laporan farmakologi toksisitas.doc

43
PERCOBAAN V TOKSISITAS I. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari manifestasi efek dan toksisitas amfetamin. 2. Melihat pengaruh lingkungan terhadap toksisitas amfetamin 3. Memahami bahaya penggunaan amfetamin dan obat sejenis 4. Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya manifestasi keracunan sianida dan gejala-gejala keracunan sianida. 5. Mengerti mekanisme kerja antidotum untuk sianida 6. Agar mahasiswa terampil menangani kasus CN dengan memilihkan antidote yang tepat. II. Tinjauan Pustaka Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang racun. Pengertian lain yaitu semua subtansi yang digunakan, dibuat, atau hasil dari suatu formulasi dan produk sampingan yang masuk ke lingkungan dan punya kemampuan untuk menimbulkan pengaruh negative bagi manusia. Keracunan dapat ditimbulkan oleh zat kimia ( zat industri, obat, kosmetik, BTM),

Upload: farell-anugrah

Post on 20-Sep-2015

632 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

toksisitas dan bslt

TRANSCRIPT

PERCOBAAN V

TOKSISITASI. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari manifestasi efek dan toksisitas amfetamin.

2. Melihat pengaruh lingkungan terhadap toksisitas amfetamin

3. Memahami bahaya penggunaan amfetamin dan obat sejenis

4. Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya manifestasi keracunan sianida dan gejala-gejala keracunan sianida.

5. Mengerti mekanisme kerja antidotum untuk sianida6. Agar mahasiswa terampil menangani kasus CN dengan memilihkan antidote yang tepat.II. Tinjauan Pustaka

Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang racun. Pengertian lain yaitu semua subtansi yang digunakan, dibuat, atau hasil dari suatu formulasi dan produk sampingan yang masuk ke lingkungan dan punya kemampuan untuk menimbulkan pengaruh negative bagi manusia. Keracunan dapat ditimbulkan oleh zat kimia ( zat industri, obat, kosmetik, BTM), insektisida, tumbuhan ( jamur), dan hewan (bisa ular/lebah).

Bentuk toksisitas :a. Toksisitas fisika : dermatitis, kulit kering, kulit pecah, iritasi, demam dll. Yang disebabkan oleh radiasi. b. Toksisitas kimia : disebabkan oleh asam kuat, logam merkuri, dll.c. Toksisitas fisiologis : yang mempengaruhi ensim dalam metabolisme.Semua zat adalah racun yang tegantung dari dosis dan lama kontak. Zat bersifat racun yang berada dalam tubuh belum tentu bersifat racun karena sangat tergantung dari kadar zat tersebut dalam tubuh.Konsentrasi zat yang kontak dalam waktu lama dan tidak menimbulkan efek toksik disebut ambang batas.-Keracunan :a. Keracunan akut : terjadi segera disebabkan logam, insektisida, obat dll.b. Keracunan kronis : terjadi dalam waktu lama dan terjadi penimbunan dalam tubuh. Keracunan kronis dapat menyebabkan kanker,mutagenic, kerusakan organ, dll.Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem saraf pusat (SSP) stimulants.stimulan. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putih kristal kecil.

Senyawa ini memiliki nama kimia methylphenethylamine merupakan suatu senyawa yang telah digunakan secara terapetik untuk mengatasi obesitas, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan narkolepsi. Amfetamin meningkatkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan jumlah neurotransmiter golongan monoamine (dopamin, norepinefrin, dan serotonin) dari saraf pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak efek stimulan diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah, meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan, dan menurunkan keinginan untuk tidur. Akan tetapi, dalam keadaan overdosis, efek-efek tersebut menjadi berlebihan.

Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi amfetamin memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain (waktu paruh amfetamin 10 15 jam) dan durasi yang memberikan efek euforianya 4 8 kali lebih lama dibandingkan kokain. Hal ini disebabkan oleh stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi reserve powers yang ada di dalam tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh amfetamin melemah, tubuh memberikan signal bahwa tubuh membutuhkan senyawa-senyawa itu lagi. Berdasarkan ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems), kelainan mental dan tingkah laku yang disebabkan oleh amfetamin diklasifikasikan ke dalam golongan F15 (Amfetamin yang menyebabkan ketergantungan psikologis).

Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah dihirup melalui tabung. Zat tersebut mempunyai mempunyai beberapa nama lain: ATS, SS, ubas, ice, Shabu, Speed, Glass, Quartz, Hirropon dan lain sebagainya. Amfetamin terdiri dari dua senyawa yang berbeda: dextroamphetamine murni and pure levoamphetamine.dan levoamphetamine murni. Since dextroamphetamine is more potent than levoamphetamine, pure Karena dextroamphetamine lebih kuat daripada levoamphetamine, dextroamphetamine juga lebih kuat daripada campuran amfetamin.Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik. Efek amfetamin termasuk rasa kesejahteraan, dan membuat seseorang merasa lebih percaya diri. Perasaan ini bisa bertahan sampai 12 jam, dan beberapa orang terus menggunakan untuk menghindari turun dari obatObat-obat yang termasuk ke dalam golongan amfetamin adalah: 1. Amfetamin 2. Metamfetamin 3. Metilendioksimetamfetamin (MDMA, ecstasy atau Adam).Amfetamin bisa disalah gunakan selama bertahun-tahun atau digunakan sewaktu-waktu. Bisa terjadi ketergantungan fisik maupun ketergantungan psikis. Dulu ketergantungan terhadap amfetaamin timbul jika obat ini diresepkan untuk menurunkan berat badan, tetapi sekarang penyalahgunaan amfetamin terjadi karena penyaluran obat yang ilegal. Beberapa amfetamin tidak digunakan untuk keperluan medis dan beberapa lainnya dibuat dan digunakan secara ilegal.Di AS, yang paling banyak disalahgunakan adalah metamfetamin. Penyalahgunaan MDMA sebelumnya tersebar luas di Eropa, dan sekarang telah mencapai AS. Setelah menelan obat ini, pemakai seringkali pergi ke disko untuk triping. MDMA mempengaruhi penyerapan ulang serotonin (salah satu penghantar saraf tubuh) di otak dan diduga menjadi racun bagi sistim saraf.GEJALAAmfetamin meningkatkan kesiagaan (mengurangi kelelahan), menambah daya konsentrasi, menurunkan nafsu makan dan memperkuat penampilan fisik. Obat ini menimbulkan perasaan nyaman atau euforia (perasaan senang yang berlebihan). Beberapa pecandu amfetamin adalah penderita depresi dan mereka menggunakan efek peningkat-suasana hati dari amfetamin untuk mengurangi depresinya sementara waktu. Pada atlet pelari, amfetamin bisa memperbaiki penampilan fisik, perbedaan sepersekian detik bisa menentukan siapa yang menjadi juara. Para pengemudi truk jarak jauh menggunakan amfetamin supaya mereka tetap terjaga.

