laporan praktikum bentang alam fluvial

48
LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO ACARA : BENTANG ALAM FLUVIAL Disusun Oleh: Wahyu Prasetyo 21100113120011 LABORATORIUM GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Upload: wahyu-prasetyo

Post on 29-Dec-2015

423 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO

ACARA : BENTANG ALAM FLUVIAL

Disusun Oleh:

Wahyu Prasetyo

21100113120011

LABORATORIUM GEOMORFOLOGI DAN

GEOLOGI FOTO

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

APRIL 2014

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto, acara Bentang Alam

Fluvial yang disusun oleh praktikan bernama Wahyu Prasetyo, ini telah disahkan

pada:

hari :

tanggal :

pukul :

Sebagai tugas laporan praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto mata

kuliah Geomorfologi.

Semarang, 03 April 2014

Asisten Acara, Praktikan,

Fauzu Nuriman Wahyu Prasetyo

NIM. 21100112120010 NIM. 21100113120011

DAFTAR ISI

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Maksud ................................................................................................. 1

1.2 Tujuan .................................................................................................. 1

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum ........................................ 1

BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Bentang Alam Fluvial ....................................................... 2

2.2 Macam-macam proses fluvial .............................................................. 2

2.3 Macam-macam proses fluvial .............................................................. 3

2.4 Macam-macam Bentang Alam Fluviatil .............................................. 5

2.5 Genesa Pembentukan lembah Sungai .................................................. 8

2.6 Morfometri ........................................................................................... 9

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan ...................................................................................... 10

3.2 Diagram Alir ......................................................................................... 10

BAB IV MORFOMETRI

4.1 Sayatan Satuan Struktural Rapat ........................................................... 13

4.2 Sayatan Satuan Struktural Renggang .................................................... 14

4.3 Satuan Fluvial ....................................................................................... 16

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Satuan Delineasi Fluvial ....................................................................... 18

5.2 Satuan Delineasi Denudasional ............................................................. 20

5.3 Satuan Struktural Rapat ........................................................................ 21

5.4 Satuan Struktural Renggang .................................................................. 23

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 25

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

6.2 Saran ...................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola-pola Pengaliran Sungai .......................................................... 5

Gambar 2.2 Sungai Teranyam ............................................................................ 6

Gambar 2.3 Endapan Gosong ............................................................................ 6

Gambar 2.4 Tanggul Alam ................................................................................. 7

Gambar 2.5 Kipas Aluvial .................................................................................. 7

Gambar 2.6 Delta ............................................................................................... 8

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Van Zuidam ..................................................................... 9

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud

Menentukan tentang delineasi dari suatu bentang alam.

Menggambarkan pola pengaliran sungai dari bentang alam fluvial.

Mencari perhitungan morfometri dari persen kelerengan dan beda tinggi

dari bentang alam fluvial.

Membuat profil eksagrasi dari sayatan peta topografi.

Memahami tentang bentang alam fluvial baik penjelasan, proses

pembentukannya serta hal-hal yang terkait dalam bentang alam fluvial.

1.2 Tujuan

Dapat menentukan tentang delineasi dari suatu bentang alam.

Dapat menggambarkan pola pengaliran sungai dari bentang alam

fluvial.

Dapat mencari perhitungan morfometri dari persen kelerengan dan beda

tinggi dari bentang alam fluvial.

Dapat membuat profil eksagrasi dari sayatan peta topografi.

Dapat memahami tentang bentang alam fluvial baik penjelasan, proses

pembentukannya serta hal-hal yang terkait dalam bentang alam fluvial.

1.3 Waktu Pelaksanaan Praktikum

Praktikum Laboratorium :

Hari / Tanggal : Kamis, 27 Maret 2014

Pukul : 15.30 WIB - Selesai

Tempat Pelaksanaan : Ruang GS 302 Gedung Pertamina Sukowati,

Teknik Geologi, Universitas Diponegoro,

Semarang.

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Bentang Alam Fluvial

Bentang alam fluvial adalah satuan geomorfologi yang

pembentukannya erat hubungannya dengan proses fluviatil. Proses fluviatil

adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang

mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang

disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang

mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi

(sheet water).

Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas

sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam

yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses

sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan. Perlu diketahui bahwa air

permukaan merupakan salah satu mata rantai dari siklus hidrologi. Adanya

air permukaan sangat dikontrol oleh adanya air hujan, sedangkan besar

kecilnya jumlah air permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

antara lain kelerengan, iklim, litologi dan nilai curah hujan. Sungai

merupakan aliran air yang dibatasi suatu alur yang mengalir ke tempat /

lembah yang lebih rendah karena pengaruh gravitasi. Sungai termasuk

sungai besar, sungai kecil maupun anak sungai.

