laporan foram besar

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.1.1. Mengidentifikasi fosil foraminifera besar yang terfosilisasi. 1.1.2. Mengetahui morfologi fosil foraminifera besar. 1.1.3. Menentukan umur maupun lingkungan hidup fosil foraminifera besar. 1.1.4. Menentukan nama suatu fosil berdasarkan taksonominya. 1.2 Tujuan 1.2.1. Dapat mengidentifikasi fosil foraminifera besar yang terfosilisasi. 1.2.2. Dapat mengetahui berdasarkan bentuk morfologi dalam foraminifera besar. 1.2.3. Dapat menentukan umur dan lingkungan hidup fosil dalam foraminifera besar. 1.2.4. Dapat mengetahui nama suatu fosil berdasarkan taksonominya. 1.3 Waktu Pelaksanaan Praktikum Praktikum pelaksanaan praktikum mikropaleontologi acara foraminifera besar ini dilaksanankan pada : 1

Upload: andini-nur-fajrina

Post on 16-Jan-2016

696 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

geologi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Foram Besar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud

1.1.1. Mengidentifikasi fosil foraminifera besar yang terfosilisasi.

1.1.2. Mengetahui morfologi fosil foraminifera besar.

1.1.3. Menentukan umur maupun lingkungan hidup fosil foraminifera

besar.

1.1.4. Menentukan nama suatu fosil berdasarkan taksonominya.

1.2 Tujuan

1.2.1. Dapat mengidentifikasi fosil foraminifera besar yang terfosilisasi.

1.2.2. Dapat mengetahui berdasarkan bentuk morfologi dalam

foraminifera besar.

1.2.3. Dapat menentukan umur dan lingkungan hidup fosil dalam

foraminifera besar.

1.2.4. Dapat mengetahui nama suatu fosil berdasarkan taksonominya.

1.3 Waktu Pelaksanaan Praktikum

Praktikum pelaksanaan praktikum mikropaleontologi acara foraminifera

besar ini dilaksanankan pada :

1.3.1 . Pelaksanaan Pertama

Hari : Senin

Tanggal : 29 Oktober 2012

Waktu : 13.00 - 15.00 WIB

Tempat : Ruang 301 Lantai 3 Gedung Geologi

1.3.2 Pelaksanaan ke- 2

Hari : Senin

Tanggal : 5 November 2012

Waktu : 13.00 - 15.00 WIB

Tempat : Ruang 301 Lantai 3 Gedung Geologi

1

Page 2: Laporan Foram Besar

BAB II

DASAR TEORI

Mikropaleontologi merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang

mempelajari sisa-sisa organisme yang telah terawetkan di alam berupa fosil yang

berukuran mikro. Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai studi sistematik

yang membahas mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan mengenai

kepentingannya terhadapstratigrafi. Umumnya fosil mikro berukuran lebih kecil

dari 5 mm, namun ada diantaranya yang berukuran sampai 19 mm seperti halnya

genus Fusilina.

Foraminifera besar yaitu golongan benthos yang memiliki ukuran

cangkang (test) yang relatif besar, jumlah kamar yang relatif banyak, dan juga

sturktur dalam yang kompleks. Pada foram besar biasanya dapat menentukan

suatu umur relatif batuan yang mengandung fosil foram besar itu sendiri. Hal ini

dikarenakan foram besar memiliki umur yang relatif pendekdan foram besar

tersebut dapat juga ditentukan sebagai penentu lingkungan pengendapan karena

golongan ini hidupnya sangat peka terhadap lingkungan sehingga hanya hidup

pada lingkungan kedalaman tertentu. Foraminifera mengalami perkembangan

secara terus-menerus, dengan demikian spesies yang berbeda ditemukan pada

waktu yang berbeda-beda. Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan

penyebaran horizontal yang luas, sehingga ditemukan di semua lingkungan laut.

Alasan terakhir, karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan

atau cara mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang

dalam. Fosil foraminifera benthonik sering dipakai untuk penentuan lingkungan

pengendapan, sedangkan fosil foram benthonik besar dipakai untuk penentuan

umur. Fosil benthonik ini sangat berharga untuk penentuan lingkungan purba.

Selain itu, karena foram besar tersebut hidup di dasar laut baik itu secara merayap

ataupun merambat, sehingga foram besar tersebut sangat cocok untuk

mencocokkan lingkungan hidupnya dengan suatu faktor kedalaman yang lebih

dikenal dengan nama zona bathymetri.

2

Page 3: Laporan Foram Besar

Ordo foraminifera ini memiliki bentuk yang lebih besar di bandingkan

dengan yang lainnya. Sebagian besar hidup di dasar laut dengan kaki semu dan

tipe Letuculose, juga ada yang hidup di air tawar, seperti family Allogromidae.

Memiliki satu kamar atau lebih yang dipisahkan oleh sekat atau septa yang

disebut suture. Aperture terletak pada permukaan septum kamar terakhir. Hiasan

pada permukaan test ikut menentukan perbedaan tiap-tiap jenis. Foraminifera

besar benthonik baik digunakan untuk penentu umur. Pengamatan dilakukan

dengan mengunakan sayatan tipis vertikal, horisontal, atau, miring di bawah

miroskop. Pemberiam sitematik foraminifera benthonik besar yang umum ( A.

Chusman1927).

1. Kamar embrionik/initial chamber/nucleoconch

 Merupakan kamar permulaan yang tersusun dari beberapa inti.

Berdasarkan jumlah dan kedudukan inti-inti tersebut dapat dibedakan beberapa

bentuk yang akan membedakan penamaan sub-genusnya. Dari susunan inti-

intinya, nucleoconch dapat berbentuk :

Bilocular, terdiri dari protoconch dan deuteroconch

Beberapa deuteroconch lebih kecil dan mengelilingi protoconch  polylepidina.

Biasanya terdapat pada bentuk yang microsfeer.

