contoh laporan besar dpt

34
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan dalam budidaya tanaman sangat di pengaruhi oleh populasi hama dan penyakit yang menyerang. Populasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman budidaya dapat ditekan oleh hidupnya organisme - organisme yang termasuk dalam kelas serangga yang berperan sebagai musuh alami diantaranya terkelompok sebagai parasitoid, pathogen dan predator. Ada beberapa serangga yang menguntungkan, laba-laba dan pathogen yang menyerang serangga hama. Spesies-spesies yang menguntungkan tersebut sering mengontrol serangan hama, khususnya pada tempat-tempat yang bebas atau terhindar dari pengaruh penggunaan pestisida. Tanpa adanya spesies-spesies yang menguntungkan ini serangga hama akan perbanyakan dengan cepat yang secara lengkap akan menghabiskan tanaman budidaya di lahan. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang terdiri dari hama, penyakit dan gulma, merupakan kendala utama dalam budidaya tanaman. Organisme pengganggu tanaman ini pada suatu lahan pertanian sangat mengganggu laju pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan, ini dikarenakan antara tanaman yang dibudidayakan dengan OPT ini bersaing untuk mendapatkan makanan, serat dan tempat perlindungan, maka dari itu untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan upaya pengendalian yang terpadu demi menjaga kualitas tanaman tersebut. Permasalahan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kendala utama dalam peningkatan dan pemantapan produksi tanaman pangan. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi pengendalian OPT, maka upaya penerapan pengendalian secara terpadu diharapkan semakin baik, meluas dan memasyarakat. Teknologi tersebut selanjutnya berkembang menjadi teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Teknologi ini harus dapat disebarluaskan melalui komunikasi pembangunan karena teknologi pengendalian hama terpadu yang merupakan salah satu teknologi yang dapat menjamin produktivitas, nilai ekonomi usahatani dan dapat mempertahankan kelestarian ekosistem.

Upload: arinda-dinning-staria

Post on 18-Jan-2016

67 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Dasar Perlindungan Tanaman

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh Laporan Besar DPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Keberhasilan dalam budidaya tanaman sangat di pengaruhi oleh populasi hama dan penyakit yang

menyerang. Populasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman budidaya dapat ditekan oleh hidupnya

organisme - organisme yang termasuk dalam kelas serangga yang berperan sebagai musuh alami diantaranya

terkelompok sebagai parasitoid, pathogen dan predator. Ada beberapa serangga yang menguntungkan, laba-laba

dan pathogen yang menyerang serangga hama. Spesies-spesies yang menguntungkan tersebut sering mengontrol

serangan hama, khususnya pada tempat-tempat yang bebas atau terhindar dari pengaruh penggunaan pestisida.

Tanpa adanya spesies-spesies yang menguntungkan ini serangga hama akan perbanyakan dengan cepat yang

secara lengkap akan menghabiskan tanaman budidaya di lahan.

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang terdiri dari hama, penyakit dan gulma, merupakan

kendala utama dalam budidaya tanaman. Organisme pengganggu tanaman ini pada suatu lahan pertanian sangat

mengganggu laju pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan, ini dikarenakan antara tanaman yang

dibudidayakan dengan OPT ini bersaing untuk mendapatkan makanan, serat dan tempat perlindungan, maka dari

itu untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan upaya pengendalian yang terpadu demi menjaga kualitas

tanaman tersebut.

Permasalahan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kendala utama dalam peningkatan

dan pemantapan produksi tanaman pangan. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi

pengendalian OPT, maka upaya penerapan pengendalian secara terpadu diharapkan semakin baik, meluas dan

memasyarakat. Teknologi tersebut selanjutnya berkembang menjadi teknologi Pengendalian Hama Terpadu

(PHT). Teknologi ini harus dapat disebarluaskan melalui komunikasi pembangunan karena teknologi

pengendalian hama terpadu yang merupakan salah satu teknologi yang dapat menjamin produktivitas, nilai

ekonomi usahatani dan dapat mempertahankan kelestarian ekosistem.

Keberadaan hama dan penyakit sendiri dapat di tekan dengan sistem pertanaman polikultur atau

tumpang sari. Sistem ini lebih dapat menekan populasi hama dan penyakit dibandingkan dengan sistem

monokultur (menanam hanya dengan satu jenis tanaman). Selanjutnya akan di bahas lebih lanjut mengenai

semua aspek dalam budidaya berdasarkan hasil observasi di lahan pertanian.

Penggunaan pestida yang kurang bijaksana seringkali menimbulkan masalah kesehatan, Pembangunan

penyakit tumbuhan secara hayati merupakan salah satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) yang

sesuai untuk menunjang pertanian berkelanjutan karena pengendalian ini lebih selektif (tidak merusak

organisme yang berguna dan manusia) dan lebih berwawasan lingkungan. Pengendalian hayati berupaya

memanfaatkan mikroorganisme hayati dan proses-proses alami. Aplikasi pengendalian hayati harus kompatibel

dengan peraturan (karantina), pengendalian dengan jenis tahan, pemakaian pestisida dan lain-lain.

Perkembangan hasil penelitian tentang berbagai agensia hayati yang bermanfaat untuk mengendalikan

patogen pada tanaman, sebenarnya sudah cukup menggembirakan, walaupun masih relatif sedikit yang dapat

Page 2: Contoh Laporan Besar DPT

digunakan secara efektif di lapangan. Komponen ini jelas berperan dalam peningkatan peranan Fitopatologi

Indonesia dalam pengamanan produksi dan pelestarian lingkungan.

1.2  Tujuan

1.2.1   Mengetahui Jenis tanaman apa saja yang terdapat di lahan.

1.2.2   Mengetahui cara pengolahan tanah yang diterapkan pada lahan.

1.2.3   Mengetahui jenis pupuk dan pestisida yang digunakan pada lahan.

1.2.4   Mengetahui penggunaan mulsa pada lahan.

1.2.5   Mengetahui pola tanam yang diterapkan pada lahan.

1.2.6   Mengetahui OPT, Musuh Alami, dan Organisme Tanah yang terdapat di lahan.

1.2.7   Mengetahui cara pengendalian OPT pada lahan.

1.3  Manfaat

1.3.1   Kita dapat mengetahui tanaman apa saja yang terdapat di lahan.

1.3.2   Kita mengetahui cara pengolahan tanah yang diterapkan di lahan.

1.3.3   Kita mengetahui penggunaan pupuk dan pestisida yang digunakan pada lahan.

1.3.4   Kita mengetahui penggunaan mulsa pada lahan.

1.3.5   Kita mengetahui pola tanam yang diterapkan pada lahan.

1.3.6   Kita mengetahui OPT, Musuh Alami, dan Organisme Tanah yang terdapat di Lahan.

1.3.7   Kita mengetahui cara pengendalian OPT di lahan

Page 3: Contoh Laporan Besar DPT

BAB II

METODOLOGI

2.1 Tempat dan waktu

Fieldtrip ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 11 Mei 2013,  yang bertempat di Dusun Sumberbrantas Desa

Jurang RT 02 RW 06, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Malang.

2.2 Alat dan Bahan + fungsi

a)   Alat

1. Alat tulis     : untuk mencatat hasil pengamatan dan  hasil survey dengan                          petani

2. Kamera       : untuk mendokumentasikan hasil yang didapat

3. Kuisioner    : untuk tempat mencatat hasil wawancara dengan petani

b) Bahan

Lahan pertanian (tegal) : Sebagai objek pengamatan

2.3 Pengamatan

2.3.1 Pengamatan Hama

Metode yang dilakukan untuk mengamati hama yang terdapat pada lahan yang diamati adalah dengan

melihat dan mengamati keberadaan hama secara langsung. Untuk alur kerjanya adalah sebagai berikut.

