asuhan kebidanan pada infertil ( hand out )
TRANSCRIPT
HAND OUT
MATA KULIAH : ASKEB IV ( Patologi )
TOPIK : Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Infertil
SUB TOPIK : XIII. ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTIL
8.1. Pengertian Infertil
8.2. Etiologi
8.3. Pemeriksaan Infertilitas
8.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Infertil
8.5. Masalah yang Timbul pada Infertil
8.6. Manajemen Kebidanan pada Infertil
8.7. Penanganan dan Pengobatan pada Infertil
WAKTU : 2 x 50 menit
OBJEK PERILAKU MAHASISWA
Setelah selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat dengan benar
melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Infertilitas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono Prawirohardjo. Yayasan Bina Pustaka. Ilmu Kandungan. Jakarta,
2002.
2. Sylvia Verallis. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta,
1997.
3. Manuaba, I.B.G. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta, 1999.
PENDAHULUAN
Apabila banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari
banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup,
maka menurut Sensus Penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota, atau kira
– kira 3 juta pasangan infertil di Indonesia.
1
Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertil
memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuhnya lagi terpaksa
menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak ( adopsi ), poligini, atau bercerai.
Berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan telah dimungkinkan
memperoleh anak dengan cara inseminasi buatan donor, “ bayi tabung “, atau
membesarkan janin di rahim wanita lain.
2
URAIAN MATERI
XIII. Asuhan Kebidanan pada Infertil
8.1. Pengertian Infertil
Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan
melahirkan anak hidup dengan suami yang mampu menghamilkannya. Jadi,
infertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan
dan kelahiran anak hidup. Agar seorang istri dapat hamil dilakukan
penyelidikan pada pasangan infertil.
Lamanya waktu penyelidikan yang diperlukan untuk menghasilkan
kehamilan menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam 1 bulan pertama, 57,0%
dalam 3 bulan, 72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam 12 bulan dan 93,4% dalam
24 bulan. Waktu median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah
2,3 bulan sampai 2,8 bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan,
makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru
menganggap ada masalah infertilitas kalau pasangan yang ingin punya anak itu
telah dihadapkan pada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan.
8.2. Etiologi
Penyebab infertilitas pada perempuan dan laki – laki adalah sebagai berikut :
1. Penyebab kemandulan pada perempuan.
Gangguan yang paling sering dialami perempuan mandul adalah gangguan
ovulasi. Bila ovulasi tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa
dibuahi. Salah satu tanda wanita yang mengalami gangguan ovulasi adalah
haid yang tidak teratur dan haid yang tidak ada sama sekali.
Gangguan lain yang bisa menyebabkan kemandulan pada wanita adalah :
a. Tertutupnya lubang saluran tuba yang disebabkan oleh karena infeksi,
endometriosis dan operasi pengangkatan kehamilan ektopik.
b. Gangguan fisik rahim.
c. Umur.
3
d. Stress.
e. Kurang gizi.
f.Terlalu gemuk dan terlalu kurus.
g. Merokok.
h. Alkohol.
i. Penyakit menular seksual.
j. Gangguan kesehatan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan
hormon.
2. Penyebab Kemandulan pada Laki – Laki
a. Gangguan pada pabrik sperma, sehingga sel sperma yang dihasilkan
sedikit atau tidak sama sekali.
b. Gangguan pada sel sperma untuk mencapai sel telur dan membuahinya.
Masalah ini biasanya disebabkan oleh karena bentuk sperma yang tidak
normal sehingga pergerakannyapun tidak normal.
Penyebab risiko kemandulan pada laki – laki :
a.Suka minum alkohol.
b. Suka menggunakan narkoba.
c.Polusi udara.
d. Merokok.
e.Masalah kesehatan lainnya.
f. Obat – obatan yang tidak jelas.
g. Penggunaan radiasi dan kemoterapi untuk pengobatan kanker.
h. Umur.
4
8.3. Pemeriksaan Infertilitas
Pemeriksaan infertilitas dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan, yaitu :
1. Uji Pascasenggama
Walaupun uji Sims – Huhner atau uji pascasenggama telah lama dikenal di
seluruh dunia, tetapi ternyata nilai kliniknya belum diterima secra seragam.
Salah satu penyebabnya adalah karena belum adanya standarisasi cara
melakukannya. Kebanyakan peneliti sepakat untuk melakukannya pada
tengah siklus haid, yang berarti 1 - 2 hari sebelum meningkatnya suhu basal
badan yang diperkirakan. Akan tetapi, belum ada kesepakatan berapa hari
abstinensi harus dilakukan sebelumnya, walaupun kebanyakan
menganjurkan 2 hari. Demikian pula belum terdapat kesepakatan kapan
pemeriksaan itu dilakukan setelah senggama. Menurut kepustakaan, ada
yang melakukannya setelah 90 detik sampai setelah 8 hari. Sebagaimana
telah diuraikan, spermatozoa sudah dapat dampai pada lendir serviks segera
setelah senggama, dan dapat hidup di dalamnya sampai 8 hari. Menurut
Denezis uji pascasenggama baru dapat dipercaya kalau dilakukan dalam 8
jam setelah senggama. Perloff melakukan penelitian pada golongan fertil
dan infertil, dan berkesimpulan tidak ada perbedaan hasil yang antara kedua
golongan itu kalau pemeriksaannya dilakukan lebih dari 2 jam setelah
senggama. Jika kesimpulan ini benar, maka uji pascasenggama dilakukan
secepatnya setelah senggama. Davajan menganjurkan 2 jam setelah
senggama, walaupun penilaian secepat itu tidak akan sempat menilai
ketahanan hidup spermatozoa dalam lendir serviks.
