laporan akhir penelitian risbinkese-riset.litbang.kemkes.go.id/download.php?file=1....

60
LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES PREVALENS MIKROFILARIA PASCA PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS TAHAP III DI KABUPATEN MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA-SELATAN TAHUN 2016 Tim Pelaksana Ritawati, S.Si Reni Oktarina,SKM, M.Epid Betriyon, SKM Deriansyah Eka Putra, SKM Hendri Erwadi Agus Setiawan LOKA LITBANG P2B2 BATURAJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2016

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES

    PREVALENS MIKROFILARIA PASCA PENGOBATAN MASSAL

    FILARIASIS TAHAP III DI KABUPATEN MUARA ENIM PROVINSI

    SUMATERA-SELATAN TAHUN 2016

    Tim Pelaksana

    Ritawati, S.Si

    Reni Oktarina,SKM, M.Epid

    Betriyon, SKM

    Deriansyah Eka Putra, SKM

    Hendri Erwadi

    Agus Setiawan

    LOKA LITBANG P2B2 BATURAJA

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

    KEMENTERIAN KESEHATAN RI

    2016

  • i

    SUSUNAN TIM PENELITI

    No N a m a Keahlian /

    Kesarjanaan Kedudukan dalam

    Tim Uraian Tugas

    1 Ritawati, S.Si S1 Geografi Ketua Pelaksana Mengkoordinasi dan memantau jalannya penelitian, pembuatan proposal/protokol, analisa data dan pelaporan

    2 Reni Oktarina, SKM, M.Epid

    S2 Epidemiologi

    Peneliti Membantu pelaksanaan penelitian di lapangan

    3 Deriansyah Eka putra, SKM

    S1 Kesehatan Masyarakat

    Teknisi Membantu pelaksanaan penelitian di lapangan

    4 Betriyon, SKM S1 Kesehatan Masyarakat

    Teknisi Membantu pelaksanaan penelitian di lapangan

    5 Hendri Erwadi Teknisi Membatu pelaksanaan penelitian di lapangan

    6 Agus Setiawan Administrasi Membantu administrasi

  • ii

    SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

  • viii

    PERSETUJUAN ATASAN

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan

    Ridho-Nya maka penulis dapat menyelesaikan laporan akhir kegiatan Risbinkes dengan judul

    “ Prevalens mikrofilaria pasca pengobatan massal tahap III di Kabupaten Muara Enim

    Provinsi Sumatera Selatan tahun 2016” .

    Manfaat dari penelitian dengan didapatnya informasi mengenai prevalensi

    mikrofilaria sehingga dapat digunakan sebagai bahan perencanaan yang tepat. Hasil survey

    darah jari dan survey nyamuk dewasa dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi untuk ilmu

    pengetahuan serta dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian di tingkat laboratorium.

    Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan kegiatan maupun penulisan laporan ini

    masih banyak kekurangan dan kesalahan. Penulis sangat mengharapkan masukan dari semua

    pihak demi perbaikan penelitian maupun laporan di kemudian hari.

    Kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama kegiatan penelitian

    diucapkan terima kasih, terutama kepada : Kepala Badan Litbangkes RI di Jakarta dan

    jajaranya, Kepala Loka Litbang P2B2 Baturaja dan staf, Kepala Dinas Kesehatan Muara

    Enim dan staf, Camat kecamatan Gunung Megang dan Camat kecamatan Belimbing dan staf,

    Kepala Puskesmas Gunung Megang dan staf, Kepala Puskesmas Teluk Lubuk dan staf,

    Kepala Desa Penanggiran dan Cinta Kasih beserta aparatnya dan tak lupa penulis juga

    menyampaikan terima kasih kepada anggota tim penelitian atas kerjaasama dan pelaksanaan

    penelitian serta semua pihak yang terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga

    Allah, SWT berkenan menerima segala usaha kita.

    Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagai masukan,

    khususnya bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim dalam upaya eliminasi filariasis

    serta bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan terutama dalam rangka mendukung

    program Eliminasi Filariasis di Indonesia.

    Baturaja, Desember 2016

    Tim Penulis

  • x

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Penyakit kaki gajah atau filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

    cacing filaria(mikrofilaria). Filariasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

    Indonesia. Penyakit ini juga dapat menyebabkan kecacatan yang berakibat pada timbulnya

    stigma sosial, hambatan psikososial dan penurunan produktivitas kerja.

    Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalens mikrofilaria dan kepatuhan masyarakat

    pada kegiatan pemberian obat massal pencegahan filariasis tahap III di kabupaten Muara

    Enim provinsi Sumatera Selatan. Jumlah penduduk yang diperiksa sediaan darahnya

    sebanyak 726 penduduk. Jumlah positif mikrofilaria satu orang dengan angka prevalensi

    penyakit filariasis (Microfilaria rate) sebesar 0,29%. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut

    perlu dilakukan pengobatan secara selektif yaitu pemberian obat kepada penderita beserta

    anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita dan pengobatan massal di wilayah

    desa Penanggiran.

    Pengobatan massal filariasis merupakan salah satu kegiatan untuk memutus rantai

    penyebaran penyakit kaki gajah. Di kabupaten Muara Enim pada tahun 2015, telah

    melaksanakan pengobatan tahap III. Hasil wawancara masyarakat sebanyak 537 responden di

    desa Cinta Kasih dan Penanggiran 22% masyarakat telah minum obat tiga kali, 44,5% minum

    obat dua kali dan 33,5% minum obat satu kali.

    Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang

    ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Berdasarkan hasil penangkapan nyamuk dewasa

    didapatkan 324 ekor nyamuk sembilan spesies. Spesies nyamuk terbanyak adalah Culex

    qunfasciatus. Hasil pembedahan nyamuk Mansonia spp dan Anopheles spp tidak ditemukan

    mikrofilaria

    Hasil pengamatan tempat perkembangbiakan potensial larva nyamuk ditemukan

    kolam-kolam yang tidak terpakai dan rawa-rawa dekat permukiman yang ditumbuhi tanaman

    air yang merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk Mansonia spp, Anopheles spp dan

    Culex spp.

  • xi

    ABSTRAK

    LatarBelakang:Pengobatan massal filariasis di Kabupaten Muara Enim mulai tahun 2013 dilakukan di seluruh kecamatan. Pengobatan filariasis di 11 kecamatan, kabupaten Muara Enim dengan 19 wilayah kerja Puskesmas telah selesai 255 desa dalam waktu 3 tahun sampai dengan Oktober 2015. POMP filariasis yang telah dilaksanakan harus dapat memutus rantai penularan filariasis, sehingga dapat menurunkan prevalensi mikrofilaria lebih kecil dari 1%.

    Tujuan: Mengetahui prevalens mikrofilaria dan kepatuhan masyarakat terhadap kegiatan pengobatan massal filariasis tahap III di kabupaten Muara Enim Metode:Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2016, mulai bulan Maret – Desember 2016. Lokasi penelitian di dua desa yaitu desa Penanggiran kecamatan Gunung Megang dan desa Cinta Kasih Kecamatan Belimbing kabupaten Muara Enim. Jenis penelitian deskriptif dengan desain penelitian survei sewaktu. Metode pengumpulan data pengambilan darah jari pada malam hari (SDJ) dilakukan terhadap 726 penduduk. Pemeriksaan spesimen darah dilakukan secara mikroskopis dilakukan di Laboratorium Loka Litbang P2B2 Baturaja. Pengumpulan data kepatuhan masyarakat minum obat filariasis didapatkan dari penduduk yang diambil spesimen darah jari bermur > 15 tahun sebanyak 537 responden. Penangkapan nyamuk dewasa dan pengumpulan data lingkungan fisik dan biologi dilakukan satu kali di desa lokasi pengambilan darah jari. Hasil:Hasil SDJ terhadap penduduk desa Penanggiran dan desa Cinta Kasih mendapatkan 1 orang positif filariasis dari pemeriksaan mikroskopis. Penderita ditemukan di desa Penanggiran, karakteristik penderita adalah laki-laki berumur 65 tahun. Kepadatan rata-rata mikrofilaria di desa Penanggiran adalah tujuh ekor per 60µl darah dengan spesies Brugia Malayi. Angka kesakitan (Mf rate) filariasis adalah 0,29 %, angka ini masih dibawah batas kesakitan yang ditetapkan oleh pemerintah. Distribusi penduduk pernah mendapatkan obat filariasis sebanyak 68% dan yang minum obat filariasis pada kegiatan pengobatan massal filariasis tiga kali sebanyak 22%, 44,5% minum dua kali dan 33,5% satu kali. Jumlah nyamuk yang tertangkap selama penelitian 324 ekor. Spesises yang tertangkap yaitu : An.nigerrimus, An.barbumbrosus,Ma.anulifera,Ma.indiana, Cx. quinquefasciatus,Cx. tritaeniorhincus,Cx. fuscochephalus, Cx.vishnui, Cx.gellidus. Spesies yang dominan tertangkap yaitu Culex. quinquefasciatus 249 ekor.Sedangkan untuk nyamuk yang telah diidentifiksi sebagai vektor utama penyakit kaki gajah(filariasis) di Provinsi Sumatera-Selatan hanya ditemukan Anopheles nigerrimus(satu ekor) dan Mansonia uniformis tidak ditemukan. Hasil pengamatan tempat perkembangbiakan potensial larva nyamuk ditemukan kolam-kolam yang tidak terpakai dan rawa-rawa dekat permukiman yang ditumbuhi tanaman air yang merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk Mansonia spp, Anopheles spp dan Culex spp.

  • xii

    DAFTAR ISI

    SUSUNAN TIM PENELITI ........................................................................................................................... i

    SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN ............................................................................................................. ii

    PERSETUJUAN ATASAN ........................................................................................................................ viii

    KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. ix

    RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................................................... x

    ABSTRAK ................................................................................................................................................. xi

    DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. xii

    DAFTAR TABEL ...................................................................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................................xvi

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................................. xvii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah Penelitian .............................................................................................. 2

    BAB II TUJUAN DAN MANFAAT ............................................................................................................... 3

    2.1 Tujuan Umum ............................................................................................................................... 3

    2.2 Tujuan Khusus ............................................................................................................................... 3

    2.3 Manfaat ......................................................................................................................................... 3

    BAB III METODOLOGI ............................................................................................................................. 4

    3.1 Kerangka Teori .............................................................................................................................. 4

    3.2 Kerangka Konsep ........................................................................................................................... 5

    3.3 Desain Penelitian .......................................................................................................................... 6

    3.4 Tempat dan Waktu ....................................................................................................................... 6

    3.5 Populasi dan Sampel .................................................................................................................... 6

    3.6 Besar sampel dan cara penarikan sampel .................................................................................... 6

    3.7 Variabel ......................................................................................................................................... 7

    3.8 Definisi Operasional ...................................................................................................................... 7

  • xiii

    3.9 Instrumen dan Cara Pengumpulan data ....................................................................................... 8

    3.10 Bahan dan prosedur kerja ........................................................................................................... 8

    3.10 Manajemen Data ...................................................................................................................... 12

    BAB IV HASIL ......................................................................................................................................... 13

    4.1 Gambaran Umum Kabupaten Muara Enim ................................................................................ 13

