laporan faal pendengaran

25
VI.4 Pendengaran dan keseimbangan VI.4.1.Pendengaran Tujuan : 1. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan audiometer (pemeriksaan audiometer) 2. Membuat kesimpulan mengenai “hearing loss”dari pemeriksaan audiometer sehingga dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas normal atau tidak. Teori : Indra pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu 1. Telinga luar, yang menerima gelombang suara. 2. Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke tulang dan oleh tulang ke telinga dalam. 3. Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga dalam juga mengandung organ vestibuler yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan. Telinga luar Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar (meatus akustikus eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian telinga ini berfungsi untuk menerima dan menyalurkan getaran suara atau gelombang bunyi sehingga menyebabkan bergetarnya membran tympani. Meatus akustikus eksternus terbentang dari telinga luar sampai membrane tympani. Meatus akustikus eksternus tampak sebagai saluran yang sedikit sempit dengan dinding yang kaku. Satu per tiga luas meatus disokong oleh tulang rawan elastis dan sisanya dibentuk oleh tulang rawan temporal. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar Sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok- kelok yang mennnghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen ( minyak telinga ). Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi. Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membrane tympani. Dia diliputi oleh lapisan luar epidermis 1

Upload: armand-al-haraani

Post on 23-Jun-2015

2.001 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan faal pendengaran

VI.4 Pendengaran dan keseimbangan

VI.4.1.Pendengaran

Tujuan :

1. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan audiometer (pemeriksaan audiometer)

2. Membuat kesimpulan mengenai “hearing loss”dari pemeriksaan audiometer sehingga dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas normal atau tidak.

Teori :

Indra pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu1. Telinga luar, yang menerima gelombang suara.2. Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke tulang dan oleh tulang

ke telinga dalam.3. Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan

melalui nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga dalam juga mengandung organ vestibuler yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan.

Telinga luarTelinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar (meatus

akustikus eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian telinga ini berfungsi untuk menerima dan menyalurkan getaran suara atau gelombang bunyi sehingga menyebabkan bergetarnya membran tympani. Meatus akustikus eksternus terbentang dari telinga luar sampai membrane tympani. Meatus akustikus eksternus tampak sebagai saluran yang sedikit sempit dengan dinding yang kaku. Satu per tiga luas meatus disokong oleh tulang rawan elastis dan sisanya dibentuk oleh tulang rawan temporal. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar Sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang mennnghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen ( minyak telinga ). Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.

Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membrane tympani. Dia diliputi oleh lapisan luar epidermis yang tipis dan pada permukaan dalamnya diliputi oleh epitel selapis kubus. Antara dua epitel yang melapisi terdapat jaringan ikat kuat yang terdiri atas serabut-serabut kolagen dan elastin serta fibroblast. Pada kuadran depan atas membran atas tympani tidak mengandung serabut dan lemas, membentuk membran shrapnell.

Telinga Tengah (kavum tympanikus)Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang temporalis)

yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang martil), inkus (tulang landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian . Tangkai maleus melekat pada permukaan dalam membran tympani, sedangkan bagian kepalanya berhubungan dengan inkus. Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan dengan membran pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut fenestra ovalis (tingkap jorong/ fenestra vestibule). Di bawah fenesta ovalis terdapat tingkap

1

Page 2: laporan faal pendengaran

bundar atau fenesta kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut membran tympani sekunder.

Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara . maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng.

Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius (tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya membran tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.

Telinga Dalam (labirin)Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian rongga-

rongga tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran membranosa membentuk labirin membranosa dan berisi cairan endolimfe, sedangkan rongga-rongga tulang yang di dalamnya berada labirin membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin tulang berisi cairan perilimfe. Rongga yang terisi perilimfe ini merupakan terusan dari rongga subarachnoid selaput otak, sehingga susunanz peri limfe mirip dengan cairan serebrospinal. Labirin membranosa dilekatkan pada periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan ikat tipis yang mengandung pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri tersusun terutama oleh selapis epitel gepeng dikelilingi oleh jaringan-jaringan ikat.

Labirin terdiri atas tiga saluran yang kompleks, yaitu vestibula, kokhlea (rumah siput) dan 3 buah kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran).

Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang kokhlea dan di depan kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan telinga tengah melalui fenesta ovalis (fenestra vestibule). Vestibule bagian membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu sakulus dan utikulus. Pada sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus yang disebut makula akustika, sebagai indra keseimbangan statis (orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi). Sel-sel reseptor dalam organ tersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel penunjang. Bagian atas sel tersebut tertutup oleh membran yang mengandung butir-butiran kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan posisi kepala yang menimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan akan menyampaikan impuls saraf ke cabang vestibular dari saraf vestibulokokhlear yang terdapat pada bagian dasar sel-sel tersebut, yang akan meneruskan impuls saraf tersebut ke pusat keseimbangan di otak.

Kanalis semisiskularis merupakan 3 saluran bertulang yang terletak di atas belakang vestibula. Salah satu ujung dari masing-masing saluran tersebut menggembung, disebut ampula. Masing-masing ampula berhubungan dengan utrikulus. Pada ampula terdapat Krista akustika, sehingga organ indra keseimbangan dinamis (untuk mempertahankan posisi tubuh dalam melakukan respon terhadap gerakan). Seperti pada vestibula sel-sel reseptor dalam krista akustika juga berupa sel-sel rambut yang didampingi oleh sel-sel penunjang, tetapi di sini tidak terdapat otolit. Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh gerakan endolimfe. Ketika kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimfe akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru.

2

Page 3: laporan faal pendengaran

Kokhlea membentuk bagian anterior labirin, terletak di depan vestibula. Berbentuk seperti rumah siput, berupa saluran berbentuk spiral yang terdiri dari 2 ¾ lilitan, mengelilingi bentukan kerucut yang disebut mediolus. Penampang melintang kokhlea menunjukkan bahwa kokhlea terdiri dari tiga saluran yang berisi cairan. Tiga saluran tersebut adalah:

1. Saluran vestibular (skala vestibular): di sebelah atas mengandung perilimfe, berakhir pada tingkap jorong.

2. Saluran tympani (skala tympani): di sebelah bawah mengandung perilimfe berakhir pada tingkap bulat.

3. Saluran kokhlear (skala media): terletak di antara skala vestibular dan skala tympani, mengandung endolimfe.

Skala media dipisahkan dengan skala vestibular oleh membran vestibularis (membran reissner), dan dipisahkan dangan skala tympani oleh membran basilaris.

Pada membran basilaris inilah terdapat indra pendengar, yaitu organ corti. Sel reseptor bunyi pada organ ini berupa sel rambut yang didimpingi oleh sel penunjang. Akson-akson dari sel-sel rambut menyusun diri membentuk cabang kokhlear dari saraf vestibulokokhlear (saraf kranial ke VIII) yang menghantarkan impuls saraf ke pusat pendengaran/ keseimbangan di otak.

Getaran suara dapat sampai pada organ corti melalui lintasan sebagai berikut: Getaran suara memasuki liang telinga→Menekan membran tympani→melintas melalui tulang-tulang pendengaran→Menekan tingkap jorong→Menimbulkan gelombang pada jaringan perilimfe→ Menekan membran vestibularis dan skala basilaris→merangsang sel-sel rambut pada organ corti. Di sinilah mulai terjadi pembentukan impuls saraf.

AudiometerAudiometry adalah teknik untuk mengidentifikasi prilaku dari kehilangan kemampuan mendengar dan untuk mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.

Pure Tone AudiometryProsedur ini akan memberikan gambaran yang luas mengenai tingkat kehilangan

pendengaran pasien dan penyebabnya. Pasien akan memberikan respon terhadap rangsangan tone yang diberikan. Tone yang diberikan dengan cara dari frekuensi rendah ke tinggi . Tone sebesar 30dB HL diberikan kepada pasien sebagai rangsangan awal, jika respon positif maka level tone akan diturunkan sebesar 10 dB HL sampai pasien tidak memberikan respon. Pada rangsangan pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan 10 dB HL sampai terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB HL. Frekuensi yang diujikan berkisar 125-500 Hz.

