE GTAP8

Untuk melihat dampak liberalisasi perdagangan dalam skema AFTA dilakukan dua simulasi:

Page 62: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

61

1. Liberalisasi penuh terjadi di negara-negara ASEAN5 (Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore

dan Thailand); dan

2. Liberalisasi penuh terjadi di seluruh negara ASEAN.

Hasil dua simulasi tersebut dengan Model CGE GTAP disajikan dalam beberapa tabel yang

merepresentasikan berbagai aspek, yaitu:

1. Dampak terhadap arus perdagangan agregat (nasional), yang terdiri atas persentase perubahan

nilai ekspor dan impor, nominal perubahan neraca perdagangan (trade balance), dan persentase

perubahan term of trade.10

2. Dampak terhadap PDB dan investasi, yang terdiri atas persentase perubahan GDP baik dalam

besaran nominal atau pun harga, nominal perubahan pada equivalent variation,11

dan persentase

perubahan investasi.

3. Dampak terhadap kesejahteraan rumah tangga yang direpresentasikan oleh persentase perubahan

pendapatan faktor, persentase perubahan pendapatan rumah tangga dan persentase perubahan

tingkat harga konsumsi.

4. Dampak terhadap rasio pendapatan faktor terhadap inflasi yang didetailkan ke dalam persentase

perubahan tanah, tenaga kerja tidak terampil (unskill labour), tenaga kerja terampil (skill labour),

modal, dan sumber daya alam (natural resources).

5. Dampak terhadap ekspor dan impor sektoral dalam persentase perubahan.

Dari Tabel 5.10 terlihat bahwa hasil simulasi liberalisasi penuh di ASEAN5 dan di

keseluruhan ASEAN menunjukkan bahwa memiliki dampak positif terhadap peningkatan volume

perdagangan Indonesia, baik ekspor maupun impor mengalami kenaikan. Namun demikian

persentase perubahan kenaikan impor lebih tinggi daripada persentase perubahan kenaikan ekspor.

Hal ini mengakibatkan dampak negatif dalam neraca perdagangan (trade balance) Indonesia. Selain

itu, simulasi liberalisasi di ASEAN5 dan ASEAN mengakibatkan penurunan term of trade Indonesia.

Sebagaimana diduga sebelumnya dalam pembahasan kondisi komparatif tarif impor

antarnegara di ASEAN, Singapore menangguk keuntungan yang paling maksimal dari perjanjian

liberalisasi perdagangan yang akan terjadi. Hal ini mengingat Singapore telah memiliki tariff nol

untuk semua komoditas, artinya tidak ada biaya pengorbanan lagi yang dilakukan oleh Singapore

dalam proses liberalisasi. Hasil simulasi mendukung argumentasi ini. Singapore mengalami dampak

positif yang ditunjukkan dengan peningkatan volume perdagangan baik ekspor dan impor,

peningkatan neraca perdagangan dan bahkan term of trade-nya.

10

Terms of trade (TOT) ialah (harga barang ekspor/harga barang impor) atau dengan kata lain peningkatan

TOT suatu negara (kenaikan rasio) mengindikasikan sesuatu yang baik dalam pengertian bahwa Negara

tersebut mampu membeli barang impor lebih banyak untuk tingkat ekspor tertentu. 11

Equivalent variation ialah sejumlah tambahan pendapatan yang diperlukan untuk mempertahankan level

utilitas tertentu ketika terjadi perubahan ekonomi.

Page 63: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

62

Tabel 5.10 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN terhadap Arus Perdagangan

Value of exports Value of imports at

world price Trade balance X-M Term of Trade

(%-change) (%-change) (US$ mill-change) (%-change)

ASEAN5 ASEAN ASEAN5 ASEAN ASEAN5 ASEAN ASEAN5 ASEAN

Indonesia 0.947 1.046 1.410 1.550 -292.5 -314.6 -0.012 -0.007

Malaysia 0.581 0.660 1.050 1.160 -400.0 -405.0 0.045 0.060

Philippines 0.587 0.604 0.988 1.000 -225.6 -220.5 0.049 0.047

Singapore 1.034 1.199 1.062 1.252 471.9 510.6 0.825 0.880

Thailand 0.706 1.021 1.359 1.778 -762.7 -824.1 0.013 0.101

Cambodia -0.003 1.600 -0.011 3.759 0.5 -137.8 -0.032 -0.245

LaoPDR -0.131 1.560 -0.162 3.379 0.7 -32.7 -0.144 0.293

Vietnam -0.036 0.817 -0.069 1.285 24.9 -381.2 -0.132 -0.031

SEAsia -0.032 0.460 -0.074 1.152 1.9 -35.6 -0.085 -0.076

India -0.053 -0.057 -0.049 -0.058 19.9 34.3 -0.049 -0.063

Japan -0.038 -0.033 -0.112 -0.125 490.4 622.7 -0.072 -0.087

EU_25 -0.009 -0.008 -0.013 -0.015 222.2 444.4 -0.008 -0.011

Oceania -0.046 -0.050 -0.064 -0.078 41.7 64.1 -0.037 -0.047

EastAsia -0.039 -0.063 -0.045 -0.073 -52.9 -75.5 -0.030 -0.042

SouthAsia -0.006 0.001 -0.019 -0.023 12.6 19.2 -0.030 -0.041

NAmerica -0.010 -0.007 -0.019 -0.023 339.8 513.8 -0.011 -0.014

LatinAmer -0.007 -0.004 -0.013 -0.015 26.8 55.5 -0.005 -0.006

MENA 0.000 0.008 -0.001 0.005 3.6 8.7 0.004 0.016

SSA -0.008 -0.003 -0.013 -0.010 13.8 21.1 -0.007 -0.001

RestofWorld -0.007 -0.001 -0.012 -0.009 63.0 132.6 0.005 0.015

Sumber: Hasil Simulasi CGE GTAP8

Secara garis besar, hasil simulasi tersebut di atas mengindikasikan perlunya Indonesia tetap

selektif didalam melakukan liberalisasi tarif perdagangan internasionalnya. Dengan membuka

liberalisasi seluas-luasnya untuk komoditas yang Indonesia memiliki keunggulan nilai tukar dagang

(term of trade) dengan negara lain di ASEAN dan tetap protektif terhadap komoditas yang kurang

unggul, atau komoditas yang sangat dibutuhkan dalam pasar domestik tetapi memiliki daya saing

yang relatif rendah dibanding dengan komoditas yang sama yang diproduksi oleh Negara ASEAN

lainnya. Namun demikian, informasi terkait hal ini perlu dielaborasi secara detail dan komprehensif

untuk setiap produk/komoditasnya.

Tabel 5.11 menyajikan dampak liberalisasi penuh terhadap PDB dan investasi. Dari tabel

tersebut terlihat bahwa liberalisasi mampu meningkatkan PDB Indonesia, walaupun angka persentase

kenaikannya jauh lebih kecil dibanding negara-negara ASEAN5 lainnya selain Philippines baik

untuk simulasi liberalisasi penuh di ASEAN5 maupun di ASEAN keseluruhannya. Sementara itu

hasil simulasi dampak terhadap investasi menunjukkan bahwa dampak persentase perubahan

investasi di Indonesia walaupun positif (mengalami kenaikan), namun besarannya terkecil dibanding

negara ASEAN5 lainnya untuk liberalisasi penuh di level ASEAN5 dan terkecil dibanding negara

Page 64: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

63

ASEAN lainnya ketika liberalisasi terjadi di level ASEAN secara keseluruhan. Hal ini

mengindikasikan bahwa Indonesia secara global mendapat manfaat terkecil atas liberalisasi yang

terjadi baik di ASEAN5 maupun di ASEAN secara keseluruhan. Hasil ini memerlukan elaborasi

lanjut untuk mengetahui faktor-faktor penyebabnya.

Tabel 5.11 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN terhadap PDB dan Investasi

Change in value of

GDP Change in GDP price

index Equivalent Variation

Investment levels to endowment stock

(%-change) (%-change) (US$ mill-change) (%-change)

ASEAN5 ASEAN ASEAN5 ASEAN ASEAN5 ASEAN ASEAN5 ASEAN

Indonesia 0.086 0.103 0.028 0.041 258.8 279.1 0.379 0.403

Malaysia 0.204 0.241 -0.013 0.012 634.2 685.4 1.742 1.840

Philippines 0.080 0.108 0.030 0.059 114.8 110.4 1.177 1.162

Singapore 1.809 1.936 1.791 1.917 1572.5 1680.4 1.841 1.955

Thailand 0.340 0.530 0.092 0.235 702.7 960.6 1.729 2.007

Cambodia -0.034 -1.531 -0.025 -1.861 -2.5 8.0 -0.048 8.406

LaoPDR -0.195 0.366 -0.189 0.238 -2.6 9.5 -0.077 2.494

Vietnam -0.258 -0.233 -0.253 -0.359 -81.5 44.8 -0.155 1.443

SEAsia -0.043 -0.254 -0.041 -0.477 -8.7 78.5 -0.137 0.873

India -0.031 -0.043 -0.025 -0.036 -206.4 -257.4 -0.020 -0.027

Japan -0.075 -0.086 -0.072 -0.083 -615.1 -742.3 -0.064 -0.079

EU_25 -0.006 -0.009 -0.006 -0.008 -529.7 -725.3 -0.008 -0.014

Oceania -0.038 -0.046 -0.036 -0.043 -95.7 -122.7 -0.022 -0.033

EastAsia -0.029 -0.042 -0.026 -0.039 -586.7 -846.0 -0.015 -0.022

SouthAsia -0.019 -0.028 -0.017 -0.025 -28.6 -38.7 -0.018 -0.027

NAmerica -0.010 -0.013 -0.010 -0.013 -309.7 -425.3 -0.010 -0.015

LatinAmer -0.007 -0.009 -0.007 -0.009 -21.6 -27.2 -0.006 -0.011

MENA 0.007 0.018 0.008 0.018 14.4 47.1 0.002 0.005

SSA -0.006 -0.002 -0.005 -0.001 -24.1 -2.4 -0.010 -0.012

RestofWorld 0.001 0.007 0.001 0.008 95.3 287.2 -0.004 -0.005

Sumber: Hasil Simulasi CGE GTAP8

Sementara itu, hasil simulasi dampak terhadap kesejahteraan sebagaimana dalam tabel 5.12

menunjukkan hasil yang positif. Walaupun terdapat tendensi kenaikan harga-harga barang konsumsi

namun baik pendapatan faktor (tenaga kerja dan modal) maupun pendapatan rumah tangga

(household income) mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa liberalisasi perdagangan

mengakibatkan kenaikan kesejahteraan rumah tangga. Namun lagi-lagi dampak terhadap Indonesia

relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan negara ASEAN5 lainnya. Benefit tambahan

kesejahteraan bisa merupakan bentuk kombinasi atas tiga komponen: penurunan harga komoditas

konsumsi, kenaikan pendapatan faktor, dan kenaikan pendapatan rumah tangga. Malaysia merupakan

contoh kasus yang mendapat tiga benefit tersebut sekaligus baik dalam simulasi liberalisasi ASEAN5

maupun ASEAN. Namun beberapa negara lain hanya mendapatkan kombinasi atas dua atau bahkan

satu dari tiga komponen benefit tersebut.

Page 65: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

64

Tabel 5.12 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN terhadap Kesejahteraan

factor income at market

prices net of depr. household

income price index for private

consumption exp

(%-change) (%-change) (%-change)

ASEAN5 ASEAN ASEAN5 ASEAN ASEAN5 ASEAN

Indonesia 0.296 0.321 0.095 0.110 0.018 0.018

Malaysia 0.678 0.737 0.255 0.294 -0.199 -0.208

Philippines 0.352 0.381 0.097 0.125 -0.022 0.014

Singapore 2.021 2.163 1.944 2.080 0.980 1.051

Thailand 0.980 1.198 0.420 0.629 0.136 0.214

Cambodia -0.039 3.212 -0.040 -1.534 -0.007 -1.794

LaoPDR -0.197 2.385 -0.202 0.435 -0.141 0.376

Vietnam -0.345 1.084 -0.283 -0.237 -0.174 -0.393

SEAsia -0.050 0.164 -0.048 -0.240 -0.020 -0.655

India -0.033 -0.047 -0.033 -0.046 -0.017 -0.025

Japan -0.081 -0.094 -0.078 -0.090 -0.060 -0.068

EU_25 -0.007 -0.011 -0.007 -0.010 -0.002 -0.003

Oceania -0.040 -0.049 -0.040 -0.048 -0.028 -0.032

EastAsia -0.030 -0.045 -0.030 -0.045 -0.016 -0.025

SouthAsia -0.020 -0.030 -0.020 -0.030 -0.008 -0.013

NAmerica -0.010 -0.014 -0.010 -0.013 -0.008 -0.010

LatinAmer -0.007 -0.009 -0.007 -0.009 -0.006 -0.007

MENA 0.009 0.021 0.008 0.020 0.007 0.013

SSA -0.007 -0.002 -0.006 -0.001 -0.002 0.000

RestofWorld 0.002 0.008 0.001 0.007 0.000 0.003

Sumber: Hasil Simulasi CGE GTAP8

Lebih detail terkait pendapatan faktor (factor income) dirinci dalam komponen tanah (Land),

tenaga kerja tidak terdidik (UnSkLab), tenaga kerja terdidik (SkLab), modal (Capital), dan sumber

daya alam (NatRes) disajikan dalam tabel 5.13. Dari tabel terlihat hanya tiga komponen yang

dampaknya positif bagi Indonesia, yaitu tenaga kerja baik terdidik atau pun tidak terdidik dan modal.

Sementara dampak terhadap pendapatan dari faktor produksi tanah dan sumber daya alam negatif.

Hal ini mengindikasikan bahwa liberalisasi perdagangan menurunkan return pendapatan dari

tanah dan dari sumber daya alam. Kemungkinannya ialah untuk barang-barang komoditas Indonesia

yang dominan faktor tanah dan sumber daya alamnya mengalami penurunan daya saing sehingga

kalah bersaing dengan komoditas sejenis dari negara-negara mitra dagang Indonesia. Untuk

memastikannya perlu penelusuran ke informasi yang lebih detail terhadap komoditas primer

(pertanian dan pertambangan) di Indonesia dan negara mitra yang memiliki komoditas sejenis.

Page 66: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

65

Tabel 5.13 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN terhadap Rasio Pendapatan Faktor/Inflasi

Land UnSkLab SkLab Capital NatRes

(%-change) (%-change) (%-change) (%-change) (%-change)

ASEAN5 ASEAN ASEAN5 ASEAN ASEAN5 ASEAN ASEAN5 ASEAN ASEAN5 ASEAN

Indonesia -0.217 -0.556 0.317 0.361 0.299 0.350 0.306 0.359 -0.431 -0.471

Malaysia 0.274 0.097 0.818 0.880 0.750 0.811 0.876 0.958 -0.532 -0.535

Philippines -2.562 -2.280 0.395 0.386 0.371 0.349 0.484 0.459 0.066 0.039

Singapore 2.790 8.637 0.936 1.003 0.764 0.816 0.887 0.942 -1.144 -0.696

Thailand 3.437 2.774 0.645 0.776 0.513 0.641 0.619 0.762 -1.124 -0.759

Cambodia -0.160 4.295 -0.014 4.584 -0.008 4.585 0.000 4.973 -0.111 -5.355

LaoPDR 0.064 2.234 -0.062 1.591 0.002 1.699 -0.060 1.580 -0.532 2.128

Vietnam -1.769 0.143 -0.099 1.474 -0.038 1.359 -0.017 1.518 0.806 0.158

SEAsia 0.070 0.714 -0.041 0.793 -0.039 0.844 -0.050 0.767 0.069 0.720

India -0.061 -0.096 -0.012 -0.016 -0.007 -0.008 -0.011 -0.014 0.048 0.095

Japan 0.078 0.089 -0.016 -0.020 -0.017 -0.022 -0.017 -0.021 0.027 0.017

EU_25 -0.005 0.008 -0.008 -0.010 -0.006 -0.008 -0.004 -0.006 0.025 0.064

Oceania -0.014 -0.025 -0.015 -0.021 -0.013 -0.019 -0.011 -0.015 0.128 0.213

EastAsia -0.017 -0.042 -0.013 -0.018 -0.012 -0.016 -0.012 -0.015 -0.006 -0.014

SouthAsia -0.006 -0.021 -0.010 -0.014 -0.012 -0.016 -0.011 -0.014 -0.055 -0.050

NAmerica -0.024 -0.022 -0.003 -0.005 -0.002 -0.003 -0.003 -0.004 0.051 0.104

LatinAmer -0.031 -0.036 -0.003 -0.005 -0.001 -0.002 -0.002 -0.004 0.063 0.120

MENA -0.001 -0.014 -0.003 -0.005 -0.001 0.000 -0.002 -0.001 0.030 0.083

SSA -0.088 -0.085 -0.011 -0.013 -0.004 -0.005 -0.005 -0.005 0.070 0.120

RestofWorld -0.030 -0.031 -0.005 -0.008 -0.002 -0.003 -0.002 -0.003 0.075 0.151

Sumber: Hasil Simulasi CGE GTAP8

Tabel 5.14 dan 5.15 akan merinci dampak ekspor dan impor sektoral untuk industri/komoditas

dalam perekonomian Indonesia sebagai akibat liberalisasi di level ASEAN5. Sementara table 5.16

dan 5.17 akan menyajikan hasil simulasi dampak jika liberalisasi diperluas ke level ASEAN. Namun

karena keterbatasan tempat penyajian dan untuk mempermudah analisis hanya akan disajikan untuk

industri/komoditas untuk urutan 10 sektor yang mengalami dampak positif terbesar dan 10 sektor

yang mengalami dampak negatif terbesar bagi Indonesia baik di sisi ekspor maupun impor.

Sementara hasil simulasi untuk negara lain digunakan sebagai pembanding. Walaupun tidak

mewakili keseluruhan cerita tapi setidaknya telah menyajikan gambaran terhadap hal-hal yang

membutuhkan perhatian. Dari kondisi ini bisa ditarik benang merah kebijakan pendukung yang

dibutuhkan.

Dari Tabel 5.14 misalnya dapat kita lihat bahwa liberalisasi perdagangan di ASEAN5

mengakibatkan ekspor paddy rice, motor vehicles and parts, sugar cane, sugar beet, dan beverages

and tobacco products meningkat signifikan – dengan angka kenaikan di atas 10%. Hal ini diikuti

oleh peringkat berikutnya yaitu untuk peringkat ke-6 sampai dengan ke-10 dengan nilai kenaikan di

bawah 10% untuk komoditas diary products, metal products, cereal grains nec., transport

Page 67: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

66

equiptment nec., crops nec., dan oil seeds. Dari tabel tersebut terlihat bahwa Indonesia mendapat

manfaat dengan kenaikan ekspor beberapa komoditas yang cukup tinggi, sementara hanya beberapa

komoditas yang mengalami penurunan ekspor dan itu pun dalam persentasi kenaikan yang relatif

rendah.

Tabel 5.14 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN5 terhadap Ekspor Sektoral (% change)

INA MAL PHI SIN THA CAM LAO VIE SEA

Paddy rice 29.16 21.39 15.02 -12.35 -11.09 -48.59 2.05 14.21 0.46

Motor vehicles and parts 15.56 6.45 23.61 47.83 4.93 -0.60 -4.48 -0.57 -0.35

Sugar cane, sugar beet 11.63 -9.77 5.45 -7.19 -16.98 -1.84 0.89 4.77 -0.07

Beverages and tobacco products 10.02 10.66 39.86 20.26 2.26 -0.40 -0.01 -1.78 -2.27

Dairy products 9.46 2.40 4.48 -1.39 0.25 -0.98 1.28 1.91 -0.08

Metal products 5.67 7.14 3.30 32.54 -0.01 -0.03 -2.57 -0.15 -2.61

Cereal grains nec 4.66 0.04 2.74 -2.59 -1.72 0.56 0.62 1.56 0.39

Transport equipment nec 3.72 -0.07 -1.71 -3.75 2.44 -0.29 0.05 0.33 0.18

Crops nec 3.65 4.24 24.40 3.19 4.75 -0.43 0.20 1.39 -3.72

Oil seeds 3.35 0.20 2.99 6.23 -2.29 0.03 0.30 1.44 -0.07

PubAdmin/Defence/Health/Educat -0.79 -1.56 -1.05 -5.25 -2.00 0.03 0.60 0.56 0.16

Recreation and other services -0.79 -1.29 -0.95 -3.40 -1.03 0.06 0.79 0.59 0.18

Wheat -0.80 1.80 1.57 -6.99 -3.80 0.06 -0.11 0.76 0.10

Water -0.84 -2.26 -1.66 -7.89 -2.96 0.06 1.32 0.99 0.35

Wood products -0.92 -0.48 -0.29 13.77 -0.07 0.01 -2.69 0.46 -0.88

Insurance -1.01 -1.87 -1.37 -4.08 -2.50 0.05 0.74 0.47 0.22

Communication -1.03 -2.02 -1.13 -6.59 -2.42 0.08 0.68 0.63 0.27

Financial services nec -1.07 -2.08 -1.26 -3.73 -2.40 0.04 0.77 0.68 0.24

Gas manufacture, distribution -1.25 -2.75 -1.30 -0.89 -3.17 -0.14 1.47 1.00 0.39

Meat products nec -1.32 0.05 5.57 19.74 -5.37 0.29 1.29 2.74 0.16

Sumber: Hasil Simulasi CGE GTAP8

Sementara itu, Tabel 5.15 menyajikan hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan di

ASEAN5 terhadap impor sektoral/komoditas. Dari tabel dapat terlihat bahwa Indonesia mengalami

kenaikan yang cukup signifikan untuk impor beverages and tobacco products, sugar, processed rice,

metal products, dan motor vehicles and parts. Selain itu, ada yang menonjol dari penurunan impor

yaitu untuk komoditas sugar cane, sugar beet yang turun sampai dengan 11,93%.

Dengan membandingkan Tabel 5.14 dengan Tabel 5.15 dapat diketahui bahwa: (1) liberalisasi

perdagangan di level ASEAN5 memberikan dampak yang sangat baik bagi komoditas sugar cane,

sugar beet yang tidak hanya mengalami kenaikan ekspor 10.02% tetapi juga mengalami penurunan

impor yang sangat signifikan, yaitu sebesar 11.93%. Kondisi yang sama dialami oleh komoditas oil

seeds, dan paddy rice dengan magnitude perubahan yang lebih kecil. Kondisi ini secara tidak

langsung menunjukkan bahwa komoditas ini memiliki keunggulan daya saing dibandingkan dengan

negara lain. (2) Beberapa komoditas mengalami kenaikan baik dari sisi ekspor maupun impor dengan

Page 68: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

67

persentase kenaikan ekspor lebih besar dibandingkan dengan persentasi kenaikan impor, yaitu:

beverages and tobacco products, motor vehicles and parts, dan metal products.

Tabel 5.15 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN5 terhadap Impor Sektoral (% change)

INA MAL PHI SIN THA CAM LAO VIE SEA

Beverages and tobacco products 8.85 8.97 0.76 1.02 12.24 0.03 -0.34 -0.22 0.01

Sugar 8.46 0.62 34.36 4.00 5.66 -1.00 -0.22 -2.04 -2.34

Processed rice 6.58 18.08 13.51 1.07 4.33 -3.44 -2.21 -4.48 -2.85

Metal products 4.89 6.05 2.23 4.14 4.02 -0.20 -0.18 -0.09 -0.09

Motor vehicles and parts 4.74 1.92 4.75 3.71 4.99 0.19 -0.03 -0.15 0.05

Food products nec 3.58 1.24 1.63 2.05 1.88 -0.03 -0.42 -0.10 -0.27

Chemical,rubber,plastic prods 3.51 3.85 0.63 4.90 3.43 0.04 0.02 -0.15 -0.07

Manufactures nec 3.06 3.22 1.34 1.03 3.16 -0.10 -0.35 -0.05 -0.37

Mineral products nec 2.43 0.93 1.92 2.43 3.61 -0.15 -0.40 -0.37 -0.38

Wood products 2.20 1.18 2.91 2.74 3.94 -0.16 -0.73 -0.05 -0.81

Paddy rice -0.04 69.09 -3.91 0.79 9.27 4.73 -5.72 -9.63 4.15

Cereal grains nec -0.06 0.54 0.46 0.73 0.84 -1.08 -0.91 -0.30 -0.32

Air transport -0.07 0.08 -0.04 0.39 0.32 -0.01 -0.22 -0.02 -0.06

Wool, silk-worm cocoons -0.07 1.88 -0.19 0.72 5.34 0.08 0.41 -1.57 -0.09

Sea transport -0.08 0.68 0.19 -0.48 -0.05 0.00 -0.22 -0.03 -0.08

Oil seeds -0.15 0.46 -0.75 0.78 -0.21 -1.28 -0.82 0.17 -0.07

Gas -0.16 0.55 1.91 1.00 -0.10 -0.02 16.35 0.80 -0.19

Coal -0.19 0.46 0.33 1.13 0.36 -0.03 0.02 -0.40 -1.37

Oil -0.64 1.63 0.17 2.41 -0.27 0.02 0.71 -0.01 -0.28

Sugar cane, sugar beet -11.93 4.31 -2.72 1.25 3.94 0.88 -0.51 -2.53 -1.48

Sumber: Hasil Simulasi CGE GTAP8

Tabel 5.16 dan Tabel 5.17 menyajikan hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan secara

penuh di level ASEAN. Hasilnya menunjukkan pola yang hampir sama dengan hasil simulasi

dampak liberalisasi perdagangan di level ASEAN5 sebagaimana disajikan dalam Tabel 5.14 dan

Tabel 5.15 di atas. Perbedaan yang menonjol yang perlu dicatat ialah bahwa terjadi peningkatan yang

signifikan dari impor processed rice dari adanya perluasan liberalisasi perdagangan dari level

ASEAN5 menjadi keseluruhan ASEAN, yaitu dari 6,58% menjadi 17,33%. Hal yang menarik

lainnya ialah kenaikan besaran ekspor dan sekaligus penurunan besaran impor untuk komoditas sugar

cane, sugar beet, dan paddy rice yang lebih besar persentasenya dengan adanya perluasan level

liberalisasi perdagangan dari ASEAN5 ke keseluruhan ASEAN.

Beberapa hal tersebut di atas merupakan temuan yang menarik atas hasil simulasi dampak

liberalisasi perdagangan di level ASEAN5 dan keseluruhan ASEAN jika dilihat dari sisi

sektoral/komoditas yang diperdagangkan antarnegara utama diantara negara-negara di kawasan

ASEAN.

Page 69: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

68

Tabel 5.16 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN terhadap Ekspor Sektoral (% change)

INA MAL PHI SIN THA CAM LAO VIE SEA

Paddy rice 25.18 32.85 13.04 -19.22 -9.97 45.44 -20.50 -0.44 0.22

Motor vehicles and parts 18.25 6.79 24.22 51.88 5.78 22.46 192.49 3.46 4.96

Sugar cane, sugar beet 12.11 -9.94 4.92 -11.88 -17.35 10.13 -5.67 1.80 3.58

Beverages and tobacco products 10.62 24.60 41.99 36.97 4.29 3.45 -4.49 6.32 15.88

Dairy products 9.88 4.02 5.30 3.06 3.49 34.27 -11.36 2.20 7.18

Metal products 6.22 7.40 3.37 33.00 0.60 25.48 37.11 3.54 17.58

Cereal grains nec 4.74 -0.36 0.90 -4.46 -1.20 27.58 13.59 -0.23 1.72

Crops nec 4.44 4.11 27.53 11.39 5.68 70.45 -2.79 -0.29 9.24

Oil seeds 3.89 0.09 2.57 4.03 2.94 42.09 30.28 11.50 1.77

Transport equipment nec 3.87 0.02 -1.85 -3.80 10.17 27.93 72.40 5.83 2.22

Business services nec -0.87 -1.68 -1.18 -5.34 -2.42 -1.18 -5.10 -1.87 0.22

Recreation and other services -0.93 -1.45 -1.01 -3.64 -1.58 -2.80 15.53 -1.95 1.09

PubAdmin/Defence/Health/Educat -0.94 -1.74 -1.12 -5.62 -2.71 -1.01 -1.10 -1.47 0.30

Water -1.06 -2.53 -1.73 -8.43 -4.03 10.88 -3.60 -3.13 0.06

Wood products -1.07 -0.58 -0.31 15.90 0.89 -8.32 -1.65 -1.05 7.73

Insurance -1.17 -2.07 -1.42 -4.37 -3.28 -1.65 -5.86 -1.53 -0.04

Communication -1.20 -2.22 -1.17 -7.03 -3.18 -9.22 -4.08 -2.24 -0.17

Financial services nec -1.25 -2.31 -1.31 -4.00 -3.17 -3.30 -6.41 -2.69 -0.16

Gas manufacture, distribution -1.45 -3.02 -1.36 -1.04 -4.23 -0.07 -5.17 -3.78 -0.15

Meat products nec -1.50 0.02 7.16 21.81 -5.15 -4.42 -14.18 -0.53 8.95

Sumber: Hasil Simulasi CGE GTAP8

Tabel 5.17 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN terhadap Impor Sektoral (% change)

INA MAL PHI SIN THA CAM LAO VIE SEA

Processed rice 17.33 28.08 12.21 1.43 6.30 14.86 10.56 7.73 -2.57

Beverages and tobacco products 9.11 9.11 0.81 1.16 12.90 3.53 9.23 9.26 19.96

Sugar 8.52 0.68 34.33 4.34 6.21 3.03 0.81 22.33 -3.39

Coal 8.09 0.50 0.34 1.21 0.64 1.92 8.58 0.73 0.89

Metal products 5.08 6.39 2.23 4.43 4.64 5.92 2.66 1.11 -0.53

Motor vehicles and parts 4.81 2.01 4.81 4.00 5.57 6.28 4.18 1.34 4.78

Food products nec 3.64 1.25 1.69 2.53 2.39 13.60 6.74 2.31 6.09

Chemical,rubber,plastic prods 3.56 3.92 0.67 4.96 3.63 3.51 1.16 0.61 0.79

Manufactures nec 3.14 3.38 1.39 1.16 3.96 2.49 4.87 0.94 4.80

Mineral products nec 2.54 1.09 1.95 2.59 4.53 9.09 3.27 3.96 1.21

Gas -0.03 1.07 2.23 1.08 0.63 -9.63 -47.87 -68.95 1.07

Sea transport -0.04 0.87 0.22 -0.49 -0.12 -5.01 0.50 -0.87 -0.24

Animal products nec -0.04 1.65 -0.18 0.69 0.81 5.05 9.31 -0.08 0.45

Raw milk -0.10 0.87 -1.75 0.64 2.47 -2.92 -0.85 -0.12 -0.14

Cereal grains nec -0.11 0.44 0.60 1.34 13.83 0.85 3.51 -0.02 -0.93

Wool, silk-worm cocoons -0.17 1.93 -0.19 0.82 5.08 0.54 -2.43 0.02 0.14

Oil seeds -0.21 0.69 -0.73 1.43 1.09 12.43 12.73 1.61 -0.55

Oil -0.66 4.38 0.20 3.06 1.32 -10.45 -1.64 0.20 -0.58

Paddy rice -2.42 90.77 -2.99 1.70 14.36 22.36 25.85 1.07 6.43

Sugar cane, sugar beet -12.24 4.07 -2.47 2.21 3.88 -5.60 2.48 -2.73 -4.02

Sumber: Hasil Simulasi CGE GTAP8

Page 70: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

69

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Dari berbagai uraian tersebut di atas, baik yang berupa analisis deskriptif terhadap data

perkembangan ekspor-impor Indonesia, komposisi dan struktur tarif impor negara-negara di ASEAN,

dan simulasi dampak liberalisasi perdagangan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Liberalisasi perdagangan di negara-negara ASEAN yang dimulai sejak tahun 2003 mampu

meningkatkan volume perdagangan Indonesia yang ditunjukkan dengan peningkatan yang lebih

dari dua kali lipat baik volume ekspor atau pun impor untuk periode 2003–2010.

