laporan akhir pengabdian kepada...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN AKHIR
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
IbM KELOMPOK WANITA TANI
KETELA POHON
Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun
Desak Nyoman Sri Werastuti, SE. M.Si, Ak./ NIDN.0006127903 (Ketua)
Dra. Risa Panti Ariani, M.Si./ NIDN.0019046502 (Anggota)
I Made Gede Sunarya, S.Kom.,M.Cs./ NIDN.0025078303 (Anggota)
Dibiayai oleh:
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jendral Pendidikan dan Kebudayaan
Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan
Program Pengabdian kepada Masyarakat
Nomor : 122/UN48.15/LPM/2015 tanggal 5 Maret 2015
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Pendidikan Ganesha
Tahun 2015
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul IbM : IbM KELOMPOK WANITA TANI KETELA POHON
2. Daftar Mitra Nama Mitra Program IbM (1) : Ni Komang Ayu Kurniawati, S.Pd (Ketua KWT Sari Tunjung Mekar) Nama Mitra Program IbM (2) : Jero Made Yuliani (Ketua KWT Gunung Sari)
3. Ketua Tim Pengusul a. Nama : DESAK NYOMAN SRI WERASTUTI M.Si b. NIDN : 0006127903 c. Jabatan/Golongan : Asisten Ahli / IIIb d. Program Studi : Akuntansi e. Perguruan Tinggi : UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA f. Bidang Keahlian : Ekonomi/ Akuntansi – Manajemen Keuangan g. Alamat Kantor/Telp/Faks/surel : Jl. Udayana No. 11 Singaraja / 081337430370 / (0362) 25735 /
[email protected] 4. Anggota Tim Pengusul
a. Jumlah Anggota : 2 orang, b. Mahasiswa yang terlibat : 2 orang
5. Lokasi Kegiatan/Mitra (1) a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) : Desa Cempaga / Kecamatan Banjar b. Kabupaten/Kota : Kabupaten Buleleng c. Propinsi : Bali d. Jarak PT ke lokasi mitra (KM) : 18.00
6. Lokasi Kegiatan/Mitra (2) a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) : Desa Cempaga / Kecamatan Banjar b. Kabupaten/Kota : Kabupaten Buleleng c. Propinsi : Bali d. Jarak PT ke lokasi mitra (KM) : 17.00
7. Luaran yang dihasilkan : 1. Pemberian peralatan penunjang proses produksi2. Pembentukan struktur organisasi3. Diversifikasi produk olahan berbahan bakuketela pohon .4. Kemasan dan design kemasan produk yang sesuai dengan standar pemasaran yang bermutu 5. Keahlian dalam memperhitungkan harga pokok penjualan dan pembukuan sederhana6. Penetapan strategi pemasaran, termasuk didalamnya pembuatan blog, akun di akun di facebook, twitter untuk promosi7. Terbentuk pola kemitraan dengan Disperindag Kabupaten Buleleng
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 1 tahun 9. Biaya Total : Rp. 43.000.000,00
- DIKT : Rp. 43.000.000,00 - Sumber Lain : Rp. 0,00
(Sebutkan) : 0 dan lampirkan Surat Peryataan Penyandang Dana
Singaraja, 2 - 11 - 2015
Ketua Tim Pengusul
( DESAK NYOMAN SRI WERASTUTI M.Si)
NIDN. 0006127903
iii
RINGKASAN
Desa Cempaga adalah salah satu desa penghasil ketela pohon terbesar di
Kabupaten Buleleng. Di desa ini terdapat 4 (empat) Kelompok Wanita Tani (KWT),
namun kegiatan ini hanya pada peserta di KWT Sari Tunjung Mekar dan KWT Gunung
Sari. Desa Cempaga banyak menghasilkan ketela pohon (singkong) sebagai bahan
pangan sumber karbohidrat. Namun masalahnya keterbatasan kemampuan pengolahan,
cita rasa dan penerapan strategi pemasaran yang kurang maksimal. Selain itu ketela
pohon hanya diolah menjadi gaplek, sela kukus, lempog, sela meurap, bahkan hanya
untuk pakan ternak. Untuk itu diperlukan pemberdayaan masyarakat KWT Desa
Cempaga dalam pengolahan ketela pohon agar dimanfaatkan menjadi produk pangan
bernilai ekonomi.
Metode pelaksanaan pengabdian di KWT Desa Cempaga untuk memberdayakan
potensi ketela pohon yang dihasilkan. Kegiatan ini meliputi 1) pelatihan dan praktik
langsung untuk menghasilkan berbagai produk ketela pohon yang siap dipasarkan, 2)
perbaikan manajemen KWT desa Cempaga melalui struktur organisasi serta tugas
tanggungjawabnya, perbaikan pembukuan sederhana, pembekalan strategi pemasaran
dan promosi produk ketela pohon, 3) penyediaan sarana dan prasarana melalui
pengadaan peralatan dan bahan praktik, 4) pendampingan berupa konsultasi dan
bimbingan dalam memproduksi olahan ketela pohon, pembukuan sederhana dan strategi
pemasarannya, serta promosi produk KWT desa Cempaga.
Pencapaian hasil kegiatan ini adalah 1) Anggota KWT memperoleh pemahaman
dan pengalaman untuk diversifikasi olahan ketela pohon, serta pengemasan dan
pelabelan produk pangan, 2) Perbaikan manajemen KWT melalui struktur organisasi,
pembukuan sederhana dan pemahaman strategi pemasaran dan promosi melalui media
sosial (blog), 3) didukung penyediaan sarana dan prasarana kegiatan. Hal lain yang
diperoleh KWT adalah adanya peningkatan pemasaran ke warung, toko-toko dan usaha-
usaha yang tersebar di pasar tradisional Desa Cempaga. Adanya peningkatan kerja sama
antar anggota melalui pembagian tugas dan tanggung jawab. Serta menjalin pola
kemitraan dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Buleleng melalui
pameran produk ketela pohon.
Luaran dalam kegiatan IbM Kelompok Wanita Tani Desa Cempaga adalah
laporan kegiatan, blog promosi produk KWT Desa Cempaga, artikel dan poster.
Keywords : diversifikasi, ketela pohon, kemasan, pembukuan sederhana.
iv
PRAKATA
Puji syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa/Hyang Widhi sehingga laporan
kemajuan Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) dengan judul “IbM Kelompok Wanita Tani
Ketela Pohon” dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kelompok pelaksana IbM
yang telah diberi kesempatan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat DIKTI melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat bagi para
petani ketela pohon di Desa Cempaga Kabupaten Buleleng.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat DIKTI Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI atas bantuan dananya sekaligus ucapan terimakasih
untuk Kelompok Wanita Tani Ketela Pohon Desa Cempaga yang telah menjadi mitra
baik serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan IbM ini.
Tentunya laporan ini masih terdapat kekurangan dalam penyampaiannya, oleh
karena itu besar harapan kami akan ada saran dan masukan guna kesempurnaan laporan
akhir pelaksanaan IbM. Semoga bermanfaat.
