analisis penyebab masyarakat tetap tinggal di kawasan ... · adalah jagung, ketela pohon, ketela...

8
135 @2017 Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UNDIP JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 15 Issue 2 (2017) : 135-142 ISSN 1829-8907 Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi (Studi di Lereng Gunung Merapi Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta) Dwi Rustiono Widodo*, Sutopo Purwo Nugroho, Donna Asteria Environmental Science University of Indonesia *) Author Correspondence. Hp: +628158821010. Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memetakan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat tetap tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan mixed method. Penentuan jumlah responden dengan rumus Slovin dengan batas toleransi 7 persen dan terpilih sebanyak 151 responden. Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat tetap tinggal di daerah rawan bencana menggunakan analisis deskriptif statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 61,6 persen masyarakat merasa nyaman dan tenteram tetap tinggal di daerahnya meski daerahnya rawan bencana. Kenyamanan ini dikarenakan faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial. Faktor lingkungan terutama kesuburan tanah, potensi pasir, kerikil dan batu. Sebanyak 56,9 persen penduduknya berpenghasilan lebih besar dari upah minimum regional kabupaten yang sebesar 1,4 juta rupiah per bulan. Sebanyak 92,7 persen mereka mempunyai kerabat yang masih tinggal di satu lokasi dan 95,4 persen aktif dan ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan seperti arisan, pengajian, dan perkumpulan lainnya. Kata kunci: Bencana, Erupsi, Kesiapsiagaan, Kawasan Rawan Bencana English Title: Analysis the Causes That Make People Remain in Disaster Prone Area of Mount Merapi (Study in Mount Merapi Slope of Cangkringan Subdistrict, Sleman District, Yogyakarta Special Region ABSTRACT This study aims to map the factors that cause people to stay in Disaster Prone Areas (KRB) III of Mount Merapi This research is conducted by mixed method approach. Determination the number of respondents carried out by Slovin formula with a tolerance limit of 7 percent and selected 151 respondents. Determination the factors that cause people to stay in disaster prone areas using descriptive analysis. The results showed that 61.6 percent of people feel comfortable and peaceful stay in their area despite the disaster-prone areas. This convenience is due to environmental, economic, and social factors. Environmental factors, especially soil fertility, the potential of sand, gravel, and stone. 56.9 percent of the population earns more than the district minimum wage of 1.4 million rupiahs per month. About 92.7 percent of them have relatives who still live in one location and 95.4 percent active and participate in community activities such as arisan, pengajian, and other associations. Keywords: Disaster, Eruption, Preparedness, Disaster prone area Citation: Widodo, D.R., Nugroho, S.P, dan Asteria, D. (2017). Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi (Studi di Lereng Gunung Merapi Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta). Jurnal Ilmu Lingkungan, 15(2),135-142, doi:10.14710/jil.15.2.135-142 1. Pendahuluan Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah gunung api aktif terbanyak di dunia. Gunung api- gunung api ini merupakan bagian dari rangkaian pegunungan api aktif yang dikenal dengan sebutan ring of fire (Rijanta et al., 2014). Dalam rekaman sejarah gunung api di dunia, tercatat 2 letusan besar terjadi di Indonesia, yaitu letusan Gunung Tambora dan Gunung Krakatau. Letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 mengakibatkan tersebarnya abu vulkanik di seluruh muka bumi. Dampak lainnya, pada tahun 1816 terjadi penurunan temperatur rerata bumi 1 derajat. Sejak itu, pada tahun 1816 dikenal sebagai tahun tanpa musim panas di belahan

Upload: others

Post on 06-Dec-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan ... · adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, sayur-sayuran dan buah-buahan. Untuk tanaman perdagangan atau

135

@2017ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

JURNALILMULINGKUNGANVolume15Issue2(2017):135-142 ISSN1829-8907

Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di KawasanRawan Bencana Gunung Merapi (Studi di Lereng GunungMerapi Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman DaerahIstimewaYogyakarta)

DwiRustionoWidodo*,SutopoPurwoNugroho,DonnaAsteria EnvironmentalScienceUniversityofIndonesia

*)AuthorCorrespondence.Hp:+628158821010.Email:[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuanuntukmemetakan faktor-faktor yangmenyebabkanmasyarakat tetap tinggal diKawasanRawanBencana (KRB) IIIGunungMerapi. Penelitian inidilakukandenganpendekatanmixedmethod.Penentuanjumlah responden dengan rumus Slovin dengan batas toleransi 7 persen dan terpilih sebanyak 151 responden.Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkanmasyarakat tetap tinggal di daerahrawanbencanamenggunakananalisisdeskriptifstatistik.Hasilpenelitianmenunjukkanbahwasebesar61,6persenmasyarakatmerasanyamandantenteramtetaptinggaldidaerahnyameskidaerahnyarawanbencana.Kenyamananinidikarenakanfaktorlingkungan,ekonomi,dansosial.Faktorlingkunganterutamakesuburantanah,potensipasir,kerikil dan batu. Sebanyak 56,9 persen penduduknya berpenghasilan lebih besar dari upah minimum regionalkabupatenyangsebesar1,4 jutarupiahperbulan.Sebanyak92,7persenmerekamempunyaikerabatyangmasihtinggaldisatulokasidan95,4persenaktifdanikutsertadalamkegiatankemasyarakatansepertiarisan,pengajian,danperkumpulanlainnya.

Katakunci:Bencana,Erupsi,Kesiapsiagaan,KawasanRawanBencana

English Title: Analysis the Causes That Make People Remain in Disaster Prone Area of MountMerapi (Study in Mount Merapi Slope of Cangkringan Subdistrict, Sleman District, YogyakartaSpecialRegion

ABSTRACT

ThisstudyaimstomapthefactorsthatcausepeopletostayinDisasterProneAreas(KRB)IIIofMountMerapiThisresearchisconductedbymixedmethodapproach.DeterminationthenumberofrespondentscarriedoutbySlovinformulawith a tolerance limit of 7 percent and selected 151 respondents. Determination the factors that causepeopletostayindisasterproneareasusingdescriptiveanalysis.Theresultsshowedthat61.6percentofpeoplefeelcomfortable and peaceful stay in their area despite the disaster-prone areas. This convenience is due toenvironmental, economic, and social factors. Environmental factors, especially soil fertility, the potential of sand,gravel,andstone.56.9percentofthepopulationearnsmorethanthedistrictminimumwageof1.4millionrupiahspermonth. About 92.7 percent of themhave relativeswho still live in one location and95.4 percent active andparticipateincommunityactivitiessuchasarisan,pengajian,andotherassociations.

