laporan 7 biokim
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 laporan 7 biokim
1/12
PENENTUAN KADAR PROTEIN TOTAL
I. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar protein pada sample kacang hijau.
II. Prinsip Percobaan
Reaksi oksidasi protein oleh asam sulfat menjadi ammonium sulfat. Destilasi , pemutusan ikatan ammonium sulfat dengan NH3. NH3 terpisah
dan bereaksi dengan HCl.
III. DASAR TEORI
Protein merupakan polimer heterogen molekul-molekul asam amino.
Dalam protein globuler, rantai-rantai samping hidrofil dan polar berada di bagian
luar dan rantai samping hidrofob dan nonpolar berada di bagian dalam (Purwoko
dkk, 2007). Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O
dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat (Abu bakar dkk, 2005).
Protein memiliki makromolekul (BM > 40.000) dan termasuk juga kelompok
makronutrien dengan Polipeptida rantai panjang dengan salah satu ujungnya
berupa asam karboksilat dan ujung lainnya gugus amina.
Protein merupakan polimer dari asam -amino. Dimana gugus amino dan
gugus R terikat pada karbon pertama dari asam karboksilat. Ada 20 asam amino
sebagai pembangun molekul protein, sifat individu asam-asam ini ditentukan oleh
kelakuan dari gugus R. Sifat tersebdiri dari protein yang berbeda adalah
disebabkan oleh konsekuensi jumlah total jenis dan urutan dari asam amino yang
terdapat pada rantai polimer protein itu dan juga ditentukan oleh konfigurasi ruang
dari rantai itu sendiri (Arbianto, 1994).
Ditinjau dari strukturnya protein dapat dibagi ke dalam dua golongan besar yaitu
golongan protein sederhana dan protein gabungan. Yang dimaksud dengan protein
sederhana adalah protein yang hanya terdiri dari molekul-molekul asam amino,
sedangkan protein gabungan adalah protein yang terdiri atas protein dan gugus
-
7/22/2019 laporan 7 biokim
2/12
bukan protein. Gugus ini disebut gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid
atau asam nukleat (Poedjadi, 1994).
(Anwar, 1994) mengatakan bahwa struktur protein tersusun oleh gabungan
asam amino pada gugus karbonil dan asam amino dengan ikatan peptida. Peptida
dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan
unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih
kecil dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida (Astuti, 1999). Asam
amino merupakan komponen penyusun utama protein dan dibagi dalam dua
komponen yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino
esensial tidak dapat diproduksi dalam tubuh sehingga sering harus ditambahkan
dalam bentuk makanan, sedangkan asam amino non esensial dapat diproduksi
dalam tubuh. Asam amino umumnya berbentuk serbuk dan mudah larut dalam air,
namun tidak larut dalam pelarut organik non polar (Sitompul, 2004).
Ikatan peptida yang membangun rantai polipeptida dalam protein dapat
diputus (dihidrolisis) menggunakan asam, basa atau enzim pemecahan ikatan
peptida dalam kondisi asam atau basa kuat merupakan proses hidrolisis kimia dan
pemecahan ikatan peptida menggunakan enzim merupakan proses hidrolisis
biokimia reaksi hidrolisis peptida akan menghasilkan produk reaksi yang berupa
satu molekul dengan gugus karboksil dan molekul lainnya memiliki gugus amina
(Juniarso dkk, 2007).
Asam amino dan protein secara umum mempunyai sifat-sifat fisik yang
sama. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino
yang yang biasa dijumpai pada protein.
Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap
molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai
struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino
menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua
-
7/22/2019 laporan 7 biokim
3/12
gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan
gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi (Girindra,
1993).
Asam amino esensial adalah substansi protein yang diperlukan oleh tubuh
manusia, tetapi tubuh tidak dapat mensintesa sendiri, sehingga harus dikonsumsi
dari luar dalam bentuk makanan. Mengingat hal tersebut, maka penyediaan protein
nabati dan hewani perlu dikombinasikan, agar tubuh memperoleh asupan protein
berkualitas tetapi biaya yang dikeluarkan untuk membeli makanan tidakterlampau
besar.
Metode Kjeldahl dikembangkan pada taun 1883 oleh pembuat bir bernama
Johann Kjeldahl. Makanan didigesti dengan asam kuat sehingga melepaskan
nitrogen yang dapat ditentukan kadarnya dengan teknik titrasi yang sesuai.
Jumlah protein yang ada kemudian dihitung dari kadar nitrogen dalam sampel.
Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen
total pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel
didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai
sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan alkali dengan
kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan
penyerap dan ditetapkan secara titrasi.
