lapkas - sc pada kehamilan lewat waktu dengan riwayat infertil sekunder 4 tahun dan boh

23
LAPORAN KASUS SEKSIO SESAREA PADA KEHAMILAN LEWAT WAKTU DENGAN RIWAYAT INFERTIL SEKUNDER 4 TAHUN DAN BOH Oleh: Ike Panduwinata 9901194 Pembimbing : Prof. dr. Eddy Suparman, SpoG (K) 0

Upload: ivonerimaballo

Post on 09-Aug-2015

652 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

LAPORAN KASUS

SEKSIO SESAREA PADA KEHAMILAN

LEWAT WAKTU DENGAN RIWAYAT

INFERTIL SEKUNDER 4 TAHUN DAN BOH

Oleh:

Ike Panduwinata9901194

Pembimbing :

Prof. dr. Eddy Suparman, SpoG (K)

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGIMANADO

2006

0

Page 2: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

PENDAHULUAN

Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dan

plasenta dilahirkan melalui suatu insisi dinding perut dan dinding rahim

dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500

gram.1,2

Jenis-Jenis Seksio Sesarea :2,3,4

1. Seksio Sesarea Klasik korporal

2. Seksio Sesarea Transperitoneal Profunda (SCTP)

3. Seksio Sesarea yang diikuti dengan histerektomi

4. Seksio Sesarea ekstraperitoneal

Indikasi dilakukan seksio sesarea:

Indikasi ibu :

Indikasi absolut:2,4,5

1. Panggul sempit3

2. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi

3. Ruptura uteri mengancam

4. Disproporsi sefalo-pelvik

5. Plasenta previa totalis3

6. Seksio sesarea yang ketiga3

Indikasi relatif:2,4

1. Seksio sesarea sebelumnya kurang dari 1 tahun

2. Partus lama5

3. Partus tidak maju5

4. Stenosis servix uteri atau vagina

5. Distosia servix5

6. Preeklampsi dan hipertensi5

Indikasi janin:2,4,5

Kelainan letak

1. Letak lintang (pada primigravida atau panggula sempit)

2. Letak sungsang pada primigravida disertai satu faktor resiko

(panggul sempit, oligohidramnion, gawat janin)

3. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-

cara lain tidak berhasil

1

Page 3: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

4. Kelainan letak pada gemelli anak pertama (letak lintang,

presentasi bahu atau interlock)

Gawat janin

Pada umumnya Sectio Secarea tidak dilakukan pada:2,4

1. Infeksi intra uterin3

2. Janin mati1

3. Syok, anemia berat, sebelum diatasi

4. Kelainan kongenital berat (monster)

Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang berlangsung 42

minggu atau lebih,6,7,8,9 dihitung berdasarkan rumus Naegele dengan siklus

haid rata-rata 28 hari.6,7 Jadi, untuk mengetahui kehamilan lewat waktu

harus diketahui umur kehamilan dengan tepat. Selain dari haid, penentuan

umur kehamilan dapat dibantu secara klinis dengan mengevaluasi kembali

umur kehamilan dari saat pertama kali ibu datang. Makin awal

pemeriksaan kehamilan dilakukan, umur kehamilan makin mendekati

kebenaran, menanyakan kapan terasa pergerakan anak atau pengukuran

fundus uteri secara serial. Pemeriksaan USG sangat membantu taksiran

umur kehamilan dan lebih akurat dilakukan sebelum timester ke-2. Di

Indonesia, diagnosis kehamilan lewat waktu sangat sulit karena

kebanyakan ibu tidak mengetahui tanggal haid terakhir dengan tepat.

Diagnosis yang baik hanya dapat dibuat kalau pasien memeriksakan diri

sejak permulaan kehamilan.8 Faktor yang dikemukakan adalah hormonal

yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah

cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.6

Selain itu menyebabkan kadar estrogen tidak cukup untuk pembentukan

prostaglandin yang berperan dalam menimbulkan kontraksi uterus.9 Faktor

potensial yang juga mempengaruhi adalah adanya defisiensi hormon

adrenokortikotropik (ACTH) pada fetus atau defisiensi enzim sulfatase

plasenta. Kelainan sistem saraf pusat pada janin juga berperan, misalnya

pada keadaan anensefal.8

Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan

melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya.

