160166737 fauna anopheles loka litbang p2b2 ciamis

146

Upload: tiurlan-lubis

Post on 28-Oct-2015

150 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis
Page 2: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

FAUNA ANOPHELES

Heni Prasetyowati

Yuneu Yuliasih

Endang Puji Astuti

Mara Ipa

Roy Nusa RES

Rohmansyah WN

Hubullah Fuadzy

Rina Marina

Joni Hendri

Djani H. W. Hermanus

Asep Jajang K.

Pandji Wibawa D.

Firda Yanuar Pradani

Lukman Hakim

Marliah Santi HR.

Heni Prasetyowati

Lukman Hakim

(Editor)

Health Advocacy

Yayasan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat

Bekerja sama dengan;

Loka Litbang P2B2 Ciamis

Page 3: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

ii

FAUNA ANOPHELES

Penulis:

Heni Prasetyowati, Yuneu Yuliasih, Endang Puji Astuti, Mara Ipa

Roy Nusa RES, Rohmansyah WN, Hubullah Fuadzy, Rina Marina

Joni Hendri, Djani H. W. Hermanus, Asep Jajang K., Pandji Wibawa D.,

Firda Yanuar Pradani, Lukman Hakim, Marliah Santi HR.

Editor:

Heni Prasetyowati

Lukman Hakim

©2013 Health Advocacy

Cetakan Pertama – Juli 2013

Penata Letak – Agung Dwi Laksono

Desain Sampul – Agung Dwi Laksono

ISBN: 978-602-17626-1-5

Diterbitkan oleh:

Health Advocacy

Yayasan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat

Jl. Kalibokor 2/45 Surabaya

Email: [email protected]

Bekerja sama dengan;

Loka Litbang P2B2 Ciamis

Badan Litbang – Kementerian Kesehatan RI.

Jl. Raya Pangandaran KM 3

Kp. Kamurang, Desa Babakan, Kec. Pangandaran

Pangandaran. Telp. (0265) 639375

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh

isi buku ini tanpa izin tertulis dari Pemegang Hak Cipta.

Page 4: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

iii

KATA PENGANTAR

Semangat Pagi!

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan

rahmat serta hidayahNya sehingga kami dapat selesai

menyusun buku ini. Buku ini merupakan kumpulan hasil

penelitian, pengamatan dan kegiatan kami di Loka Litbang

P2B2 Ciamis. Penyebaran hasil penelitian dan tuntutan

masyarakat akan pentingnya informasi penyakit tular

vektor terutama malaria menjadi tujuan utama buku ini

kami buat. Di dalam buku ini berisi mengenai berbagai

informasi mengenai nyamuk Anopheles, peranan dan

faunanya sebagai vektor penyakit di beberapa berbagai

tempat di Indonesia.

Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak

terimakasih karena tanpa bantuan dari berbagai pihak

mungkin kami tak akan mampu menyelesaikan buku ini.

Kedepan, semoga buku tentang Fauna Anopheles ini

bermanfaat bagi masyarakat dan mampu menjadi acuan

bagi masyarakat ilmiah yang membutuhkan informasi

mengenai penyakit tular vektor.

Sungguh kami menyadari bahwa buku ini jauh dari

sempurna. Masih banyak kekurangan dan berbagai

macam kesalahan, untuk itu segala macam kesalahan

dalam buku ini kami memohon maaf atasnya. Tidak ada

Page 5: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

iv

gading yang tak retak, kami menerima semua komentar,

kritik, saran dan pesan-pesan yang dapat membangun

kami untuk lebih baik dalam mengeluarkan edisi buku yang

berikutnya.

Salam,

Loka Litbang P2B2 Ciamis

Page 6: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

v

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar isi

i

iii

v

Bab 1. Anopheles dan Peranannya sebagai Vektor

Penyakit Malaria di Beberapa Daerah di

Indonesia

Heni Prasetyowati, Yuneu Yuliasih

1

Bab 2. Fauna Nyamuk Anopheles di Wilayah Pantai

dan Perkebunan Kecamatan Cibalong,

Kabupaten Garut

Endang Puji Astuti, Mara Ipa

23

Bab 3. Fauna Anopheles di Wilayah Perbukitan

Desa Pandean, Kab Trenggalek dan

Potensinya sebagai Vektor Malaria

Roy Nusa RES, Rohmansyah WN

37

Bab 4. Karakteristik Anopheles nigerrimus Giles

sebagai Vektor Malaria

Hubullah Fuadzy, Rina Marina

51

Page 7: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

vi

Bab 5. Anopheles spp. di Kecamatan Amurang,

Kabupaten Minahasa Selatan,

Sulawesi Utara

Joni Hendri, Djani H. W. Hermanus

63

Bab 6. Fauna Sesaat Nyamuk Anopheles spp. di

Desa Modu Waimaringu, Kecamatan Kota

Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat

Heni Prasetyowati, Asep Jajang

73

Bab 7. Keanekaragaman Jenis Nyamuk Anopheles

(Diptera: Culicidae) di Dataran Rendah

Desa Pesisir, Ciamis Selatan

Pandji Wibawa Dhewantara, Firda Yanuar P.

81

Bab 8. Fauna dan Bionomik Nyamuk Anopheles

spp. di Kecamatan Simboro, Kabupaten

Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat

Lukman Hakim, Marliah Santi HR.

99

Bab 9. Anopheles spp., Vektor Malaria yang

Bersifat Local Specific Area

Mara Ipa, Endang Puji Astuti

115

Page 8: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Sebaran Nyamuk Anopheles spp. di

Indonesia

17

Tabel 3.1. Jenis, Jumlah dan Persentase Nyamuk

Tertangkap Bulan Februari-Desember

2011 di Desa Pandean pada Semua

Metode Penangkapan

41

Tabel 3.2. Jumlah Nyamuk Tertangkap per Metode

Penangkapan di Desa Pandean Selama

Bulan Februari-Desember 2011

42

Tabel 3.3. Frekuensi Nyamuk Tertangkap Menurut

Spesies dan Metodenya di Desa

Pandean Februari-Desember 2011

43

Tabel 3.4. Besaran Kelimpahan Nyamuk

Tertangkap per Spesies dan Metodenya

di Desa Pandean Februari-Desember

2011

43

Tabel 3.5. Besaran Angka Dominansi Nyamuk

Tertangkap menurut Spesies dan

Metodenya di Desa Pandean Periode

Februari-Desember 2011

44

Tabel 5.1.

Frekuensi Anopheles spp. yang

Tertangkap Malam Hari dengan

Berbagai Metode Penangkapan

66

Page 9: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

viii

Tabel 5.2. Kelimpahan Nisbi Spesies Anopheles

spp. yang Tertangkap Malam Hari

dengan Berbagai Metode Penangkapan

67

Tabel 6.1. Jumlah dan Spesies Nyamuk Anopheles

yang Tertangkap di Desa Modu

Waimaringu

76

Tabel 7.1.

Jenis dan Jumlah Masing-Masing Jenis

Nyamuk Anopheles spp. yang

Tertangkap pada 10 Kali Pengamatan

per Metode Penangkapan

86

Tabel 7.2. Korelasi Kelimpahan Jenis dengan

Faktor Lingkungan (Suhu dan

Kelembaban)

91

Tabel 9.1. Distribusi Bionomik Anopheles spp. di

Indonesia

121

Page 10: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Morfologi Larva Anopheles spp. 4

Gambar 1.2. Perbedaan Fase Perkembangan

Anopheles dengan Genera yang

Lain

5

Gambar 1.3. Morfologi Nyamuk Anopheles

Betina Dewasa

7

Gambar 1.4. Telur Anopheles dengan Pelampung

di Kedua Sisinya

8

Gambar 1.5. Larva Anopheles 9

Gambar 1.6. Pupa Anopheles 11

Gambar 1.7. Perbedaan Anopheles Jantan dan

Betina

12

Gambar 1.8. Siklus Hidup Plasmodium dalam

Tubuh Nyamuk dan Manusia

16

Gambar 2.1. Fauna Nyamuk Anopheles spp.

Yang Tertangkap di Desa Sagara,

Kec. Cibalong, Kab. Garut, Jawa

Barat tahun 2005

28

Gambar 2.2. Fauna Nyamuk Anopheles

Tertangkap di Desa Maroko, Kec.

Cibalong, Kab. Garut, Jawa Barat

Tahun 2005

28

Page 11: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

x

Gambar 2.3. Kelimpahan Nisbi Nyamuk

Anopheles spp. per Metode Survai

di Desa Sagara, Kec. Cibalong, Kab.

Garut Tahun 2005

29

Gambar 2.4. Kelimpahan Nisbi Nyamuk

Anopheles spp. per Metode di Desa

Maroko, Kec. Cibalong, Kab. Garut,

Jawa Barat Tahun 2005

30

Gambar 4.1. Jumlah Penderita Malaria di

Provinsi Jambi pada Tahun 2005-

2008

53

Gambar 7.1.

Jumlah Nyamuk Anopheles spp.

Tertangkap dengan Metode Umpan

Orang pada 10 Kali Penangkapan

87

Gambar 7.2.

Jumlah Nyamuk Anopheles spp.

Tertangkap dengan Metode Resting

di Kandang pada 10 Kali

Penangkapan

89

Gambar 7.3.a. Fluktuasi Kelimpahan Nyamuk

Anopheles spp. dan Suhu pada 10

Kali Penangkapan

90

Gambar 7.3.b. Fluktuasi Kelimpahan Nyamuk

Anopheles spp. dan Kelembaban

pada 10 kali penangkapan

90

Gambar 8.1.

Lokasi Desa Tapandullu dan Desa

Sumare, Kecamatan Simboro,

Kabupaten Mamuju, Provinsi

Sulawesi Barat

104

Page 12: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

xi

Gambar 8.2.

Rata-rata Kepadatan Menggigit per

Jam Nyamuk An. subpictus Hasil

Penangkapan di Alam Pagi Hari di

Desa Tapandullu, Kecamatan

Simboro, Kabupaten Mamuju,

Sulawesi Barat

108

Gambar 8.3.

Angka Kesakitan Malaria Klinis

Bulanan (MoMI) per Desa di

Wilayah Puskemas Rangas,

Kecamatan Simboro, Kabupaten

Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat

111

Gambar 9.1. Peta Penyebaran Anopheles spp.

Vektor Malaria di Indonesia

118

Gambar 9.2.

Skema Distribusi Nyamuk

Anopheles spp. Berdasarkan

Karakteristik Topografi dan

Penggunaan Lahan di Pulau

Jawa

119

Page 13: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

xii

Page 14: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

1

Bab 1.

Anopheles dan Peranannya

sebagai Vektor Penyakit Malaria

di Beberapa Daerah di Indonesia

Heni Prasetyowati, Yuneu Yuliasih

PENDAHULUAN

Kasus malaria di Indonesia termasuk tinggi karena

masih terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang

mengakibatkan 30.000 orang meninggal dunia (Depkes,

2003), dan pada tahun 2010 mencapai 1,96 per 1.000

penduduk, dan sejak 4 tahun terakhir menunjukkan

peningkatan. Malaria umumnya ditemukan di daerah-

daerah terpencil dan sebagian besar penderitanya dari

kelompok ekonomi berpenghasilan rendah. Di Jawa dan

Bali meningkat dari 0,12 per 1.000 penduduk pada tahun

1997 menjadi 0,52 per 1.000 penduduk pada tahun 1999,

pada tahun 2001 meningkat lagi menjadi 0,62 per 1000

penduduk dan pada tahun 2002 turun menjadi 0,47 kasus

per 1.000. Di luar Jawa dan Bali juga meningkat dari 16,0

per 1.000 penduduk pada tahun 1997 menjadi 25,0 per

Page 15: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

2

1.000 penduduk pada tahun 1999, pada tahun 2001

menjadi 26.2 per 1.000 penduduk dan pada tahun 2002

turun menjadi 19,65 kasus per 1.000 penduduk. Pada

periode tahun 1998-2000, terjadi kejadian luar biasa (KLB)

malaria di 11 propinsi yang meliputi 13 kabupaten, di 93

desa dengan jumlah penderita hampir 20.000 orang

dengan 74 kematian (Depkes, 2003). Malaria mudah

menyebar pada penduduk di daerah yang cukup memiliki

tempat perindukan (breeding site) nyamuk Anopheles yang

menjadi vektor (penular) malaria, terutama di daerah

persawahan, perkebunan, perhutanan maupun pantai

(Anies, 2005).

Dalam susunan taksonomi, nyamuk Anopheles

termasuk Phylum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Diptera,

Famili Culicidae dan Subfamili Anophelinae (Bruce-chwatt,

1985). Secara keseluruhan di muka bumi ini terdapat

kurang lebih 4.500 spesies nyamuk, sedangkan nyamuk

Anopheles spp. berjumlah 424 spesies yang 70 spesies di

antaranya telah terbukti sebagai vektor malaria (WHO,

1997). Nyamuk Anopheles yang ada di Indonesia

berjumlah 80 spesies (Connor & Sopa 1981), 24 spesies di

antaranya telah dikonfirmasi sebagai vektor penular

penyakit (Depkes 2006).

Penelitian tentang keragaman Anopheles spp. di

Indonesia telah banyak dilakukan di beberapa daerah,

antara lain di wilayah Jawa telah dilakukan di daerah

Kokap Kabupaten Kulonprogo (Daerah Istimewa

Page 16: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

3

Yogyakarta), ditemukan spesies Anopheles balabacencis,

An. maculatus, An. vagus dan An. annularis (Effendi 2002).

Nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap dengan umpan

orang di dalam dan luar rumah serta perangkap cahaya di

Desa Sedayu Kabupaten Purworejo (Jawa Tengah) adalah

An. aconitus, An. flavirostris, An. vagus, An. kochi, An.

annularis, An. balabacensis, An. barbirostris, An. minimus,

An. maculatus dan An. subpictus (Noor, 2002).

Penelitian di wilayah Sumatera telah dilakukan di

Desa Pondok Mega Jambi Luar (Kota Muaro Jambi, Jambi),

melaporkan ditemukannya 10 spesies nyamuk Anopheles

yaitu An. barbirostris, An. vagus, An. nigerrimus, An.

aconitus, An. kochi, An. tesselatus, An. indefinitus, An.

umbrosus, An. peditaeniatus dan An. schueffueri (Maloha,

2005). Sedangkan penelitian di wilayah Kalimantan

melaporkan bahwa di Desa Alat Hantakan (Kabupaten Hulu

Sungai Tengah, Kalimantan Selatan) ada empat spesies

yang menonjol yaitu An. kochi, An. letifer, An. nigerrimus,

An. barbirostris dibandingkan spesies lainnya yakni An.

sinensis, An. vagus, An. aconitus, dan An. maculatus

(Salam, 2005). Di Sulawesi Tengan yaitu di daerah

Bolapapu dilaporkan terdapat 10 spesies yaitu An.

barbirostris, An. umbrosus, An. leucosphyrus, An. kochi, An.

vagus, An. indefinitus, An. tesselatus, An. seperatus, An.

maculatus dan An. hyrcanus (Sulaeman 2004).

Page 17: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

4

MORFOLOGI NYAMUK ANOPHELES

Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna,

selama hidupnya mengalami 4 fase perkembangan yaitu

dari telur berubah menjadi larva, berubah lagi menjadi

pupa, dan terakhir menjadi dewasa. Stadium telur, larva,

dan pupa hidup di dalam air, sedangkan stadium dewasa

hidup di darat dan udara. Karena itu, morfologi nyamuk

termasuk Anopheles spp. dapat dipelajari pada setiap

siklus hidupnya.

Gambar 1.1.

Morfologi Larva Anopheles spp.

Sumber : wisebrain.info

Berbeda dengan spesies nyamuk lain, telur nyamuk

Anopheles mempunyai pelampung dan diletakkan satu per

satu terpisah di permukaan air. Telur yang baru diletakkan

berwarna putih, tetapi sesudah 1-2 jam berubah menjadi

hitam (Hoedojo, 2000). Telur menetas menjadi larva

dengan ciri khas tidak mempunyai tabung udara (siphon),

beberapa ruas abdomen memiliki bulu kipas, pada

beberapa ruas abdomen terdapat tergal plate, adanya

Page 18: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

5

utar-utar pada beberapa ruas abdomen. Pada waktu

istirahat larva nyamuk Anopheles sejajar dengan

permukaan air dan bebas berenang di air.

Gambar 1.2.

Perbedaan Fase Perkembangan Nyamuk Anopheles

dengan Genera yang Lain.

Sumber : cc.shsmu.edu.cn

Page 19: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

6

Bagian tubuh nyamuk dewasa terdiri dari kepala,

dada dan perut. Bagian kepala terdiri dari proboscis, palpi,

dan antenna. Bagian dada terdiri dari scutellum, halter,

sayap dan urat-uratnya, sedangkan perut tersusun atas

ruas-ruas abdomen. Sayap Anopheles terdiri dari costa,

sub costa, urat-urat sayap, jumbai. Bagian kaki terdiri dari

coxa, femur, tibia, tarsus. Nyamuk Anopheles dewasa bisa

dikenali dari ciri-ciri yang khasnya yang terdapat pada

bagian-bagian tubuhnya.

Ciri-ciri khas nyamuk Anopheles dewasa yaitu

mempunyai proboscis dan palpi sama panjang, scutellum

berbentuk satu lengkungan (½ lingkaran), urat sayap

bernoda pucat dan gelap, jumbai biasanya terdapat noda

pucat. Pada palpi bergelang pucat atau sama sekali tidak

bergelang. Kaki Anopheles panjang dan langsing. Pada kaki

belakang sering terdapat bintik-bintik (bernoda pucat).

Nyamuk betina dewasa memiliki palpi dan proboscis sama

panjang, sedangkan palpi nyamuk jantan pada bagian

ujung berbentuk alat pemukul. Pada saat menggigit

nyamuk Anopheles membentuk sudut 45o - 60

o. Nyamuk

Anopheles lebih menyukai mengisap darah di luar

bangunan (eksofagik) dan istirahat di dalam bangunan

(endofilik) (Depkes, 2007).

Page 20: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

7

Gambar 1.3.

Morfologi Nyamuk Anopheles Betina Dewasa

Sumber : www.enchantedlearning.com

BIONOMIK ANOPHELES

Kehidupan pradewasa (telur, larva , pupa) nyamuk

Anopheles berada di air, pemilihan macam tempat

genangan air dilakukan secara genetik oleh seleksi alam

yang berbeda antar spesies nyamuk. Larva nyamuk

biasanya berkumpul pada bagian-bagian dimana diperoleh

makanan dan terlindung terutama dari arus air dan

predator.

Telur

Telur Anopheles diletakkan satu persatu di atas

permukaan air, biasanya peletakkan dilakukan pada malam

hari. Telur berbentuk seperti perahu yang bagian

Page 21: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

8

bawahnya konveks dan bagian atasnya konkaf dan

mempunyai sepasang pelampung yang terletak pada

sebuah lateral sehingga telur dapat mengapung di

permukaan air. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh nyamuk

betina Anopheles bervariasi, biasanya antara 100-150 butir

(Santoso, 2002). Telur Anopheles tidak dapat bertahan

lama di bawah permukaan air, dan akan gagal menetas bila

di bawah permukaan air dalam waktu lama (melebihi 92

jam). Suhu optimal bagi telur Anopheles adalah 28°C-36°C.

Suhu di bawah 20°C dan di atas 40°C adalah suhu yang

tidak menguntungkan bagi perkembangan telur (Santoso,

2002).

Gambar 1.4.

Telur Anopheles dengan Pelampung di Kedua Sisinya

Sumber : impact.malaria.com

Page 22: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

9

Larva

Larva nyamuk mempunyai 4 bentuk (instar)

pertumbuhan yang masing-masing instar mempunyai

ukuran dan bulu yang berbeda (Santoso, 2002). Stadium

larva Anopheles yang di tempat perindukan tampak

mengapung sejajar dengan permukaan air dengan spirakel

selalu kontak dengan udara luar. Sekali-sekali larva

Anopheles mengadakan gerakan-gerakan turun ke dalam/

bawah air untuk menghindari predator/musuh alaminya,

atau karena adanya rangsangan di permukaan seperti

gerakan-gerakan dan lain-lain. Untuk perkembangan

hidupnya, larva nyamuk memerlukan kondisi lingkungan

yang mengandung makanan antara lain mikroorganisme

terutama bakteri, ragi dan protozoa yang cukup kecil

sehingga dapat dengan mudah masuk mulutnya (Santoso,

2002).

Gambar 1.5.

Larva Anopheles

Sumber :

fmel.ifas.ufl.edu

Page 23: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

10

Tanaman air tidak hanya menggambarkan sifat fisik

atau genangan air, tetapi juga menggambarkan susunan

kimia dan suhu air. Dengan demikian, keberadaan berbagai

jenis tanaman air dapat dijadikan indikator keberadaan

larva nyamuk spesies tertentu. Penyebaran larva pada

tempat-tempat perindukan tidaklah merata. Pada tempat

– tempat perindukan yang kecil larva akan selalu

berkumpul didaerah pinggir atau sekitar benda-benda yang

terapung di air atau tanaman air (Depkes 2004).

Pupa

Stadium pupa merupakan masa tenang, umumnya

tidak aktif tapi dapat juga melakukan gerakan-gerakan

yang aktif. Apabila sedang tidak aktif, pupa berada

mengapung di permukaan air. Kemampuannya mengapung

disebabkan adanya ruang udara yang cukup besar di sisi

bawah sefalotoraks.