Selain merangsang otak, amfetamin juga meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung. Pernah terjadi serangan jantung yang berakibat fatal, bahkan pada atlet muda yang sehat. Tekanan darah bisa sedemikian tinggi sehingga pembuluh darah di otak bisa pecah, menyebabkan stroke dan kemungkinan menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Kematian lebih mungkin terjadi jika:

MDMA digunakan dalam ruangan hangat dengan ventilasi yang kurang

pemakai sangat aktif secara fisik (misalnya menari dengan cepat)

pemakai berkeringat banyak dan tidak minum sejumlah cairan yang cukup untuk menggantikan hilangnya cairan.

Orang yang memiliki kebiasaan menggunakan amfetamin beberapa kali sehari, dengan segera akan mengalami toleransi. Jumlah yang digunakan pada akhirnya akan meningkat sampai beberapa ratus kali dosis awal. Pada dosis tertentu, hampir semua pecandu menjadi psikostik, karena amfetamin dapat menyebabkan kecemasan hebat, paranoia dan gangguan pengertian terhadap kenyataan hidup. Reaksi psikotik meliputi halusinasi dengar dan lihat (melihat dan mendengar benda yang sebenarnya tidak ada) dan merasa sangat berkuasa. Efek tersebut bisa terjadi pada siapa saja, tetapi yang lebih rentan adalah pengguna dengan kelainan psikiatrik (misalnya skizofrenia). EFEKEfek yang ditimbulkan Amphetamine tipikal digunakan untuk meningkatkan daya kerja dan untuk menginduksi perasaan euforik. Pelajar yang belajar untuk ujian, pengendara truk jarak jauh, pekerja yang sering dituntut bekerja mengejar deadline, dan atlet. Amphetamine merupakan zat yang adiktif. Jenis obatobatan yang tergolong kelompok amphetamine adalah : dextroamphetamine (Dexedrin), methamphetamine dan methylphenidate (Ritalin). Obat tersebut beredar dengan nama jalanan : crack, ecstasy, ice, crystal meth, speed, shabushabu. Gejala Intoksikasi (keracunan) Sindroma intoksikasi amfetamin serupa dengan intoksikasi kokain, yaitu Takikardia Dilatasi pupil Peninggian atau penurunan tekanan darah Berkeringat atau menggigil Mual dan muntah Penurunan berat badan Agitasi atau retardasi psikomotor Kelemahan otot, depresi pernapasan, nyeri dada, aritmia jantung Konfusi, kejang, diskinesia, distonia, koma Gejala Putus Obat Kecemasan Gemetar Mood disforik Letargi Fatigue Mimpi yang menakutkan Nyeri kepala Berkeringat banyak Kram otot dan lambung Rasa lapar yang tidak pernah kenyang HALUSINOGEN Halusinogen disebut sebagai psikodelik atau psikotomimetik karena disamping menyebabkan halusinasi juga menyebabkan hilangnya kontak dengan realitas dan suatu perluasan serta peninggian kesadaran.

Ketergantungan halusinogen Pemakaian jangka panjang jarang terjadi. Tidak terdapat adiksi fisik, namun demikian adiksi psikologis dapat terjadi walaupun jarang. Hal ini disebabkan karena pengalaman menggunakan LSD berbedabeda dan karena tidak terdapat euforia seperti yang dibayangkan. Gejala Intoksikasi Perilaku maladaptif (kecemasan, paranoid, gangguan dalam pertimbangan, dsb) Perubahan persepsi ( depersonalisasi, ilusi, direalisasi, halusinasi,dsb ) Dilatasi pupil Takikardia Berkeringat Palpitasi Pandangan kabur Tremor Inkoordinasi PHENCYCLIDINE (PCP) Phencyclidien adalah golongan arylcyclohexylamine yang paling sering disalahgunakan. PCP dikembangkan dan diklasifokasikan sebagai anestetik disosiatif; tetapi penggunaannya sebagai anestetik pada manusia disertai dengan disorientasi, agitasi, delirium dan halusinai yang tidak menyenangkan saat terbangun. Karena alasan tersebut PCP tidak lagi digunakan sebagai anestetik pada manusia. Dibeberapa negara digunakan sebagai anestetik dalam kedokteran hewan. Nama populer dari PCP adalah : Angel dust, crystal, peace, supergrass (jika dibubuhi padarokokganja), hog, rocket fuel, dan horse tranquilizer.