Sebelum dan sesudahnya tidak seorangpun tahu apakah pasangan itu

2

Page 4: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

fertil atau tidak. Riwayat fertilitas sebelumnya sama sekali tidak menjamin

fertilitas di kemudian hari, baik pada pasangan itu sendiri maupun

berlainan pasangan. Infertilitas atau dinyatakan dengan kesuburan

berkurang merupakan ketidakmampuan pasangan suami istri untuk

mendapatkan anak setelah satu tahun bersenggama tanpa menggunakan

alat kontrasepsi. Infertilitas pada pria dibagi atas infertilitas primer,

dimana seorang pria tidak pernah menghamili wanita dan infertilitas

sekunder yaitu suatu keadaan dimana seorang pria pernah menghamili

wanita. Pada wanita disebut infertilitas primer jika istri belum pernah hamil

walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan

selama 12 bulan. Disebut infertilitas sekunder kalau istri pernah hamil,

akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama

dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.10,11

Kehamilan resiko tinggi (High Risk Pregnacies) adalah suatu

kehamilan dimana jiwa dan kesehatan ibu dan atau bayi dapat terancam.

Salah satu kriteria yang termasuk dalam kehamilan resiko tinggi adalah

Bad Obstetric History (BOH). Riwayat obstetrik dengan luaran perinatal

yang buruk merupakan predisposisi berulangnya insiden serupa,

disamping itu bayi pada kehamilan ini memiliki nilai sosial yang lebih

tinggi dibandingkan dengan mereka tanpa BOH.11

Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus seksio sesarea pada

kehamila lewat waktu dengan riwayat infertil sekunder 4 tahun dan BOH

yang terjadi di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

3

Page 5: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

LAPORAN KASUS

Identitas

Nama : Ny. R. B Nama Suami : Tn. S. M

Umur : 32 tahun Umur : 33 tahun

Tempat lahir: Tagulandang Pekerjaan : Tani

Alamat : Karame L. II Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMP

Agama : Kristen Protestan

MRS : 30 Januari 2006 (jam 21.00 Wita)

Anamnesis Utama

Keluhan Utama : Dirujuk dari RS Teling tanpa surat pengantar

Riwayat penyakit sekarang :

Nyeri perut bagian bawah dirasakan teratur sejak jam 13.10 Wita

(30/01/06)

Pelepasan lendir campur darah (+)

Pelepasan air (-)

Pergerakan janin (+) saat MRS

Pasien ke RS Teling karena nyeri perut bagian bawah. Disana

dikatakan tidak ada alat untuk monitor jantung anak sedang

kehamilan sudah lewat waktu. Jadi pasien dirujuk ke RSU Prof. R. D.

Kandou

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, sakit kuning, kencing manis,

darah tinggi → disangkal

Riwayat Gemelli (+) di pihak ibu

BAB/BAK biasa

Anamnesis Kebidanan

4

Page 6: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

Riwayat Kehamilan Sekarang :

Penderita memiliki riwayat muntah pada kehamilan muda. Kaki

bengkak, penglihatan terganggu, sakit kepala hebat, kencing terlalu

sering, defekasi tidak teratur, perdarahan, keluar darah dari jalan lahir,

darah tinggi dan kejang disangkal penderita. Waktu hamil, penderita tidak

merokok dan tidak minum alkohol.

Pemeriksaan Ante Natal (PAN)

Penderita melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur

sebanyak 6 kali. Tiga kali dilakukan di RS Teling dan 3 kali dilakukan di

Posyandu.

Riwayat Haid

Haid pertama dialami pada usia 19 tahun, dengan siklus teratur,

lamanya haid 7 hari. HPHT 4 April 2005. Taksiran persalinan tanggal

11 Januari 2006.

Riwayat Keluarga

Penderita menikah 1 kali dengan suami sekarang selama 7 tahun

dan belum mempunyai anak. Jumlah anak yang masih diinginkan lagi

sebanyak 1 orang.