Tim Pengabdian
v
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul ………........................................................................................ i
Halaman Pengesahan.............................................................................................. ii
Ringkasan ............................................................................................................... iii
Prakata …………………………………………………………………………… iv
Daftar Isi ................................................................................................................. v
Daftar Gambar ........................................................................................................ vi
Daftar Lampiran ………………………………………………..………………… vi
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
BAB 2 TARGET DAN LUARAN.............................................................. 8
BAB 3 METODE PELAKSANAAN ......................................................... 12
BAB 4 KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ...................................... 20
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN……..……...................................... 22
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN…………………............................ 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 32
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Area Perkebunan Ketela Pohon di Desa Cempaga……………… 2
Gambar 2. Produk Olahan ketela pohon di desa Cempaga…………………. 4
Gambar 3. Vacum frying di Desa Cempaga………………………………… 4
Gambar 4. Peserta antusias mengikuti pelatihan…………………………… 8
Gambar 5. Pendamping dan bapak Kepala Desa Cempaga…………………. 11
Gambar 6. Bahan dan peralatan untuk praktik di Desa Cempaga…………… 12
Gambar 7. Tepung singkong , ubi ungu dan ubi kuning dari cacah…………. 13
Gambar 8. Praktik Stick singkong (kue Bawang)…………………………… 14
Gambar 9. Praktik Chiffon Cake singkong…………………………………… 14
Gambar 10. Praktik Brownies Kukus singkong……………………………….. 15
Gambar 11. Praktik Kripik singkong…………………………………………. 15
Gambar 12. Praktik Semprit singkong………………………………………… 16
Gambar 13. Penyuluhan Manajemen dan Pemasaran………………………… 17
Gambar 14. Pelatihan penggunaan blog……………………………………… 17
Gambar 15. Pameran KWT Desa Cempaga………………………………….. 18
Gambar 16. Penggunaan peralatan praktik…………………………………… 26
Gambar 17. Struktur Organisasi KWT Desa Cempaga……………………… 26
Gambar 18. Pembukuan Usaha KWT Desa Cempaga………………………. 27
Gambar 19. Produk kue kering singkong: kue bawang, semprit & kripik…… 28
Gambar 20. Produk cake singkong: brownkus cup & chiffon pandan……..... 29
Gambar 21. Data print screen Kutela Desa Cempaga…………………..…… 30
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Resep Olahan Ketela Pohon……………………………………… 33
Lampiran 2. Penggunaan Vacuum Frying……………………………………... 39
Lampiran 3. Data print screen IbM Desa Cempaga ……………….………….. 41
Lampiran 4. Personalia Tenaga Pelaksana...................................…................... 45
Lampiran 5. Publikasi Artikel...................................................................…...... 56
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Desa Cempaga merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Banjar,
Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali. Jarak dari ibu kota Kabupaten Buleleng ke
Desa Cempaga sekitar 24 km. Desa Cempaga dikelilingi oleh desa-desa sebagai berikut,
di sebelah utara adalah Desa Temukus, di sebelah selatan Desa Pedawa, di
sebelah timur Desa Tigawasa, dan di sebelah barat adalah Desa Sidatapa. Desa-desa
ini dikenal sebagai desa-desa Bali Aga. Desa Cempaga berada di daerah dataran tinggi
(daerah pegunungan) dengan ketinggian 300-700 meter dari permukaan laut, dengan
luas wilayah 1.257.888 ha. Jumlah penduduk: 2.691 Jiwa atau 976 KK yang terdiri dari
Laki-laki: 1.369 Jiwa Perempuan: 1366 Jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, 2.115
jiwa merupakan angkatan kerja produktif. Ini menunjukkan bahwa potensi sumberdaya
manusia yang ada di Desa Cempaga sangat menjanjikan jika mampu diberdayakan
dengan baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Mata Pencaharian masyarakat
Desa Cempaga adalah Petani 700 orang, Ibu rumah tangga 600 orang, Pedagang 80
orang, Karyawan Swasta 50 orang, Pensiunan 17 orang, Guru/Dosen 9 orang,
Wiraswasta 20 orang, Buruh tani 200 orang dan PNS 23 orang. (Anonim, 2014)
Kondisi tanah di Desa Cempaga tergolong tanah kering dengan sumber air yang
sangat kecil. Tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat di desa ini yang paling
cocok adalah ketela pohon. Para petani di Desa Cempaga tergolong petani yang sangat
ulet. Walaupun dihadapkan pada kondisi alam dengan sumber air yang sangat minim,
mereka mampu mengembangkan tanaman ketela pohon. Ribuan ketela pohon adalah
rumah bagi penduduk Desa Cempaga, karena ketela pohon tumbuh menyebar diantara
rumah-rumah penduduk. Desa Cempaga menjadi salah satu desa penghasil singkong
terbesar di Kabupaten Buleleng. Ironisnya, Desa Cempaga justru memiliki angka
kemiskinan tinggi, dengan pendapatan rata-rata perbulan hanya mencapai Rp. 425.000,-
. Menurut Kepala Desa Cempaga, I Nyoman Artika, pada saat panen, ketela pohon yang
dihasilkan hanya diolah menjadi cacah saja, meskipun kadang-kadang diolah menjadi
2
sela kukus, lempog, sela meurap, bahkan jika harga ketela pohon jatuh, maka hanya
digunakan untuk pangan ternak. Setelah terbentuknya beberapa Kelompok Wanita Tani
(KWT) di desa ini, olahan yang diproduksi tidak hanya cacah saja, namun juga opak
singkong. Namun usaha ini masih sangat sederhana dan tersendat-sendat, meskipun saat
ini, hanyalah cacah ketela pohon yang masih diproduksi. Sedangkan opak singkong
sudah dihentikan produksinya karena tidak ada permintaan terhadap produk ini lagi.
Jika ditelusuri lebih jauh, ketela pohon sebenarnya memiliki potensi yang sangat
besar untuk dikembangkan menjadi berbagai macam diversifikasi produk, misalnya
menjadi tepung cassava (tepung singkong). Pengolahan ketela pohon menjadi tepung
juga mempermudah penggunaan dan penyimpanannya, juga memperpanjang daya
simpan tepung hingga dapat tahan berbulan-bulan, bahkan hingga tahunan. Cita rasa
aneka kue yang terbuat dari tepung singkong tidak kalah enaknya dengan yang terbuat
baik dari tepung terigu, tapioka, beras maupun tepung ketan. (Sutrisno, 2013)
Umbi singkong juga bisa diolah menjadi aneka bahan baku aneka industri
seperti; nata de cassava, gula cair, sorbitol, bioetanol, tiwul instan, dan berbagai
makanan camilan banyak disukai oleh masyarakat kita seperti opak singkong, gethuk
goreng, cake singkong, bapia telo, ceriping singkong, serta bakso, nugget dan lain-lain.
(Darminto, 2010)
Sumber: dok. Werastuti, 2014
Gambar 1. Area Perkebunan Ketela Pohon di Desa Cempaga.
3
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bapak I Nyoman Artika, selaku
Kepala Desa Cempaga, Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Cempaga terbentuk
karena adanya keinginan isteri-isteri petani untuk meningkatkan kesejahteraan dan
ekonomi keluarga. Dengan adanya KWT desa Cempaga, para isteri memiliki wadah
untuk pembelajaran mengenai segala kegiatan-kegiatan yang sederhana seperti produksi
pangan, dan wirausaha sehingga bisa menjadi industri rumah tangga. Disamping itu,
mereka juga bisa menerapkan prinsip demokrasi karena ditiap periode ada pelantikan
pengurus yang dipilih secara musyawarah. KWT yang telah terbentuk adalah KWT Sari
Tunjung Mekar dan KWT Gunung Sari. KWT Sari Tunjung Mekar memiliki anggota
kelompok sebanyak 25 orang dan KWT Sari Tunjung Mekar sebanyak 20 orang.
Semua anggota KWT tersebut bermata pencarian sebagai petani ketela pohon.
Menurut Ketua KWT Sari Tunjung Mekar, Ni Komang Ayu Kurniawati,
sebelum diolah menjadi keripik singkong, pada saat musim panen, ketela pohon hanya
diolah menjadi cacah karena proses pengolahannya yang sangat mudah dan tidak
memerlukan peralatan yang mahal. Cacah yang dihasilkan mencapai 40 ton/panen.
Cacah ini dijual ke warung-warung di sekitar desa dengan harga Rp. 2000,-/kg. Mereka
cenderung berpikir praktis agar segera memperoleh penghasilan dari ketela pohon,
tetapi hal ini juga disebabkan karena masyarakat tidak memiliki pengetahuan mengenai
pengolahan ketela pohon menjadi berbagai jenis bahan olahan.
Sumber:dok. Dewa Gede Mariawan, 2013
Gambar 2. Produk Olahan ketela pohon di desa Cempaga
4
Keadaan yang relatif sama juga terjadi di KWT Gunung Sari. Menurut Ketua
KWT Gunung Sari, Jro Putu Dwiyani, pada saat panen, selain mengolah menjadi cacah,
beberapa anggota kelompok juga mengolahnya menjadi opak ketela pohon. Opak yang
dihasilkan mencapai 144.000 kg/tahun. Namun, pemasarannya di seputar warung-
warung di desa tersebut sehingga belum bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Budidaya ketela pohon sudah berlangsung cukup lama, KWT desa Cempaga
hanya memiliki pengetahuan terbatas untuk memanfaatkan ketela pohon. Batang ketela
pohon yang tidak dijadikan bibit akan dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Pada
proses pembuatan cacah, begitu umbi ketela pohon selesai dikupas, maka kulit umbi
ketela pohon tersebut akan dijadikan sebagai pakan ternak sapi juga. KWT Sari
Tunjung Mekar yang telah terbentuk sejak tahun 2010, yang pembentukannya digagas
oleh Ibu Komang Ayu Kurniawati, pada pertengahan tahun 2013, diberikan bantuan
berupa peralatan vacum frying, dimana peralatan ini merupakan sumbangan yang
diberikan oleh pemerintah melalui program PNPM Mandiri pada tahun 2013.
Menurut Ibu Komang Ayu Kurniawati dan Jro Putu Dwiyani, selain citarasa,
juga kelemahan dari segi aspek manajemen, dengan struktur organisasi dan tugas
tanggung jawab yang belum jelas. Pada saat musim panen tiba, proses produksi
dikerjakan secara bersama-sama. Sedangkan pemasarannya, hanya dilakukan oleh
Sumber: dok. Dewa Gede Mariawan, 2013.
