laporan ekslusif kasus texmaco

Upload: ardie71

Post on 07-Aug-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    1/22

    LAPORAN EKSLUSIF KASUS TEXMACO (2)

    exmaco--LAPORAN EKSKLUSIF BANGKIT ONLINE (1)

    Dokumen ini diperoleh Bangkit dari sumber terpercaya. Terdiri atas pendapat dan hasil penelitian

    kasus Texmaco. Di sini jelas sekali betapa Texmaco merugikan negara. Selamat menikmati!

    SP3 Texmaco: Malapetaka bagi Indonesia

    Kasus Texmaco dilihat dari UU No 31 1999 dapat dijerat melalui

    pembuktian

    terjadinya faktor-faktor sbb:

    1. Pelanggaran hukum.

    2. Upaya memperkaya diri atau badan (perusahaan).3. Merugikan negara atau merugikan/ merusak perekonomian negara.

    Pelanggaran hukum* Pemalsuan laporan untuk mendapatkan kredit. Laporan BNI kepada BI realisasi

    Texmaco Grup periode Oktober 96-September 97 (12 bulan terakhir) sebesar US$616 juta. (Rencana

    ekspor harus didukung

    dengan LC atau sales contract). Karena adanya perbedan rencana ekspor

    dengan realisasi ekspor yang lalu yang tidak masuk akal, maka laporan

    rencana ekspor tersebut digunakan untuk mengelabui bank dalam rangka

    pengucuran kredit.

    * Penyimpangan Pembuatan Akad Kredit antara Bank BNI dan Texmaco Grup

    dan

    terjadi penyelewengan penggunaan fasilitas rediskonto pre-shipment.

    * Fasilitas pre-shipment yang diberikan pemerintah, dipakai untuk

    melunasi

    pinjaman grup Texmaco yang jatuh tempo (Surat Utang jangka pendek/ CP

    danYankee Bond). Pada September 1997 direksi Texmaco Grup mengajukan

    bantuan

    liwiditas pada BI melalui Bank BNI sejumlah US$370 juta untuk mengatasi

    kewajiban jangka pendek berupa Commersial Paper dan Yankee Bond yang

     jatuh

    tempo dan tak dapat di perpajang. Perjanjian Kredit Bank BNI dan Texmaco

    membolehkan penggunaan dana untuk Modal Kerja dan Investasi, sehingga

    tidak digunakan untuk kepentingan ekspor, akan tetapi untuk membayar

    utangluar negri yang jatuh tempo.

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    2/22

    * Pada 23 Oktober 1997, sesuai petunjuk BI kepala Urusan Luar Negri BI

    telah meminta Bank BNI agar mengajukan permohonan Fasilitas Rediskonto

    pre-shipment untuk Texmaco Grup. Surat tersebut ditindak lanjuti oleh

    bankBNI pada tanggal 29 Oktober 1997. Direksi BI memberikan persetujuan

    pemberian fasilitas rediskonto pre-shipment kepada Texmaco Grup dengan

    surat no 30/267/ULN/KEP1 tanggal 30 Oktober 1997.

    * Kolusi dengan Presiden RI dalam melakukan pelanggaran UU Perbankan no

    7

    tahun 1992 pasl 11 mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) serta

    perlakuan khusus untuk melanggar ketentuan pemberian fasilitas

    pre-shipment. Surat Sinivasan kepada Soeharto tertanggal 29 Desember1997.

    Disposisi Soeharto tanggal 30 Desember 1997.

    * Penipuan informasi pemberian kredit

    Pada surat permohonan Sinivasan kepada BNI tertanggal 12 Januari 1998,

    disebut bahwa Texmaco sedang bernegoisasi dengan lembaga keuangan luar

    negri untuk mendapatkan dana sebesar US$750 juta dan hasilnya akan

    dipergunakan untuk membayar fasilitas yang diperoleh. Penjelasan

    tersebutbertentangan dengan isi surat yang ditujukan kepada Presiden Soeharto

    tanggal 29 Desember 1997, yang menyatakan bahwa komitmen dengan lembaga

    keuangan diluar negri tersebut telah dibatalkan.

    * Intervensi kekuasaan mantan Presiden Soeharto atas permintaan

    Sinivasan

    untuk mempengaruhi otoritas moneter (BI), agar memberikan fasilitas

    kepada

    Grup Texmaco yamg mengabaikan prosedur dan peraturan yang berlaku.Menguntungkan Pribadi atau Badan

    * Penyelamatan utang luar negri grup Texmaco dengan menggunakan uang

    negara dan bahkan cadangan devisa negara.

    * Mendapatkan kredit dengan mudah dengan melakukan kolusi dan penipuan

    tujuan penggunaan kredit.Kerugian Negara/ Perekonomian Nasional

    * Keterlambatan pelunasan pembayaran kredit dan timbulnya kredit macetakibat pemberian kredit yang melanggar azas kehati-hatian, bahkan

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    3/22

    didasarkan oleh kolusi antara Debitur, Bank dan Presiden RI.

    Surat BNI tanggal 3 Juni 1998 no DIR/0247/R mengajukan permohonan agar

    fasilitas Rediskonto pre-shipment yang diberikan kepada Texmaco Grup

    dapat

    diperpajang dengan alasan perusahaan mengalami penurunan kinerja. Surattersebut disusuli dengan surat no. DIR/0295/R tanggal 23 Juni 1998.

    Perlu

    dicatat, bahwa ini sesungguhnya terjadi karena adanya penyimpangan

    penggunaan fasilitas preshipment yang digunakan untuk

    penyelamatanperusahaan.

    Surat direktur Texmaco kepada Gubernur BI tanggal 15 Juni 1998.

    * Pembayaran bunga/ diskonto yang tidak diperhitungkan karena

    keterlambatan pelunasan persetujuan BI terhadap permohonan dan usulanTexmaco dan BNI. Surat BI tanggal 20 Juli 1998 no 31/117/ULN.

    * Devisa hasil ekspor tidak digunakan untuk melunasi fasilitas.

    Realisasi

    ekspor 4 perusahaan Texmaco Grup sampai dengan September 1998,

    setidak-tidaknya bernilai US$104 juta tidak digunakan untuk pembayaran

    Wesel Ekspor yang sudah jatuh waktu.

    * Merusak kesehatan Bank BNI dan Bank Pemerintah lainnya.

    * Beban biaya rekapitalisasi Bank BNI yang harus ditanggung rakyat.

    * Merusak citra perbankan Indonesia sehingga menghilangkan kepercayaan

    dunia usaha dan investasi terhadap perekonomian Indonesia.

    * Memperparah krisis ekonomi dan menyengsarakan rakyat.