2. Secara global kinerja neraca perdagangan Indonesia-ASEAN menunjukkan penurunan. Hal ini

ditunjukkan dengan trade balance yang turun drastis, bahkan mengarah ke defisit semenjak

tahun 2005.

3. Proporsi berdasarkan negara tujuan ekspor Indonesia pun mengalami pergeseran. Proporsi

ekspor Indonesia ke negara ASEAN4 mengalami peningkatan dari 16.68% menjadi 19.88%.

Proporsi ekspor Indonesia ke negara lain yang mengalami peningkatan yang signifikan juga

adalah China, India dan South Korea yaitu secara berurutan dari 4,46%, 6,98%, dan 1,83% di

tahun 2000 menjadi 10,42%, 8,39%, dan 6,61%.

4. Komparasi tarif antarnegara ASEAN dalam data GTAP8 dapat ditemukan beberapa fakta

sebagai berikut: (1) Liberalisasi penuh telah terjadi di Singapore, hal ini terlihat dari fakta bahwa

semua komoditas tarif impornya telah nol. (2) Thailand ialah negara anggota ASEAN yang

masih memiliki struktur tariff impor yang tinggi dan beragam. Hal ini mengindikasikan bahwa

Thailand masih sangat protektif terhadap pasar domestiknya. Kondisi ini diikuti oleh dua negara

ASEAN lainnya yaitu Cambodia dan Vietnam. (3) Secara bilateral, Cambodia dan Lao PDR

pun telah memiliki tarif impor nol. Cambodia mengenakan tarif nol untuk semua komoditas

yang diimpor dari Lao PDR. Begitu pun sebaliknya, Lao PDR mengenakan tarif nol untuk

semua komoditas yang diimpor dari Cambodia. (4) Negara ASEAN sisanya bisa dikategorikan

sebagai negara yang moderat dalam struktur tarif impornya dan Indonesia termasuk yang cukup

liberal di antara mereka.

5. Hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan di level ASEAN5 dan keseluruhan ASEAN

menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Liberalisasi penuh di ASEAN5 dan di keseluruhan ASEAN memiliki dampak positif

terhadap peningkatan volume perdagangan Indonesia, baik ekspor maupun impor mengalami

kenaikan. Namun demikian persentase perubahan kenaikan impor lebih tinggi daripada

persentase perubahan kenaikan ekspor. Hal ini mengakibatkan dampak negatif dalam neraca

perdagangan (trade balance) Indonesia. Selain itu, simulasi liberalisasi di ASEAN5 dan

ASEAN mengakibatkan penurunan term of trade Indonesia.

Page 71: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

70

b. Hasil simulasi tersebut mengindikasikan perlunya Indonesia tetap selektif didalam

melakukan liberalisasi tarif perdagangan internasionalnya. Dengan membuka liberalisasi

seluas-luasnya untuk komoditas yang Indonesia memiliki keunggulan nilai tukar dagang

(term of trade) dengan negara lain di ASEAN dan tetap protektif terhadap komoditas yang

kurang unggul, atau komoditas yang sangat dibutuhkan dalam pasar domestik tetapi memiliki

daya saing yang relatif rendah dibanding dengan komoditas yang sama yang diproduksi oleh

Negara ASEAN lainnya.

c. Liberalisasi mampu meningkatkan PDB Indonesia, walaupun angka persentase kenaikannya

jauh lebih kecil dibanding negara-negara ASEAN5 lainnya selain Philippines baik untuk

simulasi liberalisasi penuh di ASEAN5 maupun di ASEAN keseluruhannya. Sementara itu

hasil simulasi dampak terhadap investasi menunjukkan bahwa dampak persentase perubahan

investasi di Indonesia walaupun positif (mengalami kenaikan), namun besarannya terkecil

dibanding negara ASEAN5 lainnya untuk liberalisasi penuh di level ASEAN5 dan terkecil

dibanding negara ASEAN lainnya ketika liberalisasi terjadi di level ASEAN secara

keseluruhan. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia secara global mendapat manfaat

terkecil atas liberalisasi yang terjadi baik di ASEAN5 maupun di ASEAN secara

keseluruhan.

d. Walaupun terdapat tendensi kenaikan harga-harga barang konsumsi namun baik pendapatan

faktor (tenaga kerja dan modal) maupun pendapatan rumah tangga (household income)

mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa liberalisasi perdagangan

mengakibatkan kenaikan kesejahteraan rumah tangga. Namun lagi-lagi dampak terhadap

Indonesia relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan negara ASEAN5 lainnya. Benefit

tambahan kesejahteraan bisa merupakan bentuk kombinasi atas tiga komponen: penurunan

harga komoditas konsumsi, kenaikan pendapatan faktor, dan kenaikan pendapatan rumah

tangga. Malaysia merupakan contoh kasus yang mendapat tiga benefit tersebut sekaligus baik

dalam simulasi liberalisasi ASEAN5 maupun ASEAN. Namun beberapa negara lain hanya

mendapatkan kombinasi atas dua atau bahkan satu dari tiga komponen benefit tersebut.

e. Lebih detail terkait pendapatan faktor (factor income) dirinci dalam komponen tanah (Land),

tenaga kerja tidak terdidik (UnSkLab), tenaga kerja terdidik (SkLab), modal (Capital), dan

sumber daya alam (NatRes), hanya tiga komponen yang dampaknya positif bagi Indonesia,

yaitu tenaga kerja terdidik, tenaga kerja tidak terdidik, dan modal. Sementara berdampak

negatif terhadap pendapatan dari faktor produksi tanah dan sumber daya alam.

f. Liberalisasi perdagangan di ASEAN5 mengakibatkan ekspor paddy rice, motor vehicles and

parts, sugar cane, sugar beet, dan beverages and tobacco products meningkat signifikan –

dengan angka kenaikan di atas 10%. Hal ini diikuti oleh peringkat berikutnya yaitu untuk

peringkat ke-6 sampai dengan ke-10 dengan nilai kenaikan di bawah 10% untuk komoditas

diary products, metal products, cereal grains nec., transport equiptment nec., crops nec., dan

Page 72: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

71

oil seeds. Namun mengalami kenaikan yang cukup signifikan untuk impor beverages and

tobacco products, sugar, processed rice, metal products, dan motor vehicles and parts.

Selain itu, ada yang menonjol dari penurunan impor yaitu untuk komoditas sugar cane, sugar

beet yang turun sampai dengan 11,93%.

g. Liberalisasi perdagangan di level ASEAN5 memberikan dampak yang sangat baik bagi

komoditas sugar cane, sugar beet yang tidak hanya mengalami kenaikan ekspor 10.02%

tetapi juga mengalami penurunan impor yang sangat signifikan, yaitu sebesar 11.93%.

Kondisi yang sama dialami oleh komoditas oil seeds, dan paddy rice dengan magnitude

perubahan yang lebih kecil. Kondisi ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa

komoditas ini memiliki keunggulan daya saing dibandingkan dengan negara lain. Beberapa

komoditas mengalami kenaikan baik dari sisi ekspor maupun impor dengan persentase

kenaikan ekspor lebih besar dibandingkan dengan persentasi kenaikan impor, yaitu:

beverages and tobacco products, motor vehicles and parts, dan metal products.

h. Hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan secara penuh di level ASEAN menunjukkan

pola yang hampir sama dengan hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan di level

ASEAN5. Perbedaan yang menonjol yang perlu dicatat ialah bahwa terjadi peningkatan yang

signifikan dari impor processed rice dari adanya perluasan liberalisasi perdagangan dari level

ASEAN5 menjadi keseluruhan ASEAN, yaitu dari 6,58% menjadi 17,33%. Hal yang

menarik lainnya ialah kenaikan besaran ekspor dan sekaligus penurunan besaran impor untuk

komoditas sugar cane, sugar beet, dan paddy rice yang lebih besar persentasenya.

Dengan memperhatikan poin-poin dalam kesimpulan tersebut di atas baik yang berasal dari

deskriptif analisis maupun hasil simulasi dampak, maka kami merekomendasikan kebijakan sebagai

berikut:

1. Pemerintah Indonesia harus lebih berhati-hati dan selektif dalam melanjutkan kebijakan

liberalisasi perdagangannya di level ASEAN. Hal ini mengingat bahwa Indonesia sudah relatif

lebih liberal jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain yang memiliki kemiripan

dalam struktur keunggulan komoditas dan daya saing seperti Thailand dan Malaysia.

2. Beberapa komoditas Indonesia yang bisa dan siap untuk diliberalisasi secara penuh asalkan

diperlakukan setara dengan negara ASEAN lainnya, yaitu: sugar cane, sugar beet, oil seeds, dan

paddy rice. Hal ini berdasarkan hasil simulasi yang menunjukkan bahwa ketika diliberalisasi

untuk wilayah ASEAN, komoditas-komoditas tersebut mengalami kenaikan ekspor dan sekaligus

penurunan impor.

3. Untuk beberapa komoditas yang hasil simulasinya menunjukkan bahwa liberalisasi

mengakibatkan kenaikan baik untuk ekspor dan impor yaitu untuk komoditas: beverages and

tobacco products, motor vehicles and parts, dan metal products, perlu dilihat lebih detail

klasifikasi HS-nya. Hal ini penting untuk mengetahui lebih detail unsur-unsur komoditas apa

Page 73: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

72

berdasar klasifikasi HS yang mengalami dampak kenaikan ekspor dan impor sehingga dapat

diambil kebijakan yang lebih tepat.

4. Terkait dengan produk komoditas Indonesia yang berorientasi ekspor perlu dilakukan studi

lanjutan untuk melakukan analisis daya saing dan mengukur tingkat produktivitas. Hal ini penting

tidak hanya untuk memahami peta persaingan dengan komoditas dari negara lain akan tetapi juga

menemukan formula untuk meningkatkan daya saing dengan peningkatan produktivitasnya.

Page 74: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

73

BAB VI

ASEAN-INDIA FREE TRADE AGREEMENT

PENDAHULUAN

Gambaran umum perdagangan dan investasi dalam ASEAN-India Free Trade Agreement

(AIFTA)12

Kedekatan geografis, sejarah hubungan dagang, sifat kebutuhan ekonomi yang saling melengkapi

dan kesatuan pandangan telah menciptakan ikatan yang kuat antara India dan ASEAN. India dan

ASEAN mempunyai pandangan yang sama terhadap hubungan yang multi-dimensi mencakup aspek

politik, ekonomi, energi, pertahanan, strategi, keamanan, dan budaya. Selain itu, kemajuan ekonomi

India dan pragmatisme yang berkembang dalam urusan internasional menciptakan suasana yang

kondusif bagi kerja sama regional. India Kemitraan strategis yang tumbuh antara kedua belah pihak

menjadi sangat penting bagi keamanan nasional kedua belah pihak.

Kerjasama ekonomi dan perdagangan membentuk aspek penting dari kemitraan strategis yang

tumbuh antara India dan ASEAN. Kinerja ekonomi India sejak liberalisasi reformasi ekonomi pada

tahun 1991 telah membawa perubahan yang signifikan dalam kemitraan, dan kini perekonomian

India menjadi semakin terintegrasi dengan para mitra di Asia Tenggara. Laju pertumbuhan ekonomi

India sebesar 8,5 persen pada tahun 2004 dan 2005 cukup mengesankan, diikuti dengan tingkat

pertumbuhan yang jauh lebih baik sebesar 9,4 persen pada tahun 2006. Itulah sebabnya, India telah

muncul sebagai perekonomian kedua belas terbesar ketika diukur dengan ukuran produk domestik

bruto (PDB) di tingkat pasar, dan ekonomi terbesar kelima dari segi paritas daya beli (PPP). Selain

itu, ada target besar untuk laju pertumbuhan ekonomi India di masa depan.

Perdagangan barang dua arah antara India dan ASEAN telah menunjukkan lompatan signifikan

dari $7 miliar pada 2000-01 menjadi $57 milyar pada 2010-11, yang merupakan peningkatan delapan

kali lipat dalam rentang 10 tahun (Lihat Tabel 6.1). Pangsa India dari total ekspor ASEAN meningkat

dari 7,49 persen pada tahun 1996-97 menjadi 8,27 persen pada 2010-11, sementara pangsa ASEAN

dari total ekspor India telah meningkat dari 7,08 persen pada tahun 1997-98 menjadi 10,86 persen

pada 2010-11. Dengan demikian, perdagangan dengan negara-negara anggota ASEAN mencapai

sekitar 10 persen dari perdagangan global India sehingga menjadikan ASEAN sebagai mitra dagang

keempat terbesar di India setelah Uni Eropa, Republik Rakyat China, dan Amerika Serikat.

12

Intisari dari artikel Hussain and Begum (2011) di TurkishWeekly berjudul “[Analysis] India-ASEAN Economic and Trade Partnership”

Page 75: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

74

Komoditas utama ekspor India ke ASEAN adalah produk pertanian, kimia dan produk-produk

terkait, barang teknik, tekstil, dan pakaian jadi, sementara India mengimpor makanan dan produk

terkait, bahan baku dan produk antara, dan barang-barang manufaktur. Mengingat signifikansi

ekonomi ASEAN, India masih belum menonjol sebagai mitra perdagangan utama ASEAN.

Tabel 6.1 India-ASEAN Merchandise Trade From 2000-01 to 2010-11 (in US$ millions)

Gambar 6.1 India-ASEAN Merchandise Trade From 2000-01 to 2010-11 (in US$ millions)

Dalam ASEAN, Indonesia dan Singapura adalah mitra dagang yang penting. Kedua negara

tersebut mencapai lebih dari separuh ekspor India ke ASEAN selama tahun fiskal berjalan 2010-11.

Akhir-akhir ini, ekspor India ke Malaysia dan Thailand telah meningkat secara signifikan masing-

masing dari $773.69 juta pada tahun 2001-02 menjadi $3,956.98 juta pada tahun 2010-11, dan

$633.13 juta pada tahun 2001-02 menjadi $2,792.80 juta pada 2010-11. Secara keseluruhan, dengan

pengecualian beberapa anggota baru di ASEAN, volume ekspor meningkat dari 2005-06 hingga

2008-09. Hal yang serupa dapat diamati dalam kasus impor India dari ASEAN. Utamanya, impor

India dari Indonesia dan Thailand telah meningkat lebih dari sembilan dan sepuluh kali lipat masing-

Page 76: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

75

masing selama periode 2001-02 hingga 2010-11. Selain itu, Malaysia dan Singapura telah

mengimpor dari India secara signifikan selama periode tersebut. Secara keseluruhan, Singapura tetap

menjadi pasar terbesar di ASEAN untuk ekspor barang dagang India, diikuti oleh Indonesia,

Malaysia, dan Thailand. Namun demikian,meskipun perdagangan India-ASEAN meningkat, tetapi

tidak cukup besar dibandingkan dengan angka global dan perlu ditingkatkan lebih lanjut untuk

merealisasikan potensi antara negara-negara. Tingkat volume perdagangan saat ini masih jauh di

bawah potensi yang sebenarnya. Dengan bekerja erat bersama-sama, kedua belah pihak akan dapat

memberikan kontribusi positif bagi pemulihan masing-masing dari krisis keuangan global saat ini.

Kerangka Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif (The Framework Agreement for

Comprehensive Economic Cooperation), yang ditandatangani pada tahun 2005, merupakan bagian

terpenting dari keterlibatan ekonomi India dengan ASEAN. Elemen-elemen kunci dari Kerangka

Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif meliputi perdagangan bebas atas barang, jasa, dan

investasi serta kerja sama ekonomi di daerah-daerah yang diidentifikasi. Setelah enam tahun

perundingan intensif, pada bulan Agustus 2009, India menandatangani perjanjian perdagangan bebas

barang dengan anggota ASEAN dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010. Di bawah ASEAN-

India FTA, negara-negara anggota ASEAN dan India akan menghapus tarif impor atas lebih dari 80

persen dari produk yang diperdagangkan antara tahun 2013 dan 2016. Perdagangan bebas atas barang

telah berlaku terhadap Malaysia, Singapura, Thailand, Indonesia, Vietnam, Myanmar, Laos, dan

Brunei Darussalam. Cambodia dan Filipina telah sepakat untuk segera meratifikasi. Langkah

selanjutnya dalam Kerangka Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif adalah finalisasi

negosiasi perdagangan jasa dan investasi dengan target waktu yang disepakati yaitu Maret 2011.

Perjanjian ini akan menjadi kunci pencapaian target perdagangan yang ditetapkan oleh kedua belah

pihak sebesar $70 miliar pada 2012, naik 40 persen dari $50 miliar pada 2010.

Dari grafik di atas dapat diamati bahwa ekspor India lebih kecil daripada impornya dari

ASEAN. Karena impor India dari ASEAN telah melampaui ekspornya, neraca perdagangan sebagian

besar menguntungkan bagi ASEAN selama sepuluh tahun terakhir. Tetapi aspek pentingnya adalah

bahwa volume perdagangan terus meningkat sejak tahun 2001 kecuali untuk 2009-10, yang

merupakan akibat dari krisis keuangan global. Namun, volume perdagangan telah bangkit kembali

melampaui angka US $ 50 miliar.

Selain menjadi mitra dagang, India dan ASEAN juga bermitra dalam investasi. Jumlah

investasi India di ASEAN telah mencapai $ 21,8 milyar (2004-2010), setara dengan 25 persen dari

total investasi asing India, sementara anggota ASEAN juga telah berinvestasi secara signifikan di

India. Jumlah investasi anggota ASEAN di India, tidak termasuk Brunei Darussalam, Cambodia,

Laos, selama sembilan tahun terakhir (periode April 2000 dan April 2009) mencapai $ 8,253.23 juta.

Singapura menduduki peringkat teratas diikuti oleh Malaysia dan Thailand sebagai investor ASEAN

terbesar di India (lihat Tabel 6.2). Namun, tingkat investasi yang mengalir di kedua arah tidak

Page 77: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

76

melampaui potensi yang sebenarnya. Ada target besar untuk memperluas investasi India di ASEAN

dan sebaliknya. Hal ini akan menuntut kedua belah pihak untuk menciptakan iklim yang sesuai,

sejalan dengan dibukanya area yang lebih luas untuk investasi. Proses pengambilan keputusan juga

harus ditingkatkan.

Tabel 6.2 Country-wise FDI inflows from ASEAN from April 2000 to April 2009

ASEAN-INDIA FTA

Para Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN dan India telah menandatangani Framework Agreement

on Comprehensive Economic Cooperation between ASEAN dan India pada bulan Oktober 2003.

Setelah pernah dihentikan 2 kali, perundingan perdagangan barang telah dapat diselesaikan pada

bulan Agustus 2008. Persetujuan Perdagangan Barang AIFTA ditandatangani pada Pertemuan ke-41

Tingkat Menteri Ekonomi ASEAN pada 13 Agustus 2009 di Bangkok. Sementara itu, perundingan

perdagangan jasa dan investasi akan dimulai kembali pada bulan Oktober 2009 dan ditargetkan untuk

dituntaskan pada akhir tahun 2010 sebagai sebuah Single Undertaking. Tingkat liberalisasi

perdagangan barang dalam AIFTA tidak setinggi liberalisasi perdagangan barang yang dicapai antara

ASEAN dengan mitra FTA lainnya. Namun kedua pihak sepakat untuk meningkatkan komitmen

liberalisasi melalui pr ses “review” setelah perjanjian diimplementasikan

Modalitas yang disepakati bersama oleh ASEAN dan India adalah menjadwalkan penurunan

dan penghapusan tarif terhadap 85% pos tariff atau 75% nilai impor yang tercakup dalam Normal

Track (NT) dan 10% pos tarif dalam Sensitive Track (ST) dengan rincian sebagai berikut:

1. NT-1: mencakup penghapusan bea masuk atas 71% pos tarif atau 71,71% nilai impor pada 31

Desember 2012 untuk ASEAN 5 dan India, 31 Desember 2017 untuk Philipina dan India, serta

31 Desember 2017 untuk CLMV.

2. NT-2: terdiri dari sejumlah 9% pos tarif, dimana tarif bea masuk dan produkproduknyaakan

dihapus pada 31 Desember 2015 untuk ASEAN 5 dan India,31 Desember 2018 untuk Philipina

dan India, serta 31 Desember 2020 untuk CLMV.

3. ST: terdiri dari 10% pos tarif yang dibagi kedalam tiga kategori yaitu :

Page 78: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

77

a. Penurunan bea masuk menjadi 5% pada 31 Desember 2015 untuk ASEAN 5 dan India, 31

Desember 2018 untuk Philipina dan India, serta 31 Desember 2020 untuk CLMV.

b. Penghapusan bea masuk (4% pos tarif dalam ST) pada 31 Desember 2018 untuk ASEAN 5

dan India, 31 Des 2021 untuk Philipina danIndia, serta 31 Des 2023 untuk ASEAN 6 dan

India.

c. Standstill, yaitu 50 pos tarif pada tingkat tarif 5%. Selebihnya akan diturunkan menjadi

4.5% pada saat Entry into Force, dan akan menjadi 4% pada 31 Des 2015 for ASEAN 6

dan India.

4. Spesial Products, terdiri dari:

a. Palm Oil, end rates 37.5% - CPO dan 45% - RPO dengan batas akhir India sampai dengan

31 Desember 2018.

b. Kopi, teh hitam dan lada, end rates 45%, 45%, dan 50% dengan batas akhir India sampai

dengan 31 Desember 2018.

c. Crude Petroleum (berlaku untuk Brunei) dengan penurunan bea masuk bertahap sampai

menjadi 0% pada 1 Januari 2012.

5. Highly Sensitive List (HSL), mencakup 3 kategori yang berbeda yaitu:

a. penurunan bea masuk menjadi 50%,

b. penurunan bea masuk 50%, serta

c. penurunan bea masuk 25%, pada 31 Desember 2018 untuk ASEAN5, 31 Desember 2021

untuk Philipina serta 31 Desember 2023 untuk CLMV.

6. Exclusion List (EL): terdiri dari 489 pos tarif dalam 6 digit dan mencakup5% nilai impor

perdagangan.

METODOLOGI

Untuk menganalisis dampak AIFTA terhadap perekonomian Indonesia pada bagian ini akan lebih

ditekankan pada ex-ante impact analysis. Hal ini mengingat bahwa Indonesia baru bergabung dalam

AIFTA ini pada tahun 2010, sehingga masih kesulitan untuk mendapatkan data-data yang up to date

untuk melakukan ex-post impact analysis. Metodologi yang digunakan untuk impact assessment ini

menggunakan metodologi yang disarankan oleh Asian Development Bank (ADB) dalam Plummer et

al. (2010).

Ex-ante impact analysis digunakan untuk mengevaluasi potensi dampak kelanjutan AFTA

yang akan datang. Untuk evaluasi ini digunakan pendekatan simulasi menggunakan computable

general equilibrium (CGE) model. Model yang digunakan untuk tipikal analisis ini ialah model CGE

Global Trade Analysis Project (GTAP) dengan menggunakan database terbaru GTAP versi 8 yang

baru saja release Mei 2012. Database GTAP versi 8 merupakan database yang berisi data dan

informasi perdagangan bilateral antarnegara secara lengkap termasuk informasi keterkaitan

Page 79: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

78

transportasi dan proteksi. Database ini dikompilasi dari table IO negara-negara di dunia. Database

GTAP versi 8 menggunakan data dengan tahun benchmark 2004 dan 2007 dan terdiri atas data dari

129 negara dan 57 jenis komoditas.

Namun sebelum melakukan simulasi dengan model CGE GTAP akan dielaborasi dulu

beberapa kajian sebelumnya yang mengulas berbagai potensi dampak AIFTA ini. Walaupun

beberapa kajian ini lebih diorientasikan untuk melihat dampak AIFTA ini bagi perekonomian India,

tetapi sedikit banyak tetap menyediakan dampak AIFTA terhadap perekonomian Indonesia sebagai

salah satu mitra dagang di ASEAN.

Kemudian akan dielaborasi database GTAP versi 8 ini untuk diketahui gambaran komparasi

tariff antarnegara yang dianalisis untuk tiap komoditas yang diperdagangkan. Gambaran deskriptif ini

perlu diketahui untuk mendapatkan gambaran kepentingan setiap negara dalam menegosiasikan tariff

perdagangannya.

LITERATURE REVIEW

Implementasi AIFTA dan Analisis Dampak Sektoral dari Peningkatan Integrasi Perdagangan

Barang13

Dalam ASEAN-India FTA, akses anggota blok perdagangan ke pasar India akan meningkat untuk

produk pertanian yang diproses dan setengah diproses dan barang substitusinya, yang dapat

berdampak negatif terhadap sektor pertanian India. Usaha kecil dan menengah India dalam sektor

makanan dan produk terkait pertanian lainnya, beberapa barang antara dan produk manufaktur ringan

juga cenderung menderita.

Tapi liberalisasi impor untuk barang antara akan mendorong perusahaan multinasional untuk

melakukan rasionalisasi produksi di seluruh wilayah dalam sektor peralatan transportasi, mesin,

bahan kimia dan besi & baja. Hal ini bisa mengakibatkan India masuk ke dalam integrasi yang lebih

dalam di jaringan produksi di sektor-sektor tersebut. Tidak ada keuntungan akses pasar yang

langsung untuk produsen India lainnya, karena rata-rata persentase penurunan tarif untuk produk-

produk Normal Track di Malaysia, Indonesia dan Thailand jauh lebih rendah daripada rata-rata

penurunan tarif di India. Tantangan bagi India diantaranya kebutuhan dalam hal pembangunan sektor

pertanian dan berbasis manufaktur dalam negeri dalam FTA yang ada sekarang serta mengatasi

permasalahan dalam liberalisasi sektor jasa.

13

Berdasarkan hasil studi Smitha Francis (2011) yang berjudul “The ASEAN-India Free Trade Agreement: A sectoral impact analysis of increased trade integration in goods”

Page 80: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

79

Penilaian terhadap Liberalisasi Perdagangan Barang dalam ASEAN-India FTA14

Studi ini meneliti prospek perdagangan India dengan negara-negara ASEAN dengan menganalisis

pola dan tren dalam perdagangan barang bilateral India dengan negara-negara ASEAN dan Revealed

Comparative Advantage (RCA) masing-masing pada produk yang berbeda. Hasil menunjukkan

bahwa selama tiga dekade terakhir pangsa India dalam perdagangan barang dengan negara-negara

ASEAN menunjukkan peningkatan, tetapi masih tertinggal dibandingkan dengan Japan dan China.

Pergeseran ini lebih terlihat dengan jelas dalam kasus impor. India mengalami defisit perdagangan

yang besar dan semakin memburuk dengan negara-negara ASEAN.

Rasio defisit perdagangan India terhadap untuk total perdagangan luar negeri telah mencapai

titik terendah dalam perdagangan dengan negara-negara ASEAN. Intensitas perdagangan India di

negara-negara ASEAN telah memburuk secara tajam. Ekonomi ASEAN lebih terbuka dibandingkan

dengan ekonomi India. Hasil indeks Lafay menunjukkan bahwa keunggulan komparatif India agak

minim dibandingkan negara-negara ASEAN.

Selain itu, di India peningkatan spesialisasi banyak terjadi pada barang-barang dengan

permintaan dunia yang berkembang pesat, mengisyaratkan pada kemungkinan peningkatan pangsa

India dalam perdagangan dunia di tahun-tahun mendatang. Dalam rangka memperbesar manfaat

perdagangan internasional, India perlu mempertimbangkan untuk membuka jalan bagi

penandatanganan perjanjian liberalisasi perdagangan multilateral di bawah negosiasi perdagangan

WTO putaran Doha.

Dampak India-ASEAN FTA: Analisis Lintas Negara Menggunakan Applied General

Equilibrium Modelling15

India-ASEAN Free Trade Agreement (AIFTA) mulai berlaku pada 1 Januari 2010 untuk Malaysia,

Singapura dan Thailand. Untuk negara anggota ASEAN lainnya, AIFTA akan mulai berlaku setelah

mereka telah menyelesaikan persyaratan internal. Dengan latar belakang ini, penelitian ini

menganalisis dampak dari perjanjian perdagangan bebas (FTA) di India dan negara-negara anggota

ASEAN.

Menggunakan database Global Trade Analysis Project (GTAP), dilakukan beberapa simulasi

dengan membuat beberapa skenario yang berbeda, dalam hal liberalisasi perdagangan India dengan

wilayah ASEAN. Penelitian ini menggunakan database GTAP versi 7 dan pemodelan kerangka

GTAP untuk mempelajari dampak dari liberalisasi perdagangan India-ASEAN pada variabel-variabel

14

Berdasarkan hasil penelitian Ramphul Ohlan (2012) dari Institute of Management Studies and Research Maharshi Dayanand University, Rohtak, Haryana, India yang berjudul “ASEAN-India Free Trade Agreement in Goods: An Assessment”

15 Berdasarkan hasil penelitian Sikdar and Nag (2011) yang berjudul “Impact of India-ASEAN Free Trade

Agreement: A cross-country analysis using applied general equilibrium modelling”

Page 81: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

80

ekonomi makro penting seperti output, kesempatan kerja, upah, harga dan kesejahteraan ekonomi

India dan negara-negara anggota ASEAN.

Dampak liberalisasi perdagangan pada struktur perdagangan dan perdagangan bilateral antara

India dan anggota ASEAN juga dipelajari, serta tingkat dampak penciptaan perdagangan (trade

creation) dan pengalihan perdagangan (trade diversion). Akhirnya, dengan menggabungkan fitur dari

persaingan tidak sempurna dan skala ekonomi untuk sektor manufaktur tertentu di India, penelitian

ini menyelidiki implikasi dari liberalisasi perdagangan terhadap negara-negara tertentu. Untuk

menilai kemungkinan dampak AIFTA, berbagai simulasi dilakukan untuk dua skenario berikut:

a. Ketika FTA telah diberlakukan hanya terhadap India, Malaysia, Singapura dan Thailand;

b. Ketika FTA ini diberlakukan di dengan semua negara anggota ASEAN.

Simulations Regional aggregation Sectoral

aggregation Model specification

Full

liberalization

35 sectors Perfect competition in

factors and product markets,

and production function,

subject to constant returns to

scale – this is standard

GTAP specification.

Tariff elimination for

normal track roducts,

tariff reductions for

sensitive track products

taking into account the

products in the

exclusion list as well

for India, Malaysia,

Singapore and Thailand

only

Cambodia, India, Indonesia, Lao

Pe ple’s Dem cratic Republic,

Malaysia, Myanmar, the Philippines,

Singapore, Thailand and Viet Nam,

and the rest of ASEAN (Brunei

Darussalam); the United States,

European Union and China; the rest

of West Asia (Bangladesh, Pakistan

and Sri Lanka); rest of South Asia;

and the rest of the world.

35 sectors Perfect competition in

factors and product markets,

and production function,

subject to constant returns to

scale – this is standard

GTAP specification.

Tariff elimination for

products in normal

track, tariff reductions

for the sensitive track

products taking into

account the products in

the exclusion list as

well for India and all

the 10 ASEAN

members

Cambodia, India, Indonesia, Lao

Pe ple’s Dem cratic Republic,

Malaysia, Myanmar, the Philippines,

Singapore, Thailand and Viet Nam,

and the rest of ASEAN comprising

Brunei Darussalam; China; the

European Union and the United

States; the rest of West Asia

(Bangladesh, Pakistan and Sri

Lanka); the rest of South Asia; and

the rest of the world.

35 sectors – Perfect competition in

factors and product

markets, and production

function, subject to

constant returns to scale.