Riwayat Keluarga Berencana

Penderita pernah mengikuti KB suntik 1 kali pada tahun 2001,

kemudian penderita tidak memakai kontrasepsi apapun. Setelah

melahirkan penderita akan mengikuti KB suntik.

Riwayat Kehamilan Terdahulu

1. Tahun 1999 lahir bayi perempuan, cukup bulan, lahir spontan letak

kepala, ditolong oleh biang kampung di rumah. Saat dilahirkan,

bayinya sudah meninggal.

2. Tahun 2001 lahir bayi perempuan, cukup bulan, lahir spontan letak

kepala, ditolong oleh biang kampung di rumah. Empat hari setelah

dilahirkan, bayi tersebut meninggal dunia.

3. Sekarang (2006)

5

Page 7: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

Pemeriksaan Fisik

Status Praesens

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu badan : 36,80C

BB/TB : 67 Kg/154 cm

Gizi : Cukup

Kepala : Simetris

Mata : Konj. an -/-, skl ikt -/-

Telinga : Sekret -/-

Hidung : Sekret -/-

Tenggorokan : T1/T1, hiperemis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Dada : Simetris kiri dan kanan

Jantung : SI-SII normal, bising (-)

Paru-paru : Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : Hepar dan lien sulit dievaluasi

Alat Kelamin : Tidak ada kelainan

Anggota gerak : Edema (-), varises tidak ada

Refleks : Refleks fisiologis normal, refleks patologis (-)

Status Obstetrik

TFU : 32 cm

Letak Janin : Letak kepala pu-ka

BJA : (+) 12-12-12

His : 8’ – 9’ // 10” -15”

TBBA : 2945 kg

Pemeriksaan Dalam : Eff. 90%, pembukaan 1-2 cm, ketuban (+),

pp kepala HI-II

Laboratorium

6

Page 8: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

Hemoglobin : 12,3 gr%

Leukosit : 9.300/mm3

Trombosit : 244.000/mm3

GDS : 86 mg/dl

Diagnosa

G3P2A0, 32 tahun, hamil 42-43 minggu, inpartu kala I + riwayat infertil

sekunder 4 tahun + BOH

Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala HI-II

Sikap

MRS

Observasi tensi, nadi, respirasi, his dan BJA

Laboratorium lengkap

Elektrokardiografi

Sedia donor, setuju operasi

Konseling

Rencana seksio sesarea cito

Resume Masuk

G3P2A0, 32 tahun, MRS tanggal 30 Januari 2006 jam 21.00 Wita

dengan keluhan utama dirujuk dari RS Teling tanpa surat pengantar. Nyeri

perut bagian bawah dirasakan teratur sejak jam 13.10 Wita. Tanda inpartu

(+), pergerakan anak (+). RPD disangkal. HPHT 4 April 2005.

Riwayat kehamilan sebelumnya : anak pertama IUFD (1999) dan anak

kedua meninggal usia 4 hari (2001).

Status Praesens : dalam batas normal

Status Obstetrik :

TFU : 32 cm Letak Janin : Letak kepala

pu-ka

BJA : 12-12-12 His : 8’ – 9’ / 10’-15’

TBBA : 2945 kg

PD : Eff. 90%, pembukaan 1-2 cm, ketuban (+), pp kepala HI-II

7

Page 9: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

Diagnosis Sementara

G3P2A0, 32 tahun, hamil 42-43 minggu, inpartu kala I + riwayat infertil

sekunder 4 tahun + BOH

Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala HI-II

Sikap

MRS

Observasi tensi, nadi, respirasi, his dan BJA

Laboratorium lengkap

Elektrokardiografi

Sedia donor, setuju operasi

Konseling

Rencana seksio sesarea cito

Observasi Persalinan

Tanggal 30 Januari 2006 jam 21.00 Wita

Status Praesens

KU: cukup Kes: CM

T: 130/80 mmHg N: 80 x/menit R: 20 x/menit S: 36,80C

Status Obstetrik

BJA : (+) 12-12-12

His : 8’ – 9’ // 10” -15”