Pada pembuatan delineasi suatu bentang alam, bentang alam fluvial

pada peta topografi biasanya diberi warna hijau, yang mana meliputi sungai

utama dan juga dataran banjir yang ada di pinggiran sungai utama tersebut.

2.2 Macam-macam proses fluvial

Proses fluviatil dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu:

1. Proses erosi

Menurut Sukmana, 1979, proses erosi adalah suatu proses atau

peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah yang disebabkan oleh

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

pergerakan air atau angin. Sedangkan Arsyad, 1982, mendefinisikan

proses erosi sebagai peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atu

bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami.

Menurut Holy,1980, berdasarkan agen penyebabnya, agen penyebab

erosi dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu erosi oleh air, erosi oleh

angin, erosi oleh gletser dan erosi oleh salju. Dalam bentang alam ini,

agen penyebab erosi yang paling dominan adalah air.

2. Proses Transportasi

Proses transportasi adalah proses perpindahan/pengangkutan

material yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai

sebagai efek dari gaya gravitasi.

3. Proses Sedimentasi

Adalah proses pengendapan material karena aliran sungai tidak

mampu lagi mengangkut material yang di bawanya. Apabila tenaga

angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran besar dan

lebih berat akan terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material

yang lebih halus dan ringan.

Bagian sungai yang paling efektif untuk proses pengendapan ini

adalah bagian hilir atau pada bagian slip of slope pada kelokan sungai,

karena biasanya pada bagian kelokan ini terjadi pengurangan energi yang

cukup besar.

Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan

besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hilir, energi

semakin kecil, material yang diendapkan pun semakin halus.

2.3 Pola pengaliran

Satu sungai atau lebih beserta anak sungai dan cabangnya dapat

membentuk suatu pola atau system tertentu yang dikenal sebagai pola

pengaliran. Pola ini dapat dibedakan menjadi beberapa variasi bergantung

struktur batuan dan variasi litologinya.

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

a. Pola pengaliran rectangular, dimana anak sungai dan induk

sungainya membentuk sudut tegak lurus. Biasanya terdapat pada

daerah patahan yang bersistem teratur.

b. Pola pengaliran sejajar, dimana pola yang arah alirannya sejajar.

Pola ini berkembang pada daerah lereng mempunyai kemiringan

nyata.

c. Pola pengaliran dendritik, dimana pola pengalirannya berbentuk

cabang pohon ynag berarah dan tidak beraturan. Berkembang pada

daerah dengan resistensi beragam.

d. Pola pengaliran trellis, pola yang bernentuk seperti daun dengan

anak-anak sungai sejajar. Biasanya memanjang dan sejajar dengan

jurus perlapisan batuan.

e. Pola pengaliran radial, yaiu pola pengaliran yang arah-arah

pengalirannya menyebar ke segala arah dari satu pusat. Biasanya

berkembang pada kerucut gunung api, kubah stadia muda, dan bukit

kerucut.

f. Pola pengaliran annular, yaitu pola pengaliran dimana anak

sungainya mempunyai penyebaran yang melingkar, seiring dijumpai

pada daerah kubah stadia dewasa.

g. Pola pengaliran multi basinal, disebut juga sink hole yaitu pola

pengaliran yang tidak sempurna, kadang tampak kadang hilang.

Berkembang pada daerah karst.

h. Pola pengaliran contorted, adalah pola pengaliran yang arahnya

berbalik dari arah semula. Pola ini terdapat pada daerah patahan.

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

Gambar 2.1 Pola-pola Pengaliran Sungai

Pola pengaliran dalam suatu peta topografi umumnya untuk sungai

yang besar (sungai utama) biasanya diberi warna biru tua, untuk sungai

kecil (anak sungai) biasanya diberi warna biru muda. Sedangkan pada jala

diberi warna merah.

2.4 Macam-macam Bentang Alam Fluviatil

Bentang alam fluviatil dapat dibedakan menjadi beberapa macam

berdasar proses pembentukannya, antara lain:

a. Sungai teranyam (braided stream)

Sungai teranyam terbentuk pada bagian hilir sungai yang

mempunyai kemiringan datar atau hampir datar. Pembentukannya

dikarenakan oleh erosi yang berlebihan pada daerah hulu sungai

sehingga terjadi pengendapan pada bagian alurnya dan membentuk

gosong tengah (channel bar). Karena adanya gosong yang banyak dan

berjajar (berderet), maka alirannya memberikan kesan teranyam.

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

Gambar 2.2 Sungai Teranyam

b. Bar deposit (endapan gosong)

Adalah endapan sungai yang terdapat pada bagian tepi atau

tengah alur sungai. Endapan pada tengah alur disebut sebagai gosong

tengah (channel bar) sedang endapan pada tepi disebut sebagai gosong

tepi (point bar).