    4.1.1 Gambaran desa Penanggiran ............................................................................................... 14

    4.1.1 Gambaran desa Cinta Kasih ................................................................................................. 14

    4.2 Keterbatasan Penelitian .............................................................................................................. 14

    4.3 Survey Darah Jari Filariasis Pasca Pengobatan Tahap III ............................................................. 14

    4.3.1 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan desa ....................................................... 14

    4.3.2 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan jenis kelamin .......................................... 15

    4.3.3 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan umur ...................................................... 16

    4.3.4 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan pendidikan ............................................. 16

    4.3.5 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan jenis pekerjaan ...................................... 17

    4.3.6 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan riwayat demam berulang ...................... 17

    4.3.7 Distribusi penduduk yang pernah menerima obat filarisis ................................................. 18

    4.3.8 Distribusi penduduk berdasarkan frekuensi minum obat .................................................. 18

    4.3.9 Mikrofilaria Rate dan kepadatan rata-rata .......................................................................... 19

    4.4 Survei Penangkapan Nyamuk Dewasa ........................................................................................ 19

    4.4.1 Jumlah Nyamuk yang Tertangkap Selama Penelitian .......................................................... 20

    4.4.2 Fluktuasi kepadatan nyamuk setiap jam penangkapan ....................................................... 20

    4.4.3 Pembedahan Nyamuk .......................................................................................................... 22

    4.4.3 Kebiasaan menghisap nyamuk yang tertangkap ................................................................. 22

    4.5 Pengamatan Habitat Perkembangbiakan Larva Nyamuk ........................................................... 23

    4.6 Faktor Lingkungan Fisik .............................................................................................................. 24

    BAB V PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 25

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................................................... 29

  • xiv

    5.1 Kesimpulan .................................................................................................................................. 29

    5.2 Saran ........................................................................................................................................... 29

    UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................................................................ 30

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 31

    LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 33

    LAMPIRAN 7. Persetujuan Etik ( ethical approval ) ............................................................................... 39

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Distribusi penduduk yang diperiksa darahnya menurut golongan umur di desa Cinta

    Kasih dan desa Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016 .............................. 16

    Tabel 2. Kepadatan rata-rata mikrofilaria di desa Cinta Kasih dan desa Penanggiran

    kabupaten Muara Enim tahun 2016 ............................................................................. 19

    Tabel 3. Perilaku menghisap spesies nyamuk yang tertangkap dengan metode human landing

    collection dengan umpan orang di dalam dan luar didesa Cinta Kasih dan Penanggiran

    kabupaten Muara Enim tahun 2016 ............................................................................. 22

    Tabel 4. Perilaku istirahat spesies nyamuk yang tertangkap dengan metode human landing

    collection dengan umpan orang di dalam dan luar didesa Cinta Kasih dan Penanggiran

    kabupaten Muara Enim tahun 2016 ............................................................................. 23

    Tabel 5. Hasil Survey larva nyamuk di berbagai jenis tempat perkembangbiakan larva didesa

    Cinta Kasih dan Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016 ............................. 23

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Hubungan interaksi faktor Agen, Host dan Lingkungan dalam penularan penyakit 4

    Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian .................................................................................... 5

    Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Muara Enim tahun 2015 ......................................... 13

    Gambar 4. Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan desa, di desa Cinta Kasih dan

    desa Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016 ......................................... 15

    Gambar 5. Distribusi penduduk yang diperiksa darahnya menurut jenis kelamin di desa Cinta

    Kasih dan desa Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016 ........................ 15

    Gambar 6. Distribusi penduduk yang diperiksa darahnya berdasarkan pendidikan di desa

    Cinta Kasih dan desa Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016 .............. 16

    Gambar 7. Distribusi penduduk yang diperiksa darahnya berdasarkan jenis pekerjaan di desa

    Cinta Kasih dan desa Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016 .............. 17

    Gambar 8. Distribusi penduduk yang diperiksa darahnya berdasarkan riwayat demam

    berulang di desa Cinta Kasih dan desa Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun

    2016 ....................................................................................................................... 17

    Gambar 9. Distribusi responden berdasarkan frekuensi minum obat filariasis di desa Cinta

    Kasih dan desa Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016 ........................ 18

    Gambar 10. Distribusi responden berdasarkan frekuensi minum obat filariasis di desa Cinta

    Kasih dan desa Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016 ........................ 18

    Gambar 11. Distribusi spesies nyamuk yang tertangkap dengan Metode Human landing

    Collection di desa Cinta Kasih dan desa Penanggiran kabupaten Muara Enim

    tahun 2016 ............................................................................................................. 20

    Gambar 12. Kepadatan nyamuk dengan Metode Human landing Collection dengan umpan

    orang dalam di desa Cinta Kasih dan desa Penanggiran kabupaten Muara Enim

    tahun 2016 ............................................................................................................. 21

    Gambar 13. Kepadatan nyamuk dengan Metode Human landing Collection dengan umpan

    orang luar di desa Cinta Kasih dan desa Penanggiran kabupaten Muara Enim

    tahun 2016 ............................................................................................................. 21

    Gambar 14. Ploting Habitat Larva Nyamuk di desa Cinta Kasih dan Penanggiran kabupaten

    Muara Enim Tahun 2016 ...................................................................................... 24

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1. Naskah penjelasan untuk mendapatkan persetujuan subyek (pengambilan darah jari)

    .............................................................................................................................................................. 33

    LAMPIRAN 2. Naskah penjelasan untuk mendapatkan persetujuan subyek (penangkap nyamuk) ... 34

    LAMPIRAN 3. Formulir persetujuan setelah penjelasan (informed consent) ...................................... 35

    LAMPIRAN 4. Kuesioner .................................................................................................................... 36

    LAMPIRAN 5. Foto Kegiatan .............................................................................................................. 38

    LAMPIRAN 6 . Persetujuan Atasan Yang Berwenang ........................ Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN 7. Persetujuan Etik ( ethical approval )........................................................................... 39

    LAMPIRAN 8. Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ............................................ 40

    LAMPIRAN 9. Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim ................................... 41

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Filariasis atau elephantiasis atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai

    penyakit kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

    disebabkan karena infeksi cacing filaria. Penyakit kaki gajah (Filariasis) merupakan

    suatu penyakit infeksi oleh cacing filaria yakni Wucheria bancrofti, Brugia malayi dan

    Brugia timori. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui hisapan nyamuk dan

    berkembang menjadi cacing dewasa dalam kelenjar limfe sehingga menyebabkan

    kerusakan pada sistim limfatik dan limpedema.1

    Secara epidemiologi cacing filaria dibagi menjadi 6 tipe, yaitu : (a) Wuchereria

    bancrofti tipe perkotaan (urban) ditemukan di daerah perkotaan seperti Jakarta, Bekasi,

    Tangerang, Semarang, Pekalongan dan sekitarnya memiliki periodisitas nokturna

    (mikrofilaria banyak terdapat di dalam darah tepi pada malam hari, sedangkan pada siang

    hari banyak terdapat di kapiler organ dalam seperti paru-paru, jantung dan ginjal).

    Cacing ini ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefasciatus yang berkembang biak di

    air limbah rumah tangga. (b) Wuchereria bancrofti tipe pedesaan (rural) ditemukan di

    daerah pedesaan di luar Jawa, terutama tersebar luas di Papua dan Nusa Tenggara Timur,

    mempunyai periodisitas nokturna yang ditularkan melalui berbagai spesies nyamuk

    Anopheles, Culex dan Aedes. (c) Brugia malayi tipe periodik nokturna mikrofilaria

    ditemukan di darah tepi pada malam hari. Nyamuk penularnya adalah Anopheles

    barbirostis yang ditemukan di daerah persawahan. (d) Brugia malayi tipe subperiodik

    nokturnal mikrofilaria ditemukan di darah tepi pada siang dan malam hari, tetapi lebih

    banyak ditemukan pada malam hari (subperiodik nokturna). Nyamuk penularnya adalah

    Mansonia spp yang ditemukan di daerah rawa. (e). Brugia malayi tipe non periodik

    mikrofilaria ditemukan di darah tepi baik malam maupun siang hari (non periodik).

    Nyamuk penularnya adalah Mansonia bonneae dan Mansonia uniformis yang ditemukan

    di hutan rimba. (f) Brugia timori tipe periodik nokturna mikrofilaria ditemukan di darah

    tepi pada malam hari. Nyamuk penularnya adalah Anopheles barbirostis yang ditemukan

    di daerah persawahan di Nusa Tenggara Timur, Maluku Tenggara.2

    Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius di

    Indonesia. Diperkirakan sampai tahun 2009 penduduk berisiko tertular filariasis lebih dari

    125 juta orang yang tersebar di 337 kabupaten/kota endemis filariasis dengan 11.914

  • 2

    kasus kronis yang dilaporkan dan diestimasikan prevalensi mikrofilaria 19%, kurang

    lebih penyakit ini akan mengenai 40 juta penduduk. 3

    Provinsi Sumatera Selatan merupakan daerah endemis filariasis di Indonesia.

    Berdasarkan profil dinas kesehatan provinsi Sumatera-Selatan tahun 2012, jumlah kasus

    filariasis ditemukan sebanyak 184. Kasus tersebut tersebar di 14 kabupaten dari 15

    kabupaten yang ada di provinsi Sumatera-Selatan. Jumlah kasus terbanyak ditemukan di

    kabupaten Banyuasin sebanyak 139 kasus dan kabupaten tidak ditemukan kasus filariasis

    yaitu kota Prabumulih. Kabupaten Muara Enim urutan ke tiga setelah kabupaten Ogan

    komering ulu timur.3

    Di Kabupaten Muara Enim pada tahun 2007-2009 dilakukan survey sedian darah jari,

    berdasarkan buletin jendela epidemiologi, angka mikrofilaria kabupaten Muara Enim

    10,3%3. Pada tahun 2013 mulai dilakukan kegiatan POMP filariasis dengan jumlah

    penduduk sasaran minum obat sebanyak 692.848 cakupan minum obat 83,37%.Jumlah

    penduduk tahun 2013 sebanyak 777.232 jiwa. Pada tahun 2014 jumlah penduduk

    sebanyak 546.756 jiwa, penurunan angka tersebut dikarenakan pemekaran kabupaten

    yaitu Muara Enim dan Pali. Jumlah penduduk sasaran pengobatan 488.410 jiwa dengan

    cakupan pengobatan sebesar 92%4.

    1.2 Perumusan Masalah Penelitian

    Filariasis (penyakit kaki gajah) di kabupaten Muara Enim menjadi masalah kesehatan

    dengan ditemukan daerah-daerah dengan penderita kronis. Pasca pengobatan massal

    filariasis tahap III perlu dilakukan kegiatan meninjau prevalensi mikrofilaria dan

    kepatuhan masyarakat terhadap kegiatan pengobatan massal filariasis, serta mengetahui

    spesies nyamuk yang ada sebagai vektor penyakit filariasis. Berdasarkan hal tersebut,

    maka perlu dilakukan survey darah jari untuk mengetahui prevalens mikrofilaria dan

    wawancara langsung dengan masyarakat untuk mengetahui kepatuhan masyarakat

    terhadap kegiatan pengobatan massal tersebut serta survey penangkapan nyamuk dewasa

    untuk melihat mikrofilaria pada nyamuk dan spesies nyamuk yang berperan sebagai

    vektor di lokasi penelitian.