Prinsip dasar yang sama masih digunakan hingga sekarang, walaupun
dengan modifikasi untuk mempercepat proses dan mencapai pengukuran yang
lebih akurat. Metode ini masih merupakan metode standart untuk penentuan
kadar protein. Karena metode Kjeldahl tidak menghitung kadar protein secara
langsung, diperlukan faktor konversi (F) untuk menghitung kadar protein total dan
kadar nitrogen. Faktor konversi 6,25 (setara dengan 0,16 g nitrogen per
gram protein) digunakan untuk banyak jenis makanan, namun angka ini hanya
nilai rata-rata, tiap protein mempunyai faktor
Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
1. Tahap destruksi
-
7/22/2019 laporan 7 biokim
4/12
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga
terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi
menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi
(NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator
berupa campuran Na2SO4 dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan
K2SO4 atau CuSO4. Dengan penambahan katalisator tersebut titk didih asam
sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator
yang telah disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan Selenium. Selenium
dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik
didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi rendah
atau sebaliknya.
2. Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3)
dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama
destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya
gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia
yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat
4 % dalam jumlah yang berlebihan. Agar supaya kontak antara asam dan ammonia
lebih baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin
dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi
indikator misalnya BCG + MR atau PP.
3. Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam khlorida maka sisa asam
khorida yang bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N).
Akhir titrasi ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda
dan tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan indikator PP.
%N = N. NaOH 14,008 100%
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam
borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan
asam khlorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda.
-
7/22/2019 laporan 7 biokim
5/12
%N = N.HCl 14,008 100 %
Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan
mengalikan suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini
tergantung pada persentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan
Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan :
Metode Kjeldahl digunakan secara luas di seluruh dunia dan masihmerupakan metode standar dibanding metode lain.
Sifatnya yang universal, presisi tinggi dan reprodusibilitas baik membuatmetode ini banyak digunakan untuk penetapan kadar protein.
b. kerugian
Metode ini tidak memberikan pengukuran protein sesungguhnya, karenatidak semua nitrogen dalam makanan bersumber dari protein.
Protein yang berbeda memerlukan faktor koreksi yang berbeda karenasusunan residu asam amino yang berbeda.
Penggunaan asam sulfat pada suhu tinggi berbahaya, demikian jugabeberapa katalis
( Sitompul, 2004 )
Lengkapnya kandungan dalam kacang hijau dapat kita lihat dari
perhitungan bahwa dalam setiap 100 gram kacang hijau mengandung :
345 kkal Protein 22,2 gram Lemak 1,2 gram Karbohidrat 62,9 gram Kalsium 125 mg Fosfor 325 mg Zat besi 6.7 mg Vitamin A 10 RE Vitamin C 6.0 mg
-
7/22/2019 laporan 7 biokim
6/12
Vitamin B1 0,64 mg( Purwoko, 2007 )
IV. ALAT DAN BAHAN
IV.1 ALAT
Labu Kjeldahl Alat destilasi Erlenmeyer Gelas kimia
Gelas ukur Pipet tetes Termometer Alat pemanas ( heater )
IV. 2 BAHAN
Sample kacang hijau Kalium Sulfat Raksa ( II ) Oksida Asam Sulfat pekat
Lempeng Zn Aquadest Air es Natrium Hidroksida Asam klorida Indikator Phenolplatein
V. PROSEDUR KERJA250 mg sampel ditimbang dan dihaluskan, dimasukkan ke dalam labu
kjeldahl. 7,5 g kalium sulfat, 0,35 g raksa ( II ) oksida dan 15 mL asam sulfat
pekat ditambahkan ke dalam lanuh kjeldahl. Semua bahan dipanaskan dalam labu
kjeldahl dalam lemari asam sampai berhenti berasap .Pemanasan diteruskan
sampai cairan mendidih dan jernih. Pemanasan ditambahkan kurang lebih 30
menit. Kemudian pemanasan dimatikan dan dibiarkan dingin. 100 mL aquadest
ditambahkan dalam labu kjeldahl yang didinginkan dalam air es dan beberapa
-
7/22/2019 laporan 7 biokim
7/12
lempeng Zn. Kalium sulfat 4 % ditambahkan dan akhirnya perlahan ditambahkan
Natrium hidroksida 50 % yang telah didinginkan di lemari es sebanyak 50 mL.
