asuhan kebidanan pada infertil ( hand out )

57
HAND OUT MATA KULIAH : ASKEB IV ( Patologi ) TOPIK : Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Infertil SUB TOPIK : XIII. ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTIL 8.1. Pengertian Infertil 8.2. Etiologi 8.3. Pemeriksaan Infertilitas 8.4. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Infertil 8.5. Masalah yang Timbul pada Infertil 8.6. Manajemen Kebidanan pada Infertil 8.7. Penanganan dan Pengobatan pada Infertil WAKTU : 2 x 50 menit OBJEK PERILAKU MAHASISWA Setelah selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat dengan benar melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Infertilitas. DAFTAR PUSTAKA 1

Upload: maria-inzagi

Post on 25-Jul-2015

695 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

HAND OUT

MATA KULIAH : ASKEB IV ( Patologi )

TOPIK : Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Infertil

SUB TOPIK : XIII. ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTIL

8.1. Pengertian Infertil

8.2. Etiologi

8.3. Pemeriksaan Infertilitas

8.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Infertil

8.5. Masalah yang Timbul pada Infertil

8.6. Manajemen Kebidanan pada Infertil

8.7. Penanganan dan Pengobatan pada Infertil

WAKTU : 2 x 50 menit

OBJEK PERILAKU MAHASISWA

Setelah selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat dengan benar

melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Infertilitas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawirohardjo. Yayasan Bina Pustaka. Ilmu Kandungan. Jakarta,

2002.

2. Sylvia Verallis. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta,

1997.

3. Manuaba, I.B.G. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta, 1999.

PENDAHULUAN

Apabila banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari

banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup,

maka menurut Sensus Penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota, atau kira

– kira 3 juta pasangan infertil di Indonesia.

1

Page 2: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertil

memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuhnya lagi terpaksa

menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak ( adopsi ), poligini, atau bercerai.

Berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan telah dimungkinkan

memperoleh anak dengan cara inseminasi buatan donor, “ bayi tabung “, atau

membesarkan janin di rahim wanita lain.

2

Page 3: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

URAIAN MATERI

XIII. Asuhan Kebidanan pada Infertil

8.1. Pengertian Infertil

Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan

melahirkan anak hidup dengan suami yang mampu menghamilkannya. Jadi,

infertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan

dan kelahiran anak hidup. Agar seorang istri dapat hamil dilakukan

penyelidikan pada pasangan infertil.

Lamanya waktu penyelidikan yang diperlukan untuk menghasilkan

kehamilan menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam 1 bulan pertama, 57,0%

dalam 3 bulan, 72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam 12 bulan dan 93,4% dalam

24 bulan. Waktu median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah

2,3 bulan sampai 2,8 bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan,

makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru

menganggap ada masalah infertilitas kalau pasangan yang ingin punya anak itu

telah dihadapkan pada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan.

8.2. Etiologi

Penyebab infertilitas pada perempuan dan laki – laki adalah sebagai berikut :

1. Penyebab kemandulan pada perempuan.

Gangguan yang paling sering dialami perempuan mandul adalah gangguan

ovulasi. Bila ovulasi tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa

dibuahi. Salah satu tanda wanita yang mengalami gangguan ovulasi adalah

haid yang tidak teratur dan haid yang tidak ada sama sekali.

Gangguan lain yang bisa menyebabkan kemandulan pada wanita adalah :

a. Tertutupnya lubang saluran tuba yang disebabkan oleh karena infeksi,

endometriosis dan operasi pengangkatan kehamilan ektopik.

b. Gangguan fisik rahim.

c. Umur.

3

Page 4: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

d. Stress.

e. Kurang gizi.

f.Terlalu gemuk dan terlalu kurus.

g. Merokok.

h. Alkohol.

i. Penyakit menular seksual.

j. Gangguan kesehatan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan

hormon.

2. Penyebab Kemandulan pada Laki – Laki

a. Gangguan pada pabrik sperma, sehingga sel sperma yang dihasilkan

sedikit atau tidak sama sekali.

b. Gangguan pada sel sperma untuk mencapai sel telur dan membuahinya.

Masalah ini biasanya disebabkan oleh karena bentuk sperma yang tidak

normal sehingga pergerakannyapun tidak normal.

Penyebab risiko kemandulan pada laki – laki :

a.Suka minum alkohol.

b. Suka menggunakan narkoba.

c.Polusi udara.

d. Merokok.

e.Masalah kesehatan lainnya.

f. Obat – obatan yang tidak jelas.

g. Penggunaan radiasi dan kemoterapi untuk pengobatan kanker.

h. Umur.

4

Page 5: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

8.3. Pemeriksaan Infertilitas

Pemeriksaan infertilitas dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan, yaitu :

1. Uji Pascasenggama

Walaupun uji Sims – Huhner atau uji pascasenggama telah lama dikenal di

seluruh dunia, tetapi ternyata nilai kliniknya belum diterima secra seragam.

Salah satu penyebabnya adalah karena belum adanya standarisasi cara

melakukannya. Kebanyakan peneliti sepakat untuk melakukannya pada

tengah siklus haid, yang berarti 1 - 2 hari sebelum meningkatnya suhu basal

badan yang diperkirakan. Akan tetapi, belum ada kesepakatan berapa hari

abstinensi harus dilakukan sebelumnya, walaupun kebanyakan

menganjurkan 2 hari. Demikian pula belum terdapat kesepakatan kapan

pemeriksaan itu dilakukan setelah senggama. Menurut kepustakaan, ada

yang melakukannya setelah 90 detik sampai setelah 8 hari. Sebagaimana

telah diuraikan, spermatozoa sudah dapat dampai pada lendir serviks segera

setelah senggama, dan dapat hidup di dalamnya sampai 8 hari. Menurut

Denezis uji pascasenggama baru dapat dipercaya kalau dilakukan dalam 8

jam setelah senggama. Perloff melakukan penelitian pada golongan fertil

dan infertil, dan berkesimpulan tidak ada perbedaan hasil yang antara kedua

golongan itu kalau pemeriksaannya dilakukan lebih dari 2 jam setelah

senggama. Jika kesimpulan ini benar, maka uji pascasenggama dilakukan

secepatnya setelah senggama. Davajan menganjurkan 2 jam setelah

senggama, walaupun penilaian secepat itu tidak akan sempat menilai

ketahanan hidup spermatozoa dalam lendir serviks.