    Alasan kejaksaan dalam mengeluarkan SP3 yang mengatakan bahwa tidak ada

    kerugian negara dan bukti pelanggaran hukum merupakan kejadian yangpatut

    disesalkan dan harus dicabut kembali. Kenyataan bahwa telah terjadi

    pelanggaran hukum secara brutal dengan mendompleng kekuasan presiden

    serta

    penipuan-penipuan, baik pemberian informasi maupun penggunaan fasilitas

    kredit yang menyimpang telah terbukti jelas bahwa negara telah

    dirugikan.

    Alasan yang mengatakan fasilitas kredit belum jatuh tempo dan jumlah

    agunan (asset) lebih besar dari utang, merupakan alasan yang tidakprofesional dan terlalu mengada-ada. Karena penilaian asset harus

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    4/22

    dilakukan oleh perusahaan jasa penilai yang bonafid dan memiliki

    reputasi

    tinggi serta independen.Aib Nasional:

    Penerbitan Sp3 oleh kejaksaan telah berdampak semakin parahnya

    kepercayaaninvestor dan masyarakat dunia usaha terhadap parahnya penegakkan hukum

    di

    Indonesia. Dengan kata lain Indonesia masih memiliki ketidak-pastian

    hukum

    yang tinggi. Index Harga Saham Gabungan anjlok menembus angka 500 dan Rp

    tidak mampu terangkat walaupun LOI telah ditanda tangani.

    Pertanyaan yang harus dikonfirmasikan kepada Jaksa agung:

    1. Apakah ada tekanan dari Presiden RI, karena upaya pendekatanSinivasan

    ke Istana atau desas-desus yang berkembang mengenai sumbangan Sinivasan

    dalam proyek pembangunan gedung NU.

    2. Apakah benar Sdr. Taufik Kiemas menjabat komisaris di Texmaco, sesuai

    dengan pernyataan Sdr. Saifullah Yusuf baru-baru ini telah mempengaruhi

    keputusan penerbitan SP3.

    SP3 Texmaco telah menjadi Aib nasional dan merusak citra reformasi dan

    upaya penegakkan hukum di Indonesia. Oleh karena itu harus segeradiperbaiki. Jika tidak, berarti Indonesia tidak berubah!.

    Prinsip Dasar Pembiayaan Transaksi Ekspor

    * Yang dibiayai adalah transaksi ekspor. Pembiayaan dapat dilakukan

    untuk

    kegiatan ekspor pada saat barang telah dikapalkan (post shipment) maupun

    sebelum dikapalkan (pe-shipment).

    * Jumlah pebiayaan harus didasarkan pada "sales contract" atau letter of

    credit (LC). Pada dasarnya harus ada underlying transactions.

    * Pada umumnya "jangka waktu" pinjaman tidak melampaui 180 hari (within

    the channel of trade). Jika melebihi 180 hari biasanya disebut kredit

    investasi(karena berjangka panjang dan belum ada sales contract atau

    LC).

    * Pelunasan pinjaman diperoleh dari danan hasil ekspor. Oleh karena itu,

    hasil ekspor yang akan dijadikan jaminan. Sehingga pinjaman bersifat

    self

    liquitdating.

    * Pencairan pinjaman harus digunakan untuk kegiatan produksi barang

    untuk

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    5/22

    diekspor. Biasanya untuk modalkerja dan pembelian bahan baku ynag

    berkaitan dengan ekspor order.

    Kejanggalan dan Penyimpangan pada kasus Texmaco :

    * Fasilitas kredit diberikanberdasarkan disposisi Presiden atas surat

    Sinivasan. Jika Presiden tidak ikut campur, mak kredit tidak akandisetujui.

    * Perkiraan ekspor yang akan datang terlalu besar (direkayasa untuk

    memaksimalkan pinjaman). Menurut laporan BNI kepada BI (realisasi ekspor

    Texmaco Grup untuk periode oktober 1996-septerber 1997 (2 bulan

    terakhir)

    adalah sebesar USS 227 juta. Jauh lebih kecil dibanding jumlah yang

    diajukan, yaitu USS 616 juta untuk satu tahun kedepan. Padahal

    perekonomian indonesia memasuki masa krisi yang parah.

    * Perlu diperiksa keaslian dokumen sales contract* Jangka waktu pinjaman berubah-ubah. Hai ini karena tidak didasarkan

    pada

    sales contract atau tidak ada underlying ekspor transaction.

    * Fasilitas pre shipment dipakai untuk melunasi pinjaman grup yang jatuh

    tempo (Commercial Papers dan Yankee Bond). Tujuan perberian kredit

    diselewengakan. Bukan untuk meningkatkan ekspor akan tetapi untuk bail

    out

    (menyelamatkan Texmaco)

    * Hasil ekspor grup tidak dipakai untuk melunasi pinjaman pre-shipmentyang telah diberikan.

    * Terjadi peningkatan fasilitas (pemberian tahap kedua: December

    1997-Januari 1998) yang diberikan atas dasar pencegahan cross default.

    Jelas bahwa pemberian fasilitas pre shipment adalah bukan untuk

    meningkatan ekspor akan tetapi untuk menolong (bail out) Texmaco.

    * Surat Sinivasan jelas-jelas meminta oersetujuan Presiden untuk

    melanggar

    BMTK (batas maksimum perberian kredit) dan sekligus melanggar ketentuan

    fasilitas pre-shipment, dengan mengabulkan 100 % pembiayaan dariperencanaan ekspor.

    * Pencairan dana tahap ketiga (Februari 98- Maret 98) didasarkan atas

    kunjungan Presiden ke Subang Jawa Barat (surat Sinivasan). Bukan

    berdasarkan kebutuhan ekspor yang jelas.

    * Penggunaan Devisa Negara dipakai untuk menyelatkan Texmaco. Tercatat

    USS

    100 juta cadangan devisa dialokasikan kepada Texmaco.

    * Hal ini bertentangan dengan tujuan pemberian fasilitas pre-shipment

    yaitu untuk meningkatkan cadangan devisa negara dan menyelamatkanekonomi.

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    6/22

    Kenyataannyacadangan devisa digunakan untuk menyelamatkan Texmaco.

    Padahal

    pada waktu yang bersamaan banyak proyek-proyek pemerintah untuk

    kepentingan rakyat yang harus dijadwal ulang. Kaeran untuk menghemat

    cadangan devisa negara.* Permberian fasilitas pre shipment diberikan dengan alasan krisi

    ekonomi.

    Kredit tersebut menjadi masalah dengan alsan yang sama, yaitu krisi

    ekonomi.