Denteroconch sama besar dengan protococh Isolepidina atau sebagai Lepidocyclina

ss.

Deuteroconch lebih besar dari protoconch dan menutupi sebagian  Nephrolepidina.

Deuteroconchbesar sehingga melingkupi seluruh protoconch  Eulepidina dan

trybliolepidina.

Trilocular, terdiri dari 3 nucleuconch Orbitoides

Quadrilocular, terdiri dari 4 nucleoconch Orbitoides

 2. Kamar nepionik/pery-embryonic chamber

 Merupakan kamar-kamar yang mengelilingi kamar embrionik, terletak

antara kamar embrionik dan kamar-kamar post nepionik. Berdasarkan letak dan

susunan kamar nepionik dapat digunakan untuk klasifikasi golongan Ortoididae

(Tan Sin Hok, 1932)

3. Kamar post nepionik/median or equatorial chamber

3

Page 4: Laporan Foram Besar

 Merupakan kamar-kamar yang terbentuk setelah kamar nepionik. Pada

sayatan horizontal,kamar ini dapat mempunyai bentuk yang bermacam-macam,

seperti rhombie hexagonal, spatulate, arcuate, ogival. Bentuk-bentuk kamar

post nepionik ini juga merupakan kendala dalam klasifikasi foraminifera besar.

4. Kamar lateral

Merupakan rongga-rongga yang letaknya teratur, terletak di atas dan di

bawah lapisan tengah (median layer). Pada genus Lepidocyclina, kamar lateral

ini dapat terbentuk lensa, menyudut atau membulat.

Masalah-masalah Geologi yang menghubungkan dengan umur suatu

batuan sampai sekarang masih mempergunakan foraminifera bentonik di samping

juga mengunakan metode-metode lain yang lebih teruji dan lebih tepat. Penentuan

kisaran umur dengan mengunakan foraminifera bentonik, dilakukan degan

langkah - langkah sebagai berikut :

Menganalisa fosil foraminifera bentonik dari suatu batuan sampai ke tingkat

spesiesnya.

Mempergunakan acuan Blow (1969) dalam penetuan kisaran umum dari fosil foram

benton yang telah diamati dan dianalisa.

Menetukan kisaran umur fosil foram benton yang muncul akhir dan umur yang punah

awal.

Lalu dengan menggunakan foraminifera benthonik maka dapat ditentukan

lingkungan pengendapannya, sehingga penggabungan dari foraminifera bentonik

dengan foraminifera benthonik dapat menghasilkan umur dari suatu lingkungan

pengendapan tertentu.

Fosil foraminifera sering dipakai untuk memecahkan masalah geologi

terutama bagi perusahan – perusahan minyak walaupun akhir – akhir ini

peranannya sedikit tergeser oleh teknologi yang lebih maju yaitu dengan

ditemukannya fosil nannoplankton yang ukurannya fantastik kecil ( 3 – 40 mikron

). Karena itu dalam pengamatan diperlukan mikroskop dengan perbesaran

minimum 5000 kali bahkan sampai 20000 kali.

Kegunaan fosil foraminifera adalah :

Untuk penentuan umur batuan yang mengandung fosil foraminifera tersebut.

Membantu dalam studi lingkungan pengendapan atau fasies.

4

Page 5: Laporan Foram Besar

Korelasi stratigrafi dari suatu daerah dengan daerah lain, baik korelasi permukaan

atau korelasi bawah permukaan.

Membantu menentukan batas – batas suatu transgresi dan regresi, misalnya

dengan menggunakan foraminifera benthos Rotalia beccarii ( fosil penciri daerah

transgresi ), Gyroidina soldanii ( fosil penciri bathial atas) dan lain – lain.

Bahan penyusun Biostratigrafi.

Pengamatan dilakukan degan mengunakan sayatan tipis vertical,

horizontal, atau, miring di bawah miroskop. Pemberiam sitematik foraminifera

benthonik besar yang umum ( A. Chusman 1927).

Famili Discocyclidae

Genus Aktinocyclina : kenampakan luar bulat, tidak berbentuk bintang, di

jumpai rusak – rusak yang memancar.

Genus Asterocyclina : kenampakan luar seperti bintang polygonal,

dijumpai rusak – rusak radier.

Genus Discocyclina : kenampakam luar merupakan lensa, kadang bengkok

menyerupai lensa, kadang bengkok menyerupai pelana, kelilingnya bulat

degan/ tanpa tonggak – tonggak.

Famili Camerinidae

Genus Asslina : kenampakan luar pipih (lentukuler) discoidal, test besar

ukuran 2 – 50 mm, di jumpai tonggak – tonggak.

Genus Cycloclypeus : kenampakan luar seperti lensa dan kamar sekunder

yang siku – siku terlihat dari luar.

Genus Nummulites : kenampakan luar seperti lensa, terputar secara

planispiral, hanya putaran terluar yang terlihat, pada umumnya licin.

Famili Alveolinelliadae

Genus Alveolina : kenampakan luar berbentuk telur/slllips (fusiform),

panjang kurang lebih 1 cm.

Genus Alveolinella : bentuk sama degan Alveolina panjang sumbunya 0,5

– 1,5 cm serta ada suatu kanal (pre septa). Celah – celahnya tersusun

menjadi 3 baris dan tersusun bergantian, tetapi sambung menyambung.

Famili Miogpsinidae

5

Page 6: Laporan Foram Besar

Genus Miogypsian : kenampakan luar terbentuk segitiga, lonjong hingga

bulat, kadang seperti bintang/pligonal, permukaan papilliate, sering di

jumpai tongkak.

Genus Miogypsinoides ; kenampakan luar terbentuk segitiga, lonjong dan

kulit luarnya datar.

Famili Calcarinidae

Genus Biplanispira : kenampakan luar pipih hingga seperti lensa,

discoidal, hampir bilateral simetri dengan/tanpa tonggak.