  • 3

    BAB II TUJUAN DAN MANFAAT

    2.1 Tujuan Umum

    Mengetahui prevalens mikrofilaria dan kepatuhan masyarakat terhadap kegiatan

    pengobatan massal filariasis tahap III di kabupaten Muara Enim

    2.2 Tujuan Khusus

    1. Mengetahui nilai mf rate di desa spot dan sentinel setelah pengobatan massal filariasis

    tahap III

    2. Mengidentifikasi jenis spesies mikrofilaria di desa spot dan sentinel setelah

    pengobatan massal filariasis tahap III

    3. Mengetahui kepatuhan masyarakat minum obat filaraiasis di desa spot dan di desa

    sentinel setelah pengobatan massal filariasis tahap III

    4. Mengidentifikasi keberadaan mikrofilaria pada nyamuk

    5. Menentukan faktor lingkungan (Suhu, kelembaban udara, curah hujan, pH air dan

    habitat perkembangbiakan larva)

    2.3 Manfaat

    1. Bagi pengelola program pengendalian penyakit tular vektor yaitu memberikan

    kontribusi ilmiah mengenai situasi filariasis pasca pengobatan tahap III yang

    dibutuhkan dalam menyusun rencana program tahun yang akan datang.

    2. Bagi masyarakat dapat diketahui hasil pemeriksaan sediaan darah jari filariasis apakah

    dalam darah mengandung cacing filaria sebagai penyebab penyakit kaki gajah atau

    tidak.

    3. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang

    cara pemeriksaan dan pengendalian filariasis.

  • 4

    BAB III METODOLOGI

    3.1 Kerangka Teori

    Penyebaran penyakit filariasis melibatkan banyak faktor yang sangat kompleks yaitu

    cacing filaria sebagai agent penyebab penyakit, manusia dan hewan sebagai inang dan

    nyamuk dewasa sebagai vektor serta faktor lingkungan fisik, biologi dan sosial, yaitu faktor

    sosial ekonomi dan perilaku penduduk setempat. Penularan penyakit dapat dicegah dengan

    memutuskan mata rantai penularan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

    pengendalian terhadap agent penyebab penyakit dengan cara mengobati penderita.5Kerangka

    teori dapat dilihat pada gambar 1.

    Gambar 1. Hubungan interaksi faktor Agen, Host dan Lingkungan dalam penularan penyakit

    Host (Manusia terinfeksi)

    Agent

    (Cacing filaria)

    Lingkungan

    (fisik, biologi)

  • 5

    3.2 Kerangka Konsep

    Berdasarkan kerangka teori maka dibangun kerangka konsep penelitian seperti dalam

    gambar 2 :

    Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

    Konsep dari penelitian ini adalah melihat prevalensi mikrofilaria dan kepatuhan

    masyarakat terhadap kegiatan pengobatan massal filariasis tahap III. Pengamatan

    lingkungan yang mendukung perkembangbiakan nyamuk dewasa sebagai vektor filariasis.

    Karakteristik subyek : 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan 4. Riwayat demam

    berulang

    Pemeriksaan: 1. Spesies mikro filaria 2. Mf Rate

    Prevalensi filariasis

    pasca POMP III

    Pengobatan :

    1. Riwayat pengobatan

    2. Perilaku/kepatuhan

    pengobatan

    selektif/masal

    Lingkungan :

    - Suhu udara - Suhu air - Kelembaban udara - Curah hujan - pH air - Jenis habitat larva - Nyamuk

    Distribusi spasial larva

    (ploting GPS)

  • 6

    3.3 Desain Penelitian

    Desain penelitian adalah cross sectional (studi potong lintang).

    3.4 Tempat dan Waktu

    Penelitian dilakukan selama10 bulan (Maret-Desember 2016) di kabupaten Muara Enim

    Provinsi Sumatera Selatan.

    3.5 Populasi dan Sampel

    a. Populasi

    Populasi penelitian adalah seluruh penduduk yang ada di kabupaten Muara Enim

    sebanyak 546.756 jiwa dengan target penduduk tinggal di daerah yang telah selesai

    melakukan kegiatan pengobatan massal selama 3 tahun.

    b. Sampel

    Sampel penelitian adalah seluruh penderita yang pernah dinyatakan menderita

    filariasis baik kronis maupun akut dan masyarakat yang tinggal di desa spot dan

    sentinel.

    3.6 Besar sampel dan cara penarikan sampel

    Besar sampel darah jari filariasis untuk pemeriksaan mikroskopis merujuk pedoman

    Kementerian Kesehatan untuk survey evaluasi prevalensi mikrofilaria. Desa diambil satu

    desa spot (spot check) dan satu desa sentinel. Jumlah sampel 300 orang/desa dengan sasaran

    penduduk >5 tahun6. Responden kepatuhan masyarakat minum obat adalah masyarakat yang

    bersedia diambil darah jari tersebut dengan umur 15 tahun ke atas. Untuk sampel nyamuk

    diperoleh dengan cara penangkapan nyamuk dengan umpan manusia selama 12 jam (18.00 –

    06.00).

    Kriteria inklusi dan eksklusi

    a. Kriteria inklusi

    1) Penduduk berusia > 5 tahun untuk sampel darah jari dan >15 tahun untuk

    kepatuhan minum obat.

    2) Seluruh penduduk yang ada di desa spot dan desa sentinel

    b. Kriteria eksklusi

    1) Penduduk yang tinggal < 1 tahun

    2) Menderita penyakit berat

    3) Penduduk berusia < 5 tahun

  • 7

    3.7 Variabel

    1. Dependent : Prevalensi mikrofilaria

    2. Independent :

    - Mf Rate

    - Spesies Mikrofilaria

    - Umur

    - Jenis Kelamin

    - Pendidikan

    - Pekerjaan

    - Riwayat deman

    - Riwayat pengobatan

    - Perilaku Pengobatan

    - Habitat larva

    - Nyamuk

    3.8 Definisi Operasional

    1. Mf Rate adalah Angka kejadian filariasis dalam wilayah dihitung dengan cara

    membagi jumlah penduduk yang sediaan darahnya positif mikrofilaria dengan

    jumlah sediaan darah yang diperiksa dikali 100%

    2. Spesies Mikrofilaria adalah Spesies cacing filaria penyebab filariasis pada

    manusia yg ditemukan dalam darah penderita dan nyamuk dewasa.

    3. Desa spot adalah desa tempat pelaksanaan pengobatan massal dan belum pernah

    dilakukan survey darah jari filariasis terutama desa yang dicurigai berisiko terjadi

    penularan filariasis, misalnya cakupan pengobatan rendah dan faktor

    epidemiologi mendukung.

    4. Desa sentinel adalah desa terpilih pada survey data dasar prevalens mikrofilaria

    sebelum pelaksanaan POMP filariasis

    5. Umur adalah usia seseorang yg dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir

    6. Jenis Kelamin adalah Jenis kelamin berdasarkan ciri fisik seseorang

    7. Pendidikan adalah Pendidikan formal yang telah ditempuh dengan memperoleh

    ijasah

    8. Pekerjaan adalah jenis pekerjaan utama yang menyita waktu terbanyak

    9. Riwayat demam adalah Riwayat demam berulang lebih dari 3 kali sebulan dalam

    1 tahun terakhir.

  • 8

    10. Riwayat pengobatan adalah riwayat pengobatan yang diterima subyek

    11. Perilaku/kepatuhan minum obat adalah Perilaku subyek minum obat filariasis

    terhadap kegiatan pengobatan massal selama 3 tahun pengobatan.

    12. Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin lingkungan

    13. Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama

    periode tertentu yang diukur.

    14. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman

    atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.

    15. Habitat perkembangbiakan adalah tempat nyamuk yang bisa berperan sebagai

    vektor filariasis hidup dan berkembang biak atau menghasilkan keturunan.

    3.9 Instrumen dan Cara Pengumpulan data

    (1) Instrumen

    Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data :

    a. Alat pengambilan darah jari

    b. Kuesioner kepatuhan masyarakat minum obat filariasis

    c. Pemetaan habitat larva nyamuk : Alat tulis, form pemetaan/pengukuran, peta

    digital Kabupaten Muara Enim, GPS

    (2) Cara pengumpulan data

    a. Data tentang mikrofilaria dilakukan pengambilan dan pemeriksaan darah jari

    masyarakat

    b. Data tentang kepatuhan minum obat massal pada kegiatan POMP dilakukan

    wawancara terhadap masyarakat yang terpilih.

    c. Data lingkungan dilakukan dengan observasi

    d. Data koordinat dilakukan dengan melakukan marking habitat larva tersangka

    vektor filariasis.

    3.10 Bahan dan prosedur kerja

    1) Bahan dan alat

    Bahan dan alat pemeriksaan sediaan darah jari :

    Kaca benda(slide), blood lancet, alkohol swabs, aquades, tablet buffer ph 7.3,

    rak pewarna, tissue gulung, formulir survey, kapas, giemsa stock solution, kotak

    slide, metahanol absolut dan kuesioner.

    Bahan dan alat penangkapan nyamuk dewasa

    http://id.wikipedia.org/wiki/Asamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Basahttp://id.wikipedia.org/wiki/Larutan

  • 9

    Mikroskop dissecting, pinset, kain kasa, cawan petri, GPS, aspirator, kapas,

    senter, pluviometer, garam fisiologis, cangkir kertas, karet gelang, kloroform,

    sling hygrometer.

    Bahan dan alat pengamatan habitat larva nyamuk

    Cidukan, Pipet, Botol vial, Clip board

    Bahan dan alat marking habitat tersangka vektor filariasis

    Alat tulis, formulir pemetaan/pengukuran dan GPS

    2) Prosedur Kerja :

    c. Persiapan penelitian

    Sebelum pelaksanaan penelitian, dilakukan survey pendahuluan dan perijinan.

    Perijinan ke Kesbangpol provinsi Sumatera-Selatan dan koordinasi di Dinas

    Kesehatan setempat guna mengumpulkan data sekunder tentang filariasis

    sebagai data dukung sebelum melakukan kegiatan penelitian.

    b. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian :

    (a) Koordinasi tim

    Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari peneliti dan teknisi dari

    Loka Litbang P2B2 Baturaja, Dinas Kesehatan kabupaten Muara Enim

    dan petugas puskesmas di lokasi penelitian. Sebelum penelitian

    dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pertemuan tim peneliti dengan

    petugas dinas kesehatan kabupaten Muara Enim. Membahas pelaksanaan

    penelitian dan menentukan lokasi penelitian berdasarkan data sekunder

    yang dimiliki oleh dinas kesehatan.

    (b) Pengambilan dan pemeriksaan darah jari untuk pemeriksaan mikroskopis

    Pengambilan sampel sediaan darah jari dilakukan pada malam hari di dua

    desa yang terpilih. Mengacu pada pedoman dari Kementerian

    Kesehatan(2012) untuk pemeriksaan darah jari dilakukan pada malam hari

    dimulai pukul 18.00 WIB sampai dengan pukul 00.00 WIB. Langkah-

    Langkah pengambilan spesimen darah jari7 :

    (1) Siapkan Formulir Survey Darah Jari ( Formulir SDJ)

    (2) Setiap warga yang akan diambil spesimen darah jari, di catat terlebih

    dahulu dalam formulir SDJ, dicatat Nomor urut, Nama, Umur, jenis

    Kelamin dan Kode Sediaan.