Gambar 3. Vacum frying di Desa Cempaga.
5
anggota KWT yang mau dan memiliki waktu luang. Akibatnya seringkali setelah selesai
produksi, produk yang dihasilkan disimpan di gudang penyimpanan karena seluruh
anggota KWT memiliki kesibukan sendiri, karena adanya upacara agama, dan lain-lain.
Dengan tidak adanya pendistribusian tugas secara jelas, mengakibatkan pemasaran
menjadi tersendat-sendat, lebih banyak penawaran daripada permintaan.
Selain itu harga penjualan ketela pohon sangat rendah, bahkan terkadang tidak
dihargai. Seharusnya biaya produksi meningkat, pada bahan baku, upah pembuatan
opak dan biaya produksi lainnya. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman tentang
proses perhitungan harga pokok dan harga jual. Harga ketela pohon sekarang mencapai
Rp.2000/kg, ditingkat petani. Selain itu, promosinya tidak ada, hal ini bisa dilihat dari
pemasaran opak singkong hanya dilakukan oleh Ni Ketut Rideng, yang mempunyai
usaha sampingan sebagai pedagang keliling di Gianyar. Karena hanya mengandalkan
satu orang saja, menyebabkan tidak ada lagi permintaan produk ke KWT, sehingga
produksinya menjadi macet, keadaan ini membuat semua anggota KWT menjadi sangat
putus asa. Mereka sekarang hanya mau mengolah ketela pohon menjadi cacah saja
sehingga tidak terjadi peningkatan kesejahteraan bagi mereka, mengingat keuntungan
yang mereka dapatkan sangat tipis, tidak sebanding dengan peningkatan biaya hidup
yang terjadi dewasa ini. Vacum frying yang mereka peroleh dari bantuan pemerintah
melalui program PNPM Mandiri disimpan di gudang yang terletak di belakang wantilan
desa tanpa dimanfaatkan.
Selain itu, meskipun sudah memiliki merk dan mencantumkan ijin produksi,
produk ketela pohon yang dihasilkan belum memiliki pelabelan yang layak, belum
mencantumkan alamat produksi, masa kedaluwarsa produk, belum menonjolkan sisi
keunggulan dengan sajian gurih, lezat, bergizi dan mutu terjamin, berat bersih dan
belum adanya jaminan jenis produk yang ditawarkan aman untuk dikonsumsi melalui
sudah terdaftarnya di BPOM.
Berdasarkan analisis situasi diatas, maka akan dianalisis permasalahan mitra
sebagai berikut :
6
1. Produk olahan ketela pohon hanya dimanfaatkan umbinya, untuk cacah saja
dengan proses produksi yang sangat sederhana dan sedikit memperoleh
keuntungan.
2. Belum memperoleh pelatihan dalam pengolahan diversifikasi ketela pohon,
mengingat pentingnya pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan
produk ketela pohon, serta proses pengemasan produk.
3. Kurangnya peralatan yang dimiliki Kelompok Wanita Tani, untuk dapat
mengolah produk diversifikasi ketela pohon.
4. Pemasaran belum memenuhi standar prospek manajemen secara maksimal,
karena kemampuan dalam menjaring relasi bisnis masih lemah,
5. Promosi tidak pernah dilakukan dalam bentuk apapun, hanya dari mulut
kemulut, karena tidak memiliki pemahaman tentang produk ketela pohon
yang berkualitas.
6. Belum ada struktur organisasi yang jelas sehingga menimbulkan tumpang
tindih dalam tugas dan tanggung jawabnya.
7. Belum ada sistem packing atau kemasan yang memenuhi standar pemasaran
bermutu, sehingga produk cepat rusak, karena pengemasan tidak baik.
8. Pelabelan produk ketela pohon ini hanya menuliskan nama produk saja,
tanpa adanya tanggal kedaluarsa, komposisi produk, keunggulan produk,
nama yang membuat dan sebagainya
Dari berbagai permasalahan pada KWT desa Cempaga yang mendapat prioritas
untuk dilakukan dalam kegiatan ini adalah:
1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan ketela pohon
menjadi produk pangan yang berkualitas, dalam pemilihan bahan, proses
produksi, proses pengemasan dan pelabelan produk yang tepat, sehingga
usaha ini menjadi industri rumah tangga yang berkualitas.
2. Perbaikan manajemen KWT desa Cempaga melalui struktur organisasi ang
menguraikan tugas dan tanggung jawab anggota KWT, meningkatkan
7
kemampuan pembukuan sederhana agar mampu menentukan harga jual dan
memperoleh keuntungan yang wajar, memberi pemahaman tentang strategi
pemasaran (marketing program) untuk memperluas pemasaran dan merebut
pangsa pasar, serta meningkatkan promosi melalui media sosial dan
kerjasama dengan instansi terkait..
3. Melengkapi kebutuhan peralatan sebagai penunjang aktivitas produksi yang
masih terbatas, misalnya oven, mixer, dan bahan-bahan pangan untuk
praktik yang menunjang pelaksanaan kegiatan.
4. Sebagai tindak lanjut kegiatan dilakukan pendampingan yang dilakukan
berkala secara langsung (datang ke desa) ataupun melalui media komunikasi,
serta pemanfaatan blog untuk promosi produk ketela pohon.
8
BAB 2
TARGET DAN LUARAN
Target dan luaran yang dicapai dalam kegiatan IbM Desa Cempaga ini agar
dapat terukur, maka dijelaskan target kegiatan secara terinci sebagai berikut :
1. Ketersediaan peralatan yang sangat dibutuhkan masyarakat untuk diversifikasi
produk unggulan yang akan dikembangkan, misalnya oven, mixer, alat pencetak
kue, panci, wajan, blender. Tanpa tersedianya sarana dan prasarana penunjang,
maka program ini tidak akan bisa berjalan seperti yang diharapkan. Setelah
peralatan-peralatan tersebut diserahkan, dilanjutkan dengan pelatihan untuk
menggunakannya agar warga bisa memanfaatkannya secara efektif sehingga
menghasilkan produk dengan kualitas yang optimal. Masyarakat diharapkan
mempunyai pemahaman dan penguasaan teknologi untuk diversifikasi produk.
2. Pelatihan dan praktik berbagai jenis produk ketela pohon yang dihasilkan, yaitu
tepung ketela pohon (singkong), Brownies Kukus Singkong (Cup), Pandan Chiffon
Cake Singkong, Semprit Singkong, Keripik Singkong, dan Stick Singkong.
Pelatihan ini dibimbing oleh pakar dari jurusan tata boga dibantu oleh 2 orang
mahasiswa yang terbaik dari segi keahliannya.
Sumber: dok. Werastuti, 2014
Gambar 4. Peserta antusias mengikuti pelatihan
9
Anggota KWT bagian produksi diminta untuk secara langsung mempraktekkan
proses pembuatan olah makanan yang diperagakan oleh pakar tata boga hingga
tuntas. Melalui program diversifikasi produk, ketela pohon dapat menghasilkan
produk yang bervariasi dan potensial untuk pengembangan potensi industri olahan
rumah tangga. Anggota KWT diharapkan memiliki jiwa enterpreneurship yang
meningkat dan bisa mengolah umbi ketela pohon menjadi produk industri rumah
tangga yang kreatif dan inovatif.
3. Berdasarkan hasil diskusi antara anggota KWT bersama pakar di bidang ekonomi.
Strategi pemasaran didahului dengan penetapan harga jual dilakukan dengan cara
memperhitungkan harga bahan baku, upah pekerja, proses produksi, pengemasan,
dan pemasaran. Semua harga yang telah teridentifikasi dapat dihitung hingga bisa
didapat harga satuan minimal (modal yang digunakan). Selanjutnya ditentukan
harga jual, setelah menetapkan keuntungan yang ingin diperoleh. Hal yang perlu
diingat dalam penetapan harga jual adalah jika harga ditentukan terlalu tinggi maka
konsumen akan mempertimbangkan kembali untuk membeli produk kita dan lebih
jauh lagi mereka akan lari ke produk lain yang sejenis. Untuk mempercepat proses
pendistribusian, ditugaskan 5 orang dari anggota KWT Sari Tunjung Mekar dan 3
orang dari anggota KWT Gunung Sari sebagai tenaga pemasaran. Promosi
dilakukan melalui internet dengan pembuatan blog, akun twitter dan facebook.