Analisis Kerja

Dalam pengamatan organisme hama, kita perlu mempersiapkan alat serta bahan yang akan digunakan

untuk pengamatan yang terdiri dari alata tulis, kamera, dan kertas kuisioner. Langkah pertama yang harus kita

lakukan yaitu mengamati beberapa sampel tanaman budidaya kentang yang ada di lahan. Selanjutnya,

mengamati tanaman tersebut secara dekat untuk mengetahui organisme hama apa saja yang terdapat pada

tanaman tersebut. Lalu, mengidentifikasi setiap hama yang ada. Setelah itu, mendokumentasikan setiap

organisme hama tersebut dengan menggunakan kamera.

2.3.2 Pengamatan Penyakit

Metode yang dilakukan untuk mengamati penyakit pada tanaman yang terdapat pada lahan yang

diamati adalah dengan melihat dan mengamati keberadaan penyakit dilihat dari tanda dan gejalanya secara

langsung. Untuk alur kerjanya adalah sebagai berikut.

Analisis Kerja

Dalam pengamatan penyakit, kita perlu mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

pengamatan. Alat dan bahan tersebut adalah alat tulis, kamera, dan kertas kuisioner. Langkah pertama yang

dilakukan yaitu melihat tanaman secara dekat untuk melihat apakah ada tanda dan gejala penyakit yang

ditimbulkan pada tanaman tersebut. Lalu, setelah menemukan tanda dan gejala penyakit yang ada melakukan

Page 4: Contoh Laporan Besar DPT

identifikasi tanda dan gejala yang ditemukan tersebut. Dokumentasikan hasil yang telah diidentifikasi dengan

menggunakan kamera.

2.3.3 Pengamatan Musuh Alami

Metode yang dilakukan untuk mengamati musuh alami yang terdapat pada lahan yang diamati adalah

dengan melihat dan mengamati keberadaan musuh alami secara langsung. Untuk alur kerjanya adalah sebagai

berikut;

Analisis Kerja

Musuh alami adalah organisme menguntungkan yang dapat membasmi, mengurangi maupun menekan

populasi hama pada suatu lahan. Sebelum pengamatan lahan dilaksanakan, kami terlebih dahulu melakukan

wawancara kepada bapak Noto Utomo yang sebagai nara sumber fieldtrip kami. Kemudian melakukan

pengamatan populasi musuh alami dengan cara pengamatan langsung. Setelah menemukan musuh alami yang

ada, spesimen didokumentasikan.  Berdasarkan hasil pengamatan kami, ditemukan beberapa musuh alami yang

menguntungkan, yakni kumbang kubah spot M dan tomcat.

2.3.4 Pengamatan Faktor Edafik (Pengolahan Tanah)

Metode yang dilakukan untuk mengamati faktor edafik pada lahan yang diamati adalah dengan

wawancara secara langsung kepada narasumber. Untuk alur kerjanya adalah sebagai berikut

Analisis Kerja

        Dalam pengamatan kali ini, langkah pertama untuk melakukan pengamatan faktor edafik adalah

menyiapkan alat dan bahan, lalu mewawancarai narasumber dan mencatat hasil wawancara.

2.3.5 Pengamatan Penggunaan Pestisida

Metode yang dilakukan untuk mengamati penggunaan pestisida pada lahan yang diamati adalah dengan

wawancara secara langsung kepada narasumber. Untuk alur kerjanya adalah sebagai berikut

Analisis Kerja

Dalam pengamatan kali ini, langkah pertama untuk mengamati pola penggunaan pestisida adalah

menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Selanjutnya mewawancarai narasumber untuk mengetahui pola

penggunaan pestisida.

2.3.6 Pengamatan Penggunaan Varietas Tahan

Metode yang dilakukan untuk mengamati penggunaan varietas tahan pada lahan yang diamati adalah

dengan wawancara secara langsung kepada narasumber. Untuk alur kerjanya adalah sebagai berikut

Analisis Kerja

Hal yang dilakukan pertama kali untuk praktikum ini yaitu menyiapkan alat tulis dan kuisioner.

Kemudian mulai mengadakan kegiatan wawancara kepada narasumber yaitu Bapak Noto Utomo

untuk mendapatkan informasi mengenai ada atau tidaknya penggunaan varietas tahan pada sistem budidaya

tanaman kentang bapak Noto Utomo.

Page 5: Contoh Laporan Besar DPT

BAB III

Kondisi Wilayah Umum

3.1 Lokasi Fieldtrip

Lokasi fieldtrip yang kelompok kami lakukan pada hari Sabtu, 11 Mei 2013, adalah pada desa

Sumberbrantas tepatnya pada Dusun Jurang RT 02 RW 06, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Malang. Lokasi

pengamatan di daerah Sumberbrantas ini adalah berupa lahan pertanian milik kelompok tani seluas 200 hektar,

dengan ketinggian lahan pertanian tersebut terletak pada ketinggian 1691m diatas permukaan laut.

3.2 Latar Belakang Petani

Desa Sumber Brantas Dusun Jurangwali Kecamatan Bumiaji Kabupaten Malang terkenal dengan

bermacam – macam komoditas yang dibudidayakan. Seperti wortel, kentang, kubis, paprika dan lain-lain.

Tepatnya hari sabtu kami melakukan wawancara dengan salah satu petani yang ada di desa Sumber Brantas

yang bernama Bapak Noto Utomo. Salah satu petani yang menanam komoditas kentang, kubis, wortel dan

paprika. Dari menanam komoditas tersebut, hasil produksi dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

sehari – hari.

Desa Sumber Brantas mempunyai Kelompok Tani yang sifatnya berbagi pengalaman antara satu petani

dengan petani lainnya dalam pengelolahan usaha tani. Dalam kelompok tani Anjasmoro 01 Pak Noto utomo

mempunyai kepercayaan dalam melakukan aktivitas pertanian menjadi bendahara. 

3.3 Sejarah Penggunaan Lahan

Gambaran sejarah lahan yang digunakan oleh Bapak Noto Utomo adalah merupakan lahan tegalan

milik kelompoktani Anjasmoro seluas 200 hektare, sedangkan Bapak Noto Utomo hanya mengelola lahan tegal

tersebut seluas 1 hektare saja Dimana pada saat  pengelolaan yang dilakukan oleh Bapak Noto Utomo ini

dimanfaatkan untuk penanaman tanaman dataran tinggi yang berupa tanaman hortikultura yang mengacu pada

jenis sayuran seperti kubis, kentang, dan paprika, tetapi paprika yang ia tanam dibudidayakan pada green house

Page 6: Contoh Laporan Besar DPT

bukan pada lahan tegalan. Sebelumnya pak Notoutomo menanaminya dengan tanaman wortel. Pergantian jenis

tanaman tersebut diharapkan dapat mengurangi jenis hama yang menyerang sebelumnya. Namun, hama dan

tanaman budidaya tidak dapat dipisahkan walaupun diadakan pergantian jenis tanaman yang baru tetap saja

hama tersebut menyerang tanaman yag ada sekarang. Hama-hama tersebut adalah thrips sp, plurella, dan ulat

grayak yang sangat merugikan petani. Dengan jenis tanah yang ada adalah berupa tanah andosol dengan tekstur

debu dan strukturnya remah, solum yang tebal. Dalam pengelolaan lahannya ia menerapkan sistem rotasi pada

kentang dan kubis. Dimana, setelah dua kali menanam kentang dan panen lalu ia menanam kubis lalu

menggantinya lagi dengan wortel. Pergiliran tanaman atau  rotasi tanaman ini dimaksudkan untuk

memperlambat tingginya tingkat erosi, meningkatkan produksi tanaman, memanfaatkan tanah-tanah yang

kosong, memperkaya variasi menu petani, dan yang paling utama adalah memperkecil resiko kegagalan panen

yang terjadi.

