4.struktur bentang alam

Upload: va-niez

Post on 30-Oct-2015

270 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB IV

PAGE 32

BAB ISTRUKTUR BENTANG ALAM PERTANIANDI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIANJURAbstrak

Struktur bentang alam merupakan suatu cara untuk menerangkan pola spasial dari elemen-elemen bentang alam. Kompleksitas struktur bentang alam dapat mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman organisme yang terdapat di dalamnya. Komponen penting dari kompleksitas struktur bentang alam terdiri atas derajat monokultur, fragmentasi dan isolasi habitat serta dampak keseluruhan kompleksitas struktur bentang alam. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kompleksitas struktur bentang alam pertanian di DAS Cianjur. Dengan memakai Global Positioning System (GPS), program komputer Arc View GIS 3.2 dan Peta Rupa Bumi Digital Indonesia, bentang alam pertanian di DAS Cianjur dipetakan kembali sehingga didapatkan peta baru yang berisi informasi mengenai pola penutupan lahan. Luas area, bentuk, komposisi, jumlah dan distribusi tapak-tapak di dalam bentang alam pertanian di DAS Cianjur dihitung dan pengaruhnya terhadap keanekaragaman organisme yang terdapat di dalamnya didiskusikan dengan memakai contoh kasus dari penelitian-penelitian sebelumnya. Informasi ini akan digunakan sebagai dasar untuk menerangkan pengaruh kompleksitas struktur bentang alam terhadap keanekaragaman laba-laba pada bab berikutnya.

Kata-kata kunci : struktur bentang alam, DAS Cianjur, keanekaragaman spesiesPendahuluan

Struktur bentang alam merupakan suatu cara untuk menerangkan pola spasial dari elemen-elemen bentang alam (Samways 1995). Struktur bentang alam memuat tentang ukuran, bentuk, komposisi, jumlah dan distribusi ekosistem-ekosistem di dalam bentang alam (Molles 1999). Samways (1995) mengatakan bahwa terdapat tiga struktur dasar bentang alam yaitu: matriks (matrix), tapak (patch) dan koridor (corridor) (Gambar 1.1).

Matriks merupakan elemen bentang alam yang dominan, ukurannya paling luas dan berperan dominan dalam fungsi bentang alam secara keseluruhan (Forman & Godron 1986, Barnes 2003). Tapak merupakan sebidang lahan yang tidak linier dan penampakannya berbeda dengan matriks yang mengelilinginya (Forman & Godron 1986, Barnes 2003). Tapak merupakan unit-unit lahan atau habitat yang seragam (homogen) jika dibandingkan dengan lingkungan di sekelilingnya (Barnes 2003). Koridor merupakan lahan sempit yang kedua sisinya linier (Forman & Godron 1986, Barnes 2003). Koridor dapat berfungsi sebagai: habitat (Lewis 1974 dalam Samways 1995), tempat perpindahan (Haddad & Baum 1999, Hess & Fischer 2001) dan perintang (Forman & Godron 1986, Landis & Orr 1996).

Gambar 1.1. Struktur bentang alam yang terdiri atas matriks (paling dominan), tapak, dan koridor yang menghubungkan tapak (Barnes 2003)Kompleksitas struktur bentang alam dapat mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman organisme yang terdapat di dalamnya. Perkembangan ilmu ekologi bentang alam dan alat analisisnya telah meningkatkan penelitian tentang pengaruh struktur bentang alam terhadap organisme yang berada di dalamnya (Cook et al. 2002, Hamazaki 1996, Hunter 2002, Kruess & Tscharntke 1994).

Komponen penting dari kompleksitas struktur bentang alam terdiri atas derajat monokultur, fragmentasi dan isolasi habitat serta dampak keseluruhan kompleksitas struktur bentang alam (Landis & Marino 1999). Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kompleksitas struktur bentang alam pertanian di DAS Cianjur. Peta yang dihasilkan akan berisi informasi mengenai pola penutupan lahan yang meliputi ukuran, bentuk, komposisi, jumlah dan distribusi tapak-tapak di dalam bentang alam. Informasi ini akan digunakan sebagai dasar untuk menerangkan pengaruh kompleksitas struktur bentang alam terhadap keanekaragaman laba-laba pada bab berikutnya.

Bahan dan Metode

Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan pada bentang alam pertanian di DAS Cianjur. DAS merupakan kawasan yang dibatasi secara topografis oleh punggungan bukit, dimana air hujan yang jatuh diatasnya akan dialirkan menuju saluran (outlet) tertentu. Kawasan DAS Cianjur di bagian barat berbatasan dengan puncak dan punggungan Gunung Gede Pangrango, bagian utara dengan perbukitan Gunung Geulis, dan bagian selatan dengan Gunung Puntang (Saroinsong 2002). Pada penelitian ini dipilih tiga daerah yang mewakili bagian hulu, tengah dan hilir DAS Cianjur. Pada bagian hulu DAS Cianjur dipilih Desa Nyalindung (S 064722,7 E 1070330,6) dengan ketinggian 879 1010 meter diatas permukaan laut (m. dpl), bagian tengah dipilih Desa Gasol (S 064817,0 E 1070540,1) dengan ketinggian 665 - 693 m. dpl., dan bagian hilir dipilih Desa Selajambe (S 064809,0 E 1071252,9) dengan ketinggian 346 351 m. dpl. (Gambar 1.2).