Efek yang ditimbulkan dan Gejala Klinis Efek PCP adalah mirip dengan efek halusinogen seperti lysergic acid diethylamide (LSD); tetapi karena farmakologi yang berbeda dan adanya efek klinis yang berbeda diklasifikasikan sebagai kategori obat yang berbeda. Ketergantungan secara fisik jarang ditemui, tetapi ketergantungan secara psikologis sering dialami oleh pengguna PCP. Orang yang baru saja menggunakan PCP seringkali menampilkan gejala : Menjadi tidak komunikatif, tampak pelupa dan fantasi yang aktif Tempo yang cepat Euforia Badan yang hangat Rasa geli dan sensasi melayang penuh kedamaian Perasaan depersonalisasi Isolasi dan menjauhkan diri dari orang lain Halusinasi visual dan auditoris Gangguan persepsi tempat dan waktu Perubahan citra tubuh yang mencolok Konfusi dan disorganisasi pikiran Kecemasan Menjadi simpatik, bersosialisasi dan suka bicara pada suatu saat dan bersikap bermusuhan pada waktu lainnya Hipertensi, nistigamus dan hipertermia Melakukan gerakan memutar kepala, menghentak, menyeringai Kekakuan otot Muntah berulang Bicara dan menyanyi berulang Lekas marah, paranoid Suka berkelahi dan menyerang secara irasional Bunuh diri atau membunuh Delirium Gangguan psikotik Gangguan mood Gangguan kecemasan SEDATIF, HIPNOTIK ATAU ANSIOLITIK Sedatif adalah obat yang menurunkan ketegangan subyektif dan menginduksi ketenangan mental. Istilah "sedatif" sesungguhnya adalah sama dengan dengan istilah "ansiolitik", yaitu obat yang menurunkan kecemasan. Hipnotik adalah obat yang menginduksi tidur. Jika sedatif dan ansiolitik diberikan dalam dosis tinggi, obat tersebut dapat menginduksi tidur seperti yang disebabkan oleh hipnotik. Sebaliknya jika hipnotik diberikan dalam dosis rendah , obat dapat menginduksi sedasi pada siang hari seperti yang disebabkan oleh sedatif atau ansiolitik. Di dalam literatur lama, sedatif, ansiolitik dan hipnotik dikelompokkan bersama sama sebagai tranquilizer minor.

Jenis obatobatan yang tergolong kelompok sedatifhipnotik atau ansiolitik adalah benzodiazepin, seperti : Diazapam (Valium) Barbiturat contoh secobarbital (Seconal) Qualone (Quaalude) Mepobramate (Equanil) Dana glutethimide (Doriden).Obat-obatan ini sebenarnya diresepkan sebagai antipireptik, pelemas otot, anestetik, dan adjuvan anestetik. Semua obat didalam kelas ini dan alkohol memiliki toleransi silang dan efeknya adalah adiktif. Ketergantungan fisik dan psikologis berkembang terhadap semua obatobatan ini, dan semuanya disertai gejala putus obat. Zat Adiktif lain Beberapa jenis zat adiktif lain : INHALANSIA Zat inhalan tersedia secara legal, tidak mahal dan mudah didapatkan. Oleh sebab itu banyak dijtemukan digunakan oleh kalangan sosial ekonomi rendah. Contoh spesifik dari inhalan adalah bensin, vernis, cairan pemantik api, lem, semen karet, cairan pembersih, cat semprot, semir sepatu, cairan koreksi mesin tik (tipEx), perekat kayu, bahan pembakar aerosol, pengencer cat. Inhalan biasanya dilepaskan ke dalam paruparu dengan menggunakan suatu tabung.Gambaran Klinis Dalam dosis awal yang kecil inhalan dapat menginhibisi dan menyebabkan perasaan euforia, kegembiraan, dan sensasi mengambang yang menyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat berupa rasa ketakutan, ilusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual dan distorsi ukuran tubuh. Gejala neurologis dapat termasuk bicara yang tidak jelas (menggumam, penurunan kecepatan bicara, dan ataksia) . Penggunaan dalam waktu lama dapat menyebabkan iritabilitas, labilitas emosi dan gangguan ingatan. Sindroma putus inhalan tidak sering terjadi, kalaupun ada muncul dalam bentuk susah tidur, iritabilitas, kegugupan, berkeringat, mual, muntah, takikardia, dan kadangkadang disertai waham dan halusinasi. Efek yang merugikan Efek merugikan yang paling serius adalah kematian yang disebabkan karena depresi pernafasan, aritmia jantung, asfiksiasi, aspirasi muntah atau kecelakaan atau cedera. Penggunaan inhalan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal yang ireversibel dan kerusakan otot yang permanen. PENGOBATANGejala yang berlawanan dengan efek amfetamin terjadi jika amfetamin secara tiba-tiba dihentikan penggunannya. Pengguna akan menjadi lelah atau mengantuk, yang bisa berlangsung selama 2-3 hari setelah penggunaan obat dihentikan. Beberapa pengguna sangat cemas dan gelisah. Pengguna yang juga menderita depresi bisa menjadi lebih depresi jika obat ini berhenti digunakan. Mereka menjadi cenderung ingin bunuh diri, tetapi selama beberapa hari mereka mengalami kekurangan tenaga untuk melakukan usaha bunuh diri. Karena itu pengguna menahun perlu dirawat di rumah sakit selama timbulnya gejala putus obat. Pada pengguna yang mengalami delusi dan halusinasi bisa diberikan obat anti-psikosa (misalnya klorpromazin), yang akan memberikan efek menenangkan dan mengurangi ketegangan.