2. Histeroskopi

Histeroskopi adalah peneropongan kavum uteri yang sebelumnya telah

digelembungkan dengan media dekstran 32%, glukosa 5%, garam

fisiologik, atau gas CO2.

5

Page 6: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

Dalam infertilitas, pemeriksaan histeroskopi dilakukan apabila terdapat :

a. Kelainan pada pemeriksaan histerosalpingografi.

b. Riwayat abortus habitualis.

c. Duaan adanya mioma atau polip submukosa.

d. Perdarahan abnormal dari uterus.

e. Sebelum dilakukan bedah plastik tuba, untuk menempatkan kateter

sebagai splint pada bagian proksirnal tuba.

3. Pemeriksaan Hormonal

Hasil pemeriksaan hormonal dengan RIA harus selalu dibandingkan dengan

nilai normal masing – masing laboratorium.

Pemeriksaan FSH berturut – turut untuk memeriksa kenaikan FSH tidak

selalu mudah, karena perbedaan kenaikannya tidak sangat nyata, kecuali

pada tengah – tengah siklus haid ( walaupun masih kurang nyata

dibandingkan dengan puncak LH ). Pada fungsi ovarium tidak aktif, nilai

FSH yang rendah sampai normal menunjukkan kelainan pada tingkat

hipotalamus atau hipofisis. Sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan

kelainan primernya pada ovarium.

4. Sitologi Vaginal Hormonal

Sitologi vagina hormonal menyelidiki sel – sel yang terlepas dari selaput

lendir vagina, sebagai pengaruh hormon – hormon ovarium (estrogen dan

progesteron). Pemeriksaan ini sangat sederhana, mudah dan tidak

menimbulkan nyeri, sehingga dapat dilakukan secara berkala pada seluruh

siklus haid.

Tujuan pemeriksaan sitologi vagina hormonal ialah :

a. Memeriksa pengaruh estrogen dengan mengenal perubahan sitologik

yang khas pada fase proliferasi.

b. Memeriksa adanya ovulasi dengan mengenal gambaran sistologik pada

fase luteal lanjut.

6

Page 7: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

:

c. Menentukan saat ovulasi dengan mengenal gambaran sitologik ovulasi

yang khas.

d. Memeriksa kelainan fungsi ovarium pada siklus haid yang tidak

berovulasi.

8.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Infertil

1. Pada Perempuan

a. Hormonal

Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang

menyebabkan :

1. Kegagalan ovulasi.

2. Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.

3. Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma.

4. Kegagalan gerakan ( motilitas ) tuba falopii yang menghalangi

spermatozoa mencapai uterus.

b. Sumbatan

Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira– kira

sepertiga dari penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan

1. Kelainan kongenital.

2. Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendisitis dan peritonitis.

3. Infeksi tractus genitalis yang naik, misalnya gonore.

c. Faktor Lokal

Keadaan – keadaan seperti :

1. Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovum.

2. Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak

sperma.

3. Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menhalangi

pertemuan sperma ayau ovum.

7

Page 8: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

2. Pada Laki – Laki

a. Gangguan Spermatogenesis

Analisis cairan seminal dapat mengungkapkan :

1. Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter cairan seminel.

2. Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa

defek kepala ( caput ) atau ekor ( cauda ) yang spesifik. Keadaan ini

mungkin karena adanya aplasia sel germinal, pengelupasan, atau

suatu defek kongenital, atau beberapa penyebab yang tidak dapat

ditetapkan.

3. Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dr 2 ml.

4. Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar

glukosa, kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH –

nya terlalu tinggi atau terlalu rendah.

b. Obstruksi

1. Sumbatan ( oklusi ) kongenital duktus atau tubulus.

2. Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit

peradangan ( inflamasi ) akut atau kronis yang mengenai membran

basalais atau dinding otot tubulus seminiferus, misalnya orkitis,

infeksi prostat, infeksi gognokokus. Penyakit ini merupakan

penyebab yang paling umum pada infertilitas pria.

c. Ketidakmampuan Koitus atau Ejakulasi

1. Faktor – faktor fisik, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi penis

sperti pada priapismus atau penyakit Peyronie.

2. Faktor – faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan

untuk mencapai atau mempertahankan ereksi.

3. Alkoholisme kronik.

8

Page 9: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

d. Faktor Sederhana

Kadang – kadang faktor – faktor sederhana seperti memakai celana jeans

ketat, mandi dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim

tropis dapat menyebabkan keadaan luar ( panas ) yang tidak menguntungkan

untuk produksi sperma yang sehat.

8.5. Masalah yang Timbul pada Infertilitas

1. Masalah air mani pada laki – laki

Air mani ditampung dengan jalan masturbasi langsung ke dalam tabung

gelas bersih yang bermulut lebar ( atau gelas minum ), setelah abstinensi 3 –

5 hari. Sebaiknya penampungan air mani itu dilakukan di rumah pasien

sendiri, kemudian dibawa ke laboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan.

Air mani yang dimasukkan ke dalam kondom dahulu, yang biasanya

mengandung zat spermatisid, akan mengelirukan penilaian motilitas

spermatozoa.