3.4 Penggunaan Lahan

3.4.1 Jenis Penggunaan Lahan

Tegal dengan luas 1 hektar yang digunakan oleh Bapak Noto Utomo untuk bercocok

tanam tersebut  merupakan lahan dari pembagian Kelompok tani Anjasmoro I. Sebelum lahan tersebut ditanami

dengan tanaman kentang Pak Noto menanaminya dengan tanaman wortel. Selain itu Bapak Noto menanaminya

dengan varietas tahan, yaitu kubis, dan paprika. Namun, paprika tersebut ditanam didalam green house.Tujuan

budidaya Bapak Noto sendiri dengan tujuan seperti halnya petani pada umumnya, yaitu untuk dijual dan

memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Akan tetapi ada juga yang dibudidayakan untuk dikonsumsi

sendiri.

3.4.2 Sistem Budidaya

Sistem budidaya yang digunakan oleh Bapak Noto adalah sistem monokultur, yaitu menanam satu jenis

tanaman pada suatu lahan dan dalam waktu yang sama dengan barisan-barisan teratur.  Cara pengolahannya

sangat sederhana yaitu dengan hanya menggunakan cangkul untuk olah tanah. Begitu juga dengan pemberian

pupuk, tanah hanya diolah dengan cangkul. Dalam pemberian pupuk tanaman monokultur ini setiap 90 hari

sekali tiap panen. Pada lahan tersebut terdapat rotasi tanaman apabila setelah panen kentang, ganti menanam

kubis, ganti wortel, dan lain-lain. Petani selain menggunakan pupuk juga menggunakan pestisida yang diberikan

penyemprotan pada pagi hari. Pak Noto juga menggunakan mulsa organik atau jerami dan mulsa sintetis atau

mulsa hitam perak apabila kemarau perak diletakkan diatas dan hitam diletakkan dibawah. Apabila musim hujan

hitam dibawah dan perak diatas. Dalam budidaya tanaman dan pengolahan lahan tentunya tidak lupa dengan

penggunaan pupuk sebagai bahan yang dapat membantu penyuburan tanah maupun tanaman. Dalam budidaya

tanaman monokultur ini petani menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, baik berupa

padatan (feces) yang bercampur sisa makanan, ataupun air kencing (urine) dan pestisida kimia contohnya ZA,

SP36, Urea, NPK dan ponska yang didapat dari subsidi pemerintah. 

3.4.3 Tanaman Budidaya

Page 7: Contoh Laporan Besar DPT

Tanaman yang dibudidayakan pada lahan tegal yang dikelola oleh Bapak Notoutomo adalah jenis

tanaman dataran tinggi yaitu tanaman  hortikultura tetapi cenderung mengarah kepada jenis tanaman sayur-

sayuran, dengan macamnya yaitu: kentang, kubis, paprika,wortel dll. Menurut beliau pemilihan jenis tanaman

sayuran tersebut didasarkan pada lokasi atau tempat yang sesuai untuk dibudidayakannya oleh karena, desa

Sumberberantas merupakan daerah dataran tinggi sehingga cocok sekali untuk ditanami taaman sejenis sayur-

sayuran, selain itu tingginya permintaan sayur-sayuran dipasar sangat lah tinggi dan harga yang ada dipasaran

pun juga sangatlah tinggi, sehingga dapat memberikan keuntungan bagi beliau, hal itulah yang mendorong

bapak Notokusumo untuk memilih jenis sayur-sayuran.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Page 8: Contoh Laporan Besar DPT

4.1.1 Hama yang ditemukan

Hama yang ditemukan Ciri-ciri Gejala dan tanda

Aphids sp

(Matnawy, 1989)

     Tubuh pipih

     Ukuran sangat kecil

     Tipe mulut penghisap

     Antena panjang

Memilki 3 pasang tungkai

      Daun

menggulung atau

melekuk

      Daun berwarna

kekuningan

          

Thrips

(Matnawy, 1989)

   Thrips dewasa berwarna

kekuningan, coklat merah

ataupun coklat kehitam-

hitaman dengan

panjang 1,0 mm – 1,2 mm

   Memiliki

dua pasang sayap,

sayap berumbai-rumbai

dengan rambut,

sayap depan lebih panjang

dari  pada sayap belakang

    Bersifat polyfag,

serangga yang 

memakan banyak

jenis (spesies)

tanaman dari

berbagai famili

tanaman.

Ulat grayak

(Matnawy, 1989)

    Pada umumnya terdapat

bintik hitam arah lateral

pada setiap ruas abdomen.

     

      daun menjadi

transparan

dan dari jauh

tampak berwarna

keputih-putihan,

sedang tulang-

tulang daun dan

efidermis bagian

atas

tidak dimakan

Perbandingan dengan literature

            Menurut literature “Hama dan Penyakit pada Tanaman Kentang”, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Sulawesi Selatan. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kentang adalah serangan hama dan penyakit

utama. beberapa hama tanaman kentang yang Kutu Daun (Myzus persicae, Aphids spp), Ulat Penggerek Daun

(Phthorimaea operculella Zell).

            Kutu daun merupakan vektor penting yang dapat menularkan penyakit virus menggulung daun kentang

(Potato Leaf Roll Virus/PLRV) dan virus Y (Potato Virus Y/PVY). Gejala serangan penyakit virus tersebut

Page 9: Contoh Laporan Besar DPT

adalah daun-daun kentang menggulung ke atas (PLRV) atau kekuning-kuningan (gejala mosaik) karena

serangan PVY.

            Pada ulat Penggerek daun/umbi (Phthorimaea operculella Zell), daun yang terserang terlihat berwarna

merah tua dan nampak adanya jalinan seperti benang yang membungkus ulat kecil berwarna kelabu. Kadang-

kadang daun kentang menggulung yang disebabkan oleh ulat yang merusak permukaan daun sebelah atas,

bersembunyi dalam gulungan daun tersebut. Gejala serangan pada umbi dapat dilihat dengan adanya kotoran

yang berwarna coklat tua pada kulit umbi. Apabila umbi tersebut dibelah akan kelihatan alur-alur yang dibuat

oleh ulat sewaktu memakan umbi. Larva berwarna putih sampai kuning, tetapi dapat pula berwarna kehijau-

hijauan. Larva memakan daun dengan cara membuat alur-alur pada daun atau membuat lubang dan lorong pada

umbi. Kerusakan berat pada pertanaman kentang sering terjadi pada musim kemarau. Di dalam gudang

penyimpanan, hama tersebut merusak bibit kentang yang disimpan selama 3 – 5 bulan sebelum tanam. Selain

kentang tanaman inang hama ini adalah tanaman tomat, kecubung, bit gula, terung dan tembakau.

         Sedangkan pada penelitian yang kami lakukan pada desa Sumber brantas dan dari keterangan Bapak

Notou tomo, salah satu pemilik lahan kentang, hama yang paling banyak adalah mesos, mesos menyerang pada

daun – daunnya. Selain itu juga terdapat  ulat grayak dan penggerek, dan thrips. Semua hama tersebut

merugikan produktivitas tanaman kentang.

4.1.2 Penyakit yang ditemukan

Penyakit yang ditemukan Gejala dan tanda

Phytoptera infenstan

(Matnawy, 1989)

    Gejala pada tingkat awal

timbul bercak nekrotik pada

bagian tepi dan ujung daun

    Gejala pada tingkat lanjut

muncul bercak-bercak

nekrotik yang berkembang

ke seluruh daun tanaman

dan menyebabkan kematian

Perbandingan dengan literature

               Berdasarkan literature yang kami dapat yang berjudul “Searching for a Balance: Environmental

Concerns and Potential Benefits of Trangenic Crops in Centers of Origin and Diversity” karya Iva Virgin and

Robert Frederick. Menyatakan bahwa Sifat tahan jamur, perlawanan terhadap blight late (phytopterainfestans)

menerima mos diskusi. Peserta setuju bahwa tanaman transgenik kentang tahan terhadap blight late akan higly

bermanfaat untuk Amerika latin, meningkatkan produktivitas dan mengurangi kebutuhan untuk fungisida. Petani

skala kecil maupun besar akan menguntungkan. Sudah ada spesies di kolam gen liar Solanum bahwa tahan

terhadap blight late, jadi transfer gen perlawanan tidak akan secara dramatis mempengaruhi populasi liar.