Pupa tidak menggunakan rambut dan kait untuk

melekat pada permukaan air, tetapi dengan bantuan dua

terompet yang cukup besar yang berfungsi sebagai spirakel

dan dua rambut panjang stellate yang berada pada segmen

satu abdomen (Santoso, 2002). Pupa mempunyai tabung

pernapasan (respiratory trumpet) yang bentuknya lebar

dan pendek dan digunakan untuk pengambilan O2 dari

udara (Gandahusada, 1998). Perubahan dari pupa menjadi

dewasa biasanya antara 24 jam sampai dengan 48 jam

tergantung pada kondisi lingkungan terutama suhu

(Santoso, 2002).

Page 24: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

11

Gambar 1.6.

Pupa Anopheles

Sumber : medent.usyd.edu.au

Nyamuk Dewasa

Pada stadium dewasa, palpus nyamuk jantan dan

betina mempunyai panjang hampir sama dengan panjang

probosis. Perbedaannya adalah pada nyamuk jantan ruas

palpus bagian apikal berbentuk gada (club form),

sedangkan pada nyamuk betina ruas tersebut mengecil.

Sayap pada bagian pinggir (costa dan vena) ditumbuhi

sisik-sisik sayap yang berkelompok membentuk gambaran

belang-belang hitam dan putih. Di samping itu, bagian

ujung sisik sayap membentuk lengkung (tumpul). Bagian

posterior abdomen tidak seruncing nyamuk Aedes dan juga

tidak setumpul nyamuk Mansonia, tetapi sedikit melancip

(Gandahusada, 1998).

Page 25: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

12

Nyamuk Anopheles terutama hidup di dearah

tropik dan subtropik, namun bisa juga hidup di daerah

beriklim sedang dan bahkan di Arktika. Anopheles jarang di

temukan pada ketinggian lebih dari 2000-2500m, sebagian

besar hidup di dataran rendah.

Gambar 1.7.

Perbedaan Anopheles Jantan dan Betina

Sumber : itg.content-e.eu

Daerah yang disenangi nyamuk yang tersedia

tempat beristirahat, adanya hospes yang disukai dan

tempat untuk berkembangbiak. Setiap nyamuk pada waktu

beraktivitas akan melakukan orientasi terhadap habitatnya

untuk mengetahui keadaan-keadaan yang disenangi untuk

Page 26: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

13

memenuhi kebutuhan fisiologisnya, dan akan berkumpul

pada tempat yang disenanginya.

Pergerakan populasi nyamuk pada berbagai bagian

habitatnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu,

kelembaban, daya tarik hospes, daya tarik terhadap

tempat berkembangbiak dan tempat istirahat. Suhu dan

kelembaban yang tidak baik serta tidak tersedianya

sumber darah menyebabkan nyamuk berpindah tempat

untuk mencari yang lebih cocok sebagai tempat

berkembangbiak.

Nyamuk Anopheles betina umumnya hanya satu

kali kawin dalam hidupnya. Untuk proses perkembangan

telurnya, nyamuk memerlukan darah dengan frekuensi

kebutuhan tergantung pada spesiesnya serta dipengaruhi

oleh suhu dan kelembaban udara. Nyamuk jantan tidak

memerlukan darah. Di daerah iklim tropis, siklus

pematangan telur (gonotropic) umumnya berlangsung 48-

96 jam.

Nyamuk Anopheles pada umumnya mencari darah

(menggigit) pada malam hari, mulai senja hingga pagi.

Nyamuk akan terbang berkeliling sampai menemukan

hospes yang cocok. Berdasarkan kesukaan menggigit untuk

mengisap darah pada berbagai hospes, nyamuk dibedakan

menjadi antropofilik jika nyamuk lebih suka mengisap

darah manusia, zoofilik jika nyamuk lebih suka mengisap

darah binatang, dan indiscriminate endofagik biter jika

nyamuk mengisap darah tanpa kesukaan tertentu

Page 27: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

14

terhadap hospes (tidak spesifik). Berdasarkan tempat

menggigitnya nyamuk dikatakan eksofagik apabila nyamuk

lebih banyak menggigit di luar rumah. Tetapi nyamuk yang

bersifat eksofagik bisa saja menjadi endofagik jika ada

hospes yang cocok di dalam rumah. Bila hospes yang

disukai tidak ada, nyamuk akan mengisap darah dari

hospes lain yang tersedia. Orientasi terhadap hospes

diakibatkan adanya bau spesifik dari hospes, suhu dan

kelembaban yang dapat dideteksi dari jarak yang cukup

jauh.

Nyamuk Anopheles mempunyai dua cara istirahat

yaitu istirahat sebenarnya selama waktu menunggu proses

perkembangan telur, dan istirahat sementara pada waktu

sebelum dan sesudah mencari darah. Nyamuk mempunyai

perilaku istirahat berbeda-beda, An. aconitus lebih banyak

beristirahat di tempat dekat tanah, sedangkan An.

sundaicus beristirahat ditempat yang lebih tinggi (Depkes,

1999; Warrel dan Gilles, 2002). Pada waktu malam hari

nyamuk masuk ke dalam rumah untuk mengisap darah lalu

keluar, ada pula yang terlebih dahulu istirahat hinggap di

dinding untuk istirahat sebelum atau sesudah mengisap

darah.

Beberapa Anopheles spp. memiliki kepadatan

populasi yang berbeda-beda. Kepadatan populasi nyamuk

An. aconitus sangat dipengaruhi oleh musim tanam padi.

Larvanya mulai ditemukan di sawah kira-kira pada waktu

padi berumur 2-3 minggu setelah tanam dan paling banyak

Page 28: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

15

ditemukan pada saat tanaman padi mulai berbunga sampai

menjelang panen. Di daerah yang musim tanamnya tidak

serempak dan sepanjang tahun ditemukan tanaman padi

pada berbagai umur, maka nyamuk ini ditemukan

sepanjang tahun dengan dua puncak kepadatan yang

terjadi sekitar Bulan Februari-April dan sekitar Bulan Juli-

Agustus (Barodji, 1987 dalam Saputra, 2001).

Kepadatan larva nyamuk An. balabacencis bisa

ditemukan pada musim penghujan maupun kemarau.

Larva An. balabacencis ditemukan di genangan air yang

berasal dari mata air, seperti penampungan air yang dibuat

untuk mengairi kolam, untuk merendam bambu/kayu,

mata air, bekas telapak kaki kerbau dan kebun salak.

Puncak kepadatan An. maculatus dipengaruhi oleh

musim. Pada musim kemarau kepadatan meningkat, hal ini

disebabkan banyak terbentuk tempat perindukan berupa

genangan air di pinggir sungai dengan aliran lambat atau

tergenang. Perkembangbiakan nyamuk An. maculatus

cenderung menurun bila aliran sungai menjadi deras

(flushing) yang tidak memungkinkan adanya genangan di

pinggir sungai sebagai tempat perindukan (Saputra, 2001).

PERANAN ANOPHELES SEBAGAI VEKTOR MALARIA

Malaria pada manusia hanya dapat ditularkan aleh

nyamuk betina Anopheles. Dari lebih 400 spesies

Anopheles spp. di dunia, hanya sekitar 67 spesies yang

Page 29: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

16

telah terbukti mengandung sporozoit dan dapat

menularkan ke manusia. Di setiap daerah yang terjadi

transmisi malaria, biasanya hanya ada satu atau paling

banyak 3 spesies Anopheles spp. yang menjadi vektor

penting. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies

Anopheles spp. yang sudah dikonfirmasi menjadi vektor.

Gambar 1.8.

Siklus Hidup Plasmodium dalam Tubuh Nyamuk dan Manusia

Sumber : hmkuliah.wordpress.com

Spesies nyamuk Anopheles spp. yang menjadi vektor

malaria di suatu daerah tertentu, belum tentu di daerah

lain juga mampu menularkan penyakit malaria. Nyamuk

Page 30: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

17

Anopheles spp. dapat dikatakan sebagai vektor malaria

apabila kontaknya dengan manusia cukup tinggi,

merupakan spesies yang selalu dominan, anggota populasi

pada umumnya berumur cukup panjang sehingga

memungkinkan perkembangan dan pertumbuhan

Plasmodium spp. hingga menjadi sporozoit, dan ditempat

lain telah terbukti sebagai vektor.

Berikut jenis nyamuk Anopheles spp. Yang terbukti

menjadi vektor malaria di beberapa Propinsi di Indonesia:

Tabel 1.1. Sebaran Nyamuk Anopheles spp. di Indonesia

No Propinsi Vektor predominan

1 D. I. Aceh An. balabacensis, An. sundaicus

2 Sumatera Utara An. sundaicus, An. maculatus,

An. letifer

3 Sumatera Barat An. sundaicus, An. maculatus

4 Riau An. sundaicus, An. maculatus,

An. letifer

5 Jambi An. sundaicus, An. maculatus

An. letifer

6 Sumatera Selatan An. sundaicus, An. maculatus,

An. letifer

7 Bengkulu An. sundaicus, An. maculatus

8 Lampung An. sundaicus, An. maculatus,

An. aconitus

9 DKI Jakarta An. sundaicus

10 Jawa barat An. sundaicus, An. maculatus,

An. aconitus

11 Jawa Tengah An. sundaicus, An. maculatus,

An. aconitus, An. balabacensis

12 D.I Yogyakarta An. sundaicus, An. maculatus,

An. balabacensis

Page 31: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

18

No Propinsi Vektor predominan

13 Jawa Timur An. sundaicus, An. maculatus,

An. aconitus, An. balabacensis

14 Bali An. sundaicus, An. maculatus,

An. aconitus

15 Kalimantan Barat An. sundaicus, An. maculatus,

An. letifer, An. balabacensis

16 Kalimantan

Tengah

An. maculatus, An. letifer,

An. balabacensis

17 Kalimantan

Selatan

An. sundaicus, An. maculatus,

An. letifer, An. balabacensis

18 Kalimantan

Timur

An. sundaicus, An. maculatus,

An. letifer, An. balabacensis

19 Sulawesi Utara An. sundaicus, An. subpictus,

An. barbirostris

20 Sulawesi tengah An. subpictus, An. barbirostris

21 Sulawesi Selatan An. sundaicus, An. subpictus,

An. barbirostris

22 Sulawesi

Tenggara

An. sundaicus, An.balabacensis,

An. maculatus, An.aconitus,

An. subpictus, An. barbirostris

23 Nusa Tenggara

Barat

An. sundaicus, An. maculatus,

An. aconitus, An. balabacensis,

An. subpictus, An. barbirostris

24 Nusa Tenggara

Timur

An. sundaicus, An. maculatus

An. Aconitus, An. balabacensis

An subpictus, An. barbirostris

25 Maluku An subpictus, An. farauti,

An. puncutulatus

26 Papua An. farauti, An. puncutulatus,

An. koliensis

Sumber: dari berbagai sumber

Page 32: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

19

Efektivitas vektor dalam menularkan malaria

ditentukan oleh kepadatan populasi vektor, kedekatan

dengan pemukiman manusia, kesukaan mengisap darah

manusia ataupun hewan, frekuensi mengisap darah

(tergantung dari suhu), lamanya siklus sporogoni

(berkembangnya parasit dalam tubuh nyamuk sehingga

menjadi infektif).

Di dalam program pemberantasan malaria, selain

pengobatan penderita, yang utama dilakukan adalah

pemberantasan vektor. Untuk mendapatkan hasil yang

optimal, pemberantasan vektor perlu dilakukan

berdasarkan data entomologi setempat terutama yang

berkaitan dengan spesies nyamuk Anopheles spp., musim

penularan serta perilaku atau bionomik vektor.

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2005. Manajemen Berbasis Lingkungan (Solusi Mencegah

dan Menanggulangi Penyakit Menular). Jakarta : PT. Elex

Media Komputindo.

Bruce-Chwatt L.J. 1985. Essential Malariology 2nd

edition.

William Heinemann Medical Books Ltd London.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Tatalaksana Kasus

Malaria. Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber

Binatang, Direktorat Jenderal PPM&PLP.

Depkes RI. 2006. Profil Kegiatan Program Pengendalia Penyakit

Bersumber Binatang tahun 2005, Dirjen PP&PL . Jakarta

Page 33: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

20

Effendi, A. 2002. Studi Komunitas Nyamuk Anopheles di Desa

Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. ENK-IPB.

Bogor

Gandahusada,S. 1998. Parasitologi Kedokteran Edisi ke tiga.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Gaya Baru:

Jakarta.

Hiswani. 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di

Indonesia. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-

hiswani11.pdf. Diakses pada tanggal 1 Maret 2012.

Maloha, M.M. 2005.Fauna Nyamuk Anopheles di Desa Pondok

meja, Jambi luar kota, muaro jambi, Jambi. ENK-IPB.

Bogor

Noor, E. 2002. Studi Komunitas Nyamuk Anopheles di Desa

Sedayu Kecamatan Loana Kabupaten Purworejo Jawa

Tengah. ENK-IPB, Bogor

O’Connor C.T dan Tine Sopa. 1981. A check-list of the

mosquito of indonesia. Aspesial publication of the Us

Naval Medical Research Unit no 2. Jakarta

Salam A. 2005. Komunitas Nyamuk Anopheles di desa Alat

Hantakan Kabupaten Hulu Sungan Tengah Kalimantan

Selatan. ENK-IPB. Bogor

Sulaiman DS. 2002. Studi Komunitas dan Populasi Nyamuk

Anopheles di Desa Bolapapu Sulawesi Tengah Kaitannya

dengan Epidemiologi Malaria, ENK IPB Bogor

Page 34: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

21

Santoso, Budi. 2002. Studi karakteristik habitat Larva Nyamuk

Anopheles maculatus Theobald dan Anopheles

balabacensis Baisas serta beberapa faktor yang

mempengaruhi populasi Larva di Desa Hargotirto

kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo,

DIY.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/1234567

89/7522/2002nbs.pdf?sequence=4. Diakses pada tanggal

20 Maret 2012.

Saputra. 2011. Pengaruh Lingkungan Terhadap Nyamuk

Anopheles pada Proses Transmisi Malaria.

http://uripsantoso.wordpress.com.Diakses pada tanggal

30 Mei 2012.

WHO. 1997. Ecology and Control of vektor of public health

no555. Geneva

Page 35: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

22

Page 36: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

23

Bab 2.

Fauna Nyamuk Anopheles di Wilayah Pantai

dan Perkebunan Kecamatan Cibalong

Kabupaten Garut

Endang Puji Astuti, Mara Ipa

PENDAHULUAN

Malaria di Indonesia saat ini masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat terutama di beberapa

wilayah rural atau terisolir. Penyakit ini banyak menyerang

usia produktif yang dapat mengakibatkan menurunnya

tingkat produktivitas, sehingga memberikan dampak pada

sosial ekonomi masyarakat terutama di wilayah endemis

dengan tingkat perekonomian rendah. Penyebaran

malaria disebabkan berbagai faktor antara lain agent,

perubahan lingkungan, vektor, sosial budaya masyarakat

dan resistensi obat. selain itu juga karena keterbatasan

jangkauan pelayanan kesehatan. Malaria tetap menjadi

indikator upaya pencapaian Millenium Development Goals

(MDGs) sampai tahun 2015.

Page 37: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

24

Data malaria yang dikeluarkan oleh Badan

Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan pada tahun 2010

Indonesia masih belum bebas dari kasus malaria. Dari 242

juta penduduk Indonesia, masih tercatat 37% populasi

penduduk tergolong berisiko penularan tinggi, 7% risiko

rendah dan 56% sudah terbebas (WHO, 2012).

Jawa Barat merupakan provinsi yang masih

mempunyai wilayah endemis malaria. Berdasarkan data

Pusdatin, terdapat peningkatan kasus yang signifikan dari

tahun 2005 – 2008 yang berturut-turut sebagai berikut,

1.124; 29.901; 22.240; 43.560 penderita malaria (Depkes

RI, 2009). Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah

reseptif malaria di wilayah Provinsi Jawa Barat selain

Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan dan Sukabumi

dengan incidence rate (IR) malaria 0,13 pada tahun 2007

(Depkes RI., 2009).

Salah satu Puskesmas di Kabupaten Garut dengan

kasus malaria yang terus meningkat adalah Puskesmas

Cibalong. Selama lima tahun terakhir Annual Parasite

Incidence (API) Puskesmas Cibalong adalah tertinggi

dibandingkan dengan 7 Puskesmas lain di wilayah

Kabupaten Garut. Data tahun 2003 API Cibalong adalah

13,9310/00 dengan 474 penderita yang terdiri dari

Plasmodium falcifarum dan P. vivax (Dinas Kesehatan

Kabupaten Garut, 2004).

Page 38: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

25

Luas Kecamatan Cibalong adalah 23.318 Ha,

terletak antara Kecamatan Pameungpeuk, Kecamatan

Cisompet, Kecamatan Pendeuy dan berbatasan dengan

wilayah Kabupaten Tasikmalaya serta Samudera

Indonesia. Wilayahnya terdiri dari 7 (tujuh) desa, namun

yang kasus malarianya tinggi adalah Desa Sagara dan Desa

Maroko. Kedua desa ini mempunyai ekosistem yang

berbeda. Ekosistem Desa Sagara terdiri dari pantai,

perkampungan, dan persawahan seluas 4.907,50 Ha serta

hutan dalam jarak ± 1 km. Ekologi Desa Maroko adalah

meliputi perkebunan dan persawahan seluas 4.052,06 Ha

(Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, 2004).

Karakteristik lingkungan di Kecamatan Cibalong

sangat cocok sebagai habitat nyamuk vektor malaria

sehingga kepadatannya harus dikendalikan untuk

menghindari penularan malaria. Upaya pengendalian

malaria sangat membutuhkan data entomologi vektor,

sedangkan di Kecamatan Cibalong data dimaksud belum

tersedia, karena itu telah dilakukan survai untuk

mengetahui fauna, kepadatan dan kelimpahan nisbi

nyamuk Anopheles spp.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Sagara dan Desa

Maroko Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut selama

delapan bulan, pada Bulan Mei sampai dengan Bulan

Page 39: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

26

Desember 2005 dengan metode observasional melalui

pendekatan cross sectional.

Survai dimulai dengan mnentukan empat rumah

sebagai catching station dengan kategori berdekatan

dengan tempat perkembangbiakkan nyamuk Anopheles

spp. dengan jarak maksimal 500 meter atau rumah yang

mempunyai kandang ternak.

Survai dilakukan mulai jam 18.00–06.00 WIB

dengan metode penangkapan nyamuk hinggap (landing) di

dalam dan luar rumah oleh 6 orang kolektor, 3 orang

didalam rumah dan 3 orang di luar rumah. Penangkapan

dilakukan selama 40 menit, dilanjutkan dengan

penangkapan nyamuk yang istirahat di dinding dalam

rumah dan di sekitar kandang ternak (kerbau/sapi) selama

10 menit. Sisa waktu 10 menit di setiap jamnya, digunakan

untuk istirahat kolektor dan persiapan penangkapan pada

jam selanjutnya. Nyamuk yang tertangkap dikelompokkan

berdasarkan jam, lokasi penangkapan (luar dan dalam

rumah) serta istirahat di dinding dan kandang, kemudian

diidentifikasi spesiesnya.

Data penangkapan nyamuk dianalisis secara

deskriptif berdasarkan distribusi nyamuk tertangkap per

spesies, selanjutnya dihitung kelimpahan nisbi per spesies.

Kelimpahan nisbi adalah hasil pembagian jumlah spesies

nyamuk tertentu dengan jumlah nyamuk yang tertangkap

per metode penangkapan. Data yang telah dihitung

selanjutnya disajikan dalam bentuk grafik.

Page 40: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

27

HASIL PENELITIAN

Jumlah nyamuk Anopheles spp. tertangkap di Desa

Sagara selama 8 (delapan) kali survai adalah 205 ekor,

terdiri dari 7 (tujuh) spesies yaitu Anopheles aconitus, An.

annularis, An. barbirostris, An. kochi, An. sundaicus, An.

tesselatus dan An. vagus. Nyamuk yang paling banyak

tertangkap dengan metode umpan orang dan resting

kandang adalah An. sundaicus (80 ekor) dan An. vagus (72

ekor).

Nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap di Desa

Maroko lebih sedikit dibandingkan di Sagara yaitu 49 ekor,

terdiri dari 6 (enam) spesies yaitu An. aconitus, An.

barbirostris, An. kochi, An. maculatus, An. minimus dan

An. vagus. Nyamuk dominan yang tertangkap adalah An.

barbirostris (17 ekor) dan An. vagus (15 ekor).

Nyamuk An. vagus ditemukan di kedua desa

dengan kepadatan yang dominan. Nyamuk An. aconitus

juga ditemukan di kedua lokasi tersebut, namun di Desa

Sagara jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan

spesies lainnya.

Page 41: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

28

Gambar 2.1.

Fauna Nyamuk Anopheles spp. yang Tertangkap

di Desa Sagara, Kec. Cibalong, Kab. Garut,

Jawa Barat Tahun 2005

Gambar 2.2.

Fauna Nyamuk Anopheles spp. yang Tertangkap

di Desa Maroko, Kec. Cibalong, Kab. Garut,

Jawa Barat Tahun 2005

Page 42: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

29

0,000

0,050

0,100

0,150

0,200

0,250

0,300

0,350

0,400

Rest Kd 0,030 0,035 0,095 0,259 0,035 0,343

Rest Dd 0,000 0,005 0,000 0,085 0,015 0,000

UOL 0,005 0,000 0,005 0,035 0,005 0,000

UOD 0,000 0,000 0,000 0,020 0,015 0,015

An.annularis An.barbirostris An.kochi An.sundaicus An.tesselatus An.vagus

Gambar 2.3.