Tetapi obat anti-psikosa bisa sangat menurunkan tekanan darah. Biasanya lingkungan yang tenang dan mendukung bisa membantu pemulihan pengguna amfetamin.SIANIDASianida merupakan racun yang bekerja cepat, berbentuk gas tak berbau dan tak berwarna, yaitu hidrogen sianida (HCN) atau sianogen khlorida (CNCl) atau berbentuk kristal seperti sodium sianida (NaCN) atau potasium sianida (KCN). Hidrogen sianida merupakan gas yang mudah dihasilkan dengan mencampur asam dengan garam sianida dan sering digunakan dalam pembakaran plastik, wool, dan produk natural dan sintetik lainnya. Keracunan hidrogen sianida dapat menyebabkan kematian, dan pemaparan secara sengaja dari sianida (termasuk garam sianida) dapat menjadi alat untuk melakukan pembunuhan ataupun bunuh diri.Akibat racun sianida tergantung pada jumlah paparan dan cara masuk tubuh, lewat pernapasan atau pencernaan. Racun ini menghambat sel tubuh mendapatkan oksigen sehingga yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak. Paparan dalam jumlah kecil mengakibatkan napas cepat, gelisah, pusing, lemah, sakit kepala, mual dan muntah serta detak jantung meningkat. Paparan dalam jumlah besar menyebabkan kejang, tekanan darah rendah, detak jantung melambat, kehilangan kesadaran, gangguan paru serta gagal napas hingga korban meninggal.Kebanyakan plastik dan serat acrylic dapat mengeluarkan gas cyanida bila dibakar. Gas tersebut dapat terhisap melalui pernfasan terabsorpsi melalui kulit dan dapat menyebabkan terjadinya kematian. Sumber lain dari keracunan cyanida ialah dengan memakan/termakan cyanogenik glycosida yang terdapat dalam biji dari buaha-buahan tertentu. Amygdalin, adalah salah satu senyawa cyanogenik glykosida yang terdapat dalam biji buah apel, peach, plum, apricot, cherry dan biji almond, dimana amygdalin di hidrolisa menjadi hidrogen cyanida.Mekanisme toksisitas sianidaSianida menjadi toksik bila berikatan dengan trivalen ferric (Fe+++). Tubuh yang mempunyai lebih dari 40 sistem enzim dilaporkan menjadi inaktif oleh cyanida. Yang paling nyata dari hal tersebut ialah non aktif dari dari sistem enzim cytochrom oksidase yang terdiri dari cytochrom a-a3 komplek dan sistem transport elektron. Bilamana cyanida mengikat enzim komplek tersebut, transport elektron akan terhambat yaitu transport elektron dari cytochrom a3 ke molekul oksigen di blok. Sebagai akibatnya akan menurunkan penggunaan oksigen oleh sel dan mengikut racun PO2.Sianida dapat menimbulkan gangguan fisiologik yang sama dengan kekurangan oksigen dari semua kofaktor dalam cytochrom dalam siklus respirasi. Sebagai akibat tidak terbentuknya kembali ATP selama proses itu masih bergantung pada cytochrom oksidase yang merupakan tahap akhir dari proses phoporilasi oksidatif.Selama siklus metabolisme masih bergantung pada sistem transport elektron, sel tidak mampu menggunakan oksigen sehingga menyebabkan penurunan respirasi serobik dari sel. Hal tersebut menyebabkan histotoksik seluler hipoksia. Bila hal ini terjadi jumlah oksigen yang mencapai jaringan normal tetapi sel tidak mampu menggunakannya. Hal ini berbeda dengan keracunan CO dimana terjadinya jarinngan hipoksia karena kekurangan jumlah oksigen yang masuk. Jadi kesimpulannya adalah penderita keracunan cyanida disebabkan oleh ketidak mampuan jaringan menggunakan oksigen tersebut.Gejala klinisSianida menyebabkan keracunan yang sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu beberapa menit. Terjadinya gejala keracunan cyanida bergantung pada jenis cyanidanya. Gas hidrogen cyanida adalah paling beracun dan gejalanya timbul dalam beberapa detik dan kematian terjadi dalam beberapa menit. Bila garam cyanida termakan, gejalanya tidak cepat terlihat, karena bahan kimia tersebut diabsorpsi secara lambat. Derajat keparahan bergantung pada jumlah/dosis yang masuk kedalam tubuh. Gejala yang terlihat pada keracunan sedang adalah sebatas pada kelemahan penderita, sakit kepala, mual dan muntah. Gejala tersebut terjadi dengan cepat dan terlihat tidak spesifik.Pada umumnya hipoksia seluler yang disebabkan oleh keracunan cyanida dapat menyebabkan kematian sel, tetapi kekurangan