laporan akhir ekpd 2009 kalimantan tengah - unpar

107

Upload: ekpd

Post on 29-Nov-2014

3.796 views

Category:

Education


1 download

DESCRIPTION

Dokumen Laporan Akhir EKPD 2009 Provinsi Kalimantan Tengah oleh Universitas Palangkaraya

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Page 2: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   i  

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya Tim EKPD Kalteng dapat menyelesaikan Laporan Akhir kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah dengan judul “Evaluasi Empat Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004 – 2009 di Provinsi Kalimantan Tengah” kerjasama antara Universitas Palangka Raya dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) melalui Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan.

Evaluasi Kinerja yang dilakukan Bappenas dianggap penting mengingat selama ini evaluasi kinerja terhadap program dan kegiatan pembangunan yang dilakukan masih berorientasi kepada kinerja input dan kinerja keluaran (output), belum banyak berorientasi kepada kinerja outcome. Laporan akhir ini berusaha menyajikan evaluasi dan penilaian kinerja output dan outcome daerah.

Fokus laporan yang dibuat meliputi 5 (lima) indikator utama yaitu tingkat pelayanan publik dan demokrasi, tingkat kualitas sumberdaya manusia, tingkat pembangunan ekonomi, kualitas pengelolaan sumberdaya alam dan tingkat kesejahteraan sosial. Pembangunan di Provinsi Kalimantan Tengah diprioritaskan kepada pengentasan kemiskinan dan pembenahan infrastruktur dalam kerangka pemberdayaan masyarakat. Pada laporan akhir ini juga diulas tentang IPM kaitannya dengan GEM dan GDI serta kualitas pelayanan publik yang menyangkut kemampuan pemerintah menangani kasus korupsi dan efisiensi pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan satu atap. Sejauhmana upaya penanganan lahan kritis di Kalimantan Tengah juga diulas dalam laporan ini.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak terutama Gubernur beserta Jajarannya, Kejaksaan Tinggi Kalteng, Pengadilan Negeri Palangka Raya, Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya dalam lingkup Provinsi Kalimantan Tengah, Kepala BPS dan semua pihak yang tidak mampu kami sebutkan satu persatu.

Akhirnya, secara khusus ucapan terimakasih disampaikan kepada Tim Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah: Drs. Henry Singarasa, MS (Ketua), Prof. Dr. Ahim S. Rusan (Koordinator), Prof. Dr. Ir. Bambang S. Lautt, M.Si (Sekretaris) dan anggota masing-masing Prof. Dr. Eddy Lion, MPd; Dr. Muses Embang, MS dan Dr. Ir. Mofit Saptono,MSi atas segala upaya dan kerjasamanya sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik.

Palangka Raya, 10 Desember 2009 Universitas Palangka Raya Rektor, Henry Singarasa NIP. 19521028 198003 1 002

Page 3: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   ii  

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang dan Tujuan ........................................................................ 1

1.2 Keluaran ..................................................................................................... 4

1.3 Metodologi .................................................................................................. 4

1.4 Sistematika Penulisan Laporan .................................................................. 6

BAB II HASIL EVALUASI ............................................................................................ 7 2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI ................................ 7

2.1.1 Tingkat Pelayanan Publik ................................................................. 7 2.1.2 Tingkat Pelayanan Demokrasi .......................................................... 13 2.1.3 Capaian Indikator .............................................................................. 18 2.1.4 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol ............................ 19

2.1.5 Rekomendasi Kebijakan ................................................................... 20

2.2 TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA ..................................... 23

2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ............................................... 23

2.2.2 Pendidikan ........................................................................................ 25

2.2.3 Kesehatan ......................................................................................... 33

2.2.4 Keluarga Berencana ......................................................................... 41

2.2.5 Capaian Indikator .............................................................................. 46

2.2.6 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol ............................ 47

2.2.7 Rekomendasi Kebijakan ................................................................... 48

2.3 TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI .................................................... 53

2.3.1 Ekonomi Makro ................................................................................. 53

2.3.2 Investasi (PMA dan PMDN) .............................................................. 60

2.3.3 Infrastruktur ....................................................................................... 61

2.3.4 Capaian Indikator .............................................................................. 62

2.3.5 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol ............................ 65

2.3.6 Rekomendasi Kebijakan ................................................................... 67

2.4 KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP ........... 69

2.4.1 Kehutanan......................................................................................... 71

Page 4: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   iii  

2.4.2 Kelautan ............................................................................................ 74

2.4.3 Capaian Indikator .............................................................................. 79

2.4.4 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol ............................ 82

2.4.5 Rekomendasi Kebijakan ................................................................... 83

2.5 TINGKAT TINGKAT KESEJAHTERAAN SOSIAL ..................................... 85

2.5.1 Persentase Penduduk Miskin ........................................................... 85

2.5.2 Tingkat Pengangguran Terbuka ....................................................... 87

2.5.3 Persentase Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Anak (Terlantar,

Jalanan, Balita Terlantar, Dan Nakal) ............................................... 88

2.5.4 Persentase Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Lanjut Usia ........ 89

2.5.5 Persentase Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial (Penyandang Cacat,

Tunasosial, Dan Korban Penyalahgunaan Narkoba) ........................ 90

2.5.6 Capaian Indikator .............................................................................. 91

2.5.7 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol ............................ 93

2.5.8 Rekomendasi Kebijakan ................................................................... 95

BAB III. KESIMPULAN ................................................................................................ 98

LAMPIRAN ................................................................................................................... 103

Page 5: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   1  

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG DAN TUJUAN

Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pembangunan nasional, pada hakekatnya pembangunan daerah adalah upaya terencana

untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan daerah yang lebih

baik dan kesejahteraan bagi semua masyarakat. Hal ini sejalan dengan amanat UU No.

32 tahun 2004 yang menegaskan bahwa Pemerintah Daerah diberikan kewenangan

secara luas untuk menentukan kebijakan dan program pembangunan di daerah masing-

masing.

Berdasarkan kondisi dan konteks potensi dan permasalahan pembangunan di

wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, serta memperhatikan Visi Provinsi Kalimantan

Tengah 2006-2025, maka visi pembangunan pada periode perencanaan 5 (lima) tahun

pertama ini adalah:

MEMBUKA ISOLASI MENUJU KALIMANTAN TENGAH

YANG SEJAHTERA DAN BERMARTABAT

Isolasi wilayah akan dibuka untuk meningkatkan kemampuan dan keberdayaan

masyarakat dalam peningkatan taraf hidupnya. Untuk itu, pembukaan keterisolasian tidak

sekedar peningkatan aksesibilitas dari dan ke pusat-pusat pertumbuhan di wilayah

Kalimantan Tengah. Pembukaan keterisolasian juga diarahkan untuk penguatan dan

peningkatan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat pertumbuhan yang ada di wilayah

Provinsi Kalimantan Tengah tanpa mengorbankan kemampuan dan kualitas ekosistem

dan lingkungan hidup. Selain itu, peningkatan aksesibilitas dan penguatan keterkaitan itu

akan lebih membuka peluang usaha yang lebih besar kepada seluruh masyarakat di

wilayah Provinsi Kalimantan Tengah.

Pada periode 5 tahun pertama yaitu tahun 2006 hingga 2010, peraturan

perundang-undangan tentang pemerintahan daerah masih belum mapan. Pembagian

kewenangan dan urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan masih belum kondusif.

Selain itu, pada periode 2006 hingga 2010 ini diperkirakan bahwa kondisi perekonomian

nasional masih belum stabil. Dalam kondisi seperti ini prediksi tentang variabel-variabel

ekonomi, khususnya variabel-variabel keuangan daerah masih relatif dipenuhi oleh

kesalahan dan bias.

Page 6: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   2  

Kebijakan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

selama periode 2006 – 2010 diprioritaskan pada bidang :

1. Infrastruktur: Pembangunan dan pemeliharan jalan, jembatan, pelabuhan udara,

pelabuhan laut dan sungai baik antar Provinsi , antar Kabupaten, antar

Kecamatan, antar Desa yang terisolir dan antar sentra-sentra produksi di

sektor/sub pertanian, pertambangan, perikanan /kelautan, kehutanan,

perkebunan, dan peternakan secara terencana dan terpadu.

2. Ekonomi: Peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang berbasis

sumberdaya lokal, yang merata, berkelanjutan serta mendorong investasi, baik

dari dalam maupun luar negeri

3. Pendidikan, Kesehatan dan Keluarga Berencana: Peningkatan kemampuan

pelayanan pendidikan, kesehatan keluarga berencana secara berkesinambungan

beserta sarana dan prasarananya.

4. Pemerintahan: Peningkatan tanggungjawab daya tanggap pemerintah dalam

perluasan dan peningkatan kualitas pelayanan publik kepada seluruh lapisan

masyarakat di seluruh pelosok wilayah dalam kerangka menciptakan effective

government, good governance dan bebas KKN.

5. Hukum, Keamanan dan Hak Asasi Manusia: Penegakan supermasi hukum

yang berkeadilan termasuk pertanahan dan pendayagunaan aparat keamanan

dalam penciptaan ketentraman dan kedamaian masyarakat serta perlindungan

terhadap Hak Asasi Manusia.

6. Politik: Pembangunan kehidupan politik yang berkelanjutan dengan dasar

toleransi, keadilan, dan partisipasi yang berbasis multikultural.

7. Seni Budaya dan Agama: Memperkuat keterbukaan, toleransi kultural dan

kerukunan antar agama, suku, ras maupun golongan dalam masyarakat

Kalimantan Tengah yang majemuk dalam kerangka dan semangat serta sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8. Kepemudaan, Pramuka dan keolahragaan: Meningkatkan dan pemberdayaan

peranan generasi muda dalam pembangunan, menguatkan sarana dan prasarana

kepramukaan seperti Bumi Perkemahan di masing-masing Kabupaten/Kota, serta

meningkatkan prestasi, partisipasi, pembelajaran, profesionalisme dan kualitas

manajemen organisasi keolahragaan dalam mendukung pembangunan dan

prestasi olah raga di Kalimantan Tengah.

Page 7: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   3  

9. Kepariwisataan: Terwujutnya daya saing pariwisata dengan peningkatan

pengembangan pemasaran pariwisata.

10. Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Tata Ruang: Pembangunan

Kalimantan Tengah yang sangat strategis harus berwawasan lingkungan.

Mewujutkan fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang serasi dalam

mendukung fungsi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat secara

berkesinambungan serta mengoptimalkan produktivitas pemanfaatan dan

pengendalian tata ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

11. Perhubungan dan Telekomunikasi: Perhubungan yang dititik beratkan pada

peningkatan fasilitas bandara udara, baik yang berada di Kota Palangkaraya

maupun Kabupaten-Kabupaten lainnya. Begitu pula dengan pelabuhan laut,

pelabuhan ferry dan pelabuhan sungai lainnya perlu ditingkatkan fasilitasnya.

Telekomunikasi yang mana pelayanan telekomunikasi harus ditingkatkan untuk

menjangkau daerah-daerah baik di Kabupaten/Kota maupun di Kecamatan-

kecamatan.

12. Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan: Titik berat pembangunan

masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia Kalimantan

Tengah yang handal dan dapat bersaing di era globalisasi. Pengarus utamaan

gender diartikan bahwa peran serta perempuan disejajarkan dengan laki-laki

diberbagai aspek bidang, seperti di bidang legislatif, bidang eksekutif dan di

masyarakat.

Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan untuk menilai

relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004-2008.

Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai

tujuan/sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari

pembangunan daerah tersebut.

Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan informasi penting yang berguna

sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan pembangunan

dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa yang telah dilakukan sebelumnya.

Hasil evaluasi digunakan sebagai rekomendasi yang spesifik sesuai kondisi lokal guna

mempertajam perencanaan dan penganggaran pembangunan pusat dan daerah periode

berikutnya, termasuk untuk penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana

Dekonsentrasi (DEKON).

Page 8: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   4  

1.2. KELUARAN

Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD 2009 meliputi:

a. Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan di provinsi

Kalimantan Tengah

b. Tersusunnya hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan di provinsi Kalimantan

Tengah sesuai sistematika buku panduan

1.3. METODOLOGI

Metode yang digunakan untuk menentukan capaian 5 kelompok indikator hasil

adalah sebagai berikut:

(1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih yang

memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes).

(2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator pendukung

dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase. (3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase maka tidak

dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri.

Page 9: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   5  

(4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan terlebih dahulu

menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif).

Sebagai contoh adalah nilai indikator pendukung persentase kemiskinan semakin

tinggi, maka kesejahteraan sosialnya semakin rendah.

(5) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi

jumlah dari penyusun indikator hasil (indicator pendukungnya). Contoh untuk indikator

Tingkat Kesejahteraan Sosial disusun oleh:

• persentase penduduk miskin

• tingkat pengangguran terbuka

• persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak

• presentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia

• presentase pelayanan dan rehabilitasi sosial

Semua penyusun komponen indikator hasil ini bermakna negatif (Lihat No.4).

Sehingga:

Indikator kesejahteraan sosial = {(100% - persentase penduduk miskin) + (100% -

tingkat pengangguran terbuka) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan sosial

bagi anak) + (100%- persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia) +

(100% - persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial}/5

Daftar indikator yang menjadi komponen pendukung untuk masing-masing

kategori indikator outcomes dapat dilihat pada Lampiran 1.

Untuk menilai kinerja pembangunan daerah, pendekatan yang digunakan adalah

Relevansi dan Efektivitas. Relevansi digunakan untuk menganalisa sejauh mana

tujuan/sasaran pembangunan yang direncanakan mampu menjawab permasalahan

utama/tantangan. Dalam hal ini, relevansi pembangunan daerah dilihat apakah tren

capaian pembangunan daerah sejalan atau lebih baik dari capaian pembangunan

nasional. Sedangkan efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian

antara hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas

pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah membaik

dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dalam mengumpulkan data dan informasi, teknik yang digunakan dapat melalui:

a. Pengamatan langsung. Pengamatan langsung kepada masyarakat sebagai subjek

dan objek pembangunan di daerah, diantaranya dalam bidang sosial, ekonomi,

Page 10: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   6  

pemerintahan, politik, lingkungan hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi di

wilayah provinsi terkait.

b. Pengumpulan Data Primer. Data diperoleh melalui FGD dengan pemangku

kepentingan pembangunan daerah. Tim Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator

rapat/diskusi dalam menggali masukan dan tanggapan peserta diskusi.

c. Pengumpulan Data Sekunder. Data dan informasi yang telah tersedia pada instansi

pemerintah seperti BPS daerah, Bappeda dan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait.

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN

Sistematika penulisan laporan EKPD Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2009

terdiri dari tiga bab yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Tujuan

1.2. Keluaran

1.3. Metodologi

1.4. Sistematika Penulisan Laporan

BAB II HASIL EVALUASI

2.1. Tingkat Pelayanan Publik Dan Demokrasi

2.2. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia

2.3. Tingkat Pembangunan Ekonomi

2.4. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam

2.5. Tingkat Kesejahteraan Sosial

BAB III KESIMPULAN

LAMPIRAN (Tabel masing-masing indikator capaian yang telah dilengkapi dan dikoreksi)

Page 11: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   7  

BAB II HASIL EVALUASI

2.1. TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI

2.1.1. TINGKAT PELAYANAN PUBLIK

Pelayanan publik (public services) merupakan salah satu perwujudan dari fungsi

aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi negara. Pelayanan

publik (public services) oleh para birokrat dimaksudkan untuk mensejahterakan

masyarakat (warga negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare state). Indikator

yang digunakan dalam menilai pelayanan publik adalah: (1). Persentase jumlah kasus

korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan; (2). Persentase jumlah

aparat yang berijasah minimal S-1; (3) Persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki

peraturan daerah pelayanan satu atap.

2.1.1.1. Persentase Jumlah Kasus Korupsi Yang Tertangani Dibandingkan Dengan Yang Dilaporkan

Upaya pemerintah provinsi dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik di

Kalimantan Tengah terutama dalam hal penanganan kasus korupsi sudah mulai

menunjukkan hasil yang memuaskan, terutama sejak tahun 2006. Bila dilihat data pada

awal RPJMD tahun 2004, jumlah kasus korupsi yang tertangani di Kalimantan Tengah

tergolong relatif kecil (16,67%) artinya bahwa hanya sebagian kecil saja dari kasus

korupsi yang dilaporkan tersebut mampu ditangani dan diputuskan. Kondisi tersebut

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

2004 2005 2006 2007 2008

K alteng Nas ional

Gambar 2.1. Grafik capaian indikator persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan.

Page 12: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   8  

berubah menjadi lebih baik sejak tahun 2007. Kondisi tersebut dipicu oleh adanya

penandatanganan MOU antara Gubernur dan ketua KPK pada tahun 2006 tentang

pencegahan korupsi dijajaran pemerintah daerah. Peningkatan yang cukup signifikan

tersebut terjadi hingga tahun 2009 dimana persentase kasus korupsi yang tertangani

dibanding dengan yang dilaporkan meningkat menjadi 90%. Walaupun terjadi

peningkatan penanganan kasus korupsi namun apabila dibandingkan dengan data

nasional tahun 2008 (94,00) maka upaya penanganan tersebut relatif lebih rendah.

Tekad dan komitmen Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam

mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN (clean government)

dimanifestasikan ke dalam program dan kebijakan yang mengedepankan transparansi, akuntabilitas dan partisipasi masyarakat. Langkah-langkah yang telah ditempuh

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam upaya mewujudkan clean government di

Provinsi Kalimantan Tengah meliputi :

1. Penandatanganan Kesepakatan Bersama Ketua KPK Nomor 002/Pemprov Kalteng-

KPK/III/2006 dan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 790/447/2006 tanggal 14

Maret 2006 dalam rangka Pencegahan Korupsi di Jajaran Pemerintah Daerah se-

Provinsi Kalimantan Tengah.

2. Keputusan Bersama Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi dan Gubernur Kalimantan

Tengah di bidang Pendaftaran Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara dan

Sosialisasi Pemberantasan Korupsi Nomor : KEP. 747/KPK/12/2004, tanggal 9

Desember 2004.

Beberapa hal yang telah dicapai dari pelaksanaan komitmen dalam pemberantasan

korupsi adalah:

1. Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi dalam pengadaan barang dan jasa melalui

kegiatan:

a) Penerapan Keppres No.80 tahun 2003 beserta perubahannya dalam pengadaan

barang dan jasa.

b) Penandatanganan Pakta Integritas bagi pengguna jasa, penyedia jasa dan Panitia

Pengadaan sebelum proses pengadaan.

c) Mengumumkan pengadaan barang dan jasa melalui media cetak nasional yaitu

Media Indonesia dan media cetak lokal yaitu Kalteng Pos dan Dayak Pos.

d) Melakukan sosialisasi/ demo e-announcement yang bekerjasama dengan KPK.

Page 13: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   9  

e) Menjadi percontohan pelaksanaan Electronic Government Procurement (EGP)

yang ditunjuk oleh Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/

Bappenas.

2. Bidang Pencegahan Korupsi dan peningkatan Kesadaran Anti Korupsi

a) Penandatanganan MoU dan Pakta Integritas antara Kepala Daerah dengan

Kepala SKPD di Jajaran Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota se-Kalimantan

Tengah.

b) Penandatangan Kesepakatan Kinerja antara Kepala SKPD di lingkungan

Pemerintah Provinsi Kaimantan Tengah dengan Gubernur yang dilakukan setiap

tahun dan dievaluasi pelaksanaannya pada awal tahun berikutnya.

c) Membuat iklan layanan masyarakat tentang anti korupsi di media cetak (buletin

Isen Mulang, Harian Kalteng Pos, Dayak Pos dan palangka Pos) maupun media

elektronik (TVRI Kalteng).

d) Gubernur Kalimantan Tengah telah menghimbau Bupati/ Walikota dan semua

Kepala SKPD untuk tidak menerima parsel pada hari-hari besar keagamaan.

e) Telah melakukan Sosialisasi LHKPN dan pemberantasan korupsi di jajaran

Pemerintahan Provinsi dan Kabupaten Kota se-Kalimantan Tengah yang

bekerjasama dengan KPK.

f) Melakukan pendataan wajib lapor LHKPN di Provinsi Kalimantan Tengah, untuk

tahun 2007 sebanyak 1.921 orang wajib lapor dan yang telah menyampaikan

sebanyak 1.649 orang (86%).

2.1.1.2. Persentase Jumlah Aparat Yang Berijasah Minimal S-1.

Dalam kondisi masyarakat yang sudah tergolong maju, birokrasi publik harus

dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana, transparan,

terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif serta sekaligus dapat membangun kualitas

manusia dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan masyarakat untuk secara aktif

menentukan masa depannya sendiri.

Bila dilihat data pada awal RPJMD tahun 2004, persentase jumlah aparat yang

berijasah minimal S-1 di Kalimantan Tengah tergolong relatif tinggi (31,03%) artinya

bahwa sebanyak lebih dari 31,03% pegawai negeri di Kalimantan Tengah memiliki ijasah

minimal S-1. Memang akhir-akhir ini banyak SKPD yang mensyaratkan penerimaan

pegawai negeri berijasah minimal S-1. Hal ini dimaksudkan agar kualitas pelayanan

menjadi semakin baik.

Page 14: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   10  

28,00

29,00

30,00

31,00

32,00

33,00

2004 2005 2006 2007 2008

K alteng Nas ional

Gambar 2.2. Grafik capaian indikator persentase jumlah aparat yang berijasah minimal S-1.

Berkaitan dalam hal kualitas pelayanan publik, maka kemampuan aparat sangat

berperan penting dalam hal ikut menentukan kualitas pelayanan publik tersebut. Untuk itu

indikator-indikator dalam kemampuan aparat adalah sebagai berikut :

1. Tingkat pendidikan aparat;

2. Kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai jadwal;

3. Kemampuan melakukan kerja sama;

4. Kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang dialami organisasi;

5. Kemampuan dalam menyusun rencana kegiatan;

6. Kecepatan dalam melaksanakan tugas;

7. Tingkat kreativitas mencari tata kerja yang terbaik;

8. Tingkat kemampuan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada atasan;

9. Tingkat keikutsertaan dalam pelatihan/kursus yang berhubungan dengan bidang

tugasnya.

Dalam menjalankan tugasnya, para aparatur pemerintah dituntut untuk memiliki

kemampuan yang baik berupa pengetahuan, keterampilan serta sikap perilaku yang

memadai, sesuai dengan tuntutan pelayanan dan pembangunan sekarang ini. Dalam

kaitannya dengan pelayanan publik maka saat ini terasa bahwa kebutuhan keterampilan

menggunakan komputer dan alat elektronik lainnya sangat diperlukan. Hal ini yang jarang

sekali dimiliki oleh pegawai yang terdahulu walaupun sudah mengantongi ijasah S-1.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah penerapan etos kerja yang jujur, ulet

dan suka kerja keras. Ini yang paling perlu ditanamkan dalam rangka peningkatan kinerja

Page 15: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   11  

bagi pegawai negeri. Menurut beberapa ahli keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh

kemampuan intelegensi (20%) tetapi juga paling besar pengaruhnya adalah kemampuan

emosional (50%) dan kemampuan advertise (30%).

Berkaitan dengan data diatas, nilai persentase yang tinggi masih belum

menggambarkan data pegawai secara keseluruhan di Kabupaten/Kota mengingat data

yang disajikan tersebut merupakan data tingkat provinsi. Apabila data tersebut digabung

dengan data pada wilayah Kabupaten/Kota maka ada kemungkinan nilai persentase

menjadi rendah. Sebagai bahan informasi awal, biasanya di kabupaten/kotawilayah

masih cukup sulit mencari pegawai yang berijasah S-1 lebih-lebih pada wilayah

kabupaten pemekaran. Biasanya pada wilayah kabupaten pemekaran, untuk menduduki

jabatan eselon, baik eselon II maupun III pada beberapa SKPD diambilkan dari tenaga

guru. Hal inilah yang mungkin masih berdampak pada kualitas pelayanan yang masih

rendah.

2.1.1.3. Persentase Jumlah Kabupaten/Kota Yang Memiliki Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap

Terkait dengan tingkat pelayanan publik maka faktor yang sangat berpengaruh

terhadap rendahnya capaian pelayanan tahun 2004 hingga 2007 adalah belum adanya

PERDA pelayanan satu atap di Kabupaten/kota. Namun sejak diterbitkannya PP 41 tahun

2007 maka pemerintah Kabupaten/kota mulai menyusun dan meneribitkan Perda

mengenai pelayanan satu atap. Pada tahun 2008 sudah ada 9 daerah kabupaten/kota

yang memiliki Perda satu atap sedangkan pada tahun 2009 jumlah tersebut meningkat

menjadi 10 Kabupaten/kota dari 14 kabupaten/kota yang ada di provinsi Kalimantan

Tengah (71,43%). Nama-nama ke-10 kabupaten/kota yang telah memiliki perda

pelayanan satu atap adalah kota Palangka Raya, Kabupaten Kaotawaringin Timur,

Katingan, Lamandau, Kotawaringin Barat, Barito Selatan, Kapuas, Gunung Mas, Pulang

Pisau dan Barito Utara, sedangkan kabupaten/kota yang belum memiliki perda pelayanan

satu atap yaitu Kabupaten Sukamara, Barito Timur, Seruyan dan Murung Raya.

Page 16: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   12  

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

2004 2005 2006 2007 2008

K alteng Nas ional

Gambar 2.3. Grafik capaian indikator persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap.