Karakteristik air mani :

a. Koagulasi dan likuefaksi.

b. Viskositas.

c. Rupa dan bau.

d. Volume.

e. PH.

f. Fruktosa.

2. Masalah Serviks pada Perempuan

Walaupun serviks merupakan sebagian dari uterus, namun artinya dalam

reproduksi manusia harus diakui pada abad kesembilan belas. Sims pada

tahun 1868 adalah orang pertama yang menghubungkan serviks dengan

infertilitas, melakukan pemeriksaan lendir serviks pascasenggama, dan

melakukan inseminasi buatan. Baru beberapa lama kemudian Huhrer

9

Page 10: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

memperkenalkan uji pasca senggama yang dilakukan pada pertengahan

siklus haid.

Serviks biasanya mengarah ke bawah – belakang, sehingga berhadapan

langsung dengan dinding belakang vagina. Kedudukannya yang demikian

itu memungkinkannya tergenang dalam air mani yang disampaikan pada

forniks posterior.

Kanalis servikaslis yang dilapisi lekukan – lekukan seperti kelenjar yang

mengeluarkan lendir, sebagian dari sel – sel epitelnya mempunyai silia yang

mengalirkan lendir serviks ke vagina. Bentuk servikalis seperti itu

memungkinkan ditimbun dan dipeliharanya spermatozoa motil dari

kemungkinan fagositosis, dan juga erjaminnya penyampaian spermatozoa ke

dalam kanalis servikalis secara terus menerus dalam jangka waktu lama.

8.6. Manajemen Kebidanan pada Infertil

1. Air Mani yang Abnormal

Air mani disebut abnormal kalau pada tiga kali pemeriksaan berturut – turut

hasilnya tetap abnormal. Nasihat terbaik bagi pasangan dengan air mani

abnormal adalah melakukan senggama berencana pada saat – saat subur

istri.

Adapun air mani abnormal yang masih dapat diperbaiki itu kalau

disebabkan oleh varikokel, sumbatan, infeksi, defisiensi gonadotropin atau

hiperprolaktinemia.

2. Verikokel

Motilitas spermatozoa yang kurang hampir selalu terdapat pada pria dengan

varikokel. Menurut McLeod, motilitas spermatozoa yang kurang itu dapat

ditemukan pada 90% pria dengan verikokel, sekalipun hormon gonad dan

varikokelektomi tidak berhubungan dengan besar kecilnya varikokel.

Adanya varikokel disertai motilitas spermatozoa yang kurang hampir selalu

dianjurkan untuk dioperasi. Kira – kira dua pertiga pria dengan varikokel

yang dioperasi akan mengalami perbaikan dlaam motilitas spermatozoanya.

10

Page 11: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

3. Sumbatan Vasdifferen

Pria yang tersumbat vasnya akan mempertunjukkan azoospermia, dengan

besar testikel dan kadar FSH yang normal. Dua tanda terakhir ini sangat

konsisten untuk spermatogenesis yang normal. Operasi vasoepididimostomi

belum memuaskan hasilnya. Walaupun 90% dari ejakulasinya mengandung

spermatozoa, akan tetapi angka kehamilannya berkisar 5 – 30%.

4. Infeksi

Infeksi akut traktus genitalis dapat menyumbat vas atau merusak jaringan

testis, sehingga pria yang bersangkutan menjadi steril. Akan tetapi infeksi

yang menahun mungkin hanya menurunkan kualitas spermatozoa \, dan

masih dapat diperbaiki menjadi seperti semula dengan pengobatan. Air mani

yang selalu mengandung banyak lekosit, apalgi kalau disertai gejala disuria,

nyeri pada waktu ejakulasi, nyeri punggung bagian bawah, patut diduga

karena infeksi menahun traktus genitalis.

11

Page 12: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

Hiperemesis Gravidarum (HG)

Definisi

Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan pada kehamilan triwulan pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada pagi hari sehingga sering dikenal dengan morning sickness. Sementara setengah dari wanita hamil mengalami morning sickness, 1,5 – 2 % mengalami hiperemesis gravidarum, suatu kondisi yang lebih serius. Hiperemesis gravidarum sendiri adalah mual dan muntah hebat dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin di dalam kandungan. Pada umumnya HG terjadi pada minggu ke 6 - 12 masa kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu  ke 16 – 20 masa kehamilan.

Penyebab

Penyebab dari hiperemesis gravidarum belum diketahui namun diperkirakan berhubungan dengan kehamilan pertama; peningkatan hormonal pada kehamilan, terutama pada kehamilan ganda dan hamil anggur; usia di bawah 24 tahun; perubahan metabolik dalam kehamilan; alergi; dan faktor psikososial. Wanita dengan riwayat mual pada kehamilan sebelumnya dan mereka yang mengalami obesitas (kegemukan) juga mengalami peningkatan risiko HG. Faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum diantaranya adalah :

Level hormon ß-hCG yang tinggi. Hormon ini meningkat cepat pada triwulan pertama kehamilan dan dapat memicu bagian dari otak yang mengontrol mual dan muntah

Peningkatan level estrogen. Mempengaruhi bagian otak yang mengontrol mual dan muntah

Perubahan saluran cerna. Selama kehamilan, saluran cerna terdesak karena memberikan ruang untuk perkembangan janin. Hal ini dapat berakibat refluks asam (keluarnya asam dari lambung ke tenggorokan) dan lambung bekerja lebih lambat menyerap makanan sehingga menyebabkan mual dan muntah

Faktor psikologis. Stress dan kecemasan dapat memicu terjadinya morning sickness

Diet tinggi lemak. Risiko HG meningkat sebanyak 5 kali untuk setiap penambahan 15 g lemak jenuh setiap harinya

Helicobacter pylori. Penelitian melaporkan bahwa 90% kasus kehamilan dengan HG juga terinfeksi dengan bakteri ini, yang dapat menyebabkan luka pada lambung