oksigen pada sel tertentu pada aortik dan karotik adalah penyebab utama dari kematian sel tersebut. Hal ini menyebabkan gejala piperpnea, yang diikuti dengan dyspnea. Terjadinya nausea dan vomitus mungkin disebabkan karena iritasi pada mukosa gastro-intestinal oleh garan cyanida tersebut.Begitu konsentrasi cyanida dalam darah meningkat, laju respirasi menjadi lambat (menurun) dan terjadi sesak nafas, tetapi cyanosis biasanya tidak ditemukan. Konsentrasi cyanida dalam darah meningkat, kekurangan oksigen pada otak terjadi dan timbul kejang-kejang hipoksia dan kemudian diikuti dengan kematian karena nafas terhenti.PengobatanPada kejadian keracunan akut sulit dapat ditolong. Pengobatan terutama ditujukan untuk menurunkan jumlah cyanida yang terikat dalam jaringan. Antidotum yang dapat digunakan yaitu : Natrium TiosulfatBerupa hablur besar, tidak berwarna, atau serbuk hablur kasar. Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara kering pada suhu lebih dari 33C. Larutannya netral atau basa lemah terhadap lakmus. Sangat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol.Sodium tiosulfat merupakan donor sulfur yang mengkonversi sianida menjadi bentuk yang lebih nontoksik, tiosianat, dengan enzyme sulfurtransferase, yaitu rhodanase. Tidak seperti nitrit, tiosianat merupakan senyawa nontoksik, dan dapat diberikan secara empiris pada keracunan sianida. Penelitian dengan hewan uji menunjukkan kemampuan sebagai antidot yang lebih baik bila dikombinasikan dengan hidroksokobalamin.Rute utama detoksifikasi sianida dalam tubuh adalah mengubahnya menjadi tiosianat oleh rhodanase, walaupun sulfurtransferase yang lain, seperti 37 beta-merkaptopiruvat sulfurtransferase, dapat juga digunakan. Reaksi ini memerlukan sumber sulfan sulfur, tetapi penyedia substansi ini tebatas. Keracunan sianida merupakan proses mitokondrial dan penyaluran intravena sulfur hanya akan masuk ka mitokondria secara perlahan. Natrium tiosulfat mungkin muncul sendiri pada kasus keparahan ringan sampai sedang, sebaiknya diberikan bersama antidot lain dalam kasus keracunan parah. Ini juga merupakan pilihan antidot saat diagnosis intoksikasi sianida tidak terjadi, misalnya pada kasus penghirupan asap rokok. Natrium tiosulfat diasumsikan secara intrinsic nontoksik tetapi produk detoksifikasi yang dibentuk dari sianida, tiosianat dapat menyebabkan toksisitas pada pasien dengan kerusakan ginjal. Pemberian natrium tiosulfat 12.5 g i.v. biasanya diberikan secara empirik jika diagnosis tidak jelas.Natrium tiosulfat merupakan komponen kedua dari antidot sianida. Antidot ini diberikan sebanyak 50 ml dalam 25 % larutan. Tidak ada efek samping yang ditimbulkan oleh tiosulfat, namun tiosianat memberikan efek samping seperti gagal ginjal, nyeri perut, mual, kemerahan dan disfungsi pada SSP. Dosis untuk anak-anak didasarkan pada berat badan.Natrium NitritNitrit menyebabkan methemoglobin dengan sianida membentuk substansi nontoksik sianmethemoglobin. Methemoglobin tidak mempunyai afinitas lebih tinggi pada sianida daripada sitokrom oksidase, tetapi lebih potensial menyebabkan methemoglobin daripada sitokrom oksidase. Efek samping dari penggunaan nitrit meliputi pembentukan formasi methemoglobin, vasodilatasi, hipotensi, dan takikardi. Mencegah pembentukkan formasi yang cepat, monitoring tekanan darah, dan pemberian dosis yang tepat akan mengurangi terjadinya efek samping. Ketika dilakukan terapi dengan nitrit, lihat konsentrasi hemoglobin. Tetapi jangan menunda terapi ketika menunggu hasil pengukuran kadar hemoglobin.Sodium nitrit injeksi dan amil nitrit dalam bentuk ampul untuk inhalasi merupakan komponen dari antidot sianida. Kegunaan nitrit sebagai antidot sianida bekerja dalam dua cara, yaitu : nitrit mengoksidasi hemoglobin, yang kemudian akan mengikat sianida bebas, dan cara yang kedua yaitu meningkatkan detoksifikasi sianida endothelial dengan menghasilkan vasodilasi. Inhalasi dari satu ampul amil nitrit menghasilkan tingkat methemoglobin sekitar 5%. Pemberian dosis tunggal nitrit secara intravena dapat menghasilkan tingkatmethemoglobin sekitar 20-30%III. Alat dan Bahan