Kelimpahan Nisbi Nyamuk Anopheles spp. per Metode Survai

di Desa Sagara Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut

Tahun 2005

Pada penangkapan umpan orang di Desa Sagara,

hanya ditemukan 3 spesies yaitu An. sundaicus, An.

tesselatus dan An. vagus. Nyamuk dengan kelimpahan

nisbi tertinggi adalah An. sundaicus sebesar 0,035 (umpan

orang luar/UOL) dan 0,020 (umpan orang dalam/UOD).

Nyamuk An. vagus hanya tertangkap pada metode umpan

orang dalam dengan angka kelimpahan nisbi 0,015 yang

sama dengan An. tesselatus.

Page 43: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

30

0,00

0,05

0,10

0,15

0,20

0,25

0,30

rest kd 0,08 0,27 0,00 0,00 0,00 0,22

rest dd 0,10 0,02 0,04 0,00 0,00 0,04

uol 0,04 0,02 0,00 0,02 0,00 0,02

uod 0,04 0,04 0,00 0,00 0,02 0,02

aconitus barbirostris kochi maculatus minimus vagus

Gambar 2.4.

Kelimpahan Nisbi Nyamuk Anopheles spp. per Metode

di Desa Maroko, Kec. Cibalong, Kab. Garut,

Jawa Barat Tahun 2005

Hasil penangkapan di Desa Maroko menunjukkan

nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap dengan metode

resting kandang, lebih banyak dibanding metode lain.

Angka kelimpahan nisbi An. barbirostris adalah yang

tertinggi yaitu 0,27, kemudian nyamuk An. vagus sebesar

0,22. Nyamuk Anopheles yang tertangkap di desa Maroko

ditemukan pada semua metode, kecuali An. kochi yang

tidak tertangkap pada umpan orang. Pada penangkapan

umpan orang di luar, An.aconitus lebih dominan dibanding

dengan spesies lainnya yaitu 0,04, namun pada

penangkapan di dalam sama dengan An. barbirostris

dengan kelimpahan nisbi 0,04.

Page 44: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

31

PEMBAHASAN

Nyamuk dominan yang ditemukan di desa Sagara

adalah An. sundaicus dengan tempat perkembangbiakkan

sawah air payau dan lagun “Haminteu” yang berjarak

dengan pemukiman penduduk ± 100 m. Kadar garam

(salinitas) rata-rata 4‰, dengan pH rata-rata 6. Kondisi

lagun terang pencahayaan dengan vegetasi padi, semanggi

dan lumut.

Hasil penelitian ini agak berbeda dengan penelitian

yang dilakukan Sembiring (2005) di Asahan Sumatera

Utara, yang menyebutkan habitat nyamuk An. sundaicus

ditemukan pada daerah yang tidak terpengaruh pasang

surut air laut (PSAL) adalah rawa-rawa terbengkalai yang

ditumbuhi ganggang, rumput air dengan salinitas 0,05 –

1,35 %. Sedangkan daerah yang dipengaruhi PSAL dengan

salinitas 1,45–2,53‰ kurang cocok untuk perkembangan

larva An. sundaicus.

Angka kelimpahan nisbi, An. sundaicus sebagai

tersangka vektor di daerah pantai adalah dominan pada

kebiasaan menggigit manusia di luar rumah (0,035). Hal ini

sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Loka Litbang

P2B2 Ciamis, di Desa Pamotan Ciamis yang merupakan

daerah pantai, yang menunjukkan kebiasaan menggigit

nyamuk An. sundaicus di luar rumah lebih tinggi

dibandingkan di dalam rumah (Loka Litbang P2B2 Ciamis,

2004).

Page 45: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

32

Nyamuk yang dominan ditemukan di Desa Maroko

adalah An. aconitus yang sudah dikonfirmasi sebagi vektor

di Jawa. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Efansyah

(2002) di Desa Sedayu Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa

Tengah yang menemukan 10 (sepuluh) spesies Anopheles

spp. yaitu An. aconitus, An. barbirostris, An. flavirostris, An.

vagus, An. kochi, An. annularis, An. minimus, An.

maculatus dan An. subpictus dengan spesies dominan

adalah An. aconitus. Tempat perkembangbiakkan nyamuk

An. aconitus di Desa Maroko adalah aliran air pesawahan

dari irigasi dan kolam yang ditumbuhi tanaman kangkung,

pH rata-rata 7 dengan keadaan sinar matahari yang cukup.

Nyamuk An. barbirostris dan An. vagus adalah spesies

yang dominan di Desa Sagara dan Desa Maroko. Kedua

lokasi penelitian mempunyai wilayah persawahan, Desa

Sagara merupakan wilayah pantai dan Desa Maroko

merupakan wilayah perkebunan sehingga kedua spesies ini

ditemukan di kedua lokasi tersebut. Hal ini sejalan dengan

penelitian fauna di Kabupaten Donggala, bahwa di tempat

lokasi survei ditemukan adanya An. barbirostris dan An.

vagus. Nyamuk An. barbirostris merupakan tersangka

vektor di Kab. Donggala Sulawesi Tengah (Jastal et al.,

2001).

Hasil penelitian di Halmahera sejalan dengan

penelitian ini, yaitu nyamuk An. vagus ditemukan di

wilayah persawahan baik larva maupun dewasa dengan

kadar salinitas habitatnya adalah 0 (Soekirno et al., 1997).

Page 46: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

33

Spesies nyamuk An. barbirostris dan An. vagus juga

ditemukan di habitat sawah dan rawa-rawa di Kupang,

Nusa Tenggara Timur (Meomanu, 2012).

Hasil penelitian ini yang menunjukkan terdapat

perbedaaan keragaman fauna Anopheles spp. pada

keadaan geografis yang berbeda, sama dengan penelitian

yang dilakukan Mardiana et al. (2002) di Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur. Lokasi penelitian yaitu Desa

Sawahan adalah daerah pedalaman yang berbukit-bukit

dengan ada hutan pinus, ditemukan 5 (lima) spesies yaitu

An. vagus, An. maculatus, An. flavirostris, An. barbirostris

dan An. kochi. Sedangkan desa Damas yang terletak di

sekitar pantai dan terdapat beberapa lagun, ditemukan

nyamuk An. sundaicus, An. vagus, dan An. barbirostris.

KESIMPULAN

Fauna nyamuk Anopheles spp. di Kecamatan

Cibalong Kabupaten Garut adalah An. sundaicus, An.

barbirostris, An. vagus, An. aconitus, An. kochi, An.

maculatus, An. minimus, An. annularis, dan An. tesselatus.

Spesies yang dominan di Desa Sagara yang

merupakan daerah pantai adalah An. sundaicus dengan

tempat perkembangbiakan adalah lagun dan sawah air

payau. Sedangkan yang dominan di Desa Maroko yang

merupakan daerah perkebunan dan hutan adalah nyamuk

Page 47: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

34

An. aconitus. Nyamuk lain yang ditemukan di kedua lokasi

tersebut adalah An. barbirostris dan An. vagus.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Bank Data Pusdatin. [disitasi tanggal 3 Mei 2012].

http://www. bankdata.depkes.go id. 2009.

Dinas Kesehatan Kabupaten Garut. Laporan Tahunan P2 Malaria

tahun 2003. Garut. 2004.

Jastal et al. Fauna Nyamuk Anopheles pada Beberapa Tempat di

Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah dan Peranannya

dalam Penularan Penyakit Malaria. Media Litbang

Kesehatan. vol. 11(1) 2001. DEPKES RI. Jakarta. 2001.

Loka Litbang P2B2 Ciamis. Studi Dinamika Penularan Malaria di

Desa Pamotan Kecamatan Kalipucang Kabupaten Ciamis

Jawa Barat. [Laporan]. Ciamis. 2004.

Meomanu, Yukundus. Studi Fauna Anopheles di Kelurahan

Oesao Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang, Nusa

Tenggara Timur. [disitasi 3 Mei 2012].

http://www.fkm.undip.ac.id. 2011.

Mardiana, Shinta et al. Berbagai Jenis Nyamuk Anopheles dan

Tempat Perindukannya yang ditemukan Di Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur. Media Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan. Vol 12 No 4 (Des) 2002.

ISSN:0853-9987. 2002.

Noor, Efansyah. Studi Komunitas Nyamuk Anopheles di Desa

Sedayu Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Provinsi

Jawa Tengah. [Tesis]. IPB Bogor. 2002.

Page 48: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

35

Soekirno, Santiyo, Nadjib et al. Fauna Anopheles dan Status,

Pola Penularan serta Endemisitas Malaria di Halmahera,

Maluku Utara. Cermin Dunia Kedokteran : No 118 1997.

Jakarta. 1997

Sembiring, Terang Uli Jendalim. Karakteristik Habitat Larva

Anopheles sundaicus (Rodenwalt) (Diptera : Culicidae) di

Daerah Pasang Surut Asahan Sumatera Utara. [Tesis]. IPB

Bogor. 2005.

World Health Organization. Laporan WHO 2012, Malaria.

[disitasi tanggal 2 Juli 2013]. http://mdgsindonesia.org.

2012.

Page 49: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

36

Page 50: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

37

Bab 3.

Fauna Nyamuk Anopheles di Wilayah

Perbukitan Desa Pandean, Kab. Trenggalek

dan Potensinya sebagai Vektor Malaria

Roy Nusa RES, Rohmansyah WN

PENDAHULUAN

Malaria ada hampir di seluruh daerah di Indonesia,

tersebar di daerah endemis malaria di Jawa–Bali maupun

di luar Jawa–Bali (Depkes RI., 1999). Peningkatan malaria,

salah satunya disebabkan masuknya penderita malaria ke

daerah yang terdapat vektor malaria atau biasa disebut

malariogenic potentia yang dipengaruhi oleh receptivity

dan vulnerability. Receptivity adalah adanya vektor malaria

dalam jumlah besar dan terdapatnya faktor-faktor ekologis

yang memudahkan penularan, sedangkan vulnerability

menunjukkan suatu daerah malaria atau kemungkinan

masuknya seorang atau sekelompok penderita malaria dan

atau vektor yang telah terinfeksi (Harijanto, 2000).

Page 51: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

38

Infeksi malaria di Indonesia mencapai 15 juta kasus.

Tingginya kasus ini disebabkan antara lain karena usaha

masyarakat dan/atau pemerintah yang tidak berwawasan

kesehatan lingkungan, mobilitas penduduk dari dan ke

daerah endemis malaria, adanya resistensi nyamuk vektor

terhadap insektisida yang digunakan dan juga resistensi

Plasmodium spp. obat malaria yang makin meluas,

perhatian masyarakat termasuk masalah kesehatan

terhadap malaria berkurang, sumber daya yang menurun

dan lain–lain (Depkes RI., 2000).

Salah satu daerah reseptif yang pernah mengalami

peningkatan kasus malaria beberapa tahun lalu adalah

Desa Pandean Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek

Provinsi Jawa Timur. Terdapat kecenderungan penurunan

angka parasit dari tahun 2007 sampai dengan 2010,

berturut-turut adalah 4,5‰, 2,3‰, 1,8‰ dan 1,4‰.

Sebagian besar adalah kasus impor yang dibawa oleh para

pekerja musiman saat pulang kampung, tetapi juga

terdapat kasus indigenous yang berasal dari kasus impor.

Dengan demikian, wilayah tersebut merupakan daerah

yang rawan terhadap terjadinya penularan malaria

(Harijanto, 2000).

Program pemberantasan malaria yang meliputi

penemuan penderita, pemeriksaan parasitologi malaria,

pengobatan dengan ACT, pembagian kelambu

berinsektisida, IRS/penyemprotan rumah dan surveilans

vektor, tidak dapat dilaksanakan di semua desa di

Page 52: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

39

Puskesmas Pandean karena keterbatasan sumber daya.

Data entomologi nyamuk vektor belum tersedia di Desa

Pandean termasuk informasi keragaman fauna nyamuk

Anopheles spp. dewasa. Padahal informasi tersebut sangat

diperlukan untuk mendukung upaya eliminasi malaria

yang berbasis bukti.

Guna pengumpulan informasi entomologi vektor

malaria, telah dilakukan penelitian di wilayah perbukitan

Pandean Trenggalek dengan tujuan mengetahui fauna

Anopheles spp. dan potensinya sebagai vektor malaria

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional

dengan rancangan cross sectional (Murti, 1997), dilakukan

selama 11 bulan mulai Februari 2011 sampai dengan

Desember 2011. Pengumpulan nyamuk dewasa dengan

empat metode, yaitu human landing atau umpan orang di

dalam dan di luar rumah, koleksi nyamuk resting di dinding

dan disekitar ternak (kandang) masing-masing dilakukan

oleh 3 orang kolektor selama 12 jam (18.00- 06.00 WIB).

Nyamuk yang tertangkap diidentifikasi dengan

menggunakan kunci bergambar untuk Anopheles spp.

betina dari Indonesia (O’connor c.t. dan soepanto A.,

2000). Data yang terkumpul dianalisa untuk memperoleh

gambaran frekuensi, kelimpahan nisbi dan angka

dominansi spesies yang tertangkap per metode yang

Page 53: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

40

dihitung menurut Sigit 1968 (dalam Taviv, 2005). Untuk

mengetahui keberadaan sporozoit pada nyamuk dilakukan

uji Polymerase Chain Reaction (PCR) yang mendeteksi

protein Circum Sporozoite.

HASIL PENELITIAN

Desa Pandean memiliki bentang alam yang

didominasi oleh ladang dan persawahan dengan irigasi non

teknis, merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian

antara 420 sampai 610 meter dari permukaan laut,

berjarak sekitar 40 km dari ibu kota kabupaten.

Selama 11 bulan pengumpulan data diperoleh 298

ekor nyamuk Anopheles spp. terdiri dari delapan spesies

(Tabel 3.1) yang diperoleh pada semua metode

penangkapan (Tabel 3.2).

Page 54: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

41

Tabel 3.1.

Jenis, Jumlah dan Persentase Nyamuk Tertangkap Bulan Februari-Desember 2011

di Desa Pandean pada Semua Metode Penangkapan.

Spesies Bulan

Jumlah % 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

An. aconitus 1

5 21 76 3 106 5.66

An. annularis

1 1 0.05

An. barbirostris 69 94 120 96 202 160 149 94 18 94 38 1.134 60.60

An. indefinitus

34

5 39 2.08

An. kochi

6 1

4 11 0.58

An. maculatus

6

21 27 1.44

An. umbrosus

2 2 0.10

An. vagus

37 10

504 551 29.44

Total 70 94 120 96 202 160 149 148 84 170 578 1.871 100

Page 55: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

42

Tabel 3.2.

Jumlah Nyamuk Tertangkap per Metode Penangkapan

di Desa Pandean Selama Bulan Februari-Desember 2011.

Spesies Metode

Jumlah DD KD UOD UOL

An. aconitus 1 61 19 25 106

An. annularis

1

1

An. barbirostris 67 993 19 55 1.134

An. indefinitus 1 37

1 39

An. kochi 1 10

11

An. maculatus

21

6 27

An. umbrosus

2

2

An. vagus 9 528

14 551

Total 79 1653 38 101 1.871

% 4.22 88.30 2,00 5.40 100

Keterangan: DD = Dinding dalam Rumah

KD = Di Sekitar Kandang Ternak

UOD = Umpan Orang Dalam Rumah

UOL = Umpang Orang Luar Rumah

Frekuensi dan Kelimpahan Nyamuk Anopheles spp.

Selama periode pengumpulan data, penangkapan

nyamuk dilakukan 132 kali. Frekuensi tertinggi nyamuk

yang tertangkap adalah 132/132 = 1 (Tabel 3.3).

Page 56: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

43

Tabel 3.3.

Frekuensi Nyamuk Tertangkap Menurut Spesies dan Metodenya

di Desa Pandean Februari-Desember 2011

Spesies Metode

KD DD UOD UOL

An. aconitus 0,14 0,01 0,05 0,05

An. annularis 0,01 - - -

An. barbirostris 0,85 0,23 0,06 0,18

An. indefinitus 0,07 0,01 - 0,01

An. kochi 0,06 0,01 - -

An. maculatus 0,07 - - 0,02

An. umbrosus 0,01 - - -

An. vagus 0,17 0,05 - 0,05

Keterangan: DD = Dinding dalam Rumah

KD = Di Sekitar Kandang Ternak

UOD = Umpan Orang Dalam Rumah

UOL = Umpang Orang Luar Rumah

Tabel 3.4.

Besaran Kelimpahan Nyamuk Tertangkap per Spesies dan

Metodenya di Desa Pandean Februari-Desember 2011

Spesies Metode

DD KD UOD UOL

An. aconitus 1.27 3.69 50.00 24.75

An. annularis - 0.06 - -

An. barbirostris 84.81 60.07 50.00 54.46

An. indefinitus 1.27 2.24 - 0.99

An. kochi 1.27 0.60 - -

An. maculatus - 1.27 - 5.94

An. umbrosus - 0.12 - -

An. vagus 11.39 31.94 - 13.86

Keterangan: DD = Dinding dalam Rumah

KD = Di Sekitar Kandang Ternak

UOD = Umpan Orang Dalam Rumah

UOL = Umpang Orang Luar Rumah

Page 57: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

44

Angka Dominansi Anopheles spp.

Selanjutnya untuk menggambarkan besarnya

dominansi fauna nyamuk yang ditemukan sesuai metode

yang digunakan, disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5.

Besaran Angka Dominansi Nyamuk Tertangkap Menurut Spesies

dan Metodenya di Desa Pandean

Periode Februari-Desember 2011

Spesies Metode

DD KD UOD UOL

An. aconitus 0.01 0.52 2.50 1.24

An. annularis - 0.00 - -

An. barbirostris 19.51 51.06 3.00 9.80

An. indefinitus 0.01 0.16 - 0.01

An. kochi 0.01 0.04 - -

An. maculatus - 0.09 - 0.12

An. umbrosus - 0.00 - -

An. vagus 0.57 5.43 - 0.69

Keterangan: DD = Dinding dalam Rumah

KD = Di Sekitar Kandang Ternak

UOD = Umpan Orang Dalam Rumah

UOL = Umpang Orang Luar Rumah

Keberadaan Sporozoit pada Nyamuk

Hasil pemeriksaan PCR diketahui bahwa sporozoit

yang ditemukan adalah Plasmodium vivax pada spesies

An. aconitus. Jumlah nyamuk yang mengandung sporozoit

sebanyak tiga ekor dari 25 nyamuk (12%).

Page 58: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

45

PEMBAHASAN

Salah satu faktor penyebab adanya sumber

penularan malaria adalah banyaknya mobilitas penduduk

ke daerah endemis malaria di luar Jawa. Terdapatnya

vektor dan kebiasaan masyarakat saat tidur yang tidak

memakai kelambu juga merupakan faktor pendukung

penularan malaria.

Ditemukannya 8 spesies nyamuk Anopheles spp.

menunjukkan Desa Pandean memiliki keragaman

Anopheles spp. yang tinggi. Menurut Taviv (2005),

keragaman spesies nyamuk dipengaruhi oleh kondisi

setempat seperti topografi, suhu, kelembaban, curah

hujan dan variasi tata guna lahan. Kemunculan spesies

tertentu pada bulan tertentu diduga dipengaruhi oleh

curah hujan yang mengakibatkan terbentuknya tempat

berkembangbiak nyamuk. Variasi tataguna lahan meliputi

permukiman, persawahan, perkebunan, areal hutan, dan

sungai diduga juga berkontribusi atas adanya variasi

spesies Anopheles. Spesies nyamuk Anopheles spp. paling

banyak ditemukan adalah An. barbirostris, selanjutnya

adalah An. vagus dan An. aconitus.

Spesies lain yang kelimpahannya juga relatif tinggi

adalah An. aconitus pada human landing di dalam dan di

luar rumah. Frekuensi tertangkap tertinggi adalah An.

barbirostris yang ditemukan di sekitar ternak (Tabel 3.3.).

Pada metode human landing, frekuensi tertinggi masih An.

barbirostris di dalam dan di luar rumah, kemudian An.

Page 59: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

46

aconitus. Angka dominansi terbesar pada metode human

landing berturut-turut adalah An. barbirostris diikuti An.

aconitus. Selain kedua spesies itu tiga spesies lain yang

juga tertangkap pada metode human landing adalah An.

indefinitus, An. maculatus dan An. vagus.

Berdasarkan metode pengumpulan nyamuk,

jumlah nyamuk terbanyak ditemukan di sekitar

ternak/kandang, yaitu sebesar 88,30%. Hasil ini relatif

konsisten dengan hasil lainnya, misal Sulaeman (2004)

yang melaporkan hasil koleksi umpan ternak/sekitar ternak

memberikan hasil yang lebih banyak dibanding metode

lainnya.

Untuk mengetahui keberadaan sporozoit pada

nyamuk dilakukan uji PCR yang mendeteksi protein Circum

Sporozoite pada nyamuk. Metode ini memiliki sensitivitas

dan spesifitas yang tinggi (Han GD, et al., 1999). Deteksi

protein Circum Sporozoite pada nyamuk juga pernah

dilakukan dengan hasil positif di Kabupaten Kulon Progo

(Wigati R.A., dkk., 2010).