PD : Eff. 90%, pembukaan 1-2 cm, ketuban (+), pp kepala HI-II

Diagnosa

G3P2A0, 32 tahun, hamil 42-43 minggu, inpartu kala I + riwayat infertil

sekunder 4 tahun + BOH

Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala HI-II

Sikap

Observasi tensi, nadi, respirasi, his dan BJA

Laboratorium lengkap

Elektrokardiografi

Sedia donor, setuju operasi

Konseling

8

Page 10: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

Rencana seksio sesarea cito

Jam 2100 - 2200 BJA : 12-12-12 His : 8’ – 9’ // 10” -15”

Jam 2200 – 2245 BJA : 12-12-12 His : 7’ – 8’ // 15” -20”

Jam 2200 Penderita didorong ke OK cito

Jam 2230 Operasi dimulai, dilakukan SCTP

Jam 2235 Lahir bayi ♂, BBL 3460 gr, PBL 49 cm, AS 8-10

Jam 0030 (31/01/06) Operasi selesai

LAPORAN OPERASI

Pasien dibaringkan terlentang di atas meja operasi dilakukan antiseptik

pada abdomen dan sekitarnya dengan povidon iodine. Penderita ditutup

dengan doek steril, kecuali lapangan operasi. Dalam keadaan GA

dilakukan insisi linea mediana inferior. Insisi diperdalam lapis demi lapis

secara tajam dan tumpul sampai tampak peritoneum. Peritoneum dijepit

dengan 2 pinset. Setelah yakin tidak ada usus dibawahnya, peritoneum

digunting kecil dan diperlebar keatas dan kebawah. Haak abdomen

dimasukkan, tampak uterus gravidarum. Identifikasi plika vesikouterina,

dijepit dan digunting kecil dan diperlebar ke lateral lalu kandung kencing

disisihkan ke bawah. Identifikasi SBR, insisi semilunair, diperdalam sampai

cavum uteri. Keluar slight mekoneum ± 50 cc. Identifikasi janin letak

kepala, janin dilahirkan dengan meluksir kepala. Jam 23.35 lahir bayi laki-

laki dengan BBL 3460 gr, PBL 49 cm, AS 8-10. Sementara jalan napas

dibersihkan, tali pusat digunting diantara 2 klem kocher, bayi diserahkan

kepada sejawat neonati untuk penanganan selanjutnya. Plasenta

dilahirkan dengan tarikan ringan pada tali pusat, lahir lengkap dengan

selaputnya dengan BPL 550 gr. Luka SBR dijepit dengan beberapa ring

tang. Cavum uteri dibersihkan dari sisa darah dan ketuban. Luka SBR

dijahit dengan 2 lapis secara simpul dan jelujur dengan cromic cat gut.

Kontrol perdarahan tidak ada perdarahan, dilanjutkan dengan

retroperitonealisasi secara jelujur dengan cat gut. Kontrol perdarahan

tidak ada perdrahan. Uterus bentuk normal, kedua tuba dan ovarium baik.

Dilanjutkan dengan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis.

Peritoneum secara jelujur dengan cat gut, otot secara simpul dengan

cromic cat gut. Fasia secara jelujur dengan Biosyin 1.0. Subcutan secara

9

Page 11: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

simpul dengan cat gut, kulit secara subcuticuler dengan cromic cut gut.

Luka operasi ditutup dengan gaas steril. Ibu dibersihkan. Operasi selesai.

KU post operasi : T:110/70 mmHg, N:100 x/mnt, R:20 x/mnt, S:37,1 oC

Konraksi uterus : Baik

Perdarahan : + 600 cc. Diuresis : + 250 cc

Diagnosa Post Operasi

P3A0, 32 tahun, partus maturus dengan SCTP ai BOH.