AlatTimbangan hewanStopwatchAlat suntikToples

BahanAmfetamin 10 dan 20 mg/kg BBNaCN 20mg/kgBBNaCl Fisiologis 20mg/kgBBSianida IV. Cara KerjaUntuk toksisitas amfetamin

1. Timbang hewan (mencit)2. Hitung VAO untuk masing-masing hewan percobaan3. Untuk toksisitas amfetamin obat yang disuntikkan pada mencit adalah amfetamin 0,31ml secara i.p.4. Lihat gejala-gejala sesuai dengan parameter yang ditentukan dan catat waktunya.5. Tabelkan hasil pengamatan6. Bahas dan tarik kesimpulannyaUntuk toksisitas sinida1. Timbang hewan percobaan (tikus)

2. Hitung VAO untuk masing-masing hewan percobaan

3. Suntikkan pada tikus 1 obat 1,41ml secara oral dan pada tikus 2 obat 1,64ml secara subkutan

4. Lihat gejala-gejala yang dialami kedua tikus

5. Tabelkan hasil pengamatan dan bahas.

V. Hasil dan Pembahasan Hasil

Perhitungan

Amfetamin

BB mencit = 31 gDosis = 10mg/KgbbKonsentrasi = 1 mg

VAO = Dosis x BB C

= 10mg/Kg BB x 0,031

1 mg/ml

= 0,31ml SianidaBB Tikus 1 = 141 g

BB Tikus 2 = 164 g

Dosis NaCN 0,2% = 20 mg/KgBB

Konsentrasi = 0,2% = 2mg/mL VAO untuk tikus 1 = Dosis x BB

C

= 20 mg/ Kg BB x 0,141Kg

2mg /ml

= 1,41mlVAO untuk tikus 2 = Dosis x BB

C

= 20 mg/ Kg BB x 0,164 Kg

2mg/ ml

= 1,64 mlToksisitas Amfetamin

GEJALAWaktu

K.IK. IIK. IIIK. IVK. VK. VI

Aktifitas Motorik 312 293 522130

Laju Pernapasan 7 44-2 294 45451 2035

Growming--369 1212 579 118

Bertengkar----1110

Rangsangan Terhadap Bunyi11 10-5 77 202 1187 50

Tremor19 42--27 155716 1115

Konvulsi21 33---8 59 458 55

Toksisitas Sianida

GEJALAWaktu

K. IK. IIK. IIIK. IVK. VK. VI

Nafas Sesak---2.368-1102

Mencacahkan Perut--12 3110.1113-2-2 20

Mata Redup, Ekor Pucat4 51-11 133.2218-22013 19

Geliat--561.39--12-

Hiperaktif1 28-1 461.39--12-26

Mengusap Muka1 28-1 461147--21-11 27

Diam Ditempat1 8116 572.2957-401

Perut dan Dada---3 558711--

Letih nafas Perut--13 432 46--12--

Menggeruk Mulut1-4 2911.0214-15-11 28

Gemetaran---104012-14-7 11

Biru, Mulut Kering---134711-10-8 11

Telinga Menempel------15--

Respon Sakit Berkurang---3 08--11--

Urinasi--------24 52

Tremor---6 5111-123012 04

Kejang13 45--7 36--12145 34

Lumpuh---811-----

Kumudasi---820-----

Tumbang---1545-----

VI Pembahasan Pada praktikum farmakologi kali ini kami melakukan percobaan uji antidotum yang mana pada praktikum kali ini kami menggunakan NaCN sebagai zat penyebab toksik dan menggunakan antidotum Na thiosulfat.Percobaan terapi antidote metode tidak khas Na Thiosulfat bertujuan agar mahasiswa mampu memahami strategi terapi antidot spesifik berdasarkan contoh kemampuan dari natrium thiosulfat dalam menawarkan racun sianida. Berdasarkan kondisi yang hampir seragam tersebut maka diharapkan hasil percobaan dapat sesuai dengan teori yang ada, karena variable-variabel yangmempengaruhi hasil sudah dikendalikan dari awal. Pada percobaan ini, tikus yang disuntik sediaan NaCN secara subkutan dan sesaat kemudian mencit mengalami sesak nafas.Efek utama yang dihasilkan oleh sianida adalah mempengaruhi pernapasan, di manaoksigen dalam darah terikat oleh senyawa sianida dan terganggunya sistem pernapasan, badan mencit terasa lemas, kejang, ekor pucat, diam ditempat, letih nafas perut, gemetaran, biru, mulut kering dan kejang.Racun sianida yang terpejan dalam tubuh dapat breaksi dengan komponen besi dalamenzim sitokrom oksidase mitokondria, sehingga enzim tersebut menjadi tidak aktif (dengan pembantukan kompleks antara ion sianida dengan besi bervalensi tiga, akan memblok kerjaenzim sitokrom mitokondria, sehingga oksigen darah tidak dapat lagi di ambil oleh sel), padahal system enzim tersebut sangat di perlukan dalam berlangsunganya metabolisme aerob. Karena itu wujud/gejala keracunan yang timbul oleh keracunan sianida berturut-turut adalah: sianosis,kejang, gagal nafas, koma, dan berakhir pada kematian. Gejala sianosis dapat terlihat dari membirunya pembuluh darah di ekor mencit. Gejala kejang dapat diamati dari gerakan mencityang menggosokkan perutnya kebawah dengan kaki belakang ditarik kebelakang atau jika mencit merasa sangat kekurangan O2, maka gejala yang terlihat adalah mencit melompat-lompat atau hiperaktif. Karena kekurangan O2 dalam tubuh maka gejala selanjutnya adalah gagal nafas(ambilan nafas yang sangat cepat), dan koma.Terapi antidotum spesifik yang dilakukan adalah dengan pemberian NaCl Fisiologis secara intra peritoneal agar efek penghambatan racun dapat dicapai dengan cepat. Sianida yang terpejan didalam tubuh dapat bereaksi dengan komponen besi dalamenzim sitokrom oksidase mitokondria. Hasil reaksi oksidasi tersebut adalah pigmen berwarnacoklat kehijauan sampai hitam yang disebut methehemoglobin. Ion Feri Sianida dalammethehemoglobin akan berikatan dengan sianida dalam plasma membentuk sian-methemoglobinyang menyebabkan ikatan sianida dalam sitokrom oksidase terputus sehingga enzim pernafasanyang semua terblok tersebut menjadi teregenerasi kembali.

Pemberian antidotum NaCl Fis di peroleh hasil bahawa pada pemberian antidotum NaCl fis pada tikus adalah terlambat hal ini menunjukkan bahwa NaCl Fis tidak dapat dapat menolong keracunan dalam fase distribusi karena untuk menentukan perbedaan antara sianosis dan kejang sangat tipis sekali.sehingga sianida yang diperkirakan sudah menyebar keseluruh tubuh mencit. Sedangkan apabila di berikan NaCl Fis maka NaCl akan tidak dapat membebasakan darah dari keterikatannya pada sianida sehingga tikus kekurangan oksigen.Adapun kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan pengambilan data tersebut kurang baik antara lain: kesalahan pada saat penyuntikan secara peritonial kemungkinan kesalahan yangmungkin terjadi adalah penyuntikan secara peritonial yanag salah. Suntikan tersebut tidak masuk dalam rongga perut tapi masuk secara subkutan sehingga antidotum tersebut pun menjadi kurang berarti.kesalahan lain yang mengakibatakan data menjadi kurang baik adalah kesalahan pada saat pemberian antidotum tersebut, karena perbedaan antara sianosis dan kejang sangat tipis sehinggakemungkinan kesalahan pemberian sehingga pada pemberian NaCl Fistersebut menjadi tidak berarti karena sianida sudah masuk dalam tahap distribusi. Kesalahan pencatatan waktu jugamungkin terjadi karena perbedaan tiap gejala efek toksik sangan tipis sehingga pencatata waktuyang kurang tepat juga dapat mengakibatkan data yang di dapat menjadi kurang baik.