Pelaksanaan penelitian

Pada ketiga bentang alam pertanian dilakukan analisis bentang alam dengan menggunakan perangkat lunak Global Positioning System (GPS), program komputer Arc View GIS 3.2. (ESRI 1999) dan Peta Rupa Bumi Digital Indonesia skala 1 : 25000 lembar 1209 214 dan 1209 219 (Bakosurtanal 1999). GPS dipakai untuk menentukan penutupan lahan di setiap lokasi dengan cara mengelilingi setiap tapak dan mencatat koordinatnya pada tiap-tiap jarak tertentu. Data dari GPS diolah dengan program Arc View 3.2. sehingga dihasilkan peta baru yang berisikan informasi mengenai pola penutupan lahan yang meliputi ukuran, bentuk, komposisi, jumlah dan distribusi tapak-tapak di dalam bentang alam.

Gambar 1.2. Peta lokasi penelitian (Bakosurtanal 1999)Pada ketiga bentang alam pertanian juga dilakukan analisis vegetasi untuk mengetahui keanekaragaman vegetasi di luar pertanaman padi. Pada setiap lokasi ditentukan dua jalur transek dengan panjang masing-masing 1000 meter. Jalur transek dibuat sejajar satu sama lain dengan jarak antar jalur transek adalah 200 - 500 meter. Sepanjang jalur transek ditentukan titik-titik pengambilan sampel yang berjarak 200 meter sehingga pada masing-masing lokasi terdapat 10 titik pengambilan sampel. Pengambilan sampel menggunakan metode kuadrat dengan ukuran petak 1 m2. Semua vegetasi yang berada dalam kuadrat dihitung jenis dan jumlah individunya. Nama jenis yang belum diketahui diambil seluruh atau bagian tumbuhan untuk diidentifikasi di laboratorium.

Analisis data

a. Bentuk tapak

Bentuk tapak ditentukan berdasarkan formula yang dikembangkan oleh Bowen & Burgess (1981) dalam Molles (1999) yaitu:

S = bentuk tapak

P = perimeter tapak

A = area tapak

Jika nilai S sama dengan 1 (satu) maka rasio antara lebar : panjang kurang lebih sama atau tapak kira-kira berbentuk bulat. Peningkatan nilai S menandakan bentuk bulat semakin berkurang. Secara lebih rinci Farina (1998) menggambarkan bentuk-bentuk tapak berdasarkan nilai S (Gambar 1.3).

Analisis statistik menggunakan program SPSS for Windows 11.0 (SPSS 2001). ANOVA satu-arah (one-way ANOVA) dan uji Scheffe pada taraf kepercayaan 95% dipakai untuk membandingkan bentuk tapak pada masing-masing bentang alam.

Gambar 1.3. Bentuk-bentuk tapak berdasarkan nilai S, a) berliku-liku (S=1,857), b) kotak (S=1,119), c) memanjang (S=1,745), d) tak beraturan (S=3,217), e) bulat (S=1,051) (Farina 1998).b. Kompleksitas struktur bentang alam

Kompleksitas struktur bentang alam ditentukan dengan indeks keanekaragaman (H) (Kienast 1993). Formulanya adalah sebagai berikut:

Pk = proporsi tipe penutupan lahan atau tapak ke-k

terhadap total tipe penutupan lahan atau tapak

m = jumlah tipe penutupan lahan atau tapak

Semakin tinggi nilai H maka semakin beragam tipe penutupan lahan dan semakin banyak jumlah tipe penutupan lahan yang menyusun suatu bentang alam. Dengan demikian semakin tinggi nilai H dari suatu bentang alam maka semakin kompleks bentang alam tersebut. Bila suatu bentang alam adalah sebuah lahan pertanian maka dapat diartikan bahwa pola tanam pada bentang alam tersebut bersifat polikultur. Demikian pula sebaliknya semakin rendah nilai H maka semakin sederhana struktur bentang alam tersebut atau pola tanamnya bersifat monokultur.

c. Keanekaragaman vegetasi bukan-tanaman

Vegetasi bukan-tanaman yang terdapat di luar habitat pertanaman padi ditentukan kerapatan, frekuensi dan indeks nilai pentingnya (Setiadi et al. 1989) dengan memakai persamaan sebagai berikut:

Jml individu suatu jenis i

Kerapatan Mutlak (i) =

Jml total luas area petak contoh

Jml satuan petak contoh yang diduduki jenis i

Frekuensi Mutlak (i) =

Jml petak contoh yang dibuat dalam analisis

Indeks Nilai Penting (i) = Kerapatan Mutlak (i) + Frekuensi Mutlak (i)

Hasil dan PembahasanStruktur bentang alam pertanian di DAS Cianjur

Struktur bentang alam pertanian di DAS Cianjur terdiri atas empat tipe tapak utama yaitu: pertanaman padi, pertanaman sayuran, kebun campur di sekitar pemukiman, dan rerumputan di pinggiran sungai atau saluran irigasi. Padi yang ditanam terdiri atas beberapa varietas antara lain: Morneng dan Pandan Wangi yang merupakan varietas padi berumur panjang; IR64, Sari Wangi, Aqua dan Ciherang yang merupakan varietas padi berumur pendek. Sayuran yang dibudidayakan oleh petani di Cianjur antara lain: bawang daun, caysin, wortel, cabe, kacang panjang, jagung dan ubi jalar. Tapak-tapak yang lain berupa kebun campur yang terdapat di pemukiman serta dekat areal persawahan. Selain itu terdapat juga sungai, saluran irigasi dan jalan yang menghubungkan pemukiman penduduk. Di pinggir-pinggir sungai, saluran irigasi dan jalan ditumbuhi vegetasi liar berupa rerumputan, semak dan pepohonan.

