laporan praktikum geologi dasar

Download Laporan Praktikum Geologi Dasar

If you can't read please download the document

Upload: hardi-maifra

Post on 21-Jan-2017

5.022 views

Category:

Education


39 download

TRANSCRIPT

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Disusun Oleh :HARDI MAIFRANIM :14.420.4100.834PLUG : 3

LABORATORIUM GEOLOGI FISIKJURUSAN TEKNIK PERMINYAKANUNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA2014ii

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORANPRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

Nama: HARDI MAIFRANo. Mahasiswa: 14.420.4100.834Plug: 3Disusun guna memenuhi persyaratan telah menyelesaikan Praktikum Geologi Fisik, Tahun ajaran 2014/2015.

Disahkan pada tanggal 27 Desember 2014

Yogyakarta,27 Desember 2014 Asisten

KATA PENGANTARAlhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas hidayah dan rahmat-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Praktikum Geologi Fisik ini.Tujuan dari penyusunan laporan resmi ini yaitu guna memenuhi persyaratan telah menyelesaikan Praktikum Geologi Fisik, Tahun Ajaran 2013/2014. Selain itu, pembuatan Laporan Resmi ini adalah sebagai bukti dari hasil dari percobaan percobaan yang dilakukan saat praktikum.Laporan ini disusun berdasarkan data yang diperoleh selama mengikuti praktikum Geologi Fisik dan buku yang digunakan sebagai referensi untuk pelengkap dan penunjang penyusunan laporan ini.Pada kesempatan ini, penyusun juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:1. Ibu Sari Wulandari, ST., M.Sc, selaku dosen pembimbing serta penanggung jawab praktikum yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berarti.2. Para asisten dosen yang telah banyak membantu dan membimbing praktikan dalam melaksanakan praktikum geologi dasar.3. Rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu selama praktikum.Kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak manapun akan penulis terima demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini mampu menambah khasanah bacaan anak Indonesia dan dapat bermanfaat bagi lapisan generasi saat ini dan yang akan datang.Yogyakarta ,27 Desember 2014PenyusunDAFTAR ISIHalamanHALAMAN JUDUL iHALAMAN PENGESAHAN iiKATAPENGANTAR iiiDAFTAR ISI ivDAFTAR GAMBAR viiDAFTAR TABEL ixDAFTAR LAMPIRAN xBAB IPENDAHULUAN 1BAB IIPETROLOGI2.1. Pendahuluan52.2. Dasar Teori52.3. Tugas Pemerian/ Deskripsi Batuan102.4. Hasil Pengamatan112.5. Pembahasan152.6. Kesimpulan29BAB IIIPETA TOPOGRAFI2.1. Pendahuluan312.2. Dasar Teori312.3. Tugas Pembuatan Penampang dan Peta Topografi362.4. Hasil Pengamatan 372.5. Pembahasan392.6. Kesimpulan39BAB IVSTRATIGRAFI2.1. Pendahuluan412.2. Dasar Teori412.3. Tugas Penampang Stratigrafi dan Sejarah Geologi472.4. Hasil Pengamatan482.5. Pembahasan502.6. Kesimpulan50BAB VGEOLOGI STRUKTUR2.1. Pendahuluan522.2. Dasar Teori522.3. Tugas Geologi Struktur602.4. Hasil Pengamatan612.5. Pembahasan622.6. Kesimpulan63BAB VIINTERPRETASI PETA GEOLOGI2.1. Pendahuluan642.2. Dasar Teori642.3. Tugas Peta Geologi662.4. Hasil Pengamatan672.5. Pembahasan682.6. Kesimpulan 69BAB V PEMBAHASAN UMUM 80BAB IXKESIMPULAN UMUM 90DAFTAR PUSTAKA 94LAMPIRAN

DAFTAR GAMBARGambar 1.1Siklus Geologi 2Gambar 1.2Bagian bagian dari Bumi 4Gambar 2.1Bowens Reaction Series 7Gambar 2.2Siklus Batuan 8Gambar 2.3Batuan Beku Berupa Batuan Obsidian 11Gambar 2.4Batuan Metamorf Berupa Batuan Geneis 12Gambar 2.5Batuan Sedimen Berupa Batu gamping klastik berukuran pasirsedang (calcanerite) 13Gambar 2.6Batuan Sedimen Berupa Batu gamping klastik berukuran pasirsedang (calcanerite) lapuk 14Gambar 2.7Macam macam Struktur Foliasi 20Gambar 3.1Peta Topografi 37Gambar 3.2Penampang Topografi 38Gambar 4.1Lingkungan Pengendapan Pengecualian Pembentukan Lateral 42Gambar 4.2Intrusi Batuan 43Gambar4.3Disconformity 44Gambar 4.4Nonconformity 45Gambar 4.5Angular Conformity 45Gambar 4.6Para Conformity46Gambar 4.7Stratigrafi Batuan 48Gambar 4.8Pewarnaan Lapisan Batuan 49Gambar 5.1Bentuk Geometri Lipatan dan Bagian-bagiannya 55Gambar 5.2Struktur Lipatan Dalam Blok Diagram dan KenampakanDalam Peta Topografi 56Gambar 5.3Bagian bagian Struktur Sesar Turun 58Gambar 5.4Sesar Turun, Sesar Naik, Sesar Geser, Horst dan Graben 59Gambar 5.5Struktur Lipatan 61Gambar 5.6Lapisan Sesudah Terjadi Erosi Dalam Keadaan Antiklin 62Gambar 5.7Lapisan Sesudah Terjadi Erosi Dalam Keadaan Sinklin 63Gambar 6.1Peta Topografi, Sesar Naik, Sesar Turun 67Gambar 6.2Peta Morfologi 68Gambar 7.1 Peta Lokasi Lapangan Kalisonggo71Gambar 7.2Stratigrafi Progo Barat (Pringgoprawiro dan Riyanto, 1987) 73Gambar 7.3Interpretasi Bawah Permukaan dari Data Gravity PenampangKulon Progo dan Titik Dimana Model Sejarah PengendapanDibangun (Pertamina, 2008 dalamWinardi, 2013) 74Gambar 7.4Stratigrafi daerah Kalisonggo (Widiyanto, 2007) 75Gambar 7.5Singkapan Jenis Dike 76Gambar 7.6Intrusi Batuan Beku 77Gambar 7.7Batu Lanau di Sekitar Sungai 77Gambar 7.8Batu Bara yang Ditemukan di Sekitar Sungai 78Gambar 7.9Batu Breksi 79DAFTAR TABELTabel 2.1Klasifikasi Batuan Beku Asam, Intermediate dan Basa-UltraBasa Beserta Tekstur dan Komposisi Mineralnya18Tabel 2.2Klasifikasi dan Identifikasi Batuan Metamorf22Tabel 2.3Skala Wenworth 24Tabel 2.4Klasifikasi dan Identifikasi Batuan Sedimen 28Tabel 7.1Stratigrafi Progo Barat (Pringgoprawiro dan Riyanto, 1987) 73

DAFTAR LAMPIRAN

A. DESKRIPSI BATUANKELOMPOK 1A.1Batuan Beku (Diorite) 98A.2Batuan Metamorf (Marmer) 99A.3Batuan Sedimen 1 (PasirSedang) 100A.4Batuan Sedimen 2 (Lanau) 101KELOMPOK 2A.5Batuan Beku (Basalt)102A.6Batuan Metamorf (Marmer) 103A.7Batuan Sedimen 1 (Lanau) 104A.8Batuan Sedimen 2 (Lanau) 105KELOMPOK 3A.9Batuan Beku (Obsidian) 106A.10Batuan Metamorf (Geneis) 107A.11Batuan Sedimen 1 (Gamping Klastik) 108A.12Batuan Sedimen 2 (Gamping Klastik) 109KELOMPOK 4A.13Batuan Beku (Gabuh) 110A.14Batuan Metamorf (Sekis) 111A.15Batuan Sedimen 1 (Lanau/Slit) 112A.16Batuan Sedimen 2 (Pasir Gampingan) 113KELOMPOK 5A.17Batuan Beku114A.18Batuan Metamorf115A.19Batuan Sedimen 1 (Lanau) 116A.20Batuan Sedimen 2 (Batu Bara) 117KELOMPOK 6A.21Batuan Beku (Basalt) 118A.22Batuan Metamorf (Sabak) 119A.23Batuan Sedimen 1 (Rijang) 120A.24Batuan Sedimen 2 ( Lempung) 121B.PETA TOPOGRAFI (PLUG I) 122C.PETA TOPOGRAFI (PLUG II) 123D.PENAMPANG TOPOGRAFI 124E.STRATIGRAFI 125F.PEWARNAAN LAPISAN STRATIGRAFI 126G.STRUKTUR LIPATAN 127H.PETA TOPOGRAFI, SESAR NAIK, SESAR TURUN 128I.PETA MORFOLOGI 129