4. Menghasilkan desain kemasan sehingga menarik konsumen. Pembuatan desain
kemasan akan dilakukan oleh tim ahli dari Jurusan Teknologi Informatika dan sudah
tentu berdasarkan kesepakatan dari anggota KWT tersebut. Hal ini dilakukan untuk
menunjang pelaksanaan strategi pemasaran dan promosi yang akan dipilih oleh
peserta KWT bersama tim pendamping. Merk yang digunakan berdasarkan
kesepakatan yaitu Sari Tunjung Mekar dan mencantumkan ijin produksi, alamat
produksi, masa kedaluwarsa produk, keunggulan rasa dengan sajian gurih, lezat,
bergizi dan mutu terjamin, berat bersih dan sudah terdaftarnya di Dinas Kesehatan.
5. Penciptaan struktur organisasi yang bisa memisahkan tugas dan tanggung jawab
secara tegas antar masing-masing anggota organisasi. Selain itu, bisa mencerminkan
10
sikap profesionalisme suatu kelompok tani. Struktur organisasi KWT terdiri dari
ketua, bagian produksi, bagian pembukuan, bagian personalia dan bagian
pemasaran. Pada KWT Sari Tunjung Mekar dan KWT Gunung Sari dibentuk, ketua
1 orang, produksi 12 orang, keuangan 1 orang, pembukuan 1 orang, pembelian 1
orang, pemasaran 5 orang. Tugas ketua adalah memimpin dan mengendalikan
semua kegiatan usaha KWT, merencanakan dan menyusun program kerja,
mengurus dan mengelola kekayaan KWT. Tugas bagian produksi adalah menyusun
rencana dan jadwal produksi, memproduksi produk untuk menjamin kesinambungan
dalam produksi, pengendalian bahan baku dan efisiensi penggunaan peralatan dan
mesin, serta selalu berusaha untuk meningkatkan keterampilan pengolahannya.
Tugas bagian pembelian adalah mengelola persediaan bahan baku, menjaga
kualitas dan harga bahan baku secara tepat, membeli dan memeriksa ketersediaan
bahan baku, menyimpan bahan dan peralatan yang dibeli. Pembukuan bertugas
untuk merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan serta
pembelanjaan dan kekayaan perusahaan, melaporkan secara rutin kondisi keuangan
perusahaan. Bagian pemasaran bertugas melaksanakan program pemasaran produk,
pembuatan data barang, penetapan harga, menentukan pasar sasaran, memonitor
kepuasan konsumen, mengevaluasi persaingan, serta identifikasi peluang pasar.
6. Menjalin pola kemitraan antara KWT dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Kabupaten Buleleng untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, menumbuh
kembangkan industri kecil dan menengah di Desa Cempaga. Dengan demikian
diharapkan produk-produk yang dihasilkan KWT bisa diikutsertakan dalam kegiatan
pameran industri kecil yang diadakan pada event-event tertentu di Buleleng. Di
Desa Cempaga tumbuh ekonomi kreatif, khususnya dibidang kuliner, yang
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan ini sejalan dengan
program Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Kabupaten Buleleng.
11
Sedangkan luaran kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, melalui kegiatan
IbM Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Cempaga adalah laporan kegiatan, blog
promosi produk KWT Desa Cempaga, artikel dan poster.
Sumber: dok. Werastuti, 2014
Gambar 5. Pendamping dan bapak Kepala Desa Cempaga
12
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dan terkait
dengan target luaran yang telah ditetapkan adalah
Persiapan kegiatan dilakukan untuk menyesuaikan produk olahan yang diminati
peserta, waktu pelaksanaan dan tempat untuk melaksanakan kegiatan, serta
penyediaan sarana dan prasana untuk praktik. Peralatan praktik olahan ketela pohon
dan bahan praktik disediakan terlebih dahulu agar pelaksanaan pelatihan berjalan
lancar dan efisien, seperti oven, alat pengemas (impulse sealer), mixer, dan
peralatan pendukung lainnya.
Sebelum diberikan pelatihan dan pendampingan pengolahan produk, masyarakat
diberikan berbagai penyuluhan agar tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan ini bisa
tercapai. Pertama kali yang diberikan kepada masyarakat adalah memberikan
penyuluhan mengenai potensi hasil komoditi perkebunan mereka yang bisa
menghasilkan berbagai olahan industri rumah tangga yang inovatif dan bercitarasa
tinggi. Penyuluhan juga disertai dengan contoh pengusaha-pengusaha yang sukses
Sumber: dok. Werastuti, 2014
Gambar 6. Bahan dan peralatan untuk praktik di Desa Cempaga
13
mengolah ketela pohon menjadi berbagai olah makanan. Selain itu, diberikan pula
penyuluhan mengenai kiat- kiat sukses menjadi seorang enterprenuer.
Setelah itu dilanjutkan dengan pelatihan dan pendampingan berbagai keterampilan.
Tenaga ahli dari jurusan tataboga dengan dibantu oleh dua orang mahasiswa
memberikan pelatihan dan pendampingan berupa pengolahan berbagai jenis
makanan dengan memanfaatkan umbi ketela pohon. Diupayakan untuk menciptakan
cita rasa yang lain dari yang lain agar bisa cepat merebut pangsa pasar, pelatihan
dan praktik dengan materi olahan ketela pohon (singkong) sebagai berikut:
1) Tepung singkong (Resep 1 terlampir)
Proses pembuatan tepung, sangat sederhana karena dibuat dari cacah yang
sudah diproduksi di desa Cempaga, caranya cacah ditepung (diselip) dan diayak
halus. Tepung singkong sudah disiapkan
2) Stick Singkong (Kue Bawang Singkong), keistimewaannya kue kering ini
terbuat dari bahan utama singkong dengan aroma daun jeruk purut.
Sumber: dok. Risa, 2014
Gambar 7. Tepung singkong , ubi ungu dan ubi kuning dari cacah.
14
3) Chiffon Cake Singkong, adalah cake ringan yang empuk terbuat dari tepung
singkong, rasanya gurih dan manis dengan aroma pandan.
Sumber: dok. pribadi, 2015
Gambar 8. Praktik Stick singkong (kue Bawang).
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 9. Praktik Chiffon Cake singkong
15
4) Brownies cup singkong merupakan kue dengan rasa coklat yang berbentuk cup
(cetakan kecil), untuk lebih menarik dapat diberi taburan meises diatasnya.
5) Kripik singkong merupakan irisan tipis ketela pohon yang diberi bumbu dan
digoreng, sehingga rasanya gurih dan renyah. Kripik ini memiliki daya simpan
lebih dari satu bulan.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 11. Praktik Kripik singkong
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 10. Praktik Brownies Kukus singkong
16
6) Stick singkong disebut juga kue bawang singkong, kue kering gurih ini dibuat
dari ketela pohon segar yang dikukus, dihaluskan, dibumbui dan dibentuk
seperti stick atau ranting, kemudian digoreng. Kue kering ini memiliki daya
simpan lebih dari satu bulan.
7) Penyuluhan mengenai manajemen operasional dan pemasaran hasil produk
industri, pengelolaan usaha kecil, pengembangan pangsa pasar dan strategi
untuk meningkatkan pendapatan juga menjadi prioritas. Penyuluhan ini
diharapkan dapat menciptakan efektivitas kinerja untuk mencapai keuntungan
kompetitif dengan biaya lebih rendah dan pelayanan lebih baik disampaikan
oleh tim ahli dari jurusan ekonomi akuntansi. Penyuluhan mengenai strategi
pemasaran, diakhiri dengan diskusi untuk menyepakati strategi pemasaran pada
usaha KWT agar mempercepat pemasaran. Selanjutnya untuk memperluas
jangkauan pasar, dibuka sistem keagenan baik secara offline maupun online bagi
konsumen yang tertarik memasarkan produk ketela pohon. Strategi berikutnya
adalah pemasaran dilakukan secara langsung ke minimarket, toko-toko, warung,
maupun online melalui blog.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 12. Praktik Semprit singkong
17
Untuk menunjang kegiatan tersebut, diberikan pelatihan penggunaan jejaring
sosial dan pemanfaatan blog KWT Desa Cempaga. Pembuatan blog difasilitasi
oleh tenaga ahli dari jurusan Teknik Informatika.
8) Simulasi desain label dan kemasan dipandu oleh tenaga ahli dari jurusan Teknik
Informatika. Sedangkan pembuatan kemasan dipandu oleh instruktur tata boga.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 14. Pelatihan penggunaan blog
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 13. Penyuluhan Manajemen dan Pemasaran
18
Kemasan dan label dibuat sesuai dengan standar, yaitu dengan adanya brand,
alamat produksi, masa kedaluwarsa produk, menonjolkan sisi keunggulan
dengan sajian gurih, lezat, bergizi dan mutu terjamin, berat bersih dan adanya
jaminan produk yang ditawarkan aman dikonsumsi. Sistem packing yang
sederhana, tetapi menarik minat konsumen untuk membeli produk tersebut
karena konsumen merasa aman dan nyaman mengkonsumsi hasil produk.
