laporan praktikum ii ilmu faal

38
LAPORAN PRAKTIKUM II ILMU FAAL KONTRAKSI OTOT POLOS LAMBUNG KATAK Disusun oleh : KELOMPOK A4 No. Nama NPM 1. Putu Parta Anantama 13700055 2. Ida Ayu Galih Pertiwi 13700057 3. Ida Bagus Putra Narendra 13700059 4. Kadek Putra Dwipayana 13700061 5. Ni Putu Mande Arianti 13700063 6. Putri Yogi Suari 13700065 7. Mirna Christantri 13700067 8. Risky Dwi Ratna Sari 13700069 FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: tugekiwi

Post on 19-Jan-2016

389 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

LAPORAN PRAKTIKUM II ILMU FAAL

KONTRAKSI OTOT POLOS LAMBUNG KATAK

Disusun oleh : KELOMPOK A4No. Nama NPM

1. Putu Parta Anantama 13700055

2. Ida Ayu Galih Pertiwi 13700057

3. Ida Bagus Putra Narendra 13700059

4. Kadek Putra Dwipayana 13700061

5. Ni Putu Mande Arianti 13700063

6. Putri Yogi Suari 13700065

7. Mirna Christantri 13700067

8. Risky Dwi Ratna Sari 13700069

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015

Page 2: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

KATA PENGANTAR

Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya, kami dapat menyusun dan

menyelesaikan laporan pratikum yang berjudul “KONTRAKSI OTOT POLOS LAMBUNG

KATAK”. dalam laporan ini dijelaskan tentang hasil dari kontraksi otot polos pada lambung

katak.

Laporan ini kami susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu FAAL Fakultas Kedokteran

Wijaya Kusuma Surabaya, serta untuk memperluas wawasan dan pengetahuan semua mahasiswa

tentang kontraksi otot polos itu sendiri.

Dalam penyusunan makalah ini, kami telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik

bantuan yang berupa materi maupun bantuan dukungan moral. Oleh sebab itu pada kata

pengantar ini kami mengucapkan terimakasih kepada Tim Dosen Mata Kuliah Ilmu FAAL dalam

membimbing serta mengarahkan kami dalam proses penyusunan laporan dan pratikum yang

telah kami lakukan serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan

ini.

Kamu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran

sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita

semua.

Surabaya, april 2014

Tim penyusun

Page 3: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………..

DAFTAR ISI ……………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Teori……………………………………

1.2 Permasalahan…………………………………………...

1.3 Tujuan Pratikum ……………………………………….

BAB II METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan Pratikum …………………………......

2.2 Tata Kerja Pratikum …………………………………..

BAB III HASIL PRATIKUM

3.1 Hasil Pratikum ………………………………………...

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Diskusi Hasil Pratikum ………………………………

4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan………………………..

KESIMPULAN………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA ………………………………...

Page 4: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Teori

Otot Polos secara anatomis berbeda dengan otot rangka dan otot jantung, oto polos terdiri dari

serabut-serabut kecil yang umumnya berdiameter 1-5 mikrometer dan panjangnya hanya 20-500

mikrometer dan oto polos tidak memperlihatkan gambaran garis lintang. Otot polos mempunyai

aktin, myosin, dan tropomyosin, tetapi tidak mempunyai troponin. Juga terdapat reticulum

sarkoplasmik yang tidak berkembang dengan baik.

Secara umum, otot polos dapat dibagi menjadi otot polos visceral ( unitary/unit tunggal) dan otot

polos multi-unit.

- Otot Polos Multi-Unit

Otot polos ini terdiri dari atas serabut otot polos tersendiri dan terpisah tanpa membentuk

suatu sinsitium, dan diinervasi oleh single nerve ending seperti pada otot skelet. Tiap

serabut bekerja tanpa bergantung pada serabut lain dan seringkali dipersarafi oleh sebuah

ujung syaraf, di tutupi oleh lapisan tipis yang terdiri atas substansi seperti membrane

basal, yakni campuran kolagen halus dan glikoprotein yang membantu menyekat serabut-

serabut yang terpisah satu sama lain. Sifat terpenting dari serabut otot polos multi-unit

adalah bahwa masing-masing serabut dapat berkontraksi dengan tidak bergantung pada

yang lain, hamper seluruhnya ditimbulkan oleh rangsangan syaraf dan sangat sedikit yang

diakibatkan oleh faktor stimulasi dari local tissue. Contoh otot polos multi-unit adalah

otot siliaris dan iris pada mata, serta Piloerector muscle yang menyebabkan tegaknya

rambut bila dirangsang oleh sistem saraf simpatis.

- Otot Polos Visceral (Unit Tunggal)

Otot polos ini berkontraksi bersama-sama sebagai suatu unit tunggal. Serabut-serabut

biasanya tersusun dalam bentuk lembaran atau berkas, dan membrane selnya berlekatan

satu sama lain pada banyak titik sehingga kekuatan yang terbentuk dalam satu serabut

otot dapat dijalarkan ke serabut berikutnya. Selain itu, membran sel dihubungkan oleh

banyak taut rekah (gap junction) yang dapat dilalui oleh ion-ion secara bebas dari satu sel

Page 5: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

otot ke sel otot berikutnya, sehingga potensial aksi atau aliran ion yang sederhana tanpa

potensial aksi dapat berjalan dari satu serabut ke serabut berikutnya dan menyebabkan

serabut otot dapat berkontraksi bersama-sama. Disebut juga sebagai otot polos sinsitial

karena sifat antar hubungan sinsitialnya di antara serabut-serabut. Disebut juga otot polos

visceral karena otot ini ditemukan pada dinding sebagian besar organ visera tubuh,

termasuk usus, duktus biliaris, ureter, uterus, dan banyak pembuluh darah.

