laporan geologi

51
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memahami keadaan lingkungan geologi suatu wilayah tempat kita bernaung sangatlah penting. Kita harus memahami konsep pembentukan dan apa saja yang terkandung di dalam bumi, karena antara manusia dan bumi mempunyai hubungan historis yang erat. Batuan sebagai bagian utama dari bumi juga mempunyai hubungan dengan manusia. Bentangan alam yang dapat kita saksikan saat ini merupakan suatu tahap pembentukan dengan proses yang panjang. Semakin jelas bahwa keeratan hubungan antara pengaruh bumi dengan aktivitas manusia baik berupa budidaya pertanian maupun aktivitas lainnya seperti perencanaan pengembangan wilayah dan aspek kehidupan lainnya. Dengan keeratan hubungan itu, maka pemahaman ilmu geologi menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan pola/tatanan kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Dilihat dari asal bahasanya geologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari atas dua kata yaitu: geo dan logos. Geo berarti bumi, logos berarti ilmu (pengetahuan). Dengan demikian geologi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala yang berkaitan dengan proses terbentuknya bumi, keberadaan bumi, serta fenomena lainnya yang berkaitan dengan bentukan-bentukan alam. Oleh karena itu latar belakang diadakannya kuliah lapang ini guna untuk memahami proses pembentukan alam yang terbentang, dan mampu menganalisis apa saja kandungan mineral yang terkandung. 1

Upload: locana-indra-locacola

Post on 26-Sep-2015

67 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

laporan fieldtrip geologi malang selatan

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangMemahami keadaan lingkungan geologi suatu wilayah tempat kita bernaung sangatlah penting. Kita harus memahami konsep pembentukan dan apa saja yang terkandung di dalam bumi, karena antara manusia dan bumi mempunyai hubungan historis yang erat. Batuan sebagai bagian utama dari bumi juga mempunyai hubungan dengan manusia. Bentangan alam yang dapat kita saksikan saat ini merupakan suatu tahap pembentukan dengan proses yang panjang. Semakin jelas bahwa keeratan hubungan antara pengaruh bumi dengan aktivitas manusia baik berupa budidaya pertanian maupun aktivitas lainnya seperti perencanaan pengembangan wilayah dan aspek kehidupan lainnya. Dengan keeratan hubungan itu, maka pemahaman ilmu geologi menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan pola/tatanan kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.Dilihat dari asal bahasanya geologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari atas dua kata yaitu: geo dan logos. Geo berarti bumi, logos berarti ilmu (pengetahuan). Dengan demikian geologi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala yang berkaitan dengan proses terbentuknya bumi, keberadaan bumi, serta fenomena lainnya yang berkaitan dengan bentukan-bentukan alam. Oleh karena itu latar belakang diadakannya kuliah lapang ini guna untuk memahami proses pembentukan alam yang terbentang, dan mampu menganalisis apa saja kandungan mineral yang terkandung.

1.2. Maksud dan TujuanMaksud dan tujuan diadakannya kuliah lapang ini untuk memahami pengertian keberadaan tersebut menyangkut aspek proses terbentuknya bentangan alam tersebut, susunan mineral, fungsi, dan peranannya bagi kehidupan manusia. Karena geologi menjelaskan berbagai aspek yang berkaitan dengan kebumian, maka materi pembahasannya menjadi sangat kompleks, dan dalam mempelajarinya perlu adanya pemilihan/pemisahan menurut konteks bahasan yang menjadi sasaran.

1.3. Waktu PenelitianWaktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2013, satu hari menuju beberapa titik stop site yang menjadi tujuan pengamatan. Berangkat dari kampus Brawijaya ada pukul 06.00 pagi menuju stop site pertama yaitu pada daerah Malang Selatan Desa Druju. Kemudian kira-kira pukul 10.00 dilanjutkan menuju stop site dimana daerah yang banyak mengandung Piropilit. Perjalanan dilanjutkan kira-kira pukul 11.00 sampai di daerah yang mengandung mineral batu bara, Tak jauh dari stop site tiga sampai pada lokasi yang banyak mengandung mineral Kaolin. Pada pukul 13.00 sampai di daerah yang mengandung banyak batuan Zeolit dan Tuff. Di stop site terakhir tiba pada pukul 14.00 di daerah Desa Bajulmati. Tiba kembali di kampus Brawijaya pada pukul 19.00.