– Imperfect competition in

product market and

production function,

subject to increasing

returns to scale for some

production sectors

Hasil simulasi digunakan untuk menilai dampak dari liberalisasi ini, baik pada sektor

eksternal maupun variabel makroekonomi domestik di India dan ASEAN. Simulasi juga dapat

digunakan melihat implikasi kesejahteraan dari FTA bagi negara-negara dan dampaknya terhadap

perdagangan negara-negara lain, termasuk negara-negara Asia Selatan tertentu. Hasil simulasi

menunjukkan bahwa pasca-FTA, ekspor India ke ASEAN meningkat secara substansial, dengan

akses terbesar diperoleh di Thailand, Cambodia, Vietnam, Malaysia, Filipina dan Laos. Sumber

utama impor yaitu Vietnam, diikuti oleh negara ASEAN lainnya, Filipina, Malaysia, Singapura dan

Page 82: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

81

Thailand. Namun, India mengalami kerugian kesejahteraan akibat dari dampak alokasi yang tidak

efisien (allocative inefficiency) dan neraca perdagangan yang negatif.

Tabel 6.3 Change in selected macroeconomic variables (%)

Tabel 6.4 Change in trade variables (%)

Di kawasan ASEAN, Malaysia, Singapura dan Thailand menunjukkan keuntungan

kesejahteraan yang positif dengan keuntungan terbesar diperoleh ke Singapura. Negara-negara yang

lebih kecil semua menikmati keuntungan kesejahteraan positif kecuali Cambodia, Laos dan Filipina.

Keuntungan kesejahteraan yang dinikmati oleh negara-negara ASEAN terutama disebabkan oleh

membaiknya neraca perdagangan. Hasil simulasi juga mengungkapkan bahwa seluruh dunia di luar

India dan ASEAN mengalami penurunan pangsa pasar yang signifikan di India dan ASEAN. Secara

Page 83: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

82

khusus, China terpengaruh oleh hilangnya pangsa pasar di Cambodia, India, Malaysia, Philippines,

Thailand, dan Vietnam. Dampak serupa dari FTA terlihat dalam kasus negara-negara berkembang di

Asia Selatan, terutama Bangladesh. Dengan demikian, pengalihan perdagangan (trade diversion)

terjadi di wilayah India-ASEAN sebagai hasil dari FTA.

Tabel 6.5 Total welfare and its decomposition

Hasil simulasi sektoral menunjukkan bahwa sektor atau komoditas yang mengalami

pertumbuhan ekspor tertinggi bagi India adalah sebagaimana terlihat dalam Tabel 6.6, sekaligus

informasi negara mitra ekspor India untuk komoditas tersebut. Indonesia menjadi mitra ekspor

terbesar India untuk komoditas produk mineral. Sebaliknya, pertumbuhan ekspor tertinggi

sektor/komoditas bagi negara-negara ASEAN ke India tergambar dalam Tabel 6.7. Indonesia

sebetulnya memiliki potensi peningkatan ekspor komoditas yang cukup banyak ke India, diantara

yaitu: wearing apparel; chemical, rubber and plastic; transport equipment; other crops; coal; leather

and leather product; diary products; sugar; and vegetable oil.

Page 84: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

83

Tabel 6.6 Sectors in India showing highest export growth and their destinations

Tabel 6.7 Sectors in ASEAN region showing highest export growth and their originating

countries

Page 85: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

84

ANALISIS

Bagian analisis ini akan menyajikan dua analisisi utama, yaitu: (1) analisis deskriptif komparasi tarif

impor India dari negara-negara ASEAN dan sebaliknya untuk mengetahui kondisi awal batasan-

batasan dalam perdagangan internasional antar dua mitra dagang ini, (2) analisis hasil simulasi

liberalisasi perdagangan antara India dan ASEAN dengan menggunakan Model CGE GTAP.

Komparasi Tarif ASEAN-India Menurut Data GTAP8 (2007)

Data GTAP8 merupakan database yang paling lengkap yang mampu menggambarkan keterkaitan

hubungan perdagangan antarnegara. Data GTAP8 menghimpun aktivitas transaksi perdagangan dari

129 negara di dunia dan 57 jenis komoditas. Walaupun demikian data GTAP8 memiliki tahun

benchmark 2007 (publikasi paling mutakhir pada 5 Maret 2012), relatif tertinggal namun ini data

terlengkap termutakhir yang ada. Data GTAP8 juga mengklasifikasi hanya ke dalam 57 jenis

komoditas, terlalu aggregate dibandingkan dengan klasifikasi HS yang biasa ditemukan dalam data

ekspor-impor suatu negara. Namun dengan berbagai keterbatasan kondisi tersebut data GTAP8 masih

sangat mumpuni untuk landasan analisis yang sifatnya lebih makro yang mampu memberikan

gambaran awal untuk eksplorasi lanjutan yang lebih detail dan terinci.

Eksplorasi data GTAP8 menunjukkan bahwa struktur tarif eksisting pada tahun 2007 untuk

India dari berbagai Negara ASEAN dan sebaliknya yang dipresentasikan dalam Tabel 6.8 dan Tabel

6.9. Namun untuk membuat tabel ini lebih mudah terlihat dan terakomodasi oleh ruang yang terbatas,

presentasi hanya dilakukan untuk komoditas-komoditas dalam data GTAP8 yang memiliki tariff

efektif 10% ke atas.

Dengan membandingkan Tabel 6.8 dan Tabel 6.9 maka dapat dilihat dengan mudah bahwa

India cenderung lebih protektif dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Jumlah komoditas

yang masih memiliki tarif di atas 10% untuk impor India dari negara-negara ASEAN masih jauh

lebih banyak dibanding impor negara-negara ASEAN dari India. Komoditas yang menonjol

dilindungi oleh India dari pasar komoditas asing ialah komoditas hasil pertanian dan komoditas

olahan pertanian. Hal ini tercermin dari tarif impor yang relatif tinggi. Sementara untuk komoditas

produk industrial besaran tarifnya relatif moderat.

Posisi Indonesia relatif sudah terbuka terhadap India, hanya beberapa produk yang memiliki

tariff impor dari India di atas 10%, yaitu: Motor vehicles and parts, Sugar, Rice (pady, processed),

Beverages and tobacco products, dan Wearing apparels. Sementara impor India dari Indonesia masih

relatif tertutup. Dengan kondisi awal seperti ini, liberalisasi dagang Indonesia (ASEAN) dan India

secara praduga awal dapat dikatakan akan berpotensi memberi keuntungan kepada Indonesia.

Page 86: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

85

Tabel 6.8 Struktur tarif ke INDIA dari Negara ASEAN menurut GTAP Database 8 (2007)

Commodity INDO MAL PHIL SING THAI CAMB LAO VIET RSEA

Paddy rice 0.0 0.0 0.0 0.0 80.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Wheat 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 100.0

Cereal grains nec 0.0 0.0 0.0 0.0 65.7 0.0 0.0 0.0 28.0

Vegetables, fruit, nuts 39.9 75.2 0.0 30.0 34.7 0.0 100.0 31.0 30.2

Oil seeds 30.6 30.6 0.0 0.0 30.0 30.0 0.0 46.8 35.0

Plant-based fibers 10.0 0.0 14.2 0.0 10.4 0.0 0.0 0.0 18.3

Crops nec 72.9 36.0 20.4 34.7 19.9 30.0 30.0 67.3 30.1

Cattle,sheep,goats,horses 30.0 30.0 0.0 30.0 0.0 0.0 0.0 0.0 30.0

Animal products nec 0.1 14.2 0.0 2.9 22.2 0.0 0.0 0.0 1.1

Wool, silk-worm cocoons 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 19.3

Forestry 25.7 5.0 26.2 30.0 24.2 0.0 28.6 17.2 5.0

Fishing 29.3 30.0 29.2 29.3 24.0 0.0 0.0 30.0 29.3

Coal 28.2 15.0 15.0 0.0 0.0 0.0 0.0 15.0 21.7

Minerals nec 5.1 12.7 5.7 5.0 8.8 0.0 0.0 6.3 11.7

Meat: cattle,sheep,goats,horse 0.0 0.0 0.0 29.5 15.0 0.0 0.0 0.0 29.5

Meat products nec 0.0 30.0 0.0 35.7 48.3 0.0 0.0 0.0 35.7

Vegetable oils and fats 99.6 97.6 99.7 63.6 98.0 100.0 0.0 92.4 54.2

Dairy products 34.7 54.6 0.0 34.2 44.3 0.0 0.0 0.0 34.2

Processed rice 0.0 0.0 0.0 0.0 70.8 0.0 0.0 70.0 75.0

Sugar 0.0 100.0 0.0 70.0 98.7 0.0 0.0 0.0 70.0

Food products nec 40.5 38.0 40.5 32.8 50.9 0.0 0.0 34.5 30.2

Beverages and tobacco products 57.1 89.6 34.3 87.6 45.0 0.0 0.0 41.7 87.6

Textiles 15.0 15.0 15.0 15.0 15.0 15.0 0.0 15.0 15.2

Wearing apparel 15.0 15.0 15.0 14.9 15.0 15.0 0.0 15.0 15.0

Leather products 10.5 14.5 12.3 12.4 13.6 0.0 0.0 14.5 9.9

Wood products 15.0 15.0 15.0 15.0 12.4 0.0 0.0 12.2 14.6

Paper products, publishing 9.2 14.5 15.0 15.0 12.6 0.0 0.0 15.0 5.5

Petroleum, coal products 14.9 11.8 14.7 13.6 15.0 0.0 0.0 0.0 13.6

Chemical,rubber,plastic prods 19.3 15.6 16.9 14.3 14.7 0.0 15.0 15.3 19.8

Mineral products nec 14.8 15.0 15.0 15.0 14.9 0.0 0.0 15.0 15.0

Ferrous metals 19.0 19.6 19.9 20.0 18.9 0.0 0.0 20.0 20.0

Metals nec 14.8 15.0 14.9 15.0 10.0 0.0 0.0 14.8 14.9

Metal products 15.0 15.0 15.0 15.0 12.4 0.0 0.0 15.0 15.0

Motor vehicles and parts 16.4 21.4 15.1 95.3 15.6 0.0 0.0 15.0 15.0

Transport equipment nec 13.6 14.7 14.7 3.4 14.7 0.0 0.0 15.2 3.0

Electronic equipment 7.3 2.0 0.2 0.2 4.4 0.0 15.0 14.2 0.0

Machinery and equipment nec 14.8 13.7 14.9 11.8 12.9 12.2 8.0 14.9 15.0

Manufactures nec 15.1 15.0 15.0 15.0 13.0 15.0 0.0 15.0 19.4

Tabel 6.9 Struktur tarif ke Negara ASEAN dari INDIA menurut GTAP Database 8 (2007)

Commodity INDO MAL PHIL SING THAI CAMB LAO VIET RSEA

Paddy rice 16.9 40.0 25.0 0.0 9.7 0.0 0.0 21.3 0.0

Cereal grains nec 4.3 0.0 1.7 0.0 9.1 0.0 0.0 26.2 3.3

Vegetables, fruit, nuts 6.5 0.1 18.1 0.0 38.9 0.0 0.0 33.6 0.5

Oil seeds 5.0 2.3 12.0 0.0 28.4 0.0 0.0 8.9 0.6

Crops nec 4.9 30.4 6.9 0.0 24.5 7.8 37.7 28.3 1.4

Animal products nec 1.3 0.2 2.8 0.0 3.3 15.1 0.0 1.2 5.5

Forestry 4.6 0.1 2.8 0.0 17.8 0.0 0.0 5.5 10.3

Fishing 5.0 0.2 0.0 0.0 5.7 0.0 0.0 29.6 10.6

Oil 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 11.7 5.0

Minerals nec 1.7 1.4 2.2 0.0 2.5 15.0 0.0 12.4 0.5

Meat: cattle,sheep,goats,horse 5.2 0.0 10.0 0.0 35.9 0.0 0.0 20.0 0.2

Meat products nec 5.0 4.3 30.9 0.0 10.7 0.0 0.0 24.5 2.3

Page 87: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

86

Dairy products 5.0 1.1 1.3 0.0 8.4 7.0 0.0 13.4 2.8

Processed rice 12.1 40.0 50.0 0.0 9.0 7.0 0.0 40.7 0.0

Sugar 23.3 0.0 41.6 0.0 0.0 7.0 0.0 20.4 2.7

Food products nec 5.3 1.9 7.0 0.0 7.6 7.0 30.0 21.1 8.6

Beverages and tobacco products 15.1 468.9 9.0 0.0 50.0 34.1 0.0 77.9 29.0

Textiles 7.0 11.6 8.5 0.0 5.5 7.3 10.0 24.5 5.8

Wearing apparel 14.7 13.9 14.9 0.0 50.7 35.0 0.0 38.6 1.3

Leather products 1.9 0.4 4.6 0.0 9.7 11.3 15.7 7.6 7.4

Wood products 5.6 6.9 11.1 0.0 9.8 0.0 0.0 23.2 18.9

Paper products, publishing 4.5 4.2 5.0 0.0 4.9 6.7 0.0 15.1 2.4

Petroleum, coal products 0.8 0.5 2.8 0.0 10.9 0.0 0.0 17.1 2.1

Mineral products nec 5.7 14.1 5.8 0.0 12.5 0.0 0.0 12.7 1.5

Ferrous metals 3.7 17.1 2.8 0.0 2.1 7.0 0.0 2.0 1.0

Metal products 9.6 9.3 5.8 0.0 10.8 15.6 5.0 5.7 4.2

Motor vehicles and parts 27.1 18.0 25.7 0.0 26.5 0.0 10.0 26.8 3.6

Transport equipment nec 4.2 3.1 17.0 0.0 6.1 10.2 13.5 10.3 1.3

Electronic equipment 0.6 1.2 0.2 0.0 0.3 16.7 0.0 3.3 3.1

Machinery and equipment nec 8.1 5.4 3.2 0.0 4.9 16.5 5.0 3.4 1.8

Manufactures nec 7.6 2.0 6.7 0.0 0.8 2.8 5.0 18.0 6.6

Hasil Simulasi CGE GTAP8

Untuk melihat dampak liberalisasi perdagangan dalam skema AFTA dilakukan dua simulasi:

1. Liberalisasi penuh terjadi di negara-negara ASEAN5 (Indonesia, Malaysia, Philippines,

Singapore dan Thailand) dan India; dan

2. Liberalisasi penuh terjadi di seluruh negara ASEAN dan India.

Hasil dua simulasi tersebut dengan Model CGE GTAP disajikan dalam beberapa tabel yang

merepresentasikan berbagai aspek, yaitu:

1. Dampak terhadap arus perdagangan agregat (nasional), yang terdiri atas persentase perubahan

nilai ekspor dan impor, nominal perubahan neraca perdagangan (trade balance), dan persentase

perubahan term of trade.

2. Dampak terhadap PDB dan investasi, yang terdiri atas persentase perubahan GDP baik dalam

besaran nominal atau pun harga, nominal perubahan pada equivalent variation, dan persentase

perubahan investasi.

3. Dampak terhadap kesejahteraan rumah tangga yang direpresentasikan oleh persentase perubahan

pendapatan faktor, persentase perubahan pendapatan rumah tangga dan persentase perubahan

tingkat harga konsumsi.

4. Dampak terhadap rasio pendapatan faktor terhadap inflasi yang didetailkan ke dalam persentase

perubahan tanah, tenaga kerja tidak terampil (unskill labour), tenaga kerja terampil (skill

labour), modal, dan sumber daya alam (natural resources).

Page 88: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

87

5. Dampak terhadap ekspor dan impor sektoral dalam persentase perubahan.

Dari Tabel 6.10 terlihat bahwa sebagaimana dugaan sebelumnya hasil simulasi liberalisasi

penuh di ASEAN5-India atau pun keseluruhan ASEAN-India menunjukkan bahwa memiliki dampak

positif terhadap Indonesia. Bahkan dampak positif terlihat untuk semua indicator yaitu peningkatan

volume perdagangan Indonesia baik ekspor maupun impor, neraca perdagangan (trade balance), dan

term of trade. Walaupun secara prosentasi kenaikan impor lebih tinggi dari kenaikan ekspor namun

masih mampu menjaga dampak kenaikan pada neraca perdagangan (trade balance). Kenaikan term

of trade juga relative tinggi dibandingkan negara ASEAN5 lainnya kecuali Singapore. Yang lebih

penting ialah bahwa dampak positif bagi Indonesia secara umum relative lebih besar jika

dibandingkan dengan dampak yang dinikmati oleh negara ASEAN lainnya atau pun dampak yang

dinikmati oleh India. Hasil ini mengindikasikan bahwa Indonesia perlu mengambil inisiatif dan

proaktif bahkan progresif dalam hal negosiasi pengurangan tarif dalam skema FTA ini.

Tabel 6.10 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN-India terhadap Arus Perdagangan

Value of exports Value of imports at

world price Trade balance X-M Term of Trade

(%-change) (%-change) (US$ mill-change) (%-change)

ASEAN5+IND ASEAN+IND ASEAN5+IND ASEAN+IND ASEAN5+IND ASEAN+IND ASEAN5+IND ASEAN+IND

Indonesia 1.947 2.028 2.295 2.412 45.7 24.4 0.700 0.693

Malaysia 0.981 1.060 1.455 1.564 -202.8 -207.3 0.328 0.340

Philippines 0.689 0.706 1.147 1.157 -256.3 -250.3 0.028 0.024

Singapore 1.459 1.625 1.520 1.712 628.1 665.9 1.026 1.080

Thailand 0.932 1.246 1.680 2.097 -837.4 -895.7 0.127 0.211

Cambodia 0.023 1.685 -0.018 3.839 2.4 -137.8 -0.105 -0.330

LaoPDR -0.116 1.562 -0.172 3.378 1.1 -32.6 -0.249 0.186

Vietnam -0.043 0.977 -0.083 1.527 30.1 -449.9 -0.087 0.073

SEAsia -0.072 1.781 -0.118 2.164 0.5 51.2 -0.216 0.973

India 1.972 2.107 1.751 1.888 -507.4 -592.5 -0.349 -0.374

Japan -0.049 -0.043 -0.131 -0.146 539.7 691.5 -0.083 -0.100

EU_25 -0.021 -0.021 -0.021 -0.025 -15.4 221.9 -0.009 -0.012

Oceania -0.091 -0.100 -0.133 -0.155 97.4 126.4 -0.120 -0.135

EastAsia -0.058 -0.084 -0.069 -0.099 -41.5 -64.9 -0.047 -0.061

SouthAsia -0.353 -0.363 -0.344 -0.359 111.0 118.9 -0.205 -0.225

NAmerica -0.028 -0.027 -0.030 -0.037 294.7 505.4 -0.015 -0.020

LatinAmer -0.076 -0.076 -0.099 -0.104 79.8 109.7 -0.050 -0.052

MENA -0.038 -0.033 -0.048 -0.044 12.9 17.8 -0.033 -0.022

SSA -0.053 -0.052 -0.061 -0.062 17.6 22.0 -0.040 -0.036

RestofWorld -0.037 -0.032 -0.043 -0.041 -0.1 75.5 -0.009 0.002

Tabel 6.11 menyajikan dampak liberalisasi penuh terhadap PDB dan investasi. Dari tabel

tersebut terlihat bahwa liberalisasi mampu meningkatkan PDB Indonesia dengan angka persentase

kenaikan yang cukup tinggi dibanding negara-negara ASEAN lainnya, hanya lebih kecil dari

Page 89: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

88

Singapore. Sementara itu hasil simulasi dampak terhadap investasi menunjukkan bahwa dampak

persentase perubahan investasi di Indonesia walaupun positif (mengalami kenaikan), namun

besarannya terkecil dibanding negara ASEAN5 lainnya untuk liberalisasi penuh di level ASEAN5

dan hanya satu tingkat lebih tinggi dari India ketika liberalisasi terjadi di level ASEAN secara

keseluruhan.

Tabel 6.11 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN-India terhadap PDB dan Investasi

Change in value of

GDP Change in GDP price

index Equivalent Variation

Investment levels to endowment stock

(%-change) (%-change) (US$ mill-change) (%-change)

ASEAN5+IND ASEAN+IND ASEAN5+IND ASEAN+IND ASEAN5+IND ASEAN+IND ASEAN5+IND ASEAN+IND

Indonesia 1.081 1.093 1.003 1.012 1159.1 1167.2 0.538 0.559

Malaysia 0.760 0.797 0.462 0.485 1319.8 1367.7 2.280 2.373

Philippines 0.092 0.118 0.027 0.056 125.4 118.6 1.339 1.318

Singapore 2.292 2.417 2.271 2.394 1958.2 2063.9 2.240 2.353

Thailand 0.589 0.775 0.322 0.461 930.1 1180.4 2.042 2.310

Cambodia -0.092 -1.612 -0.079 -1.944 -7.2 3.1 -0.197 8.360

LaoPDR -0.270 0.287 -0.264 0.158 -4.3 7.8 -0.137 2.460

Vietnam -0.199 0.004 -0.201 -0.172 -51.3 144.4 -0.171 1.718

SEAsia -0.112 1.341 -0.108 1.108 -19.9 197.7 -0.220 1.015

India -0.239 -0.244 -0.617 -0.633 3693.2 3756.5 0.251 0.267

Japan -0.072 -0.085 -0.069 -0.082 -664.5 -812.9 -0.070 -0.088

EU_25 -0.010 -0.014 -0.010 -0.014 -380.6 -589.3 -0.002 -0.009

Oceania -0.082 -0.094 -0.076 -0.087 -305.9 -347.8 -0.059 -0.072

EastAsia -0.038 -0.054 -0.034 -0.049 -832.5 -1131.5 -0.025 -0.033

SouthAsia -0.287 -0.302 -0.264 -0.279 -208.8 -225.3 -0.112 -0.123

NAmerica -0.012 -0.017 -0.012 -0.017 -322.1 -457.5 -0.009 -0.015

LatinAmer -0.070 -0.074 -0.068 -0.072 -294.7 -303.6 -0.031 -0.037

MENA -0.042 -0.034 -0.040 -0.032 -86.9 -58.3 -0.029 -0.027

SSA -0.049 -0.049 -0.047 -0.048 -129.9 -115.7 -0.024 -0.026

RestofWorld -0.021 -0.016 -0.019 -0.014 -133.5 68.4 -0.009 -0.011

Sementara itu, hasil simulasi dampak terhadap kesejahteraan sebagaimana dalam tabel 6.12

menunjukkan hasil yang positif. Walaupun terdapat tendensi kenaikan harga-harga barang konsumsi

namun baik pendapatan faktor (tenaga kerja dan modal) maupun pendapatan rumah tangga

(household income) mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa liberalisasi perdagangan

mengakibatkan kenaikan kesejahteraan rumah tangga. Yang perlu dicatat ialah bahwa dampak

terhadap Indonesia relatif lebih besar jika dibandingkan dengan negara ASEAN5 lainnya untuk

liberalisasi di level ASEAN5-India. Walaupun ketika liberalisasi diperluas ke level ASEAN-India

posisi Indonesia sedikit menurun tetapi secara besaran persentasi tetap mengalami peningkatan.

Terlihat pula bahwa India sebagai mitra dagang utama ASEAN dalam skema FTA ini mengalami

dampak yang kurang beruntung, hanya potensi mendapatkan keuntungan harga komoditas yang lebih

murah secara agregat.

Page 90: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

89

Tabel 6.12 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN-India terhadap Kesejahteraan

factor income at market

prices net of depr. household income

price index for private consumption exp

(%-change) (%-change) (%-change)

ASEAN5+IND ASEAN+IND ASEAN5+IND ASEAN+IND ASEAN5+IND ASEAN+IND

Indonesia 1.361 1.380 1.131 1.142 0.920 0.919

Malaysia 1.310 1.368 0.866 0.905 0.041 0.035

Philippines 0.386 0.414 0.111 0.139 -0.016 0.022

Singapore 2.558 2.697 2.459 2.593 1.261 1.331

Thailand 1.297 1.510 0.686 0.891 0.284 0.362

Cambodia -0.120 3.145 -0.108 -1.630 -0.014 -1.832

LaoPDR -0.286 2.297 -0.284 0.349 -0.187 0.323

Vietnam -0.286 1.489 -0.221 0.017 -0.164 -0.312

SEAsia -0.134 1.951 -0.122 1.438 -0.056 0.907

India -0.173 -0.167 -0.240 -0.246 -0.785 -0.808

Japan -0.078 -0.094 -0.076 -0.090 -0.056 -0.065

EU_25 -0.011 -0.016 -0.011 -0.015 -0.007 -0.009

Oceania -0.087 -0.101 -0.086 -0.099 -0.048 -0.055

EastAsia -0.041 -0.058 -0.040 -0.058 -0.018 -0.029

SouthAsia -0.296 -0.314 -0.300 -0.317 -0.217 -0.227

NAmerica -0.013 -0.018 -0.013 -0.017 -0.010 -0.014

LatinAmer -0.074 -0.078 -0.073 -0.077 -0.061 -0.064

MENA -0.044 -0.035 -0.045 -0.036 -0.027 -0.023

SSA -0.053 -0.054 -0.052 -0.052 -0.035 -0.038

RestofWorld -0.021 -0.015 -0.022 -0.016 -0.018 -0.016

Lebih detail terkait pendapatan faktor (factor income) dirinci dalam komponen tanah (Land),

tenaga kerja tidak terdidik (UnSkLab), tenaga kerja terdidik (SkLab), modal (Capital), dan sumber

daya alam (NatRes) disajikan dalam tabel 5.13. Dari tabel terlihat hanya satu komponen yang

dampaknya negatif bagi Indonesia, yaitu sumber daya alam (NatRes). Hal ini mengindikasikan

bahwa liberalisasi perdagangan menurunkan return pendapatan dari sumber daya alam.

Kemungkinannya ialah untuk barang-barang komoditas Indonesia yang dominan sumber daya

alamnya mengalami penurunan daya saing sehingga kalah bersaing dengan komoditas sejenis dari

negara-negara mitra dagang Indonesia. Namun di sisi lain, untuk komponen tanah (Land) mengalami

kenaikan yang sangat signifikan, ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian memiliki tambahan

manfaat yang cukup besar.

Page 91: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

90

Tabel 6.13 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN-India terhadap Rasio Pendapatan

Faktor/Inflasi

Land UnSkLab SkLab Capital NatRes

(%-change) (%-change) (%-change) (%-change) (%-change)

ASEAN5+IND ASEAN+IND ASEAN5+IND ASEAN+IND ASEAN5+IND ASEAN+IND ASEAN5+IND ASEAN+IND ASEAN5+IND ASEAN+IND

Indonesia 4.521 4.139 0.425 0.461 0.157 0.202 0.086 0.136 -1.733 -1.681

Malaysia 1.500 1.336 0.894 0.949 0.801 0.856 1.035 1.110 3.900 3.924

Philippines -3.047 -2.724 0.423 0.411 0.403 0.377 0.534 0.505 0.262 0.225

Singapore 3.053 7.237 1.202 1.268 0.988 1.040 1.071 1.125 -0.544 -0.105

Thailand 3.159 2.542 0.802 0.928 0.641 0.763 0.780 0.916 -1.108 -0.704

Cambodia -0.315 3.754 -0.065 4.610 -0.062 4.628 -0.049 5.027 -0.156 -5.298

LaoPDR -0.020 2.073 -0.082 1.583 -0.039 1.673 -0.087 1.577 -0.505 2.275

Vietnam -1.668 0.517 -0.109 1.730 -0.043 1.576 -0.012 1.788 1.491 0.704

SEAsia -0.617 14.429 -0.093 0.579 -0.055 -0.025 -0.073 -0.175 0.320 -1.000

India -2.524 -2.722 0.843 0.887 0.946 0.991 0.833 0.884 -0.850 -0.928

Japan 0.046 0.060 -0.017 -0.022 -0.018 -0.023 -0.017 -0.022 0.092 0.079

EU_25 -0.175 -0.167 -0.007 -0.010 -0.003 -0.006 0.000 -0.003 -0.032 0.013

Oceania -0.081 -0.145 -0.033 -0.043 -0.033 -0.041 -0.032 -0.039 -0.095 0.048

EastAsia -0.030 -0.064 -0.024 -0.029 -0.022 -0.028 -0.022 -0.026 0.223 0.236

SouthAsia -0.545 -0.601 -0.030 -0.033 -0.021 -0.024 -0.018 -0.020 -0.133 -0.113

NAmerica -0.207 -0.263 -0.002 -0.004 0.000 -0.001 -0.002 -0.003 -0.035 0.026

LatinAmer -0.499 -0.518 -0.006 -0.008 -0.001 -0.002 -0.005 -0.006 0.148 0.209

MENA -0.080 -0.103 -0.011 -0.013 -0.007 -0.006 -0.010 -0.009 -0.051 -0.002

SSA -0.287 -0.345 -0.019 -0.023 -0.002 0.000 -0.002 0.000 -0.032 0.018

RestofWorld -0.190 -0.200 -0.005 -0.008 -0.001 -0.002 -0.004 -0.004 0.052 0.134

Tabel 6.14 dan 6.15 akan merinci dampak ekspor dan impor sektoral untuk industri/komoditas

dalam perekonomian Indonesia sebagai akibat liberalisasi di level ASEAN5-India. Sementara Tabel

6.16 dan 6.17 akan menyajikan hasil simulasi dampak jika liberalisasi diperluas ke level keseluruhan

ASEAN-India. Namun karena keterbatasan tempat penyajian dan untuk mempermudah analisis

hanya akan disajikan untuk industri/komoditas untuk urutan 10 sektor yang mengalami dampak

positif terbesar dan 10 sektor yang mengalami dampak negatif terbesar bagi Indonesia baik di sisi

ekspor maupun impor.

Dari Tabel 6.14 dapat kita lihat bahwa liberalisasi perdagangan di ASEAN5 mengakibatkan

ekspor Indonesia untuk komoditas vegetable oils and fats, motor vehicles and parts, forestry, dan

vegetables, fruit, nuts meningkat signifikan – dengan angka kenaikan di atas 10%. Hal ini diikuti oleh

peringkat berikutnya dengan nilai kenaikan di bawah 10% untuk komoditas beverages and tobacco

products, transport equiptment nec., paddy rice, ferrous metals, metal products, dan sugar cane,

sugar beet. Dari tabel tersebut terlihat bahwa Indonesia mendapat manfaat dengan kenaikan ekspor

beberapa komoditas yang cukup tinggi. Namun juga terlihat adanya komoditas yang mengalami

Page 92: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

91

penurunan ekspor dengan persentasi di atas 10%, yaitu: wool, silk-worm cocoons, raw milk, oil seeds,

meat: cattle, sheep, goats, horse, wheat, processed rice, dan meat product nec.