Labu kjeldahl dipasang pada alat destilasi dengan segera. Labu kjeldahl
dipanaskan perlahan sampai dua lapis tercampur, kemudian dipanaskan dengan
cepat sampai mendidih. Destilasi ditampung didalam erlenmeyer yang telah diisi
dengan larutan baku asam klorida 0,1 N sebanyak 50 mL dan indikator
phenolplatein sebanyak 0,1 % b/v ( dalam etanol 95 % ) sebanyak 5 tetes, ujung
pipa kaca destilator dipastikan masuk ke dalam larutan asam klorida 0,1 N. Proses
destilasi selesai jika destilat yang ditampung lebih kuran 75 mL. Sisa asam
klorida 0,1 N yang tidak bereaksi dengan destilat dititrasi dengan larutan baku
natrium hidroksida 0,1 N. Titik akhir titrasi tercapai jikaterjadi perubahan warna
dari larutan bening menjadi bening merah muda. Titrasi blanko juga dilakukan.
VI. DATA PENGAMATAN
Percobaan yang dilakukan Hasil pengamatan
Destruksi
Awal reaksi warna larutan
Setelah labu dipanaskan
Setelah beberapa menit
Titrasi
Blanko
Titran
oranye
keluar asap putih
warna berubah menjadi bening
asap putih menghilang
41, 5 mL
36, 1 mL
Perhitungan
-
7/22/2019 laporan 7 biokim
8/12
% N = 14 ( mL blankomL titran ) ( N titran ) x 100 %
Gram sampel x 1000
% N = 14 ( 41 , 5 mL36,1 mL titran ) 10 % x 100 %
0,257 x 1000
= 3,024 %
% protein = 6,25 x 3,024 % = 18,9 %
VII.PEMBAHASAN
Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis protein secara kualitatif adalah
analisis yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya protein dalam suatu
bahan pangan. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan reaksi Xantoprotein,
reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida dan reaksi Sakaguchi.
Sedangkan analisis protein secara kuantitatif adalah analisis yang bertujuan untuk
mengetahui kadar protein dalam suatu bahan pangan. Analisis kuantitatif protein
dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl, metode titrasi formol, metode Lowry,
metode spektrofotometri visible (Biuret) dan metode spektrofotometri UV.
Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan komponen organic
dalam sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil
destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi.
Destilat ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang
terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan HCl.
Pada percobaan kali ini kami melakukan penentuan kadar protein total
dengan metode Kjeldahl. Sample yang kami gunakan adalah kacang hijau yang
sebelumnya telah dihaluskan. kacang hijau yang kami gunakan sebanyak 0,254
gram hal ini karena kacang hijau mempunyai kadar protein yang cukup tinggi
maka penimbangan dilakukan di bawah 1 gram. Prosedur pertama yang kami
-
7/22/2019 laporan 7 biokim
9/12
lakukan adalah destruksi dengan cara memasukkan sampel sebanyak 0,254 gram
kedalam labu kjeldahl.Destruksi merupakan proses pengubahan N protein menjadiammonium sulfat. Proses ini berlangsung selama sampel yang ditambah dengan
katalisator direaksikan dengan H2SO4 pekat dan dididihkan di atas pemanas labu
Kjeldahl. Penambahan asam sulfat dilakukan dalam ruang asam untuk
menghindari S yang berada di dalam protein terurai menjadi SO2 yang sangat
berbahaya.
Kedalam labu, ditambahkan 0,35 gram HgO, 7,5 gram K2SO4.
Penambahan K2SO4berfungsi sebagai katalisator yang dapat meningkatkan titik
didih. 1 gram K2SO4 dapat meningkatkan titik didih hingga 30C. Peningkatan titik
didih akan mengefektifkan reaksi antara asam sulfat dengan sampel ( destruksi
berjalan efektif ). Hal tersebut disebabkan oleh lamanya waktu yang dibutuhkan
oleh asam sulfat untuk menguap ( semakin tinggi titik didih, maka waktu yang
dibutuhkan asam sulfat untuk menguap akan semakin lama ). Setelah itu,
ditambahkan H2SO4 sebanyak 15 mL. H2SO4 disini berfungsi sebagai pereaksi.
Kemudian sampel didestruksi selama beberapa jam hingga warnanya berubah dari
oranye menjadi bening. Destruksi sampel bertujuan untuk mempercepat reaksi dan
hidrolisis protein menjadi unsure C, H, O, N, S dan P.
HgO + H2SO4 HgSO4+ H2
Hg2SO4+ 2 H2SO4 2 HgSO4+ 2 H2O + SO2
Proses destruksi akan menghasilkan karbondioksida ( CO2), air ( H2O ) dan
ammonium sulfat (( NH4)2SO4).
