laporan ekologi tanaman, buncis

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir semua kalangan masyarakat memanfaatkan buncis, mulai dari ibu rumah tangga yang membutuhkan dalam jumlah sedikit sampai ke industri pengolahan yang membutuhkan dalam jumlah besar dan continue. Selain dikonsumsi di dalam negeri ternyata buncis juga telah diekspor. Negara-negara yang sering mengimpor buncis dari Indonesia antara lain Singapura, Hongkong, Australia, Malaysia, dan Inggris. Bentuk- bentuk yang diekspor bermacam-macam, ada yang berbentuk polong segar, didinginkan atau dibekukan, dan adapula yang berbentuk biji kering. Mengingat buncis sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dan masyarakat luar negeri maka bisa dibayangkan banyaknya produksi buncis yang dibutuhkan. Oleh karena itu, buncis dapat dikatakan merupakan komoditi yang mempunyai masa depan cerah. Menurut informasi yang diperoleh dari LIPI diperkirakan bahwa orang Indonesia membutuhkan kacang- kacangan 40 gr am/hari. Walaupun tanaman buncis bukan tanaman asli Indonesia, tetapi penyebarannya cukup meluas di wilayah Indonesia. Hal ini tergambarkan dari data perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas buncis di

Upload: uca-dimi-ilhami

Post on 26-Jun-2015

2.240 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Ekologi Tanaman, Buncis

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir semua kalangan masyarakat memanfaatkan buncis, mulai dari ibu

rumah tangga yang membutuhkan dalam jumlah sedikit sampai ke industri

pengolahan yang membutuhkan dalam jumlah besar dan continue.

Selain dikonsumsi di dalam negeri ternyata buncis juga telah diekspor.

Negara-negara yang sering mengimpor buncis dari Indonesia antara lain

Singapura, Hongkong, Australia, Malaysia, dan Inggris. Bentuk-bentuk yang

diekspor bermacam-macam, ada yang berbentuk polong segar, didinginkan atau

dibekukan, dan adapula yang berbentuk biji kering. Mengingat buncis sangat

dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dan masyarakat luar negeri maka bisa

dibayangkan banyaknya produksi buncis yang dibutuhkan. Oleh karena itu, buncis

dapat dikatakan merupakan komoditi yang mempunyai masa depan cerah.

Menurut informasi yang diperoleh dari LIPI diperkirakan bahwa orang Indonesia

membutuhkan kacang-kacangan 40 gr am/hari.

Walaupun tanaman buncis bukan tanaman asli Indonesia, tetapi

penyebarannya cukup meluas di wilayah Indonesia. Hal ini tergambarkan dari

data perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas buncis di Indonesia

selama periode tahun 1999 – 2003. Dilihat dari luas panen dari tahun 1999 sampai

dengan Tahun 2001 terjadi penurunan, tetapi di tahun 2002 luas panen kembali

meningkat, bahkan di tahun 2003 peningkatannya mencapai 22,38 %. Produksi

nasional tertinggi terjadi di tahun 2000 yang mencapai 302 624 hektar. Hal

tersebut disebabkan oleh tingginya produktivitas di tahun tersebut. Namun

demikian, setelah tahun 2000 produktivitas mengalami penurunan dari tahun ke

tahun, sehingga pada tahun 2003 hanya mencapai 7,59 ton per hektar. Hal tersebut

mengindikasikan kurang optimalnya teknologi budidaya yang digunakan oleh

petani buncis.

Ada beberapa faktor penyebab belum baiknya teknologi yang digunakan

oleh petani, diantaranya: 1) teknologi yang direkomendasikan tidak dapat

Page 2: Laporan Ekologi Tanaman, Buncis

memecahkan permasalahan petani, 2) proses transfer teknologi tidak berjalan

dengan baik, atau 3) teknologi yang direkomendasikan belum tersedia (Lionberger

dan Gwin, 1991). Adapun untuk budidaya buncis, kemungkinan disebabkan oleh

belum tersedianya teknologi yang direkomendasikan. Hal tersebut berkaitan erat

dengan skala prioritas program penelitian sayuran. Selama ini buncis tidak

dimasukkan sebagai sayuran yang mendapat prioritas untuk diteliti, sehingga

penelitian-penelitian untuk komoditas tersebut sangat terbatas (lihat sub bab hasil-

hasil penelitian).

