laporan bentang alam vulkanik

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud Menentukan delineasi daerah berdasarkan kerapatan kontur. Mencari persen kelerengan dan beda tinggi suatu daerah vulkanik. Menggambarkan pola pengaliran sungai dari suatu daerah vulkanik. Membuat profil eksagrasi dari sayatan peta topografi daerah vulkanik. 1.2. Tujuan Mampu mengetahui delineasi daerah berdasarkan kerapatan kontur. Mampu mengetahui persen kelerengan dan beda tinggi suatu daerah vulkanik berdasarkan tabel Van Zuidam (1983). Mampu mengetahui pola pengaliran sungai dari suatu daerah vulkanik. Mampu membuat profil eksagrasi dari sayatan peta topografi daerah vulkanik. 1.3. Waktu Pelaksanaan Praktikum Praktikum Laboratorium 1

Upload: sherly-monalisa-silitonga

Post on 02-Dec-2015

364 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

By Sherly Monalisa S.

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Maksud

Menentukan delineasi daerah berdasarkan kerapatan kontur.

Mencari persen kelerengan dan beda tinggi suatu daerah vulkanik.

Menggambarkan pola pengaliran sungai dari suatu daerah vulkanik.

Membuat profil eksagrasi dari sayatan peta topografi daerah vulkanik.

1.2. Tujuan

Mampu mengetahui delineasi daerah berdasarkan kerapatan kontur.

Mampu mengetahui persen kelerengan dan beda tinggi suatu daerah

vulkanik berdasarkan tabel Van Zuidam (1983).

Mampu mengetahui pola pengaliran sungai dari suatu daerah vulkanik.

Mampu membuat profil eksagrasi dari sayatan peta topografi daerah

vulkanik.

1.3. Waktu Pelaksanaan Praktikum

Praktikum Laboratorium

Tempat : Ruang Seminar Lt. 3, Gedung Pertamina Sukowati Teknik

Geologi Undip.

Hari/tanggal : Kamis, 28 Maret 2013

Waktu : 15.00-16.30 WIB

BAB II

1

Page 2: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

METODOLOGI

2.1. Praktikum Laboratorium

2.1.1. Alat dan Bahan

a. Peta Topografi

Untuk mengetahui ketinggian suatu tempat dengan bantuan garis

kontur, serta menentukan delineasi, pola pengaliran sungai dan jalan.

b. Kertas Milimeter Block

Sebagai media menggambar profil eksagrasi sayatan peta topografi

daerah vulkanik.

c. Kertas Kalkir

Sebagai media mewarnai dan menggambar pola pengaliran serta jalan di

daerah vulkanik pada peta topografi.

d. Pensil Warna

Sebagai alat untuk mewarnai delineasi dan membuat pola pengaliran

serta jalan dari peta topografi daerah vulkanik.

e. Alat Tulis Standar (Pensil, Pulpen, Penghapus, Penggaris)

Sebagai alat untuk menggambar sayatan peta topografi dan

menggambar di kertas kalkir.

f. Selotip

Sebagai alat bantu untuk menempelkan kertas kalkir pada peta topografi.

g. Kalkulator

Sebagai alat bantu menghitung persen kelerengan daerah vulkanik.

2

Page 3: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

2.2. Diagram Alir Praktikum

2.2.1. Delineasi pada Peta Topografi

2.2.2. Klasifikasi Kelerengan dari Sayatan Kontur Peta Topografi

3

Mulai

Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan(peta topografi, kertas kalkir, pensil warna, selotip)

Meletakkan kertas kalkir di atas peta topografi, rekatkan dengan selotip

Mewarnai daerah berkontur rapat dengan pensil warna merah dan daerah berkontur renggang dengan pensil

warna merah agak tipis

Selesai

Mulai

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan (peta topografi Ungaran, penggaris, alat tulis)

Meletakkan kertas kalkir di atas peta topografi, rekatkan dengan selotip

Membuat sayatan melalui lima garis kontur pada kontur rapat, lakukan hal yang sama pada kontur renggang

