laporan batam kelompok 2

64
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Barelang dengan letak geografis yang strategis terletak dipintu gerbang utama Indonesia bagian barat yang merupakan zona perdagangan bebas. Luas laut Barelang 1.647,83 km2 dan terdiri dari 362 pulau. Keadaan ini memberi peluang yang cukup besar untuk usaha perikanan budidaya. Balai Budidaya Laut Batam berada pada daerah berbukit dengan tanah yang berbatu-batuan. Perairan lautnya jernih dengan substrat pasir berlumpur dan terdapat ekosistem terumbu karang, rumput laut, lamun, vegetasi hutan mangrove dikawasan pesisir pantainya. Keadaan ini sangat mendukung untuk pelaksanaan kegiatan budidaya karena lokasi ini juga masih relatif jauh dari sumber-sumber pencemaran yang ditimbulakn oleh aktivitas masyarakat ataupun kegiatan industri. Balai Budi daya Laut Batam terletak di Jalan Raya Barelang Jembatan III, Pulau Setoko, Kecamatan Bulang, Kota Batam. Lokasi ini berjarak sekitar 10 km dari kota

Upload: juandi-ricky

Post on 30-Dec-2015

233 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah Barelang dengan letak geografis yang strategis terletak dipintu

gerbang utama Indonesia bagian barat yang merupakan zona perdagangan bebas.

Luas laut Barelang 1.647,83 km2 dan terdiri dari 362 pulau. Keadaan ini memberi

peluang yang cukup besar untuk usaha perikanan budidaya. Balai Budidaya Laut

Batam berada pada daerah berbukit dengan tanah yang berbatu-batuan. Perairan

lautnya jernih dengan substrat pasir berlumpur dan terdapat ekosistem terumbu

karang, rumput laut, lamun, vegetasi hutan mangrove dikawasan pesisir

pantainya. Keadaan ini sangat mendukung untuk pelaksanaan kegiatan budidaya

karena lokasi ini juga masih relatif jauh dari sumber-sumber pencemaran yang

ditimbulakn oleh aktivitas masyarakat ataupun kegiatan industri.

Balai Budi daya Laut Batam terletak di Jalan Raya Barelang Jembatan III,

Pulau Setoko, Kecamatan Bulang, Kota Batam. Lokasi ini berjarak sekitar 10 km

dari kota Batam dan bersebelahan dengan Pulau Akar. Luas lahan yang dimiliki

Balai Budi daya Laut Batam sekitar 6,5 Ha yang digunakan untuk sarana

perkantoran, perpustakaan, mesjid, perumahan pegawai, laboratorium, hatchery,

kultur pakan alami, KJA, dan sisanya sebagai tempat budidaya ikan.

Balai Budi daya Laut Batam telah memproduksi berbagai macam komoditas

perikanan seperti kakap putih, kerapu (macan dan bebek), bawal bintang dan

kakap mata kucing serta kajian pendahuluan mengenai ikan kurau, kerapu

kertang, gonggong, abalon, rumput laut dan udang-udangan. Produksi dan

teknologi yang dihasilkan Balai Budi daya Laut Batam telah didistribusikan ke

Page 2: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

2

berbagai wilayah seperti Sumatera Utara, Jakarta, Bangka Belitung, kalimantan

Barat dan berbagai wilayah provinsi Riau.

Kebutuhan konsumsi ikan laut untuk negara-negara Asia (Hongkong, China,

Taiwan, Singapura dan Jepang) adalah dalam bentuk ikan hidup. Keberhasilan

suatu usaha perikanan sangat ditentukan oleh permintaan pasar. Posisi geografis

Batam yang sangat dekat dengan pusat pasar ikan hidup menyebabkan sebagian

besar pasokan kebutuhan di atas berasal dari Batam.

Balai Budidaya Laut Batam merupakan suatu institusi yang melakukan

perekayasaan dan kaji terap akan berbagai informasi ilmu pengetahuan teknologi

yang berhubungan dengan teknologi Budidaya laut yang baru dan

menyempurnakan teknologi yang sudah ada sehingga dapat diterapkan oleh

masyarakat.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan yang berada di BBL Batam

serta cara menangani penyakit yang ditimbulkan pada ikan.

Untuk mengetahui budidaya ikan air laut yang berada di BBL Batam.

Untuk mengetahui jenis – jenis ikan yang bersifat katadromous di

BBL Batam.

Untuk mengetahui tata letak suatu usaha budidaya yang dilakukan di

laut di BBL Batam.

Manfaat dari Pratek Lapangan ini adalah menambah wawasan dalam usaha

membudidayakan ikan – ikan yang ada di BBL Batam dan memberikan informasi

bagi para pembaca.

Page 3: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taksonomi dan Morfologi Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii, Lacepede)

Ikan bawal bintang dapat diklasifikasikan ke dalam Kingdom Animalia,

Filum Chordata, Kelas Actinopterygii, Order Perciformes, Family Carangidae,

Genus Trachinotus, Spesies Trachinotus blochii.

Gambar 1. Morfologi Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii)

Bawal Bintang banyak hidup di daerah laut, sedikit di daerah pantai,

terutama Atlantik dan India. Tubuhnya secara umum compressed, dengan bentuk

badan lebar dan cenderung pipih. Habitat Bawal Bintang pada masa juvenile

yaitu di dasar perairan berpasir yang dangkal atau perairan dekat mulut sungai

yang berlumpur. Pada saat dewasa akan bergerak ke arah terumbu karang. Cara

hidupnya yaitu bergerombol saat juvenile dan soliter saat dewasa (Iskandar,

2010).

Kualitas pakan akan tergantung pada tingkatan dari bahan gizi yang

dibutuhkan oleh ikan. Pakan bermutu umumnya tersusun dari bahan baku pakan

(feedstuffs) yang bermutu yang dapat berasal dari berbagai sumber. Pemilihan

bahan baku tersebut tergantung pada kandungan bahan gizinya, kecernaannya

Page 4: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

4

(digestibility) dan daya serap (biovailability) ikan, tidak mengandung anti nutrisi

dan zat racun, tersedia dalam jumlah banyak dan harga relatif murah. (Adelina.

Boer I. dan Suharman I. , 2012).

2.2. Taksonomi dan Morfologi Ikan Kerapu Macan

Menurut Saanin (1986), kerapu macan merupakan bagian Famili

serranidae. Kerapu macan dikenal dengan nama flower cod grouper, carpet cod

grouper atau brown-marbled grouper. Menurut Suyonto (1994), karena habitat

ikan ini adalah daerah karang maka ia juga dijuluki ikan kerapu karang.

Gambar 2. Morfologi Ikan Kerapu Macan

Menurut Randall (1987) dalam Subyakto dan Cahyaningsih (2003)

taksonomi kerapu macan adalah Phylum Chordata, Sub Phylum Vertebrata, Class

Osteichtyes, Sub Class Actinopterigi, Ordo Percomorphy, Sub Ordo Percoidea,

Family Serranidae, Genus Epinephelus dan Spesies Epinephelus fuscoguttatus.

Menurut Heemstra dan Randall (1987) dalam Natsir (2008) ikan kerapu

memiliki bentuk tubuh badan memanjang gepeng atau agak membulat, mulut

lebar serong ke atas dengan bibir bawah menonjol ke atas rahang atas dan bawah

dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat. Pada bagian sirip ekor berbentuk

Page 5: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

5

bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari- jari

keras lebih sama dengan yang berjari- jari lunak.

2.3. Klasifikasi, Biologi, dan Ekologi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

Gambar 3. Morfologi Ikan Kakap Putih

Pada beberapa daerah di Indonesia ikan Kakap Putih dikenal dengan

beberapa nama seperti: Pelak, Petakan, Cabek, Cabik (Jawa Tengah dan Jawa

Timur), Dubit Tekong (Madura), Talungtar, Pica-pica, Kaca-kaca (Sulawesi).