    * Dari surat Sinivasan kepada Presiden dan Bank Indonesia menunjukan

    bahwa

    fasilitas pre shipment yang diminta bersifat bridging (talangan

    sementara)

    karena Sinivasan akan mendapat danan dari luar negeri sebesar USS 750 juta. Yaitu dari Merril Lynch dan Morgan Stanley. Danan ini akan dipakai

    untuk melunasi fasilitas pre shipment . (perlu diperiksa keabsahan

    keterangan tersebut) akhirnya Sinivasan gagal mendapatkan dana dari

    luar

    negeri tersebut. dAn meminta tambahan pinjaman lagi dengan meminta

    intervensi Presiden !.

    Kesimpulan umum:

    * Pada dasarnya fasilitas pre shipment yang diberikan kepada Texmaco,

    tidak digunakan untuk mendorong ekspor dan menyelamatkan ekonomiIndonesia. Hal tersebut hanya dijadikan alasan belaka.

    * Kedekatan Sinivasan dengan Soeharto telah berhasil memaksa pada

    pejabat

    BI dan BNI untuk mengorbankan kepentingan nasional. Teruama dalam waktu

    menghadapi krisis ekonomi. Keputusan tersebut justru mendorong

    terpuruknya

    perekonomian Indonesia.

    * Pemberian kredit tidak didasarkan rencanan yangberdasarkan pada

    prinsipkehati-hatian. Tetapi diberikan atas dasar kolusi. Sehingga sudah dapat

    dipastikan akan bermasalah sejak awal.

    * Akhirnya utang yang bermasalah tersebut dikonversikan menjadi

    penyertaan

    pemerintah(qq: BNI) pada perusahaan Texmaco!.

    Indikasi penyimpangan Pembiayaan Grup Texmaco Total US$ 754,1 juta + Rp1,916,5 milyar. Melalui fasilitas Wesel Ekspor " Pre shipment ",

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    7/22

    Penempatan Deposito Bank Indonesia dan Pemberian fasilitas SPBU tanpa

    lelang.

    I. Permasalahan

    Bank Indonesia (BI) telah memberikan fasiltas pendanaan modal kerja

    untuk

    Grup Perusahaan Texmaco melalui Bank BNI, BRI, dan BEII menggunakan

    cadangan devisa untuk mengatsai kesulitan likuidasi dan melanjutkan

    investasi jangka panjang. Fasilitas tersebut diberikan melalui mekanisme

    rediskonto wesel ekspor pre shipment . penempatan deposito dan fasilitas

    SPBU khusus tanpa lelang. Jumlah dana yang diberikan kapada Texmaco Grup

    sebesar US$ 716 juta-Rp 1.472.73 Milyar. Dengan jaminanrencana

    penerimaanekspor yang akan datang ( tahun 1998). Yang diestimasi nilainya sebesar

    US$ 616 juta. Fasilitas yang sama juga diberikan kepada Bakrie Grup

    sebesar US$38,1 juta-Rp 4438.8 Milyar.

    Pemberian fasilitas tersebut dapat terjadi karena adanya intervensi

    kekuasaan dari mantan Meperindag dan mantan Presiden Soeharto yang

    diduga

    dilatar belakangi unsur KKN antara keluarga cendana. Pejabat BI,

    bank-bank

    pelaksanan dengan Texmaco Grup. Intervensi kekuasaan tersebutmengakibatkan proses pemberian fasilitas mengabaikan aturan-aturan yang

    ditetapkan BI sendiri maupun intern bank pelaksana. Jika pemberian

    fasilitas tersebut sesuai dengan aturan akan ada dua diantara bank

    pelaksana ( Bank BNI, BRI) harus pula masuk dalam pengawasan BPPN,

    karena

    fasilitas yang diberikan kepada Texmaco Grup telah melampaui CAR/ATMPR

    dan

    BMTK.

    Terdapat indikasi kuat bahwa tagihan tersebut berpotensi menjadi kreditmacet. Menurut laporan bank pelaksana maupun grup Texmaco sendiri.

    Sebagian dana digunakan untuk membiayai investasi jangka panjang berupa

    pembangunan industri berat. Diperoleh bukti sampai pada bulan September

    1998 hasil ekspor atas 4 perusahaan Texmaco Grup bernilai US$ 104 juta

    tidak digunakan untuk melunasi fasilitas yang diterima.

    Sesuai dengan transaksi rediskonto wesel ekspor, maka wesel ekspor

    senilai

    US$ 516 juta seharusnya akan lunas semua pada tahun 1998. Pada bulan

    Juli1998, BI telah menyetujui penjadwalan kembali fasilitas yang diberikan

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    8/22

    kepada Texmaco Grup dan seolah-olah dikonversikan menjadi kredit biasa.

    Fasilitas yang seharusnya lunas dibulan Desember 1998 dengan angsuran

    per

    bulan US$ 86 juta , ditangguhkan hingga bulan Desember 2000 dengan

    angsuran per bualan mulai US$ 5 juta.Pada bulan Oktober 1998 terjadi tunggakan angsuran Bank BNI kepada BI

    sebesar US$ 5 juta dari rencana yang dijadwalkan (jadwal baru) dan

    tunggakan bunga Texmaco Grup sebesar US$ 2,6 juta pada Bank BEII.

    II. KRONOLOGIS MASALAH

    A. PEMBERIAN FASILITAS KREDIT KEPADA TEXMACO GRUP.

    1. Pencarian Dana Tahap 1, Periode September-November 1997 sebesar YS$276

     juta.

    a. Pada bulan September 1997 Direksi Texmaco Grup mengajuan bantuan

    Likwiditas pada BI melalui Bank BNI sejumlah US$ 370 juta untuk mengatsi

    kewajiban jangka pendek berupa Commercial Papper (CP) dan Yankee Bond

    yang

     jatuh waktu dan tidak dapat di roll over.

    b. Mulai awal Oktober sampai dengan tanggal 14 Oktober 1997 dilakukan

    pembahasan secara intensif yang melibatkan Direksi BI, Depperindag,Direksi BNI daDireksi Texmaco untuk mendapatkan berbagai alternatif

    pembiayaan. Kemudian disepakati dengan cara pendiskontoan wesel ekspor

    "pre shipment" yang kemudian akan de rediskonto oleh BI dengan

    menggunakan

    cadanga devisa . dapat dikutip dari catatan yang dibuat tanggal

    14Oktober

    1997. Pernyataan sebagai berikut:;

    BI dapat mempertimbangkan fasilitas underlying transactionnya berbeda

    dengan biasanya . sebagai mana sdiketahui , sesuai fasilitas rediskontoBI

    didsarkan pada wesel eksportir atas dasr "realisasi ekspor berjangka" (

    post shipment) yang dilaksanankan melalui pengajuan wesel bank (bank

    eksportir). Kepada PT Texmaco melalui bank BNI diberikan fasilitas re

    diskonto BI atas dasar "ekspor masa depan" (pre shipment). Dari

    pernyataan

    tersebut dapat disimpulkan adanya indikasi bahwa ketentuan wesel ekspor

    pre shipmen diciptaakan untuk mengakomodasi kebutuhan Texmaco Grup.

    c. Pada tanggal 23 Oktober 1997. Sesuai petujuk Direktur BI Kepala urusaLN, BI telah meminta kepada BNI agar mengajukan permohonan fasilitas

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    9/22

    rediskonto "pre shipment" untuk Texmaco Grup. Surat tersebut di tindak

    lanjuti oleh Bank BNI pada tanggal 29 Oktober 1997.

    d. Pada tanggal 30 Oktober 1997 dikeluarkanrekomendari Memperindag

    kepada

    3 Grup perusahaan (termasuk Texmaco) yang ditujukan kepada Gubernur BIagar Grup perusahaan tersebut dapat diberikan fasilitas penjualan WE

    "Pre

    Shipment".

