makalah last
TRANSCRIPT
SEMINAR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
NAMA
NIM
MAYOR/DEPARTEMEN
JUDUL MAKALAH
DOSEN PEMBIMBING
HARI/TANGGAL
TEMPAT
:
:
:
:
:
:
:
MEILLY KUSUMADEWI
F24070045
ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
ANALISIS SIFAT FISIKOKIMIA BEBERAPA
JENIS KECAP MANIS KOMERSIAL
INDONESIA
Dr. Ir. DEDE R. ADAWIYAH, M.Si
SENIN, 21 MARET 2011
RUANG SEMINAR PAU
Menyetujui,Bogor, 11 Maret 2011
Dr. Ir. Dede R. Adawiyah, M. SiDosen Pembimbing
PHYSICOCHEMICAL ANALYSIS SEVERAL TYPES OF
INDONESIA COMMERCIAL SWEET SOY SAUCE
Dede Rabiatul Adawiyah and Meilly KusumadewiDepartment of Agricultural Engineering, Faculty of Agricultural Technology,
Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia.Phone 62 251 8624622, e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Soy sauce is a traditional food product that is used as a food flavor enhancer and also as a favored seasoning. Soy sauce is used widely, so that its production is quite high. Soy sauce classified into two types, there are sweet soy sauce and salty soy sauce. Sweet soy sauce contain more sugar (26-61%) compared with salty soy sauce (4-19%). The method used in this study is the soy sauce consisting of fifteen types of brands were analyzed one by one for the analysis of physical and chemical properties. Each analysis is performed with two replications and each replication is done in duplicate. Analysis of physical properties include: color, viscosity, density, and total dissolved solids. Meanwhile, the analysis of chemical properties include: water content, salt content, nitrogen content, sugar content, pH, total tertitrasi acid, and glutamate. Physicochemical data has been obtained would be processed by the multivariate analysis, the method is called Principal Component Analysis (PCA). Based on the plot obtained by PCA method, it can be explained all of the information about the physicochemical properties data of fifteenth soy sauce, such as the resemblance between samples, the diversity of variables, and the relationship between variables.
Keywords: soy sauce, physicochemical analysis, principal component analysis
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian. Sebagian
besar kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia ialah kegiatan usaha
yang berkaitan dengan pertanian (agroindustri), khususnya agroindusti pangan.
Agroindustripangan merupakan salah satu industri pengolahan hasil pertanian yang
mempunyai peranan penting dalam pemenuhan dan penganakaragaman pangan
(Badan Pusat Statistik, 2002). Salah satu industri yang dapat digolongkan sebagai
agroindustri pangan adalah industri kecap. Hampir di setiap kota besar di Indoensia,
terutama di pulau Jawa banyak terdapat pabrik kecap dan berbagai merek kecap telah
beredar di pasaran.
Menurut Winarno (1986), kecap adalah cairan berwarna coklat gelap yang
mempunyai aroma khas. Kecap kedelai diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kecap
kedelai manis dan kecap kedelai asin (SNI 01-3543-1994). Kecap manis
mengandung gula lebih banyak (26-61%) dibandingkan kecap asin (4-19%)
(Judoamidjojo, 1987).
Saat ini kecap mulai dikenal di Amerika Serikat sebagai bumbu makanan non-
oriental, seperti steak, burger, dan barbeque (Nunomura dan Sasaki, 1986). Kecap di
Indonesia termasuk kedalam kecap Cina karena menggunakan bahan baku kedelai.
Konsumsi rata-rata dalam sehari penduduk Indonesia adalah 20 ml kecap (BPS,
2005). Hal ini berkaitan dengan fungsi utama kecap sebagai penambah cita rasa.