Uji Circum Sporozoite dilakukan pada nyamuk yang

terkumpul dari metode human landing di dalam dan di luar

rumah saja. Hanya pada nyamuk yang tertangkap diluar

rumah ditemukan adanya siklus sporozoit, pada nyamuk

yang tertangkap di dalam rumah tidak ditemukan adanya

siklus sporozoit. Circum Sporozoite Protein merupakan

antigen terpenting yang terdapat pada permukaan

sporozoit, memainkan peranan dalam menimbulkan

Page 60: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

47

perlindungan diperantarai antibodi terhadap parasit. Hasil

pemeriksaan PCR diketahui bahwa sporozoit yang

ditemukan adalah P. vivax yang ditemukan pada spesies

An. aconitus. Jumlah nyamuk yang mengandung sporozoit

sebanyak tiga ekor dari 25 nyamuk (12%).

Terdapat beberapa spesies Anopheles spp. di Desa

Pandean, salah satunya adalah An. aconitus yang terbukti

mengandung sporozoit. Kontak nyamuk tersebut dengan

manusia di dalam rumah lebih besar dari pada di luar

rumah. Kondisi lingkungan yang banyak terdapat

persawahan terasering dengan irigasi berasal dari mata air

atau sungai mendukung kehadiran An. aconitus. Di sisi lain

besar kemungkinan populasi manusia di Desa Pandean

adalah kelompok rentan terhadap infeksi Plasmodium spp.

Untuk mengantisipasi berkembangnya masalah

malaria, perlu dilakukan upaya antara lain pemanfaatan

ternak sebagai cattle barrier di sekitar permukiman

dengan jarak yang memadai, intensifikasi survei vektor

dengan melibatkan peran serta masyarakat, upaya

pengendalian larva dengan pengeringan sawah secara

berkala, intensifikasi upaya penemuan penemuan

penderita sebagai sumber penularan dan pengobatan

penderita yang memadai.

KESIMPULAN DAN SARAN

Terdapat delapan spesies Anopheles spp. di Desa

Pandean, yaitu An. aconitus, An. annularis, An. barbirostris,

Page 61: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

48

An. indefinitus, An. kochi, An. maculatus, An. umbrosus,

dan An. vagus. Spesies yang terbukti mengandung

sporozoit adalah An. Aconitus, yang kontak dengan

manusia di dalam rumah lebih besar dari pada di luar

rumah, sehingga berpotensi sebagai vektor malaria di Desa

Pandean.

DAFTAR PUSTAKA

Data Sekunder Laporan Rutin Puskesmas Pandean. 2010.

Data Sekunder Laporan Rutin Puskesmas Pandean. 2010.

Depkes RI. (1999). Pedoman Pemberantasan Penyakit Malaria.

Jakarta: Dirjen PPM dan PLP.

Depkes RI. (2000). Gebrak Malaria. Jakarta: Dirjen PPM dan PLP.

Han GD, Zhang XJ, Zhang HH, et al. Use of PCR/DNA probes to

identify circumsporozoite genotype of Plasmodium vivax

in China. Show all Southeast Asian J Trop Med Public

Health. 1999 Mar;30(1):20-3.

Han GD, Zhang XJ, Zhang HH, et al. Use of PCR/DNA probes to

identify circumsporozoite genotype of Plasmodium vivax

in China. Show all Southeast Asian J Trop Med Public

Health. 1999 Mar; 30(1):20-3.

Harijanto P.N. (2000). Malaria Epidemiologis, Patogenesis,

Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC.

Harijanto P.N. (2000). Malaria Epidemiologis,

Patogenesis,Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:

EGC.

Murti Bhisma. (1997). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Page 62: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

49

O’connor c.t. dan soepanto A. 2000.kunci bergambar untuk

Anopheles betina dari Indonesia. Dirjen pp&pl. depkes.

R.i. Indonesia.

Sulaeman DS. 2004. Studi Komunitas dan Populasi nyamuk

Anopheles di desa bolapapu kaitannya dengan

epidemiologi malaria [Tesis]. Program pasca sarjana,

institut pertanian bogor. Bogor.

Taviv Y. 2005. Fauna nyamuk di Desa Segara Kembang

Kecamatan Lengkiti, Ogan Komering Ulu, Sumatera

Selatan. IPB Bogor.

Taviv Y. 2005. Fauna nyamuk di desa segara kembang

kecamatan lengkiti, ogan komering ulu, sumatera selatan.

IPB Bogor.

Wigati R.A., Mardiana, Mujiyono, S Alfiah. Deteksi Protein

Circum Sporozoite Pada Spesies Nyamuk Anopheles Vagus

Tersangka Vektor Malaria di Kecamatan Kokap,

Kabupaten Kulon Progo Dengan Uji

Enzymelinkedimmunosorbent Assay (Elisa). Media Litbang

Kesehatan Volume XX Nomor 3 Tahun 2010

Wigati R.A., Mardiana, Mujiyono, S Alfiah. Deteksi Protein

Circum Sporozoite Pada Spesies Nyamuk Anopheles Vagus

Tersangka Vektor Malaria di Kecamatan Kokap,

Kabupaten Kulon Progo Dengan Uji

Enzymelinkedimmunosorbent Assay (Elisa). Media Litbang

Kesehatan Volume XX Nomor 3 Tahun 2010

Page 63: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

50

Page 64: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

51

Bab 4.

Karakteristik Anopheles nigerrimus Giles

sebagai Vektor Malaria

Hubullah Fuadzy, Rina Marina

PENDAHULUAN

Malaria merupakan penyakit infeksi yang dapat

menyebabkan kerugian ekonomi mencapai tiga triliun

lebih setiap tahunnya. Kerugian ekonomi meliputi biaya

kesehatan masyarakat akibat malaria sebesar 40%, serta

menurunkan Produk Domestik Bruto sebesar 1,3% (PDB)

(WHO, 2010). Malaria juga senantiasa menimbulkan

dampak negatif bagi kesehatan bahkan kematian terutama

pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, balita dan ibu hamil

(Depkes, 2008).

Penyebaran malaria merata di daerah tropis dan

subtropis, pada wilayah yang terletak pada 60o lintang

utara sampai dengan 32o lintang selatan, dari daerah

Page 65: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

52

dengan ketinggian 433 meter di bawah permukaan laut

sampai dengan daerah yang ketinggiannya mencapai 2.666

m dpl (Ariati, 2004). Sebaran ini mulai dari daerah yang

tidak berpenghuni hingga daerah yang berpenduduk padat

yang mengakibatkan tingginya manusia berisiko tertular

malaria.

Pada tahun 2000, malaria masuk sebagai prioritas

target ke 8 Millenium Development Goals (MDGs) yang

dideklarasikan oleh 189 negara anggota PBB, termasuk

Indonesia. Eliminasi malaria di Indonesia telah dimulai

sejak tahun 2004 dengan sasaran pada tahun 2030

Indonesia bebas dari malaria. Berbagai intervensi telah

dilakukan untuk tujuan percepatan penanggulangan

malaria, antara lain penggunaan kelambu berinsektisida

untuk penduduk berisiko, pengobatan yang tepat untuk

penduduk yang terinfeksi menggunakan Artemisinin Based

Combination Therapy (ACT), penyemprotan rumah dengan

insektisida, dan pengobatan pencegahan pada ibu hamil

(Balitbangkes, 2010).

Indonesia sebagai wilayah yang beriklim tropis,

merupakan daerah yang cocok bagi perkembangbiakan

nyamuk penular (vektor) malaria. Menurut catatan Lokollo

(1993) dalam orasi ilmiah Guru Besar di UNDIP Semarang,

masalah malaria di Indonesia berkaitan dengan jumlah

penduduk yang menempati urutan 4 dunia dan disparitas

tingkat kemampuan sumber daya manusia, sehingga

menyebabkan usaha pemberantasan tidak dapat dilakukan

Page 66: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

53

secara serempak di seluruh tanah air. Data kasus baru

malaria dalam satu tahun (2009/2010) yang diperoleh

melalui wawancara anggota rumah tangga di seluruh

Indonesia adalah 22,9‰, lebih banyak pada laki-laki

(24,9‰), pada pendidikan tidak tamat SD (27,5‰), serta

pada daerah pedesaan (29,8‰). Untuk kawasan luar pulau

Jawa dan Bali, besarnya angka kasus baru malaria adalah

45,2‰ (Balitbangkes, 2010).

Sebagai contoh kasus adalah kasus malaria di

Provinsi Jambi yang mencapai 52,3‰ (Balitbangkes, 2010).

Penelitian Taviv (2008), menjelaskan bahwa di antara

penyakit tular vektor di wilayah Provinsi Jambi, yang paling

dominan adalah malaria dengan jumlah yang mengalami

fluktuasi dalam kurun waktu 2005 – 2008 (Gambar 4.1).

Gambar 4.1.

Jumlah Penderita Malaria di Provinsi Jambi

pada Tahun 2005-2008

Sumber : bankdata.depkes.go.id

Page 67: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

54

Pada periode tahun 2005-2008, walaupun terjadi

fluktuasi, tapi Jumlah penderita malaria di Provinsi Jambi

cenderung mengalami kenaikan. Munculnya kasus baru

malaria dalam kurun waktu tiga tahun berturut-turut

menempatkan Provinsi Jambi sebagai wilayah endemik

malaria tinggi.

Malaria dominan disebabkan oleh parasit

Plasmodium falcifarum dan P. vivax atau campuran

keduanya, ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp.

Proses penularan terjadi apabila nyamuk yang telah

terinfeksi Plasmodium spp. mengeluarkan ludah sewaktu

menggigit manusia yang mengandung parasit dalam

bentuk sporozoit, selanjutnya berkembang dalam tubuh

manusia dan dapat menyebabkan malaria. Apabila

penderita malaria digigit oleh nyamuk Anopheles spp,

parasit dalam bentuk gametosit akan ikut terhisap,

selanjutnya akan berkembang dalam tubuh nyamuk untuk

kemudian menularkan kepada manusia lain.

Mengendalikan nyamuk vektor malaria secara

efektif dan efisien, perlu dilakukan berdasarkan dukungan

data entomologi, terutama yang berkaitan dengan

pemetaan fauna nyamuk dan monitoring populasi nyamuk

secara berkelanjutan. Pelaksanaan pengembangan

program pengendalian nyamuk, dapat dilakukan dengan

menggabungkan cara kimia dan non kimia, serta

penyuluhan kepada masyarakat secara terus menerus

(Depkes. 2008).

Page 68: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

55

Menurut catatan Sigit (2006) dalam Hama

Pemukiman Indonesia, jumlah nyamuk yang teridentifikasi

di dunia telah mencapai 3.100 spesies dan 34 genus. Di

Indonesia, terdapat 457 spesies nyamuk, di antaranya

terdapat 80 spesies Anopheles spp., yang telah dinyatakan

sebagai vektor sebanyak 25 spesies dengan tempat

perkembangbiakan yang berbeda. Salah satu spesies

nyamuk Anopheles yang telah dikonfirmasi sebagai vektor

adalah An. nigerrimus.

ANOPHELES NIGERRIMUS

Nyamuk An. nigerrimus telah dikonfirmasi sebagai

vektor malaria dan filariasis. Di Indonesia banyak

ditemukan di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi

(Gandahusada, 2006). Pertama kali dikonfirmasi sebagai

vektor malaria di Palembang Sumatera Selatan pada tahun

1940. Nyamuk An. nigerrimus dahulu dikenal sebagai An.

hyrcanus varian X, kemudian Giles pada tahun 1900

memberikan nomenklatur An. nigerrimus (www.wrbu.org)

karena memiliki karakteristik morfologi berbeda dengan

spesies An. hyrcanus lainnya. Perbedaan tersebut meliputi

tidak adanya tanda gelap preapical urat 1 tanpa sisik-sisik

pucat atau kalaupun ada hanya sedikit, gelang-gelang tarsi

kaki belakang berukuran sedang dan gelang pucat pada

ruas 3-4 sama panjangnya dengan atau kurang dari ruas 5,

bagian apex tarsi kaki belakang bergelang pucat yang

lebar, di sternit VII abdomen ada sikat terdiri sisik-sisik

gelap, segmen pada ujung palpi jarang dan seluruhnya

Page 69: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

56

pucat, serta palpi dengan gelang-gelang pucat (O’connor

dan Soepanto, 1979).

Laporan kegiatan Laboratorium Entomologi Loka

Litbang P2B2 Ciamis di Provinsi Jambi, menyebutkan dalam

penangkapan nyamuk Anopheles spp. di Desa Selat

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari, telah

ditemukan 6 spesies nyamuk Anopheles spp. yaitu An.

nigerrimus, An. tesellatus, An. vagus, An. kochi, An.

barbirostris, dan An. indefinitus. Nyamuk Anopheles spp.

yang telah dinyatakan sebagai vektor adalah An.

nigerrimus, sedangkan 5 spesies yang lainnya masih

dinyatakan sebagai suspect vektor malaria di wilayah

Jambi. Nyamuk An. tesellatus telah dinyatakan positif

sporozoit di daerah Sumatera, Papua dan Maluku, An.

vagus positif sporozoit di daerah Sulawesi Utara dan

Sukabumi, nyamuk An. kochi positif sporozoit di daerah

Sulawesi Tenggara, nyamuk An. barbirostris positif

sporozoit di daerah NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi

Tenggara, dan nyamuk An. indefinitus masih belum

dinyatakan sebagai vektor (Depkes, 1985).

Hardwood & James (1979) menjelaskan bahwa

parameter yang mempengaruhi status nyamuk Anopheles

spp. menjadi vektor adalah :

1) Kemampuan nyamuk menerima dan mendukung

pertumbuhan parasit patogen,

2) Spesifisitas inang vertebrata terhadap patogen,

3) Mobilitas nyamuk,

Page 70: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

57

4) Umur nyamuk,

5) Frekuensi menghisap darah manusia,

6) Kepadatan nyamuk, dan

7) Kemampuan nyamuk untuk beradaptasi terhadap

pengaruh dari luar tubuh, terutama kerentanan nyamuk

terhadap insektisida.

Nyamuk An. nigerrimus pernah dilaporkan positif

mengandung sporozoit di daerah Benteng Sulawesi Selatan

dengan sporozoit indeks 9,2%. Kemudian, ditemukan pula

mengandung sporozoit di daerah Karangbinangoen,

Lamongan, Jawa Timur dengan sporozoit indeks 10%. Hasil

perhitungan kapasitas vektorial di daerah Kecamatan Teluk

Dalam, berkisar antara 0,002 – 3,732 (Boewono, 1994;

1997).

Habitat nyamuk An. nigerrimus yang dilaporkan

dari Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat adalah

pesawahan atau kolam air yang tergenang disekitar

pesawahan dengan suhu air antara 22,9oC – 31,2

oC,

konsentrasi ion hydrogen berkisar antara 6,44 – 7,88, nilai

kekeruhan antara 70 – 150 NTU (nephelometric turbidity

unit) (Saleh, 2002). Nyamuk ini menyukai habitat

perkembangbiakan dataran rendah dan lembah yang

dingin dengan vegetasi mengapung di permukaan air serta

terkena sinar matahari langsung, seperti kanal, rawa-rawa,

kolam dengan arus yang deras, dan sawah.

Penelitian Saleh (2002) menjelaskan pula bahwa

An. nigerrimus ditemukan sepanjang malam disekitar

Page 71: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

58

kandang ternak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa di wilayah

endemik malaria Dusun Mataram Lengkong Kabupaten

Sukabumi, An. nigerrimus merupakan nyamuk yang paling

dominan di antara 7 spesies Anopheles spp. yang

tertangkap, aktif menggigit manusia di dalam rumah mulai

pukul 18.00 s.d. 06.00 WIB dan di luar rumah mulai pukul

19.00 s.d. 24.00 WIB.

Salah satu syarat nyamuk dapat dikatakan sebagai

vektor adalah adanya interaksi langsung antara nyamuk

dengan manusia. Nyamuk An. nigerrimus memiliki

kebiasaan menggigit/menghisap darah manusia sepanjang

malam baik di dalam maupun di luar rumah, mulai pukul

18.00 - 06.00 WIB.

Salah satu upaya dalam eliminasi malaria adalah

penggunaan kelambu ketika tidur di malam hari. Penelitian

Taviv (2008) membuktikan bahwa di Jambi penggunaan

kelambu oleh penduduk, berpengaruh terhadap

penurunan angka kesakitan malaria. Penduduk yang tidak

menggunakan kelambu berpeluang tertular malaria 2,14

kali lebih tinggi dibanding yang menggunakan kelambu

berinsektisida. Sedangkan penduduk yang menggunakan

kelambu tidak berinsektisida, berpeluang tertular malaria

1,4 kali lebih tinggi dibanding yang menggunakan kelambu

berinsektisida.

Oleh karena itu, penduduk yang berisiko tertular

malaria, disarankan menggunakan kelambu berinsektisida

pada saat tidur di malam hari sebagai upaya mengurangi

Page 72: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

59

kontak dengan nyamuk dalam upaya menekan penularan

malaria.

PENUTUP

Nyamuk An. nigerrimus telah dikonfirmasi sebagai

vektor malaria. Apabila di daerah yang berisiko terjadi

penularan malaria ditemukan An. nigerrimus, perlu

dilakukan kajian entomologi lebih lanjut, khususnya yang

bertujuan untuk mengetahui kapasitas vektorial sebagai

upaya kewaspadaan dini terhadap peningkatan laju

interaksi vektor dengan agent.

DAFTAR PUSTAKA

Ariati Y. 2004. Studi Kromosom Mitotik Vektok Malaria Nyamuk

Anopheles maculutus Theobald Di Daerah Purworejo,

Jawa Tengah. Tesis Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Balitbangkes. 2010. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS 2010.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Boewono DT, et al. Penentuan Vektor Malaria Di Kecamatan

Teluk Dalam Nias. Cermin Dunia Kedokteran No.

118/1997. http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/

cdk_118_malaria.pdf. Diunduh tanggal 22 Desember

2011.

Damar T, Sustriayu N, Sularto T, Mujiono, Sukarno. 1994.

Anopheles hyrcanus spesies group dan potensinya sebagai

vektor malaria di pulau Nias.

Page 73: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

60

Damar T, Sustriayu N, Sularto T, Mujiono, Sukarno. 1997.

Penentuan Vektor Malaria Di Teluk Dalam, Nias. Cermin

Dunia Kedokteran No. 118 ; 9-14.

Depkes. 1985. Vektor Malaria Di Indonesia. Direktorat Jenderal

Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan Pemukiman, Departemen Kesehatan RI.

Jakarta. 39p.

Depkes. 1987. Pemberantasan Vektor dan Cara-Cara

Evaluasinya. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit

Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman,

Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 35p.

Depkes. 2008. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria Di

Indonesia. Dit.Jen.P2PL, Depkes RI. Jakarta.

Gandahusada S. 2006. Parasitologi Kedokteran. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Hardwood & James. 1979. Entomology and Human and Animal

Health. 4th

ed. Mac Millan Publishing Co. Inc. New York.

Harrison and Scanlon 1975 :65 (M*, F*, P*, L*; distr.). Anopheles

nigerrimus. www.wrbu.org/SpeciesPages_ANO/ANO_A-

hab/ANnig_hab.html. Diunduh tanggal 22 Desember

2011.

Husin H. 2007. Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria Di

Puskesmas Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut Kota

Bengkulu Propinsi Bengkulu. Tesis Program Pascasarjana

UNDIP Semarang. http://eprints.undip.ac.id/17530/

1/Hasan_Husin.pdf. Diunduh tanggal 22 Desember 2011.

Laporan Kegiatan Penangkapan Nyamuk Laboratorium

Entomologi, Loka Litbang P2B2 Ciamis. (onprogress)

Page 74: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

61

Lokollo DM. 1999. Penanggulangan Malaria Untuk Menyehatkan

Masyarakat Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Sumber

Daya Manusia Indonesia. Dalam Pidato Pengukuhan Guru

Besar. http://eprints.undip.ac.id/205/1/Daniel_Marinus

Lokollo.pdf. Diunduh tanggal 22 Desember 2011

Nasrorudin, dkk. 2007.Penyakit Infeksi Indonesia, Solusi Kini dan

Mendatang. Airlangga University Press. Surabaya

O’connor dan Soepanto. 1979. Kunci Bergambar Nyamuk

Anopheles Dewasa. Dirjen P2MPL Depkes RI. Jakarta

Pusdatin Depkes RI. www.bankdata.depkes.go.id

Rampengan T H. 2007.Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. EGC.

Jakarta

Saleh DS. Studi Habitat Anopheles nigerrimus Giles 1900 dan

Epidemiologi Malaria Di Desa Lengkong Kabupaten

Sukabumi. Tesis Program Pascasarjana IPB. 2002.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/

6452/Cover_2002dss.pdf?sequence=7. Diunduh tanggal

22 Desember 2011

Sigit SH, et. al. 2006. Hama Permukiman Indonesia, Pengenalan,

Biologi, dan Pengendali Anopheles Unit Kajian

Pengendalian Hama Pemukiman IPB. Bogor

Simanjuntak P H, Arbani P R. 1989. Status Malaria Di Indonesia.

Cermin Dunia Kedokteran No. 55/0125 – 913X.hal 3-7

Taviv Y, Salim M, Yenny A. 2008. Perilaku Penggunaan Kelambu

Dan Rumah Sehat Terhadap Kejadian Penyakit Tular

Vektor (Malaria, Filariasis, DBD) Pada Masyarakat di

Propinsi Jambi

World Health Organization-WHO. 2010. Fact_Sheet Malaria.

http://whqlibdoc.who.int diunduh tanggal 22 Desember

2011

Page 75: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

62

Page 76: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

63

Bab 5.