Berkaitan erat dengan tingkat adaptabilitasnya, pertanaman buncis di

Indonesia tersebar terutama di daerah dataran tinggi. Data di Indonesia

menunjukkan perkembangan areal tanam dan produksi di beberapa propinsi

penting penghasil buncis, serta data agregatnya. Berdasarkan data tersebut

Propinsi Jawa Barat merupakan sentra produksi terbesar di Indonesia dengan

kontribusi sebesar 29,84 – 38,13% terhadap produksi nasional selama periode

1999–2003. Propinsi lainnya sebagai sentra produksi terbesar setelah Jawa Barat,

tercatat Sumatera Utara, Jawa Timur, Bengkulu dan Jawa Tengah.

Ditinjau dari produktivitasnya, hasil yang dicapai Jawa Barat jauh di atas

propinsi- propinsi lainnya. Sebagai contoh pada tahun 2003 produktivitas buncis

di Jawa Barat mencapai 13,53 ton per hektar, sementara propinsi lainnya berkisar

antara 2,13- 10,08 ton per hektar. Produktuvitas buncis di Jawa Barat tersebut

masih di atas produktivitas rata-rata Indonesia yang hanya mencapai 7,59 ton per

hektar. Hal tersebut secara tidak langsung mengindikasikan bahwa penggunaan

teknologi di sentra produksi Jawa Barat sudah lebih baik dibandingkan dengan

propinsi lainnya.

Untuk tetap mempertahankan eksistensinya maka buncis harus

mempunyai kualitas yang baik. Untuk mendapatkan kualitas yang baik maka

proses pembudidayaan sangat menentukan sekali. Cara yang dilakukan antara lain

dengan pemberian bahan organik untuk budidaya buncis. Pada praktikum kali ini,

akan diadakan beberapa perlakuan pemberian bahan organik guna melihat

beberapa respon tanaman buncis.

Page 3: Laporan Ekologi Tanaman, Buncis

B. Tujuan

Untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman buncis

Page 4: Laporan Ekologi Tanaman, Buncis

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Kacang buncis (Phaseolus vulgaris .L.) berasal dari Amerika, sedangkan

kacang buncis tipe tegak (kidney-bean) atau kacang jago adalah tanaman asli

lembah Tahuaacan-Meksiko. Penyebarluasan tanaman buncis dari Amerika ke

Eropa dilakukan sejak abad 16. Dearah pusat penyebaran dimulai di Inggris

(1594), menyebar ke negara-negara Eropa, Afrika, sampai ke Indonesia.

Pembudidayaan tanaman buncis di Indonesia telah meluas ke berbagai

daerah. Tahun 1961-1967 luas areal penanaman buncis di Indonesia sekitar 3.200

hektar, tahun 1969-1970 seluas 20.000 hektar dan tahun 1991 mencapai 79.254

hektar dengan produksi 168.829 ton.

Daerah yang sejak lama menjadi sentra pertanaman buncis antara lain

Kotabatu (Bogor), Pengalengan dan Lembang (Bandung) dan Cipanas (Cianjur).

Sedangkan pusat terbesar pertanaman kacang ijo anatara lain daerah Garut (Jawa

Barat).

Taksonomi tanaman buncis diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plant Kingdom

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiosspermae

Kelas : Dicotyledonae

Sub kelas : Calyciflorae

Ordo : Rosales (Leguminales)

Famili : Leguminosae (Papilionaceae)

Sub famili : Papilionoideae

Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus vulgaris L.

Botani

Habitus : Semak, menjalar, panjang 2-3 m.

Batang : Tegak, bulat, lunak, membelit, hijau.

Page 5: Laporan Ekologi Tanaman, Buncis

Daun : Majemuk, lonjong, panjang 8-13 cm, lebar 5-9 cm, berambut,

ujung meruncing, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan

menyirip, tangkai persegi, beranak daun tiga, hijau tua.

Bunga : Majemuk, bentuk tandan, di ketiak daun, tangkai panjang ± 5 cm,

hijau keunguan, kelopak segitiga, berambut, panjang 2-3 cm,

mahkota bentuk kupu-kupu, ungu, benang sari berlekatan, putik

berambut, ungu.

Buah : Polong, panjang ± 10 cm, masih muda hijau kekuningan setelah

tua coklat.

Biji : Lonjong, mengkilat, permukaan licin, putih.

Akar : Tunggang, kuning kotor.