Data konsumsi kecap manis di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Konsumsi Kecap Manis di Indonesia Tahun 1998-2002
Tahun Konsumsi (juta liter) Rata-rata pertumbuhan per tahun (%)
1998 119.334 -
1999 123.152 3.10
2000 141.654 13.06
2001 181.987 22.16
2002* 194.493 6.43
Sumber: BPS, 2002
*) data sementara hingga bulan Agustus 2002
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa konsumsi kecap setiap tahun semakin
meningkat, karena tingginya permintaan konsumen akan kecap. Hal ini mengingat
bahwa kecap dapat digunakan sebagai pelezat makanan atau masakan. Peningkatan
permintaan kecap mendorong bertambahnya perusahaan dan investasi pada industri
kecap, sehingga muncul beberapa merek kecap di pasaran. Beberapa pertimbangan
konsumen dalam memilih kecap diantaranya dari segi rasa, aroma, dan sifat
fisikokimia dari kecap. Selama ini masih sangat sedikit penelitian yang melakukan
analisis mengenai sifat fisikokimia kecap, terutama terhadap beberapa merek kecap
di pasaran. Oleh karena itu, penting untuk melakukan penelitian mengenai analisis
sifat fisikokimia terhadap beberapa merek kecap yang ada di Indonesia.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
membandingkan sifat fisikokimia dari lima belas jenis kecap manis komersial
Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecap
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3543-1994), kecap adalah
produk cair yang diperoleh dari hasil fermentasi dan atau cara kimia (hidrolisis)
kacang kedelai (Glycine max L.) dengan atau tanpa penambahan bahan makanan
lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Kecap berasal dari Cina dan
dikenal di berbagai negara denga nama yang berbeda-beda, misalnya shoyu di
Jepang, chiang-yu di Cina, tayo di Filipina, dan di Indonesia disebut dengan kecap
(Hesseltine dan Wang, 1978).
Kecap kedelai diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kecap kedelai manis dan
kecap kedelai asin (SNI 01-3543-1994). Kecap manis memiliki konsistensi sangat
kental, rasa manis dengan kandungan gula 26-61% dan kandungan garam 3-6%.
Kecap asin yang disebut juga dengan saus kedelai ringan, memiliki konsistensi
encer, warna lebih muda, dan rasa lebih asin dengan kandungan garam 18-21%
dan kandungan gula 4-19%. Sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya di
Pulau Jawa, cenderung lebih menyukai kecap manis (Judoamidjojo, 1986).
Komposisi kimia dari kecap manis dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi kimia kecap manis
Komponen Kadar (%)
Air
Protein kasar
Lemak
Abu
Karbohidrat
Garam (NaCl)
29,61
1,46
0,14
7,64
61,15
6,27
Sumber: Judoamidjojo (1986)
B. Pembuatan Kecap
Kecap dapat diproduksi dengan tiga cara, yaitu fermentasi kedelai, hidrolisis
asam, atau kombinasi dari keduanya. Pembuatan kecap secara fermentasi pada
prinsipnya menyangkut pemecahan protein, lemak, dan karbohidrat oleh aktivitas
enzim dari kapang, ragi (kamir) dan bakteri, menjadi senyawa-senyawa yang lebih
sederhana, yang menentukan cita rasa, aroma dan komposisi kecap. Pembuatan
kecap secara hidrolisis pada dasarnya adalah pemecahan protein dengan
menggunakan asam sehingga menghasilkan peptida-peptida dan asam-asam
amino. Pembuatan kecap secara kombinasi merupakan gabungan kedua cara di
atas. Mula-mula sebagian protein dihidrolisis dengan asam, kemudian dilanjutkan
dengan fermentasi (Santoso, 2005).
Kecap di Indonesia dibuat dari kedelai hitam yang memberi citarasa dan
aroma yang lebih baik dibandingkan dengan kecap yang dibuat dari kedelai
kuning. Menurut Junaidi (1987), komposisi kimia kedelai hitam dan kedelai
kuning tidak menunjukkan perbedaan yang berarti, sehingga tidak akan
menyebabkan perbedaan komposisi kimia kecap yang dihasilkan. Alasan
penggunaan kedelai hitam yang ditemukan oleh kalangan produsen kecap adalah
warna kecap yang dibuat dari kedelai hitam lebih mantap sehingga lebih disukai
oleh konsumen.
Menurut Koswara (1992), pembuatan kecap di Indonesia umumnya
dilakukan secara fermentasi. Pembuatan kecap secara umum terdiri atas dua
tahap, yaitu fermentasi kapang (solid stage fermentation) dan fermentasi dalam
larutan garam (brine fermentation).