1.4. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Penulis melakukan penelitian sekaligus pengamatan pada daerah Malang selatan yang di tempuh dengan menggunakan bis 2 jam, namun dikarenakan adanya kendala di perjalanan waktu tempuh menjadi semakin lama yang tadinya diprediksi akan sampai pada pukul 09.00 molor hingga pukul 10.00.

Sesampainya di stop site pertama penulis melakukan penelitian di pinggir jalan Desa Druju. Langsung saja penulis melakukan pengambilan gambar dari bentang alam yang terjadi di desa Druju ini. Stop site kedua ditempuh dengan waktu 50 menit dari Desa Druju ke tempat penambangan Piropilit. Stop site ketiga ditempuh dengan waktu 20 menit. Stop site keempat ditempuh dengan waktu 20 menit. Dari stop site pertama hingga keempat bisa ditempuh oleh kendaraan dengan mudah. Pada stop site kelima ditempuh dengan waktu 20 menit. Lokasinya tidak bisa dijangkau oleh kendaraan sehingga perlu jalan kaki untuk menuju lokasi tersebut, berupa daerah tepi sungai dimana terjadi proses pembentukan batuan Zeolit dan Tuff. Stop site terakhir yaitu stasiun keenam ditempuh dengan waktu 45 menit.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GEOLOGI REGIONAL

Di wilayah Jawa Timur terdapat daerah-daerah yang mempunyai tingkat kerawanan terhadap bencana tsunami yaitu meliputi kabupaten Banyuwangi, Jember, Pacitan Trenggalek, Malang Selatan, Blitar Selatan, Lumajang dan Tulungagung selatan. Peristiwa Tsunami pernah terjadi di Banyuwangi pada tahun 1994 yang dipicu oleh gempa bumi dengan kekuatan 7,2 skala Richter mengakibatkan korban 377 jiwa. Daerah-daerah di Jawa Timur yang mempunyai sudut lereng terjal, jenis tanah bertekstur halus dengan ketebalan lebih dari 1 meter serta curah hujan yang cukup tinggi dan pada daerah dengan penutup vegetasi jarang atau gundul dapat berpotensi terjadinya gerakan tanah atau tanah longsor. Daerah-daerah tersebut tidak disarankan sebagai lokasi pemukiman, walaupun pada kenyataannya terjadi sebaliknya, seperti peristiwa longsor yang terjadi di lereng gunung Argopura kecamatan Panti, Balung, dan Sukorambi kabupaten Jember, Jawa Timur pada awal tahun 2006 mengakibatkan korban yang cukup besar selain kerugian harta benda dan ekonomi seperti infrastruktur, bangunan rumah, sekolah. Kawasan yang ditetapkan sebagai daerah kerentanan menengah sampai tinggi terhadap bencana tanah longsor di Jawa Timur.

Daerah Malang merupakan daerah pegunungan selatan, yang dimaksud dengan Pegunungan Selatan adalah pegunungan yang terletak pada bagian selatan Jawa Tengah, mulai dari bagian tenggara dari provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, memanjang ke arah timur sepanjang pantai selatan Jawa Timur.Secara morfologis daerah Pegunungan Selatan merupakan pegunungan yang dapat dibedakan menjadi 3 satuan morfologi utama, yaitu:1.Satuan morfologi perbukitan berrelief sedang sampai kuat, yaitu daerah yang ditempati oleh batupasir dan breksi vulkanik dan batuan beku dari Formasi Semilir, Nglanggran atau Wuni dan Besole. Daerah ini terdapat mulai dari daerah sekitar Imogiri di bagian barat, memanjang ke utara hingga Prambanan, membelok ke timur (Pegunungan Baturagung) dan terus ke arah timur melewati Perbukitan Panggung, Plopoh, Kambengan hingga di kawasan yang terpotong oleh jalan raya antara Pacitan-Slahung.2.Satuan dataran tinggi terdapat di daerah Gading, Wonosari, Playen hingga Semanu. Daerah ini rata-rata berketinggian 400 m di atas muka laut, dengan topografi yang hampir rata dan pada umumnya ditempati oleh batugamping.3.Satuan perbukitan kerucut, meliputi daerah dari sebelah timur Parangtritis memanjang ke timur melewati daerah Baron, Sadang terus ke timur melewati Punung hingga ke daearh sekitar Pacitan. Daerah ini tersusun oleh bukit-bukit kecil maupun berbentuk kerucut, tersusun oleh batugamping klastik maupun jenis batugamping yang lain.Diantara ketiga satuan morfologi tersebut diatas di sebelah selatan terdapat suatu dataran rendah luas, mulai Wonogiri di utara hingga Giritrontro-Pracimantoro di selatan. Dataran lini dikelilingi oleh unsur-unsur geologis Pegunungan Selatan, sedangkan bagian bawah dialasi oleh batugamping Formasi Kepek yang tertutup oleh endapan Kuarter. Dataran rendah ini disebut sebagai Depresi Wonogiri-Baturetno, yang saat ini sebagian besar merupakan daerah genangan Waduk Gajahmungkur.