Bentang alam pertanian di bagian hulu DAS Cianjur topografinya relatif curam sehingga sawah dibuat berteras (Gambar 1.4). Padi yang ditanam umumnya varietas berumur panjang pada ketinggian 900 m. dpl. keatas, tetapi sebagian kecil pada persawahan di bagian bawah (ketinggian dibawah 900 m. dpl.) masih dijumpai varietas padi berumur pendek. Luas penutupan lahan oleh pertanaman padi mencapai 394368,57 m2 atau 52,02%. Sisanya 47,98% merupakan tapak pertanaman sayuran dan kebun campur di sekitar pemukiman. Sayuran yang ditanam petani di daerah ini antara lain: bawang daun, caysin, wortel, cabe dan kacang panjang. Kebun campur yang terdapat di sekitar pemukiman umumnya ditanami buah-buahan tetapi tidak diusahakan secara intensif sehingga bercampur dengan vegetasi liar. Rumpun bambu banyak terdapat di bagian selatan dan timur bentang alam persawahan yang topografinya sangat curam.

Bentang alam pertanian di bagian tengah DAS Cianjur mempunyai kekhasan tersendiri karena dilalui oleh 2 buah sungai yang cukup besar serta beberapa saluran irigasi. Di pinggir-pinggir sungai tersebut banyak ditumbuhi pohon-pohon besar (Gambar 1.5). Penutupan lahan didominasi oleh pertanaman padi dengan luas area sekitar 627833,35 m2 atau 80,60%. Sisanya merupakan tapak pertanaman sayuran dan kebun campur di sekitar pemukiman. Padi yang ditanam umumnya varietas yang berumur pendek, tetapi sebagian kecil masih dijumpai varietas yang berumur panjang. Sayuran yang ditanam terdiri atas jagung, ubi jalar, caysin dan cabe. Sawah pada bentang alam bagian hilir DAS Cianjur berbentuk blok-blok dengan hamparan yang luas. Hal ini dimungkinkan karena topografinya yang relatif datar (Gambar 1.6). Bentang alam di bagian bawah DAS Cianjur didominasi oleh pertanaman padi dengan luas area sekitar 1197296,43 m2 atau 84,86%. Tapak yang lain berupa kebun campur yang terdapat di sekitar pemukiman. Tidak dijumpai adanya tapak pertanaman sayuran seperti yang dijumpai pada kedua bentang alam yang lain.

Dengan memakai indeks keanekaragaman (H) terlihat bahwa struktur bentang alam pertanian di bagian hulu DAS Cianjur paling kompleks dengan H=3,186. Di bagian tengah dan hilir DAS Cianjur indeks keanekaragaman (H) berturut-turut 1,928 dan 1,500. Hal ini terjadi karena pola tanam di bagian hulu DAS Cianjur bersifat polikultur, sedangkan di bagian hilir bersifat monokultur. Selain menanam padi, petani di bagian hulu DAS Cianjur juga menanam sayuran yang memang cocok untuk dataran tinggi.

Dalam Pengelolaan Hama Terpadu (PHT), kompleksitas struktur bentang alam memegang peranan penting bagi keberhasilan penerapan PHT tersebut (Thies & Tscharntke 1999). Pada penelitian Marino & Landis (1996) didapatkan bahwa pada struktur bentang alam kompleks tingkat parasitisme terhadap ulat tentara lebih tinggi daripada struktur bentang alam sederhana. Tingkat parasitisme terhadap kumbang (Meligethes aeneus) juga lebih tinggi pada struktur bentang alam kompleks (Thies & Tscharntke 1999). Studi pada bentang alam pertanian di Indonesia yang dilakukan oleh Settle et al. (1996) menemukan bahwa bentang alam kompleks memicu keanekaragaman sumberdaya dasar yang menjadi mangsa tambahan bagi pemangsa. Kehadiran mangsa tambahan menjadikan populasi pemangsa generalis terpelihara dalam kelimpahan yang tinggi sehingga perannya untuk menekan hama menjadi lebih besar pada periode perkembangan tanaman berikutnya.