Lahir bayi ♂, BBl 3460 gr, PBL 49 cm, AS 8-10

Instruksi Post Operasi

Kontrol tanda vital, diuresis dan perdarahan

Puasa sampai peristaltik (+)/flatus (+)

Infus RL : D5% : NaCl = 1 : 2 : 1 20 gtt/menit

Antibiotik : Ciprofloxacine inj 2 x 200 mg drips

Metronidazole inj 2 x 0,5 gram IV

Pitosin-S inj. 3 x 1 ampul drips

Vitamin C 1 x 1 ampul

Kaltrofen suppositoria 1 x 2

Cek Hb 6 jam post operasi

Observasi Nifas

1 Februari 2006

Keluhan (-), flatus (-), BAB (-), BAK (kateter)

KU: Cukup, Kes: CM, T: 120/80 mmHg, N: 88 x/m, R: 24 x/m, Sb: 37,2 oC

Status Puerpuralis: Mamae : Laktasi +/+, infeksi -/-

Abdomen : Luka operasi tertutup kassa steril

TFU setinggi umbilicus, kontraksi baik

Datar, lemas, BU (-)

Lokhia : Rubra

Diagnosis : P3A0, 32 tahun, partus maturus dengan SCTP hari II a.i

BOH

Lahir bayi ♂, BBl 3460 gr, PBL 49 cm, AS 8-10

10

Page 12: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

Sikap : ASI on demand

Ciprofloxacine inj 2 x 200 mg drips

Metronidazole inj 2 x 0,5 gram IV

Pitosin-S inj 3 x 1 ampul

Vitamin C 1 x 1 ampul

2 Februari 2006

Keluhan (-), flatus (+), BAB (-), BAK (kateter)

KU: Cukup, Kes: CM, T: 120/80 mmHg, N: 80 x/m, R: 24 x/m, Sb: 36,4 oC

Status Puerpuralis: Mamae : Laktasi +/+, infeksi -/-

Abdomen : Luka operasi kering

TFU 2 jari dibawah umbilicus, kontraksi baik

Datar, lemas, BU (+) normal

Lokhia : Rubra

Diagnosis : P3A0, 32 tahun, partus maturus dengan SCTP hari III a.i

BOH

Lahir bayi ♂, BBl 3460 gr, PBL 49 cm, AS 8-10

Sikap : ASI on demand

Aff infus + kateter

Ciprofloxacine 3 x 500 mg tab

Metronidazole 3 x 500 mg tab

Viliron 1 x 1 tab

3 Februari 2006

Keluhan (-), flatus (+), BAB (+), BAK (+)

KU: Cukup, Kes: CM, T: 120/80 mmHg, N: 80 x/m, R: 20 x/m, Sb: 36,4 oC

Status Puerpuralis: Mamae : Laktasi +/+, infeksi -/-

Abdomen : Luka operasi kering

TFU 3 jari dibawah umbilicus, kontraksi baik

Datar, lemas, BU (-)

Lokhia : Sanguinolenta

Diagnosis : P3A0, 32 tahun, partus maturus dengan SCTP hari IV a.i

BOH

11

Page 13: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

Lahir bayi ♂, BBl 3460 gr, PBL 49 cm, AS 8-10

Sikap : ASI on demand

Ciprofloxacine 3 x 500 mg tab

Metronidazole 3 x 500 mg tab

Viliron 1 x 1 tab

4 Februari 2006

Keluhan (-), flatus (+), BAB (+), BAK (+)

KU: Cukup, Kes: CM, T: 120/70 mmHg, N: 88 x/m, R: 24 x/m, Sb: 36,4 oC

Status Puerpuralis: Mamae : Laktasi +/+, infeksi -/-

Abdomen : Luka operasi kering

TFU 3 jari dibawah umbilicus, kontraksi baik

Datar, lemas, BU (-)

Lokhia : Sanguinolenta

Diagnosis : P3A0, 32 tahun, partus maturus dengan SCTP hari V a.i

BOH

Lahir bayi ♂, BBl 3460 gr, PBL 49 cm, AS 8-10

Sikap : ASI on demand

Ciprofloxacine 3 x 500 mg tab

Metronidazole 3 x 500 mg tab

Viliron 1 x 1 tab

Pasien dipulangkan

12

Page 14: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

DISKUSI

Pada kasus ini akan didiskusikan mengenai dasar diagnosa,

penanganan, prognosis, kesimpulan dan saran.