Ikan Kakap Putih termasuk dalam famili Centroponidae, secara lengkap

taksonominya adalah sbb: Phillum : Chordata, Sub phillum : Vertebrata, Klas :

Pisces, Subclas : Teleostei, Ordo : Percomorphi, Famili : Centroponidae, Genus :

Lates, Species : Lates calcarifer (Bloch,1790)

Ikan Kakap Putih adalah ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besar

terhadap kadar garam (Euryhaline) dan merupakan ikan katadromous (dibesarkan

di air tawar dan kawin di air laut). Sifat-sifat inilah yang menyebabkan ikan kakap

putih dapat dibudidayakan di laut, tambak maupun air tawar.

Page 6: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

6

III. METODE PRAKTIKUM

III.1.Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16 Mei, bertempat di

Balai Budidaya Laut Batam yang terletak di Jl.Raya Barelang Jembatan III

P.Setoko PO.BOX 60 Sekupang, Batam, Provinsi Kepulauan Riau.

III.2.Bahan dan Alat

Adapun bahan dan alat yang digunakan selama praktikum adalah alat tulis

dan kamera untuk dokumentasi kegiatan yang dilakukan.

III.3.Metode Praktikum

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengamatan praktek

langsung dan wawancara dengan pegawai Balai Budidaya Laut Batam. Data

sekunder diperoleh dari Balai Budidya Laut Batam, Provinsi Kepulauan Riau serta

ditambah dengan literatur-literatur yang mendukung kelengkapan dan kejelasan

mengenai data yang didapatkan tersebut.

Page 7: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

7

IV. PEMBAHASAN

Balai Budidaya Laut Batam memiliki sarana dan prasarana untuk

operasional kegiatan budidaya, mulai dari pemilihan induk, pemijahan,

pemeliharaan larva, pendederan dan pembesaran. Secara garis besar fasilitas yang

dimiliki Balai Budidaya Laut Batam dapat dilihat Tabel 1.

Tabel 1. Sarana dan Prasarana Fisik yang Dimiliki Balai Budidaya Laut

Batam

No FASILITAS Jumlah FUNGSI1 Keramba Jaring Apung

(3x3x3m)6 unit Pemeliharaan induk dan

pembesaran2 Bak Induk Beton (255 ton) 5 unit Pemeliharaan Induk3 Bak Beton (8 - 10 Ton) 20 unit Pendederan dan penyediaan pakan

alami4 Bak Fiberglass (1-8 Ton) 64 unit Pemeliharaan larva, pendederan

dan pakan alami7 Indoor hatchery 2 unit Lokasi pemeliharaan larva8 Outdoor hatchery 2 unit Lokasi pendederan9 Laboratorium penyakit 1 unit Identifikasi mengenai penyakit

ikan10 Laboratorium plankton 1 unit Perekayasaan dan penyediaan

pakan alami14 Sistem Filter 1 unit Menyaring air15 Tandon air laut (100 ton) 1 unit Stock air laut16 Tandon air tawar (125 ton) 1 unit Stock air Tawar17 Pompa 6 unit Pengisi air18 Mess operator 4 unit Tempat tinggal karyawan19 Kantor 2 unit Kelancaran kegiatan administrasi

dan program proyek21 Kendaraan Operasional 2 unit Kelancaran operasional pegawai

dan produksi22 Genset 3 unit Sumber energi23 Asrama 20 unit Penginapan peserta diklat24 Ruang pelatihan 2 unit Pendidikan dan latihan25 Komputer 5 unit Sarana dan penunjang kegiatan

administrasi dan perekayasaan

Page 8: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

8

No FASILITAS Jumlah FUNGSI26 Rumah Genset 2 unit Fasilitas penerangan dan

operasional27 Rumah pompa 2 unit Penyedia air laut28 Pos jaga 1 buah Keamanan29 Perpustakaan 1 unit Pengadaan buku-buku perikanan

Sumber : Laporan Tahunan Balai Budidaya Laut Batam 2010

Berdasarkan data dari Tabel 1 . Balai Budidaya Laut Batam memiliki

sarana dan prasarana yang baik serta lengkap untuk menunjang operasional suatu

kegiatan Budidaya.

Air laut yang akan memasuki daerah produksi terlebih dahulu ditampung

di tandon-tandon yang ada. Air laut tersebut melewati 3 buah tandon dan masing-

masing tandon memiliki daya tampung dan treatment yang berbeda. Setiap

melewati tandon, air laut mendapat treatment yang bertujuan untuk memperbaiki

kualitas air dan menjaga sterilisasi dari berbagai jenis organisme, sampah-sampah,

kotoran, lumpur dan padatan tersuspensi lainnya yang dapat merugikan usaha

budidaya. Berikut adalah skema penyediaan air laut :

Gambar 4. Skema Penyediaan Air Laut

Air laut yang akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan produksi di ambil

langsung dari perairan yang berada disekitar Balai Budidaya Laut batam. Air laut

Page 9: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

9

tersebut diambil dengan menggunakan mesin pompa berjenis elektromotor pump

yang berkapasitas 50 Hz, 5,5 KW (Gambar 12). Mesin pompa air laut yang ada di

Balai Budidaya Laut Batam berjumlah 5 buah yang diseting secara otomatis untuk

memompa air laut ke tandon hingga penuh dan akan berhenti dengan sendirinya.

Dalam Rangka memenuhi kebutuhan pasar ikan hidup di atas tentunya

diperlukan usaha budi daya dalam skala yang besar dan terus-menerus. Dengan

makin berkembangnya usaha budi daya, terutama budi daya di keramba jaring

apung, guna memenuhi kebutuhan ikan hidup, tentunya akan membutuhkan

pasokan benih yang berkualitas dan cukup dalam jumlahnya. Kebutuhan benih di

wilayah kerja balai Budi daya Laut Batam diperkirakan mencapai 8.650.000 ekor

benih ukuran 5-7 cm, kebutuhan benih ini sebagian besar adalah kakap putih,

kerapu macan, dan bawal bintang.

4.1. Manajemen Aquakultur Laut

Daerah perairan Indonesia yang cukup luas dengan panjang pantai lebih

81.000 km merupakan wilayah pantai yang subur dan dapat dimanfaatkan bagi

kepentingan perikanan. Industri perikanan di Indonesia yang awalnya didominasi

oleh perikanan tangkap yaitu hanya mengandalkan hasil tangkapan di laut

dikhawatirkan akan menimbulkan dampak lingkungan yang tidak seimbang.

Apalagi pada beberapa tahun terakhir telah terjadi over fishing sehingga

kelestarian sumber daya perikanan akan terus menurun.

Pada Juni 2002 Loka Budidaya Laut Batam menempati lokasi baru di

Pulau Setoko, Kecamatan Bulang, Kota Batam dan pada tahun 2006 melalui

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.10/MEN/2006, tanggal 12

Page 10: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

10

Januari 2006 resmi menjadi Balai Budidaya Laut Batam dan seluruh kegiatan

dipusatkan di lokasi dengan luas 6,5 Ha tersebut.

Komoditi Ikan yang dibudidayakan di BBL Batam adalah Ikan Kerapu

Macan, Kerapu Kertang ( hasil hibridisasi), Kerapu Bebek, Bawal Bintang, Kakap

Putih, Kakap Merah, dan Abalone. Namun Komoditi unggulan yang berada di

BBL Batam adalah Ikan Bawal bintang, kerapu macan dan Kakap putih,

Sedangkan Kerang Abalon adalah komoditas yang sedang dikembangkan.

