lapkas bronkitis

Upload: nandhy-here

Post on 03-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 lapkas bronkitis

    1/11

    BAB I

    Laporan Kasus

    Status Pasien

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. H

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Umur : 26 tahun

    Alamat : -

    Pekerjaan : buruh pabrik

    Tgl Kunjungan : 19 Januari 2012

    No. RM :

    II. ANAMNESIS ( auto anamnesa )

    Keluhan utama :

    Batuk berdahak sejak 1 minggu yang lalu

    Keluhan tambahan :

    Sesak (+), panas (+), pilek (+)

    Riwayat penyakit sekarang :

    Sejak 1 minggu yang lalu pasien mengeluh batuk berdahak. Awalnya batuk tidak

    berdahak tetapi setelah 2 hari menjadi batuk berdahak. Dahaknya berwarna kuning

    dan kental. Pasien juga mengeluh sesak terutama sehabis melakukan aktivitas dan

    berolahraga. Pasien juga mengalami panas sejak 1 hari yang lalu saat pertama kali

    batuk. Pasien junga mengeluh mengalami pilek sejak batuk. Buang air besar dan

    buang air kecil pasien normal. Dan pasien merasakan berat badannya menurun..

  • 7/29/2019 lapkas bronkitis

    2/11

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Sebelumnya pasien mengalami hal seperti ini sudah 2 minggu.

    Riwayat penyakit keluarga :

    Pasien menyangkal adanya keluarga yang memiliki penyakit TB, DM dan HT.

    Riwayat Pengobatan :

    Pernah berobat ke dokter dan dikatakan suspek TB lalu diberikan terapi antibiotic

    selama 2 minggu

    Riwayat Psikososial :

    Merokok 1 bungkus/ hari, Tidak minum minuman beralkohol, Kondisi lingkungan

    sekitar bersih

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan umum : Tampak sakit ringan

    Kasadaran : Compos mentis

    Vital sign:

    BB : 46 Kg

    TB : 165

    Tekanan darah : 120/80 mmhg

    Suhu : tidak dilakukan

    Frek. Nadi : 80 kali/menit

    Frek. Napas : 24 kali/menit

  • 7/29/2019 lapkas bronkitis

    3/11

    Status Lokalis

    Kepala : normocephal, rambut hitam

    Mata : Tidak cekung, Conjungtiva anemis (), sclera ikterik (-)

    Hidung : deviasi septum (-)

    Gigi dan mulut : Mukosa mulut basah, sianosis (-),

    Dada :

    inspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi (-),

    Palpasi : tidak dilakukan

    Perkusi : tidak dilakukan

    Auskultasi :

    bunyi paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

    Jantung : Bunyi jantung I&II regular, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen :

    Inspeksi : Bentuk simetris, datar, distensi (-),

    Auskultasi : bising usus normal.

    Perkusi : tidak dilakukan

    Palpasi : nyeri tekan (-)

    Ekstremitas : Akral hangat tonus kanan dan kiri baik

    Kulit : Sianosis (-), edema (-), turgor baik

  • 7/29/2019 lapkas bronkitis

    4/11

    IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG

    a) Pemeriksaan laboratorium

    LED : 15

    Sputum BTA : negatif

    b) Foto rontgen thorax =

    Hasil :

    pulmo : .

    Cor : normal

    Kesan : Bronkhitis

    V. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

    Bronchitis akut

    Bronchitis kronis

    VI. DIAGNOSA KERJA :

    Bronchitis akut

    VII. PENATALAKSANAAN

    Non medikamentosa

    Banyak minum dan istirahat

    Banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan (yang kaya kandungan

    antioksidan) telah terbukti mengurangi resiko akibat bronchitis kronis.

    Saat mengalami bronchitis, hindari produk susu dan bahan makanan mengandung

    gula (sukrosa, fruktosa) karena dipercaya dapat meningkatkan produksi lendir saat

    batuk.

  • 7/29/2019 lapkas bronkitis

    5/11

    Medikamentosa

    Paracetamol 500 mg (3 kali/ hari)

    Salbutamol 2-4 mg (1-2 tablet, 3-4 kali/hari)

    Dekstrometropan 15 mg (2-3 kali/ hari)

    Kotrimoksazol 480 mg (1 kali/ hari, selama 2 minggu)

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Definisi

    Menurut Dorland (2002), bronkhitis adalah peradangan satu atau lebih bronkhus, dapat bersifat

    akut dan kronik. Gejala-gejala yang biasanya termasuk demam, batuk dan ekspektorasi.

    Bronkhitis akut adalah serangan bronkhitis dengan perjalanan penyakit yang singkat atau kurang

    berat, gejala-gejala termasuk demam,batuk dan pilek. Serangan berulang mungkin menunjukkan

    bronkhitis kronis. Bronkhitis kronis adalah suatu bentuk penyakit obstruksi paru kronik, pada

    keadaan ini terjadi iritasi bronkhial dengan sekresi yang bertambah dan batuk produktif selama

    sedikitnya tiga bulan atau bahkan dua tahun berturut-turut, biasanya keadaan ini disertai

    emfisema paru.