Gambar 1.4. Struktur bentang alam pertanian di bagian hulu DAS Cianjur

Gambar 1.5. Struktur bentang alam pertanian di bagian tengah DAS Cianjur

Gambar 1.6. Struktur bentang alam pertanian di bagian hilir DAS CianjurKoridor

Pada ketiga bentang alam pertanian di DAS Cianjur terdapat saluran irigasi, sungai dan jalan yang dipinggir-pinggirnya ditumbuhi oleh rerumputan maupun pepohonan. Saluran irigasi, sungai dan jalan dapat menjadi koridor perintang bagi beberapa jenis hewan. Rerumputan dan pepohonan yang tumbuh dipinggir-pinggir saluran irigasi, sungai dan jalan dapat berfungsi sebagai koridor penghubung yang menghubungkan antar habitat atau tapak. Bagi laba-laba yang menyebar melalui permukaan tanah, pematang sawah juga merupakan koridor penghubung. Pematang sawah membantu perpindahan atau penyebaran laba-laba dari sumber penyebaran ke dalam pertanaman padi (Tulung 1999). Koridor perintang, seperti sungai atau saluran irigasi dapat merintangi penyebaran laba-laba yang menyebar melalui permukaan tanah (Kajak 1990). Pagar pembatas yang dibuat di pematang sawah untuk menghindari serangan tikus juga secara nyata merintangi penyebaran laba-laba yang menyebar melalui permukaan tanah (Tulung 1999).

Koridor yang menghubungkan tapak-tapak yang tersisolasi dapat meningkatkan kelimpahan dan keanekaragaman spesies pada tapak tersebut melalui peningkatan laju imigrasi. Contohnya pada pergerakan kupu-kupu Junonia coenia yang dilaporkan oleh Haddad (2000). Koridor memfasilitasi kupu-kupu untuk mengkolonisasi tapak jika kupu-kupu dilepaskan pada jarak yang jauh dari habitat yang sesuai. Jika kupu-kupu dilepas pada jarak yang dekat dengan habitat yang sesuai maka koridor tidak berperan untuk memfasilitasi pergerakan kupu-kupu. Walaupun demikian Haddad & Baum (1999) berkesimpulan bahwa pergerakan kupu-kupu diantara tapak secara nyata dipengaruhi oleh adanya koridor. Disimpulkan pula bahwa kelimpahan populasi lebih tinggi pada tapak yang berhubungan satu sama lain dibandingkan dengan tapak yang terisolasi dengan luas area masing-masing tapak sama.

Bentuk tapak

Bentuk tapak merupakan atribut penting dalam mempengaruhi perubahan-perubahan abiotik dan biotik (Farina 1998). Perbedaan bentuk, baik yang beraturan maupun tidak beraturan, umum dijumpai di alam. Berdasarkan rata-rata nilai S pada masing-masing bentang alam pertanian di DAS Cianjur, di bagian hulu (rata-rata S=2,12), tengah (rata-rata S=2,68), dan hilir (rata-rata S=2,45), maka bentuk tapak secara umum adalah berliku-liku sampai tidak beraturan (Tabel 1.1., 1.2., 1.3.). Analisis statistik dengan one-way ANOVA pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa bentuk tapak pada ketiga bentang alam pertanian di DAS Cianjur tidak berbeda nyata (F2,18 = 0,448 ; p > 0,05).

Semakin tidak beraturan bentuk tapak maka semakin banyak tepi yang tersedia. Hal ini berpengaruh terhadap pemencaran tumbuhan dan pergerakan hewan (Farina 1998). Bentuk tapak juga berpengaruh terhadap kelimpahan spesies yang terdapat di dalamnya. Hal ini diungkapkan oleh Hamazaki (1996) yang melihat pengaruh berbagai bentuk tapak terhadap jumlah Oxidus gracilis (Diplopoda) di dalam tapak. O. gracilis merupakan hewan yang mempunyai mobilitas tinggi dan selalu bergerak dari satu habitat ke habitat lain. Tapak-tapak yang diuji mempunyai luas area sama 900 m2 tetapi bentuknya berbeda (rasio lebar : panjang adalah 1:1, 1:4, 1:9, 1:36, 1:144). Jumlah O. gracilis secara nyata lebih banyak terdapat pada tapak yang bentuknya memanjang. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa tapak yang bentuknya memanjang lebih disukai oleh spesies yang mempunyai mobilitas tinggi yang memerlukan imigrasi atau emigrasi untuk dapat bertahan hidup. Tingginya laju imigrasi sangat penting untuk menjaga viabilitas populasi di dalam tapak. Tapak yang bentuknya memanjang secara spasial dan temporal banyak dipengaruhi oleh lingkungan di sekelilingnya. Sebaliknya tapak yang berbentuk bulat akan lebih disukai oleh spesies yang bersifat sedenter dan spesies interior. Hal ini untuk mengurangi tekanan invasi dari spesies matriks dan mengurangi emigrasi dari spesies interior (Buechner 1987 dalam Hamazaki 1996).