Mekanisme kerja dari racun sianida yaitu menghambat oksidasi glukosa dalam sel dengan membentuk kompleks stabil dengan sitokrom oksidase. Pengaruh lain yang disebabkan oleh keracunan sianida adalah muntah dan mengganggu penglihatan. Pemberian antidota NaCl Fis dapat menghubungkan kembali proses respirasi sel yang telah terputus akibat pengaruh dari senyawa sianida. Pemberian antidota yang terlambat dapat menyebabkan kematian pada tikus. Senyawa sianida dapat hilang oleh proses pemanasan. Sianida dapat dikurangi toksisitasnya agar tidak membahayakan kesehatan, yaitu dengan mengikat asam amino yang mengandung unsur S, seperti metionin dan sistein yang terdapat pada protein. Didalam tubuh, sianida langsung dinetralkan oleh sulphur (S) sehingga terbentuk iontiosianat (CNS). Namun pembentukan CNS ini akan mempengaruhi penyerapan iodiumoleh kelenjar tiroid. Sianida merupakan garam yang bersifat racun keras. Sianida jika diberikan ke dalam tubuh maka akan membentuk ion kompleks dengan ion Ferri yang menyebabkan gagalnya pernafasan sel dan akan menimbulkan kematian.Toksisitas sianida disebabkan karena kemampuannya untuk membentuk kompleks dengan ion feri dari sitokrom oksidase.dalam keadaan normal enzim sitorom oksidase berfungsi dalam sirkulasi oksigen dalam darah dan jaringan. bila kerja enzim tersebut terganggu , maka pertukaran oksigen dengan karbondioksida dari darah kejaringan tergaanggu sehingga kadar karbondioksida dalam jaringan meningkat dan mengakibatkanjaringan kekurangan oksigen ( yang berfungsi untuk faal tubuh ).Metahemoglobin adalah hormone yang berkemampuan untuk mengikat sianida sehingga sianida bebas sitokrom oksidase sehingga membentuk sianmethemoglobin yang berwaarna kemerahan. kemampuan tergantung pada afinitasnya dimana aktivitas methemoglobin lebih tinggi untuk mengikat sianida dibandingkan sitokrom oksidase sehingga methemoglobin dapat memecah ikatan-ikatan sianida sitokrom oksidase dan membentuk ikatan sianidamethemoglobin.VI. Kesimpulan NaCN dengan dosis 0,2 %( untuk mencit ) sudah mampu menimbulkan efek toksik terhadap hewan uji mencit Gejala- gejala keracunan sianida yang teramati pada hewan uji mencit berturut-turut yaitu: sianosis, kejang, gagal nafas, dan konvulsi. Keracunan sianida dapat diamati dengan adanya gangguan sistem pernapasan,seperti sesak nafas. Keracunan ini dapat diatasi dengan pemberian antidota yang tepatkarena keterlambatan pemberian antidota dapat menyebabkan kematian. Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada tekanandarah, penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom dan system metabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa pedih dimata karena iritasidan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa saluran pernafasan. Tanda awal dari keracunan sianida adalah hiperpnea sementara, nyeri kepala, dyspnea, kecemasan, perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah, berkeringat banyak, warnakulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dan dilatasi pupil, tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafasan,gagal nafas sampai henti jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka yangkeracunan sianida sehingga menyulitkan penyelidikan apabila penderita tidak mempunyai riwayat terpapar sianida.Pertanyaan

1. Jelaskan mekanisme kerja yang mendasari efek farmakologi amfetamin

Jawaban: Sistem saraf utama yang dipengaruhi oleh amfetamin sebagian besar terlibat dalam sirkuit otak. Selain itu, neurotransmiter yang terlibat dalam jalur berbagai hal penting di otak tampaknya menjadi target utama dari amfetamin. Salah satu neurotransmiter tersebut adalah dopamin , sebuah pembawa pesan kimia sangat aktif dalam mesolimbic dan mesocortical jalur imbalan. Tidak mengherankan, anatomi komponen jalur tersebut-termasuk striatum , yang nucleus accumbens , dan ventral striatum -telah ditemukan untuk menjadi situs utama dari tindakan amfetamin. Fakta bahwa amfetamin mempengaruhi aktivitas neurotransmitter khusus di daerah terlibat dalam memberikan wawasan tentang konsekuensi perilaku obat, seperti timbulnya stereotip euforia .Amphetamine telah ditemukan memiliki beberapa analog endogen, yaitu molekul struktur serupa yang ditemukan secara alami di otak. l- Fenilalanin dan - phenethylamine adalah dua contoh, yang terbentuk dalam sistem saraf perifer serta dalam otak itu sendiri. Molekul-molekul ini berpikir untuk memodulasi tingkat kegembiraan dan kewaspadaan, antara lain negara afektif terkait.

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi toksisitas amfetamin

Jawaban:

a. Konsentrasi Obat: Umumnya kecepatan biotransformasi obat bertambah bila konsentrasi obat meninggi. Hal ini berlaku sampai titik dimana konsentrasi menjadi sedemikian tinggi sehingga seluruh molekul enzim yang melakukan metabolisme berikatan terus menerus dengan obat dan tercapai kecepatan biotransformasi yang konstan.

b. Fungsi Hati: Pada gangguan fungsi hati, metabolsime dapat berlangsung lebih cepat atau lebih lambat, sehingga efek obat menjadi lebih lemah atau lebih kuat dari yang diharapkan

c. Usia: Pada bayi baru lahir (neonatus) belum semua enzim hati terbentuk, maka reaksi metabolisme obat lebih lambat (terutama pembentukan glukoronida antara lain untuk reaksi konjugasi dengan kloramfenikol, sulfonamida, diazepam, barbital, asetosal, petidin). Untuk menghindari keracunan maka pemakaian obat-obat ini untuk bayi sebaiknya dihindari, atau dikurangi dosisnya.Pada orang usia lanjut banyak proses fisiologis telah mengalami kemunduran antara lain fungsi ginjal, enzim-enzim hati, jumlah albumin serum berkurang. Hal ini menyebabkan terhambatnya biotrnasformasi obat yang seringkali berakibat akumulasi atau keracunan.

d. Genetik: Ada orang orang yang tidak memiliki faktor genetika tertentu misalnya enzim untuk asetilasi sulfonamida atau INH, akibatnya metabolisme obat-obat ini lambat sekali.

e. Pemakaian Obat lain: Banyak obat, terutama yang bersifat lipofil (larut lemak) dapat menstimulir pembentukan dan aktivitas enzim-enzim hati. Hal ini disebut induksi enzim. Sebaliknya dikenal pula obat yang menghambat atau menginaktifkan enzim hati disebut inhibisi enzim.

3. Jelaskan efek apa yang terlihat pada mencit setelah pemberian amfetamin dan bagaimana gejala keracunan pada amfetamin

Jawaban: Meningkatkan suhu tubuh, Kerusakan sistem kardiovaskular, Paranoia, Meningkatkan denyut jantung, Meningkatkan tekanan darah, Menjadi hiperaktif, Mengurangi rasa kantuk, Tremor, Menurunkan nafsu makan, Euforia, Mulut kering, Dilatasi pupil, Mual, Sakit kepala, Perubahan perilaku seksual4. Bila terjadi keracunan, obat apa yang daapat digunakan untuk mengatasinya? Jelaskan

Jawaban: Antidotum yaitu zat yang memiliki daya kerja bertentangan dengan racun, dapat mengubah sifat kimia racun, atau mencegah absorbsi racun. Jenis antidotum yang digunakan pada keracunan :

a. Keracunan insektisida (alkali fosfat), asetilkolin, muskarin : atropine, reaktivator kolinesteras (pralidoksin, obidoksin).