4.1.3 Pengaruh Hama dan Penyakit Terhadap Produksi Komoditas

Luka dan kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu spesies merupakan dua hal yang berhubungan dengan

status spesies itu untuk menjadi hama atau penyakit. Luka atau injury sering didefinisiskan sebagai dampak

sebuah spesies terhadap komoditas atau tanaman, sedangkan kerusakan merupakan efek dari luka berdasarkan

Page 10: Contoh Laporan Besar DPT

evaluasi manusia. Luka bersifat biologis, sedangkan kerusakan ekonomis. Oleh sebab itu, hama dan penyakit

menyebabkan kerusakan pada komoditas dan berpengaruh pada tingkat produksi sehingga cenderung dapat

merugikan secara kuantitas maupun kwalitas.

Serangan hama dan penyakit merupakan penyebab utama kerusakan kehilangan hasil rambutan, sejak

masih di kebun sampai siap konsumsi. Pengenalan jenis hama dan penyakit, gejala serangan, dan cara

pengendalian merupakan strategi untuk menyelamatkan hasil dari resiko kerugian yang fatal.

4.1.3 Musuh Alami yang ditemukan

Musuh Alami yang ditemukan Ciri-ciri Peran

Tomcat (Paederus fuscipes)

(Matnawy, 1989)

    Berukuran panjang antara

7-10 mm dan lebar antara

0,5 sampai 1 mm.

    Tubuh berbentuk

memanjang, terbagi

menjadi tiga bagian

kepala, toraks, dan 3 ruas

abdomen. Badan berwarna

dasar coklat muda.

    Kakinya terdiri atas 3

pasang dan tidak berkuku.

    Bersayap tidak sempurna

dan berwarna gelap,

terdiri dari dua pasang,

tetapi tidak menutupi

seluruh abdomen.

    Bila terancam akan

menaikkan bagian perut

sehingga nampak seperti

kalajengking.

Berkaki panjang, tipe

serangga pejalan cepat.

      Berperan sebagai predator

serangga hama

      Kumbang ini sesungguhnya

tergolong serangga berguna

karena berperan sebagai

predator aktif pada beberapa

serangga pengganggu

tanaman  kentang.

Kumbang kubah spot M

(Menochillus sexmaculatus)

(Matnawy, 1989)

    memiliki panjang tubuh

5-6 mm

    warna merah dengan

bercak-bercak hitam putih

dan kuning

      predator dari tungau dan

kutu daun

Page 11: Contoh Laporan Besar DPT

4.2 Pengendalian yang dilakukan oleh petani

4.2.1 Pengendalian terhadap Populasi hama dan penyakit

Pada fieldtrip yang telah dilakukan kepada  petani holtikultura,  khususnya  petani dengan komoditas

pertaniaannya berupa kentang ditemukan beberapa hama dan  penyakit yang dapat menurunkan produksi

komoditas tersebut. Tanaman kentang memang tergolong tanaman yang sangat rentan terhadap serangan hama

dan penyakit baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Penanaman kentang pada musim hujan sangat

rentan terhadap serangan busuk Phytophthora dan layu Fusarium. Sebaliknya, jika penanaman dilakukan pada

musim kemarau, tanaman kentang rentan terhadap serangan hama thrips, ulat, dan lalat penggorok daun. Hal ini

dapat mengakibatkan  nilai kualitas dan kuantitas produksi menurun. Sehingga petani disini  perlumelakukan 

pengendalian tehhadap  populasi hama dan penyakit tersebut. Untuk menanggulangi serangan hama dan

penyakit, petani biasanya menggunakan beberapa metode. Metodenya pengendaliannya adalah  secara biologi,

mekanis, fisik dan kimia.

4.2.1.1 Pengendalian secara Biologi

Secara umum pengertian pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup

untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini

diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator,

parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengendalian mikroorganisme (termasuk virus), pengertian

organisme yang berguna diperluas yaitu meliputi makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan

bahan genetik.

Menurut Rosichon, pengendalian biologi memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan.  Kunci dari

pengendalian hama secara biologi adalah mengenal terlebih dahulu aspek biologi dari serangga itu sendiri.

Aspek biologi dari serangga antara lain siklus hidup, umur, dan deskripsi masing-masing spesies. Informasi

tersebut menjadi penting untuk menentukan saat yang tepat untuk pengendalian hama.

Pengendalian hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit

(inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif permanen, dalam jangka panjang

relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Pengendalian hama yang

hanya menggunakan pestisida saja dengan spektrum luas dan terus-menerus sebenarnya tidak baik dari segi

ekologi. Oleh karena itu dalam pengelolaan hama, cara pengendalian hayati perlu ditingkatkan dan penggunaan

pestisida hendaknya dilakukan secara bijaksana agar keseimbangan alami tidak terganggu. Hanya saja, kata

Rosichon, kelemahan dari pengendalian biologi adalah penerapannya di level petani.Pengendalian biologi yang

membutuhkan teknik khusus masih dikuasai para peneliti.

Musuh alami merupakan pengendalian alami utama hama yang berkerja secara tergantung kapadatan

populasi, sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama. Musuh alami hama bisa

berupa predator (pemangsa), parasitoid, dan patogen.

Page 12: Contoh Laporan Besar DPT

A. Predator (pemangsa)

Pemangsa adalah serangga atau hewan pemakan serangga yang selama masa hidupnya banyak memakan

mangsa.Secara fisiologis, ciri pemangsa adalah bentuknya lebih besar dari mangsanya.Jenis pemangsa, antara

lain kumbang, lalat, laba-laba, tawon, dan seranga-serangga kecil lainnya.

B. Parasitoid

Parasitoid adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh inang (biasanya

serangga juga).Parasitoid mempunyai karakteristik pemangsa karena membunuh inangnya dan seperti parasit

karena hanya membutuhkan satu inang untuk tumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis. Kebanyakan serangga

parasitoid hanya menyerang jenis /hama secara spesifik.Serangga parasitoid dewasa menyalurkan suatu cairan

atau bertelur pada suatu hama sebagai inangnya. Ketika telur parasitoid menetas, larva akan memakan inang dan

membunuhnya. Setelah itu keluar meninggalkan inang untuk menjadi kepompong lalu menjadi serangga lagi.

Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah,

tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya).Meskipun tidak banyak, parasitoid

juga ditemukan pada bangsa Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera.Sebagian besar serangga parasitoid yang

bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat.

C. Patogen 

Cara pengendalian biologis lainya adalah menggunakan musuh alami patogen, yaitu makhluk hidup yang

menjangkitkan penyakit pada inang.Dalam kondisi tertentu, seperti kelembapan yang tinggi secara alami, suatu

organisme rawan terhadap serangan patogen. Patogen dapat dimanfaatkan untuk dijadikan musuh alami dari

hama pertanian. Contoh patogen di antaranya, bakteri, virus, dan jamur.

               Di lahan tegal milik bapak Noto Utomo yang berprofesi sebagai seorang petani kentang, dalam

pengendalian secara biologi beliau menggunakan beberapa makroorganisme seperti capung dan kumbang kubah

spot M dalam proses usahataninya. Capung berperan sebagai predator rayap dan trips. Bagian-bagian tubuhnya:

Kepala, kaki, ekor, sayap, toraks, dan abdomen. Klasifikasi = Kingdom: Animalia, Filum: Arthropoda, kelas:

insekta, ordo: odonata, famili: epiprocta, genus: anax, spesies: Anax junius. Sedangkan kumbang kubah spot M.

Berperan sebgaai predator dari wereng. Bagian-bagian tubuhnya: antena, kepala, kaki, dan abdomen. Klasifikasi

= kingdom: animalia, filum: arthropoda, kelas: insekta, ordo: coleoptera, famili: carabidae, genus: menochillus,

spesies: Menochillus sexmaculatus.

4.2.1.2 Pengendalian secara Mekanis

Pengendalian mekanik adalah perlakuan atau tindakan yang bertujuan untuk mematikan atau

memindahkan hama secara langsung, baik dengan tangan atau dengan bantuan alat dan bahan lainnya.

