laporan geologi fisik

117
1 BAB I PETA TOPOGRAFI 1.1 Jenis Peta a. Fungsi Dan Tujuan Pembuatan Peta a) Fungsi Peta Menunjukkan lokasi permukaan bumi. Menentukan arah dan jarak berbagai tempat. Memperlihatkan bentuk - bentuk permukaan bumi atau kenampakan geografi, misalnya lautan, daratan, dan gunung sehingga dimensinya dapat terlihat dalam peta. Mengumpulkan dan menyeleksi data-data atau keterangan dari suatu daerah yang akan disajikan pada peta dengan bentuk simbol yang konvensional. b) Tujuan Pembuatan Peta Menyimpan data-data yang ada di permukaan bumi. Menganalisis data spasial seperti perhitungan volum. Memberikan informasi dalam perencanaan tata kota dan pemukiman. Memberikan informasi tentang ruang yang bersifat alami, baik manusia maupun budaya.

Upload: udin-muhrudin

Post on 12-Nov-2014

1.936 views

Category:

Education


6 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

  • 1. 1 BAB I PETA TOPOGRAFI 1.1 Jenis Peta a. Fungsi Dan Tujuan Pembuatan Peta a) Fungsi Peta Menunjukkan lokasi permukaan bumi. Menentukan arah dan jarak berbagai tempat. Memperlihatkan bentuk -bentuk permukaan bumi ataukenampakan geografi, misalnya lautan, daratan, dan gunung sehingga dimensinya dapat terlihat dalam peta. Mengumpulkan dan menyeleksi data-data atau keterangan dari suatu daerah yang akan disajikan pada peta dengan bentuk simbol yang konvensional. b) Tujuan Pembuatan Peta Menyimpan data-data yang ada di permukaan bumi. Menganalisis data spasial seperti perhitungan volum. Memberikan informasi dalam perencanaan tata kota dan pemukiman. Memberikan informasi tentang ruang yang bersifat alami, baik manusia maupun budaya. b. Jenis-Jenis Peta a) Jenis Peta Berdasarkan Skalanya Peta skala besar berskala antara 1 : 5.000 s.d 1 : 250.000 Peta skala sedang berskala antara 1 : 250.000 s.d 1 : 500.000 Peta skala kecil berskala antara 1 : 500.000 s.d 1 : 1.000.000 Peta kadaster berskala antara 1 : 100 s.d 1 : 5.000 Peta geografi berskala 1 : 1.000.000 atau lebih

2. 2 b) Jenis Peta Berdasarkan Isinya Peta umumadalah peta yang menggambarkan segala sesuatu yang terdapat pada suatu daerah yang dipetakan. Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk (relief) permukaan bumi. Peta chorografi adalah peta yang menggambarkan sebagian atau seluruh permukaan bumi yang bercorak umum dan berskala kecil, misalnya peta dunia dan atlas. Peta khusus atau peta tematik adalah peta yang menggambarkan suatu aspek atau kenampakan tertentu di permukaan bumi. Contohnya: o Peta curah hujan o Peta iklim o Peta tata guna lahan o Peta pariwisata o Peta jalur penerbangan o Peta geologi o Peta sejarah o Peta industri o Peta penduduk c) Jenis Peta Berdasarkan Sifat Datanya Peta stasioneradalah peta yang sifat datanya menggambarkan keadaan permukaan bumi yang tetap atau relatif stabil. Contohnya:. o Peta geologi o Peta kontur o Peta laut menurut kedalamannya o Peta topografi o Peta jalur pegunungan Peta dinamisadalah peta yang sifat datanya menggambarkan keadaan permukaan bumi yang bersifat dinamis atau berubah-ubah. Contoh: 3. 3 o Peta kepadatan penduduk, Peta penyebaran penduduk memperlihatkan tingkat kepadatan penduduk di suatu tempat pada suatu wilayah. o Peta jaringan transportasi o Peta jaringan irigasi o Peta jaringan telepon d) Jenis Peta Berdasarkan Bentuknya Peta timbul Peta timbul adalah peta yang dibuat berdasarkan bentuk permukaan bumi yang sebenarnya, misalnya peta relief. Peta dasar (peta biasa) Peta dasar adalah peta yang menggambarkan keadaan suatu wilayah yang belum diberi data, misalnya peta dasar Indonesia atau peta dasar Pulau Jawa. Dengan adanya peta dasar tersebut kita dapat membuat berbagai jenis peta yang kita inginkan. Peta digital Peta digital adalah peta yang datanya terdapat pada pita magnetik, sedangkan pengolahan dan penyajian datanya menggunakan komputer, misalnya peta yang digambarkan melalui layar televisi atau layar komputer. 1.2 Pengenalan Peta Topografi Peta adalah gambaran suatu permukaan datar dari seluruh atau sebagian permukaan bumi untuk memperlihatkan kenampakan fisik, politik atau yang lainnya yang di hubungkan oleh titik-titik dengan skala dan proyeksi tertentu. Peta topografi adalah peta yang menggambarkan penyebaran, bentuk, dan ukuran muka bumi. Gambaran tersebut di tunjukkan oleh garis-garis ketinggian dengan referensi tertentu, yang di sebut garis kontur, yaitu garis imajiner di permukaan bumi yang menghubungkan titik- titik dengan ketinggian yang sama (Drs. Firdaus, M.Si, 2011). 4. 4 Latar belakang topografi adalah peta yang menunjukkan lokasi dan peningkatan fitur alam dan budaya suatu daerah tertentu. Warna standar dan simbol telah di tunjuk untuk di gunakan pada peta-peta oleh peta rupa bumi umumnya berorientasi untuk menunjukkan arah utara di atas topographic maps. Timbangan dan interval kontur pada peta topografi bervariasi tergantung pada seri peta dan relief (variasi elevasi) dari topografi. Tujuan peta topografi yaitu untuk mempelajari tanda-tanda simbol standar dan warna yang di gunakan di peta topografi, akrab dengan arah, sisik. Jadi, elevasi bacaan, dan cara mencari berbagai fitur pada peta topografi informasi secara global dari peta. Peta menggambarkan informasi keruangan yang dapat di gunakan untuk berbagai keperluan dan data dapat di gunakan kembali untuk keperluan visual. Data yang di masukkan ke dalam peta dapat berupa simbol- simbol yang berfungsi menggambarkan sebagian atau seluruh permukaan bumi serta kenampakan-kenampakan atau fenomena yang ada. Penulis lain mendefinisikan peta topografi dengan membandingkan mereka dengan jenis lain peta, mereka di bedakan dari skala kecil peta