laporan praktikum geologi

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang diadakanya kuliah lapangan mata kuliah geologi ini adalah untuk mengetahui berbagai jenis mineral dan batuan serta singkapan batuan yang terdapat di daerah Malang selatan. Dasar-dasar teori yang didapatkan di perkuliahan umumnya bersifat ideal, sedangkan kenyataan di lapangan tidaklah seideal yang penulis bayangkan. Sehingga apa yang nantinya diamati di lapangan dapat digambarkan sesuai dengan ilmu geologi yang didapatkan pada perkuliahan. 1.2 Maksud dan Tujuan Tujuan dari kuliah lapangan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah geologi. Selain itu kuliah lapangan ini juga bertujuan untuk mengamati berbagai jenis mineral, batuan dan singkapan batuan yang terdapat di alam. 1.3 Waktu Penelitian Kuliah lapangan ini dilakukan pada tanggal 11 Mei 2013. Penulis berangkat menuju stopsite pertama yakni desa Ndruju sekitar pukul 07.00 WIB dari HMJ Fisika 1

Upload: danang-wahyu-purbojati

Post on 12-Jan-2016

48 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan sam

TRANSCRIPT

Page 1: laporan praktikum geologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Latar belakang diadakanya kuliah lapangan mata kuliah geologi ini adalah untuk

mengetahui berbagai jenis mineral dan batuan serta singkapan batuan yang terdapat

di daerah Malang selatan.

Dasar-dasar teori yang didapatkan di perkuliahan umumnya bersifat ideal,

sedangkan kenyataan di lapangan tidaklah seideal yang penulis bayangkan.

Sehingga apa yang nantinya diamati di lapangan dapat digambarkan sesuai dengan

ilmu geologi yang didapatkan pada perkuliahan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan dari kuliah lapangan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah

geologi. Selain itu kuliah lapangan ini juga bertujuan untuk mengamati berbagai

jenis mineral, batuan dan singkapan batuan yang terdapat di alam.

1.3 Waktu Penelitian

Kuliah lapangan ini dilakukan pada tanggal 11 Mei 2013. Penulis berangkat

menuju stopsite pertama yakni desa Ndruju sekitar pukul 07.00 WIB dari HMJ

Fisika Universitas Brawijaya. Peneliti kembali dari kuliah lapangan terakhir yakni

Bajul Mati sekitar pukul 17.00 WIB dan sampai kembali di Universitas Brawijaya

pada pukul 19.00 WIB.

1.4 Lokasi Penelitian

Secara umum peneliti melakukan penelitian di daerah Malang selatan yang

secara administratif masuk wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pada penelitian

pertama peneliti mengadakan penelitian di desa Ndruju. Setelah itu peneltiti

melanjutkan penelitian menuju desa Argotirto. Lalu dilanjutkan menuju desa

Sumberagung. Lokasi penelitian berikutnya berada di desa Kedung Bandeng. Lalu

1

Page 2: laporan praktikum geologi

dilanjutkan ke desa Sidomulyo dan penelitian terakhir berada di sekitar pantai Bajul

Mati.

Gambar 1.1 peta lokasi kuliah lapangan

2

Page 3: laporan praktikum geologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional Jawa Timur

Geologi Jawa timur dibagi atas beberapa zona, menurut van Bemmelen jawa

timur dibagi atas 4 bagian antara lain :

a  Zona Pegunungan Selatan Jawa (Souththern Mountains) : batuan pembentuknya

terdiri atas siliklastik, volkaniklastik, volkanik , dan batuan karbonat.

b Zona Gunung Api Kuarter (Quartenary Volcanoes) : merupakan gunung aktiv

c Zona Kendeng (Kendeng Zone) : batuan pembentuknya terdiri atas Sekuen dari

volkanogenik dan sedimen pelagik.

d Zona Rembang (Rembang Zone) : batuan pembentuknya terdiri atas endapan

laut dangkal , sedimen klastik , dan batuan karbonat. Pada zona ini juga terdapat

patahan yang dinamakan Rembang High dan banyak lipatan yang berarah timur-

barat

Gambar 2.1 Fisiografi daerah Jawa Timur (van Bemmelen 1949)

3

Page 4: laporan praktikum geologi

Stratigrafi Daerah Jawa timur terbagi atas :

Statigrafi daerah Jawa Timur dapat dibagi 3 zona yaitu Pegunungan Selatan

Jawa, Zona Kendeng, dan Zona Rembang. Pada tiap – tiap zona ini stratigrafi dapat

dipisahkan menjadi tiga unconformity sistem.