Pengendalian hama dan gulma secara manual atau dengan menggunakan alat dan mesin pertanian juga dapat

Page 13: Contoh Laporan Besar DPT

digolongkan sebagai cara pengendalian mekanik. Pemangkasan lokal bagian tanaman yang terserang dipotong

atau dipangkas, hasil pangkasan kemudian dikumpulkan di suatu tempat yang terbuka dan aman, lalu dilakukan

pembakaran. Pengendalian ini bertujuan untuk mematikan hama secara langsung baik dengan tangan atau

dengan bantuan alat atau bahan lain.

Pada petani di desa Sumber Brantas, Bumiaji daerah kota Batu mereka melakukan pengolahan tanah

dengan cangkul  pada proses pengendalian secara mekanis. Menurut penelitian pengendalian mekanis dengan

menggunakan  canngkul ini bertujuan  untuk membolak- balik tanah. Sehingga hama pada  tanah yang berupa

nematoda NSK dapat terkubur ke dalam tanah. Nematoda NSK ini merupakan salah satu hama tanaman 

kentang yang terdapat di tanah. Hama ini menyerang bagian dari akar tanaman kentang sehingga berakibat

membusuknya komoditas kentang tersebut.

4.2.1.3 Pengendalian secara fisik

Menurut penjelasan petani yaitu Bapak Noto Utomo pengendalian yang dilakukan secara fisik yaitu

dengan cara manual digepuk dengan alat seadanya. Tetapi cara ini sangat sulit sekali untuk dilakukan.

Dikarenakan hama memiliki daya rangsang dan pergerakan yang lebih cepat daripada gerakan manusia sendiri.

Beliau menggunakan alat seperti bambu atau kayu untuk mengusir dan membunuh hama tersebut.

Sementara itu, untuk pengendalian secara fisik terhadap penyakit yaitu dengan melihat atau meneliti

tanaman yang telah terkena penyakit baik daun, batang, akar bahkan buah. Tetapi, untuk komoditas kentang ini

Bapak Noto Utomo hanya dapat melihat melalui daun yang rusak. Sehingga, tanaman tersebut dicabut atau

hanya dicabut daun yang terserang saja.

4.2.1.4 Pengendalian secara Kimia

Bapak Noto Utomo masih memiliki cara lain selain cara biologi, mekanis, dan fisik yaitu cara kimia.

Menurut beliau cara ini merupakan cara yang paling ampuh dan paling cepat untuk membunuh hama dan

penyakit yang mengganggu tanaman. Banyak sekali pestisida sintetik dengan dosis tertentu untuk membunuh

hama dan penyakit tanaman diantaranya :

a.    Ulat daun/Agrofis                        : Ripcord (1,5cc/l air)

b.    Kutu thripes/ Myzus         : Confidor (0,5cc/l air)

c.    Orong-orong                     : Dursban (5cc/l air)

d.   Hama lyryomyza              : Agrimex (0,25cc/l air)

e.    Ulat daun                          : Buldok (1.5cc/l air)

f.     Busuk daun                      : -Dithane (2,5gr/l air)

  Daconil (1,25cc/l air)

                                                -Curzate (1gr/l air)

g.    Busuk batang                    : Previcur N (0.5cc/l air)

h.    Fusarium                           : Agrept (0.5cc/l air)

  Kasumin (1gr/l air)

i.      Karat daun                        : -Daconil (1,25gr/l air)

                                              -Dithane (2gr/l air)

Page 14: Contoh Laporan Besar DPT

Bapak Noto Utomo menggunakan beberapa cara pengendalian secara kimia dalam menanggulangi

hama dan penyakit pada tanaman di lahan, beliau menggunakan pestisida bulldog dan herbisida. Herbisida

berasal dari kata latin, yaitu herbayamh berarti tanaman setahun. Herbisida berfungsi untuk membunuh gulma

(tumbuhan pengganggu).

            Dalam proses pembuatannya, bapak Noto Utomo mencampur 200 liter air dengan 1 liter pestisida. Untuk

pengaplikasiannya,  bapak Noto menyemprotkannya dua hari  sekali, dengan waktu penyemprotan pada pagi

hari. Tetapi jika musim hujan,  frekuensi penyemprotan lebih banyak dibandingkan pada cuaca normal. Hal

tersebut dikarenakan pada kondisi yang lembab, hama pada tanaman cepat menyebar sehingga harus lebih

diperhatikan penyemprotan pestisida agar hama dapat cepat teratasi.

4.2.2  Pengolahan tanah

Pada lahan yang dikelola oleh Bapak Noto Utomo, pengolahan tanah edafik dilakukan pada saat sebelum

menanam, saat tanaman bertumbuh dan setelah panen. Pada saat sebelum tanam bapak Noto Utomo melakukan

pengolahan tanah dengan mencampur tanah dengan pupuk kompos atau kandang, dengan menggunakan

cangkul.

      Berdasarkan sifat fisika tanah

Kesuburan suatu tanah dinilai dari sifat-sifat fisika itu yaitu tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah,

warna tanah, temperatur tanah, tata air dan udara tanah. Sifat-sifat fisika ini bisa berubah dengan adanya

pengolahan tanah. Dengan pengolahan tanah yang dilakukan Bapak Noto, strukturnya menjadi baik sehingga

akan membantu berfungsinya faktor pertumbuhan tanaman secara optimal.

      Berdasarkan sifat biologi tanah

Jumlah tiap grup mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada pula

yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab

atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. Dengan demikian pada lahan tegal yang dikelola

Bapak Noto  mikroorganisme mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah.

      Berdasarkan sifat kimia

Pembentukan tanaman juga dipengaruhi oleh reaksi asam basa dalam tanah, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Pengaruh tidak langsung terhadap tanaman adalah pengaruh terhadap kelarutan dan ketersediaan hara

tanaman. Pengujian PH tanah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan menggunakan kertas lakmus,

dengan menggunakan kertas indikator universal dan dengan alat PH dilaboratorium dapat menggunakan PH

meter Beckman H5.

      Pengendalian OPT melalui Faktor Edafik

Pengolahan edafik juga berfungsi untuk mengendalikan OPT dengan cara pengolahan tanah dengan bahan

organik. Pengolahan tanah ini ditujukan pada OPT atau hama yang dalam siklus hidup mempunyai fase di dalam

tanah. Dengan pengolahan tanah sangat mempengaruhi populasi organisme yang ada di dalam tanah, dan juga

dengan pengolahan tanah yang baik akan juga dapat mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman yang ada

di dalam tanah, karena pengolahan tanah yang baik akan menimbulkan keseimbangan lingkungan. Maka dari itu

semakin tinggi keragaman biota dalam tanah akan menyebabkan keseimbangan ekosistem baik diatas tanah

Page 15: Contoh Laporan Besar DPT

maupun di dalam tanah itu sendiri. Dan keseimbangan inilah yang akan menyebabkan atau memungkinkan

untuk menghindari berkembangnya Organisme Pengganggu Tanaman.

      Dampak pengolahan edafik

Pada lahan tegal yang dikelola Bapak Noto dampak yang terjdi pada perlakuan pengolahan tanah edafik adalah

struktur tanah yang menjadi baik sehingga akan membantu faktor pertumbuhan tanaman secara optimal.

Mempercepat pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. PH dalam tanah stabil sehingga pertumbuhan

dapat tumbuh dengan optimal , serta mampu mengendalikan OPT

4.2.3  Pemanfaatan Musuh Alami

      Pemanfaatan Musuh Alami

Musuh alami adalah segala organisme (organisme : Predator, Parasitoid dan Patogen) yang

dibudidayakan atau dipelihara maupun berkembang secara alami tanpa bantuan manusia yang bertujuan untuk

mengurangi ataupun membasmi OPT yang merusak tanaman budidaya . Predator / Pemangsa adalah binatang

( serangga, laba-laba dan binatang lain ) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain

sehingga menyebabkan kematian. Parasitoid adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada

tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelan-pelan. Patogen adalah Mikroorganisme

yang dapat memnyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap OPT.