Tone Decay Test (TDT)Digunakan untuk mendeteksi kelainan pada jalur sensorineural. Prosedurnya adalah,

operator memilih frekuensi untuk kemudian pasien diinstruksikan untuk merespon pada saat pasien mendapat rangsangan dan akan memberikan respon lagi pada saat tidak dapat menerima rangsangan tersebut, durasi diantara keduanya kemudian diukur. Tone yang dipakai diberikan dari frekuensi tinggi ke rendah. Dengan 30 dB HL pada saat pertama untuk kemudian selama 1 menit pasien dapat mendengarkan maka tone level akan diturunkan dengan skala 5 dB HL, hal ini diulangi sampai tone tidak dapat didengarkan lagi selama kurang dari 1 menit.

Short Increment Sensitivity Index (SISI)SISI digunakan untuk mendeteksi penyakit di cochleat atau recrocochlear lesions. Test

ini menggambarkan kapasitas pasien untuk mendeteksi perbedaan kenaikan intensitas 1 dB,

3

Page 4: laporan faal pendengaran

yang dalam rentan waktu 5 detik pada frekuensi tertentu. Operator akan menset frekuensi pada level 20 dB, tone yang diberikan dengan madulasi singkat 1 dB diatas carrier tone setiap 5 detik. Kenaikan 1 dB dipresentasikan dengan interval 300 ms, dengan rise time dan fall time sebesar 50 ms. Respon pasien pada saat dapat membedakan perbedaan level adalah yang diukur.

Bekesy AudiometryMerupakan test audiometry yang dapat dijalankan secara automatis. Hal ini dikarenakan frekuensi dan intensitas akan turun dan naik secara otomatis, sedangkan respon pasien terhadap tone yang menjadi data diukur pada tes tesebut.

Speech AudiometryPure tone audiometry adalah test yang mengacu pada sensitivitas pasien sedangkan speech audiometry mengacu kepada integritas seluruh system auditory dengan mengacu pada kemampuan secara jelas mendengarkan dan mengerti pembicaraan.

Alat-alat yang diperlukan :1. Audiometer merek ADC. Lengkap dengan telepon telinga dan formulir.2. Penala berfrekuensi 2563. Kapas untuk menyumbat telinga.

Cara Kerja :

I. Audiometer1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut :

a. Memutar tombol utama T1 pada “off”b. Memutar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.c. Memutar tombol kekuatan nada (T3) pada 10 Db.

2. Hubungkan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke “ON”, S1 dan S2 akan menyala, bila tidak demikian halnya maka melaporkan pada supervisor.

3. Menyuruh orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan memasang telepon pada telingnya, sehingga telepon “black” ditelinga kiri.

4. Memberikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada saat mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon dan menurunkan tangannya pada saat nada mulai tidak terdengar lagi.

5. Menunggu 2 menit untuk “memanaskan” alat6. Memutar T5 ke kiri dan mempertahankannya selama pemeriksaan.7. Memutar tombol kekuatan nada T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai

orang percobaan mengacungkan tangannya keatas.8. Meneruskan memutar tombol tersebut sebesar 10 dB dan kemudian memutar tombol

T3 tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan menurunkan tangannya. Mencatat angka dB pada saat itu.

9. Mengulangi tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan mengambil angka terkecil sebagai “hearing loss” orang percobaan pada frekuensi 125 Hz.

10. Selama percobaan ini T5 dilepaskan sekali-kali pada waktu orang percobaan mengacungkan tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar nada atau hanya pura-pura mendengar.

11. Mengukur “hearing loss” untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula pada frekuensi 250, 500, 1000, 2000, 4000, 8000, 12.000 Hz dan mencatat data hasil pengukuran pada formulir yang telah disediakan.

12. Mengulangi seluruh pengukuran ini pada telinga yang lainnya.

4

Page 5: laporan faal pendengaran

13. Membuat audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang diperoleh pada pengukuran.

Hasil :

5

Page 6: laporan faal pendengaran

Pembahasan :

Diskriminasi nada (kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang suara yang datang) bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris yang menyempit dan kaku di ujung jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung helikotremanya. Berbagai daerah di membrana basilaris secara alamiah bergetar secara maksimum pada frekuensi yang berbeda. Ujung sempit paling dekat jendela oval bergetar maksimum pada nada-nada tinggi sedangkan ujung lebar paling dekat dengan helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada rendah.

Kesimpulan :

Semakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah.