Gambar 2.3 Endapan Gosong

c. Tanggul alam (natural levee)

Adalah tanggul yang terbentuk secara alamiah, hasil

pengendapan luapan banjir dan terdapat pada tepi sungai sebelah

menyebelah. Material pembentuk tenggul alam berasal dari material

hasil transportasi sungai saat banjir dan diendapkan di luar saluran

sehingga membentuk tanggul-tanggul sepanjang aliran

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

Gambar 2.4 Tanggul Alam

d. Kipas alluvial (alluvial fan)

Adalah bentang alam alluvial yang terbentuk oleh onggokan

material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu

dataran di depan gawir. Biasanya tersusun oleh perselingan pasir dan

lempung unconsolidated sehingga merupakan lapisan penyimpan air

yang cukup baik.

Gambar 2.5 Kipas Aluvial

e. Delta

Adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir

setelah masuk pada daerah base level. Selanjutnya akan dibahas

sendiri pada bab bentang alam pantai dan delta

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

Gambar 2.6 Delta

2.5 Genesa Pembentukan lembah Sungai

Siklus lembah sungai dibagi menjadi tiga tingkatan (stadia) yaitu

muda dewasa dan tua :

a. Stadia muda, dicirikan oleh:

- biasanya di daerah hulu

- sungai sangat aktif, erosi berlangsung cepat

- erosi vertikal lebih kuat daripada erosi lateral

- lembah sungai mempunyai profil berbentuk V

- gradien sungai curam, terdapat jeram dan air terjun

- anak sungai sedikit dan kecil

- aliran sungai deras (energi pengangkutan besar)

- bentuk sungai relatif lurus

b. Stadia dewasa, ditandai oleh:

- kecepatan aliran mulai berkurang

- gradien sungai sedang, tidak terdapat jeram dan air terjun

- mulai terbentuk dataran banjir dan tanggul alam

- erosi lateral (ke samping) lebih kuat dari erosi vertikal

- mulai terbentuk meander sungai

- pada tingkat ini sungai mencapai kedalaman paling besar

c. Stadia tua, ditandai oleh:

- kecepatan aliran semakin berkurang

- lebih banyak sedimentasi daripada erosi

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

Rumus:

% Lereng=∆ hd

× 100 % h = n × IK

IK= 12000

× Skala peta d = p × Skala peta

Keterangan:

h : perbedaan ketinggian

- berkembang di daerah hilir

- banyak terbentuk sungai meander, danau tapal kuda dan tanggul alam

- terjadi pelebaran lembah walaupun sangat lembat

2.6 Morfometri

Morfometri merupakan penilaian kuantitatif terhadap bentuk lahan, sebagai

aspek pendukung morfografi dan morfogenetik, sehingga klasifikasi semakin tegas

dengan angka – angka yang jelas.

Rumus kemiringan lereng dari peta topografi dan foto udara :

Tabel 2.1 Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian.

(sumber: Van Zuidam,1985)

Klasifikasi Relief % Relief Beda Tinggi

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

Datar 0 – 2 < 50

Bergelombang landai 3 – 7 5 – 50

Bergelombang curam 8 – 13 25 – 75

Berbukit bergelombang 14 – 20 50 – 200

Berbukit terjal 21 – 55 200 – 500

Pegunungan sangat terjal 56 – 140 500 – 1000

Pegunungan sangat curam > 140 >1000

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

BAB III

METODOLOGI

3.1 Praktikum Laboratorium

3.1 Alat

- Pulpen

- Pensil dan Karet Penghapus

- Penggaris

- Pensil warna

- Isolasi bening

- Gunting

3.2 Bahan

- Peta Topografi

- Kertas millimeter blok

- Kertas kalkir minimal ukuran A4 dua kertas

3.3 Diagram Alir

3.3.1 Pembuatan Delinasi

Menyiapkan alat – alat dan bahan yang dibutuhkan

Menaruh kertas kalkir di atas peta topografi

Mengamati dan membuat garis perbatasan antara kontur rapat,

kontur renggang, daerah denudasional da fluvial

Mulai

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

3.3.2 Mencari persen kelerengan dan beda tinggi suatu daerah fluvial

Mewarnai bagian kontur rapat dengan warna ungu tua kontur yang

renggang dengan warna ungu muda, daerah denudasional dengan

warna coklat dan fluvial warna hijau

Selesai

Menyiapkan alat – alat dan bahan yang dibutuhkan

Taruh kertas kalkir di atas peta topografi

Membuat sayatan yang memotong 5 kontur (renggang dan rapat) pada peta topografi dan menentukan titik tertinggi dan terendah dari

masing-masing kontur. Serta 5 sayatan pada daerah fluvial dengan jarak 1 kontur di dekatnya