Genus Pellatispira : kenampakan luar seperti lensa (lentikuler) dan bulat

sering dijumpai tonggak.

Famili Orbitoididae

Genus Lepidocyclina : kenampakan seperti lensa (lentiluler) pipih

cembung, discoidal, permukaan test papilate, halus reticulate, pinggirnya

bisa bulat, kadang seperti batang atau polygonal.

Berdasarkan komposisnya test foraminifera dikelompokkan menjadi empat,

yaitu ;

1. Dinding chitin/tektin

Dinding tersebut terbuat dari zat tanduk yang disebut chitin, namun

foraminifera dengan dinding seperti ini jarang dijumpai sebagai fosil.

Foraminifera yang mempunyai dinding chitin, antara lian :

Golongan allogromidae

Golongan miliolidae

Golongan lituolidae

Beberapa golongan Astroizidae

Cirri-ciri dinding chitin adalah fleksibel, transparan, berwarna kekuningan

dan imperforate.

2. Dinding arenaceous dan aglutinous

Dinding arenaceous dan agglutinin terbuat dari zat atau material asing

disekelilingnya kemudian direkatkan satu sama lain dengan zat perekat oleh

organisme tersebut. Pada dinding arenaceous materialnya diambil dari butir-

butir pasir saja, sedangkan agglutinin materialnya diambil dari butir-butir

6

Page 7: Laporan Foram Besar

pasir, sayatan-sayatan mika, spone specule, fragmen-fragmen foraminifera

lainnya dan lumpur. Zat perekatnya bisa chitin, oksida besi, silica dan

gampingan. Zat perekat gampingan adalah cirri khas dari foraminifera yang

hidup di perairan tropis, sedangkan zat perekat silica khas untuk foraminifera

yang hidup di perairan dingin.

Contoh :

Dinding aglitinous : Ammobaculites aglutinous

Dinding Arenaceous : Psammosphaera

3. Dinding siliceous

Beberapa ahli (Brady, Hubler, Chusman, Jones) berpendapat bahwa

dinding silicon dihasilkan oleh organisme itu sendiri. Menurut Glessner

dinding silicon berasal dari zat primer (organisme itu sendiri)maupun zat

skunder. Tipe dinding ini jarang ditemukan, hanya dijumpai pada beberapa

golongan Ammodiscidae dan beberapa spesies dari Miliolidae.

4. Dinding calcareous/gampingan

Dinding yang terbuat dari zat gampingan dijumpai pada sebagian

besar foraminifera. Dinding gampingan dapat dikelompokkan menjadi :

Gampingan porselen : adalah dinding gampingan yang tidak berpori,

mempunyai kenampakan seperti pada porselen, bila kena sinar berwarna

putih opaque. Contohnya Quingueloculina, Pyrgo.

Gamping granular : adalah dinding yang terbuat dari Kristal-kristal kalsit

yang granular, pada sayatan tipis terlihat gelap. Contohnya Endothyra.

Gamping komplek : dinding yang dijumpai berlapis, kadang-kadang

terdiri dari satu lapis yang homogen, kadang terdiri dari dua bahkan

empat lapis. Terdapat pada glongan Fussulinidate.

Gamping hyaline : terdiri dari zat-zat gamping yang trasparan dan

berpori. Kebanyakan dari foraminifera plankton yang mempunyai

dinding seperti ini.

7

Page 8: Laporan Foram Besar

Lingkungan Hidup Foraminifera

Studi tentang paleoekologi ini akan dapat digunakan untuk

menafsirkan lingkungan pengendapan pada masa lampau, jika perilaku

organisme dijumpai pada kondisi yang normal.

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan

mikroorganisme :

1. Kadar Karbonat

Karbonat termasuk faktor yang paling penting untuk pertumbuhan

foraminifera, karena sebagian foraminifera membutuhkan karbonat untuk

pertumbuhan cngkangnya. Suhu Air Laut

Suhu air laut berkaitan dengan salinitas, kedalaman dan

ketembusan cahaya matahari. Suhu berpengaruh terhadap jumlah

(populasi) foraminifera dan besarnya cangkangKadar Garam (salinitas)

Kadar garam berpengaruh terhadap distribusi spesies foram

tertentu.

2. Kedalaman

Kedalaman sangat berpengaruh terhadap kehidupan foraminifera,

baik dari jenis maupun kelimpahannya. Pada laut dangkal, variasi dan

junlah spesies bercangkang gampingan sangat besar. Pada laut dalam,

keberadaan foram bercangkang gampingan semakin berkurang dan

digantikan foram bercangkang aglutinated.

3. Turbiditas/Kekeruhan Air

Turbiditas yang tinggi dapat mengurangi populasi foraminifera. Hal

ini berkaitan dengan kekeruhan yang menghalangi masuknya cahaya

matahari, sehingga mengurangi fotosintesis sehingga mengurangi jumlah

makanan foraminifera. Hanya foraminifera yang mempunyai kemampuan

filtrasi pada air keruh yang mampu bertahan, misalnya : Operculina,

Robulus, Rotalia yang biasanya dijumpai melimpah pada endapan lumpur

8

Page 9: Laporan Foram Besar

BAB III

HASIL DESKRIPSI

UNIVERSITAS DIPONEGORO LABORATORIUM PALEONTOLOGI, GEOLOGI OPTIK, DAN GEOLOGI

Acara:

 Foraminifera Bentonik

LEMBAR DESKRIPSI MIKROFOSILNAMA FOSIL

Numilites

NAMA PRAKTIKAN NIM Rombongan Kingdom : AnimaliaFilum : ProtozoaKelas : SarcodinaOrdo : ForaminiferaSub Ordo : RotalinaSuperfamili : Famili : Genus : Numilites

Angga widya p 21100110130071  1 (Satu) 

JENIS PERAGA FOSIL YANG DIAMATI

AYAKAN SAYATAN SMEAR LAIN-LAIN

 - FB003 - - 

Perbesaran :  

Sumbu Horizontal Sumbu Vertikal

DESKRIPSI:          

Pada sayatan fosil dengan kode FB003 ini termasuk dalam Ordo Foraminifera

Bentonik dimana berdasarkan morfologi test fosil pada sayatan ini berupa Lenticular

Test, degan susunan kamar degan komposisi Hyalin, terdapat Initial Chamber,

Chamber Wall, Equatorial Chamber. Terdapat kenampakan Pilar dan kenampakannay

tergolong Planispiral dengan bentuk test Polythalamus dan terdapat Initial Chamber

putaran kamar Involute Kehidupan dari fosil ini pada daerah Laut Dangkal.