2. Histeroskopi
Histeroskopi adalah peneropongan kavum uteri yang sebelumnya telah
digelembungkan dengan media dekstran 32%, glukosa 5%, garam
fisiologik, atau gas CO2.
5
Dalam infertilitas, pemeriksaan histeroskopi dilakukan apabila terdapat :
a. Kelainan pada pemeriksaan histerosalpingografi.
b. Riwayat abortus habitualis.
c. Duaan adanya mioma atau polip submukosa.
d. Perdarahan abnormal dari uterus.
e. Sebelum dilakukan bedah plastik tuba, untuk menempatkan kateter
sebagai splint pada bagian proksirnal tuba.
3. Pemeriksaan Hormonal
Hasil pemeriksaan hormonal dengan RIA harus selalu dibandingkan dengan
nilai normal masing – masing laboratorium.
Pemeriksaan FSH berturut – turut untuk memeriksa kenaikan FSH tidak
selalu mudah, karena perbedaan kenaikannya tidak sangat nyata, kecuali
pada tengah – tengah siklus haid ( walaupun masih kurang nyata
dibandingkan dengan puncak LH ). Pada fungsi ovarium tidak aktif, nilai
FSH yang rendah sampai normal menunjukkan kelainan pada tingkat
hipotalamus atau hipofisis. Sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan
kelainan primernya pada ovarium.
4. Sitologi Vaginal Hormonal
Sitologi vagina hormonal menyelidiki sel – sel yang terlepas dari selaput
lendir vagina, sebagai pengaruh hormon – hormon ovarium (estrogen dan
progesteron). Pemeriksaan ini sangat sederhana, mudah dan tidak
menimbulkan nyeri, sehingga dapat dilakukan secara berkala pada seluruh
siklus haid.
Tujuan pemeriksaan sitologi vagina hormonal ialah :
a. Memeriksa pengaruh estrogen dengan mengenal perubahan sitologik
yang khas pada fase proliferasi.
b. Memeriksa adanya ovulasi dengan mengenal gambaran sistologik pada
fase luteal lanjut.
6
:
c. Menentukan saat ovulasi dengan mengenal gambaran sitologik ovulasi
yang khas.
d. Memeriksa kelainan fungsi ovarium pada siklus haid yang tidak
berovulasi.
8.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Infertil
1. Pada Perempuan
a. Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang
menyebabkan :
1. Kegagalan ovulasi.
2. Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.
3. Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma.
4. Kegagalan gerakan ( motilitas ) tuba falopii yang menghalangi
spermatozoa mencapai uterus.
b. Sumbatan
Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira– kira
sepertiga dari penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan
1. Kelainan kongenital.
2. Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendisitis dan peritonitis.
3. Infeksi tractus genitalis yang naik, misalnya gonore.
c. Faktor Lokal
Keadaan – keadaan seperti :
1. Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovum.
2. Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak
sperma.
3. Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menhalangi
pertemuan sperma ayau ovum.
7
2. Pada Laki – Laki
a. Gangguan Spermatogenesis
Analisis cairan seminal dapat mengungkapkan :
1. Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter cairan seminel.
2. Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa
defek kepala ( caput ) atau ekor ( cauda ) yang spesifik. Keadaan ini
mungkin karena adanya aplasia sel germinal, pengelupasan, atau
suatu defek kongenital, atau beberapa penyebab yang tidak dapat
ditetapkan.
3. Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dr 2 ml.
4. Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar
glukosa, kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH –
nya terlalu tinggi atau terlalu rendah.
b. Obstruksi
1. Sumbatan ( oklusi ) kongenital duktus atau tubulus.
2. Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit
peradangan ( inflamasi ) akut atau kronis yang mengenai membran
basalais atau dinding otot tubulus seminiferus, misalnya orkitis,
infeksi prostat, infeksi gognokokus. Penyakit ini merupakan
penyebab yang paling umum pada infertilitas pria.
c. Ketidakmampuan Koitus atau Ejakulasi
1. Faktor – faktor fisik, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi penis
sperti pada priapismus atau penyakit Peyronie.
2. Faktor – faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan
untuk mencapai atau mempertahankan ereksi.
3. Alkoholisme kronik.
8
d. Faktor Sederhana
Kadang – kadang faktor – faktor sederhana seperti memakai celana jeans
ketat, mandi dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim
tropis dapat menyebabkan keadaan luar ( panas ) yang tidak menguntungkan
untuk produksi sperma yang sehat.
8.5. Masalah yang Timbul pada Infertilitas
1. Masalah air mani pada laki – laki
Air mani ditampung dengan jalan masturbasi langsung ke dalam tabung
gelas bersih yang bermulut lebar ( atau gelas minum ), setelah abstinensi 3 –
5 hari. Sebaiknya penampungan air mani itu dilakukan di rumah pasien
sendiri, kemudian dibawa ke laboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan.
Air mani yang dimasukkan ke dalam kondom dahulu, yang biasanya
mengandung zat spermatisid, akan mengelirukan penilaian motilitas
spermatozoa.
Karakteristik air mani :
a. Koagulasi dan likuefaksi.
b. Viskositas.
c. Rupa dan bau.
d. Volume.
e. PH.
f. Fruktosa.