Menghitung persen kelerengan dan mengklasifikasikan kelerengan berdasarkan tabel Van Zuidam (1983)

Selesai

Page 4: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

2.2.3. Pola Pengaliran dan Jalan pada Peta Topografi

4

Mulai

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan (peta topografi Ungaran, penggaris, alat tulis)

Meletakkan kertas kalkir di atas peta topografi, rekatkan dengan selotip

Membuat garis pola pengaliran sungai dan garis jalan berdasarkan peta topografi dengan pensil warna hijau untuk pola pengaliran sungai, dan pensil warna merah untuk garis

jalan

Selesai

Page 5: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

BAB III

PERHITUNGAN MORFOMETRI

3.1 Perhitungan Persen Kelerengan Sayatan pada Kontur Rapat

% Lereng=∆ hd

× 100 %

∆ h=n× Indeks Kontur

Indeks Kontur= 12000

× Skala Peta

Indek s Kontur= 12000

× 25000=12.5 cm

∆ h=5×12.5=62.5 cm

Panjang Sayatan :

Sayatan 1 : 0.5 cm d1= 0.5 × 25000 = 12500 cm = 125 m

Sayatan 2 : 0.5 cm d2= 0.5 × 25000 = 12500 cm = 125 m

Sayatan 3 : 0.3 cm d3= 0.3 × 25000 = 7500 cm = 75 m

Sayatan 4 : 0.4 cm d4= 0.4 × 25000 = 10000 cm = 100 m

Sayatan 5 : 0.8 cm d5= 0.8 × 25000 = 20000 cm = 200 m

Persen Lereng

Sayatan 1 : % Lereng=62.5125

×100 %=50 %

Sayatan 2 :% Lereng=62.5125

×100 %=50 %

Sayatan 3 :% Lereng=62.575

×100 %=83 %

Sayatan 4 : % Lereng=62.5100

×100 %=62.5 %

Sayatan 5 : % Lereng=62.5200

×100 %=31.25 %

Rata-Rata % Lereng = 50+50+83+62.5+31.25

5=55.35 %

5

Page 6: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

Beda Tinggi

Titik Tertinggi – Titik Terendah = 2050 – 822 = 1228 m

Berdasarkan klasifikasi relief Van Zuidam, kontur rapat daerah Gunung

Ungaran dengan beda tinggi 1228 m termasuk pegunungan sangat curam.

3.2 Perhitungan Persen Kelerengan Sayatan pada Kontur Renggang

% Lereng=∆ hd

× 100 %

∆ h=n× Indeks Kontur

Inde ks Kontur= 12000

× Skala Peta

Indeks Kontur= 12000

× 25000=12.5 cm

∆ h=5×12.5=62.5 cm

Panjang Sayatan :

Sayatan 1 : 0.9 cm d1= 0.9 × 25000 = 22500 cm = 225 m

Sayatan 2 : 2.2 cm d2= 2.2 × 25000 = 55000 cm = 550 m

Sayatan 3 : 1 cm d3= 1 × 25000 = 25000 cm = 250 m

Sayatan 4 : 2 cm d4= 2 × 25000 = 50000 cm = 500 m

Sayatan 5 : 0.9 cm d5= 0.9 × 25000 = 22500 cm = 225 m

Persen Lereng

Sayatan 1 : % Lereng=62.5225

×100 %=27.78 %

Sayatan 2 :% Lereng=62.5550

×100 %=11.36 %

Sayatan 3 :% Lereng=62.5250

×100 %=25 %

Sayatan 4 : % Lereng=62.5500

×100 %=12.5 %

6

Page 7: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

Sayatan 5 : % Lereng=62.5225

×100 %=27.78 %

Rata-Rata % Lereng = 27.78+11.36+25+12.5+27.78

5=20.88 %

Beda Tinggi

Titik Tertinggi – Titik Terendah = 1032 – 674 = 358 m

Berdasarkan klasifikasi relief Van Zuidam, kontur renggang daerah

Gunung Ungaran dengan beda tinggi 358 m termasuk daerah berbukit

terjal.