    Catatan

    Saaat rekomendasi tersebut diterbitkan tidak dijumpai pengakuan

    fasilitaas 2 ( dua) Grup perusahaan lainnya.

    e. Tanggal 4 November 1997, Direksi BI mengeluarkan SK Direksi

    No.30/132/KEP/DIR yaitu ketentuan tenatang jual beli Devisa Hasil Eksporuntuk eksportir tentunya dan devisa hasil ekspor yang akan datang

    (DHE-YAD). Selama ini belum memiliki aturan mengenai DHE untuk "Pre

    shipment" yang ada adalah untuk "Post shipment". Meskipun SE dan SK

    Direksi belum diterbitkan namun.Direksi melalui ULN telah memberikan

    persetujuan pemberian fasilitas rediskonto pre shipment kepada Texmaco

    Grup dengan surat nomor 30/267/ULN/KEP1 tanggal 30 -10-97. Pada pasal 7

    ayat (1) aturan DHE-YAD menyebutkan bahwa fasilitas rediskonto DHE-YAD

    dapat diberikan maksimum 50% dari nilai rencana ekspor yang didukung

    dengan LC atau sales contract.f. Tanggal 5 -11-97, telah diterbitkan SE no 30/29/ULN tentang DHE-YAD

    dan

    secara bersamaan disetujui fasilitas rediskonto DHE YAD kepada Texmaco

    Grup melalui bank BNI sebesar US$ 276 juta ( senilai 48% dari total

    rencana ekspor tahun 1998 yang diajukan sebesar US$616 juta). Dengan

    demikain tidak nampak tenggang waktu untuk meneliti keabsahan dari

    dokumen-dokumen yang disyaratkan.

    Catatan : menurut laporan BNI kapada BI realisasi ekspor Texmaco Grup

    periode oktober 1997 berjumlah sebesar US$227 juta.

    2. Pencairan dana tahap 2 periode desember 1997 sebesar US$340 juta.

    1. Tanggal 24 Desember 1997, meskipun telah memberikan bantuan sebesar

    US$

    276 juta. Bank BNI meyatakan bahwa Texmaco Grup kemungkinan akan terkena

    cross default sebagai akibat tidak terpenuhinya kewajiban pembayaran

     jangka pendek kepada pihak LN. agar tidak terkena cross default.BI

    melakukan place deposito sebesar US$100juta kepada Bank BNI dan danatersebut digunakan oleh Texmaco Grup untuk membayar kewajibannya.

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    10/22

    2. Tanggal 29-12-97. Dirut Texmaco mengirim surat kapada Presiden

    Soeharto yang intinya sbb:

    * Meminta bantuan agar dapat memberikan fasilitas 100% pre shipment

    finance yang menggunakan syarat post shipment yang tidak kena legal

    lending limit.* Memberitahukan bahwa komitmen yang akan dibuat dengan lambaga keuangan

    LN dengan total US$750 juta batal, akibat gejolak moneter yang terjadi

    di

    tanah air.

    3. Tanggal 30 Desember 1997, disposisi Presiden atas surat tersebut

    kepada

    Sekneg berbunyi " Sekneg , apa yang telah dilaporkan dan saya setujui

    belum juga teratasi". Disposisi kemudian disampaikan kepada Gubernur BI

    dan Sekneg.4. Tanggal 12 Januari 1998, Dirut Texmaco mengrim surat, mengajukan

    fasilitas dis konto WE-YAD tahap II sebesar US$ 34o juta. Atas dasar hal

    tersebut, Bank BNI mengajukan rediskonto kepada Biuntuk jumlah yang

    sama.

    Catatan : dalam surat permohonan tersebut dinyatakan bahwa sedang

    bernegosiasi dengan lembaga keuangan LN untuk mendapatkan dana sebesar

    US$

    750 juta, dan hsailnya akan diprioritaskan untuk membayar fasilitas yang

    diperoleh ( penjelasan tersebut bertentangan dengan isi surat yangditujukan kepada Presiden Soeharto tanggal 29-12-97, yang menyatakan

    bahwa

    komitmen dengan lembaga keuangan diluar negri tersebut sudah

    dibatalkan).

    5. Tanggal 13-01-98. BI menyetujui fasilitas Rediskonto DHE-YAD untuk

    Texmaco Grup sebesar US$340 juta. Tanggal 15-01-98 fasilitas sebesar

    US$240 juta diterima Texmaco Grup dari Bank BNI dan Placement Deposito

    US$

    100juta diperpajang jangka waktunya.

    Catatan: Total fasilitas Diskonto WE-YAD yang diterima Texmaco Grup

    melalui Bank BNI sampai dengan 15-01-98 berjumlah US$616 juta atau 100%

    dari nilai rencana ekspor tahun 1998. WE-YAD sebesar US$516 juta telah

    di

    Rediskonto oleh BI ditambah US$100 juta melalui Placement Deposito BI

    pada

    Bank BNI di Cayman Island.

    3. Pencairan Dana Tahap III. Periode Pebruari 1998-Maret 1998 sebesar

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    11/22

    US$200 juta

    + Rp 450 Milyard.

    1) Tanggal 12-02-98, Dirut Texmaco kembali mengirim surat kepada

    Gubernuryang intinya menyatakan bahwa Texmaco Grup masih mengalami kesulitan

    dana

    untuk menyelesaikan proyek-proyek pembuatan barang model di Subang Jawa

    Barat. Dalam surat tersebut juga menjelaskan bahwa pada waktu kunjungan

    tersebut Presiden Soeharto secara khusus menanyakan kenapa masih ada

    proyek yang belum selesai dan menyatakan supaya segera dirampungkan dan

    membicarakan dengan gubernur BI dan Perbankan. Dalam surat tersebut juga

    dinyatakan bantuan dan yang masih pending adalah:

    * Bank BEII sebesar US$200 Juta.* Bank BNI sebesar Rp 450 Milyard.