Tabel 6.14 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN5-India terhadap Ekspor Sektoral

INA MAL PHI SIN THA CAM LAO VIE SEA IND

Vegetable oils and fats 29.70 0.81 2.71 2.48 15.30 -38.31 0.32 0.82 0.02 26.20

Motor vehicles and parts 13.29 6.59 24.48 53.64 5.28 -0.84 -4.79 -0.67 -0.41 3.84

Forestry 12.27 2.98 3.02 1.31 4.71 0.01 2.00 0.13 -1.10 1.02

Vegetables, fruit, nuts 10.04 4.08 1.73 1.48 -1.84 0.61 0.48 1.67 -1.09 3.27

Beverages and tobacco products 8.24 11.37 39.96 20.60 2.08 -0.24 0.14 -1.83 -2.18 2.80

Transport equipment nec 4.89 7.59 -1.30 -5.63 1.79 -0.79 -0.03 0.32 0.35 5.99

Paddy rice 4.60 15.41 12.87 -16.23 -13.29 -49.55 1.12 10.68 1.43 8.24

Ferrous metals 3.91 11.02 2.41 3.07 8.67 0.20 0.64 0.01 0.68 3.48

Metal products 3.59 9.58 3.55 32.99 0.67 -0.25 -2.76 -0.30 -2.51 2.57

Sugar cane, sugar beet 3.49 -11.50 5.75 -8.75 -16.03 -2.01 1.02 4.25 1.20 4.17

Plant-based fibers -5.05 -3.10 1.87 -5.66 -0.25 -0.05 0.22 -0.37 0.23 2.88

Sugar -5.06 12.07 6.35 20.95 11.43 -1.24 0.68 -12.73 0.29 6.57

Cattle,sheep,goats,horses -7.35 -2.67 3.73 -1.35 -4.88 0.65 2.48 2.56 3.56 3.90

Meat products nec -10.54 -2.79 5.87 19.47 -6.51 0.66 1.76 2.53 1.57 11.20

Processed rice -11.51 22.77 7.67 13.40 5.21 0.85 1.31 -7.39 2.23 2.95

Wheat -13.32 0.47 1.39 -8.90 -4.29 -0.08 -0.47 -0.74 1.32 4.95

Meat: cattle,sheep,goats,horse -16.25 -3.06 5.43 1.75 -10.07 0.84 1.68 0.53 1.66 6.19

Oil seeds -17.64 9.96 6.14 14.27 -1.12 1.11 0.60 2.25 -0.45 32.98

Raw milk -18.12 -4.46 2.88 -11.43 -10.49 -1.24 -3.32 0.05 -0.87 7.23

Wool, silk-worm cocoons -23.13 -10.10 16.52 -14.49 -12.64 -0.72 -2.63 3.05 -0.32 13.77

Sementara itu, Tabel 6.15 menyajikan hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan di

ASEAN5-India terhadap impor sektoral/komoditas. Dari tabel dapat terlihat bahwa Indonesia

mengalami kenaikan yang cukup signifikan untuk impor oil seeds, vegetable oils and fats, paddy

rice, processed rice, dan sugar. Selain itu, ada yang menonjol dari penurunan impor yaitu untuk

komoditas sugar cane, sugar beet yang turun sampai dengan 10,26%.

Dengan membandingkan Tabel 6.14 dengan Tabel 6.15 dapat diketahui bahwa: (1) liberalisasi

perdagangan di level ASEAN5-India memberikan dampak yang sangat baik bagi komoditas sugar

cane, sugar beet yang tidak hanya mengalami kenaikan ekspor 3.49% tetapi juga mengalami

penurunan impor yang sangat signifikan, yaitu sebesar 10,26%. Kondisi ini secara tidak langsung

menunjukkan bahwa komoditas ini memiliki keunggulan daya saing dibandingkan dengan negara

lain. (2) Beberapa komoditas mengalami kenaikan baik dari sisi ekspor maupun impor, yaitu:

vegetable oils and fats, beverages and tobacco products, paddy rice, motor vehicles and parts, dan

metal products. (3) Beberapa komoditas mengalami penurunan ekspor sekaligus kenaikan impor,

yaitu: oil seeds, processed rice, sugar, dan meat: cattle, sheep, goats, horse.

Page 93: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

92

Tabel 6.15 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN5-India terhadap Impor Sektoral

INA MAL PHI SIN THA CAM LAO VIE SEA IND

Oil seeds 29.45 2.70 8.59 0.82 1.93 -3.11 -1.52 -0.24 0.97 -25.24

Vegetable oils and fats 18.90 0.55 1.37 2.82 3.12 -0.90 -1.56 0.35 -1.42 70.08

Paddy rice 18.31 74.31 66.00 0.82 23.56 3.98 -6.39 -8.57 1.90 15.20

Processed rice 11.90 19.03 13.19 1.32 8.72 -3.88 -2.56 -4.17 -3.62 17.36

Sugar 11.61 0.98 33.76 3.79 6.03 -1.10 -0.27 -2.49 -2.84 2.32

Beverages and tobacco products 9.39 10.30 0.78 1.24 12.58 -0.11 -0.60 -0.21 -0.15 1.63

Meat: cattle,sheep,goats,horse 7.10 0.63 9.79 2.19 1.67 -0.44 -2.93 0.30 -0.60 -0.34

Metal products 6.78 6.90 2.41 5.33 4.58 -0.29 -0.25 -0.13 -0.09 1.99

Crops nec 6.44 6.82 2.78 0.60 18.01 0.87 -0.92 -0.05 -1.49 22.97

Motor vehicles and parts 5.95 2.35 4.93 4.30 5.45 0.10 -0.08 -0.16 -0.09 4.23

Business services nec 0.52 0.80 0.47 -0.27 0.72 -0.13 -0.31 -0.20 -0.15 -0.01

Electronic equipment 0.32 -1.01 -0.17 -3.06 -0.01 -0.46 -0.11 -0.22 -0.72 0.23

Metals nec 0.14 0.94 1.25 3.49 -0.12 0.22 -0.68 -0.10 -0.36 0.36

Forestry 0.05 1.81 0.37 2.68 6.43 -0.06 -4.07 0.21 -2.20 3.89

Gas -0.19 -0.38 1.76 1.66 0.04 -0.53 17.82 3.12 -0.05 0.17

Dwellings -0.31 -0.45 -0.07 0.98 0.13 -0.10 -0.07 0.03 -0.05 0.40

Wheat -0.67 2.93 0.15 0.65 -0.33 -0.01 0.17 0.33 0.09 -2.14

Oil -1.13 9.51 0.11 3.86 -0.38 0.08 0.69 0.05 -3.30 0.26

Plant-based fibers -2.52 1.40 -1.05 1.50 -1.07 0.00 -0.92 -0.03 0.10 -0.83

Sugar cane, sugar beet -10.26 5.10 -2.80 1.31 3.76 1.02 -0.52 -2.20 -2.27 -2.10

Tabel 6.16 dan Tabel 6.17 menyajikan hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan secara

penuh di level keseluruhan ASEAN-India. Hasilnya bagi Indonesia menunjukkan pola yang hampir

sama dengan hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan di level ASEAN5 sebagaimana

disajikan dalam Tabel 6.14 dan Tabel 6.15 di atas dengan magnitude yang hampir sama pula.

Tabel 6.16 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN-India terhadap Ekspor Sektoral

INA MAL PHI SIN THA CAM LAO VIE SEA IND

Vegetable oils and fats 29.97 1.09 2.35 3.78 19.70 27.24 -13.10 0.01 -7.01 25.03

Motor vehicles and parts 15.99 6.93 25.10 57.71 6.15 22.10 192.23 2.97 3.37 3.80

Forestry 12.04 2.27 2.91 1.65 3.76 -7.43 -3.63 -1.33 1.53 1.55

Vegetables, fruit, nuts 11.15 4.38 1.51 0.63 -0.93 5.27 24.14 0.01 20.51 4.23

Beverages and tobacco products 8.73 25.32 42.07 37.31 4.15 3.78 -4.40 6.26 12.99 4.39

Transport equipment nec 5.07 7.68 -1.44 -5.67 9.56 27.37 72.49 5.22 -1.68 5.94

Metal products 4.11 9.82 3.63 33.44 1.28 24.68 36.81 4.26 15.40 2.68

Sugar cane, sugar beet 4.06 -11.58 5.17 -12.40 -16.44 10.60 -5.41 0.24 -28.67 4.38

Ferrous metals 3.79 12.43 2.50 2.81 8.60 29.51 26.24 7.47 1.21 3.51

Petroleum, coal products 1.39 0.93 3.20 4.44 7.05 -6.92 -1.73 13.04 -2.66 1.98

Leather products -4.97 9.61 1.62 5.78 0.57 6.05 -1.12 1.39 -5.66 4.82

Sugar -5.90 11.83 6.02 20.75 12.00 4.34 -5.91 21.62 -9.98 6.77

Cattle,sheep,goats,horses -6.67 2.03 3.29 -2.84 -3.40 -8.41 5.79 -1.69 -4.83 4.02

Processed rice -10.29 31.03 6.10 8.21 4.09 -3.54 -7.20 0.01 -23.30 2.99

Meat products nec -10.68 0.12 7.39 22.10 -6.31 -3.30 -13.62 1.99 -24.80 34.62

Wheat -13.00 0.39 2.21 -1.30 -4.16 -0.52 -0.51 6.34 -21.11 5.11

Meat: cattle,sheep,goats,horse -15.73 6.97 4.93 2.24 -10.12 -13.44 -16.11 38.00 -39.43 11.01

Oil seeds -17.09 10.00 5.69 12.78 3.27 43.78 30.50 12.23 -17.68 33.53

Raw milk -17.33 -4.32 2.17 -16.94 -10.46 -0.27 6.69 -0.95 -19.72 7.58

Wool, silk-worm cocoons -22.38 -9.82 15.40 -19.66 -12.16 -3.38 6.53 -2.06 -20.53 14.21

Page 94: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

93

Tabel 6.17 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN-India terhadap Impor Sektoral

INA MAL PHI SIN THA CAM LAO VIE SEA IND

Oil seeds 29.39 2.92 8.64 1.48 3.24 12.38 11.95 1.75 9.21 -25.22

Processed rice 22.30 28.98 11.68 1.66 10.67 14.18 10.16 9.98 9.73 31.55

Vegetable oils and fats 19.01 0.82 1.49 3.40 3.22 10.13 7.09 1.86 1.33 70.07

Paddy rice 15.90 96.09 67.14 1.68 28.82 20.40 24.85 3.21 33.56 14.71

Sugar 11.65 1.04 33.74 4.15 6.57 2.93 0.77 24.72 3.77 2.32

Coal 10.54 0.72 0.31 1.80 0.71 1.85 8.82 -1.25 1.13 2.82

Beverages and tobacco products 9.63 10.44 0.83 1.38 13.23 3.44 8.98 9.74 21.01 1.69

Metal products 6.97 7.25 2.42 5.62 5.19 5.96 2.61 1.29 -0.31 2.22

Meat: cattle,sheep,goats,horse 6.87 0.69 9.98 2.49 2.01 7.16 12.51 1.13 19.97 -0.32

Fishing 0.57 1.52 2.52 1.34 4.26 7.35 3.00 2.71 -0.39 2.52

Business services nec 0.55 0.84 0.48 -0.22 0.95 1.39 0.55 0.79 0.96 -0.01

Electronic equipment 0.35 -1.11 -0.21 -3.07 -0.43 9.66 2.75 1.65 5.08 0.27

Metals nec 0.18 0.92 1.28 3.60 -0.20 6.85 1.37 1.19 0.81 0.37

Gas 0.01 0.16 2.08 1.74 0.75 -10.15 -47.29 -66.70 0.64 0.24

Forestry -0.02 1.44 0.39 2.68 7.29 6.69 4.40 -1.44 9.39 5.93

Dwellings -0.30 -0.43 -0.07 1.01 0.21 -0.64 -0.45 0.07 0.49 0.41

Wheat -0.64 3.51 0.15 1.27 -0.05 -2.28 -0.47 -0.34 -2.66 -2.16

Oil -1.78 12.24 0.14 4.52 1.20 -10.46 -1.72 0.30 0.54 0.35

Plant-based fibers -2.58 1.60 -0.91 2.17 -1.05 1.81 2.86 0.29 3.22 -0.79

Sugar cane, sugar beet -10.62 4.89 -2.52 2.21 3.73 -5.78 2.43 -2.12 11.08 -2.19

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Dari berbagai uraian tersebut di atas, baik yang berupa analisis deskriptif terhadap data

perkembangan ekspor-impor Indonesia, komposisi dan struktur tarif impor negara-negara di ASEAN,

dan simulasi dampak liberalisasi perdagangan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. India-ASEAN Free Trade Agreement (AIFTA) mulai berlaku pada 1 Januari 2010 untuk

Malaysia, Singapura dan Thailand. Indonesia menyusul meratifikasi perjanjian AIFTA ini pada

10 Juni 2010.

2. Komparasi tarif antara negara ASEAN dan India dalam data GTAP8 dapat ditemukan beberapa

fakta sebagai berikut: (1) India cenderung lebih protektif dibandingkan dengan negara-negara

ASEAN. Jumlah komoditas yang masih memiliki tarif di atas 10% untuk impor India dari

negara-negara ASEAN masih jauh lebih banyak dibanding impor negara-negara ASEAN dari

India. Komoditas yang menonjol dilindungi oleh India dari pasar komoditas asing ialah

komoditas hasil pertanian dan komoditas olahan pertanian. Hal ini tercermin dari tarif impor

yang relatif tinggi. Sementara untuk komoditas produk industrial besaran tarifnya relatif

moderat. (2) Posisi Indonesia relatif sudah terbuka terhadap India, hanya beberapa produk yang

Page 95: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

94

memiliki tariff impor dari India di atas 10%, yaitu: Motor vehicles and parts, Sugar, Rice (pady,

processed), Beverages and tobacco products, dan Wearing apparels. Sementara impor India dari

Indonesia masih relatif tertutup.

3. Hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-India dan keseluruhan

ASEAN-India menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Liberalisasi penuh di ASEAN5-India atau pun keseluruhan ASEAN-India menunjukkan

bahwa memiliki dampak positif terhadap Indonesia. Bahkan dampak positif terlihat untuk

semua indicator yaitu peningkatan volume perdagangan Indonesia baik ekspor maupun

impor, neraca perdagangan (trade balance), dan term of trade. Walaupun secara prosentasi

kenaikan impor lebih tinggi dari kenaikan ekspor namun masih mampu menjaga dampak

kenaikan pada neraca perdagangan (trade balance). Kenaikan term of trade juga relatif tinggi

dibandingkan negara ASEAN5 lainnya kecuali Singapore. Yang lebih penting ialah bahwa

dampak positif bagi Indonesia secara umum relatif lebih besar jika dibandingkan dengan

dampak yang dinikmati oleh negara ASEAN lainnya atau pun dampak yang dinikmati oleh

India.

b. Liberalisasi mampu meningkatkan PDB Indonesia dengan angka persentase kenaikan yang

cukup tinggi dibanding negara-negara ASEAN lainnya, hanya lebih kecil dari Singapore.

Sementara itu hasil simulasi dampak terhadap investasi menunjukkan bahwa dampak

persentase perubahan investasi di Indonesia walaupun positif (mengalami kenaikan), namun

besarannya terkecil dibanding negara ASEAN5 lainnya untuk liberalisasi penuh di level

ASEAN5-India dan hanya satu tingkat lebih tinggi dari India ketika liberalisasi terjadi di

level ASEAN-India secara keseluruhan.

c. Liberalisasi perdagangan mengakibatkan kenaikan kesejahteraan rumah tangga, bahwa

dampak terhadap Indonesia relatif lebih besar jika dibandingkan dengan negara ASEAN5

lainnya untuk liberalisasi di level ASEAN5-India. Ketika liberalisasi diperluas ke level

ASEAN-India posisi Indonesia sedikit menurun tetapi secara besaran persentasi tetap

mengalami peningkatan.

d. Lebih detail terkait pendapatan faktor (factor income) dirinci dalam komponen tanah (Land),

tenaga kerja tidak terdidik (UnSkLab), tenaga kerja terdidik (SkLab), modal (Capital), dan

sumber daya alam (NatRes), hanya satu komponen yang dampaknya negatif bagi Indonesia,

yaitu sumber daya alam (NatRes). Hal ini mengindikasikan bahwa liberalisasi perdagangan

menurunkan return pendapatan dari sumber daya alam. Kemungkinannya ialah untuk

barang-barang komoditas Indonesia yang dominan sumber daya alamnya mengalami

penurunan daya saing sehingga kalah bersaing dengan komoditas sejenis dari negara-negara

mitra dagang Indonesia. Namun di sisi lain, untuk komponen tanah (Land) mengalami

kenaikan yang sangat signifikan, ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian memiliki

tambahan manfaat yang cukup besar.

Page 96: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

95

e. Liberalisasi perdagangan di ASEAN5-India mengakibatkan ekspor Indonesia untuk

komoditas vegetable oils and fats, motor vehicles and parts, forestry, dan vegetables, fruit,

nuts meningkat signifikan – dengan angka kenaikan di atas 10%. Hal ini diikuti oleh

peringkat berikutnya dengan nilai kenaikan di bawah 10% untuk komoditas beverages and

tobacco products, transport equiptment nec., paddy rice, ferrous metals, metal products, dan

sugar cane, sugar beet. Namun juga terlihat adanya komoditas yang mengalami penurunan

ekspor dengan persentasi di atas 10%, yaitu: wool, silk-worm cocoons, raw milk, oil seeds,

meat: cattle, sheep, goats, horse, wheat, processed rice, dan meat product nec.

f. Liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-India memberikan dampak kenaikan yang cukup

signifikan untuk impor oil seeds, vegetable oils and fats, paddy rice, processed rice, dan

sugar. Selain itu, ada yang menonjol dari penurunan impor yaitu untuk komoditas sugar

cane, sugar beet yang turun sampai dengan 10,26%.

g. Secara keseluruhan hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-India:

(1) liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-India memberikan dampak yang sangat baik

bagi komoditas sugar cane, sugar beet yang tidak hanya mengalami kenaikan ekspor 3.49%

tetapi juga mengalami penurunan impor yang sangat signifikan, yaitu sebesar 10,26%.

Kondisi ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa komoditas ini memiliki keunggulan

daya saing dibandingkan dengan negara lain. (2) Beberapa komoditas mengalami kenaikan

baik dari sisi ekspor maupun impor, yaitu: vegetable oils and fats, beverages and tobacco

products, paddy rice, motor vehicles and parts, dan metal products. (3) Beberapa komoditas

mengalami penurunan ekspor sekaligus kenaikan impor, yaitu: oil seeds, processed rice,

sugar, dan meat: cattle, sheep, goats, horse.

h. Hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan secara penuh di level keseluruhan ASEAN-

India menunjukkan pola yang hampir sama dengan hasil simulasi dampak liberalisasi

perdagangan di level ASEAN5-India.

Dengan memperhatikan poin-poin dalam kesimpulan tersebut di atas baik yang berasal dari

deskriptif analisis maupun hasil simulasi dampak, maka kami merekomendasikan kebijakan sebagai

berikut:

1. Pemerintah Indonesia perlu mengambil inisiatif dan proaktif bahkan progresif dalam hal negosiasi

pengurangan tarif dalam skema FTA ini. Hal ini mengingat bahwa Indonesia telah lebih terbuka

secara relatif dibandingkan dengan India dan beberapa negara ASEAN lainnya. Selain itu, hasil

simulasi dampak juga menunjukkan potensi benefit yang cukup baik bagi Indonesia.

2. Beberapa komoditas Indonesia yang bisa dan siap untuk diliberalisasi secara penuh asalkan

diperlakukan setara dengan negara ASEAN lainnya, yaitu: sugar cane, sugar beet. Hal ini

berdasarkan hasil simulasi yang menunjukkan bahwa ketika diliberalisasi untuk wilayah ASEAN,

komoditas-komoditas tersebut mengalami kenaikan ekspor dan sekaligus penurunan impor.

Page 97: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

96

3. Untuk beberapa komoditas yang hasil simulasinya menunjukkan bahwa liberalisasi

mengakibatkan kenaikan baik untuk ekspor dan impor yaitu untuk komoditas: vegetable oils and

fats, beverages and tobacco products, motor vehicles and parts, dan metal products, perlu dilihat

lebih detail klasifikasi HS-nya. Hal ini penting untuk mengetahui lebih detail unsur-unsur

komoditas apa berdasar klasifikasi HS yang mengalami dampak kenaikan ekspor dan impor

sehingga dapat diambil kebijakan yang lebih tepat.

4. Terkait dengan produk komoditas Indonesia yang berorientasi ekspor perlu dilakukan studi

lanjutan untuk melakukan analisis daya saing dan mengukur tingkat produktivitas. Hal ini penting

tidak hanya untuk memahami peta persaingan dengan komoditas dari negara lain akan tetapi juga

menemukan formula untuk meningkatkan daya saing dengan peningkatan produktivitasnya.

5. Untuk produk-produk yang perlu dilakukan perhatian untuk dilindungi antara lain: oil seeds,

sugar, dan meat: cattle, sheep, goats, horse. Hal ini karena diindikasikan bahwa liberalisasi

mengakibatkan penurunan ekspor dan kenaikan impor untuk komoditas tersebut.

Page 98: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

97

BAB VII

ASEAN-JAPAN COMPREHENSIVE ECONOMIC

PARTNERSHIP

PENDAHULUAN

ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) merupakan kesepakatan antara

negara-negara anggota ASEAN dengan Japan untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas

dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun

non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan

aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para Pihak AJCEP dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan Japan.

AJCEP dibentuk berdasarkan Joint Declaration of the Leaders of the Comprehensive

Economic Partnertship between ASEAN and Japan yang ditandatangani pada tanggal 5 Nopember

2002, serta Framework for Comprehensive Economic C ooperation between ASEAN and Japan yang

ditandatangani tanggal 8 Oktober 2003. Dalam KTT ASEAN-Japan ke-8, Para Kepala Negara

ASEAN dan Japan menyetujui Perjanjian Kerjasama Ekonomi ASEAN-Japan dan mulai dilakukan

negosiasi pada bulan April 2005 dan ditandatangani pada bulan Maret dan April 2008 secara

adreferendum. Persetujuan telah berlaku efektif per 1 Desember 2008. Persetujuan AJCEP

merupakan suatu persetujuan ekonomi antara ASEAN dan Japan yang bersifat komprehensif serta

mencakup bidang perdagangan barang, jasa, investasi, SPS, TBT dan kerjasama ekonomi.

Persetujuan AJCEP telah diratifikasi melalui Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2009 tanggal 19

November 2009 tentang Pengesahan Persetujuan AJCWP.

Secara umum komitmen Indonesia berbasis pada posisi Indonesia Japan EconomicPartnership

Agreement (IJEPA), namun komitmen Indonesia dalam AJCEP lebih konservatif dibanding IJEPA.

Kategori liberalisasi tarif bea masuk dibagi menjadi 2(dua) yaitu penghapusan tarif (Normal Track)

dan penurunan tarif (Sensitive Track).

1. Modalitas

a. Normal Track (NT) – ASEAN sebesar 90% dari total pos tarif dan Japan sebesar 92% dari

total pos tarif dan nilai dagang, terdiri atas eliminasi dalam tempo 10 tahun (88%) dan

penghapus lebih lanjut (4%)

b. Sensitive Track (ST) - 8% dari total pos tarif 6 digit dan nilai dagang. Khusus untuk

Sensitive Track tersebut, modalitas dibagi atas 3 (tiga) elemen yaitu:

Page 99: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

98

1) Sensitive List (SL) – 4.8% hanya dari nilai dagang, diturunkan hingga mencapai tingkat

tarif 0-5% dengan maksimum 2% dari nilai dagang dicadangkan untuk Tariff Rate Quota

(RTQ) sebagai safety-net measures;

2) Highly Sensitive List (HSL) – 2.2% hanya dari nilai dagang, diturunkan hingga mencapai

tingkat tarif lebih dari 50% dan sebagian mencapai tingkat tarif tidak lebih dari 20%,

3) Exclusion List (EL) – sebanyak 1 dari nilai dagang dan 1-3% dari pos tarif.

2. ROO (Rules of Origin).

Barang disebut sebagai originating goods dan berhak untuk mendapatkan konsesi tarif apabila

memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:

a. wholly obtained or produced;

b. non-originating material (Regional Value Content-RVC tidak lebih dari 40% atau

mengalami Change in Tariff Classification-CTC pada level 4-digit);

3. Bidang Kerjasama Ekonomi

Bidang kerjasama ekonomi dalam skema AJCEP mencakup area sebagai berikut: Trade-related

procedures, Business environment, Intellectual property, Energy, Information and communications

technology, Human resource development, Small and medium enterprises, Tourism and hospitality,

Transportation and logistics, Agriculture, Fisheries and Forestry; Environment;Competition Policy;

dan area lain yang disepakati bersama. Sub-Committee on Economic Cooperation akan dibentuk pada

saat entry to force persetujuan ini untuk memonitor perlaksanaan kegiatan kerjasama ekonomi

tersebut.Kegiatan kerjasama ekonomi minimal melibatkan 2 (dua) negara anggota ASEANdan Japan.

METODOLOGI

Untuk menganalisis dampak AJCEP terhadap perekonomian Indonesia pada bagian ini akan

dievaluasi ex-post impact analysis dan ex-ante impact analysis. Metodologi yang digunakan untuk

impact assessment ini menggunakan metodologi yang disarankan oleh Plummer et al. (2010).

Mengingat skema AJCEP masih baru dan Indonesia masih mengkaji untuk tergabung dalam skema

ini maka ex-post impact analysis digunakan untuk mengevaluasi dampak IJEPA sebagai perjanjian

perdagangan bilateral Indonesia – Japan yang telah berjalan semenjak tahun 2007. Metode yang

digunakan untuk analisis ini menggunakan analisis deskriptif. Pendekatan ini dilakukan karena

pendekatan deskriptif relatif mudah dilakukan, sementara evaluasi dengan menggunakan FTA

Preference Indicators telah dilakukan pada bagian sebelumnya.

Ex-ante impact analysis digunakan untuk mengevaluasi potensi dampak AJCEP yang akan

datang bagi perekonomian Indonesia. Untuk evaluasi ini digunakan pendekatan simulasi

Page 100: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

99

menggunakan computable general equilibrium (CGE) model. Model yang digunakan untuk tipikal

analisis ini ialah model CGE Global Trade Analysis Project (GTAP) dengan menggunakan database

terbaru GTAP versi 8 yang baru saja release Mei 2012. Database GTAP versi 8 merupakan database

yang berisi data dan informasi perdagangan bilateral antarnegara secara lengkap termasuk informasi

keterkaitan transportasi dan proteksi. Database ini dikompilasi dari table IO negara-negara di dunia.

Database GTAP versi 8 menggunakan data dengan tahun benchmark 2004 dan 2007 dan terdiri atas

data dari 129 negara dan 57 jenis komoditas.

Namun sebelum melakukan simulasi dengan model CGE GTAP akan dielaborasi dulu

database GTAP versi 8 ini untuk diketahui gambaran komparasi tarif antarnegara yang dianalisis

untuk tiap komoditas yang diperdagangkan. Gambaran deskriptif ini perlu diketahui untuk

mendapatkan gambaran kepentingan setiap negara dalam menegosiasikan tarif perdagangannya.

ANALISIS

Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia-Japan

Neraca perdagangan Indonesia dengan Japan dalam periode 2000-2010 selalu menunjukkan surplus.

Namun surplus perdagangan ini disumbangkan oleh ekspor migas. Ekspor gas alam pada tahun 2000

menyumbang 29,03 persen dari total ekspor dan minyak mentah menyumbang 14,82 persen.

Sementara itu untuk ekspor non migas selalu berfluktuatif namun cenderung defisit. Pada tahun 2000

surplus perdagangan Indonesia dengan Japan mencapai USD9,018 miliar dan pada tahun 2007

(sebelum diberlakukannya FTA) meningkat tajam menjadi USD17,103 miliar.

Gambar 7.1 Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia-Japan (Migas - Non Migas)

Page 101: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

100

Sejak diberlakukannya FTA pada tahun 2008, surplus perdagangan Indonesia dengan Japan

cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2008 surplus perdagangan masih tercatat sebesar USD

13,003 miliar dan pada tahun 2010 turun menjadi USD 8,816 miliar. Pada tahun 2010 ekspor

Indonesia ke Japan mengalami perubahan, apabila sebelumnya gas alam dan minyak menjadi

penyumbang terbesar, sumbangan eskpor kedua komoditi ini mengalami penurunan masing-masing

menjadi 22,84 persen dan 9,91 persen. Sedangkan ekspor biji tembaga meningkat dari 4,30 persen

(2000) menjadi 11,16 persen (2010). Berdasarkan data ini maka FTA cenderung merupakan trade

creation untuk Japan.

Gambar 7.2 Perkembangan Komoditas Ekspor Utama Indonesia ke Japan

Sumber: BPS, CEIC, diolah

Sementara itu dari sisi ekspor, tahun 2000 Komoditas ekspor utama Indonesia Japan berupa

Gas Alam sebesar 29.03% dan Minyak metah sebesar 14.82%. Tahun 2010 ekspor gas alam dan

Gas Alam 29.03%

Biji tembaga 4.30% Minyak petroleum

mentah 14.82%

Batubara bahan bakar 2.27%

Mate Nikel 1.84%

Technically Specified Natural Rubber (TSNR):

0.61%

tembaga dimurnikan

0.48% Kokas petroleum

0.00% Batubara lainnya 0.10%

Kayu lapis 5.20%

Lainnya 41.34%

Tahun 2000

Gas Alam 22.84%

Biji tembaga 11.16% Minyak petroleum

mentah 9.91%

Batubara bahan bakar 8.07%

Mate Nikel 5.55%

Technically Specified Natural Rubber (TSNR):

3.71% tembaga dimurnikan

3.13% Kokas petroleum

3.02% Batubara lainnya

2.77%

Kayu lapis 1.58%

Lainnya 28.28%

Tahun 2010

Page 102: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

101

minyak mentah menurun masing-masing menjadi 22.84% dan 9.91%. Selain itu, ekspor Bijih

tembaga meningkat dari 4.30% menjadi 11.16%

Sementara itu impor Indonesia dari Japan pada tahun 2000 didominasi mesin piston, karburator

dan alat berat. Pada tahun 2010 komoditas impor utama didominasi oleh kendaraan barang dan

mobil. Disamping itu impor alat berat dan karburator juga mengalami peningkatan, namun untuk

mesin piston mengalami penurunan.

Gambar 7.3 Perkembangan Komoditas Impor Utama Indonesia dari Japan

Sumber: BPS, CEIC, diolah

Dalam perjanjian IJEPA, telah disepakati ketentuan User Specific Duty Free Scheme (USDFS)

merupakan skema penetapan tarif bea masuk 0%. Hal ini mengakibatkan adanya potensi penerimaan

yang hilang dari pungutan bea masuk dan pajak dalam rangka impor, sebagaiman dirinci pada tabel

7.1 dan 7.2

Kendaraan barang (damper)

0.06%

Mobil 1000 cc - 1500 cc 0.01%

Alat berat (buldoser dll)

1.04% tembaga

dimurnikan (katoda)

0.32%

Bagian dari mesin piston 2.23%

karburator & parts 1.43%

Bagian dari derek kapal 1.19%

Poros transmisi 0.82%

Mobil 1500 cc -3000 cc 0.36%

Lainnya 92.55%

Tahun 2000

Kendaraan barang 5.93%

Kendaraan barang (damper)

2.87%

Mobil 1000 cc - 1500 cc 2.49%

Alat berat (buldoser dll)

2.46% tembaga

dimurnikan (katoda)

2.01% Bagian dari mesin

piston 1.72%

karburator & parts 1.65%

Bagian dari derek kapal 1.58%

Poros transmisi 1.49%

Mobil 1500 cc -3000 cc 1.42%

Lainnya 76.38%

Tahun 2010

Page 103: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

102

Tabel 7.1 Nilai Skep USDFS (dalam miliar)

SKEP 2008 2009 2010 2011 Total

US$ 0,577 0,440 0,672 0,490 2,179

Yen 7,292 6,570 6,642 1,651 22,155

Tabel 7.2 Potential Loss: USDFS (dalam triliun rupiah)

Tarif Normal - (BM MFN rata2 = 8,6%) Tarif USDFS

BEA MASUK 1,815 0

PPN 2,293 2,111

PPh 0,573 0,528

Total 4,681 2,639

Selisih (potential lost) Rp. 2,042

*) NDPBM (periode 18 Sept 2011): 1 USD = Rp8.554,00 dan 1 JPY = Rp111,4

Selain USDFS, IJEPA juga menyepakati program Manufacturing Industrial Development

Center (MIDEC) yang merupakan program kompensasi atas dibukanya akses pasar melalui program

USDFS yang berupa kerjasama teknis dalam rangka peningkatan daya saing industri nasional melalui

training, training for trainers, pengiriman expert, kunjungan kerja ke industri-industri, basic study,

dan workshop/seminar.