2. Masalah Serviks pada Perempuan
Walaupun serviks merupakan sebagian dari uterus, namun artinya dalam
reproduksi manusia harus diakui pada abad kesembilan belas. Sims pada
tahun 1868 adalah orang pertama yang menghubungkan serviks dengan
infertilitas, melakukan pemeriksaan lendir serviks pascasenggama, dan
melakukan inseminasi buatan. Baru beberapa lama kemudian Huhrer
9
memperkenalkan uji pasca senggama yang dilakukan pada pertengahan
siklus haid.
Serviks biasanya mengarah ke bawah – belakang, sehingga berhadapan
langsung dengan dinding belakang vagina. Kedudukannya yang demikian
itu memungkinkannya tergenang dalam air mani yang disampaikan pada
forniks posterior.
Kanalis servikaslis yang dilapisi lekukan – lekukan seperti kelenjar yang
mengeluarkan lendir, sebagian dari sel – sel epitelnya mempunyai silia yang
mengalirkan lendir serviks ke vagina. Bentuk servikalis seperti itu
memungkinkan ditimbun dan dipeliharanya spermatozoa motil dari
kemungkinan fagositosis, dan juga erjaminnya penyampaian spermatozoa ke
dalam kanalis servikalis secara terus menerus dalam jangka waktu lama.
8.6. Manajemen Kebidanan pada Infertil
1. Air Mani yang Abnormal
Air mani disebut abnormal kalau pada tiga kali pemeriksaan berturut – turut
hasilnya tetap abnormal. Nasihat terbaik bagi pasangan dengan air mani
abnormal adalah melakukan senggama berencana pada saat – saat subur
istri.
Adapun air mani abnormal yang masih dapat diperbaiki itu kalau
disebabkan oleh varikokel, sumbatan, infeksi, defisiensi gonadotropin atau
hiperprolaktinemia.
2. Verikokel
Motilitas spermatozoa yang kurang hampir selalu terdapat pada pria dengan
varikokel. Menurut McLeod, motilitas spermatozoa yang kurang itu dapat
ditemukan pada 90% pria dengan verikokel, sekalipun hormon gonad dan
varikokelektomi tidak berhubungan dengan besar kecilnya varikokel.
Adanya varikokel disertai motilitas spermatozoa yang kurang hampir selalu
dianjurkan untuk dioperasi. Kira – kira dua pertiga pria dengan varikokel
yang dioperasi akan mengalami perbaikan dlaam motilitas spermatozoanya.
10
3. Sumbatan Vasdifferen
Pria yang tersumbat vasnya akan mempertunjukkan azoospermia, dengan
besar testikel dan kadar FSH yang normal. Dua tanda terakhir ini sangat
konsisten untuk spermatogenesis yang normal. Operasi vasoepididimostomi
belum memuaskan hasilnya. Walaupun 90% dari ejakulasinya mengandung
spermatozoa, akan tetapi angka kehamilannya berkisar 5 – 30%.
4. Infeksi
Infeksi akut traktus genitalis dapat menyumbat vas atau merusak jaringan
testis, sehingga pria yang bersangkutan menjadi steril. Akan tetapi infeksi
yang menahun mungkin hanya menurunkan kualitas spermatozoa \, dan
masih dapat diperbaiki menjadi seperti semula dengan pengobatan. Air mani
yang selalu mengandung banyak lekosit, apalgi kalau disertai gejala disuria,
nyeri pada waktu ejakulasi, nyeri punggung bagian bawah, patut diduga
karena infeksi menahun traktus genitalis.
11
Hiperemesis Gravidarum (HG)
Definisi
Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan pada kehamilan triwulan pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada pagi hari sehingga sering dikenal dengan morning sickness. Sementara setengah dari wanita hamil mengalami morning sickness, 1,5 – 2 % mengalami hiperemesis gravidarum, suatu kondisi yang lebih serius. Hiperemesis gravidarum sendiri adalah mual dan muntah hebat dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin di dalam kandungan. Pada umumnya HG terjadi pada minggu ke 6 - 12 masa kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16 – 20 masa kehamilan.