BAHAN DAN METODE
A. Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecap manis
komersial Indonesia dengan berbagai macam merek. Jumlah kecap manis yang
diteliti sebanyak lima belas jenis. Pereaksi yang digunakan diantaranya: larutan
AgNO3 0.1 M, larutan K2CrO4 5%, MgO, H2SO4, HgO, K2SO4, Larutan 60%
NaOH-5% Na2S2O3, larutan H2BO3, larutan HCl 0.02 N, air destilata, indikator
fenoftalin 1%, CaCO3, Pb asetat jenuh, Na-Oksalat, Pereaksi Anthrone 1% dalam
H2SO4, larutan glukosa standar 0.2 mg/ml, buffer pH 7.2, larutan NaOH 0.1 N,
dan KHP.
Alat yang digunakan untuk analisis fisikokimia kecap manis adalah
kromameter, viskometer Brookfield, piknometer, refraktometer, neraca analitik,
penjepit cawan, desikator, oven vakum, cawan alumunium, cawan porselen, alat
destruksi, tanur listrik, erlenmeyer, pipet tetes, gelas piala, buret, labu Kjeldahl,
labu takar, pipet volumetrik, alat distilasi, termometer, spektrofotometer, kertas
saring, corong, hot plate, water bath, tabung reaksi, dan pH-meter.
B. Metode
Kecap manis yang terdiri atas lima belas jenis merek dianalisis satu per satu
untuk analisis sifat fisik dan kimia. Setiap analisis dilakukan dengan dua kali
ulangan dan setiap ulangan dilakukan secara duplo. Analisis sifat fisik meliputi:
warna, kekentalan, berat jenis, dan total padatan terlarut. Sementara itu, analisis
sifat kimia meliputi: kadar air, kadar garam, kadar nitrogen, kadar gula, pH, dan
Aw. Diagram alir analisis sifat fisikokimia kecap dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram alir analisis sifat fisikokimia kecap
1. Analisis Fisik
a. Penetapan Warna dengan Metode Chromameter
1) Persiapan Alat
Persiapkan alat. Masukkan steker. Lakukan kalibrasi alat dengan
menekan tombol ‘CALIBRATE’. Letakkan measuring head pada alat
kalibrasi yang berwarna putih. Tekan ‘MEASURE’ atau tekan tombol
pada measuring head. Alat akan melakukan tiga kali pengukuran.
2) Pengukuran Sampel
Letakkan measuring head pada sampel yang akan diukur, dan tekan
‘MEASURE’ atau tekan tombol pada measuring head. Lakukan
pengukuran di tiga titik permukaan sampel. Catat hasil pengukuran
dengan sistem notasi L-a-b.
b. Penetapan Kekentalan dengan Menggunakan Viskometer Brookfield
1) Pengukuran Sampel
Masukkan stop kontak. Tentukan nomor (jenis) spindle dan
kecepatan putar. Bila pengukuran dilakukan pada fluida yang
kekentalannya belum diketahui, dianjurkan untuk menggunakan spindle
dari bernomor besar hingga kecil dan kecepatan putar dari kecepatan
putar rendah ke kecepatan tinggi (Tabel 4). Gunakan nomor spindle 4
dengan kecepatan putar 30 rpm untuk sampel kecap yang sangat kental,
Kecap Manis Komersial Indonesia
Kecap Manis Komersial Indonesia
WarnaBerat JenisViskositasTotal Padatan Terlarut
WarnaBerat JenisViskositasTotal Padatan Terlarut
Analisis Fisik
Analisis Fisik
Analisis Kimia
Analisis Kimia
Kadar AirKadar GaramTotal NitrogenTotal GulapHAw
Kadar AirKadar GaramTotal NitrogenTotal GulapHAw
nomor spindle 3 dengan kecepatan putar 30 rpm untuk sampel kecap
yang kental, dan nomor spindle 1 dengan kecepatan putar 60 rpm untuk
sampel kecap yang cair.