Ruang lingkup MIDEC meliputi : a) Cross sectoral: metal working, welding, mold & dies,

energy conservation, export & investment promotion, dan small medium enterprise dan b) Specific

sector untuk industri tertentu, meliputi automotive, electronics, steel, textile, non-ferrous, chemicals,

dan food & beverages.

Fakta-fakta yang ada terkait dengan program MIDEC:

– Pihak Japan mendanai kegiatan terkait MIDEC yang dilaksanakan di Japan maupun Indonesia,

namun kenyataannya Indonesia juga turut berpartisipasi dalam pendanaan kegiatan.

– Sampai dengan tahun ketiga implementasi IJEPA (2008-2011), kedua pihak telah melaksanakan

kegiatan-kegiatan untuk 12 (dua belas) sektor MIDEC.

– Sesuai dengan kesepakatan, Indonesia dan Japan akan melakukan evaluasi terhadap seluruh

implementasi isu-isu IJEPA termasuk MIDEC pada tahun 2013

– Program MIDEC sebagai kompensasi atas potential loss dari USDFS tidak jelas dan tidak terukur.

Komparasi Tarif ASEAN-India Menurut Data GTAP8 (2007)

Data GTAP8 merupakan database yang paling lengkap yang mampu menggambarkan keterkaitan

hubungan perdagangan antarnegara. Data GTAP8 menghimpun aktivitas transaksi perdagangan dari

129 negara di dunia dan 57 jenis komoditas. Walaupun demikian data GTAP8 memiliki tahun

Page 104: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

103

benchmark 2007 (publikasi paling mutakhir pada 5 Maret 2012), relatif tertinggal namun ini data

terlengkap termutakhir yang ada. Data GTAP8 juga mengklasifikasi hanya ke dalam 57 jenis

komoditas, terlalu aggregate dibandingkan dengan klasifikasi HS yang biasa ditemukan dalam data

ekspor-impor suatu negara. Namun dengan berbagai keterbatasan kondisi tersebut data GTAP8 masih

sangat mumpuni untuk landasan analisis yang sifatnya lebih makro yang mampu memberikan

gambaran awal untuk eksplorasi lanjutan yang lebih detail dan terinci.

Eksplorasi data GTAP8 menunjukkan bahwa struktur tarif eksisting pada tahun 2007 untuk

Japan dari berbagai Negara ASEAN dan sebaliknya yang dipresentasikan dalam Tabel 7.3 dan Tabel

7.4. Namun untuk membuat tabel ini lebih mudah terlihat dan terakomodasi oleh ruang yang terbatas,

presentasi hanya dilakukan untuk komoditas-komoditas dalam data GTAP8 yang memiliki tariff

efektif 10% ke atas.

Dengan membandingkan Tabel 6.8 dan Tabel 6.9 maka dapat dilihat bahwa Japan cenderung

lebih terbuka dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, hanya beberapa komoditas dari negara-

negara ASEAN yang masih dikenakan tarif impor. Pengenaan tarif tersebut benar-benar untuk

melindungi komoditas domestik Japan, yang tercermin walau pun hanya sedikit jenis komoditasnya

tetapi dikenakan tariff yang cukup tinggi. Misalnya, Japan sangat melindungi komoditas domestic

paddy rice dan processed paddy dengan mengenakan tariff impor di ats 500% untuk impor

komoditas sejenis dari Thailand.

Dengan Indonesia, Japan telah relatif terbuka. Hal ini karena antara Japan dan Indonesia telah

terjalin hubungan dagang yang erat secara bilateral. Tinggal beberapa komoditas yang dikenakan

tariff impor di atas 10%, yaitu: dairy products, cattle, sheep, goats and horses, sugar, vegetables,

fruit and nuts, dan leather products. Sebaliknya, Indonesia pun telah relative terbuka terhadap

komoditas impor dari Japan. Beberapa komoditas impor dari Japan yang dikenai tariff di atas 10%

adalah: beverages and tobacco products, motor vehicles and parts, wearing apparels, transport

equipment nec, dan wood products.

Tabel 7.3 Struktur tarif ke Japan dari Negara ASEAN menurut Data GTAP8 (2007)

Commodity INDO MAL PHIL SING THAI CAMB LAO VIET RSEA

Paddy rice 0.0 0.0 0.0 0.0 589.3 0.0 0.0 0.0 529.7

Vegetables, fruit, nuts 22.9 7.9 13.9 0.7 14.8 0.0 0.0 9.0 0.0

Cattle,sheep,goats,horses 35.2 0.0 0.0 0.0 20.7 0.0 0.0 0.0 0.0

Dairy products 136.0 0.0 73.9 0.0 143.5 0.0 0.0 0.0 0.0

Processed rice 0.0 0.0 0.0 0.0 586.0 0.0 0.0 402.9 722.7

Sugar 31.1 0.0 30.9 42.3 45.1 0.0 0.0 51.0 53.1

Food products nec 4.3 15.4 6.9 1.6 16.7 1.6 0.0 4.8 0.2

Beverages and tobacco products 9.3 2.7 6.0 0.0 14.8 0.0 0.0 8.8 0.3

Leather products 14.3 5.8 9.8 2.0 11.1 0.2 0.7 14.6 0.1

Page 105: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

104

Tabel 7.4 Struktur tarif ke Negara ASEAN dari Japan menurut Data GTAP8 (2007)

Commodity INDO MAL PHIL SING THAI CAMB LAO VIET RSEA

Paddy rice 0.0 0.0 0.0 0.0 16.3 0.0 0.0 20.0 1.6

Cereal grains nec 0.0 0.0 28.5 0.0 0.0 0.0 0.0 7.6 5.0

Vegetables, fruit, nuts 5.2 2.4 11.6 0.0 27.2 0.0 0.0 30.0 13.3

Oil seeds 0.0 0.2 10.9 0.0 30.0 0.0 0.0 9.3 19.4

Crops nec 2.3 1.2 1.6 0.0 11.1 0.0 8.1 13.6 12.5

Animal products nec 4.2 0.6 3.3 0.0 3.8 0.0 0.0 3.8 13.5

Forestry 3.6 0.1 0.2 0.0 7.3 0.0 0.0 1.1 20.0

Fishing 4.3 0.0 6.9 0.0 7.1 0.0 0.0 16.4 4.1

Meat: cattle,sheep,goats,horse 7.0 0.0 4.6 0.0 8.7 0.0 0.0 19.9 16.1

Meat products nec 5.2 13.0 17.5 0.0 26.0 0.0 0.0 30.1 26.5

Vegetable oils and fats 3.2 1.0 5.1 0.0 20.1 0.0 0.0 22.7 9.4

Dairy products 5.1 0.8 2.3 0.0 26.6 0.0 0.0 19.4 7.7

Processed rice 6.6 40.0 0.0 0.0 9.4 7.0 5.0 0.0 2.2

Sugar 6.1 0.0 0.0 0.0 20.1 0.0 0.0 22.0 10.0

Food products nec 9.0 2.6 12.9 0.0 7.9 7.6 29.7 27.8 14.2

Beverages and tobacco products 98.8 76.4 8.4 0.0 59.5 0.0 0.0 42.9 42.6

Textiles 5.7 8.5 7.1 0.0 6.1 7.3 9.6 35.3 12.2

Wearing apparel 14.3 15.9 14.6 0.0 50.4 32.7 0.0 49.4 11.6

Leather products 5.6 7.8 6.0 0.0 10.3 15.5 0.0 10.6 10.3

Wood products 10.2 1.5 12.2 0.0 11.1 32.5 16.4 29.5 14.7

Paper products, publishing 4.6 10.2 4.1 0.0 5.0 6.2 5.5 17.7 2.1

Petroleum, coal products 0.7 0.5 1.9 0.0 10.5 0.0 0.0 18.5 5.9

Chemical,rubber,plastic prods 5.8 8.5 4.9 0.0 8.8 8.8 10.9 11.6 5.1

Mineral products nec 6.1 9.5 3.9 0.0 11.1 11.4 5.0 13.7 1.8

Ferrous metals 6.9 33.7 3.2 0.0 5.5 7.2 5.0 3.2 0.1

Metal products 8.9 10.7 7.8 0.0 10.8 13.0 5.5 13.4 2.1

Motor vehicles and parts 18.7 21.1 15.2 0.0 21.8 26.5 32.0 27.4 14.3

Transport equipment nec 10.5 4.3 4.4 0.0 21.1 14.2 14.4 29.7 7.7

Electronic equipment 1.2 0.1 0.1 0.0 0.7 18.0 6.4 3.5 6.0

Machinery and equipment nec 4.3 2.9 2.4 0.0 4.6 14.1 6.4 5.6 2.0

Manufactures nec 6.0 8.3 6.2 0.0 53.0 19.3 11.4 24.9 3.7

Hasil Simulasi CGE GTAP8

Untuk melihat dampak liberalisasi perdagangan dalam skema AFTA dilakukan dua simulasi:

1. Liberalisasi penuh terjadi di negara-negara ASEAN5 (Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore

dan Thailand) dan Japan; dan

2. Liberalisasi penuh terjadi di seluruh negara ASEAN dan Japan.

Hasil dua simulasi tersebut dengan Model CGE GTAP disajikan dalam beberapa tabel yang

merepresentasikan berbagai aspek, yaitu:

Page 106: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

105

1. Dampak terhadap arus perdagangan agregat (nasional), yang terdiri atas persentase perubahan

nilai ekspor dan impor, nominal perubahan neraca perdagangan (trade balance), dan persentase

perubahan term of trade.

2. Dampak terhadap PDB dan investasi, yang terdiri atas persentase perubahan GDP baik dalam

besaran nominal atau pun harga, nominal perubahan pada equivalent variation, dan persentase

perubahan investasi.

3. Dampak terhadap kesejahteraan rumah tangga yang direpresentasikan oleh persentase perubahan

pendapatan faktor, persentase perubahan pendapatan rumah tangga dan persentase perubahan

tingkat harga konsumsi.

4. Dampak terhadap rasio pendapatan faktor terhadap inflasi yang didetailkan ke dalam persentase

perubahan tanah, tenaga kerja tidak terampil (unskill labour), tenaga kerja terampil (skill labour),

modal, dan sumber daya alam (natural resources).

5. Dampak terhadap ekspor dan impor sektoral dalam persentase perubahan.

Tabel 7.5 mengenai hasil simulasi dampak liberalisasi penuh di ASEAN5 dan di keseluruhan

ASEAN terhadap arus perdagangan menunjukkan bahwa FTA ASEAN-Japan berpotensi

meningkatkan volume arus perdagangan baik ekspor maupun impor. Hasil simulasi menunjukkan

bahwa dampak ke peningkatan volume ekspor dan impor Indonesia cukup besar, terbesar kedua

setelah Thailand untuk liberalisasi di level ASEAN5-Japan. Ketika level liberalisasi diperluas di

keseluruhan negara ASEAN dan Japan, prosentasi kenaikan sedikit mengalami kenaikan.

Tabel 7.5 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN-Japan terhadap Arus Perdagangan

Value of exports Value of imports at

world price Trade balance X-M Term of Trade

(%-change) (%-change) (US$ mill-change) (%-change)

ASEAN5JPN ASEANJPN ASEAN5JPN ASEANJPN ASEAN5JPN ASEANJPN ASEAN5JPN ASEANJPN

Indonesia 1.327 1.407 2.031 2.137 -468.6 -480.2 -0.054 -0.065

Malaysia 0.861 0.932 1.885 1.981 -1079.8 -1080.8 0.015 0.021

Philippines 0.888 0.911 1.594 1.602 -407.6 -395.3 0.032 0.017

Singapore 0.931 1.077 0.966 1.134 407.5 441.8 0.730 0.775

Thailand 1.470 1.761 3.148 3.527 -2062.0 -2105.6 -0.024 0.036

Cambodia -0.085 1.579 -0.101 3.882 1.3 -146.6 -0.054 -0.369

LaoPDR -0.516 1.102 -0.636 3.043 2.8 -34.0 -0.156 0.262

Vietnam -0.073 2.076 -0.162 3.201 64.2 -928.4 -0.181 0.118

SEAsia -0.098 0.496 -0.185 1.340 2.5 -46.4 -0.086 -0.096

India -0.097 -0.107 -0.130 -0.151 151.1 189.6 -0.079 -0.098

Japan 0.452 0.589 0.711 0.878 -1452.8 -1553.4 0.266 0.315

EU_25 -0.025 -0.025 -0.056 -0.065 1848.0 2406.5 -0.016 -0.020

Oceania -0.120 -0.125 -0.191 -0.217 163.7 209.2 -0.073 -0.088

EastAsia -0.102 -0.150 -0.124 -0.179 -4.2 -77.5 -0.080 -0.108

SouthAsia -0.019 -0.018 -0.068 -0.099 46.2 71.6 -0.041 -0.070

NAmerica -0.006 0.002 -0.073 -0.084 1983.1 2465.1 -0.032 -0.038

LatinAmer -0.018 -0.016 -0.070 -0.083 261.2 337.7 -0.015 -0.018

MENA -0.019 -0.014 -0.043 -0.045 50.5 70.2 0.005 0.018

SSA -0.047 -0.042 -0.093 -0.097 134.0 160.6 -0.025 -0.017

RestofWorld -0.032 -0.028 -0.058 -0.063 358.7 495.9 0.002 0.014

Page 107: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

106

Jika ditilik dari dampaknya ke neraca perdagangan (trade balance) Indonesia maka didapati

dampaknya negatif. Hal ini karena prosentasi kenaikan impor jauh lebih tinggi dari prosentasi

kenaikan ekspor, sehingga secara nominal dampak ke neraca perdagangan menjadi negatif. Secara

umum memang dampak skema FTA ini ke negara-negara ASEAN akan mengakibatkan penurunan

neraca perdagangan. Singapore ialah satu-satunya negara ASEAN yang memperoleh dampak positif

di neraca perdagangannya, baik untuk simulasi di level ASEAN5-Japan maupun di level keseluruhan

ASEAN-Japan.

Hal lain yang perlu dicatat ialah bahwa Indonesia menjadi satu-satunya negara anggota

ASEAN5 yang mengalami penurunan term of trade (TOT) untuk kedua simulasi baik simulasi

liberalisasi di level ASEAN5-Japan maupun liberalisasi di level ASEAN-Japan. Sementara Japan

mengalami kenaikan term of trade (TOT) yang cukup signifikan. Secara keseluruhan Singapore

mengalami dampak kenaikan term of trade (TOT) yang tertinggi.

Tabel 7.6 menyajikan dampak liberalisasi penuh terhadap PDB dan investasi. Dari tabel

tersebut terlihat bahwa liberalisasi membawa efek penurunan nilai PDB Indonesia walaupun indek

harga PDB juga menurun. Penurunan nilai PDB antara lain disebabkan komponen kenaikan impor

yang prosentasinya jauh lebih besar dari kenaikan ekspor. Dari sisi dampak terhadap investasi

mengalami kenaikan, walupun secara besaran relatif kecil jika dibandingkan dengan dampak yang

dialami oleh negara-negara ASEAN lainnya.

Tabel 7.6 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN-Japan terhadap PDB dan Investasi

Change in value of

GDP Change in GDP price

index Equivalent Variation

Investment levels to endowment stock

(%-change) (%-change) (US$ mill-change) (%-change)

ASEAN5JPN ASEANJPN ASEAN5JPN ASEANJPN ASEAN5JPN ASEANJPN ASEAN5JPN ASEANJPN

Indonesia -0.031 -0.031 -0.126 -0.129 413.6 413.0 0.641 0.647

Malaysia 0.267 0.288 -0.243 -0.233 1478.1 1508.5 4.180 4.234

Philippines 0.129 0.154 0.049 0.079 167.4 149.2 2.162 2.107

Singapore 1.584 1.688 1.570 1.673 1391.5 1479.4 1.638 1.725

Thailand 0.486 0.631 0.072 0.174 1261.6 1466.0 4.386 4.594

Cambodia -0.090 -1.719 -0.068 -2.092 -5.1 2.8 -0.081 9.078

LaoPDR -0.350 0.198 -0.335 0.049 -3.2 9.7 -0.192 2.659

Vietnam -0.404 0.817 -0.378 0.076 -127.8 529.2 -0.305 3.998

SEAsia -0.079 -0.388 -0.077 -0.636 -7.5 93.9 -0.183 1.071

India -0.100 -0.124 -0.088 -0.110 -374.3 -451.3 -0.053 -0.067

Japan 0.335 0.401 0.303 0.361 3246.7 3977.7 0.209 0.231

EU_25 -0.046 -0.057 -0.045 -0.055 -1170.0 -1472.5 -0.054 -0.070

Oceania -0.149 -0.165 -0.140 -0.155 -260.7 -301.8 -0.077 -0.097

EastAsia -0.092 -0.131 -0.082 -0.116 -2003.4 -2703.8 -0.059 -0.079

SouthAsia -0.061 -0.097 -0.057 -0.091 -44.5 -70.3 -0.048 -0.078

NAmerica -0.045 -0.054 -0.045 -0.054 -1027.8 -1177.2 -0.057 -0.070

LatinAmer -0.053 -0.063 -0.051 -0.061 -125.1 -148.0 -0.056 -0.071

MENA -0.027 -0.023 -0.025 -0.020 2.9 36.2 -0.035 -0.043

SSA -0.064 -0.065 -0.061 -0.061 -108.9 -85.7 -0.090 -0.104

RestofWorld -0.036 -0.035 -0.034 -0.033 -57.9 157.6 -0.039 -0.047

Page 108: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

107

Sementara itu, hasil simulasi dampak terhadap kesejahteraan sebagaimana dalam tabel 7.7

menunjukkan hasil yang positif untuk pendapatan faktor (tenaga kerja dan modal). Namun

pendapatan rumah tangga mengalami penurunan tipis. Satu hal yang bisa dikatakan sebagai

keuntungan ialah bahwa harga-harga barang ditingkat konsumen mengalami penurunan. Hal yang

kurang baik juga dialami oleh Japan sebagai mitra dagang utama ASEAN dalam skema FTA ini yang

hanya potensi mendapatkan keuntungan harga komoditas yang lebih murah secara agregat.

Sementara Malaysia, Singapore, dan Thailand relatif mendapatkan keuntungan yang lebih baik dalam

aspek ini.

Tabel 7.7 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN-Japan terhadap Kesejahteraan

factor inc at market prices

net of depr. household income

price index for private consumption exp

(%-change) (%-change) (%-change)

ASEAN5JPN ASEANJPN ASEAN5JPN ASEANJPN ASEAN5JPN ASEANJPN

Indonesia 0.323 0.331 -0.006 -0.008 -0.085 -0.095

Malaysia 1.316 1.358 0.419 0.441 -0.380 -0.397

Philippines 0.672 0.700 0.190 0.216 0.072 0.119

Singapore 1.775 1.891 1.704 1.816 0.860 0.919

Thailand 2.129 2.298 0.699 0.858 0.395 0.448

Cambodia -0.081 3.231 -0.094 -1.694 -0.021 -1.862

LaoPDR -0.315 2.451 -0.354 0.280 -0.260 0.255

Vietnam -0.498 3.137 -0.437 0.957 -0.253 0.098

SEAsia -0.084 0.126 -0.082 -0.363 -0.049 -0.817

India -0.100 -0.127 -0.103 -0.128 -0.071 -0.090

Japan 0.360 0.428 0.347 0.416 0.241 0.285

EU_25 -0.049 -0.061 -0.047 -0.058 -0.038 -0.046

Oceania -0.149 -0.167 -0.153 -0.169 -0.122 -0.133

EastAsia -0.095 -0.134 -0.097 -0.138 -0.060 -0.086

SouthAsia -0.060 -0.099 -0.062 -0.099 -0.042 -0.068

NAmerica -0.047 -0.056 -0.046 -0.056 -0.039 -0.047

LatinAmer -0.053 -0.063 -0.054 -0.064 -0.048 -0.057

MENA -0.023 -0.018 -0.026 -0.021 -0.024 -0.025

SSA -0.066 -0.066 -0.066 -0.067 -0.051 -0.053

RestofWorld -0.035 -0.033 -0.036 -0.035 -0.035 -0.037

Lebih detail terkait pendapatan faktor (factor income) dirinci dalam komponen tanah (Land),

tenaga kerja tidak terdidik (UnSkLab), tenaga kerja terdidik (SkLab), modal (Capital), dan sumber

daya alam (NatRes) disajikan dalam tabel 7.8. Dari tabel terlihat hanya satu komponen yang

dampaknya negatif bagi Indonesia, yaitu sumber daya alam (NatRes) untuk liberalisasi di level

ASEAN5-Japan. Namun ketika liberalisasi diperluas ke level keseluruhan ASEAN-Japan komponen

tanah (Land) juga mengalami dampak negative. Hal ini mengindikasikan bahwa liberalisasi

perdagangan menurunkan return pendapatan dari sumber daya alam. Kemungkinannya ialah untuk

barang-barang komoditas Indonesia yang dominan sumber daya alamnya mengalami penurunan daya

saing sehingga kalah bersaing dengan komoditas sejenis dari negara-negara mitra dagang Indonesia.

Page 109: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

108

Tabel 7.8 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN-Japan terhadap Rasio Pendapatan

Faktor/Inflasi

Land UnSkLab SkLab Capital NatRes

(%-change) (%-change) (%-change) (%-change) (%-change)

ASEAN5JPN ASEANJPN ASEAN5JPN ASEANJPN ASEAN5JPN ASEANJPN ASEAN5JPN ASEANJPN ASEAN5JPN ASEANJPN

Indonesia 0.025 -0.223 0.455 0.483 0.345 0.379 0.363 0.401 -0.147 -0.120

Malaysia 0.149 -0.003 1.617 1.670 1.450 1.501 1.568 1.638 -1.051 -1.006

Philippines -0.305 0.190 0.567 0.544 0.416 0.372 0.515 0.468 0.036 -0.036

Singapore 3.289 9.108 0.804 0.857 0.654 0.695 0.791 0.836 -0.883 -0.463

Thailand 8.180 7.655 1.163 1.269 0.780 0.884 1.103 1.219 1.250 1.688

Cambodia -0.033 4.307 -0.063 4.617 -0.075 4.606 -0.055 5.010 -0.027 -5.275

LaoPDR 0.429 2.807 -0.088 1.697 -0.015 1.869 -0.209 1.582 -0.376 2.375

Vietnam -1.482 0.108 -0.186 3.094 -0.138 2.700 -0.130 3.215 0.848 -2.302

SEAsia 0.185 1.062 -0.066 0.853 -0.074 0.887 -0.089 0.803 0.185 1.118

India -0.023 -0.058 -0.027 -0.034 -0.019 -0.022 -0.029 -0.034 0.101 0.171

Japan -3.858 -4.982 0.106 0.131 0.119 0.145 0.112 0.133 -0.571 -0.524

EU_25 0.028 0.062 -0.013 -0.017 -0.009 -0.012 -0.008 -0.012 0.034 0.092

Oceania 0.264 0.257 -0.037 -0.046 -0.032 -0.040 -0.027 -0.033 0.378 0.507

EastAsia -0.099 -0.175 -0.031 -0.043 -0.028 -0.038 -0.023 -0.029 -0.096 -0.056

SouthAsia 0.051 0.053 -0.021 -0.033 -0.024 -0.035 -0.023 -0.036 -0.077 -0.052

NAmerica -0.101 -0.094 -0.008 -0.011 -0.004 -0.006 -0.006 -0.007 0.077 0.145

LatinAmer -0.021 -0.009 -0.009 -0.013 -0.005 -0.008 -0.006 -0.008 0.162 0.242

MENA 0.033 0.031 -0.011 -0.017 -0.007 -0.008 -0.007 -0.008 0.075 0.151

SSA -0.074 -0.057 -0.028 -0.031 -0.020 -0.022 -0.020 -0.022 0.179 0.250

RestofWorld -0.027 -0.016 -0.012 -0.017 -0.007 -0.009 -0.008 -0.009 0.140 0.238

Tabel 7.9 dan 7.10 akan merinci dampak ekspor dan impor sektoral untuk industri/komoditas

dalam perekonomian Indonesia sebagai akibat liberalisasi di level ASEAN5-Japan. Sementara Tabel

7.11 dan 7.12 akan menyajikan hasil simulasi dampak jika liberalisasi diperluas ke level keseluruhan

ASEAN-Japan. Namun karena keterbatasan tempat penyajian dan untuk mempermudah analisis

hanya akan disajikan untuk industri/komoditas untuk urutan 10 sektor yang mengalami dampak

positif terbesar dan 10 sektor yang mengalami dampak negatif terbesar bagi Indonesia baik di sisi

ekspor maupun impor.

Dari Tabel 7.9 dapat kita lihat bahwa liberalisasi perdagangan di ASEAN5-Japan

mengakibatkan ekspor Indonesia untuk komoditas paddy rice, dairy products, beverages and tobacco

products, dan sugar cane, sugar beet meningkat signifikan – dengan angka kenaikan di atas 10%.

Hal ini diikuti oleh peringkat berikutnya dengan nilai kenaikan di bawah 10% untuk komoditas

cereal grains nec., sugar, metal products, leather products, cattle, sheep, goats, horse dan food

products nec. Dari tabel tersebut terlihat bahwa Indonesia mendapat manfaat dengan kenaikan ekspor

beberapa komoditas yang cukup tinggi. Namun juga terlihat adanya komoditas yang mengalami

penurunan ekspor dengan angka persentasi yang relative kecil, hanya di bawah 1.5%.

Page 110: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

109

Tabel 7.9 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN5-Japan terhadap Ekspor Sektoral

INA MAL PHI SIN THA CAM LAO VIE SEA JPN

Paddy rice 30.21 21.17 10.53 -15.66 -24.78 -45.04 2.82 15.01 0.98 6.26

Dairy products 19.47 1.89 5.11 -1.01 -2.08 -2.03 2.13 3.41 -0.24 2.78

Beverages and tobacco products 11.12 10.69 40.00 20.40 3.46 -0.77 0.19 -1.67 -2.32 0.43

Sugar cane, sugar beet 10.65 -11.70 1.04 -9.00 -32.30 -4.10 1.05 4.42 -0.41 0.80

Cereal grains nec 6.56 -0.15 1.39 -2.69 -5.53 5.68 4.03 2.62 1.25 0.50

Sugar 5.62 16.32 13.38 63.88 21.34 -3.82 -1.74 -10.17 -2.68 26.00

Metal products 5.34 15.28 2.69 28.99 0.65 -0.11 -9.19 -0.27 -6.88 4.56

Leather products 5.19 6.64 5.43 7.39 2.25 -1.00 0.90 0.42 -2.13 2.46

Cattle,sheep,goats,horses 4.89 -1.71 -1.53 -0.29 -12.01 0.28 4.72 2.88 6.21 1.08

Food products nec 4.40 9.89 2.85 2.52 6.67 -0.38 0.54 0.32 -1.13 2.54

Recreation and other services -0.77 -2.16 -1.17 -2.99 -2.31 0.06 2.74 1.01 0.27 -1.33

Communication -1.00 -3.68 -1.43 -5.89 -4.91 0.21 1.40 1.05 0.39 -1.29

Insurance -1.01 -3.38 -1.84 -3.63 -4.99 0.14 1.60 0.80 0.35 -1.27

Financial services nec -1.05 -3.83 -1.71 -3.32 -4.90 0.14 1.61 1.13 0.35 -1.33

Wheat -1.06 0.32 -0.04 -7.34 -9.19 0.11 -0.24 0.61 -0.41 0.25

Forestry -1.11 -3.26 -1.61 -0.60 -2.25 -0.08 2.77 0.43 0.05 2.43

Raw milk -1.15 -2.33 -0.26 -9.32 -28.27 -0.42 -2.21 1.98 -0.64 1.14

Plant-based fibers -1.19 -1.59 0.05 -3.86 -7.40 -0.01 0.08 1.23 -0.24 -0.77

Gas manufacture, distribution -1.21 -4.60 -2.05 -0.96 -6.44 -0.14 2.63 1.54 0.48 -1.89

Meat: cattle,sheep,goats,horse -1.38 -1.57 1.03 1.08 -22.31 0.21 0.82 1.59 -0.29 -1.01

Tabel 7.10 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN5-Japan terhadap Impor Sektoral

INA MAL PHI SIN THA CAM LAO VIE SEA JPN

Motor vehicles and parts 12.48 7.67 8.30 2.94 16.10 0.92 -0.07 -0.36 0.36 1.39

Beverages and tobacco products 9.09 9.33 0.89 0.92 12.96 0.00 -0.66 -0.31 -0.02 0.54

Metal products 8.67 5.77 5.35 4.08 12.11 -0.29 -0.31 -0.13 -0.18 1.17

Sugar 8.12 0.89 33.44 9.54 28.70 -1.92 -0.40 -3.61 -4.37 3.94

Processed rice 5.94 17.83 14.10 0.36 9.08 -6.64 -4.32 -6.07 -5.69 30.91

Chemical,rubber,plastic prods 4.78 5.04 1.55 4.47 5.23 -0.04 -0.10 -0.19 -0.12 0.80

Mineral products nec 4.25 4.82 4.49 2.02 10.91 -0.38 -0.82 -0.78 -0.64 0.79

Manufactures nec 4.10 5.27 2.50 1.01 7.89 -0.22 -0.75 -0.20 -0.55 1.12

Wood products 3.90 3.67 4.45 2.47 6.24 -0.64 -1.28 -0.19 -1.30 1.56

Food products nec 3.89 1.74 2.29 1.94 5.81 -0.58 -1.69 -0.45 -0.70 2.96

Sea transport 0.08 0.99 0.25 -0.34 -0.08 -0.14 -0.61 -0.09 -0.15 0.00

Dwellings 0.00 -0.07 0.06 0.77 -0.08 -0.07 -0.02 0.04 -0.01 0.04

Oil seeds 0.00 0.12 0.32 0.97 0.63 -3.00 -1.72 0.17 -0.19 -0.10

Gas -0.03 0.25 1.78 0.39 -0.33 -0.03 31.91 1.24 -0.21 0.18

Electricity -0.09 2.23 0.86 2.04 1.86 0.16 -2.25 -0.80 -0.29 0.78

Air transport -0.12 0.19 -0.12 0.34 0.54 -0.14 -0.57 -0.08 -0.11 0.40

Cereal grains nec -0.34 1.12 1.18 0.91 7.19 -2.91 -2.41 -0.64 -1.08 -0.27

Coal -0.54 0.18 0.05 0.77 0.30 -0.18 -0.08 -0.65 -2.25 0.21

Oil -0.73 1.59 0.15 2.27 -0.37 0.06 1.43 -0.01 -0.35 0.20

Sugar cane, sugar beet -10.90 5.68 -0.55 1.57 7.68 2.03 -0.59 -2.25 -1.60 -0.43

Page 111: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

110

Berikutnya, Tabel 7.10 menyajikan hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan di

ASEAN5-Japan terhadap impor sektoral/komoditas. Terlihat bahwa Indonesia mengalami kenaikan

di atas 10% untuk impor komoditas motor vehicles and parts. Selain itu, ada beberapa komoditas lain

yang mengalami kenaikan cukup signifikan walaupun masih di bawah 10%, yaitu: beverages and

tobacco products, metal products, dan sugar. Satu hal lagi yang menonjol dan perlu dicatat ialah

penurunan impor untuk komoditas sugar cane, sugar beet yang turun sebesar 10,90%.

Dengan membandingkan Tabel 7.9 dengan Tabel 7.10 dapat diketahui bahwa: (1) liberalisasi

perdagangan di level ASEAN5-Japan memberikan dampak yang sangat baik bagi komoditas sugar

cane, sugar beet yang tidak hanya mengalami kenaikan ekspor tetapi juga mengalami penurunan

impor yang sangat signifikan. Kondisi ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa komoditas ini

memiliki keunggulan daya saing dibandingkan dengan negara lain dan sangat siap untuk

diliberalisasi. (2) Beberapa komoditas mengalami kenaikan baik dari sisi ekspor maupun impor,

yaitu: beverages and tobacco products, sugar, dan metal products.