Derajat hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum terbagi atas beberapa derajat sesuai dengan tanda dan gejala yang dialaminya, yaitu :

12

Page 13: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

Derajat  1

Muntah terus menerus (muntah > 3-4 kali/hari, dan mencegah dari masuknya makanan atau minuman selama 24 jam) yang menyebabkan ibu menjadi lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan turun (2-3 kg dalam 1-2 minggu), nyeri ulu hati, nadi meningkat sampai 100x permenit, tekanan darah sistolik menurun, tekanan kulit menurun dan mata cekung

Derajat  2

Penderita tampak lebih lemah dan tidak peduli pada sekitarnya, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit kuning. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tekanan darah turun, pengentalan darah, urin berkurang, dan sulit BAB. Pada napas dapat tercium bau aseton

Derajat  3

Keadan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat, dan tekanan darah turun. Pada jabang bayi dapat terjadi ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus, penglihatan ganda, dan perubahan mental. Keadaan ini akibat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks. Jika sampai ditemukan kuning berarti sudah ada gangguan hati

Tatalaksana

Tatalaksana hiperemesis gravidarum sangat beragam tergantung dari beratnya gejala yang terjadi. Tatalaksana dini dapat berpengaruh baik pada pasien. Ketika menatalaksana ibu dengan HG, pencegahan serta koreksi kekurangan nutrisi adalah prioritas utama agar ibu dan bayi tetap dalam keadaan sehat.Pasien dapat dirawat karena mual dan muntah yang berlebihan disertai koreksi untuk gangguan elektrolit dan cairan. Pemberian nutrisi oral (melalui mulut) dapat diberikan pada pasien secara perlahan-lahan, dimulai dengan makanan cair, kemudian meningkat menjadi makanan padat dalam porsi kecil yang kaya akan karbohidrat. Saran-saran yang diberikan pada ibu yang mengalami HG adalah:

Menyarankan ibu hamil untuk mengubah pola makan menjadi lebih sering dengan porsi kecil

Menganjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dan teh hangat dan menghindari makanan berminyak serta berbau lemak

Jika dengan cara diatas tidak ada perbaikan maka ibu hamil tersebut diberi obat penenang, vitamin B1 dan B6, dan antimuntah

Perawatan di Rumah sakit bila keadaan semakin memburuk Cairan infus yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein. Bila perlu

ditambahkan vitamin B kompleks, vitamin C, dan kalium

13

Page 14: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

Terapi psikologis apabila penanganan dengan pemberian obat dan nutrisi yang adekuat tidak memberikan respon

14

Page 15: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

Sekilas Tentang Autolisis

Dalam kondisi normalnya, tubuh memperoleh energi dan nutrisi makanan

yang kita konsumsi sehari-hari. Autolisis yang dikenal juga dengan sebutan

'self digest' ini adalah program yang terdapat pada setiap makhluk hidup

terkait dengan proses penyerapan makanan untuk memperoleh energi dan

nutrisi ini, melalui serangkaian proses pembakaran sel-sel tubuh dalam

mekanismenya.

Ketika tubuh mengaktifkan proses autolisis ini, yang terjadi secara genetik

adalah semacam pemetaan terhadap sistem dasar tubuh manusia untuk tiap-

tiap sel, dimana tubuh akan mengirim sinyal yang mengandung data ideal

sel-sel tadi menyangkut fungsi dan penempatannya sehingga kemudian

mengaktifkan proses –proses penting seperti pembakaran asam amino dan

asam laktat, berikut juga timbunan lemak dalam tubuh lewat proses oksidasi

lemak menjadi ketone.

Dengan adanya proses autolisis yang oleh sebagian ahli dipandang sebagai

program pengaturan mekanisme selular organ-organ tubuh ini, autolisis

akan berfungsi dalam pembuangan sel-sel yang sudah rusak dan mati,

sehingga lebih lanjut akan berperan dalam pencegahan berbagai gangguan

dan penyakit yang berkaitan dengan zat-zat toksik yang kita dapatkan setiap

hari lewat asupan makanan kita.

Proses autolisis yang sebenarnya baru dimulai sebagai reaksi tubuh setelah

2-3 hari berpuasa di saat tubuh mulai mengeluarkan zat-zat sisa

metabolisme yang tak diperlukan lagi ini biasanya dibarengi dengan gejala

yang menyerupai gejala penyakit dan dikenal sebagai krisis detoksifikasi

atau krisis penyembuhan, namun sama sekali tak perlu diredam dengan

medikasi karena memang bukan gejala penyakit.

15

Page 16: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

Ini biasanya terlihat dari kelesuan dan rasa mengantuk hebat memasuki awal

puasa yang bisa diatasi dengan pengurangan aktifitas, istirahat dan yang

terpenting, pengaturan menu makanan sahur dan berbuka.

Autolisis dan Detoksifikasi Tubuh

Dari peranan tersebut, para ahli membuat suatu defenisi tersendiri dari

autolisis sebagai proses pengeluaran sisa metabolisme dan zat-zat yang tak

dibutuhkan tubuh dalam kadar berlebih, dan ini pula yang mereka anggap

menjadi teori dasar dari proses detoksifikasi, yang merupakan proses

pembersihan terhadap racun atau sisa zat lain yang berbahaya jika dibiarkan

menumpuk, seperti pengaruh pola makan buruk, stress, polusi dan

pemakaian obat-obatan tertentu.

Lewat metabolisme tubuh secara normal, akan terjadi proses pembentukan

dan  pembelahan sel-sel jaringan tubuh yang diperlukan bagi kelangsungan

kesehatan kita. Di saat sistem pencernaan beristirahat akibat pengosongan

lambung selama berpuasa, sel-sel lemak dan zat yang tidak dibutuhkan akan

dibawa ke hati.