chorographic yang mencakup daerah besar, peta planimetrik yang tidak menunjukkan peningkatan dan peta tematik yang berfokus pada topik tertentu. Namun, dalam vernakular dan hari ke hari dunia, representasi lega (kontur) yang populer di adakan untuk menentukan genre, sehingga bahkan peta skala kecil menunjukkan relief yang umumnya (dan keliru, dalam arti teknis) yang di sebut topografi. Sedangkan tertarik lega, sebenarnya yang lebih luas banyak bidang studi yang memperhitungkan semua alam dan manusia membuat fitur dari medan. Peta rupa bumi memiliki kegunaan beberapa pada hari ini: semua jenis geografis perencanaan atau berskala besar, arsitektur ilmu bumi dan banyak lainnya geografis disiplin, pertambangan dan usaha berbasis bumi lainnya, dan menggunakan rekreasi seperti hiking atau khususnya orienteering, yang menggunakan peta sangat rinci dalam persyaratan standar. Berbagai fitur yang di tampilkan pada peta yang di wakili oleh tanda- tanda atau simbol konvensional. Sebagai contoh, warna dapat di gunakan 5. 5 untuk menunjukkan klasifikasi jalan. Tanda-tanda ini biasanya di jelaskan dalam margin peta, atau pada karakteristik lembar di terbitkan secara terpisah. Peta topografi juga biasa di sebut peta kontur atau peta topo. Peta rupa bumi konvensional menunjukkan topografi atau kontur tanah, dengan cara garis kontur. Garis kontur merupakan kurva yang menghubungkan titik-titik berdekatan yang sama ketinggian (isohypse). Dengan kata lain, setiap titik pada garis di tandai dari 100 m elevasi adalah 100 m di atas permukaan laut. Peta ini biasanya di tunjukkan tidak hanya kontur, tetapi juga setiap signifikan. Istilah topografi di ambil dalam bahasa Yunani (topos yang berarti tempat, dan graphia menulis), merupakan studi permukaan bumi, maupun planet-planet, bulan dan asteroid. Ada 2 istilah yang sering di temukan yang berkaitan dengan topografi, yakni ukur topografi dan peta topografi. Ukur topografi adalah pemungutan dan pengumpulan data mengenai kedudukan dan bentuk permukaan bumi. Kaidah-kaidah yang di gunakan di dalam ukur topografi antara lain ukur aras, tekimetri, meja datar, fotogrametri dan penginderaan jauh. Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari atas, di perkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa di perkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi di gambarkan dalam bentuk garis-garis kontur. Peta topografi menampilkan semua unsur yang berada di atas permukaan bumi, baik unsur alam maupun buatan manusia. Peta jenis ini biasa di pergunakan untuk kegiatan-kegiatan di alam bebas, terrmasuk peta untuk kepentingan militer, teknik sipil dan arkeologi. Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi atau benda angkasa, yang meliputi perwujudan, letak, maupun data yang berkaitan, seperti tampaknya apabila di lihat dari atas. Sumbernya dapat berupa hasil pengukuran, foto udara, atau citra satelit. Ilmu yang mempelajari peta di sebut topografi. 6. 6 Secara umum peta merupakann gambar atau dimensi dari suatu objek yang dilihat dari atas yang ukurannya direduksi. Dengan mengamati dan melihat peta akan memudahkan pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan hakekat daripada peta topografi adalah peta yang menggambarkan keadaan suatu daerah yang dilihat dari atas yang kurang lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya. Ada beberapa cara penggambaran peta topografi yaitu : a. Garis Kontur, adalah garis yang menghubungkan titik- titik ketinggian yang sama pada suatu permukaan bumi b. Garis hachures, yaitu garis lurus yang ditarik dari titik- titik ketinggian tertinggi ke titik- titik yang lebih rendah disekitarnya (lereng curam garisnya makin merapat ) c. Pewarnaan (Tinting),daerah yang mempunyai relief tinggi warnanya makin gelap sebaliknya relief rendah warnanya makin cerah contohnya atlas. d. Bayangan (shading), topografi curam diberi bayangan yang tebal,rapat serta pendek, sebaliknya daerah landai diberi garis bayangan tipis, panjang dan renggang. e. Kombinasi, dengan cara menggabungkan antara kontur dengan warna dan lain-lainnya. 1.3 Elemen Peta Topografi Unsur-unsur penting dalam peta topografi meliputi : a. Relief, menggambarkan beda tinggi suatu tempat ke tempat lain di suatu daerah misal bukit, dataran, pegunungan, lembah, lereng dan lain sebagainya. Biasanya untuk peta topografi berwarna digunakan warna coklat untuk dataran dan biru untuk lautan, dengan variasi warna disesuaikan dengan keadaan relief, daerah berelief tinggi warna semakin tua dan gelap. Relief terjadi karena adanya resistensi antara batuan terhadap proses erosi dan pelapukan juga dipengaruhi gejala-gejala asal dalam seperti perlipatan, patahan dan lain sebagainya. 7. 7 b. Pola Aliran, pola aliran dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan jalan-jalan pengaliran di dalam suatu kawasan, tanpa memperhatikan apakah jalan-jalan pengaliran itu mempunyai sungai permanen atau tidak. Pola aliran dapat dikelompokan ke dalam pola dasar yakni : a) Derinitik, bentuk sungai berupa cabang-cabang pohon dimana cabang-cabang sungai berhubungan dengan induk sungai membentuk sudut-sudut yang meruncing.Biasanya terbentuk pada batuan yang himogen dengan sedikit atau tanpa pengendalian struktur. b) Pararel, pola aliran yang mempunyai arah relatif sejajar, mencuram, dapat pula pada daerah dengan morfologi yang pararel dan memanjang. Pola ini mempunyai kecendrungan berkembang kea rah dendritik atau trellis. c) Trellis, menyerupai bentuk tangga, dimana sungai-sungai sekunder (cabang sungai) membentuk sudut siku-siku dengan sungai utama mencirikan daerah sungai pegunungan lipatan (antiklin, sinklin) dan kekar. d) Rectangular, pola aliran yang dibentuk oleh percabangan sungai- sungai yang membentuk sudut siku-siku, lebih banyak dikontrol oleh factor kekar-kekar yang saling berpotongan dan juga sesar. e) Redial, pola ini dicirikan oleh suatu jaringan yang memancar keluar dari satu titik pusat, biasanya mencirikan daerah pegunungan atau kubah. f) Annular, pola ini hampir sama dengan pola radial hanya saja yang membedakan jika pada pola radial jaringan sungai memancar keluar dari suatu titik sedangkan pada pola annular jaringan sungai berkumpul pada suatu daerah. g) Pola pengaliran multi basinal Disebut juga sink hole, adalah pola pengaliran yang tidak sempurna, kadang tampak kadang hilangyang disebut sebagai sungai bawah tanah, pola ini bekembang pada daerah karst atau batugamping 8. 