Atur ketinggian viskometer hingga tanda garis tercelup. Tekan ke
bawah. Lakukan pengukuran dengan menekan tombol ON. Lepaskan
‘clamp lever’. Biarkan spindle berputar selama 20-30 detik untuk
menghasilkan viskositas yang tepat. Setelah jarum stabil, tekan tuas
penjepit sehingga jarum penunjuk tidak berubah posisi. Matikan motor
dengan memindah tombol ke posisi OFF. Baca angka yang terlihat dan
catat. Kembalikan jarum menunjuk posisi 0.
2) Perhitungan
Hitung viskositas dengan rumus berikut:
Viskositas (centipoise) = skala yang terbaca x faktor konversi (Tabel 5)
Tabel 5. Faktor konversi penetapan viskositas
SpindleRpm
60 30 12 6
No. 1 1 2 5 10
No. 2 5 10 25 50
No. 3 20 40 100 200
No. 4 100 200 500 1000
c. Penetapan Berat Jenis dengan Menggunakan Piknometer (Apriyantono
et al., 1989)
Piknometer dibersihkan, dikeringkan, dan ditimbang. Isi piknometer
dengan air destilata (20-30°C) sampai meluap dan tidak ada gelembung
udara. Piknometer diangkat dan bagian luarnya dikeringkan, lalu ditimbang.
Untuk penetapan sampel, air destilata diganti dengan sampel dan prosedur
yang dilakukan sama dengan di atas. Perhitungan berat jenis ditentukan
dengan persamaan sebagai berikut:
BJ =
d. Penetapan Total Padatan Terlarut dengan Menggunakan
Refraktometer (Apriyantono et al., 1989)
Prisma refraktometer dibersihkan dengan alkohol. Dua tetes sampel
ditempatkan pada prisma refraktometer dan prisma ditutup sehingga nilai
total padatan terbaca dan dinyatakan derajat brix.
2. Analisis Kimia
a. Penetapan Kadar Air dengan Metode Oven Vakum (AOAC 925.45,
1999)
Keringkan cawan kosong dan tutupnya dalam oven selama 15 menit.
Dinginkan cawan dalam desikator. Ambil cawan kering dengan penjepit.
Timbang cawan kering yang sudah didinginkan. Timbang 1-2 gram contoh
pada cawan tersebut. Keringkan pada oven vakum suhu 70°C, 25 mmHg
selama 2 jam. Dinginkan dalam desikator, lalu timbang. Ulangi
penimbangan hingga diperoleh bobot tetap (≤ 0,0005 gram). Kadar air
dihitung menurut persamaan berikut:
Kadar air (g/100 g bahan basah) = x 100
Keterangan:
W =bobot contoh sebelum dikeringkan (gram)
W1 =bobot contoh + cawan sesudah dikeringkan (gram)
W2 =bobot cawan kosong kering (gram)
b. Penetapan Kadar Garam dengan Metode Modifikasi Mohr
(Apriyantono et al., 1989)
a) Pembuatan AgNO3 0,1 M
Timbang AgNO3 16,989 gram yang telah dikeringkan 120°C
selama 1 jam di dalam gelas piala. Tambahkan air destilata sebanyak 50
ml, lalu aduk dengan spatula hingga semua AgNO3 terlarut. Masukkan
larutan ke dalam labu takar 1 liter dengan hati-hati. Bilas gelas piala
dengan air destilata tiga kali. Tambah air ke dalam labu takar hingga
tanda tera. Aduk larutan dengan cara membolak-balikkan labu takar
sehingga diperoleh larutan yang homogen. Pindahkan larutan ke dalam
botol pereaksi, tutup rapat. Beri label konsentrasi dan tanggal pembuatan.
b) Standarisasi AgNO3 0,1 M
Timbang NaCl 100 mg dalam erlenmeyer, tambah 25 ml akuades
dan 2-3 tetes larutan K2Cr2O7 5%, lalu dititrasi dengan larutan AgNO3 0,1
M.
c) Titrasi dengan AgNO3 0,1 M
Cuci abu dari hasil pengabuan dalam cawan sebanyak 3 kali
dengan1-2 ml air destilata (total air destilata yang digunakan untuk
membilas adalah 100 ml). Pindahkan larutan abu ke dalam erlenmeyer
250 ml, kemudian tambahkan 1 sudip MgO dan 2-3 tetes larutan K2Cr2O7
5%, lalu dititrasi dengan larutan AgNO3 0,1 M sampai timbul warna
oranye pertama.