    Etiologi

    Bronkhitis terjadi paling sering pada saat musim pancaroba, musim dingin, biasanya disertai

    dengan infeksi pernapasan atas, dapat disebabkan oleh berbagai hal (Iskandar, 2010) antara lain :

  • 7/29/2019 lapkas bronkitis

    6/11

    1. Bronkhitis infeksiosa, disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri atau organisme lain yang

    menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamyidia). Serangan bronkhitis

    berulang bisa terjadi pada perokok, penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan

    menahun. Infeksi berulang bisa terjadi akibat sinusitus kronis, bronkhiektasis, alergi,

    pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.

    2. Bronkhitis iritatif, karena disebabkan oleh zat atau benda yang bersifat iritatif seperti

    debu, asap (dari asam kuat, amonia, sejumlah pelarut organik, klorin, hidrogen, sulfida,

    sulfur dioksida dan bromin), polusi udara menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida

    serta tembakau dan rokok.

    Klasifikasi

    1. Bronkhitis akut

    Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga

    beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat

    mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.

    2. Bronkhitis kronis

    Didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam 1 tahun

    selama 2 tahun berturut turut, walaupun demikian tidak ada standart demikian yang dapat

    diterima pada anak-anak.

  • 7/29/2019 lapkas bronkitis

    7/11

    Patomekanisme

    Hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus bronkhus, dimana dapat menyebabkan

    penyempitan pada saluran bronkhus, sehingga diameter bronkhus ini menebal lebih dari

    30-40% dari normal. Terdapat juga peradangan difus, penambahan sel mononuklear di

    submukosa trakeo bronkial, metaplasia epitel bronkhus dan silia berkurang.

    Perubahan yang penting juga adalah perubahan pada saluran napas kecil yaitu sekresi sel

    goblet, bukan saja bertambah dalam jumlahnya akan tetapi juga lebih kental sehingga

    menghasilkan substansi yang mukopurulen, sel radang di mukosa dan submokusa,

    edema, fibrosis penbrokial, penyumbatan mukus intraluminal dan penambahan otot

    polos. Dua faktor utama yang menyebabkan bronkhitis yaitu adanya zat-zat asing yang

    ada di dalam saluran napas dan infeksi mikrobiologi (Phee, 2003).

    Pada bronkhitis terjadi penyempitan saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat

    menyebabkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak. Pada penderita bronkhitis

    saat terjadi ekspirasi maksimal, saluran pernapasan bagian bawah paru akan lebih cepat

    dan lebih banyak yang tertutup. Hal ini akan mengakibatkan ventilasi dan perfusi yang

    tidak seimbang, sehingga penyebaran udara pernapasan maupun aliran darah ke alveoli

    tidak merata. Timbul hipoksia dan sesak napas, lebih jauh lagi hipoksia alveoli

    menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah paru dan polisitemia. Terjadi hipertensi

    pulmonal yang dalam jangka panjang dapat menimbulkan kor pulmonal (Phee,2003).

    Tanda dan gejala

    Menurut Price (1995), tanda dan gejala klinis yang timbul pada pasien bronkhitis tergantung

    pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri

    khas pada penyakit ini adalah adanya batuk disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan

    pneumonia berulang.

    Tanda dan gejala klinis dapat demikian hebat pada penyakit berat dan dapat tidak nyata atau

    tanpa gejala pada penyakit yang ringan. Tanda dan gejala tersebut yaitu :

    a. Batuk produktif

  • 7/29/2019 lapkas bronkitis

    8/11

    Pada bronkhitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung lama, jumlah

    sputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada

    perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi sekunder

    sputumnya mukoid, sedangkan apabila terjadi infeksi sputumnya purulen, dapat

    memberikan bau yang tidak sedap.

    b. Haemaptoe

    Terjadi pada 50% kasus bronkhitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi

    mukosa bronkhus mengenai pembuluh darah sehingga pembuluh darah pecah dan timbul

    perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai

    perdarahan cukup banyak atau massif. Pada bronkhitis kering, haemaptoe justru tanda

    satu-satunya karena bronkhitis jenis ini letaknya di lobus atas paru, drainasenya baik,

    sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk, pasien tanpa

    batuk atau batuknya minimal. Pada tuberkolosis paru dan bronkhitis ini merupakan

    penyebab utama komplikasi haemaptoe.

    c. Sesak napas atau dispnea

    Pada 50% kasus ditemukan sesak napas. Hal tersebut timbul dan beratnya tergantung

    pada seberapa luas bronkhitis yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan

    desturksi jaringan paru yang terjadi akibat infeksi berulang (ISPA), biasanya

    menimbulkan fibrosis paru dan emfisema. Kadang juga ditemukan suara mengi

    (wheezing), akibat adanya obstruksi bronkhus. Mengi dapat lokal atau tersebar

    tergantung pada distribusi kelainnya.

    d. Demam berulang

    Bronkhitis merupakan penyakit yang berjalan kronis, sering mengalami infeksi berulang

    pada bronkhus maupun paru, sehingga sering timbul demam.