Keywords:Disaster,Eruption,Preparedness,Disasterpronearea

Citation:Widodo, D.R., Nugroho, S.P, dan Asteria, D. (2017). Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan RawanBencana Gunung Merapi (Studi di Lereng Gunung Merapi Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Daerah IstimewaYogyakarta).JurnalIlmuLingkungan,15(2),135-142,doi:10.14710/jil.15.2.135-142

1.PendahuluanIndonesia adalah salah satu negara dengan jumlahgunung api aktif terbanyak di dunia. Gunung api-gunung api ini merupakan bagian dari rangkaianpegunungan api aktif yang dikenal dengan sebutanring of fire (Rijanta et al., 2014). Dalam rekamansejarahgunungapididunia,tercatat2letusanbesar

terjadi di Indonesia, yaitu letusan Gunung Tamboradan Gunung Krakatau. Letusan Gunung Tamborapada tahun 1815 mengakibatkan tersebarnya abuvulkanik di seluruh muka bumi. Dampak lainnya,pada tahun 1816 terjadi penurunan temperaturrerata bumi 1 derajat. Sejak itu, pada tahun 1816dikenalsebagaitahuntanpamusimpanasdibelahan

Page 2: Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan ... · adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, sayur-sayuran dan buah-buahan. Untuk tanaman perdagangan atau

JurnalIlmuLingkungan(2017),15(2):135-142,ISSN1829-8907

©2017,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

136

bumi utara. Gunung Krakatau yang meletus padabulanAgustus1883,memilikidampakyangterkenaldi seluruh dunia. Awan debunya melintasi duniabeberapakalidankejadiantersebutmemicutsunamiyangmampumendorongkapal-kapalperangratusanmeter ke daratan (Davidson & Da Silva, 2000;Pratomo&Abdurachman,2004;Mawardi,2006).

Sementara itu, salah satu gunung api diIndonesiayangpalingseringmeletusadalahGunungMerapi. Gunung ini aktif sejak tahun 1900 sampaidengansekarangdenganperiodediamatauistirahatyang pendek (rata- rata tidak lebih dari 3,5 tahun).Sebagai pembanding Gunung Kelud di Jawa Timurmempunyaisiklusletusan15tahunsekali(Voightetal., 2000). GunungMerapi diketahuimemiliki sikluserupsi selama 3,5 tahun sekali, akan tetapi siklustersebut hanyalah hitungan secara statistik. Jadi,erupsi GunungMerapi sebanyak lebih dari 100 kalitersebut kisaran erupsi bisa terjadi dalamwaktu 1sampai 18 tahun. Artinya, erupsi Gunung Merapidalam satu atau dua tahun sekali itu juga dapatterjadi. Singkatnya, erupsi Gunung Merapimerupakan ancaman bencana yang bersifatpermanen(Subandriyo,2012).

Meskibanyakmenimbulkanbencana,pendudukyang hidup dan bekerja sehari-hari di daerah yangberisiko terhadap bahaya awan panas semakinbanyak. Penduduk yang menghuni Kawasan RawanBencana III (KRB III) yaitu daerah-daerah yangsecara historis terpengaruh aliran piroklastik danKawasanRawanBencana II (KRB II) sebagaidaerahyangmasihdapatdicapai oleh jatuhanbahan-bahanlepas seperti bom dan lapili terus meningkat. Padatahun1976jumlahpendudukdiKRBIII40.800jiwa,sedangkandiKRBIIsebesar72.600jiwa.Padatahun1995meningkatmenjadi79.100 jiwadiKRBIIIdan114.800 jiwadiKRBII (Alzwaretal.,1988;Thouretet al., 2000). Hingga tahun 2010 sebelum terjadierupsi besar, jumlah penduduk di Kawasan itukurang lebih 100 ribu jiwa di KRB III dan 140 ribujiwadiKRBII(BPS,2010).

KecamatanCangkringanKabupatenSlemanjugamasukkedalamtigakawasantersebut,yakniKRBI,KRB II dan KRB III. Pemerintah Kabupaten Slemantelah menetapkan 9 dusun di kawasan KabupatenSleman sebagai Kawasan Rawan Bencana III yangtidak layak digunakan sebagai daerah permukiman,namun kawasan ini tetap saja masih dihuni. Pascaletusan Gunung Merapi pada tahun 2010 tidakmenyurutkan masyarakatnya untuk tetap tinggal didaerahtersebut.

Erupsi Merapi pada tahun 2010 tepatnya dibulanOktober,mengakibatkan367orangmeninggal,lebih dari 2.300 rumah rusak, lebih dari 400.000orangdievakuasidan ribuanhektar lahanpertanianrusak hingga mencapai kerugian dan kerusakan Rp3,5trillun(BAPPENASdanBNPB,2011).

Pada tahun2011,pasca erupsiGunungMerapi,pemerintah menyusun Rencana Aksi NasionalRehabilitasidanRekonstruksiPascaBencanaErupsiGunung Merapi Provinsi Daerah Istimewa

YogyakartadanJawaTengah2011-2013(BAPPENASdanBNPB,2011).RencanaAksiNasionalRehabilitasidan Rekonstruksi tersebut memuat kebijakanrelokasi bagi masyarakat lereng Gunung Merapi.Kebijakan relokasi didasari oleh peta KawasanRawan Bencana (KRB) Gunung Merapi yangdikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan MitigasiBencana Geologi, Kementrian Energi dan SumberDayaMineral(ESDM).Petainidibuatsetelahmelaluievaluasi untukmendapatkan perubahan besar yangterjadipadamorfologiGunungMerapipasca letusan2010. Pemetaan daerah rawan bencana ini sangatdinamis. Peta daerah bahaya Gunung Merapi sejakpertama kali dibuat oleh Stehn pada tahun 1935,telah direvisi lima kali, mengikuti dinamika letusanyang berubah-ubah dari sisi besaran letusan, tipeletusan, sebaran letusan, dan jangkauan letusan(Yusup,2014).