UMUR :Eosen Akhir sampai Oligosen

9

Intial Chamber

Page 10: Laporan Foram Besar

UNIVERSITAS DIPONEGORO LABORATORIUM PALEONTOLOGI, GEOLOGI OPTIK, DAN GEOLOGI

Acara:

 Foraminifera Bentonik

LEMBAR DESKRIPSI MIKROFOSILNAMA FOSIL

Asterocycliina

NAMA PRAKTIKAN NIM Rombongan Kingdom : AnimaliaFilum : ProtozoaKelas : SarcodinaOrdo : ForaminiferaSub Ordo : RotalinaSuperfamili : Famili : Genus : Asterocycliina

Angga widya p 21100110130071  1 (Satu) 

JENIS PERAGA FOSIL YANG DIAMATI

AYAKAN SAYATAN SMEAR LAIN-LAIN

 - FB008 - - 

Perbesaran :  

Sumbu Horizontal Sumbu Vertikal

DESKRIPSI:          

Pada sayatan fosil dengan kode FB008 ini termasuk dalam Ordo Foraminifera

Bentonik dimana berdasarkan morfologi test fosil pada sayatan ini berupa Lenticular,

degan susunan kamar degan komposisi Hyalin dan Porselin serta Agglutined, tidak

terdapat Initial Chamber dan tidak terdapat kamar lateral pada kenampakan sayatan

Kehidupan dari fosil ini pada daerah Intermediet antara laut dangkal dengan laut

dalam.

UMUR :Eosen Akhir sampai Oligosen

10

Embrionic Chamber

Page 11: Laporan Foram Besar

UNIVERSITAS DIPONEGORO LABORATORIUM PALEONTOLOGI, GEOLOGI OPTIK, DAN GEOLOGI

Acara:

 Foraminifera Bentonik

LEMBAR DESKRIPSI MIKROFOSILNAMA FOSIL

Heterosgerina Sp.

NAMA PRAKTIKAN NIM Rombongan Kingdom : AnimaliaFilum : ProtozoaKelas : SarcodinaOrdo : ForaminiferaSub Ordo : RotalinaSuperfamili : NummultoideaFamili : NummulitidaeGenus : Heterosgerina

Angga widya p 21100110130071  1 (Satu) 

JENIS PERAGA FOSIL YANG DIAMATI

AYAKAN SAYATAN SMEAR LAIN-LAIN

 - FB07 - - 

Perbesaran :  

Sumbu Horizontal Sumbu Vertikal

DESKRIPSI:          

Pada sayatan fosil dengan kode FB07 ini termasuk dalam Ordo Foraminifera

Bentonik dimana mempunyai ciri-ciri diantaranya kamar berjumlah banyak

Multichamber, susunan kamar Uniserial, berdasarkan kamar lateral dari fosil ini

termasuk ke dalam ciri Arcuate dengan komposisi kamar tersusun atas Hyalin dan

berdasarkan bentuk test tergolong berbentuk Lensa (Millionit) Uniserial tanpa pilar

dan kamar sekunder yang dapat dilihat dari luar Kehidupan dari fosil ini pada daerah

Laut Dalam.

UMUR :Eosen Akhir sampai Holosen

11

Embrionic Chamber

Kamar Lateral

Page 12: Laporan Foram Besar

UNIVERSITAS DIPONEGORO LABORATORIUM PALEONTOLOGI, GEOLOGI OPTIK, DAN GEOLOGI

Acara:

 Foraminifera Bentonik

LEMBAR DESKRIPSI MIKROFOSILNAMA FOSIL

Asilina

NAMA PRAKTIKAN NIM Rombongan Kingdom : AnimaliaFilum : ProtozoaKelas : SarcodinaOrdo : ForaminiferaSub Ordo : RotalinaSuperfamili : Famili : Genus : Asilina

Angga widya p 21100110130071  1 (Satu) 

JENIS PERAGA FOSIL YANG DIAMATI

AYAKAN SAYATAN SMEAR LAIN-LAIN

 - FB009 - - 

Perbesaran :  

Sumbu Horizontal Sumbu Vertikal

DESKRIPSI:          

Pada sayatan fosil dengan kode FB009 ini termasuk dalam Ordo Foraminifera

Bentonik dimana berdasarkan morfologi test fosil pada sayatan ini berupa Lenticular

Test, degan susunan kamar degan komposisi Hyalin dan Agglutined, terdapat Initial

Chamber, Chamber Wall, Equatorial Chamber dan tidak terdapat kamar lateral pada

kenampakan sayatan. Terdapat kenampakan Pilar dan adanya Tuneral dengan

kenampakan putaran kamar Evolute Kehidupan dari fosil ini pada daerah Laut

Dangkal.

UMUR :Eosen Akhir

12

Embrionic Chamber

Page 13: Laporan Foram Besar

UNIVERSITAS DIPONEGORO LABORATORIUM PALEONTOLOGI, GEOLOGI OPTIK, DAN GEOLOGI

Acara:

 Foraminifera Bentonik

LEMBAR DESKRIPSI MIKROFOSILNAMA FOSIL

Lepydocyclina Sp.