1. Ikan Kakap

Untuk menetukan jantan dan betina, terdapat beberapa tanda yang

digunakan untuk membedakan jenis kelaminnya yaitu :

• Pada usia yang sama , ukuran jantan lebih kecil dari betina.

• Moncong ikan jantan lebih bengkok sedangkan ikan betina lebih lurus.

• Ikan jantan memiliki bentuk tubuh lebih langsing, sedangkan ikan betina

lebih besar.

• Bagian tengkuk ikan jantan lebih tinggi dari pada ikan betina.

• Ikan betina memiliki tiga lubang di belakang sirip dubur ( anus, urin, dan

kelamin ).

• Ikan jantan memiliki dua lubang di belakang sirip dubur ( anus,

kelamin/urin).

• Sisik – sisik dekat lubang pembuangan ( kloaka ) pada ikan jantan lebih

tebal dari ikan betina selama musim pemijahan.

• Pada musim pemijahan, bagian perut ikan betina relatif lebih besar

( kembung ) dari pada ikan jantan.

Page 11: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

11

Ikan Kakap mengalami pemijahan pada bulan terang dan awal bulan

terang tanggal 16 -18 penanggalan jawa. Dengan mempertahankan kualitas pakan

yang diberikan, siklus ini dapat berlangsung teratur 1 bulan sekali. Rasio antara

induk jantan dan betina yang dipijahkan yaitu 3 : 2. Sistem reproduksi ikan

Kakap Putih dapat mengalami perubahan kelamin dari jantan ke betina atau

disebut ” Protandry hermaprodite”. Namun demikian, tidak semua induk betina

berasal dari induk jantan dewasa yang mengalami perubahan kelamin (secondary

female) tetapi dari awal tetap betina (primary female).

Persiapan 2 hari sebelum pemijahan adalah pemasangan screen net (150 -

200 mµ) pada dinding-dinding kolam pemijahan yang berbentuk lingkaran.

Pemijahan Kakap Putih secara alami yaitu tanpa rangsangan hormonal. Pada

malam hari berkisar jam 20.00 – 21.00 terjadi pembuahan antara sel sperma dan

sel telur di Keramba Jaring Apung.

Telur yang telah dipanen dan berkualitas baik dan dibuahi sempurna akan

melayang dipermukaan dan sangat transparan . Telur yang tidak dibuahi akan

berwarna keruh dan mengendap pada dasar bak. Pemanenan telur dengan cara

sirkulasi air, dimana air di dalam bak dikeluarkan melalui lobang pemanenan yang

berada di sisi atas bak. Selanjutnya telur yang dibawa aliran air di tampung dalam

kotak panen ( Screen net mesh size 150 – 200 mikron ).

Bak larva dan seluruh perlengkapan pemeliharaan sebelum digunakan harus

bersih, bebas penyakit, dan parasit. Sterilisasi ini dilakukan dengan cara menyikat

permukaan bak dan dilakukan perendaman dengan larutan desinfektan selama 2

jam. Sebelum digunakan bak terlebih dahulu dibilas guna menghilangkan bau

desinfektan.

Page 12: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

12

Air laut yang digunakan untuk pemeliharaan adalah air laut hasil

penyaringan, tujuannya agar air laut yang digunakan bersih, jernih, dan tidak

membawa banyak material di dalamnya. Bak pemeliharan larva yang digunakan

di Balai Budidaya Laut Batam adalah bak berbentuk bulat ( fiberglass) dan bak

yang digunakan adalah 10 – 20 ton. Penggunaan bak yang besar untuk

mengurangi fluktuasi suhu, khususnya pada waktu dikeringkan dan dibilas atau

direndam dengan kaporit. Salinitas media pemeliharaan adalah 30 – 33 ppt.

Sirkulasi air ( air masuk dan air keluar ) harus lancar, Aerasi sedang, jumlah telur

300 butir/liter. Menebar larva pagi jam 07.00 – 08.00.

Padat tebar berkaitan erat dengan pertumbuhan dan angka kelulushidupan.

Apabila kepadatan terlalu tinggi pertumbuhannya lambat akibat adanya

persaingan ruang, oksigen, dan pakan. Seiring dengan bertambahnya ukuran dan

berat ikan, maka padat penebaran harus dikurani secara bertahap. Penebaran

dilakukan setelah larva menetas pada bak inkubasi dengan kepadatan disesuaikan

dengan jenis ikan laut yang dipelihara. Penetasan telur dilakukan pada bak

inkubasi maupun langsung pada bak pemeliharaan larva.

Pakan awal larva adalah alga ( Nannochloropsis sp.) diberikan sebelum

pemberian pakan rotifera (D2/D3). Pemberian alga bertujuan untuk menjaga

warna air, mengatur intensitas cahaya yang masuk ke dalam bak, menjaga mutu

air dan sebagai pakan rotifera yang ada di dalam bak pemeliharaan. Algae

diberikan sampai dengan pemberian rotifer barakhir dengan kepadatan 5 x 103

sel/ml. Pakan selanjutnya diberikan rotifera ( Branchionus plicatilis) diberikan

pada saat kuning telur pada larva akan habis, yaitu pada hari ketiga (D3).

Sedangkan dosis pemberian rotifera disesuaikan dengan umur larva, kepadatan

Page 13: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

13

larva, dan jenis larva. Pada umumnya kepadatan rotifera yang diberikan adalah 5

– 10 ind/liter. Frekuensi pemberiannya adalah empat kali sehari.

Pakan alami selanjutnya adalah naupli artemia (Artemia salina) yang

diberikan pada larva saat berumur 8 – 20 hari sampai dengan larva dapat

mengkonsumsi pakan buatan dengan sempurna. Dosis pemberiannya adalah 0,5 –

1 ind/ml,dengan frekuensi pemberiannya adalah 2 kali sehari. Selanjutnya pakan

buatan ( pellet ) diberikan mulai umur 10 hari. Pakan pellet awal berukuran 250 –

300 µm. Ukuran pellet selanjutnya disesuaikan dengan bukaan mulut larva dengan

dosis diberikan sampai kenyang (adlibitum). Pemberian pellet lebih dini akan

membantu ketergantungan pakan terhadap rotifera dan artemia, sehingga akan

menguntungkan secara finansial dan lebih baik bagi kualitas benih, mengingat

pakan buatan mempunyai kualitas dan kuantitas yang terjaga. Frekuensi

pemberian pellet adalah empat kali sehari ataupun dapat menggunakan tempat

pakan otomatis ( authomatic feeder) yang dapat diatur frekuensinya

2. Ikan Bawal Bintang

Bawal Bintang (Trachinotus blochii) merupakan ikan hasil introduksi dari

Taiwan. Ikan ini dikenal dengan merek dagang Silver Pompano, mulai mendapat

tempat di hati masyarakat. Di pasar internasional kondisinya tak jauh beda.

Meskipun harga Bawal Bintang segar sekitar $4 masih kalah jauh jika

dibandingkan dengan harga Kerapu segar yang berkisar antara $ 16 sampai $ 18,

tetapi permintaan Bawal Bintang terus meningkat (Direktorat Jendral Perikanan

Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2012).

Beberapa negara konsumen utama Bawal Bintang selama ini antara lain

Jepang, Taiwan, Hongkong, China dan Kanada. Sementara produsen Bawal

Page 14: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

14

Bintang hanya Taiwan. Komoditas laut ini di sana sudah mulai berkembang baik

mulai dari pembenihan sampai budidayanya (Rahmat, 2009). Ikan pelagis ini

tergolong sangat aktif dengan berenang berputar–putar di permukaan perairan.

Ikan Bawal Bintang tergolong ikan perenang aktif dan mampu hidup

dengan tingkat kepadatan sangat tinggi, pada ukuran 3-4 cm sudah bisa dipelihara

pada keramba jaring apung (KJA) dank arena ikan bawal bintang sangat aktif

sehingga ikan bawal bintang ini sangat sulit untuk parasit menempel pada

tubuhnya (kadari, et al 2005).