Anopheles spp. di Kecamatan Amurang,

Kabupaten Minahasa Selatan,

Sulawesi Utara

Joni Hendri, Djani H. W. Hermanus

PENDAHULUAN

Malaria masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat dibeberapa wilayah di Indonesia, termasuk di

Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara

(Anonim, 2011) yang pada tahun 2010 ditemukan 135

kasus positif malaria (Dinkes Kab. Minahasa Selatan, 2010).

Salah satu daerah endemis malaria di Kabupaten

Minahasa Selatan adalah Kecamatan Amurang terutama di

Desa Ranoketang Tua. Desa tersebut terletak kurang lebih

275 meter di atas permukaan laut (dpl). Keadaan

geografisnya berbukit-bukit dan merupakan daerah

perkebunan kelapa. Mata pencaharian penduduk

umumnya bekerja sebagai petani kelapa yang sehari-hari

merawat dan memanen kelapa untuk dijual ke perusahaan

kopra.

Page 77: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

64

Kasus malaria di Desa Ranoketang Tua selalu ada

tiap bulannya dan cenderung meningkat pada bulan yang

sama. Berdasarkan wawancara dengan petugas Puskesmas

setempat, pada Bulan Agustus 2011 terdapat 2 kasus

positif malaria Plasmodium vivax dengan indikasi

penularan setempat.

Kegiatan yang penting dalam eliminasi malaria di

Indonesia adalah pengendalian vektor karena penularan

malaria dari orang sakit ke orang sehat umumnya melalui

perantaraan nyamuk Anopheles spp. Maka, di setiap

daerah endemis malaria diperlukan informasi vektor

termasuk bionomiknya sebagai dasar pengendalian yang

tepat. Pengamatan vektor di Provinsi Sulawesi Utara,

dilakukan melalui kerjasama dengan Global Fund di Desa

Ranoketang Tua di Kecamatan Ranoketang Tua dengan

tujuan mengetahui fauna nyamuk sesaat.

METODE PENELITIAN

Pengamatan dilakukan pada bulan September 2011

selama satu malam. Pengumpulan data dilakukan dengan

metode survai entomologi sesaat (spot survey) meliputi

survai nyamuk dewasa berdasarkan metode baku Ditjen

P2M&PL (2003). Survey dilakukan pada malam hari dari

jam 18.00 sampai jam 06.00 pagi hari, dengan jumlah

penangkap 9 orang yang dibagi ke dalam 3 tim untuk 3

rumah.

Page 78: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

65

Kegiatan penelitian meliputi penangkapan nyamuk

dengan umpan orang (man landing collection) di dalam

dan di luar rumah, penangkapan nyamuk resting dinding,

penangkapan nyamuk resting sekitar kandang, dan

penangkapan nyamuk resting alam. Identifikasi nyamuk

Anopheles spp. dilakukan berdasarkan Kunci Identifikasi

Nyamuk oleh O’Connor dan Arwati (1999). Data yang

diperoleh diolah dan didistribusikan dalam bentuk tabel

dan gambar untuk memperoleh informasi sesuai dengan

tujuan survei.

HASIL PENELITIAN

Nyamuk tertangkap selama penelitian sebanyak

712 ekor, yang terdiri dari 3 spesies yaitu An. barbirostris,

An. parangensis dan An. flavirostris.

Ketiga spesies Anopheles spp. ditemukan melalui

metode umpan orang di luar dan di dalam rumah maupun

resting di sekitar kandang. Sedangkan yang istirahat di

dinding hanya ditemukan An. barbirostris (Tabel 5.1).

Page 79: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

66

Tabel 5.1.

Frekuensi Anopheles spp. yang Tertangkap Malam Hari dengan

Berbagai Metode Penangkapan

Jam

Penangkapan Spesies

Metode Penangkapan

UOD OUL DD KD

18.00-06.00

(12 jam)

An. barbirostris 0,67 0,67 0,42 1,00

An. parangensis 0,08 0,33 0 1,00

An. flavirostris 0,17 0,42 0 0,50

Sumber : Data Primer

Keterangan:

- UOD = Umpan Orang Dalam rumah

- UOL = Umpan Orang Luar rumah

- DD = Dinding Dalam rumah

- KD = Di sekitar Kandang ternak

Frekuensi kemunculan tertinggi pada metode

umpan orang baik di dalam maupun di luar rumah adalah

An. barbirostris. Di setiap jam penangkapan, An.

barbirostris juga mendominasi jumlah nyamuk yang

tertangkap kecuali pada jam ke-10 dan jam ke-11. Pada

penangkapan resting kandang, An. barbirostris dan An.

parangensis merupakan dua spesies yang selalu ditemukan

pada setiap jam penangkapan. Kelimpahan nisbi untuk

masing-masing spesies seperti tergambar pada Tabel 5.2.

Page 80: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

67

Tabel 5.2.

Kelimpahan Nisbi Spesies Anopheles spp. yang Tertangkap

Malam Hari dengan Berbagai Metode Penangkapan

Spesies

Metode Penangkapan

UOD UOL DD KD

Jml % Jml % Jml % Jml %

An. barbirostris 18 0,78 28 0,62 5 1,00 46 0,07

An. ophelesparangensis 1 0,04 5 0,11 0 0 587 0,92

An. flavirostris 4 0,18 12 0,27 0 0 6 0,01

Jumlah 23 1,00 45 1,00 5 1,00 639 1,00

Sumber : Data Primer

Data hasil survai menunjukkan bahwa An.

barbirostris merupakan spesies dengan kelimpahan nisbi

tertinggi pada metode umpan orang baik didalam maupun

diluar serta resting dinding dengan angka dominansi 12

(UOD), 18,67 (UOL) dan 1,67 (DD). Sedangkan An.

parangensis merupakan spesies dengan kelimpahan nisbi

tertinggi pada penangkapan resting kandang dengan angka

dominansi 587.

Pada penangkapan pagi hari dengan sasaran

nyamuk resting tidak diperoleh satu spesies pun dari

semua lokasi yang diduga menjadi tempat nyamuk

beristirahat.

Page 81: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

68

PEMBAHASAN

Hasil spot survey entomologi malaria di Desa

Ranoketang Tua Kecamatan Amurang Minahasa Selatan

menunjukkan bahwa walaupun jumlah spesies yang

tertangkap hanya 3 spesies, namun jumlah nyamuk yang

diperoleh cukup banyak. Hal ini dimungkinkan karena

banyaknya tempat perindukan potensial di sekitar

pemukiman penduduk berupa kolam ikan terbengkalai dan

beberapa telaga. Di sekeliling kolam atau telaga banyak

dipenuhi pohon gulma dan semak semak lainnya. Sedang

di dalam kolam banyak ditumbuhi tanaman air dan jatuhan

daun kering, sehingga cocok sebagai tempat perindukan

nyamuk Anopheles terutama An. barbirostris seperti

pernah ditemukan ditempat lain di Sulawesi (Jastal, dkk,

2003).

Semua spesies nyamuk yang ditemukan

mempunyai frekuensi kemunculan yang berbeda tiap jam

penangkapan. Jika menilai hasil yang diperoleh melalui

metode umpan orang, diperoleh informasi bahwa nyamuk

hanya dapat tertangkap sampai jam ke 9 selanjutnya baru

muncul kembali pada jam ke 12. Hal ini diduga karena

adanya angin yang cukup kencang menjelang pagi hari di

lokasi survei.

Ketiga spesies nyamuk yang ditemukan merupakan

spesies yang ditempat lain di Sulawesi merupakan nyamuk

yang diduga kuat sebagai vektor karena pernah

dikonfirmasi (Uji ELISA/Enzyme-Linked Immunosorbent

Page 82: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

69

Assay) sebagai suspect vector malaria di Sulawesi

(Marwoto, dll., 1996). Adanya perbedaan spesies vektor

antara tempat satu dengan tempat lainnya sangat mungkin

terjadi. Selain itu adanya lebih dari satu spesies yang

diduga vektor di suatu tempat juga sering terjadi, seperti

yang diperoleh dari penelitian lainnya di Sulawesi

(Sukowati, dkk., 2004 & Jastal, dkk., 2003).

Nyamuk dikatakan menjadi vektor jika terdapat

kontak dengan manusia dalam aktifitasnya mencari darah.

Metode yang paling sering digunakan untuk mengetahui

kebiasaan nyamuk dalam mencari darah manusia adalah

dengan metode umpan orang. Dengan melihat hasil

penangkapan di Desa Ranoketang Tua dengan metode

tersebut, diperoleh informasi bahwa ketiganya aktif dalam

mencari darah manusia dengan frekuensi dan kelimpahan

nisbi yang berbeda.

Nyamuk An. parangensis merupakan spesies

dengan angka kelimpahan nisbi tertinggi pada

penangkapan di sekitar kandang, hanya sebagian kecil saja

yang diperoleh dari hasil pengkapan umpan badan. Dengan

demikian ada kecenderungan nyamuk tersebut lebih

menyukai hewan (zoofilik). Sedangkan An. barbirostris

merupakan nyamuk yang diduga kuat sebagai vektor di

Desa Ranoketang Tua karena mendominasi kemunculan

maupun jumlah hasil penangkapan metode umpan orang

di dalam maupun di luar rumah. Di beberapa penelitian

lain, An. barbirostris merupakan nyamuk yang diduga

Page 83: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

70

bertanggung jawab pada penularan malaria di Sulawesi

Utara (Nurdin, et al, 2003 dan Hanley, 2001). Selain An.

barbirostris, An. flavirostris juga merupakan spesies yang

mempunyai kandidat sebagai vektor di Desa Ranoketang

Tua. Walaupun dengan angka angka dominansi lebih

sedikit, tapi lebih dari 70% yang tertangkap merupakan

hasil penangkapan metode umpan badan terutama di luar

rumah, sehingga lebih bersifat antropofilik.

Penelitian ini hanya bersifat survai sesaat sehingga

perlu adanya longitudinal survey untuk memperoleh

informasi yang lebih lengkap mengenai fauna dan

bionomik nyamuk di Desa Ranoketang Tua. Selain itu

pembuktian yang lebih lanjut berdasarkan pada adanya

Plasmodium spp. dalam tubuh nyamuk baik melalui

pembedahan kelenjar ludah maupun berdasarkan

biomolekuker (PCR/Polymerase Chain Reaction) akan lebih

memastikan nyamuk Anopheles spp. yang

bertanggungjawab pada penularan malaria di Desa

Ranoketang Tua.

KESIMPULAN

Nyamuk Anopheles spp. yang ditemukan dengan

berbagai metode penangkapan adalah 3 spesies yaitu An.

barbirostris, An. parangensis dan An. flavirostris. Nyamuk

An. barbirostris mendominasi kemunculan maupun jumlah

Page 84: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

71

yang tertangkap pada metode umpan orang dan resting

dinding.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Manado today: Penyakit Malaria Mulai ‘Serang’

Minsel. (http://www.manadotoday.com/penyakit-

malaria-mulai-‘serang’-minsel/21186.html, diakses

tanggal 29 Desember 2011)

Anonime.2010. Profil Puskesmas Kecamatan Amurang.

Minahasa selatan : Dinas Kesehatan Minahasa Selatan

Chadijah, S. Veridiana, N.N dan Kurniawa, A. 2010. Konfirmasi

Nyamuk Anopheles Sebagai Vektor Malaria Dengan Elisa

Di Desa Pinamula Kec. Momunu Kab. Buol. Jurnal Vektor

Penyakit Vol IV(1): 1-8

Dinkes Kab. Minahasa Selatan. 2010. Laporan Analisis Situasi

Malaria Kabupaten Minahasa Selatam. Minahasa selatan.

Ditjen PPM&PL.2003. Modul Entomologi Malaria 3. Jakarta:

Depkes RI.

Jastal, Wijaya, Y. Wibowo, T dan Patonda, M. 2003. Beberapa

Aspek Bionomik Malaria Di Sulawesi Tengah. Jurnal

ekologi Kesehatan Vol. 2(2); 217-222

Marwoto, H.A. Richie, T.L. Atmosoedjono, S. Tuti, S dan

Tumewu, M. 1996.Transmisi Lokal Malaria Di Kodya

Manado. Bull. Penelitian Kesehatan Vol.24(4): 60-68

NAMRU-2 dalam Hanley, D. 2001. Malaria Fast and Present: The

Case of North Sulawesi, Indonesia. Southeast Asian Trop

Med Publicc Health Vol.32(3) pp:595-607

Page 85: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

72

Nurdin, A. Syafruddin, D. Wahid, I. Noor, N.N. Sunahara, T. Dan

Mogi, M. 2003. Malaria and Anopheles spp in the villages

of Salubarana and Kadaila, Mamuju District, South

Sulawesi Province, Indonesia. Med J Indones Vol.12: 252-

259

O’Connor dan Arwati, S. 1999. Kunci Bergambar untuk

Anopheles Betina Di indonesia: edisi 3. Ditjen

PPM&PL:Depkes RI. Jakarta

Sukowati, S. Andris, H. Sondakh, J dan Shinta. 2004. Penelitian

Spesies Sibling Anopheles Barbirostris Vander Wulp Di

Indonesia. Jurnal ekologi Kesehatan Vol. 4(1); 172-180

Page 86: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

73

Bab 6.

Fauna Sesaat Nyamuk Anopheles spp.

di Desa Modu Waimaringu,

Kecamatan Kota Waikabubak,

Kabupaten Sumba Barat

Heni Prasetyowati, Asep Jajang K.

PENDAHULUAN

Nyamuk kerap kali menjadi masalah dalam

kehidupan manusia, salah satunya karena dapat menjadi

vektor penyakit. Vektor adalah arthropoda yang dapat

menimbulkan dan menularkan infectious agent dari

sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Dalam

kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok

vektor, dapat merugikan kehidupan manusia karena

disamping mengganggu secara langsung juga dapat

sebagai perantara penularan penyakit (Hadi dan

Koesharto, 2006).

Anopheles merupakan genus nyamuk yang dalam

berbagai laporan penelitian disebutkan sebagai vektor

Page 87: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

74

malaria. Tiga spesies di antaranya telah dikonfirmasi

sebagai vektor malaria di Propinsi Nusa Tenggara Timur

(NTT) yaitu Anopheles barbirostris, An. subpictus, dan An.

sundaicus (Loka Litbang P2B2 Waikabubak, 2011).

Kabupaten Sumba Barat terletak di Pulau Sumba

Provinsi NTT, merupakan daerah endemis malaria dengan

jumlah kasus malaria klinis yang tinggi. Tahun 2007

ditemukan 10.382 kasus dengan annual malaria incidence

(AMI) 104‰ dan tahun 2008 naik menjadi 14.879 kasus

dengan AMI 143‰. Angka kematian penderita malaria

yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Sumba Barat pada

tahun 2007 adalah 20 orang, tahun 2008 sebanyak 14

orang, dan tahun 2009 sebanyak empat orang (Anonim,

2009).

Salah satu desa di Kabupaten Sumba Barat dengan

kesakitan malaria tinggi adalah Desa Modu Waimaringu

yang terletak di Kecamatan Kota Waikabubak. Bentang

alamnya meliputi persawahan dan semak, ditemukan

adanya genangan air berupa kubangan ternak yang dapat

dijadikan sebagai tempat potensial perkembangbiakan

nyamuk Anopheles spp. Karena kasus penyakit tular vektor

khususnya malaria masih cukup tinggi, maka diperlukan

informasi jenis nyamuk Anopheles spp. dan segala

aspeknya sebagai dasar pengendalian.

Page 88: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

75

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Desa Modu Waimaringu,

Kecamatan Kota Waikabubak Kabupaten Sumba Barat.

Pengumpulan data dengan survai entomologi sesaat (spot

survey) pada pukul 18.00-06.00 WITA dengan

penangkapan nyamuk resting di sekitar kandang dan

umpan orang. Nyamuk yang tertangkap, diidentifikasi

menggunakan kunci identifikasi nyamuk oleh O’Connor

dan Arwati (1999). Data yang di peroleh kemudian

dianalisis secara deskriptif.

HASIL PENELITIAN

Pengamatan hanya menghasilkan 5 spesies nyamuk

dewasa yang tertangkap yaitu An. barbirostris, An. vagus,

An. indefinites, An. tesselatus dan An. anullaris dengan

jumlah yang berbeda setiap spesiesnya (Tabel 6.1).

Nyamuk yang paling banyak tertangkap adalah An.

barbirostris yaitu 127 ekor, urutan kedua adalah An. vagus

sebanyak 97 ekor, dan urutan ketiga adalah An. indefinitus

sebanyak 28 ekor. Selain penangkapan nyamuk, juga

dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban dengan

menggunakan alat hygrothermometer, suhu yang terukur

rata-rata 24oC dan kelembaban rata-rata 68%.

Page 89: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

76

Tabel 6.1.

Jumlah dan Spesies Nyamuk Anopheles

yang Tertangkap di Desa Modu Waimaringu

SPESIES

JUMLAH (EKOR)

TOTAL KELIMPAHAN

NISBI KANDANG UMPAN

ORANG

An. barbirostris 125 2 127 55,9%

An. vagus 97 0 97 42,7%

An. indefinitus 28 0 28 12,3%

An. tesselatus 4 0 4 1,7%

An. Anullaris 1 0 1 0,4%

TOTAL 225 2 227 100%

Sumber: Data Primer

PEMBAHASAN

Survai entomologi sesaat Desa Modu Waimaringu

mendapatkan 5 spesies nyamuk, An. barbirostris adalah

spesies yang paling dominan dengan jumlah yang

tertangkap sebanyak 127 ekor. Spesies ini terdapat di

seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di

dataran rendah. Jentik biasanya berkembang dalam air

jernih, alirannya tidak begitu cepat, ada tumbuh–

tumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti

sawah dan parit.

Bentang alam di Desa Modu Waimaringu terdiri

dari sawah dan semak serta banyak kubangan ternak,

sangat cocok sebagai tempat perkembangbiakan An.

barbirostris. Ini sesuai dengan Jastal, dkk. (2003) yang

Page 90: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

77

mengemukakan bahwa nyamuk An. barbirostris menyukai

tempat perkembangbiakan berupa kolam, sawah yang

dipenuhi pohon gulma dan semak lainnya.

Keragaman nyamuk Anopheles spp. di Desa Modu

Waimaringu lebih sedikit dibandingkan yang tertangkap di

Kabupaten Sumba Barat Daya. Penelitian fauna Anopheles

spp. di Kabupaten Sumba Barat Daya pernah dilakukan di

tiga lokasi yaitu desa Weepaboba, Pero Batang dan

Kalimbuweri oleh Adnyana dkk (2012). Data dikumpulkan

berdasarkan penangkapan nyamuk dewasa dengan

metode landing collection di dalam maupun di luar rumah

serta resting collection di dinding dan kandang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fauna spesies

Anopheles di lokasi penelitian terdiri dari An. barbirostris,

An. maculatus, An. aconitus, An. annullaris, An. tesselatus,

An. vagus, An. indefinitus, An. kochi dan An. subpictus.

Terdistribusi pada masing-masing lokasi, Desa Kalimbuweri

keragamannya cukup tinggi terdiri dari 8 spesies kecuali

An. subpictus. Sedangkan desa Weepaboba dan Pro Batang

masing-masing tiga spesies yaitu An. vagus, An. indefinitus,

An. kochi dan An. vagus, An. kochi, An. subpictus.

Di Kabupaten Sumba Barat, nyamuk An. barbirostris

merupakan vektor potensial penular malaria, selain An.

sundaicus dan An. subpictus. Nyamuk An. barbirostris telah

dinyatakan sebagai vektor malaria di Propinsi Nusa

Tenggara Timur. Pengamatan yang diiakukan di Dusun

Lifuleo, didapati bahwa nyamuk An. barbirostris menggigit

Page 91: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

78

manusia pada siang hari; spesies lain yaitu An. subpictus

(Laumalay, 2012). Nyamuk An. barbirostris menggigit

manusia setiap jam sepanjang hari (malam dan siang)

dengan kepadatan yang berbeda-beda setiap jamnya.

Sedangkan An. subpictus menggigit hanya pada malam

hari. Habitat perkembangbiakan kedua spesies pada

tempat yang sama.

Nyamuk An. vagus adalah spesies dominan kedua

setelah An. barbirostris, tempat perkembangbiakan yang

disenangi adalah air yang tidak mengalir. Jenis perairan

yang sama juga disenangi nyamuk An.indefinitus, An.

leucosphirus sebagai tempat berkembang biak. Air yang

tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat

disenangi oleh An. aconitus, An. vagus, An. barbirostris, An.

anullaris untuk berkembang biak.

Hasil pengamatan menghasilkan nyamuk An.

barbirostris di Desa Modu Waimaringu sebagai populasi

yang dominan. Di tempat lain di NTT, An. barbirostris telah

terbukti sebagai vektor malaria, dengan demikian spesies

nyamuk ini perlu diwaspadai untuk mencegah meluasnya

penularan malaria di desa tersebut.