Kacang buncis dan kacang jogo mempunyai nama ilmiah sama yaitu

Phaseolus vulgaris L., yang berbeda adalah tipe pertumbuhan dan kebiasaan

panennya. Kacang buncis tumbuh merambat (pole beans) dan dipanen polong

mudanya, sedangkan kacang jogo (kacang merah) merupakan kacang buncis jenis

tegak (tidak merambat) umumnya dipanen polong tua atau bijinya saja, sehingga

disebut Bush bean. Nama umum kacang buncis di pasaran internasional disebut

Snap beans atau French beans, kacang jogo dinamakan Kidney beans.

Buncis sendiri mempunyai dua jenis yaitu buncis jenis tegak dan buncis

jenis melilit. Jenis buncis tegak batangnya tidak menjalar misalnya kacang merah

(kacang jago) yang bijinya berbintik-bintik merah dan kacang galing, bijinya

berwarna hitam kuning atau cokelat tua. Sedangkan buncis dengan jenis melilit

bijinya berwarna putih, hitam dan kuning. Buncis jenis ini banyak ditanan oleh

petani. 

Peningkatan produksi buncis mempunyai arti penting dalam menunjang

peningkatan gizi masyarakat, sekaligus berdaya guna bagi usaha mempertahankan

kesuburan dan produktivitas tanah. Kacang buncis merupakan salah satu sumber

protein nabati yang murah dan mudah dikembangkan.

Kacang jogo/kacang merah yang dikonsumsi bijinya, mengandung protein

21-27%, sehingga menu makanan yang terdiri atas campuran nasi dan kacang

jogo (90%+10%) merupakan komposisi makanan yang mencukupi karbohidrat

dan protein tubuh.

Page 6: Laporan Ekologi Tanaman, Buncis

BAB IIIPELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum dilaksanakan pada hari jumat pukul 14:30 WIB di lahan

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

B. Alat dan Bahan

Polibeg 10 kg 1 buah

Benih buncis

Pupuk kandang

Pupuk ampas jerami

Tanah

Label

Cangkul

Ember

C. Cara kerja

1. Campurkan dua gayung pupuk kandang, dua gayung ampas dan tanah.

2. Aduk hingga merata di dalam ember.

3. Masukkan campuran organik ke dalam polibeg 10 kg

4. Setelah dimasukkan, tanam 4 benih buncis.

5. Lalu amati pertumbuhannya.

BAB IV

Page 7: Laporan Ekologi Tanaman, Buncis

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tanggal/minggu Kegiatan PengamatanJumlah tan.

HidupTinggi Jumlah daun

1 okt 2010 Penyiapan tanah

- - -

8 okt 2010 Penyiapan media tanam

- - -

15 okt 2010 Penanaman benih

- - -

22 okt 2010 Pengamatan Pembersihan gulma, Penyulaman.

2 1. 2 cm2. 8 cm

1. –2. 2

29 okt 2010 Pengamatan dan Pembersihan gulma

4 1. 17,2 cm2. 10 cm3. 25 cm4. 18 cm

1. 42. 33. 54. 2

22 nov 2010 Pengamatan dan Pembersihan gulma

2 1. 55 cm2. 50 cm

1. 222. 25

Page 8: Laporan Ekologi Tanaman, Buncis

B. Pembahasan

Hasil pengamatan pengaruh pemberian bahan organik terhadap

pertumbuhan buncis tidak sebaik yang diharapkan. Pada hasil pengamatan ke tiga

menunjukkan bahwa dari empat benih yang ditanam, hanya 2 benih yang mampu

hidup. Penyulamanpun dilakukan pada pengamatan keempat dengan harapan

tanaman buncis dapat hidup sehingga praktikan mampu melihat seberapa besar

bahan organik bagi pertumbuhan buncis. pada tanggal 29 oktober 2010, benih

buncis yang disulampun akhirnya dapat tumbuh. Pengamatan terakhir yang

dilakukan pada tanggal 22 november 2010 menunjukkan bahwa hanya 2 dari 4

benih yang telah tumbuh mampu bertahan sedangkan 2 yang lainnya mati. Banyak

yang mempengaruhi pertumbuhan buncis selain pemberian bahan organik, faktor

luar seperti tanah, iklim, air, ketinggian dan radiasi matahari juga ikut berperan

dalam pertumbuhan fisiologi dan morfologi tanaman buncis mengingat buncis

merupakan tanaman sayuran dataran tinggi.