Tabel 7.11 dan Tabel 7.12 menyajikan hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan secara

penuh di level keseluruhan ASEAN-Japan. Hasilnya bagi Indonesia menunjukkan pola yang hampir

sama dengan hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-Japan sebagaimana

disajikan dalam Tabel 7.9 dan Tabel 7.10 di atas dengan magnitude yang hampir sama pula. Satu

perbedaan yang cukup menonjol ialah adanya perubahan peningkatan persentasi impor komoditas

processed rice.

Tabel 7.11 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN-Japan terhadap Ekspor Sektoral

INA MAL PHI SIN THA CAM LAO VIE SEA JPN

Paddy rice 25.71 32.17 7.22 -22.70 -23.96 49.72 -21.45 -11.01 27.46 8.29

Dairy products 19.90 3.57 5.95 3.52 1.49 32.93 -11.57 -0.84 7.22 2.67

Beverages and tobacco products 11.77 24.72 42.11 37.27 5.60 3.14 -4.44 5.79 15.96 0.48

Sugar cane, sugar beet 11.02 -11.88 0.22 -13.66 -32.82 8.05 -5.74 -4.38 3.14 1.06

Cereal grains nec 6.61 -0.55 -0.56 -4.56 -4.76 32.84 16.91 -1.63 2.60 2.32

Motor vehicles and parts 5.80 13.51 16.99 38.19 12.73 21.92 178.32 5.82 6.54 0.11

Sugar 5.70 16.09 12.93 63.63 22.06 1.95 -9.26 22.90 9.08 27.56

Metal products 5.22 15.26 2.70 29.31 1.06 22.42 30.15 2.36 13.67 5.31

Cattle,sheep,goats,horses 5.12 -0.51 -2.14 -2.68 -10.63 -9.11 3.71 -5.39 17.83 1.12

Leather products 4.97 7.12 5.32 8.46 3.42 4.53 -1.27 5.44 1.48 4.60

PubAdmin/Defence/Health/Educat -0.79 -2.82 -1.61 -4.90 -4.64 -0.72 -0.27 -5.72 0.75 -1.58

Water -0.83 -3.42 -2.13 -7.43 -7.08 11.06 -2.28 -11.59 0.61 -2.26

Recreation and other services -0.84 -2.28 -1.22 -3.20 -2.73 -2.85 19.80 -6.80 1.36 -1.60

Meat: cattle,sheep,goats,horse -0.92 -0.40 0.61 2.56 -21.92 -14.37 -18.39 -2.66 -0.98 -0.52

Forestry -1.07 -3.40 -1.68 -0.26 -2.72 -7.11 -3.87 -3.36 -0.47 2.22

Communication -1.09 -3.83 -1.44 -6.25 -5.49 -9.17 -3.61 -7.79 0.17 -1.53

Insurance -1.10 -3.53 -1.87 -3.88 -5.60 -1.51 -5.42 -5.09 0.33 -1.53

Financial services nec -1.16 -4.00 -1.74 -3.54 -5.50 -3.18 -6.06 -8.74 0.20 -1.59

Wheat -1.26 -0.08 0.93 -0.85 -9.06 -0.37 -0.35 2.78 2.62 7.78

Gas manufacture, distribution -1.30 -4.79 -2.08 -1.10 -7.26 -0.08 -3.98 -12.35 0.28 -2.20

Page 112: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

111

Tabel 7.12 Dampak Liberalisasi Penuh ASEAN-Japan terhadap Impor Sektoral

INA MAL PHI SIN THA CAM LAO VIE SEA JPN

Processed rice 14.90 27.47 11.50 0.55 10.94 11.48 13.08 9.54 -5.44 42.66

Motor vehicles and parts 12.49 7.71 8.30 3.19 16.50 7.85 4.47 3.57 12.82 1.58

Beverages and tobacco products 9.33 9.47 0.95 1.05 13.56 3.45 9.09 10.49 19.93 0.62

Metal products 8.80 6.07 5.34 4.32 12.60 6.32 2.85 3.22 -1.10 1.36

Sugar 8.18 0.93 33.50 9.87 29.15 2.02 0.68 23.92 -5.39 3.97

Coal 7.56 0.20 0.05 0.85 0.58 1.76 8.46 0.57 -0.40 0.24

Chemical,rubber,plastic prods 4.79 5.07 1.57 4.49 5.38 3.43 1.14 2.31 0.67 1.02

Mineral products nec 4.31 4.95 4.45 2.14 11.69 9.21 2.88 9.20 0.93 0.90

Manufactures nec 4.15 5.38 2.54 1.15 8.65 3.29 5.26 8.20 5.12 1.34

Wood products 3.94 3.70 4.47 2.76 7.54 32.80 5.53 2.52 9.26 1.65

Animal products nec 0.09 3.47 0.67 0.58 2.32 4.30 7.23 1.19 0.25 0.20

Vegetables, fruit, nuts 0.02 0.75 2.46 1.66 12.72 7.17 24.79 2.68 3.94 2.24

Electricity 0.00 2.38 0.89 2.27 2.59 -26.20 6.49 5.15 -0.27 0.94

Dwellings 0.00 -0.06 0.03 0.78 -0.02 -0.67 -0.44 3.13 0.30 0.05

Oil seeds -0.02 0.34 0.41 1.63 1.95 10.60 12.18 1.17 -0.15 -0.05

Air transport -0.08 0.20 -0.10 0.37 0.72 -3.71 0.03 -2.19 -0.26 0.50

Cereal grains nec -0.36 1.03 1.35 1.53 20.19 -1.06 1.99 0.39 -1.51 -0.29

Oil -0.76 4.26 0.17 2.81 1.17 -10.47 -0.86 0.57 -0.61 0.26

Paddy rice -1.34 88.45 0.98 1.61 25.06 17.53 20.10 9.30 6.52 -0.70

Sugar cane, sugar beet -11.14 5.47 -0.16 2.54 7.68 -4.56 2.48 0.38 -4.09 -0.47

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Dari berbagai uraian tersebut di atas, baik yang berupa analisis deskriptif terhadap data

perkembangan ekspor-impor Indonesia, komposisi dan struktur tarif impor negara-negara di ASEAN,

dan simulasi dampak liberalisasi perdagangan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) mulai berlaku efektif pada 1

Desember 2008 merupakan suatu persetujuan ekonomi antara ASEAN dan Japan yang bersifat

komprehensif serta mencakup bidang perdagangan barang, jasa, investasi, SPS, TBT dan

kerjasama ekonomi. Indonesia sebetulnya telah memiliki hubungan dengan Japan sebelumnya

secara bilateral melalui skema Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement yang dimulai

sejak tahun 2007.

2. Penggalian data GTAP8 dapat ditemukan beberapa fakta terkait komparasi tarif antara negara

ASEAN dan Japan sebagai berikut: (1) Japan cenderung lebih terbuka dibandingkan dengan

negara-negara ASEAN, hanya beberapa komoditas dari negara-negara ASEAN yang masih

dikenakan tarif impor. Pengenaan tarif tersebut benar-benar untuk melindungi komoditas

domestik Japan, yang tercermin walau pun hanya sedikit jenis komoditasnya tetapi dikenakan

tariff yang cukup tinggi. Misalnya, Japan sangat melindungi komoditas domestic paddy rice dan

processed paddy dengan mengenakan tariff impor di ats 500% untuk impor komoditas sejenis

Page 113: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

112

dari Thailand. (2) Dengan Indonesia, Japan telah relatif terbuka. Hal ini karena antara Japan dan

Indonesia telah terjalin hubungan dagang yang erat secara bilateral. Tinggal beberapa komoditas

yang dikenakan tariff impor di atas 10%, yaitu: dairy products, cattle, sheep, goats and horses,

sugar, vegetables, fruit and nuts, dan leather products. Sebaliknya, Indonesia pun telah relative

terbuka terhadap komoditas impor dari Japan. Beberapa komoditas impor dari Japan yang

dikenai tariff di atas 10% adalah: beverages and tobacco products, motor vehicles and parts,

wearing apparels, transport equipment nec, dan wood products.

3. Hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-Japan dan keseluruhan

ASEAN-Japan menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:

i) Liberalisasi penuh di ASEAN5-Japan atau pun keseluruhan ASEAN-Japan menunjukkan

bahwa berpotensi meningkatkan volume arus perdagangan baik ekspor maupun impor.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa dampak ke peningkatan volume ekspor dan impor

Indonesia cukup besar, terbesar kedua setelah Thailand untuk liberalisasi di level ASEAN5-

Japan. Ketika level liberalisasi diperluas di keseluruhan negara ASEAN dan Japan,

prosentasi kenaikan sedikit mengalami kenaikan. Jika ditilik dari dampaknya ke neraca

perdagangan (trade balance) Indonesia maka didapati dampaknya negatif. Hal ini karena

prosentasi kenaikan impor jauh lebih tinggi dari prosentasi kenaikan ekspor, sehingga

secara nominal dampak ke neraca perdagangan menjadi negatif. Secara umum memang

dampak skema FTA ini ke negara-negara ASEAN akan mengakibatkan penurunan neraca

perdagangan. Singapore ialah satu-satunya negara ASEAN yang memperoleh dampak

positif di neraca perdagangannya, baik untuk simulasi di level ASEAN5-Japan maupun di

level keseluruhan ASEAN-Japan. Hal lain yang perlu dicatat ialah bahwa Indonesia

menjadi satu-satunya negara anggota ASEAN5 yang mengalami penurunan term of trade

(TOT) untuk kedua simulasi baik simulasi liberalisasi di level ASEAN5-Japan maupun

liberalisasi di level ASEAN-Japan. Sementara Japan mengalami kenaikan term of trade

(TOT) yang cukup signifikan. Secara keseluruhan Singapore mengalami dampak kenaikan

term of trade (TOT) yang tertinggi.

ii) Liberalisasi membawa efek penurunan nilai PDB Indonesia walaupun indek harga PDB

juga menurun. Penurunan nilai PDB antara lain disebabkan komponen kenaikan impor

yang prosentasinya jauh lebih besar dari kenaikan ekspor. Dari sisi dampak terhadap

investasi mengalami kenaikan, walupun secara besaran relatif kecil jika dibandingkan

dengan dampak yang dialami oleh negara-negara ASEAN lainnya.

iii) Liberalisasi perdagangan mengakibatkan hasil yang positif untuk pendapatan faktor (tenaga

kerja dan modal). Namun pendapatan rumah tangga mengalami penurunan tipis. Satu hal

yang bisa dikatakan sebagai keuntungan ialah bahwa harga-harga barang ditingkat

konsumen mengalami penurunan. Hal yang kurang baik juga dialami oleh Japan sebagai

mitra dagang utama ASEAN dalam skema FTA ini yang hanya potensi mendapatkan

Page 114: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

113

keuntungan harga komoditas yang lebih murah secara agregat. Sementara Malaysia,

Singapore, dan Thailand relatif mendapatkan keuntungan yang lebih baik dalam aspek ini.

iv) Lebih detail terkait pendapatan faktor (factor income) dirinci dalam komponen tanah

(Land), tenaga kerja tidak terdidik (UnSkLab), tenaga kerja terdidik (SkLab), modal

(Capital), dan sumber daya alam (NatRes), hanya satu komponen yang dampaknya negatif

bagi Indonesia, yaitu sumber daya alam (NatRes). Namun ketika liberalisasi diperluas ke

level keseluruhan ASEAN-Japan komponen tanah (Land) juga mengalami dampak negatif.

Hal ini mengindikasikan bahwa liberalisasi perdagangan menurunkan return pendapatan

dari sumber daya alam. Kemungkinannya ialah untuk barang-barang komoditas Indonesia

yang dominan sumber daya alamnya mengalami penurunan daya saing sehingga kalah

bersaing dengan komoditas sejenis dari negara-negara mitra dagang Indonesia.

v) Liberalisasi perdagangan di ASEAN5-Japan mengakibatkan ekspor Indonesia untuk

komoditas paddy rice, dairy products, beverages and tobacco products, dan sugar cane,

sugar beet meningkat signifikan – dengan angka kenaikan di atas 10%. Hal ini diikuti oleh

peringkat berikutnya dengan nilai kenaikan di bawah 10% untuk komoditas cereal grains

nec., sugar, metal products, leather products, cattle, sheep, goats, horse dan food products

nec. Dari tabel tersebut terlihat bahwa Indonesia mendapat manfaat dengan kenaikan

ekspor beberapa komoditas yang cukup tinggi. Namun juga terlihat adanya komoditas yang

mengalami penurunan ekspor dengan angka persentasi yang relative kecil, hanya di bawah

1.5%.

vi) Liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-Japan memberikan dampak kenaikan di atas

10% untuk impor komoditas motor vehicles and parts. Selain itu, ada beberapa komoditas

lain yang mengalami kenaikan cukup signifikan walaupun masih di bawah 10%, yaitu:

beverages and tobacco products, metal products, dan sugar. Satu hal lagi yang menonjol

dan perlu dicatat ialah penurunan impor untuk komoditas sugar cane, sugar beet yang turun

sebesar 10,90%.

vii) Secara keseluruhan hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-

Japan: (1) liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-Japan memberikan dampak yang

sangat baik bagi komoditas sugar cane, sugar beet yang tidak hanya mengalami kenaikan

ekspor tetapi juga mengalami penurunan impor yang sangat signifikan. Kondisi ini secara

tidak langsung menunjukkan bahwa komoditas ini memiliki keunggulan daya saing

dibandingkan dengan negara lain dan sangat siap untuk diliberalisasi. (2) Beberapa

komoditas mengalami kenaikan baik dari sisi ekspor maupun impor, yaitu: beverages and

tobacco products, sugar, dan metal products.

viii) Hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan secara penuh di level ASEAN-Japan

menunjukkan pola yang hampir sama dengan hasil simulasi dampak liberalisasi

Page 115: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

114

perdagangan di level ASEAN5-Japan. Satu perbedaan yang cukup menonjol ialah adanya

perubahan peningkatan persentasi impor komoditas processed rice.

Dengan memperhatikan poin-poin dalam kesimpulan tersebut di atas baik yang berasal dari

deskriptif analisis maupun hasil simulasi dampak, maka kami merekomendasikan kebijakan sebagai

berikut:

1. Pemerintah Indonesia perlu mengambil sikap berhati-hati dalam hal negosiasi pengurangan tarif

dalam skema FTA ini. Hal ini mengingat bahwa hubungan Indonesia-Japan telah relatif terbuka

untuk kedua belah pihak. Perlu dikaji lebih detail komoditas-komoditas yang bisa menghasilkan

win-win solution dengan Japan atau yang secara kolaboratif mampu meningkatkan daya saing

Indonesia-Japan dibanding dengan negara ASEAN lain atau pun dengan negara lain di luar

kawasan ASEAN.

2. Beberapa komoditas Indonesia yang bisa dan siap untuk diliberalisasi secara penuh asalkan

diperlakukan setara dengan negara ASEAN lainnya dan Japan, yaitu: sugar cane, sugar beet. Hal

ini berdasarkan hasil simulasi yang menunjukkan bahwa ketika diliberalisasi untuk wilayah

ASEAN-Japan, komoditas tersebut mengalami kenaikan ekspor dan sekaligus penurunan impor.

3. Untuk beberapa komoditas yang hasil simulasinya menunjukkan bahwa liberalisasi

mengakibatkan kenaikan baik untuk ekspor dan impor yaitu untuk komoditas: beverages and

tobacco products, sugar, dan metal products, perlu dilihat lebih detail klasifikasi HS-nya. Hal ini

penting untuk mengetahui lebih detail unsur-unsur komoditas apa berdasar klasifikasi HS yang

mengalami dampak kenaikan ekspor dan impor sehingga dapat diambil kebijakan yang lebih

tepat.

4. Terkait dengan produk komoditas Indonesia yang berorientasi ekspor perlu dilakukan studi

lanjutan untuk melakukan analisis daya saing dan mengukur tingkat produktivitas. Hal ini penting

tidak hanya untuk memahami peta persaingan dengan komoditas dari negara lain akan tetapi juga

menemukan formula untuk meningkatkan daya saing dengan peningkatan produktivitasnya.

Page 116: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

115

BAB VIII

ASEAN-ANZ FREE TRADE AREA

PENDAHULUAN

Sejak 2010 ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA) yang terdiri dari

Australia, New Zealand, Brunai, Myanmar, Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam telah

melakukan entry into force (EIF). Pada tahun 2011 menyusul Laos melakukan EIF dengan

AANZFTA. Indonesia baru menandatangani entry into force (EIF) pada 10 Januari 2012

(http://www.customs.gov.au/site/page6076.asp). AANZFTA sepakat menurunkan tarif tertentu yang

dihitung berdasarkan rata-rata tariff Most Favored Nation (MFN) 2005, preferensi tarif antar anggota

FTA. Terdapat empat katagori yang akan diturunkan tarifnya, yakni exclusion list, normal track,

sensitive track (ST-1) dan sensitive track (ST-2). Total yang akan diturunkan tarifnya sampai dengan

2013 mencapai 8.738 katagori (lihat Tabel 8.1).

Tabel 8.1 Modalitas Penurunan Tarif

Kategori Jml

Kategori

Prosentase

Kategori

Average

(base rate MFN 2005) Keterangan

2011 2012 2013

Exclussion List

(EL) 106 1,2% 61,5% 61,5% 61,5%

Tidak termasuk dalam jadwal penurunan

tarif (menggunakan tarif umum/

exclussion), antara lain binatang hidup,

jagung, beras, daging beku, gula, alkohol

dan minuman beralkohol, rokok, produk

senjata, tank

Normal Track

(NT) 7724 88,4% 1,1% 0,4% 0%

Bea Masuk menjadi 0% paling lambat

tahun 2013, antara lain: binatang hidup,

buah-buahan, sayuran, produk pertanian,

produk kimia, barang-barang farmasi,

kulit, kayu kertas.

Sensitive Track

(ST-1) 773 8,8% 10% 8,6% 7,8%

Bea Masuk menjadi 0%-5% paling

lambat tahun 2020, mencakup: beef and

dairy product dan produk logam.

Sensitive Track

(ST-2) 135 1,6% 34,6% 34,4% 34,3%

Penurunan bea masuk sampai dengan

2025. Mencakup antara lain: alat angkut

Grand Total 8738 100%

Bea Masuk rata2

(sesuai RPMK)

3,1% 2,4% 1,9%

Page 117: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

116

ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA)

Langkah awal pembentukan AANZFTA adalah dengan disepakatinya Joint Declaration of the

Leaders ASEAN-Australia and New Zealand Commemorative Summit pada tanggal 30 November

2004 di Vientiane, Laos yang di dalamnya tertuang Guiding Principles for Negotiation on ASEAN-

Australia-New Zealand Free Trade Area (http://apindo.or.id/index.php/trade-a-investment/kerja-

sama-internasional/gambaran-umum-fta-lainnya).

Hal tersebut dilanjutkan dengan proses negosiasi AANZFTA yang dimulai pada awal tahun

2005. Setelah melalui 15 putaran perundingan, Persetujuan ASEAN-Australia New Zealand Free

Trade Area diselesaikan pada bulan Agustus 2008.

Selanjutnya, Persetujuan ASEAN-Australia New Zealand Free Trade Area ditandatangani oleh

Para Menteri Ekonomi ASEAN, Australia dan New Zealand pada tanggal 27 Februari 2009 di Hua

Hin, Thailand. Persetujuan AANZFTA terdiri dari 18 Bab, 212 Pasal dan 4 Lampiran, yang

mencakup: Perdagangan Barang, Jasa, Investasi, ROO, Customs, SPS, TBT, Safeguard, Hak

Kekayaan Intelektual, Kebijakan Persaingan, MNP, Kerjasama Ekonomi, DSM, ecommerce.

Adapun tujuan AANZFTA adalah untuk memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi,

perdagangan barang, perdagangan jasa dan investasi antara negara-negara anggota, meliberalisasi

perdagangan secara progresif dan menciptakan suatu sistem yang transparan dan untuk

mempermudah investasi, dan Menggali bidang-bidang kerjasama yang baru dan mengembangkan

kebijaksanaan yang tepat dalam rangka kerjasama ekonomi antara negara-negara anggota.

AANZFTA merupakan kerjasama perdagangan bebas multi-negara (plurilateral) yang pertama

kali bagi Australia dan New Zealand dengan negara-negara ketiga

(http://www.dfat.gov.au/fta/aanzfta/index.html). FTA ini cukup komprehensif, karena mencakup

semua sektor termasuk barang-barang, jasa dan investasi, kekayaan intelektual secara bersamaan.

Sementara itu bagi ASEAN, perjanjian perdagangan adalah yang paling komprehensif yang pernah

dinegosiasikan.

Dengan diberlakukannya perjanjian perdagangan bebas ASEAN-Australia dan New Zealand

(AANZFTA), sejumlah produk ekspor Indonesia menikmati tarif 0 persen. Pada tahun pertama

berlakunya perjanjian, Oktober 2009, sebanyak 93 persen dari ekspor Indonesia yang masuk ke pasar

Australia telah menikmati tariff bea masuk 0 persen, sedangkan untuk pasar New Zealand sebanyak

78,8 persen dari total ekspor Indonesia.

Pada tahun 2010, bea masuk 0 persen dinikmati 98,1 persen total ekspor Indonesia dan 79,95

persen untuk pasar New Zealand. Ini merupakan komitmen Australia dan New Zealand. Sedangkan

Indonesia berkomitmen untuk membebaskan bea masuk 0 persen terhadap kurang lebih 85 persen

Page 118: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

117

dari pos tarif Auatralia dan New Zealand secara bertahap dalam jangka waktu 2009-2014 (normal

track).

Implementasi AANZFTA bergantung pada kecepatan ratifikasi dari 12 negara yang masuk

dalam perundingan. Pada tahun 209, terdapat beberapa produk impor dari Australia yang akan

mendapatkan bea masuk 0 persen, di antaranya binatang hidup termasuk sapi, ikan, udang, mentega,

telur, keju, pohon-pohon hidup, garam lainnya, bunga potong, produk plastik, produk kulit, dan

produk karet. Sebelumnya, produk impor tersebut dikenakan bea masuk 5 - 10 persen. Sedangkan

untuk beberapa produk, seperti sapi hidup dan susu, penurunan bea masuk akan dikenakan pada 2017

hingga 2020 (termasuk produk sensitif).

Australia akan mempercepat penurunan bea masuk untuk tekstil dan produk tekstil (TPT) dan

sepatu yang pada saat ini masih dikenakan bea masuk 5 -17,5 persen dijadwalkan semula dari 2012-

2020 menjadi 2009-2015. Penurunan bea masuk yang lebih cepat bagi produk Indonesia

dibandingkan dengan komitmen Australia kepada Malaysia dan Thailand juga diberlakukan terhadap

25 produk otomotif.

Indonesia–Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IACEPA)

Disamping melalui ASEAN-Australia-New Zealand FTA, Indonesia dan Australia juga akan

memasuki tahap penting dalam peningkatan ekonomi kedua negara. Hal ini ditandai dengan

dimulainya perundingan putaran pertama dalam kerangka Perjanjian Kemitraan Ekonomi

Komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) yang dilaksanakan pada

tanggal 26–27 September 2012 di Jakarta.16

Kerjasama bilateral dalam kerangka Indonesia –

Australia CEPA (IACEPA) ini akan membuka akses pasar perdagangan yang memberikan manfaat

timbal balik bagi kedua negara pada peningkatan ekonomi.

IACEPA merupakan top up dari ASEAN – Australia – New Zealand FTA¸ suatu kerjasama

perdagangan bebas regional yang telah lebih dulu dibentuk. IA-CEPA bertujuan untuk mencapai

pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kedua

negara. Di samping itu, Indonesia dan Australia telah sepakat untuk menargetkan total perdagangan

sebesar USD15 miliar pada 2015.

Dalam kerangka IACEPA, kerjasama yang dapat dilakukan antara lain penurunan tarif bea

masuk bagi beberapa produk Indonesia hingga 0% oleh Australia, diiringi oleh peningkatan standar

Indonesia untuk produk-produk tersebut sehingga dapat memenuhi persyaratan standar Australia dan

mendapat akses pasar. Melalui konsep kerjasama secara integral ini, Australia dan Indonesia yang

16

http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/index.php?module=news_detail&news_content_id=1091&detail=true

Page 119: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

118

memiliki tingkat perkembangan berbeda dapat menikmati skema IA-CEPA sehingga hubungan

perdagangan meningkat secara signifikan.

Kerjasama komprehensif ini mencakup banyak area terkait perdagangan seperti misalnya

investasi, hak kekayaan intelektual, peraturan teknis dan standarisasi, pelayanan bea cukai, kesehatan

hewan dan tumbuhan (sanitary and phytosanitary/SPS), perdagangan melalui internet (e-commerce),

persaingan usaha, dan pengadaan oleh pemerintah (government procurement). Bentuk kerjasama juga

dapat berupa kesepakatan dalam prinsip-prinsip ketentuan atau peraturan yang berlaku di kedua

negara, pertukaran pengalaman dan pertukaran informasi oleh para pakar, serta pelatihan-pelatihan

yang terintegrasi dengan target akses pasar. Kedua negara menyadari bahwa capacity building

merupakan aspek penting dalam IACEPA.

METODOLOGI

Mengingat posisi Indonesia yang baru bergabung dalam AANZFTA pada tahun 2012 maka analisis

yang dilakukan lebih menekankan pada analisis potensi dampak adanya AANZFTA (ex-ante impact

analysis). Bagian ini akan mengkaji secara deskriptif perkembangan kinerja perdagangan Indonesia

dengan Australia dan Indonesia dengan New Zealand. Selain itu, untuk mengaskan posisi Indonesia

dalam hal ini maka akan dilakukan analisis daya saing Indonesia terhadap Australia dan New

Zealand. Indikator yang digunakan adalah Revealed Comparative Advantages (RCA) dinamis

(dynamic RCA).17

RCA Dinamis telah digunakan oleh Edwards and Schoer (2001) untuk menganalisis struktur

dan daya saing dari perdagangan Afrika Selatan. Keuntungan menggunakan RCA dinamis adalah: (i)

mampu mendeskripsikan RCA seiring waktu; dan (ii) dapat menentukan kedudukan produk dalam

negara-negara tujuan ekspor, dimana indikator ini mengelompokkan produk berdasarkan posisi

mereka dalam pasar sehingga RCA dinamis lebih bermanfaat dibandingkan RCA tradisional.

Terutama bilamana studi ini digunakan untuk mengidentifikasi produk mana yang pasarnya makin

luas atau semakin sempit dan untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan berdasarkan posisi pasar

dari produk ekspor. Selain itu, RCA dinamis lebih informatif dibandingkan RCA statis dalam

menjelaskan daya saing suatu produk ekspor.

17

Salah satu kelemahan RCA adalah tidak memperhitungkan barang-barang yang diproduksi di dalam negeri, namun tidak ada ekspornya. Barang-barang tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan, namun berdasarkan perhitungan RCA dimasukan dalam kategori lagging opportunity, misalnya jeruk Pontianak, apel malang, dsb.

Page 120: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

119

Dalam kajian ini, rumus dari RCA dinamis yang mengacu pada Balassa (1965) dihitung

menggunakan formula sebagai berikut:

Dimana:

RCAij = Indicator RCA dinamis

Xi, j= Ekspor komoditas j negara i

Xw, j= Ekspor komoditas j negara ke pasar dunia

Xi = total ekspor Negara i

Xw = total ekspor dunia

Edwards and Schoer (2001) memberikan matriks penempatan yang sangat berguna untuk

menganalisis daya saing dari produk dalam proses evaluasi. Matriks ini ditunjukkan pada tabel 8.2.

Tabel 8.2 Matriks Penempatan dari Daya Saing Ekspor

Sumber: Edwards and Schoer (2001)

ANALISIS

Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia-Australia

Kinerja perdagangan Indonesia dan Australia dalam periode 2000-2010 berfluktuatif. Terdapat

tahun-tahun dimana neraca perdagangan Indonesia surplus, namun sebaliknya terdapat pula tahun-

tahun dimana Indonesia mengalami defisit. Ekspor Indonesia ke Australia dalam periode 2000-2010

memang menunjukkan adanya peningkatan yakni dari USD 1,568 juta menjadi USD4,244 juta pada

tahun 2010. Peningkatan ekspor ini diikuti pula dengan naiknya impor barang-barang dari Australia.

Nilai impor pada tahun 2000 tercatat sebesar USD1,694 juta dan pada tahun 2010 meningkat menjadi

USD4,099 juta. Dari gambaran ekspor dan impor ini dapat disimpulkan bahwa secara umum terdapat

kecenderungan kinerja perdagangan Indonesia menjadi defisit atau net importer.

Page 121: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

120

Gambar 8.1 Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia-Australia (Migas - Non Migas)

Berbeda dengan hubungan dagang dengan Negara-negara di kawasan ASEAN, ekspor

Indonesia pada umumnya dalam katagori finished goods yang memiliki value added yang tinggi.

Sementara itu ekspor dalam bentuk produk primery yang memiliki low value added, dan produk

intermediate cenderung lebih kecil. Komposisi ekspor berdampak pada kinerja neraca perdagangan,

dimana untuk produk finished goods cenderung surplus, sementara untuk produk primary dan produk

intermediate cenderung defisit.

Gambar 8.2 Kinerja Neraca Perdagangan per Komoditas Indonesia-Australia (Non Migas)

Berdasarkan jenis barang, ekspor utama Indonesia ke Australia adalah minyak petroleum. Pada

tahun 2000 ekspor petroleum mencapai 37,18 persen dari total ekspor dan pada tahun 2010

meningkat menjadi 44,3 persen. Komposisi ekspor Indonesia ke Australia selengkapnya dapat dilihat

pada Gambar di bawah ini.

Page 122: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

121

Gambar 8.3 Perkembangan Ekspor per Komoditas Utama Indonesia-Australia

Sumber: BPS, CEIC, diolah

Sementara itu komoditas yang diimpor Indonesia dari Australia dalam periode 2000-2010

menunjukkan adanya perubahan. Pada tahun 2000 impor utama Indonesia dari Australia adalah

gandum (18,67 persen), sapid an almunium oksida yang masing-masing adalah sebesar 5,37 persen.

Pada tahun 2010 impor gandum dan sapi hidup mencapai 22,17 persen dan 10,91 persen. Pada tahun

2000 impor kedua jenis komoditas ini masing-masing hanya 18,67 persen dan 5,37 persen.

Perubahan komposisi impor Indonesia dari Australia selengkapnya dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.

Minyak Petroleum 37.18%

Biji Nikel 0.41%

Papan kayu untuk Lantai, 0.29%

Pupuk Urea, 0.05%

Bungkil Dari buah atau kernel kelapa

sawit, 0.02% Kertas Koran, 0.84%

Lainnya 61.22%

Tahun 2000

Minyak Petroleum 44.3%

Biji Nikel 0.4%

Semen clinker 0.2%

Papan kayu untuk Lantai 2.4%

Kertas/Karton 1.1%

Pupuk Urea 0.4%

Pipa Baja Penyalur Minyak/gas 0.8% Amonia anhidrat

0.3% Bungkil Dari buah atau kernel kelapa

sawit 0.1% Kertas Koran

0.4%

Lainnya 49.8%

Tahun 2010

Page 123: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

122

Gambar 8.4 Perkembangan Impor per Komoditas Utama Indonesia dari Australia

Sumber: BPS, CEIC, diolah

Berdasarkan data ekspor-impor antara Indonesia dengan Australia nampak bahwa trade

balance menjadi negatif untuk Indonesia, sehingga apabila diberlakukan FTA maka cenderung trade

creation untuk Australia.