6

Page 7: laporan faal pendengaran

VII.2.Sikap dan Keseimbangan Badan

Tujuan :

1. Mengemukakan berbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh perangsangan kanalis semisirkularis dan reaksi “menegakkan badan”setelah ekstirpasi labirin

2. Menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reaksi perubahan sikap diatas.

3. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan keseimbangan badan manusia

4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :a. Dengan kursi Barany terhadap

- Gerakan bola mata- Tes penyimpangan penunjukan- Tes jatuh- Kesan (sensai)

b. Dengan berjalan mengelilingi statif

Teori :

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi.

Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal.

Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif  untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support).

Keseimbangan melibatkan  berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien.

Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak.

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.

7

Page 8: laporan faal pendengaran

Fisiologi Keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.

Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :

Sistem informasi sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.

a. Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

b. Sistem vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor  sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot

8

Page 9: laporan faal pendengaran

postural.

c. Somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies)

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.

Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu.

Kekuatan otot (Muscle Strength)

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.

Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. 

Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.

Adaptive systems

Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika

9

Page 10: laporan faal pendengaran

terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.

Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan

1)  Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua.

Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat badan.

2)  Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.

3)  Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi. 

Keseimbangan Berdiri

Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan efektor.

Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan bayangan) dan membedakan jarak.  Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian

10

Page 11: laporan faal pendengaran

vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang sebenarnya.  Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik

Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.

Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung  gerakan yang menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu.

Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera berganti posisi untuk mencegah kelelahan.

Alat dan binatang percobaan yang diperlukan :1. Katak2. Papan fiksasi katak + gelas beker3. Ether + kapas + jarum pentul4. Skapel + gunting halus + pinset halus + bor halus5. Kursi putar barany6. Tongkat atau statif yang panjang.7. Bak berisi air.

Cara Kerja :I. Percobaan pada katak

1. Meletakkan seekor katak dipapan fiksasi dan menutup dengan gelas beker.2. Memegang papan fiksasi dan gelas beker itu dengan kedua belah tangan dan

menggerakkan keatas, kebawah dan memutar kekanan dank e kiri.3. Memperhatikan dengan seksama perubahan-perubahan sikap pada katak :

a. Posisi kepalab. Fleksi/ekstensi ekstermitas

4. Membuka gelas beker dan memalingkan kepala katak kanan, memperhatikan sikap dan kedudukan kakinya.

5. Memasukkan katak itu kedalam bak yang berisi air dan memperhatikan gerakan kaki dan arah berenangnya.

6. Membuang labirin kanan katak itu dengan cara sebagai berikut :a. Membius katak dengan cara memasukkan bersama-sama dengan kapas yang

telah dibasahi dengan eter ke dalam gelas beker yang ditelungkupkan.

11

Page 12: laporan faal pendengaran

b. Setelah katak itu terbius, meletakkan katak telentang dipapan fiksasi dan sematkan jarum-jarum pentul pada kakinya.

c. Fiksasi rahang atas katak dengan jarum pentul pada papan fiksasi dan membuka mulut selebar-lebarnya.

d. Mengunting selaput lendir rahang atas di garis median dengan guting halus sesuai dengangaris y pada gambar.

e. Membebaskan selaput lender itu dari jaringan dibawahnya dan mendorong kea rah lateral. Mencegah perdarahan sedapat-dapatnya.

f. Memperhatikan dasar tengkorak katak terutama os. Parabasalenya yang membayang (= p pada gambar).

g. Merusak labirin kanan dengan jalan member os parabasale di tempat yang diberikan tanda X secara hati-hatu sedalam ± 1-2 mm (sampai terasa bahwa bor telah menembus tulang yang keras)

h. Membersihkan daerah operasi dengan kapas dan mengembalikan selaput lender ketempat semula dengan demikian alat keseimbangan kanan telah dibuang.

7. Setelah efek pembiusan pada katak menghilang, mengulangi tindakan no. 1 s/d no. 5

8. Membuang sekarang labirin kiri dengan cara yang sama seperti sub. 6 dengan demikian kedua alat keseimbangan telah dibuang.

9. Menggulangi sekarang tindakan no. 1 s/d no. 510. Mencatat hasil pengamatan pada formulir yang tersedia.

II. Percobaan pada manusiaPengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan :1. Menyuruh orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus dilantai dengan

mata terbuka dan kepala serta badan sikap yang biasa. Memperhatikan jalannya dan menanyakan apakah ia mengalami kesukaraan dalam mengikuti garis lurus tersebut.