Di Kalimantan Tengah, program pelayanan publik dititik beratkan pada

peningkatan kualitas pelayanan, yang akan dilakukan terutama pada standarisasi

pelayanan pada publik di seluruh unit organisasi dan kemudian akan dikembangkan

hingga menjadi baku untuk kemudian akan terus dievaluasi bersama-sama setelah

standar tersebut dibakukan dalam bentuk peraturan kepala daerah atau peraturan

daerah. Dalam rangka peningkatan tersebut yang akan dilakukan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut:

• Kompetensi Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Antar daerah dan

Penilaian Unit Kerja Pelayanan Percontohan;

• Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Publik pada Kabupaten/Kota

• Bintek Pengukuran Indek Kepuasan Masyarakat

• Terlaksananya monitoring, evaluasi pelaksanaan Perda dan studi aspek

legalisasi penyusunan Perda

• Penyusunan dan Sosialisasi Perda Pengelolaan barang Daerah

Strategi pelayanan prima pola layanan satu atap atau sering disebut sebagai

layanan terpadu pada suatu tempat oleh beberapa instansi daerah yang bersangkutan

sesuai dengan kewenangan masing-masing, sebenarnya bukan merupakan sesuatu hal

yang baru. Strategi ini telah berhasil diterapkan pada layanan pembayaran pajak

kendaraan bermotor yang melibatkan beberapa instansi daerah, antara lain Dispenda,

Kepolisian, dan Jasa Raharja. Penerapan layanan satu atap pada dasarnya untuk

meningkatkan efisiensi dan efektifitas melalui peminimalan jarak geografis antar fungsi terkait, dengan demikian dapat diperpendek waktu yang diperlukan untuk proses layanan,

Page 17: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   13  

pengguna layanan juga menjadi lebih mudah untuk memperoleh layanan. Yang

senantiasa harus dicermati dalam penerapan pola layanan satu atap adalah koordinasi

diantara beberapa instansi yang terkait.

Keberhasilan penerapan layanan terpadu untuk pembayaran pajak kendaraan

bermotor ini kemudian mendorong pemerintah daerah untuk menerapkan layanan terpadu

pada bidang layanan dokumen, seperti layanan KTP, KK, akta kelahiran dan perijinan

yang dulunya dilakukan pada tempat yang terpisah kemudian disatu atapkan di satu

tempat. Persoalan yang muncul dalam hal ini adalah bagaimana mengintegrasikan

berbagai bentuk layanan yang berbeda proses penanganannya.

Evaluasi terhadap fungsi-fungsi pelayanan yang akan disatuatapkan perlu

dilakukan. Barangkali yang paling mudah dilakukan dalam penyelenggaraan layanan satu

atap bagi bidang-bidang yang berbeda, hanya sebatas pada layanan lini pertama, yaitu

tempat penerimaan berkas ajuan layanan, tindakan selanjutnya untuk penyelesaiannya

tetap pada instansi masingmasing. Penempatan personal yang andal sangat menentukan

efektifitas penyelenggaraan. Selain petugas lini depan, maka perlu ditempatkan seorang

kurir untuk masing-masing instansi guna memperlancar alur layanan dan penyelesaian

pekerjaan layanan. Kemudian, untuk mempermudah masyarakat pengguna layanan

memperoleh layanan, maka desain layanan harus dikomunikasikan sejelas-jelasnya.

Pemberian layanan publik dengan pola layanan satu atap yang memenuhi

standar minimal seperti yang telah diterapkan memang menjadi bagian yang perlu

dicermati. Dewasa ini masih sering dirasakan, bahwa kualitas layanan minimum sekalipun

belum memenuhi harapan sebagian besar masyarakat pengguna layanan. Yang lebih

memprihatinkan lagi sebagian besar masyarakat pengguna layanan publik belum

memahami secara pasti tentang standar layanan yang seharusnya diterima dan apakah

sesuai dengan prosedur layanan yang dibakukan. Masyarakat pun enggan mengadukan

jika menerima layanan yang kurang berkualitas.

2.1.2. TINGKAT PELAYANAN DEMOKRASI

Indikator yang digunakan untuk menilai tingkat pelayanan demokrasi di

Kalimantan Tengah diarahkan pada dua hal yaitu: (1) Tingkat partisipasi politik

masyarakat baik dalam hal pemilu legislatif, PILPRES maupun pemilihan kepala daerah

(PILKADA); (2) Pengukuran pengarusutamaan gender.

Page 18: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   14  

2.1.2.1. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam PEMILU maupun PILKADA

Indikator dari Agenda Mewujudkan kondisi yang Demokratis adalah suksesnya

pelaksanaan PILKADA dan PILPRES di Wilayah Kalimantan Tengah, meningkatnya

jumlah parpol yang aktif, serta tingkat partisipasi masyarakat yang ikut dalam kegiatan

pemilu / pilkada cukup tinggi terutama tahun 2004. Selain itu, terpeliharanya momentum

awal konsolidasi demokrasi dengan terlaksananya secara efektif fungsi dan peran

lembaga penyelenggara negara dan lembaga kemasyarakatan. Agenda tersebut juga

menetapkan sasaran terhadap meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses

penyusunan kebijakan publik serta terlaksananya pemilihan umum (Pemilu) yang lebih

demokratis, jujur, dan adil pada tahun 2009 dengan prioritas pembangunan yang

diletakkan pada perwujudan lembaga demokrasi yang makin kukuh.

Di Kalimantan Tengah, pemilu legislatif dan pilpres tahun 2009 telah terlaksana

dengan baik dan pemerintah daerah juga telah menyelesaikan Pemilihan Kepala Daerah

(PILKADA) di 14 kabupaten/kota untuk pemilihan Bupati/Walikota serta pemilihan

Gubernur pada tahun 2005 yang lalu. Hal yang ditunggu saat ini adalah pemilihan Bupati

(Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat) dan pemilihan Gubernur Kalteng yang akan

dilaksanakan sekitar bulan Juni tahun 2010.

60,00

62,00

64,00

66,00

68,00

70,00

72,00

74,00

76,00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

K alteng Nas ional

Gambar 2.4. Grafik capaian indikator tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Presiden (PILPRES)

Lebih rendahnya tingkat demokrasi di Kalimantan Tengah terkait dengan relatif

rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pilpres maupun Pilkada. Pada tahun

2004, tingkat partisipasi masyarakat secara nasional dalam pilpres mencapai 75,98%

sedangkan tingkat pastisipasi masyarakat Kalteng pada tahun yang sama mencapai

Page 19: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   15  

69,52% (angka rerata dari putaran I dan II). Hal yang paling perlu dicermati lagi adalah

menurunnya tingkat partisipasi masyarakat Kalimantan Tengah pada pemilu legislatif

maupun pilpres tahun 2009. Penurunan tersebut mencapai 9,21% untuk pemilihan

legislatif dan 3,52% untuk pemilihan Presiden dibanding tahun 2004.

Beberapa hal yang kemungkinan menjadi faktor penyebab menurunnya peran

serta masyarakat dalam pesta demokrasi adalah:

1. Masih belum optimalnya proses sosialisasi tentang cara melaksanakan pesta

demokrasi

2. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang manfaat secara langsung pesta demokrasi

tersebut

3. Jumlah partai yang terlalu banyak membuat masyarakat bingung untuk memilih

sehing-ga cenderung memilih tidak mengikuti pencontrengan

4. Adanya himbauan-himbauan untuk tidak memilih (Golput).

5. Aturan pemilu yang mengharuskan adanya nama pada daftar pemilih tetap

6. Sebagian pemilih, terutama pemilih pemula banyak yang tidak terdaftar mengingat

tenggang waktu antara pendaftaran dengan pencontrengan jaraknya cukup lama.

Daerah yang maju ditandai oleh peran serta rakyat secara nyata dan efektif

dalam segala aspek kehidupan, khususnya kegiatan sosial dan politik. Diharapkan agar

pemerintah daerah menggiatkan peran serta masyarakat terutama menghadapi PILKADA

bulan Juni tahun 2010. Peningkatan partisipasi masyarakat untuk ikut terlibat dalam

proses demokrasi pemilu kepala daerah tahun 2010 perlu dilakukan mengingat

pengalaman waktu pelaksanaan PILKADA Gubernur tahun 2005 masih terdapat sekitar

474.864 jiwa pemilih atau 36,80 persen anggota masyarakat yang tidak menggunakan

hak pilihnya dalam PILKADA tersebut.

2.1.2.2. Gender Development Index (GDI) dan Gender Empowerment Measurment (GEM)

Mengacu kepada kebijakan program Pemberdayaan Perempuan yang

disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan pembangunan daerah Provinsi

Kalimantan Tengah, maka program pembangunan pemberdayaan perempuan,

kesejahteraan dan perlindungan anak Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2006-2010

diarahkan pada program-program antara lain sebagai berikut : Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender.

Page 20: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   16  

Tujuan program ini untuk memperkuat kelembagaan dan jaringan

Pengarusutamaan Gender (PUG) di berbagai bidang pembangunan. Sasaran yang ingin

dicapai:

1. Tersedianya tenaga analisis gender dan model analisis gender di Provinsi dan di

seluruh Kabupaten/Kota;

2. Terjalinnya kerjasama Pusat Studi Wanita/Gender dengan Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota;

3. Terbentuknya Focal Point PUG di setiap Dinas/Badan/Unit Kerja di Provinsi dan

Kabupaten/Kota;

4. Meningkatnya koordinasi pemberdayaan perempuan di Provinsi dan Kabupaten/Kota;

5. Tersusunnya kebijakan dan program pembangunan daerah yang responsif gender di

Provinsi dan Kabupaten/Kota;

6. Terlaksananya penyusunan statistik gender termasuk indikator gender.

Kegiatan pokok yang dilakukan antara lain :

1. Mengembangkan materi dan melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)

tentang kesetaraan dan keadilan gender (KKG) PUG dan KPA;

2. Meningkatkan kapasitas dan jaringan kelembagaan pemberdayaan perempuan dan

anak di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, termasuk Pusat Studi Wanita/ Gender;

3. Menyusun berbagai kebijakan dalam rangka penguatan kelembagaan PUG dan PUA

di Provinsi dan Kabupaten/Kota;

4. Melaksanakan kegiatan penyusunan perencanaan, pemantauan, evaluasi PUG dan

PUG di Provinsi dan Kabupaten/Kota;

5. Membentuk P2TP2A di Provinsi/Kabupaten/Kota.

52,00

54,00

56,00

58,00

60,00

62,00

64,00

66,00

68,00

2004 2005 2006 2007 2008

K alteng Nas ional

Gambar 2.5. Grafik capaian indikator gender empowerment measurment (GEM)

di Kalimantan Tengah

Page 21: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   17  

Selain ke enam indikator diatas maka indikator yang menyangkut indek

pemberdayaan gender (GEM) juga menunjukkan tren yang meningkat dan sejak tahun

2006 indek pemberdayaan gender di Kalimantan Tengah lebih tinggi dari rerata nasional

(Gambar 2.5). Pada tahun 2004 indek pemberdayaan gender di Kalimantan Tengah

menunjukan angka 57,11 persen. Semakin tahun angka tersebut semakin meningkat,

hingga pada tahun 2009 telah mencapai 66,75 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa

peran perempuan dalam bidang ekonomi, dan pengambilan keputusan sudah mulai

membaik. Namun yang masih belum banyak terlihat adalah peran perempuan dalam

bidang politik masih rendah dalam arti kata keterwakilan kaum perempuan dalam

lembaga legistilatif masih minim. Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun oleh Tim

EKPD maka hasil pemilu 2009 menempatkan jumlah anggota legislatif perempuan

sebanyak 8 orang dari 45 orang anggota yang ada (17,77%). Jumlah personil pejabat

perempuan di provinsi Kalimantan Tengah tahun 2007 hanya mencapai 12,03% dari

9.246 pejabat yang ada. Pada tahun 2009 (pelantikan bulan november 2009) jumlah

perempuan yang menduduki jabatan eselon II pada lingkup pemerintah provinsi Kalteng

hanya 5 orang dari sekitar 43 biro/SKPD yang ada (11,63%).

Tabel 2.1 Jumlah Personil Pejabat Perempuan

di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2007

No Jenis Jabatan Perempuan Laki-laki Total

1 Gubernur - 1 1 2 Wakil Gubernur - 1 1 3 Bupati / Walikota - 13 13 4 Wakil Bupati / Walikota - 13 13 5 Pejabat Pemda Tk. Kabupaten/Kota Eselon II

Provinsi 16 258 274

6 Pejabat Pemda Tk. Kabupaten/Kota Eselon III Provinsi

164 968 1.132

7 Pejabat Pemda Tk. Kabupaten/Kota Eselon IV Provinsi

851 2.534 3.385

8 Hakim di Pengadilan Tinggi 1 6 7 9 Jaksa di Kejaksaan Tinggi 2 38 40 10 Camat 5 61 66 11 Kepala KUA - 242 242 12 Lurah 7 233 240 13 Wakil Lurah 2 14 16 14 Kepala Desa 12 900 912 15 Dewan Kelurahan - - - 16 Badan Perwakilan Desa 53 2.842 2.895 17 Rektor - 9 9 Total 1.113 8.133 9.246

Catatan : Data dari Provinsi dan 4 (empat) Kabupaten / 1 (satu) Kota Kapuas, Barut, Katingan, Seruyan, Kota Palangka Raya

Page 22: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   18  

Terbatasnya jumlah kaum perempuan dalam menduduki jabatan eselonisasi

dalam lingkup Pemkab maupun Pemprov serta lembaga legislatif kemungkinan

disebabkan oleh:

- Masih kuatnya peran ganda kaum perempuan antara sebagai ibu rumah tangga dan

membina karir sehingga alokasi waktu untuk meningkatkan profesionalisme menjadi

terbatas.

- Kepercayaan dan kesempatan yang diberikan kepada kaum perempuan masih rendah

- Di banyak masyarakat, perempuan dianggap terlalu lemah untuk memimpin satu

kelompok masyarakat. Karena itu pula perempuan sering dihambat bahkan dilarang

masuk dalam sendi-sendi politik masyarakat.

- Adanya cap-cap negatif terhadap perempuan: emosional dan kurang rasional.

2.1.3. CAPAIAN INDIKATOR

Terdapat dua bentuk satuan indikator yang digunakan dalam menilai kemajuan

pembangunan yaitu berdasarkan agregasi angka relatif (persentase) dan angka absolut

(mutlak). Agregasi angka relatif ditujukan untuk membuat satu grafik capaian indikator

tingkat pelayanan publik dan demokrasi dengan 6 (enam) indikator pendukung yaitu

persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan,

persentase aparat yang berijasah minimal S-1, persentase jumlah kabupaten/kota yang

memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap, tingkat partisipasi politik masyarakat

dalam pemilihan kepala daerah provinsi, tingkat partisipasi politik masyarakat dalam

pemilihan legislatif, tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Presiden

(Pilpres). Semua status indikator persentase tersebut bernilai positif.

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

2004 2005 2006 2007 20080,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

Kalteng

Nasional

Tren Kalteng

Tren Nasional

Gambar 2.6. Grafik capaian indikator Tingkat Pelayanan Publik

di Provinsi Kalimantan Tengah.

Page 23: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   19  

Berdasarkan grafik tersebut tampak bahwa tingkat pelayanan publik di

Kalimantan Tengah pada tahun 2004 – 2008 lebih rendah dibanding rata-rata nasional. Apabila dilihat dari segi efektivitasnya maka pembangunan pelayanan publik

dan demokrasi di Kalimantan Tengah mulai membaik terutama sejak tahun 2006 hingga

mencapai tahun 2008. Berdasarkan trend capaian pembangunan maka capaian

pembangunan daerah sejalan bahkan lebih baik pada tahun-tahun terakhir dibanding

dengan pelayanan publik secara nasional.

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

2004 2005 2006 2007 2008 2009-150,00

-100,00

-50,00

0,00

50,00

100,00

150,00

Kalteng

Nasional

Tren Kalteng

Tren Nasional

Gambar 2.7. Grafik capaian indikator Tingkat Demokrasi di Provinsi Kalimantan Tengah.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pesta demokrasi di Kalimantan Tengah

pada tahun 2004 dan 2009 sedikit lebih rendah dibanding rata-rata nasional. Apabila

dilihat dari segi efektivitasnya maka pembangunan demokrasi di Kalimantan Tengah

tahun 2009 menurun dibanding tahun 2004. Berdasarkan trend capaian pembangunan

maka capaian pembangunan daerah sejalan namun lebih rendah pada tahun-tahun

terakhir (2009) dibanding dengan pelayanan publik secara nasional.

2.1.4. ANALISIS CAPAIAN INDIKATOR SPESIFIK DAN MENONJOL

Ada enam indikator penunjang yang diperhatikan untuk kepentingan Analisis

Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol untuk tingkat pelayanan publik dan demokrasi di

provinsi Kalimantan Tengah, yaitu: persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani

dibandingkan dengan yang dilaporkan, persentase aparat yang berijasah minimal S-1,

persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap,

tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepala daerah provinsi, tingkat

Page 24: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   20  

partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan legislatif, tingkat partisipasi politik

masyarakat dalam pemilihan Presiden (Pilpres). Penilaian atas indikator penunjang yang

spesifik dan menonjol dapat diketahui dari analisis kesesuaian antara harapan dan

kenyataan. Bila hasilnya sesuai maka indikator penunjang itulah yang dapat dianggap

suatu keberhasilan spesifik dan menonjol (lihat tabel 1).

Tabel 2.2. Hasil Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

Bidang Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2004 – 2008

No Indikator Penunjang Harapan Fakta Keterangan

1 Jumlah kasus korupsi yang tertangani Trennya Naik Trennya Naik sesuai

2 Persentase aparat berijasah minimal S-1 Trennya Naik Trennya Naik sesuai

3 Persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki perda pelayanan satu atap Trennya Naik Trennya Naik sesuai

4 Tingkat patisipasi politik masyarakat dalam PILKADA provinsi Trennya Naik Trennya Turun tidak sesuai

5 Tingkat patisipasi politik masyarakat dalam pemilihan LEGISLATIF Trennya Naik Trennya Turun tidak sesuai

6 Tingkat patisipasi politik masyarakat dalam PILPRES Trennya Naik Trennya Turun tidak sesuai

Sumber : Diolah dari Matrik Data EKPD Provinsi Kalimantan Tengah.

Melalui data pada tabel 1, dapat diketahui bahwa ada tiga indikator penunjang

yang sesuai, sedangkan tiga sisanya tidak sesuai. Dengan demikian dapat ditetapkan

indikator yang spesifik dan menonjol bidang pelayanan publik dan demokrasi di provinsi

Kalimantan Tengah yaitu keberhasilan bidang penanganan kasus korupsi, persentase

aparat minimal berijasah S-1 dan persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki perda

pelayanan satu atap.

2.1.5. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Pokok-pokok kebijakan untuk mengatasi persoalan peningkatan kualitas

pelayanan publik dan demokrasi di provinsi Kalimantan Tengah periode yang akan datang

direkomendasikan melalui upaya peningkatan persentase jumlah kasus korupsi yang

tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan, peningkatan persentase aparat yang

Page 25: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   21  

berijasah minimal S-1, peningkatan persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki

peraturan daerah pelayanan satu atap, peningkatan gender development index (GDI), peningkatan gender empowerment measurement (GEM), peningkatan tingkat partisipasi

politik masyarakat dalam pemilihan kepala daerah provinsi, tingkat partisipasi politik

masyarakat dalam pemilihan legislatif, tingkat partisipasi politik masyarakat dalam

pemilihan Presiden (Pilpres), sebagai berikut:

1) Upaya meningkatkan persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan

dengan yang dilaporkan

• Kebijakan penanganan kasus korupsi tanpa pandang bulu baik terhadap para

pejabat maupun keluarga para pejabat

• Menanamkan pengertiaan kepada aparat bahwa hukum harus ditegakkan dan

keadilan harus dinyatakan di Bumi Tambun Bungai

• Kebijakan mendorong peran serta masyarakat melalui misalnya LSM, BEM, dalam

mengawal pelaksanaan hukum di bumi Tambun Bungai

2) Upaya meningkatkan persentase jumlah aparat yang berijasah minimal S-1

• Melakukan kebijakan penerimaan pegawai minimal berijasah S-1 dan

menyesuaikan dengan kompetensi yang diperlukan oleh SKPD

• Melakukan pendataan pegawai sesuai dengan tingkat pendidikan di

Kabupaten/kota sehingga data yang ada menjadi lebih komprehensif

• Meningkatkan emosional dan advertising skill para pegawai memalui pemahaman

tentang pentingnya kerjasama, penyesuaian diri, penyusunan rencana kegiatan,

kecepatan melaksanakan tugas serta bertanggungjawab terhadap tugas.

• Meningkatkan pelatihan/kursus yang berhubungan dengan bidang tugasnya.

3) Upaya meningkatkan persentase jumlah kabupaten/kota memiliki peraturan daerah

pelayanan satu atap

• Mendorong pemerintah kabupaten yang belum memiliki organisasi pelayanan satu

atap agar segera membentuk organisasi tersebut dan membuat perdanya.

Beberapa daerah tersebut meliputi Sukamara, Seruyan, Barito Timur dan Murung

Raya.

• Bagi daerah yang telah memiliki institusi pelayanan satu atap, maka yang perlu

dilakukan adalah meningkatkan kualitas pelayanan serta melakukan sosialisasi

tentang standar layanan yang seharusnya diterima dan prosedur layanan yang

dibakukan.

Page 26: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   22  

4) Upaya pemberdayaan perempuan melalui peningkatan GDI dan GEM

• Memberikan kesempatan dan meningkatkan profesionalisme kaum perempuan

dalam memimpin melalui pendidikan dan pelatihan

• Kebijakan mendorong partisipasi perempuan dalam berpolitik sehingga jumlah

kuota 30% keterwakilan perempuan dapat terpenuhi.

• Memberikan kesempatan yag lebih luas bagi perempuan untuk menduduki

jabatan-jabatan dipemerintahan di Kabupaten/kota sampai ke eselon II.

• Memberikan kesempatan berusaha dan bekerja bagi perempuan yang setara

dengan kaum laki-laki

5) Upaya meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam PEMILU, PILPRES dan

PILKADA

• Sosialisasi tentang tata cara melakukan pesta demokrasi terutama pentingnya hak

pilih bagi masyarakat

• Melakukan pendataan pemilih dengan baik terutama bagi pemilih pemula

• Mengurangi kecenderungan masyarakat untuk tidak memilih (Golput)

• Mengurangi jumlah parpol sehingga mengurangi kebingungan masyarakat dalam

memilih

• Sosialisasi tentang tata cara pencontrengan sampai ketingkat desa

• Perlu pendidikan politik bagi generasi muda dan pemilih pemula

Page 27: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   23  

2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

Indikator hasil (outcome) untuk tingkat kualitas sumber daya manusia dapat diukur dari

beberapa variable yaitu (1). Indeks pembangunan manusia (IPM); (2) Pendidikan; (3)

Kesehatan dan (4). Keluarga berencana.

2.2.1. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI)

adalah pengukuran perbandingan dari angka harapan hidup , melek huruf, pendidikan

dan standar hidup masyarakat Indonesia. HDI mengukur pencapaian rata-rata sebuah

negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia:

• Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat

kelahiran

• Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa

(bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar , menengah , atas gross

enrollment ratio (bobot satu per tiga).

• Standard kehidupan yang layak diukur dengan GDP per kapita gross domestic

product / produk domestik bruto dalam paritas kekuatan beli purchasing power parity

dalam Dollar AS

65,0066,0067,0068,0069,0070,0071,0072,0073,0074,0075,00

2004 2005 2006 2007 2008

K alteng Nas ional

Gambar 2.8. Grafik capaian indikator indeks pembangunan manusia (IPM) di Provinsi Kalimantan Tengah

Page 28: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   24  

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit yang

digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu daerah dalam tiga hal mendasar

pembangunan manusia, yaitu: lama hidup, yang diukur dengan angka harapan hidup

ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek

huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; dan standar hidupyang diukur dengan pengeluaran

per kapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli. Nilai indeks ini berkisar

antara 0 -100.

Indeks Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun. Pada awal RPJM tahun 2004, IPM Kalimantan Tengah mencapai

71,7 lebih tinggi dari rata-rata IPM Indonesia yang tahun 2004 mencapai 68,7. Pada

tahun 2008 IPM Kalimantan Tengah sudah menjadi mencapai 74,60 sedangkan IPM

nasional baru berada pada tahap 70,59 Saat ini (tahun 2009) indeks pembangunan

manusia di Kalimantan Tengah mencapai 74,90.

IPM yang dibuat dengan mengacu data-data pembangunan manusia di Kalteng

tahun 2009 itu menempatkan Kalimantan Tengah pada ranking ke 3 dari 33 provinsi di

Indonesia. Pengukuran IPM mengacu pada tiga dimensi pembangunan manusia yakni

kehidupan yang panjang dan sehat, kesempatan menikmati pendidikan dan hidup dengan

standar yang layak (antara lain diukur dari daya beli dan pendapatan). Peningkatan IPM

di Kalimantan Tengah terjadi karena investasi pemerintah dalam pembangunan

kesehatan dan pendidikan cukup tinggi.

Peningkatan nilai IPM ditunjang oleh kemampuan pemerintah dalam berinvestasi

di bidang pedididikan dan kesehatan. Umur harapan hidup di Kalimantan Tengah tahun

2009 telah mencapai 71,00 sedangkan angka melek aksara penduduk berusia 15 tahun

ke atas telah mencapai 98,15. Kedua faktor ini yang paling besar pengaruhnya terhadap

peningkatan nilai IPM.

Tingginya IPM didukung oleh umur harapan hidup (UHH) penduduk Kalimantan

Tengah saat ini mencapai 71,00 tahun, lebih tinggi dibandingkan UHH nasional sekitar

70,5 tahun hingga 70,7 tahun. "Secara demografi, struktur umur penduduk Kalimantan

Tengah bergerak ke arah struktur penduduk yang lebih banyak usia produktif (`produktif

population). Dengan demikian yang perlu dilakukan adalah pembukaan kesempatan

kerja dan kesempatan berusaha. Bertambahnya UHH penduduk tak terlepas dari

keberhasilan pembangunan kesehatan yang dapat diukur dengan rendahnya angka

kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI).

Page 29: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   25  

2.2.2. PENDIDIKAN

Misi pendidikan Kalimantan Tengah adalah “Membangun dan Mengembangkan

Budaya Pembelajaran Yang Mendidik Secara Merata dan Adil Pada Semua Jenis, Jalur

dan Jenjang Pendidikan Untuk Menciptakan Masyarakat Yang Beriman, Bertakwa,

Cerdas, Kreatif, dan Inovatif Serta Memiliki Daya Saing Yang Dapat Menjawab Kebutuhan

Masyarakat”. Misi ini berhubungan langsung dengan upaya peningkatan kualitas

manusia melalui pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi

dan efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan kualitas manusia merupakan salah

satu cara untuk penanggulangan kemiskinan, peningkatan keadilan dan kesetaraan

gender, pemahaman nilai-nilai budaya dan multikulturalisme, serta peningkatan keadilan

sosial.

