laporan akhir praktikum farmakologi (uji efektivitas anti diare)

30
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN 4 UJI EFEKTIVITAS ANTI DIARE Dosen Pembimbing Praktikum: Fadli, S.Farm, Apt Hari/tanggal praktikum : 22 Desember 2014 Disusun oleh: KELOMPOK 5 / GOLONGAN A 1. Dedi Febriandi (138911) 2. Dhea Rizky (138915) 3. Endah Nopaparadila (138917) 4. Mega Juniati (138945) 5. Yessi Dwisanti (139005) LABORATORIUM FARMAKOLOGI AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK 2014`

Upload: yessidwisanti

Post on 24-Dec-2015

572 views

Category:

Documents


49 download

DESCRIPTION

farmakologi 1

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PERCOBAAN 4

UJI EFEKTIVITAS ANTI DIARE

Dosen Pembimbing Praktikum: Fadli, S.Farm, Apt

Hari/tanggal praktikum : 22 Desember 2014

Disusun oleh:

KELOMPOK 5 / GOLONGAN A

1. Dedi Febriandi (138911)

2. Dhea Rizky (138915)

3. Endah Nopaparadila (138917)

4. Mega Juniati (138945)

5. Yessi Dwisanti (139005)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK

2014`

Page 2: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

I. PENDAHULUAN

A. Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa diharapkan dapat mempunyai keterampilan dalam melakukan

percobaan anti diare

2. Mahasiswa diharapkan dapat memahami pengaruh laksan terhadap saluran

percernaan dan sejauh mana obat antidiare dapat menghambat diare yang

ditimbulkan oleh laksan

B. Dasar Teori

Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari) 

yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak 

pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal

(Daldiyono, 1990).

Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang

terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau

memiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare

menyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa

terjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya

(Anne, 2011).

Klinis tersebut dapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit perut.

Ada lima jenis klinis penyakit diare, antara lain:

1. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang datang tiba-

tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare akut,

penderita akan mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan jika tidak

diberika makan dam minum.

2. Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang

disebabkan oleh virus, Bakteri dan parasit, maupun non infeksi.

3. Diare akut bercampur darah. Selain intensitas buang air besar meningkat,

diare ini dapat menyebabkan kerusakan usus halus,spesis yaitu infeksi

bakteri dalam darah, malnutrisi atau kurang gizi dan dehidrasi.

Page 3: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

4. Diare persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Dengan

bahaya utama adalah kekurangan gizi. Infeksi serius tidak hanya dalam

usus tetapi menyebar hingga keluar usus.

5. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang

lainnya, karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau

menyeluruh yang berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral.

Bahkan bisa mengakibatkan gagal jantung.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain (National

Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2007) :

1. Infeksi bakteri

Beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau minuman,

contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli (E. coli).

2. Infeksi virus

Beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk

virus, cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis.

3. Intoleransi makanan

Beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan, misalnya pemanis

buatan dan laktosa.

4. Parasit

Parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap di

dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare misalnya Giardia

lamblia, Entamoeba histolytica, and Cryptosporidium.

5. Reaksi atau efek samping pengobatan

Antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida mengandung

magnesium yang mampu memicu diare.

6. Gangguan intestinal

7. Kelainan fungsi usus besar

Pada anak anak dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat berbahaya. Bila

penanganan terlambat dan mereka jatuh ke dalam dehidrasi berat maka bisa

berakibat fatal.  Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan

kalium (hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak

Page 4: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

jarang berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya

terutama bagi bayi dan anak-anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan

intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas

daripada orang dewasa (Adnyana, 2008).

1.1 Mekanisme timbulnya diare.

Berbagai mikroba seperi bakteri, parasit, virus dan kapang bisa

menyebabkan diare dan muntah. Keracunan pangan yang menyebabkan diare dan

muntah, disebabkan oleh pangan dan air yang terkontaminasi oleh mikroba. Pada

tulisan ini akan dijelaskan mekanisme diare dan muntah yang disebabkan oleh

mikroba melalui pangan terkontaminasi. Secara klinis, istilah diare digunakan

untuk menjelaskan terjadinya peningkatan likuiditas tinja yang dihubungkan

dengan peningkatan berat atau volume tinja dan frekuensinya. Seseorang

dikatakan diare jika secara kuantitatif berat tinja per-24 jam lebih dari 200 gram

atau lebih dari 200 ml dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari (Putri, 2010).

