laporan fome last part
DESCRIPTION
LAPORAN FOME last partTRANSCRIPT
BAB IV
DIAGNOSIS HOLISTIK
Penderita, Ny. A, 49 tahun, nuclear family, dengan diagnosis HIV/AIDS
dengan anemia . Dari segi psikologis, hubungan penderita dan keluarga termasuk
harmonis. Interaksi dengan anggota keluarga terjalin dengan baik bahkan saling
memberi semangat untuk sembuh.
Dari segi ekonomi, keluarga Ny. A termasuk golongan ekonomi menengah
ke bawah, hal ini terlihat dari pembiayaan kesehatan keluarga inti Tn. S dibantu
anak-anaknya dan saudara. Dari segi sosial, saat ini keluarga Ny. A cukup aktif
mengikuti kegiatan kemasyarakatan di lingkungannya, misalnya pengajian rutin
dan PKK.
Tingkat pengetahuan Ny. A mengenai kesehatan dan penyakit yang
dialaminya tergolong cukup baik. Ny. A rutin kontrol dan meminum obat.
Ditambah lagi, dukungan dari keluarga Ny. A semakin meningkatkan semangat
Ny. A untuk sembuh. Kondisi sanitasi rumah Tn. S cukup baik dengan kondisi
ruang tamu yang bersih. Namun, rumah Ny A kurang ventilasi menyebabkan
cahaya tidak bisa masuk sehingga sangat berpengaruh pada perkembangbiakan
kuman TB (suami pasien, Tn S merupakan pasien TB dalam pengobatan fase
lanjutan) sehingga dapat di khawatirkan dapat menularkan ke anggota keluarga
lain terutama Ny. A.
A. Diagnosis Biologis
HIV/AIDS dengan anemia.
B. Diagnosis Psikologis
Hubungan Ny A dengan keluarganya cukup baik.
C. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
Ventilasi dan pencahayaan rumah kurang.
Perilaku hidup kurang sehat, yaitu:
22
o Kurang memahami penyakit yang diderita, terutama bahaya penularan
TB.
o Kebiasaan cuci tangan yang masih belum dilakukan.
23
BAB V
PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF
A. PEMBAHASAN
Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam
Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang
terbebas dari masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus)
adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia lalu
menimbulkan AIDS. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Sindrom) adalah
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang merusak
sistem kekebalan tubuh manusia (Umar Zein, 2006).
Cara penularan HIV dapat melalui hubungan seksual, penggunaan
obat suntik, ibu ke anak-anak dan lain-lain.
Secara global diperkirakan terdapat 42 juta orang hidup dengan HIV
dan AIDS, mereka terdiri dari 38,6 juta orang dewasa, 50% diantaranya
adalah perempuan (19,2 juta) dan usia di bawah 15 tahun (3,2 juta)
(Universitas Airlangga Press, 2007).
HIV tidak dapat disembuhkan karena tidak ada obat yang dapat
sepenuhnya menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat
diperlambat namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat
antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat memperlambat kerusakan
yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda awal
terjadinya AIDS.
Pengobatan dan perawatan yang ada terdiri dari sejumlah unsur yang
berbeda, yang meliputi konseling dan test mandiri (VCT), dukungan bagi
pencegahan penularan HIV, konseling tidak lanjut, saran-saran mengenai
makanan dan gizi, pengobatan IMS, pengelolaan efek nutrisi, pencegahan dan
perawatan infeksi oportunistik (IOS), dan pemberian obat-obat antiretroviral.
Obat antiretroviral digunakan dalam pengobatan infeksi HIV. Obat-obatan ini
bekerja melawan infeksi itu sendiri dengan cara memperlambat reproduksi
HIV dalam tubuh.
24
Pasien adalah Ny A yang berusia 49 tahun dengan HIV/AIDS dan
anemia. Dari fungsi holistik, yang mengalami gangguan adalah faktor
psikologis dan faktor ekonomi. Pasien terkadang masih tidak dapat menerima
keadaan dirinya yang mengidap HIV/AIDS, apalagi sebelum mendapatkan
pengobatan pasien sering sakit-sakitan, mulai dari gatal-gatal, sariawan
maupun tubuhnya yang semakin lemah. Tetapi dengan dukungan penuh dari
keluarganya baik secara moral maupun materiil sekarang pasien sudah mulai
dapat menerima keadaannya seperti sekarang. Dari faktor ekonomi, sekarang
sumber perekonomian keluarga sudah tidak ada lagi, karena semenjak sakit,
pasien maupun suami tidak bekerja lagi dikarenakan tubuh mereka yang
lemah. Sehingga perekonomian keluarga pasien di sumbang oleh kedua anak
beliau yang sudah bekerja dan saudara-saudara beliau. Kedua faktor tersebut
dapat menyebabkan stres kronik pada pasien yang dapat menyebabkan
menurunnya imunitas yang memudahkan terjadinya infeksi opportunistik
maupun memburuknya kondisi pasien.