Tabel 1.1. Bentuk tapak pada bentang alam pertanian bagian hulu DAS Cianjur

Nama TapakPerimeter (m2)Area

(m2)SBentuk

Bawang daun 1946 372402,846Tak beraturan

Bawang daun, caysin, kacang 326 45921,358Memanjang

Cabe 299 50751,186Kotak

Caysin 306 26901,666Memanjang

Caysin, bawang daun 1991 591522,310Berliku-liku

Kacang 504 99061,430Memanjang

Kacang, caysin 618 136371,495Memanjang

Pemukiman (termasuk kebun campur) 3919 2095202,415Berliku-liku

Kebun bunga, bawang daun, caysin 379 41651,657Memanjang

Wortel 11499 157952,623Tak beraturan

Wortel, bawang daun 1168 20181,302Kotak

Padi 207 3943685,166Tak beraturan

Tabel 1.2. Bentuk tapak pada bentang alam pertanian bagian tengah DAS Cianjur

Nama TapakPerimeter

(m2)Area

(m2)SBentuk

Cabe 415 41581,818Memanjang

Caysin 167 15901,188Kotak

Jagung 1896 168784,119Tak beraturan

Pemukiman (termasuk kebun campur) 4797 1231653,857Tak beraturan

Ubi jalar 9407 53201,681Memanjang

Padi 434 6278333,349Tak beraturan

Tabel 1.3. Bentuk tapak pada bentang alam pertanian bagian hilir DAS Cianjur

Nama TapakPerimeter

(m2)Area

(m2)SBentuk

Kebun campur/talun 332 50151,325Memanjang

Pemukiman (termasuk kebun campur)7995 2085733,962Tak beraturan

Padi6413 11972962,061Berliku-liku

Keanekaragaman vegetasi bukan-tanaman di sekitar areal pertanaman budidayaPada ketiga bentang alam pertanian di DAS Cianjur terdapat beberapa jenis vegetasi bukan-tanaman yang dominan antara lain beberapa jenis rumput berbunga dari famili Asteraceae (Ageratum conyzoides L., Galinsoga parviflora Cav. dan Spilanthes paniculata Wall. ex. DC) (Lampiran 1.1 1.3).

Vegetasi bukan-tanaman yang terdapat di sekitar tanaman budidaya memberikan beberapa keuntungan bagi arthropoda terutama bagi pemangsa dan parasitoid. Pertanaman padi yang terdapat vegetasi bukan-tanaman di sekitarnya mempunyai keanekaragaman arthropoda lebih tinggi dibandingkan dengan tidak ada vegetasi bukan-tanaman di sekitar pertanaman padi (Heong et al. 1991, Herlinda 2000). Selain berfungsi sebagai tempat berlindung, vegetasi bukan-tanaman tersebut juga memberikan mangsa atau inang alternatif ketika mangsa atau inang utama tidak ada (van Emden 1991 dalam Kartosuwondo 1994). Spesies-spesies yang dapat beralih (shifting species) dapat menggunakan vegetasi bukan-tanaman di sekitar tanaman budidaya sebagai habitat sementara apabila tanaman budidaya tidak tersedia di lapang dan melakukan rekolonisasi apabila habitat utamanya telah ada (Opdam 2002).

Kesimpulan

Struktur bentang alam pertanian di DAS Cianjur terdiri atas empat tipe tapak utama yaitu: pertanaman padi, pertanaman sayuran, kebun campur dan rerumputan. Bentang alam pertanian di bagian hulu DAS Cianjur memiliki struktur paling kompleks dibandingkan dengan di bagian tengah dan hilir. Bentuk tapak pada ketiga bentang alam pertanian di DAS Cianjur umumnya berliku-liku sampai tidak beraturan. Vegetasi bukan-tanaman yang tumbuh di pinggir-pinggir sungai, saluran irigasi dan jalan dapat menjadi koridor penghubung atau koridor perintang bagi beberapa spesies hewan. Vegetasi bukan-tanaman yang terdapat di sekitar tanaman budidaya juga dapat sebagai tempat berlindung, mendapatkan mangsa atau inang, dan habitat sementara apabila tanaman budidaya tidak terdapat di lapang. Daftar Pustaka

[Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. 1999. Peta Rupa Bumi Digital Indonesia. Jakarta.

Barnes GT. 2003. Landscape ecology and ecosystems management [Serial online]. http://www.ca.uky.edu. [29 Oktober 2003].

Cook WM, Lane KT, Foster BL, Holt RD. 2002. Island theory, matrix effects and species richness patterns in habitat fragments. Ecol. Lett. 5: 619 623.

[ESRI] Environmental System Research Institute. 1999. ArcView GIS 3.2. New York.

Farina A. 1998. Principles and Methods in Landscape Ecology. London: Chapman & Hall.

Forman RTT, Godron. 1986. Lanscape Ecology. New York: J Willey.

Haddad NM, Baum KA. 1999. An experimental test for corridor effects on butterfly densities. Ecol. Appl. 9: 623 633.

Haddad NM. 2000. Corridor length and patch colonization by a butterfly, Junonia coenia. Conser. Biol. 14: 738 745.

Hamazaki T. 1996. Effects of patch shape on the number of organisms. Landscape Ecology 11(5): 299 306.

Heong KL, Aquino GB, Barrion AT. 1991. Arthropod community structure of rice ecosystem in the Philippines. Bull. Entomol. Res. 81: 407 416.

Herlinda, S. 2000. Analisis artropoda predator di ekosistem persawahan daerah Cianjur, Jawa Barat. [Disertasi] Bogor: IPB.

Hess GR, Fischer RA. 2001. Communicating clearly about conservation corridors. Landscape and Urban Planing 55 : 195 208.

Hunter MD. 2002. Landscape structure, habitat fragmentation, and the ecology of insects. Agric. Forest Entomol. 4: 159 166.

Kajak A. 1990. Spatial pattern of the intensity of area searching by predators. Di dalam: Koponen, S., Lehtinen, P.T., Rinne, V. (ed). Proceeding of the XI International Congress of Arachnology; Turku, Finland, 7 12 August 1989. Acta Zool. Fenn.190: 199 204.