8 h) Polapengaliran contorted,adalah pola pengaliran yang arah alirannya berbalik dar arah semula, pola ini terdapat pada daerah patahan. c. Kebudayaan (culture), yaitu segala bentuk hasil budi daya manusia, misalnya perkampungan, jalan, persawahan, dan sebagainya. Culture sangat membantu geologi dalam penentuan lokasi. Pada umumnya pada peta topografi relief akan digambarkan dengan warna coklat, drainage dengan warna biru dan culture dengan warna hitam. Hal ini sangat membantu dalam hal penentuan lokasi. 9. 9 Gambar 1.1 Pola Pengairan Umum 10. 10 Gambar 1.2 Modifikasi Pola Pengaliran, Dalam SkalaYang Luas 11. 11 Gambar 1.3 Modifikasi Pola Pengaliran-Pengaliran 12. 12 1.4 Kelengkapan Peta Topografi Pada peta topografi yang baik harus terdapat unsur atau keterangan yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan penelitian atau kemiliteran yakni: a. Skala Merupakan perbandingan jarak horizontal yang sebenarnya dengan jarak peta. Perlu diketahui bahwa jarak yang diukur pada peta adalah jarak horizontal. Ada 3 macam skala yang biasa dipakai pada peta topografi. a) Representative Feaction Scale (Scala R. F.) Ditunjukan dengan pecahan contoh 1:10000. Artinya 1 cm di peta sama dengan 10000 cm di lapangan atau sama dengan 100 m di lapangan. Kelemahan penggunaan skala ini yaitu jika peta mengalami pemuaian maka skala tidak akan berlaku lagi. b) Grafik Scale ( Skala Grafik) Yaitu perbandingan jarak horizontal sesungguhnya dengan jarak pada peta yang ditunjukan dengan sepotong garis. Skala ini adalah paling baik karena tidak terpengaruh oleh pemuaian maupan penciutan dari peta. c) Verbal Scale (Skala Verbal) Dinyatakan dalam ukuran panjang, contah 1 cm = 10 km. Skala ini hampir sama dengan skala R. F. b. Arah Utara Peta Salah satu perlengkapan peta yang tidak kalah pentingnya adalah arah utara, karena tiap peta dapat digunakan dengan baik haruslah diketahui arah urtaranya. Arah utara ini berguna untuk penyesuaian dengan antara utara peta dngan arah utara jarum kompas. Ada 3 macam arah utara jarum kompas yaitu: arah utara magnetik Grid North True North 13. 13 c. Legenda Peta topografi banyak digunakan tanda untuk mewakili bermacam- macam keadan yang ada di lapangan dan biasanya terletak di bagian bawah peta. d. Judul Peta Judul peta meruapakan nama daerah yang tercakup didalam peta dan berguna unuk pencairanpeta bila suatu waktu diperlukan. Sumber pembagian nomor lembar peta tersebut disebut Quadrangle. e. Converage Diagram Maksudnya peta tersebut dibuat dengan cara atau metode yang bagaimana, hal ini untuk dapat memperkirakan sampai sejauh mana kebaikan atau ketelitian peta. Misalnya dibuat berdasarkan foto udara atau dibuat berdasarkan pengukuran di lapangan. a. Indeks Administrasi Pembagian Daerah berdasarkan hokum administrasi, hal mini penting untuk memudahkan pengurusan surat izin untuk melakukan atau mengadakan penelitian pemetaan. b. Indeks Adjoing Sheet Menunjukan kedudukan peta yang bersangkutan terhadap lembar- lembar peta di sekitarnya. c. Edisi Peta Edisi peta dapat dipakai untuk mengetahui mutu dari pada peta atau mengetahui kapan peta tersebut dicetak atau dibuat. 1.5 Peta Topografi dengan Garis Kontur Untuk memahami peta kontur perlu dipelajari terlebih dahulu tentang garis kontur. Beserta sifat-sifatnya yang antara lain adalah sebagai berikut: a) Garis Kontur Merupakan garis-garis yang menghubungkan titik yang mempunyai ketinggian sama yang diukur dari suatu bidang perbandingan. Bidang pembanding ini biasanya diambil dari permukaan air laut rata-rata. 14. 14 b) Intrval Kontur Jarak vertical antara garis kontur satu dengan garis yang lainnya yang berurutan. c. Indeks Kontur Garis kontur yang dicetak tebal pada peta, yang mana merupakan kelipatan tertentu dari beberapa garis kontur. d. Kontur Setengah Garis kon tur yang harga ketinggiannya adalah setengah dari interval kontur. Biasanya digambar dengan garis putus-putus. 1.6 Penentuan Interval Kontur Untuk hal-hal yang umum dapat menggunakan rumus: IK = 2000 1 x N Di mana: IK = interval kontur N = skala peta Misal peta dengan skala 1 : 50.000, sehingga interval konturnya adalah 25 m. Tetapi penentua interval kontur dengan rumus seperti di atas tidaklah mutlak tergantung daripada kebutahan atau tujuan pembuatan peta tersebut. Misal peta untuk daerah petambangan dengan luasan yang kecil tentunya menggunakan interval kontur yang lebih kecil sehingga relief daerah dapat dilihat dengan jelas. Sifat-Sifat Garis Kontur a) Garis kontur tidak akan berpotongan satu sama lainnya. b) Garis kontur tidak akan bertemu satu dengan garis kontur yang memiliki ketinggian berbeda. c) Garis kontur akan meregang jika landai dan rapat jika curam. d) Garis kontur yang memotong sungai meruncing kearah hulu. e) Garis kontur harus digambarkan hingga batas tepi peta. f) Garis kontur setngah digambarkan degan garis putus-putus. 