Beberapa jenis musuh alami telah diketahui potensinya, di antaranya memiliki kemampuan mencari

inang, memangsa, berkembang biak, dan beradaptasi yang tinggi, sehingga mudah menetap/berkoloni, dan

memiliki inang yang spesifik untuk tingkat spesies atau genus. Apabila musuh alami, baik yang bersifat

indigenous maupun exotic apabila berhasil dibiakkan/diperbanyak secara massal, maka potensi musuh alami

tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama sasaran.Populasi musuh alami pada tanaman

perkebunan bervariasi menurut lokasi, waktu/musim, tipe lahan, dan teknik budidaya. Beberapa jenis di

antaranya dijumpai berlimpah, terutama pada daerah yang tidak pernah atau jarang diaplikasikan pestisida.

Dalam keadaan demikian, musuh alami dapat berperanan cukup besar sebagai faktor pengendali populasi hama.

Dalam survey yang kami lakukan dengan narasumber bapak Noto, Beliau tidak menggunakan musuh

dalam proses budidaya tanaman Kentang. Beliau hanya memanfaatkan musuh alami secara alami atau yang

dating, tanpa adanya budidaya yang lebih khusus.

      Dampak

                    Dampak yang terjadi pada lahan yang dikelola Bapak Noto yang terjadi adalah Pengendalian hayati,

walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit (inangnya spesifik), tetapi

banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien,

serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu dalam pengelolaan hama, cara

pengendalian hayati perlu ditingkatkan dan penggunaan pestisida hendaknya dilakukan secara bijaksana agar

keseimbangan alami tidak terganggu.

4.2.4  Penggunaan Pestisida

      Penggunaan Pestisida

                 Pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan

kesejahteraan rakyat. Penggunaan pestisida dalam tegal milik bapak Noto dilakukan pada saat dikiranya hama

Page 16: Contoh Laporan Besar DPT

sudah terlalu banyak. Jadi penggunaan pestisida tergantung jumlah populasi hama pada tegal. Dosis yang

digunakan adalah 200  + ½ air untuk pestisida dan gulma untuk herbisida. 

                    Kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat pertaniannya.

Pestisida dapat mencegah tanaman kubis dari serangan OPT. Hal ini berarti jika para petani menggunakan

pestisida, hasil panen tanaman kubis akan meningkat dan akan membuat hidup para petani kubis menjadi

semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida sudah digunakan di hampir setiap lahan

pertanian.

                    Dengan adanya dampak buruk dari pestisida, para petani lebih dianjurkan menggunakan sistem

pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia sama sekali. Tetapi pertanian dengan metode ini juga

memiliki resiko yaitu rentan untuk terserang hama. Tetapi hasil dari pertanian ini sangat sehat dan tidak akan

mengganggu kesehatan. Oleh karena itu, para petani diharapkan tidak terlalu banyak menggunakan pestisida dan

melakukan pertanian organik. Pertanian organik ini sangat bermanfaat dan tidak memiliki efek samping yang

membahayakan bagi lingkungan maupun tubuh.

      Dampak

  Melalui kulit dengan jalan terkena langsung ataupun melalui pakaian yang terkena pestisida.

  Melalui pernafasan, hal ini sering kali terjadi pada petani yang langsung menyemprot pestisida atau pada orang

yang berada disekitar tempat penyemprotan.

  Melalui mulut dengan jalan ketika seseorang meminum air yang telah tercemar atau makan dengan tangan tanpa

mencuci tangan terlebih dahulu setelah berurusan dengan pestisida.

                    Menurut Bapak Noto, populasi hama dan penyakit yang menyerang pada lahan beliau tidak begitu

banyak dan masih dapat di kendalikan dengan menggunakan pestisida. Sehingga keberadaan hama dan penyakit

yang menyerang tidak terlalu mempengaruhi hasil produksi budidaya di lahan beliau. Namun apabila

penyemprotan pestisida tidak dilakukan maka terancam akan gagal panen dikarenakan hama dan penyakit yang

terdapat pada lahan beliau.

4.2.5  Penggunaan Varietas Tahan

         Penggunaan varietas tahan

            Pada dasarnya, seperti juga makhluk hidup yang lain, tumbuhan akan menghadapi tekanan dari musuh

alaminya, salah satu yang terpenting adalah serangga herbivora. Di bidang pertanian, tanaman mendapatkan

tekanan yang luar biasa dari serangga herbivora (lazim kemudian disebut sebagai hama), yang disebabkan oleh

beberapa hal, yaitu: Penanaman monokultur dan dalam areal luas, Penanaman sepanjang tahun, Penanaman

tidak serempak, Penggunaan varietas yang rentan terhadap hama, Penggunaan pestisida secara luas dan tidak

bijaksana. Oleh karena itu, manusia berpikir untuk meringankan “beban” tanaman dalam menghadapi tekanan

serangga hama, salah satunya dengan cara merekayasa varietas tanaman yang tahan hama, atau paling tidak

mampu beradaptasi terhadap serangan hama. Disini bapak Noto menanami lahannya dengan kentang dan

paprika, kemudian menanami tanaman varietas tahan dengan tanaman kubis. Tujuan budidaya bapak Noto

sendiri dengan tujuan seperti halnya petani pada umumnya, yaitu untuk dijual dan memperoleh keuntungan.

         Dampak

            Untuk dampak dalam pengolahan varietas tanaman tahan kubis adalah Di dataran rendah, ukuran krop

mengecil dan tanaman sangat rentan terhadap ulat pemakan daun Plutella. Karena penampilan kubis

Page 17: Contoh Laporan Besar DPT

menentukan harga jual, kerap dijumpai petani (Indonesia) melakukan penyemprotan tanaman dengan insektisida

dalam jumlah berlebihan agar kubis tidak berlubang-lubang akibat dimakan ulat.

4.3 Pembahasan

4.3.1  Profil Petani

            Desa Jurang Wali RT 02 RW 06 merupakan desa yang memiliki potensi untuk menghasilkan komoditi

sayur-maayur, komoditi itu antara lain kentang, cabe, dan kol. Suhu udara yang berada di sekitar 22°C ini sangat

cocok untuk penanaman budidaya sayur tersebut. Bapak Noto Utomo, salah satu petani dari dari kelompok taani

Anjasmoro I ini menanam tanaman kentang, cabe, paprika dan kol di lahan tegalnya. Namun, yang menjadi

focus dari kelompok kami adalah komoditi kentang. Hasil dari bercocok tanam kentang itu dapat dijadikan

sebagi sumber mata nafkah bagi keluarga.

            Bapak Noto Utomo merupakan petani yang sangat menggantungkan kegiatan pertaniannya pada kondisi

temperature setempat. Mayoritas masyarakat setmpat memang menggantungkan hidupnya dari kegiatan

bercocok tanamn sayur, buah, maupun bunga. Dari kegiatan bercocok tanam itu petani setemat dapat

meneksplor kemampuan lahan yang dimiliki wilayah itu.

4.3.2 Kegiatan Usaha Tani yang Dilakukan

        Jenis komoditas yang dibudidayakan di Desa Sumber Brantas ini mayoritas adalah buah apel,

kentang, wortel, bunga, dan bawang. Pada umumnya petani melakukan kegiatan bercocok tanamnya di lahan

tegal. Komoditi yang ditanam oleh Bapak Noto Utomo ini adalah kentang, kubis, dan paprika. Focus kita pada

pembahasan ini adalah tanaman kentang. Tanaman kentang ini ditanam di lahan tegal seluas 1 Ha. Di lahan

seluas 1 Ha ini ditanami kentang. Sistem penanamannya menggunakaan sistem monokultur, jadi komoditi

dtanm pada lahan yang berbeda. Hal ini dilakukan karena pengendalian setiap komoditi tanman itu berbeda

sehingga dengan peggunaan sistem monokultur ini otomatis memudahkan petani unuk melakukan pengendalian

pada tanamannya.