Berdasarkan ketentuan tersebut, makamasyarakat yang tinggal di KRB III Gunung Merapidiharuskan untuk relokasi. Terdapat 3.612 KepalaKeluarga (KK)di JawaTengahdanDaerah IstimewaYogyakarta yang memerlukan relokasi ke tempatyang lebih aman (Ni’am, 2014), baik dari ancamanerupsimaupunlahardinginGunungMerapi.

Sebanyak9dusunditetapkanberadadiKRBIIIyang meliputi Dusun Palemsari dan Pangukrejo diDesa Umbulharjo; Dusun Kaliadem, Petung, Jambu,dan Kopeng di Desa Kepuharjo; Dusun KalitengahLor, Kalitengah Kidul, dan Srunen di DesaGlagahharjo. Namun, ada tiga dusun diantaranyamenolak untuk direlokasi. Ketiga dusun tersebutadalah Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul danSrunenyangsemuanyaberlokasidiDesaGlagaharjo(Herianto et al., 2012). Saat ini jumlah penduduk diketiga dusun tersebut 1.317 jiwa, yang terdiri atasDusunKalitengahLor506jiwa,KalitengahKidul336jiwa,danSrunen475Jiwa(MonografiDesa2016).

KRB III Gunung Merapi adalah kawasan yangletaknya dekat dengan sumber bahaya yang seringterlanda awan panas, aliran lava, guguran batu,lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Olehkarenatingkatkerawananyangtinggi,makakawasanini tidak diperkenankan untuk digunakan sebagaihuniantetap.Namun,dikawasantersebutmasihadasebagian penduduk yang tidak mau direlokasi dantetap tinggal dan menetap, sehingga diperlukananalisis mengenai faktor-faktor yang menyebabkanpenduduk untuk tetap tinggal di daerah rawanbencana diantaranya faktor ekonomi, sosial, danlingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmelihat kondisi lingkungan, ekonomi dan sosialbudaya yang menyebabkan masyarakat memilihtetaptinggaldiKRB.2.MetodePenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatifdengan duametode yaitu kuantitatif dan kualitatif.Lokasi penelitian berada di Dusun Kalitengah Lor,Kalitengah Kidul dan Srunen Desa Glagaharjo,KecamatanCangkringan,KabupatenSleman.

Page 3: Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan ... · adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, sayur-sayuran dan buah-buahan. Untuk tanaman perdagangan atau

Widodo,D.R.,Nugroho,S.P,danAsteria,D.(2017).AnalisisPenyebabMasyarakatTetapTinggaldiKawasanRawanBencanaGunungMerapi(StudidiLerengGunungMerapiKecamatanCangkringan,KabupatenSlemanDaerahIstimewaYogyakarta).JurnalIlmuLingkungan,15(2),135-142,doi:10.14710/jil.15.2.135-142

©2017,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

137

Populasi dalam penelitian ini adalah KepalaKeluargadiDusunKalitengahLor, KalitengahKidul,dan Srunen Kecamatan Cangkringan yang tinggal didaerahkawasanrawanbencanaGunungMerapiyangmeliputi KRB III. Berdasarkan data Kepala Keluarga(KK) desa, jumlah KK dari ketiga dusun tersebutadalah 421 KK yang terdiri atas Dusun KalitengahLor192KK,Kalitengahkidul106KKdanSrunen143KK. Metode yang digunakan untuk menentukanjumlah sampel adalah menggunakan rumus Slovindenganbatastoleransikesalahan7%.

Untukmenghindari kesalahan ketika pengisiandata, terdapat konten kuesioner yang tidak terdata,dan kesalahan lainnya maka jumlah sampelresponden ditambah 10%. Jumlah sampel terpilihsebanyak 151 yang disebar di ketiga dusun.Pembagian sampel KK dibagi secara proporsionalpadasetiapRumahTanggadiketigadusuntersebut.Jadi jumlah sampel yang terpilih adalah DusunKalitengah Lor 68 KK, Kalitengah Kidul 38 KK danSrunen 43 KK. Penentuan responden untuk kepalakeluarganya dengan menggunakan systematicrandomsampling.

Dalam operasionalisasinya pengumpulan datasecarakuantitatif tadidilakukanmelaluipertanyaanyang terstruktur berupa kuesioner. Kuesioner inidibagikan dan ditanyakan langsung kepada target-targetkelompokyangdisebutresponden.Sedangkanuntuk data kualitatif, didapat melalui wawancaramendalam dengan beberapa tokoh dan perangkatdesa menggunakan panduan wawancara terutamauntuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkanmasyarakat tetap tinggal di daerah rawan bencanaterutama faktor lingkungan, faktor sosial dan faktorekonomi.3.HasildanPembahasan3.1KerentanandanketerpaparanDusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan SrunenadalahdusunyangberadadiDesaGlagaharjo.Ketigadusun ini berada di wilayah Kawasan RawanBencana III Gunung Merapi, sehingga memilikitingkat kerawanan bahaya cukup tinggi. Kerawananitu dapat dilihat dari perubahan morfologi GunungMerapi (gambar 1 dan gambar 2). Dari gambartersebut terlihat jelas bahwa jika Gunung Merapimeletus arah aliran lava dan awan panas (WedusGembel) akan menuju ke tiga dusun tersebut. Ada431 KK dengan total jumlah penduduk 1.317 jiwayang terancam jiwanya dari bahaya erupsi GunungMerapi(PemerintahDesaGlagaharjo,2016).