2. Mengulangi percobaan diatas (no.1) dengan mata tertutup.3. Mengulangi percobaan diatas (no.1 dan 2) dengan :

a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri.b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan.

Hasil :

I. Setelah dilakukan pengrusakan pada labirin katak,arah jalan katak sesuai dengan labirin yang dirusak. Ketika labirin sebelah kanan dirusak di air katak akan berenang ke arah kanan dan sebaliknya.

II. O.P berjalan lurus dengan mata terbuka dan kepala serta badan sikap yang biasa. O.P berjalan lurus pada saat matanya tertutup. O.P berjalan lurus pada saat mata terbuka dengan kepala dimiringkan kuat baik ke kanan maupun ke kiri. Akan tetapi pada saat kepala dimiringkan ke kanan dengan mata tertutup, maka O.P berjalan kearah kanan. Sedangkan kepala dimiringkan kuat ke kiri dengan mata tertutup, maka O.P berjalan kearah kiri.

Pembahasan :

Pada saat O.P. dengan mata terbuka berjalan lurus kemudian mata ditutup, arah berjalan akan sama, yaitu lurus. Pada saat kepala dimiringkan dan berjalan pada keadaan mata

12

Page 13: laporan faal pendengaran

terbuka, O.P. masih dapat berjalan lurus. Namun, pada saat kepala dimiringkan dan O.P. berjalan pada mata dengan keadaan tertutup, O.P. akan berjalan miring yang sama dengan arah miring kepala.

Hal tersebut dikarenakan proses keseimbangan dalam berjalan juga dipengaruhi oleh visualisasi atau pengelihatan. Mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik.

Kesimpulan :

Proses pengelihatan dapat mempengaruhi keseimbangan seseorang.

13

Page 14: laporan faal pendengaran

Percobaan Keseimbangan pada Manusia

Tujuan :

1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan keseimbangan badan manusia

2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :a. Dengan kursi Barany terhadap

- Gerakan bola mata- Tes penyimpangan penunjukan- Tes jatuh- Kesan (sensasi)

b. Dengan berjalan mengelilingi statif

Alat yang diperlukan :

Kursi barany + tongkat/statif yang panjang.

Cara Kerja :

A. Percobaan dengan kursi Barany1. Nistagmus

a. Menyuruh orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi.

b. Menutup kedua matanya dengan sapu tangan dan menundukkan kepala o.p 30° kedepan.

c. Memutarkan kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan.

d. Menghentikan pemutaran kursi secara tiba-tiba.e. Membuka sapu tangan dan menyuruh lagi o.p melihat jauh kedepanf. Memperhatikan adanya nistagmus. Menempatkan arah komponen lambat dan

cepat nistagmus tersebut.

B. Test penyimpangan penunjukan (Pas Pointing Test of Barany)1. Menyuruh o.p duduk tegak di kursi Barany dan menutup kedua matanya dengan

sapu tangan.2. Memeriksa sendiri tepat dimuka kursi Barany sambil mengulurkan tangan kearah

o.p3. Menyuruh o.p meluruskan lengan kanannya kedepan sehingga dapat menyentuh

jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.4. Menyuruh o.p mengangkat lengan kanannya keatas dan kemudian dengan cepat

menurunkan kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no. 1 s/d 4 merupakan Persiapan untuk tes yang sesungguhnya sebagai berikut :a. Menyuruh o.p dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi.b. Memutar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

A. Kesan sensasi1. Menggunakan orang percobaan yang lain2. Menyuruh o. duduk dikursi Barany dan menutup kedua matanya dengan sapu

tangan.

14

Page 15: laporan faal pendengaran

3. Memutar kursi Barany tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan kemudian mengurangi kecepatan putarannya secara berangsur-angsur sampai terhenti.

4. Menanyakan kepada o.p arah perasaan berputara. Sewaktu kecepatan putar masih bertambahb. Sewaktu kecepatan putar menetapc. Sewaktu kecepatan putar dikurangid. Segera setelah kursi dihentikan.

5. Memberikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan oleh o.p

B. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horizontal1. Menyuruh o.p dengan mata tertutup dan kepala ditundukan 30°, berputar sambil

berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jaram sebanyak 10 kali dalam 30 detik.