Dengan adanya pengosongan lambung tersebut, maka hati akan bekerja

penuh menyaring racun-racun hasil autolisis untuk menghasilkan energi.

Sebagai hasilnya, aliran darah akan menjadi lebih lancar dengan energi dan

nutrisi yang semestinya, sehingga pembentukan dan penggantian sel-sel

tubuh akan berlangsung sebagaimana mestinya, sementara sisa energi yang

dihemat dari sistem pencernaan akan digunakan untuk aktifitas tambahan

sistem kekebalan tubuh serta proses berpikir oleh otak.

Mengaktifkan Proses Autolisis

Walaupun proses autolisis berlangsung sebagai bagian dari setiap proses

metabolisme, namun dalam aktifitas berpuasa ada sedikit perbedaan yang

16

Page 17: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

terjadi dibandingkan masa-masa di luar puasa dimana kita terlambat makan

dan otak memberikan sinyal lapar di kala kadar glikogen darah mulai

mencapai batas minimalnya.

Pada saat ini biasanya otak akan memerintahkan organ-organ pencernaan

untuk memproduksi liur dan enzim-enzim lambung, hati dan usus yang bila

tidak segera berinteraksi dengan makanan akan menyebabkan berbagai

gangguan pencernaan. Di saat berpuasa, otak tak lantas mengaktifkan sinyal

ini karena dari perubahan pola makan di saat sahur tubuh masih memiliki

cadangan karbohidrat dan lemak untuk digunakan sebagai sumber energi.

Di saat inilah proses autolisis selanjutnya akan terpicu untuk

mengoptimalisasikan pembakaran zat-zat makanan yang cenderung bisa

menumpuk bila tak digunakan terutama simpanan lemak berlebihan yang

dapat membahayakan kesehatan.

Dari aspek asupan gizi sendiri tidak ada yang berkurang selama kita

memilih menu makanan sahur dan berbuka dengan tepat, dan ini juga yang

digunakan sebagai prinsip dasar puasa sebagai terapi penyakit-penyakit

degeneratif yang rata-rata berhubungan dengan penumpukan zat-zat tak

berguna di dalam tubuh.

Di sisi lainnya, pengurangan konsumsi kalori tadi akan menyebabkan

berkurangnya laju metabolisme energi sehingga konsumsi oksigen juga akan

berkurang, dan ini bermanfaat terhadap penurunan produksi senyawa

oksigen bersifat toksik yang dikenal sebagai radikal bebas, yang dampaknya

bisa mengurangi aktifitas kerja enzim dalam menyebabkan kerusakan

dinding dan mutasi sel.

Berhubungan dengan hal ini, sebuah penelitian pernah menyebutkan bahwa

17

Page 18: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

kegiatan berpuasa dapat menekan produksi radikal bebas sekitar 90% dan

meningkatkan antioksidan alami tubuh sekitar 12% dalam peningkatan daya

tahan tubuh secara keseluruhan. Penelitian lain menjelaskan proses ini

dengan pengalihan energi dari sistem pencernaan terhadap metabolisme

sistem kekebalan tubuh, yang secara mendasar turut diperansertai oleh

proses autolisis yang semakin dipicu dengan berpuasa tersebut.

Meskipun proses yang bermanfaat bagi tubuh selama berpuasa ini terlihat

menjanjikan, jangan salah juga, karena manfaat tersebut tetap akan sulit

didapat selama pengaturan menu makanan selama berpuasa tidak benar-

benar ditata dengan baik.

Secara ideal, pengaturan menu ini seharusnya mengacu kepada kestabilan

berat badan selama berpuasa, dimana kenaikan sama sekali harus dihindari

dan penurunan juga bukan sesuatu yang dianjurkan, dan ada beberapa tips

penting untuk memperbanyak konsumsi buah dan sayuran yang tidak

menguras energi tetapi malah memasok energi ekstra dari gula alami,

vitamin dan mineralnya, disamping juga serat yang berfungsi menahan rasa

kenyang lebih lama.

(dr. Daniel Irawan)

18

Page 19: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

Pengertian

Penyakit yang menyerang payudara ternyata tak hanya kanker payudara

saja. Ada penyakit lain yang tak kalah berbahayanya. Yaitu mastitis atau

biasa juga disebut dengan abses/ nanah pada payudara/ radang payudara.

Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui.

Radang ini terjadi karena si ibu tidak menyusui atau puting payudaranya

lecet karena menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua

payudara sekaligus.

Namun jangan khawatir, tidak semua perempuan dapat terkena mastitis.

Banyak faktor yang menyebabkan perempuan menderita penyakit ini. Di

antaranya adalah daya tahan tubuh yang lemah, dan kurangnya menjaga

kebersihan puting payudara saat menyusui.

Penyebab

Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus. Bakteri

biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka. Atau

bisa juga karena adanya sumbatan pada saluran ASI.

Gejala

Jika sudah terinfeksi, payudara akan bengkak dan terasa nyeri, terasa keras

saat diraba dan tampak memerah. Permukaan kulit dari payudara yang

terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah. Badan demam seperti

terserang flu. Namun bila karena sumbatan tanpa infeksi, biasanya badan

tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian

yang keras dan nyeri, serta merah.

Gejala Mastitis pada Ibu

Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu

dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan

aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak

terpisahkan.

19

Page 20: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

Kesehatan ibu hamil dan menyusui adalah persyaratan penting untuk fungsi

optimal dan perkembangan kedua bagian unit itu. Dalam menanti kelahiran

bayi, si Ibu harus menyiapkan terlebih dahulu keadaan psikologinya dalam

menghadapi bayinya nanti, terutama dalam hal menyusui bayi.