Menghitung besar persentase, menghitung nilai beda

tinggi dari masing – masing kontur dan menentukan

klasifikasi dataran

Mulai

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

3.3.3 Sayatan pada Peta Topografi

Selesai

Menyiapkan alat – alat yang dibutuhkan

Taruh kertas kalkir di atas peta topografi

Memberikan sayatan sepanjang 25-30 cm pada peta topografi

yang melewati daerah struktural rapat, struktural renggang,

denudasional dan fluvial

Membuat profil exagrasi pada milimeter block

Selesai

Mulai

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

3.3.4 Membuat Pola Pengaliran Sungai dan Jalan

Menyiapkan alat – alat yang dibutuhkan

Taruh kertas kalkir di atas peta topografi

Membuat pola pengaliran sungai dan jalan sesuai dengan

ketentuan

Selesai

Mulai

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

BAB IV

MORFOMETRI

4.1 Sayatan Satuan Struktural Kotur Rapat

Rumus rumus dasar penghitungan :

Sayatan A

o n = 0, 6 cm

o d = 0, 6 × 25000 = 15000 cm = 150 meter

o % Lereng=62, 5150

× 100 %=41,7 %

Sayatan B

o n = 0, 7 cm

o d = 0, 7 × 25000 = 175000 cm = 175 meter

o % Lereng=62, 5175

× 100 %=35,7 %

Sayatan C

o n = 0, 7 cm

o d = 0, 7 × 25000 = 175000 cm = 175 meter

o % Lereng=62, 5175

× 100 %=35,7 %

Sayatan D

o n = 0, 8 cm

o d = 0, 8 × 25000 = 20000 cm = 200 meter

o % Lereng=62, 5200

× 100 %=31,5 %

Rumus:

% Lereng=∆ hd

× 100 % h = 5 × 12,5 = 62,5

IK= 12000

×25000=12,5 d = n × 25000

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

Sayatan E

o n = 0, 5 cm

o d = 0, 5 × 25000 = 12500 cm = 125 meter

o % Lereng=62, 5125

× 100 %=50 %

Rata-rata sayatan satuan struktural kontur rapat

Rata-rata kelerengan 41,7 %+35,7 %+35,7 %+31,25 %+50 %

5

38,9%

Setelah Prosentase kelerengan di rata-rata morfologi satuan struktural

kontur rapat menurut klasifikasi Van Zuidam adalah Berbukit Terjal

Sedangkan beda tinggi pada morfologi ini diperoleh

Top Hill –Down Hill = 770 500 = 270 meter

4.2 Sayatan Satuan Struktural Kontur Renggang

Rumus rumus dasar penghitungan :

Sayatan F

o n = 2, 9 cm

o d = 2, 9 × 25000 = 72500 cm = 725 meter

o % Lereng=62, 5725

× 100 %=8,6 %

Sayatan G

o n = 2, 5 cm

o d = 2,5 × 25000 = 62500 cm = 625 meter

Rumus:

% Lereng=∆ hd

× 100 % h = 5 × 12,5 = 62,5

IK= 12000

×25000=12,5 d = n × 25000

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

o % Lereng=62, 5625

× 100 %=10 %

Sayatan H

o n = 1, 8 cm

o d = 1, 8 × 25000 = 45000 cm = 450 meter

o % Lereng=62, 5450

× 100 %=13,9 %

Sayatan I

o n = 1, 5 cm

o d = 1, 5 × 25000 = 37500 cm = 375 meter

o % Lereng=62, 5375

× 100 %=16,7 %

Sayatan J

o n = 2,1 cm

o d = 2,1 × 25000 = 52500 cm = 5255 meter

o % Lereng=62, 5525

× 100 %=11,9%

Rata-rata sayatan satuan struktural kontur renggang

Rata-rata kelerengan 8,6 %+10 %+13,9 %+11,9%+16,7 %

5

12,2 %

Setelah Prosentase kelerengan di rata-rata morfologi satuan struktural

kontur renggang menurut klasifikasi Van Zuidam adalah Bergelombang

Curam – Berbukit bergelombang.