Kekhasan dari dari otot polos visceral adalah ketidakmantapan potensial

membrannya, yang pada masa relative tenang, rata-rata nilainya adalah 50 milivolt.

Potensial Aksi dapat ditimbulkan oleh peregangan, efek hormone, dan rangsangan

neurotransmitter dari sistem syaraf, tetapi dasar timbulnya potensial aksi ini terjadi pada

otot polos itu sendiri tanpa adanya ekstrinsik stimulus. Biasanya dihubungkan dengan

basic slow wave rhytm yg timbul karena ketidakmantapan potensial membrane. Slow

wave itu sendiri bukan merupakan potensial aksi, tetapi apabila slow wave meningkat

mencapai nilai ambang (sekitar 35 milivolt) maka suatu potensial aksi akan timbul dan

menyebar ke seluruh bagian otot polos visceral, hingga kemudian terjadi kontraksi. Slow

wave ini sering disebut pula sebagai gelombang pace maker. Bentuk potensial aksi pada

otot polos bias berupa spike potensial (seperti pada otot rangka) maupun bentuk plateau

(yang memperlihatkan pemanjangan dataran pada saat repolarisasi seperti pada otot

jantung)

Setelah terjadi potensial aksi, maka akan terjadi suatu kontraksi dari otot polos

yang mempunyai dasar molekuler sebagai berikut :

- Peningkatan influx Ca2+ ke dalam sel melalui saluran Ca2+ karena Retikulum

Sarkoplasmik pada otot polos visceral kurang berkembang, maka peningkatan kadar Ca2+

intrasel yang membangkitkan kontraksi terutama berasal dari influx Ca2+ dari cairan

ekstra seluler

- Penggiatan Kinase Myosin Rantai Ringan yang bergantung pada Calmodulin

- Fosforilasi Myosin

- Pengikatan myosin pada aktin dan peningkatan Myosin ATP ase

- Kontraksi

- Defosforilasi myosin oleh berbagai fosfatase

- Relaksasi atau kontraksi yang dipertahankan oleh mekanisme latch bridge

Page 6: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

Terjadinya peregangan akan mengakibatkan penurunan potensial membrane sehingga

memicu terjadinya potensial aksi. Bila Adrenalin dan Noradrenalin ditambahkan pada

sediaan otot polos saluran pencernaan in vitro, maka potensial membrane akan

membesar, demikian pula jika ada rangsangan syaraf adrenergik, hal tersebut

mengakibatkan potensial aksi semakin sulit terjadi sehingga kontraksi otot akan menurun.

Jika Asetilkholin ditambahkan pada sediaan otot polos saluran pencernaan in vitro maka

potensial membran akan menurun, demikian pula jika ada rangsangan syaraf kholinergik.

Hal tersebut akan memicu terjadinya potensial aksi sehingga kontraksi otot akan

meningkat. Selain itu Progesteron akan meningkatkan potensial membran dan

menghambat kontraksi otot polos uterus, tetapi Estrogen meningkatkan potensial

membran namun meningkatkan kepekaan sehingga dapat menimbulkan kontraksi

spontan.

Mekanisme Kontraksi pada Otot Polos

Dasar Kimiawi untuk Kontraksi Otot Polos

Otot polos mengandung filamen aktin dan myosin yang mempunyai sifat kimiawi mirip

dengan sifat kimiawi filamen aktin dan myosin pada otot rangka. Otot polos tidak

mengandung kompleks troponin normal yang dibutuhkan pada pengaturan kontraksi otot

rangka, sehingga mekanisme pengaturan kontraksinya berbeda.

Penelitian kimiawi menunjukkan bahwa filamen aktin dan myosin yang berasal dari otot

polos akan saling berinteraksi satu sama lain dengan cara yang sama dengan interaksi

kedua filament tersebut lakukan di otot rangka. Selanjutnya proses kontraksi diaktifkan

oleh ion kalsium dan adenosine trifosfat (ATP) yang dipecah menjadi adenosine difosfat

(ADP) untuk memberikan energi bagi kontraksi.

Page 7: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

Dasar Fisika Kontraksi Otot Polos – Otot polos tidak mempunyai susunan

bergaris filamen aktin dan myosin yang sama seperti yang dijumpai di otot rangka.

Namun teknik mikrografi electron memberikan kesan adanya susunan fisik, menunjukkan

sejumlah besar filamen aktin yang terlekat pada sesuatu yang disebut badan padat (dense

bodies). Beberapa dari badan ini melekat pada membrane sel, sedangkan yang lainnya

tersebar di dalam sel. Beberapa membrane badan padat dari sel-sel yang berdekatan

terikat bersama-sama oleh jembatan protein antarsel, melalui ikatan inilah kekuatan

kontraksi dijalarkan dari satu sel ke sel berikutnya.