b. Keracunan sianida : 4 dimetilaminofenol HCl (4-DMAP) dan natrium tiosulfat.

c. Keracunan methanol dengan etanol.

d. Keracunan methenoglobin : tionin.

e. Keracunan besi : deferoksamin

f. Keracunan As,Au, Bi, Hg, Ni, Sb : dimerkaprol(BAL =british anti lewisit).

g. Keracunan glikosida jantung : antitoksin digitalis.

h. Keracunan Au,Cd,Mn,Pb,Zn : kalsium trinatrium pentetat.5. Jelaskan mekanisme kerja mengapa dengan jalan memperbanyak ekskresi gejala racun amfetamin dapat dihilangkan

Jawaban: Ginjal merupakan organ yang penting untuk ekskresi obat. Obat diekskresikan dalam struktur tidak berubah atau sebbagai metabolit melalui ginjal dala urine. Obat yang diekskresikan bersama feses berasal dari :

1. Obat yang tidak diabsorbsi dari penggunaan obat melalui oral.

2. Obat yang diekskresikan melalui empedu dan tidak direabsorbsi dari usus.

Obat dapat diekskresikan melalui paru paru, air ludah, keringat atattu dalam air susu. Obat dalam badan akan mengalami metabolisme dan ekskresi. Maka dalam penggunaan obat pada pasien perlu diperhatikan keadaan pasien yang fungsi hati atau ginjalnya tidak normal. Perlu diketahui apakah obat yang diberikan dapat dimetabolismekan atau tidak, rute ekskresinya dan sebagainya.Pengeluaran obat dari tubuh melalui organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Ekskresi suatu obat dan atau metabolitnya menyebabkan penurunan konsentrasi zat berkhasiat dalam tubuh. Ekskresi dapat terjadi bergantung pada sifat fisikokimia (bobot molekul, harga pKa, kelarutan, tekanan gas) senyawa yang diekskresi, melalui

1. ginjal (dengan urin)

2. empedu dan usus (dengan feses) atau

3. paru-paru (dengan udara ekspirasi)

Ekskresi melalui kulit dan turunannya tidak begitu penting. Sebaliknya pada ibu yang menyusui, eliminasi obat dan metabolitnya dalam ASI dapat menyebabkan intoksikasi yang membahayakan bayi.

6. Obat apa yang digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala kardiovaskular yang disebabkan amfetamin

7. Apakah semua obat-obat lain yang segolongan dengan asetanilida secara kimia dan farmakologi mempunyai toksisitas sama dengan asetanilida dalam dosis yang setara

8. Mekanisema CN

Jawaban: : Sianida menjadi toksik bila berikatan dengan trivalen ferric (Fe+++). Tubuh yang mempunyai lebih dari 40 sistem enzim dilaporkan menjadi inaktif oleh cyanida. Yang paling nyata dari hal tersebut ialah non aktif dari dari sistem enzim cytochrom oksidase yang terdiri dari cytochrom a-a3 komplek dan sistem transport elektron. Bilamana cyanida mengikat enzim komplek tersebut, transport elektron akan terhambat yaitu transport elektron dari cytochrom a3 ke molekul oksigen di blok. Sebagai akibatnya akan menurunkan penggunaan oksigen oleh sel dan mengikut racun PO2.Sianida dapat menimbulkan gangguan fisiologik yang sama dengan kekurangan oksigen dari semua kofaktor dalam cytochrom dalam siklus respirasi. Sebagai akibat tidak terbentuknya kembali ATP selama proses itu masih bergantung pada cytochrom oksidase yang merupakan tahap akhir dari proses phoporilasi oksidatif.Selama siklus metabolisme masih bergantung pada sistem transport elektron, sel tidak mampu menggunakan oksigen sehingga menyebabkan penurunan respirasi serobik dari sel. Hal tersebut menyebabkan histotoksik seluler hipoksia. Bila hal ini terjadi jumlah oksigen yang mencapai jaringan normal tetapi sel tidak mampu menggunakannya. Hal ini berbeda dengan keracunan CO dimana terjadinya jarinngan hipoksia karena kekurangan jumlah oksigen yang masuk. Jadi kesimpulannya adalah penderita keracunan cyanida disebabkan oleh ketidak mampuan jaringan menggunakan oksigen tersebut.9. Apakah perbedaan rute pemberina racun dan obat berpengaruh pada efek toksin CN yang diamati? Jelaskan

Jawaban: Intravena (IV) : suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan sering dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan. Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it, kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatiab yang sama juga harus berlaku untuk obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.

10. Sebutkan sumber-sumber racun sianida dalam kehidupan sehari-hari

Jawaban: Sumber racun sianida berasal dari Ketela Pohon Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat meracun bagi manusia.Umbi ketela pohon merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionina11. Dalam praktek apakah ada pendekatan untuk mencegah keracunan seperti yang saudara kerjakan. Jelaskan

Jawaban: Antidot adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi peracunan, atau dengan kata lain antidotum ialah penawar racun. Dalam arti sempit, antidotum adalah senyawa yang mengurangi atau menghilangkan toksisitas senyawa yang diabsorpsi.Sementara keracunan adalah masuknya zat yang berlaku sebagai racun, yang memberikan gejala sesuai dengan macam, dosis, dan cara pemberiannyaDaftar Pustaka

Donatus, A.Imono.2001. Toksikologi Dasar .Yogjakarta:Universitas Gajah Mada

Donatus,I.A.1997.Makalah Penanganan dan Pertolongan Pertama Keracunan BahanBerbahaya, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi . UniversitasGadjah Mada: YogyakartaDonatus,Toksikologi Dasar, Edisi III, IKIP Semarang Press, SemarangLoomis, I.A., 1978, Essentiale of Toxycologi, diterjemahkan oleh Imono Argo

Lu, Frank .1995.Toksikologi Dasar: asas, organ sasaran, dan penilaian risiko. Penerjem hEdi Nugroho. Jakarta: UI-Press.