Penyebab
Penyebab dari hiperemesis gravidarum belum diketahui namun diperkirakan berhubungan dengan kehamilan pertama; peningkatan hormonal pada kehamilan, terutama pada kehamilan ganda dan hamil anggur; usia di bawah 24 tahun; perubahan metabolik dalam kehamilan; alergi; dan faktor psikososial. Wanita dengan riwayat mual pada kehamilan sebelumnya dan mereka yang mengalami obesitas (kegemukan) juga mengalami peningkatan risiko HG. Faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum diantaranya adalah :
Level hormon ß-hCG yang tinggi. Hormon ini meningkat cepat pada triwulan pertama kehamilan dan dapat memicu bagian dari otak yang mengontrol mual dan muntah
Peningkatan level estrogen. Mempengaruhi bagian otak yang mengontrol mual dan muntah
Perubahan saluran cerna. Selama kehamilan, saluran cerna terdesak karena memberikan ruang untuk perkembangan janin. Hal ini dapat berakibat refluks asam (keluarnya asam dari lambung ke tenggorokan) dan lambung bekerja lebih lambat menyerap makanan sehingga menyebabkan mual dan muntah
Faktor psikologis. Stress dan kecemasan dapat memicu terjadinya morning sickness
Diet tinggi lemak. Risiko HG meningkat sebanyak 5 kali untuk setiap penambahan 15 g lemak jenuh setiap harinya
Helicobacter pylori. Penelitian melaporkan bahwa 90% kasus kehamilan dengan HG juga terinfeksi dengan bakteri ini, yang dapat menyebabkan luka pada lambung
Derajat hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum terbagi atas beberapa derajat sesuai dengan tanda dan gejala yang dialaminya, yaitu :
12
Derajat 1
Muntah terus menerus (muntah > 3-4 kali/hari, dan mencegah dari masuknya makanan atau minuman selama 24 jam) yang menyebabkan ibu menjadi lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan turun (2-3 kg dalam 1-2 minggu), nyeri ulu hati, nadi meningkat sampai 100x permenit, tekanan darah sistolik menurun, tekanan kulit menurun dan mata cekung
Derajat 2
Penderita tampak lebih lemah dan tidak peduli pada sekitarnya, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit kuning. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tekanan darah turun, pengentalan darah, urin berkurang, dan sulit BAB. Pada napas dapat tercium bau aseton
Derajat 3
Keadan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat, dan tekanan darah turun. Pada jabang bayi dapat terjadi ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus, penglihatan ganda, dan perubahan mental. Keadaan ini akibat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks. Jika sampai ditemukan kuning berarti sudah ada gangguan hati
Tatalaksana
Tatalaksana hiperemesis gravidarum sangat beragam tergantung dari beratnya gejala yang terjadi. Tatalaksana dini dapat berpengaruh baik pada pasien. Ketika menatalaksana ibu dengan HG, pencegahan serta koreksi kekurangan nutrisi adalah prioritas utama agar ibu dan bayi tetap dalam keadaan sehat.Pasien dapat dirawat karena mual dan muntah yang berlebihan disertai koreksi untuk gangguan elektrolit dan cairan. Pemberian nutrisi oral (melalui mulut) dapat diberikan pada pasien secara perlahan-lahan, dimulai dengan makanan cair, kemudian meningkat menjadi makanan padat dalam porsi kecil yang kaya akan karbohidrat. Saran-saran yang diberikan pada ibu yang mengalami HG adalah:
Menyarankan ibu hamil untuk mengubah pola makan menjadi lebih sering dengan porsi kecil
Menganjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dan teh hangat dan menghindari makanan berminyak serta berbau lemak
Jika dengan cara diatas tidak ada perbaikan maka ibu hamil tersebut diberi obat penenang, vitamin B1 dan B6, dan antimuntah
Perawatan di Rumah sakit bila keadaan semakin memburuk Cairan infus yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein. Bila perlu
ditambahkan vitamin B kompleks, vitamin C, dan kalium
13
Terapi psikologis apabila penanganan dengan pemberian obat dan nutrisi yang adekuat tidak memberikan respon
14
Sekilas Tentang Autolisis
Dalam kondisi normalnya, tubuh memperoleh energi dan nutrisi makanan
yang kita konsumsi sehari-hari. Autolisis yang dikenal juga dengan sebutan
'self digest' ini adalah program yang terdapat pada setiap makhluk hidup
terkait dengan proses penyerapan makanan untuk memperoleh energi dan
nutrisi ini, melalui serangkaian proses pembakaran sel-sel tubuh dalam
mekanismenya.
Ketika tubuh mengaktifkan proses autolisis ini, yang terjadi secara genetik
adalah semacam pemetaan terhadap sistem dasar tubuh manusia untuk tiap-
tiap sel, dimana tubuh akan mengirim sinyal yang mengandung data ideal
sel-sel tadi menyangkut fungsi dan penempatannya sehingga kemudian
mengaktifkan proses –proses penting seperti pembakaran asam amino dan
asam laktat, berikut juga timbunan lemak dalam tubuh lewat proses oksidasi
lemak menjadi ketone.
Dengan adanya proses autolisis yang oleh sebagian ahli dipandang sebagai
program pengaturan mekanisme selular organ-organ tubuh ini, autolisis
akan berfungsi dalam pembuangan sel-sel yang sudah rusak dan mati,
sehingga lebih lanjut akan berperan dalam pencegahan berbagai gangguan
dan penyakit yang berkaitan dengan zat-zat toksik yang kita dapatkan setiap
hari lewat asupan makanan kita.
Proses autolisis yang sebenarnya baru dimulai sebagai reaksi tubuh setelah
2-3 hari berpuasa di saat tubuh mulai mengeluarkan zat-zat sisa
metabolisme yang tak diperlukan lagi ini biasanya dibarengi dengan gejala
yang menyerupai gejala penyakit dan dikenal sebagai krisis detoksifikasi
atau krisis penyembuhan, namun sama sekali tak perlu diredam dengan
medikasi karena memang bukan gejala penyakit.
15
Ini biasanya terlihat dari kelesuan dan rasa mengantuk hebat memasuki awal
puasa yang bisa diatasi dengan pengurangan aktifitas, istirahat dan yang
terpenting, pengaturan menu makanan sahur dan berbuka.
Autolisis dan Detoksifikasi Tubuh
Dari peranan tersebut, para ahli membuat suatu defenisi tersendiri dari
autolisis sebagai proses pengeluaran sisa metabolisme dan zat-zat yang tak
dibutuhkan tubuh dalam kadar berlebih, dan ini pula yang mereka anggap
menjadi teori dasar dari proses detoksifikasi, yang merupakan proses
pembersihan terhadap racun atau sisa zat lain yang berbahaya jika dibiarkan
menumpuk, seperti pengaruh pola makan buruk, stress, polusi dan
pemakaian obat-obatan tertentu.