2. Menyuruh o.p berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka.3. Memperhatikan apa yang terjadi4. Mengulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan

dengan arah jarum jam.

Hasil :

A. Percobaan dengan kursi barany :Pada percobaan ini, setelah o.p diputar dengan kursi ke kanan sebanyak 10 kali. Maka pada mata o.p terjadi nistagmus horizontal.

B. Test penyimpangan penunjukan (Pas Pointing Test of Barany) :Pada o.p terjadi nistagmus dan o.p masih bisa menunjuk dengan deviasi ke arah kanan.

A. Kesan Sensasi :Dengan adanya sensasidari arah kanan, maka reaksi tubuh pasien bergerak kesebelah kiri.

B. Percobaan Sederhana Untuk Kanalis Semisirkularis Horizontal :Setelah diputar baik searah maupun berlawanan arah jarum jam, maka o.p berjalan miring ke arah kiri,

Pembahasan :

Aparatus vestibularis terdiri dari kanalis semisirkularis dan organ otolit (utrikulus dan sakulus). Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala.

Kanalis semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala. Akselarasi atau deselarasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe yang awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat unutk berhenti.

15

Page 16: laporan faal pendengaran

Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.

Pertanyaan :

4.1.Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya ?4.2.Apa yang dimaksud dengan frekuensi hertz ?4.3.Apa yang dimaksud dengan satuan desibel ?4.4.Apa yang dimaksud pemutusan nada pada pemeriksaan ?4.5.Apa arti fisiologis intensitas O dp pada alat ?4.6.Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?4.7.Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?4.8.Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan ?4.9.Apa maksud tindakan penundukan kepala o.p 30° ke depan ?4.10. Apa yang dimaksud Rotatory Nistagmus dan Postrotatory nystagmus ?4.11. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p ketika berjalan lurus ke muka setelah

berputar 10 kali searah dengan jarum jam ? Bagaimana keterangannya ?

Jawaban Pertanyaan :

4.1. Audiometry adalah teknik untuk mengidentifikasi prilaku dari kehilangan kemampuan mendengar dan untuk mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.

4.2. Frekuensi adalah jumlah getaran setiap satuan waktu.4.3. Desibel merupakan ukuran yang digunakan untuk menentukan nilai kebisingan suatu

tempat dengan membandingkan antara lemah kuatnya amplitudo yang ditransmisi dengan

gangguan dalam proses transmisi tersebut.4.4. Maksud pemutusan nada pada pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada

tidak terdengar lagi untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar atau hanya pura-pura mendengar.

4.5. Dalam fisika, 0 db sama dengan tingkat tekanan yang mengakibatkan gerakan molekul udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi dengan menggunakan instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia. Oleh karena itu, di dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 dB klinis atau 0 audiometrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan grafik tingkat ketunarunguan. Nol audiometrik adalah tingkat intensitas bunyi terendah yang dapat terdeteksi oleh telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi 1000 Hz.

4.6. Maksudnya adalah melihat sikap dan kedudukan kaki yang normal bila kepala katak dimiringkan ke kanan.

4.7. Cara mengetahuinya adalah katak yang terbius maka pergerakannya kurang dan tidakbegitu aktif daripada saat katak tersebut dalam keadaan tidak terbius (normal), ditusuk

dengan jarum pentul –> tidak memberikan respons4.8. Pengaruhnya adalah pada saat kepala dimiringkan, maka mata akan ikut miring

kearahmiringnya kepala. Mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak

16

Page 17: laporan faal pendengaran

statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada.

4.9. Agar canalis semisirkularis anterior sejajar dengan bidang bumi4.10. Nistagmus horizontal : nistagmus yang gerakannya berada mata disekitar aksis visual.

Post-rotatory nistagmus adalah keadaan normal yang ditemukan pada hewan pasca pemutaran yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan memiliki arah berlawanan.

O.p. akan berjalan searah putarannya. Bila op diputar ke kanan maka jalannya lebih miring ke arah kanan, bila diputar ke arah kiri maka jalannya akan ke arah kiri.

Kesimpulan :

Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.

17

Page 18: laporan faal pendengaran

DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, Lauralee.2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta. EGC.

http://physio.indonusa.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=115: keseimbangan&catid=93:fisioterapi-neuromuskular&Itemid=80

18