  • 10

    (3) Kaca benda (slide) yang sudah bersih dari lemak dan kotoran, diberi

    nomor dengan spidol waterproof sesuai dengan kode sediaan.

    (4) Pilih salah satu ujung jari tangan kedua, ketiga atau keempat, bersihkan

    dengan kapas alkohol 70% dan tunggu sampai kering.

    (5) Setelah kering, ujung jari tangan orang tersebut ditusuk dengan lanset,

    tegak lurus alur garis jari tangan.

    (6) Tetesan pertama yang keluar dihapus dengan kapas kering, kemudian

    tetesan darah selanjutnya diteteskan sebanyak 3 tetes (diperkirakan

    60µl).

    (7) Selanjutnya tetesan darah tersebut dilebarkan, dengan menggunakan

    salah satu ujung kaca benda lainnya, sehingga membentuk tiga garis

    paralel atau 1 oval berukuran 1 x 2 cm (60µl).

    (8) Spesimen darah jari tersebut dikeringkan selama 24-72 jam pada suhu

    kamar dengan menyimpannya dalam slide box.

    (c) Teknik pembuatan larutan Giemsa :

    (1) Larutan Giemsa adalah larutan yang digunakan untuk pewarnaan sediaan

    darah jari.

    (2) Untuk membuat larutan Giemsa dibutuhkan cairan buffer pH 7,2.

    (3) Cairan Buffer dibuat dengan melarutkan 1 tablet buffer forte ke dalam

    1000 ml air jernih dan bersih. Cairan buffer ini dapat diganti dengan air

    mineral yang mempunyai pH 7,2 (aqua).

    (4) Larutan giemsa dibuat dengan melarutkan cairan Giemsa dengan cairan

    buffer pH 7,2 dengan perbandingan 1 :20.

    (5) Untuk mewarnai 500 spesimen Darah Jari dibutuhkan larutan Giemsa

    kurang lebih sebanyak 500 ml (25 ml cairan Giemsa dan 500 ml cairan

    buffer PH 7,2).

    (d)Tehnik Pewarnaan :

    (1) Sediaan darah jari diletakkan berjajar di tempat datar.

    (2) Spesimen darah jari diwarnai dengan cara ditetesi larutan Giemsa sampai

    semua permukaan sediaan tergenang larutan Giemsa (Kurang lebih 20

    tetes) dan didiamkan selama 20 menit.

    (3) Kemudian spesimen darah jari di bilas dengan air bersih dan dikeringkan

    dalam suhu kamar selama 24-72 jam.

  • 11

    (4) Setelah kering disusun dan disimpan dalam slide box.

    (e) Pemeriksaan Mikroskopis

    (1) Pemeriksaan mikroskopis akan dilakukan di Laboratorium Parasitologi

    Loka litbang P2B2 Baturaja.

    (2) Croschek dilakukan di laboratorium Pusat Biomedis dan Teknologi

    Kesehatan Badan Litbangkes Jakarta.

    (f) Wawancara perilaku masyarakat minum obat pada kegiatan POMP filariasis

    Pengumpulan data mengenai kepatuhan masyarakat minum obat

    filariasis diperoleh dengan melakukan wawancara dengan panduan

    kuesioner terstruktur di desa yang terpilih.

    (g) Penangkapan nyamuk tersangka vektor

    (1) Penangkapan nyamuk dengan metode human landing collection

    dilakukan satu kali oleh penangkap nyamuk ( mosquito scouts) dengan

    menggunakn aspirator. Penangkapan nyamuk dilakukan tiga rumah

    dengan metode penangkapan nyamuk dilaksanakan pada pukul 18.00-

    06.00 WIB. Penangkapan nyamuk yang hinggap pada orang baik di

    dalam maupun di luar selama 40 menit dilakukan oleh 6 orang ( 3 di

    dalam dan 3 di luar).

    (2) Pembedahan nyamuk dilakukan dengan pembedahan secara individu.

    Nyamuk yang telah diidentifikasi dibius menggunakan kloroform.

    Nyamuk diletakkan di atas gelas benda lalu tubuh nyamuk dibersihkan

    dari sayap supaya sisik di sayap tidak mengotori, kemudian dipisahkan

    bagian tubuhnya dengan jarum bedah menjadi tiga bagian yaitu kepala,

    toraks dan abdomen. Masing-masing bagian ditetesi larutan garam

    fisiologi (GF) dan dirobek dengan jarum bedah. Pengamatan di bawah

    mikroskop bedah dilakukan untuk melihat keberadaan cacing filaria

    sesuai dengan ciri dari masing-masing stadium larva cacing filarial.8

    (h) Observasi kondisi lingkungan

    Pengumpulan data kondisi lingkungan didapatkan dengan pengamatan,

    pencatatan dan pengukuran yang meliputi suhu, kelembaban, curah

    hujan dan toporgrafi daerah setempat serta pengamatan tempat

    perkembangbiakan tersangka vektor filariasis. Observasi dilakukan pada

    saat berlangsungnya kegiatan lapangan di lokasi penelitian.

  • 12

    (i) Ploting tempat perkembangbiakan habitat larva nyamuk dengan

    menggunakan GPS

    3.10 Manajemen Data

    (1) Survey spesimen darah jari

    Angka mikrofilaria rate dihitung dengan cara membagi jumlah penduduk yang

    sediaan darahnya positif mikrofilaria dengan jumlah sediaan darah yang diperiksa

    dikali 100%.2

    Mikrofilaria rate =

    (2) Data kepatuhan masyarakat minum obat filariasis pada kegiatan pengobatan

    massal diolah dan dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif untuk melihat

    gambaran masing-masing variabel. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk

    tabel frekuensi dan tabulasi silang.

    (3) Data mengenai spesies nyamuk yang tertangkap, jumlah nyamuk tertangkap serta

    spesies nyamuk yang positif cacing filaria ditampilkan dalam bentuk tabulasi dan

    dibahas secara deskriptif.

    (4) Kepadatan populasi nyamuk(Man Hour Density) dihitung dengan cara membagi

    jumlah nyamuk tertangkap dibagi jumlah umpan manusia dibagi jam

    penangkapan.

    Man Hour Density(MHD) =

    (5) Data lingkungan diolah dan dianalisis secara deskriptif.

    (6) Data koordinat tempat perkembangbiakan habitat larva nyamuk di analisis

    buffering dengan aplikasi GIS

  • 13

    BAB IV HASIL

    4.1 Gambaran Umum Kabupaten Muara Enim

    Kabupaten Muara Enim merupakan salah satu kabupaten yang terdapat diprovinsi

    Sumatera Selatan dengan luas wilayah 7.483,03 km2. Posisi geografis kabupaten Muara Enim

    terletak antara 40.60 LS dan 1040-1060BT. Secara topologi, kabupaten Muara Enim

    merupakan daerah yang strategis berada di jantung provinsi Sumatra-Selatan dengan batas

    wilayah sebagai berikut :

    - Sebelah Utara berbatasan dengan kabupaten Penukal abab lematang ilir,

    kabupaten Banyuasin dan Kota Palembang;

    - Sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Ogan ilir, Ogan komering ulu, kota

    Palembang dan kota Prabumulih;

    - Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Ogan komering ulu selatan dan

    kabupaten Kaur provinsi Bengkulu;

    - Sebelah Barat brbatasan dengan kabupaten Musi Rawas, kota Pagaralam dan

    kabupaten Lahat.

    Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Muara Enim tahun 2015 (Sumber : Buku profil Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim tahun 2015)

  • 14

    Secara administrasi, kabupaten Muara Enim terdiri dari 20 Kecamatan dan 255

    desa/kelurahan. Sesuai dengan letak geografis kabupaten Muara Enim beriklim equator

    dengan temperatur suhu rata-rata 270C dengn variasi 230C-300C. Curah hujan per tahun

    berkisar 30-350 mm. Ditinjau dari topografi kabupaten Muara Enim terdiri dari daerah

    perbukitan, dataran rendah dan rawa-rawa4.

    4.1.1 Gambaran desa Penanggiran

    Desa Penanggiran merupakan salah satu desa dari 13 desa yang ada di kecamatan

    Gunung Megang, yang berjarak sekitar 10 KM dari kota kecamatan. Desa Penanggiran

    mempunyai luas wilayah + 2.160 hektar. Secara orbitasi adminitrasi wilayah sebelah utara

    berbatasan dengan desa Rami Pasai, sebelah selatan desa Panang Jaya, sebelah timur Ulak

    Bandung dan sebelah barat berbatasan dengan desa Gunung Megang Dalam. Desa

    Penanggiran mempunyai jumlah penduduk sebanyak 3.819 jiwa dengan mayoritas mata

    pencaharian petani.

    4.1.1 Gambaran desa Cinta Kasih

    Desa Cinta Kasih merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Belimbing, yang

    berjarak satu kilo meter dengan kota kecamatan. Desa ini memiliki luas wilayah + 2.100

    hektar. Desa Cinta Kasih memiliki jumlah penduduk sebanyak 4.481 jiwa dengan mayoritas

    mata pencaharian petani.

    4.2 Keterbatasan Penelitian

    Dalam penelitian ini, penulis menghadapi beberapa keterbatasan yang mempengaruhi

    kondisi dari penelitian yang dilakukan. Adapun keterbatasan yang dihadapi antara lain

    kegiatan pengambian sampel nyamuk dewasa di desa Penanggiran terjadi hujan, sehingga

    sampel nyamuk yang didapat sedikit.

    4.3 Survey Darah Jari Filariasis Pasca Pengobatan Tahap III

    4.3.1 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan desa

    Penduduk yang diperiksa darah jari sebanyak 726 orang dari desa yang terpilih, dengan

    rincian desa Cinta Kasih sebanyak 386 orang dan desa Penanggiran sebanyak 340 orang.

    Distribusi penduduk yang diperiksa darah jari menurut desa disajikan dalam Gambar 4.

  • 15

    Gambar 4. Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan desa, di desa Cinta Kasih dan desa Penanggiran

    kabupaten Muara Enim tahun 2016

    4.3.2 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan jenis kelamin

    Pemeriksaan SDJ dilakukan pada malam hari pukul 19.00 – 24.00 wib, dilakukan di

    desa Penanggiran kecamatan Gunung Megang dan desa Cinta Kasih kecamatan Belimbing.

    Setelah dilakukan pengambilan sediaan darah jari diperoleh jumlah penduduk yang diperiksa

    sebanyak 726 orang dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 46 % dan perempuan 54 %

    (Gambar 5.)

    Gambar 5. Distribusi penduduk yang diperiksa darahnya menurut jenis kelamin di desa Cinta Kasih dan

    desa Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016

  • 16

    4.3.3 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan umur

    Penduduk yang diperiksa darahnya adalah penduduk yang berumur antara 5-85 tahun.