Ditinjau dari syarat tumbuh tanah, tanah yang cocok bagi tanaman buncis

ternyata banyak terdapat di daerah yang mempunyai iklim basah sampai kering

dengan ketinggian yang bervariasi. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman buncis

adalah andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang baik. Tanah andosol

hanya terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai iklim sedang dengan

curah hujan diatas 2500 mm/tahun, berwarna hitam, bahan organiknya tinggi,

berstektur lempung hingga debu, remah, gembur dan permeabilitasnya sedang.

Tanah regosol berwarna kelabu, coklat dan kuning, berstektur pasir sampai

berbutir tunggal dan permeabel.

Sifat-sifat tanah yang baik untuk buncis: gembur, remah, subur dan

keasaman (pH) 5,5-6. Sedangkan yang ditanam pada tanah pH < 5,5 akan

terganggu pertumbuhannya (pada pH rendah terjadi gangguan penyerapan unsur

hara). Beberapa unsur hara yang dapat menjadi racun bagi tanaman antara lain:

aluminium, besi dan mangan.

Tanaman buncis tumbuh baik di dataran tinggi, pada ketinggian 1000-1500 m dpl.

Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk ditanam pada daerah

dengan ketinggian antara 300-600 meter. Dewasa ini banyak dilakukan penelitian

Page 9: Laporan Ekologi Tanaman, Buncis

mengenai penanaman buncis tegak di dataran rendah ketinggian: 200-300 m dpl.,

dan ternyata hasilnya memuaskan. Beberapa varietas buncis tipe tegak seperti

Monel, Richgreen, Spurt, FLO, Strike dan Farmers Early dapat ditanam di dataran

rendah pada ketinggian antara 200-300 m dpl.

Jenis tanah di sumatera selatan sendiri berlapis alluvial, liat dan berpasir,

terletak pada lapisan yang paling muda, tanahnya juga relatif rendah dan datar.

Hal ini tentu saja mendukung pertumbuhan buncis yang tidak baik.

Seperti halnya air juga ikut berpengaruh, seperti yang kita ketahui tanaman

buncis merupakan tanaman dataran tinggi yang membutuhkan curah hujan 2500

mm/tahun. Curah hujan sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air tanaman.

Jika curah hujan rendah, maka air tanah menjadi berkurang. Akar tanaman akan

kesulitan mencari air dan tanaman akan mengalami stress air. Pada praktikum kali

ini, kondisi kekurangan air juga mengakibatkan 2 dari 4 tanaman buncis mati dan

layu.

Pemberian bahan organik tentu saja memiliki pengaruh yang baik pada

setiap tanaman, tak terkecuali buncis. Namun dalan pertumbuhannya faktor

lingkungan juga turut berperan dalam proses pertumbuhan vegetatif maupun

generatif tanaman.

Page 10: Laporan Ekologi Tanaman, Buncis

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Buncis merupakan tanaman dataran tinggi

2. Pada pengamatan keempat menunjukkan, hanya 2 dari 4 tanaman buncis

yang mampu bertahan hidup.

3. Pemberian bahan organik tidak terlihat secara jelas pada praktikum kali

ini.

4. Faktor lingkungan ikut berperan terhadap pertumbuhan buncis.

5. Khusus perlakuan pada kelompok ini, respon pertumbuhan tanaman

terhadap pemberian bahan organik tidaklah baik.

B. Saran

Praktikan seharusnya mempertimbangkan syarat tumbuh tanaman,

sehingga pemberian bahan organik berdampak baik bagi pertumbuhan tanaman

budidaya.

Page 11: Laporan Ekologi Tanaman, Buncis

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, W dkk. 2004. Laporan Akhir Profil Komoditas Buncis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Prasetyo, wahyudi. 2010. Budidaya Tanaman Buncis. Jakarta: AgriLands

http://agrimaniax.blogspot.com/2010/07/budidaya-buncis.html

http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku3/3101.pf

http://id.wikipedia.org/wiki/Buncis

Page 12: Laporan Ekologi Tanaman, Buncis

LAPORAN TETAP PRAKTIKUMEKOLOGI TANANMAN

Pengaruh Pemberian Bahan Organik Pertumbuhan Tanaman Buncis

DISUSUN OLEH:DIAN MIRANTI

05081001037KELOMPOK 5

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA2010