Induk ikan Bawal bintang (Trachinotus blochii) berasal dari hasil

budidaya di Balai Budidaya Laut Batam sendiri dan induk dibesarkan dengan

pemberian pelet mix dan penambahan vitamin selama pembesaran. Induk yang

dalam kondisi sakit diberi obat, apabila induk tersebut terkena parasit segera

diberi vaksin. Setelah itu diseleksi induk-induk yang dibesarkan yang akan

menjadi calon induk yang akan digunakan. Induk ikan bawal bintang dipelihara

di dalam keramba jaring apung (KJA) dengan ukuran 3m x 3m x 3 m yang

dilengkapi dengan jaring yang berukuran mesh size jaring 1-2 inci. Jaring yang

digunakan berbahan dasar polyethylene.dengan kedalaman 3-4 m dan Induk

bawal bintang dipelihara di KJA dengan kepadatan 4kg/m3.

Untuk memastikan apakah induk bawal bintang yang dipelihara sudah

memasuki tahap untuk siap dipijahkan, maka dilakukan pengecekan terhadap

kelamin induk kakap putih dengan cara stripping dan kanulasi, yaitu sebagai

berikut :

Page 15: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

15

a. Induk bawal bintang dimasukkan ke dalam air laut yang telah diberi anestetik

seperti Ethylineglicol monophenilether atau bisa juga menggunakan minyak

cengkeh dengan dosis 200 ppm.

b. Setelah kondisi induk bawal bintang lemas/pingsan, tubuh ikan dibalikkan

sehingga bagian perutnya berada di atas.

c. Dilakukan pengurutan secara perlahan mulai dari arah kepala sampai ke

lubang genital. Apabila keluar cairan berwarna putih berarti induk jantan.

d. Apabila tidak keluar cairan berwarna putih, maka dilakukan kanulasi dengan

cara memasukkan selang kanula plastik diameter 1,2 mm pada lubang

kelamin sedalam 5-10 cm.

e. Setelah selang masuk ke lubang kelamin, sedot melalui kanula tersebut dan

dilihat hasilnya. Apabila terdapat cairan putih berarti sperma dan apabila ada

telur berarti betina.

f. Kemudian lihat apabila warna sperma putih kental (putih susu) ikan jantan

sudah matang gonad dan siap untuk dipijahkan begitu juga untuk yang betina

apabila bentuk telurnya sudah sempurna dan apabila dikasi air sedikit, maka

akan memisah.

Pakan yang diberikan berupa pakan buatan (pellet) yang di formulasikan di

Balai Budidaya Laut Batam dan pakan ikan segar (rucah). Jenis pakan ini

diberikan secara terpisah. Jumlah pakan yang diberikan berkisar antara 3-5 % dari

total bobot tubuh induk bawal bintang dengan frekwensi pemberian 2 kali dalam

sehari yang diberikan pada pagi jam 08.00 wib dan sore hari 16.30 wib.

Sedangkan untuk metoda pemberian pakan ialah dengan menebar langsung pakan

tersebut ke perairan secara ad satiation (hingga kenyang).

Page 16: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

16

3. Ikan Kerapu Macan

Ikan kerapu merupakan komoditas ekspor yang bernilai ekonomis di pasar

Asia terutama Singapura dan Hongkong. Indonesia merupakan salah satu negara

penyumbang terbesar ikan karang hidup selain Philipina dan Thailand. Produksi

ikan kerapu saat ini sebagian besar berasal dari penangkapan dari alam. Melihat

prospek yang masih meningkat sejalan dengan bangsa pasar yang memberikan

peluang cukup besar dan tentunya menempati posisi yang strategis serta

ekonomis.

Menurut Heemstra dalam Evalawati et al. (2001), Ikan Kerapu Macan

tersebar luas dari wilayah Pasifik termasuk Laut Merah, tetapi lebih dikenal

berasal dari Persia, Hawaii atau Polynesia, terdapat pula hampir di semua

perairan pulau tropis Hindia dan Samudra Pasifik Barat pantai Timur Afrika

sampai dengan Mozambika. Ikan kerapu macan ini dilaporkan banyak juga

ditemukan di Madagaskar, India, Thailand, Indonesia, pantai tropis Australia,

Jepang, Philipina dan Papua Nugini.

Effendi (2002) mengatakan bahwa ikan kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus) merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, yaitu

mengalami perubahan kelamin dari betina ke jantan dan proses diferensiasi

gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan. Fenomena perubahan jenis

kelamin pada ikan kerapu sangat erat hubungannya dengan aktifitas pemijahan,

umur, indeks, kelamin dan ukuran ikan ((Anonim, dalam Turangan 2000),

(Subyakto dan Cahyaningsih, 2003).

Induk ikan dipelihara dengan menggunakan bak fiberglass. Bak yang

digunakan pada induk kerapu macan yaitu berbentuk bulat yang dasarnya

Page 17: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

17

berbentuk kerucut dimana kemiringannya 15-30 o dengan kedalaman tidak kurang

dari 2 meter, yang dilengkapi dengan aerator, air mengalir 24 jam dan saluran

pembuangan, kapasitas 10 m3 dengan kepadatan 1- 3 ekor/m3 dan pergantian air

sebanyak 30- 40 % per hari. Pembersihan wadah atau pencucian bak induk

dilakukan setelah pemijahan selesai .

Induk ikan berasal dari alam dan hasil penangkapan nelayan di alam yang

dibudidayakan nelayan di perairan Batam. Kemudian didomestikasi

(pemeliharaan secara terkontrol) biasanya berlangsung selama 1 -2 bulan

tergantung kondisi induk, kemudian dibesarkan dengan pemberian pelet mix dan

penambahan vitamin selama pembesaran. Induk yang dalam kondisi sakit diberi

obat, apabila induk tersebut terkena parasit segera diberi vaksin. Setelah itu

diseleksi induk-induk yang dibesarkan yang akan menjadi calon induk yang akan

digunakan. Pemeliharaan dilakukan di Keramba Jaring Apung (KJA) dengan

ukuran 3×3×3 meter dengan kepadatan 3 pasang per jaring.

Didalam pemijahan yang dilakukan pada induk kerapu macan yaitu

dengan menggunakan metode manipulasi lingkungan. Dimana pemijahan yang

dilakukan secara alami melalui manipulasi lingkungan. Manipulasi lingkungan

dilakukan pada jam 07.00 wib dengan menurunkan air. Pada bagian outletnya

dibuka hingga volume air menjadi 2.000 liter/m3, selang waktu 6 jam. Pada jam

13.30 wib air kembali dinaikkan seperti biasa dengan volume airnya. Jika induk

kerapu macan terserang penyakit, induk ikan dibawa ke bak karantina dan diberi

obat serta diberi pakan yang yang dicampur dengan vitamin.

Pemijahan yang dilakukan secara alami yaitu dengan memanipulasi

lingkungan sesuai dengan habitat asli ikan kerapu macan, dimana suhu yang

Page 18: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

18

sesuai dengan dengan memijah yaitu berkisar antara 28 - 29 0C, salinitas yang

sesuai yaitu 31- 32 ppt serta pH dalam kondisi normal 7 - 8. Kenaikan dan

penurunan air dilakukan bertujuan untuk menaikan suhu. Pengkontrolan air harus

selalu dilakukan, karena sangat berpengaruh terhadap induk kerapu macan yang

ada dalam bak pemijahan.