Lewat metabolisme tubuh secara normal, akan terjadi proses pembentukan
dan pembelahan sel-sel jaringan tubuh yang diperlukan bagi kelangsungan
kesehatan kita. Di saat sistem pencernaan beristirahat akibat pengosongan
lambung selama berpuasa, sel-sel lemak dan zat yang tidak dibutuhkan akan
dibawa ke hati.
Dengan adanya pengosongan lambung tersebut, maka hati akan bekerja
penuh menyaring racun-racun hasil autolisis untuk menghasilkan energi.
Sebagai hasilnya, aliran darah akan menjadi lebih lancar dengan energi dan
nutrisi yang semestinya, sehingga pembentukan dan penggantian sel-sel
tubuh akan berlangsung sebagaimana mestinya, sementara sisa energi yang
dihemat dari sistem pencernaan akan digunakan untuk aktifitas tambahan
sistem kekebalan tubuh serta proses berpikir oleh otak.
Mengaktifkan Proses Autolisis
Walaupun proses autolisis berlangsung sebagai bagian dari setiap proses
metabolisme, namun dalam aktifitas berpuasa ada sedikit perbedaan yang
16
terjadi dibandingkan masa-masa di luar puasa dimana kita terlambat makan
dan otak memberikan sinyal lapar di kala kadar glikogen darah mulai
mencapai batas minimalnya.
Pada saat ini biasanya otak akan memerintahkan organ-organ pencernaan
untuk memproduksi liur dan enzim-enzim lambung, hati dan usus yang bila
tidak segera berinteraksi dengan makanan akan menyebabkan berbagai
gangguan pencernaan. Di saat berpuasa, otak tak lantas mengaktifkan sinyal
ini karena dari perubahan pola makan di saat sahur tubuh masih memiliki
cadangan karbohidrat dan lemak untuk digunakan sebagai sumber energi.
Di saat inilah proses autolisis selanjutnya akan terpicu untuk
mengoptimalisasikan pembakaran zat-zat makanan yang cenderung bisa
menumpuk bila tak digunakan terutama simpanan lemak berlebihan yang
dapat membahayakan kesehatan.
Dari aspek asupan gizi sendiri tidak ada yang berkurang selama kita
memilih menu makanan sahur dan berbuka dengan tepat, dan ini juga yang
digunakan sebagai prinsip dasar puasa sebagai terapi penyakit-penyakit
degeneratif yang rata-rata berhubungan dengan penumpukan zat-zat tak
berguna di dalam tubuh.
Di sisi lainnya, pengurangan konsumsi kalori tadi akan menyebabkan
berkurangnya laju metabolisme energi sehingga konsumsi oksigen juga akan
berkurang, dan ini bermanfaat terhadap penurunan produksi senyawa
oksigen bersifat toksik yang dikenal sebagai radikal bebas, yang dampaknya
bisa mengurangi aktifitas kerja enzim dalam menyebabkan kerusakan
dinding dan mutasi sel.
Berhubungan dengan hal ini, sebuah penelitian pernah menyebutkan bahwa
17
kegiatan berpuasa dapat menekan produksi radikal bebas sekitar 90% dan
meningkatkan antioksidan alami tubuh sekitar 12% dalam peningkatan daya
tahan tubuh secara keseluruhan. Penelitian lain menjelaskan proses ini
dengan pengalihan energi dari sistem pencernaan terhadap metabolisme
sistem kekebalan tubuh, yang secara mendasar turut diperansertai oleh
proses autolisis yang semakin dipicu dengan berpuasa tersebut.
Meskipun proses yang bermanfaat bagi tubuh selama berpuasa ini terlihat
menjanjikan, jangan salah juga, karena manfaat tersebut tetap akan sulit
didapat selama pengaturan menu makanan selama berpuasa tidak benar-
benar ditata dengan baik.
Secara ideal, pengaturan menu ini seharusnya mengacu kepada kestabilan
berat badan selama berpuasa, dimana kenaikan sama sekali harus dihindari
dan penurunan juga bukan sesuatu yang dianjurkan, dan ada beberapa tips
penting untuk memperbanyak konsumsi buah dan sayuran yang tidak
menguras energi tetapi malah memasok energi ekstra dari gula alami,
vitamin dan mineralnya, disamping juga serat yang berfungsi menahan rasa
kenyang lebih lama.
(dr. Daniel Irawan)
18
Pengertian
Penyakit yang menyerang payudara ternyata tak hanya kanker payudara
saja. Ada penyakit lain yang tak kalah berbahayanya. Yaitu mastitis atau
biasa juga disebut dengan abses/ nanah pada payudara/ radang payudara.
Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui.
Radang ini terjadi karena si ibu tidak menyusui atau puting payudaranya
lecet karena menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua
payudara sekaligus.
Namun jangan khawatir, tidak semua perempuan dapat terkena mastitis.
Banyak faktor yang menyebabkan perempuan menderita penyakit ini. Di
antaranya adalah daya tahan tubuh yang lemah, dan kurangnya menjaga
kebersihan puting payudara saat menyusui.
Penyebab
Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus. Bakteri
biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka. Atau
bisa juga karena adanya sumbatan pada saluran ASI.
Gejala
Jika sudah terinfeksi, payudara akan bengkak dan terasa nyeri, terasa keras
saat diraba dan tampak memerah. Permukaan kulit dari payudara yang
terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah. Badan demam seperti
terserang flu. Namun bila karena sumbatan tanpa infeksi, biasanya badan
tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian
yang keras dan nyeri, serta merah.