Dasar Diagnosa

Seorang wanita G3P2A0, 32 tahun, hamil 42-43 minggu, inpartu kala I +

riwayat infertil sekunder 4 tahun + BOH. Janin intra uterin, tunggal, hidup,

letak kepala HI-II.

Hal ini diperoleh berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan status

obstetrik.

G3 (gravida 3) : pasien ini telah hamil untuk yang ketiga kalinya.

P2 (para 2) : pasien ini telah melahirkan sebanyak 2 kali yaitu pada

tahun 1999 dan 2001.

A0 (abortus 0) : pasien tidak pernah mengalami keguguran.

Hamil 42-43 minggu : berdasarkan HPHT yaitu pada tanggal 4 April

2005 dengan taksiran tanggal partus 11 Januari 2006. Selain itu, dari

pemeriksaan USG terakhir, didapatkan umur kehamilan 42-43 minggu.

Inpartu kala I :

Anamnesa Nyeri perut bagian bawah sudah teratur dengan sifat

khas yaitu nyeri perut pada pinggang belakang dan dalam rahim,

menjalar ke perut bagian depan. Juga adanya bloody show (keluar

lendir campur darah).

Pada pemeriksaan fisik: ditemukan his yang adekuat (his makin

kuat, sering, dan teratur).

13

Page 15: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

Pada pemeriksaan dalam: Eff. 90%, pembukaan 1-2 cm, ketuban

(+), pp kepala HI-II

Riwayat infertil sekunder 4 tahun : pasien pernah hamil sebelumnya

pada tahun 2001, tapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun

bersenggama tanpa menggunakan alat kontrasepsi (terakhir KB suntik

1 kali tahun 2001) dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan

selama 12 bulan. Tidak ada riwayat tinggal berjauhan pada pasangan

suami istri ini.

Bad Obstetric History (BOH) atau riwayat persalinan yang buruk: pasien

memiliki BOH yaitu pada persalinan pertama dengan IUFD dan

persalinan kedua dengan kematian perinatal (bayi meninggal pada usia

4 hari).

Janin intrauterin : dari pemeriksaan Leopold didapatkan saat his

bagian-bagian janin sukar diraba dan dengan menggunakan Doppler,

BJA sukar didengar. Selain itu, pada pemeriksaan dalam teraba bagian

janin.

Tunggal : dari pemeriksaan Leopold teraba hanya satu bagian bundar

dan keras

Hidup : pasien masih merasakan pergerakan janin sampai saat

pemeriksaan dan dengan menggunakan Laennec/Doppler, BJA bisa

didengar.

Letak kepala : dari pemeriksaan Leopold teraba bagian keras, bundar

dan melenting berada di simfisis pubis.

Hodge I-II : diketahui dari pemeriksaan dalam, kepala sudah masuk

pintu panggul (PAP).

Penanganan

Pada beberapa kasus kehamilan lewat waktu, sebenarnya tidak

selalu dilakukan seksio sesarea. Kepustakaan menyebutkan monitoring

janin sebaik-baiknya pada usia kehamilan 40-42 minggu adalah hal yang

penting. Jika tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan

spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. Lalu dengan menilai

kematangan servix, boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa

amniotomi, jika servix sudah matang. Tindakan seksio sesarea dapat

dipertimbangkan pada (a) insufisiensi plasenta dengan keadaan servikx

14

Page 16: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

belum matang, (b) pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan

terjadi tanda gawat janin; atau (c) pada primigravida tua, riwayat

kematian janin dalam kandungan (BOH), preeklampsia, hipertensi

menahun, anak berharga (riwayat infertilitas) dan kesalahan letak janin.6

Pada pasien ini, penanganan dilakukan dengan cara operasi seksio

sesarea mengingat pasien memiliki riwayat BOH dimana persalinan

pertama dengan IUFD dan persalinan kedua dengan kematian perinatal

(bayi meninggal umur 4 hari), sehingga bayi pada persalinan ketiga ini

memiliki nilai sosial yang tinggi (anak yang sangat diharapkan). Ditambah

dengan kehamilan lewat waktu dan adanya riwayat infertilitas sekunder

selama 4 tahun yang dialami pasangan suami istri ini. Operasi dilakukan

secara CITO karena pasien datang ke rumah sakit saat sudah inpartu

sehingga tidak ada waktu lagi untuk mempersiapkan operasi secara

elektif.