2.1.1 Fisiografi Regional

Geologi Jawa timur dibagi atas beberapa zona, menurut van Bemmelen jawa timur dibagi atas 4 bagian antara lain :

1. Zona Pegunungan Selatan Jawa (Souththern Mountains) : batuan pembentuknya terdiri atas siliklastik, volkaniklastik, volkanik , dan batuan karbonat.2. Zona Gunung Api Kuarter(Quartenary Volcanoes) : merupakan gunung aktif3. Zona Kendeng (Kendeng Zone) : batuan pembentuknya terdiri atas Sekuen dari volkanogenik dan sedimen pelagik.4. Zona Rembang (Rembang Zone) : batuan pembentuknya terdiri atas endapan laut dangkal sedimen klastik, dan batuan karbonat. Gambar 2.1 Fisiografi Jawa Timur

Pada zona ini juga terdapat patahan yang dinamakanRembang Highdan banyak lipatan yang berarah timur-barat. Secara umum, fisiografi Jawa Tengah bagian selatan-timur yang meliputi kawasan Gunungapi Merapi, Yogyakarta, Surakarta dan Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi dua zona, yaitu Zona Solo dan Zona Pegunungan Selatan (Bemmelen, 1949) (lihat Gambar 2.1). Zona Solo merupakan bagian dari Zona Depresi Tengah (Central Depression Zone) Pulau Jawa. Zona ini ditempati oleh kerucut G. Merapi ( 2.968 m). Kaki selatan-timur gunungapi tersebut merupakan dataran Yogyakarta-Surakarta ( 100 m sampai 150 m) yang tersusun oleh endapan aluvium asal G. Merapi. Di sebelah barat Zona Pegunungan Selatan, dataran Yogyakarta menerus hingga pantai selatan Pulau Jawa, yang melebar dari P. Parangtritis hingga K. Progo. Aliran sungai utama di bagian barat adalah K. Progo dan K. Opak, sedangkan di sebelah timur ialah K. Dengkeng yang merupakan anak sungai Bengawan Solo (Bronto dan Hartono, 2001).Satuan perbukitan terdapat di selatan Klaten, yaitu Perbukitan Jiwo. Perbukitan ini mempunyai kelerengan antara 40 150dan beda tinggi 125 264 m. Beberapa puncak tertinggi di Perbukitan Jiwo adalah G. Jabalkat ( 264 m) di Perbukitan Jiwo bagian barat dan G. Konang (lk. 257 m) di Perbukitan Jiwo bagian timur. Kedua perbukitan tersebut dipisahkan oleh aliran K. Dengkeng. Perbukitan Jiwo tersusun oleh batuan Pra-Tersier hingga Tersier (Surono dkk, 1992).

Gambar 2.1. Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau Jawa dan Madura (modifikasi dari van Bemmelen, 1949).

Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran Yogyakarta-Surakarta di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah timur oleh Waduk Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah selatan oleh Lautan India. Di sebelah barat, antara Pegunungan Selatan dan Dataran Yogyakarta dibatasi oleh aliran K. Opak, sedangkan di bagian utara berupa gawir Baturagung. Bentuk Pegunungan Selatan ini hampir membujur barat-timur sepanjang lk. 50 km dan ke arah utara-selatan mempunyai lebar lk. 40 km (Bronto dan Hartono, 2001).Zona Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi tiga subzona, yaitu Subzona Baturagung, Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu (Harsolumekso dkk., 1997 dalam Bronto dan Hartono, 2001). Subzona Baturagung terutama terletak di bagian utara, namun membentang dari barat (tinggian G. Sudimoro, 507 m, antara Imogiri-Patuk), utara (G. Baturagung, 828 m), hingga ke sebelah timur (G. Gajahmungkur, 737 m). Di bagian timur ini, Subzona Baturagung membentuk tinggian agak terpisah, yaitu G. Panggung ( 706 m) dan G. Gajahmungkur ( 737 m). Subzona Baturagung ini membentuk relief paling kasar dengan sudut lereng antara 100 300dan beda tinggi 200-700 meter serta hampir seluruhnya tersusun oleh batuan asal gunungapi.Subzona Wonosari merupakan dataran tinggi ( 190 m) yang terletak di bagian tengah Zona Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Wonosari dan sekitarnya. Dataran ini dibatasi oleh Subzona Baturagung di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Subzona Gunung Sewu. Aliran sungai utama di daerah ini adalah K. Oyo yang mengalir ke barat dan menyatu dengan K. Opak (lihat Gambar 2.2). Sebagai endapan permukaan di daerah ini adalah lempung hitam dan endapan danau purba, sedangkan batuan dasarnya adalah batugamping.Subzona Gunung Sewu merupakan perbukitan dengan bentang alamkarts, yaitu bentang alam dengan bukit-bukit batugamping membentuk banyak kerucut dengan ketinggian beberapa puluh meter. Di antara bukit-bukit ini dijumpai telaga, luweng (sink holes) dan di bawah permukaan terdapat gua batugamping serta aliran sungai bawah tanah. Bentang alamkartsini membentang dari pantai Parangtritis di bagian barat hingga Pacitan di sebelah timur.

Zona Pegunungan Selatan di Jawa Timur pada umumnya merupakan blok yang terangkat dan miring ke arah selatan. Batas utaranya ditandaiescarpmentyang cukup kompleks. Lebar maksimum Pegunungan Selatan ini 55 km di sebelah selatan Surakarta, sedangkan sebelah selatan Blitar hanya 25 km. Diantara Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe karts (kapur) yang disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400 km2(Lehmann. 1939). Sedangkan antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh batugamping (limestone) juga tersusun oleh batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain granit, andesit dan dasit (Van Bemmelen,1949).

2.1.2 Stratigrafi Regional

Stratigrafi Pegunungan Selatan di Jawa Timur, telah diteliti oleh Sartono (1964) dengan daerah telitian di daerah Punung dan sekitarnya- Pacitan. Susunan litostratigrafinya sebagaiberikut (dari tua ke muda): Kelompok Formasi Besole, Formasi Jaten, Formasi Nampol, Formasi Punung.