Gambar 1 Perubahan morfologi puncak Gunung Merapi(Sumber:Surono,2012)

Gambar2PuncakMerapidiambilpada15April2017darilokasipenelitian(Sumber:Dokumentasipeneliti2017).Ditinjau dari Tingkat pendidikan, di ketiga dusuntersebutmasih tergolong rendah yaitu sebesar 33,5persen tidak tamat SD sampai tamat SD, bahkanmasih ada yang butu huruf sebesar 23,1 persen.Dusun yang mempunyai penduduk buta hurufterbanyak berada di Dusun Kalitengah Lor yaitusebesar48,4persen.Dusun ini terletakpalingujungdandekatdenganpuncakGunungMerapi.

Sebagian besar masyarakat di ketiga dusun inibermatapencaharian sebagai petani dan peternak.Jumlahpetani ada sekitar40,3persendanpeternaksebesar 38,9 persen. Jenis tanaman pada umumnyaadalah jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacangtanah, sayur-sayuran dan buah-buahan. Untuktanaman perdagangan atau komoditi berupatanamancengkeh,pala/lada,tembakau,kelapa,kopi,dancoklat.Sementaraituuntukpeternakansebagianmasyarakat beternak sapi baik berupa sapi perahdansapipotong.Ternaklainnyaadalahkambingdanayambaikayamburasmaupunayamraspotong.

Ditinjau dari segi usia penduduk, mayoritaspenduduk di daerah penelitian berusia 56 tahun keatas yaitu sebesar 38,3 persen atau penduduk padausia tua, di mana tertinggi berada di DusunKalitengahKidulyaitusebesar55,4persen.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwatingkat kerentanan dan keterpaparan pendudukterhadap bahaya letusan Gunung Merapi cukuptinggi.Haliniditandaiolehdominasipendudukyangbermatapencahariansangattergantungdenganalam,mayoritas penduduk berpendidikan rendah bahkantidak sekolah dan kelompok usia rentan (balita danusia diatas 56 tahun) cukup tinggi. Seperti yangdidefinisikan oleh United Nations InternationalStrategy for Disaster Reduction (UNISDR, 2011)kerentanan sebagai karakteristik dan kondisi darisebuah masyarakat, sistem, atau aset yang rentanterhadap efek merusak dari bahaya, sedangkanketerpaparan adalah penduduk, properti, sistem,atau elemen lainnya yangberadadiwilayahbahayayangberpotensimengalamikerugian.3.2.PenolakanRelokasi Pemerintah telah berusaha untuk merelokasipermukimanwargayangberadadiKRBIIIkedaerahbawahnya yang lebih aman. Namun, semua usulan

Page 4: Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan ... · adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, sayur-sayuran dan buah-buahan. Untuk tanaman perdagangan atau

JurnalIlmuLingkungan(2017),15(2):135-142,ISSN1829-8907

©2017,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

138

dan opsi untuk relokasi itu ditolak oleh sebagianwargaterutamadiDusunKalitengahLor,KalitengahKidul, dan Srunen. Penolakan relokasi ini jugaterungkapdanmewakili semangatperlawananyangdiinspirasi kebijakan lokal (local wisdom) yaitu“sedumuk bathuk senyari bumi” yang artinyasejengkal tanah yang dimiliki akan dipertahanakanselamanya karena merupakan tanah kelahiran dantanah yang dimiliki merupakan hak milikmasyarakat, oleh karena itu akan tetapdipertahankan.Masyarakatdi ketigadusun tersebutjuga mempunyai cara pandang tersendiri bahwaantara ancaman dan sumber kehidupan telahmenyatu dalam kehidupan dan penghidupanmasyarakat (living harmony with risk disaster),berbeda dengan pemerintah yang menggunakantindakan preventif dengan cara menjauhi bencanaterlebihdahulubarumeningkatkankesipasiagaanditempat yang lebih aman. Aksi penolakan yangdilakukanmasyarakatakanberdampakburuk,sebabkawahGunungMerapikinisudahterbukamengarahkeselatantenggarayaknikeDesaGlagaharjo.

Menurut salahsatu informanyaitukepalaDesaGlagaharjo,Suroto,yangbertempat tinggaldiDusunKalitengah Kidul, bahwa awal 2011 saat sebagianwarga masih tinggal di rumah-rumah sementara(huntara), ada upaya pemulihan yang dilakukanpemerintah terutama bagi warga yang rumahnyaberada pada KRB III dan rumahnya rusak akibaterupsiMerapi.

Pada saat itu pemerintah merencanakan akanmembangunkan rumah (huntap) bagiwarga korbanerupsi di lokasi yang baru. Sosialisasi sudah mulaidilakukan ke warga-warga yang berada dipengungsian maupun di huntara. Warga yangrumahnya berada di KRB III mulai gelisah denganinformasisimpangsiurterhadapnasibtanahhunianmereka. Selama di pengungsianmereka diskusi danbermusyawarah sehinggaberujungpadadiambilnyakeputusan secara bulat bahwa mereka satu dusun,kompaktidakmaudirelokasi.

Persoalan lainnya adalah mayoritas wargadusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan Srunenmemang memiliki rumah dan lahan pertanian yangcukup luas dibandingkan dengan apa yangditawarkan pemerintah dalam bentuk pemberianhuntapperKK.Tanahyang luas,denganrumahdansekitarnya berupa pekarangan yang dimanfaatkansebagian untuk halaman, tanaman hortikultura dankandang sapi menjadi pemikiran warga. Tanah itumerupakan warisan dari orang tua mereka, danmerekapun berpikir bahwa tanahnya kelak akandiwariskankeanakcucunya.

Luas huntap yang dibagikan kepada wargakorban erupsi berupa tanah 100 meter denganbangunan rumah seluas 36m2. Luas tanah danbangunanyangtidakseberapaitubiladibandingkandengan besar/luas rata-rata rumah wargasebelumnyamenjadialasanlainnyawargatidakmaupindahkehuntap.

Warga juga berat meninggalkan tanahkelahirannya, sebanyak 92,1 persen respondenmenyatakan sejak lahir mereka sudah tinggal didusun tersebut turun temurun, sehingga untukmeninggalkan tanah kelahiran dan membangunkehidupan di tempat lain dirasa sangat berat olehwarga.