    Proporsi kelompok umur yang paling banyak diperiksa adalah 55 tahun 56 1 7.7

    726 1 100

    Pada tabel 1, dapat dilihat bahwa kelompok umur yang positif filaria ditemukan pada

    umur diatas 55 tahun. Ditelusuri lebih lanjut bahwa subyek tersebut berjenis kelamin laki-laki

    bekerja sebagai petani.

    4.3.4 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan pendidikan

    Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan tingkat pendidikan dikategorikan

    menjadi 6, yaitu: 1) Tidak sekolah; 2) Tidak tamat SD; 3) Tamat SD; 4) Tamat SLTP; 5)

    Tamat SLTA; 6) Tamat Akademi/PT. Distribusi subjek penelitian berdasarkan tingkat

    pendidikan di sajikan dalam Gambar 6.

    Gambar 6. Distribusi penduduk yang diperiksa darahnya berdasarkan pendidikan di desa Cinta Kasih dan desa

    Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016

  • 17

    Tingkat pendidikan subjek paling banyak adalah tamat SD, yaitu sebesar 36,5%.

    Proporsi paling rendah adalah subjek dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD, yaitu

    sebesar 0,6% (Gambar 6).

    4.3.5 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan jenis pekerjaan

    Pekerjaan subjek penelitian dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu: 1) Petani/Nelayan; 2)

    Buruh/sopir; 3) PNS/TNI/Polri/Pensiunan; 4) Wiraswasta; 5) IRT/Tidak bekerja; 6) lainnya.

    Data subjek berdasarkan pekerjaan disajikan dalam Gambar 7 berikut :

    Gambar 7. Distribusi penduduk yang diperiksa darahnya berdasarkan jenis pekerjaan di desa Cinta Kasih dan

    desa Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016

    4.3.6 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan riwayat demam berulang

    Demam berulang merupakan salah satu gejala penderita filariasis. Hasil analisis

    hubungan antara riwayat demam dengan hasil pemeriksaan darah disajikan dalam gambar 8.

    Gambar 8. Distribusi penduduk yang diperiksa darahnya berdasarkan riwayat demam berulang di desa Cinta

    Kasih dan desa Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016

    Berdasarkan hasil survei diperoleh bahwa sebanyak 2% subjek mengaku pernah

    mengalami gejala demam berulang. Penderita positif juga mengaku pernah melakukan

    demam berulang.

  • 18

    4.3.7 Distribusi penduduk yang pernah menerima obat filarisis

    Jumlah responden yang mengaku pernah mendapatkan obat filariasis pada kegiatan

    pemberian obat massal pencegahan filariasis tahap III sebanyak 363 penduduk atau sekitar 68

    persen dari total responden 537 penduduk.(Gambar 9)

    Gambar 9. Distribusi responden berdasarkan frekuensi minum obat filariasis di desa Cinta Kasih dan desa

    Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016

    4.3.8 Distribusi penduduk berdasarkan frekuensi minum obat

    Riwayat pengobatan ditelusuri dengan menanyakan apakah pernah minum obat filriasis

    pada kegiatan pengobatan massal maupun pengobatan selektif. Pembagian obat dilakukan

    dengan cara membagikan obat di pos-pos pembagian obat dan dibagikan oleh kader dari

    rumah- kerumah. Lokasi yang jauh membuat responden malas untuk menjemput obat di pos

    pembagian obat, selain itu karena ketidaktahuan penduduk mengenai pembagian obat

    filariasis. Responden yang tidak minum obat karena memang tidak mau minum obat atau

    karena tidak mendapatkan obat filariasis yang dibagikan. Data subjek berdasarkan pengakuan

    frekuensi minum obat filariasis disajikan dalam Gambar 10.

    Gambar 10. Distribusi responden berdasarkan frekuensi minum obat filariasis di desa Cinta Kasih dan desa

    Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016

  • 19

    4.3.9 Mikrofilaria Rate dan kepadatan rata-rata

    Perhitungan kepadatan rata-rata mikrofilaria hasil survey darah jari di satu desa adalah

    angka rata-rata mikrofilaria per milliliter darah, yaitu dengan menjumlahkan semua

    mikrofilaria yang ditemukan dalam semua sediaan dibagi jumlah semua orang yang positif

    dikali faktor pengali.

    Pengambilan darah jari pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pipet

    kapiler volume 60µl sehingga faktor pengalinya sebesar 16,5. Hasil SDJ terhadap 726

    penduduk menemukan 1(orang) positif mikrofilaria dengan kepadatan 7 ekor per 60µl darah.

    (Tabel 2)

    Tabel 2. Kepadatan rata-rata mikrofilaria di desa Cinta Kasih dan desa Penanggiran kabupaten Muara Enim

    tahun 2016

    Angka mikrofilaria (Mf rate) dihitung dengan membagi jumlah penduduk yang sediaan

    darahnya positif dibagi jumlah penduduk yang diperiksa dikali seratus persen. Tingkat

    endemisitas filariasis per desa berdasarkan hasil survei darah jari yang dilakukan di wilayah

    Kabupaten Muara Enim disajikan dalam Tabel 2.

    Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa Mf rate di Desa Penanggiran sebesar 0,29 %,

    sedangkan Mf rate desa Cinta Kasih 0 %. Walaupun Mf rate < 1% namun perlu diwaspadai

    karena resiko penularan kemungkinan masih ada. Hasil pemeriksaan sediaan darah jari

    tersebut merupakan kasus baru, berdasarkan hasil pemeriksaan selama penelitian kasus

    tersebut belum menunjukkan pembengkakan.

    4.4 Survei Penangkapan Nyamuk Dewasa

    Pemilihan tempat penangkapan nyamuk dewasa di desa Cinta Kasih dan Penanggiran,

    berdasarkan keberadaan penderita filariasis kronis berdasarkan hasil laporan Dinas

    Kesehatan. Penangkapan nyamuk dewasa dilakukan masing-masing satu kali di dua desa

    Desa Jumlah

    penduduk diperiksa

    Jumlah penduduk

    positif

    Mf rate (%)

    Jumlah mikrofilaria

    (ekor)

    Kepadatan rata-rata mikrofilaria Spesies

    Mikrofilaria

    (per 60 mL darah)

    Penanggiran (Spot) 340 1 0.29 7 115,5 Brugia Malayi

    Cinta Kasih (Sentinel)

    386 0 0 0 0 -

    TOTAL 726 1 0.29 7 115,5

  • 20

    yang terpilih. Penangkapan nyamuk dilakukan di desa Penanggiran kecamatan Gunung

    Megang pada bulan April dan di desa Cinta Kasih kecamatan Belimbing pada bulan Juli.

    4.4.1 Jumlah Nyamuk yang Tertangkap Selama Penelitian

    Penangkapan nyamuk dewasa untuk identifikasi suspek/vektor filariasis dilakukan

    selama 12 jam (18.00 – 06.00) dengan metode landing collection baik indor maupun outdoor.

    Setelah dilakukan penangkapan kemudian nyamuk diidentifikasi untuk mengetahui

    spesiesnya serta dilakukan pembedahn untuk mengetahui adanya cacing mikrofilaria dalam

    tubuh nyamuk. Jumlah nyamuk yang tertangkap selama penelitian berjumlah 324 ekor yang

    terdiri dari sembilan spesies. Nyamuk dewasa yang tertangkap selama penelitian adalah

    Culex spp, Mansonia spp dan Anopheles spp. Secara rinci dapat dilihat pada gambar 11

    dibawah ini.

    Gambar 11. Distribusi spesies nyamuk yang tertangkap dengan Metode Human landing Collection di desa Cinta

    Kasih dan desa Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016

    4.4.2 Fluktuasi kepadatan nyamuk setiap jam penangkapan

    Hasil spot survey penangkapan nyamuk dewasa didapat satu spesies nyamuk Anopheles

    yang merupakan vektor filariasis di wilayah Propinsi Sumatera Selatan yakni An. nigerimus.

    Beberapa spesies nyamuk yang lain merupakan vektor filarisis di beberapa lokasi di luar

    Propinsi Sumatera Selatan. Fluktuasi kepadatan nyamuk setiap jam penangkapan dapat

    dilihat pada gambar 12 dan 13.

  • 21

    Gambar 12. Kepadatan nyamuk dengan Metode Human landing Collection dengan umpan orang dalam di desa

    Cinta Kasih dan desa Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016

    Gambar 13. Kepadatan nyamuk dengan Metode Human landing Collection dengan umpan orang luar di desa

    Cinta Kasih dan desa Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016

    Berdasarkan pengamatan aktifitas menghisap nyamuk di dalam dan luar rumah

    terlihat bahwa Culex quenquefasciatus lebih dominan diantara seluruh nyamuk yang

    tertangkap. Spesies tersebut hampir ditemukan setiap jam penangkapan dan puncak

    kepadatan menghisap pada umpan orang dalam pada pukul 22.00 – 24.00 WIB. Sedangkan

    untuk nyamuk tersangka vektor filariasis di Sumatera Selatan, Anopheles nigerimus dan

    Mansonia uniformis tidak ditemukan pada penangkapan dengan metode human landing

    collection dengan umpan orang dalam.

  • 22

    Pada pengamatan aktifitas menghisap nyamuk di luar rumah terlihat pula Culex

    quenquefasciatus lebih domian diantara seluruh nyamuk yang tertangkap.Puncak kepadatan

    menghisap pada pukul 21.00 – 22.00 WIB. Anopheles nigerimus ditemukan pada jam

    penangkapan pukul 04 – 05 WIB.

    4.4.3 Pembedahan Nyamuk

    Mikrofilaria yang dihisap oleh nyamuk dari darah penderita mengalami metamorfosis

    dalam hospes perantara(nyamuk). Nyamuk yang tertangkap dilapangan dibedah untuk

    melihat keberadaan mikrofilaria. Hasil pembedahan nyamuk tidak ditemukan keberadaan

    mikrofilaria.

    4.4.3 Kebiasaan menghisap nyamuk yang tertangkap

    Perilaku menghisap nyamuk dewasa berdasarkan hasil penangkapan nyamuk, diketahui

    bahwa spesies Cx.quinquefasciatus yang paling banyak tertangkap dengan metode human

    landing collection dengan umpan badan baik di dalam (MHD= 2,9851 ekor/orang/jam)

    maupun di luar rumah (MHD= 3,2753 ekor/orang/jam), (Tabel 3).