Diare yang disebabkan oleh patogen enterik terjadi dengan beberapa

mekanisme. Beberapa patogen menstimulasi sekresi dari fluida dan elektrolit,

seringkali dengan melibatkan enterotoksin yang akan menurunkan absorpsi garam

dan air dan/atau meningkatkan sekresi anion aktif. Pada kondisi diare ini tidak

terjadi gap osmotic dan diarenya tidak berhubungan dengan isi usus sehingga

tidak bisa dihentikan dengan puasa. Diare jenis ini dikenal sebagai diare sekretory.

Contoh dari diare sekretori adalah kolera dan diare yang disebabkan oleh

enterotoxigenic E coli (Putri, 2010).

Beberapa patogen menyebabkan diare dengan meningkatkan daya dorong

pada kontraksi otot, sehingga menurunkan waktu kontak antara permukaan

absorpsi usus dan cairan luminal. Peningkatan daya dorong ini mungkin secara

langsung distimu-lasi oleh proses patofisiologis yang diaktivasi oleh patogen, atau

oleh peningkatan tekanan luminal karena adanya akumulasi fluida. Pada

umumnya, peningkatan daya dorong tidak dianggap sebagai penyebab utama diare

tetapi lebih kepada faktor tambahan yang kadang-kadang menyertai akibat-akibat

patofisiologis dari diare yang diinduksi oleh patogen (Putri, 2010).

Page 5: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

Pada beberapa diare karena infeksi, patogen menginduksi kerusakan

mukosa dan menyebabkan peningkatan permeabilitas mukosa. Sebaran,

karakteristik dan daerah yang terinfeksi akan bervariasi antar organisme.

Kerusakan mukosa yang terjadi bisa berupa difusi nanah oleh pseudomembran

sampai dengan luka halus yang hanya bisa dideteksi secara mikroskopik.

Kerusakan mukosa atau peningkatan permeabilitas tidak hanya menyebabkan

pengeluaran cairan seperti plasma, tetapi juga mengganggu kemampuan mukosa

usus untuk melakukan proses absorbsi yang efisien karena terjadinya difusi balik

dari fluida dan elektrolit yang diserap. Diare jenis ini dikenal sebagai diare

eksudatif. Penyebabnya adalah bakteri patogen penyebab infeksi yang

bersifat invasive (Shigella, Salmonella) (Putri, 2010).

Malabsorpsi komponen nutrisi di usus halus seringkali menyertai

kerusakan mucosal yang diinduksi oleh patogen. Kegagalan pencernaan dan

penyerapan karbohidrat (CHO) akan meningkat dengan hilangnya hidrolase pada

permukaan membrane mikrovillus (misalnya lactase, sukrase-isomaltase) atau

kerusakan membran microvillus dari enterosit. Peningkatan solut didalam luminal

karena malabsorbsi CHO menyebabkan osmolalitas luminal meningkat dan terjadi

difusi air ke luminal. Diare jenis ini dikenal sebagai diare osmotik dan bisa

dihambat dengan berpuasa (Putri, 2010).

Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen

meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa,

invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat

menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi

pertahanan mukosa usus (Putri, 2010).

1.1.1 Adhesi.

Mekanisme adhesi yang pertama terjadi dengan ikatan antara struktur

polimer fimbria atau pili dengan reseptor atau ligan spesifik pada permukaan sel

epitel. Fimbria terdiri atas lebih dari 7 jenis, disebut juga sebagai colonization

factor antigen (CFA) yang lebih sering ditemukan pada enteropatogen

seperti Enterotoxic E. Coli (ETEC).

Mekanisme adhesi yang kedua terlihat pada infeksi Enteropatogenic E.coli

(EPEC), yang melibatkan gen EPEC adherence factor (EAF), menyebabkan

Page 6: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

perubahan konsentrasi kalsium intraselluler dan arsitektur sitoskleton di bawah

membran mikrovilus. Invasi intraselluler yang ekstensif tidak terlihat pada

infeksi EPEC ini dan diare terjadi akibat shiga like toksin.

Mekanisme adhesi yang ketiga adalah dengan pola agregasi yang terlihat pada

jenis kuman enteropatogenik yang berbeda dari ETEC atau EHEC (Putri, 2010).