Normalitas AgNO3 = x 100
Kadar Garam (%) = x 100
c. Penetapan Total Nitrogen dengan Metode Mikro Kjeldahl
(Apriyantono et al., 1989)
Sampel sebanyak 0,03 gram dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl, lalu
ditambah 2 gram K2SO4, 50 mg HgO, 3 ml H2SO4 dan beberapa butir batu
didih. Sampel didestruksi sampai jernih. Setelah dingin, sampel
ditambahkan dengan 3 ml air destilata dan didinginkan kembali. Isi labu
dipindahkan ke dalam alat destilasi dan ditambah 10 ml NaOH-Na2S2O3.
Labu dibilas dengan 2 ml air destilata. Erlenmeyer diisi dengan 5 ml H3BO3
dan 2 tetes indikator campuran metil merah 0,2% dan metilen biru 0,2%
(2:1), lalu diletakkan di bawah kondensor pada alat destilasi. Destilasi
dilakukan sampai diperoleh destilat sebanyak 50 ml. Setelah itu, tabung
kondensor dibilas dengan air destilata dan hasilnya ditampung pada
erlenmeyer yang sama. Larutan tersebut dititrasi dengan HCl 0,022 N.
Blanko juga disiapkan mengganti sampel awal dengan air destilata.
Perhitungan total Nitrogen:
Total N (%) = x 100%
Keterangan: a = ml HCl sampel
b = ml HCl blanko
d. Penepatan Kadar Gula
1) Persiapan Sampel (Apriyantono et al., 1989)
Ambil 0,5 gram contoh dan masukkan ke dalam gelas piala 300 ml,
tambahkan 100 ml air destilata dan 1 gram CaCO3. Didihkan contoh
selama 30 menit, kemudian dinginkan. Pindahkan contoh ke dalam labu
takar 250 ml. Tambahkan contoh dengan 1,5-2,5 ml larutan Pb asetat
jenuh sampai larutan menjadi jernih. Tepatkan volume larutan contoh
sampai tanda tera dengan air destilata. Kocok dan saring dengan kertas
saring. Ambil 30 ml filtrat contoh ke dalam gelas piala lain. Tambahkan
1,5 gram Na-oksalat kering ke dalam filtrat contoh untuk mengendapkan
Pb. Saring kembali contoh. Ambil filtrat yang diperoleh sebanyak 5 ml
untuk analisis total gula.
2) Penetapan Total Gula dengan Metode Anthron (Apriyantono et al.,
1989)
a) Pembuatan Kurva Standar
Larutan glukosa standar (0,2 mg/ml), masing-masing sebanyak
0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Setelah masing-masing ditepatkan menjadi 1,0 ml dengan air destilata,
larutan segera ditambah 5 ml pereaksi Anthrone. Tabung reaksi
ditutup dan ditempatkan pada penangas 100°C selama 12 menit.
Setelah didinginkan, absorbansi larutan dibaca pada panjang
gelombang 630 nm.
b) Penetapan Sampel
Filtrat hasil persiapan sampel sebanyak 1 ml diencerkan 1000
kali dengan cara pengenceran bertahap (3x10 ml) dengan air destilata.
Larutan hasil pengenceran sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan segera ditambah 5 ml pereaksi Anthrone. Tabung
reaksi ditutup dan ditempatkan pada penangas 100°C selama 12 menit.