KESIMPULAN

Fauna nyamuk yang ditemukan di Desa Modu

Waimaringu adalah An. barbirostris, An. vagus, An.

indefinites, An. tesselatus dan An. anullaris. Spesies yang

Page 92: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

79

paling banyak di temukan adalah An. barbirostris yang

merupakan vektor penyakit malaria di Kabupaten Sumba

Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Barat

tahun 2009. DKK Sumba Barat

Hadi UK, Koesharto FX., 2006. Nyamuk. Di dalam: Sigit HS, Upik

KH. Editor. Hama permukiman Indonesia: Pengendalian,

BiologidanPengendalian. UKPHP FKH-IPB. Bogor. Hal 23-

51

Hanani M. Laumalay, Muhamad Kazwaini, Ni Wayan Dewy

Adnyana, Jeriyanto Lebadara, 2012. Studi Perilaku

Vektor Malaria Anopheles Barbirostris di Daerah

Tambak Bandeng, Dusun Lifuleo Desa Tuadale

Kecamatan Kupang Barat Tahun 2010. Laporan

Penelitian. Badan Litbang Penelitian Kesehatan RI,

Jakarta

Jastal, Wijaya, Y. Wibowo, T dan Patonda, M. 2003. Beberapa

Aspek Bionomik Malaria Di Sulawesi Tengah. Jurnal

ekologi Kesehatan Vol. 2(2); 217-222

Loka P2B2 Waikabubak. 2011. Studi Kebijakan Dinamika

Penularan Malaria di Kecamatan Wanokaka Kabupaten

Sumba Barat. JKPKBPPK

Page 93: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

80

Ni Wayan Dewi Adnyana, Ruben W. Willa, Hanani M. Laumalay,

Agus Fatma Wijaya, 2012. Fauna Anopheles sp. Di

Kabupaten Sumba Barat Daya. Laporan Penelitian. Badan

Litbang Penelitian Kesehatan RI, Jakarta

Page 94: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

81

Bab 7.

Keanekaragaman Nyamuk Anopheles

(Diptera: Culicidae) di Dataran Rendah Pesisir,

Kabupaten Pangandaran

Pandji Wibawa Dhewantara, Firda Yanuar Pradani

PENDAHULUAN

Daerah dataran rendah di pesisir Pulau Jawa

merupakan daerah rawan malaria, karena menjadi habitat

beberapa jenis Anopheles spp. Secara keseluruhan di Pulau

Jawa telah dikonfirmasi 4 spesies Anopheles spp., sebagai

vektor malaria yaitu An. aconitus (di daerah persawahan

bertingkat), An. sundaicus (di daerah pesisir), An.

balabacensis, dan An. maculatus (di sungai-sungai kecil

daerah hutan atau pegunungan) (Kirnowardoyo, 1989).

Kemampuan nyamuk Anopheles spp. sebagai vektor

malaria di suatu wilayah, dipengaruhi beberapa faktor,

yaitu lama hidup, kepadatan, pilihan hospes atau kesukaan

menggigit, dan kerentanan terhadap infeksi parasit

Page 95: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

82

malaria, serta faktor lingkungan yang meliputi temperatur

dan kelembaban udara (Hodgkin, 1956).

Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007, Kabupaten

Ciamis adalah daerah yang mempunyai risiko malaria

cukup tinggi di Jawa Barat. Prevalensi malaria di Kabupaten

Ciamis (0,26%) lebih tinggi dari rerata Provinsi (0,23%)

(Badan Litbangkes, 2008). Data tersebut adalah waktu

wilayah Pangandaran masih bergabung dengan Kabupaten

Ciamis, tapi setelah Pangandaran menjadi daerah otonom

baru dengan nama Kabupaten Pangandaran pada tahun

2012, daerah pantai selatan yang merupakan daerah

endemis malaria bukan lagi wilayah Kabupaten Ciamis tapi

menjadi wilayah Kabupaten Pangandaran. Salah satu desa

di Kabupaten Pangandaran yang memiliki riwayat kasus

malaria tinggi adalah Desa Sukaresik Kecamatan Sidamulih

yang terletak di pantai Samudera Indonesia.

Dalam lima tahun terakhir, kasus malaria di Desa

Sukaresik serta Jawa Barat secara keseluruhan mengalami

penurunan secara signifikan. Data Dinas Kesehatan

Kabupaten Ciamis menunjukan di Desa Sukaresik pada

tahun 2008 ditemukan 6 kasus malaria dengan annual

parasite incidence mencapai 4,56‰. Malaria merupakan

re-emerging disease atau penyakit yang bisa muncul

kembali sesuai dengan perubahan fenomena alam

biasanya dalam periode lima atau sepuluh tahunan (WHO,

1993), misalnya mengikuti perubahan lingkungan yang

berkaitan dengan perkembangan nyamuk Anopheles spp.

Page 96: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

83

serta mobilisasi penduduk (Eylenbosch, W.J., 1988). Karena

itu, meskipun kasus malaria sedang dalam trend menurun

bahkan di beberapa wilayah telah menghilang, tapi di masa

yang akan datang sangat berpeluang untuk meningkat

kembali karena tersedianya faktor risiko penularan.

Dengan demikian, informasi keragaman jenis Anopheles

spp. termasuk bionomiknya di suatu daerah dengan

riwayat malaria tinggi, perlu terus diperbaharui sebagai

dasar upaya pengendalian berkelanjutan.

Salah satu upaya untuk mengidentifikasi jenis

nyamuk Anopheles spp. di Desa Sukaresik telah dilakukan

studi dengan tujuan mengetahui tingkat keragaman jenis

dan perilaku pemilihan hospes nyamuk Anopheles spp.

serta hubungan faktor lingkungan (suhu dan kelembaban

terhadap kelimpahan nyamuk Anopheles di alam.

METODE PENELITIAN

Dilakukan survai eksploratif fauna nyamuk

Anopheles spp. di Desa Sukaresik, Kecamatan Sidamulih,

Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat (07°40’47,63”S;

108°35’16,37”E) selama 3 bulan (September-November)

tahun 2011. Penangkapan nyamuk dilakukan dengan

metode WHO (1975), dengan umpan orang (human-

landing collection) di dalam dan luar rumah, penangkapan

nyamuk resting di dinding dan kandang. Penangkapan

nyamuk dilakukan oleh enam orang kolektor di tiga rumah

Page 97: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

84

dan kandang ternak dan dilakukan selama 12 jam (18.00 –

06.00). Nyamuk yang tertangkap diidentifikasi

menggunakan buku panduan identifikasi O’Connor dan

Soepanto (1979).

Data yang dikumpulkan meliputi jenis nyamuk

Anopheles spp. dan frekuensi tertangkap pada 10 kali

survei. Selanjutnya dilakukan analisis kuantitatif untuk

identifikasi kelimpahan relatif, frekuensi relatif, indeks

keragamanan dan indeks kesamaan jenis (evenness). Untuk

menguji hubungan antara kelimpahan jenis dan faktor

lingkungan (suhu dan kelembaban) dilakukan uji korelasi.

HASIL PENELITIAN

Desa Sukaresik berada di bagian selatan Kecamatan

Sidamulih yang berbatasan langsung dengan perairan

Samudera Indonesia, seluas 911.414 hektar. Wilayahnya

meliputi persawahan tadah hujan (282.220 ha),

permukiman (164.140 ha), ladang (417.227 ha), kolam

(9.500 ha), dan perairan binaan (pertambakan).

Kelimpahan Nisbi dan Frekuensi

Hasil survai ditemukan total 2.667 ekor nyamuk

Anopheles, terdiri dari 7 spesies yaitu An. sundaicus, An.

vagus, An. indefinitus, An. barbirostris, An. subpictus,

An. tesselatus, dan An. kochi; lebih dari 85% di antaranya

adalah An. sundaicus. Sedangkan An. subpictus, An.

Page 98: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

85

tesselatus, dan An. kochi merupakan tiga spesies dengan

kelimpahan relatif kurang dari 10%. Secara keseluruhan,

indeks keanekaan Shannon-Wiener (H’) sebesar 0,57 dan

Indeks dominansi (C) sebesar 0,75.

Lebih dari separuh nyamuk Anopheles spp.

tertangkap melalui penangkapan metode umpan orang

(1.457 ekor). Nyamuk yang tertangkap di luar rumah 2,5

kali lebih banyak dibandingkan yang tertangkap di dalam

rumah. Sedangkan pada penangkapan resting, lebih dari

90% nyamuk tertangkap di kandang ternak.

Nyamuk An. sundaicus dan An. barbirostris adalah

dua jenis nyamuk yang selalu ditemukan pada setiap

malam penangkapan. Sebaliknya, An. subpictus,

An. tesselatus, dan An. kochi merupakan spesies nyamuk

dengan frekuensi terendah sepanjang 10 kali pengamatan.

Page 99: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

86

Tabel 7.1.

Jenis dan Jumlah Masing-Masing Jenis Nyamuk Anopheles spp.

yang Tertangkap pada 10 Kali Pengamatan per Metode Penangkapan

Spesies

Jumlah Individu*

Total Kelimpahan

Relatif (%) Frek.

Frek.

Relatif

(%)

Umpan Orang Resting

Dalam Luar Dinding Kandang

An. sundaicus 418 1012 67 805 2302 86,31 10 100

An. vagus 2 4 1 149 156 5,85 8 80

An. indefinitus 4 7 1 90 102 3,82 6 60

An. barbirostris 5 4 2 68 79 2,96 10 100

An. subpictus 1 0 0 21 22 0,82 3 30

An. tesselatus 0 0 0 5 5 0,19 3 30

An. kochi 0 0 0 1 1 0,04 1 10

TOTAL 430 1027 71 1139 2667 10

Shannon-Wiener (H') 0,57

Simpsons (C) 0,75

Sumber: Data Primer

Keterangan: Total 10 kali penangkapan

Page 100: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

87

Penangkapan Metode Umpan Orang

Jumlah nyamuk yang tertangkap pada metode

umpan orang mengalami penurunan selama 10 kali

pengamatan (terbanyak pada pengamatan kedua dan

terendah pada pengamatan terakhir), dan hanya

ditemukan 5 jenis Anopheles spp. Sebagian besar nyamuk

yang tertangkap adalah nyamuk An. sundaicus (1.430 dari

1.457 ekor yang tertangkap). Rata-rata setiap kolektor

menangkap 23,8 ekor per malam. Nyamuk An. vagus, An.

barbirostris, An. indefinitus, dan An. subpictus adalah

empat jenis nyamuk yang ditemukan dengan jumlah yang

sangat sedikit (Gambar 7.1).

Gambar 7.1.

Jumlah Nyamuk Anopheles spp. Tertangkap dengan Metode

Umpan Orang pada 10 Kali Penangkapan

Page 101: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

88

Penangkapan Nyamuk Resting di Kandang Ternak

Sebanyak tujuh jenis nyamuk Anopheles spp.

ditemukan pada penangkapan nyamuk resting di sekitar

kandang ternak. Nyamuk An. sundaicus merupakan jenis

nyamuk dengan kelimpahan nisbi terbesar (70,67%) diikuti

oleh nyamuk An. vagus, An. barbirostris, An. indefinitus,

dan An. subpictus. Pada penangkapan metode ini juga

ditemukan An. tesselatus dan An. kochi meski dengan

jumlah yang relatif sedikit (kurang dari 0,5%).

Nyamuk An. sundaicus paling banyak ditemukan

pada pengamatan ketiga (194 ekor atau rata-rata 32,3 ekor

nyamuk setiap kolektor). Rata-rata setiap malam diperoleh

13,4 ekor per kolektor. Sementara, jenis An. barbirostris

ditemukan tidak lebih dari 11 ekor atau 1,83 ekor/kolektor

selama pengamatan berlangsung. Nyamuk An. vagus relatif

ditemukan rata-rata 2,48 ekor/kolektor/malam dan

cenderung banyak ditemukan pada tiga pengamatan

terakhir. Kecenderungan ini berlaku pula pada nyamuk An.

indefinitus dan An. subpictus (Gambar 7.2).

Page 102: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

89

Gambar 7.2.

Jumlah Nyamuk Anopheles spp. Tertangkap dengan

Metode Resting di Kandang pada 10 Kali Penangkapan

Kelimpahan Nyamuk Anopheles spp.

dan Faktor Lingkungan (Suhu dan Kelembaban udara)

Fluktuasi kelimpahan pada 10 kali pengamatan

menunjukkan trend menurun. Namun, kekayaan jenis

justru bertambah pada 3 pengamatan terakhir dengan

adanya kemunculan jenis-jenis Anopheles spp. (Gambar

7.3.).

Suhu rata-rata berkisar pada (26,72 ± 1,06)°C dan

kelembaban relatif (80,69 ± 3,54)%. Hubungan antara

kelimpahan jenis dengan faktor suhu dan kelembaban

menunjukkan korelasi negatif, masing-masing r =-0,279

(p>0,05) dan r = -0,252 (p>0,05) (Tabel 7.2).

Page 103: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

90

Gambar 7.3.a.

Fluktuasi Kelimpahan Nyamuk Anopheles spp.

dan Suhu pada 10 Kali Penangkapan

Gambar 7.3.b.

Fluktuasi Kelimpahan Nyamuk Anopheles spp. dan Kelembaban

pada 10 Kali Penangkapan

Page 104: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

91

Tabel 7.2.

Korelasi Kelimpahan Jenis dengan Faktor Lingkungan

(Suhu dan Kelembaban)

Kelimpahan vs

Faktor Lingkungan Rerata ± SD (n = 10) r p-value

Suhu 26,72 ± 1,06* -0,279 0,436

Kelembaban Relatif 80,69 ± 3,54* -0,252 0,486

Keterangan: p<0,05; SD = standar deviasi; r = koefisien korelasi

PEMBAHASAN

Nyamuk Anopheles merupakan genera dari famili

Culicidae yang erat hubungannya dengan malaria,

beberapa jenis Anopheles spp. telah dinyatakan sebagai

vektor utama malaria. Dua puluh empat jenis Anopheles

spp. tercatat di Indonesia dan 10 di antaranya dikonfirmasi

sebagai vektor malaria. Kesepuluh spesies tersebut adalah

An. aconitus, An. balabacensis, An. barbirostris, An. farauti,

An. koliensis, An. letifer, An. maculatus, An. punctulatus,

An. subpictus, dan An. sundaicus.

Ekosistem Desa Sukaresik berada di bagian selatan

Kabupaten Pangandaran yang meliputi persawahan,

kolam, dan pertambakan, sangat cocok bagi hidupnya

berbagai jenis Anopheles spp. Hal ini terbukti dengan

ditemukannya 7 jenis Anopheles spp. yaitu An. barbirostris,

An. subpictus, An. sundaicus, An. vagus, An. indefinitus, An.

kochi, dan An. tesselatus.

Page 105: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

92

Nyamuk An. sundaicus ditemukan dengan jumlah

paling melimpah dibandingkan spesies lainnya, baik

dengan metode umpan orang maupun penangkapan di

kandang. Hasil ini membuktikan bahwa nyamuk An.

sundaicus cenderung bersifat eksofilik dan eksofagik, serta

umumnya antropofilik (Kirnowardoyo, 1985). Faktor lokasi

Desa Sukaresik yang didominasi oleh kolam dan

pertambakan (air payau) adalah habitat yang cocok bagi

jenis ini (Dhewantara, et al, 2013). Kondisi ini serupa

dengan hasil studi di Pandeglang dan Batam (Mardiana, et

al, 2007; Susanna, 2012). Nyamuk An. barbirostris, An.

vagus, dan An. indefinitus adalah tiga jenis Anopheles spp.

yang cukup melimpah di Desa Sukaresik. Keberadaannya

dimungkinkan karena adanya area persawahan, sungai,

parit, dan perbukitan, serta hutan sekunder dataran

rendah. Kondisi topografi serupa menunjukkan komposisi

jenis yang serupa dengan hasil studi di Sukabumi (Munif, et

al, 2007).

Selain itu, jenis An. tesselatus dan An. kochi juga

ditemukan pada penelitian ini meski dalam jumlah yang

sangat sedikit. Beberapa studi menyatakan bahwa An.

tesselatus juga ditemukan di Nias, Sumatera Barat tapi

tidak dinyatakan sebagai vektor malaria. Sementara,

An. kochi pada umumnya ditemukan di Sulawesi dan

Maluku, dan diduga belum menjadi vektor malaria

(Boewono, 1997; Soekirno, et al, 1997). Sebagian besar

keenam jenis Anopheles spp. tersebut ditemukan di

Page 106: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

93

kandang ternak. Hal ini mengindikasikan sifatnya yang

cenderung eksofagik, eksofilik, dan zoofilik.

Perhitungan indeks keragaman ditujukan untuk

mengetahui tingkat keragaman jenis dalam suatu

komunitas (Odum, 1993). Pada umumnya indeks

keragaman yang sering digunakan untuk mengetahui

keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas adalah

Indeks Keanekaan Shannon-Wiener. Digunakan log dengan

basis e, karena keanekaan jenis menunjukkan dinamika

yang berkaitan dengan perubahan kondisi habitat. Nilai

indeks diperoleh melalui persamaan H’= -Σ pi ln pi

Dimana, H’ = Indeks Keanekaan Shannon-Wiener; p =

jumlah individu suatu jenis dibagi jumlah total individu dari

seluruh jenis (Krebs, 1999). Indeks dominansi diperoleh

dengan menggunakan indeks Simpson Dimana,

C= indeks dominansi Simpson, ni= jumlah individu jenis ke-

i, N= jumlah total individu.

Keanekaragaman jenis Anopheles di Desa Sukaresik

menunjukan keragaman kondisi lingkungan sebagai habitat

nyamuk, karena setiap jenis Anopheles spp. memiliki

karakteristik habitat yang berbeda. Meski demikian, nilai

indeks keanekaragaman (H’) diklasifikasikan relatif kecil

dan tingkat kestabilan komunitas yang rendah, karena

indeks H’<2,3 (Legendre dan Legendre, 1998)

menggolongkan ke dalam kategori: keanekaragaman kecil

dan kestabilan komunitas rendah.

Page 107: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

94

Dalam penelitian ini digunakan pula indeks

dominansi Simpson (C) yang bertujuan untuk mengetahui

berapa besar kesamaan penyebaran sejumlah individu

setiap marga pada tingkat komunitas. Secara matematis,

indeks dominansi sebesar 0,75 yang mengindikasikan

adanya jenis yang mendominansi sehingga ukuran

homogenitas kelimpahan (evenness) semakin kecil (Odum,

1993). Hal ini ditunjukkan dengan tingginya kelimpahan

relatif (lebih dari 85%) dan frekuensi kemunculan yang

tinggi nyamuk An. sundaicus di lokasi penelitian.

Secara tidak langsung, faktor lingkungan seperti

suhu dan kelembaban udara menentukan tingkat

kelimpahan suatu jenis spesies. Korelasi negatif dan tidak

signifikan ditunjukkan antara kelimpahan jenis (secara

keseluruhan) dengan suhu dan kelembaban relatif pada

penelitian ini. Beberapa studi telah mengemukakan hal

yang sama (Pramanik, et al, 2006) maupun sebaliknya.

Faktor musim dan keberadaan serta kesesuaian habitat

adalah beberapa dari sekian faktor yang mempengaruhi

sebaran dan kelimpahan suatu jenis di suatu daerah (Devi

& Jauhari, 2006; Munga, et al, 2006).

KESIMPULAN

Tujuh jenis Anopheles spp. ditemukan di Desa

Sukaresik Kabupaten Pangandaran, yaitu An. sundaicus,

An. vagus, An. indefinitus, An. barbirostris, An. subpictus,

Page 108: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

95

An. tesselatus, dan An. kochi. Nyamuk An. sundaicus

merupakan spesies dengan kelimpahan nisbi terbesar

diikuti oleh An. vagus, An. indefinitus, dan An. barbirostris.

Faktor suhu dan kelembaban tidak secara langsung

menentukan kelimpahan jenis.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbangkes. 2008. Laporan Hasil Riskesdas Provinsi Jawa

Barat tahun 2007. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI.

Boewono DT, Nalim S, Sularto T, Mujiono, Sukarno. 1997.

Penentuan Vector Malaria di Kecamatan Teluk Dalam,

Nias. Cermin Dunia Kedokteran. 118.

Devi NP, Jauhari RK. 2006. Climatic variables and malaria

incidence in Dehradun, Uttaranchal, India.J Vect Borne Dis

43, pp. 21–28.

Dhewantara PW, Astuti EP, Pradani FY. 2013. Studi bioekologi

nyamuk Anopheles sundaicus di Desa Sukaresik

Kecamatan Sidamulih Kabupaten Ciamis.

Bul.Penelit.Kesehat. 41(1):26-36.

Eylenbosch, W.J., Noah, N.D., 1988, Surveillance in Health and

Disease. Oxford University Press. London.

Foley DH, Rueda LM, Wilkerson RC. 2007. Insight into global

mosquito biogeography from country species records. J

Med Entomol. 44:554-567.

Page 109: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

96

Harbach RE. 2004. The classification of genus Anopheles

(Diptera: Culicidae): a working hypothesis of phylogenetic

relationships. Bull Entomol Res, 94:537-553.

Hodgkin EP. 1956. The transmission of malaria in

Malaya..Studies from the Institute for Medical Research

Federation of Malaya, No. 27. 98p.

Kirnowardoyo S. 1985. Status of Anopheles malaria vectors in

Indonesia. Southeast Asian J Trop Med Public Health.

Maret 16(1):129-32.

Kirnowardoyo S. 1989. Tinjauan penelitian tentang pola

penularan malaria yang telah dilakukan di Indonesia.Tin

jauan Peneliti Ekologi Kesehatan di Indonesia (1969–

1989). Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan. Badan Litbang

Kesehatan. Jakarta.hal. 181–192.

Krebs CJ. 1999. Ecological Methodology. New York: Harper &

Row, Publishers.

Mardiana, Sukowati S, Wigati RA. 2007. Beberapa aspek perilaku

nyamuk Anopheles sundaicus di Kecamatan Sumur

Kabupaten Pandeglang. J. Ekol.Kes, 6(3):621-627.

Munga S, Minakawa N, Zhou G, Mushinzimana E, Barrack OJ,

Githeko AK, Yan G. 2006. Association between land cover

and habitat productivity of malaria vectors in Western

Kenyan highlands.Am. J. Trop. Med. Hyg., 74(1), pp. 69–

75.