96

BAB IPENDAHULUANDidalam industri perminyakan, pekerjaan geologi dimulai sebagai ujung tombak didalam usaha usaha pencarian dan pendataan akumulasi minyak dan gas bumi atau disebut sebagai perencanaan dan kegiatan Eksplorasi awal. Disamping itu juga bertanggung jawab didalam pengembangan eksplorasi sumur sumur baru atau eksplorasi development well.Perdebatan ilmiah didalam ilmu pengetahuan sangat lumrah terjadi terutama didalam era modern saat ini dimana semua analisa data dan interprestasinya didukung oleh perangkat teknologi modern yang menghasilkan alat alat canggih sebagai pencatat data perut bumi seperti log mekanik, seismik, data data satelit yang akurasinya dapat dipertanggung jawabkan.Industri perminyakan, merupakan industri yang tergantung dari data di alam, oleh karena itu menjadi sangat penting keberadaan laboratorium dan prasarananya yang semuanya sudah terkomputerisasi untuk memecahkan berbagai persoalan yang timbulnya dan bahkan menghasilkan konsep konsep baru yang dapat dipakai sebagai model baru.Berdasarkan data data yang dikumpulkan dari alam, maka ilmu geologi mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan berbagai cabang ilmu alam yang lain seperti bidang Tata Lingkungan dan Perencanaan Wilayah, Teknik Sipil dan Bidang Pertambangan.Geologi Fisik seperti telah diketahui dari kuliah kuliah yang telah diberikan merupakan cabang ilmu geologi yang membahas atau mempelajari tentang bumi yang menyangkut bahan bahan pembentuk bumi serta produk produk yang dihasilkannya termasuk didalamnya adalah makhluk makhluk yang pernah hidup didalamnya.Praktikum geologi fisik disini akan meliputi : Dasar pengklasifikasian dan Deskripsi batuan secara megaskopis yang termasuk dalam Ilmu Petrologi, Prinsip prinsip dasar pembuatan dan pembacaan Peta Topografi, Pembuatan Penampang Stratigrafi dan Dasar dasar interpretasi sejarah geologi dan umur lapisan lapisan batuan sedimen secara kesuluruhan.Seperti telah diketahui didalam materi kuliah telah dikemukakan bahwa ada dua (2) faktor utama pembentukan bumi :1. Gaya Endogen, merupakan gaya yang datang dari dalam bumi yang umumnya bersifat membangun atau membentuk roman muka bumi, banyak dikontrol oleh struktur geologi atau deformasi bumi.2. Gaya Eksogen, merupakan gaya yang berasal dari luar yang bersifat merubah, seperti pelapukan, erosi dan denudasi.Didalam ilmu geologi, gaya endogen dan eksogen termasuk didalam apa yang disebut DAUR GEOLOGI atau SIKLUS GEOLOGI, yaitu : Orogenesa (pembentukan pegunungan) Glyptogenesa (penghancuran relief) Lithogenesa (proses pengendapan batuan dalam cekungan pengendapan)

OROGENESAENDOGEN EKSOGENLITHOGENESA GLYPTOGENESAGambar 1.1 Siklus GeologiBagian bagian dari Bumi secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut :UPPER MANTLE (0 670 km)Terdiri dari :1. Kerak Bumi atau Crust (0 80 km), terdiri daria. Batuan Sedimen, Beku, dan Metamorfb. Lempeng Benua (ketebalan 15 km)c. Lempeng Samudera (ketebalan 20 km)2. Mantel Lithosfer (80 200 km)3. Astenosfer atau Lithosfer bagian bawahLOWER MANTLE (670 2900 km)Batuan Ultra Basa dengan mineral mineral olivine, spinel, silikat, besi, dan magnesium.CORE atau INTI BUMI (2900 6370 km)Terdiri dari 2 (dua) lapisan, yaitu :1. Outter CoreBerupa cairan, kondisi plastis sampai kedalaman 5200 km.2. Inner CoreBerupa padatan dengan kedalaman sampai 6370 km. Inti bumi terdiri dari metal besi (Fe) dan nikel (Ni) dan Cobalt (Co), BJ antara 5 13. Gambar 1.2 Bagian bagian dari Bumi

BAB IIPETROLOGI

2.1 PENDAHULUANPetrologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses terbentuknya,komposisi,dan tempat dari batuan.Cabang ilmu ini juga ikut berperan dalam dunia migas..Untuk mengenalkan praktikan secara langsung bentuk dan karakteristik batuan beku, batuan metamorf dan batuan sedimen dalam contoh setangan serta memberikan pengarahan dalam mendeskripsikan batuan secara megaskopis dengan benar.

2.2 DASAR TEORIBatuan merupakan pembentuk bumi yang kita diami ini, terdapat 3 golongan utama batuan yang dibedakan berdasarkan cara terbentuknya yaitu: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Batuan merupakan sekumpulan aggregate aggregate mineral yang terbentuk pada lingkungan tertentu. Mineral merupakan komponen batuan, yang terbentuk oleh proses alamiah dari satu atau lebih komposisi kimia.A. JENIS BATUAN1. BATUAN BEKUBatuan beku adalah jenis batauan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras,dengan atau tanpa proses kristalisasi,baik dibawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun diatas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun dari batuan yang sudah ada,baik di mantel atau kerak bumi.Definisi dari magma adalah cairan kental, liat larutan silikat pijar bertemperatur tinggi (1500C 2500C), bersifat mobile, yang terbentuk secara alamiah pada kerak bumi bagian bawah.Magma yang mencapai permukaan bumi dibedakan antara dua larutan yaitu :Ekstrusi, contoh : lava. Sedangkan larutan magma yang relatif didalam bumi disebutIntrusi, contoh : batolith, dike, dsb.Pada penurunan suhu yang lambat akan menghasilkan batuan bertekstur kasar atau fanerik yang relatif sempurna kristalnya di dalam bumi, contoh : granit, granit porfiri, granodiorit yang termasuk dalam batuan beku asam.Pada penurunan suhu dan tekanan yang relatif cepat maka akan menghasilkan batuan bertekstur halus atau afanitik, contoh : andesit, diorit yang termasuk dalam batuan beku intermediet.Pada penurunan suhu dan tekanan yang ekstrim/cepat sekali, maka akan menghasilkan batuan tanpa kristal, contoh : obsidian, glasshard, gelas volkanik yang termasuk dalam batuan beku basa ultra basa.Untuk memahami proses urut urutan penghabluran magma, dapat menggunakan deret bowens reaction series yang dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: a. Discontinous Reaction SeriesKristal yang terbentuk pertama kali pada suhu tinggi adalah olivin, larutan sisa magma akan bereaksi segera setelah suhu turun, dan membentuk kristal yang berbeda (piroksen) begitu seterusnya dan pada suhu yang relatif rendah sekitar 670C akan terbentuk kwarsa. Kwarsa karena proses pembentukannya pada suhu yang terendah maka relatif lebih resisten terhadap proses pelapukan dibandingkan dengan kristal mineral yang pada suhu tinggi.b. Continous Reaction SeriesKristal yang terbentuk pada suhu tinggi akan bereaksi dengan laruan sisa magma begitu terus menerus proses tersebut berlanjut, contoh golongan ini adalah plagioklas.