Setelah didinginkan dengan air mengalir, absorbansi larutan dibaca
pada panjang gelombang 630 nm. Nilai absorbansi dimasukkan ke
dalam kurva standar untuk mengetahui konsentrasi gula. Perhitungan:
Total gula (%) = x 100%
Keterangan:
[glu] sampel = konsentrasi glukosa pada sampel yang diperoleh dari
kurva standar
V akhir = volume akhir sampel
FP = faktor pengenceran = 1000
e. Penetapan pH dengan Menggunakan pH-meter (Apriyantono et al.,
1989)
Alat pH-meter dinyalakan selama 15 menit, kemudian dikalibrasi
dengan buffer pH 7,2. Sampel sebanyak 5 ml diencerkan menjadi 50 ml
dengan air destilata, kemudian diukur pH-nya.
f. Penetapan Aw dengan menggunakan Aw-meter
1) Menyalakan alat
Pastikan probe dan sample cup dalam keadaan bersih. Hubungkan
adptor dengan arus listrik. Nyalakan alat. Pastikan alat telah terkalibrasi.
Biarkan alat menyala kira-kira selama 15 menit sampai alat stabil.
2) Menggunakan alat
Masukan sampel dalam cup sebanyak 1-3 gram. Masukan ke dalam
probe. Tekan ‘START’, tunggu sampai muncul tulisan ‘COMPLETED’,
lalu akan muncul nilai Aw dan suhu. Baca dan catat nilai Aw dan
suhunya. Keluarkan sampel dari probe, lalu bersihkan probe dan cup.
3. Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
analisis multivariate dengan metode Principal Component Analysis (PCA).
PCA merupakan metode yang dapat digunakan untuk memvisualisasikan
seluruh informasi yang terkandung dalam data. Analisis dengan PCA dapat
menjelaskan 75%-90% dari total keragaman dalam data yang mempunyai 25
hingga 30 variabel hanya dengan dua sampai tiga principal component
(Meilgaard, et. al, 1999).
Di antara komponen-komponen utama yang mungkin, analisis PCA ini
mencari terlebih dahulu komponen utama yang menjelaskan keragaman
individu maksimum. Komponen utama pertama adalah dimensi yang
menjelaskan ragam individu maksimum dan komponen utama kedua adalah
dimensi yang menjelaskan ragam individu terbanyak setelah komponen utama
pertama. Proses ini terus berlanjut sampai komponen utama terakhir sehingga
variasi individu yang dijelaskan maksimum (Esbensen et. al., 1994). Setiap
komponen dalam PCA model dikarakteristik oleh tiga atribut, yaitu : (1) ragam
(variance), yang mampu menjelaskan informasi yang dapat diterangkan oleh
setiap komponen utama, (2) loading, menjelaskan hubungan antar variabel
dalam setiap komponen utama, dan (3) skor, menggambarkan sifat-sifat subjek
(sampel).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat fisik kecap yang dianalisis meliputi warna, densitas, viskositas, dan
total padatan terlarut. Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan
chromameter dan dinyatakan dengan sistem L, a, b. Data pengukuran warna kecap
manis dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Data pengukuran warna beberapa kecap manis
SampelWarna
L a b
A 26,79 0,46 -0,43
B 26,75 0,50 -0,22
C 26,90 0,46 -0,29
D 26,80 0,58 -0,23
E 27,20 0,69 0,07
F 27,55 0,52 -0,26
G 26,89 0,48 -0,36
H 27,11 0,64 -0,15
I 24,27 0,38 -0,82
J 26,79 0,64 -0,40
K 27,60 0,56 -0,05
L 27,16 0,62 -0,32
M 27,31 0,52 -0,08
N 27,05 0,50 -0,28
O 27,31 0,51 -0,10
Notasi L menunjukkan kecerahan (brightness). Nilai L memiliki skala dari 0
sampai 100. Semakin besar nilai L maka sampel akan berwarna semakin cerah.
Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa nilai L untuk kecap manis berkisar antara
26,00 – 27,00. Sampel yang memiliki nilai L tertinggi adalah sampel K, yaitu 27,
60. Sementara itu, sampel dengan nilai L terendah adalah sampel I, yaitu 24, 27.
Nilai a menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau dengan +a
(positif) dari 0 sampai +100 untuk warna merah dan nilai –a (negatif) dari 0
sampai -80 untuk warna hijau. Kelima belas sampel kecap manis memiliki nilai a
positif yang berkisar antara 0,38 – 0,69. Nilai a tertinggi adalah sampel E, yaitu
0,69. Sementara itu, nilai a terendah adalah sampel I, yaitu 0,38.