9) Membentuk pola kemitraan yang dikembangkan antara KWT Desa Cempaga
dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng. Pemerintah
daerah berkepentingan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, bagi
industri kecil dan menengah maupun industri rumah tangga, pengembangan
daya saing,, sehingga diharapkan produk- produk sektor industri kecil mampu
bersaing di pasar global. Strategi promosi kerjasama ini melalui berbagai
pameran UKM yang sering diadakan pemerintah daerah atau ormas tertentu.
Melalui berbagai pameran KWT desa Cempaga bisa mengenalkan produk-
produknya kepada khalayak ramai, dan membuka peluang yang lebih besar
untuk mengembangkan usaha tersebut.
Sumber: KWT Desa Cempaga , 2015
Gambar 15. Pameran KWT Desa Cempaga
KWT Ds Cempaga
19
Partisipasi mitra dalam pelaksanaan program adalah
1. Kehadiran anggota KWT pada saat jadwal pelaksanaan penyuluhan atau
pelatihan tiba.
2. Penyediaan tempat untuk pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan kepada
KWT, yaitu di wantilan banjar Desa Cempaga.
3. Membagi anggota KWT menjadi beberapa bagian, yaitu bagian produksi,
bagian pemasaran, bagian pembelian, bagian keuangan, dan bagian
pembukuan.
4. Pemberian fasilitas yang menunjang pemakaian peralatan vacuum friying
dan peralatan yang disediakan oleh tim pengabdian, yaitu listrik dan air.
5. Sebagai pelaksana yang paling aktif dalam kegiatan pelatihan pengolahan
bahan baku.
6. Menetapkan strategi pemasaran berdasarkan musyawarah dengan anggota
7. Menetapkan design kemasan yang akan digunakan dalam hasil olahan
berbagai produk.
8. Mengemas produk yang sudah jadi untuk dikemas dalam kemasan yang
sudah diberikan design.
9. Menetapkan harga pokok penjualan dan harga jual berdasarkan target
penjualan yang ditentukan.
10. Melaksanakan tes rasa produk pada warung-warung di sekitar desa untuk
menilai respon konsumen terhadap produk baru tersebut.
11. Membuat iklan di media masa, radio dan pada akun jejaring sosial yang
sudah dibuatkan oleh tim pengabdian.
12. Menawarkan produk dan berupaya menjalin kerjasama dengan perusahaan
supermarket, minimarket, pedagang di pasar-pasar tradisional, toko grosir
cemilan, dan pusat oleh- oleh khas Bali.
13. Bersama-sama dengan tim pengabdian, membentuk pola kemitraan
dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng sebagai
salah satu upaya untuk mempromosikan produk ke luar wilayah.
20
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
1. Kinerja Lembaga P2M Undiksha dalam Kegiatan PPM Tahun 2013
Universitas Pendidikan Ganesha memiliki sebuah lembaga yang khusus
menangani pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh dosen-dosen yaitu Lembaga
Pengabdian Masyarakat (LPM). Pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh LPM
Universitas Pendidikan Ganesha, selama ini tidak hanya dilakukan atas dana DIPA
Undiksha namun juga dari dana DIKTI yang pelaksanaannya dilakukan oleh setiap
fakultas. Adapun pengabdian masyarakat yang didanai dari dana DIPA sejumlah 73
buah proposal dan dana DP2M DIKTI sejumlah 32 buah proposal selama tahun 2013.
2. Kualifikasi Pelaksana Program dan Jenis Kepakaran
Kualifikasi yang diperlukan dalam menyelesaikan seluruh persoalan atau
kebutuhan mitra dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masarakat ini, sebagai
berikut:
No Nama Jabatan Kualifikasi
Tugas Pendikan
1 Desak Nyoman Sri
Werastuti, SE, M.Si,
Ak.
Ketua Ekonomi/
Akuntansi –
Manajemen
Keuangan
* Menyerahkan sarana dan
prasarana untuk pelatihan dan
pendampingan
* Memberikan penyuluhan dan
pelatihan mengenai proses
perhitungan harga pokok
penjualan dan pembukuan
sederhana
* Memberikan penyuluhan
mengenai strategi pemasaran,
pentingnya pembuatan blog dan
akun jejaring sosial bagi KWT
Desa Cempaga
* Menetapkan strategi pemasaran
berdasarkan hasil kesepakatan
dengan KWT
21
* Memberikan penyuluhan
mengenai pentingnya design
kemasan dan sistem packing
yang sesuai dengan standar
pemasaran yang bermutu tinggi.
* Membuat pola kemitraan
dengan Disperindag Kabupaten
Buleleng
2 Dra. Risa Panti Ariani,
M.Si.
Anggota Tata Boga * Memberikan penyuluhan
mengenai manfaat ketela pohon
yang bisa diolah menjadi
berbagai macam produk
unggulan * Memberikan pelatihan cara
pembuatan berbagai olahan
ketela pohon
3 I Made Gede Sunarya,
S.Kom., M.Com.
Anggota Teknologi
Informatika
* Pembuatan design kemasan
dengan memasukkan merk, ijin
produksi, alamat produksi, masa
kedaluwarsa produk,
menonjolkan sisi keunggulan
dengan sajian gurih, lezat,
bergizi dan mutu terjamin.
* Pembuatan blog, akun jejaring
sosial seperti facebook, twitter
bagi KWT Desa Cempaga untuk
promosi dan perluasan
pemasaran
22
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Profil Desa Cempaga
Berbicara historis / mitologi terjadinya Desa Cempaga, sampai saat ini belum
pernah diadakan suatu penelitian dari kalangan ilmuan ke purbakalaan atau intansi
terkait, di samping itu belum pernah diketemukan benda-benda kuno seperti prasasti-
prasasti. Sebagai bahan acuan hanyalah keterangan-keterangan yang di warisi secara
turun-temurun dalam ujud lisan, bersifat dongeng belaka, yang di ceritakan oleh
sesepuh penduduk desa kemudian di wariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Asal usul terjadinya desa cempaga yang diteliti lewat bukti-bukti yang riil berdasarkan
informasi dari orang-orang yang dianggap mengetahui tentang desa cempaga. Di dalam
buku Catur Desa Adat Kuno dikatakan dalam prasasti Desa Banyusri bahwa Desa
Cempaga itu dahulu di bawah pemerintahan Raja Crisuradipta pada tahun 1115 masehi
(Simpen,1986:39).
Desa Cempaga itu termasuk desa tua seperti Desa pedawa, sidetapa, dan
tigawasa, sebagai berikut: dalam kehidupan masyarakat Bali, pengaruh jawa-hindu
cukup kuat, antara lain pengaruh hindu dizaman Majapahit yang menyebabkan
terbentuk masyarakat Bali Aga dan Bali Majapahit (wong Majapahit). Masyarakat Bali
Aga tidak begitu kuat mendapat pengaruh kebudayaan jawa-hindu dari majapahit,maka
umumnya diam di desa-desa daerah pegunungan (seperti sembiran, Cempaga, Sidatapa,
Pedawa, Tigawasa di Kabupaten Buleleng, dan desa Tenganan Pegringsingan),
sedangkan orang-orang Bali Majapahit umumnya diam di daerah dataran rendah dan
merupakan bagian besar penduduk Bali (Rendra,1990:187). Desa Cempaga sudah
dikenal oleh masyarakat umum di Bali tahun 1350 Masehi dengan nama desa Gunung
Sari. Penyebutan oleh Balian Desa lebih sering di katakan Giri Kusuma, dengan makna
giri adalah Gunung, kusuma adalah bunga, artinya gunung yang indah dan berseri,
namun oleh masyarakat setempat mengatakan suatu daerah pegunungan yang memiliki
budidaya berbagai tanaman disebut Desa Cempaga. Diantara jenis-jenis tanaman
23
tersebut yang khas daerah pegunungan adalah pohon cempaka dan padi Gaga, yang di
sebut istilah ngaga. Ini bentuk tanaman padi di Tegalan, alat yang dipergunakan
dinamakan pul-pul yang terbuat dari bambu yang diruncingkan untuk membuat lobang
(najuk), kemudian lobang itu diisi jijih (Gabah), pengisian lobang itu dikenal istilah
mebubud, namun Gunung Sari sampai saat ini masih tetap lestari terbukti dengan
adanya tempekan bernama Gunung Sari.