1. Formasi Besolemerupakan satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah ini. Sartono (1964), pencetus nama Formasi Besole menyebutkan bahwa satuan ini tersusun oleh dasit, tonalit, tuf dasitan, serta andesit, dimana satuan ini diendapkan di lingkungan darat.Nahrowi dkk (1978), dengan menggunakan satuan batuan bernama Formasi Besole, menyebutkan bahwa formasi ini tersusun oleh perulangan breksi volkanik, batupasir, tuf, dan lava bantal, diendapkan dengan mekanisme turbidangit, pada lingkungan laut dalam.Samodaria dkk (1989 & 1991) membagi satuan yang bernama Formasi Besole ini menjadi dua satuan yaitu Formasi Arjosari yang terdiri dari perselingan batupasir dan breksi, yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal, dan Formasi Mandalika yang tersusun oleh perselingan breksi, batupasir, serta lava bantal diendapkan pada lingkungan laut dalam. Terlepas dari perbedaan litologi, dan lingkungan pengendapan pada satuan yang bernama Formasi Besole ini, mempunyai penyebaran menempati morfologi terjal, dan berbukit-bukit. Oleh Sartono (1964), satuan ini merupakan bagian dari kelompok batuanOld Andesit(van Bemmelen, 1949), seperti halnya yang terdapat di Kulon Progo. Jadi secara umum Formasi Besole tersusun oleh satuan batuan volkanik (intrusi), lava dan volkanoklastik (breksi, sisipan batupasir tufan).Djohor, 1993 meneliti singkapan di K.Grindulu (Pacitan-Tegalombo) menyimpulkan urutan Formasi Besole yang tersingkap di daerah tersebut adalah sebagaiberikut: bagian bawah terdiri dari breksi volkanik (pyroclastic), batupasir tufan (greywacke), sisipan crystal tuf, dan dibeberapa tempat dijumpai intrusi (korok dasit). Bagian tengah tersusun oleh lava dasitik, tuf dasitik, breksi volkanik, batupasir volkanik, dan sisipan lava basaltik dengann kekar-kekar kolom, dibe-berapa tempat dijumpai intrusi korok berkomposisi basaltis, dan dasitik. Bagian atas didominasi oleh batn volkanoklastik (perulangan konglomerat, batupasir tufan, tuf, dengan sisipan breksi dan batulempung). Didapat intrusi berupavolcanic neckberkomposisi andesitik. Juga dijumpai sisipan tipis batulempung gampingan yang mengandung foraminifera planktonik serta bongkah batu-gamping berukuran mencapai1 m didalam tubuh tuf. Secara tidak selaras di atasnya terdapat 2. Formasi JatenDengan lokasi tipenya K.Jaten Donorojo, Pacitan (Sartono 1964), tersusun oleh konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung (mengandung fosilGastrophoda, Pelecypoda, Coral, Bryozoa, Foraminifera), dengan sisipan tipis lignit. Ketebalan satuan ini mencapai 20-150 m. Diendapkan pada lingkungan transisi neritik tepi pada Kala Miosen Tengah (N9 N10).3. Formasi WuniDengan lokasi tipenya K.Wuni (anak Sungai S Basoka) Punung, Pacitan (Sartono, 1964), tersusun oleh breksi, aglomerat, batupasir tufan, lanau, dan batugamping. Berdasarkan fauna koral satuan ini berumur Miosen Bawah (Te.5 Tf.1), berdasarkan hadirnyaGloborotalia siakensis, Globigerinoides trilobus & Globigerina praebuloidesberumur Miosen Tengah (N9-N12) (Tim Lemigas). Ketebalan Formasi Wuni = 150 -200 m. Satuan ini terletak selaras menutupi Formasi Jaten, dan selaras di bawah. 