Kartosuwondo U. 1994. Populasi Plutella xylostella (L.) (Lep: Yponomeutidae) dan parasitoid Diadegma semiclausum Helen (Hym: Ichneumonidae) pada kubis dan dua jenis Brassicaceae liar. Bul. HPT 7: 39 49.

Kienast F. 1993. Analysis of historic landscape patterns with a Geographical Information System a methodological outline. Landscape Ecol. 8(2): 103 118.

Kruess A, Tscharntke T. 1994. Habitat fragmentation, species loss, and biological control. Science 264: 1581 1584.

Landis DA, Marino PC. 1999. Landscape structure and extra-field prosses: impact on management of pests and beneficials. Di dalam: Ruberson RR. (ed). Handbook of Pest Management. p. 79 104.

Landis DA, Orr DB. 1996. Biological control: approaches and applications [Serial online] http://www.ipmworld.umn.edu. [29 Oktober 2003].

Marino CP, Landis DA. 1996. Effect of landscape structure on parasitoid diversity and parasitism in agroecosystem. Ecol. Appl. 6 (1): 276 284.

Molles MC Jr. 1999. Ecology: Concepts and Applications. Boston: McGraw-Hill.

Opdam P. 2002. Landeconet: the study of biodiversity in changing landscapes [Serial online] http://www.nmw.ac.uk/ITE/econet/opdam.html. [25 Mei 2002].

Samways MJ. 1995. Insect Conservation Biology. London: Chapman & Hall.

Saroinsong FB. 2002. Studi Alokasi Penggunaan Lahan untuk Optimasi Pelestarian Lingkungan dengan Integrasi Penggunaan Model Hidrologi, SIG, dan Penginderaan Jauh [Tesis]. Bogor: IPB.Setiadi D, Muhadiono I, Yusron A. 1989. Penuntun Praktikum Ekologi. Bogor: IPB.Settle WH et al. 1996. Managing tropical rice pests through conservation of generalist natural enemies and alternative prey. Ecology 77 (7): 1975 1988.

SPSS. 2001. SPSS for Windows 11.0. USA: Lead Tech.

Thies C, Tscharntke T. 1999. Landscape structure and biological control in agroecosystems. Science 285: 893 895.

Tulung M. 1999. Ekologi laba-laba di pertanaman padi dengan perhatian utama pada Pardosa pseudoannulata (Boes. & Str.) [Disertasi]. Bogor: IPB.Lampiran 1.1. Kerapatan, Frekuensi dan Indeks Nilai Penting rumput-rumputan yang terdapat di sekitar bentang alam pertanian bagian hulu DAS Cianjur.NoFamili/SpesiesKerapatanFrekuensiINP (%)

KMKR(%)FMFR(%)