    Diagnosis

    Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir. Pada

    pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi pernapasan

    yang abnormal.

    Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

  • 7/29/2019 lapkas bronkitis

    9/11

    Tes fungsi paru-paru

    Gas darah arteri

    Rontgen dada.

    Diagnosis Banding

    Beberapa penyakit yang perlu dipertimbangkan kalau kita berhadapan dengan pasien bronkhitis

    (Staff Klinik Mayo, 2010) :

    a. Bronkhitis kronis

    b. Tuberculosis paru (Penyakit ini dapat disertai kelainan anatomis paru berupa bronkhitis)

    c. Abses paru (Terutama bila lelah ada hubungan dengan bronkus besar)

    d. Penyakit paru penyebab hemaptomisis misalnya karsinoma paru,adenoma paru

    e. Fistula bronkopleural dengan empisema

    Penatalaksanaan

    Non medikamentosa

    Banyak minum dan istirahat

    Banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan (yang kaya kandungan

    antioksidan) telah terbukti mengurangi resiko akibat bronchitis kronis.

    Saat mengalami bronchitis, hindari produk susu dan bahan makanan mengandung

    gula (sukrosa, fruktosa) karena dipercaya dapat meningkatkan produksi lendir saat

    batuk.

    Medikamentosa

    Antipiretik : Paracetamol

    Antibiotic (trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin)

  • 7/29/2019 lapkas bronkitis

    10/11

    Bronkodilator : salbutamol

    Antitusif(penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali

    Ekspektoran GG (glyceryl guaiacolate), bromhexine, ambroxol

    Komplikasi

    Menurut Bahar (2001),komplikasi bronkhitis pada anak terutama pada anak dengan malnutrisi

    atau dengan kondisi kesehatan yang jelek antara lain :

    a. Otitis media akut

    Otitis media akut yaitu keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan tanda

    dan gejala infeksi dan dapat disebabkan berbagai patogen termasuk Sterptokokus

    pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Mikroorganisme patogen penyebab bronkhtis

    menyebar dan masuk ke dalam saluran telinga tengah dan menimbulkan peradangan

    sehingga terjadi infeksi.

    b. Sinusitis maksilaris

    Sinusitis maksilaris yaitu radang sinus yang ada di sekitar hidung yang disebabkan oleh

    komplikasi peradangan jalan napas bagian atas dibantu oleh adanya faktor predisposisi.

    Infeksi pada sinus dapat menyebabkan bronkhospasme, oedema dan hipersekresi

    sehingga mengakibatkan bronkhitis.

    c. Pneumonia

    Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti

    bakteri, virus, jamur dan benda asing. Jika bronkhitis tidak ditangani dengan baik secara

    tuntas atau jika daya tahan tubuh anak jelek, maka proses peradangan akan terus berlanjut

    sebut bronkhopneumonia. Gejala yang muncul umumnya berupa napas yang memburu

    atau cepat dan sesak napas karena paru-paru mengalami peradangan. Pada bayi usia 2

    bulan sampai 6 tahun pneumonia berat ditandai adanya batuk atau kesukaran bernapas,

    sesak napas ataupun penarik dinding dada sebelah bawah ke dalam.

    d. Bronkhitis kronis

    e. Pleuritis, efusi pleura, dan empisema

    Prognosis

  • 7/29/2019 lapkas bronkitis

    11/11

    a. Quo ad vitam

    Quo ad vitam merupakan ramalan mengenai hidup matinya penderita. Pada kasus

    bronkhitis yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek, survivalnya tidak akan lebih

    dari 5-10 tahun. Kematian pasien karena pneumonia, empisema, gagal jantung kanan,

    haemaptoe dan lainnya.

    b. Quo ad sanam

    Quo ad sanam merupakan ramalan mengenai kesembuhan pasien. Pada pasien bronkhitis

    tergantung pada berat ringannya serta luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama

    kali.

    Bila tidak ada komplikasi, prognosis brokhitis akut pada anak umumnya baik. Pada

    bronkhitis akut yang berulang. Bila anak merokok (aktif dan pasif) maka dapat terjadi

    kecenderungan untuk menjadi bronkhitis kronik kelak pada usia dewasa (Ngastiyah,

    2005).

    c. Quo ad fungsionam

    Quo ad fungsionam merupakan ramalan yang ditinjau dari segi fungsionalnya. Pada

    kasus bronkhitis ini, prognosis quo ad fungsionamnya baik, dapat pulih seperti

    sebelumnya.

    d. Quo ad cosmeticam

    Quo ad cosmeticam merupakan ramalan yang ditinjau dari segi kosmetik. Pada kasus

    bronkhitis ini, prognosis quo ad cosmeticannya baik.