Agar misi di atas dapat terwujud, maka arah pembangunan daerah yang yang

menjadi sasaran pokok pembangunan adalah:

1. Mempercepat peningkatan kualitas dan aksessibilitas PAUD, Pendidikan Dasar dan

Menengah

2. Mempercepat peningkatan kualitas Non Formal, budaya pembelajaran,

Keperpustakaan dan Kearsipan

3. Terwujudnya kualitas dan kesejahteraan pendidik secara adil di Provinsi Kalimantan

Tengah

4. Meningkatkan kualitas manajemen pelayanan dan mengembangkan teknologi dan

informasi pendidikan

5. Terlembaganya keragaman budaya untuk peningkatan kualitas hidup bangsa yang

memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa

Sesuai dengan Inpres No.5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan

Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta

Aksara yang diharapkan tercapai pada tahun 2008/2009 maka berbagai komponen

diharapkan berperan serta secara aktif dalam penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun yang

bermutu yang kemudian menjadi gerakan nasional.

Diantara indikator penuntasan Wajib Belajar 9 tahun adalah APK mencapai

minimal 95 %, angka mengulang maksimal 0,28 %, angka putus sekolah 1% dan angka

kelulusan minimal 97 % dan diikuti dengan indikator peningkatan mutu yaitu rasio guru -

siswa 1 : 16. Rasio rombongan belajar siswa 1 : 1, raiso laboratorium – rombongan

Page 30: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   26  

belajar 1 : 9, guru yang layak minimal 80%, bangunan ruangan kelas yang rusak

maksimal 1% serta mencapai standar pelayanan minimal 61%.

Dalam evaluasi kinerja pembangunan daerah tahun 2009 maka Bappenas telah

menetapkan beberapa indikator yang digunakan dalam menilai keberhasilan capaian

bidang pendidikan antara lain: (1) Angka partisipasi murni SD/MI, (2) Rata-rata nilai akhir

SMP/MTs dan SMA/SMK/MA, (3) Angka Putus sekolah SD, SMP/MTs, dan sekolah

menengah, (4) Angka melek aksara 15 tahun ke atas dan (5) persentase jumlah guru

yang layak mengajar untuk tingkat SMP/MTs dan sekolah menengah.

2.2.2.1. Angka Partisipasi Murni SD/MI

Dalam upaya membangun SDM yang berkualitas, pemerintah mewajibkan

semua warga Negara usia pendidikan dasar ( 7 – 15 tahun) tanpa memandang agama,

status sosial, etnis dan gender untuk menempuh minimal pendidikan dasar. Program ini

yang selanjutnya disebut Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, merupakan bagian

penting dari Renstra Depdiknas Tahun 2005 – 2009. Tujuan utama adalah menyediakan

layanan pendidikan dasar yang bermutu bagi seluruh anak usia pendidikan dasar tanpa

kecuali.

Wajib Belajar 9 Tahun merupakan program yang sangat penting untuk

menyediakan tenaga kerja yang berkualitas. Mengingat beratnya target hingga tahun

2008/2009 dan berbagai kendala yang dihadapi, penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun harus

merupakan program bersama antara pemerintah, swasta dan masyarakat.

Upaya–upaya untuk menggerakkan semua komponen bangsa melalui kegiatan

sosial perlu dilakukan untuk menyadarkan kalangan yang belum memahami pentingnya

pendidikan dan menggalang partisipasi dari mereka serta mendorong pihak–pihak yang

telah berperan agar lebih aktif memberikan kontribusinya kepada penuntasan Wajib

Belajar Dikdas 9 Tahun.

Page 31: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   27  

80,00

82,00

84,00

86,00

88,00

90,00

92,00

94,00

2004 2005 2006 2007 2008

K alteng Nas ional

Gambar 2.9. Grafik capaian indikator angka partisipasi murni SD/MI di Provinsi Kalimantan Tengah

Pada awal sebelum dicanangkannya secara nasional program wajib belajar

sembilan tahun angka partisipasi murni (APM) SD/MI di provinsi Kalimantan Tengah

masih rendah (tahun 2004 sebesar 84,77 dan tahun 2005 sebesar 85,70). Namun sejak

digulirkannya program Wajar maka angka partisipiasi murni (APM) meningkat terus dan

tahun 2009 telah mencapai angka 95,80. Angka ini memang telah mencapai target

nasional yaitu sebesar 95. Selain merupakan keberhasilan program wajib belajar, maka

beberapa faktor yang menunjang keberhasilan peningkatan APM SD/MI adalah:

- kebijakan pemerintah daerah yang menyediakan pendidikan gratis bagi masyarakat

seperti di kabupaten Murung Raya

- tersedianya beasiswa bagi anak usia sekolah seperti BOS terutama bagi anak dari

keluarga yang kurang mampu

- gencarnya sosialisasi melalui berbagai media, misalnya pengadaan kalender, brosur,

pamplet yang didesain semenarik mungkin guna dibagikan kepada siswa-siswi, orang

tua dan masyarakat agar bisa membuka wawasan dan memotivasi masyarakat,

bahwa pendidikan penting bagi masa depan anak-anak mereka serta sudah bebas

biaya.

- Adanya usaha pemerintah dalam membangun Unit Sekolah Baru (USB) dan

penambahan Ruang Kelas Baru (RKB).

- Pengadaan asrama berikut pengelola serta biaya hidup (khususnya bagi yang tidak

mampu) yang diperuntukkan bagi anak-anak sekolah.

- tersedianya sarana transportasi yang memadai menuju sekolah sehingga siswa

terpacu untuk bersekolah

Page 32: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   28  

2.2.2.2. Rata-rata nilai akhir

Upaya untuk meningkatkan nilai akhir baik untuk tingkat SMP/MTs, maupun untu

tingkat SMA/MA terus menerus diupayakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan

Kabupaten/Kota di Kalimantan Tengah. Saat ini Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP) dalam menyelenggarakan Ujian Nasional tahun 2007 untuk tingkat SMP, MTs,

SMPLB, SMA, MA dan SMK dibantu pengawasannya oleh Perguruan Tinggi. Walaupun

demikian terdapat tren bahwa rata-rata nilai akhir siswa cenderung meningkat. Pada

tahun 2004 angka nilai akhir SMP/MTs di Kalimantan Tengah mencapai 4,11 sedangkan

untuk SMA/MA mencapai 4,76. Angka itu terus meningkat hingga tahun 2009 menjadi

6,50 untuk SMP/MTs dan 6,45 untuk SMA/MA.

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

2004 2005 2006 2007 2008

K alteng Nas ional

 

Gambar 2.10. Grafik capaian indikator rata-rata nilai akhir siswa SMA/MA di Provinsi Kalimantan Tengah

Nilai akhir yang diperoleh tersebut lebih tinggi dari standar nasional kelulusan

untuk SMP/MTs dan SMA/MA yaitu 5,50. Tingginya nilai akhir siswa yang diperoleh dan

tingkat kelulusan yang tinggi kemungkinan disebabkan oleh:

- adanya tryout yang dilaksanakan oleh pihak Dinas Pendidikan sehingga siswa

mengerti cara menjawab dan mengisi lembar jawaban (tryout biasanya dilakukan 2

sampai 3 kali)

- Membaiknya proses belajar mengajar disekolah ditandai dengan kualifikasi guru yang

layak mengajar sudah cukup tinggi.

- Diadakannya tambahan pelajaran berupa pengayaan pelajaran di sekolah

- Adanya latihan-latihan soal yang keluar tahun sebelumnya

Page 33: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   29  

- Tersedianya sarana dan prasarana penunjang seperti laboratorium multimedia, ruang

komputer, laboratorium bahasa, laboratorium kimia/biologi dll.

- Tersedianya perpustakaan sekolah dan akses internet di beberapa sekolah sehingga

memudahkan siswa mencari materi pelajaran

- Adanya motivasi yang tinggi dari orang tua dan murid meningkatkan pengetahuan

melalui bimbingan belajar yang diadakan oleh swasta

2.2.2.3. Angka Putus Sekolah

Angka putus sekolah di Kalimantan Tengah untuk tahun 2008 pada berbagai

tingkat pendidikan mulai dari SD/MI, SMP/MTs dan Sekolah menengah menunjukkan

angka yang lebih rendah dibanding dengan rerata nasional dengan nilai masing-masing

secara berturut-turut 0,76; 0,90 dan 0,35 sedangkan angka nasional pada tahun yang

sama berturut-turut adalah 1,81; 3,94 dan 2,68. Rendahnya angka putus sekolah tersebut

mengindikasikan bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan

semakin lebih baik.

0,001,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

2004 2005 2006 2007 2008

K alteng Nas ional

Gambar 2.11. Grafik capaian indikator angka putus sekolah siswa SMP/MTs di Provinsi Kalimantan Tengah

Dari hasil pendataan dan pemetaan (survei) yang pernah di lakukan oleh Tim

Universitas Palangka Raya pada saat kegiatan wajib belajar tahun 2007 di setiap desa

dan kelurahan di Kecamatan Katingan Kuala didapat 429 anak usia 7-12 tahun dan 591

anak usia 13-15 tahun yang tidak sekolah dan putus sekolah.

Beberapa alasan utama anak usia 7-12 tahun (tingkat SD/MI) tidak bersekolah

dan putus sekolah antara lain dikarenakan alasan ekonomi keluarga yang tidak

Page 34: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   30  

mendukung (39,53%), kesulitan transportasi dan jarak sekolah jauh (16,28%), kurangnya

minat anak untuk sekolah(13,95%), memiliki cacat fisik seperti lumpuh, tuna rungu, dan

cacat mental (13,95%), daya pikir (IQ) anak lemah (6,98%), tempat tinggal tidak tetap

(4,65%), sekolah rusak dan daya tampung kurang (4,65%).

Sedangkan untuk anak usia 13-15 tahun (usia SMP/MTs) yang tidak bersekolah dan

putus sekolah dikarenakan ekonomi keluarga yang tidak mendukung (42,31%), kesulitan

transportasi dan jarak sekolah jauh (19,23%), kurangnya minat anak untuk melanjutkan

sekolah (15,38%), memiliki cacat fisik seperti lumpuh, tuna rungu, dan cacat

mental/kelainan jiwa (7,69%), daya pikir (IQ) anak lemah (5,77%), sudah menikah

(3,85%), yatim piatu (3,85%), dan daya tampung sekolah kurang (1,92%).

 

 

 

 

Gambar 2.12. Diagram Alasan Anak Usia 13-15 Tahun Tidak bersekolah di SMP/MTs

Rendahnya angka putus sekolah di Kalimantan Tengah saat ini kemungkinan disebabkan

oleh:

a. Adanya keberhasilan bantuan pemerintah berupa dana BOS yang telah tepat sasaran

dan tepat guna sehingga membebaskan anak yang tidak mampu dari biaya sekolah,

penyediaan seragam, alat tulis menulis.

b. Adanya perbaikan jalan sehingga masalah transportasi dan jarak sekolah yang jauh

tidak mengalami kendala lagi.

c. Gencarnya sosialisasi tentang pentingnya pendidikan dasar wajib belajar 9 tahun.

d. Dikembangkannya pendidikan non formal melalui Kejar Paket A (untuk SD), Kejar

Paket B (untuk SMP), dan Kejar Paket C (untuk SMA).

Sekolah rusak & daya tampung kurang 

1,92%

Sudah menikah

4,65% 

Daya pikir anak lemah 5,77%

Tidak berminat sekolah 15,38%

Cacat (lumpuh, tunarungu, mental)

7,69%

Yatim Piatu 

Kesulitan transportasi& jarak 

sekolah jauh 

19 23%

Ekonomi 

42,31%

Alasan anak usia 13-15 thn tidak

bersekolah di SMP/MTs

Page 35: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   31  

2.2.2.4. Angka Melek Aksara 15 Tahun Keatas

Kemampuan membaca dan menulis masyarakat Kalimantan Tengah tercolong

cukup tinggi. Minat bersekolah penduduk Kalimantan Tengah memang tergolong tinggi.

Selain bertani, hal yang paling disenangi dan ditekuni oleh masyarakat Kalimantan

Tengah adalah menuntut ilmu. Sejak Provinsi ini berdiri tahun 1957, sekolah-sekolah

dibuka dan masyarakat berbondong-bondong menuntut ilmu, sehingga hasilnya terlihat

hingga saat ini dimana pada awal RPMD 2004, angka melek aksara di Kalimantan

Tengah tinggi yaitu mencapai 96,20. Angka tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun

dan pada tahun 2009 angka melek aksara telah mencapai 98,15 artinya dari seratus

orang penduduk hanya 1 sampai 2 orang saja yang tidak bisa baca tulis.

86,00

88,00

90,00

92,00

94,00

96,00

98,00

2004 2005 2006 2007 2008

K alteng Nas ional

Gambar 2.13. Grafik capaian indikator angka melek aksara usia 15 tahun ke atas di Provinsi Kalimantan Tengah

Tingginya angka melek aksara usia 15 tahun keatas di Kalimantan Tengah saat ini

kemungkinan disebabkan oleh:

a. Berhasilnya program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun di Provinsi

Kalimantan Tengah

b. Dibukanya kesempatan menempuh pendidikan bagi anak yang putus sekolah melalui

program Kejar Paket baik kejar paket A, B maupun C.

c. Keberhasilan dari program pengentasan Buta Aksara yang dilaksanakan oleh Dinas

Pendidikan Provinsi/Kabupaten/kota/.

d. Adanya motivasi mengikuti pendidikan mengingat ijasah merupakan prasarat mutlak

untuk terjun ke dunia kerja (PNS, Swasta maupun anggota dewan).

Page 36: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   32  

2.2.2.5. Persentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar

Persentase jumlah guru yang layak mengajar di Kalimantan Tengah untuk tingkat

SMP/MTs juga sudah juga relatif tinggi (96,85%) dibanding angka nasional (86,26%),

namun untuk tingkat sekolah menengah persentase jumlah guru yang layak mengajar

masih lebih rendah (81,56%) dibanding angka nasional (84,05%).

Layak tidaknya seorang guru dalam mengajar sebenarnya diukur dari tingkat

pendidikan. Berdasarkan undang-undang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 guru

harus meningkatkan kualifikasi akademik minimal S-1 atau D-4. Di dalam undang-undang

guru dan dosen serta dalam permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar

kualifikasi akademik dan kompetensi guru, seorang pendidik harus memiliki 4 kompetensi

profesi yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan

kompetensi profesional Dengan demikian perlu kiranya seorang guru membekali peserta

didik secara maksimal termasuk didalamnya keterampilan (life skill). Proses kegiatan

belajar mengajar adalah hal yang sangat penting untuk selalu dikembangkan dalam

berbagai metode mengajar sehingga situasi kelas menjadi kondusif dan menyenangkan

bagi siswa, untuk mengembangkan diri, berkreasi dan aktif untuk meraih ilmu yang

dipelajari. Dalam era otonomi daerah dan iklim desentralisasi sekarang ini guru berada di

bawah pemerintah daerah (Pemda) sehingga dalam peningkatan kualifikasi guru,

pemerintah daerah memiliki peran penting dengan memberikan beasiswa kepada guru

yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang S-1 atau D-4 maupun ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi bagi sekolah berstandar internasional (RSBI).

010

20

30

40

50

6070

80

90

2004 2005 2006 2007 2008

K alteng Nas ional

Gambar 2.14. Grafik capaian indikator persentase jumlah guru yang layak mengajar untuk tingkat sekolah menengah di Provinsi Kalimantan Tengah

Page 37: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   33  

Oleh karena itu setiap guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

- dalam menyusun dan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa ada beberapa

faktor yang perlu dipertimbangkan diantaranya adalah: siswa, ruang kelas, metode

belajar atau strategi belajar, dan materi itu sendiri.

- guru harus mengembangkan metode mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran

yang akan diajarkan

- menyajikan materi pelajaran secara sistematis

- menciptakan suasana interaksi belajar mengajar yang hidup

- memotivasi siswa untuk berpartisipasi dalam proses belajar mengajar

- guru harus menguasai berbagai macam media, metode dan evaluasi.

Keberadaan guru yang layak mengajar untuk tingkat SMA/MA memang masih

perlu ditingkatkan. Disamping itu penguasaan teknologi pembelajaran masih perlu

diperbaiki. Kurikulum muatan lokal untuk tingkat SMP dan SMA di Kalimantan Tengah

masih belum ada. Kurikulum muatan lokal untuk SD yang ada saat ini pun masih belum

mengikuti standar kompetensi seperti yang menjadi tuntutan saat ini, sehingga perlu

penyempurnaan. Kemampuan guru dalam menguasai teknologi pembelajaran juga

sangat minim. Kemahiran menggunakan komputer, LCD dan laboratorium penunjang

seperti laboratorium bahasa dan laboratorium komputer juga masih rendah.

Pengembangan pendidikan dalam pola RSBI juga dirasakan masih mengalami kendala

mengingat banyak para guru yang masih belum fasih menggunakan bahasa inggris.

Faktor lain yang dirasakan juga cukup menhambat adalah terbatasnya supali

listrik baik untuk penerangan maupun untuk energi teknologi seperti komputer dan alat

elektronik lainnya. Seorang guru sering merasa terkendala dalam membuat makalah,

tugas-tugas, bahan mengajar mengajar karena ketiadaan sumber listrik. Lebih-lebih saat

ini listrik hidup secara bergiliran. Dua kali dalam seminggu terjadi pemadaman listrik di

Kalimantan Tengah. Akibatnya sering terjadi kerusakan alat-alat elektronik.

2.2.3. KESEHATAN

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam perencanaan pembangunan

jangka menengah tahun 2006 – 2010 untuk bidang kesehatan mempunyai target

meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya adalah sebagai berikut; Umur Harapan

Hidup (Eo) sebesar 72 tahun lebih tinggi dari Nasional sebesar 70,6 tahun dan Angka

Kematian Bayi sebesar 25 per 1000 sedangkan Nasional sebesar 26 per 1000, Angka

Kematian Ibu Melahirkan sama dengan tingkat Nasional sebesar 226 per 1000 kelahiran

Page 38: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   34  

hidup serta Prevalensi gizi kurang pada anak balita sebesar 15 persen sedangkan

nasional sebesar 20 persen.

Untuk mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara

berkelanjutan, arah pembangunan daerah bidang kesehatan yang akan diwujudkan

adalah sebagai berikut:

1. Terwujudnya Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Tenaga Kesehatan

2. Terwujudnya Peningkatan Sosialisasi Kesehatan Lingkungan dan Pola Hidup Sehat

3. Terwujudnya Peningkatan Pendidikan Kesehatan Kepada Masyarakat Sejak Usia Dini

4. Terwujudnya Penataan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan dan

Pengembangan Sistem Jaminan Kesehatan Terutama Bagi Penduduk Miskin

5. Terwujudnya Peningkatan Pengawasan Obat dan Makanan serta Ketersediaan Obat

6. Terwujudnya Peningkatan Upaya Kesehatan Masyarakat dan Peningkatan Jumlah,

Jaringan dan Kualitas Puskesmas hingga Ke Daerah Terpencil

7. Terwujudnya Peningkatan Upaya Kesehatan Perorangan

Pelaksanaan bidang kesehatan yang meliputi beberapa instansi terkait

bersepakat akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Provinsi kalimantan tengah

yang telah mempunyai Misi ‘Mewujudkan Masyarakat Berparadigma Sehat Untuk

Mempercepat Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat Secara Berkelanjutan’. Hal ini

dapat terlihat dari arah pembangunan daerah yang akan dilaksanakan selama kurun

waktu lima (5) tahun, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan yang hingga

sekarang belum merata diseluruh penjuru Kalimantan Tengah masih banyak terpusat di

kota-kota besar sedangkan daerah-daerah yang baru terbentuk masih dirasa sangat

minim.

Dari kacamata Pemerintah maka Provinsi Kalimantan Tengah akan

menyelenggarakan penataan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan dan

pengembangan sistem jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin agar seluruh

lapisan masyarakat dapat merasakan pelayanan kesehatan tanpa membedakan status

baik dari segi gender maupun dari segi ekonomi. Peningkatan upaya kesehatan

masyarakat dan peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas puskesmas hingga kedaerah

terpencil merupakan langkah selanjutnya yang akan dilaksanakan karena tesebarnya

penduduk terutama penduduk yang miskin didaerah-daerah terpencil.

Peningkatan upaya kesehatan perorangan yang banyak dilaksanakan di rumah

sakit dan puskesmas yang merupakan sarana kesehatan yang langsung menyentuh

Page 39: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   35  

masyarakat dengan itu pola penerapannyapun harus lebih mengarah pada peningkatan

pelayanan publik, begitu juga dengan pengawasan terhadap obat-obatan dan makanan

yang akan beredar di masyarakat seyogyanya mendapat perhatian penuh dari

pemerintah.

2.2.3.1. Umur Harapan Hidup (UHH)

Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi

pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu

daerah. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli

masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi

kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga

memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan

hidupnya. 

Dalam bidang pembangunan kesehatan, umur harapan hidup masyarakat

Kalimantan Tengah meningkat dari 69,8 pada tahun 2004 menjadi 71,00 pada tahun

2009. Hal ini secara relatif lebih baik dibanding angka nasional yang pada tahun 2009

mencapai angka 70,7. Arti dari angka tersebut adalah bahwa bayi-bayi Kalimantan

Tengah yang dilahirkan menjelang tahun 2009 akan dapat hidup sampai 71 tahun. Tetapi

bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2004 mempunyai usia harapan hidup lebih

pendek yakni 69,8 tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup ini menunjukkan adanya

peningkatan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Kalimantan Tengah selama kurun

waktu lima tahun terkahir dari tahun 2004 sampai tahun 2009.

67,00

67,50

68,00

68,50

69,00

69,50

70,00

70,50

71,00

2004 2005 2006 2007 2008

K alteng Nas ional

 

Gambar 2.15. Grafik capaian indikator umur harapan hidup (UHH) di Provinsi Kalimantan Tengah

Page 40: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   36  

Meningkatnya umur harapan hidup (UHH) akan menambah jumlah lanjut usia

(lansia) yang akan berdampak pada pergeseran pola penyakit di kalangan masyarakat

dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Bertambahnya UHH penduduk tak terlepas

dari keberhasilan pembangunan kesehatan yang dapat diukur dengan penurunan angka

kesakitan, angka kematian umum, dan angka kematian bayi.

Peningkatan umur harapan hidup terkait dengan arah kebijakan pembangunan

kesehatan yang memprioritaskan upaya promotif dan preventif yang dipadukan secara

seimbang dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Perhatian khusus diberikan kepada

pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, daerah tertinggal, dan daerah bencana

dengan memperhatikan kesetaraan gender. Beberapa kebijakan yang telah diambil dalam

peningkatan kualitas kesehatan masyarakat adalah: 1) peningkatan jumlah, jaringan, dan

kualitas Puskesmas; 2) peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan; 3)

pengembangan sistem jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), terutama bagi

penduduk miskin; 4) peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat;

5) peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia dini; dan 6)

pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar.

2.2.3.2. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI)

Berdasarkan informasi yang didapat dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Tengah disepakati bahwa nilai yang tertera dalam matriks merupakan jumlah kematian bayi dan ibu dalam arti kata bukan angka kematian bayi dan ibu sehingga data tersebut

perlu diolah kembali. Namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Tengah angka kematian bayi dan angka kematian ibu di provinsi

Kalimantan Tengah tergolong sangat rendah.

Hal yang cukup menggembirakan adalah hingga tahun 2008 angka kematian

bayi dan angka kematian ibu sudah relatif lebih rendah dibanding angka nasional. Namun

yang perlu diperbaiki adalah perhitungan angka kematian bayi dan ibu masih belum

diolah kedalam rumus angka kematian, sehingga masih merupakan data mentah (jumlah

kematian saja). Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB dan kematian ibu

maternal tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan. Tersedianya

berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis

yang terampil serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma

kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh

terhadap tingkat AKB dan AKI.

Page 41: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   37  

0

50

100

150

200

250

300

2004 2005 2006 2007 2008

K alteng

Gambar 2.16. Grafik capaian indikator angka kematian bayi (AKB) di Provinsi Kalimantan Tengah

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat berbagai

upaya telah dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di

masyarakat. Upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat (UKBM) diantaranya

adalah Posyandu, Polindes dan Pos Obat Desa. Posyandu merupakan salah satu bentuk

UKBM yang menyelenggarakan minimal 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan

anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Untuk

memantau perkembangannya posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata yaitu strara

pratama, madya, purnama dan mandiri. Pada tahun 2006 jumlah posyandu di Kalimantan

Tengah mencapai 2.146 buah. Dari jumlah tersebut, berdasarkan tingkatannya maka

sebanyak 1.529 buah (71,25%) tergolong ke dalam posyandu pratama, 410 buah

(19,11%) tergolong posyandu madya, 181 buah (8,43%) tergolong posyandu purnama

dan hanya 26 buah (1,21%) yang tergolong posyandu mandiri.

Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka

mendekatkan pelayanan kebidanan melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan

dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana. Pada tahun 2006

jumlah polindes yang ada di Propinsi Kalimantan Tengah sebanyak 614 buah.

2.2.3.3. Prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang

Status gizi Balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat

kesejahteraan masyarakat. Pemantauan Status gizi (PSG) Balita di Provinsi Kalimantan

Tengah tahun 2006 dilaksanakan di 14 kabupaten / kota dengan jumlah Balita yang

Page 42: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   38  

diukur sebanyak 53.353 orang. Berdasarkan hasil pemantauan tersebut, gizi buruk di

Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan Berat Badan menurut umur sebanyak 748

kasus (1,40 %), sedangkan gizi kurang berdasarkan indeks yang sama sebanyak 4.826

kasus (10,45 %). Namun berdasarkan hasil pelacakan gizi buruk yang dilakukan pada

tahun 2006 dengan menggunakan indeks BB/TB yang disertai dengan tanda klinis berupa

marasmus, kwasiokor, marasmic kwasiokor terdapat 156 kasus gizi buruk dengan 10

kasus yang meninggal. Jika dibandingkan hasil pelacakan gizi buruk antara tahun 2005

dengan 2006, terjadi peningkatan jumlah kasus sebanyak 95 kasus dan 8 yang

meninggal. Ada sedikit perubahan perkembangan gizi buruk dari tahun 2004 sampai

2006. Kasus gizi buruk berdasarkan indeks berat badan menurut umur mengalami

peningkatan pada tahun 2005 (1,7 %) dibandingkan tahun 2004 yang mencapai 0,99%.