Menurut Balai Budidaya Laut Batam (2006) bahwa pengamatan

kematangan gonad pada ikan dilakukan setiap awal bulan baru (new moon) yang

secara morfologi dan secara histologi. Dalam kegiatan ini untuk mengetahui

tingkat kematangan gonad pada ikan dilakukan secara morfologi dimana diperoleh

ciri-ciri ikan yang sudah matang gonad yaitu : Pada ikan jantan diperoleh ciri-ciri

yaitu : Gerakannya lebih aktif, warnanya lebih cerah, overculumnya memutih dan

tubuhnya lebih ramping dari betina. Kebiasaan induk jantan sudah matang gonad

memiliki beratnya 7 -9 Kg. Pada ikan betina diperoleh ciri-ciri yaitu :

overculumnya memutih, gerakannya pasif, lubang genitalnya memerah, perutnya

membuncit, warnya agak lebih gelap. Kebiasaan induk betina dalam kondisi

matang gonad memiliki berat 4-6 Kg.

4.2. Manajemen Tata Lingkungan

Letak geografis wilayah Barelang yang sangat strategis karena merupakan

zona perdagangan bebas. Luas laut Barelang 1.647,83 km2 dan terdiri dari 362

pulau. Keadaan ini memberi peluang yang cukup besar untuk usaha perikanan

budidaya. Balai Budidaya Laut Batam berada pada daerah berbukit dengan tanah

yang berbatu-batuan. Perairan lautnya jernih dengan substrat pasir berlumpur dan

terdapat ekosistem terumbu karang, rumput laut, lamun, vegetasi hutan mangrove

Page 19: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

19

dikawasan pesisir pantai. Keadaan ini sangat mendukung untuk pelaksanaan

kegiatan budidaya.

Menejemen tata lingkungan menyangkut dengan letak keramba jaring

apung ukuran keramba,kemudian letak kolam beton, bentuk kolam beton. Untuk

ukuran KJA di BBL Batam (3x3x3m), 6 unit untuk pemeliharaan induk dan

pembesaran. Bak Beton (8 - 10 Ton), Pemeliharaan larva dan penyediaan pakan

alami. Bak Fiberglass (1-8 Ton), Pemeliharaan larva, pendederan dan pakan

alami. System penyediaan air di lokasi BBL Batam.

Balai Budi daya Laut Batam memiliki sarana dan prasarana untuk

operasional kegiatan budi daya, mulai dari pemilihan induk, pemijahan,

pemeliharaan larva, pendederan dan pembesaran. Secara garis besar fasilitas yang

dimiliki Balai Budi daya Laut Batam

Sarana prasarana fisik yang dimiliki Balai Budi daya Laut Batam adalah

keramba jaring apung, bak induk beton, bak beton, bak fiberglass, indoor

hatchery, outdoor hatchery, laboratorium penyakit, laboratorium plankton, sistem

filter, tandon air laut, tandon air tawar, pompa, mess operator, kantor, kendaraan

operasional, genset, asrama, ruang pelatihan, komputer, rumah genset, rumah

jaga, rumah pompa, pos jaga dan perpustakaan. Dari data tersebut maka Balai

Budi daya Laut Batam sudah memenuhi kriteria sebagai tempat untuk melakukan

seluruh kegiatan budi daya karena sarana dan prasarana yang sudah lengkap.

Air laut untuk kegiatan pembenihan diambil atau dipompa dari laut melalui

pipa paralon (PVC) dengan memakai pompa. Selanjutnya air masuk kedalam bak

penampungan (Gambar 4) untuk ditampung sementara waktu, setelah itu

Page 20: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

20

dimasukkan ke dalam unit penyaringan kemudian disuplai ke bak-bak

pembenihan.

Bak Penampungan Air Laut

Air tawar berfungsi untuk menurunkan salinitas juga dimanfaatkan untuk

pembersihan peralatan penunjang kegiatan operasional sehari-hari. Air tawar

diambil dari sumber artesis dan selanjutnya di alirkan ke lokasi pembenihan.

Pompa artesis

Air laut sebelum dialirkan ke bak hatchery harus dilakukan penyaringan

air agar pasir-pasir atau kotoran air yang berasal dari laut tidak menggaggu

aktivitas dan kegiatan budidaya. Alat yang digunakan untuk menyaring air laut

dinamakan sand filter. Setelah masuk ke sand filter air akan dialirkan ke dalam

bak hatchery tetapi pada bak hatchery tersebut dilakukan filterisasi lagi untuk

menghasilkan kualitas air yang baik.

Page 21: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

21

Menejemen tata lingkungan yang berada di BBL Batam merupakan

konstuksi yang baik karna sudah memperhatikan tata letak yang baik, kemudian

tata keramba jarring apung yang baik serta pembangunan setiap hatchery sudah

sesuai dengan standar operasional. Untuk pengambilan air dari laut, di BBL

Batam di lakukan perlakuan sebelum di alirkan kesetiap bak. Air yang sudah

dipakai dalam budidaya, air terlebih dahulu di di beri perlakuan setelah itu baru

dibuang di laut.

Petimbangan dalam budidaya perairan di BBL Batam yaitu pemilihan

lokasi harus tepat dan sesuai dengan konsep budidaya. Sarana dan prasarana dan

kegiatan budidaya harus sesuai, kemudian menjaga kelestarian di disekitar lokasi

budidaya seperti mangrove. Fungsi mangrove salah satunya menjaga garis pantai,

mencegah terjadinya abrasi, serta menjadi rumah untuk jenis crustacean dan lain

sebagainya. Keramba jarring apung di perhatikan contohnya biasanya KJA yang

berada di dekat laut dikosongkan fungsinya yang pertama untuk menghadang arus

yang dating kemudian apabila ikan lompat maka fungsi keramba akan

menampung ikan yang lepas.

4.3. Manejemen Rawa Payau

Pada umumnya tambak di Indonesia masih sederhana, misalnya petak

peneneran dan penggelondongan terletak di tengah – tengah petak pembesaran,

pintu tambak ukuranya terlalu kecil dan terbuat dari bahan yang kurang baik

sehingga mudah rusak. Pematang yang rendah dan sempit serta belum rapi

penyusunan kadang – kadang mudah bocor atau bobol. Bahkan di beberapa

daerah, di tengah tambak masih terdapat pulau – pulau maupun sisa sisa tanaman

Page 22: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

22

bakau. Hal tersebut dapat mempersulit dalam pengelolaan dan biaya produksi

lainya ( Eko prianto,2005).

Dalam budidaya rawa payau pengelolaan kolam membutuhkan persiapan –

persiapan yang matang, adapun persiapannya adalah sebagai berikut:

Pengeringan kolam

Pengapuran

Pemupukan

Jenis dan padat tebar

Pencegahan hama dan penyakit

Habitat dan penyebaran ikan Kakap Putih mempunyai habitat yang sangat

luas mulai dari laut, payau, dan tawar. Di sekitar muara sungai yang salinitasnya

sedang ikan Kakap Putih hidup mencari makan dengan baik, kadang – kadang

mendekati sungai yang salinitasnya 0 ppt. Pada waktu ikan masih berumur 2

tahun lebih banyak menghabiskan waktunya di perairan tawar sedangkan disaat

matang gonad lebih menyukai perairan payau disekitar muara sungai, benih ikan

Kakap Putih yang pandai berenang berupaya ke sungai atau perairan tawar untuk

hidup dan mencari makan di daerah tersebut (Gufran, 1997).

Di Balai Budidaya Laut Batam, Salah satu ikan yang bisa dibudidayakan

pada air payau adalah adalah ikan kakap putih, Ikan Kakap Putih adalah ikan yang

mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap kadar garam (Euryhaline) dan

merupakan ikan katadromous (dibesarkan di air tawar dan kawin di air laut).

Sifat-sifat inilah yang menyebabkan ikan kakap putih dapat dibudidayakan di laut,

tambak maupun air tawar.