    Tabel 3. Perilaku menghisap spesies nyamuk yang tertangkap dengan metode human landing collection dengan

    umpan orang di dalam dan luar didesa Cinta Kasih dan Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016

    No Spesies

    Kebiasaan Mengigit

    Umpan Orang Dalam Umpan Orang Luar

    Jumlah % MHD Jumlah % MHD

    1 An. nigerrimus 0 0,00 0,0000 1 0,81 0,0415

    2 An. barbumbrosus 4 4,40 0,1658 14 11,38 0,5804

    3 Ma. anulifera 1 1,10 0,0415 1 0,81 0,0415

    4 Ma.indiana 0 0,00 0,0000 1 0,81 0,0415

    5 Cx.quinquefasciatus 72 79,12 2,9851 79 64,23 3,2753

    6 Cx. tritaeniorhincus 6 6,59 0,2488 1 0,81 0,0415

    7 Cx. fuscochephalus 0 0,00 0,0000 6 4,88 0,2488

    8 Cx. vishnui 6 6,59 0,2488 17 13,82 0,7048

    9 Cx. gellidus 2 2,20 0,0829 3 2,44 0,1244

    91 100,00 123 100,00

    Keterangan : UOD : Umpan Orang Dalam UOL : Umpan Orang Luar MHD : Man Hour Density(Kepadatan populasi= ekor/orang/jam

    Hasil penangkapan nyamuk pada saat istirahat (resting) spesies Cx quinquefasciatus

    merupakan spesies yang paling banyak tertangkap baik di dalam rumah maupun diluar rumah

    yaitu 44 ekor di dalam rumah dan 54 ekor di luar rumah.(Tabel 4)

  • 23

    Tabel 4. Perilaku istirahat spesies nyamuk yang tertangkap dengan metode human landing collection dengan

    umpan orang di dalam dan luar didesa Cinta Kasih dan Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016

    4.5 Pengamatan Habitat Perkembangbiakan Larva Nyamuk

    Kegiatan pengamatan dan pencidukan jentik pada habitat perkembangbiakan larva

    dilakukan berdasarkan keberadaan tempat-tempat yang diduga potensial sebagai tempat

    perkembangbiakan larva penyebab penyakit filariasis. Hasil penelitian dengan check list ada

    ditemukan jentik nyamuk Anopheles spp dengan habitat perkembangbiakan yaitu rawa.

    Larva Mansonia spp tidak ditemukan walaupun tempat perkembangbiakan nyamuk tersebut

    berupa rawa yang ditemukan tumbuhan air seperti kangkung, enceng gondok dan rerumputan

    dan lain-lain.

    Tabel 5. Hasil Survey larva nyamuk di berbagai jenis tempat perkembangbiakan larva didesa Cinta Kasih dan

    Penanggiran kabupaten Muara Enim tahun 2016

    No Jenis TPP

    Desa Penanggiran Desa Cinta Kasih pH air

    Predator

    Tumbuhan air

    Ketinggian tempat(Meter

    dpl)

    Genus Genus

    Anopheles Culex Mansonia Anopheles Culex Mansonia

    1 Kolam terbengkalai 1 - - -

    7 mesocylope kangkung 3

    2 Kolam - - - 7 mesocylope kangkung 3

    3 Kolam terbengkalai 2 - - -

    6 kutu air genjer, kangkung 3

    4 Kolam terbengkalai 3 - - -

    6 - - 3

    5 Rawa 1

    - - - 7 - Kangkung,enceng gondok, melati air 3

    6 Rawa 2

    + - - 6 kutu air,ikan Teratai, rumput, genjer, kangkung 3

    No Spesies

    Kebiasaan Istirahat

    Dalam Rumah Luar Rumah

    Jumlah % Jumlah %

    1 An. nigerrimus 0 0.00 0 0.00

    7 An. barbumbrosus 2 4.00 0 0.00

    2 Ma.anulifera 0 0.00 0 0.00

    3 Ma.indiana 0 0.00 0 0.00

    4 Cx. quinquefasciatus 44 88.00 54 93.10

    5 Cx. tritaeniorhincus 1 2.00 0 0.00

    6 Cx. fuscochephalus 1 2.00 0 0.00

    8 Cx. vishnui 2 4.00 4 6.90

    9 Cx. gellidus 0 0.00 0 0.00

    50 100.00 58 100.00

  • 24

    Gambar 14. Ploting Habitat Larva Nyamuk di desa Cinta Kasih dan Penanggiran kabupaten Muara Enim Tahun

    2016

    4.6 Faktor Lingkungan Fisik

    Pengukuran kelembaban udara dan suhu dilakukan sepanjang malam saat melakukan

    kegiatan penangkapan nyamuk dewasa, suhu berkisar antara 25-340C dan kelembaban 78-

    92%. Curah hujan diketahui dari data Dinas Pertanian Kabupaten Muara Enim berkisar antara

    30-350 mm.

  • 25

    BAB V PEMBAHASAN

    Hasil pemeriksaan darah jari terhadap penduduk dan penderita kronis filariasis terhadap

    340 warga desa Penanggiran ditemukan 1 orang mengandung cacing filaria dalam darahnya

    dengan spesies Brugia malayi. Sedangkan di desa Cinta Kasih, tidak menemukan cacing

    filaria dari 386 warga yang diperiksa darah jarinya.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan survey darah jari (SDJ), menunjukkan bahwa Mf rate

    0,29% dengan kepadatan rata-rata mikrofilaria 115,5 per 60 ml darah dengan karakteristik

    subjek penderita berjenis kelamin laki-laki umur diatas 50 tahun untuk desa penanggiran dan

    desa Cinta Kasih Mf rate 0%. Angka tersebut tergolong kecil jika dibandingkan dengan

    angka kesakitan yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu Mf rate >1%, tetapi hal ini masih

    harus dilakukan penanganan segera karena penderita tersebut masih berpotensi menyebarkan

    cacing filaria ke wilayah sekitarnya. Hal ini juga menjadi semakin penting karena dari hasil

    wawancara singkat diketahui bahwa masih ada penduduk desa Penanggiran dan desa Cinta

    Kasih (31%) belum pernah minum obat filariasis pada program POMP.

    Penderita kronis yang masih mengandung cacing filaria didalam darahnya masih

    berpotensi sebagai sumber penular filariasis di lingkungannya, sehingga perlu penanganan

    terhadap penderita positif mikrofilaria tersebut. Sulitnya akses penderita filariasis ke sarana

    kesehatan merupakan salah satu faktor penyebab kurangnya penanganan terhadap penderita

    filariasis yang tinggal didaerah yang sulit. Jarak yang jauh dan waktu tempuh yang lama ke

    sarana kesehatan mengakibatkan keengganan masyarakat untuk berobat. Hal ini sejalan

    dengan penelitian Santoso dkk yang mendapatkan adanya hubungan yang bermakna secara

    statistik antara jarak dan waktu tempuh ke serana kesehatan dengan risiko terkena filariasis.9

    Setiap penduduk Indonesia yang tinggal di daerah endemis filariasis berisiko tinggi

    tertular penyakit ini, dan terjadi penularan dari satu orang ke orang lain. Pemberian obat

    secara massal terhadap penduduk dapat mematikan semua anak cacing yang ada dalam

    peredaran darah setiap penduduk dalam waktu bersamaan dan mencegah cacing filaria

    dewasa menghasilkan anak-anak cacing baru(mandul sementara). Oleh karena itu pemberian

    obat secara massal dapat menghentikan penularan filariasis antar penduduk selama setahun

    pasca pemberian obat massal filariasis.

    Pemberian obat pencegahan filariasis tahun pertama saja tidak cukup mematikan cacing

    filariasis, pada tahun-tahun berikutnya cacing filaria akan kembali subur dan berkembangbiak

    dengan menghasilkan ribuan anak cacing setiap hari dalam peredaran darahnya dan siap

  • 26

    ditularkan. Untuk menghentikan siklus hidup cacing filariasis secara permanen, pemberian

    obat pencegahan secara massal harus dilaksanakan sekali setiap tahun selama lima tahun

    berturut-turut diseluruh wilayah kabupaten endemis.

    Menurut petunjuk Depkes, pelaksanaan kegiatan pengobatan massal dilakukan dengan

    mengundang masyarakat untuk datang ke pos pengobatan yang ditentukan dan masyarakat

    meminum obat di depan petugas. Namun pada pelaksanaannya tidak semua penduduk datang

    dan minum obat di depan petugas. Sebagian penduduk membawa obat tersebut ke rumah dan

    sebagian tidak meminum obat tersebut. Kebijakan dari Kementerian Kesehatan, kegiatan

    pengobatan massal filariasis harus dilakukan serentak di seluruh wilayah kabupaten dan

    wilayah berbatasan. Diketahui bahwa Kabupaten Muara Enim telah melakukan program

    pemberian obat massal pencegahan massal filariasis (POMP) selama tiga (3) tahun berturut-

    turut6.

    Penelitian mengenai SDJ filariasis juga dilakukan di desa Batumarta X kecamatan

    Madang Suku III didapat empat kasus baru orang positif filariasis dengan spesies yang

    ditemukan adalah Brugia malayi dari jumlah penduduk yang diperiksa sebanyak 502 orang

    (mf rate 0,8% dan kepadatan rata-rata 200 mf/ml) dengan karakteristik subjek penderita

    berumur 31-50 tahun, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (3 kasus ditemukan pada laki-

    laki dan satu kasus pada perempuan).10

    SDJ filariasis juga dilakukan di Sungai Rengit kabupaten Banyuasin yang merupakan

    daerah yang tergolong dekat dengan Kabupaten Muaro Jambi, ditemukan hasil dari 401 orang

    yang diperiksa didapat 9 kasus positif mikrofilaria yaitu Brugia malayi (mf rate 2,24%

    dengan kepadatan rata-rata 5,69/20 mm3) dengan karakteristik subjek penderita berumur 25-

    75 tahun dan 88,89% penderita berjenis kelamin laki-laki. 11

    Penelitian mengenai SDJ filariasis juga pernah dilakukan di Kabupaten Muaro Jambi

    tahun 2012 dengan jumlah sampel yang diperiksa sebanyak 3.350 orang dari 8 desa,

    ditemukan kasus sebanyak 30 orang positif mikrofilaria dari 4 desa dengan spesies yang

    ditemukan adalah Brugia malayi dimana 13 kasus ditemukan di desa Sarang Elang (mf rate

    2,9%) dengan karakteristik subjek penderita sebagian besar berumur 17-56 tahun (60,0%)

    dari total penderita, sebanyak 90,0% penderita berjenis kelamin laki-laki. 12

    Kegiatan eliminasi filariasis melalui kegiatan POMP akan efektif bila dilakukan

    secara berkesinambungan. Peran serta masyarakat dan petugas kesehatan untuk terlibat dalam

    kegiatan tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program eliminasi. Kegiatan

    pengobatan massal perlu dilakukan secara serentak di seluruh wilayah kabupaten yang

    disertai dengan kegiatan penyuluhan tentang filariasis. Pemberian obat juga harus disertai

  • 27

    dengan penjelasan tentang adanya efek samping obat sehingga masyarakat tidak merasa takut

    untuk meminum obat yang diberikan.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso13 dkk di Kabupaten Belitung Timur

    menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat yang tinggi (97%) terhadap pengobatan

    massal filariasis telah menurunkan Mf rate dari 2,52% menjadi 0,15%. Kegiatan pengobatan

    massal yang dilakukan di Kabupaten Belitung Timur disertai dengan kegiatan penyuluhan

    serta mendapat dukungan dari instansi terkait sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan

    sikap masyarakat terhadap upaya pengbotan massal filariasis.

    Filariasis merupakan penyakit menahun yang mengakibatkan kecacatan walaupun tidak

    menimbulkan kematian. Filariasis ditularkan melalui hisapan nyamuk vektor, pentingnya

    mengetahui vektor penyebab penyakit filariasis dapat membantu pencegahan terjadinya

    penularan filariasis di masyarakat.