7

Page 8: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Satuan Kontur Rapat

Pada peta topografi daerah Gunung Ungaran terdapat daerah berkontur

rapat yang tergolong menjadi daerah dengan kontur sangat rapat dan kontur rapat.

Kontur-kontur rapat pada peta topografi menunjukkan ketinggian-ketinggian yang

curam pada suatu daerah. Pada daerah berkontur rapat tersebut dibuat 5 garis

sayatan yang melewati 5 garis kontur, garis-garis sayatan tersebut dibuat tersebar

di daerah berkontur sangat rapat hingga daerah berkontur rapat. Sayatan-sayatan

tersebut kemudian dihitung untuk mendapatkan persen lereng yang kemudian

dirata-ratakan menjadi rata-rata persen lereng. Hasil perhitungan rata-rata persen

lereng pada kontur rapat menunjukkan hasil sebesar 55.35%. Beda tinggi pada

daerah kontur rapat pada Gunung Ungaran adalah sebesar 1228 m, yang

didapatkan dari selisih titik tertinggi kontur rapat Gunung Ungaran sebesar 2050

m dengan titik terendah kontur rapat Gunung Ungaran sebesar 822 m.

Klasifikasi Relief Persen Lereng Beda Tinggi (m)

Datar/hampir datar 0-2 <50

Bergelombang landai 3-7 5-50

Bergelombang miring 8-13 25-75

Berbukit bergelombang 14-20 50-200

Berbukit terjal 21-55 200-500

Pegunungan sangat terjal 56-140 500-1000

Pegunungan sangat curam >140 >1000

Tabel 4.1 Klasifikasi Kelerengan oleh Van Zuidam (1970)

8

Page 9: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

Berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1970), daerah berkontur rapat pada

daerah Gunung Ungaran tergolong dalam relief berbukit terjal hingga pegunungan

sangat terjal. Jika diamati dari morfologinya, daerah berkontur rapat pada peta

topografi Gunung Ungaran menggambarkan daerah curam menuju titik tertinggi

Gunung Ungaran yang termasuk pada zona sentral atau merupakan zona pusat

erupsi yang dekat dengan titik erupsi magma hingga zona proksimal. Gunung

Ungaran memiliki ketinggian 2.050 mdpl yaitu di puncak Gunung Botak.

Berdasarkan interpretasi bentang alam, daerah curam menuju puncak/zona

pusat erupsi Gunung Ungaran yang termasuk dalam bentang alam vulkanik,

memiliki batuan penyusun yang didominasi oleh batuan beku hasil pembekuan

magma ketika aktivitas vulkanisme. Jenis batuan beku yang mungkin terdapat di

Gunung Ungaran adalah batu Andesit jika diinterpretasikan berdasarkan magma

pembentuk gunungapi yang merupakan magma intermediet.

Gunung Ungaran terbentuk akibat aktivitas tektonisme berupa pergerakan

lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia yang saling mendekat kemudian

bertumbukan. Tumbukan tersebut menghasilkan magma dari aktivitas

penunjaman lempeng Indo-Australia yang berat jenisnya lebih besar dari lempeng

Eurasia. Magma dari peristiwa partial melting dalam kejadian tektonisme tersebut

mengintrusi batuan hingga akhirnya membentuk gunung Ungaran. Magma yang

terbentuk dari peristiwa subduksi lempeng di Indonesia umunya berkomposisi

intermediet, yang merupakan hasil asimilasi magma asam dan basa.

Penciri zona pusat erupsi (sentral) lainnya adalah keterdapatan zona hidrotermal,

yang berdasarkan referensi dikatakan terdapat pada Gunung Ungaran. Zona

hidrotermal ini juga turut mempengaruhi litologi daerah Gunung Ungaran. Zona

Hidrotermal dapat membentuk mineral ubahan seperti lempung kaolin dan silika

amorf yang dapat ditemukan di daerah Gunung Ungaran. Potensi geothermal pada

Gunung Ungaran dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif.