Gejala Mastitis pada Ibu
Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu
dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan
aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak
terpisahkan.
19
Kesehatan ibu hamil dan menyusui adalah persyaratan penting untuk fungsi
optimal dan perkembangan kedua bagian unit itu. Dalam menanti kelahiran
bayi, si Ibu harus menyiapkan terlebih dahulu keadaan psikologinya dalam
menghadapi bayinya nanti, terutama dalam hal menyusui bayi.
Berikut langkah-langkah yang harus diambil untuk mempersiapkan ibu
secara kejiwaan untuk menyusui bayinya :
1. Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat sukses
dalam menyusui bayinya; menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan
menyusui adalah proses alamiah yang hampir semua ibu berhasil
menjalaninya, bila ada masalah hubungi dokter atau petugas kesehatan yang
berkompeten.
2. Meyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu buatan/formula
Memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang mempunyai pengalaman
menyusui sebelumnya, pengalaman kerabat atau keluarga lain
Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan dalam
keluarga, ibu dapat beristirahat cukup untuk kesehatannya dan bayi sehingga
perlu adanya pembagian tugas dalam keluarga Setiap saat ibu diberi
kesempatan untuk bertanya dan dokter atau petugas kesehatan harus dapat
memperlihatkan perhatian dan kemauannya dalam membantu ibu sehingga
hilang keraguan atau ketakutan untuk bertanya tentang masalah yang tengah
dihadapinya.
Selain hal tersebut diatas, ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan :
1. Ukuran dan bentuk Tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu
diperhatikan bila ada kelainan seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak
simetris pada perubahan posisi
2. Kontur/permukaan Permukaan yang tidak rata, adanya depresi, elevasi
(pengangkatan jaringan), retraksi (tindakan menarik kembali) atau luka pada
kulit payudara harus dipikirkan ke arah tumor atau keganasan dibawahnya.
Saluran limfe yang tersumbat dapat menyebabkan kulit membengkak, dan
membuat gambaran seperti kulit jeruk
20
3. Warna kulit Pada umumnya sama dengan warna kulit perut atau
punggung, yang perlu diperhatikan adalah warna kemerahan tanda radang,
penyakit kulit atau bahkan keganasan
4. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. • Bayi diletakkan
menghadap perut ibu/payudara :
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (kaki ibu tidak tergantung dan punggung
ibu bersandar pada sandaran kursi
b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan satu lengan,
kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah
dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan)
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi)
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
5. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di
bawah, jangan menekan puting susu atau areolanya saja Masalah yang
sering terjadi pada saat menyusui :
a. Mastitis Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau
tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga
disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Abses (nanah)
payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan
komplikasi berat dari mastitis. Dua penyebab utama dari mastitis adalah
stasis (terhenti) ASI dan infeksi. Patogen yang paling sering diidentifikasi
adalah staphilokokus aureus.
Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan
21
klorida yang tinggi dan merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap
menyusui. Antibiotik (resisten-penisilin) diberikan bila ibu mengalami
mastitis infeksius.
Gejala mastitis non-infeksius: • Ibu memperhatikan adanya "bercak panas",
atau area nyeri tekan yang akut • Ibu dapat merasakan bercak kecil yang
keras di daerah nyeri tekan tersebut • Ibu tidak mengalami demam dan
merasa baik-baik saja Gejala mastitis infeksius: • Ibu mengeluh lemah dan
sakit-sakit pada otot seperti flu • Ibu dapat mengeluh sakit kepala • Ibu
demam dengan suhu di atas 34 oC • Terdapat area luka yang terbatas atau
lebih luas pada payudara • Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan
atau bercahaya (tanda-tanda akhir) • Kedua payudara mungkin terasa keras
dan tegang "pembengkakan" Pengobatan: • Lanjutkan menyusui • Berikan
kompres panas pada area yang sakit • Tirah baring (bersama bayi) sebanyak
mungkin • Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik
(ibuprofen, asetaminofen) untuk mengurangi demam dan nyeri • Pantau
suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (< 39oC), periksa
kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal •
Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam
dan gejala berkurang.
b. Kandida/sariawan Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang
menyusui dan bayi setelah pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti
area merah muda yang menyolok menyebar dari area puting, kulit
mengkilat, nyeri akut selama dan setelah menyusui; pada keadaan yang
parah, dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan yang berat dan rasa tidak
nyaman, khususnya selama dan segera setelah menyusui. Bayi dapat
menderita ruam popok, dengan pustula yang menonjol, merah, tampak luka
dan/atau seperti luka terbakar yang kemerahan. Pada kasus-kasus yang
berat, bintik-bintik atau bercak-bercak putih mungkin terlihat merasakan
nyeri dan menolak untuk menghisap. Pengobatan: • Obati ibu dan bayinya •
Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan payudara setiap
22
kali sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi setiap kali
sehabis menyusui. • Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting
sebelum menyusui untuk mengurangi nyeri.
c. Cacar air (virus varisela zoster) Kebanyakan ibu dan pekerja rumah sakit
pernah menderita cacar air dan tidak beresiko. Ketika ibu mengidap cacar
air beberapa hari sebelum kelahiran bayi, bayi menjadi beresiko karena
antibodi ibu yang memberikan kekebalan pada bayi belum mempunyai
kesempatan untuk berkembang. Perawatan : • Jika ibu sudah pernah
mengalami cacar, menyusui akan memberikan antibodi kepada bayi.