Gambar 2.1 Bowens Reaction Series

Pengelompokan batuan beku berdasarkan tempat terjadinya : Batuan beku dalam Batuan beku gang/korok Batuan beku luar

2. BATUAN METAMORF Metamorfosa (perubahan bentuk) adalah proses rekristalisasi di dalam kerak bumi(3-20km) yang keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat,yakni tanpa melalui fase cair,sehingga terbentuk struktur dan mineralogi baru akibat pengaruh temperatur (200-650C) dan tekanan (P) yang tinggi. Batuan yang telah ada sebelumnya mengalami perubahan menjadi batuan metamorf pada temperature dan tekanan tinggi yang berlangsung secara isokimia dari fase padat menuju fase padat tanpa melalu fase cair.Proses Metamorfosa : Rekristalisasi, perubahan ukuran kristal Chemical recombinationMunculnya mineral baru oleh proses interaksi mineral batuan asli, contoh : kwarsa dan kalsit pada P & T tinggi membentuk wollastonit. Chemical replacementMunculnya mineral baru yang berciri magma/intrusi.Berdasarkan faktor faktor yang mempengaruhinya ada 3 jenis batuan metamorf :a. Kontak/thermalMetamorfosa akibat kenaikan temperatur (intrusi atau ekstrusi).b. DinamoMetamorfosa akibat kenaikan tekanan (stress pada daerah sesar).c. RegionalMetamorfosa yang terjadi akibat kenaikan tekanan dan temperatur secara bersamaan, umumnya pada daerah geosinklin yang dasarnya terus mengalami penurunan.

Berikut adalah gambar siklus batuan :

BATUAN BEKUBATUAN METAMORF BATUAN SEDIMEN

Gambar 2.2 Siklus Batuan

3. BATUAN SEDIMENBatuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas.Batuan yang telah ada sebelumnya (apakah itu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf), mengalami proses pelapukan (melalui proses kimia, fisika, dan biologi) dan tererosi dalam bentuk butiran dibawa media air atau angin ke dalam cekungan pengendapan.Di cekungan proses pembentukan batuan sedimen dimulai, yang termasuk proses sedimentasi adalah, kompaksi, lithifikasi serta sementasi.Koesoemadinata (1979) membagi batuan sedimen menjadi 5 (lima) golongan yakni :a. Detritus, ada 2 kelompok utama hasil sedimentasi secara mekanis yaitu : detritus halus (ukuran butir 1/16 mm).b. Karbonat, merupakan hasil dari sedimentasi kimiawi (ukuran butir > 1/16 mm).c. Evaporit, akibat evaporasi air laut bersifat monomineralik, (Gypsum, Anhydrit).d. Sedimen silika, silika yang bersifat monomineralik terjadi secara kimia (chert) dan organik (diatomea dan radiolaria).e. Batubara, tersusun dari sisa sisa tumbuhan.

DESKRIPSI MINERALSalah satu materi dari studi petrologi adalah meningkatkan keahlian dan kemampuan didalam mendeskripsi batuan. Baik secara megaskopis maupun mikroskopis untuk menentukan jenis batuan sebagai hasil akhir pemerian.1. Metode MegaskopisDilakukan oleh peneliti secara langsung dilapangan, dengan bantuan loupe pada contoh setangan batuan.

2. Metode mikroskopisPenelitian dilakukan pada sebuah sayatan tipis batuan yang diletakkan dibawah pandangan mikroskop polarisasi dengan penelitian komposisi kristal lebih detil.

2.3 TUGAS PEMERIAN/ DESKRIPSI BATUANProsedur Pendeskripsian Batuan :1. Mengamati warna batuan, contoh: kuning lapuk atau abu-abu gelap.2. Untuk batuan sedimen membedakan dahulu antara sedimen klastik dan non klastik.3. Mengamati struktur batuannya dengan cermat dan hati hati untuk tiap jenis batuan sesuai dengan penggolongannya, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.4. Mengamati tekstur batuannya dengan cermat dan hati hati untuk tiap jenis batuan sesuai dengan penggolongannya, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.5. Memberikan prosentase komposisi mineral yang didapatkan sesuai kenampakan dalam contoh setangan yang dipegang dengan hati hati.6. Untuk batuan beku dan sedimen, menjawab pertanyaan mengenai adanya kemungkinan menjadi batuan reservoir, batuan penutup dan batuan induk.7. Memberikan alasan alasannya secara singkat.8. Jika ada yang belum jelas, jangan sungkan untuk bertanya dan berdiskusi dengan asisten yang bersangkutan.9. Setiap kelompok mahasiswa berkewajiban mendeskripsikan batuan masing masing :a. Batuan beku dan batuan metamorf.b. Batuan sedimen sebanyak 2 buah.Kesemuanya dikerjakan selama praktikum berlangsung.10. Praktikan diwajibkan mendapatkan ACC dari asisten pada setiap lembar kerja deskripsi.11. Setelah selesai praktikum, setiap lembar deskripsi yang telah di CC disimpan dan dimasukkan dalam buku laporan setelah seluruh acara praktikum berakhir.

2.4 HASIL PENGAMATANDESKRISI BATUAN BEKU :1. No. Urut: 12. Warna: Abu-abu cerah3. Jenis batuan: Batuan Beku Basa4. Struktur: Masif (xinolitis)5. Tekstur: - Kristalinitas: Holokristalin - Granularitas: Afanatik - Bentuk Kristal: Subhedral - Relasi: Equigranular6. Komposisi mineral : Hornblende dan feldsparGenesa: Terjadi secara Extrusif (pembekuan magma terjadi di permukaan bumi).7. Nama batuan: Batuan Andesit

Gambar 2.3 Batuan Beku Berupa Batuan ObsidianDESKRISI BATUAN METAMORF :

1. No. Urut: M.192. Jenis batuan: Batuan Metamorf 3. Warna: Krem4. Struktur: Nonfoliasi5. Tekstur: Granoblastik6. Komposisi mineral : Kalsit atau Dolomit7. Nama batuan: Batuan Marmer8. Genesa: Batuan metamorf yang berasal dari batuan sedimen (dengan proses metamorfosa regional)

Gambar 2.4 Batuan Metamorf Berupa Batuan Geneis

DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN KE-1 :1. No urut: S-32. Warna: Abu-abu3. Jenis batuan: Sedimen Klastik4. Struktur: Masif5. Tekstur: - Ukuran butir: Lempung 450. Thrust Fault, dip bidang sesar < 450. Overthrust Fault, dip bidang sesar < 100.

Gambar 5.3 Bagian bagian Struktur Sesar Turun

Gambar 5.4 Sesar Turun, Sesar Naik, Sesar Geser, Horst dan Graben

3. Sesar MendatarPoros utama tegasan terbesar adalah horizontal dengan arah gerakan sejajar dengan jurus bidang sesarnya.

KONSEP TEKTONIK LEMPENGKonsep tektonik lempeng pada perkembangannya dapat diterima dengan baik oleh para ahli kebumian, terutama berkenaan dengan penerapannya didalam eksplorasi migas. Dimana banyak penemuan cekungan-cekungan migas ditemukan dengan mempergunakan model tektonik lempeng.Indonesia merupakan produk daripada pertemuan 3 lempeng besar :a. Lempeng Samudra hindia-Australia, bergerak relatif ke utara.b. Lempeng Benua Asia, bergerak relatif ke selatan.c. Lempeng Samudra Pasifik, bergerak relatif ke barat.Akibatnya interaksi ketiga lempeng diatas, maka Indonesia memiliki sekitar 60 cekungan.