Penolakanrelokasi ini juga tercermindarihasilsurvei peneliti. Sebanyak 95,4 persen respondenmenyatakantidakinginpindahketempatlain.WargaberpendapatbahwatanahhasilerupsiMerapidapatmendatangkan kesuburan yang berdampak padasumberpendapatanekonomimereka.

Dari hasil survei tampak bahwa rasa nyamandan tenterammerupakan alasan utama masyarakatuntuk tetap hidup dan tinggal di daerah rawanbencana yaitu sebesar 61,6 persen. Seperti yangdiutarakanMagnisSusenodalambukunyaEtikaJawa(2003), nyaman dan tenteram atau dalam bahasaJawanya ayem tentrem adalah keadaan keselarasanantara makrokosmos (jagad gedhe) danmikrokosmos (jagad cilik). Orang Jawa memandangpenting bahwa seseorang harus pada posisi tempatyangtepat.Kosmosadalahsuatukeseluruhanteraturdimana setiap unsur mempunyai tempatnya yangtepatdan selamaunsur-unsur tersebutberadapadatempatnya yang tepat maka akan terciptaketenangandanduniaakanaman.Tabel1. Alasanmasyarakat tidak inginpindahke tempatlain

Alasan Jumlah PersenNyamandantenteram 93 61,6

Sejaklahir/tanahkelahiran 9 6,0Ekonomi/pekerjaan 47 31,1

lainnya 2 1,3

Total 151 100,0

Sumber:Hasilsurvey2017Bagi orang jawa struktur keseluruhan darimasyarakat,alamdanalamadikodratiterciptadalamkeadaanselarasdanharmonis.Selaindirinyasendiri,segalayangadadalamstrukturkeseluruhankosmosdihayati sebagai hidup, berhayat dan berjiwa. Olehsebab itu,manusia jawa dalam kehidupannya harusselalu mengembangkan sikap rukun dan hormatterhadapdirinyasendiri,sesamamanusia,alam,danalam adikorati, demi terjaganya kesatuan dankeselarasan kosmos. Sikap rukun dan hormat inidiekspresikan dalam bentuk bahwa dalam segalasituasi hendaknya ia bersikap sedemikian rupasehingga sesuai dengan posisinya, baik yanghorizontal maupun vertikal sehingga tidakmenimbulkan konflik baik bagi batinnya sendiri,sesamanya,alam,maupunalamadikodrati.Halinilahyang dirasakan penduduk yang tinggal di lerengMerapi yang merasa nyaman atau ayem nyanding

Page 5: Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan ... · adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, sayur-sayuran dan buah-buahan. Untuk tanaman perdagangan atau

Widodo,D.R.,Nugroho,S.P,danAsteria,D.(2017).AnalisisPenyebabMasyarakatTetapTinggaldiKawasanRawanBencanaGunungMerapi(StudidiLerengGunungMerapiKecamatanCangkringan,KabupatenSlemanDaerahIstimewaYogyakarta).JurnalIlmuLingkungan,15(2),135-142,doi:10.14710/jil.15.2.135-142

©2017,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

139

Merapi atau hidup nyaman bersanding GunungMerapi(Triyoga,2010).3.4. Faktor-faktor yang MenyebabkanMasyarakat Tetap Tinggal di Kawasan RawanBencana.KelmandanMather(2008)menunjukkanbagaimanapeluang vulkanik dapat digunakan untuk matapencaharian yang berkelanjutan. Pendekatanpenghidupan yang berkelanjutan untuk gunungberapi adalahmemaksimalkanmanfaat lingkunganvulkanikbagimasyarakat, terutamaselama periodediam. Mendukung pendekatan penghidupan yangberkelanjutan,danmemperolehmanfaatdarisumberdaya fisik (misalnya, pertambangan), sumber dayaenergi (misalnya, panas), dan sumber daya sosial(misalnya, pariwisata) seperti yang diungkapkanSigurdsson (2000). Selain faktor lingkungan yangdapat menjadi penghidupan berkelanjutan, faktorsosial dan faktor ekonomi di daerah penelitian jugamenyebabkan masyarakat enggan meninggalkantanahkelahirannya.3.4.1.FaktorLingkunganHasil analisis kandungan mineral dalam abu danpasir vulkan letusan Gunung Merapi 2010 yangdilakukandi jurusanTanahFakultasPertanianUGM(Nuryani, 2011). Dari hasil analisis menunjukkanbahwa kualitas abu cukup baik, namun perlupembilasanyangcukupuntukmenghilangkangaramterlarutkan yang berupa kation basa, aluminiumdengan anion sulfat dan klorida. Abu vulkan jugamengandung unsur yang bermanfaat bagi tanaman,kandunganunsurharadidominasiolehsilikasebesar54%.

Selain itu, kesuburan tanah itu jugadimanfaatkan untuk, hijauan pakan yang telahdikenal petani/peternak antara lain rumput gajah(Pennisetumpurpureum), rumputRaja (Pennisetumpurpuroides), Panicum maximum dan Brachiariadecumbes. Jenis tanaman pekan tersebut telahmenjadi pakan utama sapi perah maupun sapipotong di kawasan Merapi karena produksi dankualitasnya yang tinggi. Produksi bahan keringhijauan rumput tersebut dapat mencapai 40 – 110ton/ha/th(Purwantarietal.,2012).

Hampirseparuhrespondendidaerahpenelitianmempunyaiternaksapi.Rata-ratatiaprumahtanggamempunyai ternak sapi baik sapi potong maupunsapiperahantara2-4ekor.Ada6persenrespondenyang bermatapencaharian sebagai peternak dansebanyak 39,5 persen beternak adalahmatapencaharian sampingan. Bahkan bolehdikatakan beternak sapi merupakan tabungan jikasewaktu-waktu membutuhkan dana. Produksi sapiperah rata-rata 1 bulan menghasilkan 15 liter susudenganhargasatuliterRp70.000,-,sedangkanuntuksapi potong biasanya masyarakat memanen setelahusia sapi berkisar 1,5-2,5 tahun dengan rata-ratamenjual harga satu ekor sapi berkisar antara 13-15jutarupiah,tergantungbobotsapitersebut.