1.1.2 Invasi

Kuman Shigella melakukan invasi melalui membran basolateral sel epitel

usus. Di dalam sel terjadi multiplikasi di dalam fagosom dan menyebar ke sel

epitel sekitarnya. Invasi dan multiplikasi intraselluler menimbulkan reaksi

inflamasi serta kematian sel epitel. Reaksi inflamasi terjadi akibat dilepaskannya

mediator seperti leukotrien, interleukin, kinin, dan zat vasoaktif lain.

Kuman Shigella juga memproduksi toksin shiga yang menimbulkan kerusakan

sel. Proses patologis ini akan menimbulkan gejala sistemik seperti demam, nyeri

perut, rasa lemah, dan gejala disentri. Bakteri lain bersifat invasif

misalnya Salmonella.

Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang dihasilkan

oleh Shigella dysentrie yang bersifat sitotoksik. Kuman lain yang menghasilkan

sitotoksin adalah Enterohemorrhagic E. Coli (EHEC) serogroup 0157 yang dapat

menyebabkan kolitis hemoragik dan sindroma uremik hemolitik, kuman EPEC

serta V. Parahemolyticus (Putri, 2010).

1.1.3 Enterotoksin.

Prototipe klasik enterotoksin adalah toksin kolera atau Cholera

toxin (CT) yang secara biologis sangat aktif meningkatkan sekresi epitel usus

halus. Toksin kolera terdiri dari satu subunit A dan 5 subunit B. Subunit A1 akan

merangsang aktivitas adenil siklase, meningkatkan konsentrasi cAMP intraseluler

sehingga terjadi inhibisi absorbsi Na dan klorida pada sel vilus serta peningkatan

sekresi klorida dan HCO3 pada sel kripta mukosa usus.

ETEC menghasilkan heat labile toxin (LT) yang mekanisme kerjanya

sama dengan CT serta heatStabile toxin (ST).ST akan meningkatkan kadar cGMP

selular, mengaktifkan protein kinase, fosforilasi protein membran mikrovili,

membuka kanal dan mengaktifkan sekresi klorida (Putri, 2010).

Page 7: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

Penggolongan obat diare :

A.     Kemoterapeutika

Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa

pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag disebabkan oleh

infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat mengurangi

parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin.

Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab

diare dengan antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida,

furazolidin, dan kuinolon) (Schanack, 1980).

B.     Zat penekan peristaltik usus

Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan

mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candu dan

alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan antikolinergik

(atropin dan ekstrak beladona) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).

C.     Adsorbensia

            Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah

mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi

permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat

merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam

golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin, garam-garam bismut, dan

garam-garam alumunium ) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).

Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan

antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri

dan toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama tinja.

Adsorben yang digunakan dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif, karbon

aktif, garam bismuth, kaolin dan pektin (Harkness, 1984).

Loperamida

Pemerian: Serbuk putih sampai agak kuning, melebur pada suhu lebih kurang

225oC disertai peruraian.

Kelarutan: Sukar larut dalam air dan asam encer, mudah larut dalam metanol dan

kloroform. (Farmakope Indonesia IV, 1995).

Page 8: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

Obat ini memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot

sirkuler dan longitudinal usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga

diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor

tersebut. Obat ini sama efektifnya dengan difenoksilat untuk pengobatan diare

kronik. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen, sedangkan

toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi. Pada sukarelawan yang

mendapatkan dosis besar loperamid, kadar puncak pada plasma dicapai dalam

waktu empat jamsesudah makan obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh

penghambatan motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami sirkulasi

enterohepatik. Waktu paruhnya adalah 7-14jam. Loperamid tidak diserap dengan

baik melalui pemberian oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik; sifat-sifat

ini menunjang selektifitas kerja loperamid. Sebagian besar obat diekskresikan

bersama tinja. Kemungkinan disalahgunakannya obat ini lebih kecil

dari difenoksilat karena tidak menimbulkan euphoria seperti morfin dan

kelarutannya rendah (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).

1.2 Contoh Uraian obat Diare

Racecordil

Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,

mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap

sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan

ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993

memenuhi semua syarat ideal tersebut. Berdasarkan uji klinis didapatkan bahwa

anti diare ini memberikan hasil klinis yang baik dan dapat ditoleransi oleh tubuh.