5.3 TUGAS GEOLOGI STRUKTURProsedur :Perhatikan tugas gambar yang diberikan asisten :A. Tugas struktur lipatan1. Memblok diagram pada lembar tugas, adalah berupa lipatan antiklin dan sinklin tersesarkan (A dan E).2. Sesar berupa sesar naik (B dan F).3. Pada bagian yang naik mengalami erosi (C dan G).4. Memberikan gambaran dalam dua dimensi pada kotak D dan H.B. Tugas Struktur Sesar1. Membuat blok diagram dari lapisan batuan yang mengalami sesar naik dan turun dengan data data:d. Kemiringan lapisan batuan sedimen 30o.e. Kemiringan bidang sesar naik 64o.f. Kemiringan bidang sesar turun jarak pergeseran 1 cm.2. Melengkapi gambar dan memperhatikan pergeseran lapisan batuannya.

5.4 HASIL PENGAMATAN

Gambar 5.5 Struktur Lipatan5.5 PEMBAHASANBerdasarkan praktikum yang penulis lakukan, dapat dijelaskan bahwa pada gambar A terdapat 3 lapisan yaitu lapisan a,b, dan c. Pada gambar penulis, a berwarna kuning, b berwarna hijau dan c berwarna merah. Gambar tersebut ada dalam keadaan Antiklin.Pada gambar B, terjadilah pengangkatan sehingga pada gambar tersebut terbagi menjadi bagian depan dan belakang. Dan bagian belakangnya naik. Sedangkan pada gambar C dapat dijelaskan bahwa dari pengangkatan tersebut terjadi erosi sehingga bagian belakang dari lapisan lapisan tersebut hilang, dan menjadi gambar C. Saat erosi itu terjadi, lapisan C hilang sehingga hanya tertinggal lapisan a dan b.

Gambar 5.6 Lapisan Sesudah Terjadi Erosi Dalam Keadaan AntiklinSetelah itu, penulis membuat gambar dua dimensi dari gambar C. Gambar dua dimensi tersebut digambar di kolom D.Gambar gambar selanjutnya berada keadaan sinklin. Penulis menentukan lapisan a berwarna kuning, lapisan b berwarna hijau dan lapisan c berwarna merah. Gambar E berada dalam keadaan normal dan pada gambar F, terjadilah pengangkatan sehingga pada gambar tersebut terbagi menjadi bagian depan dan belakang. Bagian belakangnya naik. Sedangkan pada gambar G, dari pengangkatan itu terjadilah erosi sehingga bagian belakang hilang dan menjadi gambar G. Saat erosi itu terjadi, lapisan hilang dan hanya tertinggal lapisan b dan c.

C

Gambar 5.7 Lapisan Sesudah Terjadi Erosi Dalam Keadaan Sinklin

5.6KESIMPULANSetelah menyelesaikan praktikum geologi dasar, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada lipatan antiklin yang tersesarkan, gambar B adalah sesar naik karena bagian belakang lapisan lapisan tersebut naik dilanjutkan pada gambar C, bagian yang naik tersebut mengalami erosi. Sehingga akhirnya pada kotak D, menggambarkan gambaran dua dimensi dari gambar C.Sedangkan pada lipatan sinklin yang tersesarkan, gambar F berupa sesar naik karena bagian belakang lapisan lapisan tersebut naik dan pada gambar G, bagian yang naik tersebut mengalami erosi. Sehingga akhirnya pada kotak H, menggambarkan gambaran dua dimensi dari gambar G.

BAB VIINTERPRETASI PETA GEOLOGI

6.1 PENDAHULUANMeningkatkan kemampuan praktikan dalam membaca peta geologi dan profil penampang vertical, yang akan sangat berguna dalam menentukan lokasi pipa bor (wildcat) pada eksplorasi pemboran awal.

6.2 DASAR TEORIDidalam eksplorasi migas yang bertujuan untuk menemukan lokasi jebakan hidrokarbon. Setiap tahapan yang dilakukan untuk menemukan jebakan hidrokarbon lebih bersifat interpretasi berdasarkan data-data yang didapat.Eksplorasi sangat tergantung pada keakuratan hasil pendataan yang ada, dimulai dari penginderaan jarak jauh berupa foto udara atau foto satelit, pemetaan atau survey geologi baik regional maupun lokasi penelitian dilanjutkan dengan survey geofisika berupa metode gaya berat dan seismik dan diakhiri dengan tahap pemboran awal (wildcat).Eksplorasi berasal dari kata kerja to explore yang artinya to travel through (a place) for the purpose of discovery atau to examine more carefully in order to learn more. Dari pengertian dasar tersebut menunjukkan bahwa didalam eksplorasi migas terdapat dua pengertian pokok yaitu mencari dan menunjukkan lokasi dari akumulasi hidrokarbon untuk dibor, diproduksi dan akhirnya dipelajari dalam artian yang luas.

Metode EksplorasiSetiap produksi petroleum di dunia melalui beberapa tahap penelitian sebagai berikut :1. Tahap Pengumpulan dan Analisa DataYang diharapkan dari metode ini adalah mendeteksi tebal dan kualitas batuan reservoir, penyebaran batuan secara lateral dan vertikal, kehadiran batuan induk dan sistem perangkapnya. Tahap Eksplorasi Geologia. Geologi permukaan, berupa pemetaan geologi, pemetaan rembesan migas.b. Geologi bawah permukaan, berupa struktur kontur, peta isopach, korelasi struktur dan reservoir serta prosentasi pasir. Tahap Survey Detail GeologiTerdiri dari analisa struktur, analisa dan evaluasi reservoir, analisa stratigrafi, dan lain-lain. Tahap Survey Geofisikaa. Metode grafitasi/gaya berat, didasarkan densitas batuan.b. Metode seismik, didasarkan pada rambat gelombang buatan dalam media padat.2. Tahap Pemboran Eksplorasi DetailSetelah dilakukan berbagai analisa dan interpretasi dari data-data geologi dan geofisika maka diputuskan untuk meletakkan titik-titik bor awal atau sering disebut dengan pemboran liar (wild cat exploration drilling). Pemboran awal tersebut sekaligus juga untuk mendapatkan data-data sebagai berikut:a. Analisa core dan cutting.b. Analisa akualitatif dan kuantitatif dari log mekanik.c. Korekasi sumur.Data-data tersebut diatas biasanya digunakan untuk studi reservoir serta evaluasi formasi. Dari data-data tersebut diharapkan akan menghasilkan informasi yang akurat seperti: volume migas yang terkandung, jumlah cadangan yang dapat di produksi, jenis perangkap dan informasi susunan stratigrafi batuan. Apabila didapatkan minyak yang potensial secara ekonomis maka akan menjadi sumur pengembangan yang berproduksi.Sehingga dari seluruh penjelasan diatas dapat kita mengerti betapa pentingnya keakuratan dan keamatian pengamatan di lapangan untuk dapat menghasilkan data data geologi yang dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini seorang petroleum geologist akan menitikberatkan penelitian terhadap ada tidaknya batuan reservoir, batuan penutup, kemungkinan perangkapnya serta ada tidaknya seepage oil/gas di sekitar lokasi.

6.3TUGAS PETA GEOLOGIProsedur Pembuatan Struktur Geologi:1. Memperhatikan tugas gambar yang diberikan asisten dan membuat profilnya.2. Sebelum memulai profil vertical, memperhatikan arah kemiringan masing masing batuan dan kemiringan sesarnya. Memperhatikan keterangan asisten.3. Kemiringan bidang sesar naik 62o dan kemiringan sesar turun 57o kemiringan lapisan batuan ada pada peta.4. Memberikan pula lapisan batuan mana yang merupakan batuan reservoir, batuan induk atau batuan penutup.5. Apakah jenis perangkap migasnya.6. Dimanakah lokasi pemborannya, sehingga penulis dapat menset pipa untuk wildcat.7. Menyelesaikan gambar tersebut di rumah setelah mendapatkan petunjuk dari asisten dan meminta ACC dari asisten yang bertugas saat praktikum.