    * Bank BRI sebesar US$108 Juta.

    * Konsorsium Bank Pemerintah (leader Bank BRI) sebesar US$440 Juta.

    2) Tanggal 23-02-98 Dirut Texmaco kembali mengirim surat masing-masing

    kepada Presiden Soeharto dan Gubernur BI dengan materi yang yang sama

    yaitu: meminta tambahan bantuan dana mendesak sebesar US$200 Juta

    (melalui

    Bank BRI) dan Rp 450 Milyard (melalui Bank BNI untuk modal kerja.

    3) Tanggal 24-02-98, turun disposisi Presiden Soeharto atas nama

    tersebut

    kepada Sekneg yang berbunyi:"Setneg. Setuju BI, menyelesaikan".

    Disposisi

    tersebut disampaikan kepada Gubernur BI oleh Setneg.

    4) Tanggal 26-02-98, disposisi rahasia Gubernur BI kepada Direktur BI

    danKepala Urusan Lura Negri (ULN), berbunyi:"Terlampir disposisi bapak

    Presiden atas surat Sdr. Sinivasan (Texmaco) dan surat Sdr. Sinivasan

    yang

    sudah direvisi sesuai dengan pembicaraan kita dengan ybs dua hari yang

    lalu. Harap pelaksanaannya (dalam rupiah, dengan syarat yang berlaku).

    5) Tanggal 06-0398, direksi Texmaco menyurati Gubernur BI yang

    menyatakanbahwa kesanggupan untuk mengurangi kebutuhan dana dari US$ 200 Juta dan

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    12/22

    Rp

    450 Milyard menjadi sebesar US$125 Juta dan Rp 450 Milyard sesuai saran

    BI

    tidak mencukupi karena adanya LC yang harus dilunasi segera sehingga

    mintatambahan sebesar US$ 75 Juta.

    6) Disposisi Gubernur BI kepada Direktur BI berbunyi:"Mengingat sudah

    ada

    petunjuk Bapak Presiden (pada surat terdahulu), kiranya permintaan

    tersebut dala surat ini dapat dipenuhi".

    7) Tanggal 12-03-98, BI menyetujui fasilitas kepada Texmaco Grup melalui

    Placement Deposito BI pada Bank BRI sebesar US$ 40 Juta dan fasilitasSPBU

    Khusus sebesar Rp 1.022.73 Milyard (ekivalen US$ 100 Juta) dan

    persetujuan

    Rediskonto DHE-YAD sebesar Rp 450 milyard melalui Bank BNI. Pencairan

    fasilitas kepada texmaco Grup pada Bank BEII sebesar US$ 60 Juta

    dilakukan

    pada tanggal 03-03-98 dan 05-03-98.

    4. Penundaan dan Penjadwalan Kembali Pembayaran

    1) Tanggal 03-06-98, Bank BNI dengan surat no DIR 0247 R mengajukan

    permohonan agar fasilitas Rediskonto Pre-shipment yang diberikan kepada

    Texmaco Grup dapat diperpajang dengan alasn perusahaan mengalami

    penurunan

    kinerja. Surat tersebut disusuli dengan surat no DIR 0295 R tanggal

    23-06-98.

    2) Tanggal 15-06-98, direktur texmaco Grup menyurati Gubernur BI yangintinya menyatakan bahwa:

    * Kegiatan produksi dan ekspor TPT mengalami hambatan dan order

    penjualan

    ternyata dibatalkan.

    * Rencana penerimaan pinjaman dari lembaga keuangan luar negri sebesar

    US$750 Juta juga dibatalkan.

    * Meminta penjadwalan cicilan dan jumlahnya menjadi US$ 5 Juta per bulan

    dan seterusnya sampai dengan Desember 2000.

    3) Tanggal 20-07-98, permohonan disetujui BI sesuai usulan dari Texmaco

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    13/22

    dan BNI dengan surat no 31/117/ULN. Dalam surat tersebut tidak

    diperhitungkan bunga/ diskonto karena keterlambatan pelunasan.

    4) Tanggal 16-09-98, direksi BI menyempurnakan pelunasan fasilitas

    denganmemperhitungkan bunga. Sedangkan Placement Deposito US$ 100 Juta di roil

    over sampai dengan Desember 2000, dengan bunga deposito dibebankan

    setiap

    bulannya. Untuk fasilitas pre-shipment melalui SBPU tanpa lelang,

    diperpanjang 24 bulan mulai 12-03-98.

    III. PENYIMPANGAN

    Secara Umum:

    1) Adanya intervensi kekuasaan mantan Presiden Soeharto mempengaruhi

    otoritas (BI), agar memberikan fasilitas kepada grup perusahaan swasta

    yang mengabaikan prosedur dan peraturan yang berlaku.

    2) Diciptakannya suatu mekanisme fasilitas dan perangkat hukumnya oleh

    BIsemata-mata untuk memenuhi kehendak grup perusahaan swasta, yang pada

    akhirnya aturan tersebut tidak ditaati.

    Bank Indonesia:

    1) Penyimpangan atas UU Bank Sentral no 13 tahun 1998 pasal 38 ayat (2).

    Dalam pengelolaan devisa negara oleh BI terdapat kriteria; placement

    cadangan devisa dengan memperhatikan, security, liquidity dan

    profitability.

    2) Pelanggaran atas UU Bank Sentral no 13 tahun 1968 pasal 41 ayat (3)

    huruf a dan b. Pelanggaran atas SK Direksi BI no. 30 132 KEP DIR tanggal

    4-11-97 tentang jual beli DHE-YAD. Dalam hal BI mendiskonto WE maka

     jangka

    waktu yang diperbolehkan adalah satu tahun. Dalam pemberian fasilitas

    rediskonto WE-YAD kepada Texmaco grup diberikan waktu lebih dari satu

    tahun dan kemudian diperpanjang.

    3) Penyimpangan atas UU Perbankan no 7 tahun 1992 pasal 11, yaitu

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    14/22

    pelanggaran atas BMPK pengucuran dana KLBI kepada Texmaco grup

    dikecualikan dari BMPK, sehingga Bank BNI dan Bank BRI terhindar dari

    pengawasan BPPN.

    4) Penyimpangan atas SK Direksi BI tahun 1992 bahwa placement depositovalas bertujuan untuk membantu kegiatan operasional bank domestik yang

    berkantor cabang di luar negri, bukan untuk pendanaan investasi nasabah

    dalam negri.

    5) Pelanggaran prosedur dana KLBI, yaitu tidak melalui urusan kredit,

    tetapi melalui urusan luar negri (ULN), dan urusan operasi pengendali

    moneter (UOPM).