    Penangkapan nyamuk untuk identifikasi terhadap suspek/vektor filariasis di desa

    Penanggiran dan Cinta Kasih dilakukan masing-masing satu kali. Pada kegiatan tersebut

    didapatkan semua jenis nyamuk vektor penyebab penyakit filariasis di Indonesia yaitu

    Anopheles spp, Mansonia spp dan Culex spp. Adapun spesiesnya adalah : An.nigerrimus, An.

    barbumbrosus, Ma. anulifera, Ma. indiana, Cx.quinquefasciatus, Cx.tritaeniorhincus,Cx.

    fuscochephalus, Cx.vishnui, Cx.gellidus. Dirujuk dari peraturan Menteri Kesehatan bahwa

    vektor penyebab penyakit filariasis khususnya di Sumatera Selatan yaitu Mansonia uniformis

    dan Anopheles nigerrimus2, pada penelitian ini hanya menemukan Anopheles nigerrimus.

    Selama penelitian didapatkan 324 ekor nyamuk dewasa yang terdiri dari sembilan

    spesies nyamuk. Berdasarkan hasil penangkapan nyamuk Culex yang paling dominan yaitu

    Culex quenquefasciatus dengan jumlah lebih dari separuh jumlah nyamuk yang tertangkap.

    Berdasarkan pengamatan perilaku menghisap nyamuk, bahwa Culex quenquefasciatus tidak

    menunjukkan perbedaan nyata kesukaan menghisap dengan metode umpan badan baik di

    dalam rumah (MHD = 2,9851 ekor/orang/jam desa Penanggiran dan 3,2753 ekor/orang/jam.

    Nilai Man Hour Density(MHD) atau kepadatan nyamuk diatas 0,0025 ekor/orang/jam sudah

    dapat berpotensi sebagai vektor.14

    Pengamatan aktifitas menghisap Culex quenquefasciatus di dalam dan luar rumah

    ditemukan puncak kepadatan menggigit yaitu pukul 20.00 – 21.00. Puncak kepadatan vektor

    pada waktu tersebut mendukung terjadinya kontak antara nyamuk dengan manusia, karena

    menurut pengamatan, penduduk biasanya masih melakukan aktifitas baik di dalam maupun di

    luar rumah. Sedangkan puncak kepadatan nyamuk hinggap di dalam rumah yaitu pada pukul

    03 – 04.00 dan hinggap di luar rumah pukul 24.00 – 01.00.

  • 28

    Di provinsi Sumatera Selatan nyamuk telah dikonfirmasi sebagai vektor filariasis adalah

    spesies An. nigerrimus dan Ma.uniformis.15 Selama penelitian ditemukan spesies Anopheles

    spp yang tertangkap sebanyak 20 ekor, yang terdiri dari An. barbombrosus dan An.

    nigerrimus. Spesies An. barbombrosus merupakan spesies yang dominan pada genus ini yaitu

    sebanyak 19 ekor. Dan An. nigerrimus sebanyak seekor. Sedangkan spesies Mansonia hanya

    ditemukan dua ekor yang terdiri dari Ma. anulifera dan Ma. indiana.

    Untuk mengetahui seekor nyamuk merupakan vektor atau bukan dapat diketahui dengan

    melakukan pembedahan nyamuk untuk mendapatkan cacing mikrofilaria sebagai parasit

    penyebab filariasis. Pembedahan dilakukan pada nyamuk spesies Anopheles spp dan

    Mansonia spp hasil penangkapan dengan human landing collection technuque. Hasil

    pembedahan terhadap dua spesies tersebut negatif mikrofilaria.

    Nyamuk berpotensi atau diduga sebagai vektor apabila nyamuk betina berumur cukup

    panjang sehingga cacing dapat hidup di dalam tubuh nyamuk,16 diwilayah lain telah

    dikonfirmasi sebagai vektor dan kepadatan spesies tinggi serta dominansi spesies tinggi.

    Menurut Depkes penularan filariasis dari nyamuk ke manusia sangat berbeda dengan

    penularan pada penyakit demam berdarah atau malaria.17 Seseorang dapat terinfeksi filariasis

    tersebut mendapat hisapan dari nyamuk ribuan kali. Pada penelitian Pahlepi(dengan metode

    serupa belum menemukan adanya mikrofilaria di tubuh nyamuk.10 Pada penelitian

    Febriyanto18 di desa Samborejo, Kab Pekalongan, Jawa Tengah menemukan positif

    mikrofilaria Wucheria bancrofti pada spesies Culex quenquefasciatus.

    Keadaan lingkungan seperti daerah persawahan, hutan, rawa-rawa yang terdapat

    tumbuhan air dan parit/selokan merupakan habitat yang baik untuk spesies nyamuk tertentu.

    Keberadaan habitat perkembangbiakan potensial larva nyamuk dapat dilihat dari hasil

    penelitian. Hasil pengamatan habitat perkembangbiakan larva nyamuk menemukan habitat

    perkembangbiakan nyamuk Mansonia spp berupa rawa-rawa dan Anopheles spp berupa

    kolam-kolam yang terbengkalai.

    Tempat perkembangbiakan nyamuk dengan positif larva Anopheles instar I-III di-

    temukan di satu lokasi, dengan karakteristik habitat berupa rawa. Ketinggian rata-rata habitat

    antara tiga meter di atas permukaan laut (dpal). Hasil pengukuran pH sekitar 6 - 7 dan suhu

    air 25-34°C dan kelembaban berkisar antara 78-92%, curah hujan per tahun berkisar anatar

    30 – 350 mm.

    Tanaman yang banyak ditemukan di tempat-tempat perkembangbiakan di lokasi studi

    antara lain tanaman air seperti eceng gondok, kangkung, melati airdan genjer. Sementara itu,

    jenis hewan predator yang ditemukan diantaranya ikan dan kutu air.

  • 29

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Mf rate desa sentinel 0% dan spot

  • 30

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepala Kepala Badan Litbangkes

    Kementerian Kesehatan RI yang telah memberikan dana sehingga penelitian ini dapat

    berlangsung. Segenap kepanitiaan Risbinkes 2016, Kepala Loka Litbang P2B2 Baturaja

    beserta staf . Kepala Dinas Kesehatan Kab Muara Enim beserta staf, Kepala Puskesmas

    Gunung Megang dan Teluk Lubuk beserta staf Masyarakat Desa Penanggiran dan Cinta

    Kasih. Konsultan Penelitian : Prof. Dr Amrul Munif M.Sc dan Dr Gurindro SKM. M.Kes

    dan pembimbing Risbinkes Loka Litbang P2B2 Baturaja : Anif Budiyanto, M.Epid, Yahya,

    M.Si. dan Santoso, M.Sc, Tidak lupa juga penulis mengucapkan rasa terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada rekan-rekan anggota peneliti ( Reni Oktarina, M.Epid, Betriyon,

    SKM, Deriansyah, SKM, Hendri Erwadi, Agus Setiawan) yang telah membantu dalam

    penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah

    membantu dalam penelitian ini yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu.

  • 31

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ditjen PP & PL. Rencana Nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di

    Indonesia. Subdit Filariasis dan Schistomiosis. Jakarta: Depkes RI; 2010.

    2. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Repubik Indonesia Nomor

    94 tahun 2014, tentang Penanggulangan Filariasis.; 2014:1–118.

    3. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera-Selatan. profil Dinas Kesehatan tahun 2012.;

    2012.

    4. Dinas Kesehatan kabupaten Muara Enim. Profil Dinas Kesehatan tahun 2013.; 2013.

    5. Stanley Lamenhow dkk. Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Jogjakarta: Gadjah

    Mada University Press; 1997.

    6. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Eliminasi Filariasis di Indonesia. Pedoman

    Penentuan dan Evaluasi Daerah Endemis Filariasis. Jakarta: Kementerian Kesehatan

    RI; 2012.

    7. Dirjen PPM & PL. Penentuan dan Evaluasi Daerah Endemis Filariasis. Jakarta:

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2012.

    8. Dirjen PPM&PL. Modul Entomologi Malaria. Jakarta: Depkes RI; 2003.

    9. Situasi Filariasis Setelah Pengobatan Massal di Kabupaten Muaro Jambi. Santoso,

    Taviv Yulian. Bul Penelit Kesehat. 2012;Vol.42, No:153–160.

    10. Pahlepi, R.Irpan., Santoso., Putra DE. Survei Darah Jari Filariasis di Desa Batumarta

    X Kecamatan Madang Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur

    Sumatera Selatan Tahun 2012. 2012.

    11. Santoso., Ambarita, LP., Oktarina, R. dkk. Epidemiologi Filariasis di Desa Sungai

    Rengit Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin Tahun 2006. Bul Penelit

    KesehatanPenelitian Kesehat. 2008;Vol.36, No.

    12. Santoso., Taviv Y. Situasi Filariasis Setelah Pengobatan Massal di Kabupaten Muaro

    Jambi. Buletin Penelitian Kesehatan. Bul Penelit Kesehat. Vol.42, No:153–160.

    13. Santoso, Saikhu A., Taviv Y., Yuliani R.D., Mayasari R. S. Kepatuhan Masyarakat

    terhadap Pengobatan Massal Filariasis di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2008. Bul

    Penelit Kesehat. 2010;38(4):185–197.

    14. Dhewantara PW, Astuti EP, Pradani FY. Studi Bioekologi Nyamuk Anopheles

    sundaicus di Desa Sukaresik Kecamatan Sidamulih Kabupaten Ciamis. Bul Penelit

    Kesehat. 2013;41(1):26–36.

  • 32

    15. Sitorus H, Budiyanto A, Ambarita LP, Hapsari N, Taviv Y. Keanekaragaman spesies

    nyamuk di wilayah endemis filariasis di Kabupaten Banyuasin dan endemis malaria di

    Oku Selatan. Balaba. 2015;11(Des 2015):97–104.

    16. Mardiana M, Munif A. Komposisi umur nyamuk anopheles sp yang diduga sebagai

    vektor di daerah pegunungan kecamatan lengkong, J Ekol Kesehat. 2009.

    http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/view/1672. Diakses

    November 30, 2016.

    17. Ditjen PP&PL. Mengenal Filariasis (Penyakit Kaki Gajah). Jakarta: Kementerian

    Kesehatan RI; 2009.

    18. Febrianto B. Faktor Resiko Filariasis di Desa Semberejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten

    Pekalongan Jawa Tengah. Bul Penelit Kesehat. 2008;36(2):48–58.