Sedangkan beda tinggi pada morfologi ini diperoleh

Top Hill –Down Hill = 332 m 172 m = 160 m

4.3 Sayatan Satuan Fluvial

Rumus rumus dasar penghitungan :

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

Ra

Sayatan K

o n = 0, 8 cm

o d = 0, 8 × 25000 = 20000 cm = 200 meter

o % Lereng=12 , 5200

× 100 %=6,25 %

Sayatan L

o n = 1, 2 cm

o d = 1, 2 × 25000 = 30000 cm = 300 meter

o % Lereng=12 , 5300

× 100 %=4,1 %

Sayatan M

o n = 0,6 cm

o d = 0,6 × 25000 = 15000 cm = 150 meter

o % Lereng=12 , 5150

× 100 %=8,3 %

Sayatan N

o n = 0,5 cm

o d = 0,5× 25000 = 12500 cm = 125 meter

o % Lereng=12 , 5125

× 100 %=10 %

Sayatan O

o n = 0, 3 cm

o d = 0, 3 × 25000 = 7500 cm = 75 meter

o % Lereng=12 , 575

× 100 %=16,7 %

Rumus:

% Lereng=∆ hd

× 100 % h = 1 × 12,5 = 12,5

IK= 12000

×25000=12,5 d = n × 25000

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

Rata-rata sayatan satuan Fluvial

Rata-rata kelerengan 6,25 %+10 %+4,1 %+8,3 %+16,7 %

5

9,07 %

Setelah Prosentase kelerengan di rata-rata morfologi satuan Fluvial

menurut klasifikasi Van Zuidam adalah Bergelombang Curam.

BAB V

PEMBAHASAN

Pada hari kamis tanggal 27 Maret 2014 dilaksanakan praktikum yang kedua

Geomorfologi dan Geologi Foto dengan acara yang kedua yaitu Bentang Alam Fluvial.

Bentang alam fluvial adalah satuan geomorfologi yang pembentukannya erat

hubungannya dengan proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di

alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk

permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air

yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi (sheet

water).

Pada praktikum ini akan dibahas 4 macam pembahasan yakni satuan delneasi

fluvial, satuan delineasi denudasional, satuan struktural rapat dan renggang. Berikut hasil

pembahasan dari praktikumnya:

5.1 Satuan Delineasi Fluvial

Suatu bentang alam fluvial dalam peta topografi digambarkan dengan

bentuk yang berkelok-kelok dan ada yang memanjang. Umumnya pada

sungai besar di peta topgrafi digambarkan dengan dua buah garis.

Sedangkan sungai kecil atau anak sungai biasanya pada peta topografi

digambarkan dengan satu garis.

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

Pada delineasi bentang alam fluvial biasanya diwarnai dengan warna

hijau. Delineasi dari bentang alam fluvial tersebut mencangkup dari sungai

besar (sungai utama) dan juga dataran banjir yang ada di pinggiran sungai

besar. Sedangkan untuk sungai kecilnya sendiri tidak diberi warna untuk

delineasinya. Pada pewarnaan pola aliran sungainya, untuk sungai besar

diberi warna biru tua sedangkan pada sungai kecil (anak sungai) diberi

warna biru muda. Sedangkan pad jalan diberi warna merah.

Pada peta topografi di daerah Randudongkal dan sekitarnya ini

delineasi bentang alam fluvial melewati sungai Tjomal, sungai Wakung,

sungai Genitri, sungai Arus, sungai Subah, sungai Glagan dan sungai

Bedjasa. Dari beberapa sungai yang dilewati delineasi bentang alam fluvial

dikarenakan selain terdapat endapan banjir di pinggiran sungai – sungai

tersebut juga karena sungai – sungai tersebut merupakan sungai utama yang

mana dai sungai utama tersebut terdapat cabang – cabang anak sungai yang

banyak. Dan juga merupakan transportasi air utama ketika terjadi hujan

maupun tidak terjadi hujan.

Pada perhitungan morfometri yang di dapat pada satuan delineasi

fluvial ini di dapat 5 sayatan sebagai samplenya, masing – masing

mempunyai persen kelerengan antara lain 6,25%, 10%, 4,1%, 8,3% dan

16,7%. Dari kelima sample sayatan tersebut didapat rata – rata 9,07 %. Dan

dari hasil rata – rata tersebut menurut klasifikasi Van Zuidam termasuk

daerah yang bergelombang curam.

Pada pola pengaliran sungainya untuk sungai yang besar diberi warna

biru tua sedangkan sungai kecil diberi warna biru muda. Pola pengaliran

sungai yang ada pada peta topografi ini termasuk ke dalam jenis denditrik.

Disebut denditrik karena bentuk pola alirannya berbentuk seperti pohon yang

mana cabang-cabang anak sungainya arahnya tidak beraturan. Dan

diinpretasikan bahwa daerah Randudongkal memiliki batuan yang resistensinya

seragam, lapisan sedimen mendatar, batuan beku massif atau daerah lipatan.

Sehingga pola sungai yang ada di daerah Randudongkal ini termasuk pola

pengaliran denditrik.