6.4 HASIL PENGAMATAN

Gambar 6.1 Peta Topografi, Sesar Naik, Sesar Turun

Gambar 6.2 Peta Morfologi6.5PEMBAHASANBerdasarkan praktikum yang penulis lakukan, ternyata di dalam Pembuatan struktur geologi, terlebih dahulu penulis menentukan berbagai hal. Pertama, penulis membuat penampang terlebih dahulu berdasarkan garis cross section pada gambar yang disediakan. Kedua, membuat sesar naik dengan kemiringan 50o dan sesar turun. Lalu, perhatikan batas antar batuan dari garis cross section dan tarik lurus ke bawah dengan memberikan garis putus putus serta menandai pada garis penampang yang lurus dengan angka garis kontur.Kemudian pada gambar peta topografi yang terdapat pembatas antar batuannya, diluruskan ujung terakhir pembatas batuannya menggunakan penggaris dan memberi tanda pada garis penampang. Setelah diberi tanda, ditariklah garis pembatas antar batuan pada struktur geologi yang akan dibuat. Saat bertemu dengan sesar naik, maka terjadilah pergeseran naik pada lapisan lapisan batuan, sedangkan saat bertemu dengan sesar turun, maka terjadilah pergeseran menurun pada lapisan lapisan batuan itu.Setelah itu, menggambar lambang batuan berdasarkan garis pembatas yang sudah digambarkan.

6.6 KESIMPULANSetelah melaksanakan praktikum struktur geologi, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam membuat peta morfologi, harus memerhatikan hal hal tertentu. Yaitu, harus membuat penampang terlebih dahulu, setelah menyatukan garis penampangnya, menentukan sudut sesar. Untuk sesar naik kemiringannya 50o dan sesudah itu membuat sesar turun. Selanjutnya, meluruskan ujung garis pembatas antar batuan pada peta topografi dengan garis penamapang dan dilanjutkan dengan penarikan garis pembatas antar batuan pada peta geologi yang akan dibuat. Saat garis bertemu dengan sesar naik, akan terjadi pergeseran naik dan juga sebaliknya. Akhirnya, menggambar lambang batuan batuan berdasarkan garis pembatas lapisan batuannya.

BAB VIIKUNJUNGAN LAPANGAN GEOLOGI KULON PROGO

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang Formasi Nanggulan merupakan batuan yang paling tua pada Cekungan Kulon Progo (Stratigrafi daerah Kulon Progo). Formasi ini tersingkap dengan baik di daerah Kalisonggo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo. Banyak ahli geologi yang melakukan penelitian di daerah ini, diantaranya meneliti tentang intrusi batuan beku, mengkaji keberadaan lapisan batubara, termasuk Potensi Serpih Eosen Formasi Nanggulan sebagai Batuan Sumber Hidrokarbon.2. Maksud dan Tujuan Kegiatan ini dimaksudkan untuk lebih memahami aplikasi Mata Kuliah dan Praktikum Geologi Dasar, sedangkan tujuannya adalah agar lebih mengenal kondisi lapangan yang pada akhirnya akan memberikan pemahaman dalam mengikuti mata kuliah selanjutnya maupun dunia kerja bagi mahasiswa Teknik Perminyakan Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. 3. Lokasi Daerah Penelitian Formasi Nanggulan tersingkap baik di daerah Kalisonggo, yang terletak sekitar 25 Km sebelah barat Kota Yogyakarta. Daerah ini berada dilereng timur pegunungan Kulon Progo (Gambar 7.1).

Gambar 7.1. Peta Lokasi Lapangan KalisonggoB. PEMBAHASANSTRATIGRAFI REGIONAL Urut-urutan stratigrafi regional dari tua ke muda (Gambar 7.2) adalah sebagai berikut : (Pringgoprawiro dan Riyanto, 1987).1. Formasi NanggulanLitologi Formasi Nanggulan terdiri dari batupasir, napal, batugamping, batulempung dengan fosil foraminifera besar dan batupasir dengan sisipan batubara muda (lignite). Umur Eosen Tengah sampai Oligosen Bawah.Tebal + 400 m.Interpretasi dari data graviti (Gambar 7.3) menunjukkan bahwa batuan sedimen Eosen bawah permukaan mencapai ketebalan 1.100 m yang penyebarannya meliputi wilayah Kulon Progo sampai Sub-Cekungan Yogyakarta (Winardi dkk, 2013).1.1 Anggota SeputihPada daerah telitian tidak dijumpai adanya Anggota Seputih tetapi peneliti mengetahui bahwa hubungan antara Formasi Nanggulan dengan Anggota Seputih adalah selaras, singkapan napal anggota seputih dapat teramati dengan jelas di daerah Watumurah sebelah barat G. Mujil. 2. Formasi Kaligesing Formasi Kaligesing tidak selaras di atas Formasi Nanggulan, terdiri dari breksi laharik dengan sisipan lava andesit dan batupasir tufaan. Formasi Kaligesing merupakan endapan darat. Umur Formasi Kaligesing adalah Oligosen Atas sampai Miosen Bawah. Tebal lebih dari 660 m. Hubungan silang jari dengan Formasi Dukuh. 3. Formasi Dukuh Formasi Dukuh terdiri dari perselingan breksi, batupasir kerikilan, batulempung dan batugamping yang mengandung foraminifera. Formasi Dukuh diendapkan pada laut terbuka dan kipas laut dalam. Umur Formasi Dukuh adalah Oligosen Atas sampai Miosen Bawah. Ketebalan lebih dari 660 m. 4. Formasi Jonggrangan Litologi Formasi Jonggrangan terdiri dari batugamping terumbu, koral, moluska dan foraminifera besar, dengan sisipan napal, diendapkan pada lingkungan laut. Umur Formasi Jonggrangan Miosen Tengah dan mempunyai ketebalan 150 m. 5. Formasi Sentolo Formasi ini terletak tidak selaras di atas Formasi Kaligesing maupun Formasi Dukuh. Litologi pada bagian atas formasi ini dominan batulempung sedang pada bagian bawah dominan napal dengan sisipan batugamping. Diendapkan pada lingkungan laut terbuka. Umurnya adalah Miosen Tengah sampai Pliosen. Tebal tidak kurang dari 1100 m.6. Aluvial Kuarter

Tabel 7.2. Stratigrafi Progo Barat (Pringgoprawiro dan Riyanto, 1987)Aluvial Kuarter merupakan endapan vulkanik darat, terdiri dari breksi, Lava dan lahar hasil produk vulkanik Kuarter. Tebal rata-rata 7 m. Umur endapan vulkanik adalah Plistosen.

Gambar 7.3. Interpretasi bawah perrmukaan dari data gravity penampang Kulon Progo dan titik dimana model sejarah pengendapan dibangun (Pertamina, 2008 dalam Winardi, 2013)

STRATIGRAFI DAERAH KALISONGGO Stratigrafi daerah Kalisonggo berdasarkan kesamaan dan ciri-ciri litologi, mengikuti pembagian dan tatanan stratigrafi dari Pringgoprawiro dan Riyanto (1987). Stratigrafi daerah ini dapat dilihat pada Gambar 7.3.

Gambar 7.4. Stratigrafi daerah Kalisonggo (Widiyanto, 2007)

C. HASIL PENGAMATAN LAPANGAN DI KULON PROGO1. Lokasi PertamaLokasi pertama, berada di formasi nanggulan, di lokasi tersebut kami menemukan adanya ketidakselarasan, yaitu intrusi (berada di dekat sungai). Batuan beku yang mengintrusi adalah batuan beku basa ekstrusif karena tekstur batuannya halus dan menembus permukaan. Diperkirakan umur absolut batuan tersebut kurang lebih 57 juta tahun lalu. Lebih tepatnya nama batuan yang mengintrusi adalah batuan basalt, ciri ciri dari batu basalt berbentuk seperti bantal, intrusi tersebut menembus sampai lapisan breksi yang masih berada di formasi nanggulan itu sendiri.