NAMA PRAKTIKAN NIM Rombongan Kingdom : AnimaliaFilum : ProtozoaKelas : SarcodinaOrdo : ForaminiferaSub Ordo : RotalinaSuperfamili : OrbitoidaceaFamili : LepydocyclinidaeGenus :

Angga widya p 21100110130071  1 (Satu) 

JENIS PERAGA FOSIL YANG DIAMATI

AYAKAN SAYATAN SMEAR LAIN-LAIN

 - FB014 - - 

Perbesaran :  

Sumbu Horizontal Sumbu Vertikal

DESKRIPSI:          

Pada sayatan fosil dengan kode FB014 ini termasuk dalam Ordo Foraminifera

Bentonik dimana mempunyai ciri-ciri diantaranya kamar berjumlah banyak

Multichamber, susunan kamar Lateral Chamber, berdasarkan kamar lateral dari fosil

ini termasuk ke dalam ciri Sperulite dengan komposisi kamar tersusun atas Hyalin dan

berdasarkan bentuk test tergolong berbentuk Lensa (Millionit) Uniserial Kehidupan

dari fosil ini pada daerah Laut Dangkal (Abyssal).

UMUR :Eosen Akhir sampai Oligosen

13

Kamar Equatorial

Page 14: Laporan Foram Besar

BAB IV

PEMBAHASAN

Foraminifera merupakan salah satu ordo dari kelas Sarcodina, Phylum

Protozoa. Protozoa menyangkut semua binatang bersel tunggal yang kebanyakan

tidak mampu. Sedangkan cangkang atau penutup luar tubuhnya kecuali beberapa

kelas saja. Foraminifera besar ini termasuk ordo foraminifera ,benthonik

merupakan jenis foraminifera yang hidupnya tertambat di dasar laut, sehingga

tempat tinggal foram tersebut adalah di laut dalam. Fosil foraminifera benthonik

sering dipakai untuk penentuan lingkungan pengendapan, sedangkan fosil foram

benthonik besar dipakai untuk penentuan umur. Fosil benthonik ini sangat

berharga untuk penentuan lingkungan purba. Foraminifera benthonik memiliki

habitat pada dasar laut dengan cara hidup secara vagile (merambat/merayap) dan

sessile (menambat).

Pada kegiatan praktikum kali ini kita mengamati fosil dengan ukuran mikro,

dimana dalam kegiatan pengamatan menggunakan mikroskop polarisasi, dan

mengamati lima peraga sayatan fosil.

4.1. Sayatan FB 003

Peraga fosil yang diamati bernomor FB 003 ini dengan jenis

sayatandan termasuk ke dalam jenis foraminifera bentonik (foram besar).

Pengamaatan mikrofosil kali ini menggunkaan alat mikroskop polarisasi

karena ukuran fosil peraga yang mikroskopis ini terdapat beberapa ciri

kenampakan dari beberapa kondisi ciri fisik diantaranya berdasarkan

kenampakan ciri morfologi test pada mikrofosil pada sayatan ini berupa

bentuk test menyerupai bentukan jenis polythalamus.

Kemudian dari kenampakan ciri jumlah kamar pada sayatan peraga ini

memiliki kamar banyak multichamber. Dimana berdasarkan susunan

kamarnya pada sayatan peraga ini tergolong pada tipe triseria dimana

terdapat 3 baris pertumbuhan dari test secara melintang. Berdasarkan

komposisi test tergolong berkomposisi dari susunan hyalin dimana

14

Page 15: Laporan Foram Besar

kenampakan pada sayatan mikrofosil tersebut colourless yakni transparant

terhadap sinar. Berdasarkan ciri lainnya bentuk dari test pada sayatan

mikrofosil ini membentuk lensa lenticular dan terdapat adanya kenampakan

pilar, kemudian bentuknya spiral dan memiliki kamar sekunder yang kecil

dan dapat dilihat dari luar.

Umur foram besar tersebut berdasarkan ciri dan bentuknya

diperkirakan berumur eosen sampai oligosem, karena pada zaman ini suhu

mulai menghangat dam foraminifera bentonik jenis ini tumbuh pesat. Dan

lingkungan hidup dari foraminifera bentonik ini berdasarkan ciri – ciri yang

telah tertera di atas adalah di laut dalam dan hidup dengan cara vagile ataupun

sessile di dasar laut. Komposisi test yang tersusun oleh material gampingan

maka diprediksi hewan ini hidup di daerah laut dalam tepatnya pada daerah

bathyal atas dengan kedalaman sekitar 200 – 500 m yang masih berada dalam

zona CCD (calcite compensation depth) jadi kandungan kalsit masih

melimpah, dengan temperature hangat yang mempunyai kandungan karbonat

cukup jenuh. Temperatur lingkungan laut dimana organisme ini hidup relatif

tinggi karena kemampuan sinar matahari untuk menembus hingga dasar laut.

Sehingga mikroorganisme penghasil makanan (melalui fotosintesis) yang

menjadi mangsa mikrorganisme bentonik semacam organisme ini memiliki

jumlah yang melimpah. Pada kedalaman pada lingkungan foraminifera

bentonik ini, dengan ciri – ciri lingkungan yang kadar salinitasnya yang

cukup tinggi, dan kekeruhan air yang cukup tinggi dan lingkungan tersebut

memiliki energi gelombang yang tinggi. Dengan kondisi lingkungan yang

masih termasuk pada zona CCD (calcite compensation depth) maka dengan

kandungan kalsit atau karbonat yang tinggi maka proses fosilisasi yang terjadi

cukup tinggi, dimana mineral kalsit akan melindungi tubuh foraminifera

tersebut sehingga terfosilisasi.

Berdasarkan ciri tersebut dapat dikatakan bahwa lingkungan hidup

foraminifera ini pada daerah neritik luar sampai bathial tengah (100 - 1000

meter), dimana pada kedalaman yang sekian maka daerah tersebut ,masih

15

Page 16: Laporan Foram Besar

termasuk ke dalam daerah CCD sehingga masih ada kandungan karbonatnya.