Di Dusun Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidulsapiyangdipeliharaolehwargadidominasiolehsapipotong. Ada 67 peternak sapi potong di KalitengahLordan40peternakdiKalitengahKidul, sedangkanuntuk sapiperahada15peternakdiKalitengahLordan4peternakdiKalitengahKidul.

Selain kesuburan tanah, potensi pasir danbatuyangmencapai140jutameterkubikdantersebardipuncak, lereng, kawasan kaki gunung dan sejumlahsungai yang berhulu di Merapi (Wacano, 2014)adalah sumber daya mineral lainnya. Materialletusansebesar35jutameterkubikjugamengisialurSungai Gendol sejauh 15 km. Alur Sungai Gendolmerupakan salah satu lembah yang terisi olehmaterial letusan Gunung api Merapi tahun 2010.Materialpiroklastik alurSungaiGendolberasaldarirangkaian letusan tanggal 4-5 November 2010.Puncak letusan terjadi tanggal 4 November 2010pukul 17:05 WIB (Surono et al., 2012). Puncakletusan menyebabkan runtuhnya kubah lava dibagiankawah.SungaiGendolmerupakansungaiyangberbatasandengandaerahpenelitian.

Dari hasil survei, sebanyak 12,6 persenmasyarakat di ketiga dusun tersebutbermatapencaharian pokok sebagai penambang dan24,4 persen menyatakan menambang pasirmerupakan pekerjaan sampingan selain sebagaipetani maupun peternak. Rata-rata pendapatansehariselamamenambangpasirberkisarRp70.000,-sampaiRp100.000,-.

Kegiatan penambangan dalam jangka pendekmemangmemberikankeuntungandariberbagaisisi,antara lain kapasitas alur sungai menjadi normal,pendapatan ekonomi penduduk lokal naik, sertapendapatan daerah mulai dari tingkat desa,kecamatan, dan kabupaten juga meningkat. BPSSleman, (2015) melaporkan selama tahun 2010-2014, pertumbuhan kontribusi terbesar dalampembentukan PDRB atas dasar harga berlakudiberikanolehsektorpertambangandanpenggaliansebesar11,6%.3.4.2FaktorSosial3.4.2.1TingkatPendidikanTingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorangsangatmempengaruhicaraberfikirseseorangdalamberbagaihal.SepertiyangdikemukakanolehMacchidalamHimbawan(2010),bahwasannyamerekayangtingkatpendidikannyalebihtinggitidakakanrentanterhadap bencana dibandingkan mereka yangpendidikannya lebih rendah, hal ini dikarenakantingkat pendidikan akan berhubungan denganpekerjaan seseorang, orang yang tingkatpendidikannya tinggi cenderung pekerjaannyamapandantentunyaakanberhubunganpuladengantingkat pendapatannya yang tinggi, sebaliknyaseseorang yang pendidikannya rendah cenderungmendapatkan pekerjaan yang tidak bagus danpendapatannyajugarendah.

Page 6: Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan ... · adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, sayur-sayuran dan buah-buahan. Untuk tanaman perdagangan atau

JurnalIlmuLingkungan(2017),15(1):20-34,ISSN1829-8907

140©2017,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

Tabel2.TingkatpendidikanrespondenPendidikan KalitengahLor KalitengahKidul Srunen Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %Tidaksekolah 23 33,8 5 12,8 0 0,0 28 18,5TidaktamatSD 11 16,2 14 35,9 2 4,5 27 17,9

TamatSD/sedrajad 29 42,6 12 30,8 24 54,5 65 43,0TamatSMP/Sedrajad 2 2,9 4 10,3 7 15,9 13 8,6TamatSMA/sedrajad 3 4,4 2 5,1 6 13,6 11 7,3TamatDiploma 0 0,0 0 0,0 4 9,1 4 2,6

Tabel3.Keikutsertaanrespondendalamorganisasi

Ikutmenjadianggotaorganisasi

Dusun Total(%)Kalitengah

Lor(%)KalitengahKidul(%)

Srunen(%)

Ya 94,1 92,3 100 95,4Tidak 5,9 7,7 0,0 4,6Total 100 100 100 100

Sumber:HasilAnalisi2017Tabel4.Intensitaspertemuandalamorganisasikemasyarakatan

IntensitaspertemuanDusun Total

(%)KalitengahLor(%)

KalitengahKidul(%)

Srunen(%)

Seminggusekali 2,9 5,1 38,6 13,9Sebulanduakali 61,8 23,1 22,7 40,4Sebulansatukali 25,0 66,7 6,8 30,5lainnya 10,3 5,1 31,8 15,2Total 100 100 100 100

Sumber:HasilAnalisis2017

DariTabel2.menunjukkanbahwapersentasetingkatpendidikan responden di daerah penelitiandidominasitamatanSekolahDasar(SD)yaitusebesar43persen,selanjutnyatidaksekolahdantidaktamatSD masing-masing sebesar 18,5 persen dan 17,9persen. Jika dibandingkan ketiga dusun penelitian,Dusun Kalitengah Lor mempunyai tingkatpendidikan yang paling rendah. Ada 92,6 persentingkat pendidikannya tamat SD ke bawah. DusunSrunen merupakan dusun yang mempunyai tingkatpendidikan yang relatif lebih baik dibandingkandengankeduadusundidaerahpenelitian.Hampir60persen responden tingkat pendidikannya tamat SDke bawah, namun ada 11,4 persen responden yangtingkat pendidikannya sudah mencapai jenjangperguruan tinggi. Dilihat dari letak geografisnyaDusunKalitengahLor terletakpalingatasdandekatdengan puncak Gunung Merapi, sementara DusunSrunen terletak paling bawah. Semakin ke atasaksesibilitas untukmenjangkaupendidikan semakinrendah.3.4.2.2InteraksiSosial

Identifikasi variable interaksi sosial bertujuanuntuk mengetahui apakah variable interaksi sosialmempunyai hubungan atau tidak dengan tetap

menetapnya responden di kawasan rawan bencanatersebut. Responden yang ikut dalam suatuperkumpulan atau organisasi kemasyarakatan akanmerasa kondisinya tidak rentan dibanding denganmereka yang tidak sama sekali ikut dalamperkumpulan atau organisasi kemasyarakatan yangada di lingkungan tempat tinggalnya, karenaseseorang yang ikut dalam perkumpulan dilingkungan tempat tinggalnya akan merasa lebihnyaman, tenteram, dan mempunyai hubunganinteraksiyangbaikdenganlingkungannya.