15. 15 1.7 Penentuan Titik Ketinggian dan Jarak Ada beberapa cara untuk menentukan titik ketinggian dan jarak yakni: a) Pada indeks kontur langsung dapat diketahui. b) Pada intermediate kontur dihitung dari indeks kontur dengan mesmperhatikan interval kontur. c) Pada intermediate kontur cara interpolasi. d) Titik triangulasi. 1.8 Sistem Quadrangle Sistem Quadrangle adalah suatu cara dalam penataan pembuatan registrasi pada peta topografi. Sistem Quadrangle di Indonesia ada 2 macam yaitu system lama dan system baru. Perbedaan keduanya terletak pada perbandingan luas peta , notasi, dan pembagian derajat busurnya. a) Sistem Quadrangle Lama Adalah sisa peninggalan jaman pendudukan Belanda. Ketentuan- ketentuan yang ada dam sisitem ini adalah: Pembagian kotak dengan luas 20 x 20 berskala 1 : 100.000 Titik 0o bujur ada di Jakarta dan titik 00 lintang ada di equatorial. Penomoran garis lintang dengan angka Romawi sedang penomoran garis bujur dengan angka akrab. Notasi lembar peta dan skala ditulis, missal L Peta no.40/XX, skala 1 :100.000 Peta no.40/XX-A, skala 1 : 50.000 Peta no.40XX-a, skala 1 : 25.000 A B C d 16. 16 40 b) Sistem Quadrangle Baru Notasinya semua ditulis dengan angka Arab. Pembagian kotak- kotaknya mempunyai luas 30 x 20 dengan 0 derajat dihitung dari Greenwich. Cara penulisanya adalah missal 5018 angka 50 merupakan angka perubahan secara horizontal dan angka 18 merupakan perubahan secara vertical. Peta no.5019 berskala 1 : 100.000 sedangkan peta no.5019-IV berskala 1 : 50.000 1.9 Profil Topografi Untuk mengetahui kenampakan morfologi dan kenampakan sturktur geologoi suatu daerah, maka daerah tersebut perlu digambarkan suatu penampang tegak atau profil. Penampang tegak atau sayatan tegak adalah gambaran yang memperlihatkan profil atau bentukan dari permukaan bumi. Profil ini diperoleh dari line of section. E F G h I J K l M N O p 5019 5119 5018 5118 IV I II II5019 XX 17. 17 Gambar 1.4 Profil Topografi suatu daerah 1.10 Penentuan Besar Kelerengan dan Beda Tinggi Peta Topografi merupakan peta yang menggambarkan keadaan relief suatu daerah, dimana kontur renggang menggambarkan daerah yang relative datar, sedangkan kontur yang rapat menggambarkan daerah yang terjal atau curam, di dalam peta topografi kadangkala kita banyak diperhadapkan degan pertanyaan di antaranya berapa besar kelerngan suatu tempat? Atau berapa beda tinggi daerah x? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, di dalam acara praktikum ini akan kita bahas cara-cara mengetahui nilai suatu kelerengan dan beda tinggi suatu daerah. Rumus mencari besar kelerengan dan beda tunggi: d(m) = panjang sayatan x skala peta h(m) = (n kontur 1) x IK hr = n h kr = n k Keterangan: d = jarak datar (m) h = ketinggian (m) hr = beda tinggi (m) kr = kelerengan (%) 18. 18 1.11 Hasil Praktikum a. Jenis Praktikum Peta Topografi b. Tujuan Tujuan pada praktikum peta topografi ini adalah: a) Untuk membuat peta topografi. b) Untuk menggambar penampang, penentuan garis kontur, dan beda ketinggian pada peta tofografi. c) Untuk menjelaskan penyebaran bentuk dan ukuran muka bumi berdasaarkan peta topografi yang di buat. c. Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang di gunakan pada praktikum ini adalah : Alat dan Bahan Fungsi Drawing pen Sebagai alat untuk membuat garis pada penampang peta topografi. Pensil Untuk menggambar dan membuat garis- garis kontur pada peta topografi. Penghapus Untuk mnghapus tulisan yang salah Kertas kalkir Tempat untuk menggambar penampang Penggaris Untuk membuat garis lurus Kertas millimeter blok Untuk menggambar penampang pada peta topografi Lembar pengamatan Untuk menggambar peta topografi. Tabel 1.1 Alat Dan Bahan Dalam Peta Topografi 19. 19 d. Pembahasan Hasil Praktikum Peta topografi adalah peta yang menggambarkan penyebaran, bentuk, dan ukuran muka bumi. Gambaran tersebut di tunjukkan oleh garis-garis ketinggian dengan referensi tertentu, yang di sebut garis kontur, yaitu garis imajiner di permukaan bumi yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama. Garis Kontur, Merupakan garis-garis yang menghubungkan titik yang mempunyai ketinggian sama yang diukur dari suatu bidang perbandingan. Bidang pembanding ini biasanya diambil dari permukaan air laut rata-rata. Peta Topografi merupakan peta yang menggambarkan keadaan relief suatu daerah, dimana kontur renggang menggambarkan daerah yang relative datar, sedangkan kontur yang rapat menggambarkan daerah yang terjal atau curam, di dalam peta topografi kadangkala kita banyak diperhadapkan degan pertanyaan di antaranya berapa besar kelerngan suatu tempat? Atau berapa beda tinggi daerah x? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, di dalam acara praktikum ini akan kita bahas cara-cara mengetahui nilai suatu kelerengan dan beda tinggi suatu daerah. Rumus mencari besar kelerengan dan beda tunggi : P.S : Panjang Sayatan Skala : Dalam (M) d : Jarak Datar (panjang sayatan x skala peta) (m) n : Jumlah Kontur Ik : Interval Kontur h : Beda Tinggi ((n-1) x Ik) (m) k : Kelerengan (h/d x 100 %) (%) 20. 20 Dari hasil praktikum diperoleh 256 sayatan Contoh : Diketahui : P.S : 0,4 cm Skala : 250 m n-1 : 3 - 1 = 2 Ik : 12,5 d = panjang sayatan x skala peta = 0,4 x 250 = 100 m h = ((n-1) x Ik) = 2 x 12,5 = 25 m k = (h/d x 100 %) = 25/100 x 100% = 25 % Untuk mengetahui kenampakan morfologi dan kenampakan sturktur geologoi suatu daerah, maka daerah tersebut perlu digambarkan suatu penampang tegak atau profil. Penampang tegak atau sayatan tegak adalah gambaran yang memperlihatkan profil atau bentukan dari permukaan bumi. Profil ini diperoleh dari line of section. 