Menyusui tidak perlu dihentikan • Jika ibu belum pernah mengidap cacar
air, ibu dan bayinya harus menerima vaksin varisela jika mereka sudah
terpapar. • Jika ibu mengidap cacar air beberapa hari sebelum melahirkan : -
ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak mengalami
lesi (hilangnya fungsi suatu bagian). Hanya sekitar 50% bayi yang terpapar
akan berkembang menjadi penyakit - keluarkan ASI jika bayi ditempatkan
pada tempat lain - jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu;
menyusui tidak dihentikan.
Pencegahan
Sama dengan penyakit lain. Mastitis bisa dihindari jika ibu yang baru
melahirkan cukup istirahat dan bisa secara teratur menyusui bayinya agar
payudara tidak menjadi bengkak. Gunakan BH yang sesuai dengan ukuran
payudara. Serta usahakan untuk selalu menjaga kebersihan payudara dengan
cara membersihkan dengan kapas dan air hangat sebelum dan sesudah
menyusui
Pengobatan
Jika disebabkan oleh bakteri, maka pengobatan yang tepat dengan
pemberian antibiotika. Mintalah pada dokter antibiotika yang baik dan aman
untuk ibu sedang menyusui. Selain itu, bila badan terasa panas, ibu dapat
meminum obat penurun panas. Kemudian. untuk bagian payudara yang
23
terasa keras dan nyeri, dapat dikompres dengan menggunakan air dingin
untuk mengurangi rasa nyeri.
Bila tidak tahan nyeri, dapat meminum obat penghilang rasa sakit. Istirahat
yang cukup amat diperlukan agara kondisi tubuh ibu kembali sehat dan
segar. Makan makanan yang bergizi tinggi sangatlah dianjurkan. Minum
banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam. Biasanya rasa
demam dan nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan Anda akan
mampu beraktivitas seperti semula.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengertian
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol,
sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain.
Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di
atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-
paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas. (http//www.pikiran-
rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk)
Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa
faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker
payudara, yaitu :
1. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara
karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya
24
perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah
ke arah sel ganas.
2. Masa reproduksi yang relatif panjang.
a. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
b. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)
3. Wanita yang belum mempunyai anak
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama
dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
4. Kehamilan dan menyusui
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui
5. Wanita gemuk
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula
6. Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
7. Faktor genetik
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada
wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara.
Anatomi Fisiologi
1. Anatomi payudara
Secara anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus
laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari
payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal
terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang
ke kelenjar interpektoralis.
2. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan
pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh
ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon
25
hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar
hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari
sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-
kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari
menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu
itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar
terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)
Insiden
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker
di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan
kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi
di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker
leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker
nasofaring (Anaonim, 2004).
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data
terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita
menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim.
(http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005,
sumber : Harianto, dkk).
Patofisiologi
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada
26
jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia
permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari
penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause).
Respon dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit
berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung
reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya
dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara
normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen
Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker
payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon
terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau
adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)
Gejala Klinik
Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara
yang nyeri maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan
dan lekukan pada kulit dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu
yang lama, rasa tidak enak dan tegang, retraksi putting, pembengkakan
lokal. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-
2005, Harianto, dkk)
Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan
padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm,
biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar
payudara. (Erik T, 2005, hal : 42)
Klasifikasi Kanker Payudara
1. Tumor primer (T)
Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
27
To : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
T1 : Tumor < 2 cm
T1a : Tumor < 0,5 cm
T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
T1c : Tumor 1 – 2 cm
T2 : Tumor 2 – 5 cm
T3 : Tumor diatas 5 cm
T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding
thorax atau kulit.
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit
T4c : T4a dan T4b
T4d : Mastitis karsinomatosis
2. Nodus limfe regional (N)
Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
N0 : Tidak teraba kelenjar axila
N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.
N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama
lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
3. Metastas jauh (M)
Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan
M0 : Tidak ada metastase jauh
M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula
Stadium Kanker Payudara :
1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN)
28
atau penyebaran luas.
2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada
penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN
3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor
lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
4. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN.
semua tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh
5. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada
atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN
supraklavikular.
6. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh.
(Setio W, 2000, hal : 285)
Pemeriksaan diagnostik
1. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari
payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
2. Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit
dengan kista.
3. CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara
pada organ lain
4. Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
5. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-
sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
(Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66)
Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya
benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum
menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan
29
pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput,
lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau
keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara.
3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa
lagi.
4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala,
dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak
jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian
periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar
susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan
mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat
digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah
benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini
penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.
Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan (www.vision.com
jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Ramadhan)
Penanganan
1. Pembedahan
a Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari
lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang
luas dengan kulit yang terkena).
b. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua
kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
30
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial
d. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi
aksial.
e. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria
interna.
2. Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada
kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
b. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
c. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,
coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 - 1600)
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,
pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.
Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data,
sumber data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.
a. Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan
proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang
bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan
31
keperawatan.
1). Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan
petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.
Data yang disimpulkan meliputi :
a). Data biografi /biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b).. Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara,
adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
c). Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
d). Pengkajian fisik meliputi :
Keadaan umum
Tingkah laku
BB dan TB
Pengkajian head to toe
e). Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat,
trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
- Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
- Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae
adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan
pemeriksaan reseptor hormon.
f). Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan,
makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan
32
sesudah masuk RS.
g). Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah
masuk RS.
- Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.
- Personal hygiene
1). Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari
2). Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu
3). Dikaji sebelum dan pada saat di RS
- Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spiritual
1). Status psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat
sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping
yang negatif.
2). Status social
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat
lain.
3). Kegiatan keagamaan
Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.
b. Klasifikasi Data
Data pengkajian :
1). Data subyektif
Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal
sebagai berikut : klien mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan batuk,
nafsu makan menurun, kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur,
harapan klien cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga.
2). Data obyektif
Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang
33
meliputi : asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan pada payudara,
hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
c. Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan
daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan
masalah yang didapat pada klien.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu
c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake
tidak adekuat
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan
perencanaan perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah
diketahui.
Pada perencanaan meliputi tujuan dengan kriteria hasil, intervensi, rasional,
implementasi dan evaluasi.
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan
massa tumor ditandai dengan :
1. DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke
kanan.
2. DO : - Klien nampak meringis
- Klien nampak sesak
34
- Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria hasil :
1. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
2. Nyeri tekan tidak ada
3. Ekspresi wajah tenang
4. Luka sembuh dengan baik
Intervensi :
1. Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk
intervensi selanjutnya.
2. Beri posisi yang menyenangkan
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat
secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.
3. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
4. Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya
peningkatan nyeri
5. Penatalaksanaan pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri
tidak dipersepsikan.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu
ditandai dengan:
1. DS :
- Klien mengeluh nafsu makan menurun
- Klien mengeluh lemah.
2 DO :
35
- Setengah porsi makan tidak dihabiskan
- Klien nampak lemah.
- Nampak terpasang cairan infus 32 tetes/menit.
- Hb 10,7 gr %.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
1. Nafsu makan meningkat
2. Klien tidak lemah
3. Hb normal (12 – 14 gr/dl)
c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
36
Menopause
Menopause merupakan pengertian dari berhentinya masa kesuburan dan masa reproduksi wanita yang ditandai dengan berhentinya masa menstruasi atau siklus bulanan seiring bertambahnya usia dan penurunan hormon. Menopause berasal dari kata “mens” yang artinya siklus menstruasi dan “pausis yang berasal dari bahasa Yunani yang artinya penghentian. Dapat disimpulkan secara singkat Menopause merupakan masa berhentinya siklus mentruasi seorang wanita.
Menopause dalam bahasa biologis merupakan akhir dari siklus kehidupan menstruasi seorang wanita yang terjadi di pertengahan usia empat puluh tahun keatas. Selama masa transisi ini, ovarium mulai melemah sehingga tingkat gairah seksual pun semakin menurun secara alami dari hormon esterogen dan progesteron. Hormon estrogen berfungsi sebagai pengawas siklus ovulasi yakni saat indung telur mulai melepas sel telur ke dalam tuba falopi dan mengembangkan payudara wanita serta rahim. Hormon estrogen memiliki pengaruh yang cukup besar dalam tingkat kesehatan wanita baik fisik maupun psikologis (emosional). Hormon progesteron bertugas mengawasi menstruasi dan mempersiapkan rahim untuk menerima sel telur yang telah dibuahi.
37
Gambar bagian tubuh wanita ketika menopause
Ketika menopause sudah mendekat, bukan hal yang aneh jika menstruasi tidak datang selama beberapa bulan. Pada usia 40 tahun, beberapa perubahan hormon yang dikaitkan dengan pra menopause mulai terjadi. penelitian mebuktikan, misalnya, bahwa pada usi 40 banyak yang menstruasi nya menjadi lebih sedikit atau lebih singkat waktunya dibanding biasanya, lebih banyak dan atau lebih lama waktunya sebagai tanda akhir penghabisan masa menstruasi.
Sekitar 80 % wanita mulai mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, namun hanya 10 % saja wanita berhenti menstruasi sama sekali tanpa disertai ketidak-teraturan siklus yang berkepanjangan sebelumnya. Dalam suatu kajian yang melibatkan lebih dari 2.700 wanita, kebanyakan diantara mereka mengalami tansisi pra menopause yang berlangsung antara dua hingga delapan tahun. Pada usia 40, siklus mulai memanjang lagi. Meskipun kebanyakan orang cenderung percaya bahwa
38
28 hari merupakan panjang siklus yang normal, penelitian telah membuktikan bahwa hanya 12,4 % wanita benar-benar mempunyai siklus 28 hari dan 20 % dari semua wanita mengalami siklus tidak teratur.
Klimakterium hampir sama dengan menopause yakni masa yang berawal dari akhir tahap reproduksi, berakhir pada awal senium dan terjadi pada wanita di usia 40 – 65 tahun. Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif. Gangguan neurovegetatif yang disebut juga gangguan vasimotorik dapat muncul sebagai gejolak panas ( hot flushes ), mengeluarkan banyak keringat, merasa kedinginan, sakit kepala, bising telinga, jantung berdebar-debar, gangguan pernapasan, jari-jari atrofi dan gangguan usus. Gangguan psikis ditandai dengan perubahan mood dan perasaan sensitif, mudah tersinggung, depresi, kelelahan, semangat berkurang dan insomnia. Gangguan somatic, selain gangguan haid atau amenorrhea, mencakup pula kolpitis atrofikans, ektropium uretra, inkontinesia urin, disuria, desensus, prolaps, penyakit kulit klimakterik, osteoporosis, arthritis, oterosklerosis, skerosis koroner dan adipositas.
39