Keterdapatan ekshalasi berupa solfatar juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber

penghasil belerang.

Tata guna lahan yang saat ini telah dimanfaatkan adalah sebagai tempat

wisata berupa tempat pemandian air panas, objek studi geologi dan situs arkeologi

9

Page 10: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

(Candi Gedongsongo). Potensi negatif yang mungkin terjadi adalah tanah longsor

karena kelerengan daerah berkontur rapat yang curam, serta letusan gunung api

yang mungkin saja terjadi jika diinterpretasikan dari penciri minor vulkanisme

yang nampak di Gunung Ungaran berupa adanya ekshalasi.

Jika diamati dari segi pola pengaliran, pada daerah berkontur rapat

Gunung Ungaran banyak ditemukan titik hulu aliran sungai yang airnya menjadi

sumber pemenuh kebutuhan hidup warga daerah Gunung Ungaran dan daerah

Semarang sekitarnya.

Pengamatan dari segi pola jalan yang terdapat di daerah berkontur rapat

menunjukkan hanya sedikit jalan yang menuju ke daerah puncak Gunung

Ungaran, hal ini dikarenakan kelerengan yang sangat curam sehingga akses jalan

masih terbatasi.

4.2. Satuan Kontur Renggang

Pada peta topografi daerah Gunung Ungaran terdapat daerah berkontur

renggang pada peta topografi menunjukkan daerah yang tidak curam atau landai

pada suatu daerah. Pada daerah berkontur renggang tersebut dibuat 5 garis sayatan

yang melewati 5 garis kontur, garis-garis sayatan tersebut dibuat tersebar di

daerah berkontur renggang. Sayatan-sayatan tersebut kemudian dihitung untuk

mendapatkan persen lereng yang kemudian dirata-ratakan menjadi rata-rata persen

lereng. Hasil perhitungan rata-rata persen lereng pada kontur renggang

menunjukkan hasil sebesar 20.88%. Beda tinggi pada daerah kontur renggang

pada Gunung Ungaran adalah sebesar 358 m, yang didapatkan dari selisih titik

tertinggi kontur renggang Gunung Ungaran sebesar 1032 m dengan titik terendah

kontur renggang Gunung Ungaran sebesar 674 m.

Klasifikasi Relief Persen Lereng Beda Tinggi (m)

Datar/hampir datar 0-2 <50

Bergelombang landai 3-7 5-50

Bergelombang miring 8-13 25-75

Berbukit bergelombang 14-20 50-200

Berbukit terjal 21-55 200-500

10

Page 11: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

Pegunungan sangat terjal 56-140 500-1000

Pegunungan sangat curam >140 >1000

Tabel 4.2 Klasifikasi Kelerengan oleh Van Zuidam (1970)

Berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1970), daerah berkontur renggang

pada daerah Gunung Ungaran tergolong dalam relief berbukit bergelombang

hingga berbukit terjal. Jika diamati dari morfologinya, daerah berkontur renggang

pada peta topografi Gunung Ungaran menggambarkan daerah yang tidak lagi

curam dan menuju landai yang merupakan zona medial hingga zona distal.

Kelerengan yang melandai dapat dibentuk oleh aliran lava yang

kecepatannya rendah, atau kelerengan yang landai tersebut dibentuk oleh tenaga

eksogen yang melapukkan batuan sehingga daerah yang curam menjadi landai.

Dapat dikatakan bahwa kelerengan yang mulai melandai pada zona medial hingga

distal ini dibentukoleh proses destruktif (merusak) berupa pelapukan. Proses

destruktif yang terjadi pada zona ini juga mengakibatkan pelapukan batuan beku

atau batuan piroklastik. Jenis batuan yang mungkin terdapat pada daerah

berkontur renggang (zona medial hingga distal) adalah batuan beku dan batuan

piroklastik, karena masih dalam lingkungan vulkanik, kemudian terdapat pula

batuan sedimen, yang diinterpretasikan dapat terbentuk pada daerah berkontur

renggang karena daerah ini memiliki banyak sungai yang aliran airnya

memungkinkan menjadi agen transportasi material sedimen.