Adapun parameter kualitas air yang diukur untuk ikan kakap :

Page 23: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

23

Tabel 2. Parameter Kualitas Air

N

o

Parameter Satuan Bak inkubasi Bak induk

1. pH 7,93 8,02

2. Suhu oC 28 28

3. Salinitas Ppt 31 31

4. DO Ppm

5. Nitrat (NO3) Mg/l 0 0

6. Nitrit Mg/l 0,01 0,02

Sumber : Laboratorium Penguji Balai Budidaya Laut Batam

Dari Table 2 ini dapat diketahui perbedaan antara kisaran kualitas air yang

normal yang baik dan cocok untuk pertumbuhan ikan Kakap dan kisaran kualitas

air pada tempat pemeliharaan sehingga dapat diambil pengaruhnya terhadap

timbulnya penyakit.

Ikan Kakap mengalami pemijahan pada bulan terang dan awal bulan

terang tanggal 16 -18 penanggalan jawa. Dengan mempertahankan kualitas pakan

yang diberikan, siklus ini dapat berlangsung teratur 1 bulan sekali. Rasio antara

induk jantan dan betina yang dipijahkan yaitu 3 : 2. Sistem reproduksi ikan

Kakap Putih dapat mengalami perubahan kelamin dari jantan ke betina atau

disebut ” Protandry hermaprodite”. Namun demikian, tidak semua induk betina

berasal dari induk jantan dewasa yang mengalami perubahan kelamin (secondary

female) tetapi dari awal tetap betina (primary female).

Persiapan 2 hari sebelum pemijahan adalah pemasangan screen net (150 -

200 mµ) pada dinding-dinding kolam pemijahan yang berbentuk lingkaran.

Page 24: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

24

Pemijahan Kakap Putih secara alami yaitu tanpa rangsangan hormonal. Pada

malam hari berkisar jam 20.00 – 21.00 terjadi pembuahan antara sel sperma dan

sel telur di Keramba Jaring Apung.

Musim berpijah (spawning season) pada masing – masing perairan atau

daerah berbeda – beda. Di Thailand, berlangsung pada bulan April – September,

dan benihnya mulai banyak tertangkap pada bulan Mei – Agustus. Di Malaysia

Kakap Putih berpijah berlangsung pada bulan Februari – Mei, tepatnya tujuh hari

setelah bulan purnama atau bulan baru. Di india bermula dari bulan Januari dan

berakhir pada bulan Agustus. Di Australia, Kakap yang sudah tampak bertelur

bergerak untuk berpijah pada saat musim semi sebelum musim penghujan.

Sedangkan di Indonesia , masa memijah berlangsung pada pertengahan bulan

Oktober sampai pertengahan bulan April setiap tahunnya.

Jumlah telur atau volume sperma ikan Kakap Putih dewasa meningkat

dengan bertambahnya ukuran. Pada ikan berukuran 5,5 kg, jumlah telur

(fekunditas) adalah 3,1 juta butir, sedangkan volume sperma pada ikan berukuran

2 – 3 kg kurang lebih 3 – 5 ml ( Mayunar dan Genisa, 2002).

Telur yang telah dipanen dan berkualitas baik dan dibuahi sempurna akan

melayang dipermukaan dan sangat transparan . Telur yang tidak dibuahi akan

berwarna keruh dan mengendap pada dasar bak. Pemanenan telur dengan cara

sirkulasi air, dimana air di dalam bak dikeluarkan melalui lobang pemanenan yang

berada di sisi atas bak. Selanjutnya telur yang dibawa aliran air di tampung dalam

kotak panen ( Screen net mesh size 150 – 200 mikron ).

Telur yang baru dipanen diseleksi dan direndam dalam air laut yang diberi

acriflavin 5 ppm selama kurang lebih 1 menit (bersifat desinfektan), baru

Page 25: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

25

kemudian dipindahkan ke dalam bak – bak penetasan sekaligus pemeliharaan

larva dengan kepadatan telur 60 – 100 butir/liter. Masa inkubasi berlangsung

antara 17 – 21 jam dan telur akan menetas 14 jam setelah pembuahan pada suhu

26 – 29 oC dan salinitas 30 – 33 ppt.

Bak larva dan seluruh perlengkapan pemeliharaan sebelum digunakan harus

bersih, bebas penyakit, dan parasit. Sterilisasi ini dilakukan dengan cara menyikat

permukaan bak dan dilakukan perendaman dengan larutan desinfektan selama 2

jam. Sebelum digunakan bak terlebih dahulu dibilas guna menghilangkan bau

desinfektan.

Pengelolaan air pemeliharaan mutlak diperlukan guna tetap menjaga kualitas air

yang digunakan. Pengelolaan yang dilakukan adalah dengan mengganti air

pemeliharaan pada umur 5 hari sampai 10 hari sebanyak 25 % tiap harinya. Saat

umur larva 10 – 20 hari penggantian air adalah sebanyak 50 % tiap hari dan larva

umur 20 – 30 % hari dilakukan pergantian air sebanyak 75 % perharinya.

Untuk menjaga agar kadar amoniak dalam bak pemeliharaan tetap pada

syarat yang ditentukan, perlu ditambahkan Chlorella 5 x 105 sel/ml. selain itu juga

berfungsi sebagai pakan rotifer dalam bak pemeliharaan.

Pembersihan dasar bak pemeliharaan akibat dari sisa telur yang tidak

menetas, pakan alami yang mati ataupun endapan dari air laut dilakukan dengan

cara menyiphon secara periodic. Penyiphonan pertama dilakukan pada D2 untuk

membuang sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur hasil tetasan. Setelah

itu penyiponan dilakukan 2 hari sekali sampai umur D20. Untuk umur larva

selanjutnya penyiphonan dilakukan tiap hari. Rotifera adalah salah satu jenis

zooplankton yang paling banyak digunakan sebagai pakan alami ikan laut

Page 26: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

26

ekonomis penting di Indonesia, karena selain memiliki kandungan gizi yang baik,

juga dapat meningkatkan laju pertumbuhan larva ikan, mudah dicerna, dan mudah

didapatkan di Indonesia. Fulks and Main (1991) menyatakan bahwa rotifera

merupakan makanan utama dalam kultur larva ikan serta kultur organisme lainnya

dari beberapa kelompok takson, karena dapat menyediakan nutrisi yang baik bagi

pertumbuhan larva, disebabkan karena kandungan gizinya yang tinggi.

Pakan alami selanjutnya adalah naupli artemia (Artemia salina) yang

diberikan pada larva saat berumur 8 – 20 hari sampai dengan larva dapat

mengkonsumsi pakan buatan dengan sempurna. Dosis pemberiannya adalah 0,5 –

1 ind/ml,dengan frekuensi pemberiannya adalah 2 kali sehari. Selanjutnya pakan

buatan ( pellet ) diberikan mulai umur 10 hari. Pakan pellet awal berukuran 250 –

300 µm. Ukuran pellet selanjutnya disesuaikan dengan bukaan mulut larva dengan

dosis diberikan sampai kenyang (adlibitum). Pemberian pellet lebih dini akan

membantu ketergantungan pakan terhadap rotifera dan artemia, sehingga akan

menguntungkan secara finansial dan lebih baik bagi kualitas benih, mengingat

pakan buatan mempunyai kualitas dan kuantitas yang terjaga. Frekuensi

pemberian pellet adalah empat kali sehari ataupun dapat menggunakan tempat

pakan otomatis ( authomatic feeder) yang dapat diatur frekuensinya.