Berikut langkah-langkah yang harus diambil untuk mempersiapkan ibu

secara kejiwaan untuk menyusui bayinya :

1. Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat sukses

dalam menyusui bayinya; menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan

menyusui adalah proses alamiah yang hampir semua ibu berhasil

menjalaninya, bila ada masalah hubungi dokter atau petugas kesehatan yang

berkompeten.

2. Meyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu buatan/formula

Memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang mempunyai pengalaman

menyusui sebelumnya, pengalaman kerabat atau keluarga lain

Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan dalam

keluarga, ibu dapat beristirahat cukup untuk kesehatannya dan bayi sehingga

perlu adanya pembagian tugas dalam keluarga Setiap saat ibu diberi

kesempatan untuk bertanya dan dokter atau petugas kesehatan harus dapat

memperlihatkan perhatian dan kemauannya dalam membantu ibu sehingga

hilang keraguan atau ketakutan untuk bertanya tentang masalah yang tengah

dihadapinya.

Selain hal tersebut diatas, ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan :

1. Ukuran dan bentuk Tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu

diperhatikan bila ada kelainan seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak

simetris pada perubahan posisi

2. Kontur/permukaan Permukaan yang tidak rata, adanya depresi, elevasi

(pengangkatan jaringan), retraksi (tindakan menarik kembali) atau luka pada

kulit payudara harus dipikirkan ke arah tumor atau keganasan dibawahnya.

Saluran limfe yang tersumbat dapat menyebabkan kulit membengkak, dan

membuat gambaran seperti kulit jeruk

20

Page 21: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

3. Warna kulit Pada umumnya sama dengan warna kulit perut atau

punggung, yang perlu diperhatikan adalah warna kemerahan tanda radang,

penyakit kulit atau bahkan keganasan

4. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada

puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai

desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. • Bayi diletakkan

menghadap perut ibu/payudara :

a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik

menggunakan kursi yang rendah (kaki ibu tidak tergantung dan punggung

ibu bersandar pada sandaran kursi

b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan satu lengan,

kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah

dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan)

c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan

d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara

(tidak hanya membelokkan kepala bayi)

e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang

5. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di

bawah, jangan menekan puting susu atau areolanya saja Masalah yang

sering terjadi pada saat menyusui :

a. Mastitis Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau

tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga

disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Abses (nanah)

payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan

komplikasi berat dari mastitis. Dua penyebab utama dari mastitis adalah

stasis (terhenti) ASI dan infeksi. Patogen yang paling sering diidentifikasi

adalah staphilokokus aureus.

Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan

21

Page 22: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

klorida yang tinggi dan merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap

menyusui. Antibiotik (resisten-penisilin) diberikan bila ibu mengalami

mastitis infeksius.

Gejala mastitis non-infeksius: • Ibu memperhatikan adanya "bercak panas",

atau area nyeri tekan yang akut • Ibu dapat merasakan bercak kecil yang

keras di daerah nyeri tekan tersebut • Ibu tidak mengalami demam dan

merasa baik-baik saja Gejala mastitis infeksius: • Ibu mengeluh lemah dan

sakit-sakit pada otot seperti flu • Ibu dapat mengeluh sakit kepala • Ibu

demam dengan suhu di atas 34 oC • Terdapat area luka yang terbatas atau

lebih luas pada payudara • Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan

atau bercahaya (tanda-tanda akhir) • Kedua payudara mungkin terasa keras

dan tegang "pembengkakan" Pengobatan: • Lanjutkan menyusui • Berikan

kompres panas pada area yang sakit • Tirah baring (bersama bayi) sebanyak

mungkin • Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik

(ibuprofen, asetaminofen) untuk mengurangi demam dan nyeri • Pantau

suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (< 39oC), periksa

kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal •

Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam

dan gejala berkurang.

b. Kandida/sariawan Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang

menyusui dan bayi setelah pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti

area merah muda yang menyolok menyebar dari area puting, kulit

mengkilat, nyeri akut selama dan setelah menyusui; pada keadaan yang

parah, dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan yang berat dan rasa tidak

nyaman, khususnya selama dan segera setelah menyusui. Bayi dapat

menderita ruam popok, dengan pustula yang menonjol, merah, tampak luka

dan/atau seperti luka terbakar yang kemerahan. Pada kasus-kasus yang

berat, bintik-bintik atau bercak-bercak putih mungkin terlihat merasakan

nyeri dan menolak untuk menghisap. Pengobatan: • Obati ibu dan bayinya •

Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan payudara setiap

22

Page 23: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

kali sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi setiap kali

sehabis menyusui. • Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting

sebelum menyusui untuk mengurangi nyeri.

c. Cacar air (virus varisela zoster) Kebanyakan ibu dan pekerja rumah sakit

pernah menderita cacar air dan tidak beresiko. Ketika ibu mengidap cacar

air beberapa hari sebelum kelahiran bayi, bayi menjadi beresiko karena

antibodi ibu yang memberikan kekebalan pada bayi belum mempunyai

kesempatan untuk berkembang. Perawatan : • Jika ibu sudah pernah

mengalami cacar, menyusui akan memberikan antibodi kepada bayi.

Menyusui tidak perlu dihentikan • Jika ibu belum pernah mengidap cacar

air, ibu dan bayinya harus menerima vaksin varisela jika mereka sudah

terpapar. • Jika ibu mengidap cacar air beberapa hari sebelum melahirkan : -

ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak mengalami

lesi (hilangnya fungsi suatu bagian). Hanya sekitar 50% bayi yang terpapar

akan berkembang menjadi penyakit - keluarkan ASI jika bayi ditempatkan

pada tempat lain - jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu;

menyusui tidak dihentikan.