Berdasarkan hasil survei, semua respondenmenjawab bahwa di lingkungan tempat tinggalmereka terdapat organisasi kemasyarakatan sepertiarisan, kumpulan rembugwarga ataupunpengajian.Namun, tidak semua responden mengikutiperkumpulan/organisasi sosial. Seperti apakomposisi responden yang mengikuti perkumpulanataupuntidakdapatdilihatpadaTabel3.

3.4.3.3IkatanSosialDarihasilanalisistentangadatidaknyakerabatyangtinggal masih dalam satu lokasi dengan responden,terlihat bahwa ikatan sosial mereka cukup tinggi.Mereka memiliki kerabat yang tinggal masih dalamsatu lokasi, 92,7 persen responden menyatakan hal

Page 7: Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan ... · adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, sayur-sayuran dan buah-buahan. Untuk tanaman perdagangan atau

Arif,N.,Danoedoro,P.,danHartono.(2017).PemodelanSpasialErosiKualitatifBerbasisRasterStudiKasusdiDASSerang,KabupatenKulonprogo.JurnalIlmuLingkungan,15(2),127-134,doi:10.14710/jil.15.2.127-134

©2017,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

141

itu.HalinimemungkinkanmerekaakantetaptinggaldiKawasanRawanBencana.Sementaraitusebanyak7,3 persen responden yang tidak memiliki kerabatyang masih dalam satu lokasi, terbanyak di DusunSrunen kemudian Kalitengah Lor dan KalitengahKidul.

Hubungan kekerabatan ini diperkuat jugadari tanah dan rumah tinggal yangmereka tempati.Sebanyak94,7persen respondenmenyatakan tanahdan tempat tinggal yang sekarang ditempati adalahwarisan orang tua dan sudah bersertifikat. Merekamenempati tanah sejarah tinggalan dari nenekmoyang,maka tanah yang dimiliki harus rela untukdibagi dengan saudara yang lainnya. Hal ini yangmenjadikan hubungan kekerabatan di wilayah inisangat kental sekali. Dengan adanya sanak saudarayang berada di dekat mereka, menjadikanmasyarakat merasa nyaman dan betah tinggal diwilayahyangmasukdalamkategoriKawasanRawanBencanaIIIMerapi.

Modalsosialdapatberfungsisebagaibentukasuransi informal dan bantuan timbal balik untukmasyarakat, membantu mereka pulih dari kejadianseperti bencana, dan meningkatkan kemungkinanmereka akan merespons secara efektif (Sanyal andRoutray, 2016). Penelitian Lalone (2012) dipedesaan Appalachian Virginia mengungkapkanbahwa dengan modal sosial yang kuat dapatmemulihkan dengan cepat keadaan masyarakatakibatbencanatornado,terutamapadahari-haridanminggu-minggupertamasetelahbencana

3.4.4FaktorEkonomiPada umumnya penduduk di daerah penelitianbermatapencaharian utama sebagai petani yaitusebesar 66,9 persen, penambang pasir sebesar 12,6persen dan peternak sebesar 6 persen. Namun

demikian, ketiga jenis pekerjaan tersebut dapatmenjadi pekerjaan sampingan responden. Sebagaicontohrespondenyangpekerjaanutamanyasebagaipetani mempunyai pekerjaan sampingan sebagaipeternak ataupun penambang pasir, begitusebaliknya. Dari 151 responden terdapat 102responden yang mempunyai pekerjaan sampingan.Berdasarkan hasil survei, pekerjaan sampingantertinggiyaitusebagaipeternaksebesar46,1persen,kemudiandiikutipekerjaansebagaipenambangpasirdan petani,masing-masing sebesar 28,4 persen dan10,8 persen. Lokasi Pekerjaan, bertujuan untukmengetahuiapakahpekerjaanseseorangbergantungdengan lokasi yang rawan terhadap bencana atautidak. Seseorang yang mempunyai pekerjaan yangbergantungdenganlokasiyangiatempatidanrawanbencana akan lebih rentan terhadap bencanatersebut. Sebaliknya, seseorang yang pekerjaannyatidak berada atau tidak bergantung dengan lokasiyang rawan bencana tidak akan rentan terhadapbencanatersebut,sehingga,dimungkinkanseseorangyangbekerjadiluarlokasiyangrawanbencanaakanmemilih tempat tinggal yang lebih aman. Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa96persenrespondenbekerja masih dalam satu lokasi di daerah rawanbencanaini.

Pendapatan merekapun dirasa mencukupi.Hasil analisis menunjukkan sebanyak 56,9 persenpenduduk di ketiga dusun tersebut mempunyaipendapatanlebihbesardariUMRKabupatenSleman(Tabel 6). Ada sebanyak 43 persen di bawah UMR.Jika dibandingkan dengan ketiga dusun tersebut,KalitengahKidulmempunyaipendapatanyang lebihbaik dari dua dusun yang lainnya. Pendapatan inidiperolehdarimatapencaharianyangbervariasi.

Tabel5.Hubungankekerabatanresponden

Mempunyaikerabatdisatulokasi

DusunTotal(%)Kalitengah

Lor(%)KalitengahKidul(%)

Srunen(%)

Ya 92,6 97,4 88,6 92,7Tidak 7,4 2,6 11,4 7,3Total 100 100 100 100

Sumber:HasilAnalisis2017

Tabel6.Tingkatpendapatanmasyarakat

PendapatanDusun Total

(%)KalitengahLor(%)

KalitengahKidul(%)

Srunen(%)

<1,4juta 44,1 33,3 50 431,4juta–4,5juta 55,9 59 45,5 53,6>4,5juta 0 7,7 4,5 3,3

Sumber:HasilAnalisis2017.4.KesimpulanFaktor Lingkungan meliputi kesuburan tanah,melimpahnya sumber daya mineral terutama pasir,kerikil, dan batu. Kesuburan tanah ditandai dengan

tumbuhnyatanaman-tanamanpalawija,sayuran,dantanaman rumput untuk pakan ternak. Sementara,untuktambangpasir,kerikil,danbatutelahmenjadimatapencaharian pokok dan tambahan sebagianmasyarakatyangtinggaldidaerahpenelitian.