Peningkatan kasus gizi buruk tersebut terulang lagi di tahun 2007 yaitu mencapai 1.9%.

Angka ini merupakan angka tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Pada tahun

2009, prevalensi gizi buruk di Kalimantan Tengah menurun menjadi 1,33%. Kriteria yang

dinamakan gizi buruk bila ditemukan anak sangat kurus yang secara antropometri

(pengukuran BB dab TB anak) nilai z-scorenya berada ada -3 SD (WHO 1998)

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

2,00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

 

Gambar 2.17. Grafik Capaian indikator prevalensi gizi buruk di Provinsi Kalimantan Tengah

Terkait dengan angka prevalensi gizi kurang, maka prevalensi gizi kurang di

Kalimantan Tengah cenderung menurun dibanding tahun 2004. Pada tahun 2004 angka

prevalensi gizi kurang mencapai 15,37 sedangkan pada tahun 2009 mulai menurun

menjadi 12,9% yang nilainya lebih rendah dari nilai rerata nasional.

Page 43: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   39  

Gizi buruk sudah sangat mengancam anak-anak, selama krisis ekonomi dan

sosial melanda Indonesia sekarang anak-anak Indonesia terancam kekurangan gizi

setelah sebelumnya busung lapar karena kekurangan kalori dan busung lapar karena

kekurangan protein jarang ditemukan, sekarang anak dengan gangguan gizi semakain

banyak ditemukan. Saat ini sering ditemukan anak-anak yang menderita kekurangan gizi

mikro yaitu zat besi, yodium dan vitamin A yang menyebbkan kekeringan selaput ikat

mata karena kekurangan vitamin A.

Fakta di lapangan menyatakan anak yang kemudian menderita gizi buruk

sebenarnya kebanyakan dilahirkan dengan berat badan normal. Tidak sama dengan

perkiraan sebagian besar orang bahwa balita gizi buruk kebanyakan dilahirkan dengan

berat badan lahir rendah.

Selain itu penderita gizi buruk pada umumnya bukan pengunjung tetap

posyandu. Ketidakhadiran di posyandu karena adanya hambatan sosial. Misalnya

perasaan risih ke posyandu, kedua orang tuanya sibuk bekerja untuk mencari nafkah dll.

Selama ini pemantauan pertumbuhan terhadap balita dilakukan di posyandu. Karena nya

diperlukan upaya untuk meningkatkan kunjungan ke posyandu. Dengan demikian

diperlukan berbagai cara untuk menghidupkan kembali kegiatan posyandu, terutama di

perkotaan sehingga masyarakat kelas menengah atas mau berkunjung ke posyandu.

Dtlain pihak, diperlukan usaha bersama antara pemda dan masyarakat untuk

menemukan semua kasus gizi buruk. Yang terpenting ialah dengan menggunakan kriteria

yang sama apa yang disebut gizi buruk. Sarana yang digunakan untuk mendeteksi kasus

gizi buruk bisa melalui perkumpulan-perkumpulan seperti pengajian, arisan, pelayanan

kesehatan, posyandu dan kunjungan rumah.

Peran pelayanan kesehatan (rumah sakit, Puskesmas) jadi lebih nyata.

Dibeberapa daerah terdapat TFC (Therapeutic Feeding Center) dan CTC (Community –

based Therapeutic Center). TFC bertugas menangani secara medis klinis menangani

kasus gizi buruk dengan 10 langkah penanganan kasus gizi buruk di unit pelayanan

kesehatan. Sedangkan di CTC dilakukan penyembuhan kasus gizi kurang, biasanya

setelah pulang dari TFC. Beberapa yang menjadi kegiatan di CTC antara lain:

- pemberian makanan tambahan untuk kasus gizi kurang

- penyuluhan membuat makanan lokal yang padat gizi

- pemberian suplemen seperti vitamin A, Fe dll

- Pemberian nutrisi lain dan stimulasi tumbuh kembang anak.

Page 44: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   40  

2.2.3.4. Persentase Tenaga Kesehatan per Penduduk

Pada awal pelaksanaan RPJMD tahun 2004, persentase tenaga kesehatan per

penduduk di Kalimantan Tengah cukup tinggi dibanding dengan angka nasional. Jumlah

tenaga kesehatan tersebut terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun

mulai tahun 2005 hingga tahun 2009, jumlah tenaga kesehatan di Kalimantan Tengah

lebih rendah dibandingkan dengan angka nasional

Selama kurun waktu 5 tahun yaitu periode tahun 2004-2009 telah dilaksanakan

berbagai kegiatan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di bidang

kesehatan. Upaya ini dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di

berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, terutama di daerah terpencil dan tertinggal.

Selain itu, dalam rangka peningkatan kemampuan tenaga kesehatan yang telah ada,

telah dilakukan berbagai pelatihan tenaga kesehatan, mencakup: bidan, perawat, tenaga

penyuluh, untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan diri. Peningkatan kemampuan

tenaga kesehatan juga dilakukan melalui pelaksanaan riset pembinaan tenaga kesehatan.

0,00

0,05

0,10

0,15

0,20

0,25

0,30

2004 2005 2006 2007 2008

K alteng Nas ional

 

Gambar 2.18. Grafik capaian indikator persentase tenaga kesehatan per penduduk di Provinsi Kalimantan Tengah

Jumlah tenaga kesehatan di provinsi Kalimantan Tengah terus meningkat

terutama yang berklasifikasi dokter umum, sedangkan dokter spesialis masih terbatas

jumlahnya. Berdasarkan data BPS 2008, jumlah dokter spesialis sebanyak 42 orang

terdiri dari 4 bidang spesialisasi yaitu kebidanan (ginekologi), bedah, anak dan internis.

Jumlah dokter ahli tersebut masih belum mampu menyebar pada seluruh kabupaten yang

ada; artinya masih ada kabupaten yang tidak memiliki dokter spesialis terutama

Page 45: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   41  

kabupaten pemekaran seperti Gunung Mas, Barito Timur, Katingan, Murung Raya,

Pulang Pisau, Lamandau dan Sukamara. Jumlah dokter umum dan dokter gigi meningkat

dari 331 orang tahun 2005 menjadi 435 orang tahun 2007. Begitu pula, jumlah bidan

meningkat dari 1.288 menjadi 1.460 orang. Tenaga pengatur rawat juga mengalami

peningkatan dari 2.080 orang menjadi 2.957 orang hingga tahun 2007.

Selain itu, dalam rangka pemberdayaan tenaga kesehatan, telah dilaksanakan

kebijakan pendayagunaan tenaga kesehatan da;am bentuk Pegawai TidakTetap (PTT),

utamanya untuk daerah terpencill. Upaya ini didukung pula dengan kebijakan

penyesuaian waktu penugasan dokter umum PTT dengan kriteria daerah terpencil atau

kabupaten pemekaran baru. Di samping itu, untuk menarik minat bagi tenaga dokter

spesialis yang ditugaskan di daerah kabupaten pemekaran, pemerintah telah

mengeluarkan kebijakan pemberian insentif penghasilan.

Secara umum, meskipun jumlah tenaga kesehatan dari tahun ke tahun terus

meningkat, namun masih terjadi kesenjangan antardaerah. Sebagian besar dokter

spesialis, dokter umum, dokter gigi, dan bidan berada di wilayah kabupaten induk

sedangkan daerah kabupaten pemekaran baru, umumnya masih kekurangan tenaga ke-

sehatan. Untuk itu, perlu diupayakan distribusi tenaga kesehatan yang lebih merata yang

diimbangi dengan pemberian insentif yang memadai. Hal ini dimaksudkan agar

ketersediaan tenaga kesehatan, khususnya di daerah pemekaran baru menjadi lebih

memadai.

2.2.4. KELUARGA BERENCANA

Pembangunan kependudukan diarahkan untuk memperkecil angka kelahiran

dengan jalan membatasi jumlah anak pada masing-masing keluarga. Program ini lebih

mengena pada pegawai negeri karena mendapat sangsi, sedangkan pada masyarakat

umum, program ini gregetnya masih kurang. Dalam mendukung keberhasilan program KB

nasional di Provinsi Kalimantan Tengah maka diharapkan adanya dukungan sarana

prasarana yang memadai baik itu alat dan obat kontrasepsi (Alkon) maupun sarana

penunjang lainnya seperti bahan KIE dan sarana kerja.

Penyediaan alat kontrasepsi selama ini disamping pengadaan melalui APBN

Provinsi, juga mendapat droping dari BKKBN Pusat, dan ada beberapa Kabupaten yang

menganggarkan melalui APBD II. Penyediaan alat dan obat kontrasepsi KB dengan

berbagai jenis seperti IUD, Implan, Suntikan, Pil, Kondom tersedia ditempat pelayanan

Page 46: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   42  

jalur pemerintah (Puskesmas Pembantu, Puskesmas, Klinik KB) dan institusi Masyarakat

seperti PPKBD dan Sub PPKBD.

Alat dan obat kontrasepsi yang disediakan oleh pemerintah hanya diperuntukkan

bagi keluarga miskin (keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I), sedang bagi

yang mampu diarahkan kepada KB Mandiri (Jalur Swasta).

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan keluarga berencana meliputi:

a) Terbatasnya dan menurunnya kemampuan pemerintah dan masyarakat untuk

memenuhi pelayanan KB yang mandiri, dibanding dengan meningkatnya jumlah

keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I yang memerlukan penyelamatan dan

pemulihan.

b) Belum terwujudnya jaring pengaman sosial yang terpadu efektif untuk men-jangkau

keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Pra Sejahtera I yang menjadi peserta KB

istirahat.

c) Masih terbatasnya pemberdayaan keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Pra Sejahtera

I yang akan berpengaruh terhadap upaya mewujudkan keluarga kecil bahagia dan

sejahtera yang berketahanan dengan bercirikan kualitas dan kemandirian keluarga.

d) Masih terbatasnya kemampuan pengelola dan pelaksana program di bandingkan

dengan tuntutan pelayanan KB yang berkualitas terutama didaerah Kabupaten

pemekaran berkenaan dengan tenaga yang sangat terbatas.

e) Berkurangnya jumlah tenaga lapangan KB merupakan dampak dari penyerahan

kelembagaan.

f) Terbatasnya anggaran untuk pendanaan biaya operasional dalam pengelolaan

program KB dilapangan maupun kegiatan operasional kegiatan program setelah

desentralisasi.

g) Masih adanya persepsi sebagian masyarakat yang menganggap program KB kurang

perlu di Kalimantan Tengah mengingat luasnya wilayah Kalimantan Tengah.

h) Banyaknya minat peserta pengguna kontrasepsi mantap (kontap) yaitu vasektomi dan

tubektomi (operasi pria/wanita) namun keterbatasan dana yang tersedia yang tidak

sesuai dengan tarif Perda maka tidak dapat dilayani.

2.2.4.1. Prevalensi Penduduk ber KB

Persentase penduduk ber KB di Kalimantan Tengah relatif lebih tinggi dibanding

dengan angka nasional. Pada tahun 2008, persentase penduduk ber KB telah mencapai

74,76% sedangkan angka nasional baru menunjukkan angka 53,19%. Namun kalau

Page 47: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   43  

dilihat dari persentase laju pertumbuhan penduduk maka Kalimantan Tengah memiliki laju

pertumbuhan penduduk yang relatif lebih tinggi dibanding angka nasional. Kondisi

tersebut seolah-olah kontradiktif namun apabila lebih dicermati bahwa laju pertumbuhan

penduduk di Kalimantan Tengah lebih banyak disebabkan oleh adanya migrasi penduduk

dari wilayah lain di Indonesia sebagai akibat pembukaan akses ekonomi baru seperti

pembukaan perkebunan, tambang dan lain sebagainya.

Pembangunan kependudukan diarahkan untuk memperkecil angka kelahiran

dengan jalan membatasi jumlah anak pada masing-masing keluarga. Program ini lebih

mengena pada pegawai negeri karena mendapat sangsi, sedangkan pada masyarakat

umum, program ini gregetnya masih kurang. Dalam mendukung keberhasilan program KB

nasional di Provinsi Kalimantan Tengah maka diharapkan adanya dukungan sarana

prasarana yang memadai baik itu alat dan obat kontrasepsi (Alkon) maupun sarana

penunjang lainnya seperti bahan KIE dan sarana kerja.

0,0010,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

2004 2005 2006 2007 2008

K alteng Nas ional

Gambar 2.19. Grafik capaian indikator persentase tenaga kesehatan per penduduk

di Provinsi Kalimantan Tengah

Penyediaan alat kontrasepsi selama ini disamping pengadaan melalui APBN

Provinsi, juga mendapat droping dari BKKBN Pusat, dan ada beberapa Kabupaten yang

menganggarkan melalui APBD II. Penyediaan alat dan obat kontrasepsi KB dengan

berbagai jenis seperti IUD, Implan, Suntikan, Pil, Kondom tersedia ditempat pelayanan

jalur pemerintah (Puskesmas Pembantu, Puskesmas, Klinik KB) dan institusi Masyarakat

seperti PPKBD dan Sub PPKBD. Alat dan obat kontrasepsi yang disediakan oleh

pemerintah hanya diperuntukkan bagi keluarga miskin (keluarga Pra Sejahtera dan

Keluarga Sejahtera I), sedang bagi yang mampu diarahkan kepada KB Mandiri (Jalur

Swasta).

Page 48: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   44  

Tingginya prevalensi penduduk ber KB di Kalimantan Tengah kemungkinan

disebabkan oleh:

- gencarnya sosialisasi program KB pada jaman dulu dengan moto ”dua anak cukup,

laki perempuan sama saja”

- adanya pembatasan jumlah anak yang ditanggung oleh pemerintah terutama untuk

pegawai negeri

- kesadaran yang tinggi dari masing-masing pasangan usia subur untuk membatasi

jumlah anak yang akan dibina nantinya

- tersedianya alat kontrasepsi seperti kondom, Pil yang mudah diperoleh masyarakat

- Adanya aktivitas lain seperti menonton, bekerja pada malam hari sebagai akibat

tersedianya sarana dan prasarana komunikasi saat ini.

2.2.4.2. Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk di Kalimantan Tengah tergolong cukup tinggi dibanding

dengan laju rata-rata nasional. Laju pertumbuhan pendudukpun bervariasi dari tahun ke

tahun. Dalam kurun waktu lima tahun ini, laju pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada

tahun 2007 yaitu sebesar 4,66%. Namun angka tersebut kemudian menurun selama dua

tahun terkahir ini yaitu tahun 2008 dan 2009 dengan nilai masing-masing 1,43 dan 1,49.

Pemecahan permasalahan-permasalahan kependudukan telah dilakukan oleh

pemerintah provinsi Kalimanatan Tengah dengan cara perluasan dan pengembangan

kesempatan kerja; peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja; serta

perlindungan dan pengembangan kelembagaan ketenagakerjaan.

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

2004 2005 2006 2007 2008

K alteng Nas ional

Gambar 2.20. Grafik capaian indikator persentase laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Kalimantan Tengah

Page 49: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   45  

Sepanjang periode 2004-2008, total tingkat pengangguran terbuka di Kalimantan

Tengah menurun sebesar 26 persen selama kurun waktu empat tahun. Jumlah pengangguran di

Kalimantan Tengah pada tahun 2004 sebesar 70.359 orang, pada tahun 2008 menurun menjadi

51.620 orang. Sesuai dengaan sasaran yang ingin dicapai dalam RPJMN 2004-2009 yang

mentargetkan menurunnya tingkat pengangguran terbuka menjadi 5,1 persen pada akhir tahun

2009 maka Provinsi Kalimantan Tengah mampu untuk memenuhi target tersebut bahkan saat ini

angka TPT di Kalimantan Tengah sebesar 4.79 persen.

Secara umum, pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi. Pembukaan usaha baru

berupa areal perkebunan baru di Kalimantan Tengah cukup menjanjikan. Penduduk banyak yang

bekerja pada perusahaan-perusahaan sawit atau membuka usaha sendiri berupa kebun-kebun

sawit sehingga memungkinkan mendapatkan pendapatan yang lebih baik.

Laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi terutama terjadi pada tahun 2007

kemungkinan disebabkan oleh:

- kekayaan sumber daya alam yang cukup tinggi sehingga menjadi daya tarik bagi para

pendatang untuk memanfaatkannya

- pembukaan lahan untuk perkebunan menyebabkan banyaknya tenaga kerja yang

didatangkan ke daerah ini dalam bentuk transmigrasi spontan.

- terbukanya akses jalan dan jembatan serta akses transportasi udara menyebabkan mobilisasi

penduduk menjadi lebih mudah

- terbukanya akses komunikasi antar daerah menyebabkan perbedaan jarak dan ruang bukan

merupakan kendala lagi

Selain itu ada anggapan akhir-akhir ini pada sebagain besar masyarakat Kalimantan

Tengah terutama penduduk lokal bahwa kekayaan alam berupa tanah masih cukup luas,

sehingga tidak menjadi persoalan apabila jumlah anak dalam satu keluarga lebih dari 2. Banyak

anak, berarti banyak rejeki dan anak akan mewarisi tanah-tanah yang dimiliki oleh keluarga

sehingga keberlangsungan kepemilikan wilayah oleh keluarga tersebut tetap terjaga dan terbina.

Penanganan masalah kependudukan di provinsi Kalimantan Tengah perlu disikapi

dengan arif dan bijaksana. Upaya pemerintah maupun pihak swasta mendatangkan para

transmigran ke bumi Tambun Bungai perlu diatur dengan sebaik-baiknya sehingga tidak

menimbulkan kecemburuan sosial bagi penduduk lokal. Pola penenmpatan transmigranpun perlu

dilakukan pengaturan. Persentase 50 : 50 antara penduduk asli dan pendatang dalam suatu areal

pemukiman sangat ideal sehingga terjadi asimilasi yang harmonis antara penduduk lokal dan

pendatang.

Page 50: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   46  

Di Kalimantan Tengah, distribusi penduduk antar kabupaten/kota memang tidak merata.

Penduduk pada umumnya berada pada pusat-pusat pengembangaan ekonomi seperti di Sampit

dan Pangkalan Bun. Kedua wilayah ini merupakan tempat aktivitas usaha karena memiliki pabrik

kayu, karet serta usaha perkebunan seperti kelapa sawit. Pengembangan kawasan tersebut perlu

dipantau mengingat banyak masuknya tenaga kerja dari luar ke wilayah tersebut.

2.2.5. CAPAIAN INDIKATOR

Berdasarkan data tingkat kualitas sumberdaya manusia, terdapat 11 (sebelas)

indikator pendukung yang digunakan dalam membuat agregasi tingkat kualitas SDM

diantaranya angka patisipasi murni SD/MI, angka putus sekolah SD, SMP/MTs, SMA/MA,

angka melek aksara 15 tahun ke atas, persentase jumlah guru SMP/MTs yang layak

mengajar, persentase jumlah guru SMA yang layak mengajar, prevalensi gizi kurang,

persentase tenaga kesehatan per penduduk, persentase penduduk ber KB dab

persentase laju pertumbuhan penduduk.

Berdasarkan grafik dibawah, tampak bahwa tingkat kualitas sumberdaya

manusia di Kalimantan Tengah pada tahun 2004 – 2008 lebih tinggi dibanding rata-rata nasional. Apabila dilihat dari segi efektivitasnya maka pembangunan kualitas

sumberdaya manusia di Kalimantan Tengah menunjukkan peningkatan dari tahun ke

tahun yang sangat baik terutama sejak tahun 2007. Berdasarkan trend capaian

pembangunan maka capaian pembangunan sumber daya manusia di Kalimantan Tengah

sejalan dengan tren nasional.

74,0075,0076,0077,0078,0079,0080,0081,0082,0083,0084,0085,00

2004 2005 2006 2007 2008-4,00-3,00-2,00-1,000,001,002,003,004,005,006,007,00

Kalteng

NasionalTren Kalteng

Tren Nasional

Gambar 2.21. Grafik capaian indikator tingkat kualitas sumberdaya manusia

di Provinsi Kalimantan Tengah

Page 51: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   47  

Lebih tingginya tingkat kualitas sumber daya manusia di Kalimantan Tengah

terkait dengan relatif tingginya angka capaian pembangunan terutama yang menyangkut

IPM dan ditunjjang juga oleh item pendidikan yang baik, angka harapan hidup yang baik

dan kondisi ekonomi yang cukup baik.

2.2.6. ANALISIS CAPAIAN INDIKATOR SPESIFIK DAN MENONJOL

Ada sebelas indikator penunjang yang perlu diperhatikan berkaitan dengan

Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol untuk tingkat kualitas sumber daya

manusia di provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan analisis data seperti pada tabel 2.3,

dapat diketahui bahwa dari sebelas indikator tersebut hanya satu indikator penunjang

yang tidak sesuai yaitu prevalensi gizi kurang, sedangkan sepuluh indikator lainnya

termasuk sesuai antara harapan dengan fakta. Kesepuluh indikator yang sesuai tersebut

adalah: angka partisipasi murni SD/MI, Angka putus sekolah SD, angka putus sekolah

SMP/MTs, angka putus sekolah menengah, angka melek aksara 15 tahun keatas,

persentase jumlah guru SMP/MTs yang layak mengajar, persentase jumlah guru sekolah

menengah yang layak mengajar, prevalensi gizi kurang, persentase tenaga kesehatan per

penduduk persentase penduduk ber KB dan persentase laju pertumbuhan penduduk (lihat

tabel 2.3).

Selain indikator diatas maka indikator output yang menonjol di Kalimantan

Tengah adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Umur harapan hidup.

Tabel 2.3 Hasil Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

Bidang Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2004 – 2008

No Indikator Penunjang Harapan Fakta Keterangan

1 Angka partisipasi murni SD/MI Trennya Naik Trennya Naik sesuai

2 Angka Putus sekolah SD Trennya Turun Trennya Turun sesuai

3 Angka Putus sekolah SMP/MTs Trennya Turun Trennya turun sesuai

4 Angka Putus sekolah Menengah Trennya Turun Trennya Turun sesuai

5 Angka melek aksara 15 tahun ke atas Trennya Naik Trennya Naik sesuai

Page 52: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   48  

6 Persentase jumlah guru SMP/MTs yang layak mengajar Trennya Naik Trennya naik sesuai

7 Persentase jumlah guru sekolah menengah yang layak mengajar Trennya Naik Trennya naik sesuai

8 Prevalensi gizi kurang Trennya Turun Trennya Naik Tidak sesuai

9 Persentase tenaga kesehatan per penduduk Trennya Naik Trennya naik sesuai

10 Persentase penduduk ber KB Trennya Naik Trennya Naik sesuai

11 Persentase laju pertumbuhan penduduk Trennya Turun Trennya Turun sesuai

Sumber : Diolah dari Matrik Data EKPD Provinsi Kalimantan Tengah.

2.2.7. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Pokok-pokok kebijakan untuk mengatasi persoalan peningkatan sumber daya

manusia di provinsi Kalimantan Tengah periode yang akan datang direkomendasikan

melalui upaya peningkatan terus menerus indeks pembangunan manusia, pembangunan

di bidang pendidikan, pembangunan dibidang kesehatan dan pembangunan di bidang

keluarga berencana. Uraian kebijakan untuk masing-masing bidang tersebut adalah

sebagai berikut:

2.2.7.1 Upaya meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM)

IPM provinsi Kalimantan Tengah tergolong baik. Hal ini ditunjang oleh

keberhasilan dibidang pendidikan dan kesehatan. Mengingat bidang ekonomi merupakan

salah satu faktor penentu IPM maka yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan IPM

dimasa mendatang yaitu:

- adanya kebijakan pengendalian jumlah penduduk serta peningkatan pendapatannya

- kebijakan peningkatan produktivitas tenaga kerja

- kebijakan peningkatan UMKM melalui kebjakan peningkatan kualitas pelayanan

lembaga keuangan

2.2.7.2 Bidang Pendidikan

Dari pembahasan di atas khususnya untuk bidang pendidikan perlu diambil beberapa

kebijakan sebagai berikut:

Page 53: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   49  

2.2.7.2.1. Angka partisipasi murni SD/MI

- Mendorong pemerintah kabupaten/kota agar menyediakan fasilitas sekolah gratis

terutama bagi siswa SD/MI

- Melaksanakan sosialisasi secara terus menerus dalam rangka program wajib

belajar Dikdas 9 tahun

- Mendorong tumbuhnya perhatian dan kemitraan masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu

- Meningkatkan perhatian, khususnya pada daerah terpencil, terisolir, terpencar

yang sulit dijangkau dengan mengadakan program perbaikan dan perluasan jalan

guna memperlancar jarak tempuh anak bersekolah.

2.2.7.2.2. Rata-rata nilai akhir SMP/MTs dan SMA/MA

- Mengintensifkan bimbingan belajar baik dalam bentuk pengayaan dan latihan soal

secara merata di Kalimantan Tengah

- Melaksanakan try out bagi siswa dalam rangka mempersiapkan mereka mengikuti

ujian yang diselenggarakan oleh sekolah maupun nasional

- Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang pendidikan disekolah seperti

hot spot internet, laboratorium multimedia, ruang komputer, laboratorium

bahasa, laboratorium kimia/biologi dll.

- Revitalisasi peran dan fungsi perpustakaan sekolah sehingga memudahkan siswa

mencari tambahan materi pelajaran

2.2.7.2.3. Angka putus sekolah SD, SMP/MTs dan SMA/MA

- Mengintensifkan program pendidikan non formal berupa kejar paket di desa-desa.

- Membangun Unit Sekolah Baru (USB) dan Ruang Kelas Baru (RKB) bagi daerah

yang terpencil dan terisiolasi serta yang membutuhkan;

- Mengembangkan pendidikan dasar terpadu (SD-SMP satu atap) di daerah

terpencil dan yang terisolasi;

- Memberdayakan sekolah alternatif: SMP terbuka, kelas jauh/filial,dsb

- Memberikan pelayanan pendidikan khusus bagi anak-anak daerah terpencil, anak-

anak jalanan, anak-anak daerah kumuh, atau anak pekerja yang berusia sekolah.

- Menyediakan beasiswa (reguler, retrieval, transisi) bagi anak didik dari keluarga

tidak mampu atau yang berprestasi;

- Menyediakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi semua SMP negeri

dan swasta dalam rangka pelaksanaan sekolah gratis;

Page 54: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   50  

2.2.7.2.4. Angka melek aksara 15 tahun ke atas

- Tetap melanjutkan program wajar Dikdas 9 tahun.

- Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran baca tulis di dalam

kehidupan

- Mengintensifkan program pendidikan non formal berupa kejar paket (A, B maupun

C) hingga ke desa-desa

- Meningkatkan motivasi untuk mengikuti pendidikan mengingat pentingnya ijasah

sebelum masuk ke dunia kerja.

2.2.7.2.5. Persentase jumlah guru yang layak mengajar untuk tingkat SMP/MTs dan sekolah menengah

- Meningkatkan kualitas guru melalui berbagai cara, yakni:

a. Studi lanjut bagi guru yang potensial/berprestasi

b. Magang disekolah yang berkualitas

c. Mengikuti pelatihan materi keguruan, bidang studi dan metodologi penelitian

serta penulisan karya ilmiah

- Percepatan terwujudnya kualitas dan kesejahteraan pendidikan secara adil dan

merata

- Penambahan guru sesuai dengan jumlah maupun kualifikasi pendidikannya serta

menata kembali penyebaran guru-guru di berbagai tingkat sekolah

- Melatih para pengawas sekolah agar lebih propesional dalam menjalankan tugas-

nya melakukan pengawasan dibidang pendidikan

- Mendorong masyarakat agar lebih aktif dalam pengawasan / pengelolaan

serta hubungan dengan berbagai pihak terhadap kebijakan program dan output

pendidikan di Kalimantan Tengah

- Perlu peningkatan kualitas manajemen pelayanan dan mengembangkan teknologi

dan informasi pendidikan dalam bentuk pengembangan kurikulum muatan lokal

untuk SD, SMP, dan SMA serta peningkatan penguasaan teknologi pembelajaran

seperti penggunaan komputer, laboratorium bahasa dan lain-lain

- Peningkatan jenjang pendidikan guru RSBI untuk melanjutkan pendidikan melalui

penyediaan beasiswa

Page 55: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   51  

2.2.7.3 Bidang Kesehatan

Untuk bidang kesehatan, perlu diambil beberapa kebijakan sebagai berikut:

2.2.7.3.1 Umur Harapan hidup (UHH)

- peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat

- peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia dini

- pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar

- peningkatan pengawasan obat dan makanan serta ketersediaan obat

- memperbaiki gizi masyarakat

- peningkatan pelayanan kesehatan lansia

2.2.7.3.2 Angka kematian bayi (AKB) dan Angka kematian Ibu (AKI)

- Perlu penetapan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) yang

sesuai dengan standar perhitungan secara nasional

- Peningkatan pelayanan kesehatan anak balita

- Peningkatan keselamatan ibu melahirkan melalui pelatihan bidan desa

- Menetapkan standarisasi pelayanan kesehatan

- Meningkatkan upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat (UKBM)

diantaranya adalah Posyandu, Polindes dan Pos Obat Desa.

2.2.7.3.3 Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang

- Meningkatkan pendidikan gizi dalam lingkup keluarga

- Meningkatkan upaya penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi

besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan

kekurangan zat gizi mikro lainnya

- Meningkatkan surveilens gizi

- Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

- Meningkatkan makanan tambahan bagi anak

- Meningkatkan kembali peran dan fungsi posyandu dalam pengelolaan

kesehatan ibu dan anak

- Perbaikan gizi masyarakat dalam bentuk penyediaan makanan yang sehat dan

murah.

Page 56: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   52  

2.2.7.3.4 Persentase tenaga kesehatan per penduduk

- Memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan, terutama untuk pelayanan kesehatan

di puskesmas dan jaringannya, serta rumah sakit kabupaten/kota

- Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan (dokter, bidan dll)

- Meningkatkan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan melalui

pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

- Meningkatkan pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karir

tenaga kesehatan

- Meningkatkan standar kompetensi dan regulasi profesi kesehatan

- Peningkatan penyebaran tenaga medis minimal di wilayah kecamatan terutama

untuk tenaga dokter didaerah terpencil.

2.2.7.4 Bidang Keluarga Berencana

Kebijakan yang perlu diambil dalam bidang keluarga berencana:

2.2.7.4.1 Prevalensi penduduk ber KB

- Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.

- Meningkatkan penggunaan kontrasepsi yang efektif dan efisien.

- Meningkatkan ketersediaan alat-alat, obat, dan cara kontrasepsi yang

diprioritas-kan pada keluarga miskin.

- Revitalisasi program KB seperti pada jaman dulu dengan moto ”dua anak cukup,

laki perempuan sama saja”

2.2.7.4.2 Persentase laju pertumbuhan penduduk

- Perlu penurunan laju pertambahan penduduk melalui program KB

- Meningkatkan keikutsertaan dan kemandirian masyarakat terhadap

pelaksanaan KB dan Kesehatan Reproduksi

- Menertibkan migrasi penduduk melalui tertib administrasi kependudukan

Page 57: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   53  

2.3. TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI

Masalah dan tantangan pembangunan ekonomi di Kalimantan Tengah dapat

dijelaskan dari tiga perspektif yaitu: (1) masalah dan tantangan pengembangan ekonomi

makro; (2) masalah dan tantangan pengembangan investasi; dan (3) masalah dan

tantangan pengembangan infrastruktur fisik (jalan).

2.3.1. EKONOMI MAKRO

2.3.1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (AHK2000)

Pertumbuhan ekonomi (PE) di provinsi Kalimantan Tengah memang sedikit lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Permasalahannya baik di

Kalteng maupun pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional yaitu belum tercapai

pertumbuhan ekonomi yang tinggi (rata-rata 10% - 12% per tahun) serta merata di semua

sector. Tingkat pertumbuhan ekonomi di provinsi Kalimantan Tengah selama periode

perencanaan tahun 2004 – 2008 tumbuh rata-rata sebesar 6,32%, sedangkan pada tahun

yang sama pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,35%. Perkembangan pertumbuhan

ekonomi Kalimantan Tengah maupun Nasional dapat dilihat pada gambar 2.22 berikut ini.

0

2

4

6

8

Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)

Kalteng Nasional

Kalteng 5,99 6,48 6,13 6,92 6,06

Nasional 4,25 5,37 5,19 5,63 6,30

2004 2005 2006 2007 2008

Gambar 2.22. Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi AHK-2000 di Kalteng dan Nasional

Page 58: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   54  

Mengamati laju pertumbuhan ekonomi tentu saja kita harus mengamati proses

terbentuknya output tiap tahun selama periode perencanaan. Rendahnya pembentukan

output di provinsi Kalimantan Tengah, disamping karena faktor kelangkaan modal dan

kualitas sumberdaya manusia yang rendah, juga disebabkan keterkaitan antara sektor

masih kurang.

Terkait dengan kelangkaan modal bahwa baik modal pemerintah daerah maupun

modal swasta yang diinvestasikan pada sector ril masih kecil. Realisasi penanaman

modal pemerintah daerah pada sector ril hampir tidak ada kecuali pada sector finansial

(penyertaan modal pada PT. Bank Pembangunan Kalteng); dan kemudian rata-rata

realisasi penanaman modal swasta pada sector ril yaitu PMA hanya sebesar 37,62% dan

PMDN sebesar 34,64% dari target (BPMD Kalteng, 2009).

Terkait dengan sumbedaya manusia (SDM) yang berkualitas di provinsi

Kalimantan Tengah jumlahnya masih sedikit. Penyebabnya yaitu disamping masalah

biaya, sarana dan prasarana penunjang masih terbatas, juga karena transfer

pengetahuan (knowledge spillover) dari perusahaan swasta besar ke tenaga kerja

perusahaan local masih rendah. Investasi di bidang R&D hampir tidak ada. Kemudian

tantangan peningkatan pertumbuhan ekonomi yaitu belum ada kepastian pengesahan

rencana tata ruang wilayah, sehingga iklim investasi menjadi kurang kondusif. Karena

kondisi iklim investasi yang kurang kondusif maka sangat banyak rencana investasi di

sector ril yang belum dapat direalisasikan.

2.3.1.2. Persentase Ekspor terhadap PDRB

Masalah ekspor di provinsi Kalimantan Tengah yaitu kinerja ekspor (rasio ekspor

terhadap PDRB) masih rendah yaitu hanya 0,24 atau sekitar seperlima dibandingkan

tingkat nasional. Disamping itu diversifikasi produk ekspor juga masih sedikit.

Tingkat perkembangan persentase ekspor terhadap PDRB di provinsi

Kalimantan Tengah selama periode perencanaan tahun 2004 – 2008 tumbuh rata-rata

sebesar 4,95%, sedangkan pada tahun yang sama perkembangan persentase ekspor

terhadap PDRB nasional sebesar 20,40%. Perkembangan persentase ekspor terhadap

PDRB Kalimantan Tengah maupun Nasional dapat dilihat pada gambar 2.23 berikut ini.

Page 59: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   55  

0,00

10,00

20,00

30,00

Persentase Ekspor Terhadap PDRB

Kalteng Nasional

Kalteng 3,77 4,08 4,62 5,71 6,57

Nasional 20,07 20,84 19,48 21,26 20,34

2004 2005 2006 2007 2008

Gambar 2.23 Grafik Persentase Ekspor terhadap PDRB di Kalteng dan Nasional

Kendala yang dihadapi terletak pada faktor internal dan eksternal. Faktor internal

yaitu terletak pada kelemahan pelaku bisnis (eksportir), keterbatasan infrastruktur

(pelabuhan dan aksesnya, fasilitas penunjang) serta kelembagaan ekonomi keuangan

formal di Kalimantan Tengah. Sedangkan faktor eksternal yaitu masalah permintaan

pasar luar negeri masih kurang, dan juga harga jual beberapa komoditi ekspor masih

jatuh (rendah). Kemudian tantangan peningkatan ekspor Kalimantan Tengah dilihat dari

faktor internal yaitu belum ada jalan darat (jalan tol dan rel kereta api) yang murah dan

cepat dari dan ke pelabuhan; kapasitas pelabuhan bongkar muat dan berbagai fasilitas

penunjangnya masih kurang. Tantangan faktor eksternal yaitu adanya ketidakpastian

(krisis keuangan global belum betul-betul pulih) (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Tengah, 2009).

Upaya peningkatan realisasi ekspor di Provinsi Kalimantan Tengah memang

telah dituangkan dalam program peningkatan dan pengembangan ekspor. Sasaran pokok

dari program peningkatan dan pengembangan ekspor adalah: (1) Terkendalinya kualitas

produk; (2) Terbinanya usaha penghasil produk berorientasi ekspor; (3) Meningkatnya

usaha yang telah mendapatkan sertifikat produk penggunaan tanda SNI; (4)

Terkendalinya usaha yang telah diberi sertifikasi produk penggunaan tanda SNI; (5)

Meningkatnya kinerja Panitia kerja tetap peningkatan ekspor daerah (PANJATAPDA); dan

(6) Meningkatnya jaringan informasi ekspor.

Page 60: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   56  

Namun demikian program tersebut tampaknya masih kurang berhasil karena

terkendala faktor kunci lainnya yang sangat berpengaruh yaitu keterbatasan jalan,

pelabuhan (termasuk fasilitas penunjangnya).

2.3.1.3. Persentase Output Manufaktur terhadap PDRB Masalah output manufaktor di provinsi Kalimantan Tengah yaitu persentase output

manufaktur terhadap PDRB masih kecil yaitu hanya sebesar 0,31 atau sekitar sepertiga

dibandingkan tingkat nasional.

Tingkat perkembangan persentase output manufaktur terhadap PDRB di provinsi

Kalimantan Tengah selama periode perencanaan tahun 2004 – 2008 tumbuh rata-rata

sebesar 8,66%, sedangkan pada tahun yang sama perkembangan persentase output

manufaktur terhadap PDRB nasional sebesar 27,59%. Perkembangan persentase output

manufaktur terhadap PDRB di provinsi Kalimantan Tengah maupun Nasional dapat dilihat

pada gambar 2.24 berikut ini.

0,00

10,00

20,00

30,00

Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB

Kalteng Nasional

Kalteng 8,90 9,32 8,43 8,31 8,37

Nasional 28,0 27,4 27,5 27,0 27,8

200 200 200 200 200

Gambar 2.24 Grafik Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB di Kalteng dan Nasional

Perkembangan persentase output manufaktur terhadap PDRB di provinsi

Kalimantan Tengah hanya sebesar sepertiga dibandingkan nasional. Kendala yang

dihadapi dalam pengembangan ekspor di provinsi Kalimantan Tengah yaitu masih

rendahnya kapasitas iptek sistem produksi. Demikian pula halnya kendala terhadap

pembangunan industri kecil dan menengah, kemampuan teknologi industri, penataan

struktur industri, dan pembangunan sentra-sentra industri potensial. Kendala lain yang

Page 61: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   57  

sangat berpengaruh pula yaitu kondisi infrastruktur kawasan, misalnya KAPET DAS

KAKAB, SAMBUN masih belum memadai.

2.3.1.4. Persentase Output UMKM terhadap PDRB

Masalah output UMKM provinsi Kalimantan Tengah yaitu persentase output

UMKM terhadap PDRB masih sangat kecil yaitu hanya 0,046 atau sekitar seperduapuluh

dibandingkan tingkat nasional. Tingkat perkembangan persentase output UMKM terhadap

PDRB di provinsi Kalimantan Tengah selama periode perencanaan tahun 2004 – 2008

tumbuh rata-rata sebesar 2,48%, sedangkan pada tahun yang sama perkembangan

persentase output UMKM terhadap PDRB nasional sebesar 53,82%. Perkembangan

persentase output UMKM terhadap PDRB di provinsi Kalimantan Tengah maupun

Nasional dapat dilihat pada gambar 2.25.

Kecilnya persentase output UMKM terhadap PDRB tersebut sebagai akibat

pertumbuhan usaha baru lambat, daya saing usaha yang ada masih lemah,

Sentra/Klaster kurang berkembang, stabilitas perekonomian masih belum baik akibat

krisis keuangan global. Kendala yang dihadapi yaitu kualitas iklim usaha, keunggulan

kompetitif, kualitas sistem pendukung, dan kualitas kelembagaan masih rendah.

0,00

20,00

40,00

60,00

Persentase Output UMKM Terhadap PDRB

Kalteng Nasional

Kalteng 2,56 2,58 2,42 2,36 2,48

Nasional 55,40 53,90 53,49 53,60 52,70

2004 2005 2006 2007 2008

Gambar 2.25 Grafik Persentase Output UMKM Terhadap PDRB di Kalteng dan Nasional

Sasaran pokok pembangunan UMKM adalah: (1) Meningkatnya jumlah

pembukaan usaha baru, penyerapan tenaga kerja khususnya UKM dan Koperasi yang

berbasis potensi dan Keunggulan Daerah; (2) Meningkatnya perkembangan dan daya

Page 62: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   58  

saing usaha-usaha yang telah berdiri; (3) Berkembangnya usaha Sentra/Klaster,

KSP/USP-Kop dan jasa konsultansi pengembangan Bisnis UKM dan Koperasi; (4)

Terwujudnya kinerja pelayanan perizinan dan pengawasan perizinan serta fasilitasi

pengembangan UKM; dan (5) Terwujudnya stabilitas perekonomian wilayah Kalimantan

Tengah.

2.3.1.5. Pendapatan Perkapita (dalam juta rupiah) AHK2000

Masalah pendapatan (pendapatan regional) perkapita penduduk di Provinsi

Kalimantan Tengah masih rendah yaitu hanya sebesar 0,38 atau sekitar sepertiga

dibandingkan nasional. Tingkat pendapatan perkapita (dalam juta rupiah) AHK-2000 di

provinsi Kalimantan Tengah selama periode perencanaan tahun 2004 – 2008 hanya rata-

rata sebesar Rp. 5,95 juta, sedangkan pada tahun yang sama pendapatan perkapita

tingkat nasional sudah mencapai rata-rata sebesar Rp. 15,52 juta. Perkembangan

pendapatan perkapita di provinsi Kalimantan Tengah maupun Nasional dapat dilihat pada

gambar 2.26. berikut ini.

0,00

10,00

20,00

30,00

Pendapatan Perkapita (juta rupiah) AHK2000

Kalteng Nasional

Kalteng 5,60 5,73 6,00 6,09 6,34

Nasional 10,61 12,68 15,03 17,58 21,7

2004 2005 2006 2007 2008

Gambar 2.26. Grafik Pendapatan Perkapita (juta rupiah) AHK-2000 di Kalteng dan Nasional

Kendala yang dihadapi terletak pada persoalan produktivitas tenaga kerja itu

sendiri. Faktor penyebabnya yaitu disamping lahan pertanian yang kurang subur di

Kalimantan Tengah juga karena pemanfaatan lembaga ketrampilan tenaga kerja dan

transfer teknologi belum berjalan sebagaimana mestinya.

Page 63: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   59  

2.3.1.6. Laju Inflasi

Angka inflasi di provinsi Kalimantan Tengah selama periode perencanaan (2004

– 2008) secara rata-rata memang sedikit lebih rendah dibandingkan nasional. Di

Kalimantan Tengah rata-rata sebesar 8,95%, sedangkan nasional sebesar 9,35%.

Walaupun demikian masih ada masalah yaitu angka inflasi itu baik yang terjadi di

Kalimantan Tengah maupun nasional dipandang masih tinggi dan belum mampu ditekan

sampai batas minimal sekitar 2% - 4%. Oleh karena itu secara makro, pengaruh inflasi

tinggi akan mendorong kenaikan suku bunga. Tidak itu saja, secara mikro akan

berpengaruh juga terhadap komponen biaya produksi. Inflasi tinggi akan melemahkan

kinerja industri manufaktor dan UMKM karena biaya bahan baku dan upah tenaga kerja

menjadi mahal. Pengaruh inflasi yang terasa paling parah di provinsi Kalimantan Tengah

yaitu bagi masyarakat di pedalaman.

Perkembangan angka inflasi di provinsi Kalimantan Tengah maupun Nasional

dapat dilihat pada gambar 2.27. berikut ini.

0,00

5,00

10,00

15,00

Laju Inflasi (%)

Kalteng Nasional

Kalteng 6,96 12,01 7,74 7,77 10,27

Nasional 6,10 10,50 13,10 6,00 11,06

2004 2005 2006 2007 2008

Gambar 2.27. Grafik Laju Inflasi di Kalteng dan Nasional

Kendala pengendalian inflasi terletak pada peroalan keterbatasan kemampuan

pemerintah (pemerintah pusat) mengendalikan inflasi inti. Inflasi inti (core inflation) yaitu

inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan

ekonomi secara umum, seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan

permintaan dan penawaran yang sifatnya cenderung permanen, persistent dan bersifat

umum. Sumbangan inflasi inti dalam pembentukan inflasi di Kalimantan Tengah sebesar

Page 64: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   60  

63%, sedangkan sisanya sebesar 37% oleh inflasi non inti (administered, volatile goods)

(Bank Indonesia Palangka Raya, 2008).

2.3.2. INVESTASI (PMA DAN PMDN)

Masalah investasi di provinsi Kalimantan Tengah yaitu perkembangan realisasi

terhadap rencana investasi (PMA dan PMDN) masih rendah serta tidak merata di semua

sector. Perkembangan realisasi terhadap rencana investasi asing (PMA) di provinsi

Kalimantan Tengah yaitu pada tahun 2005 - 2006 pernah mencapai 63,99% sampai

317,98%; namun tahun 2007 – 2008 turun drastis menjadi 2,35% sampai 9,70%.

Kemudian perkembangan realisasi terhadap rencana investasi domestik (PMDN) di

provinsi Kalimantan Tengah yaitu tahun 2004 - 2008 hanya berkisar 2,45% sampai

34,70% (BPMD Provinsi Kalimantan Tengah, 2009).

Perkembangan realisasi terhadap rencana investasi (PMA dan PMDN) di

provinsi Kalimantan Tengah maupun Nasional dapat dilihat pada gambar 2.28. berikut ini.

‐50,00

0,00

50,00

100,00

Kalteng Nasional

Kalteng 19,19 34,70 23,17 2,45 5,65

Nasional ‐16,04 94,90 ‐32,76 72,60 43,80

2004 2005 2006 2007 2008

Gambar 2.28. Grafik Persentase perkembangan realisasi terhadap rencana investasi (PMA dan PMDN)

di Kalteng dan Nasional

Kendala utama yang dihadapi oleh pihak investor asing maupun domestik

sampai dengan akhir tahun 2009 yaitu: (1) infrastruktur fisik jalan masih belum memadai,

(2) keterbatasan suplai listrik, (3) ketidak pastian kebijakan pengaturan ruang

(keterlambatan pengesahan Rencana Tata Ruang Wilayah) Provinsi Kalimantan Tengah.

Page 65: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   61  

Akibatnya banyak investor asing yang memilih berinvestasi di provinsi lain. Akibat tidak

tertangani secara baik kendala utama tadi, maka program-program SKPD misalnya: (1)

Program Peningkatan Iklim Investasi Dan Realisasi Investasi, (2) Program Peningkatan

Promosi Dan Kerjasama Investasi, (3) Program Evaluasi, Pengawasan Serta Pembinaan,

dan (4) Program Peningkatan Kelembagaan Dan Sistim Informasi Penanaman Modal

menjadi tidak berdaya.

Menyoroti masalah infrastruktur fisik jalan, misalnya kondisi jalan nasional.

Dijumpai sekitar sepertiga dari jumlah panjang jalan nasional masih berkualitas buruk

(belum tuntas); rinciannya yaitu kondisi baik (421.51 km), sedang (615,20 km), dan buruk

(562,15 km). Selanjutnya masalah pembangunan jalan provinsi dan kabupaten di provinsi

Kalimantan Tengah yaitu dijumpai masih ada dan sangat banyak kondisi jalan yang

berkualitas buruk; rinciannya yaitu kondisi baik (1432,23 km), sedang (2679,19 km), dan

buruk (7987,73 km). Penambahan panjang jalan tahun 2004 – 2008 yaitu antara 553,68

km sampai 2888,55 km (Lampiran: Tabel Matrik Data EKPD Provinsi).

2.3.3. INFRASTRUKTUR

Masalah pembangunan infrastruktur (jalan) di provinsi Kalimantan Tengah yaitu

masih banyak dijumpai panjang jalan nasional, provinsi, dan kabupaten yang berkualitas

buruk (belum tuntas). Rincian kualitas panjang jalan nasional tahun 2008 dengan kondisi

baik (421.51 km), sedang (615,20 km), dan buruk (562,15 km). Selanjutnya rincian

kualitas panjang jalan provinsi dan kabupaten tahun 2008 dengan kondisi baik (1432,23

km), sedang (2679,19 km), dan buruk (7987,73 km). Kemudian penambahan panjang

jalan tahun 2004 – 2008 yaitu antara 553,68 km sampai 2888,55 km (Lihat Lampiran: Data Indikator).

Secara umum masalah pembangunan infrastruktur (jalan) di Provinsi Kalimantan

Tengah tahun 2004 – 2008 dan kecenderungan tahun 2009 dapat dikatakan belum dapat

memenuhi secara tepat akan kebutuhan infrastruktur (jalan dan jembatan) bagi

masyarakat. Kriteria ketepatan ini mencakup waktu, kualitas, kuantitas dan lokasi.

Ketepatan waktu adalah kepastian sampai kapan atau kapan penyediaan sarana

dan prasarana umum yang dimasudkan akan dilaksanakan atau direalisasikan.

Masyarakat akan dijamin dengan kepastian, bukan penantian yang tidak berujung.

Page 66: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   62  

Ketepatan kualitas, artinya bahwa kualitas pelayanan penyediaan sarana dan

prasarana umum bagi masyarakat akan dijamin dengan tingkat kualitas yang baik.

Jaminan kualitas ini diharapkan mampu memberikan kepuasan tersendiri bagi

masyarakat, sehingga masyarakat memberikan apresiasi yang cukup tinggi karena

kualitas pelayanan tersebut.

Ketepatan kuantitas adalah jumlah layanan yang diberikan kepada masyarakat

sama dengan jumlah yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sedangkan ketepatan lokasi

adalah menunjuk lokasi yang benar atau tepat sesuai dengan yang dibutuhkan

masyarakat dalam pemberian layanan oleh pemerintah.

Kendala utama dalam memenuhi keempat ketepatan tersebut adalah

pendanaan, sehingga selalu ada tarik menarik (trade off) dalam memenuhi kriteria

ketepatan tersebut. Akan tetapi sudah barang tentu, bahwa pilihan akan selalu dijatuhkan

pada layanan yang paling baik dan paling optimal yang akan dilaksanakan oleh

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah kepada masyarakatnya.

Sasaran pembangunan daerah bidang infrastruktur ini yaitu pemenuhan secara

tepat akan kebutuhan sarana dan prasarana umum bagi masyarakat. Sasaran pokok

program program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan adalah: (1) meningkatnya

kualitas jalan dan jembatan pada ruas jalan provinsi; (2) meningkatnya kuantitas (panjang

dan lebar) jalan dan jembatan pada ruas jalan dan jembatan provinsi dan ruas jalan

strategis lainnya. Kemudian sasaran pokok program peningkatan/ pembangunan jalan

dan jembatan, adalah: (1) Meningkatnya kualitas dan ketepatan pembangunan jalan dan

jembatan pada ruas jalan provinsi; (2) Meningkatnya kuantitas (panjang dan lebar) jalan

dan jembatan pada ruas jalan dan jembatan provinsi dan ruas jalan strategis lainnya.

2.3.4. CAPAIAN INDIKATOR

Satuan indikator yang digunakan yaitu agregasi angka relatif (persentase).

Maksud agregasi ini yaitu untuk membuat satu grafik capaian indikator pembangunan

ekonomi dengan tujuh indikator pendukung yaitu laju pertumbuhan ekonomi, persentase

ekspor terhadap PDRB, persentase output manufaktur terhadap PDRB, persentase

output UMKM terhadap PDRB, laju inflasi, persentase pertumbuhan realsasi investasi

PMA, dan persentase pertumbuhan realsasi investasi PMDN. Berikut ini akan disajikan

berturut-turut garfik capaian indikator, analisis relevansi, dan analisis efektifitas.