Pencegahan

Sama dengan penyakit lain. Mastitis bisa dihindari jika ibu yang baru

melahirkan cukup istirahat dan bisa secara teratur menyusui bayinya agar

payudara tidak menjadi bengkak. Gunakan BH yang sesuai dengan ukuran

payudara. Serta usahakan untuk selalu menjaga kebersihan payudara dengan

cara membersihkan dengan kapas dan air hangat sebelum dan sesudah

menyusui

Pengobatan

Jika disebabkan oleh bakteri, maka pengobatan yang tepat dengan

pemberian antibiotika. Mintalah pada dokter antibiotika yang baik dan aman

untuk ibu sedang menyusui. Selain itu, bila badan terasa panas, ibu dapat

meminum obat penurun panas. Kemudian. untuk bagian payudara yang

23

Page 24: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

terasa keras dan nyeri, dapat dikompres dengan menggunakan air dingin

untuk mengurangi rasa nyeri.

Bila tidak tahan nyeri, dapat meminum obat penghilang rasa sakit. Istirahat

yang cukup amat diperlukan agara kondisi tubuh ibu kembali sehat dan

segar. Makan makanan yang bergizi tinggi sangatlah dianjurkan. Minum

banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam. Biasanya rasa

demam dan nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan Anda akan

mampu beraktivitas seperti semula.

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengertian

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang

terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk

bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol,

sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain.

Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di

atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-

paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)

Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel

jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas. (http//www.pikiran-

rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk)

Etiologi

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa

faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker

payudara, yaitu :

1. Tinggi melebihi 170 cm

Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara

karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya

24

Page 25: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah

ke arah sel ganas.

2. Masa reproduksi yang relatif panjang.

a. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.

b. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)

3. Wanita yang belum mempunyai anak

Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama

dibandingkan wanita yang sudah punya anak.

4. Kehamilan dan menyusui

Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui

5. Wanita gemuk

Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula

6. Preparat hormon estrogen

Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.

7. Faktor genetik

Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada

wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara.

Anatomi Fisiologi

1. Anatomi payudara

Secara anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus

laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari

payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal

terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang

ke kelenjar interpektoralis.

2. Fisiologi payudara

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan

pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa

fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh

ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon

25

Page 26: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar

hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari

sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-

kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari

menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga

pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu

itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar

terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.

Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan

payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus

berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.

Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu

diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan

melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)

Insiden

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker

di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan

kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi

di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker

leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker

nasofaring (Anaonim, 2004).

Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data

terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita

menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim.

(http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005,

sumber : Harianto, dkk).

Patofisiologi

Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada

26

Page 27: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia

permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari

penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause).

Respon dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit

berbahaya lainnya.

Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung

reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya

dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara

normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen

Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker

payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon

terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau

adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)

Gejala Klinik

Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara

yang nyeri maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan

dan lekukan pada kulit dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu

yang lama, rasa tidak enak dan tegang, retraksi putting, pembengkakan

lokal. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-

2005, Harianto, dkk)

Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan

padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm,

biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar

payudara. (Erik T, 2005, hal : 42)

Klasifikasi Kanker Payudara

1. Tumor primer (T)

Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan

27

Page 28: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

To : Tidak terbukti adanya tumor primer

Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor

T1 : Tumor < 2 cm

T1a : Tumor < 0,5 cm

T1b : Tumor 0,5 – 1 cm

T1c : Tumor 1 – 2 cm

T2 : Tumor 2 – 5 cm

T3 : Tumor diatas 5 cm

T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding

thorax atau kulit.

T4a : Melekat pada dinding dada

T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit

T4c : T4a dan T4b

T4d : Mastitis karsinomatosis

2. Nodus limfe regional (N)

Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

N0 : Tidak teraba kelenjar axila

N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.

N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama

lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.

N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

3. Metastas jauh (M)

Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan

M0 : Tidak ada metastase jauh

M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

Stadium Kanker Payudara :

1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN)

28

Page 29: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

atau penyebaran luas.

2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada

penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN

3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor

lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN

4. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN.

semua tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh

5. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada

atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN

supraklavikular.

6. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh.

(Setio W, 2000, hal : 285)

Pemeriksaan diagnostik

1. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari

payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.

2. Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit

dengan kista.

3. CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara

pada organ lain

4. Sistologi biopsi aspirasi jarum halus

5. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-

sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

(Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66)

Pencegahan

Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya

benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.

Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum

menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan

29

Page 30: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :

1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada

payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak

terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput,

lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau

keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.

2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua

payudara.

3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa

lagi.

4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala,

dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak

jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian

periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.

5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar

susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan

mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat

digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah

benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini

penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.

Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan (www.vision.com

jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Ramadhan)

Penanganan

1. Pembedahan

a Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari

lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang

luas dengan kulit yang terkena).

b. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua

kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.

30

Page 31: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi

Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial

d. Mastektomi radikal

Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi

aksial.

e. Mastektomi radikal yang diperluas

Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria

interna.

2. Non pembedahan

a. Penyinaran

Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada

kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.

b. Kemoterapi

Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.

c. Terapi hormon dan endokrin

Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,

coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.

(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 - 1600)

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,

pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan

laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.

Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data,

sumber data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.

a. Pengumpulan data

Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan

proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang

bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan

31

Page 32: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

keperawatan.

1). Sumber data

Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan

petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.

Data yang disimpulkan meliputi :

a). Data biografi /biodata

Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur,

jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

b).. Riwayat keluhan utama.

Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara,

adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.

c). Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.

Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .

d). Pengkajian fisik meliputi :

Keadaan umum

Tingkah laku

BB dan TB

Pengkajian head to toe

e). Pemeriksaan laboratorium

- Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat,

trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.

- Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.

- Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae

adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan

pemeriksaan reseptor hormon.

f). Nutrisi

Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan,

makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan

32

Page 33: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

sesudah masuk RS.

g). Eliminasi

Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah

masuk RS.