Nilai b menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning dengan nilai +b
(posistif) dari 0 sampai +70 untuk warna kuning dan nilai –b (negatif) dari 0
sampai -80 untuk warna biru. Berdasarkan Tabel 6, hanya sampel E yang
memiliki nilai +b (positif), sedangkan kecap lainnya memiliki nilai –b (negatif).
Sifat fisik lainnya, seperti densitas, viskositas, dan total padatan terlarut,
serta sifat kimia seperti kadar air, kadar garam, pH, dan Aw diolah dengan
menggunakan analisis multivariate metode Principal Component Analysis (PCA),
yaitu analisis biplot. Hasil dari analisis biplot terhadap kelimabelas sampel kecap
manis terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hasil analisis biplot terhadap kadar air, kadar garam, pH, Aw, densitas,
dan viskositas terhadap lima belas kecap manis komersial.
Berdasarkan plot di atas dapat dilihat bahwa sampel H, C, E dan O dominan
dalam peubah pH sedangkan sampel I dominan pada 3 peubah yaitu kadar garam,
kadar air dan Aw. Sampel L, G, D, B, A dan J tidak memiliki kecenderungan pada
peubah manapun. Sampel K dan F memiliki kecenderungan pada peubah
viskositas dan sampel M dan N memiliki kecenderungan pada peubah total
padatan terlarut dan densitas.
Dari biplot di atas terlihat bahwa sampel L, G, D, B, A dan J memiliki
karakteristik yang mirip. Sampel H, C, O dan E juga memiliki karakteristik yang
mirip. Begitu juga dengan sampel M dan N dan sampel K dan F.
Peubah total padatan terlarut dan densitas memiliki korelasi positif yang
kuat. Antara peubah total padatan terlarut dan viskositas serta densitas dengan
viskositas juga memiliki korelasi positif. Kadar air, kadar garam dan Aw memiliki
I
korelasi yang positif pada masing-masing pasangannya dan ketiga variabel
tersebut memiliki korelasi negatif yang kuat terhadap viskositas, total padatan
terlarut dan densitas. Peubah pH tidak memiliki korelasi dengan peubah-peubah
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N., Sedarnawati dan Budijanto, S. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
AOAC International. 1999. Official Method of Analysis 925.45 Chapter 44.1.03 p. 2.
Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Konsumsi dan Produksi. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
. 2005. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2005. Survey Sosial Ekonomi Nasional, Buku 1. BPS. Jakarta.
Esbensen, K., Schönkopf, S. and Midtgaard, T., 1996. Multivariate analysis in practice. Camo A/S, Norway.
Hesseltine, C. W. Dan Wang, H. L. 1978. Fermented soybeans food products. Di dalam: Smith, A. K. dan Circle, S. J., (eds). Soybean: Chemistry and Technology. AVI Publising, Connecticut.
Judoamidjojo, R. M. 1986. The Studies on Kecap – Indigenous Seasoning of Indonesia. Memoirs of Tokyo University of Agriculture. Japan.
.1987. The Studies on Kecap – Indigenous Seasoning of Indonesia. Thesis Doktor pada Tokyo University of Agriculture. Japan.
Junaidi, L. 1987. Pengaruh Pembersihan Koji dari Kapang terhadap Efektivitas Fermentasi Kedelai Hitam dan Kedelai Kuning pada Proses Pembuatan Moromi untuk Kecap. Skripsi Sarjana. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Koswara, S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadi Makanan Bermutu. Sinar Harapan, Jakarta.
Meilgaard, M., Civille, G.V and Carr, T. 1999. Sensory Evaluation Techniques. C. Anderson (ed), CRC Press, Boca Raton.
Nunomura, N. dan Sasaki, M. 1986. Soy sauce. Di dalam: Reddy, N. R., Pierson, M. D. dan Salunkhe, D. K., (eds). Legume-based Fermented Foods. CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida.
Santoso, 2005. Teknologi Pengolahan Kedelai (Teori dan Praktik). Laboratorium Kimia Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Widyagama, Malang.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 1994. Kecap Kedelai. Pusat Standarisasi Industri, Departemen Perindustrian, Jakarta. (SNI 01-3543-1994).