    Bank Pelaksana (Bank BNI, BRI, BEII);

    1) Pelanggaran atas syarat-syarat pemberian fasilitas kredit tidak

    dilakukan sesuai prosedur yang baku, tidak memperhatikan aspek LLL,

    pengenaan tingkat suku bunga yang lebih rendah jangka waktu pengembalian

    yang berubah-ubah.

    2) Realisasi ekspor 4 (empat) perusahaan Texmaco Grup sampai dengan

    September 1998, setidak tidaknya ber niali US$ juta tidak digunakan

    sebagai pembayaran WE yang sudah jatuh waktu.

    3) Belum dapat diyakini kewajaran bukti yang dipakai untuk menetapkannilai ekspor yang akan datang ( 1998) sebesar US$ 616 juta. Realisasi

    ekspor Texmaco Grup untuk periode Oktober 1996- September 1997 hanya

    sebesar US$ 227 juta. Sedangkan taksiran nilai ekspor tahun 1998

    bernilai

    US$616 juta mencapai atau mencapai 270% dibanding sebelumnya. Pada saat

    pengajuan fasilitas ( November 1997) sudah diprediksi bahwa akan terjadi

    krisi di tanah air.

    Texmaco Grup1. Fasilitas yang diterima digunakan tidak semat-mata untuk tujuan

    mempertahankan ekspor, tetapi untuk investasi yang tidak menghasilkan

    produk ekspor, tetapi hamya untuk memenuhi kebutuhan grup perusahaan.

    2. Penggunaan fasilitas bukan untuk mengimpor bahan baku, melainkan

    untuk

    menutup LC atas barang modal yang tidak dapat dibayar oleh Texmaco Grup.

    3. Kontrak penjualan (Sales Contracts) yang digunakan untuk mendukung

    perolehan fasilitas diragukan keabsahannya.

    Kerugian Negara:1. Secara kwalitatif adalah berkurangnya posisi cadangan devisa negara.

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    15/22

    Pada saat negara sedang mengalami tekanan pada nilai Rupiah. Seharusnya

    BI

    menjaga posisi cadangan devisa pada tingkat maksimal.

    2. Terdapat indikasi adanya pelarian devisa ke LN melalui grup

    perusahaanTexmaco yang berjumlah setidaknya US$276 juta.

    3. Patut diduga terjadi mark up nilai investasi, karena dana

    dipergunakan

    untuk pembayaran-pembayaran kepada Grup perusahaan dalam dan luar

    negeri.

    HASIL PANELITIAN

    PEMBERIAN FASILITAS PRESHIPMENT DAN PLACEMENT BI

    KEPADA TEXMACO GRUP MELALUI PT. BANK BNI 46

    Dngan ini disampaikan hasil penelitian masalah pemberian fasilitas

    rediskonto preshipment dan placement Bank Indonesia kepada Texmaco Grup

    melalui Bank BNI 46, sebagai berikut :

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Pada awal November 1997, Pemerintah dan BI menyediakan fasilits

    Rediskonto

    wesel ekspor preshipment kepada eksportir non migas tertentu dengan

    tujuan

    membantu modal kerja kegiatan ekspornya. Dengan fasilits ini, eksportir

    memperoleh pembiayaan ekspor melalui rediskonto yang diterbitkan atas

    dasar rencana ekspornya (preshipment). Grup perusahaan yang memeroleh

    fasilitas ini antara lain Texmaco Grup.

    Dari hasil pemeriksaan di Bank Indonesia di simpulkan bahwa fasilitas

    kepada Texmaco Grup teryata diberikan atas dasr disposisi Presiden

    Soeharto tanggal 27 Desember 1997 dan 24 Februari 1998 ( surat tanggapan

    direksi Bank Indonesia nomor 31/27.DIR/UASP tanggal 14 Desenber 1998

    atas

    menagement letter audit keuangan BI tahun buku 30). Penyediaan dana

    kepada

    grup tersebut adalah untuk membantu likwiditas karena kesulitan

    likwiditas

    untuk melunasi utang-uatang dalam bentuk promisory notes yang jatuh

    tempo

    dan kebutuhan likwiditas untuk melanjutkan pembangunan industri

    engineering barang modal dan industri baja dalam negeri.

    Dalam perkembangan selanjutnya, selain menggunakan mekanisme rediskonto

    wesel ekspor preshipment tersebut, Bntuan juga dilimpahkan Bank

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    16/22

    Indonesia

    melalui placement deposito valuta asing dan Pembelian Surat Berharga

    Pasar

    Uang (SPBU).

    Total bantuan likwiditas Bank Indonesia kepada Grup samapai dengan maret1998 adalah sebesar USD 716 juta dan IDR 1,472 Trilyun yang dilimpahkan

    melalui PT. Bank BNI 46, Bank Rakyat Indonesia dan PT. (Persero) Bank

    Ekspor Impor Indonesia, dengan rincian sebagai berikut :

    PT. BANK BNI 46 PT BANK EXIM PT. BANK BRI

    Fasilitas BI USD IDR USD IRD USD IRD

    Rediskonto wesel

    Ekspor preshipmentPlacement deposito

    SPBU

    516 juta

    100 juta

    0

    0

    0

    450 milyar

    060 juta

    0

    0

    0

    0

    0

    40 juta

    0

    00

    1000milyar

    Total 616 juta 450 milyar 60 juta 0 40 juta 1000milyar

    B. URAIAN HASIL PENELITIAN

    Total nilai fasilitas PT. Bnak BNI 46 (bank) kepada Texmaco Grup (Grup)

    sampai dengan Desember 1998 mencapai + Rp. 12 Trilyun (dengan kurs USD 1

    =

    7550) terdiri dari direct loan Rp. 8,8 Trilyun dan inderect loan sebesarRp. 3,2 Trilyun. Dalam fasilitas derect loan tersebut, sejumlah Rp. 5,1

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    17/22

    tilyun (USD 616 juta dan Rp. 450 milyar) danannya bersumber dari

    fasilitas

    preshipment dan placement Bank Indonesia.

    Perincia pada lampiran 1

    Berdasarkan penelitian dari pemberian fasilitas olah bank terhadapderect

    loan yang dananya bersumber dari fasilitas preshipment dan plcement

    deposito Bank Indonesia sebesar Rp. 5,1 trilyun (USD 616 juta dan Rp.

    450

    milyar) dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :

    1. Penyimpangan Dalam Proses Pemberin kredit

    Dana yang diperoleh dari Bank Indonesia melalui fasilitas preshipment ,

    placement deposito, dan pemberian SPBU dilimpahkan kepada grup sebagai

    kredit modal kerja. Kredit modal kerja ini diberikan kepada 9 (sembilan)perusahaan grup dengan total nilai kredit sebesar USD 616 juta dan Rp.