Gambar 7.5. Singkapan Jenis Dike

2. Lokasi Kedua Lokasi kedua, masih berada di formasi nanggulan, di lokasi tersebut kita menemukan lapisan batu serpih atau lanau (batuan sedimen), letaknyapun berdekatan dengan aliran sungai. Stuktur batuan di lokasi tersebut bersusun. Lokasi tersebut di lihat dari stuktur dan jenis batuannya sangat cocok untuk source rock atau batuan induk dimana oil dan gas terjadi. Pada lokasi tersebut, didalam susunan lapisannya juga terdapat batu bara yang masih tergolong muda atau disebut juga liknit. Dibawah ini gambar Intrusi Batuan Beku.

Gambar 7.6. Intrusi Batuan Beku

Gambar 7.7. BatuLanau di Sekitar Sungai

Gambar 7.8 BatuBara yang Ditemukan di Sekitar Sungai

3. Lokasi KetigaLokasi ketiga, sangat dekat dengan lokasi kedua, dan juga masih terkena aliran sungai yang sama. Di lokasi tersebut terdapat batu gamping sempat terjadi ketidakselarasan di lokasi tersebut yaitu sesar atau patahan. Untuk mengetahui semen pada batuan tersebut mengandung karbonat atau tidak dengan diteteskannya HCl (0,1n) kemudian apakah reaksinya berbuih atau tidak, jika berbuih kanduan karbonat ada pada batuan tersebut. Begitupun sebaliknya.

Gambar 7.9. Batu Breksi

D. KESIMPULANBerdasarkan hasil kuliah lapangan di kulon progo yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa di lokasi pertama ditemukan ketidakselarasan oleh batuan beku basa ekstrusif yang disebut batuan basalt dengan tekstur hlus dan menembus permukaan.Di lokasi kedua ditemukan lapisan batu serpih atau lanau (Sedimen), dengan struktur bersusun. Batu tersebut sangat cocok untuk menjadi source rock dilihat dari struktur dan jenis batuannya. Di lokasi ini juga ditemukan liknit (batu bara yang tergolong muda)Sedangkan di lokasi ketiga ditemukan batugamping yang telah mengalami ketidakselarasan, sehingga terbentuklah sesar atau patahan. Untuk mengetahui kandungan karbonat pada semen batuan dapat diteteskan HCl (0,1n). Jika berbuih kanduan karbonat ada pada batuan tersebut.BAB VIIIPEMBAHASAN UMUM

BAB I PENDAHULUANSeperti telah diketahui didalam materi kuliah telah dikemukakan bahwa ada dua (2) faktor utama pembentukan bumi :1. Gaya Endogen, merupakan gaya yang datang dari dalam bumi yang umumnya bersifat membangun atau membentuk roman muka bumi, banyak dikontrol oleh struktur geologi atau deformasi bumi.2. Gaya Eksogen, merupakan gaya yang berasal dari luar yang bersifat merubah, seperti pelapukan, erosi dan denudasi.Didalam ilmu geologi, gaya endogen dan eksogen termasuk didalam apa yang disebut DAUR GEOLOGI atau SIKLUS GEOLOGI, yaitu : Orogenesa (pembentukan pegunungan) Glyptogenesa (penghancuran relief) Lithogenesa (proses pengendapan batuan dalam cekungan pengendapan)Bagian bagian dari Bumi secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut :UPPER MANTLE (0 670 km)Terdiri dari :1. Kerak Bumi atau Crust (0 80 km), terdiri daria. Batuan Sedimen, Beku, dan Metamorfb. Lempeng Benua (ketebalan 15 km)c. Lempeng Samudera (ketebalan 20 km)2. Mantel Lithosfer (80 200 km)3. Astenosfer atau Lithosfer bagian bawah

LOWER MANTLE (670 2900 km)Batuan Ultra Basa dengan mineral mineral olivine, spinel, silikat, besi, dan magnesium.CORE atau INTI BUMI (2900 6370 km)Terdiri dari 2 (dua) lapisan, yaitu :1. Outter CoreBerupa cairan, kondisi plastis sampai kedalaman 5200 km.2. Inner CoreBerupa padatan dengan kedalaman sampai 6370 km. Inti bumi terdiri dari metal besi (Fe) dan nikel (Ni) dan Cobalt (Co), BJ antara 5 13.

BAB II PETROLOGIPemerian atau deskripsi batuan beku, metamorf dan sedimen dapat dilakukan secara megaskopis dan mikroskopis. Namun, kali ini penulis melakukannya secara megaskopis.PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN BEKU WARNAWarna batuan beku yang penulis amati adalah hitam. Jadi, batuan beku tersebut termasuk ke dalam batuan beku basa. STRUKTURStruktur batuan yang penulis amati adalah Skoria, karena secara megaskopis batuan tersebut memiliki arah lubang-lubang yang tidak teratur. TEKSTURPengamatan tekstur meliputi :1. DERAJAT KRISTALISASIKristalinitas batuan beku yang penulis amati adalah Holohyalin, karena batuan tersebut terdiri dari massa gelas seluruhnya.2. GRANULARITASGranularitas batuan beku yang penulis amati adalah Afanitik, karena secara megaskopis, penulis tidak dapat melihat dengan jelas kristal yang terdapat pada batuan tersebut.3. BENTUK KRISTALBentuk kristal batuan beku yang penulis amati yaitu tidak dapat teramati secara megaskopis.4. HUBUNGAN ANTAR BUTIR (RELASI)Relasi batuan beku yang penulis amati yaitu tidak dapat teramati secara megaskopis akibat kristalnya sulit dilihat dengan mata telanjang.

KOMPOSISI MINERALKomposisi Mineral dari batuan beku yang penulis amati merupakan Mineral Mafik (kristal mineral berwarna gelap). Namun, penulis tidak dapat menentukan mineral apa yang terdapat dalam batuan tersebut secara megaskopis.

GENESAGenesa dari batuan beku basa yang penulis amati yaitu batuan ini terbentuk secara Extrusif atau terbentuk dari magma yang membeku di permukaan bumi dengan sangat cepat sehingga akan terbentuk gelas dominan dibanding kristal.

Berdasakan seluruh pendeskripsian batuan beku yang penulis amati, batuan beku tersebut dalam batuan beku basa yang bernama BATUAN OBSIDIAN.Lihat Tabel 1.1

PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN METAMORF JENIS BATUANJenis batuan metamorf yang penulis amati, yaitu Batuan Metamorf Foliasi yang dapat memperlihatkan kesan perlapisan yang terorientasi sejajar. WARNAWarna dari batuan metamorf foliasi yang kita amati yaitu abu abu gelap. STRUKTURStruktur batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu Geneisic, disebabkan perulangan penjajaran kristal mineral granular, ketebalan perlapisan antar 1 mm (Lihat Gambar 1.8). TEKSTURDibedakan menjadi 2, yaitu:Tekstur batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu termasuk Kristaloblastik dalam jenis Granoblastik, karena terlihat dalam batuan tersebut butiran mineral berorientasi.

KOMPOSISI MINERALKomposisi Mineral batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu termasuk dalam Mineral Stress, karena mineral dari batuan ini berupa mika (berbentuk pipih). Namun, juga terdapat Mineral Anti Stress berupa kuarsa dan lain lain.

GENESAGenesa dari batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu batuan metamorf yang berasal dari batuan sedimen yang terjadi dalam temperatur dan tekanan yang tinggi.Berdasarkan seluruh pendeskripsian batuan metamorf yang penulis amati, batuan metamorf tersebut termasuk dalam BATUAN METAMORF GENEIS (Lihat Tabel 1.2).

PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN SEDIMENBerdasarkan penelitian secara megaskopis pada setangan batuan sedimen yang penulis lakukan, penulis dapat mendeskirpsikan batuan sedimen sebagai berikut: WARNAWarna batuan sedimen pertama yang penulis amati adalah warna putih kuning kecoklatan. Sedangkan warna batuan sedimen kedua berwarna abu abu gelap. JENIS BATUANJenis kedua batuan sedimen yang penulis amati adalah batuan sedimen klastik, karena kedua batuan tersebut berbentuk butiran/detritus.i. SEDIMEN KLASTIK STRUKTURStruktur kedua batuan sedimen yang penulis amati tidak dapat diketahui, karena struktur pada batuan sedimen hanya dapat diamati secara langsung di lapangan. TEKSTURPengamatan terdiri dari :a. Ukuran butirMenggunakan skala Wenworth sebagai pedoman pendeskripsian (Lihat tabel 1.3).Ukuran butir batuan sedimen yang pertama penulis amati adalah berukuran pasir halus (fine sand). Sedangkan batuan sedimen kedua yang penulis amati memiliki ukuran butir lebih besar yaitu berukuran pasir sedang (medium sand).b. Derajat pemilahan Adapun derajat pemilahan sedimen pertama yang penulis amati adalah pemilahan sedang (moderately sorted), karena tingkat keseragaman butir pembentukan batuannya lumayan seragam. Sedangkan derajat pemilahan batuan sedimen yang kedua tergolong kepada pemilahan buruk (poorly sorted). Karena butir pembentukan batuannya sangat tidak seragam.c. Bentuk butirBentuk butir batuan sedimen pertama adalah tanggung sampai membulat. Sementara, bentuk butir batuan sedimen kedua yang penulis amati adalah menyudut tanggung (sub angular).d. PorositasPorositas batuan sedimen pertama adalah porositas sedang. Berarti batuan sedimen tersebut cukup mampu menyerap dan menyimpan cairan dalam pori porinya. Sedangkan batuan sedimen kedua memiliki porositas yang baik. Artinya batuan sedimen tesebut sangat mampu menyerap dan menyimpan cairan dalam pori porinya.e. KemasKemas dari kedua batuan sedimen yang penulis amati adalah kemas terbuka.f. KompaksiKompaksi dari kedua batuan sedimen yang telah penulis amati adalah getas / bricle.g. PermeabilitasPermeabilitas kedua batuan sedimen yang penulis amati tidak dapat diketahui karena tidak dapat diamati secara megaskopis.

KOMPOSISI MINERALKomposisi mineral dari kedua batuan sedimen yang penulis amati adalah sama, yaitu : Fragmennya berupa batu gamping. Matriknya berupa ukuran pecahan batu gamping. Semennya berupa karbonat. GANESAKedua batuan sedimen yang penulis amati terbentuk dari batuan non klastik yang mengalami pelapukan, mengendap, dan bercampur dengan pasir.Dari pendeskripsian dua contoh setangan batuan sedimen yang penulis lakukan, dapat diketahui nama batuan sedimen yang penulis amati adalah:1) Batuan gamping klastik berukuran pasir (calcanerite).2) Batuan gamping klastik berukuran pasir sedang (calcanerite) lapuk.Lihat Tabel 1.43. SEDIMEN NON KLASTIKa. StrukturPada batuan sedimen non klastik adalah organik, kimiawi, dan monomineralik.b. TeksturTekstur terdiri dari : kristalin, amorf, gelas, dan fibrous.BAB III PETA TOPOGRAFIPada peta topografi ini menggunakan interval kontur kelipatan 25. Dan hulu berada diatas peta yaitu garis sungai yang tidak bercabang. Jika garis kontur melewati atau memotong maka garis kontur itu akan dibuat belokan yang arahnya ke arah hulu sungai supaya pembaca mengetahui dan memahami bahwa yang dilewati adalah sungai, danau, dan lain sebagainya. Di peta juga ditemukan ketinggian yang berada diantara ketinggian 410 dan ketinggian 465 yaitu ketinggian 480 yang dianggap sebagai suatu daratan tinggi atau gunung.Kemudian dibuatlah penampang dari garis kontur yang sudah dibuat di peta topografi dan menghasilkan suatu lereng. Lereng didalam peta topografi ini menunjukkan bahwa didalam peta topografi, semakin menuju ke hulu maka semakin tinggi dan curam lereng yang terbentuk. Gunung atau dataran tinggi ditunjukkan dengan angka yang lebih besar diantara bilangan angka yang lebih kecil atau dengan pewarnaan yang lebih terang dari pewarnaan lembah yang diwarnai dengan warna lebih gelap.

BAB IV STRATIGRAFIBerdasarkan gambar pada praktikum yang dilakukan, ada beberapa batuan yang mengalami keselarasan (conformity) yaitu mulai batulempung, batupasir, napal, dan breksi karena antar batuan sedimen tersebut berlapis menerus tidak mengalami gangguan. Namun, pada lapisan batugamping mengalami disconformity, hal tersebut terjadi karena ada kegiatan tektonik sehingga mengakibatkan kekosongan ditengah batugamping yang terisi konglomerat.Dari segi umur batuan, jika di urut dari umur batuan paling tua yaitu: batulempung, batupasir, napal, breksi, batugranit (sebagai batu instrusi yang menerobos), batugamping, dan batulempung muda sebagai batuan penutup.Dari pewarnaan batuannya, batulempung yang berada di lapisan terbawah berwarna hijau tua, kemudian batu pasir berwarna kuning, napal berwarna hijau muda, batu breksi berwarna orange, batugamping berwarna biru muda sedangkan batuan yang menginstrusinya berwarna jingga. Batu lempung di lapisan teratas merupakan batulempung yang umurnya muda sehingga berwarna hijau tua yang lebih muda dari batulempung yang berada di lapisan terbawah. Batuan beku berwarna merah.

BAB V GEOLOGI STRUKTURBerdasarkan praktikum yang penulis lakukan, dapat dijelaskan bahwa pada gambar A terdapat 3 lapisan yaitu lapisan a,b, dan c. Pada gambar penulis, a berwarna kuning, b berwarna hijau dan c berwarna merah. Gambar tersebut ada dalam keadaan Antiklin.Pada gambar B, terjadilah pengangkatan sehingga pada gambar tersebut terbagi menjadi bagian depan dan belakang. Dan bagian belakangnya naik. Sedangkan pada gambar C dapat dijelaskan bahwa dari pengangkatan tersebut terjadi erosi sehingga bagian belakang dari lapisan lapisan tersebut hilang, dan menjadi gambar C. Saat erosi itu terjadi, lapisan C hilang sehingga hanya tertinggal lapisan a dan b (Lihat gambar 1.24).Setelah itu, penulis membuat gambar dua dimensi dari gambar C. Gambar dua dimensi tersebut digambar di kolom D.Gambar gambar selanjutnya berada keadaan sinklin. Penulis menentukan lapisan a berwarna kuning, lapisan b berwarna hijau dan lapisan c berwarna merah. Gambar E berada dalam keadaan normal dan pada gambar F, terjadilah pengangkatan sehingga pada gambar tersebut terbagi menjadi bagian depan dan belakang. Bagian belakangnya naik. Sedangkan pada gambar G, dari pengangkatan itu terjadilah erosi sehingga bagian belakang hilang dan menjadi gambar G. Saat erosi itu terjadi, lapisan hilang dan hanya tertinggal lapisan b dan c. (Lihat gambar 1.25).

BAB VI PETA GEOLOGIBerdasarkan praktikum yang penulis lakukan, ternyata di dalam pembuatan struktur geologi, terlebih dahulu penulis membuat penampang terlebih dahulu berdasarkan garis cross section pada gambar yang disediakan. Kedua, membuat sesar naik dengan kemiringan 50o dan sesar turun. Lalu, perhatikan batas antar batuan dari garis cross section dan tarik lurus ke bawah dengan memberikan garis putus putus serta menandai pada garis penampang yang lurus dengan angka garis kontur.Kemudian pada gambar peta topografi yang terdapat pembatas antar batuannya, diluruskan ujung terakhir pembatas batuannya menggunakan penggaris dan memberi tanda pada garis penampang. Setelah diberi tanda, ditariklah garis pembatas antar batuan pada struktur geologi yang akan dibuat. Saat bertemu dengan sesar naik, maka terjadilah pergeseran naik pada lapisan lapisan batuan, sedangkan saat bertemu dengan sesar turun, maka terjadilah pergeseran menurun pada lapisan lapisan batuan itu.Setelah itu, menggambar lambang batuan berdasarkan garis pembatas yang sudah digambarkan.