4. Formasi NampolTersingkap baik di K.Nampol, Kec Punung, Pacitan (Sartono,1964), dengann susunan batuan sebagai berikut: bagian bawah terdiri dari konglomerat, batupasir tufan, dan bagian atas: terdiri dari perselingan batulanau, batupasir tufan, dan sisipan serpih karbonan dan lapisan lignit. Diendapkan pada Kala Miosen Awal (Sartono,1964) atau Nahrowi (1979), Pringgoprawiro (1985), Samodaria & Gafoer (1990) menghitungnya berumuri Miosen Awal Miosen Tengah. Ketiga formasi (Jaten, Wuni, Nampol) berhu-bungan jari-jemari dengan bagian bawah Formasi Punung.5. Formasi PunungDengan lokasi tipenya di daerah Punung, Pacitan, tersusun oleh dua litofasies yaitu: fasies klastika dan fasies kar-bonat (Sartono, 1964). Fasies karbonat, tersusun oleh batu-gamping terumbu, batugamping bioklastik, batugamping pasiran, napal, dimana satuan ini merupakan endapan sistim karbonat paparan. Ketebalan fasies ini 200-300 m, berumur Miosen Tengah-Atas (N9-N16). Sedangkan fasies klastika tersusun oleh perselingan batupasir tufan, batupasir gampingan, lanau dan serpih. Ketebalan satuan ini 76 -230 m. Berdasarkan kandungan fosil foram menunjukan umur Miosen Tengah (N15), diendapkan pada lingkungan nertitik tepi. Hubungan dengan fasies karbonat adalah menjari, dan kedua satuan fasies ini menutupi secara tidak selaras Formasi Nampol (Sartono, 1964). Sedangkan menurut Nahrowi (1979), Pringgoprawiro (1985) Formasi Punung menutui secara tidak selaras Formasi Besole, dengan saling menjari dengan Formasi Jaten, Wuni, dan Nampol.6, Endapan TersierDi daerah Pegunungan Selatan bagian Timur, endapan yang paling muda adalah endapan terarosa dan endapan sungai yang secara tidak selaras menutupi seri endapan Tersier.2.1.3 Struktur Geologi RegionalStruktur geologi di daerah Pegunungan Selatan bagian barat berupa perlapisan homoklin, sesar, kekar dan lipatan. Perlapisan homoklin terdapat pada bentang alam Subzona Baturagung mulai dari Formasi Kebo-Butak di sebelah utara hingga Formasi Sambipitu dan Formasi Oyo di sebelah selatan. Perlapisan tersebut mempunyai jurus lebih kurang berarah barat-timur dan miring ke selatan. Kemiringan perlapisan menurun secara berangsur dari sebelah utara (200 350) ke sebelah selatan (50 150). Bahkan pada Subzona Wonosari, perlapisan batuan yang termasuk Formasi Oyo dan Formasi Wonosari mempunyai kemiringan sangat kecil (kurang dari 50) atau bahkan datar sama sekali. Pada Formasi Semilir di sebelah barat, antara Prambanan-Patuk, perlapisan batuan secara umum miring ke arah baratdaya. Sementara itu, di sebelah timur, pada tanjakan Sambeng dan Dusun Jentir, perlapisan batuan miring ke arah timur. Perbedaan jurus dan kemiringan batuan ini mungkin disebabkan oleh sesar blok (anthithetic fault blocks; Bemmelen, 1949) atau sebab lain, misalnya pengkubahan (updoming) yang berpusat di Perbukitan Jiwo atau merupakan kemiringan asli (original dip) dari bentang alam kerucut gunungapi dan lingkungan sedimentasi Zaman Tersier (Bronto dan Hartono, 2001).Struktur sesar pada umumnya berupa sesar turun dengan polaanthithetic fault blocks(van Bemmelen,1949). Sesar utama berarah baratlaut-tenggara dan setempat berarah timurlaut-baratdaya. Di kaki selatan dan kaki timur Pegunungan Baturagung dijumpai sesar geser mengkiri. Sesar ini berarah hampir utara-selatan dan memotong lipatan yang berarah timurlaut-baratdaya. Bronto dkk. (1998, dalam Bronto dan Hartono, 2001) menginterpretasikan tanda-tanda sesar di sebelah selatan (K. Ngalang dan K. Putat) serta di sebelah timur (Dusun Jentir, tanjakan Sambeng) sebagai bagian dari longsoran besar (mega slumping) batuan gunungapi tipe Mt. St. Helens.Di sebelah barat K. Opak diduga dikontrol oleh sesar bawah permukaan yang berarah timurlaut-baratdaya dengan blok barat relatif turun terhadap blok barat.Struktur lipatan banyak terdapat di sebelah utara G. Panggung berupa sinklin dan antiklin. Tinggian batuan gunung berapi ini dengan tinggian G. Gajahmungkur di sebelah timurlautnya diantarai oleh sinklin yang berarah tenggara-baratlaut. Struktur sinklin juga dijumpai di sebelah selatan, yaitu pada Formasi Kepek dengan arah timurlaut-barat daya.