Di antara filament-filamen aktin dalam serabut otot terdapat filament myosin yang

terletak bertebaran. Filamen myosin ini mempunyai diameter dua kali lebih besar dari

filamen aktin. Kebanyakan filament myosin mempunyai sesuatu yang disebut jembatan

silang ‘side-polar’ yang tersusun sehingga jembatan pada satu sisi berayun ke satu arah

dan yang lainnya berayun ke arah sebaliknya. Hal ini menyebabkan myosin menarik

filamen aktin ke satu arah pada satu sisi ketika secara bersamaan menarik filamen aktin

yang lain kea rah sebaliknya pada sisi lain. Keuntungan dari susunan ini menyebabkan

otot polos dapat berkontraksi hingga 80% dari panjangnya dibandingkan otot rangka

yang kontraksinya terbatas, yaitu kurang dari 30% panjangnya.

Perbandingan antara Kontraksi Otot Polos dan Kontraksi Otot Rangka

Walaupun sebagian besar otot rangka dapat berkontraksi dan berelaksasi secara tepat,

tetapi sebagian besar kontraksi otot polos merupakan kontraksi tonik yang dapat

berlangsung lama, dan kadang berlangsung hingga berjam-jam atau bahkan berhari-hari.

Ada dugaan bahwa baik sifat fisik maupun kimiawi dari kontraksi otot polos dan

kontraksi otot rangka berbeda. Beberapa perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.

Siklus Lambat dari Jembatan Silang Myosin. – Kecepatan siklus dari jembatan

silang myosin pada otot polos yaitu, pelekatan pada aktin kemudian melepas dari aktin,

dan pelekatan kembali untuk siklus berikutnya—berlangsung lebih lambat pada otot

polos dibandingkan pada otot rangka. Bahkan frekuensinya sampai sekecil 1/10 sampai

1/300 frekuensi siklus di otot rangka.

Page 8: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

Fraksi waktu saat jembatan silang tetap melekat pada filamen aktin, yang merupakan

faktor utama yang menentukan kekuatan kontraksi, diduga sangat bertambah pada otot

polos. Kemungkinan siklus yang lambat ini adalah karena kepala jembatan-silang

memiliki aktivitas ATP-ase yang jauh lebih lemah daripada aktivitas ATP-ase pada otot

rangka, sehingga pemecahan ATP yang member energy bagi pergerakan kepala

jembatan-silang menjadi jauh berkurang sesuai dengan lambatnya siklus.

Kebutuhan Energi untuk Mempertahankan Kontraksi Otot Polos. – Hanya

dibutuhkan energy sebesar 1/10 hingga 1/300 untuk mempertahankan agar tegangan

kontraksi pada otot polos menjadi sama dengan tegangan pada otot rangka. Hal ini diduga

berasal dari siklus pelekatan dan pelepasan jembatan-silang yang berlangsung lambat dan

karena hanya satu molekul ATP saja yang dibutuhkan untuk setiap siklus tanpa

memperhatikan lama kerjanya.

Penggunaan sedikit energy oleh otot polos ini secara luas bersifat penting bagi

keseluruhan ekonomi energi tubuh, karena organ-organ seperti usus, kandung kemih,

kandung empedu, dan organ visera lainnya sering harus mempertahankan tonik kontraksi

otot hamper dalam waktu yang tak terbatas.

Kelambatan Onset Kontraksi dan Relaksasi Seluruh Jaringan Otot Polos. –

Jaringan otot polos yang tipikal akan mulai berkontraksi 50 sampai 100 milidetik setelah

otot polos dirangsang, lalu mencapai kontraksi penuh sekitar 0,5 detik kemudian, dan

selanjutnya kekuatan kontraksi otot ini berkurang dalam waktu 1 hingga 2 detik

berikutnya, sehingga menghasilkan waktu kontraksi total 1 hingga 3 detik. Karena ada

begitu banyak jenis otot polos, kontraksi pada beberapa tipe dapat berlangsung sesingkat

0,2 detik atau selama 30 detik.

Daya Kontraksi Otot. – Walaupun secara relative terdapat sedikit filament

myosin dalam otot polos, dan meskipun terdapat waktu siklus yang lambat pada

jembatan-silang, daya kontraksi maksimum pada otot polos seringkali lebih besar

daripada daya kontraksi maksimum pada otot rangka---sebesar 4 sampai 6 kg/cm2 daerah

irisan melintang untuk otot polos dibandingkan dengan 3 sampai 4 kg untuk otot rangka.

Kekuatan kontraksi yang besar berasal dari masa pelekatan jembatan silang ke filamen

aktin yang berlangsung lama.

Page 9: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

Mekanisme ‘Latch’ untuk Mempertahankan Kontraksi yang Lama pada

Otot Polos. – Begitu otot polos telah mengalami kontraksi sempurna, jumlah eksitasi

yang berlanjut biasanya dapat dikurangi hingga tingkat yang jauh lebih rendah daripada

tingkat permulaan, dan ternyata otot mempertahankan kekuatan kontraksi penuhnya.