Panen dilakukan jika ada pesanan, maka ikan Kakap Putih dijual dengan

tujuan Indo Marine di Kecamatan Moro Kabupaten Karimun. Larva berumur D18

ukuran 1,1 cm dengan harga Rp 70,- per ekor dan 2,8 – 3 cm dengan harga Rp

1.100,- per ekor dengan kondisi yang sehat tanpa cacat. Total panen larva adalah

430.000 ekor.

Page 27: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

27

4.4. Manejemen Kesehatan Ikan

Manajemen kesehatan ikan sangat diperlukan untuk budidaya ikan di BBL

Batam, karna merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budidaya

ikan. Di BBL Batam melakukan beberapa treatmen agar usaha budidaya ikan

dapat memperkecil kemungkinan terjadinya penyakit pada ikan tersebut.

Pengelolaan kualitas air berpengaruh terhadap kesehatan ikan, maka untuk

melakukan kegiatan budidaya sebelum itu air yang digunakan di filter fungsinya

agar parasit atau sesuatu yang menimbulkan datangnya penyakit terhindar. Setelah

dilakukan perlakuan pada air selanjutnya air dialirkan ke tiap-tiap bak, selnjutnya

dilakukan pembersihan keramba jaring apung. Fungsi untuk pembersihan adalah

agar ikan –ikan yang dibudidayakan tidak terganggu oleh Organisme atau hal –

hal yang menyebabkan kerugian seperti penyakit pada ikan budidaya di Keramba

Jaring Apung.

Ikan biasanya dilakukan pengecekan fungsinya untuk mengontrol

kesehatan ikan yang berada di keramba dan di hatchery. Biasanya ikan yang yang

terjangkit penyakit langsung di beri perlakuan yaitu pengobatan. Jenis penyakit

atau parasit yang biasa terdapat di BBL Batam adalah Binegenia sp, cacing

lintah,Diplectanum sp.

Berikut adalah jenis jenis ikan dan penyakit yang sering di jumpai pada

ikan yang dibudidayakan di BBL Batam:

Ikan Kerapu Macan

Page 28: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

28

Jenis penyakit Yang Menyerang Induk Ikan Kerapu Macan di Balai

Budidaya Laut Batam adalah cacing lintah. Pengecekan selalu dilakukan untuk

menghindari timbulnya parasit yang dapat menyerang induk kerapu macan.

Pembersihan wadah pemijahan secara rutin dilakukan setelah induk kerapu macan

memijah serta penjagaan kualitas air maupun sirkulasi air yang ada dibak

pemijahan induk kerapu macan.

Ikan kerapu macan yang habis memijah sering mengalami luka-luka

disebabkan karena gesekan dengan ikan lawan jenisnya, induk yang mengalami

luka – luka biasanya diberi iodin dengan dosis 2 ppm/ ton. Apabila tidak diobati

langsung dapat diduga akan timbul penyakit lain, untuk itu induk yang dalam

kondisi sakit dibawa ke bak karantina untuk diberi pengobatan. Penyakit yang

sering ditemukan pada bak pemijahan yang menyerang induk ikan kerapu macan

yaitu sejenis cacing lintah yang banyak menempel pada bagian badan, sirip dada,

sirip perut dan sirip ekor. Kebiasaannya cacing ini tumbuh disebabkan oleh

kualitas air pada bak pemijahan tidak bagus, bayak sisa- sisa pakan berada didasar

bak serta tumbuhnya lumut pada dinding bak pemijahan. Cara pengobatan yang

dilakukan dengan merendam formalin 150 - 200 ppm/ ton air, waktu

perendamannya 10 menit.

Ikan Kakap Putih

Penyakit adalah suatu kondisi tidak normal yang terjadi akibat serangan

parasit, bakteri, atau jamur maupun kondisi lingkungan yang tidak normal. Pada

dasarnya, penyakit yang terjadi pada ikan tidak datang begitu saja, melainkan

melalui proses hubungan antara 3 faktor yaitu lingkungan ( kualitas air ), kondisi

inang dan jasad pathogen. Interaksi ketiga unsure tersebut biasanya terjadi pada

Page 29: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

29

usaha ikan. Apabila terjadi perubahan pada factor lingkungan akan memicu

timbulnya pathogen di dalam perairan. Kondisi lingkungan yang tidak nyaman

akan mengakibatkan ikan menjadi stress sehingga rentan terhadap serangan

pathogen. Namun, kehadiran agen penyebab penyakit ini dapat hadir ke

lingkungan hidup ikan mellui sumber air, induk, pakan alami, maupun pakan

buatan, bahkan bisa juga melalui pekerja dan peralatan yang digunakan ( Syawal

dkk. 2004).

Menurut Zafran, Roza, Koesharyani, Johny dan Yuasa ( 1998 ), sumber

penyakit biasanya dibawa induk ikan yang tertangkap di alam. Untuk itu perlu

dilakukan pemeriksaan tubuh induk baru secara teliti terhadap kemungkinan

penyakit yang dibawa sebelum dimasukkan ke dalam bak pemijahan. Induk ikan

yang terserang penyakit umumnya tidak mempunyai nafsu makan, sebaiknya

segera dilakukan tindakan pengendalian. Cara penanggulangan biasanya dengan

memisahkan ikan yang sakit dengan ikan yang sehat dan merendam ikan ke dalam

air laut yang dosisnya telah ditentukan.

Ikan Bawal Bintang

Salah satu bagian yang tidak bisa dipisahkan dari budidaya yaitu masalah

kesehatan ikan. Langkah- langkah antisifatif yang efektif perlu pengetahuan akan

berbagai penyakit yang biasa menyerang induk bawal bintang. Dengan demikian

penyebab penyakit dapat ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan kerugian dan

kematian pada induk ikan bawal bintang.

Untuk dapat mendeteksi terjadinya penyakit perlu diketahui gejala

penyakit yang umum terjadi pada ikan yaitu:

Page 30: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

30

Hilangnya nafsu makan

Perubahan warna tubuh diakibatkan ikan dalam kondisi stress

Berenang lambat

Anatominya abnormal ditandai dengan mata menonjol, siripnya

bengkok, dan timbul luka- luka pada bagian badan.

Pertumbuhan lamban

Tabel 3. Jenis Penyakit Yang Menyerang Induk Ikan Bawal Bintang di Balai

Budidaya Laut Batam.

No Jenis Penyakit Jenis Obat Dosis Cara

Penanggulangan

1 Binegenia Air tawar Direndam selama

10-15 menit

Pengecekan selalu dilakukan untuk menghindari timbulnya parasit yang

dapat menyerang induk bawal bintang. Pembersihan media pemeliharaan secara

rutin dilakukan 1 bulan sekali. Ikan bawal bintang sangat banyak mempunyai

kelebihan salah satunya yaitu pergerakkannya sangat aktif, jadi sangat sulit parasit

untuk menempel ditubuhnya.

Penyakit yang sering ditemukan pada media pemeliharaan yang

menyerang induk ikan bawal bintang yaitu bedenia yang bayak menempel pada

bagian badan, sirip dada, sirip perut dan sirip ekor. Kebiasaannya parasit ini

tumbuh disebabkan oleh kualitas air pada media pemeliharaan tidak bagus, bayak

sisa- sisa pakan berada didasar bak serta tumbuhnya lumut pada dinding media

pemeliharaan. Cara pengobatan yang dilakukan dengan merendam dengan air

tawar selama 10-15 menit.

Page 31: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

31

Menurut Suhendra (2006), kualitas perairan yang buruk dapat

mengakibatkan ikan stress. Ikan stress merupakan kondisi yang sesuai dalam

meningkatkan perkembangbiakan parasit. Peningkatan kemampuan berkembang

biak parasit akan meningkatkan derajat infeksi parasit pada tubuh hospes. Selain

itu, stress lingkungan kemungkinan dapat menambah penurunan resistensi inang

pada patogen.