Produk ini juga merupakan anti diare pertama yang cara kerjanya mengembalikan

keseimbangan sistem tubuh dalam mengatur penyebaran air dan elektrolit ke usus.

Selain itu, Hidrasec pun mampu menghambat enkephalinase dengan baik. Dengan

demikian, efek samping yang ditimbulkannya sangat minimal.

Loperamide

Page 9: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara emeperlambat

motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus.

Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek

konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek

samping yang sering dijumpai ialah kolik abdomen, sedangkan toleransi terhadap

efek konstipasi jarang sekali terjadi.

Nifuroxazide

Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap

Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan

Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.

Aktifitas antimikroba Nifuroxazide lebih besar dari obat anti infeksi intestinal

biasa seperti kloroyodokuin. Pada konsentrasi encer (1 : 25.000) Nifuroxazide

masih memiliki daya bakterisidal. Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut,

diare yang disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non

spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.

Dioctahedral smectite

Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik,

secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap

toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan

melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan

integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-

manitol urin pada anak dengan diare akut (Putri, 2010).       

Page 10: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

II. BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Alat

Toples untuk pengamatan

Kertas saring (yang telah ditimbang)

Alat suntik

Sonde oral mencit

Timbangan mencit

Timbangan elektrik

Stop watch

2. Bahan

NaCl fisiologis

Aoleum ricini/paraffin cair

Infusa kayu manis

Loperamid HCl

Kertas saring

Hewann uji

Page 11: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

III. CARA KERJA

1. Dua jam sebelum percobaan mencit dipuasakan

2. Mencit dibagi menjadi empat kelompok dan masing – masing kelompok

terdiri atas 3 – 4 ekor :

Kel 1 : diberi NaCl 0,9% (oral) setelah 30’ diberi air (oral)

Kel 2 : diberi NaCl 0,9% (oral) setelah 30’ diberi ol.ricini/paraffin cair

Kel 3 : diberi loperamid (oral) setelah 30’ diberi ol.ricini/paraffin cair

Kel 4 : diberi daun sirih setelah 30’ diberi ol.ricini/paraffin cair

3. Tiap mencit dimasukkan dalam toples yang diberi alas kertas saring yang

telah ditimbang beratnya

4. Dilakukan pengamatan setiap 30’ selama 2 jam meliputi saat mulai

terjadinya diare, kosistensi feses (berlendir/berair, lembek dan normal)

diameter serapan air, berat feses, frekuensi diare dan lama terjadinya diare

Page 12: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

III. PENIMBANGAN BAHAN

Sediaan Loperamid HCl yang ada 5mg/mL

Konversi

5 x 0,0026 = 0,013

Larutan stock (60mL)

60 x 0,013 = 0,78mg/60mL

Pengenceran diazepam

¿ 0,7860

x 2,5x

= 0,78.x = 150

x = 200mL

Maka, 2,5mg/mL diazepam dilarutkan dalam 200mL aquadest

Infusa stock kayu manis

Kayu manis 10g

Aquades ad 100ml

- Infusa 6%

Di pipet larutan infusa stock sebanyak 60mL dicukupkan ad 100mL

aquades

- Infusa 3%

Di pipet 25mL larutan infusa 6% dicukupkan ad 50mL aquades

- Infusa 1.5%

Di pipet 25mL larutan infusa 3% dicukupkan ad 50mL aquades

IV. PERHITUNGAN DOSIS

a. Kontrol positif

Mencit 1 = 28,6 g

28,630

x 1 = 0,95mL

Mencit 2 = 27,5 g

Page 13: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

27,530

x 1 = 0,91mL

b. Kontrol negatif

Mencit 1 = 23,2g

23,230

x 1 = 0,77mL

Mencit 2 = 21,8g

21,830

x 1 = 0,72mL

Page 14: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

DATA PENGAMATAN

A. Kontrol Positif

Mencit 1

Kriteria PengamatanWaktu (menit)

0-5 5-10 10-15 15-20

Bobot feses dan

konsentrasi- - - -

Frekuensi - - - -

Lama terjadinya diare - - - -

Diameter serapan - - - -

Saat mulai diare - - - -

Mencit 2

Kriteria PengamatanWaktu (menit)