Page 67: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   63  

• Grafik Capaian Indikator

Grafik ini menyajikan capaian indikator pembangunan ekonomi di provinsi

Kalimantan Tengah dibandingkan dengan capaian indikator nasional. Tujuan penyajian

grafik ini yaitu untuk menilai kinerja pembangunan ekonomi melalui pendekatan Relevansi

dan Efektivitas (lihat gambar 2.29.).

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

2004 2005 2006 2007 2008-100.00

-50.00

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

Kalteng

Nasional

Tren Kalteng

Tren Nasional

Gambar 2.29. Grafik Capaian Indikator Pembangunan Ekonomi di Provinsi Kalimantan Tengah dengan Tujuh Indikator Pendukung

• Analisis Relevansi

Analisis relevansi pada sub bahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

tren capaian pembangunan ekonomi di provinsi Kalimatan Tengah sejalan atau lebih baik

dari capaian pembangunan nasional. Kegunaan analisis ini yaitu untuk menilai sejauh

mana tujuan/sasaran pembangunan ekonomi di Kalimantan Tengah yang direncanakan

mampu menjawab permasalahan utama/tantangan.

Sesuai Grafik Capaian Indikator Pembangunan Ekonomi di Provinsi Kalimantan

Tengah (lihat gambar 2.29.), dapat diketahui bahwa tren capaian pembangunan ekonomi

baik di povinsi Kalimantan Tengah maupun nasional mula-mula menunjukkan tren

menurun sampai tahun 2006, kemudian setelah itu berbalik naik; untuk kenaikan tren

nasional hanya sampai tahun 2007, tetapi untuk tren provinsi Kalimantan Tengah ternyata

naik sampai tahun 2008. Masa puncak capaian hasil pembangunan ekonomi baik di

provinsi Kalimantan Tengah maupun nasional terjadi pada tahun 2005, dan setelah itu

semakin merosot sampai tahun terjadi krisis keuangan global (akhir 2008).

Page 68: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   64  

Melalui analisis relevansi menggunakan pendekatan grafik tren (lihat gambar

2.29.) dapat dinilai bahwa tren capaian pembangunan ekonomi di provinsi Kalimantan

Tengah sudah sejalan atau lebih baik dari capaian pembangunan ekonomi nasional.

Dengan demikian bahwa tujuan/sasaran pembangunan ekonomi yang direncanakan

dengan mengacu RPJMD provinsi Kalimantan Tengah tahun 2004 – 2009 sudah mampu

menjawab permasalahan utama/tantangan.

• Analisis Efektifitas

Analisis efektifitas pada sub bahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh

mana capaian pembangunan ekonomi membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kegunaannya yaitu untuk menilai kesesuaian antara hasil dan dampak pembangunan

ekonomi terhadap tujuan yang diharapkan.

Sesuai Grafik Capaian Indikator Pembangunan Ekonomi Provinsi Kalimantan

Tengah dengan tujuh Indikator Pendukung (lihat gambar 2.29.), dapat dilihat tinggi

diagram batang tahun 2005 jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Berikutnya

lagi dapat dilihat bahwa tinggi diagram batang tahun 2006, 2007, 2008 lebih rendah dari

tahun-tahun sebelumnya. Keseluruhan diagram batang mula-mula tinggi namun semakin

rendah dari tahun sebelumnya terutama tahun 2006 sampai 2008.

Melalui analisis efektivitas menggunakan pendekatan grafik diagram batang (lihat

gambar 2.29.) dapat dinilai bahwa capaian pembangunan ekonomi di provinsi Kalimantan

Tengah sejak tahun 2006 sampai 2008 semakin tidak membaik jika dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa implementasi program/ kegiatan

pembangunan bidang ekonomi yang mengacu butir-butir seperti yang tercantum dalam

RPJMD provinsi Kalimantan Tengah tahun 2004 – 2009 masih belum ada kesesuaian

antara hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan.

Terjadinya fenomena pembangunan ekonomi Kalimantan Tengah seperti itu

yaitu “semakin tidak membaik” tentu saja penting dan perlu dicari akar permasalahannya.

Berikut ini akan diamati faktor penyebabnya mengapa dan bagaimana itu bisa terjadi (how

and why), sebagai berikut:

• Realisasi investasi (PMA dan PMDN) sektor ril masih sangat rendah

• Produk unggulan daerah sangat minim dan yang ada belum berkembang

• Pelabuhan bongkar muat yang ada masih sangat tidak memadai

• Infrastruktur penunjang pelabuhan juga sangat minim

Page 69: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   65  

• Penambahan jumlah industri manufaktur baru sangat lambat

• Daya saing industri manufaktur yang ada sangat rendah

• Penambahan jumlah UMKM baru masih sangat lambat

• Daya saing UMKM yang ada masih sangat rendah

• Lapangan kerja (usaha) baru sangat kurang

• Produktivitas tenaga kerja masih sangat rendah

• Kinerja pengendalian inflasi masih sangat rendah

• kelancaran arus barang pada saat tertentu sagat lambat

• Dalam prakteknya upaya mengatasi masalah biaya tinggi, resiko bisnis, dan

ketidak pastian berusaha masih sangat sulit

• Ketepatan membangun infrastruktur baru (jalan, jembatan, dan irigasi) beserta

dengan fasilitas penunjangannya masih sangat rendah.

• Kualitas infrastruktur lama masih sangat rendah.

2.3.5. ANALISIS CAPAIAN INDIKATOR SPESIFIK DAN MENONJOL

Ada tujuh indikator penunjang yang diperhatikan untuk kepentingan Analisis

Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol bidang pembangunan ekonomi di provinsi

Kalimantan Tengah, yaitu: laju pertumbuhan ekonomi, persentase ekspor terhadap

PDRB, persentase output manufaktor terhadap PDRB, persentase output UMKM

terhadap PDRB, laju inflasi, persentase pertumbuhan realisasi investasi PMA, dan

persentase pertumbuhan realisasi investasi PMDN. Penilaian atas indikator penunjang

yang spesifik dan menonjol dapat diketahui dari analisis kesesuaian antara harapan dan

kenyataan. Bila hasilnya sesuai maka indikator penunjang itulah yang dapat dianggap

suatu keberhasilan spesifik dan menonjol (lihat tabel 2.4).

Melalui data pada tabel 2.4, dapat diketahui bahwa hanya ada satu indikator

penunjang yang sesuai, sedangkan enam sisanya (laju pertumbuhan ekonomi,

persentase output manufaktor terhadap PDRB, persentase output UMKM terhadap

PDRB, laju inflasi, persentase pertumbuhan realsasi investasi PMA, persentase

pertumbuhan realsasi investasi PMDN) tidak sesuai. Dengan demikian dapat ditetapkan

indikator yang spesifik dan menonjol bidang pembangunan ekonomi di provinsi

Kalimantan Tengah yaitu keberhasilan bidang perdagangan luar negeri yang tercermin

melalui tren kenaikan Persentase ekspor terhadap PDRB (lihat gambar 2.30.).

Page 70: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   66  

Tabel 2.4 Hasil Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

Bidang Pembangunan Ekonomi Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2004 – 2008

No Indikator Penunjang Harapan Fakta Keterangan

1 Laju pertumbuhan ekonomi Trennya Naik Trennya Turun tidak sesuai

2 Persentase ekspor terhadap PDRB Trennya Naik Trennya Naik sesuai

3 Persentase output manufaktor terhadap PDRB Trennya Naik Trennya Turun tidak sesuai

4 Persentase output UMKM terhadap PDRB Trennya Naik Trennya Turun tidak sesuai

5 Laju Inflasi Trennya Turun Trennya Naik tidak sesuai

6 Persentase pertumbuhan realsasi investasi PMA Trennya Naik Trennya Turun tidak sesuai

7 Persentase pertumbuhan realsasi investasi PMDN Trennya Naik Trennya Turun tidak sesuai

Sumber : Diolah dari Matrik Data EKPD Provinsi Kalimantan Tengah.

Grafik Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Bidang Pembangunan Ekonomi

di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2004 – 2008 dapat dilihat pada gambar berikut.

 

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

3,774,08

4,62

5,71

6,576,94

Gambar 2.30. Grafik capaian indikator Persentase ekspor terhadap PDRB di Provinsi Kalimantan Tengah

Page 71: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   67  

2.3.6. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Pokok-pokok kebijakan untuk mengatasi persoalan pembangunan ekonomi di

provinsi Kalimantan Tengah periode yang akan datang direkomendasikan melalui upaya

peningkatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan volume dan nilai ekspor, peningkatan

output industri manufaktur, peningkatan output UMKM, peningkatan pendapatan

perkapita, mengendalikan inflasi, peningkatan realisasi investasi (PMA dan PMDN) ,

peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktursebagai berikut:

1) Upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dilakukan melalui:

• Kebijakan pengembangan investasi sektor ril

• Kebijakan pengembangan produk unggulan daerah

2) Upaya meningkatkan volume dan nilai ekspor, dilakukan melalui:

• Kebijakan membangun pelabuhan baru yang memadai

• Kebijakan penyediaan infrastruktur penunjang

3) Upaya meningkatkan output industri manufaktur, dilakukan melalui:

• Kebijakan menambah jumlah industri manufaktur baru

• Kebijakan meningkatkan daya saing industri manufaktur yang ada

4) Upaya meningkatkan output UMKM, dilakukan melalui:

• Kebijakan menambah jumlah UMKM baru

• Kebijakan meningkatkan daya saing UMKM yang ada

5) Upaya meningkatkan pendapatan perkapita, dilakukan melalui:

• Kebijakan membuka lapangan kerja (usaha) baru

• Kebijakan peningkatan produktivitas tenaga kerja

6) Upaya mengendalikan inflasi, dilakukan melalui:

• Kebijakan ekonomi makro (melalui pemerintah pusat)

• Kebijakan menjaga kelancaran arus barang

• Kebijakan pemenuhan barang-barang kosumsi lokal.

7) Upaya meningkatkan realisasi investasi (PMA dan PMDN) , dilakukan melalui:

• Kebijakan menghapus biaya tinggi

• Kebijakan mengurangi resiko bisnis

• Kebijakan mengurangi ketidak pastian berusaha

Page 72: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   68  

8) Upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur, dilakukan melalui:

• Kebijakan membangun infrastruktur baru (jalan, jembatan, dan irigasi) beserta

dengan fasilitas penunjangannya dengan memperhatikan prioritas ketepatannya.

• Kebijakan peningkatan kualitas infrastruktur lama.

Page 73: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   69  

2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Masalah dan tantangan peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup di Kalimantan Tengah dapat dijelaskan dari tiga perspektif yaitu: (1)

persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis, (2) rehabilitasi lahan

luar hutan, (3) luas kawasan konservasi, (4) jumlah tindak pidana perikanan, (5)

persentase terumbu karang dalam keadaan baik, dan (6) luas kawasan konservasi laut.

Pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Tengah di bidang pengelolaan

sumber daya alam beberapa diantaranya mengarah kepada 1) pola pemanfaatan energi

sumber daya yang aman dan ramah lingkungan; 2) terwujudnya keberdayaan perusahaan

dan masyarakat dalam menyeimbangkan pengelolaan dan pelestarian sumber daya alam

secara serasi ; 3) terwujudnya rehabilitasi energi sumberdaya dan mineral serta sumber

daya kehutanan, pertambangan dan perikanan.

Arah pembangunan Provinsi Kalimantan Tengah tersebut sejalan dengan arah

pembangunan nasional yang menekankan pada prinsip pembangunan berkelanjutan

dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup (LH). Prinsip ini

menekankan pada pemanfaatan SDA yang mempertimbangkan daya dukung lingkungan

hidup, sehingga peran yang dimiliki oleh SDA dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat Indonesia di masa mendatang. Berdasarkan prinsip tersebut,

sumber daya kehutanan dan kelautan, adalah dua diantara sumberdaya lain yang dikelola

dan digunakan sebagai modal pembangunan, di samping terus dilaksanakannya upaya

pelestariannya. Pengelolaan sumber daya alam menjadi sangat penting ketika lebih

diarahkan kepada upaya konservasi. Potensi hutan di Provinsi Kalimantan Tengah

sebagai kekayaan alam semakin lama menjadi menurun, sementara itu potensi laut

sebagai kekayaan alam belum banyak dioptimalkan.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Planologi (BAPLAN) Departemen

Kehutanan, total luasan areal kerja HPH dan eks HPH di Kalimantan Tengah pada Hutan

Produksi (HP dan HPT) seluruhnya mencakup luasan 7.587.411 Ha. Ternyata luasan

lahan kritis lebih besar jika dibandingkan dengan luas hutan primer. Berturut-turut untuk

luasan Hutan Primer (Virgin Forest), Logged Over Area (LOA) dan lahan kritis termasuk

konversi untuk kepentingan non kehutanan adalah 1.828.972 Ha, 2.942.636 Ha dan

2.815.803 Ha.

Kegiatan pengusahaan hutan di Kalimantan Tengah selama rotasi pertama (35

tahun pertama) dilakukan oleh para pemegang HPH, disamping memberikan kontribusi

Page 74: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   70  

positif dalam hal penerimaan negara, di sisi lain meninggalkan permasalahan baru.

Permasalahan tersebut diantaranya adalah bertambahnya luasan lahan kritis pada

Kawasan Hutan Produksi, baik pada Hutan Produksi Tetap (HP) maupun Hutan Produksi

Terbatas (HPT), kondisi ini tentu memerlukan penanganan yang serius. Lebih lanjut

beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya alam di sektor

kehutanan di Kalimantan Tengah saat ini dan perkiraan ke depan antara lain :

1) Permintaan/kebutuhan kayu sebagai bahan bangunan dan industri terus meningkat, di

lain pihak produksi kayu olahan belum dapat ditingkatkan sebagai kebijakan

pemerintah untuk menghentikan sementara izin HPH.

2) Semakin maraknya praktek illegal logging

3) Masih tingginya lahan kritis di luar kawasan hutan dan tanah kosong di dalam

kawasan hutan.

4) Belum optimalnya fungsi hutan sebagai pengendali tata air atau sebagai perlindungan

penyangga kehidupan.

5) Masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat sekitar hutan.

6) Belum optimalnya pengelolaan hutan dalam aspek fungsi lingkungan, ekonomi dan

sosial.

7) Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan.

8) Belum terpadu, efektif dan efisien dalam dalam pengelolaan sumberdaya hutan.

Tantangan sektor kehutanan ke depan adalah bagaimana untuk dapat

mempertahankan produksi dari hutan alam (kayu) tersebut. Sampai saat ini seluruh

produksi kayu bulat yang dihasilkan Provinsi Kalimantan Tengah semuanya berasal dari

produksi hutan alam, sementara peranan produksi dari hutan tanaman belum terlihat

nyata.

Pengelolaan sumberdaya hutan di provinsi Kalimantan Tengah sampai saat ini

masih banyak menyisakan permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut muncul

sebagai akibat kegiatan eksploitasi yang berlebihan pada sumberdaya alam tersebut

selama ini. Pembangunan sektor kehutanan pada masa mendatang memegang peranan

sentral dan sangat penting. Pembangunan kehutanan ke depan diharapkan bisa

menciptakan pertumbuhan disektor ekonomi kerakyatan sehingga dapat mempercepat

kesejahteraan bagi masyarakat. Hal ini bisa dicapai melalui pengelolaan potensi sumber

daya hutan dengan bijaksana, pada sisi lain pembangunan kehutanan selalu dituntut

untuk bisa menciptakan keseimbangan dan kelestarian lingkungan dengan kegiatan

perlindungan hutan dan konservasi alam.

Page 75: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   71  

Sumber daya alam lain yang berpotensi untuk dikelola di Provinsi Kalimantan

Tengah adalah sektor kelautan. Sejauh ini pengelolaan sumberdaya alam Provinsi

Kalimantan Tengah di sektor ini belum dilakukan secara optimal. Sumberdaya alam di

sektor kelautan meliputi sumberdaya wilayah pesisir dan laut. Provinsi Kalimantan

Tengah mempunyai potensi wilayah pesisir dan laut yang baik dan strategis dengan

panjang garis pantai wilayah ini adalah lebih kurang 737 Km. Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : Per.16/Men/2008 tentang

Perencaaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, bahwa provinsi

mempunyai wilayah pesisir dan kewenangan mengelola wilayah laut sejauh 12 mil yang

diukur dari garis pantai (low water mark) ke arah laut. Lebih jauh pasal tersebut juga

menyatakan bahwa wilayah laut Kabupaten/Kota adalah sepertiga dari wilayah laut

daerah provinsi. Pemerintah Daerah juga diberi kewenangan untuk melakukan eksplorasi,

eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumberdaya alam serta tanggung jawab untuk

melestarikannya.

2.4.1. KEHUTANAN

Kerusakan hutan dan lahan dewasa ini semakin memprihatinkan baik di dalam

maupun di luar kawasan hutan. Luas kawasan hutan yang semula sekitar 200 juta Ha

kini hanya tinggal ± 90 juta Ha, dengan laju penyusutan hutan yang sangat tinggi, lebih

dari 1,0-2,3 juta Ha per tahun (Departemen Kehutanan, 2002 ; Sumarwoto, 2003).

Kerusakan hutan dan lahan yang telah parah tersebut maka Pemerintah Indonesia

melakukan suatu kebijakan yang dinamakan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan

Lahan atau disingkat GN-RHL/Gerhan. Penyelenggaraan GN-RHL/Gerhan sebenarnya

telah melalui proses perencanaan yang begitu panjang dan melibatkan berbagai pihak

terutama dalam penyiapan dokumen GN-RHL/Gerhan, hingga dikeluarkannya kebijakan

pemerintah (publik) dalam bentuk Peraturan Menteri Kehutanan No. P.33/menhutV/2005

tentang Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Gerakan nasional Rehabilitasi

Hutan dan Lahan.

Di Provinsi Kalimantan Tengah, keseriusan Pemerintah Daerah dalam

mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dapat dilihat pada

gambar 2.31. Kondisi rata-rata nasional menunjukkan bahwa persentase luas lahan

rehabilitasi terhadap lahan kritis pada tahun 2004 - 2008 berturut-turut adalah 1,03; 0,93;

0,83 dan 0,26; keadaan ini menunjukkan bahwa persentase tersebut cenderung menurun.

Page 76: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   72  

Sementara itu, di Provinsi Kalimantan Tengah (Gambar 2.31.) memperlihatkan bahwa

nilai persentase luas lahan rehabilitasi terhadap lahan kritis pada tahun yang sama lebih

besar dari nilai rata-rata nasional. Peningkatan luas lahan kritis yang terehabilitasi di

Provinsi Kalimantan Tengah meningkat sampai dengan tahun 2007. Namun demikian

pada tahun 2008 dan prediksi tahun 2009 nilai tersebut cenderung menurun. Penurunan

persentase luas lahan kritis yang terehabiltasi pada dua tahun terakhir diduga disebabkan

karena peningkatan luas lahan yang dikatagorikan sebagai lahan kritis. Kebakaran hutan

yang disebabkan karena faktor alam dan kelalaian manusia dan masih adanya praktek

illegal loging adalah hal-hal yang menjadi penyebab semakin luasnya lahan kritis yang

ada di Provinsi Kalimantan Tengah.

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1,11

1,68 1,68 1,68

0,71 0,71

Gambar 2.31. Grafik persentase luas lahan rehabilitasi terhadap lahan kritis di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2004-2008

Sasaran rehabiltasi hutan dan lahan adalah terwujudnya penutupan lahan kritis

baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. Oleh karena itu diharapkan lahan kritis

tersebut dapat berfungsi kembali sebagai penyangga kehidupan dalam hal pencegahan

banjir, erosi, longsor dan sebagainya sesuai dengan indikasi terciptanya pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan yang baik. Pencapaian efisiensi dan efektifitas;

rehabilitasi lahan kritis seharusnya merupakan suatu proses yang tidak terputus

(continue) serta dilaksanakan dalam satu kegiatan yang jelas. Keberhasilan rehabilitasi

lahan dalam hutan terhadap lahan kritis kuncinya adalah bahwa lokasi lahan kritis di suatu

kawasan hutan yang akan direhabilitasi harus jelas dan terukur.

Lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan barangkali tidak terlalu sulit

untuk diketahui dan dipetakan lokasinya sepanjang lokasi lahan kritis tersebut jelas

Page 77: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   73  

lokasinya. Lain halnya dengan rahabilitasi lahan kritis berada di luar kawasan hutan, yang

melibatkan banyak pihak. Rehabilitasi lahan hutan di luar kawasan hutan justru akan

dapat ditangani banyak pihak. Namun demikian, kenyataan memperlihatkan bahwa di

Provinsi Kalimantan Tengah kegiatan rehabiltasi lahan di luar hutan, sejak tahun 2007

cenderung menurun (Gambar 2.32.).

Dikeluarkannya kebijakan pemerintah dalam bentuk Peraturan Menteri

Kehutanan No. P.33/menhutV/2005 tentang Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan

Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan ternyata dapat menstimulasi

kegiatan rehabiltasi lahan baik di dalam hutan maupun di luar kawasan hutan yang ada di

Provinsi Kalimantan Tengah. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya persentase

luas lahan rehabilitasi terhadap lahan kritis (Gambar 3.31.) dan meningkatnya luas lahan

terrehabilitasi di luar kawasan hutan (Gambar 2.32.). Pada tahun 2006 rehabilitasi lahan

luar hutan mencapai 27.886 ha, jumlah ini adalah yang terluas sepanjang kurun waktu

tahun 2004 - 2008. Namun demikian selama kurun waktu tahun 2007 dan 2008 terjadi

penurunan terhadap hal tersebut.

5.000,00 

10.000,00 

15.000,00 

20.000,00 

25.000,00 

30.000,00 

2004 2005 2006 2007 2008 2009

6.604,00  7.170,00 

27.886,00 

12.098,00 

25,00 

Gambar 2.32. Grafik rehabilitasi lahan luar hutan di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2004-2008.

Banyak hal yang dapat menjadi penyebab penurunan tersebut, seperti telah

disebutkan di atas, bahwa kondisi alam dan kelalaian manusia (kebakaran hutan) dan

praktek illegal loging dapat menjadi penyebab meningkatnya luas lahan kritis. Disamping

itu rendahnya tingkat pengawasan dan keberlanjutan kegiatan Gerakan Nasional

Rehabilitasi Hutan dan Lahan juga dapat menjadi penyebab menurunnya luas lahan kritis

(di dalam dan di luar hutan) yang bisa terehabilitasi. Keberlanjutan rehabilitasi lahan luar

Page 78: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   74  

hutan pada hakekatnya juga dipengaruhi keberlanjutan pendanaan dan pengawasan

terhadap pelaksanaan kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan tersebut.

Dana yang kurang memadai, tidak adanya pengawasan dan tidak tepatnya waktu

(musim) pelaksanaan kegiatan tersebut adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan

kegagalan kegiatan dimaksud. Akhirnya luas lahan kritis (terutama di luar kawasan

hutan) yang dapat direhabilitasi tidak akan memenuhi target.

2.4.2. KELAUTAN

Laut merupakan bagian tidak terpisahkan dari wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Laut juga memberikan kehidupan secara langsung bagi masyarakat

di wilayah pesisir atau di luar wilayah tersebut. Selama ini pengelolaan dan pemanfaatan

wilayah pesisir dan laut di Daerah belum dilaksanakan secara optimal karena hal ini

sangat berhubungan dengan kewenangan yang dimiliki oleh Daerah. Namun demikian

dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :

Per.16/Men/2008 tentang Perencaaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil memberikan kesempatan daerah untuk mengoptimalkan potensi wilayah pesisir dan

laut tersebut.

Provinsi Kalimnatan Tengah di masa lalu lebih banyak memaksimalkan potensi

hasil hutan yang dimilikinya, saat ini fokus pengelolaan sumberdaya alam lebih banyak

diarahkan pada sektor perkebunan dan pertambangan. Sektor kelautan, dalam hal ini

wilayah pesisir dan laut, sampai saat ini belum banyak tergarap secara optimal.

Walaupun potensi sumberdaya alam kelautan belum banyak dioptimalkan, namun indikasi

kerusakan wilayah pesisir dan laut yang di Provinsi Kalimantan Tengah tetap ada.

Kerusakan lingkungan di wilayah pesisir dan laut lebih banyak disebabkan oleh aktivitas

eksploitasi yang tidak berhubungan secara langsung dengan potensi hasil laut, misalnya

adanya penambangan pasir dan zirkon di wilayah pesisir.

Memantau capaian kualitas pengelolaan sumberdaya kelautan di Provinsi

Kalimantan Tengah dapat dilakukan diantaranya melalui indikator jumlah tindak pidana

perikanan, persentase terumbu karang dalam keadaan baik dan luas kawasan konservasi

laut. Namun demikian penilaian terhadap capaian tersebut belum dapat dilakukan melalui

indikator-indikator tersebut. Data yang tersedia dan diperoleh dari Dinas Perikanan dan

Kelautan Provinsi Kalimantan Tengah belum cukup untuk dapat dipakai menilai capaian

kualitas pengelolaan sumberdaya alam sektor kelautan. Bila melihat data persentase

Page 79: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   75  

kerusakan terumbu karang, ada indikasi bahwa telah terjadi kerusakan terhadap potensi

sumberdaya kelautan di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah.. Berdasarkan data pada

tahun 2008, persentase terumbu karang dalam keadaan baik di Provinsi Kalimantan

Tengah hanya 53,12% (Gambar 2.33.). Nilai ini sebenarnya masih berada di atas rata-

rata nasional, pada tahun yang sama menunjukkan jumlah 30,62 %. Namun demikian,

karena data yang tersedia di Provinsi Kalimantan Tengah terhadap indikator tersebut

hanya tersedia pada tahun 2008, maka capaian kualitas pengelolaan sumberdaya alam di

sektor kelautan belum dapat dinilai dari indikator tersebut.

0

10

20

30

40

50

60

2004 2005 2006 2007 2008 2009

53,12

Gambar 2.33. Grafik persentase terumbu karang dalam keadaan baik hutan di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008.

Potensi terumbu karang di Provinsi Kalimantan Tengah terdapat di perairan

Senggora, Kabupaten Kotawaringin Barat. Terumbu karang yang ada di wilayah tersebut

yang terdeteksi tidak dikualifikasikan sebagai terumbu karang yang bernilai ekstotis.

Terumbu karang diwilayah tersebut berpotensi sebagai habitat ikan dan hewan laut

lainnya sebagai salah satu lingkungan hidupnya. Artinya terumbu karang di wilayah

tersebut belum berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai potensi wisata. Indikasi terjadinya

kerusakan terumbu karang yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah bisa dipahami bila

menyimak jumlah pelanggaran pidana perikanan yang terjadi di Provinsi Kalimantan

Tengah (Gambar 2.34.).