21. 21 BAB II BATUAN BEKU 2.1 Ganesa Batuan Beku Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite. 22. 22 Gambar 2.1 Contoh Batuan Beku Berdasarkan komposisi mineralnya batuan beku di bagi menjadi : 1. Batuan Beku Asam jika mengandung SiO2 lebih dari 66%. Contohnya Granit , Rhyolit Gambar 2.2 Batuan Beku Asam (Granit) 23. 23 2. Batuan beku Menengah/ intermediate jika mengandung SiO2 52-66% . Contohnya Diorit, andesit. Gambar 2.3 Batuan Beku Intermediet (Diorite) 3. Batuan Beku basa jika mengandung SiO2 45-52%. Contohnya Gabro , Basalt. Gambar 2.4 Batuan Beku Basa (Gabro) 4. Batuan Beku ultra basa jika mengandung SiO2 kurang dari 52%. Contohnya Peridotit, dunit. Gambar 2.5 Batuan Beku Ultra Basa (Peridotit) 24. 24 Batuan beku terbagi atas batuan beku dalam dan batuan beku luar: 1. Batuan Beku Dalam Magma yang membeku di bawah permukaan bumi, pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive. Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan di sekelilingnya. Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong struktur batuan di sekitarnya disebut diskordan, termasuk di dalamnya adalah batholit, stok, dyke, dan jenjang vulkanik. 1) Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan- lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua 25. 25 magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith. 2) Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit. 3) Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya. 4) Jenjang Vulkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya. Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalahsill, lakolit dan lopolit. Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar. Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan. Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas. 26. 26 Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh intrusi, juga terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi mineral pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara tekstur digolongkan ke dalam kelompok batuan beku fanerik. 2. Batuan Beku Luar Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan ekstrusif. Keluarnya magma di permukaan bumi melalui rekahan disebut sebagai fissure eruption. Pada umumnya magma basaltis yang viskositasnya rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya, menjadi hamparan lava basalt yang disebut plateau basalt. Erupsi yang keluar melalui lubang kepundan gunung api dinamakan erupsi sentral. Magma dapat mengalir melaui lereng, sebagai aliran lava atau ikut tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik. Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis tergantung apda komposisi magmanya dan tempat terbentuknya. Apabila magma membeku di bawah permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava), dinamakan demikian karena pembentukannya di bawah tekanan air. Dalam klasifikasi batuan beku batuan beku luar terklasifikasi ke dalam kelompok batuan beku afanitik. Gambar 2.6 Contoh Batuan Beku 27. 27 2.2 Struktur Batuan Beku Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku ekstrusif dan intrusif. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku. 1. Struktur Batuan Beku Ekstrusif Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya: 1) Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam. 2) Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan 3) Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air. Gambar 2.7 Columnar Joint 28. 28 4) Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan. 5) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit 6) Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran 2. Struktur Batuan Beku Intrusif Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan. 1) Konkordan Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu : a) Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya. b) Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter. c) Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter. 29. 29 d) Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer. 2) Diskordan Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu: a) Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang.Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter. b) Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar. c) Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil. Gambar2.8 Struktur Batuan Beku Intrusif 2.3 Tekstur Batuan Beku Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal 30. 30 tersebut pada saat pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki tekstur yang berbeda. Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama maka mineral-mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah, mineral-mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil. Gambar2.9 Contoh Batuan Beku Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah: 1. Gelas (Glassy), tidak berbutir atau tidak memiliki Kristal (amorf) 2. Afanitik (fine grained texture), bebrutir sangat halus hanya dapat dilihat dengan mikroskop 3. Fanerik (coarse grained texture), berbutir cukup besar sehingga komponen mineral pembentuknya dapat dibedakan secara megaskopis. 31. 31 4. Porfiritik, merupakan tekstur yang khusus di mana terdapat campuran antara butiran-butian kasar di dalam massa dengan butiran-butiran yang lebih halus. Butiran besar yang bentuknya relative sempurna disebut Fenokrist sedangkan butiran halus di sekitar fenokrist disebut massadasar. Secara ringkas, klasifikasi batuan beku dapat dinyatakan sebagai berikut: Tabel.2.1 klasifikasi batuan beku Pengamatan tekstur meliputi, tingkat kristalisasi, keseragaman kristal danukuran kristal yang masing-masing dapat dibedakan menjadi beberapamacam berdasarkan : 1) Derajat Kristalisasi a. Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh kristal. b. Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas c. Holohialin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas. 2) Granularitas a. Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh mineral-mineral yang berukuran kasar. b. Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral berukuran halus. 32. 32 3) Bentuk kristal Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu: a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna. 4) Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya a) Panoidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna) b) Hypidiomorf (Hypautomorf),yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral dan subhedral. c) Allotriomorf (Xenomorf), sebagian bear penyusunnya merupakan kristal yang berbentuk anhedral. 5) Berdasarkan keseragaman antar butirnya Relasi adalah hubungan antara kristal yang satu dengan yang lainnya dalam batuan. Secara garis besar dibagi dua yaitu: a) Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama b) Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama 2.4 Komposisi Mineral Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku kita cukup mempergunakan indeks warna dari bentuk kristal, sebagai dasar penentuan mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokan menjadi dua yaitu: 1) Mineral Felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama dari mineral kuarsa, feldspar, feldspartoid, dan muskovit. 2) Mineral mafik, yaitu mineral-mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, amphibol, dan olivin. 33. 33 Gambar 2.10 Skoria Gambar 2.11 Rhyolit Gambar 2.12 Granodiorit 34. 34 Gambar 2.13 Diorit Gambar 2.14 Andesit 35. 35 2.5 Hasil praktikum a. Jenis Praktikum Deskripsi Batuan Beku b. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan praktikum acara indentifikasi batuan beku adalah sebagai berikut : a) Praktikan mampu mengidentifikasi batuan beku. b) Praktikan mampu mengklasifikasikan batuan beku. c. Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang di gunakan pada praktikum ini adalah : Alat dan Bahan Fungsi Drawing pen dan Pensil Sebagai alat untuk menggambar batuan Lembar pengamatan Sebagai hasil data pengamatan Mesin ketik Untuk mengetik hasil deskripsi dari batuan Pensil warna Untuk menggambar batuan yang diamati Penghapus Untuk mnghapus tulisan yang salah Penggaris Untuk membuat garis lurus Kaca pembesar Untuk melakukan pengamatan Granodiorit Sebagai bahan acara 1 Andesit Sebagai bahan acara 2 Diorit Sebagai bahan acara 3 Tabel 2.2 Alat Dan Bahan Dalam Deskripsi Batuan Beku d. Kesimpulan Granodiorit Granodiorite merupakan batuan beku intermediete dengan tekstrur faneritik. Mineral-mineral yang hadir dalam batuan ini adalah Plagioklas, Kuarsa, Orthoklas, Biotite, dan Hornblenda. Deskripsi mineralogi : o Plagioklas, dengan warna putih hingga abu-abu, memiliki kilap kaca hingga mutiara. Kekerasan 6 skala mohs, berbentuk kristalin dan berstruktur granular dengan pecahan uneven. Mineral ini 36. 36 meiliki ketembusan cahaya translucet dengan kelimpahan melimpah pada Granodiorite ini. o Kuarsa, dengan kilap kaca, colourless, memiliki kekerasan 7 skala mohs. Mineral ini hadir dengan ketembusan cahaya transparent, memiliki pecahan choncoidal, sifat dalamnya brittle dan berbentuk kristalin serta berstruktur prismatic dengan kelimpahan melimpah. Mineral ini merupakan hasil pembekuan magma yang bersifat felsic pada suhu 600C. o Ortoklas, dengan warna merah daging, memiliki kilap kaca hingga mutiara. Mineral ini memiliki kekerasan kurang lebih 6 skala mohs, pecahan uneven, berbentuk kristalin dan berstruktur granular dengan ketembusan cahaya transparent to translucent. Kelimpahan mineral ini dalam Granit bisa dikatakan melimpah cukup melimpah. o Biotit, merupakan mineral dengan warna hitam dan kilap mutiara. Mineral ini memiliki kekerasan 2-3 skala mohs dengan bentuk kristalin dan berstruktur foliasi karena memiliki belahan 1 arah. Ketembusan cahayanya translucent. Kelimpahan mineral ini sedikit melimpah. o Hornblenda, dengan warna hitam dan memiliki kilap kaca. Berbentuk kristalin dengan struktur prismatic. Kekerasan mineral ini 5-6 skala mohs dengan ketembusan cahaya translucent. Kelimpahan mineral ini sedikit melimpah. Genesa Batuan : Granodiorite merupakan batuan beku plutonik, yang terbentuk dari sebuah intrusi magma yang kaya silika dan mendingin pada batholit di bawah permukaan bumi. Granodiorite dapat terekspos pada permukaan setelah pengangkatan dan erosi Andesit Andesit adalah suatu jenis batuan bekuvulkanik dengan komposisi antara dan tekstur spesifik yang umumnya ditemukan 37. 37 pada lingkungan subduksi tektonik di wilayah perbatasan lautan seperti di pantai barat Amerika Selatan atau daerah-daerah dengan aktivitas vulkanik yang tinggi seperti Indonesia. Nama andesit berasal dari nama Pegunungan Andes. Komposisi kimia dalam batuan andesit terdiri dari unsur- unsur, silikat, alumunium, besi, kalsium, magnesium, natrium, kalium, titanium, mangan, fosfor dan air. Prosentasi kandungan unsur-unsur tersebut sangat berbeda di beberapa tempat. Andesit berwarna abu-abu kehitaman, sedangkan warna dalam keadaan lapuk berwarna abu-abu kecoklatan. Berbutir halus sampai kasar, andesit mempunyai kuat tekan berkisar antara 600 2400 kg/cm2 dan berat jenis antara 2,3 2,7, bertekstur porfiritik, keras dan kompak. Diorit Diorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, warnanya agak gelap. Diorit merupakan batuan yang banyak terdapat di alam. Di Jawa Tengah banyak terdapat di kota Pemalang dan Banjarnegara. Diorit dapat digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain. 38. 