Berdasarkan Cerita, pada zaman dahulu serombongan orang yang berjumlah 500
KK dari Campa, sebuah Negeri yang terdapat antara Muangthai dan India, pertama kali
datang di daerah sekitar Temukus. Mereka menuju daerah pegunungan karena terlihat
indah dan berseri, ditempat ini terdapat sebuah pohon besar (pohon cempaka) yang
sedang berbunga dan harum semerbak. Mereka melepas lelah dan berteduh dibawah
pohon besar itu, kemudian bersepakat untuk menetap disana. Didalam buku leluhur
orang Bali menyinggung tentang keturunan Campa bahwa Keluarga Warma Dewa di
Bali baik yang datang duluan yang menurunkan Kutawaringin dan Nyuh Ayu maupun
yang datang belakangan (Adityawarman). Ini adanya keturunan Raja dari dinasti
Warmadewa I di Bali Cri Kesari Warmadewa, dalam Raja Purana Bali. Beliau dikenal
dengan gelar Cri Wira Dalem Kesari.Beliau datang ke Bali Pada Caka Khecara Wahni
Murti sama dengan tahun Caka 835 atau 913 Masehi, Cri Wira Dalem Kesari yang
berkeraton di Singadwala (Besakih) kerajaan disebut Kahuripan. Kata Cempaka
mengalami perubahan pengucapan menjadi Cempaga, tetapi dalam prasasti Banyusri
kata Cempaga berasal dari dua kata yaitu Campa dan Aga, Campa berarti sebuah Negeri
yang ada di India dan Aga penduduk pulau Bali yang pertama. Jadi Cempaga
mempunyai makna denotasi penduduk Pulau Bali yang pertama dari penduduk Campa
yang tinggal dipegunungan.
5.2 PESERTA KEGIATAN
Pada bagian ini akan diuraikan menjadi beberapa tahap, yaitu : (1) peran peserta
dari KWT ketela pohon desa Cempaga Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, (2)
respon kegiatan P2M, (3) harapan ke depan kegiatan P2M untuk meningkatkan
24
ekonomi KWT Ketel Pohon Desa Cempaga. Kegiatan P2M IbM KWT Ketela Pohon ini
diikuti oleh 2 kelompok, yaitu KWT Sari Tunjung Mekar dan KWT Gunung Sari yang
diketuai oleh Ibu Komang Ayu Kurniawati, S.Pd dan Jro Putu Dwiyani. Nama-nama
peserta yang hadir pada kegiatan ini terdapat pada Tabel 1, yaitu
Tabel 1 Daftar Nama Peserta KWT Desa Cempaga
No. Nama Peserta
1 Ni Komang Ayu Kurniawati
2 Ni Kadek Ari Eka Yanti
3 Jro Putu Dwiyani
4 Ni Ketut Sri Murtiasih
5 Komang Suandani
6 Ni Ketut Triasi
7 Made Karmini
8 Made Kesi
9 Kadek Sri Dalem
10 Ketut Sutermi
11 Indrawati
12 Wayan Sriasi
13 Sermini
14 Sarmadi
15 Sentri
16 Kenik
17 Kertiasih
18 Made Sri
19 Pujantini
20 Serineki
21 Made Astiti
5.3 LANGKAH KEGIATAN P2M
Kegiatan P2M IbM ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu: (1) Kegiatan
diawali dengan penjajagan lokasi KWT yang dilakukan pada saat pembuatan proposal,
(2) persiapan awal penyiapan kelompok wanita tani ketela pohon, (2) identifikasi
peralatan yang akan digunakan,(3) menetapkan resep makanan yang akan diterapkan,
25
(4) pengadaan bahan dan alat penunjang pelatihan (5) pelaksanaan kegiatan (6)
pendampingan kegiatan.
Penjajagan Lokasi dan penggalian masalah KWT: Lokasi KWT Tunjung Sari
Mekar, berada di dekat kantor kepala desa Cempaga, sedangkan KWT Gunung Sari
berada sekitar 2 km dari Kantor Kepala Desa Cempaga.
Pengadaan Peralatan dan Bahan Penunjang Pelatihan: pada analisis situasi
bahwa salah satu masalah yang dihadapi KWT adalah tidak dimilikinya peralatan
penunjang proses produksi. Adapun pengadaan peralatan pengolahan umbi ketela pohon
adalah oven, loyang, kompor gas, baskom, mixer, pemarut singkong, timbangan, panci,
pres plastik, dll.
Kegiatan pengabdian IbM ini untuk memanfaatkan potensi yang ada di Desa
Cempaga, yaitu ketela pohon. Dengan dimilikinya kemamppuan serta keahlian dalam
mengolah umbi ketela pohon menjadi berbagai produk, yang disertai dengan
kemampuan dalam pengemasan, membuat design kemasan, manajemen usaha serta
pembukuan sederhana diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan IbM sampai bulan Juni 2015 ini difokuskan pada kegiatan pelatihan
dan pendampingan bagi para anggota KWT utamanya dalam pengolahan umbi ketela
pohon menjadi berbagai jenis produk. Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat IbM
KWT Ketela Pohon bagi para petani melibatkan 2 (dua) KWT, yaitu KWT Sari
Tunjung Mekar dan KWT Gunung Sari.
Kegiatan ini diawali dengan pembekalan kepada anggota KWT desa Cempaga,
juga dukungan pada kegiatan awal ini dengan kehadiran Kepala Desa Cempaga yang
memberi sambutan dan memotivasi agar peserta yang hadir bisa serius mengikuti semua
kegiatan.
5.4 . HASIL KEGIATAN P2M
1. Ketersediaan Peralatan Penunjang
Seperti yang diungkapkan pada analisis situasi bahwa salah satu masalah yang
dihadapi KWT adalah tidak dimilikinya peralatan penunjang proses produksi.
26
Adapun pengadaan peralatan pengolahan umbi ketela pohon adalah oven,
loyang, kompor gas, baskom, mixer, pemarut singkong, timbangan, panci, pres plastik,
wajan, timbangan, dll. Peralatan tersebut diserahkan kepada ketua KWT Sari Tunjung
Mekar, yaitu Ni Komang Ayu Kurniawati, dan ketua KWT Gunung Sari yaitu Jro Putu
Dwiyani yang disaksikan oleh Kepala Desa Cempaga.
2. Penciptaan struktur organisasi
Pembentukan struktur organisasi dilakukan sebelum kegiatan pendampingan dan
pelatihan dilaksanakan.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 16. Penggunaan peralatan praktik
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 17. Struktur Organisasi KWT Desa Cempaga
27
Penciptaan struktur organisasi bisa memisahkan tugas dan tanggung jawab
secara tegas antar masing-masing anggota organisasi. Selain itu, bisa mencerminkan
sikap profesionalisme suatu kelompok tani. Pemberian pelatihan dan pendampingan
bisa terpusat sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota
Struktur organisasi KWT terdiri dari ketua, bagian produksi, bagian pembukuan,
bagian personalia dan bagian pemasaran. Pada KWT Sari Tunjung Mekar dan KWT
Gunung Sari telah dibentuk, ketua 1 orang, produksi 12 orang, keuangan 1 orang,
pembukuan 1 orang, pembelian 1 orang, pemasaran 5 orang. Tugas ketua adalah
memimpin dan mengendalikan semua kegiatan usaha KWT, merencanakan dan
menyusun program kerja, mengurus dan mengelola kekayaan KWT.
Tugas bagian produksi adalah menyusun rencana dan jadwal produksi,
memproduksi produk untuk menjamin kesinambungan dalam produksi, pengendalian
bahan baku dan efisiensi penggunaan peralatan dan mesin, serta selalu berusaha untuk
meningkatkan keterampilan pengolahannya. Tugas bagian pembelian adalah mengelola
persediaan bahan baku, menjaga kualitas dan harga bahan baku secara tepat,
memelihara bahan dan peralatan yang dibeli.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 18. Pembukuan Usaha KWT Desa Cempaga
28
Pembukuan bertugas untuk merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber
pendapatan serta pembelanjaan dan kekayaan perusahaan, melaporkan secara rutin
kondisi keuangan perusahaan. Bagian pemasaran bertugas untuk melaksanakan program
pemasaran produk, pembuatan data stok barang, penetapan harga, menentukan pasar
sasaran, memonitor kepuasan konsumen, mengevaluasi persaingan, serta
mengidentifikasi peluang pasar.
3. Menghasilkan diversifikasi produk berbahan baku ketela pohon
Produk yang sudah dihasilkan, yaitu tepung singkong, Brownies Kukus
singkong, Pandan Chiffon Cake, Keripik Singkong, dan Kue Semprit Singkong.
Pelatihan ini dibimbing oleh pakar dari jurusan tata boga dibantu oleh 2 orang
mahasiswa yang terbaik dari segi keahliannya.