2.2 Statigrafi Pegunungan Selatan Jawa

Pada Zona ini terbagi atas 3 sistem dan Basement

a. Basement

Pada daerah Jawa Timur tidak ditemukan adanya batuan Basement, batuan

basement ini ditemukan tersingkap pada bagian barat Jawa Timur yaitu di

Kompleks Basement Karangsambung dan Bukit Jiwo. Batuan yang tersingkap

terdiri atas ofiolite dan potongan busur kepulauan (Smyth dkk. (2005).

b. Sistem Pertama

Sedimentasi ini berasal pada saat umur Awal Kenozoikum, endapan ini

berstruktur angular unconformity dengan basement. Sedimen pada sistem ini

terdiri atas konglomerat fluvial. Di atasnya terdapat sekuen trangresif dari

batubara, konglomerat, lempung, dan pasir kuarsa dari Formasi Nangulan yang

berumur Eosen Tengah (Lelono 2000, dalam Smyth dkk. 2005). Pada batupasir

terdiri dari depu lapisan vulkanik, pumice, dan lapisan selang seling tuff dan

mudstone. Semakin ke atas terjadi perubahan komposisi batupasir berupa

peningkatan mineral feldspar. Pada sistem ini material volkanik meningkat dan

sedimen berubah dari kaya akan kuarsa menjadi kaya mineral feldspar. Sedimen

pada sistem ini diperkirakan setebal 1000 m yang tersingkap pada bagian barat

(Karangsambung , Nangulan dan Jiwo).

Pada bagian atas sistem ini terdapat unconformity ini dapat diinterpretasi

terjadi akibat dari penurunan muka air laut. Sedimentasinya memiliki orientasi

perlapisan yang hampir sama, dengan tidak adanya kegiatan deformasi.

c. Sistem Ke-Dua

Pada sistem ini endapan yang ditemukan berupa hasil dari vulkanik primer

berumur oligo–miosen yang menutupi sebagian zona Pegunungan Selatan. Pada

saat ini terjadi aktivitas vulkanik yang sangat intensif, eksplosif dan bertipe

Plinian (Smyth dkk., 2005). Endapan berupa batuan Andesite–Riolit, termasuk

4

Page 5: laporan praktikum geologi

abu vulkanik, Tuff kristal, Pumice– Breksia litik, lava dome dan lava flows.

Tebal lapisan berkisar antara 250 m–2000 m. Sistem ini dan vulkanik aktifitas

terekam sebagai vulkanisme dengan umur pendek dan mungkin terjadi letusan

besar (Smyth dkk. 2005).

d. Sistem Ke-Tiga

Sedimen sistem ini sekitar 500 m terekam sebagai pengerosian sistem ke dua

dan peningkatan endapan karbonat. Terumbu berkembang sangat baik dan

terjadi penurunan aktifitas vulkani secara besar, sehingga mengakibatkan

kematian aktifitas vulkanik. 

Gambar 2.2 Stratigrafi Pegunungan Jawa Selatan

2.3 Batuan dan Mineral

2.3.1 Batuan Beku

Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin

dan mengeras dengan atau tanpa proses kritalisasi baik di bawah permukaan sebagai

batuan instrusif maupun di atas permukaan bumi sebagai ekstrutif. Batuan beku

dalam bahasa latin dinamakan igneus (dibaca ignis) yang artinya api.

5

Page 6: laporan praktikum geologi

1. Tekstur Batuan Beku

Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal utama, yaitu

kritalinitas, Granularitas dan Bentuk Kristal. Mari kita bahas ketiga hal penting

tersebut satu persatu.

a. Kristalinitas

Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada

waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya

digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan

yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan

pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung

lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung

cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya

berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf. Dalam

pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi,yaitu:

Holokristalin, Holokristalin adalah batuan beku dimana semuanya

tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan

plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.

Hipokristalin, Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari

massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.

Holohialin, Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari

massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian),

dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

b. Granularitas

Granularitas dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan

beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

Fanerik atau fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat

dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata telanjang.

Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:

Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.

Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.

Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.

6

Page 7: laporan praktikum geologi

Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30

mm.

Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan

dengan mata telanjang sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan

dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya.

Dalam analisis mikroskopis dibedakan menjadi tiga yaitu:

Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati

dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01

mm.

Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil

untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran

berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.

Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

c. Bentuk Kristal

Bentuk kristal merupakan sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan

sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal

tiga bentuk kristal, yaitu:

Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.

Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.

Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal,

yaitu:

Equidimensional, jika bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.