Tidak didapatkan gangguan pada fungsi fisiologis pada keluarga Ny.
S. Dari segi fungsi patologis, didapatkan gangguan pada fungsi ekonomi
seperti yang telah dijabarkan diatas.
Setelah rutin mengkonsumsi ARV, secara fisik Ny. A tidak pernah
muncul lagi infeksi opportunistik. Perilaku yang dilakukan Ny.A tetap
menjaga kesehatan diri dan kebersihan serta bersyukur. Ny.A bersungguh-
sungguh melakukan hal tersebut dengan tepat waktu meminum obat ARV dan
rutin kontrol ke rumah sakit sampai saat ini untuk memantau kondisi fisiknya
serta memperoleh obat ARV.
Berdasarkan faktor perilaku, keluarga Ny.A memiliki pengetahuan
tentang penyakit dan bahaya penularan yang masih kurang meskipun dari
segi sikap dan tindakan pasien sudah cukup baik, yakni pasien memiliki
kesadaran mau berobat secara rutin demi mencapai kesembuhan. Akan tetapi
jika pasien dan keluarganya tidak mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang penyakitnya, maka kemungkinan pasien untuk putus berobat semakin
tinggi.
Dari genogram, tampak adanya penularan HIV/AIDS dari Tn. S ke
Ny. S. Hal ini disebabkan oleh latar belakang keluarga pasien, dimana ketika
25
Ny. S sempat bekerja sebagai TKW di Arab Saudi, Tn S. terkadang
berhubungan dengan pekerja seks komersial dikarenakan kebutuhan batin
yang tidak dapat dipenuhi oleh istrinya.
Dari faktor non perilaku, didapatkan lingkungan indoor cukup
memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan Ny.A meskipun
pencahayaan dan ventilasi pada bagian tengah dan belakang rumah masih
kurang. Sanitasi rumah dan pengolahan sampah dan hewan ternak suduh
cukup terawat dengan baik. Ruangan yang gelap dan lembab tanpa
pencahayaan dari sinar matahari menjadi tempat yang sesuai bagi bakteri
Mycobacterium tuberculosis untuk tetap hidup. Kondisi rumah yang demikian
juga meningkatkan risiko penularan TB terhadap istri dan anaknya yang
tinggal serumah.
B. SARAN KOMPREHENSIF
1. Promotif
a. Pemahaman tentang HIV/AIDS, cara penularan, dan
pengobatannya.
b. Biasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dan selepas
bekerja dengan menggunakan sabun.
c. Asupan makanan harus tetap dijaga meskipun nafsu makan menurun.
2. Preventif
a. Pemisahan alat makan dan minum dipisahkan dari anggota keluarga
lain untuk mencegah penularan
b. Penderita menggunakan alat pengaman (menutup mulut dengan kain
atau masker terutama saat batuk) agar tidak mudah tertular penyakit
jika berdekatan dengan orang yang sakit.
c. Untuk suami pasien: Jika pasien batuk harus ditutup, berusaha untuk
selalu menggunakan masker untuk mencegah penularan. Jika pasien
mengeluarkan dahak, dahak harus dibuang ditempat aman. Dahak
yang dikeluarkan disimpan dalam toples tersendiri untuk kemudian
dibakar.Jika buang dahak di luar rumah, usahakan dibuang di tempat
sampah yang terkena matahari langsung.
d. Menggunakan peralatan mandi tersendiri.
26
e. Mengusahakan ventilasi dan pencahayaan rumah yang baik.
3. Kuratif
Pasein dimotivasi terus untuk selalu meminum obat dari RSDM tepat
waktu dan kontrol rutin setiap bulan.
Jika merasa tubuhnya tidak fit atau sakit segera ke puskesmas atau
dokter terdekat.
4. Rehabilitatif
a. Mengurangi aktivitas berat. Jika merasa lelah saat bekerja, istirahat
dahulu, jangan memaksakan diri.
b. Mengusahan agar tetap aktif dalam kegaiatan masyarakat jangan
mengucilkan diri sendiri akibat penyakitnya dan lebih mendekatkan
diri ke Tuhan YME dengan banyak melakukan ibadah.
27
DAFTAR PUSTAKA
28