Anggota KWT bagian produksi diminta untuk secara langsung mempraktekkan
proses pembuatan olah makanan yang diperagakan oleh pakar tata boga hingga
tuntas. Melalui program diversifikasi produk, ketela pohon dapat menghasilkan produk
yang bervariasi dan potensial untuk pengembangan potensi industri olahan rumah
tangga.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 19. Produk kue kering Singkong: Kue bawang, Semprit & kripik
29
4. Pendampingan usaha
Pendampingan pengolahan umbi ketela pohon menjadi berbagai produk olahan
dilakukan di wantilan Desa Cempaga atau pun langsung bertemu di tempat usaha KWT
desa Cempaga. Bahkan juga dilakukan komunikasi melalui telepon, sehingga
permasalahan usaha produk ketela pohon dapat berjalan lancar. Pengabdian pada
masyarakat ini dilakukan sampai tuntas sehingga bisa memberikan manfaat yang besar
bagi masyarakat khususnya KWT desa Cempaga. Blog yang sudah dibuatpun
digunakan sebagai sarana promosi produk ketela pohon desa Cempaga dengan web.
www.kutelacempaga.com .
Pendampingan pengemasan berbagai produk olahan dilakukan di wantilan Desa
Cempaga. Kegiatan ini diawali dengan pembekalan kepada anggota KWT. Berikut
gambaran kegiatan yang sudah dilakukan. Pendampingan Pembuatan Design Kemasan
Produk Olahan.
Pendampingan Manajemen Usaha dan Pembukuan Sederhana Kegiatan
pelatihan dan pendampingan manajemen usaha dan pembukuan sederhana
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 20. Produk cake Singkong: Brownkus cup & Chiffon pandan
30
dilakukan di wantilan Desa Cempaga. Kegiatan ini diawali dengan pembekalan
kepada anggota KWT.
Komunikasi antara tim pelaksana dengan KWT selama kegiatan berjalan
dirasakan sangat efektif guna mendapatkan informasi tentang pengolahan ketela pohon
menjadi berbagai jenis produk yang berkualitas, manajemen usaha, pembukuan
sederhana, desain kemasan dan pemasaran melalui internet.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 21. Data print screen Kutela Desa Cempaga
31
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Produk yang ditawarkan melalui program IbM Ketela Pohon di desa Cempaga
ini memiliki perbedaan yang khas dibandingkan produk lainnya seperti yang telah
diuraikan diatas. Perbedaan pertama pada bahan utama ketela pohon merupakan
bahan pangan hasil perkebunan desa Cempaga, dan tidak menggunakan bahan
tambahan makanan kimia seperti penyedap rasa, ataupun pengawet makanan. Selain itu
juga proses pengolahan makanan yang tepat dan bersih sesuai standar. Perbedaan
kedua pada jenis makanan yang diproduksi merupakan produk pangan inovatif,
sehingga sesuai dengan selera masyarakat Bali. Selain itu produk ini mampu menjadi
makanan baru yang diharapkan menjadi daya tarik kuliner di Bali. Ketiga, produk
ketela pohon ini merupakan hasil penelitian, inovasi dan kreatifitas Undiksha. Keempat
mendukung program pemerintah dalam upaya diversifikasi pangan dengan
mengutamakan pemanfaatan bahan makanan lokal yang berkualitas.
6.2 Saran
1. Perlu sosialisasi lebih intensif mengenai diversifikasi ketela pohon agar
masyarakat mau mengkonsumsi produk ketela pohon berbahan baku lokal
melalui promosi di Web (www.kutelacempaga.com )
2. Program IbM ini perlu didampingi terutama dalam bantuan pengurusan ijin
produksi, kualitas produk di Dinas Kesehatan, ijin usaha di Dinas Perindag,
bantuan perpajakan, penyiapan audit dan penerapan manajemen terbuka.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Profil Desa Cempaga, Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali
Darminto. 2010. Aneka Makanan dari Ubi Jalar. Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Jawa Timur
Green Trust Magazine (Majalah Petani), 2010, Artikel Pertanian dalam Berita: Kita
harus Peduli terhadap Ketahanan Pangan, Volume 02 Juni – Agustus 2010
ISSN 0216-7883, DGIS – Belanda.
Lies Suprapti, M. 2006. Teknologi Tepat Guna: Tepung Kasava Pembuatan dan
Pemanfaatannya. Yogyakarta. Penerbit: Kanisius.
---------. 2007. Teknologi Pengolahan Pangan: Tepung Ubi Jalar Pembuatan dan
Pemanfaatannya. Yogyakarta. Penerbit: Kanisius.
Sutrisno Koswara. 2013. Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian. Southeast Asian Food
And Agricultural Science And Technology (Seafast) Center Research And
Community Service Institution Bogor Agricultural University.
Risa P. Ariani, 2013, Unit Usaha Boga Ganesha: Produk Makanan Tradisional Bali
dan Produk Makanan Inovatif dan Kreatif khas Undiksha, ISSN 2087-118x Vol.
4 no. 1 Juni 2013 Majalah Aplikasi IPTEKS ”NGAYAH” Forum Layanan
Masyarakat Perguruan Tinggi di Bali. hal. 73 s/d 83.
Risa P. Ariani, 2013, Optimalisasi Penggunaan Tepung Singkong untuk Substitusi
Terigu dalam Pembuatan Variasi Cake, ISBN 9789794957516, Prosiding1st
National Research Symposium, UN Malang, 8-9 Oktober 2014. hal. 119 s/d 128
1
Lampiran 1. Resep Olahan Ketela Pohon
1. RESEP TEPUNG SINGKONG
Bahan :
Singkong (ketela pohon) 2 kg
Cara membuat :
1.Siapkan alat dan bahan.
2.Singkong dikupas tersebut dicuci untuk menghilangkan kotoran yang
menempel pada kulit dan dikupas.
3.Selanjutnya diparut, kemudian diperas, ditekan sedikit sehingga air
berkurang (setengah kering).
4.Tahap berikutnya yaitu tahap penjemuran. Pada tahap ini parutan singkong
harus benar-benar dijemur di bawah sinar matahari, karena nantinya akan
mempengaruhi warna pada hasil akhir tepung talas.
5.Setelah itu ditumbuk hingga halus dan diayak. Tepung singkong dijemur
kembali supaya tahan lama dalam penyimpanan.
6.Sebaiknya tepung singkong disimpan di tempat yang kering atau tidak
lembab.
Hasil : 400 - 500 gram tepung casava
2
2. STICK SINGKONG
Bahan :
tepung terigu (ditambah ½ sdt baking powder) 250 gr
tepung singkong/ubi ungu 250 gr
telur 1 btr
santan/susu cair 30 cc
minyak goreng (2 sdm margarin) ¼ gelas
bawang putih cincang 1 sdm
bawang merah cincang 1 ½ sdm
garam ¼ sdm
merica bubuk ¼ sdt
seledri ( cincang ) 1 sdm
Minyak goreng untuk menggoreng
Cara Membuat :
1. Campurkan tepung, garam, merica, dan telor.
2. Remas–remas sambil masukkan santan/susu, bawang merah,dan bawang
putih, sampai bisa dibentuk, terakhir masukkan cincangan seledri.
3. Giling adonan dengan menggunakan penggiling mie, lalu potong
memanjang dengan ukuran ± 5 cm, berbentuk persegi memanjang.
4. Lalu goreng didalam minyak panas sampai berwarna kecoklatan dengan
api sedang.
5. Setelah matang tiriskan, lalu dinginkan kemudian kemas dengan
menggunakan plastik.
6. singkong siap dipasarkan.
3
3. CHIFFON CAKE SINGKONG
Bahan:
Kuning telur 7 butir
Santan 75 ml
Pandan essence 4 gr
Tepung singkong 150 gr
Baking powder 4 gr
Gula (1) dan gula (2) 95 /100 gr
Garam 3 gr
Minyak 83 ml
Putih telur 6 butir
Cream of tartar ½ sdt
Cara Membuat:
1. Campurkan kuning telur, pandan essense dan santan ke dalam mangkok.
2. Ayak tepung terigu bersama baking powder, kemudian masukkan gula
(1) dan garam ke dalam adonan kuning telur di atas.
3. Masukkan juga minyak ke dalam adonan di atas, aduk dengan pengocok
tangan hingga tercampur rata. Sisihkan.
4. Kocok putih telur dan cream of tartar hingga berbuih, lalu masukkan
gula (2) sedikit-sedikit dan kocok hingga mengembang / kaku.
5. Masukkan adonan putih ke dalam adonan kuning telur secara bertahap
dan aduk menggunakan sendok kayu hingga tercampur rata.