Dari data-data diatas nama fosil tersebut adalah Numilites.

4.2 Sayatan FB 008

Peraga fosil yang diamati bernomor FB 008 ini dengan jenis sayatan dan

termasuk ke dalam jenis foraminifera bentonik (foram besar). Pengamaatan

mikrofosil kali ini menggunkaan alat mikroskop polarisasi karena ukuran fosil

peraga yang mikroskopis ini terdapat beberapa kondisi ciri fisik diantaranya

berdasarkan kenampakan ciri morfologi test pada mikrofosil pada sayatan ini

berupa bentuk test menyerupai bentukan jenis Arcuate.

Kemudian dari kenampakan ciri jumlah kamar pada sayatan peraga ini

memiliki kamar banyak multichamber. Dimana berdasarkan susunan

kamarnya pada sayatan peraga ini tergolong pada tipe Uniserial dimana

terdapat banyak baris pertumbuhan dari test secara melintang. Berdasarkan

komposisi test tergolong berkomposisi dari susunan hyalin dimana

kenampakan pada sayatan mikrofosil tersebut colourless yakni transparant

terhadap sinar mikroskop dan “porselin-silika” dengan kenampakan opak.

Berdasarkan ciri lainnya bentuk dari test pada sayatan mikrofosil ini

membentuk lensa lenticular tanpa adanya kenampakan pilar dikarenakan

kenampakannya yang secara horizontal, kemudian bentuknya spiral dan

memiliki kamar sekunder yang kecil dan dapat dilihat dari luar.

Umur foram besar tersebut berdasarkan ciri dan bentuknya

diperkirakan berumur eosen sampai oligosem, karena pada zaman ini suhu

mulai menghangat dam foraminifera bentonik jenis ini tumbuh pesat. Dan

lingkungan hidup dari foraminifera bentonik ini berdasarkan ciri – ciri yang

telah tertera di atas adalah di laut dalam dan hidup dengan cara vagile ataupun

sessile di dasar laut. Komposisi test yang tersusun oleh material gampingan

maka diprediksi hewan ini hidup di daerah laut dalam tepatnya pada daerah

bathyal atas dengan kedalaman sekitar 200 – 500 m yang masih berada dalam

zona CCD (calcite compensation depth) jadi kandungan kalsit masih

melimpah, dengan temperature hangat yang mempunyai kandungan karbonat

16

Page 17: Laporan Foram Besar

cukup jenuh. Temperatur lingkungan laut dimana organisme ini hidup relatif

tinggi karena kemampuan sinar matahari untuk menembus hingga dasar laut.

Sehingga mikroorganisme penghasil makanan (melalui fotosintesis) yang

menjadi mangsa mikrorganisme bentonik semacam organisme ini memiliki

jumlah yang melimpah. Pada kedalaman pada lingkungan foraminifera

bentonik ini, dengan ciri – ciri lingkungan yang kadar salinitasnya yang

cukup tinggi, dan kekeruhan air yang cukup tinggi dan lingkungan tersebut

memiliki energi gelombang yang tinggi. Dengan kondisi lingkungan yang

masih termasuk pada zona CCD (calcite compensation depth) maka dengan

kandungan kalsit atau karbonat yang tinggi maka proses fosilisasi yang terjadi

cukup tinggi, dimana mineral kalsit akan melindungi tubuh foraminifera

tersebut sehingga terfosilisasi.

Berdasarkan ciri tersebut dapat dikatakan bahwa lingkungan hidup

foraminifera ini pada daerah neritik luar sampai bathial tengah (100 - 1000

meter), dimana pada kedalaman yang sekian maka daerah tersebut ,masih

termasuk ke dalam daerah CCD sehingga masih ada kandungan karbonatnya.

Dari data-data diatas nama fosil tersebut adalah Asterocycliina.

4.3. Sayatan SB 07

Peraga fosil yang diamati bernomor SB 007 ini dengan jenis

sayatandan termasuk ke dalam jenis foraminifera bentonik (foram besar).

Pengamaatan mikrofosil kali ini menggunkaan alat mikroskop polarisasi

karena ukuran fosil peraga yang mikroskopis ini terdapat beberapa kondisi

ciri fisik diantaranya berdasarkan kenampakan ciri morfologi test pada

mikrofosil pada sayatan ini berupa bentuk test menyerupai bentukan jenis

Arcuate.

Kemudian dari kenampakan ciri jumlah kamar pada sayatan peraga ini

memiliki kamar banyak multichamber. Dimana berdasarkan susunan

kamarnya pada sayatan peraga ini tergolong pada tipe Uniserial dimana

terdapat banyak baris pertumbuhan dari test secara melintang. Berdasarkan

komposisi test tergolong berkomposisi dari susunan Hyalin dimana

17

Page 18: Laporan Foram Besar

kenampakan pada sayatan mikrofosil tersebut colourless yakni transparant

terhadap sinar mikroskop.

Berdasarkan ciri lainnya bentuk dari test pada sayatan mikrofosil ini

membentuk lensa Millionit tanpa adanya kenampakan pilar, kemudian

bentuknya spiral dan memiliki kamar sekunder yang kecil dan dapat dilihat

dari luar.

Umur foram besar tersebut berdasarkan ciri dan bentuknya

diperkirakan berumur eosen sampai holosem, karena pada zaman ini suhu

mulai menghangat dam foraminifera bentonik jenis ini tumbuh pesat. Dan

lingkungan hidup dari foraminifera bentonik ini berdasarkan ciri – ciri yang

telah tertera di atas adalah di laut dalam dan hidup dengan cara vagile ataupun

sessile di dasar laut. Komposisi test yang tersusun oleh material gampingan

maka diprediksi hewan ini hidup di daerah laut dalam tepatnya pada daerah

bathyal atas dengan kedalaman sekitar 200 – 500 m yang masih berada dalam

zona CCD (calcite compensation depth) jadi kandungan kalsit masih

melimpah, dengan temperature hangat yang mempunyai kandungan karbonat

cukup jenuh. Temperatur lingkungan laut dimana organisme ini hidup relatif

tinggi karena kemampuan sinar matahari untuk menembus hingga dasar laut.