Munif A, Sudomo M, Soekirno. 2007. Bionomi Anopheles spp di

daerah endemis malaria di Kecamatan Lengkong,

Kabupaten Sukabumi. Bul. Penel. Kesehatan,35(2):57 – 80.

Page 110: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

97

O’Connor, Soepanto A. 1979. Kunci Bergambar untuk Anopheles

Betina di Indonesia. Jakarta: Ditjen P2M & PLP, Depkes.

Odum EP. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan: Tjahjono

Samingan, Penyunting: B. Srigandono. Yogyakarta: Gadjah

Mada Universitu Press.

Pramanik MK, Adityaa G, Srimanta K. Rauta. 2006. A survey of

anopheline mosquitoes and malarial parasite in

commuters in a rural and an urban area in West Bengal,

India.J Vect Borne Dis 43, December, pp. 198–202

Soekirno M, Santijo K, Nadjib AA, Suyitno, Mursiyatno, Hasyimi

M. 1997. Fanua Anopheles dan Status, Pola Penularan

serta Endmisitas Malaria di Halmahera, Maluku Utara.

Cermin Dunia Kedokteran. 118: p. 15 - 19.

Susanna D, Eryando T. 2012. The longevity of Anopheles

sundaicus in small area: Nongsa Pantai Villages, Batam

City, Indonesia. Malaria Journal. 11(Suppl 1): p.93.

World Health Organization. 1975. Manual on Practical

entomology in malaria.The WHO Division of malaria other

parasitic diseases part II. Geneva: WHO.

WHO, 1993. A Global Strategy for Malaria Control. Geneva.

Page 111: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

98

Page 112: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

99

Bab 8.

Fauna dan Bionomik Nyamuk Anopheles spp.

di Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju,

Propinsi Sulawesi Barat

Lukman Hakim, Marliah Santi HR.

PENDAHULUAN

Puskesmas Rangas Kecamatan Simboro Kabupaten

Mamuju Provinsi Sulawesi Barat mempunyai wilayah kerja

4 desa yaitu Desa Simboro, Desa Rangas, Desa Sumare dan

Desa Tapandullu. Wilayahnya terletak di daerah pantai

seluas 22 km2 yang terdiri dari tanah rata dan berbukitan;

sebelah utara berbatasan dengan Desa Belang-belang,

sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Mamuju,

sebelah selatan berbatasan dengan Desa Botteng dan

sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tapalang

Barat (Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju, 2010).

Berdasarkan sensus penduduk 2010, jumlah

penduduk di wilayah Puskesmas Rangas adalah 14.500

orang, terdiri dari laki-laki 7.405 orang dan perempuan

Page 113: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

100

7.095 orang. Rata-rata kepadatan penduduk adalah 659

jiwa per km2, penyebarannya 30% berada di wilayah

pegunungan dan 70% di wilayah pantai.

Selama dua dekade terakhir, di wilayah Puskesmas

Rangas, tidak pernah dilakukan pemberantasan vektor

malaria. Berdasarkan keterangan pengelola Program

Pemberantasan Malaria Propinsi Sulawesi Barat maupun

Kabupaten Mamuju, pemberantasan terakhir dilakukan

sekitar era tahun 1980-an.

Penyebaran malaria ditentukan oleh beberapa

faktor diantaranya agent, host (penjamu) dan lingkungan

yang saling berinteraksi. Agent (parasit) hidup dalam

tubuh manusia (host intermediate) dan tubuh nyamuk

(host definitif). Dalam tubuh nyamuk, agent berkembang

menjadi bentuk infektif, siap menularkan ke manusia yang

berfungsi yang bisa terinfeksi dan menjadi tempat

berkembangnya agent (Vytilingam, 1992).

Nyamuk dapat berkembang-biak dengan baik

apabila lingkungan sesuai dengan kebutuhannya.

Kepentingan manusia dalam mengelola lahan pertanian,

perikanan, perkebunan, peternakan akan dimanfaatkan

untuk perkembangbiakan larva nyamuk, sehingga

berpengaruh terhadap kepadatan maupun perilaku

nyamuk di suatu tempat.

Nyamuk Anopheles sundaicus, An. subpictus dan

An. farauiti menularkan malaria di daerah pantai;

Page 114: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

101

An. maculatus dan An. aconitus di daerah pegunungan

(Stojanovich & Scoth, 1966). Dengan demikian, segala

aspek yang berkaitan dengan nyamuk Anopheles spp.,

terutama bionomik dan kepadatannya, sangat berperan

dalam pemberantasan malaria. Karena itu, di wilayah

Kecamatan Simboro Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi

Barat, pada tanggal 24 s.d. 26 Februari 2011 telah

dilakukan spot survey entomologi malaria dengan tujuan

mengetahui jenis fauna dan kepadatan nyamuk,

mengetahui bionomik nyamuk yang meliputi cara

menggigit, berisitirahat, meletakkan telur, mengukur index

sporozoit, mengetahui kesukaan mencari darah (human

blood index), serta mengetahui tempat perkembangbiakan

potensialnya.

METODE PENELITIAN

Survai entomologi dilakukan dengan penangkapan

nyamuk umpan badan di dalam dan di luar rumah oleh 6

kolektor, pada tiga rumah, masing-masing melakukan

penangkapan di dalam rumah berbeda. Penangkapan

dilakukan dengan umpan badan, serta menangkap nyamuk

istirahat di dinding dan sekitar kandang. Rotasi kolektor

dilakukan setiap 3 jam dengan waktu penangkapan mulai

jam 18:00 sampai 06:00, per jam dilakukan penangkapan

selama 45 menit. Nyamuk yang tertangkap diidentifikasi

spesiesnya per jam dan tempat penangkapan, di dalam

maupun di luar rumah. Nyamuk Anopheles spp. betina

Page 115: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

102

dilakukan pembedahan ovarium dari abdomen, kemudian

dikeringkan untuk mengetahui parous atau nulliparous.

Nyamuk yang tertangkap, selanjutnya dihitung

kepadatannya, yaitu man biting rate (MBR) yang

menunjukkan jumlah nyamuk menggigit per orang per

malam, dengan rumus MBR = Jumlah nyamuk tertangkap

per spesies dibagi jumlah penangkap dikali waktu

penangkapan, serta man hour density (MHD) yang

menunjukkan jumlah nyamuk tertangkap per orang per

jam. Selain itu juga dihitung sporozoit rate yaitu angka

yang menunjukkan proporsi nyamuk yang positif sporozoit

pada kelenjar ludahnya serta parity rate yaitu angka yang

menunjukkan proporsi nyamuk yang parous.

Untuk mengetahui jumlah nyamuk beristirahat di

luar rumah untuk menyelesaikan siklus gonotropiknya,

diamati kondisi perut apakah unfeed (U), blood feed (BF),

half gravid (HG) atau gravid (G). Pagi hari dilakukan

penangkapan nyamuk dewasa di alam terbuka.

Penangkapan dilakukan oleh 6 kolektor di tempat yang

diperkirakan sebagai tempat istirahat Anopheles spp.

misalnya semak, bebatuan, tumpukan kayu, bagian bawah

pohon pisang (pelepah yang sudah kering), dll.

Sedangkan untuk mengetahui tempat perkembang-

biakkan potensial, dilakukan penangkapan jentik di

genangan air dengan tujuan mengetahui spesies jentik

yang ada di genangan air, mengetahui kepadatan dan

penyebaran jentik vektor serta mengetahui jenis tempat

Page 116: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

103

perkembangbiakan yang potensial. Untuk mengukur

kepadatan jentik di tiap jenis tempat perkembangbiakan,

maka dihitung kepadatan jentik dengan rumus jumlah

jentik Anopheles spp. yang tertangkap dibagi jumlah

pencidukan.

HASIL PENELITIAN

Nyamuk Dewasa

Survai dilaksanakan secara bersamaan di 2 lokasi

yaitu di Desa Sumare (koordinat 02o39’09,47” LS dan

118o48’38,24” BT) dan di Desa Tapandullu (koordinat

02o41’19,13” LS dan 118

o47’23,73”).

Di Desa Tapandullu, dari penangkapan 3 hari

berturut-turut yaitu dari tanggal 24 s.d. 26 Februari 2011

hanya didapatkan 1 spesies nyamuk yaitu An. subpictus

dengan MBR di dalam rumah adalah 3,037 dan MBR di luar

rumah adalah 6,63. Pada penangkapan istirahat dinding

dalam rumah, penangkapan istirahat pagi hari di dalam

rumah serta penangkapan di alam terbuka, tidak

didapatkan nyamuk yang istirahat. Sedangkan

penangkapan nyamuk istirahat di sekitar kandang, tidak

dilakukan karena di perkampungan tidak ditemukan

kandang ternak karena ternak dibiarkan berkeliaran di

hutan yang jaraknya cukup jauh dari pemukiman

penduduk.

Page 117: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

104

Gambar 8.1.

Lokasi Desa Tapandullu dan Desa Sumare, Kecamatan Simboro,

Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat

Puncak kepadatan menggigit pada penangkapan

dalam rumah (UOD) adalah jam 01.00-02.00 dengan

tertangkap 16 ekor atau kepadatan menggigit 7,11 nyamuk

per orang per jam; sedangkan puncak kepadatan menggigit

di luar rumah (UOL) adalah pada jam 18.00-19.00 dengan

tertangkap 29 ekor atau kepadatan menggigit 12,89

nyamuk per orang per jam.

Nyamuk An. subpictus (82 ekor hasil UOD dan 179

ekor hasil UOL atau total 261 ekor) yang tertangkap,

sebanyak 153 ekor dilakukan pembedahan ovarium. Pada

penangkapan UOD, dari 70 ekor nyamuk yang dibedah,

ditemukan 5 ekor masih nuliparous dan 65 ekor parous,

Page 118: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

105

atau parity rate adalah 92,86%. Pada penangkapan UOL,

dari 153 ekor nyamuk yang dibedah, ditemukan 19 ekor

masih nuliparous dan 134 ekor parous, atau parity rate

adalah 87,58%. Secara keseluruhan, dari 223 ekor nyamuk

yang dibedah, ditemukan 24 ekor masih nulliparous dan

199 ekor parous, atau parity rate adalah 89,24%.

Pada penangkapan tanggal 25 Februari 2011, juga

hanya didapatkan 1 spesies nyamuk yaitu An. subpictus

dengan MBR di dalam rumah adalah 1.815 dan MBR di luar

rumah adalah 4.926. Puncak kepadatan menggigit pada

penangkapan dalam rumah (UOD) adalah pada jam 18.00-

19.00 dengan tertangkap 9 ekor atau kepadatan menggigit

4,00 nyamuk per orang per jam; sedangkan puncak

kepadatan menggigit di luar rumah (UOL) adalah pada jam

01.00-02.00 dengan tertangkap 26 ekor atau kepadatan

menggigit 11,56 nyamuk per orang per jam.

Nyamuk An. subpictus (49 ekor hasil UOD dan 133

ekor hasil UOL atau total 182 ekor) yang tertangkap,

sebanyak 106 ekor dilakukan pembedahan ovarium. Pada

penangkapan UOD, dari 36 ekor nyamuk yang dibedah,

ditemukan 2 ekor masih nulliparous dan 34 ekor parous,

atau parity rate adalah 94,44%. Pada penangkapan UOL,

dari 70 ekor nyamuk yang dibedah, ditemukan 3 ekor

masih nulliparous dan 67 ekor parous, atau parity rate

adalah 95,71%. Secara keseluruhan, dari 106 ekor nyamuk

yang dibedah, ditemukan 5 ekor masih nuliparous dan 101

ekor parous, atau parity rate adalah 95,28%.

Page 119: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

106

Pada penangkapan tanggal 26 Februari 2011, juga

hanya didapatkan 1 spesies nyamuk yaitu An. subpictus

dengan MBR di dalam rumah adalah 2,593 dan MBR di luar

rumah adalah 4,222.

Puncak kepadatan menggigit pada penangkapan

dalam rumah (UOD) adalah jam 18.00-19.00 dengan

tertangkap 17 ekor atau kepadatan menggigit 7,56 nyamuk

per orang per jam; sedang puncak kepadatan menggigit di

luar rumah (UOL) adalah pada jam 05.00-06.00 dengan

tertangkap 25 ekor atau kepadatan menggigit 11,11

nyamuk per orang per jam.

Dari 184 ekor nyamuk An. subpictus (70 ekor hasil

UOD dan 114 ekor hasil UOL) yang tertangkap, sebanyak

102 ekor dilakukan pembedahan ovarium. Pada

penangkapan UOD, dari 37 ekor nyamuk yang dibedah,

ditemukan 2 ekor masih nulliparous dan 35 ekor parous,

atau parity rate adalah 94,59%. Pada penangkapan UOL,

dari 65 ekor nyamuk yang dibedah, ditemukan 7 ekor

masih nulliparous dan 58 ekor parous, atau parity rate

adalah 89,23%. Secara keseluruhan, dari 102 ekor nyamuk

yang dibedah, ditemukan 9 ekor masih nulliparous dan 102

ekor parous, atau parity rate adalah 91,88%.

Selama 3 hari penangkapan dari tanggal 24 s.d. 26

Februari 2011, hanya didapatkan 1 spesies nyamuk yaitu

An. subpictus dengan rata-rata MBR di dalam rumah

adalah 2.481 dan MBR di luar rumah adalah 5.259 atau

rata-rata 3,87.

Page 120: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

107

Rata-rata puncak kepadatan menggigit pada

penangkapan dalam rumah (UOD) adalah jam 18.00-19.00

dengan tertangkap 33 ekor atau rata-rata kepadatan

menggigit 4,89 nyamuk per orang per jam; puncak

kepadatan menggigit di luar rumah (UOL) juga pada jam

18.00-19.00 dengan tertangkap 65 ekor atau kepadatan

menggigit 9,63 nyamuk per orang per jam.

Nyamuk An. subpictus (201 ekor hasil UOD dan 426

ekor hasil UOL atau total 627 ekor) yang tertangkap,

sebanyak 431 ekor dilakukan pembedahan ovarium. Pada

penangkapan UOD, dari 143 ekor nyamuk yang dibedah,

ditemukan 9 ekor masih nulliparous dan 134 ekor parous,

atau parity rate adalah 93,71%. Pada penangkapan UOL,

dari 288 ekor nyamuk yang dibedah, ditemukan 29 ekor

masih nulliparous dan 259 ekor parous, atau parity rate

adalah 89,93%. Secara keseluruhan, dari 403 ekor nyamuk

yang dibedah, ditemukan 38 ekor masih nulliparous dan

393 ekor parous, atau parity rate adalah 91,18% (Gambar

8.2).

Di Desa Sumare dari 3 malam penangkapan,

nyamuk hanya ditemukan pada tanggal 24 Februari 2011

saja yaitu pada penangkapan luar rumah (UOD), dua

malam berikutnya tidak ada nyamuk yang berhasil

ditangkap. Nyamuk yang berhasil ditangkap yaitu An.

barbirostris pada jam 18.00-19.00 sebanyak 1 ekor atau

MBR = 0,037 dan nyamuk An. vagus sebanyak 4 ekor pada

penangkapan jam 03.00-04.00 dengan MBR = 0,148.

Page 121: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

108

Gambar 8.2.

Rata-rata Kepadatan Menggigit per Jam Nyamuk An. subpictus

Hasil Penangkapan di Alam Pagi Hari di Desa Tapandullu,

Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat

Pada penangkapan istirahat dinding dalam rumah,

penangkapan istirahat pagi hari di dalam rumah serta

penangkapan di alam terbuka, tidak didapatkan nyamuk

yang istirahat. Sedangkan penangkapan nyamuk istirahat

di sekitar kandang, tidak dilakukan karena di

perkampungan tidak ditemukan kandang ternak karena

ternak dibiarkan berkeliaran di hutan yang jaraknya cukup

jauh dari pemukiman penduduk. Karena hanya ditemukan

satu kali, jadi tidak bisa dihitung puncak kepadatannya.

Nyamuk Stadium Larva

Tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp.

yang ditemukan di Desa Tapandullu adalah 3 buah yaitu

Page 122: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

109

lagun di dekat pantai, terletak di RT I Kampung Baru pada

koordinat 02o41’19,2” LS dan 118

o46’46,7” BT dengan ukur

panjang sekitar 1 km dan lebar sekitar 2-3 meter. Airnya

payau dengan kadar garam 6 ppm dan pH 8, berjarak

sekitar 1 km dari pemukiman. Tempat perkembangbiakkan

lainnya adalah muara sungai kecil yang ada di tengah

pemukiman penduduk, terletak di RT II Dusun Tapandullu

Utara pada koordinat 02o40’49,0” LS dan 118

o47’01,3” BT,

selebar +2 meter panjangnya sekitar 150 meter, airnya

payau dengan kadar garam 4 ppm, pH 5. Tempat

perkembangbiakkan ketiga adalah got terbuka di tepi

hutan dengan luas beberapa meter persegi, pada

koordinat 02o40’48,70” LS dan 118

o47’08,2” BT jaraknya

sekitar 50 meter dari pemukiman, terletak di RT II Dusun

Tapandullu Utara, dengan kadar garam 0,5 dan pH 5.

Kepadatan larva pada lagun adalah 109 larva per 51

cidukan dan ditemukan predator terdiri dari ikan dan

udang kecil; kepadatan larva pada muara parit adalah 113

larva per 10 cidukan dengan ditemukan predator terdiri

dari ikan dan udang kecil, sedangkan kepadatan larva pada

got terbuka adalah 10 larva per 7, tidak ditemukan

predator.

Tempat perkembangbiakkan nyamuk Anopheles

spp. yang ditemukan di Desa Sumare adalah 3 buah yaitu

lagun di dekat pantai terletak di RT II Kampung Batu

Sumomba pada koordinat 02o38’35,6” LS dan

118o48’432,9” BT, airnya payau dengan kadar garam 0,5

Page 123: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

110

ppm dengan pH 5. Tempat perkembangbiakan lainnya

adalah parit di RT I Dusun Kanuangan pada koordinat

02o40’02,8” LS dan 118

o47’50,1” BT, dengan kadar garam

0,5 ppm, pH 6. Tempat perkembangbiakan ketiga adalah

got pada koordinat 02o39’50,0” LS dan 118

o47’57,5” BT di

RT II Dusun Malauwa, dengan kadar garam 0,5 dan pH 6.

Kepadatan larva pada lagun adalah 4 larva per 10 cidukan

dengan ditemukan predator terdiri dari ikan dan udang

kecil; kepadatan larva pada parit adalah 4 larva per 10

cidukan dan ditemukan predator terdiri dari ikan dan

udang kecil, sedangkan kepadatan larva pada got adalah

13 larva per 10, tidak ditemukan predator.

Kasus Malaria Bulanan

Berdasarkan Buku Profil Kesehatan Puskesmas

Rangas tahun 2009, jumlah kesakitan malaria selama tahun

2009 adalah 340 kasus malaria klinis (AMI = 23,448‰)

terdiri dari 141 kasus di Desa Simboro (AMI = 17,669‰),

88 kasus di Desa Rangas (AMI = 24,163‰), 71 kasus di

Desa Sumare (AMI = 32,054‰) dan 40 kasus di Desa

Tapandullu (AMI = 60,332‰). Kesakitan malaria (klinis dan

hasil pemeriksaan mikroskopis) tahun 2010 berdasarkan

arsip laporan bulanan Puskesmas Rangas adalah 202 kasus

(AMI = 13,931‰) selama 11 bulan yaitu Februari 2010 s.d.

Desember 2010 (laporan Bulan Januari 2010 tidak

ditemukan arsipnya); terdiri dari 69 kasus di Desa Simboro

(AMI = 8,647‰), 85 kasus di Desa Rangas (AMI =

23,339‰), 31 kasus di Desa Sumare (AMI = 13,995‰) dan

Page 124: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

111

17 kasus di Desa Tapandullu (AMI = 25,641‰). Sedang

kesakitan malaria pada bulan Februari 2011 sebanyak 33

kasus (MoMI = 2,276‰), terdiri dari 10 kasus di Desa

Simboro (MoMI = 1,253‰), 16 kasus di Desa Rangas

(MoMI = 4,393‰), 6 kasus di Desa Sumare (MoMI =

2,709‰) dan 1 kasus di Desa Tapandullu (MoMI =

1,508‰) (Gambar 8.3.).

Gambar 8.3.

Angka Kesakitan Malaria Klinis Bulanan (MoMI) per Desa di

Wilayah Puskemas Rangas, Kecamatan Simboro,

Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat

PEMBAHASAN

Di kedua desa lokasi survai, nyamuk Anopheles spp.

yang tertangkap hanya An. subpictus, di Desa Tapandalu

dengan rata-rata MBR 3,87 dan parity rate 95,28%,

Page 125: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

112

sedangkan rata-rata MBR di Desa Sumare adalah 0,148.

Dilihat dari spesies Anopheles spp. hasil tangkapan malam

hari di kedua desa tersebut, maka dicurigai spesies An.

subpictus adalah vektor malaria di wilayah itu. Hal ini

karena spesies tersebut telah terbukti sebagai vektor

malaria di beberapa wilayah Indonesia. Misalnya An.

subpictus merupakan salah satu vektor utama malaria di

daerah pantai kawasan Indonesia Timur seperti Sulawesi,

Nusa Tenggara Timur (Arbani, 1992) dan Nusa Tenggara

Barat (Siregar, 1995). Di pedalaman pulau Jawa, An.

subpictus bukan vektor malaria walaupun di daerah pantai

nyamuk ini merupakan vektor malaria sekunder (Utari

dkk., 2002). Tempat perkembangbiakkan An. subpictus

bervariasi, larva dapat hidup di air jernih maupun air

keruh, di air tawar maupun air payau. Larva An. subpictus

sering ditemukan bersama dengan larva An. sundaicus di

lagun dan bersama An. aconitus di persawahan.