- Istirahat dan tidur

Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.

- Personal hygiene

1). Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari

2). Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu

3). Dikaji sebelum dan pada saat di RS

- Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spiritual

1). Status psikologis

Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat

sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping

yang negatif.

2). Status social

Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat

lain.

3). Kegiatan keagamaan

Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.

b. Klasifikasi Data

Data pengkajian :

1). Data subyektif

Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal

sebagai berikut : klien mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan batuk,

nafsu makan menurun, kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur,

harapan klien cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga.

2). Data obyektif

Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang

33

Page 34: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

meliputi : asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan pada payudara,

hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.

c. Analisa Data

Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan

daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan

masalah yang didapat pada klien.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu

c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh

d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah

e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi

f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan

penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi

g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake

tidak adekuat

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan

perencanaan perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah

diketahui.

Pada perencanaan meliputi tujuan dengan kriteria hasil, intervensi, rasional,

implementasi dan evaluasi.

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan

massa tumor ditandai dengan :

1. DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke

kanan.

2. DO : - Klien nampak meringis

- Klien nampak sesak

34

Page 35: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

- Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria hasil :

1. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang

2. Nyeri tekan tidak ada

3. Ekspresi wajah tenang

4. Luka sembuh dengan baik

Intervensi :

1. Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.

Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang

dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk

intervensi selanjutnya.

2. Beri posisi yang menyenangkan

Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat

secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.

3. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam

Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan

memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.

4. Ukur tanda-tanda vital

Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya

peningkatan nyeri

5. Penatalaksanaan pemberian analgetik

Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri

tidak dipersepsikan.

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu

ditandai dengan:

1. DS :

- Klien mengeluh nafsu makan menurun

- Klien mengeluh lemah.

2 DO :

35

Page 36: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

- Setengah porsi makan tidak dihabiskan

- Klien nampak lemah.

- Nampak terpasang cairan infus 32 tetes/menit.

- Hb 10,7 gr %.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil :

1. Nafsu makan meningkat

2. Klien tidak lemah

3. Hb normal (12 – 14 gr/dl)

c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh

d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah

e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi

f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan

penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi

36

Page 37: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

Menopause

Menopause merupakan pengertian dari berhentinya masa kesuburan dan masa reproduksi wanita yang ditandai dengan berhentinya masa menstruasi atau siklus bulanan seiring bertambahnya usia dan penurunan hormon. Menopause berasal dari kata “mens” yang artinya siklus menstruasi dan “pausis yang berasal dari bahasa Yunani yang artinya penghentian. Dapat disimpulkan secara singkat Menopause merupakan masa berhentinya siklus mentruasi seorang wanita.

Menopause dalam bahasa biologis merupakan akhir dari siklus kehidupan menstruasi seorang wanita yang terjadi di pertengahan usia empat puluh tahun keatas. Selama masa transisi ini, ovarium mulai melemah sehingga tingkat gairah seksual pun semakin menurun secara alami dari hormon esterogen dan progesteron. Hormon estrogen berfungsi sebagai pengawas siklus ovulasi yakni saat indung telur mulai melepas sel telur ke dalam tuba falopi dan mengembangkan payudara wanita serta rahim. Hormon estrogen memiliki pengaruh yang cukup besar dalam tingkat kesehatan wanita baik fisik maupun psikologis (emosional). Hormon progesteron bertugas mengawasi menstruasi dan mempersiapkan rahim untuk menerima sel telur yang telah dibuahi.

37

Page 38: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

Gambar bagian tubuh wanita ketika menopause

Ketika menopause sudah mendekat, bukan hal yang aneh jika menstruasi tidak datang selama beberapa bulan. Pada usia 40 tahun, beberapa perubahan hormon yang dikaitkan dengan pra menopause mulai terjadi. penelitian mebuktikan, misalnya, bahwa pada usi 40 banyak yang menstruasi nya menjadi lebih sedikit atau lebih singkat waktunya dibanding biasanya, lebih banyak dan atau lebih lama waktunya sebagai tanda akhir penghabisan masa menstruasi.

Sekitar 80 % wanita mulai mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, namun hanya 10 % saja wanita berhenti menstruasi sama sekali tanpa disertai ketidak-teraturan siklus yang berkepanjangan sebelumnya. Dalam suatu kajian yang melibatkan lebih dari 2.700 wanita, kebanyakan diantara mereka mengalami tansisi pra menopause yang berlangsung antara dua hingga delapan tahun. Pada usia 40, siklus mulai memanjang lagi. Meskipun kebanyakan orang cenderung percaya bahwa

38

Page 39: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

28 hari merupakan panjang siklus yang normal, penelitian telah membuktikan bahwa hanya 12,4 % wanita benar-benar mempunyai siklus 28 hari dan 20 % dari semua wanita mengalami siklus tidak teratur.

Klimakterium hampir sama dengan menopause yakni masa yang berawal dari akhir tahap reproduksi, berakhir pada awal senium dan terjadi pada wanita di usia 40 – 65 tahun. Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif. Gangguan neurovegetatif yang disebut juga gangguan vasimotorik dapat muncul sebagai gejolak panas ( hot flushes ), mengeluarkan banyak keringat, merasa kedinginan, sakit kepala, bising telinga, jantung berdebar-debar, gangguan pernapasan, jari-jari atrofi dan gangguan usus. Gangguan psikis ditandai dengan perubahan mood dan perasaan sensitif, mudah tersinggung, depresi, kelelahan, semangat berkurang dan insomnia. Gangguan somatic, selain gangguan haid atau amenorrhea, mencakup pula kolpitis atrofikans, ektropium uretra, inkontinesia urin, disuria, desensus, prolaps, penyakit kulit klimakterik, osteoporosis, arthritis, oterosklerosis, skerosis koroner dan adipositas.

39