Tabular, jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi

yang lain.

Prismitik, jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi

yang lain.

Irregular, jika bentuk kristal tidak teratur.

2. Struktur Batuan Beku

Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan saja,

misalnya:

7

Page 8: laporan praktikum geologi

Masif, yaitu jika tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak

menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen

lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.

Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh

keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut

menunjukkan arah yang teratur.

Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-

lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.

Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-

mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.

Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan

lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.

Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur

yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture)

dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting

joint (kekar berlembar).

2.3.2 Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen,

sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es

dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga

dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan

material lain. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa

batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi.

a. Klasifikasi Umum

Pettijohn (1975), O’Dunn & Sill (1986) membagi batuan sedimen

berdasar teksturnya menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen

klastika dan batuan sedimen non-klastika.

Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan

sedimen yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking)

terhadap batuan yang sudah ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi

pelapukan, erosi, transportasi dan kemudian redeposisi (pengendapan

8

Page 9: laporan praktikum geologi

kembali). Sebagai media proses tersebut adalah air, angin, es atau efek

gravitasi (beratnya sendiri). Media yang terakhir itu sebagai akibat

longsoran batuan yang telah ada. Kelompok batuan ini bersifat fragmental,

atau terdiri dari butiran/pecahan batuan (klastika) sehingga bertekstur

klastika.

Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk

sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat

itu juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat

secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya

(biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia,

misalnya CaO + CO2 ® CaCO3. Secara organik adalah pembentukan

sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh

pembentukan rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang

binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan

daratan menjadi laut.

b. Ukuran Butir

Ukuran butir batuan sedimen klastika umumnya mengikuti Skala

Wentworth (1922, dalam Boggs, 1992) seperti tersebut pada Tabel 2.1.

Ukuran butir

(mm)

Nama Butiran Nama batuan

Æ > 256 Boulder / block (bongkah) Breksi

64 – 256 Cobble (kerakal) (bentuk / kebundaran butiran

meruncing)

4 – 64 Pebble Konglomerat

2 – 4 Granule (kerikil) (bentuk / kebundaran butiran

membulat)

1/16 – 2 Sand (pasir) Batupasir

1/16 – 1/256 Silt (lanau) Batulanau

Æ < 1/256 Clay (lempung) Batulempung

Tabel 2.1 Skala ukuran butir sedimen (disederhanakan).

9

Page 10: laporan praktikum geologi

c. Kemas atau Fabrik

Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling

bersentuhan atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain

(grain/clast supported). Apabila ukuran butir fragmen ada dua macam

(besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported. Tetapi bila ukuran

butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka disebut polymodal clast

supported.

Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di

antaranya terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix

supported).

2.3.3 Batuan Metamorf

Batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku, batuan sedimen

maupun batuan metamorf dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur

serta struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur (di atas proses

diagenesa dan di bawah titik lebur; 200-350oC < T < 650-800oC) dan tekanan

yang tinggi (1 atm < P < 10.000 atm) disebut batuan metamorf. Proses

metamorfisme tersebut terjadi di dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km

– 20 km. Winkler (1989) menyatakan bahwasannya proses-proses metamorfisme

itu mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh

atau respons terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang

berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk

pelapukan dan diagenesa.

1. Struktur Batuan Metamorf

Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi

menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi.

Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun

batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya

penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf.

10

Page 11: laporan praktikum geologi

Struktur Foliasi

a. Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral

pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral

butiran.

b. Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral

granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding

mineral pipih.

c. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan

kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).

d. Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral

dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.

Struktur Non Foliasi

a. Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran

mineral relatif seragam.

b. Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya

penghancuran terhadap batuan asal.

c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya

orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya

halus.

d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan

permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar

dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.

e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal

berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.

f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari

butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.

g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya

mempunyai ukuran beragam.

h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang

berbentuk jarus atau fibrous.

 

11

Page 12: laporan praktikum geologi

2. Tekstur Batuan Metamorf

a. Tekstur Kristaloblastik

Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah

tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali

baru. Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata –blastik.

Tekstur Porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku),

hanya kristal besarnya disebut porfiroblast.

Tekstur Granoblastik: tekstur yang memperlihatkan butir-butir

mineral seragam.

Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang memperlihatkan susunan mineral

saling sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.

Tekstur Nematoblastik: tekstur yang memperlihatkan adanya

mineral-mineral prismatik yang sejajar dan terarah.

Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral

berbentuk euhedral.

Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun

mineralnya berbentuk anhedral.

b. Tekstur Palimpset

Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari

batuan asal masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan

awalan kata –blasto.

Tekstur Blastoporfiritik: tekstur yang memperlihatkan batuan asal

yang porfiritik.

Tekstur Blastopsefit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal

sedimen yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir.

Tekstur Blastopsamit: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya

ukuran butirnya sama dengan pasir.

Tekstur Blastopellit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal

sedimen yang ukuran butirnya lempung.

12

Page 13: laporan praktikum geologi

BAB III

METODOLOGI

3.1 METODE PENELITIAN YANG DIGUNAKAN

3.1 Metode Orientasi Lapangan

Kegiatan ini diorientasikan di lapangan dengan melakukan pencatatan

terhadap suatu kejadian geologi yang ditemukan. Penentuan titik pengamtan

ini digunakan GPS untuk mengatahui koordinat dimana suatu kejadian

geologi berada.

3.2 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

1) Palu Geologi

Palu geologi dapat digunakan untuk keperluan berikut

memecahkan batu atau mencukil mineral dan fosil dari singkapan

menggali tanah untuk mencari singkapan atau mencari sampel yang segar

membersihkan singkapan dari tanah penutup atau vegetasi yang

menutupinya

membantu pendakian apabila diperlukan

2) Buku Catatan lapangan

Buku catatan lapangan berfungsi untuk mencatat semua informasi yang didapat saat

kita berada di lapangan. Ini berguna untuk mengingatkan kita semua data yang telah

kita dapat. Sampul buku catatan yang keras dapat juga digunakan sebagai alas untuk

melakukan pengukuran unsur-unsur struktur yang merupakan bidang yang tidak

rata.

3) Alat-alat tulis

4) HCL 0,1 N

Digunakan untuk menguji kandungan karbonat dari contoh batuan yang

diamati (terutama batuan sendimen). Cara pengetesannya dengan meneteskan

larutan tersebut pada contoh batuan. Bila berbuih atau bereaksi, berarti batuan

mengandung karbonat( CaCO2).

13

Page 14: laporan praktikum geologi

5) Komparator batuan

Komparator batuan yang umum digunakan adalah komparator batuan beku

dan batuan sendimen. Komparator ini berguna untuk membantu dalam pemerian

batuan, dengan cara membandingkan contoh batuan dan mineral yang terdapat pada

komparator.

6) Clip board

Papan ini digunakan untuk mempermudah pencatatan data dilapangan atau

sebagai alas kompas geologi pada saat pengukuran unsur struktur pada bidang

lapisan batuan yang tidak rata.

7) Kantung sampel

Kantung sampel digunakan untukmembungkus contoh batuan yang akan

dibawa. Kantung sampel diberi tanda untuk tiap batuan, nomor stasiun

menggunakan spidol tahan air dan ditutup rapat menghindari kontaminasi dengan

udara.

8) Kamera

Digunakan untuk mengambil gambar dari singkapan atau data lain, missal

morfologi daerah, lokasi pengamatan, dan sebagainya. Kamera yang digunakan

sebaiknya praktis dan tidak sulit digunakan pada medan.

9) Tas lapangan atau ransel

Digunakan untuk membawa peralatan geologi dan perlengkapan lapangan. Ukuran

tas sebaiknya disesuiakan dengan kondisi lapangan, biasanya ukuran 40 liter dengan

alasan tidak terlalu besar atau terlalu kecil

14

Page 15: laporan praktikum geologi

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Stop Site 1

Lokasi pertama kuliah lapangan ini berada di desa Ndruju dengan posisi LS

08o14’143’’ BT 112o40,5’49’’ dengan elevasi 422 m. Pada lokasi ini terlihat

sebuah patahan yang diindikasikan dengan adanya bukit kapur yang tertutup

oleh pepohonan. Selain itu di tempat ini juga didapatkan indikasi pergerakan

tanah yang dicirikan dengan adanya pohon kelapa yang condong ke suatu arah

tertentu yakni arah utara. Batuan yang terdapat di daerah ini umumnya adalah

batuan kapur yang berada pada sekitar kedalaman 30-60 m.