IAsteraceae

1Ageratum conyzoides L.13216,196318,3333324,5296524

2Synedrella nodiflora (L.) Gaertn.232,822090,43,333336,15541922

3Galinsoga parviflora Cav.809,815950,6514,8159509

4Spilanthes paniculata Wall. ex. DC.354,294480,86,6666710,9611452

5Emilia sonchifolia (L.) DC. ex. Wight10,12270,10,833330,95603272

6Vernonia cinerea (L.) Less.111,349690,10,833332,18302658

7Eleutheranthera ruderalis (Sw.) Sch.-Bip.91,104290,10,833331,93762781

8Blumea lacera (Burm.f.) DC.30,36810,32,52,86809816

IIPortulacaceae

9Portulaca oleraceaL.232,822090,43,333336,15541922

IIICommelinaceae

10Commelina diffusa Burm.f.192,331290,657,33128834

IVRubiaceae

11Mitracarpus villosus (Sw.) DC.50,61350,10,833331,44683027

12Borreria alata (Aubl.) DC50,61350,10,833331,44683027

VCyperaceae

13Cyperus cyperoides (L.) O.K.10,12270,10,833330,95603272

14Cyperus kyllingia Endl.334,049080,659,04907975

VIPoaceae

15Digitaria sp455,521470,54,166679,68813906

16Eleusine indica(L.) Gaertn.8310,1840,97,517,6840491

17Echinochloa colonum (L.) Link.60,73620,21,666672,40286299

18Brachiaria paspaloides (Presl) C.E. Hubb.30,36810,10,833331,20143149

19Panicum sp91,104290,10,833331,93762781

20Panicum repens L.192,331290,32,54,83128834

21Axonopus compressus (Sw.) Beauv.91,104290,21,666672,77096115

22Isachne pulchella Roth ex R. & S.50,61350,10,833331,44683027

23Eragrostis unioloides (Retz.) Nees ex Steud394,785280,32,57,28527607

VIIApiaceae

24Centella asitica (L.) Urb.242,944790,21,666674,61145194

VIIIAmaranthaceae

25Amaranthus gracilis Desf.151,840490,32,54,3404908

26Alternanthera sessilis (L.) DC313,803680,43,333337,13701431

IXOxalidaceae

27Oxalis corniculata L.80,98160,10,833331,81492843

XBrassicaceae

28Rorippa indica (L.). Hiern222,699390,657,6993865

XIOnagraceae

29Ludwigia hyssopifolia (G. Don) Exell10,12270,10,833330,95603272

XIIMalvaceae

30Sida rhombifolia L.30,36810,10,833331,20143149

XIIIButomaceae

31Limnocharis flava (L.) Buchenau91,104290,10,833331,93762781

Lampiran 1.1. lanjutan

XIVLamiaceae

32Sp.D10,12270,10,833330,95603272

33Hyptis capitata Jacq.10,12270,10,833330,95603272

XVAcanthaceae

34Rostellularia sundana Bremek.50,61350,10,833331,44683027

XVIEuphorbiaceae

35Phyllanthus debilis Klein ex Willd.10,12270,10,833330,95603272

XVIIScrophulariaceae

36Lindernia ciliata (Colsm.) Pennell60,73620,10,833331,56952965

37Bacopa procumbens (Mill.) Greenm.20,24540,10,833331,07873211

XVIIIVerbenaceae

38Stachytarpheta sp30,36810,10,833331,20143149

XIXFam.1

39Temeda sp60,73620,10,833331,56952965

XXFam.2

40Plantago sp222,699390,43,333336,03271984

XXIFam.3

41Sp.A374,539880,659,5398773

XXIIFam.4

42Sp.C202,453990,32,54,95398773

J U M L A H 81510012100200

Lampiran 1.2. Kerapatan, Frekuensi dan Indeks Nilai Penting rumput-rumputan yang terdapat di sekitar bentang alam pertanian bagian tengah DAS Cianjur.

NoFamili/SpesiesKerapatanFrekuensiINP (%)

KMKR(%)FMFR(%)

IAsteraceae

1Ageratum conyzoides L.15919,974917,7519427,7268124

2Sonchus sp 91,130650,10,775191,90584706

3Crassocephalum sp40,502510,10,775191,27770636

4Spilanthes paniculata Wall. ex. DC.496,155780,43,100789,25655409

5Emilia sonchifolia (L.) DC. ex. Wight101,256280,21,550392,806669

6Eleutheranthera ruderalis (Sw.) Sch.-Bip.172,135680,32,325584,46125979

7Eclipta prostrata (L.) L.60,753770,43,100783,85454404

8Erigeron sumatrensis Retz.40,502510,10,775191,27770636

9Mikania micrantha H.B.K172,135680,53,875976,01164738

10Blumea lacera (Burm.f.) DC.121,507540,21,550393,05792529

IIPortulacaceae

11Portulaca oleracea L.70,87940,21,550392,42978458

IIICommelinaceae

12Commelina diffusa Burm.f.131,633170,32,325583,95874722

IVRubiaceae

13Borreria laevis (Lamk.) Griseb.60,753770,21,550392,30415644

VCyperaceae

14Cyperus kyllingia Endl.212,638190,32,325584,96377235

15Cyperus polystachyos Rottb.111,381910,10,775192,15710335

16Cyperus iria L.70,87940,10,775191,65459078

17Cyperus rotundus L.50,628140,10,775191,4033345

18Cyperus compressus L.10,125630,10,775190,90082194

19Fimbristylis miliacea (L.) Vahl20,251260,21,550391,80164388

20Fimbristylis aestivalis (Retz.) Vahl101,256280,10,775192,03147521

VIPoaceae

21Digitaria sp779,673370,96,9767416,650111

22Eleusine indica (L.) Gaertn.374,648240,64,651169,299404

23Echinochloa colonum (L.) Link.101,256280,32,325583,5818628

24Brachiaria paspaloides (Presl) C.E. Hubb.50,628140,10,775191,4033345

25Ischaemum timorense Kunth101,256280,10,775192,03147521

26Imperata cylindrica (L.) Beauv. 91,130650,10,775191,90584706

27Leptochloa chinensis (L.) Nees30,376880,21,550391,92727202

28Paspalum conjugatum Berg.587,286430,53,8759711,1624012

29Eragrostis unioloides (Retz.) Nees ex Steud10,125630,10,775190,90082194

VIIApiaceae

30Hydrocotyle sibthorpioides Lamk.475,904520,43,100789,00529781

31Centella asitica (L.) Urb.50,628140,32,325582,9537221

VIIIAmaranthaceae

32Amaranthus gracilis Desf.121,507540,32,325583,83311908

33Alternanthera sessilis (L.) DC131,633170,32,325583,95874722

IXOxalidaceae

34Oxalis corniculata L.182,261310,10,775193,03650033

Lampiran 1.2. lanjutan

XBrassicaceae

35Rorippa indica (L.). Hiern162,010050,32,325584,33563165

XIOnagraceae

36Ludwigia peruviana (L.) Hara40,502510,32,325582,82809396

37Ludwigia perennis L.70,87940,21,550392,42978458

38Ludwigia octovalvis (Jacq.) Raven50,628140,32,325582,9537221

XIIMalvaceae

39Sida rhombifolia L.30,376880,21,550391,92727202

XIIILamiaceae

40Sp.D30,376880,10,775191,15207822

41Hyptis capitata Jacq.20,251260,21,550391,80164388

XIVAcanthaceae

42Rostellularia sundana Bremek.243,015080,32,325585,34065677

XVEuphorbiaceae

43Euphorbia hirta L.20,251260,21,550391,80164388

44Phyllanthus urinaria L.10,125630,10,775190,90082194

45Phyllanthus debilis Klein ex Willd.162,010050,43,100785,11082545

XVIFam.5

46Piperomia sp20,251260,21,550391,80164388

XVIIFam.6

47Sp. J40,502510,10,775191,27770636

XVIIIFam.7

48Sp. K111,381910,21,550392,93229714

XIXFam.3

49Sp.A172,135680,21,550393,68606599

XXFam.4

50Sp.C20,251260,10,775191,02645008

XXIMelastomataceae

51Melastoma affine D. Don10,125630,10,775190,90082194

XXIIAraceae

52Typhonium trilobatum (L.) Schott 10,125630,10,775190,90082194

J U M L A H 79610012,9100200

Lampiran 1.3. Kerapatan, Frekuensi dan Indeks Nilai Penting rumput-rumputan yang terdapat di sekitar bentang alam pertanian bagian hilir DAS Cianjur.