Jumlah tindak pidana perikanan pada tahun 2007 telah terjadi 15 kali, jumlah

tersebut meningkat pada tahun berikutnya (gambar 2.34.). Tindak pidana perikanan

bukan hanya pada persoalan pelanggaran wilayah yuridis laut Indnesia yang dilakukan

oleh nelayan asing. Tindak pedana perikanan juga erat kaitannya dengan beberapa

Page 80: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   76  

kegiatan yang dapat merusak ekosistem dan lingkungan laut, seperti penggunaan kapal

pukat harimau dengan jaring besar (trawl) atau penggunaan bom ikan. Kedua jenis

kegiatan yang melanggar hukum tersebut bukan hanya dilakukan oleh nelayan asing

yang melanggar wilayah yuridis perairan Indonesia, tetapi juga dilakukan oleh nelayan

Indonesia sendiri yang memiliki modal cukup. Penggunaan jaring besar (trawl) atau bom

ikan ini yang diduga kuat mengakibatkan kerusakan pada terumbu karang di perairan

Provinsi Kalimantan Tengah.

0

5

10

15

20

25

2004 2005 2006 2007 2008 2009

15

2122

Gambar 2.34. Grafik jumlah tindak pidana perikanan di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2007-2009.

Potensi sumber daya alam wilayah pesisir dan laut yang besar di Provinsi

Kalimantan Tengah masih belum optimal memberikan kontribusi ekonomi yang nyata bagi

masyarakat setempat. Hal ini bisa dilihat dari kondisi ekonomi masyarakat wilayah pesisir

di daerah ini yang rata-rata tergolong rendah. Hipotesis sementara ini yang menyebabkan

kondisi tersebut adalah lokasi pemukiman yang bersifat sporadis, kualitas sumberdaya

manusia yang rendah, infrastruktur yang minim sehingga potensi sumberdaya alam

tersebut belum termanfaatkan secara optimal. Dari 14 (empat belas) Kabupaten/Kota di

Provinsi Kalimantan Tengah, hanya 6 (enam) kabupaten yang mempunyai wilayah

pesisir dan laut meliputi Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten

Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Pulang

Pisau.

Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan

merupakan paradigma pembangunan masa kini dan masa depan. Paradigma tersebut

mengandung arti bahwa selain memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut untuk

Page 81: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   77  

kepentingan pertumbuhan ekonomi, upaya pengelolaan juga harus tetap memperhatikan

keutuhan (integritas) ekosistem dan daya dukung lingkungan, serta memperhatikan aspek

sosial masyarakat terkait dengan sumberdaya tersebut. Untuk mewujudkan hal tersebut

diperlukan perencanaan yang komprehensif dan terpadu sehingga dapat mengakomodir

kepentingan para pihak (Stakeholders) yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya

wilayah pesisir dan laut.

Proses perencanaan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan laut terpadu

seperti tercantum pada Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor : Per.16/Men/2008 tentang Perencaaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil, mencakup 4 (empat) dokumen perencanaan, yaitu Rencana Strategis

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP-3-K), Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K), Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil (RPWP-3-K), dan Rencana Aksi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RAWP-3-

K). Dalam penyusunan keempat dokumen perencanaan tersebut harus berbasis pada (a)

keterpaduan perencanaan sektor secara horizontal dan secara vertikal, (b) keterpaduan

ekosistem darat dan laut, (c) keterpaduan sain dan manajemen, dan (d) keterpaduan

antar lembaga.

Lebih lanjut secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan

wilayah pesisir dan laut di provinsi Kalimantan Tengah adalah :

1) Adanya degradasi ekologi di wilayah pesisir dan laut karena aktivitas di luar perikanan

(misal : penambangan pasir dan penambangan zircon),

2) Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut belum dilaksanakan secara optimal,

3) Kondisi ekonomi mayarakat di wilayah peisir dan laut belum baik,

4) Pendidikan dan kesehatan masyarakat pesisir yang belum layak

5) Prasarana dan sarana di wilayah pesisir yang belum layak,

6) Kelembagaan pemerintah dan tata ruang wilayah pesisir dan laut yang belum

terencana.

Namun demikian dalam hal permasalahan penting dalam pengelolaan

sumberdaya alam di sektor kelautan di Provinsi Kalimantan Tengah saat ini dan

perkiraan ke depan yang dapat diidentifikasi antara lain adalah : 1) Kerusakan pantai, 2)

Kerusakan terumbu karang, 3) Pencemaran wilayah pesisir dan laut, 3) Kerusakan hutan

mangrove, 4) kesadaran masyarakat terhadap pelestarian wilayah peisisir dan laur

Page 82: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   78  

rendah dan 5) Pelanggaran tindak pidana perikanan yang berpotensi merusak

lingkungan; seperti penggunaan bom ikan dan kapal pukat harimau dengan jaring besar.

Arah Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah di bidang pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan hidup seperti yang tertuang dalam Rencana

Pembangunan Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2006-2010, antara lain :

1. Terwujudnya Sarana, Prasarana Dan Teknologi yang Memadai Dalam Pengelolaan

Sumber daya Alam dan Lingkungan Hidup

2. Terwujudnya Wadah Koordinasi Pengendalian Lingkungan yang Bersifat Lintas

Sektoral dan Lintas Pelaku yang Berkelanjutan.

3. Terwujudnya Kesadaran dan Ketaatan Terhadap Peraturan Perundangan-Undangan

Lingkungan Hidup

4. Terwujudnya Pola Pemanfaatan Energi Sumberdaya diantaranya Sumber Daya

Kehutanan, Perikanan Yang Aman Dan Ramah Lingkungan

5. Terwujudnya Keberdayaan Perusahaan, Masyarakat Dalam Menyeimbangkan

Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya Alam Secara Serasi

6. Terwujudnya Rehabilitasi Energi Sumberdaya Alam diantaranya Sumber Daya

Kehutanan dan Sumber Daya Perikanan

Sementara ini pengelolaan sumberdaya alam terkesan berjalan sendiri-sendiri

pada masing-masing sektor. Pengelolaan sumberdaya alam kedepan harus bersifat

lintas sektoral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa masing-masing sektor mempunyai

kepentingan terhadap pemanfaatan sumberdaya alam tersebut. Oleh karena itu upaya

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup harus melibatkan koordinasi aktif

antar berbagai sektor dan pemangku kepentingan. Koordinasi yang dimaksud harus lebih

dijiwai oleh semangat efektivitas pelaksanaan kebijakan disamping akuntabilitas

pertanggungjawaban hasil kepada publik.

Terwujudnya kesadaran dan ketaatan hukum merupakan arah pembangunan

lain yang tak kalah pentingnya. Penataan produk perundangan daerah yang dapat

mendorong terciptanya pola pemanfaatan sumber daya alam yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ekonomi dan ekologi merupakan agenda yang segera

harus dikerjakan. Tidak berhenti disitu, sosialisasi dan internalisasi peraturan

perundangan daerah kepada pelaku terkait merupakan tindak lanjut yang menjadi upaya

pengelolaan sumberdaya alam secara berkesinambungan.

Page 83: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   79  

Sementara itu, pola eksploitasi pemanfaatan sumber daya alam yang ada

selama ini, baik kehutanan dan kelautan harus lebih dibijaki dengan keberlanjutannya

bagi generasi penerus. Berbagai instrumen baik yang berasal dari berbagai tingkatan

pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat selanjutnya dapat dipadukan untuk

menciptakan pengelolaan sumberdaya yang berbasis pada tata kelola yang baik sesuai

dengan prinsip keseimbangan ekosistem secara berkesinambungan. Akhirnya, poin

arah pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan diantaranya adalah terwujudnya

rehabilitasi sumberdaya kehutanan dan kelautan. Arah pembangunan ini selanjutnya akan

diupayakan dengan berbagai bentuk intervensi pengembalian fungsi sumberdaya alam

tersebut yang cenderung mengalami kerusakan akibat eksploitasi yang kurang bijaksana

pada masa yang lalu.

2.4.3. CAPAIAN INDIKATOR

Satuan indikator penunjang yang digunakan yaitu persentase luas lahan

rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis. Maksud analisis menggunakan indikator ini

yaitu untuk membuat satu grafik capaian indikator kualitas pengelolaan sumber daya alam

dan lingkungan hidup di provinsi Kalimantan Tengah. Berikut ini akan disajikan berturut-

turut grafik capaian indikator, analisis relevansi, dan analisis efektifitas.

• Grafik Capaian Indikator

 

-80,00

-60,00

-40,00

-20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

2004 2005 2006 2007 2008

Kalteng

Nasional

Tren Kalteng

Tren Nasional

 

Gambar 2.35. Grafik capaian Indikator Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2004-2008

Page 84: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   80  

Grafik ini menyajikan capaian indikator kualitas pengelolaan sumber daya alam

dan lingkungan hidup di provinsi Kalimantan Tengah dibandingkan dengan capaian

indikator nasional. Tujuan penyajian grafik ini yaitu untuk menilai kinerja pengelolaan

sumber daya alam dan lingkungan hidup melalui pendekatan Relevansi dan Efektivitas

(lihat gambar 2.35.).

• Analisis Relevansi

Analisis relevansi pada sub bahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

tren capaian pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup di provinsi Kalimatan

Tengah sejalan atau lebih baik dari capaian pembangunan nasional. Kegunaan analisis

ini yaitu untuk menilai sejauh mana tujuan/sasaran pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup di Kalimantan Tengah yang direncanakan mampu menjawab

permasalahan utama/tantangan.

Sesuai grafik capaian indikator kualitas pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Tengah (lihat gambar 2.35.), dapat diketahui

bahwa tren capaian pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup baik di povinsi

Kalimantan Tengah maupun nasional mula-mula menunjukkan tren menurun sampai

tahun 2007, kemudian setelah itu tren nasional berbalik naik sampai tahun 2008; namun

untuk tren Kalimantan Tengah terus turun sampai tahun 2008.

Melalui analisis relevansi menggunakan pendekatan grafik tren (lihat gambar

2.35.) dapat dinilai bahwa mula-mula tren capaian kualitas pengelolaan sumber daya

alam dan lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Tengah sudah sejalan dengan capaian

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara nasional, namun sejak

tahun 2008 menjadi tidak sejalan. Dengan demikian bahwa tujuan/sasaran pengelolaan

sumber daya alam dan lingkungan hidup yang direncanakan dengan mengacu RPJMD

provinsi Kalimantan Tengah tahun 2004 – 2008 tidak mampu menjawab permasalahan

utama/tantangan.

• Analisis Efektifitas

Analisis efektifitas pada sub bahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh

mana capaian kualitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup di Provinsi

Kalimantan Tengah membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kegunaannya

yaitu untuk menilai kesesuaian antara hasil dan dampak pengelolaan sumber daya alam

dan lingkungan hidup terhadap tujuan yang diharapkan.

Page 85: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   81  

Sesuai Grafik Capaian Indikator kualitas pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Tengah dengan satu Indikator Pendukung (lihat

gambar 2.35.), dapat dilihat tinggi diagram batang semakin rendah dibandingkan tahun

sebelumnya. Keseluruhan diagram batang mula-mula tinggi namun pada akhir periode

perencanaan semakin rendah dari tahun sebelumnya.

Melalui analisis efektivitas menggunakan pendekatan grafik diagram batang (lihat

gambar 2.35.) dapat dinilai bahwa capaian kualitas pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup di provinsi Kalimantan Tengah sejak tahun 2004 sampai 2008 semakin

tidak membaik jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dapat dikatakan

bahwa implementasi program/ kegiatan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup yang mengacu butir-butir seperti yang tercantum dalam RPJMD provinsi

Kalimantan Tengah tahun 2004 – 2009 masih belum ada kesesuaian antara hasil dan

dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan.

Terjadinya fenomena pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup

Kalimantan Tengah seperti itu yaitu “semakin tidak membaik” tentu saja penting dan perlu

dicari akar permasalahannya. Berikut ini akan diamati faktor penyebabnya mengapa dan

bagaimana itu bisa terjadi (how and why), sebagai berikut:

Capaian kualitas pengelolaan sumberdaya alam di Provinsi Kalimantan Tengah

dapat dilihat pada gambar 2.35. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Tengah di atas rata-rata

nasional. Kondisi rata-rata nasional pengelolaan sumberdaya alam pada tahun 2004-

2007 cenderung menurun. Di Provinsi Kalimantan Tengah. walaupun capaiannya di atas

rata-rata nasional, namun tren sampai dengan tahun 2008 juga cenderung terus

menurun. Kondisi demikian menunjukkan bahwa tren capaian pembangunan pengelolaan

sumber daya alam di Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya yang terjadi pada tahun

2008, belum sejalan atau belum lebih baik dari capaian pembangunan nasional.

Tren yang menurun dalam capaian indikator kualitas sumberdaya alam di atas

lebih banyak disebabkan penanganan pengelolaan sumberdaya kehutanan yang belum

optimal. Menurunnya persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis

dari tahun 2004-2008 adalah indikasi untuk membuktikan hal tersebut. Penurunan

persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis dapat disebabkan

karena kecenderungan meningkatnya luasan lahan kritis. Penambahan luas lahan kritis

Page 86: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   82  

bisa disebabkan karena faktor alam (seperti kebakaran hutan) dan faktor manusia (illegal

loging dan perambahan hutan).

2.4.4. ANALISIS CAPAIAN INDIKATOR SPESIFIK DAN MENONJOL

Ada enam indikator penunjang yang diperhatikan untuk kepentingan Analisis

Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol bidang pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup di provinsi Kalimantan Tengah, yaitu: (1) persentase luas lahan

rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis, (2) rehabilitasi lahan luar hutan, (3) luas

kawasan konservasi, (4) jumlah tindak pidana perikanan, (5) persentase terumbu karang

dalam keadaan baik, dan (6) luas kawasan konservasi laut.

Penilaian atas indikator penunjang yang spesifik dan menonjol dapat diketahui

dari analisis kesesuaian antara harapan dan kenyataan. Bila hasilnya sesuai maka

indikator penunjang itulah yang dapat dianggap suatu keberhasilan spesifik dan menonjol

(lihat tabel 2.5).

Melalui data pada tabel 2.5, dapat diketahui bahwa hanya ada satu indikator

penunjang yang sesuai, sedangkan lima sisanya (persentase luas lahan rehabilitasi

dalam hutan terhadap lahan kritis, (2) rehabilitasi lahan luar hutan, jumlah tindak pidana

perikanan, persentase terumbu karang dalam keadaan baik, dan luas kawasan

konservasi laut) tidak sesuai. Dengan demikian dapat ditetapkan indikator yang spesifik

dan menonjol bidang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup di provinsi

Kalimantan Tengah yaitu keberhasilan mempertahankan luas kawasan konservasi yang

tercermin melalui tren tetap/datar (lihat gambar 2.5).

Tabel 2.5 Hasil Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2004 – 2008

No Indikator Penunjang Harapan Fakta Keterangan

1 Persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis Trennya Naik Trennya Turun tidak sesuai

2 Rehabilitasi lahan luar hutan Trennya Naik Trennya turun tidak sesuai

3 Luas kawasan konservasi Trennya Tetap Trennya Tetap sesuai

4 Jumlah tindak pidana perikanan Trennya Turun Trennya Naik tidak sesuai

Page 87: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   83  

5 Persentase terumbu karang dalam keadaan baik Trennya Naik - tidak sesuai

6 Luas kawasan konservasi laut Trennya Naik Trennya tetap tidak sesuai

Sumber : Diolah dari Matrik Data EKPD Provinsi Kalimantan Tengah.

Grafik capaian indikator spesifik dan menonjol bidang pengelolaan sumberdaya

alam dan lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2004 – 2008 dapat

dilihat pada gambar berikut.

0,20 

0,40 

0,60 

0,80 

1,00 

1,20 

1,40 

1,60 

1,80 

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1,70  1,70  1,70  1,70  1,70  1,70 

Juta

Gambar 2.36. Grafik luas kawasan konservasi di Provinsi

Kalimantan Tengah Tahun 2004-2008

2.4.5. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Beberapa rekomendasi yang dapat disarankan untuk mempertahankan dan

meningkatkan kualitas sumber daya alam kehutanan dan kelautan adalah sebagai berikut :

1) Sektor Kehutanan :

• Meningkatkan keteraturan dan ketertiban industri hasil hutan, terutama untuk

untuk memenuhi kebutuhan kayu sebagai bahan bangunan dan industri dengan

mengutamakan kebutuhan bagi masyarakat dan industri lokal.

Page 88: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   84  

• Menjalankan pengawasan yang lebih ketat dan memberikan sangsi berat terhadap

pelaku illegal logging.

• Meningkatkan rehabilitasi hutan dan lahan dengan mendorong keterlibatan

semua pihak.

• Meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan dengan pemanfaatan

kawasan dan pengelolaan sumber daya hutan secara optimal dan menitikberatkan

pada kegiatan yang memproduksi hasill hutan ikutan non kayu melalui kemitraan

antara masyarakat dan perusahaan HPH.

• Sosialisasi fungsi hutan dan pengelolaan hutan lestari kepada masyarakat.

• Melembagakan gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan yang sesuai potensi

dan kearifan local

• Meningkatkan perlindungan hutan dan konservasi alam bersama masyarakat.

2) Sektor Kelautan :

• Menegakan hukum dengan mengacu pada undang-undang yang mengatur

pengelolaan wilayah pesisir dan laut dan melimpahkan kewenangannya kepada

daerah untuk mengurangi degradasi ekologi di wilayah pesisir dan laut Provinsi

Kalimantan Tengah.

• Meningkatkan pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara lintas

sektor, sehingga pemanfaatan dan pengelolaan wilayah tersebut mampu

menjangkau semua kepentingan stakeholder dan tidak menimbulkan konflik

kepentingan.

• Mengoptimalkan eksploitasi dan eksplorasi potensi perikanan dan non perikanan

di wilayah pesisir dan laut dengan melibatkan masyarakat lokal dengan

memperhatikan keberlanjutan wilayah tersebut secara ekonomi dan ekologi,

termasuk diantaranya melakukan rehabilitasi ekosistem yang telah terindikasi

mengalami kerusakan.

• Meningkatkan pendidikan dan kesehatan masyarakat di wilayah pesisir dengan

cara membangun sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan yang layak di

wilayah tersebut.

• Mengatur tata ruang wilayah pesisir dan laut serta peta potensi sumberdaya

pesisir dan kelautan yang jelas yang dapat dijadikan acuan dalam pembangunan

wilayah pesisir dan laut

• Mengoptimalkan perananan lembaga/institusi pemerintahan yang terkait dengan

upaya pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut

Page 89: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   85  

2.5. TINGKAT KESEJAHTERAAN SOSIAL

Masalah dan tantangan pembangunan kesejahteraan sosial di provinsi

Kalimantan Tengah dapat dijelaskan melalui lima indikator yaitu: (1) persentase penduduk

miskin, (2) tingkat pengangguran terbuka, (3) persentase pelayanan kesejahteraan sosial

bagi anak (terlantar, jalanan, balita terlantar, dan nakal), (4) persentase pelayanan

kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, dan (5) persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial

(penyandang cacat, tunasosial, dan korban penyalahgunaan narkoba).

2.5.1. PERSENTASE PENDUDUK MISKIN

Persentase penduduk miskin di provinsi Kalimantan Tengah memang lebih

rendah dibandingkan tingkat nasional dengan tren tahun 2004 – 2008 semakin menurun.

Pada awal tahun perencanaan yaitu tahun 2004, persentase jumlah penduduk miskin di

Kalimantan Tengah sebesar 10,44% sedangkan pada tingkat nasional sebesar 16,66%.

Kemudian pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2008 di Kalimantan Tengah sudah

turun menjadi 8,71%, sedangkan pada tingkat nasional juga sudah turun menjadi 15,42%.

Dipandang dari fenomena tersebut tampaknya pemerintah provinsi Kalimantan

Tengah memang telah mampu menurunkan angka kemiskinan secara konsisten (trennya

semakin turun). Namun demikian permasalahannya yaitu bahwa angka capaian

menurunkan tingkat kemiskinan tersebut masih dianggap tinggi, sebab batas target

capaian tertinggi secara nasional yaitu pada level 8,2% (RPJM Nasional 2004 – 2009).

Angka capaian secara rata-rata persentase jumlah penduduk miskin di provinsi

Kalimantan Tengah selama periode perencanaan tahun 2004 – 2008 yaitu sebesar

10,05%, sedangkan pada periode tahun yang sama di tingkat nasional yaitu rata-rata

sebesar 16,62%. Data perkembangan persentase penduduk miskin di provinsi Kalimantan

Tengah maupun Nasional dapat dilihat pada gambar 2.37.

Kendala umum untuk menurunkan angka kemiskinan di provinsi Kalimantan

Tengah masih bersifat klasik yaitu terletak pada keterbatasan kemampuan pengelolaan

potensi sumberdaya alam (tanah) karena kelangkaan modal dan keterbatasan

penguasaan teknologi. Namun secara khusus dan rinci kendala untuk menurunkan angka

kemiskinan di provinsi Kalimantan Tengah sebagai berikut:

1) Kapasitas kelembagaan ekonomi keuangan masyarakat masih rendah

Page 90: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   86  

2) Partisipasi masyarakat dalam mewujudkan peningkatan ketahananan pangan lokal

dan produksi pertanian masih rendah.

Persentase Penduduk Miskin

10,44 10,73 11,009,38 8,71

16,66 16,6917,75

16,5815,42

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

2004 2005 2006 2007 2008

Kalteng Nasional

 

Gambar 2.37. Grafik Persentase Penduduk Miskin di Kalteng dan Nasional

3) Kesejahteraan masyarakat miskin yang diupayakan melalui peningkatan penerapan

teknologi dan pemasaran hasil produksi masih rendah.

4) Partisipasi masyarakat dalam pelayananan kesehatan dan keluarga berencana bagi

masyarakat miskin masih rendah.

5) Pengetahuan masyarakat miskin tentang pencegahan penyakit menular, gizi keluarga

dan perilaku hidup sehat masih rendah.

6) Investasi kesehatan guna menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi

masyarakat miskin masih belum optimal.

7) Layanan pendidikan anak usia dini dan wajib pendidikan dasar sembilan tahun bagi

masyarakat miskin masih belum optimal.

8) Layanan pendidikan non formal, pendidikan luar biasa, minat baca bagi masyarakat

miskin dan peningkatan kapasitas tenaga kependidikan masih belum optimal.

9) Partisipasi masyarakat miskin, transmigran dalam penyediaan rumah, air bersih, infra

struktur perdesaan, sosial, pemberdayaan perempuan dan lingkungan hidup masih

rendah.

10) Partisipasi masyarakat miskin dalam pemberdayaan ekonominya masih rendah.

Page 91: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   87  

2.5.2. TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA

Persentase pengangguran terbuka di provinsi Kalimantan Tengah memang lebih

rendah dibandingkan tingkat nasional dengan tren tahun 2004 – 2008 semakin menurun.

Pada awal tahun perencanaan yaitu tahun 2004, persentase jumlah pengangguran

terbuka di Kalimantan Tengah sebesar 5,59% sedangkan pada tingkat nasional sebesar

9,86%. Kemudian pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2008 di Kalimantan Tengah

sudah turun menjadi 4,79%, sedangkan pada tingkat nasional juga sudah turun menjadi

8,46%.

Dipandang dari fenomena tersebut tampaknya pemerintah provinsi Kalimantan

Tengah memang telah mampu menurunkan angka pengangguran terbuka secara

konsisten (trennya semakin turun); dan bahkan di akhir tahun perencanaan sudah

melampaui batas target capaian tertinggi secara nasional yaitu pada level 5,1% (RPJM Nasional 2004 – 2009).

Angka capaian secara rata-rata persentase jumlah pengangguran terbuka di

provinsi Kalimantan Tengah selama periode perencanaan tahun 2004 – 2008 yaitu

sebesar 6,14%, sedangkan pada periode tahun yang sama di tingkat nasional yaitu rata-

rata sebesar 10,38%. Data perkembangan persentase pengangguran terbuka di provinsi

Kalimantan Tengah maupun Nasional dapat dilihat pada gambar 2.38. berikut ini.

Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka

5,59

8,536,68

5,11 4,79

9,86

14,22

10,289,11 8,46

0,002,004,006,008,00

10,0012,0014,0016,00

2004 2005 2006 2007 2008

Kalteng Nasional

Gambar 2.38 Grafik Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka

di Kalteng dan Nasional

Kendala umum yang dihadapi dalam mengatasi persoalan pengangguran

terbuka di provinsi Kalimantan Tengah yaitu disamping keterbatasan keterampilan, modal,

dan pasar untuk membuka usaha-usaha baru pada berbagai level dan sektor, juga karena

Page 92: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   88  

laju pertumbuhan lapangan kerja di pulau Jawa sangat lambat. Ditambah lagi bahwa

angkatan kerja sukarela yang masuk dari pulau Jawa ke Kalimantan Tengah tidak disertai

dengan membawa modal yang memadai.

2.5.3. PERSENTASE PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI ANAK (TERLANTAR, JALANAN, BALITA TERLANTAR, DAN NAKAL)

Persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak (Terlantar, Jalanan, Balita

Terlantar, Dan Nakal) di provinsi Kalimantan Tengah memang lebih rendah dibandingkan

tingkat nasional dengan tren tahun 2004 – 2008 semakin menurun. Pada awal tahun

perencanaan yaitu tahun 2004, persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak di

Kalimantan Tengah sebesar 1,80% sedangkan pada tingkat nasional sebesar 2,18%.

Kemudian pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2008 di Kalimantan Tengah sudah

turun menjadi 1,16%, sedangkan pada tingkat nasional juga sudah turun menjadi 1,25%.

Dipandang dari fenomena tersebut tampaknya pemerintah provinsi Kalimantan

Tengah memang telah mampu mengatasi masalah pelayanan kesejahteraan sosial bagi

anak secara konsisten (trennya semakin turun). Angka capaian secara rata-rata

persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak di provinsi Kalimantan Tengah

selama periode perencanaan tahun 2004 – 2008 yaitu sebesar 1,48%, sedangkan pada

periode tahun yang sama di tingkat nasional yaitu rata-rata sebesar 1,70%. Data

perkembangan persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak di provinsi

Kalimantan Tengah maupun Nasional dapat dilihat pada gambar 2.39. berikut ini.