Prognosis

Prognosis terhadap ibu adalah dubia ad bonam karena keadaan ibu

pre operasi, durante dan post operasi baik, tanpa adanya komplikasi yang

mempersulit dan membahayakan keadaan ibu.

Prognosis bayi adalah dubia ad bonam karena didapatkan kualitas

bayi saat lahir dari APGAR skor 8-10.

Selama masa nifas pun, keadaan ibu sekaligus bayi baik sampai

saat dipulangkan.

Kesimpulan

Dari pembahasan laporan kasus, dapat disimpulkan:

Penanganan pasien ketika di rumah sakit telah tepat, mengingat telah

sesuai dengan indikasi dan protokol rumah sakit.

Pemeriksaan antenatal sedini mungkin sangat penting untuk

mengontrol keadaan ibu dan janin. Jika ditemukan keadaan-keadaan

yang membahayakan baik bagi ibu maupun janin, dapat segera

dipikirkan cara penanganan yang tepat, sehingga resiko bagi ibu dan

janin dapat seminimal mungkin.

15

Page 17: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

Saran

Khusus bagi ibu ini karena masih ingin memiliki anak lagi, maka

dianjurkan jangan lekas hamil lagi selama lebih kurang 2 tahun, untuk

memberi kesempatan pada luka untuk sembuh dengan baik.

Pemeriksaan antenatal sebaiknya dilakukan di rumah sakit karena ibu

memiliki riwayat persalinan yang tidak terlalu baik.

Dianjurkan agar ibu memakai kontrasepsi suntik karena ibu tidak ingin

memakai kontrasepsi dalam rahim. Alat kontrasepsi suntik memiliki

tingkat efektivitas yang tinggi dan tidak mengganggu kualitas dan

volume ASI khususnya untuk ibu yang sedang menyusui.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, MacDonald, Gant. Seksio Sesarea dan Histerektomi

Sesarea. Dalam: Obstetri Williams. Edisi 18. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta: 1995; 511-34

2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Seksio Sesarea. Dalam:

Ilmu Bedah Kebidanan. Ed pertama. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta: 2000; 133-41

3. Sectio Caesarea. Obstetri Operatif. Bagian Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. Bandung: 1985;

138-50

4. Sutoto, Kristanto H. Bedah Caesar, Histerektomi Caesarean dan

Histerotomi. Dalam: Ilmu Fantom Bedah Obstetri. Bagian Obstetri dan

Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro. Semarang:

1999; 64-8

16

Page 18: Lapkas - SC Pada Kehamilan Lewat Waktu Dengan Riwayat Infertil Sekunder 4 Tahun Dan BOH

5. Mochtar R, Lutan D. Seksio Sesarea. Dalam: Sinopsis Obstetri. Jilid 2

edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 1998; 117-32

6. Mochtar R, Lutan D. Abortus dan Kelainan dalam Tua Kehamilan:

Postmatur. Dalam: Sinopsis Obstetri. Jilid I edisi 2. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta: 1998; 221-4

7. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Kelainan dalam Lamanya

Kehamilan: Kehamilan Lewat Waktu. Dalam: Ilmu Kebidanan. Edisi

ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 1999;

317-20

8. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Kelainan Lama

Kehamilan: Kehamilan Serotinus (Kehamilan Lewat Waktu). Dalam:

Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi 2. Penerbit EGC.

Jakarta: 2002; 12-3

9. Cunningham, MacDonald, Gant. Kehamilan Preterm dan Postterm:

Kehamilan Postterm. Dalam: Obstetri Williams. Edisi 18. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta: 1995; 903-20

10.Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Infertilitas. Dalam: Ilmu

Kandungan. Edisi kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Jakarta: 1999; 496-7

11.Mochtar R, Lutan D. Kasus Resiko Tinggi. Dalam: Sinopsis Obstetri. Jilid

2 edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 1998; 201-6

17