NoFamili/SpesiesKerapatanFrekuensiINP (%)

KMKR(%)FMFR(%)

IAsteraceae

1Ageratum conyzoides L.619,983630,86,2516,2336334

2Centipeda minima (L.) A. Br. & Asch.40,654660,10,781251,43591448

3Spilanthes paniculata Wall. ex. DC.71,145660,53,906255,05191285

4Emilia sonchifolia (L.) DC. ex. Wight121,963990,32,343754,30774345

5Eleutheranthera ruderalis (Sw.) Sch.-Bip.111,800330,21,56253,36282733

6Mikania micrantha H.B.K10,163670,10,781250,94491612

7Blumea lacera (Burm.f.) DC.20,327330,21,56251,88983224

8Sphaeranthus africanus L.498,019640,53,9062511,9258899

9Vernonia cinerea (L.) Less.264,255320,64,68758,94281915

IIPortulacaceae

10Portulaca oleracea L.40,654660,10,781251,43591448

IIICommelinaceae

11Commelina diffusa Burm.f.172,782320,43,1255,90732406

IVRubiaceae

12Borreria laevis (Lamk.) Griseb.172,782320,43,1255,90732406

13Borreria repens DC.315,073650,43,1258,19864975

VCyperaceae

14Cyperus kyllingia Endl.10,163670,10,781250,94491612

15Cyperus iria L.10,163670,10,781250,94491612

16Cyperus rotundus L.91,4730,21,56253,03549509

17Cyperus compressus L.365,891980,32,343758,23573036

18Fimbristylis globulosa (Retz.) Kunth101,636660,21,56253,19916121

VIPoaceae

19Digitaria sp345,564650,75,4687511,0333981

20Eleusine indica (L.) Gaertn.213,436990,53,906257,34323854

21Echinochloa colonum (L.) Link.172,782320,32,343755,12607406

22Brachiaria paspaloides (Presl) C.E. Hubb.50,818330,10,781251,59958061

23Ischaemum rugosum Salisb.30,4910,10,781251,27224836

24Imperata cylindrica (L.) Beauv. 203,273320,32,343755,61707242

25Paspalum conjugatum Berg.254,091650,43,1257,21665303

VIIFam.1

26Temeda sp20,327330,10,781251,10858224

VIIIAmaranthaceae

27Amaranthus gracilis Desf.10,163670,10,781250,94491612

IXOxalidaceae

28Oxalis barrelieri L.20,327330,10,781251,10858224

XBrassicaceae

29Rorippa indica (L.). Hiern20,327330,21,56251,88983224

XIOnagraceae

30Ludwigia hyssopifolia (G.Don) Exell60,9820,21,56252,54449673

31Ludwigia perennis L.20,327330,10,781251,10858224

32Ludwigia octovalvis (Jacq.) Raven182,945990,32,343755,28974018

Lampiran 1.3. lanjutan

XIIMalvaceae

33Sida rhombifolia L.81,309330,32,343753,65307897

XIIILamiaceae

34Basilicum polystachyon (L.) Moench304,909980,43,1258,03498363

35Hyptis capitata Jacq.71,145660,32,343753,48941285

XIVFam.8

36Sp.O10,163670,10,781250,94491612

XVEuphorbiaceae

37Euphorbia hirta L.111,800330,21,56253,36282733

38Phyllanthus urinaria L.10,163670,10,781250,94491612

39Phyllanthus debilis Klein ex Willd.325,237320,86,2511,4873159

XVILeguminosae

40Mimosa pudica L.81,309330,43,1254,43432897

41Mimosa invisa Mart. ex Colla10,163670,10,781250,94491612

XVIIBoraginaceae

42Heliotropium indicum L.111,800330,21,56253,36282733

XVIIIPolygonaceae

43Polygonum barbatum L.121,963990,32,343754,30774345

XIXCapparidaceae

44Cleome viscosa L.60,9820,21,56252,54449673

XXFam.4

45Sp.C20,327330,10,781251,10858224

XXIMarsileaceae

46Marsilea crenata Presl233,764320,21,56255,32682079

XXIISolanaceae

47Physalis angulata L.10,163670,10,781250,94491612

J U M L A H 61110012,8100200

15%

Pemukiman

85%

Padi

Matriks

Koridor

Tapak

Tapak

Tapak

16%

Pemukiman

4%

Sayur

80%

Padi

28%

Pemukiman

20%

Sayur

52%

Padi

e

d

c

b

a

m

H = - (Pk) ln(Pk)

k=1

P

S =

2 A

Matriks