38 BAB III BATUAN SEDIMEN 3.1 Ganesa Batuan Sedimen Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi akibat proses litifikasi dari hancuran batuan lain. Litifikasi batuan adalah proses yang meliputi kompaksi, autigenik, diagnesa yaitu proses terubahnya material pembentuk batuan yang bersifat lepas menjadi batuan yang kompak. Batuan ini juga dibentuk oleh proses-proses yang terjadi di permukaan bumi, oleh Koesoemadinata (1979) telah membedakan batuan sedimen menjadi lioma golongan. a. Golongan Detritus Kasar Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut. Gambar 3.1 Golongan Detritus Kasar b. Golongan Detritus Halus Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal. 39. 39 Gambar 3.2 Golongan Dedritus halus c. Golongan Karbonat Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endapkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material penyusunnya. Golongan ini disusun oleh kelompok mineral karbonat (misal kalsit, dolomite, aragomit) dan cangkang-cangkang binatang karang. Golongan ini dapat terbentuk sebagai hasil : Sedimentasi mekanis : misal batugamping bioklastik, batugamping olit. Sedimentasi organik : misal batugamping terumbu. Sedimentasi kimiawi : misal batugamping kristalin, dolomite. 40. 40 Gambar 3.3 Golongan Karbonat d. Golongan Sedimen Silika Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali. Gambar 3.4 Golongan Sedimen Silika e. Golongan Evaporit Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsur unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk 41. 41 suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam. Batuan evaporit atau sedimen evaporit terbentuk sebagai hasil proses penguapan (evaporation) air laut. Proses penguapan air laut menjadi uap mengakibatkan tertinggalnya bahan kimia yang pada akhirnya akan menghablur apabila hampir semua kandungan air manjadi uap. Prosespembentukan garam dilakukan dengan cara ini. Proses penguapan ini memerlukan sinar matahariyang cukup lama. Batuan garam (Rock salt) yang berupa halite (NaCl). Batuan gipsum (Rock gypsum) yang berupa gypsum (CaSO4.2H2O)3 Travertine yang terdiri dari calcium carbonate (CaCO3), merupakan batuan karbonat.Batuan travertin umumnya terbentuk dalam gua batugamping dan juga di kawasan air panas (hot springs). Gambar 3.5 Golongan Evaporit 42. 42 f. Golongan Batubara Batuan sedimen ini terbentuk dari 42rgani 42rgani42rganic yaitu dari tumbuh tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.( Danang Endarto, 2005 ) Gambar 3.6 Golongan Batubara Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan. 43. 43 Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu : 1) Suspension, ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau angin yang ada. 2) Bed load , ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel- partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu dengan lainnya. 3) Saltation, yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar. Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau mungkin tertahan akibat gaya gravitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi suatu batuan sedimen. Material yang menyusun batuan sedimen adalah lumpur, pasir, kelikir, kerakal, dan sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batuan sedimen apabila mengalami proses pengerasan. Sedimen akan menjadi batuan sedimen melalui proses pengerasan atau pembatuan (lithifikasi) yang melibatkan proses pemadatan (compaction), sementasi (cementation) dan diagenesa dan lithifikasi. Ciri- ciri batuan sedimen adalah: (1). Berlapis (stratification), (2) Mengandung Secara umumnya, sedimen atau batuan sedimen terbentuk dengan dua cara, yaitu: 44. 44 1. Batuan sedimen yang terbentuk dalam cekungan pengendapan atau dengan kata lain tidak mengalami proses pengangkutan. Sedimen ini dikenal sebagai sedimen autochthonous. Yang termasuk dalam kelompok batuan autochhonous antara lain adalah batuan evaporit (halit) dan batugamping. 2. Batuan sedimen yang mengalami proses transportasi, atau dengan kata lain, sedimen yang berasal dari luar cekungan yang ditransport dan diendapkan di dalam cekungan. Sedimen ini dikenal dengan sedimen allochthonous. Yang termasuk dalam kelompok sedimen ini adalah Batupasir, Konglomerat, Breksi, Batuan Epiklastik. Selain kedua jenis batuan tersebut diatas, batuan sedimen dapat dikelompokkan pada beberapa jenis, berdasarkan cara dan proses pembentukkannya, yaitu : 1) Terrigenous (detrital atau klastik). Batuan sedimen klastik merupakan batuan yang berasal dari suatu tempat yang kemudian tertransportasi dan diendapkan pada suatu cekungan. Contoh: a) Konglomerat atau Breksi b) Batupasir; c) Batulanau; d) Lempung 2) Sedimen kimiawi/biokimia (Chemical/biochemical). Batuan sedimen kimiawi / biokimia adalah batuan hasil pengendapan dari proses kimiawi suatu larutan, atau organisme bercangkang atau yang mengandung mineral silika atau fosfat. Batuan yang termasuk dalam kumpulan ini adalah: a) Evaporit b) Batuan sedimen karbonat (batugamping dan dolomit) c) Batuan sedimen bersilika (rijang) d) Endapan organik (batubara) 45. 