0-5 5-10 10-15 15-20

Bobot feses dan

konsentrasi- - - -

Frekuensi - - - -

Lama terjadinya diare - - - -

Diameter serapan - - - -

Saat mulai diare - - - -

Page 15: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

B. Kontrol Negatif

Mencit 1

Kriteria PengamatanWaktu (menit)

0-5 5-10 10-15 15-20

Bobot feses dan

konsentrasi- - - -

Frekuensi - - - -

Lama terjadinya diare - - - -

Diameter serapan - - - -

Saat mulai diare - - - -

Mencit 2

Kriteria PengamatanWaktu (menit)

0-5 5-10 10-15 15-20

Bobot feses dan

konsentrasi- - - -

Frekuensi - - - -

Lama terjadinya diare - - - -

Diameter serapan - - - -

Saat mulai diare - - - -

Page 16: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

PEMBAHASAN

Tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah mengetahui sejauh mana

aktivitas obat antidiare yaitu  loperamid HCl dan Infusa kayu manis dapat

menghambat diare.

Diare merupakan keadaan buang-buang air dengan banyak cairan 

(mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare disebabkan

oleh adanya rangsangan pada saraf otonom di dinding usus sehingga dapat

menimbulkan reflek yang mempercepat peristaltik sehingga timbul diare.

Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi

normal, serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun bermacam-macam.

Pada dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan

zat-zat racun yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih

maka diare akan berhenti dengan sendirinya.

Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila terjadi

diare hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidiare yang

banyak digunakan diantaranya adalah Loperamid yang daya kerjanya dapat

menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu

memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi pada keadaan

resorpsi normal kembali. Loperamid merupakan derivat difenoksilat (dan

haloperidol, suatu neuroleptikum) dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih

kuat tanpa khasiat pada SSP, jadi tidak mengakibatkan ketergantungan.

Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah

mencit. Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi

manusia,juga karena mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga

waktu penelitian dapat berlangsung lebih cepat. Sebelum digunakan untuk

percobaan, mencit dipuasakan selama 18 jam sebelum percobaan tetapi minum

tetap diberikan. Hal tersebut dikarenaka makanan dalam usus akan berpengaruh

terhadap kecepatan peristaltik.

Tiap kelompok diberi 4 ekor mencit. Prosedur pertama yang dilakukan

adalah menimbang masing-masing mencit untuk menentukan banyaknya dosis

sediaan uji  yang akan diberikan pada tiap mencit. Pada kontrol positif, mencit

Page 17: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

pertama memiliki bobot 28,6 gram dan untuk dosis maksimumnya 0,95mL dan di

berikan Loperamid HCl, di tunggu selama 30 menit agar obat-obat tersebut dapat

terabsorpsi secara sempurna di dalam tubuh mencit, sehingga didapat efek yang

diharapkan dan selanjutnya di berikan oleum ricini sebagai penginduksi diare.

Selanjutnya mencit kedua memiliki bobot 27,5 gram dan untuk dosis

maksimumnya 0,91mL dan di berikan Infusa kayu manis, di tunggu selama 30

menit untuk selanjutnya di berikan oleum ricini sebagai penginduksi diare.

Pada kontrol negative, mencit pertama memiliki bobot 23,2 gram dan

untuk dosis maksimumnya 0,77mL dan di berikan NaCl 0,9% dan di tunggu

selama 30 menit untuk selanjutnya di berikan oleum ricini sebagai penginduksi

diare. Selanjutnya mencit kedua memiliki bobot 21,8 gram dan untuk dosis

maksimumnya 0,72 mL dan di berikan NaCl, di tunggu selama 30 menit untuk

selanjutnya di berikan oleum aquades sebagai penginduksi diare.

Pada kontrol positif mencit 1, mencit diberikan loperamid dosis 1 kemudian

diberikan oleum ricini. Loperamid meruapakan obat antidiare yang cara kerjanya

memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan

longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga

efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut.

Pada mencit yang diberikan loperamid seharusnya pada awal pemberian oleum

ricini frekuensi  defekasi meningkat karena oleum ricini merupakan induktor diare

(laksatif), kemudian seiring dengan peningkatan waktu frekuensi defekasi dan

konsistensi defekasi akan menurun karena pengaruh dari loperamid yang akan

menurunkan motilitas usus yang meningkat karena oleum ricini, akan tetapi pada

tabel diatas, tabel yang dihasilkan tidak ada karena mencit tidak mengalami

defekasi, hal tersebut mungkin pengaruh dari oleum ricini yang belum mencapai

onset dan sifatnya yang mudah teroksidasi.