Persentase Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Anak (Terlantar, Jalanan, Balita Terlantar, 

dan Nakal)

1,80 1,64 1,48 1,32 1,16

2,181,95

1,711,41 1,25

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

2004 2005 2006 2007 2008

Kalteng Nasional

Gambar 2.39. Grafik Persentase pelayanan kesejahteraan sosial

bagi anak (terlantar, jalanan, balita terlantar, dan nakal) di provinsi Kalimantan Tengah di Kalteng dan Nasional

Page 93: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   89  

2.5.4. PERSENTASE PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI LANJUT USIA

Persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di provinsi

Kalimantan Tengah memang lebih rendah dibandingkan tingkat nasional dengan tren

tahun 2004 – 2008 semakin menurun. Pada awal tahun perencanaan yaitu tahun 2004,

persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di Kalimantan Tengah

sebesar 1,43% sedangkan pada tingkat nasional sebesar 1,42%. Kemudian pada akhir

tahun perencanaan yaitu tahun 2008 di Kalimantan Tengah sudah turun menjadi 0,54%,

sedangkan pada tingkat nasional juga sudah turun menjadi 0,72%.

Dipandang dari fenomena tersebut tampaknya pemerintah provinsi Kalimantan

Tengah memang telah mampu mengatasi masalah pelayanan kesejahteraan sosial bagi

lanjut usia secara konsisten (trennya semakin turun). Angka capaian secara rata-rata

persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di provinsi Kalimantan Tengah

selama periode perencanaan tahun 2004 – 2008 yaitu sebesar 0,97%, sedangkan pada

periode tahun yang sama di tingkat nasional yaitu rata-rata sebesar 0,96%. Data

perkembangan persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di provinsi

Kalimantan Tengah maupun Nasional dapat dilihat pada gambar 2.40. berikut ini.

Persentase Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Lanjut Usia

1,431,25

0,960,68

0,54

1,42

1,06

0,700,92

0,72

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2004 2005 2006 2007 2008

Kalteng Nasional

Gambar 2.40. Grafik persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia

di provinsi Kalimantan Tengah di Kalteng dan Nasional

Page 94: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   90  

2.5.5. PERSENTASE PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL (PENYANDANG CACAT, TUNASOSIAL, DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA)

Persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial di provinsi Kalimantan Tengah

memang lebih rendah dibandingkan tingkat nasional. Pada awal tahun perencanaan yaitu

tahun 2004, persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial di Kalimantan Tengah sebesar

0,54% sedangkan pada tingkat nasional sebesar 1,00%. Kemudian pada akhir tahun

perencanaan yaitu tahun 2008 di Kalimantan Tengah sudah turun sedikit menjadi 0,50%,

sedangkan pada tingkat nasional juga sudah turun menjadi 0,74%.

Dipandang dari fenomena tersebut tampaknya pemerintah provinsi Kalimantan

Tengah memang telah mampu mengatasi masalah pelayanan dan rehabilitasi sosial,

dimana angkanya selalu di bawah level nasional. Namun demikian angka capaian

menunjukkan tren meningkat yang bermakna ada masalah (makna negatif semakin

meningkat). Semestinya angka pelayanan dan rehabilitasi sosial semakin turun. Angka

capaian secara rata-rata persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial di provinsi

Kalimantan Tengah selama periode perencanaan tahun 2004 – 2008 yaitu sebesar

0,57%, sedangkan pada periode tahun yang sama di tingkat nasional yaitu rata-rata

sebesar 0,93%. Data perkembangan persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial di

provinsi Kalimantan Tengah maupun Nasional dapat dilihat pada gambar 2.41. berikut ini.

Persentase Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial (Penyandang Cacat, Tunasosial, dan Korban 

Penyalahgunaan Narkoba)

0,54 0,55 0,57 0,59 0,60

1,001,13

1,26

0,530,74

0,00

0,50

1,00

1,50

2004 2005 2006 2007 2008

Kalteng Nasional

Gambar 2.41. Grafik persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia

di provinsi Kalimantan Tengah di Kalteng dan Nasional

Kemudian masalah pelayanan kesejahteraan social bagi anak, bagi lanjut usia,

dan rehabilitasi sosial di provinsi Kalimantan Tengah masih belum optimal. Hal ini terjadi

Page 95: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   91  

karena berbagai kegiatan pembangunan prioritas yang memerlukan dana besar (urusan

Pilkadasung), sehingga dana untuk penanggulangan masalah kesejahteraan sosial sedikit

berkurang.

2.5.6. CAPAIAN INDIKATOR

Satuan indikator yang digunakan yaitu agregasi angka relatif (persentase).

Maksud agregasi ini yaitu untuk membuat satu grafik capaian indikator kesejahteraan

sosial dengan lima indikator pendukung yaitu penduduk miskin, tingkat pengangguran

terbuka, pelayanan kesejahetraan sosial bagi anak, pelayanan kesejahteraan sosial bagi

lanjut usia, dan pelayanan dan rehabilitasi sosial.

• Grafik Capaian Indikator Kesejahteraan Sosial

Grafik ini menyajikan capaian indikator kesejahteraan sosial di provinsi

Kalimantan Tengah periode 2004 - 2008 dibandingkan dengan indikator capaian secara

nasional. Tujuan penyajian grafik ini yaitu untuk menilai kinerja pembangunan daerah

bidang kesejahteraan sosial melalui pendekatan Relevansi dan Efektivitas selama periode

2004 - 2008.

91.00

92.00

93.00

94.00

95.00

96.00

97.00

98.00

2004 2005 2006 2007 2008-1.00-0.80-0.60-0.40-0.200.000.200.400.600.801.00

Kalteng

Nasional

Tren Kalteng

Tren Nasional

Gambar 2.42. Grafik Capaian Indikator Kesejahteraan Sosial di Provinsi Kalimantan

Tengah dengan Lima Indikator Pendukung

• Analisis Relevansi

Analisis relevansi pada sub bahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

tren capaian pembangunan bidang kesejahteraan sosial di provinsi Kalimantan Tengah

Page 96: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   92  

periode 2004 – 2008 sejalan atau lebih baik dari capaian secara nasional. Kegunaannya

yaitu untuk menilai sejauh mana tujuan/sasaran pembangunan ekonomi makro yang

direncanakan mampu menjawab permasalahan utama/tantangan.

Sesuai Grafik Capaian Indikator Kesejahteraan Sosial di Provinsi Kalimantan

Tengah dengan Lima Indikator Pendukung, dapat diketahui bahwa tren capaian

pembangunan Kesejahteraan Sosial baik di povinsi Kalimantan Tengah maupun nasional

mula-mula menunjukkan tren meningkat (naik) dari tahun 2004 sampai 2007, namun

setelah itu terus turun sampai tahun 2008. Masa puncak capaian hasil pembangunan di

provinsi Kalimantan Tengah terjadi pada tahun 2007, sedangkan nasional pada tahun

2006, dan setelah itu baik Kalteng maupun nasional terus mengalami penurunan.

Melalui analisis relevansi menggunakan pendekatan grafik tren (lihat gambar 14)

dapat dinilai bahwa tren capaian pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial di

provinsi Kalimantan Tengah sudah sejalan dengan capaian pembangunan nasional;

sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan/sasaran pokok pembangunan bidang ekonomi

yang direncanakan dengan mengacu RPJMD provinsi Kalimantan Tengah tahun 2004 –

2009 mampu menjawab permasalahan utama/tantangan.

• Analisis Efektifitas

Analisis efektifitas ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana capaian

pembangunan daerah bidang Kesejahteraan Sosial membaik dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Kegunaannya yaitu untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara hasil

dan dampak pembangunan bidang Kesejahteraan Sosial di provinsi Kalimantan Tengah

tahun 2004 – 2008 terhadap tujuan yang diharapkan.

Sesuai Grafik Capaian Indikator Kesejahteraan Sosial di Provinsi Kalimantan

Tengah dengan lima Indikator Pendukung (lihat gambar 14), dapat dilihat tinggi diagram

batang tahun 2005 sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Berikutnya lagi

dapat dilihat bahwa tinggi diagram batang tahun 2006, 2007, 2008 sedikit lebih tinggi dari

tahun-tahun sebelumnya. Keseluruhan diagram batang mula-mula rendah namun

semakin tinggi dari tahun sebelumnya terutama tahun 2006 sampai 2008.

Melalui analisis efektivitas menggunakan pendekatan grafik diagram batang (lihat

gambar 14) dapat dinilai bahwa capaian indikator kesejahteraan sosial di provinsi

Kalimantan Tengah sejak tahun 2006 sampai 2008 semakin membaik jika dibandingkan

dengan tahun-tahun sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa implementasi program/

Page 97: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   93  

kegiatan kesejahteraan sosial yang mengacu butir-butir seperti yang tercantum dalam

RPJMD provinsi Kalimantan Tengah tahun 2004 – 2009 sudah ada kesesuaian antara

hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan.

2.5.7. ANALISIS CAPAIAN INDIKATOR SPESIFIK DAN MENONJOL

Ada lima indikator penunjang yang diperhatikan untuk kepentingan Analisis

Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol bidang kesejahteraan social di provinsi

Kalimantan Tengah, yaitu: (1) persentase penduduk miskin, persentase tingkat

pengangguran terbuka, persentase pelayanan kesejahetraan sosial bagi anak,

persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, dan persentase pelayanan

dan rehabilitasi sosial. Penilaian atas indikator penunjang yang spesifik dan menonjol

dapat diketahui dari analisis kesesuaian antara harapan dan kenyataan. Bila hasilnya

sesuai maka indikator penunjang itulah yang dapat dianggap suatu keberhasilan spesifik

dan menonjol (lihat tabel 2.6).

Melalui data pada tabel 2.6, dapat diketahui bahwa ada empat indikator

penunjang yang sesuai, sedangkan satu sisanya tidak sesuai. Dengan demikian dapat

ditetapkan indikator yang spesifik dan menonjol bidang kesejahteraan sosial di provinsi

Kalimantan Tengah yaitu keberhasilan penanganan masalah kemiskinan (lihat gambar

2.43.), pengurangan jumlah pengangguran terbuka (lihat gambar 2.44.), Pelayanan

Tabel 2.6

Hasil Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Bidang Kesejahteraan Sosial Di Provinsi Kalimantan Tengah, Tahun 2004 – 2008

No Indikator Penunjang Harapan Fakta Keterangan

1 Persentase Penduduk Miskin Trennya Turun Trennya Turun sesuai

2 Tingkat Pengangguran Terbuka Trennya Turun Trennya Turun sesuai

3 Persentase Pelayanan Kesejahteraan sosial bagi anak (terlantar, jalanan, balita, dan nakal)

Trennya turun Trennya Turun sesuai

4 Persentase Pelayanan Kesejahteraan sosial bagi lanjut usia Trennya turun Trennya Turun sesuai

5 Persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial (penyandang cacat, tunasosial, dan korban penyalahgunaan narkoba)

Trennya turun Trennya Naik tidak sesuai

Sumber : Diolah dari Matrik Data EKPD Provinsi Kalimantan Tengah.

Page 98: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   94  

Kesejahteraan sosial bagi anak (lihat gambar 2.45.), Pelayanan Kesejahteraan sosial bagi

lanjut usia (lihat gambar 2.46.). Keempat indikator tersebut dapat dianggap mampu

mencerminkan keberhasilan pembangunan bidang kesejahteraan sosial.

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

10,44 10,73 11,00

9,388,71 8,50

Gambar 2.43. Grafik capaian indikator Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Kalimantan Tengah

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

5,59

8,53

6,68

5,11 4,79

5,75

 

Gambar 2.44. Grafik capaian indikator Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Kalimantan Tengah

Page 99: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   95  

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

2,00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1,801,64

1,481,32

1,161,01

Gambar 2.45. Grafik capaian indikator Persentase Pelayanan Kesejahteraan sosial

bagi anak di Provinsi Kalimantan Tengah

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

2004 2005 2006 2007 2008

1,25

0,96

0,68

0,540,48

Gambar 2.46. Grafik capaian indikator Persentase Pelayanan Kesejahteraan sosial

bagi lanjut usia di Provinsi Kalimantan Tengah

2.5.8. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Walaupun hasil analisis relevansi dan efektivitas menunjukkan bahwa

tujuan/sasaran pembangunan bidang kesejahteraan sosial sudah mampu menjawab

permasalahan utama/tantangan, juga terdapat kesesuaian antara hasil dan dampak

pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan; namun karena pembangunan tidak

Page 100: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   96  

hanya sampai di titik itu saja maka apa saja faktor yang memberikan dampak positif

terhadap tujuan pembangunan perlu dikembangkan, dan sebaliknya.

Rekomendasi kebijakan:

A. Upaya penanggulangan kemiskinan, dilakukan melalui:

• Kebijakan meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan

masyarakat, partisipasi masyarakat dalam mewujudkan peningkatan ketahananan

pangan lokal dan produksi pertanian.

• Kebijakan meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui peningkatan

hasil produksi/penerapan teknologi dan pemasaran hasil produksi pertanian,

perkebunan, peternakan, kelautan dan perikanan.

• Kebijakan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayananan kesehatan

dan keluarga berencana bagi masyarakat miskin.

• Kebijakan meningkatkan pengetahuan masyarakat miskin tentang pencegahan

penyakit menular, gizi keluarga dan perilaku hidup sehat.

• Kebijakan meningkatkan investasi kesehatan guna menjamin terselenggaranya

pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

• Kebijakan meningkatkan layanan pendidikan anak usia dini dan wajib pendidikan

dasar sembilan tahun bagi masyarakat miskin.

• Kebijakan meningkatkan layanan pendidikan non formal, pendidikan luar biasa,

minat baca bagi masyarakat miskin dan peningkatan kapasitas tenaga

kependidikan.

• Kebijakan meningkatkan partisipasi masyarakat miskin, transmigran dalam

penyediaan rumah, air bersih, infra struktur perdesaan, sosial, pemberdayaan

perempuan dan lingkungan hidup.

• Kebijakan meningkatkan partisipasi masyarakat miskin dalam pemberdayaan

ekonomi.

B. Upaya Mengurangi Penganggguran Terbuka

• Kebijakan penciptaan lapangan kerja formal. Kondisi angkatan kerja yang

sebagian besar

• didominasi oleh pendidikan sekolah dasar (SD) ke bawah dan berusia muda

diperkirakan

Page 101: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   97  

• tidak banyak berubah hingga 10 tahun mendatang. Oleh karena itu, penciptaan

lapangan

• kerja diprioritaskan ke arah industri padat karya, industri kecil dan menengah

(IKM), serta industri yang berorientasi ekspor

• Kebijakan meningkatkan keterampilan pekerja. Tingkat keterampilan yang tinggi

diharapkan akan memfasilitasi pekerja untuk berpindah dari pekerjaan informal ke

formal.

Page 102: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   98  

BAB III. KESIMPULAN

1. TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI

Kinerja pembangunan daerah untuk meningkatkan pelayanan publik dan

demokrasi di provinsi Kalimantan Tengah tahun 2004 - 2009 sudah membaik. Hal ini

ditunjang oleh beberapa keberhasilan, seperti misalnya keberhasilan kemampuan

aparat penegak hukum menyelesaikan berbagai kasus korupsi, misalnya tahun 2009

sudah mampu menyelesaikan 90% dari jumlah kasus korupsi yang dilaporkan.

Kemudian karena adanya keberhasilan meningkatkan jumlah aparat yang berijasah

minimal S-1, sehingga pelayanan publik menjadi lebih baik. Sejak tahun 2009 kualitas

pelayanan berbagai urusan perijinan menjadi lebih baik setelah hampir semua

kabupaten/kota sudah memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap yang mencapai

71,43% (10 dari 14 kabupaten/kota yang ada).

Dari segi partisipasi perempuan yang tercermin dalam GEM maka perlu

peningkatan peranan perempuan baik dalam bidang pendidikan, kesehatan dan

ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index (HDl) di

Kalimantan Tengah telah meningkat sebesar 3,10 selama kurun waktu 2004 – 2009

yaitu 71,70 pada tahun 2004 menjadi 74,80 pada tahun 2009 (Data EKPD (2009)).

Namun, bila melihat Indeks Pembangunan Gender (Gender-related Development

Index (GDI) tahun 2009 dan Indeks Pemberdayaan Gender (Gender Empowerment

Measurement (GEM) masih terdapat kesenjangan relatif besar yang mengindikasikan

besarnya perbedaan manfaat yang diterima oleh perempuan di bandingkan dengan

laki-laki. GDI Indonesia yang dihitung berdasarkan variabel pendidikan, kesehatan

dan ekonomi, walaupun mengalami peningkatan dari 60,78 pada tahun 2004 menjadi

67,57 pada tahun 2009, tetapi lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai HDI pada

tahun yang sama. GEM Kalimantan Tengah yang mengukur partisipasi perempuan

dibidang ekonomi, politik dan pengambilan keputusan juga meningkat dari 57,11 pada

tahun 2004 menjadi 66,75 pada tahun 2009. Jika nilai GDI mendekati HDI, artinya di

daerah tersebut hanya sedikit terjadi disparitas gender dan kaum perempuan telah

semakin terlibat dalam proses pembangunan. Tolok ukur pro kesetaraan gender/pro-

perempuan (pro-women), dimaksudkan untuk lebih banyak membuka kesempatan

pada kaum perempuan untuk terlibat dalam arus utama pembangunan.

Page 103: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   99  

Namun yang perlu dicermati kembali yaitu adanya penurunan kinerja tingkat

pelayanan demokrasi di Kalimantan Tengah mengingat partisipasi masyarakat di

dalam pelaksanaan pemilu baik Pemilu Legislatif, PILPRES maupun PILKADA

cenderung menurun. Partisipasi politik masyarakat pada pemilu legislatif turun sekitar

9,21% dari 78,38% tahun 2004 menjadi 69,17% tahun 2009. Dalam pemilihan

presiden, partisipasi masyarakat turun dari 69,52% menjadi 66,00% atau mengalami

penurunan sekitar 3,52%. Dalam pemilihan kepala daerah tingkat partisipasi

masyarakat rendah (63,20% pada tahun 2005). Mengingat tahun 2010 akan

dilaksanakan pemilihan kepala daerah (Gubernur dan Bupati) maka sosialisasi

tentang hak dan kewajiban warga dalam pilkada dan peningkatan peran serta

masyarakat sangat diperlukan.

2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

Kinerja pembangunan daerah untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia di provinsi Kalimantan Tengah tahun 2004 – 2008 semakin baik. Hal ini

memang ditunjang oleh hampir semua indikator yang berhubungan dengan

pendidikan seperti angka partisipasi murni SD/MI, Angka putus sekolah SD, angka

putus sekolah SMP/MTs, angka putus sekolah menengah, angka melek aksara 15

tahun keatas, persentase jumlah guru SMP/MTs yang layak mengajar, persentase

jumlah guru sekolah menengah yang layak mengajar sudah relatif tinggi tingkat

capaiannya.

Kemudian indikator bidang kesehatan seperti umur harapan hidup, jumlah

kematian bayi, jumlah kematian ibu, prevalensi gizi buruk, prevalensi gizi kurang,

persentase tenaga kesehatan per penduduk menunjukkan angka membaik. Namum

demikian yang perlu diperhatikan adalah kualitas pelayanannya yang belum

meningkat, Angka kematian ibu dan bayi masih belum terolah, tenaga kesehatan

terutama dokter masih kurang dan penyebarannya ke daerah-daerah masih sangat

minim terutama di kecamatan dan desa. Yang sangat kurang lagi adalah jumlah

tenaga dokter spesialis dan sebaran spesialisasinya dirumah-rumah sakit.

Dalam bidang keluarga berencana terilihat bahwa persentase penduduk ber

KB sudah relatif tinggi namun persentase laju pertumbuhan penduduk juga masih

tinggi dibanding angka rerata nasional. Hal ini disebabkan oleh ada pomeo

dimasyarakat bahwa wilayah kalimantan tengah masih luas dan kekayaan alamnya

masih tersedia sehingga tambahan anak merupakan berkah bagi keluarga tersebut.

Page 104: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   100  

Seiring dengan kemajuan teknologi sekarang ini, maka dalam hal

pembangunan pendidikan, yang perlu diperbaiki lagi adalah kualitas pembelajaran itu

sendiri, tingkat penguasaan teknologi pembelajaran dirasakan masih kurang. Banyak

kalangan pendidik yang masih gagap teknologi (gaptek) sehingga kemampuan

mengopreasikan media/alat bantu pembelajaran masih lemah. Kurikulum muatan lokal

untuk SMP dan SMA masih belum tersedia. Yang paling penting sebenarnya adalah

peningkatan etos kerja. Dunia pendidikan memerlukan orang yang serius, disiplin dan

profesional dalam menjalankan tugasnya sehingga dapat menjadi teladan bagi

masyarakat. Seorang pendidik dan tenaga kependidikan diharapkan dapat

menghayati tugas pokok dan fungsinya sebagai abdi masyarakat dan abdi negara.

Dengan demikian pelatihan mengenai emosional skill dan advertising skill sangat

diperlukan.

3. TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI

Kinerja pembangunan daerah untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di

provinsi Kalimantan Tengah tahun 2004 – 2008 dengan tujuh indikator pendukung

yaitu pertumbuhan ekonomi, ekspor, output industri manufaktor, output UMKM,

pendapatan perkapita, inflasi, dan infrastruktur fisik (jalan) pada awalnya yaitu tahun

2004 – 2005 menunjukkan peningkatan, namun setelah itu sejak tahun 2006 – 2008

berbalik turun. Penyebabnya yaitu capaian pertumbuhan ekonomi, persentase output

industri manufaktor terhadap PDRB, persentase output UMKM terhadap PDRB,

pendapatan perkapita cenderung turun dan inflasi cenderung naik. Keberhasilan yang

dicapai hanya pada peningkatan persentase ekspor terhadap PDRB.

Hasil analisis menggunakan pendekatan relevansi dan efektifitas menunjukkan

bahwa tujuan/ sasaran pembangunan daerah untuk tingkat pembangunan ekonomi

sudah relevan namun tidak efektif terhadap tujuan/sasaran pembangunan nasional.

Ketidak efektifan tersebut lebih dominan disebabkan oleh kendala infrastruktur fisik

wilayah, dan ketidakpastian penetapan rencana tata ruang wilayah provinsi (RTRWP)

di Kalimantan Tengah. Akibatnya realisasi investasi di sektor ril menjadi rendah.

4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Kinerja pembangunan daerah untuk meningkatkan kualitas pengelolaan

sumber daya alam dan lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Tengah memang

belum baik namun demikian kualitasnya masih di atas rata-rata nasional. Hasil

analisis relevansi dapat dikatakan bahwa tren capaian pembangunan pengelolaan

Page 105: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   101  

sumber daya alam di Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya tahun 2008, masih

belum sejalan atau belum baik dari capaian pembangunan nasional. Hal ini terjadi

karena ada penurunan persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan

kritis (luasan lahan kritis meningkat). Peningkatan luas lahan kritis mungkin

disebabkan faktor alam (seperti kebakaran hutan) dan faktor manusia (illegal loging

dan perambahan hutan).

Provinsi Kalimantan Tengah di masa lalu lebih banyak memaksimalkan

potensi hasil hutan yang dimilikinya, saat ini fokus pengelolaan sumberdaya alam

lebih banyak diarahkan pada sektor perkebunan dan pertambangan. Sektor kelautan,

dalam hal ini wilayah pesisir dan laut, sampai saat ini masih belum digarap secara

optimal. Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Peraturan Menteri Kelautan

dan Perikanan Nomor : Per.16/Men/2008 tentang Perencaaan Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil memberikan kesempatan daerah untuk

mengoptimalkan potensi wilayah pesisir dan laut tersebut.

Walaupun potensi sumber daya alam kelautan di Provinsi Kalimantan belum

banyak dieksploitasi, namun indikasi kerusakan terumbu karang di wilayah pesisir dan

laut tetap ada. Indikasi kerusakan tersebut lebih banyak disebabkan oleh aktivitas

manusia yang tidak banyak berhubungan secara langsung dengan potensi hasil laut,

misalnya adanya penambangan pasir dan zirkon di wilayah pesisir.

Potensi terumbu karang di Provinsi Kalimantan Tengah banyak terdapat di

perairan Senggora, Kabupaten Kotawaringin Barat. Potensi tersebut masih belum

dapat dikualifikasikan sebagai terumbu karang yang bernilai ekstotis. Keberadaannya

hanya sebagai habitat ikan dan hewan laut lainnya dalam lingkungan itu.

5. TINGKAT KESEJAHTERAAN SOSIAL

Kinerja pembangunan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan sosial di

provinsi Kalimantan Tengah tahun 2004 – 2008 yang diukur dengan lima indikator

pendukung yaitu tingkat kemiskinan, pengangguran terbuka, pelayanan

kesejahteraan social bagi anak (terlantar, jalanan, balita terlantar, dan nakal),

pelayanan kesejahteraan social bagi lanjut usia, pelayanan dan rehabilitasi sosial

(penyandang cacad, tunasosial, dan korban penyalahgunaan narkoba menunjukkan

peningkatan dengan tingkat keberhasilan di atas rata-rata nasional. Keberhasilan ini di

dukung oleh keberhasilan menurunkan tingkat kemiskinan, pengangguran terbuka,

Page 106: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   102  

beban sosial (anak terlantar, jalanan, balita terlantar, dan nakal), dan beban sosial

lanjut usia. Ketidak berhasilan kesejahteraan sosial hanya pada penderita

rehabilitasi sosial (penyandang cacad, tunasosial, dan korban penyalahgunaan

narkoba). Walaupun demikian jumlah golongan ini relatif sedikit.

Hasil analisis relevansi dan efektifitas menunjukkan bahwa tujuan/ sasaran

pembangunan daerah untuk tingkat kesejahteraan sosial sudah relevan dan efektif

terhadap tujuan/sasaran pembangunan nasional. Kesesuaian dan keefektifan ini

sangat ditunjang oleh kepedulian tinggi dari seluruh pemangku kepentingan

mengatasi persoalan kesejahteraan sosial.

Page 107: Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR

Laporan Akhir EKPD Prov. Kalteng 2009   103  

LAMPIRAN