Penyakit ikan biasanya timbul karena adanya interaksi antara tiga faktor

yaitu lingkungan, inang dan adanya jasad penyebab penyakit. Penyakit ikan

dapat disebabkan karena faktor mikroorganisme seperti jamur, virus dan protozoa.

Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang

diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor pakan

yang diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Pada padat

penebaran ikan yang tinggi jika faktor lingkungan kurang menguntungkan

misalnya kandungan zat asam dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang

tepat baik jumlah maupun mutunya, penanganan ikan kurang sempurna, maka

ikan akan menderita stress. Dalam keadaan demikian ikan akan mudah terserang

oleh penyakit (Aryani et al., 2004).

Penyakit pada ikan yang sering menyerang dapat diklasifikasikan sebagai

berikut 1) Penyakit menular yaitu penyakit yang disebabkan mikroorganisme

seperti bakteri, jamur dan protozoa, 2) Penyakit tidak menular yaitu penyakit yang

disebabkan bukan oleh mikroorganisme melainkan hal lain seperti kekurangan

pakan, keracunan, konsentrasi oksigen dalam air rendah atau penyakit gelembung

udara. Tanda-tanda ikan sakit adalah sebagai berikut: 1) Kematian, 2) Stagnasi

Page 32: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

32

atau tidak adanya perubahan, 3) Pertumbuhan yang lambat, 4) Bergerak pasif

(Andre, 2010).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Budidaya ikan air laut merupakan suatu kegiatan yang sangat menjanjikan

karna dengan harga yang cukup tinggi serta lokasi untuk budidaya masih cukup

luas. Komoditi yang berada di BBL Batam dalam melakukan setiap manejemen

untuk membudidayakan cukup bagus, karna dapat di lihat dari lokasi budidaya,

menejemen pakan serta selalu memperhatikan kesehatan ikan. Hal ini dapat dilihat

dari kondisi alat-alat yang digunakan sudah cukup canggih dalam melakukan

pemeriksaan serta alat-alat untuk selalu menjaga kualitas air.

5.2 Saran

Adanya praktek lapangan membuat penulis, maupun mahasiswa budidaya

mendapatkan ilmu yang sangat berharga, pengalaman yang luar biasa sehingga

saran saya terus dilakukannya praktek lapangan ini, sehingga nantinya mahasiswa

tidak hanya mendapatkan teori di kampus tapi juga dapat melihat langsung di

lapangan.

Page 33: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

33

DAFTAR PUSTAKA

Adelina. Boer, I. Suharman, I. 2012. Pakan Ikan Budidaya dan Analisis Formulasi. UNRI Press. Pekanbaru. 102 hal.

Andre. 2010. Ciri-ciri Ikan Sehat dan Ikan sakit. http://andre-scabra.blogspot.com. Di akses tanggal 28 Desember 2010.

Aryani, N., Henny, S,. Iesje, L,. Morina, R,. 2004. Parasit dan Penyakit Ikan. Penerbit UNRI PRESS. Pekanbaru.

Balai Budidaya Laut Batam, 2006. Pembenihan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.Depertemen Kelautan Dan Perikanan. Batam. 35-40 hal.

Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=766. Diakses Tanggal 12 Desember 2012.

Efendi. M.I, 2002. Metodologi Biologi Perikanan. Cetakan ke IV. Yayasan Dewi Sri, Bogor. 112 pp.

Gufran.M.2010. Budidaya Kerapu Batik. Akademia. Jakarta. Hal 30-37

Haemstra, PC and J.E. Randal. 1993. FAO Spesies Catalogue. Grau per of the Word Family Sarranidae, Sub Family Ephimephelinae, An annoted and Illustrated Catalogue of the Grouper. Food and Agriculture Organization of the United Nations., Rome. Vol 19. 76 - 78 hal.

Iskandar. 2010. Budiaya Ikan Bawal Air Tawar dan Bawal Air Laut. http// Iskandar. Blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 Januari 2011.

Kadari M., A. Darmono, Fernando JS., dan Akbar S.2005. pengembangan Usaha Budidaya Bawal Bintang (Trachinotus blochii) di Keramba Jaring Apung Melalui Pemberian Pakan Buatan. Loka Budidaya Laut Batam Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan. Batam.

Page 34: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

34

Mayunar, 1993. Perkembangan Pembenihan Ikan Kerapu Macan Di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Bojonegara-Serang, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan,Volume XVIII No. 3 : 95 - 108

Rahmat, Dede. 2009. Ketika Bawal Bintang Susah Memijah. http:// dede. Blogspot. Com. Diakses pada tanggal 12 Januari 2011.

Randal . A.S, 1987. Kumpulan Tulisan Pembenihan Ikan Kerapu. Balai Budidaya Laut. Bandar Lampung.44 - 45 hal.

Saanin,H.1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Banatjipta. Bandung

Subyakto, S. dan S. Cahyaningsih. 2003. Pembenihan Kerapu Skala RumahTangga. PT Agromedia Pustaka, Depok. 6 - 12 hal.

Suyanto, 1994.” Budidaya Ikan Kerapu Macan . dalam Primadona, Edisi Februari , Jakarta : 14 - 19.

Page 35: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

35

LAMPIRAN

Page 36: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

36

Lampiran Foto Kegiatan Praktek Lapangan

Page 37: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

37

Page 38: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

38

Page 39: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

39

MAKALAH LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN

PRAKTEK LAPANGAN DI LOKASI BALAI BUDIDAYA LAUT BATAM

Nama Kelompok 2:

JUANDI RIKI UMBARA SIAGIANSISKA WULAN SARI

ETRI NOPILITAAGUS SUPARMAN

FAUZI AHMAD LUBISBERNADI SIMAMORA

IRMA APRI NANDA

BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Page 40: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

40

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2013

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahuwataala. Salawat

dan salam kita kirimkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Sallallahu-

alaihiwasallam, karena atas hidayah-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan.

makalah ini penulis sampaikan kepada pembina mata manajemen kesehatan ikan,

manejemen aquakultur laut, manajemen rawa payau, manajemen tata lingkungan

sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa Penulis

ucapkan terima kasih kepada ibu/bapak yang telah berjasa mencurahkan ilmu

kepada penulis mengajar tentang manajemen kesehatan ikan.

Penulis memohon kepada ibu/bapak dosen khususnya, umumnya para

pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini, baik

dari segi isi, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

kepada semua pembaca demi lebih baiknya pembuatan paper yang akan datang.

Pekanbaru, 2 Juni 2013

Penulis

Page 41: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

41

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. iii

DAFTER TABEL....................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN................................................................................. 11.1. Latar Belakang.............................................................................. 11.2. Tujuan........................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 3

III. METODE PRAKTIKUM................................................................... 63.1. Waktu dan Tempat......................................................................... 63.2. Bahan dan Alat............................................................................... 63.3. Metode Praktikum.......................................................................... 6

IV. PEMBAHASAN................................................................................... 74.1. Manajemen Aquakultur Laut.......................................................... 94.2. Manajemen Tata Lingkungan......................................................... 184.3. Manajemen Rawa Payau................................................................. 214.4. Manejemen Kesehatan Ikan............................................................ 27

V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 324.1. Kesimpulan.................................................................................... 324.2. Saran.............................................................................................. 32

Page 42: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

42

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Bawal Bintang.................................................................................. 3

2. Ikan Kerapu Macan.................................................................................. 4

3. Ikan Kakap Putih...................................................................................... 5

4. Skema Penyediaan Air Laut..................................................................... 8

Page 43: LAPORAN BATAM KELOMPOK 2

43

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sarana dan Prasarana BBL Batam........................................................... 7

2. Parameter Kualitas Air............................................................................. 23

3. Jenis Penyakit Yang Menyerang Induk Ikan Bawal Bintang.................. 30