(CHON) + On+ H2SO4 CO2+ H2O + (NH4)2SO4
Sampel yang sudah selesai didestruksi didinginkan dan dilanjutkan dengan
prosedur berikutnya yaitu destilasi. Sebelumnya, sampel ditambahkan dengan
akuades agar endapan dapat larut. Destilasi merupakan suatu proses memisahkan
cairan maupun larutan yang berdasarkan pada perbedaan titik didih. Tujuan dari
proses destilasi adalah memisahkan zat yang akan dianalisa dengan cara memecah
ammonium sulfat menjadi ammonia ( NH3). Pemecahan tersebut melibatkan
peran NaOH 50 % yang ditambahkan kedalam sampel sebanyak 50 mL.
Penambahan NaOH bertujuan untuk mempercepat pelepasan ammonia dengan
-
7/22/2019 laporan 7 biokim
10/12
cara menciptakan suasana basa ( reaksi tidak dapat berlangsung dalam kondisi
asam ).
( NH4)2SO4+ 2NaOH 2NH3+ Na2SO4+ 2H2O
NH3dihasilkan dalam destilat berupa gas. Gas NH3tersebut ditangkap oleh
asam klorida yang sudah berada di labu erlenmeyer sebanyak 50 mL dan juga
ditambahkan 2 tetes indikator phenolplatein. Ujung pipa destilasi sedapat
mungkin tercelup ke dalam asam klorida agar tidak ada NH3yang lepas dan tidak
bereaksi dengan HCl sehingga dapat meyebabkan kadar yang diamati tidak sesuai
dengan yang sebenarnya. Ke dalam labu destilasi juga dimasukkan serbuk Zn yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya bumping. Penambahan indikator
penolplatein dimaksudkan untuk melihat jalannya reaksi dengan perubahan warna
nantinya.
Reaksi NH3dan HCl :
NH3+ HCl NH4Cl
Destilasi dikatakan selesai ketika destilat yang ditampung lebih kurang 75
mL. Kemudian dilanjutkan dengan titrasi destilat dengan NaOH. Setelah
melakukan titrasi, dapat diketahui kadar proteinnya yang tertuang dalam bentuk
persen kadar nitrogen. Sebelumnya kami telah melakukan titrasi blangko sebagai
pembanding. Berikut adalah rumus kadar nitrogen :
% N = 14 ( mL blankomL titran ) ( N titran ) x 100 %
Gram sampel x 1000
% N = 14 ( 41 , 5 mL36,1 mL titran ) 10 % x 100 %
0,257 x 1000
= 3,024 %
Dari kadar nitrogen yang didapatkan dapat diketahui kadar protein dalam
sampel dengan rumus :
-
7/22/2019 laporan 7 biokim
11/12
% protein = 6,25 x 3,024 % = 18,9 %
VIII. KESIMPULAN
1. Analisis protein secara kuantitatif adalah analisis yang bertujuan untukmengetahui kadar protein dalam suatu bahan pangan. Analisis kuantitatif
protein dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl.
2. Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogentotal pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen.
3. Metode kjeldahl terbagi dalam 3 tahapan yaitu destruksi, destilasi, dantitrasi.
4. Kadar protein dalam kacang hijau yang didapatkan dari percobaan adalah18,9 %.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil dkk. 1994. Kimia Organik.UGM Press. Yogyakarta.
Arbianto, P., 1994,Biokimia Konsep-konsep Dasar, Depdikbud, Jakarta.
Astuti, Yeti, 2009,Analisis Protein, Gramedia, Jakarta.
Girindra, Aisjah, 1993,Biokimia 1, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Juniarso, E., T., Safari, A., dan Pamungkas, R., A., 2007, Pemanfaatan Limbah
Ikan Menjadi Ekstrak Kasar Protease Dari Isi Perut Ikan Lemuru
(Sardinella Sp.) Untuk Proses Deproteinisasi Limbah Udang Secara
Enzimatik Menjadi Kitosan, Universitas Jember.
Poedjiadi, A., 1994,Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.
Purwoko, T dan Handajani, N. S., 2007, Kandunga protein Kecap Manis Tanpa
Fermentasi Moromi Hasil Fermentasi Irhizopus oryzae dan R.
oligosporus,Jurnal Biodiversitas, ISSN: 1412-033X, 6(2)223-227.
Sitompul, S., 2004,Analisis Asam Amino dalam Tepung Ikan dan Bungkil Kedelai,
Buletin Tekhnik Pertanian, Vol. 9, Nomor 1.
-
7/22/2019 laporan 7 biokim
12/12