BAB IXKESIMPULAN UMUMDidalam industri perminyakan, pekerjaan geologi di mulai sebagai ujung tombak didalam usaha usaha pencarian dan pendataan akumulasi minyak dan gas bumi atau di sebut sebagai perencanaan dan kegiatan Eksplorasi awal. Disamping itu juga bertanggung jawab didalam pengembangan eksplorasi sumur sumur baru atau eksplorasi development well.Geologi Fisik seperti telah diketahui dari kuliah kuliah yang telah diberikan merupakan cabang ilmu geologi yang membahas atau mempelajari tentang bumi yang menyangkut bahan bahan pembentuk bumi serta produk produk yang dihasilkannya termasuk didalamnya adalah makhluk makhluk yang pernah hidup didalamnya.Praktikum geologi fisik disini akan meliputi : Dasar pengklasifikasian dan Deskripsi batuan secara megaskopis yang termasuk dalam Ilmu Petrologi, Prinsip prinsip dasar pembuatan dan pembacaan Peta Topografi, Pembuatan Penampang Stratigrafi dan Dasar dasar interpretasi sejarah geologi dan umur lapisan lapisan batuan sedimen secara kesuluruhan.BAB II PETROLOGIBerdasarkan praktikum yang penulis lakukan, penulis dapat mendeskripsikan batuan beku, batuan metamorf, dan batuan sedimen.Pada pemerian batuan beku yang penulis amati yaitu batuan obsidian warna hitam termasuk Batuan Beku Basa. Dilihat dari strukturnya, batuan obsidian termasuk dalam skoria. Tekstur massa gelas seluruhnya. Granularitasnya termasuk Afanitik. Sehingga mendeskripsikan bentuk kristal dan relasi sulit dilakukan. Komposisi mineral berupa mineral mafik. Batuan obsidian terbentuk secara extrusif dengan sangat cepat sehingga terbentuk gelas yang lebih dominan dibanding kristal.Pada pemerian batuan metamorf yang penulis amati yaitu batuan metamorf foliasi berupa batuan geneis warna abu -abu gelap berstruktur Geneisic. Teksturnya termasuk Kristaloblastik yaitu Granoblastik. Komposisi mineral termasuk mineral stress berupa mika. Batuan Geneis berasal dari batuan sedimen yang terjadidalam temperatur dan tekanan tinggi.Pada pemerian batuan sedimen pertama yang penulis amati yaitu batugamping klastik berukuran pasir (calcanerite) berwarna putih kuning kecoklatan. Batu ini termasuk jenis batuan sedimen klastik. Dilihat dari strukturnya, ukuran butirnya berukuran fine sand, berbentuk membulat tanggung sampai membulat. Derajat pemilahannya adalah moderately sorted, berporositas sedang. Batu ini berkemas terbuka dan kompaksinya berupa getas/bricle. Permeabilitasnya tidak dapat diamati secara megaskopis. Komposisi mineralnya yaitu fragmen berupa batugamping. Matrik berupa ukuran pecahan batugamping dan semen berupa karbonat. Batu tersebut terbentuk dari batuan non-klastik yang mengalami pelapukan, mengendap dan bercampur dengan pasir.Sedangkan batuan sedimen kedua yang penulis amati yaitu batugamping klastik beruikuran pasir (calcanerite) lapuk berwarna abu-abu gelap. Jenis, struktur, permeabilitas, kemas, kompaksi, komposisi mineral dan genesa batuannya sama dengan batuan sedimen pertama. Sementara ukuran butir batu ini berukuran medium sand dengan bentuk butir menyudut tanggung. Derajat pemilahannya termasuk poorly sorted. Porositasnya cukup baik. Jadi, dalam pengamatan secara megaskopis dapat dideskripsikan sifat dan ciri batuan melalui beberapa unsur yang dapat digunakan sebagai pembeda dengan batuan batuan lain.

BAB III PETA TOPOGRAFIBerdasarkan praktikum yang telah penulis lakukan, penulis dapat menambah pengetahuan tentang pembuatan dan bagaimana cara membaca peta topografi sehingga penulis mempunyai pengetahuan tentang bagaimana proses pembentukan peta topografi sekaligus membuat dan membaca profil penampang secara vertikal. Penulis juga dapat berlatih menggambar relief dengan garis kontur. Dalam peta topografi ini, penulis dapat menyimpulkan adanya relief didalam peta topografi yang dibuat. Di dalamnya terdapat lereng dan gunung atau dataran tinggi, di dalam peta topografi ini ditunjukkan dengan angka 480 yang dikelilingi oleh angka 410 dan angka 465 yang disimbolkan sebagai ketinggian menyimpulkan bahwa di ketinggian 480 di anggap sebagai dataran tinggi atau gunung sedangkan untuk ketinggian 410 dan ketinggian 465 merupakan lereng atau dataran rendah. Setelah kita dapat membuat garis kontur kita juga membuat penampang dari garis kontur yang sudah terbentuk. Hal ini dilakukan untuk dapat membaca profil penampang vertikal dengan baik.

BAB IV STRATIGRAFISetelah menyelesaikan praktikum stratigrafi, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada gambar yang diberikan oleh asisten ternyata ada selaras atau conformity yaitu : batulempung, batupasir, batunapal, dan batubreksi. Hal tersebut terjadi karena antar batuan sedimen tersebut berlapis menerus. Selain itu, juga terdapat batugamping yang tersusun secara tidak selaras atau unconformity disebabkan adanya kegiatan tektonik sehingga terjadi kekosongan di tengah batugamping. Lain halnya dengan batuan beku yang menerobos batu lempung, batupasir, napal dan breksi sehingga terjadi nonconformity karena umur batuan beku tersebut lebih muda.Umur batuan tersebut dari yang paling tua yaitu : batulempung, batupasir, batunapal, batubreksi, batugranit(yang menerobos), batugamping, dan batulempung muda sebagai batuan penutup.BAB V GEOLOGI STRUKTURSetelah menyelesaikan praktikum geologi dasar, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada lipatan antiklin yang tersesarkan, gambar B adalah sesar naik karena bagian belakang lapisan lapisan tersebut naik dilanjutkan pada gambar C, bagian yang naik tersebut mengalami erosi. Sehingga akhirnya pada kotak D, menggambarkan gambaran dua dimensi dari gambar C.Sedangkan pada lipatan sinklin yang tersesarkan, gambar F berupa sesar naik karena bagian belakang lapisan lapisan tersebut naik dan pada gambar G, bagian yang naik tersebut mengalami erosi. Sehingga akhirnya pada kotak H, menggambarkan gambaran dua dimensi dari gambar G.BAB VI PETA GEOLOGISetelah melaksanakan praktikum struktur geologi, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam membuat peta morfologi, harus memerhatikan hal hal tertentu. Yaitu, harus membuat penampang terlebih dahulu, setelah menyatukan garis penampangnya, menentukan sudut sesar. Untuk sesar naik kemiringannya 50o dan sesudah itu membuat sesar turun. Selanjutnya, meluruskan ujung garis pembatas antar batuan pada peta topografi dengan garis penamapang dan dilanjutkan dengan penarikan garis pembatas antar batuan pada peta geologi yang akan dibuat. Saat garis bertemu dengan sesar naik,akan terjadi pergeseran naik dan juga sebaliknya. Akhirnya, menggambar lambang batuan batuan berdasarkan garis pembatas lapisan batuannya.

DAFTAR PUSTAKA

Modul Buku Petunjuk Praktikum Geologi Fisik Laboratorium Geologi Fisik Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta 2013.

LAMPIRAN

LAMPIRAN (KELOMPOK 3)A. Batuan Beku (Batuan Obsidian)

B. Batuan Metamorf (Batuan Geneis)

C. Batuan Sedimen 1 (Batugamping klastik berukuran pasir (Calcanerite))

D. Batuan Sedimen 2 (Batugamping klastik berukuran pasir (Calcanerite) lapuk)