Pada control positif mencit 2, mencit diberikan infusa kayu manis kemudian

diberikan oleum ricini. Kayu manis adalah tanaman rempah yang banyak

diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat. Kulit batang kayu manis digunakan

sebagai anti diare, kejang perut dan untuk mengurangi sekresi usus. Pada mencit

yang diberikan infusa kayu manis seharusnya pada pemberian oleum ricini

frekuensi  defekasi meningkat karena oleum ricini merupakan induktor diare

Page 18: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

(laksatif), kemudian seiring dengan peningkatan waktu frekuensi defekasi dan

konsistensi defekasi akan menurun karena pengaruh dari infusa kayu manis yang

akan menurunkan motilitas usus yang meningkat karena oleum ricini.  Akan tetapi

pada tabel diatas tabel yang dihasilkan tidak ada karena mencit tidak mengalami

defekasi, hal tersebut mungkin pengaruh dari oleum ricini yang belum mencapai

onset dan sifatnya yang mudah teroksidasi.

Pada mencit kontrol negatif, mencit 1 diberi NaCl kemudian diberi air.

Kontrol negatif ini berfungsi untuk melihat proses defekasi pada mencit yang

normal. Dilihat dari tabel diatas mencit kontrol negatif, mengalami defekasi

normal dengan frekuensi defekasi yang jarang, dan konsistensinya juga normal.

Pada mencit 2 kontrol negatif, mencit diberikan NaCl kemudian diberi Oleum

ricini. Kontrol negatif ini bertujuan untuk melihat proses defekasi pada mencit

yang diinduksi dengan pencahar. Oleum ricini (minyak jarak) merupakan

trigliserida yang berkhasiat sebagai laksatif. Di dalam usus halus, minyak ini

mengalami hidrolisis dan menghasilkan asam risinoleat yang merangsang mukosa

usus, sehingga mempercepat gerak peristaltiknya dan mengakibatkan proses

defekasi berlangsung dengan cepat sehingga frekuensi defekasi akan

meningkat. Karena proses defekasi yang berlangsung cepat, maka waktu absorbsi

air juga akan berkurang, sehingga air yang seharusnya diabsorbsi tubuh akan ikut

terbuang dalam feses, yang mengakibatkan konsistensi feses yang lembek. Pada

tabel diatas pada mencit dengan kontrol positif seharusnya mengalami

peningkatan frekuensi defekasi dan konsistensi feses seiring dengan peningkatan

waktu, tetapi pada hasil percobaan, mencit yang harusnya frekuensi defekasinya

meningkat namun tidak mengalami proses defekasi, hal tersebut terjadi karena

pengaruh beberapa faktor, misalnya oleum ricini berdasarkan teori onsetnya

adalah sekitar 1 sampai 6 jam, sedangkan pengamatan dilakukan dari 0 menit

sampai 20 menit, sehingga oleum ricini tidak menimbulkan efek. Selain itu juga,

oleum ricini merupakan senyawa yang mudah teroksidasi, akibatnya ketika

disimpan di ruang terbuka oleum ricini tersebut akan rusak karena oksidasi

sehingga tidak berefek lagi.

Page 19: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

KESIMPULAN

1. Oleum Ricini dapat menyebabkan diare dengan cara menstimulasi

peristaltik usus. Namun, oleum ricini yang sudah teroksidasi tidak cukup

untuk menginduksi terjadinya diare

2. Loperamid HCl berkhasiat sebagai obat antidiare dengan cara bekerja

menekan peristaltik usus sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan

memperbaiki konsis tensi feses.

Page 20: Laporan Akhir Praktikum Farmakologi (Uji Efektivitas Anti Diare)

DAFTAR PUSTAKA

Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika. Hal : 14-4.

Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta :

Penerbit UI Press.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Departemen

Kesehatan RI.

Harkness, Richard. 1984. Interkasi Obat. Bandung : Penerbit ITB.

National Digestive Diseases Information Clearinghouse. 2007. Diarrhea. Available

online at www.digestive.niddk.nih.gov . [Diakses tanggal 10 April 2011]

Schanack, W., et al. 1980. Senyawa Obat, Edisi kedua. Yogyakarta : Gajah Mada

University Press.