Selanjutnya energy yang digunakan untuk mempertahankan kontraksi seringkali sedikit,

kadang hanya 1/3000 dari energy yang dibutuhkan oleh otot rangka untuk

mempertahankan kontraksi yang sama, peristiwa ini disebut dengan mekanisme ‘latch’.

Makna penting dari mekasnisme latch adalah bahwa mekanisme ini dapat

mempertahankan kontraksi tonik yang lama pada otot polos selama berjam-jam dengan

menggunakan sedikit energy. Selain itu, dibutuhkan sedikit sinyal eksitatorik berlanjut

yang berasal dari serabut saraf atau sumber hormonal.

Stress-Relaksasi Otot Polos. – Gambaran penting lain dari otot polos, khususnya

jenis otot polos unit-tunggal visceral dari banyak organ berongga, adalah kemampuan

untuk kembali mendekati kekuatan kontraksi asalnya dalam waktu beberapa detik atau

beberapa menit setelah otot tersebut memanjang atau memendek.

Sebagai contoh: Peningkatan volume cairan dalam kandung kemih yang

berlangsung tiba-tiba, sehingga meregangkan otot polos dalam dinding kandung kemih,

akan menghasilkan peningkatan tekanan yang besar dan cepat dalam kandung kemih.

Namun, selama kira-kira 15detik hingga satu menit berikutnya, meskipun terus terjadi

regangan pada dinding kandung kemih, tekanan akan kembali hamper tepat ke nilai

asalnya. Kemudian, bila volume meningkat lagi akibat penyebab lain, efek yang sama

kembali terjadi. Sebaliknya, bila volume menurun secara tiba-tiba, mula-mula tekanan

akan menurun menjadi sangat rendah tetapi kemudian dalam beberapa detik atau

beberapa menit berikutnya akan meningkat dan mendekati atau kembali ke nilai asalnya.

Fenomena ini disebut stress-relaksasi dan stress-relaksasi balik.

(Sumber: Guyton and Hall, Buku ajar fisiologi kedokteran, Edisi 11 halaman 97)

Page 10: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

Regulasi Otot Polos Pada Lambung

Otot merupakan tranduser (mesin) biokimiawi utama yang mengubah energy potensial

(kimia) menjadi energy kinetik (mekanis). Pada percobaan ini pengamatan dilakukan terhadap

otot polos yang terdapat pada lambung katak (otot polos visceral). Kontraksi otot polos

bergantung pada kalsium ekstrasel dan otot polos bekerja secara involuntir (diluar kesadaran).

Potensial aksi dapat ditimbulkan oleh:

1. Peregangan

Mengakibatkan penurunan potensial membrane, peningkatan frekuensi potensial aksi,

dan peningkatan tonus.

2. Efek Hormon

Menyebabkan kontraksi atau relaksasi otot melalui mekanisme reseptor.

3. Rangsangan neurotransmitter dari sistem saraf.

Akan tetapi, timbulnya potensial aksi terjadi pada otot polos itu sendiri tanpa adanya

ekstrinsik stimulasi. Hal ini dikarenakan adanya basic slow wave rhytm yang timbul karena

ketidakmantapan potensial membrane. Slow wave ini disebut juga sebagai gelombang pace

maker. Walaupun suat potensial aksi, tetapi slow wave dapat mengakibatkan timbulnya potensial

aksi yang menyebar ke seluruh bagian otot polos apabila slow wave meningkat mencapai nilai

ambang hingga kemudian terjadi kontraksi.

Adapun bentuk potensial aksi pada otot polos berupa :

a. Spike potensial

Lamanya tiap potensial ini 10-15 m detik. Ditimbulkan melalui rangsangan listrik, kerja

hormone terhadap otot polos, kerja substansi transmitter dari serat syaraf, dan

peregangan.

b. Plateau (pada otot jantung)

Beberapa mili detik sebelum dimulainya repolarisasi, potensial tetap dalam keadaan

mendatar mendekati puncak paku. Menunjukkan perpanjangan waktu kontraksi.

Contoh: terjadi pada ureter dan uterus.

Page 11: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

Dalam praktikum ini digunakan beberapa obat yang ingin diketahui pengaruhnya

terhadap kontraksi pada otot polos lambung katak. Obat-obat tersebut antara lain :

- Pilocarpin 0,5%

- Sulfat Atropin 0,01%

- Adrenalin 0,01%

Selain obat-obatan tersebut terdapat obat lain yang juga mempengaruhi kontraksi otot

polos lambung katak. Contohnya : noradrenalin, asetilkolin.

Umumnya, hormon yang bersirkulasi dalam tubuh akan mempengaruhi kontraksi otot

polos hingga derajat tertentu dan beberapa diantaranya mempunyai pengaruh yang sangat

besar. Suatu hormon dapat menimbulkan kontraksi otot polos bila membran sel otot

mengandung reseptor perangsang bergerbang hormon. Sebaiknya, hormon akan

menimbulkan penghambatan jika membran mengandung reseptor penghambat .