    450 milyar.

    Mengenai proses kreditnya, dapat disimpulkan bahwa prosedur pemberian

    kredit sesuai dengan pedoman yang ada di bank dan telah dibuat

    perjanjian

    kredit dengan masing-masing debitur tersebut. Dalam perjanjian kredit

    diatur mengenai hak dan kewajiban bank dan debitur, serta syarat lain

    yang

    umum diatur dalam suatu perjajian kredit.Namun demikian, dari berkas kredit tersebut terungkap bahwa pelaksanaan

    pemberian kredit di bank sebenarnya hanya untuk mendukung dari segi

    administratif , keputusan pemerintah dan Bank Indonesia untuk membantu

    mengatasi kesulitan likwiditas grup. Keputusan tersebut menjadi progrn

    yang ditindaklanjuti dengan menjadikan bank sebagai pelaksana bagi

    penyaluran fasilitas. Keputusan tersebut juga menjadi alasan

    diabaikannya

    beberapa penyimpangan dari ketentuan pada saat proses persetujuan kredit

    maupun dalam pelaksanaan kreditnya.Penyimpangan dimaksud adalah:

    „h Tidak dijumpai analisa yang cukup untuk menguji proyeksi ekspor grup

    tahun 1998 sebesar USD 616 juta.

    Dibanding dengan realisasi ekspor grup tahun 1997 sebesar USD 169 juta

    maka proyeksi tahun 1997 sebesar USD 616 juta merupakan peningkatan

    hingga

    260% namun tidak diperoleh bukti bahwa Bank telah melakukan pengujian

    yang

    cukup terhadap data proyeksi ekspor tersebut, misalnya pengujiankontrak/pesanan untuk menilai kenaikan ekspor engineering dari USD 5

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    18/22

     juta

    pada tahun 1997 menjadi USD 160 juta di tahun 1998 atau analisa pangsa

    pasar untuk mendukung peningkatan ekspor chemical dari USD 17 juta pada

    tahun 1997 menjadi USD 168 juta di tahun 1998.

    „h Kredit diberikan untuk membiayai kegiatan usaha perusahaan penerimakredit, namun digunakan untuk modal kerja perusahaan lain se grup.

    Diungkapkan dalam disposisi Direksi bank dan perjanjiannya bahwa

    pemberian

    kredit kepada Polysindo UK, Polmaco Hongkong, Commonwealth Singapore

    dengan nilai total USD 276 juta (rediskonto tahap 1) dan kepada PT.

    Jeewon

    Jaya , PT Supermitory dengan nilai USD100 juta (placement deposito),

    adalah ditujukan untuk modal kerja PT Polysindo Eka Perkasa dan PT

    TexmacoJaya. Ditanyakan bahwa fasilitas KMK diberikan untuk merefinancing

    pinjaman jangka pendek dari investor dalam dan luar negeri PT Plysindo

    EP

    dan PT Texmaco Jaya.

    Sedangkan fasilitas kredit sebesar USD 240 juta (rediskonto tahap II)

    diberikan utnuk modal kerja kepada PT Polysindo Eka Perkasa Tbk dan

    Texmaco Jaya Tbk telah digunakan perusahaan tersebut sesuai perjanjian.

    Pemeriksaan Lampiran III

    „h Kredit diadministrasikan di luar negeri utnuk memenuhi syarat¡§OUT-OUT¡̈ dari Bank Indonesia, walaupun bank dan bank Indonesia

    mengetahui faktnya bahwa kredit untuk membiayai usaha didalam negeri.

    Kebijaksanaan pengelolaan cadangan devisa di Bank Indonesia antara

    lain

    mengatur bahwa placement kepada bank domestik tidak untuk diinvestasikan

    di dalam negeri.

    „h Persyaratan agunan tidak dipenuh seluruhnya pada pemberian kredit

    kepada PT Jeewon Jaya dan PT Supermitori. Sesuai perjanjiannya, untuk PT

    Supermitory nilai jaminan sebesar USD 50 juta berupa penempatan depositoon call, namun tidak dilaksanakan.

    „h Dispensasi untuk Pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMTK)

    Pemberian kredit kepada grup yang berasal dari fasilitas Bank Indonesia

    mengakibatkan terlampauinya BMTK bank kepada grup. Bank kemudian mohon

    dispensasi pelanggaran BMTK hingga 31 Desember 1998 kapada Bank

    Indonesia

    seperti diungkapkan dalam surat Bank kepada uruasan Luar Negeri Bank

    Indonesia nomor KPS/2/899/R tanggal 20 April 1998.

    2. Penyalahgunaan Dana Fasilitas Untuk Refinancing Kewajiban GrupDanan fasilits yang diberikan adalah untuk membiayai kegiatan ekspor.

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    19/22

    Dalam pelaksanaannya, dana yang diterima grup mulai tanggal 7 November

    1997 sampai dengan 15 Januari 1998 sebesar 616 juta, sebagian besar

    digunakan untuk melunasi Promesory Notes (PN) kepada kreditur dalam

    negeri

    dan luar negeri serta kewajiban bunya dan biaya lainnya kepada Bank.Berdasarkan penelitian kebutuhan likwiditas yang mendesak untuk melunasi

    kewajiban grup timbul akibat mismacth sumber pendanaan yaitu investasi

     jangka panjang yang dibiayai dengan pinjaman jangka pendek Promesory

    Notes

    (PN). Pada masa sebelum krisis moneter, cara ini masih bisa berjalan,

    yaitu dengan perpanjangan PN tersebut pada saat jatuh tempo. Namun

    setelah

    terjadi krisis moneter di Indonesia, investor menolak memperpanjang PN

    tersebut.Perusahaan grup yang mempunyai akses ke pasar unag internasional dan PN

    nya dipercaya oleh investor luar negeri (Rating BBB dari Standard and

    Poor¡¦s) adalah PT Texmaco Jaya, PT Polysindo Eka perkasa, dan PT

    Multikarsa Investama.

    Pencairan kredit ke rekening giro perusahaan tersebut dilakukan

    masing-masing cabang bank pembuku kredit. Pada hari-hari berikutnya dana

    tersebut dipindahkan ke rekening giro perusahaan/holding PT Multikarsa

    Investama tersebut diatas. Selanjutnya dibayarkan kreditur/investor,

    dimutasikan antar perusahaan se grup, konvensi ke rupiah, ataupundipindahkan ke rekening giro perusahaan Grup di bank lain. Dana

    preshipment dan placement deposit total sebesar USD 616 juta yang

    diterima

    pada periode November 1997 sampai Januari 1998 sebagian besar digunakan

    untuk melunasi PN yang jatuh tempo atas nam perusahaan-perusahaan

    tersebut. Berdasarkan mutasi pada rekening giro USD

    perusahaan-perusahaan

    pada Bank (cabang kota) periode Oktober 1997s/d Februari 1998, total

    outgoing transfer untuk pelunasan PN ke lembaga keuangan adalah USD 585 juta . Didalam negeri sebesar USD 28,5 juta dan luar negeri USD 556,5

     juta. Selain itu, rekening giro USD PT Multikarsa dan PT Polysindo EP

     juga dibebani konvensi dana USD ke IDR untuk pelunasan Commercial Paper

    Rupiah sebesar USD 104 juta (s/d Desember 1997).