Daerah berkontur renggang memiliki kelerengan yang sudah mulai landai

yang memiliki tata guna lahan sebagai perumahan penduduk, potensi positif pada

daerah berkontur renggang adalah sebagai lahan perkebunan atau pertanian.

Potensi negatif yang mungkin timbul adalah longsor.

Pada daerah berkontur renggang, dari segi pengamatan pola pengaliran,

banyak terbentuk anak sungai yang hulu nya dimulai dari daerah berkontur rapat

pada Gunung Ungaran. Dan pada bagian berkontur renggang juga banyak

ditemukan garis-garis jalan yang menandakan bahwa daerah berkontur renggang

tersebut memiliki kelerengan yang mudah untuk dilalui oleh manusia sebagai

penduduk daerah Gunung Ungaran.

11

Page 12: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

4.3. Korelasi Satuan Berkontur Rapat dan Satuan Berkontur Renggang

Suatu gunung tentunya memiliki daerah yang tinggi sebagai daerah yang

diinterpretasikan sebagai daerah pusat erupsi (sentral) dimana lava keluar dan

seiring dengan pembekuannya, akan terjadi proses konstruktif saat pembekuan

lava membentuk batuan yang menjadi badan gunung yang memiliki bentuk

kerucut, puncak kerucut merupakan pusat keluarnya lava dan leleran-leleran lava

yang meluas membangun badan gunung yang lebih rendah dibandingkan daerah

pusat keluarnya lava.

Daerah sekitar pusat erupsi gunung yang berjenis vulkanisme letusan atau

campuran biasanya curam dan bertipe gunungapi strato. Gunungapi strato

merupakan gunungapi yang umumnya ditemukan di Indonesia dengan

kelerengannya yang agak curam hasil pembentukan melalui vulkanisme tipe

campuran, yaitu berupa letusan dan leleran yang terjadi bergantian.

Pada daerah berkontur rapat yang merupakan zona sentral hingga zona

proksimal, dapat ditemukan aktivitas geothermal berupa semburan air panas dan

ekshalasi berupa solfatar yang menjadi penciri bahwa daerah ini merupakan

lingkungan vulkanik.

Dalam penggambaran peta topografi, gunungapi strato memiliki kontur-

kontur yang rapat. Kemudian daerah vulkanik juga memiliki daerah yang mulai

memiliki kontur-kontur yang agak renggang. Daerah tersebut merupakan daerah

gunung yang juga dibentuk dari aktivitas magma namun karena proses destruktif

berupa pelapukan, menjadikan daerah vulkanik tersebut menjadi lebih landai.

Pada penggolongan fasies gunungapi, daerah berkontur renggang termasuk

dalam zona zona medial hingga zona distal. Batuan yang ditemukan pada daerah

berkontur rapat didominasi oleh batuan beku dan batuan beku piroklastik,

sedangkan pada daerah yang mulai berkontur renggang batuan yang menyusun

daerah tersebut selain batuan beku dan batuan beku piroklastik mungkin

ditemukan batuan sedimen, karena adanya aliran sungai sebagai agen transportasi

material sedimen.

12

Page 13: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

Bila dilihat dari pola pengaliran, daerah berkontur rapat menjadi hulu

aliran sungai yang kemudian mengalir menuju daerah berkontur renggang, karena

air mengalir dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah, serta mulai

terbentuk anak sungai di daerah berkontur renggang. Dari pengamatan jalan, pada

daerah yang berkontur renggang/tidak curam, lebih banyak ditemui jalan daripada

di daerah berkontur rapat, karena daerah yang landai mudah diakses penduduk

dalam melakukan aktivitasnya, sedangkan pada daerah berkontur rapat yang

jarang ditemui jalan, masih didominasi oleh hutan.

13

Page 14: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kontur rapat pada peta topografi daerah Gunung Ungaran menunjukkan

daerah yang tinggi dan curam sebagai zona sentral hingga zona

proksimal pada bentang alam vulkanik.