Beberapa reseptor hormon pada membran otot polos akan membuka saluran ion

kalsium dan natrium serta menimbulkan depolarisasi membran. Aktivasi reseptor

membrane lainnya akan menghambat kontraksi. Hal ini dicapai melalui penutupan

saluran kalsium dan natrium untuk mencegah masuknya ion-ion positif ini atau dengan

membuka saluran kalium untuk memudahkan efluks ion kalium. Kadang-kadang

konstraksi atau inhibisi ditimbulkan oleh hormon tanpa menyebabkan perubahan apapun

pada potensial membran. Pada keadaan tersebut, hormone dapat mengaktifkan suatu

reseptor membran yang tidak membuka saluran ion manapun tetapi menyebabkan suatu

perubahan internal di dalam serat otot, seperti pelepasan kalsium dari retikulum

sarkoplasma; kemudian menginduksi kontraksi.

Bila sediaan otot polos yang ditata untuk perekaman potensial aksi intrasel in vitro

diberi :

a. Epinefrin atau Norepinefrin ( termasuk golongan adrenergik )

Epinefrin dan neropinefrin bekerja pada reseptor alfa dan beta, dengan neropinefrin

Mempunyai afinitas lebih besar terhadap reseptor adrenergic alfa sedangkan epinef

Rin terhadap reseptor adrenergik beta.

Page 12: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

Bila Epinefrin diberikan cairan perendam sediaan otot polos in vitro maka :

- potensial membran meningkat

- frekuensi potensial aksi menurun

- otot relaksasi

b. Asetikolin

Merupakan golongan ester kholin dari obat kholinergik. Acetylkholin mempunyai

pengaruh yang berlawanan dengan norepinefrin terhadap potensial membrane dan

kegiatan kontraksi otot polos usus lambung. Bila asetikolin diberikan pada cairan

perendam sediaan otot polos in vitro :

- potensial membrane menurun

- frekuensi potensial aksi meningkat

- otot menjadi lebih aktif dengan meningkatnya kontraksi tonik dan jumlah kontraksi

ritmik

c. Sulfat Atropin

Termasuk golongan anti muskarinik/anti parasimpatis, dimana obat ini menghambat

kerja saraf parasimpatis sehingga timbul hambatan terhadap asetikolin (asetikolin

sebagai neurotransmitter dihambat maka tidak terjadi kontraksi otot polos)

d. Pilokarpin

Termasuk golongan kholinergik tipe muskarinik yang kerjanya sesuai dengan saraf

parasimpatis yaitu meningkatkan kontraksi. Mekanisme kerja seperti asetikolin, yaitu:

- potensial membrane menurun

- frekuensi potensial aksi meningkat

- otot menjadi lebih aktif dengan meningkatnya kontraksi tonik dan jumlah kontraksi

ritmik.

Page 13: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

1.2. Pemasalahan

1.2.1 Percobaan ini menggunakan otot polos visceral (otot polos pada lambung katak).

Mengapa digunakan otot polos visceral dan bukannya otot polos multiunit ?

1.2.2 Mengapa sebelum lambung katak dimasukkan ke dalam tabung perendam larutan thyrode

harus dialiri dengan oksigen terlebih dahulu dengan kecepatan yang optimal ?

1.2.3 Mengapa bagian pylorus yang diikat pada alat penulis dan bukannya bagian cardiac ?

1.2.4 Mengapa pada percobaan ini urutan pengujian obat adalah pilocarpin, sulfat atropine,

kemudian adrenalin ?

1.2.5 Mengapa dalam setiap percobaan selalu mengambil control terlebih dahulu ?

1.3 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum kontraksi otot polos lambung katak ini adalah:

1.3.1 Mengetahui pengaruh tiap-tiap obat terhadap kontraksi otot polos lambung secara teoritis

dan mekanisme kerjanya.

1.3.2 Membandingkan antara hasil praktikum dan teori, serta menyebutkan alasan-alasannya

jika hasil percobaan tidak sesuai dengan teori

1.3.3 Mengamati frekuensi, amplitudo, dan tonus lambung katak.

1.3.4 Mengamati kontraksi otot polos terutama otot visceral.

Page 14: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

BAB II

METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan Praktikum

Untuk praktikum ini digunakan alat-alat sebagai berikut:

1. Kimograf

2. Kertas pencatat

3. Tabung perendam lambung katak

4. Alat untuk mengalirkan oksigen kedalam tabung perendam lambung katak

5. Benang dan penulis

6. Katak yang akan diambil lambungnya

7. Obat-obat yang diselidiki pengaruhnya terhadap otot polos lambung katak:

- Pilocarpin 0,5%

- Sulat Atropin 0,01%

- Adrenalin 0,01%

8. Larutan Thyrode

2.2 Tata Kerja Praktikum

Langkah-langkah yang perlu dilakukan saat percobaan ialah sebagai berikut:

A. Bunuhlah katak dengan cara berikut:

1. Peganglah katak dengan tangan kiri dan jari telunjuk diletakkan dibagian

belakang kepala, sedangkan ibu jari diletakkan dibagian punggungnya. Tekan jari

telunjuk, agar kepala menjadi sedikit tertunduk, sehingga terdapat cekungan

antara cranium dan columna vertebralis.

2. Ujung jarum penusuk dipegang tangan kanan, kemudian ditusukkan pada tempat

lekukan antara cranium dengan columna vertebralis.

3. Rusaklah otot katak dengan mengarahkan jarum tersebut kearah cranial,

kemudian jarum digerakkan kian kemari sampai kedua tungkai katak tersebut

menjadi lemas dan dalam posisi ekstensi.