  • 33

    LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1. Naskah penjelasan untuk mendapatkan persetujuan subyek (pengambilan

    darah jari)

    Assalamualaikum Wr.Wb. Bapak/Ibu/Saudara/I, kami dari Loka Litbang P2B2 Baturaja akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengobatan penyakit kaki gajah (Filariasis) yang terjadi disini. Dalam penelitian ini melibatkan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit kaki gajah, salah satu diantaranya adalah Bapak/Ibu/Saudara/I yang setuju/bersedia ikut serta secara sukarela. Pemeriksaan darah Dalam penelitian ini kami akan meminta darah Bapak/Ibu/Saudara/I sebanyak +5 tetes untuk diperiksa apakah dalam darah Bapak/Ibu/Saudara/I mengandung cacing filaria sebagai penyebab penyakit kaki gajah atau tidak. Pengambilan darah hanya dilakukan satu kali.at. Manfaat Keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara/I secara sukarela dalam penelitian ini akan sangat membantu dalam pengendalian penyakit kaki gajah di sini. Hasil pemeriksaan darah Bapak/Ibu/Saudara/I akan dapat memberikan informasi tentang kondisi kesehatan Bapak/Ibu/Saudara/I terutama berkaitan dengan penyakit kaki gajah. Dalam penelitian ini, partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I tidak akan menyebabkan beban keuangan bagi Bapak/Ibu/Saudara/I dan keluarga. Risiko Pemeriksaan darah yang akan dilakukan mungkin akan sedikit menyakitkan, tetapi rasa sakit itu hanya berlangsung sesa Kerahasiaan Bila Bapak/Ibu/Saudara/I bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, semuadata hasil pemeriksaan dan keterangan yang Bapak/Ibu/Saudara/I akan kami jaga kerahasiaannya. Bila Bapak/Ibu/Saudara/I ada keraguan atau ingin tahu lebih jauh tentang penelitian ini, silakan hubungi kami, nama : Ritawati (085369371655) yang beralamat di kantor Loka Litbang P2B2 Baturaja, Jln. Jend. A. Yani KM 7 Kemelak Baturaja, Sumatera-Selatan (0735 322774) Partisipasi Sukarela Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu/Saudara/I tidak berhak dipaksa oleh siapapun untuk terlibat dalam penelitian ini.Bapak/Ibu/Saudara/I berhak memutuskan untuk berpartisipasi atau menolak terlibat dalam penelitian ini atas keputusan sendiri tanpa ada tekanan atau paksaan dari siapapun.Bapak/Ibu/Saudara/I juga berhak untuk berhenti sewaktu-waktu dalam keterlibatan dalam penelitian tanpa ada sanksi apapun. Apabila bersedia terlibat dalam penelitian ini kami akan memberikan satu paket alat mandi sebagai pengganti waktu.

    Ritawati

  • 34

    LAMPIRAN 2. Naskah penjelasan untuk mendapatkan persetujuan subyek (penangkap

    nyamuk)

    Assalamualaikum Wr.Wb. Bapak/Ibu/Saudara/I, kami dari Loka Litbang P2B2 Baturaja akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengobatan penyakit kaki gajah (Filariasis) yang terjadi disini. Dalam penelitian ini melibatkan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit kaki gajah, salah satu diantaranya adalah Bapak/Ibu/Saudara/I yang setuju/bersedia ikut serta secara sukarela. Penangkap nyamuk Dalam penelitian ini kami akan meminta bantuan Bapak/Saudara sebagai kolektor untuk melakukan penangkapan nyamuk. Penangkapan nyamuk dilakukan selama 12 jam(pukul 18.00-06.00 WIB). Setiap jam dilakukan penangkapan selama 50 menit dan 10 menit istirahat. Manfaat Keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara/I secara sukarela dalam penelitian ini akan sangat membantu dalam pengendalian penyakit kaki gajah di sini. Hasil penangkapan nyamuk yang Bapak/Ibu/Saudara/I lakukan akan dapat memberikan informasi tentang vektor (nyamuk) penular penyakit kaki gajah. Dalam penelitian ini, partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I tidak akan menyebabkan beban keuangan bagi Bapak/Ibu/Saudara/I dan keluarga. Risiko Apabila Bapak/Saudara terlibat dalam penelitian ini, mungkin Bapak/Ibu akan mengalami gatal akibat gigitan nyamuk. Maka untuk mengurangi rasa sakit/gatal yang ditimbulkan akibat gigitan nyamuk tersebut kami akan memberikan obat gosok. Pertanyaan-pertanyaan Bila Bapak/Ibu/Saudara/I ada keraguan atau ingin tahu lebih jauh tentang penelitian ini, silakan hubungi kami, nama : Ritawati (085369371655) yang beralamat di kantor Loka Litbang P2B2 Baturaja, Jln. Jend. A. Yani KM 7 Kemelak Baturaja, Sumatera-Selatan (0735 322774) Partisipasi Sukarela Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu/Saudara/I tidak berhak dipaksa oleh siapapun untuk terlibat dalam penelitian ini.Bapak/Ibu/Saudara/I berhak memutuskan untuk berpartisipasi atau menolak terlibat dalam penelitian ini atas keputusan sendiri tanpa ada tekanan atau paksaan dari siapapun.Bapak/Ibu/Saudara/I juga berhak untuk berhenti sewaktu-waktu dalam keterlibatan dalam penelitian tanpa ada sanksi apapun. Apabila bersedia terlibat dalam penelitian ini kami akan memberikan uang sebesar Rp 100.000,- sebagai pengganti waktu.

    Ritawati

  • 35

    LAMPIRAN 3. Formulir persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

    Setelah dijelaskan tentang penelitian “Prevalensi mikrofilaria pasca pengobatan massal

    filariasis di kabupaten Muara Enim provinsi Sumatera-Selatan tahun 2016”, saya telah

    memahami pentingnya penelitian, risiko dan manfaatnya. Selanjutnya saya :

    Nama :

    Umur :

    Jenis Kelamin :

    Bersedia ikut berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian ini.

    Saksi ………….., ………………2016

    Responden Ttd dan Nama Jelas Ttd dan Nama Jelas

    (…………………………..) (…………………………..)

  • 36

    LAMPIRAN 4. Kuesioner

    Sebelum mengajukan pertanyaan, perkenalkan diri terlebih dahulu diri Anda dan

    sampaikan maksud dan tujuan pertanyaan. Selanjutnya sampaikan Naskah Penjelasan

    Penelitian dan minta tanda tangan persetujuan untuk terlibat dalam penelitian, dengan cara

    menandatangani naskah persetujuan yang diketahui oleh saksi (petugas kesehatan/aparat

    setempat). Responden adalah penduduk yang berusia >15 Tahun. Setelah selesai wawancara,

    sampaikan terima kasih dan berikan bahan kontak yang telah disediakan kepada responden.

    KUESIONER

    I. IDENTITAS PENGUMPUL DATA Nama Pewawancara : Responden :

    II. IDENTITAS LOKASI

    Kabupaten : Kecamatan : Desa tempat tinggal :

    III. IDENTITAS RESPONDEN

    3.1Nama responden : 3.2Umur responden : 3.3 Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan 3.4 Pendidikan : 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD/ Sederajat 3. Tamat SMP/Sederajat 4. Tamat SMA/Sederajat 5. TamatPerguruantinggi 3.5Pekerjaan : 1. TidakBekerja

    2. PNS/TNI/POLRI 3. Karyawanswasta 4. Wiraswasta 5. Petani/Berkebun/berladang 6. Ibu rumah tangga 7. Lain-lain( sebutkan)...................

    3. 6 Jumlah Anggota Rumah Tangga : 3. 7 Lama tinggal di lokasi sekarang :

    IV. PRAKTIK MINUM OBAT

    4.1 Apakah bapak/ibu/saudara pernah mendengar tentang kegiatan pengobatan massal kaki gajah untuk seluruh penduduk di Kabupaten Muara Enim ini? 1. Ya, pernah 2. Tidak 3. Tidak Tahu

  • 37

    4.2 Jika pernah, darimana bapak/ibu/saudara mendengar informasi tersebut? 1. Petugas kesehatan secara langsung 2. Kepala desa atau aparatur desa 3. Media (cetak/elektonik) 4. Selebaran, spanduk,dll

    4.3 Bagaimana cara pemberian obat kaki gajah tersebut ?

    1. Ada petugas yang datang kerumah untuk memberikan obat tersebut 2. Dari Puskesmas dan Posyandu, balai desa 3. Lainnya..............................

    4.4 Apakah Bapak/Ibu/Sda menerima atau mengambil obat kaki gajah tersebut?

    1. Ya 2. Tidak (wawancara selesai)

    4.5 Berapa macam obat yang diberikan? (Tunjukkan contoh obat DEC, Albendazole,

    Parasetamol, dan CTM minta responden untuk memilih obat yang diterima)....................

    4.6 Apakah Bapak/Ibu/Sda minum obat kaki gajah pada pengobatan massal tersebut?

    1.Ya (langsung ke pertanyaan 4.8) 2. Tidak

    4.7 Berapa kali minum obat filariasis ?

    1. Tahun 2013 2. Tahun 2014 3. Tahun 2015

    4.8 Jika tidak, mengapa?...............( wawancara selesai ) 4.9 Bila pernah minum obat tersebut, apakah kemudian timbul gejala-gejala tidak

    enak/kurang enak badan? 1. Ya 2. Tidak (wawancara selesai)

    4.10 Jika ya, gejala apa yang Bapak/Ibu/Sda rasakan?.....

  • 38

    LAMPIRAN 5. Foto Kegiatan

    1. Kegiatan Survey Darah Jari

    2. Kegiatan Penangkapan Nyamuk Dewasa

    3. Kegiatan Survey Habitat

  • 39

    LAMPIRAN 6. Persetujuan Etik ( ethical approval )

  • 40

    LAMPIRAN 7. Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

  • 41

  • 42

    LAMPIRAN 8. Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim

    SUSUNAN TIM PENELITISURAT KEPUTUSAN PENELITIAN�������PERSETUJUAN ATASANKATA PENGANTARRINGKASAN EKSEKUTIFABSTRAKDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBARDAFTAR LAMPIRANBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2 Perumusan Masalah Penelitian

    BAB II TUJUAN DAN MANFAAT2.1 Tujuan Umum2.2 Tujuan Khusus2.3 Manfaat

    BAB III METODOLOGI3.1 Kerangka Teori3.2 Kerangka Konsep3.3 Desain Penelitian3.4 Tempat dan Waktu3.5 Populasi dan Sampel3.6 Besar sampel dan cara penarikan sampel 3.7 Variabel3.8 Definisi Operasional3.9 Instrumen dan Cara Pengumpulan data 3.10 Bahan dan prosedur kerja3.10 Manajemen Data

    BAB IV HASIL4.1 Gambaran Umum Kabupaten Muara Enim4.1.1 Gambaran desa Penanggiran 4.1.1 Gambaran desa Cinta Kasih

    4.2 Keterbatasan Penelitian4.3 Survey Darah Jari Filariasis Pasca Pengobatan Tahap III4.3.1 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan desa4.3.2 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan jenis kelamin4.3.3 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan umur4.3.4 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan pendidikan4.3.5 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan jenis pekerjaan4.3.6 Distribusi penduduk yang diperiksa berdasarkan riwayat demam berulang4.3.7 Distribusi penduduk yang pernah menerima obat filarisis4.3.8 Distribusi penduduk berdasarkan frekuensi minum obat4.3.9 Mikrofilaria Rate dan kepadatan rata-rata

    4.4 Survei Penangkapan Nyamuk Dewasa4.4.1 Jumlah Nyamuk yang Tertangkap Selama Penelitian4.4.2 Fluktuasi kepadatan nyamuk setiap jam penangkapan4.4.3 Pembedahan Nyamuk 4.4.3 Kebiasaan menghisap nyamuk yang tertangkap

    4.5 Pengamatan Habitat Perkembangbiakan Larva Nyamuk4.6 Faktor Lingkungan Fisik

    BAB V PEMBAHASANBAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan5.2 Saran

    UCAPAN TERIMA KASIHDAFTAR PUSTAKALAMPIRANLAMPIRAN 7. Persetujuan Etik ( ethical approval )