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

Kenampakan morfologi bentang alam fluvial yang ada di daerah

Randudongkal dan sekitarnya ini antara lain terdapan endapan gosong (Bar

deposit). Endapan gosong tersebut yang dapat dilihat di bagian tepi atau

tengah alur sungai. Endapan pada tengah alur disebut sebagai gosong tengah

(channel bar) sedang endapan pada tepi disebut sebagai gosong tepi (point

bar). Terdapat endapan gosong (Bar deposit) tersebut karena poses fluviatil

yang terjadi di sungai – sungai yang ada di daerah Randudongkal ini dapat

diinpretasikan bahwa sewaktu tejadi proses transportasi aliran sungai, aliran

sungai tersebut membawa material – material yang cukup banyak sewaktu

terjadi banjir. Setelah energi transportasi aliran sungai tersebut melemah

(aliran sungai kembali normal) maka material – material yang berukuran

besar dan berat akan terendapkan di tengah sungai bila sungai tersebut tidak

ada kelokannya sehingga terbentuk channel bar. Sedangkan pada sungai

yang ada kelokannya otomatis bila energi transportasi airnya tidak cukup

kuat maka material – material yang berukuran besar dan berat akan

terendapkan di tepi sungai, sehingga terbentuklah point bar. Selain endapan

gosong, sungai – sungai yang ada di daerah Randudongkal ini bisa saja

terbentuk tanggul alam. Tanggul alam tersebut merupakan hasil

pengendapan luapan banjir dan terdapat pada tepi sungai sebelah

menyebelah. Material pembentuk tenggul alam berasal dari material hasil

transportasi sungai saat banjir dan diendapkan di luar saluran sehingga

membentuk tanggul-tanggul sepanjang aliran sungainya. Dari kedua macam

kenampakan morfologi yang dapat di temukan di sungai – sungai yang ada

di daerah Randudongkal ini selain karena proses fluviatilnya juga karena

genesa dari sungainya tersendiri. Sungai – sungai yang ada di daerah

Randudongkal ini dapat diinpretasikan termasuk ke dalam stadia dewasa,

dikarenakan karena banyak terdapat meander (kelokan) sungai. Dimana dari

meander tersebut bisa terbentuk point bar maupun channel bar. Umumnya

sungai yang ada di peta topografi tersebut adalah stadia dewasa, namun ada

yang satadia muda tepatnya di daerah struktural rapat karena merupakan

hulu sungai.

Page 28: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

5.2 Satuan Delineasi Denudasional

Pada satuan delineasi denudasional ini dapat diwarnai dengan warna

coklat. Dikatakan daerah denudasional karena daerahnya yang konturnya

jarang atau sangat renggang dan adanya keseragaman relief sehingga pada

daerah ini biasanya ditempati pemukiman penduduk serta jalan.

Pada satuan delineasi denudasional di daerah Randudongkal dan

sekitarnya ini meliputi daerah Sikasur, Simpur, Bantarpari, Sumurkidang,

Kebandingan, Semaja, Semaja 2, Semingkir, Semingkir 1, Karangmontjol,

Karanganjar, Pringtaliamba, Kedunglandji, Bangkot, Slebak 1, Slebak 2,

Karangemplak, Bandjaranjar, Mursid, Tjomal, Bogo 1, Bogo 2, Geger

Nagarunting, Igir Kletjer, Katam, Kemiri Sewu, Babakan, Panusupan,

Tireme dan Randudongkal.

Kenampakan yang bisa dilihat di satuan delineasi denudasional ini

antara lain daerah pemukiman penduduk, jalan serta daerah yang berkontur

jarang. Adanya keseragaman relief muka bumi yang menjadikan daerah ini

disebut daerah denudasional, sehingga memungkinkan aktivitas manusia

lebih berkembang. Hal itu ditandai dengan banyaknya pemukiman

penduduk serta jalan – jalan yang digunakan warga sebagai penunjang

aktivitas kesehariannya.

5.3 Struktural Rapat

Pada delineasi di struktural rapat ini diberi warna ungu tua. Termasuk

daerah dengan struktural rapat dikarenakan jarak antar kontur pada intesitas

rapat hingga sangat rapat. Dan kenampakannya daerahnya yang curam.

Pada peta topografi daerah Randudongkal dan sekitarnya ini yang

termasuk daerah struktural rapat antara lain daerah G. Wisnu, G.

Wadasgumantung, Djangkung, G. Djenggol, Mentek, G. Tukung, Igir

Sibenda, G. Tjeaula, G. Mritja, Kaliurang, Binangun, Mritja, Igir Krikil,

Krikil, Djumleng, Djumleng 2, G. Tugel, G. Serut, Sibedil 1, Sibedil 2,

Benda, Karangsengon dan Salam.