6. Tuang ke dalam cetakan chiffon, cetakan jangan dioles margarine
7. Setalah matang balikkan cetakan chiffon diatas botol kecap. Biarkan
dingin sebelum dilepaskan dari cetakan.
4
4. BROWNKUS CUP SINGKONG
Bahan :
Tepung singkong/ Ubi 100 g
Telur 5 utir
Vanili bubuk ½ sdt
Garam ½ sdt
Gula Pasir 200 g
Minyak Goreng 50 cc
Margarin (dilelehkan) 50 g
Coklat Bubuk 50 g
Coklat Baking (ditim hingga cair) 50 g
Baking Powder ½ sdt
Cara membuat:
Campur margarin cair, minyak goreng dan coklat cair, kemudian disisihkan.
Kocok telur, dan gula pasir sampai putih.
Masukkan Campuran tepung, vanilli, garam dan baking powder.
Kocok hingga kental dan mengembang.
Masukkan campuran margarine, diaduk dengan sendok kayu sampai rata.
Tuangkan ke dalam cetakan kecil (cup) yang telah dialasi kertas/cup cake.
Kukus selama 30 menit. Angkat dan dinginkan.
Sajikan.
5
5. KRIPIK SINGKONG
Bahan:
singkong, diiris tipis 500 gram
air kapur sirih/sodakue 1 sdt
garam 1 sdt
air 750 ml
Cara Membuat Keripik :
1. Rendam singkong dalam larutan air kapur sirih/soda kue, garam, dan air.
Diamkan 15 menit. Cuci bersih.
2. Tiriskan singkong. Goreng dalam minyak panas sedang sampai matang dan
kering.
6
6. SEMPRIT SINGKONG
Bahan:
Margarin 150 gram
gula tepung 100 gram
esens vanila 1/4 sdt
kuning telur 1 btr
tepung singkong 100 gram
tepung terigu protein rendah 100 gram
maizena 25 gram
susu bubuk 20 gram
coklat keping 20 gram
Cara membuat :
1. Kocok margarin, gula tepung, dan esens vanila 2 menit sampai lembut.
Masukkan kuning telur. Kocok rata.
2. Masukkan tepung terigu, maizena, dan susu bubuk sambil diayak dan diaduk
rata.
3. Semprot menggunakan spuit bunga di loyang yang dioles tipis margarin. Beri
cokelat keping di atasnya.
4. Oven dengan api bawah suhu 140 derajat Celcius 25 menit sampai matang.
Untuk 425 gram
7
Lampiran 2. Penggunaan Vacuum Frying
Cara Menggoreng Dengan Mesin Vacuum Frying
Mesin vacum frying adalah mesin yang berfungsi untuk memproduksi keripik
buah maupun keripik sayur dengan cara melakukan penggorengan secara vacuum tanpa
merubah rasa buah tersebut dan memperpanjang masa buah itu untuk dikonsumsi.
Hampir semua buah yang tumbuh di negara kita bisa kita buat menjadi keripik
buah dengan mesin ini, seperti keripik mangga, keripik melon, keripik semangka,
keripik apel, keripik nangka, keripik papaya, keripik salak, keripik jamur, keripik
rambutan, keripik jambu, keripik pisang, keripik cempedak dan lain sebagainya. Untuk
sayuran yang bisa diolah menjadi keripik dengan vacum frying adalah wortel, buncis,
kacang panjang, terong dan lain sebagainya.
Secara teknis, hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
1. Bahan yang dimasukkan ke dalam penggorengan vacuum akan digoreng secara
vacuum. Penggorengan secara vacuum ini akan membuat kadar air di dalam
buah atau sayuran akan dikeluarkan dan digantikan oleh minyak. Dengan suhu
penggorengan rata-rata yang digunakan berkisar 80-90 º C dan tekanan bisa
mencapai 76 cmhg, dengan lama penggorengan antara 45 - 60 menit (perlakuan
ini tergantung jenis dan karakteristik buah atau sayuran). Setiap buah memiliki
kadar air dan tekstur daging buah yang berbeda. Penggorengan dengan mesin
Vacuum Frying ini bisa menurunkan titik didih di bawah 90 º C, maka hasil
kripik tidak akan sampai gosong.
2. Untuk menggoreng dibutuhkan minyak goreng sekitar 25 liter. Dengan adanya
penurunan titik didih di bawah 90 º C pada penggorengan maka struktur
kandungan minyak goreng tidak cepat rusak, sehingga minyak goreng bisa
digunakan untuk menggoreng kripik hingga mencapai 100 kali penggorengan.
Dengan demikian bisa menghemat penggunaan minyak goreng.
3. Untuk hasil yang terbaik sebaiknya menggunakan minyak goreng yang bermerk
dan jernih, karena minyak goreng yang kualitasnya rendah akan mempengaruhi
warna dan aroma kripik buah. Buah atau sayuran yang dibuat dengan mesin
vacuum frying bisa bertahan untuk layak konsumsi hingga setengah tahun, dan
ini juga tergantung kualitas akan kemasannya.
4. mesinlatan yang diperlukan untuk produk yang dihasilkan adalah peniris minyak
(spiner) dan handsealer.
Berikut cara/langkah mengoperasikan mesin Vacuum Frying sebagai berikut:
1. Pastikan bagian-bagian mesin sudah terangkai dengan benar sesuai dengan
petunjuk perakitan mesin.
2. Isi bak Vacuum Frying dengan air secukupnya (hingga lubang masukan
menuju pompa air terendam seluruhnya).
8
3. Hubungkan selang regulator dari kompor gas ke Panel Kontrol, dan dari
Panel Kontrol ke tabung gas elpiji.
4. Hubungkan Panel Control dengan sumber arus listrik.
5. Setelah arus listrik terhubung dengan Panel Kontrol, nyalakan Thermo
Control dengan menekan saklar “thermo control” pada Panel Kontrol. Atur
suhu setting sesuai keinginan (suhu setting ideal antara 80° – 85° C).
6. Nyalakan Kompor Gas dan tunggu sampai Thermo Control mencapai suhu
yang diinginkan. Nyala kompor otomatis akan mengecil bila suhu dalam
Tabung Penggorengan lebih tinggi dari suhu setting.
7. Setelah suhu setting tercapai, buka tutup Tabung Penggorengan dan
masukkan bahan ke dalam keranjang. Posisikan keranjang bahan tetap di
atas minyak.
8. Tutup kembali Tabung Penggorengan dan kencangkan mur di kedua sisi
tutup dengan benar.
9. Pastikan semua kran dalam keadaan tertutup dan hidupkan pompa air dengan
menekan saklar “POMPA”. Perhatikan jarum Vacuum Meter sampai
menunjukkan minus 65 – 70 cmHg.
10. Bila jarum Vacuum Meter telah menunjukkan minus 65 – 70 cmHg,
masukkan keranjang bahan ke dalam minyak dengan menggunakan Tuas
Pengaduk.
11. Setelah bahan masuk ke dalam minyak, buka kran di atas Jett Injector.
12. Pada awal proses sebaiknya sering dilakukan pengadukan untuk
mendapatkan hasil yang lebih bagus. Setelah itu pengadukan dilakukan kira-
kira setiap 5-10 menit sekali.
13. Setelah bahan matang, angkatlah bahan dari dalam minyak menggunakan
Tuas Pengaduk. Cara mengetahui produk sudah matang atau belum, dengan
mengamati kondisi di dalam Tabung Penggorengan. Tekanlah saklar
“LAMPU” pada panel control untuk melihat kondisi di dalam Tabung
Penggorengan. Jika kondisi permukaan minyak sudah tenang (tidak ada
pergolakan gelembung udara) maka bahan sudah matang.
14. Biarkan pompa dalam keadaan hidup dan bukalah kran di atas tabung
penggoreng sedikit demi sedikit (supaya perubahan tekanan terjadi secara
perlahan-lahan agar produk tidak keriput) hingga jarum Vacuum Meter
menunjukkan angka 0 cmHg.
15. Setelah jarum Vacuum Meter menunjukkan angka 0 cmHg, buka tutup
Tabung Penggorengan.
16. Ambil produk hasil penggorengan dan tiriskan minyak pada produk
menggunakan Mesin Spinner.
17. Setelah dingin, kemas produk dalam kemasan plastik atau Aluminium Foil.
18. Setelah proses selesai, air kondensat dibuang dengan membuka kran di
bagian bawah kondensor.
9
19. Terakhir adalah membersihkan tabung penggoreng dari sisa-sisa bahan. Jika
mesin akan digunakan untuk menggoreng produk lainnya, maka perlu
dilakukan penggantian minyak agar rasa produk tidak bercampur.
10
Lampiran 3. Data print screen IbM Desa Cempaga.
Alamat website : www.kutelacempaga.com
11
12
13