Sehingga mikroorganisme penghasil makanan (melalui fotosintesis) yang

menjadi mangsa mikrorganisme bentonik semacam organisme ini memiliki

jumlah yang melimpah. Pada kedalaman pada lingkungan foraminifera

bentonik ini, dengan ciri – ciri lingkungan yang kadar salinitasnya yang

cukup tinggi, dan kekeruhan air yang cukup tinggi dan lingkungan tersebut

memiliki energi gelombang yang tinggi. Dengan kondisi lingkungan yang

masih termasuk pada zona CCD (calcite compensation depth) maka dengan

kandungan kalsit atau karbonat yang tinggi maka proses fosilisasi yang terjadi

cukup tinggi, dimana mineral kalsit akan melindungi tubuh foraminifera

tersebut sehingga terfosilisasi.

Berdasarkan ciri tersebut dapat dikatakan bahwa lingkungan hidup

foraminifera ini pada daerah neritik luar sampai bathial tengah (100 - 1000

meter), dimana pada kedalaman yang sekian maka daerah tersebut ,masih

18

Page 19: Laporan Foram Besar

termasuk ke dalam daerah CCD sehingga masih ada kandungan karbonatnya.

Dari data-data diatas nama fosil tersebut adalah Heterosgerina Sp.

4.4. Sayatan FB 009

Peraga fosil yang diamati bernomor FB 009 ini dengan jenis

sayatandan termasuk ke dalam jenis foraminifera bentonik (foram besar).

Pengamaatan mikrofosil kali ini menggunkaan alat mikroskop polarisasi

karena ukuran fosil peraga yang mikroskopis ini terdapat beberapa kondisi

ciri fisik diantaranya berdasarkan kenampakan ciri morfologi test pada

mikrofosil pada sayatan ini berupa bentuk test menyerupai bentukan jenis

lenticular.

Kemudian dari kenampakan ciri jumlah kamar pada sayatan peraga ini

memiliki kamar banyak multichamber. Juga terdapat kenampakan Initial

Chamber, Chamber Wall, Equatorial Chamber dan tidak terdapat

kenampakan kamar lateral. Dimana berdasarkan susunan kamarnya pada

sayatan peraga ini tergolong pada tipe Uniserial dimana terdapat banyak baris

pertumbuhan dari test secara melintang. Berdasarkan komposisi test tergolong

berkomposisi dari susunan hyalin dimana kenampakan pada sayatan

mikrofosil tersebut colourless yakni transparant terhadap sinar mikroskop dan

didominasi dengan agglutined dengan kenampakan semacam butiran yang

berkerumun dimana ini merupakan akumulasi kumpulan pecahan cangkang.

Berdasarkan ciri lainnya bentuk dari test pada sayatan mikrofosil ini

membentuk lensa “lenticular” tanpa adanya kenampakan pilar, kemudian

bentuknya spiral dan memiliki kamar sekunder yang kecil dan dapat dilihat

dari luar. Juga terdapat adanya ciri kenampakan putaran kamar evolute.

Umur foram besar tersebut berdasarkan ciri dan bentuknya

diperkirakan berumur eosen akhir, karena pada zaman ini suhu mulai

menghangat dam foraminifera bentonik jenis ini tumbuh pesat. Dan

lingkungan hidup dari foraminifera bentonik ini berdasarkan ciri – ciri yang

telah tertera di atas adalah di laut dalam dan hidup dengan cara vagile ataupun

sessile di dasar laut. Komposisi test yang tersusun oleh material gampingan

19

Page 20: Laporan Foram Besar

maka diprediksi hewan ini hidup di daerah laut dalam tepatnya pada daerah

bathyal atas dengan kedalaman sekitar 200 – 500 m yang masih berada dalam

zona CCD (calcite compensation depth) jadi kandungan kalsit masih

melimpah, dengan temperature hangat yang mempunyai kandungan karbonat

cukup jenuh. Temperatur lingkungan laut dimana organisme ini hidup relatif

tinggi karena kemampuan sinar matahari untuk menembus hingga dasar laut.

Sehingga mikroorganisme penghasil makanan (melalui fotosintesis) yang

menjadi mangsa mikrorganisme bentonik semacam organisme ini memiliki

jumlah yang melimpah. Pada kedalaman pada lingkungan foraminifera

bentonik ini, dengan ciri – ciri lingkungan yang kadar salinitasnya yang

cukup tinggi, dan kekeruhan air yang cukup tinggi dan lingkungan tersebut

memiliki energi gelombang yang tinggi. Dengan kondisi lingkungan yang

masih termasuk pada zona CCD (calcite compensation depth) maka dengan

kandungan kalsit atau karbonat yang tinggi maka proses fosilisasi yang terjadi

cukup tinggi, dimana mineral kalsit akan melindungi tubuh foraminifera

tersebut sehingga terfosilisasi.

Berdasarkan ciri tersebut dapat dikatakan bahwa lingkungan hidup

foraminifera ini pada daerah neritik luar sampai bathial tengah (100 - 1000

meter), dimana pada kedalaman yang sekian maka daerah tersebut ,masih

termasuk ke dalam daerah CCD sehingga masih ada kandungan karbonatnya.

Dari data-data diatas nama fosil tersebut adalah Asilina.

4.5. Sayatan FB 014

Peraga fosil yang diamati bernomor FB 014 ini dengan jenis

sayatandan termasuk ke dalam jenis foraminifera bentonik (foram besar).