45 3) Batuan volkanoklastik (Volcanoclastic rocks). Batuan volkanoklastik yang berasal daripada aktivitas gunungapi. Debu dari aktivitas gunungapi ini akan terendapkan seperti sedimen yang lain. Adapun kelompok batuan volkanoklastik adalah: Batupasir tufa dan Aglomerat. Secara garis besar, berdasarkan cara terjadinya batuan sedimen dibagi dua yaitu: Batuan Sedimen Klastik dan Batuan Sedimen Non-klastik Batuan sedimen klastik Batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang sudah ada (batuan beku, metamorf, atau sedimen) yang kemudian diangkut oleh media (air, angin, gletser) dan diendapkan disuatu cekungan. Proses pengendapan sedimen terjadi terus menerus sesuai dengan berjalannya waktu sehingga endapan sedimen semakin lama semakin bertambah tebal. Beban sedimen yang semakin tebal mengakibatkan endapan sedimen mengalami kompaksi. Sedimen yang terkompaksi kemudian mengalami proses diagenesa, sementasi dan akhirnya mengalami lithifikasi (pembatuan) menjadi batuan sedimen. Batuan sedimen Non-klastik Batuan sedimen yang genesanya (pembentukannya) dapat berasal dari proses kimiawi, atau sedimen yang berasal dari sisa-sisa organisme yang telah mati. 46. 46 Gambar 3.7 Batu Pasir Gambar 3.8 Batubara Gambar 3.9 Batugamping Terumbu 47. 47 Gambar 3.10 Contoh Batuan Sedimen 3.2 Batuan sedimen klastik Didalam pemerian batuan sedimen klastik yang mempunyai ukuran butir yang relatif kasardibedakan atas tiga bagian yakni: a. Komposisi Pada batuan sedimen klastik ini, pemerian komposisi mineralnya didasarkan atas: Fragmen, yakni butiran pembentuk batuan yang berukuran paling besar, fragmen dapat berupa butiran mineral, batuan, atau fosil. 48. 48 Matrik, yakni bagian dari butiran pembentuk batuan yang berukuran lebih kecil dari fragmen, biasanya mempunyai komposisi yang sama dengan fragmen. Semen, yakni bahan pengikat antara matrik dan semen. Bahan-bahan semen yang lazim adalah : o Semen karbonat (kalsit, dolomit) o Semen silika (kalsidon, kwarsa) o Semen oksia besi (limonit, hematit, siderit) Gambar 3.11 komposisi Mineral Batuan Sedimen Klastik b. Tekstur Ada tiga hal yang menjadi perhatian dalam pengamatan tekstur dalam batuan sedimen: a) Ukuran Besar Butir (Grain Size) Dalam pemerian ukuran besar butir digunakan pedoman ukuran berdasarkan skala Wentworth, yaitu: 49. 49 Table 3.1 Skala Wentworth untuk mentukan besarnya ukuran butir. b)Derajat Pemilahan/ Sortasi Yang dimaksud dengan derajat pemilahan atau sortasi adalah tingkat keseragaman dari butiran pembentuk batuan sedimen. Derajat pemilahan ini pun hanya dapat diamati secara megaskopis pada batuan yang bertekstur kasar, tingkat derajat pemilahan terdiri dari pemilahan baik (well sorted), pemilahan sedang (moderately sorted), dan pemilahan buruk (poorly sorted). Gambar 3.12 Derajat Pemilahan/ Sortasi Batuan Sedimen klastik A = Pemilahan Baik B = Pemilahan Sedang C = pemilahan Buruk 50. 50 c) Derajat Pembundaran (Roundness) Yang dimaksud dengan derajat pembundaran atau roundness adalah nilai membulat/meruncingnya fragmen pembentuk batuan sedimen, yang dapat dikategorikan kedalam menyudut (angular), menyudut tanggung (subangular), membulat (rounded) membulat tanggung (subrounded), dan membulat baik (well rounded). Gambar 3.13 pembundaran Gambar 3.14 Derajat Kebundaran Batuan Sedimen Klastik c. Struktur Struktur batuan sedimen tidak banyak dilihat dari contoh-contoh batuan di laboratorium. Macam-macam struktur batuan sedimen yang penting antara lain Struktur Perlapisan, dimana struktur ini merupakan sifat utama dari batuan sedimen klastik yang menghasilkan bidang- bidang sejajar sebagai hasil proses pengendapan. o Masif, bila tidak menunjukan struktur dalam pettijhon & potter 1994), atau ketebalan lebih dari 120 cm (Mc. Kee & Weir, 1953). o Perlapisan sejajar, bidang perlapisan saling 51. 51 o Laminasi, perlapisan sejajar yang ukurannya/ ketebalannya kurang dari 1 cm. Terbentuk dari suspensi tanpa eneri mekanis. o Perlapisan pilihan, bila perlapian disusun atas butiran yang berubah teratur dari halus ke kasar pada arah vertikal, terbentuk dari arus pekat. o Perlapisan silang siur, perlapisan yang membentuk sudut terhadap lapisan diatasnya tau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat intesitas arus yang berubah-ubah. Gambar 3. 15 sruktur batuan sedimen 3.3 Batuan Sedimen Non-klastik 1) Batuan Sedimen Organik Batuan sedimen organik adalah yang dihasilkan olek aktifitas organisme yang terdapat sebagai sisa organisme yang biasanya tetap tinggal di tempatnya. Contohnya dari batuan sedimen semacam ini adalah batu gamping koral, diatomea, dll. Pada batuan sedimen organik selalu terlihat struktur-struktur organismenya dengan jelas walaupun seringkali terdapat rekristalisasi. 2) Batuan Sedimen Kimia Sebagian dari sedimen semacam ini dihasilkan oleh proses penguapan. Contohnya adalah endapan gypsum, garam, dan lain-lain. Batuan sedimen kimiawi biasanya hanya terdiri dari satu macam mineral saja yang jelas walaupan bersifat berhablur tetapi kilapnya adalah non- metalik. 52. 52 a) Tekstur Non Klastik Pada umumnya batuan sedimen non-klastik terdiri atas satu jenis mineral atau yang biasa disebut monomineralik. Pembagian jenis-jenis tekstur pada batuan sedimen non-klastik biasanya dengan memperhatikan kenampakan kristal penyusunnya. Macam-macam tekstur batuan sedimen non-klastik adalah sebagai berikut : Amorf, partikel-partikel umumnya berukuran lempung atau berupa koloid, non-kristalin. Oolitik, tersusun atas kristal-kristal yang berbentuk bulat atau elipsoid. Berkoloni atau berkumpul, ukuran butirnya berkisar 0,25 mm - 2mm. Pisolitik, memiliki karakteristik seperti oolitik, namun memiliki ukuran butir yang lebih besar, lebih dari 2mm. Sakaroidal, terdiri atas butir-butir yang berukuran sangat halus dengan ukuran yang sama besar. Kristalin, tersusun atas kristal-kristal yang berukuran besar Ukuran butir kristal batuan sedimen non-klastik dibedakan atas: - Berbutir kasar, dengan ukuran >5mm - Berbutir sedang, dengan ukuran 1-5mm - Berbutir halus, dengan ukuran