Cara pengolahan yang dilakukan oleh Pak Noto menggunakan cara pengolahan mekanis, yaitu dengan

kegiatan mencangkul. Kegiatan mencangkul ini memiliki tujuan untuk membalik tanah sehingga tanah yang

berada di bawah dibalik ke atas dengan maksud untuk penggemburan tanah. Selain dengan pengolahan tanah

dengan dicangkul, Pak Noto juga melakukan kegiatan pemupukan untuk menambah hara yang dibutuhkan

tanaman budidayanya. Jenis pupuk yang digunakan oleh Pak Noto campuran, yaitu penggunaan pupuk organic

dan anorganik. Pupuk organic yang digunakan untuk lahan kentang adalah pupuk kandang, sedangkan pupuk

anorganik yang digunakan adalah sp36, urea, NPK, dan phonska (bersubsidi).

Untuk perlindungan tanaman Pak Noto juga menggunakan mulsa. Mulsa yang diberikan ada dua jenis

yaitu mulsa organic dan mulsa sintetis. Mulsa organic menggunakan jerami, sedangkan mulsa anorganiknya

menggunakan mulsa hitam perak. Mulsa hitam perak ini berbeda penggunaanny untuk setiap musim. Pada

musim kemarau plastic berwarna perak diletakkan di atas dan plastic engan warna hitam berada di bawah. Hal

ini bertujuan untuk menolak atau memantulkan sinar mtahari sehingga temperature tanah tidak semakin tinggi.

Sedangkan pada musim penghujan peletakkan mulsa dibalik, plastic warna hitam diletakkan di atas sedangkan

Page 18: Contoh Laporan Besar DPT

plastic berwarna perak diletakkan di bawah. Tujuan pembalikan ini adalah untuk mempercepat penguapan di

tanah agar tanah tidak terlalu basah.

Dalam pola budidaya tanamn kentang ini murni dilakukan pada lahan tegal, tidak ada kegiatan

agroforestri di lahan ini. Rotasi tanaman dilakukan oleh Pak Noto, rotasi itu dilakukan dengan pergiliran setelah

kentang panen diganti kubis (kol), setelah itu digilir dengan wortel. Tujuan dari rotasi atau pergiliran tanamn ini

adalah untuk menghindari kondisi tanah yang jenuh, setiap komoditas pasti memerlukan kondisi tanah dan

kandungan hara yang berbeda. Jika di lahan hanya ditanami kentang terus-menerus maka lama kelamaan dapat

menimbulkan ledakan hama tertentu untuk setiap komoditas.

4.3.3  Identifikasi OPT, Musuh Alami, dan Organisme Tanah.

Para petani di Sumber Brantas membudidayakan beberapa jenis tanaman. Jenis tanaman yang ditemui

adalah kentang, cabai, bunga kol. Dalam kegiatan budidaya tanaman selalu dihadapkan dengan adanya kendala

– kendala yang  mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Di lahan budidaya Sumber

brantas juga ditemui OPT, Musuh Alami dan organism tanah yang merugikan. Menurut Pak Noto Utomo

sebagai petani tanaman tersebut, hama - hama yang sering menyerang tanaman kentang adalah hama thrips,

Plutella xylostella, ulat grayak, Myzus persicae, Aphis spp. Hama thrips tergolong hama yang berbahaya. Bagian

tanaman yang sering diserang oleh hama ini adalah bagian daun. Hama ini menyerap cairan pada daun sehingga

daun mengeriting keatas. Thrips dapat menurunkan produktivitas tanaman kentang dan jika tidak ditangani

maka tunas - tunas baru tidak dapat tumbuh normal bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Hama Plutella xylostella juga menyerang tanaman pada bagian daun. Serangan hama ini dapat

mengakibatkan kerusakan parah pada tanaman kentang.  Sehingga para petani dapat mengalami kerugian yang

cukup besar akibat hama Plutella xylostella.

Ulat grayak memiliki sifat polyfag yaitu menyerang banyak tanaman termasuk juga tanaman kentang.

Hama  ini menyerang dengan sangat cepat. Daun pada tanaman kentang digrogoti mulai dari bagian tepi,  bawah

dan atas daun bahkan hanya tersisa epidermisnya saja. Kerusakan pada daun inilah yang mengakibatkan

tanaman kentang tidak dapat berfotosintesis dan berdampak pada produktivitas tanaman kentang.

Hama yang juga menyerang tanaman kentang adalah Liriomyza spp. Hama ini menyerang dengan cara

menggorok daun. Tanaman kentang yang terserang dapat mengalami kerusakan total.

Penyebab layu pada tanaman adalah Fusarium oxysporum. Tanaman kentang yang terserang

mengalami kelayuan dimulai pada daun – daun tua,  kemudian menyebar ke daun – daun muda dan menguning.

Secara umum mirip dengan penyakit layu bakteri.

Pak Noto Utomo menjelaskan bahwa penyakit yang menyerang pada tanaman kentang adalah busuk

buah yang disebabkan oleh Phytoptera sp. Awalnya penyakit ini menyerang dengan intensitas yang rendah

namun lama-lama berintensitas tinggi.

Peran musuh alami sangat membantu untuk mengendalikan OPT karena musuh alami inilah yang

memang sadan membunuh hama tersebut. Musuh alami yang ada di lahan tersebut adalah kumbang kubah spot

M. Pada lahan budidaya kentang, musuh alami ini berperan sebagai predator sehingga menekan pertumbuhan

hama thrips.

Page 19: Contoh Laporan Besar DPT

Selain OPT dan penyakit yang menyerang tanaman, factor lain yang perlu diperhatikan pada

pertumbuhan tanaman adalah organism tanah. Organisme tanah ini membantu menyediakan unsure hara bagi

tanaman. Cacing tanah memakan sisa-sisa remah yang dikeluarkan menjadi faecesse telah mengalami

pencernaan dalam tubuh cacing. Proses ini berakibat pada peningkatan bahan organic tanah dan membentuk

unsure hara tanah.

Berdasarkan penjelasan dari Pak Noto Utomo, dengan adanya hama, OPT dan organism tanah di lahan

budidaya kentang mempengaruhi produktivitas tanaman kentang. Dampaknya adalah produksi tanaman kentang

yang menurun.

4.3.4  Pengendalian OPT yang digunakan

Pestisida yang digunakan Pak Noto Utomo untuk mengendalikan hama adalah pestisi dakimua.

Pestisida yang digunakan antara lain Ripcord (1,5cc/l air), Confidor (0,5cc/l air), Agrimex (0,25cc/l air), Buldok

(1.5cc/l air), Dithane (2,5gr/l air), Daconil (1,25cc/l air), Curzate (1gr/l air), Previcur N (0.5cc/l air), Agrept

(0.5cc/l air), Daconil (1,25gr/l air). Penyemprotan pestisida dilakukan tiga kali sehari pada pagi hari.

Penyemprotan ini sangat efektif untuk mengendalikan OPT yang ada dan berpengaruh pada perekonomian

petani. Jika pestisida tidak dilakukan maka petani terancam gagal panen.

Sedangkan untuk pengendalian secara biologis dapat memanfaatkan peran musuh alami yaitu capung,

kumbang kubah spot M,  yang menjadi predator hama. Selain itu menanam varietas tahan mampu mencegah

penurunan produktivitas tanaman kentang. Pada lahan ini komoditas yang menggunakan varietas tahan adalah

kentang, paprika, dan kubis dengan penanaman secara bergilir. Bila tidak menggunakan varietas tahan, maka

biaya perawatannya akan semakin mahal.