Page 29: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

Pada perhitungan morfometri yang di dapat pada satuan struktural

rapat ini di dapat 5 sayatan sebagai samplenya, masing – masing

mempunyai persen kelerengan antara lain 41,7%, 35,7%, 50%, 35,7% dan

31,25%. Dari kelima sample sayatan tersebut didapat rata – rata 38,9%.

Pada daera struktural rapat Top hill nya di dapat di ketinggian 770 meter,

sedangkan Down hill nya didapat ketinggian 500 meter. Sehingga beda

tingginya didapat 270 meter. Dan dari hasil rata – rata tersebut dan hasil

perhitungan beda tingginya menurut klasifikasi Van Zuidam termasuk

daerah yang berbukit terjal.

Pola pengaliran sungai yang didapat daerah struktural rapat ini adalah

pola pengaliran denditrik. Disebut denditrik karena bentuk pola alirannya

berbentuk seperti pohon yang mana cabang-cabang anak sungainya arahnya

tidak beraturan. Dan diinpretasikan bahwa daerah struktural rapat ini memiliki

litologi yang resistensinya seragam, lapisan sedimen mendatar, batuan beku

massif atau daerah lipatan. Sehingga pola sungai yang ada di daerah struktural

rapat ini termasuk pola pengaliran denditrik.

Sungai yang ada pada daerah struktural rapat ini dapat diinpretasikan

termasuk ke dalam stadia muda. Dapat dikatakan stadia muda dikarenakan selain

sebagi hulu sungai, juga karena anak sungai sedikit dan kecil serta bentuk

sungainya yang relatif lurus.

Litologi yang terdapat pada daerah ini dapat diinpretasikan terdapat batuan

beku serta tidak menutup kemungkinan adanya batuan sedimen di daerah struktural

rapat ini walaupun intensitasnya rendah. Adanya batuan sedimen tersebut

menandakan bahwa daerah struktural rapat tersebut sudah mulai adanya proses

pelapukan dan sedimentasi, yang mana umumnya banyak dijumpai di sekitar

sungai. Struktur – struktur geologi yang mungkin dapat ditemui pada daerah ini

antara lain kekar – kekar yang mana bisa dijumpai di sungai, karena sungai

merupakan zona lemah. Selain itu adanya indikasi sesar dan lipatan tidak menutup

kemungkinan dapat ditemukan di daerah struktural rapat ini. Hal itu dikarenakan

bila adanya indikasi lipatan terdapatnya pada daerah yang memiliki struktural rapat

tiba – tiba daerah setelahnya memiliki struktural renggang. Dan indikasi sesar

dapat ditemukan di zona lemah seperti sungai.

Page 30: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

Tata guna lahan yang dapat dimanfaatkan di daerah struktural rapat ini

antara lain untuk lahan perkebunan. Potensi positif dari daerah ini selain

untuk perkebunan dan pertanian yaitu untuk obyek wisata dan juga obyek

studi geologi. Sedangkan potensi negatifnya yaitu dapat terjadinya longsor

karena daerah struktural rapat ini termasuk curam.

5.4 Struktural Renggang

Pada delineasi di struktural renggangt ini diberi warna ungu muda. Termasuk

daerah dengan struktural renggang dikarenakan jarak antar kontur pada intesitas

renggang. Dan kenampakannya daerahnya yang tidak begitu curam dan landai.

Pada peta topografi daerah Randudongkal dan sekitarnya ini yang termasuk

daerah struktural renggang antara lain daerah Wisnu, Separuk, Simaling, Bulakan

1, Bulakan 2, Bulakan3, Sodong, Tanda, Genitri, Pedjarakan, Tjengis, dan

Tjempaka.

Pada perhitungan morfometri yang di dapat pada satuan struktural renggang

ini di dapat 5 sayatan sebagai samplenya, masing – masing mempunyai persen

kelerengan antara lain 8,6%, 10%, 13,9%, 11,9% dan 16,7%. Dari kelima sample

sayatan tersebut didapat rata – rata 12,2%. Pada daera struktural renggang Top hill

nya di dapat di ketinggian 332 meter, sedangkan Down hill nya didapat ketinggian

172 meter. Sehingga beda tingginya didapat 160 meter. Dan dari hasil rata – rata

tersebut dan hasil perhitungan beda tingginya menurut klasifikasi Van Zuidam

termasuk daerah yang bergelombang curam.