Gandum 18.67%

Garam 1.90% Aluminium Oksida

5.37%

Sapi Hidup 5.37%

Scrap Besi/Baja 0.05%

Pupuk Urea 0.43%

Gula Bit 0.51%

Gandum Durum 0.02%

Scrap Kertas/Karton 0.12%

Lainnya 67.55%

Tahun 2000

Gandum 22.17%

Garam 2.08%

Aluminium Oksida 3.79%

Pupuk Fosfat 0.63%

Sapi Hidup 10.91%

Scrap Besi/Baja 1.93%

Pupuk Urea 2.70%

Gula Bit 2.17%

Gandum Durum 0.90%

Scrap Kertas/Karton 0.52%

Lainnya 52.20%

Tahun 2010

Page 124: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

123

Gambar 8.5 Trade Balance Indonesia-Australia

Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia-New Zealand

Seperti halnya dengan Australia, kinerja perdagangan antara Indonesia dengan New Zealand lebih

menguntungkan New Zealand. Dalam periode 2000-2010 kinerja neraca perdagangan Indonesia

selalu dalam kondisi defisit. Nilai ekspor Indonesia ke New Zealand memang cenderung meningkat,

akan tetapi impor Indonesia dari New Zealand mengalami peningkatan lebih besar. Pada tahun 2000

ekspor Indonesia ke New Zealand tercatat sebesar USD 0,107 juta dengan nilai impor mencapai USD

0,228 juta. Pada tahun 2010 ekspor ke New Zealand meningkat menjadi USD 0,396 juta, akan tetapi

impor naik tajam menjadi USD 0,727 juta. Akibatnya defisit trade balance meningkat dari USD

0,122 juta pada tahun 2000 menjadi USD 0,331 juta pada tahun 2010.

Ekspor Indonesia ke New Zealand pada umumnya terdiri dari product dalam katagori

intermediate goods dan finished goods, sehingga neraca perdagangan dari kedua katagori ini surplus

untuk Indonesia. Sementara itu untuk katagori primary goods Indonesia cenderung defisit.

Page 125: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

124

Gambar 8.6 Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia-New Zealand (Migas - Non Migas)

Gambar 8.7 Kinerja Neraca Perdagangan per Komoditas Indonesia-New Zealand (Non Migas)

Berdasarkan jenis komoditas,ekspor utama Indonesia ke New Zealand pada tahun 2000 adalah

minyak mentah (3,79 persen), kertas tolilet (2,21 persen) dan ban untuk kendaraan bermotor (1,51

persen). Pada tahun 2010 komposisi ekspor utama Indonesia ke New Zealand mengalami perubahan,

namun demikian ekspor minyak mentah tetap menjadi primadona, bahkan sumbangannya meningkat

pesat menjadi 19,02 persen. Sementara itu ekspor bungkil dari kelapa sawit juga menjadi primadona

dengan kontribusi mencapai 16,56 persen. Komposisi komoditas ekspor utama Indonesia ke New

Zealand dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 126: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

125

Gambar 8.8. Perkembangan Ekspor per Komoditas Utama Indonesia-New Zealand

Sumber: BPS, CEIC, diolah

Komposisi komoditas impor Indonesia dari New Zealand dalam periode 2000-2010 juga

mengalami perubahan. Pada tahun 2000 komoditas impor utama Indonesia dari New Zealand adalah

susu (25,99 persen) dan pulp kayu kimia (14,82 persen). Pada tahun 2010 impor kedua jenis

komoditas ini mengalami penurunan masing-masing menjadi 16,39 persen dan 4,92 persen.

Sementara itu impor daging lembu meningkat tajam mencapai 15,37 persen dari sebelumnya 3,52

persen (2000).

Minyak Petroleum Mentah 3.79% Ban Utk kend.

Bermotor 1.51%

Transformator Elektrik 0.75% Monitor

0.32%

Kertas Toilet 2.21%

Kertas koran 0.01%

Kayu Utk Lantai 0.98%

Lainnya 90.44%

Tahun 2000

Minyak Petroleum Mentah 19.02%

Bungkil dari Kelapa sawit

16.56%

LNG (Liquefied Natural Gas)

5.66%

Ban Utk kend. Bermotor

5.14% Transformator Elektrik 2.98%

Monitor 2.97%

Kertas Toilet 2.81%

Batubara 2.77% Kertas

koran 2.72%

Kayu Utk Lantai 1.66%

Lainnya 37.70%

Tahun 2010

Page 127: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

126

Gambar 8.9 Perkembangan Impor per Komoditas Utama Indonesia-New Zealand

Berdasarkan data ini diperkirakan FTA Indonesia dengan New Zealand cenderung merupakan

trade creation untuk New Zealand.

Susu Bubuk Dgn Kand. Lemak < 15%

25.99%

Daging Lembu 3.52%

Susu Bubuk Dgn Kand. Lemak >15%

9.50% Makanan hewan 5.72%

Pulp Kayu Kimia 14.82% Sisa/Jeroan Lembu

0.51%

Minyak mentega 2.00%

Sisa/scrap besi/Baja 0.33% Keju segar

0.73%

Lainnya 36.88%

Tahun 2000

Susu Bubuk Dgn Kand. Lemak < 15%

16.39%

Daging Lembu 15.37%

Susu Bubuk Dgn Kand. Lemak >15%

6.71%

Susu Bubuk Dgn Kand. Lemak

>15%+pemanis 5.50%

Makanan hewan 5.05%

Pulp Kayu Kimia 4.92%

Sisa/Jeroan Lembu 4.22% Minyak mentega

3.58% Sisa/scrap besi/Baja

3.33%

Keju segar 3.29%

Lainnya 31.64%

Tahun 2010

Page 128: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

127

Gambar 8.10 Trade Balance Indonesia-New Zealand

Analisis Daya Saing Indonesia Dibandingkan Australia dan New Zealand

Sesuai dengan metodologi yang dipergunakan dalam kajian ini, untuk mengalisis daya saing

Indonesia dengan Australia dan New Zealand, digunakan metode RCA dinamis dengan

menggunakan data SITC4. Adapun hasil perhitungan RCA disajikan dalam tabel 8.3, 8.4 dan 8.5.

Angka-angka yang disajikan dalam RCA menunjukkan bahwa angka di bawah 1 berarti produk

tersebut memiliki daya saing yang rendah dibandingkan dengan produk serupa yang dihasilkan oleh

Negara-negara di dunia, sebaliknya angka di atas 1 menunjukkan bahwa produk tersebut memiliki

daya saing yang tinggi dibandingkan dengan produk serupa yang dihasilkan oleh Negara-negara di

dunia. Semakin tinggi angka daya saing menunjukkan bahwa daya saing produk juga semakin tinggi.

Tabel 8.3 menggambarkan bahwa dari sepuluh jenis produk yang dihasilkan oleh Indonesia

dalam periode 2000-2010 hanya terdapat lima produk yang memiliki daya saing tinggi, yakni food

and live animal, oils and inedible, mineral fuels and lubricants, animal and vegetable oil, dan

kelompok miscellaneous manufactured.

Selanjutnya dari sepuluh kelompok barang tersebut ada yang mengalami peningkatan daya

saing, stabil daya saing dan mengalami penurunan daya saing. Hanya ada dua produk yang

meningkat daya saingnya yakni kelompok animal and vegetable oil dan food and live animal.

Produk yang stabil namun cenderung rendah tingkat daya saingnya adalah beverages and tobacco,

mineral fuels and lubricants, chemicals and related products, manufactured goods, machinery and

Page 129: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

128

transport equipment, dan commodities and transaction not cl. Sedangkan produk yang mengalami

penurunan daya saing adalah crude oils and inedible, miscellaneous manufactured.

Tabel 8.3 Perkembangan Daya Saing Produk Indonesia Periode 2007-2010

SITC4 Uraian Indonesia

2007 2008 2009 2010

0 Food and live animals 0.99 0.95 0.95 1.06

1 Beverages and tobacco 0.34 0.35 0.44 0.54

2 Crude materials, inedible, except f 4.55 3.47 3.24 3.16

3 Mineral fuels, lubricants and relat 2.40 2.01 2.19 2.16

4 Animal and vegetable oils, fats and 13.75 16.51 20.32 14.35

5 Chemicals and related products, n.e 0.37 0.37 0.36 0.37

6 Manufactured goods classified chief 0.84 0.83 0.91 0.93

7 Machinery and transport equipment 0.45 0.45 0.42 0.43

8 Miscellaneous manufactured articles 1.26 1.19 1.09 1.14

9 Commodities and transactions not cl 0.68 0.79 0.73 0.96

Seperti halnya dengan Indonesia, di Australia dari sepuluh kelompok barang yang

diperdagangkan versi SITC4 dalam empat tahun terakhir hanya terdapat lima kelompok barang yang

memiliki daya saing tinggi, yakni food and live animal, beverages and tobacco, crude materials,

inedible, mineral fuels and lubricants dan commodities and transaction not cl.

Tabel 8.4 Perkembangan Daya saing Produk Australia Periode 2007-2010

SITC4 Uraian Australia

2007 2008 2009 2010

0 Food and live animals 2.05 1.75 1.68 1.56

1 Beverages and tobacco 2.33 1.54 1.41 1.29

2 Crude materials, inedible, except f 7.32 6.90 7.18 7.53

3 Mineral fuels, lubricants and relat 2.17 2.26 2.50 2.57

4 Animal and vegetable oils, fats and 0.83 0.73 0.54 0.50

5 Chemicals and related products, n.e 0.40 0.34 0.34 0.29

6 Manufactured goods classified chief 0.75 0.58 0.54 0.50

7 Machinery and transport equipment 0.21 0.19 0.18 0.15

8 Miscellaneous manufactured articles 0.28 0.24 0.22 0.19

9 Commodities and transactions not cl 3.17 2.26 2.29 2.23

Selanjutnya dari sepuluh kelompok barang yang diperdagangkan, hanya terdapat dua kelompok

barang meningkat daya saingnya yakni kelompok crude oils and inedible dan minerals fuel and

lubricants. Produk-produk unggulan Austrlia lainnya pada umumnya mengalami penurunan daya

Page 130: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

129

saing, namun ada yang menurun tetapi masih tinggi daya saingnya dan menurun akan tetapi daya

saingnya rendah. Kelompok barang yang menurun daya saingnya namun tetap tinggi daya saingnya

adalah food and live animals, beverages and tobacco, dan commodities and transaction not cl.

Sedangkan kelompok barang yang menurun daya saingnya dan rendah daya saingnya adalah animal

and vegetable oils, chemicals and related products, manufactured goods, machinery and transport

equipment dan miscellaneous manufactured.

Di New Zealand, dari sepuluh kelompok barang versi STIC4, dalam empat tahun terakhir

semua mengalami penurunan daya saing. Namun demikian masih terdapat dua kelompok barang

yang memiliki daya saing tinggi, yakni food and live animals dan beverages and tobacco. Data

selengkapnya lihat Tabel 8.5 di bawah ini.

Tabel 8.5 Perkembangan Daya saing Produk New Zealand Periode 2007-2010

SITC4 Uraian New Zealand

2007 2008 2009 2010

0 Food and live animals 9.64 8.73 7.83 8.87

1 Beverages and tobacco 3.23 3.24 3.39 3.90

2 Crude materials, inedible, except f 3.37 2.81 3.03 2.74

3 Mineral fuels, lubricants and relat 0.43 0.50 0.42 0.44

4 Animal and vegetable oils, fats and 1.46 1.33 0.89 0.97

5 Chemicals and related products, n.e 0.50 0.52 0.45 0.36

6 Manufactured goods classified chief 0.81 0.75 0.71 0.73

7 Machinery and transport equipment 0.21 0.20 0.19 0.18

8 Miscellaneous manufactured articles 0.34 0.31 0.30 0.27

9 Commodities and transactions not cl 0.60 0.90 0.88 1.00

Berdasarkan Tabel 8.3, 8.4 dan 8.5 di atas, Indonesia masih memiliki keunggulan atas

Australia dan New Zealand untuk kelompok komoditi animal and vegetables, manufactured goods

dan miscellaneous manufactured. Australia memiliki keunggulan atas Indonesia dan New Zealand

untuk kelompok komoditi crude materials and inedible dan Commodities and transactions.

Sedangkan New Zealad memiliki keunggulan atas Indonesia dan Australia untuk kelompok komoditi

Food and live animals dan Beverages and tobacco.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Dari uraian di atas maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa dari perdagangan Indonesia – Australia menghasilkan neraca perdagangan dengan

pergerakan yang fluktuatif. Sementara untuk perdagangan nonmigas, neraca perdagangan

Page 131: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

130

Indonesia mengalami defisit, deficit yang tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar USD5,9

milyar. Ekspor Indonesia didominasi minyak petroleum mentah. Impor utama Indonesia tahun

2000 adalah gandum dan aluminium oksida, sedangkan tahun 2010 adalah gandum dan sapi

hidup.

2. Bahwa dari perdagangan Indonesia – New Zealand menghasilkan neraca perdagangan defisit.

Untuk neraca perdagangan nonmigas, Indonesia mengalami defisit, yang tertinggi terjadi pada

tahun 2008 yaitu sebesar USD409 juta. Pada tahun 2000, ekspor Indonesia didominasi minyak

petroleum mentah, sedangkan pada tahun 2010 didominasi minyak petroleum mentah dan

bungkil kelapa sawit. Sementara untuk impor utama Indonesia tahun 2000 adalah susu bubuk dan

pulp kayu, sedangkan pada tahun 2010 adalah susu bubuk dan daging lembu.

3. Analisis daya saing dengan metode RCA dinamis dan menggunakan data SITC4 dihasilkan

bahwa dari sepuluh jenis produk Indonesia dalam periode 2000-2010 hanya terdapat lima produk

yang memiliki daya saing tinggi, yakni food and live animal, oils and inedible, mineral fuels and

lubricants, animal and vegetable oil, dan kelompok miscellaneous manufactured. Selama periode

2007-2010 hanya ada dua produk yang meningkat daya saingnya yakni kelompok animal and

vegetable oil dan food and live animal. Produk yang stabil namun cenderung rendah tingkat daya

saingnya adalah beverages and tobacco, mineral fuels and lubricants, chemicals and related

products, manufactured goods, machinery and transport equipment, dan commodities and

transaction not cl. Sedangkan produk yang mengalami penurunan daya saing adalah crude oils

and inedible, miscellaneous manufactured.

Page 132: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

131

BAB IX

PENUTUP

Bagian penutup ini akan menyajikan summary atas hasil-hasil penting dalam bagian-bagian

sebelumnya serta berbagai input yang didapat dalam forum Focus Group Discussion (FGD),

menambahkan dengan diskusi singkat yang dibutuhkan serta mensarikannya dalam sebuah

rangkuman kesimpulan dan rekomendasi kebijakan serta saran kajian selanjutnya.

IKHTISAR, DISKUSI DAN KESIMPULAN

Kajian mengenai Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership Agreement (EPA) serta

Pengaruhnya terhadap Arus Perdagangan dan Investasi ini dilakukan karena adanya kebutuhan

Kementerian Keuangan akan informasi terkait hal ini. Tentu kebutuhan tersebut terkait peran

Kementerian Keuangan sebagai otoritas fiskal. Terkait dengan topik ini setidaknya ada dua

kebutuhan pokok, yaitu:

1. Dalam hal penentuan tarif bea masuk (impor) yang merupakan bagian dari wewenang otoritas

fiskal, baik sebagai instrumen kebijakan maupun instrumen penerimaan negara; dan

2. Dalam hal negosiasi perdagangan dalam international fora. Kementerian Keuangan dan unsur

Lembaga Pemerintah lainnya yang tergabung dalam Delegasi Republik Indonesia dalam setiap

internasional forum wajib dibekali dengan berbagai pemahaman termasuk kondisi Indonesia

dalam setiap skema perdagangan internasional agar dapat secara meyakinkan memperjuangkan

kepentingan nasional.

Dilandasi oleh kondisi tersebut di atas kajian ini mencoba untuk: (1) melakukan evaluasi atas

FTA yg telah berjalan, seperti: AFTA, ANZFTA, ACFTA, AIFTA dan IJEPA serta mencoba

menganalisis dampaknya terhadap ekonomi terutama arus perdagangan dan investasi (2) evaluasi

potensi dampak atas keberlanjutan FTA/EPA yang sudah berjalan tersebut maupun skema FTA/EPA

yang akan berjalan, seperti AJCEP.

Beberapa metodologi yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut di atas

adalah:

(1) Analisis deskriptif terkait kinerja perdagangan (ekspor-impor) Indonesia secara global disajikan

di bab kedua. Dari hasil analisis terlihat bahwa:

(a) Telah terjadi kenaikan volume perdagangan baik ekspor dan impor sebesar 2,5 kali lipat

untuk ekspor dan 4,5 kali lipat untuk impor dari tahun 2000 ke tahun 2010. Dampaknya

surplus neraca perdagangan engalami penurunan terutama semenjak tahun 2008, walaupun

masih ada tendensi kenaikan tipis.

Page 133: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

132

(b) Dalam periode yang sama, juga terjadi perubahan struktur komoditas ekspor, dari yang

sebelumnya didominasi barang-barang elektronik dan mesin mekanik, pada tahun 2010

lebih didominasi barang-barang tambang, terutama batubara dan hasil perkebunan terutama

CPO, karet dan produk karet. Sementara dari sisi struktur komoditas impor relatif tidak

berubah, kecuali terjadi peningkatan komponen impor mesin dan peralatan listrik.

(c) Masih dalam periode yang sama, struktur negara utama tujuan ekspor mengalami sedikit

perubahan, dari: Japan, USA, Singapore, South Korea, dan China, menjadi Japan, China,

USA, Singapore, South Korea dan India. Terlihat ada peningkatan ekspor ke China dan

India yang relatif besar.

(d) Struktur negara utama asal impor relatif tidak mengalami perubahan, pada tahun 2000 yaitu

Japan, Singapore, USA, South Korea, dan China, dan di tahun 2010 menjadi China,

Singapore, Japan, USA, dan South Korea.

Butir-butir tersebut di atas dapat diikhtisarkan dalam Tabel 9.1 berikut:

Tabel 9.1 Perubahan Struktur Perdagangan Indonesia 2000 - 2010

2000 2010

Total ekspor (mil USD) 62.117 157.771

Total impor (mil USD) 33.515 135.663

Surplus (mil USD) 28.602 22.108

Struktur komoditas

ekspor utama

Mesin & peralatan listrik 14% Bahan bakar mineral 15%

Mesin2 & pesawat mekanik 8% Lemak & minyak hewan/nabati 13%

Kertas/karton 5% Mesin & peralatan listrik 8%

Lemak & minyak hewan/nabati 4% Karet & brg dr karet 7%

Karet & brg dr karet 3% Bijih, kerak & abu logam 6%

Struktur komoditas

impor utama

Mesin2 & pesawat mekanik 17% Mesin2 & pesawat mekanik 17%

Bahan kimia organik 9% Mesin & peralatan listrik 14%

Kendaraan dan bagiannya 7% Besi & baja 6%

Mesin & peralatan listrik 5% Bahan kimia organik 5%

Besi & baja 5% Kendaraan dan bagiannya 5%

Struktur negara utama

tujuan ekspor

Japan 23.20% Japan 17.20%

USA 13.64% China 10.42%

Singapore 10.50% USA 9.46%

South Korea 6.95% Singapore 9.15%

China 4.46% South Korea 8.39%

Taiwan 3.83% India 6.61%

Struktur negara utama

asal impor

Japan 17.30% China 16.05%

Singapore 12.15% Singapore 15.95%

USA 10.87% Japan 13.36%

South Korea 6.68% USA 7.40%

China 6.55% Malaysia 6.81%

Australia 5.43% South Korea 6.05%

(2) Dalam bab ketiga diperoleh beberapa temuan penting dengan analisis deskriptif penghitungan

indikator utilization rate, diperoleh angka indikator sebagai berikut:

Page 134: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

133

Tabel 9.2 Hasil estimasi utilization rate tiap FTA

Skema FTA Utilisation rate

AFTA 30,43%

ACFTA 35,98%

AKFTA 33,61%

IJEPA 32,65%

AIFTA 6,05%

(a) Semakin tinggi utilization rate, semakin besar impor yang memenuhi syarat untuk

mendapatkan tarif preferensi (preference-eligible imports) yang benar-benar masuk dengan

menggunakan tarif preferensi daripada menggunakan tarif MFN. Selain itu, semakin tinggi

utilization rate juga bermakna bahwa biaya kepatuhan (compliance costs) dari ketentuan

asal barang semakin tidak menjadi penghambat.

(b) Dari hasil perhitungan dihasilkan bahwa utilization rate yang digunakan untuk mengukur

tingkat daya tarik dari rezim preferensial relatif terhadap tarif MFN didapati hasil yang

berkisar antara 30-35% untuk AFTA, ACFTA, AKFTA, dan IJEPA kecuali AIFTA yang

memiliki utilization rate jauh lebih rendah yaitu hanya sebesar 6,05%. Hasil ini dapat

disimpulkan bahwa utilization rate secara umum masih relatif sangat rendah.

(c) Beberapa kemungkinan yang menyebabkan rendahnya persentase importasi yang

menggunakan tarif preferensi daripada tarif MFN, antara lain:

(i) Tarif preferensial tidak terlalu menarik karena perbedaannya dengan tarif MFN tidak

signifikan.

(ii) Prosedur yang harus dijalani untuk dapat menggunakan tarif preferensial dianggap

cukup menyulitkan (compliance cost tinggi).

(iii) Kesalahan identifikasi dalam sistem komputer pabean yang merekam data PIB dalam

hal importasi menggunakan beberapa skema fasilitas.

(d) Untuk itu diperlukan studi lanjut yang fokus untuk mengkaji penyebab rendahnya

utilization rate sehingga dapat diketahui secara rinci dan pasti permasalahannya dan aspek

kebijakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini.

(3) Dalam bab keempat kami mencoba menggunakan metode forecasting ekonometrik ARIMA

untuk melihat dampak FTA IJEPA dan ACFTA terhadap pertumbuhan ekspor/impor Indonesia

dan negara mitra. Dengan menggunakan data runtun waktu sebelum FTA, dan dilakukan

peramalan besaran ekspor/impor Indonesia dan negara mitra untuk periode setelah FTA

diberlakukan. Dengan membandingkan hasil peramalan (tanpa skema FTA) dengan data riil

setelah adanya FTA maka dapat diestimasi besarnya dampak FTA. Dengan melakukan evaluasi

dua skema FTA: IJEPA dan ACFTA maka didapati bahwa skema FTA berhasil secara

signifikan meningkatkan volume ekspor/impor Indonesia dan negara mitra.

Page 135: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

134

(4) Dalam bab kelima, keenam, dan ketujuh berturut akan dievaluasi dampak AFTA, AIFTA dan

AJCEP, dengan menggunakan deskriptif perdagangan dengan negara mitra, analisis deskriptif

komparatif tarif impor antarnegara dengan menggunakan data GTAP8 dan simulasi liberalisasi

perdagangan dengan menggunakan model CGE GTAP.

Beberapa hasil studi yang penting dicatat dari evaluasi dampak AFTA adalah sebagai berikut:

(a) Liberalisasi perdagangan di negara-negara ASEAN yang dimulai sejak tahun 2003 mampu

meningkatkan volume perdagangan Indonesia yang ditunjukkan dengan peningkatan yang

lebih dari dua kali lipat baik volume ekspor atau pun impor untuk periode 2003–2010,

namun trade balance turun drastis, bahkan mengarah ke defisit semenjak tahun 2005.

(b) Komparasi tarif antarnegara ASEAN dalam data GTAP8 dapat ditemukan beberapa fakta

sebagai berikut: (1) Liberalisasi penuh telah terjadi di Singapore, semua komoditas tarif

impornya telah nol. (2) Thailand masih memiliki struktur tarif impor yang tinggi dan

beragam. Hal ini mengindikasikan bahwa Thailand masih sangat protektif terhadap pasar

domestiknya. Kondisi ini diikuti oleh Cambodia dan Vietnam. (3) Secara bilateral,

Cambodia dan Lao PDR pun telah memiliki tarif impor nol. (4) Indonesia termasuk yang

cukup liberal struktur tarif impornya.

(c) Hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan di level ASEAN5 dan keseluruhan ASEAN

menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:

(i) Liberalisasi penuh di ASEAN5 dan di keseluruhan ASEAN memiliki dampak positif

terhadap peningkatan volume perdagangan Indonesia, baik ekspor maupun impor

mengalami kenaikan. Namun demikian persentase perubahan kenaikan impor lebih

tinggi, mengakibatkan dampak negatif dalam neraca perdagangan (trade balance)

Indonesia. Selain itu, term of trade Indonesia juga menurun.

(ii) Hasil simulasi tersebut mengindikasikan perlunya Indonesia tetap selektif didalam

melakukan liberalisasi tariff, membuka liberalisasi seluas-luasnya untuk komoditas

yang memiliki keunggulan nilai tukar dagang (term of trade) dengan negara lain di

ASEAN dan tetap protektif terhadap komoditas yang kurang unggul, atau komoditas

yang sangat dibutuhkan dalam pasar domestik tetapi memiliki daya saing yang relatif

rendah dibanding dengan komoditas yang sama yang diproduksi oleh Negara ASEAN

lainnya.

(iii) Liberalisasi mampu meningkatkan PDB Indonesia, walaupun angka persentase

kenaikannya jauh lebih kecil dibanding negara-negara ASEAN5 lainnya selain

Philippines. Sementara itu hasil simulasi dampak terhadap investasi menunjukkan

bahwa dampak persentase perubahan investasi di Indonesia walaupun positif

(mengalami kenaikan), namun besarannya relative kecil dibanding negara ASEAN

lainnya.

Page 136: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

135

(iv) Walaupun terdapat tendensi kenaikan harga-harga barang konsumsi namun baik

pendapatan faktor (tenaga kerja dan modal) maupun pendapatan rumah tangga

(household income) mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa liberalisasi

perdagangan mengakibatkan kenaikan kesejahteraan rumah tangga. Namun lagi-lagi

dampak terhadap Indonesia relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan negara

ASEAN5 lainnya.

(v) Lebih detail terkait pendapatan faktor (factor income) dirinci dalam komponen tanah

(Land), tenaga kerja tidak terdidik (UnSkLab), tenaga kerja terdidik (SkLab), modal

(Capital), dan sumber daya alam (NatRes), hanya tiga komponen yang dampaknya

positif bagi Indonesia, yaitu tenaga kerja terdidik, tenaga kerja tidak terdidik, dan

modal.

(vi) Liberalisasi perdagangan di ASEAN5 mengakibatkan ekspor paddy rice, motor

vehicles and parts, sugar cane, sugar beet, dan beverages and tobacco products

meningkat signifikan – dengan angka kenaikan di atas 10%. Hal ini diikuti beberapa

komoditas dengan nilai kenaikan di bawah 10% yaitu: diary products, metal products,

cereal grains nec., transport equiptment nec., crops nec., dan oil seeds. Namun

mengalami kenaikan yang cukup signifikan untuk impor: beverages and tobacco

products, sugar, processed rice, metal products, dan motor vehicles and parts.

(vii) Liberalisasi perdagangan di level ASEAN5 memberikan dampak yang sangat baik

bagi komoditas sugar cane, sugar beet yang tidak hanya mengalami kenaikan ekspor

10.02% tetapi juga mengalami penurunan impor yang sangat signifikan, yaitu sebesar

11.93%. Kondisi yang sama dialami oleh komoditas oil seeds, dan paddy rice dengan

magnitude perubahan yang lebih kecil. Kondisi ini secara tidak langsung menunjukkan

bahwa komoditas ini memiliki keunggulan daya saing dibandingkan dengan negara

lain. Beberapa komoditas mengalami kenaikan baik dari sisi ekspor maupun impor

dengan persentase kenaikan ekspor lebih besar dibandingkan dengan persentasi

kenaikan impor, yaitu: beverages and tobacco products, motor vehicles and parts, dan

metal products.

(viii) Hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan secara penuh di level ASEAN

menunjukkan pola yang hampir sama dengan level ASEAN5. Perbedaan yang

menonjol yang perlu dicatat ialah bahwa terjadi peningkatan yang signifikan dari

impor processed rice dari 6,58% menjadi 17,33%. Hal yang menarik lainnya ialah

kenaikan besaran ekspor dan sekaligus penurunan besaran impor untuk komoditas

sugar cane, sugar beet, dan paddy rice yang lebih besar persentasenya.

(5) Beberapa hasil studi yang penting dicatat dari evaluasi dampak AIFTA adalah sebagai berikut:

(a) India-ASEAN Free Trade Agreement (AIFTA) mulai berlaku pada 1 Januari 2010 untuk

Malaysia, Singapura dan Thailand. Indonesia menyusul meratifikasi perjanjian AIFTA ini

Page 137: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

136

pada 10 Juni 2010, sehingga belum bisa dideskripsikan dampaknya dengan data

perdagangan yang masih terlalu pendek.

(b) Komparasi tarif antara negara ASEAN dan India dalam data GTAP8 dapat ditemukan

beberapa fakta: (1) India cenderung lebih protektif dibandingkan dengan negara-negara

ASEAN. Jumlah komoditas yang masih memiliki tarif di atas 10% untuk impor India dari

negara-negara ASEAN masih jauh lebih banyak dibanding impor negara-negara ASEAN

dari India. Komoditas yang menonjol dilindungi oleh India ialah komoditas hasil pertanian

dan komoditas olahan pertanian, tercermin dari tarif impor yang relatif tinggi. Sementara

untuk komoditas produk industrial besaran tarifnya relatif moderat. (2) Posisi Indonesia

relatif sudah terbuka terhadap India, hanya beberapa produk yang memiliki tarif impor dari

India di atas 10%, yaitu: Motor vehicles and parts, Sugar, Rice (pady, processed),

Beverages and tobacco products, dan Wearing apparels. Sementara impor India dari

Indonesia masih relatif tertutup.

(c) Hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-India dan keseluruhan

ASEAN-India menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:

(i) Liberalisasi penuh di ASEAN5-India atau pun keseluruhan ASEAN-India memiliki

dampak positif terhadap Indonesia untuk semua indikator yaitu peningkatan volume

perdagangan Indonesia baik ekspor maupun impor, neraca perdagangan (trade

balance), dan term of trade. Walaupun secara prosentasi kenaikan impor lebih tinggi

dari kenaikan ekspor namun masih mampu menjaga dampak kenaikan pada neraca

perdagangan (trade balance). Kenaikan term of trade juga relatif tinggi dibandingkan

negara ASEAN5 lainnya kecuali Singapore. Yang lebih penting ialah bahwa dampak

positif bagi Indonesia secara umum relatif lebih besar jika dibandingkan dengan

dampak yang dinikmati oleh negara ASEAN lainnya atau pun India.

(ii) Liberalisasi mampu meningkatkan PDB Indonesia dengan angka persentase kenaikan

yang cukup tinggi dibanding negara-negara ASEAN lainnya, hanya lebih kecil dari

Singapore. Sementara itu dampak persentase perubahan investasi di Indonesia

walaupun positif (mengalami kenaikan), namun besarannya terkecil dibanding negara

ASEAN5 lainnya untuk liberalisasi penuh di level ASEAN5 dan hanya satu tingkat

lebih tinggi dari India ketika liberalisasi terjadi di level ASEAN secara keseluruhan.

(iii) Liberalisasi perdagangan mengakibatkan kenaikan kesejahteraan rumah tangga, bahwa

dampak terhadap Indonesia relatif lebih besar jika dibandingkan dengan negara

ASEAN5 lainnya untuk liberalisasi di level ASEAN5-India. Ketika liberalisasi

diperluas ke level ASEAN-India posisi Indonesia sedikit menurun tetapi secara

besaran persentasi tetap mengalami peningkatan.