Page 8: Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan ... · adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, sayur-sayuran dan buah-buahan. Untuk tanaman perdagangan atau

JurnalIlmuLingkungan(2017),15(2):127-134,ISSN1829-8907

©2017,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

142

Faktor sosialmempengaruhimasyarakat untuktetap tinggal di daerah rawan bencana. Adanyaikatansosialyangtinggiyangditandaidengan92,7%masyarakat di daerah penelitian mempunyaihubungan kekerabatan, 94,7 persen tanah yangmereka tempati adalah tanah warisan dan 95,4%masyarakatikutaktifdalamorganisasisepertiarisan,pengajiandanperkumpulanlainnya.

Faktor ekonomi diukur dari pendapatanmasyarakat. Sebanyak 56,9 persen penduduk didaerah penelitian mempunyai pendapatan lebihbesar dari upah minimum regional KabupatenSleman2017yaitudiatas1,4jutarupiah.

DAFTARPUSTAKAAlzwar,M.,H. Samodra.,dan JJ.Tarigan. (1988).Pengantar

DasarIlmuGunungapi.Bandung:NovaBadanPusatStatistik.(2011).HasilSensusPenduduk2010,

BPS.BAPPENAS dan BNPB.(2011). Rencana Aksi Rehabilitasi

dan Rekonstruksi Wilayah Pasca Bencana ErupsiGunung Merapi di Provinsi D.I. Yogyakarta danProvinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013. Jakarta:BappenasdanBNPB.

Davidson, J. and Da Silva, S.(2000). Composite volcanoes.In: Sigurdsson, H. (ed) Encyclopediaof Volcanoes.AcademicPress.

Herianto, Ageng S dan Drajat Wicaksono. (2012).“SosialisasidanNegoisasiProsesRelokasiPengungsiKorban Erupsi Merapi Di Cangkringan YogyakartaUpaya Pengurangan Potensi Konflik” KajianMultidisiplin: Sumbangan PemikiranSekolahPascasarjana Universitas Gadjah Mada BagiKorban Erupsi MerapiTahun 2010. Yogyakarta:SekolahPascasarjanaUGM.

Himbawan, Gigih. 2010. Penyebab Tetap BermukimnyaMasyarakat Di Kawasan Rawan Bencana KelurahanTanjung Agung Kota Bengkulu. Magister TeknikPembangunan Wilayah dan Kota. Program S-2,Fakultas Teknik Pembangunan Wilayah dan KotaUniversitasDiponegoro.

LaLone, M. B. (2012). Neighbors Helping Neighbors: An

Examination of the Social Capital MobilizationProcess for Community Resilience to EnvironmentalDisasters. Journal of Applied Social Sciences, 6(2),209-237.

Magnis, F. (2003). Etika Jawa : sebuah analisa falsafitentangkebijaksanaanhidupJawa.Jakarta:GramediaPustakaUmum.

Mawardi, (2006). Rencana Aksi Nasional PenguranganRisiko Bencana 2006-2009. Kerjasama antaraKementrian Negara Perencanaan PembangunanNasional/BadanPerencanaanPembangunanNasionaldengan Badan Koordinasi Nasional PenangananBencana.Jakarta.

Ni’am, L. (2014). Kepengaturan dan PenolakanRelokasi:Kasus Warga Watugajah Pasca bencanaGunungMerapiTahun 2011-2013. Jurnal Ilmu Sosialdan Ilmu Politik Volume 18, Nomor 1, Juli 2014 (1-96).

PemerintahDesaGlagaharjo.(2016).DataMonografiDesaGlagaharjo Kecamatan Cangkringan KabupatenSlemanSemesterPertamaTahun2016.

Pratomo,I.andAbdurachman,K.(2004).Characteristicsofthe Indonesian active volcanoes andtheir hazards.Mineral&Energi,2,no.4,h.56-60.

Rijanta, R; Hizbaron, Baiquni, M. (2014). Modal SosialdalamManajemenBencana.Yogyakarta:GadjahMadaUniversityPress.

Subandriyo,(2012).AncamanGunungMerapiPascaErupsi2010BerdasarkanHasilPermodelanAwanPanasdanLahar untuk Mendukung Rencana TataRuang/Wilayah Berbasis Mitigasi Bencana,Proceeding Seminar Nasional Konsep HidupHarmonis Bersama Risiko Bencana di Hotel InnaGarudaYogyakartatanggal25Mei2012,Yogyakarta.

Sanyal, S and Routray, J. (2016). Social Capital andDisasters: Analysis of cases with field evidences.International Conference on Disaster Management:From Polar Region to the Local Communities Socialand Environmental Development National, InstituteofDevelopmentAdministration(NIDA).

Thouret, J.C., Lavigne, F., Kelfoun, K., Bronto, S. (2000).Toward Revised Hazard Assessment atMerapiVolcano, Central Java. Journal of Volcanology andGeothermal Research Volume 100(2000), Elsevier,Amsterdam,hal.479-502.

Triyoga, S. (2010). Merapi dan Orang Jawa: Persepsi danKepercayaannya. Jakarta: PT Gramedia WidiasaranaIndonesia.

Voight, B., Constantine, E.K., Siswowidjoyo, S., Torley, R.,2000.HistoricalEruptionsofMerapiVocano,CentralJava, Indonesia,1768-1998. Journal of Volcanologyand Geothermal Research Volume 100 (2000), Elsevier,Amsterdam,hal.69-138.

Yusup, Y. (2014). Hidup Bersama Risiko Bencana:Konstruksi Ruang dalam Perspektif RuangRelasional. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota,vol.25,no.1,hlm.59-77.