Pola pengaliran sungai yang didapat daerah struktural renggang ini adalah

pola pengaliran denditrik. Disebut denditrik karena bentuk pola alirannya

berbentuk seperti pohon yang mana cabang-cabang anak sungainya arahnya

tidak beraturan. Dan diinpretasikan bahwa daerah struktural renggang ini

memiliki litologi yang resistensinya seragam, lapisan sedimen mendatar, batuan

beku massif atau daerah lipatan. Sehingga pola sungai yang ada di daerah

struktural renggang ini termasuk pola pengaliran denditrik.

Sungai yang ada pada daerah struktural renggang ini dapat diinpretasikan

sudah mulai termasuk ke dalam stadia dewasa. Dapat dikatakan stadia dewasa

dikarenakan mulai terbentuknya dataran banjir dan tanggul alam di sungai pada

daerah struktural renggan ini dan juga sudah terbentuknya meander sungai.

Page 31: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

Litologi yang terdapat pada daerah ini dapat diinpretasikan terdapat batuan

sedimen. Dimana litologi tersebut umumnya dapat ditemukan di sepanjang sungai

pada daerah struktural renggang ini. Struktur – struktur geologi yang mungkin

dapat ditemui pada daerah ini antara lain kekar – kekar yang mana bisa dijumpai di

sungai, karena sungai merupakan zona lemah. Selain itu adanya indikasi sesar,

indikasi sesar tersebut bisa ditemukan di sungai yang ada kelokan (meander).

Tata guna lahan yang dapat dimanfaatkan di daerah struktural renggang ini

antara lain untuk lahan perkebunan dan juga pemukiman penduduk. Potensi positif

dari daerah ini untuk perkebunan, pertanian dan juga obyek studi geologi.

Sedangkan potensi negatifnya yaitu dapat terjadinya banjir dikarenakan dekat

dengan sungai – sungai besar.

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Pada satuan delineasi fluvial ini delineasinya diberi warna hijau.

Perhitungan morfomerti yang didapat adalah 9,07% dimana termasuk

daerah yang bergelombang curam. Pola pengaliran di satuan delineasi

fluvial ini termasuk dendritik. Kenampakan morfologi bentang alam

fluvial yang bisa ditemukan yaitu endapan gosong (Bar Deposit) yang

berupa Channel bar dan Point Bar, dan juga tanggul alam. Stadia pada

sungai yaitu dari stadia muda ke stadia dewasa.

Pada satuan delineasi denudasional ini delineasinya diberi warna coklat.

Kenampakan yanb bisa dilihat di daerah ini antara lain pemukiman dan

jalan.

Pada satuan struktural rapat, delineasinya diberi warna ungu tua.

Perhitungan morfometrinya didapat rataan persen kelerengan 38,9%

dengan beda tinggi yaitu 270 meter sehingga termasuk daerah yang

berbukit terjal. Pola pengalirannya berbentuk dendritik dengan stadia

sungainya yaitu stadia muda. Tata guna lahan sebagai perkebunan,

Page 32: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

potensi positif sebagai obyek studi geologi dan potensi negatifnya yaitu

longsor.

Pada satuan struktural renggang, delineasinya diberi warna ungu muda.

Perhitungan morfometrinya didapat rataan persen kelerengan 12,2%

dengan beda tinggi yaitu 160 meter sehingga termasuk daerah yang

bergelombang curam hingga berbukit bergelombang. Pola pengalirannya

berbentuk dendritik dengan stadia sungainya yaitu stadia dewasa. Tata

guna lahan sebagai perkebunan dan pemukiman, potensi positif sebagai

obyek studi geologi dan potensi negatifnya yaitu banjir dan longsor.

6.2 Saran

Praktikan agar lebih teliti lagi dalam perhitungan morfometrinya.

Penyampaian materinya sudah cukup bagus tapi terlalu cepat, sehingga

untuk kedepannya agar bisa disesuaikan dengan baik lagi dan agar para

praktikan dapat memahami dengan lebih baik lagi.

Pada acara bentang alam fluvial ini sebaiknya praktikan juga dibawa

ke lapangan secara langsung agar tahu secara lansung bentang alam

fluvial di lapangan

Page 33: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial

DAFTAR PUSTAKA

http://www.aryadhani.blogspot.com

Diakses pada Selasa, 29 Maret 2014 pukul 21.00 WIB

http://www.geofacts.co.cc/2011/01/van-zuidam.html

Diakses pada Selasa, 29 Maret 2014 pukul 22.15 WIB

http://ipankreview.wordpress.com/category/geomorfologi/

Diakses pada Rabu, 30 Maret 2014 pukul 04.50 WIB

Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UNS Press

Staff Asisten Geomorfologi dan Geologifoto. 2013. Buku Panduan Praktikum

Geomorfologi dan Geologifoto Edisi - 7, Semarang: Teknik Geologi Undip.

Page 34: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial
Page 35: LAPORAN PRAKTIKUM Bentang Alam Fluvial