Daerah berkontur rapat dibentuk oleh pembekuan magma hasil erupsi

gunungapi.

Berdasarkan penghitungan morfometri dan beda tinggi dari daerah

berkontur rapat, dapat diinterpretasikan daerah berkontur rapat

tergolong dalam relief berbukit terjal hingga pegunungan sangat terjal

berdasarkan Van Zuidam (1970).

Litologi yang menyusun daerah berkontur rapat diinterpretasikan

didominasi oleh batuan beku dan batuan beku piroklastik, karena

letaknya yang dekat dengan zona pusat erupsi.

Pada daerah berkontur rapat ditemukan adanya hulu sungai dan sedikit

jalan karena curamnya kelerengan membatasi akses jalan.

Daerah berkontur rapat memiliki potensi positif sebagai sumber energi

geothermal dan memiliki tata guna lahan sebagai tempat wisata dan

objek studi geologi, potensi negatif yang dimiliki daerah curam ini

adalah longsor dan letusan gunung.

Kontur renggang pada peta topografi daerah Gunung Ungaran

menunjukkan daerah yang tidak begitu curam dan mulai landai sebagai

zona medial hingga zona distal pada bentang alam vulkanik.

14

Page 15: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

Daerah berkontur renggang dibentuk oleh pembekuan magma hasil

erupsi gunungapi dan oleh proses pelapukan sehingga menyebabkan

permukaan yang curam menjadi landai.

Berdasarkan penghitungan morfometri dan beda tinggi dari daerah

berkontur renggang, dapat diinterpretasikan daerah berkontur renggang

tergolong dalam tergolong dalam relief berbukit bergelombang hingga

berbukit terjal berdasarkan Van Zuidam (1970).

Litologi yang menyusun daerah berkontur renggang diinterpretasikan

didominasi oleh batuan beku dan batuan beku piroklastik yang

teksturnya sudah lebih halus karena telah mengalami transportasi dari

tempat yang lebih tinggi, batuan sedimen juga diinterpretasikan

mungkin berada pada zona medial hingga distal ini karena adanya aliran

sungai yang menjadi agen transportasi material sedimen.

Pada daerah berkontur renggang ditemukan adanya percabangan/anak

sungai dan banyak jalanan karena kelerengan yang landai

memungkinkan terbentuknya akses jalan yang lebih beragam.

Daerah berkontur renggang memiliki potensi positif sebagai lahan

perkebunan dan pertanian dan memiliki tata guna lahan sebagai tempat

pemukiman, potensi negatif yang dimiliki daerah landai ini adalah

longsor.

5.2. Saran

Potensi positif yang dimiliki Gunung Ungaran sebagai sumber energi

geothermal sebaiknya digunakan dengan pengembangan teknologi yang

lebih lanjut agar dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif.

Keberadaan penciri vulkanisme minor seperti ekshalasi sebaiknya

dipelajari lebih lanjut agar dapat mengetahui lebih lanjut akan potensi

letusan yang mungkin ditimbulkan oleh Gunung Ungaran.

15

Page 16: LAPORAN BENTANG ALAM VULKANIK

DAFTAR PUSTAKA

http:// bappenas.go.id

(diakses pada hari Minggu, 31 Maret 2013 pukul 15.36 WIB)

http://geothermal.ft.ugm.ac.id

(diakses pada hari Sabtu, 30 Maret 2013 pukul 21.12 WIB)

http://smart-pustaka.blogspot.com

(diakses pada hari Sabtu, 30 Maret 2013 pukul 20.34 WIB)

http://syawal88.wordpress.com

(diakses pada hari Sabtu, 31 Maret 2013 pukul 20.11 WIB)

Staff Asisten Geomorfologi dan Geologi Foto. 2012. Buku Panduan Praktikum

Geomorfologi dan Geologi Foto. Semarang. Teknik Geologi Undip.

Syabaruddin, Susanto dkk. 2003. Pemetaan Fasies Vulkanik Pada Daerah

Prospek Panas Bumi Gunung Ungaran Jawa Tengah. Semarang.

16