    Dengan kondisi interfinancing seperti ini, sulit untuk mengidentifikasi

    penggunaan danan fasilitas yang sebenarnya dan menilai apakah fasilitas

    telah digunakan untuk modal kerja. Kegiatan ekspor. Yang terjadi selama

    periode pelimpahan fasilitas adalah transfer-transfer keluar untuk

    pelunasan hutang jangka pendek Grup. Pengelolaan dana yang dilakukanoleh

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    20/22

    PT Multikarsa Investama selaku holding company, adalah terhadap seluruh

    kegiatan Grup pada industri kimia tekstil, engineering, garment dan

    baja.

    Kegiatan pada industri-industri tersebut mencakup kegiatan produksi

    ekspor, ¡§non ekspor dan investasi.Lihat Lampiran III.

    3. Outgoing Transfer Untuk Membiayai Investasi Di Luar Negeri

    Untuk menguji penggunaan dana kredit oleh Grup, telah dilakukan

    penelitian

    mengenai mutasi arus dana keluar dan masuk pada rekening-rekening giro

    Grup di Kantor Cabang Bank Jakarta Kota. Periode yang diperiksa adalah

    transfer masuk dan keluar mulai Oktober 1997 sampai dengan Februari1998.

    Dari hasil pemeriksaan tersebut ditemukan satu outgoing transfer dari

    rekening giro USD PT Multikarsa Investama ke account atas nama pribadi

    Marimutu Sinivasan di Morgan Stanley Bank AG, Frankfurt. Transfer

    terjadi

    pada tanggal 11 Februari 1998 sebesar USD 40 juta yang dibebankan pada

    rekening USD PT Multikarsa Investama, ditransfer ke rekening yang

    bersangkutan di Morgan Stanley Frankfurt.

    Menurut penjelasan Bank, dana tesebut disiapkan dalam rangka akuisisiHOECHT-GERMANY (Trevira Deal) senilai USD 50 juta. Dana berasal dari ex

    private placement maupun bridging Financing Investment Bank yang

    sebelumnya telah diterima Grup mulai September 1997 s/d tanggal 10

    Februari 1998 sebesar USD 97 juta. Transfer dilakukan ke rekening

    penampungan sementara pada rekening atas nama M. Sinivasan di Dresdner

    Bank AG, Frankfurt dan kemudian dibayarkan kepada Rathmann Beteiligungs

    GmbH.

    Mengenai masalah ini dapat dikemukan hal-hal sebagai berikut :

    „h Pemindahan dana ke rekening pribadi atau ke rekening Grup di banklain

    atas beban rekening kredit merupakan praktek yang tidak lazim. Secara

    umum, pembebanan pada rekening kredit dapat dilakukan apabila

    penggunaannya memang sesuai dengan tujuan pemberian kredit. Selain

    transfer tersebut, dalam bulan Februari 98 Grup juga memindahkan dana

    kredit ke rekening Grup di bank lain sebesar USD 28.5 juta.

    „h Berdasarkan mutasi rekening periode akhir Oktober s/d Desember 1997,

    selain incoming dari fasilitas Bank Indonesia, Pt Multikarsa Investama

    danPT Polysindo EP juga menerima incoming dari bank atau lembaga keuangan

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    21/22

    dalam dan luar negeri sebesar USD 79.2 juta. Sesuai penelitian terhadap

    rekening giro perusahaan tersebut di atas, incoming berasal dari :

    (dalam USD)Beneficiary Ordering Customer Nilai

    Multikarsa Investama B T N, Jakarta 6.8 juta

    Credit Suisse Finance 1 juta

    Credit Suisse London 2 juta

    Multikarsa di Deutsche bank a/c 30 juta

    Polysindo Eka Perkasa Polysindo EP di Citibank a/c 18 juta

    Polysindo EP di Bank Duta a/c 1.2 juta

    Polysindo EP di Bank Bira a/c 15 jutaPolysindo EP di BII a/c 5.2 juta

    Total 79.2 juta

    „h Tujuan pemberian fasilitas adalah refinancing kewajiban jangka pendek

    (PN) Grup yang jatuh tempo, namun demikian tidak disebutkan perincian

     jumlah dan tanggal kewajiban/ PN tersebut. Hal ini berakibat tidak

    terdapatnya pembatasan refinancing atas PN/ kewajiban yang mana saja

    yangdibayar dengan fasilitas ini.

    Dengan demikian belum diperoleh bukti yang cukup untuk membuat

    kesimpulan

    akhir sehubungan dengan masalah ini. Apabila invesati tersebut termasuk

    sebagai investasi Grup maka perlu mempertimbangkannya sebagai bahan dari

    agunan untuk kondisi ¡§second way-out¡̈

    4. Dana Escrow Account Tidak Diprioritaskan Untuk Pelunasan Fasilitas

    Untuk lebih menjamin pelunasan fasilitas dan bantuan Bank Indonesia,

    dalam

    perjanjian kredit dengan PT Polysindo EP dan PT Texmaco Bank menentukan

    bahwa seluruh ekspor harus dilakukan melalui Bank. Kemudian dengan surat

    Nomor KPS/2/2390/R tanggal 21 November 1997 ditegaskan bahwa proceed

    ekspor akan ditampung dalam suatu Escrow Account mulai Desember 1997

    sebagai sumber dana untuk pelunasan fasilitas. Penggunaan untuk

    keperluanlain (modal kerja) diperkenankan atas persetujuan Bank, namun dibatasi

  • 8/20/2019 Laporan Ekslusif Kasus Texmaco

    22/22

    hingga 55%.

    Dalam pelaksanaannya, dijumpai penyimpangan sebagai berikut :

    „h Pembentukan escrow account terlambat dilaksanakan. Proceed ekspor PT

    Texmaco Jaya dibentuk mulai Januari 1998, sedangkan untuk PT Polysindo

    EPdimulai pada bulan Maret 1998.

    „h Penggunaan dana escrow account untuk keperluan lain diluar pelunasan

    fasilitas melebihi batas maksimal 55%. Dari kedua escrow account

    tersebut,

    selama tahun 1998 setidaknya diperoleh dana USD 115.6 juta.