Di beberapa daerah pantai Bali, An. subpictus dan

An. sundaicus sering ditemukan di kolam ikan buatan

(Soekirno, 1983). Di Sulawesi, walaupun sering terdapat

bersama-sama, jumlah larva An. subpictus selalu jauh lebih

banyak daripada An. sundaicus. Di daerah endemik malaria

Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, nyamuk An.

subpictus merupakan spesies yang dominan sepanjang

tahun (Siregar, 1995). Perbedaan kemampuan An.

subpictus sebagai vektor malaria dan variasi tempat

perkembangbiakkannya di Indonesia, mendukung hipotesis

bahwa An. subpictus memiliki variasi genetik dan

Page 126: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

113

morfologi. Variasi tersebut dapat diuji antara lain dengan

teknik elektroforesis isozim dan pemeriksaan morfologi

secara rinci (refined morphological examination).

KESIMPULAN

Spesies nyamuk yang ditemukan dan dominan di

Desa Tapandullu adalah An. subpictus, hanya ditemukan

pada penangkapan umpan orang dengan rata-rata MBR

dalam rumah (UOD) 2,481, dan di luar rumah 5,259,

dengan puncak kepadatannya jam 18.00-19.00. Kondisi

perut nyamuk dominan un feed (86,27%), hasil

pembedahan ovarium adalah dominan parous (PR UOD =

93,71% dan PR UOL = 89,93%). Tempat

perkembangbiakkan yang ditemukan adalah lagun dengan

kepadatan 109 larva per 51 cidukan, muara sungai kecil di

tengah pemukiman dengan kepadatan 113 larava per 10

cidukan dan got terbuka dengan kepadatan larva 10 ekor

per 7 cidukan.

Di Desa Sumare tidak ditemukan spesies nyamuk

yang dominan karena hanya ditemukan nyamuk An. vagus

sebanyak 4 ekor (MBR=0,148) dan An. barbirostris

sebanyak 1 ekor (MBR = 0,037) masing-masing pada

penangkapan di luar rumah pada hari pertama, pada hari

berikutnya tidak ditemukan lagi nyamuk Anopheles spp.

Page 127: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

114

DAFTAR PUSATAKA

Arbani P.R. Malaria control in Indonesia. The Southeast Asian

Journal of Tropical Medicine and Public Health 23 (Suppl.

4). 1992 : 29-37.

Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Profil Dinas Kesehatan

kabupaten Mamuju Tahun 2009. Mamuju, 2010.

Siregar, A.A. Laporan Survei Entomologi Propinsi Nusa Tenggara

Barat Tahun 1994/1995. Mataram: Sub Dinas Pencegahan

Penyakit, Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Tingkat I Nusa

Tenggara Barat. 1995.

Soekirno, M., Y.H. Bang, M. Sudomo, Tj.P. Pemayun, and G.A.

Fleming 1983. Bionomic of Anopheles sundaicus and other

anophelines associated with malaria in coastal areas of

Bali, Indonesia. World Health Organization Document.

WHO/VBC/83. 885. Geneva: WHO.

Stojanovich,C.J.and Scoth, H., 1966, Illustrated mosquito Key of

Vietnam Communicable Disease, Centre Atlanta, Georgia,

1966. 3033 ,1-158.

Utari, C.S., F.A. Sudjadi, and N. Gesriantuti. 2002. Genetic

analysis of Anopheles subpictus Grassi and Anopheles

aconitus (Diptera: Culicidae) around Yogyakarta using

RAPD-PCR. Programme & Abstract of International

Seminar on Parasitology and the 9th Congress of the

Indonesian Parasitic Disease Control Association. Bogor,

Indonesia, 11- 12 September 2002.

Vytilingam, I., Chiang, G.L. and Shing, K.I. Bionomic of important

mosquito vektor in Malaysia. Southeast Asean. J.

Trop.Public. Hlth, 1992 : 23 (4), 587-603.

Page 128: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

115

Bab 9.

Anopheles spp., Vektor Malaria yang Bersifat

Local Specific Area

Mara Ipa, Endang Puji Astuti

PENDAHULUAN

Terjadinya malaria merupakan interaksi multi

faktor antara penderita (host) sebagai sumber infeksi,

Plasmodium spp. (agent) sebagai patogen penyakit,

nyamuk Anopheles spp. sebagai perantara (vektor) dan

faktor lingkungan yang mendukung terjadinya penularan.

Malaria adalah penyakit yang bersifat local specific area

karena kejadian penyakit dan penyebarannya sangat

dipengaruhi oleh lingkungan, musim, perilaku masyarakat

setempat, serta perilaku vektor penularnya. Selain local

specific area malaria disebut juga disebut sebagai penyakit

ekologis karena sangat dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk

berkembang biak dan berpotensi melakukan kontak

dengan manusia dan menularkan parasit malaria.

Page 129: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

116

Peranan Anopheles spp. sebagai vektor malaria,

sudah sering dilaporkan dan dibuktikan melalui penemuan

sporozoit pada pembedahan kelenjar ludah nyamuk atau

dengan uji ELISA (Hardwood & James, 1979). Jumlah

Anopheles yang telah diidentifikasi secara morfologi

sebanyak 457 jenis, tetapi dengan ditemukannya spesies

sibling yang secara morfologi tidak bisa dibedakan, maka

diperkirakan jumlahnya mencapai 500 jenis. Distribusi

Anopheles spp., bioekologi, dan peranannya sebagai vektor

malaria sangat bervariasi dari daerah ke daerah. Oleh

karena itu perilaku vektor malaria dan distribusinya, perlu

terus diamati dengan baik secara individual maupun

spesies kompleks (WHO,2007).

Nyamuk Anopheles spp., sangat beragam daerah

sebaran maupun bioekologinya. Penyebarannya mengikuti

pola sebaran zoogeografi. Faktor-faktor lingkungan yang

menentukan penyebaran nyamuk Anopheles spp.

diantaranya adalah lingkungan fisik yang meliputi

ketinggian tempat, pemanfaatan lahan, kondisi cuaca dan

lingkungan mikro, berupa genangan air sebagai habitat

perkembangbiakan. Berdasarkan tempat perkembang-

biakannya, Anopheles spp. dibedakan menjadi 3 zona

topografi yaitu zona air payau, dataran pantai dan bukit/

pegunungan (Dit P2B2, 2011).

Page 130: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

117

SEBARAN FAUNA ANOPHELES SPP.

Selama periode 1919 sampai tahun 2009,

ditemukan 25 Anopheles spp. positif membawa parasit

malaria menunjukkan perbedaan spesifik. Spesifikasi

tersebut dipengaruhi oleh letak geografis Indonesia

sebagai daerah kepulauan yang terletak antara benua Asia

dan Australia, sehingga sebaran nyamuk mengikuti pola

sebaran hewan yang dikelompokkan menjadi daerah

oriental dan daerah australasian. Bonne-Wepster (1953)

menyatakan bahwa garis perbatasan kelompok sebaran

Anopheles spp. terletak antara pulau Halmahera, Pulau

Seram dan Papua. Di bagian barat terdapat garis Weber

yang membatasi kepulauan Maluku dengan Pulau

Sulawesi. Di sebelah barat Pulau Sulawesi terdapat garis

Wallace yang menuju selatan melalui Selat Makasar

kemudian menuju Selat Lombok (Gambar 9.1).

Hans, et al (2002) mempelajari pengaruh struktur

lanskap terhadap kepadatan dan keragaman nyamuk

Anopheles spp. Hasilnya menunjukkan bahwa lahan

pertanian mempunyai struktur lanskap yang berukuran

kecil dan sangat bervariasi bentuknya dibandingkan

lokasi hutan. Hal ini mempengaruhi keragaman jenis

Anopheles spp.

Page 131: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

118

Gambar 9.1.

Peta Penyebaran Anopheles spp. Vektor Malaria di Indonesia

Sumber : Dit P2B2 Kemkes, RI.

Penelitian Ndoen, et al (2011), mengenai hubungan

Anopheles spp. dengan topografi di Pulau Jawa

menunjukkan bahwa di daerah pantai banyak ditemukan

An. sundaicus dan An. tesselatus. Sedangkan An.

maculatus, An. aconitus dan An. vagus ditemukan di

daerah pantai dan perbukitan. Berbeda dengan An.

subpictus, nyamuk An. annularis, An. indefinitus, An. kochi

dan An. flavirostris hanya ditemukan didaerah perbukitan

saja. Demikian pula dengan An. barbirostris ditemukan

tidak hanya di daerah pantai namun juga ditemukan di

daerah dataran tinggi (Gambar 9.2).

Page 132: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

119

Gambar 9.2.

Skema Distribusi Nyamuk Anopheles spp. Berdasarkan

Karakteristik Topografi dan Penggunaan Lahan di Pulau Jawa

Sumber : Ndoen, et al (2011)

HABITAT ANOPHELES SPP.

Spesies nyamuk Anopheles spp. memiliki

karakteristik habitat perkembangbiakan yang berbeda-

beda pada setiap zona geografi (Sukowati, 2008). Habitat

perkembangbiakan merupakan tempat perkembangbiakan

nyamuk saat pra dewasa, mulai dari telur, larva dan pupa.

Ada beberapa teori pembagian kelompok habitat larva

Anopheles, Bruce-Chwatt (1985) mengklasifikasikan habitat

larva dalam lima kelompok yaitu;

1) Air tawar yang menggenang permanen atau temporal

seperti rawa-rawa yang terbuka luas atau daerah rawa

Page 133: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

120

yang merupakan bagian dari danau, kolam, genangan

air dan mata air.

2) Kumpulan air tawar yang sifatnya sementara seperti

genangan air terbuka di lapangan dan bekas tapak kaki

bintang.

3) Air yang mengalir permanen atau semi permanen

seperti sungai yang terbuka dengena vegetasi, air yang

mengalir dari selokan.

4) Tempat penampungan air alami seperti lubang pada

batu, pohon,lubang buatan hewan dan tempat

penampungan air buatan manusia seperti kaleng, ban,

tempurung kelapa.

5) Air payau seperti rawa-rawa pasang surut.

Habitat perkembangbiakan Anopheles spp. berbeda

di beberapa wilayah Indonesia di Indonesia antara lain :

Page 134: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

121

Tabel 9.1.

Distribusi Bionomik Anopheles spp. di Indonesia

No. Spesies Distribusi Habitat Perilaku

1 Anopheles

sundaicus

Jawa, Bali, NTT, NTB,

Kalimantan

Lagun berlumut kena sinar

(pantai).

Salinity 12-18‰

-Antropofilik

-Aktif 22.00-01.00

-Rest: dlm rumah

2 Anopheles

subpictus

Jawa, Bali, NTT, NTB,

Bengkulu, Sulawesi

Sama dengan sundaicus,

lebih toleran dengan salinity

-Zoofilik

-Aktif 22.00-01.00

-Rest: dlm rumah

3 Anopheles

aconitus

Jawa, Kalimantan,

NTT, NTB, Suma-tera,

Sulawesi

Sawah, Saluran irigasi -Antrho/Zoofilik

-Aktif 20.00-22.00

-Rest: tebing sungai

4 Anopheles

barbirostris

Jawa, Bali, Sumatera,

NTT, NTB, Sulawesi

Sawah, Saluran irigasi

kolam, rawa-rawa

-Antrho/Zoofilik

-Aktif 23.00-05.00

-Rest: dlm rumah,

pohon kopi, nanas

5 Anopheles

maculatus

Sumatera, Jawa, Bali,

NTT, NTB,

Kalimantan, Sulawesi

sungai kecil/mata air

pegunungan yang kena

sinar, ada tanaman selada

-Zoofilik

-Aktif 21.00-03.00

-Rest: dlm rumah,

pohon kopi, tebing

Page 135: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

122

No. Spesies Distribusi Habitat Perilaku

6 Anopheles

balabacensis

Sumatera, Jawa,

Kalimantan

Air tawar dalam hutan,

pinggiran sungai

- Antropofilik

- Aktif 18.00-04.00

- Rest: pohon salak

7 Anopheles letifer Kalimantan, Sumatera Genangan air dalam hutan

yang terlindung sinar

matahari,rawa-rawa

- Antro/zoofilik

- Aktif 18.00-23.00

- Rest:

8 Anopheles

sinensis

Kalimantan, Sumatera Sawah,

kolam terbuka,

rawa-rawa

-Antrho/Zoofilik

- Aktif 22.00-24.00

- Rest: teduh

9 Anopheles

nigerrimus

Kalimantan,

Sumatera, Sulawesi

Sawah, rawa & air mengalir

perlahan, kolam yang

berumput, juga air payau

-Antrho/Zoofilik

- Aktif 19.00-21.00

- Rest: teduh

10 Anopheles

annullaris

Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi,

NTT, NTB

Sawah,

kolam ikan air tawar

- Zoofilik

- Aktif 23.00-24.00

23 Anopheles vagus Sumatera s/d Papua Air kotor agak berlumpur,

Kubangan, kolam,

Saluran irigasi

- Zoofilik

- Aktif 21.00-23.00

Page 136: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

123

No. Spesies Distribusi Habitat Perilaku

24 Anopheles

tessellatus

Sumatera s/d Maluku Sawah, kobakan, air

mengalir, kolam, dapat juga

air payau

- Zoofilik

- Aktif 18.00-19.00

25 Anopheles

umbrosus

Sumatera, Kalimantan Rawa di hutan terlindung

dari sinar matahari

- Antro/Zoofilik

Sumber: materi pelatihan management malaria, Subdit Malaria, Direktorat PPBB, Ditjen PP&PL.

Page 137: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

124

Beberapa penelitian serupa mengenai habitat

perkembangbiakan Anopheles spp. menunjukkan hasil

yang serupa yaitu :

a. Anopheles sundaicus

Nyamuk An. sundaicus merupakan vektor malaria

yang signifikan di Indonesia, berada di wilayah pantai.

Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa bagian

selatan, Madura, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan

Bali, tetapi tidak begitu banyak ditemukan di Maluku dan

Papua. Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya

terdapat tumbuh-tumbuhan enteromopha, chetomorpha

dengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8%. Di Sumatra

jentik ditemukan pada air tawar seperti di Mandailing

dengan ketinggian 210 meter dari permukaan air laut dan

Danau Toba pada ketinggian 1000 meter.

b. Anopheles aconitus

Di Indonesia, nyamuk An. aconitus ditemukan

hampir di seluruh kepulauan, kecuali Maluku dan Irian.

Biasanya dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di

daerah kaki gunung pada ketinggian 400-1000 meter

dengan persawahan bertingkat. Nyamuk ini merupakan

vektor pada daerah-daerah tertentu di Indonesia,

terutama di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali.

Page 138: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

125

c. Anopheles barbirostris

Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di

dataran tinggi maupun di dataran rendah. Jentik biasanya

terdapat dalam air yang jernih, alirannya tidak begitu

cepat, ada tumbuh-tumbuhan air dan pada tempat yang

agak teduh seperti sawah dan parit.

Nyamuk An. barbirostris di Nusa Tenggara Timur

telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria, demikian juga di

Sulawesi, Bali, Kepulauan Seribu Jakarta, Banten (Jawa

Barat), Nias (Sumatera utara) dan Lampung. Daerah pantai

di Timor Barat merupakan habitatnya An. barbirostris,

sedangkan di Pulau Jawa banyak terdapat di daerah

dataran tinggi. Nyamuk An. barbirostris berkembang biak

di rawa, lagun, kolam ikan air tawar, tambak yang

diabaikan, selokan dan sungai; juga ditemukan di daerah

dengan elevasi yang lebih tinggi, lahan sawah, kedalaman

air relatif dangkal, suhu air tinggi, konsentrasi pH dan

salinitas tinggi, dan jaraknya rata-rata jauh dari

pemukiman penduduk.

d. Anopheles kochi

Nyamuk An. kochi terdapat diseluruh Indonesia,

kecuali Irian. Jentik biasanya ditemukan pada tempat

perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki

kerbau, kubangan, dan sawah yang siap ditanami.

Page 139: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

126

e. Anopheles maculatus

Penyebaran nyamuk An. maculatus di Indonesia

sangat luas, kecuali di Maluku dan Irian. Spesies ini

terdapat didaerah pengunungan sampai ketinggian 1.600

meter diatas permukaan air laut. Jentik ditemukan pada air

yang jernih dan banyak kena sinar matahari.

f. Anopheles subpictus

Nyamuk An. subpictus terdapat di seluruh wilayah

Indonesia. Nyamuk ini dapat dibedakan menjadi dua

spesies yaitu :

1) An. subpictus subpictus

Jentik ditemukan di dataran rendah, kadang-kadang

ditemukan dalam air payau dengan kadar garam

tinggi.

2) An. subpictus malayensis

Spesies ini ditemukan pada dataran rendah sampai

dataran tinggi. Jentik ditemukan pada air tawar,

pada kolam yang penuh dengan rumput pada

selokan dan parit.

g. Anopheles balabacensis

Spesies nyamuk An. balabacensis terdapat di

Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur,

Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air

bekas tapak binatang, pada kubangan bekas roda dan pada

parit yang aliran airnya terhenti.

Page 140: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

127

h. Anopheles annularis

Nyamuk An. annularis terdapat di daerah

perbukitan, terutama di Jawa. Hal ini mirip dengan

penelitian lain yang menemukan An. annularis di

persawahan, rawa dan lubang bervegetasi. An. annularis

juga ditemukan di Lampung, namun belum dikonfirmasi

sebagai vektor malaria. Hasil penelitian yang sama juga di

temukan oleh Ompusungu et al (1994), bahwa An.

annularis bukanlah vektor malaria potensial di Flores, Nusa

Tenggara Timor.

KESIMPULAN

1. Nyamuk Anopheles spp. sebagai vektor malaria

mempunyai karakteristik habitat yang berbeda-beda

sesuai topografinya, berkembang biak di persawahan,

perbukitan/hutan dan pantai/aliran sungai.

2. Spesifikasi tempat berkembang biak Anopheles spp.

sangat penting diketahui oleh pengambil keputusan

sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan

intervensi dalam pengendalian vektor malaria yang

lebih efektif.

Page 141: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

128

DAFTAR PUSTAKA

B2P2VRP, 2011. Kemenkes RI. Atlas Vektor Penyakit di

Indonesia, Jakarta

Bonne-Wepster, J. & Swellengrebel, 1953. N.H. The Anopheline

Mosquitoes of The Indo-Australian Region. J.H de Bussy,

Amsterdam

Bruce-Chwatt, L.J., 1985. Essential Malariology. Second Edition.

Oxford, Alden Press, London

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang,

Kemenkes RI., 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia.

Buletin Jendela Data dan Informasi: No 1 2011, Jakarta

Hardwood RF, James MT., 1979. Entomology in Human and

Animal Health. Macmillan Publishing.Co.Inc.USA

Mulyadi, 2010. Distribusi Spasial dan Karakteristik Habitat

Perkembangbiakan Anopheles spp serta Peranannya

dalam Penularan Malaria di Desa Doro Kabupaten

Halmahera Selatan Provinsi Maluku utara. Tesis. Institut

Pertanian Bogor

Ndoen et al., 2010. Relationships Between Anopheline

Mosquitoes And Topography In West Timor And Java,

Indonesia. Malaria Journal 2010, 9 : 242. Diunduh 16 Juli

2013. http://www.malariajournal.com

Ompusunggu S, et al., 1994. Pemberantasan Malaria di

Kabupaten Sikka. Cermin Dunia Kedokteran

Sandosham AA, Thomas V., 1983. Malariology, With Special

Reference to Malaya. Singapore University Press,

Singapore

Page 142: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

129

Sukowati S., 2008. Masalah Keragaman Spesies Vektor Malaria

dan Cara Pengendalian di Indonesia. Orasi Pengukuhan

Profesor Riset Bidang Entomologi. Badan Litbangkes.

Depkes RI., Jakarta

WHO., 2007. Revised Malaria Control Strategy and

Implementary Report of an Inter Country Meeting.

Chiangmai, Thailand

Page 143: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

Fauna Anopheles

130

Page 144: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

131

Segera Terbit!

Buku

“Mengenal FILARIASIS;

Penyakit Tropis yang Terabaikan di Jawa Barat”

Hasil Kolaborasi

Health Advocacy dengan Loka Litbang P2B2 Ciamis

Page 145: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis

132

Health Advocacy

adalah wadah terbuka bagi setiap orang/lembaga yang

bersedia menjadi provokator untuk mewujudkan

kesempatan yang sama bagi setiap orang dalam

mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas

Visi yang dikembangkan oleh Health Advocacy ini adalah

mampu memberikan pencerahan pada pembangunan

kesehatan secara holistik dalam berbagai sudut pandang

keilmuan.

Sedang misi yang diemban oleh Health Advocacy adalah :

• Memacu pengembangan kebijakan sistem

kesehatan daerah

• Memberikan overview dan advokasi

pengembangan dan pelaksanaan manajemen

kesehatan daerah

• Melakukan upaya pelaksanaan capacity building

stake holder pengelola pembangunan kesehatan

daerah

• Melakukan upaya pemberdayaan masyarakat grass

root dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan

daerah.

Visi dan Misi

Page 146: 160166737 Fauna Anopheles Loka Litbang P2B2 Ciamis