Pengamaatan mikrofosil kali ini menggunkaan alat mikroskop polarisasi

karena ukuran fosil peraga yang mikroskopis ini terdapat beberapa kondisi

ciri fisik diantaranya berdasarkan kenampakan ciri morfologi test pada

mikrofosil pada sayatan ini berupa bentuk test menyerupai bentukan jenis

Arcuate.

20

Page 21: Laporan Foram Besar

Kemudian dari kenampakan ciri jumlah kamar pada sayatan peraga ini

memiliki kamar banyak multichamber. Dimana berdasarkan susunan

kamarnya pada sayatan peraga ini tergolong pada tipe triserial dimana

terdapat 3 baris pertumbuhan dari test secara melintang. Berdasarkan

komposisi test tergolong berkomposisi dari susunan hyalin dimana

kenampakan pada sayatan mikrofosil tersebut colourless yakni transparant

terhadap sinar mikroskop dan didominasi dengan porselin-silika dengan

kenampakan opak.

Berdasarkan ciri lainnya bentuk dari test pada sayatan mikrofosil ini

membentuk lensa lenticular tanpa adanya kenampakan pilar, kemudian

bentuknya spiral dan memiliki kamar sekunder yang kecil dan dapat dilihat

dari luar.

Umur foram besar tersebut berdasarkan ciri dan bentuknya

diperkirakan berumur eosen akhir sampai holosen, karena pada zaman ini

suhu mulai menghangat dam foraminifera bentonik jenis ini tumbuh pesat.

Dan lingkungan hidup dari foraminifera bentonik ini berdasarkan ciri – ciri

yang telah tertera di atas adalah di laut dalam dan hidup dengan cara vagile

ataupun sessile di dasar laut. Komposisi test yang tersusun oleh material

gampingan maka diprediksi hewan ini hidup di daerah laut dalam tepatnya

pada daerah bathyal atas dengan kedalaman sekitar 200 – 500 m yang masih

berada dalam zona CCD (calcite compensation depth) jadi kandungan kalsit

masih melimpah, dengan temperature hangat yang mempunyai kandungan

karbonat cukup jenuh. Temperatur lingkungan laut dimana organisme ini

hidup relatif tinggi karena kemampuan sinar matahari untuk menembus

hingga dasar laut. Sehingga mikroorganisme penghasil makanan (melalui

fotosintesis) yang menjadi mangsa mikrorganisme bentonik semacam

organisme ini memiliki jumlah yang melimpah. Pada kedalaman pada

lingkungan foraminifera bentonik ini, dengan ciri – ciri lingkungan yang

kadar salinitasnya yang cukup tinggi, dan kekeruhan air yang cukup tinggi

dan lingkungan tersebut memiliki energi gelombang yang tinggi. Dengan

kondisi lingkungan yang masih termasuk pada zona CCD (calcite

21

Page 22: Laporan Foram Besar

compensation depth) maka dengan kandungan kalsit atau karbonat yang

tinggi maka proses fosilisasi yang terjadi cukup tinggi, dimana mineral kalsit

akan melindungi tubuh foraminifera tersebut sehingga terfosilisasi.

Berdasarkan ciri tersebut dapat dikatakan bahwa lingkungan hidup

foraminifera ini pada daerah neritik luar sampai bathial tengah (100 - 1000

meter), dimana pada kedalaman yang sekian maka daerah tersebut ,masih

termasuk ke dalam daerah CCD sehingga masih ada kandungan karbonatnya.

Dari data-data diatas nama fosil tersebut adalah Lepydocyclina Sp.

22

Page 23: Laporan Foram Besar

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan setelah dilakukan pengamatan fosil yang berbentuk pada

sayatan pada praktikum Foraminifera Besar ini dapat disimpulkan dari hasil

deskripsi pengamatan bahwa :

Dari pengamatan yang telah dilakukan pada Sayatan Peraga nomor FB 003

ini dapat diklasifikasikan termasuk kedalam Foram Besar dengan nama

Numilites

Dari pengamatan yang telah dilakukan pada Sayatan Peraga nomor FB 008

ini dapat diklasifikasikan termasuk kedalam Foram Besar dengan

namaAsterocycliina

Dari pengamatan yang telah dilakukan pada Sayatan Peraga nomor FB 07

ini dapat diklasifikasikan termasuk kedalam Foram Besar dengan

namaHeterosgerina Sp.

Dari pengamatan yang telah dilakukan pada Sayatan Peraga nomor FB 009

ini dapat diklasifikasikan termasuk kedalam Foram Besar dengan

namaAsilina

Dari pengamatan yang telah dilakukan pada Sayatan Peraga nomor FB 014

ini dapat diklasifikasikan termasuk kedalam Foram Besar dengan nama

Lepydocyclina Sp

23

Page 24: Laporan Foram Besar

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Foraminifera. Online (http://id.wikipedia.org/wiki/Foraminifera).

Diakses pada 25 November 2012 pukul 19.00 WIB

Anonim, 2012. Foraminifera. Online

(http://species.wikimedia.org/wiki/Foraminifera). Diakses pada 25

November 2012 pukul 19.05 WIB

Anonim, 2012. Foraminifera. Online

(http://www.scribd.com/doc/70946025/Paper-Foram). Diakses pada 25

November 2012 pukul 19.00 WIB

Anonim, 2012. Foraminifera. Online

(http://febryannugroho.wordpress.com/tag/foram-besar/). Diakses pada

25 November 2012 pukul 19.00 WIB

Anonim, 2012. Foraminifera. Online

http://weiminhan.wordpress.com/2012/05/16/foraminifera/). Diakses pada

25 November 2012 pukul 19.00 WIB

Rahardjo,Wartono.Saragih,Kristupa W.Akmaludin. 2000 . Buku Pedoman

Praktikum Paleontologi. Yogyakarta: UGM.

Rubiyanto. 1994. Mikropaleontologi. Pusat Pengembangan Geologi Kelautan:

ITB.

24