(iv) Lebih detail terkait pendapatan faktor (factor income) dirinci dalam komponen tanah

(Land), tenaga kerja tidak terdidik (UnSkLab), tenaga kerja terdidik (SkLab), modal

Page 138: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

137

(Capital), dan sumber daya alam (NatRes), hanya satu komponen yang dampaknya

negatif bagi Indonesia, yaitu sumber daya alam (NatRes). Kemungkinannya ialah

untuk barang-barang komoditas Indonesia yang dominan sumber daya alamnya

mengalami penurunan daya saing sehingga kalah bersaing dengan komoditas sejenis

dari negara-negara mitra dagang Indonesia.

(v) Liberalisasi perdagangan di ASEAN5-India mengakibatkan ekspor Indonesia untuk

komoditas vegetable oils and fats, motor vehicles and parts, forestry, dan vegetables,

fruit, nuts meningkat signifikan – dengan angka kenaikan di atas 10%. Hal ini diikuti

oleh peringkat berikutnya dengan nilai kenaikan di bawah 10% untuk komoditas

beverages and tobacco products, transport equiptment nec., paddy rice, ferrous

metals, metal products, dan sugar cane, sugar beet. Namun juga terlihat adanya

komoditas yang mengalami penurunan ekspor dengan persentasi di atas 10%, yaitu:

wool, silk-worm cocoons, raw milk, oil seeds, meat: cattle, sheep, goats, horse, wheat,

processed rice, dan meat product nec.

(vi) Liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-India memberikan dampak kenaikan yang

cukup signifikan untuk impor oil seeds, vegetable oils and fats, paddy rice, processed

rice, dan sugar. Selain itu, ada yang menonjol dari penurunan impor yaitu untuk

komoditas sugar cane, sugar beet yang turun sampai dengan 10,26%.

(vii) Secara keseluruhan simulasi dampak liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-India:

(1) memberikan dampak yang sangat baik bagi komoditas sugar cane, sugar beet yang

tidak hanya mengalami kenaikan ekspor 3.49% tetapi juga mengalami penurunan

impor yang sangat signifikan, yaitu sebesar 10,26%. Kondisi ini secara tidak langsung

menunjukkan bahwa komoditas ini memiliki keunggulan daya saing dibandingkan

dengan negara lain. (2) Beberapa komoditas mengalami kenaikan baik dari sisi ekspor

maupun impor, yaitu: vegetable oils and fats, beverages and tobacco products, paddy

rice, motor vehicles and parts, dan metal products. (3) Beberapa komoditas

mengalami penurunan ekspor sekaligus kenaikan impor, yaitu: oil seeds, processed

rice, sugar, dan meat: cattle, sheep, goats, horse. Hasil simulasi dampak liberalisasi

perdagangan secara penuh di level keseluruhan ASEAN-India menunjukkan pola yang

hampir sama.

(6) Beberapa hasil studi yang penting dicatat dari evaluasi dampak AJCEP adalah sebagai berikut:

(a) ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) mulai berlaku efektif pada

1 Desember 2008 merupakan suatu persetujuan ekonomi antara ASEAN dan Japan yang

bersifat komprehensif serta mencakup bidang perdagangan barang, jasa, investasi, SPS,

TBT dan kerjasama ekonomi. Indonesia sebetulnya telah memiliki hubungan dengan Japan

sebelumnya secara bilateral melalui skema Indonesia-Japan Economic Partnership

Agreement (IJEPA) yang dimulai sejak tahun 2007.

Page 139: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

138

(b) Penggalian data GTAP8 dapat ditemukan beberapa fakta terkait komparasi tarif antara

negara ASEAN dan Japan sebagai berikut: (1) Japan cenderung lebih terbuka dibandingkan

dengan negara-negara ASEAN, hanya beberapa komoditas dari negara-negara ASEAN

yang masih dikenakan tarif impor untuk melindungi komoditas domestik Japan, yang

tercermin dengan tariff yang cukup tinggi. Misalnya, Japan sangat melindungi komoditas

domestic paddy rice dan processed paddy dengan mengenakan tariff di atas 500% untuk

impor komoditas sejenis dari Thailand. (2) Dengan Indonesia, Japan telah relatif terbuka.

Hal ini karena antara Japan dan Indonesia telah terjalin hubungan dagang yang erat secara

bilateral. Tinggal beberapa komoditas yang dikenakan tariff impor di atas 10%, yaitu: dairy

products, cattle, sheep, goats and horses, sugar, vegetables, fruit and nuts, dan leather

products. Sebaliknya, Indonesia pun telah relatif terbuka terhadap komoditas impor dari

Japan. Beberapa komoditas impor dari Japan yang dikenai tariff di atas 10% adalah:

beverages and tobacco products, motor vehicles and parts, wearing apparels, transport

equipment nec, dan wood products.

(c) Hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-Japan dan keseluruhan

ASEAN-Japan menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:

(i) Liberalisasi penuh di ASEAN5-Japan atau pun keseluruhan ASEAN-Japan

menunjukkan bahwa berpotensi meningkatkan volume arus perdagangan baik ekspor

maupun impor. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dampak ke peningkatan volume

ekspor dan impor Indonesia cukup besar, terbesar kedua setelah Thailand untuk

liberalisasi di level ASEAN5-Japan. Ketika level liberalisasi diperluas di keseluruhan

negara ASEAN dan Japan, prosentasi kenaikan sedikit mengalami kenaikan. Jika

ditilik dari dampaknya ke neraca perdagangan (trade balance) Indonesia maka

didapati dampaknya negatif. Hal ini karena prosentasi kenaikan impor jauh lebih tinggi

dari prosentasi kenaikan ekspor, sehingga secara nominal dampak ke neraca

perdagangan menjadi negatif. Secara umum memang dampak skema FTA ini ke

negara-negara ASEAN akan mengakibatkan penurunan neraca perdagangan.

Singapore ialah satu-satunya negara ASEAN yang memperoleh dampak positif di

neraca perdagangannya, baik untuk simulasi di level ASEAN5-Japan maupun di level

keseluruhan ASEAN-Japan. Hal lain yang perlu dicatat ialah bahwa Indonesia menjadi

satu-satunya negara anggota ASEAN5 yang mengalami penurunan term of trade

(TOT) untuk kedua simulasi baik simulasi liberalisasi di level ASEAN5-Japan maupun

liberalisasi di level ASEAN-Japan. Sementara Japan mengalami kenaikan term of

trade (TOT) yang cukup signifikan. Secara keseluruhan Singapore mengalami dampak

kenaikan term of trade (TOT) yang tertinggi.

(ii) Liberalisasi membawa efek penurunan nilai PDB Indonesia walaupun indek harga

PDB juga menurun. Penurunan nilai PDB antara lain disebabkan komponen kenaikan

Page 140: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

139

impor yang prosentasinya jauh lebih besar dari kenaikan ekspor. Dari sisi dampak

terhadap investasi mengalami kenaikan, walupun secara besaran relatif kecil jika

dibandingkan dengan dampak yang dialami oleh negara-negara ASEAN lainnya.

(iii) Liberalisasi perdagangan mengakibatkan hasil yang positif untuk pendapatan faktor

(tenaga kerja dan modal). Namun pendapatan rumah tangga mengalami penurunan

tipis. Satu hal yang bisa dikatakan sebagai keuntungan ialah bahwa harga-harga barang

ditingkat konsumen mengalami penurunan. Hal yang kurang baik juga dialami oleh

Japan sebagai mitra dagang utama ASEAN dalam skema FTA ini yang hanya potensi

mendapatkan keuntungan harga komoditas yang lebih murah secara agregat.

Sementara Malaysia, Singapore, dan Thailand relatif mendapatkan keuntungan yang

lebih baik dalam aspek ini.

(iv) Lebih detail terkait pendapatan faktor (factor income) dirinci dalam komponen tanah

(Land), tenaga kerja tidak terdidik (UnSkLab), tenaga kerja terdidik (SkLab), modal

(Capital), dan sumber daya alam (NatRes), hanya satu komponen yang dampaknya

negatif bagi Indonesia, yaitu sumber daya alam (NatRes). Namun ketika liberalisasi

diperluas ke level keseluruhan ASEAN-Japan komponen tanah (Land) juga mengalami

dampak negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa liberalisasi perdagangan menurunkan

return pendapatan dari sumber daya alam. Kemungkinannya ialah untuk barang-

barang komoditas Indonesia yang dominan sumber daya alamnya mengalami

penurunan daya saing sehingga kalah bersaing dengan komoditas sejenis dari negara-

negara mitra dagang Indonesia.

(v) Liberalisasi perdagangan di ASEAN5-Japan mengakibatkan ekspor Indonesia untuk

komoditas paddy rice, dairy products, beverages and tobacco products, dan sugar

cane, sugar beet meningkat signifikan – dengan angka kenaikan di atas 10%. Hal ini

diikuti oleh peringkat berikutnya dengan nilai kenaikan di bawah 10% untuk

komoditas cereal grains nec., sugar, metal products, leather products, cattle, sheep,

goats, horse dan food products nec. Dari tabel tersebut terlihat bahwa Indonesia

mendapat manfaat dengan kenaikan ekspor beberapa komoditas yang cukup tinggi.

Namun juga terlihat adanya komoditas yang mengalami penurunan ekspor dengan

angka persentasi yang relative kecil, hanya di bawah 1.5%.

(vi) Liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-Japan memberikan dampak kenaikan di

atas 10% untuk impor komoditas motor vehicles and parts. Selain itu, ada beberapa

komoditas lain yang mengalami kenaikan cukup signifikan walaupun masih di bawah

10%, yaitu: beverages and tobacco products, metal products, dan sugar. Satu hal lagi

yang menonjol dan perlu dicatat ialah penurunan impor untuk komoditas sugar cane,

sugar beet yang turun sebesar 10,90%.

Page 141: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

140

(vii) Secara keseluruhan hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-

Japan: (1) liberalisasi perdagangan di level ASEAN5-Japan memberikan dampak yang

sangat baik bagi komoditas sugar cane, sugar beet yang tidak hanya mengalami

kenaikan ekspor tetapi juga mengalami penurunan impor yang sangat signifikan.

Kondisi ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa komoditas ini memiliki

keunggulan daya saing dibandingkan dengan negara lain dan sangat siap untuk

diliberalisasi. (2) Beberapa komoditas mengalami kenaikan baik dari sisi ekspor

maupun impor, yaitu: beverages and tobacco products, sugar, dan metal products.

(viii) Hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan secara penuh di level ASEAN-Japan

menunjukkan pola yang hampir sama dengan hasil simulasi dampak liberalisasi

perdagangan di level ASEAN5-Japan. Satu perbedaan yang cukup menonjol ialah

adanya perubahan peningkatan persentasi impor komoditas processed rice.

(7) Dalam bab kedelapan dianalisis mengenai ANZFTA, dengan menggunakan deskriptif

perdagangan dan analisis daya saing komoditas Indonesia dengan negara mitra. Beberapa hasil

yang penting dicatat, yaitu:

(a) Bahwa dari perdagangan Indonesia – Australia menghasilkan neraca perdagangan dengan

pergerakan yang fluktuatif. Sementara untuk perdagangan nonmigas, neraca perdagangan

Indonesia mengalami defisit. Ekspor Indonesia didominasi minyak petroleum mentah.

Impor utama Indonesia tahun 2000 adalah gandum dan aluminium oksida, sedangkan tahun

2010 adalah gandum dan sapi hidup.

(b) Bahwa dari perdagangan Indonesia – New Zealand menghasilkan neraca perdagangan

deficit, khusus untuk nonmigasjuga defisit. Pada tahun 2000, ekspor Indonesia didominasi

minyak petroleum mentah, sedangkan pada tahun 2010 didominasi minyak petroleum

mentah dan bungkil kelapa sawit. Impor utama Indonesia tahun 2000 adalah susu bubuk

dan pulp kayu, sedangkan pada tahun 2010 adalah susu bubuk dan daging lembu.

(c) Analisis daya saing dengan metode RCA dinamis dan menggunakan data SITC4 dihasilkan

bahwa dari sepuluh jenis produk Indonesia dalam periode 2000-2010 hanya terdapat lima

produk yang memiliki daya saing tinggi, yakni: food and live animal, oils and inedible,

mineral fuels and lubricants, animal and vegetable oil, dan kelompok miscellaneous

manufactured. Selama periode 2007-2010 hanya ada dua produk yang meningkat daya

saingnya yakni kelompok animal and vegetable oil dan food and live animal. Produk yang

stabil namun cenderung rendah tingkat daya saingnya adalah beverages and tobacco,

mineral fuels and lubricants, chemicals and related products, manufactured goods,

machinery and transport equipment, dan commodities and transaction not cl. Sedangkan

produk yang mengalami penurunan daya saing adalah crude oils and inedible,

miscellaneous manufactured.

(8) Dari forum Focus Group Discussion (FGD) diperoleh beberapa informasi tambahan:

Page 142: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

141

(a) Indonesia merupakan negara yang sangat besar penduduknya dan berpotensi menjadi pasar

bagi perdagangan internasional. Untuk itu, Indonesia perlu selektif dan benar-benar

memahami dampak liberalisasi yang dilakukan. Salah satunya ialah melakukan analisis

daya saing komoditas yang dihasilkan Indonesia untuk perumusan kebijakan yang tepat.

Jika dilihat dari Gambar 9.1 maka ekspor Indonesia masih dominan dari komoditas yang

bersumber dari alam (natural resources), bukan hasil inovasi atau industrialisasi.

Keunggulan ini boleh saja dipertahankan akan tetapi secara alamiah akan berkurang.

(b) Struktur tarif Indonesia sudah relative sangat terbuka jika dibandingkan dengan beberapa

negara mitra dagang Indonesia. Tabel 9.3 yang disusun oleh Saparini (2012)

mengkonfirmasi hasil komparasi tarif berdasar data GTAP8 di atas. Dalam posisi ini

Indonesia harus secara proaktif mengajak negara-negara lain meliberalisasi pasanya.

Karena hal ini berarti potensi keuntungan bagi Indonesia jika diikuti oleh daya saing yang

baik bagi komoditas asal Indonesia.

Tabel 9.3 Tarif Bea Masuk Beberapa Negara (Saparini, 2012)

Kelompok Produk India Vietnam Japan Thailand China Indonesia

Produk hewan 31,6 20,1 13,9 30,5 14,7 4,4

Produk susu 33,8 21,9 169,3 22,6 12 5,5

Buah, sayur, tanaman 29,7 30,6 12,7 31,5 14,8 5,9

Kopi, teh 56,1 37,9 15,6 30,8 14,7 8,3

Sereal & preparat 30,8 27,4 72 21,1 23,9 6,1

Minyak biji, lemak, minyak 26,2 13,4 12,3 19,3 10,6 4

Gula dan permen 34,4 17,7 24,5 32 27,4 11

Katun 17 6 0 0 22 4

Minuman & tembakau 70,8 66,6 14,4 44,6 22,9 51,8

Produk pertanian lain 21,9 7,8 5,7 10,4 11,5 4,3

Rata2 produk pertanian 35,23 24,94 34,04 24,28 17,45 10,53

3 0 2 1

94

8 1

13 6

67

17

5

28

9

41

Makanan Komoditi Mentah Pertanian

Bahan Bakar Biji besi dan Baja Manufaktur

Gambar 9.1 Perbedaan Struktur Ekspor: Ditentukan Daya Saing

China India Indonesia

Sumber: WDI (2011) diolah Saparini (2012)

Page 143: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

142

Ikan & produk ikan 29,6 30,9 5,5 13,5 10,7 5,8

Mineral & logam 7,4 10,2 1 6,2 7,5 6,6

Petroleum 9 17,5 0,6 5,4 4,5 0,5

Bahan kimia 7,9 5,2 2,2 3,3 6,6 5,3

Kayu, kertas, dll. 9,1 17,2 0,8 6,9 4,4 5

Textil 14,1 30,4 5,5 8,3 9,6 9,3

Pakaian 19,9 49,3 9,2 30,4 16 14,4

Kulit, alas kaki 10,1 19 12,9 12,1 13,4 9

Mesin non-listrik 7,1 5,4 0 4,4 7,8 2,3

Mesin listrik 6,9 12,8 0,2 7,9 8 5,8

Peralatan transportasi 14,8 22,2 0 21 11,5 11,6

Manufaktur, n,e.s. 8.8 15,2 1,2 10,6 11,9 6,9

Rata2 Produk non-pertanian 12,1 19,6 3,3 10,8 9,3 6,9

Total Rata2 23,1 22,2 18,0 17,3 13,2 8,6

(c) Dari hasil penelitian Modjo (2010) yang dikutip oleh Yustika (2012) menunjukkan bahwa

daya saing komoditas Indonesia yang cukup tinggi dimiliki oleh komoditas yang berasal

dari sumber daya alam, seperti: CPO, Tin, Rubber, dan Coal. Sementara untuk komoditas

hasil pabrikasi masih menunjukkan daya saing yang rendah. Informasi ini di satu sisi harus

disyukuri karena kita memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Akan tetapi kekayaan ala

mini terbatas dan nonrenewables sehingga konsekuensinya perlu upaya untuk pemanfaatan

yang baik sekaligus melakukan upaya penemuan baru (inovasi) produk2 yang lebih

sustainable sebagai mesin pertumbuhan ekonomi dari sisi perdagangan internasional. Tabel

9.4 dan Tabel 9.5 secara berurutan menggambarkan perkembangan daya saing komoditas

Indonesia selama periode 2000 – 2008 dan daya saing relative dengan negara mitra dagang.

Tabel 9.4 Indonesia’s Revealed Comparative Advantages (RCAs)

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Non-manufactured 2.03 2.09 2.30 2.33 2.07 2.25 2.32 2.39 2.57

Manufactured 0.74 0.73 0.70 0.67 0.73 0.64 0.62 0.60 0.55

Top Ten Commodities:

CPO 24.1 22.97 30.94 30.01 41.79 39.65 40.61 44.58 41.05

Tin 13.45 15.62 20.83 26.11 29.65 34.3 31.41 27.78 37.55

Rubber 9.11 9.14 11 13.27 17.22 14.48 17.55 18.64 18.61

Coal 6.65 7.47 8.14 9.03 9.21 9.5 12.2 12.81 10.48

Papers 2.43 2.34 2.48 2.36 2.42 2.3 2.49 2.53 2.56

TPT 2.2 2.26 2.03 1.99 2.21 2.05 2.03 1.9 1.81

Copper 1.19 1.43 1.76 2.39 2.08 2.26 1.82 2.51 1.87

Electrical Appliances 0.69 0.7 0.75 0.69 0.77 0.66 0.52 0.48 0.47

Chemical Products 0.56 0.52 0.5 0.52 0.58 0.49 0.48 0.53 0.47

Machinery & Mechanics 0.13 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2 0.23 0.27 0.28

Sumber: Modjo (2010), dikutip dari presentasi Yustika (2012)

Page 144: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

143

Tabel 9.5 Relatif RCAs

2008 Indonesia Malaysia Philippines Singapore Thailand China Rank Notes

CPO 41.05 26.55 8.18 0.34 1.09 0.05 1 Stable

Tin 37.55 7.92 0.95 6.77 4.94 0.07 1 Increasing

Rubber 18.61 5.34 0.45 0.5 16.79 0.09 1 Increasing

Coal 10.48 0.01 0.11 0 0.01 1.06 1 Increasing

Papers 2.56 0.31 0.28 0.22 0.63 0.4 1 Increasing

TPT 1.81 0.63 1.1 0.18 1.08 3.12 2 Stable

Copper 1.87 0.89 4.03 0.31 0.44 0.44 4 Stable

Electrical Appliances 0.47 1.87 3.99 2.64 1.61 2.27 6 Decreasing

Chemical Products 0.47 0.55 0.21 0.88 0.73 0.52 5 Stable

Machinery & Mechanics 0.28 0.23 0.32 0.52 0.86 0.63 6 Increasing

Sumber: Modjo (2010), dikutip dari presentasi Yustika (2012)

(d) Selama ini Indonesia masih terkendala dengan koordinasi antarlembaga dan koordinasi

antara pemerintah-nonpemerintah dalam hal kebijakan tarif dan perdagangan internasional

secara umum. Hal ini terlihat dari banyaknya fenomena lapangan yang menunjukkan tidak

adanya konvergensi kebijakan. Hal ini akan berpotensi membahayakan perekonomian

Indonesia ketika pasar internasional semakin terbuka.

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Dari berbagai temuan dalam studi ini, maka ada beberapa rekomendasi kebijakan yang diajukan dan

dibedakan antara yang khusus terkait dengan skema FTA tertentu maupun yang sifatnya umum.

AFTA:

1. Pemerintah Indonesia harus lebih berhati-hati dan selektif dalam melanjutkan kebijakan

liberalisasi perdagangannya di level ASEAN. Hal ini mengingat bahwa Indonesia sudah relatif

lebih liberal jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain yang memiliki kemiripan

dalam struktur keunggulan komoditas dan daya saing seperti Thailand dan Malaysia.

2. Beberapa komoditas Indonesia yang bisa dan siap untuk diliberalisasi secara penuh asalkan

diperlakukan setara dengan negara ASEAN lainnya, yaitu: sugar cane, sugar beet, oil seeds, dan

paddy rice. Hal ini berdasarkan hasil simulasi yang menunjukkan bahwa ketika diliberalisasi

untuk wilayah ASEAN, komoditas-komoditas tersebut mengalami kenaikan ekspor dan

sekaligus penurunan impor.

3. Untuk beberapa komoditas yang hasil simulasinya menunjukkan bahwa liberalisasi

mengakibatkan kenaikan baik untuk ekspor dan impor yaitu untuk komoditas: beverages and

Page 145: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

144

tobacco products, motor vehicles and parts, dan metal products, perlu dilihat lebih detail

klasifikasi HS-nya. Hal ini penting untuk mengetahui lebih detail unsur-unsur komoditas apa

berdasar klasifikasi HS yang mengalami dampak kenaikan ekspor dan impor sehingga dapat

diambil kebijakan yang lebih tepat.

4. Terkait dengan produk komoditas Indonesia yang berorientasi ekspor perlu dilakukan studi

lanjutan untuk melakukan analisis daya saing dan mengukur tingkat produktivitas. Hal ini

penting tidak hanya untuk memahami peta persaingan dengan komoditas dari negara lain akan

tetapi juga menemukan formula untuk meningkatkan daya saing dengan peningkatan

produktivitasnya.

AIFTA:

5. Pemerintah Indonesia perlu mengambil inisiatif dan proaktif bahkan progresif dalam hal

negosiasi pengurangan tarif dalam skema FTA ini. Hal ini mengingat bahwa Indonesia telah

lebih terbuka secara relatif dibandingkan dengan India dan beberapa negara ASEAN lainnya.

Selain itu, hasil simulasi dampak juga menunjukkan potensi benefit yang cukup baik bagi

Indonesia.

6. Beberapa komoditas Indonesia yang bisa dan siap untuk diliberalisasi secara penuh asalkan

diperlakukan setara dengan negara ASEAN lainnya, yaitu: sugar cane, sugar beet. Hal ini

berdasarkan hasil simulasi yang menunjukkan bahwa ketika diliberalisasi untuk wilayah

ASEAN, komoditas-komoditas tersebut mengalami kenaikan ekspor dan sekaligus penurunan

impor.

7. Untuk beberapa komoditas yang hasil simulasinya menunjukkan bahwa liberalisasi

mengakibatkan kenaikan baik untuk ekspor dan impor yaitu untuk komoditas: vegetable oils and

fats, beverages and tobacco products, motor vehicles and parts, dan metal products, perlu

dilihat lebih detail klasifikasi HS-nya. Hal ini penting untuk mengetahui lebih detail unsur-unsur

komoditas apa berdasar klasifikasi HS yang mengalami dampak kenaikan ekspor dan impor

sehingga dapat diambil kebijakan yang lebih tepat.

8. Terkait dengan produk komoditas Indonesia yang berorientasi ekspor perlu dilakukan studi

lanjutan untuk melakukan analisis daya saing dan mengukur tingkat produktivitas. Hal ini

penting tidak hanya untuk memahami peta persaingan dengan komoditas dari negara lain akan

tetapi juga menemukan formula untuk meningkatkan daya saing dengan peningkatan

produktivitasnya.

9. Untuk produk-produk yang perlu dilakukan perhatian untuk dilindungi antara lain: oil seeds,

sugar, dan meat: cattle, sheep, goats, horse. Hal ini karena diindikasikan bahwa liberalisasi

mengakibatkan penurunan ekspor dan kenaikan impor untuk komoditas tersebut.

AJCEP:

Page 146: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

145

10. Pemerintah Indonesia perlu mengambil sikap berhati-hati dalam hal negosiasi pengurangan tarif

dalam skema FTA ini. Hal ini mengingat bahwa hubungan Indonesia-Japan telah relatif terbuka

untuk kedua belah pihak. Perlu dikaji lebih detail komoditas-komoditas yang bisa menghasilkan

win-win solution dengan Japan atau yang secara kolaboratif mampu meningkatkan daya saing

Indonesia-Japan dibanding dengan negara ASEAN lain atau pun dengan negara lain di luar

kawasan ASEAN.

11. Beberapa komoditas Indonesia yang bisa dan siap untuk diliberalisasi secara penuh asalkan

diperlakukan setara dengan negara ASEAN lainnya dan Japan, yaitu: sugar cane, sugar beet.

Hal ini berdasarkan hasil simulasi yang menunjukkan bahwa ketika diliberalisasi untuk wilayah

ASEAN-Japan, komoditas tersebut mengalami kenaikan ekspor dan sekaligus penurunan impor.

12. Untuk beberapa komoditas yang hasil simulasinya menunjukkan bahwa liberalisasi

mengakibatkan kenaikan baik untuk ekspor dan impor yaitu untuk komoditas: beverages and

tobacco products, sugar, dan metal products, perlu dilihat lebih detail klasifikasi HS-nya. Hal

ini penting untuk mengetahui lebih detail unsur-unsur komoditas apa berdasar klasifikasi HS

yang mengalami dampak kenaikan ekspor dan impor sehingga dapat diambil kebijakan yang

lebih tepat.

13. Terkait dengan produk komoditas Indonesia yang berorientasi ekspor perlu dilakukan studi

lanjutan untuk melakukan analisis daya saing dan mengukur tingkat produktivitas. Hal ini

penting tidak hanya untuk memahami peta persaingan dengan komoditas dari negara lain akan

tetapi juga menemukan formula untuk meningkatkan daya saing dengan peningkatan

produktivitasnya.

Rekomendasi Umum:

14. Perlu adanya peningkatan trade facilitation baik berupa kemudahan administrasi atau pun

kebijakan pendukung dan memperbaiki hambatan-hambatan perdagangan lainnya sehingga

dapat meningkatkan utilization rate yang rendah. Hal lainnya bisa ditempuh dengan menekan

biaya transportasi yang tidak efisien. Hal ini semua berujung pada tingkat daya saing komoditas

Indonesia di pasar internasional.

15. Perlu pelibatan sektor usaha atau bisnis dalam proses penentuan tariff, semenjak proses

pengkajian dan negosiasi internasional bersama dengan delegasi RI. Hal ini penting untuk tidak

hanya untuk memutus senjang informasi tetapi juga untuk menciptakan kerja sama yang baik,

karena pada akhirnya para pelaku bisnis inilah yang akan mengeksekusi kebijakan pada level

implementasi.

SARAN STUDI LANJUTAN

Ada beberapa saran studi lanjutan yang relevan dengan hasil kajian ini:

Page 147: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

146

1. Rendahnya utilization rate, perlu dikaji lebih lanjut terkait faktor-faktor penyebabnya secara

pasti agar dapat direspon dengan kebijakan yang tepat dan memadai.

2. Perlu studi yang fokus mengkaji daya saing komoditas Indonesia secara detail, penyebab dan

potensi peningkatannya. Informasi tentang daya saing ini penting untuk menentukan posisi dan

daya tawar Indonesia dalam perundingan perdagangan di internasional fora.

3. Perlu dilakukan kajian simulasi dampak untuk beberapa skema FTA yang sedang dalam proses

negosiasi (ex-ante impact analysis) untuk member informasi awal tentang potensi dampak FTA

tersebut terhadap Indonesia. Misalnya: ASEAN-EU FTA, Indonesia-Turki FTA.

Page 148: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

147

DAFTAR REFERENSI

Balassa, B. (1965). Trade Liberalization and Revealed Comparative Advantage. Manchester School

of Economic and Social Studies, 33, 99-123.

Cabalu, H., and Alfonso, C. (2007). Does AFTA Create or Divert Trade? Global Economy Journal,

7(4).

Chirathivat, S. (2002). ASEAN-China Free Trade Area: Background, Implications and Future

Development. Journal of Asian Economics, 13, 671-686.

Clausing, K. A. (2001). Trade Creation and Trade Diversion in the Canada-United States Free Trade

Agreement. Canadian Journal of Economics, 34, 677-696.

Edwards, L., and Schoer, V. (2001). The Structure and Competitiveness of South African Trade.

Paper presented at the Trade and Industrial Policy Strategy - Annual Forum, Misty Hills,

Muldersdrift, 10-12 September 2001.

Francis, S. (2011). The ASEAN-India Free Trade Agreement: A Sectoral Impact Analysis of

Increased Trade Integration in Goods. the Economic and Political Weekly, 46(2).

Gujarati, D. N. (2009). Basic Econometrics. New York: McGraw-Hill Higher Education.

Hussain, M. S., and Begum, J. (2011). India-ASEAN Economic and Trade Partnership. Journal of

Turkish Weekly Retrieved 5 July 2012, from http://www.turkishweekly.net/news/125793/-

analysis-india-asean-economic-and-trade-partnership.html

Inama, S. (2003). Trade Preferences and the World Trade Organization Negotiations on Market

Access. Journal of World Trade, 37(5), 959-976.

Kementerian_Keuangan. (2011). Analisis Posisi Indonesia Terkait Free Trade Agreement. Jakarta:

Kementerian Keuangan.

Krueger, A. O. (1999). Trade Creation and Trade Diversion Under NAFTA. National Bureau of

Economic Research Working Paper Series, No. 7429.

Laurenceson, J. (2003). Economic Integration Between China and the ASEAN-5. ASEAN Economic

Bulletin 20(2).

Liu, Y., and Luo, H. (2004). Impact of Globalization on International Trade between ASEAN-5 and

China: Opportunities and Challenges. Global Economy Journal, 4(1).

Ohlan, R. (2012). ASEAN-India Free Trade Agreement in Goods: An Assessment. African Journal

of Social Sciences, 2(3), 66-84.

Park, D., et al. (2008). Is the ASEAN-Korea Free Trade Area (AKFTA) an Optimal Free Trade

Area? Working Paper Series on Regional Economic Integration No. 21, Asian Development

Bank (November 2008).

Plummer, M. G., et al. (2010). Methodology for Impact Assessment of Free Trade Agreements.

Mandaluyong City, Philippines: Asian Development Bank.

Page 149: LAPORAN HASIL KAJIAN -  · PDF filepotensi-masalah yang jelas dan lengkap. ... 1 Materi bab ini dikutip dari Laporan Penelitian Kementerian Keuangan ... hewan/nabati (15) 4%

148

Sikdar, C., and Nag, B. (2011). Impact of India-ASEAN Free Trade Agreement: A Cross-Country

Analysis Using Applied General Equilibrium Modelling. Asia-Pacific Research and Training

Network on Trade Working Paper Series, No 107 (November 2011).

Viner, J. (1950). The Custom Union Issue. New York: Carnegie Endowment for International Peace.

Voon, J., and Yue, R. (2003). China-ASEAN Export Rivalry in the US Market: The Importance of

the HKChina Production Synergy and the Asian Financial Crisis. Journal of the Asia Pacific

Economy, 8(2).

Wong, J., and Chan, S. (2002). China-Asean Free Trade Agreement: Shaping Future Economic

Relations. Asian Survey, 43(3), 507-526.

Yustika, A. E. (2012). Free Trade Area dan Perdagangan Indonesia, Presentation at Focus Group

Discussion. Malang, 18 October 2012.