Page 15: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

B. Setelah katak dibunuh, maka bedahlah dinding rongga perut dengan cara sebagai

berikut:

1. Tempatkan katak terlentanf diatas papan katak, kemudian fiksir kedua kaki

nelakan menggunakan jarum.

2. Irislah rongga dada dan perut katak tersebut dengan irisan yang berbentuk huruf

Y. pada waktu mengiris kulit, harap dilakukan dengan hati-hati dan harap dipakai

gunting (jangan pakai scapel). Kulit yang akan diiris ditarik dengan pinset yang

dipegang dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memotong kulit katak

tersebut dengan memakai gunting. Ingat, waktu menggunting jangan sampai

memotong organ-organ lain. Setelah perut katak terbuka, perhatikanlah secara

invivo pergerakan-pergerakan lambung katak tersebut.

3. Bebaskan lambung katak tersebut dari jaringan sekitarnya dengan hati-hati dan

jangan sampai terlalu banyak mengadakan tekanan/sentuhan pada lambung katak

tersebut, karena hal ini merupakan stress sehingga dapat mempengaruhi kontraksi

lambung tersebut.

4. Ikatlah bagian pylorus sedistal mungkin dan bagian cardia seproksimal mungkin

dengan benang, kemudian potong lambung bagian pylorus disenelah distal dari

ikatan, dan potonglah bagian cardia disebelah proksimal dari ikatan.

5. Angkatlah dengan segera, potonglah lambung tersebut dan masukkan kedalam

larutan thyrode dalam tabung perendam supaya lambung katak tidak sampai

rusak.

6. Sebelum lambung dimasukkan kedalam tabung perendam, larutan thyrode harus

dialiri oksigen dengan kecepatan optimal.

7. Ikatlah ujung cardia pada kait pada tabung perendam, sedang ujung pylorus

dihubungkan dengan benang penulis sehingga percobaan pengaruh obat terhadap

kontraksi lambung katak dapat dimulai.

8. Adanya kontraksi pada lambung katak ditandai dengan pemendekan otot lambung

yang menarik penulis kebawah sehingga terbentuk garis naik pada kertas pencatat

yang terpasang pada tabung kymograph.

9. Kemudian sesudah terjadi kontraksi beberapa saat, maka otot lambung akan

relaksasi yang ditandai dengan kembalinya otot pada panjang semula sehingga

Page 16: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

akan menggerakkan penulis kebawah dan membentuk gambaran garis menurun

kembali pada posisi awal.

10. Dan dengan adanya kontraksi dan relaksasi otot secara ritmis akan membentuk

gambaran gelombang naik turun yang teratur sehingga kita bias mengukur

frekuensi, amplitudo, dan tonus dari gelombang tersebut.

11. Catatlah gerakan lambung normal sebanyak minimal 3kali kontraksi (yang

berbentuk seragam) sebagai control percobaan pengaruh obat yang oertama

(pilocarpin)

12. Teteskan tiga tetes pilocarpin kedalam tabung perendam lambung katak dan

berilah tanda pada kertas kimograf pada saat meneteskan obat tersebut. Dan

catatlah minimal tiga kali kontraksi seragam.

13. Kemudian mulai selidikilah pengaruh obat yang diteteskan terhadap kontraksi

otot polos lambung katak dengan melihat perubahan frekuensi, amplitudo dan

tonus sebelum ditetesi obat (kontrol) dan sesudah ditetesi obat (perlakuan) dengan

syarat kotraksi control dan perlakuan dicatat dalam satu putaran kimograf.

Apabila pengaruh obatnya kurang nyata dapat ditambahkan sehingga dapat

terlihat jelas efeknya.

14. Setelah cukup mempelajari pengaruh satu obat, maka cucilah lambung katak

dengan jalan mengganti cairan didalam tabung dengan larutan thyrode sebanyak

tiga kali.

15. Kerjakanlah langkah no 11 sampai 14 untuk obat sulfat atropine dan adrenalin.

(pada penggunaan obat adrenalin harap diperhatikan agar larutan tersebut selalu

dalam keadaan fresh, yaitu proses pembuatannya kurang dari 24jam)

Page 17: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

BAB III

HASIL PRAKTIKUM

3.1 Rumus

3.1.1 Untuk mencari besar Amplitudo digunakan rumus :

Amplitudo=A1+A2+…+ An

n

3.1.2 Untuk mencari lamanya waktu digunakan rumus :

Waktu (t) =sv

3.1.3 Untuk mencari besarnya frekuensi digunakan rumus :

frekuensi= Σ gelombangwaktu (t)