4.4 Rekomendasi

Berdasarkan pengamatan lapang yang telah kami lakukan terhadap bapak Noto Utomo di desa Sumber

Brantas Dusun Jurangwali Kecamatan Bumiaji Kabupaten Malang, didapatkan hasil bahwa pengolahan lahan

pertanian di daerah tersebut telah cukup bagus. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kelompok tani

yang secara kontinyu terus melakukan perubahan dalam bercocok tanam ke arah yang lebih baik. Selain itu,

menurut keterangan dari bapak Noto Utomo selaku bendahara di Kelompok tani Anjasmoro 01, para petani di

desa Bumiaji telah melakukan cocok tanam tanaman jenis hortikultura yang sesuai dengan cuaca di daerah

dataran tinggi seperti wortel, kubis, dll.

Dalam kaitannya dengan Dasar Perlindungan Tanaman, para petani di desa Bumiaji masih banyak

mengalami masalah serangan hama dan penyakit pada tanaman budidaya mereka. Memang, hama dan penyakit

yang menyerang tanaman mereka merupakan OPT yang biasa menyerang tanaman budidaya di banyak tempat

di Indonesia, sehingga mereka juga melakukan pengendalian secara tepat sesuai pengetahuan yang mereka

miliki. Mereka menggunakan pupuk dan pestisida, baik yang alami maupun yang sintetik. Selain itu,

pengendalian hama dan penyakit juga dilakukan dengan cara membajak sawah menggunakan cangkul sehingga

dapat membalik sawah serta penggunaan mulsa plastik dan mulsa organik sehingga hama dari tanah tidak dapat

menyerang tanaman mereka. Semua perlakuan tersebut telah sesuai dengan teori yang diajarkan pada Mata

Kuliah Dasar Perlindungan Tanaman. Namun , satu perilaku petani di desa Bumiaji tersebut yang bejlum tepat

yaitu bercocok tanam dengan pola monokultur. Padahal, penanaman tanaman budidaya dengan pola monokultur

Page 20: Contoh Laporan Besar DPT

dapat  mendatangkan hama dan penyakit dengan cepat. Karena itu, perlu adanya pemahaman terhadap petani

untuk dapat menanam tanaman budidaya mereka dengan pola polikultur. Artinya, ketika sebuah lahan mereka

ditanami dengan wortel, maka lahan disebelahnya atau disela-selanya dapat ditanami dengan kentang atau kubis

sehingga apabila ada hama yang menyerang tanaman wortel, hama tersebut akan kesulitan menemukan tanaman

wortel karena dihalangi oleh tanaman kubis atau kentang.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Page 21: Contoh Laporan Besar DPT

Berdasarkan hasil fieldtrip yang telah kami lakukan pada minggu lalu  dapat disimpulkan bahwa jenis

komoditas tanaman yang dibudidaya oleh nara sumber kami, bapak Noto Utomo anggota Kelompok Tani

Anjasmoro I, desa Sumber Brantas Dusun Jurangwali Kecamatan Bumiaji Kabupaten Malang ialah kentang,

wortel, dan kubis. Bapak Noto Utomo mengelola budidaya tanaman pada luasan lahan sekitar 1 Ha, dengan

jenis lahan berpa tegal. Pola tanam pada lahan bapak Noto Utomo ini merupakan pola tanam monokultur

bergilir. Pada pengelolahan tanaman budidaya tersebut pak Noto Utomo, cenderung menngunakan pestisida

dalam penanggulangan dan pembasmian hama serta penyakit yang menyerang. Sistem pengolahan lahan pada

budidaya tanaman tesebut, bapak Noto Utomo masih menggunakan cara yang tradisional yaitu mencangkul.

Pada fieltrip kali ini, kami mengamati pada salah satu komoditas tanaman yang dibudidaya oleh

bapak Noto Utomo, yakni: komoditas kentang. Bibit kentang yang digunakan untuk budidaya oleh bapak Noto

Utomo ialah jenis unggul, yang mana dapat berperan sebagai varietas tahan. Dalam penanggulangan hama dan

penyakit pada komoditas kentang, bapak Noto Utomo menanganinya dengan penyemprotan pestisida, salah

satunya adalah budok. Kemudian untuk pupuknya sendiri, bapak Noto Utomo menngunakan pupuk bersubsidi,

misalnya ZA, dan urea. Pemanfaatan musuh alami pada penanggulangan hama juga berperan dal sistem

budidaya tanaman tersebut, namun bapak Noto Utomo sendiri tidak melakukan budidaya musuh alami tersebut.

Sehingga musuh alami yang ada di lahan hanyalah organisme yang memang sudah ada disana secara alami.

Penyakit yang sering menyerang pada budidaya komoditas kentang ini ialah layu fusarium yang

disebabkan oleh Phytophthora infestans. Dan hama yang sering menyerang adalah ulat ggrayak yang

menyerang pada bagian daun, dan NSK yang menyerang pada bagian akar.

5.2 Saran dan kritik

Pada sistim penanaman sebaiknya menngunakan sistem tanam monokultur, yang mana dapat

menghambat peledakan hama akibat penyediaan makanan yang melimpah. Kemudian untuk penanggulangan

hama dan penyakit, sebaiknya untuk penggunaan pestisida lebih diperkecil dan meningkatkan penggunaan

herbisida, yang mana lebih aman untuk kesehatan dan lingkungan.  Serta pada pemanfaatan musuh alami,

sebaiknya lebih ditekankkan agar dapat menghemat biaya produksi.

Page 22: Contoh Laporan Besar DPT

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Hortikultura. 1989. Penelitian dan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Hias dalam Repelita IV untuk

Mencapai Sistem Pertanian Tangguh. Puslitbang Hortikultura, Badan Litbang Pertanian.

Dinas Pertanian Kabupaten Wonosobo. 2006. Pestisida Alami dan Buatan untuk Tanaman. Wonosobo: Dinas Pertanian

Kabupaten Wonosobo

Djafaruddin. 2007. Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta: PT Bumi Aksara

Harahap, Z. dan T.S. Silitonga. 1993. Perbaikan varietas padi. Dalam Buku Padi 2. Badan Pertanian dan Pengembangan

Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. hlm. 335-375.

Makarim, A.K., I.N. Widiarta, Hendarsih, S., dan S. Abdulrachman. 2003. Petunjuk  Teknis Pengelolaan Hara dan

Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Padi Secara Terpadu. Departemen Pertanian

Matnawy. 1989. Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.

Meliantari, Dian. 2012. Polikultur dan Jenis-jenisnya. http://dianmeliantari.edublogs.org (Online). Diakses pada 15 Mei

2013.

Mudjiono, Rahardjo & Himawan. 1991. Hama –Hama Penting Tanaman Pangan. Malang: Fakultas Pertanian Universitas

Brawijaya.

Muhidin. 1993. Dasar Hama dan Penyakit Tumbuhan. Malang: Universitas Muhammadiyah.

Page 23: Contoh Laporan Besar DPT

Painter, R.H. 1958. Resistance of Plants to Insect. Annual review of entomology 3: 267 – 290

Serambi. 2011. Pengaturan Pola Tanam dan Pengolahan Tanah. http://planthospital.blogspot.com/2011/11/cropping-

pattern.html (Online) diakses tanggal 15 Mei 2013.

Soekirman, dkk. 2007. Sistem Pertanian Monokultur. http://wihans.info/blog/sistem-pertanian-polikultur(Online). Diakses

tanggal 14 Mei 2013.

Stakmann & Harrar. 1957. Plant Protection. Australia: A.V.C. Comm.

Suniarsyih, N. S, 2009. Pengendalian hama penyakit dan gulma secara terpadu (PHPT).

http://wibowo19.wordpress.com/2009/01/18/pengendalian-hama-penyakit-dan-gulma-secara-terpadu-phpt/

(Online). Diakses tanggal 13 Mei 2013.

Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Virgin, Iva  dan Robert Frederick. . Searching for a Balance: Environmental Concerns and Potential Benefits of Trangenic

Crops in Centers of Origin and Diversity. Biotechnology Advisory Commissiaon, Stockholm Environment

Institut: CIMMYT

Wiyono, S. 2007. Perubahan iklim dan ledakan hama dan penyakit tanaman.

http://www.deptan.go.id/setjen/humas/berita/Serangan%20OPT.htm (Online). Diakses tanggal 13 Mei 2013.