Gambar 4.1 penampakan patahan berupa bukit kapur

15

Page 16: laporan praktikum geologi

Gambar 4.2 pohon kelapa yang miring ke arah utara

4.2 Stop Site 2

Lokasi kuliah lapangan selanjutnya berada di desa Argotirto dengan

koordinat yakni LS 08o19’581” BT 112o40’867” dengan elevasi 490 m. Pada

daerah ini terdapat sebuah pertambangan piropilit. Piropilit di tempat ini berada

pada lapisan sedimen. Piropilit di tempat ini juga ditemukan dalam berbagai

warna yakni merah dan abu-abu. Perbedaan warna ini disebabkan karena

kandungan piropilit berbeda. Selain itu perbedaan ini juga terjadi akibat adanya

oksidasi yang mengenai mineral tersebut. Pada kehidupan sehari-hari piropilit

biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan keramik.

16

Page 17: laporan praktikum geologi

Gambar 4.3 Mineral Piropilit

4.3 Stop Site 3

Lokasi selanjutnya kuliah lapangan geologi berada di desa Sumberagung.

Dari koordinat GPS didapatkan lokasi stop site ini adalah LS 08o21’007” BT

112o40’450” dengan elevasi 287 m. Pada tempat ini teramati adanya lapisan

batubarayang berada di sekitar rumah penduduk. Batubara pada lokasi ini

merupakan batubara dengan kualitas rendah. Hal ini terlihat dari kenampakan

batubara yang masih seperti serat kayu. Dalam kehidupan sehari hari, batubara

sering digunakan sebagai bahan bakar.

Gambar 4.4 Batubara

17

Page 18: laporan praktikum geologi

4.4 Stop Site 4

Lokasi kuliah lapangan geologi selanjutnya berada di desa Kedung Banteng.

Dari GPS yang digunakan didapatkan koordinat lokasi pengamatan pada stop

site 4 ini adalah LS 08o21’781” BT 112o42’775” dengan elevasi 281 m. Dari

lokasi ini teramati adanya mineral kaolin. Kaolin di tempat ini berwarna merah

akibat adanya kandungan feldspar dan besi. Kaolin ini bersifat rapuh sehingga

apabila ditekan maka kaolin akan hancur seperti tanah. Dalam kehidupan sehari-

hari kaolin biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan kaolin.

Gambar 4.5 Mineral Kaolin

4.5 stop site 5

Lokasi kelima kuliah lapangan geologi berada di desa Sidomulyo. Dengan

GPS didapatkan koordinat pada stop site 5 ini adalah LS 08o21’276” BT

112o45’017” dengan elevasi 273 m. Pada lokasi ini terdapat singkapan batu

zeolit. Batu zeolit ini memiliki warha hijau keabuan. Zeolit merupakan batuan

sedimen yang terbentuk akibat endapan abu vulkanik. Batu ini memiliki sifat

absorber sehingga dapat menyerap air. Dengan adanya batuan ini dapat

diindikasikan bahwa pada daerah ini dulunya terdapat gunung api yang aktif.

Dalam kehidupan sehari-hari zeolit dapat digunakan sebagai bahan campuran

pakan ternak.

18

Page 19: laporan praktikum geologi

Gambar 4.6 Batu Zeolit

4.6 Stop Site 6

Lokasi terakhir kuliah lapangan geologi berada di desa Bajul Mati.

Koordinat tempat ini adalah LS 08o26’231” BT 112o38’779” dengan elevasi 10

m. Dari lokasi ini dapat dijumpai sebuah tebing kapur yang membentuk suatu

pola horizontality, dimana pada bagian atas tebing terdapat batu dolomit yang

berwarna putih. Batuan dolomit ini kadang terdapat fosil dari hewan laut.

Sehingga dapat diindikasikan bahwa lokasi ini dulunya merupakan laut yang

kemudian mengalami pengangkatan sehingga terbentuklah tebing kapur. Dari

batuan yang ditemukan yakni dolomit, dalam penggunaan sehari hari dapat

digunakan sebagai bahan campuran melamir.

19

Page 20: laporan praktikum geologi

Gambar 4.7 Bukit Kapur Bajul Mati

20

Page 21: laporan praktikum geologi

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari kuliah lapangan yang dilakukan didapatkan fenomena geologi yang

dapat diamatasi seperti patahan di desa Druju. Selain itu juga teramati adanya

singkapan mineral piropilit di desa Argotirto, batubara di desa Sumberagung,

kaolin di desa Kedung Banteng, zeolit di desa Sidomulyo, dan terakhir tampak

adanya pengangkatan bukit kapur di desa Bajul Mati.

21

Page 22: laporan praktikum geologi

DAFTAR PUSTAKA

Bemmelem, V. 1949. The Geology of Indonesia.Government Printing

Office, the Hague

22

Page 23: laporan praktikum geologi

LAMPIRAN

Foto peserta fieldtrip

23