3.2 Perhitungan Hasil Praktikum

3.2.1 Larutan Pilokarpin

Kontrol

Page 18: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

Gambar 1. Kontrol Larutan Pilokarpin

A1 = 2 cm

A2 = 2,2 cm

A3 = 2,2 cm

A = A1+A2+A3

3 =

2+2,2+2,23 = 2,13 cm

S = 15,5 cm

t = sv

= 15,50,4

= 38,75 detik

60 = 0,65 menit

frekuensi = 3 x

0,65 menit = 4,62

xmenit

Perlakuan

Page 19: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

Gambar 2. Perlakuan Larutan Pilokarpin

A1 = 0,3 cm

A2 = 0,7 cm

A3 = 1 cm

A = A1+A2+A3

3 =

0,3+0,7+13 = 0,67 cm

S = 35,8 cm

t = sv

= 35,80,4

= 89,5 detik

60 = 1,49 menit

frekuensi = 3 x

1,49 menit =

2,01 xmenit

Tonus = Naik

3.2.2 Larutan Sulfat Atrofin

Kontrol

Page 20: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

Gambar 1. Kontrol sulfat Atrofin

A1 = 1,3 cm

A2 = 1,9 cm

A3 = 1,5 cm

A = A1+A2+A3

3 =

1,3+1,9+1,53 = 1,57 cm

S = 14,1 cm

t = sv

= 14,10,4

= 35,25 detik

60 = 0,59 menit

frekuensi = 3 x

0,59 menit =

5,1 xmenit

Perlakuan

Page 21: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

Gambar 2. Perlakuan Larutan Sulfat Atrofin

A1 = 1,6 cm

A2 = 0,6 cm

A3 = 0,7 cm

A = A1+A2+A3

3 =

1,6+0,6+0,73 = 0,97 cm

S = 35,2 cm

t = sv

= 35,20,4

= 88 detik

60 = 1,5 menit

frekuensi = 3 x

1,5 menit =

2 xmenit

Tonus = Tetap

3.2.3 Larutan Adrenalin

Kontrol

Gambar 1. Kontrol larutan Adrenalin

A1 = 0,5 cm

Page 22: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

A2 = 1,5 cm

A3 = 2,1 cm

A = A1+A2+A3

3 =

0,5+1,5+2,13 = 1,37 cm

S = 24,7 cm

t = sv

= 24,70,4

= 61,75 detik

60 = 1,03 menit

frekuensi = 3 x

1,03 menit =

2,9 xmenit

Perlakuan

Gambar 2. Perlakuan Larutan Adrenalin

A1 = 0,4 cm

A2 = 0,3 cm

A3 = 0,3 cm

A = A1+A2+A3

3 =

0,4+0,3+0,33 = 0,33 cm

S = 24,5 cm

t = sv

= 24,50,4

= 61,25 detik

60 = 1,02 menit

Page 23: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

frekuensi = 3 x

1,02menit =

2,9 xmenit

Tonus = -

3.3 Tabel Pengamatan Hasil Praktikum

Jenis Obat Frekuensi

( kontraksi/ menit)

Amplitudo

( cm)

Tonus Kesimpulan

Pilocarpin Kontrol

Perlakuan

Sulfat

Atrofin

Kontrol

TetapPerlakuan

Adrenalin Kontrol

-Perlakuan

BAB IV

PEMBAHASAN

Page 24: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

4.1 Diskusi Hasil Praktikum

Dengan melakukan ini, kami dapat mengetahui efek-efek yang diyimbulkan oleh obat-

pbatan yang diberikan kepada lambung katak. Obat-obat yang telah diberikan pada praktikum ini

memiliki kerja yang sama dengan mekanisme kerja beberapa hormon yang ada dalam tubuh.

Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa:

1. Pilokarpin 0,5%

- Frekuensi meningkat dari 0,54 menjadi 0,8 kontraksi/menit

- Amplitudo meningkat dari 4,7 menjadi 6mm

- Tonus meningkat (naik)

2. Sulfat Atropin 0,01%

- Frekuensi meningkati dari 0,6 menjadi 0,31 kontraksi/menit

- Amplitudo menurun dari 5,7 menjadi 3,3mm

- Tonus tetap

3. Adrenalin 0,01%

- Frekuensi menurun dari 0,04 menjadi 0,2 kontraksi/menit

- Amplitudo menurun dari 6 menjadi 4,3mm

- Tonus kami lambangkan ‘-‘ pada data karena setelah perlakuan, garis yang menunjukkan

kontraksi pada kertas pencatat tidak menunjukkan adanya kontraksi yang berupa garis

lurus seperti gambar yang sudah kami perlihatkan oada hasil praktikum.

Pada perbandingan frekuensi kontrol dan frekuensi perlakuan otot polos dengan larutan

Sulfat Atropin dan Pilocarpin, terjadi peningkatan frekuensi, sedangkan pada adrenalin

hasilnya tidak bias menunjukkan adanya peningkatan atau tidak karena menghasilkan

garis lurus saja. Hal ini disebabkan karena fungsi kerja larutan sebagai penghambat

kontraksi otot polos. Sehingga jarak antara gelombang yang terekam pada kimograf

menjadi lebih panjang.

Sedangkan amplitude kontrol dan perlakuan otot polos dengan larutan sulfat

atropine dan adrenalin terjadi penurunan amplitudo. Hal ini disebabkan karena

simpangan (jarak dari puncak gelombang sampai batas garis) menjadi lebih pendek.

Page 25: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan

1. Percobaan ini menggunakan otot polos visceral (otot pada lambung katak). Mengapa

digunakan otot polos visceral dan bukannya otot polos multiunit ?