2.2. TEORI DASAR

Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang.Sebelum membicarakan batuan baiklah terlebih dahulu harus mengerti akan arti batuan berdasarkan konsep ilmu geologi. Pengertian batuan dalam ilmu geologi berbeda sekali dengan pengertian kita sehari-hari.Batuan (rock) dalam pengertian geologi tidak selalu merupakan masa yang padat, tetapi pasir yang lepas, batu bara yang ringan ataupun liat yng gembur. Dalam ilmu geologi dimasukkan ke dalam istilah batuan. Sedangkan pengertian kita sehari-hari yang disebut batu (stone) adalah benda yang padat dan keras.Secara umum, batuan digolongkan kepada tiga jenis, yaitu: (a) batuan beku; (b) batuan sedimen; (c) batuan metamorf. Pengetahuan atau Ilmu Geologi didasarkan kepada studi terhadap batuan. Diawali dengan mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, terubah, kemudian bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan, dataran-dataran di benua hingga didalam cekungan dibawah permukaan laut. Kemanapun anda menoleh, maka anda selalu akan bertemu dengan benda yang dinamakan batu atau batuan. Sebut saja kerakal di halaman rumah, kemudian di jalan yang landasannya atau bagian tepinya dibuat dari batu. Di dasar atau tebing sungai, bahkan menengok bagian dari rumah anda mungkin sebagian besar terbuat dari batu. Batu atau batuan yang anda lihat dimana-mana itu, ada yang sama warna dan jenisnya, tetapi juga banyak yang berbeda. Tidak mengherankan apabila batuan merupakan bagian utama dari Bumi kita ini.

2.2.1. BATUAN DAN MINERAL

Batuan adalah bahan penyusun kulit bumi yang terdiri dari kumpulan berbagai material (mineral, fragmen batuan,cangkang biota,dll), baik oleh satu jenis maupun berbagai jenis material.

Gambar 3.4 Daur Batuan (Siklus Batuan)Pada gambar 3.4 diperlihatkan bagaimana perjalanan daur tersebut. Melalui daur batuan ini, juga dapat diruntut proses-proses geologi yang bekerja dan mengubah kelompok batuan yang satu ke lainnya. Konsep daur batuan ini merupakan landasan utama dari Geologi Fisik yang diutarakan oleh JAMES HUTTON. Dalam daur tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat dari pendinginan dan pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan silikat, akan diikuti oleh proses penghabluran yang dapat berlangsung dibawah atau diatas permukaan Bumi melalui erupsi gunung berapi. Kelompok batuan beku tersebut, apabila kemudian tersingkap dipermukaan, maka ia akan bersentuhan dengan atmosfir dan hidrosfir, yang menyebabkan berlangsungnya proses pelapukan. Melalui proses ini batuan akan mengalami penghancuran. Selanjutnya, batuan yang telah dihancurkan ini akan dipindahkan/digerakkan dari tempatnya terkumpul oleh gayaberat, air yang mengalir diatas dan dibawah permukaan, angin yang bertiup, gelombang dipantai dan gletser dipegunungan-pegunungan yang tinggi.

1. Batuan Beku

Batuan beku atau igneus rock berasal dari bahasa latin, inis = fire (api). Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembeku materi yang kental yang berasal dari dalam bumi (magma). Magma panas bergerak dari dalam bumi ke permukaan bumi makin lama makin dingin dan pada akhirnya membeku. Ada yang belum mencapai permukaan bumi sudah membeku, sehingga dikenal dengan nama batuan beku dalam atau batuan intrusi. Ada juga yang membeku setelah mencapai permukaan bumi sehingga disebut batuan beku ekstrusi. Struktur batuan beku ekstrusia. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisanc. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air. e. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain sepert kalsit, kuarsa atau zeolit Struktur Batuan Beku IntrusifBatuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.a. KonkordanTubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya.b. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.c. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometerb. DiskordanTubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuhbatuan ini yaitu (gambar 3.5): a. Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuktabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhankilometer dengan panjang ratusan meter.b. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2dan membeku pada kedalaman yang besar.

Gambar 3.5 Bagan Struktur Batuan Beku Intrusifc. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil

PENGKLASIFIKASIAN BATUAN BEKU 1. Berdasarkan Genetik Batuan 1. Plutonik (Intrusif), terbentuk dalam lingkungan jauh dibawah permukaan bumi dalam kondisi tekanan yang tinggi.2. Hypabisal, terbentuk pada lingkungan yang tidak jauh dari permukaan bumi. 3. Volkanik (Ekstrusif), terbentuk dipermukaan bumi dalam kondisi permukaan rendah. 2. Berdasarkan Kandungan SiO2nya: Berdasarkan kandungan senyawa kimia (kandungan silikanya) maka batuan beku dibagi menjadi : Batuan beku Asam: Silika >65% Batuan beku menengah: Silika 65-52% Batuan baku Basa: Silika 52-45% Batuan beku Ultrabasa: Silika