Jawab:

Dalam praktikum kontraksi otot polos lambung katak ini, kita lakukan percobaan

dari visceral smooth muscle untuk mengetahui pengaruh adrenergic dan cholinergic

terhadap gambaran kontraksi otot polos visceral secara in-vitro. Pengamatan ditujukan

terhadap variabel : amplitudo, frekuensi dan tonus.Dalam Larutan tersebut mempunyai

susunan elektrolit yang hampir mendekati susunan elektrolit cairan tubuh katak. Dan

pada percobaan ini dibutuhkan otot yang tidak dipengaruhi oleh stimulus ekstrinsik,

melainkan dipengaruhi oleh stimulus dari jaringan local, sehingga meskipun lambung

katak dipotong akan tetap dapat berkontraksi. Mempunyai irama kontraksi sendiri yang

dengan pengaruh obat-obatan akan menimbulkan potensial aksi. Tetapi dasar dari

potensial aksi itu sendiri berada pada otot polos karena adanya gelombang lambat dan

ketidakmantapan potensial membran. Syarat ini dipengaruhi oleh otot polos visceral,

sehingga otot polos visceral yang digunakan dalam praktikum ini. Selain itu, jika

potensial aksi terjadi di satu titik pada otot polos, akan membuat serat-serat di sekitarnya

juga terjadi potensial aksi sebesar rangsangan yang diberikan, dikarenakan adanya

sinsitium/sifat hubungan antarselnya.

2. Mengapa sebelum lambung katak dimasukkan ke dalam tabung perendam larutan

thyrode harus dialiri dengan oksigen terlebih dahulu dengan kecepatan yang optimal ?

Jawab:

Ketika lambung katak diangkat, suplai oksigen pada pembuluh darah terhenti. Larutan

thyrode mempunyai susunan elektrolit yang hamper mendekati susunan elektrolit cairan

tubuh katak. Maka dari itu sebelum digunakan pada lambung katak, larutan thyrode haris

disterilkan dulu dengan oksigen yang cukup agar respirasi sel pada otot polos lambung

katak tidak terganggu.

3.Mengapa bagian pylorus yang diikat pada alat penulis dan bukannya bagian cardiac ?

Page 26: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

Jawab:

Hal ini dikarenakan pada pylorus terdapat otot yang lebih tebal daripada bagian lambung

yang lain sehingga kontraksinyapun lebih besar dan dapat menggerakkan alat penulis

pada kimograf melalui tuas pengungkit. Ketebalan otot sirkular 50-100% lebih besar

daripada cardia dan secara tonik tetap berkontraksi secara ringan hamper sepanjang

waktu.

4. Mengapa pada percobaan ini urutan pengujian obat adalah pilocarpin, sulfat atropine,

kemudian adrenalin ?

Jawab:

Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengamatan efek farmakologi obat. Efek

pilokarpin bersifat menurunkan potensial membran menyebabkan

amplitude,frekuensi, dan tonus meningkat. , sedangkan efek sulfat atropine dan

adrenalin m e n a i k k a n p o t e n s i a l m e m b r a n m e n y e b a b k a n

amplitude,frekuensi, dan tonus m e n u r u n . Sehingga untuk digunakan pertama

pilokarpin karena nantinya tidak akan menggangu pengamatan terhadap efek sulfat

atropin dan adrenalin . Dan sebaliknya jika sulfat atropin dan adrenalin diberikan

pertama, maka ikatan sulfat atropin maupun adrenalin yang kuat dengan reseptornya ini

akan susah dilepas pada saat diberikan pilokarpin. Dan ini akan menggangu pengamatan

terhadap efek pilokarpin.

5. Mengapa dalam setiap percobaan selalu mengambil kontrol terlebih dahulu?

Jawab:

Kontrol berfungsi sebagai acuan keadaan dimana otot polos pada lambung kantak

berkontraksi dalam keadaan normal sebelum ditetesi obat-obatan yang akan diuji

pengaruhnya, sehingga dapat mengetahui pembanding kontraksi otot polos yang masih

normal dengan otot polos yang sudah diberi perlakuan.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan dan menyusun laporan ini kami menyimpulkan bahwa:

Page 27: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

1. Otot polos lambung katak merupakan otot visceral yang bersifat involunter, yang

berkontraksi tanpa stimulus ekstrensik dan dapat dipengaruhi oleh obat-obatan.

2. Rangsangan untuk menimbulkan potensial aksi yang dapat berupa:

- Peregangan

- Efek hormone

- Rangsangan neurotransmitter dari saraf

3. Obat-obatan atau hormon yang diberikan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda pada otot

polos lambung katak, bergantung pada jenis reseptor yang diaktifkan.

4. Bila pilokarpin diberikan pada cairan perendam otot polos:

- Potensial membran menurun

- Potensial aksi meningkat

- Aktivitas otot seiring dengan meningkatnya kontraksi tonik dan jumlah kontraksi ritmik

5. Bila sulfat atropine diberikan:

- Potensial membrane meningkat

- Potensial aksi menurun

- Relaksasi otot

6. Bila adrenalin diberikan:

- Potensial membrane meningkat

- Potensial aksi menurun

- Relaksasi otot

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C. dan J.E. Hall . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11.

Jakarta: EGC

Page 28: Laporan Praktikum II Ilmu Faal

Dorland, W.A.Newman.2002. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29.

Jakarta: EGC

Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20.

Jakarta: EGC