lap3
DESCRIPTION
,TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang dan cabang-
cabangnya. Ada kalanya pula daun-daun suatu tumbuhan berjejal - jejal pada
suatu bagian batang, yaitu pada pangkal batang atau pada ujungnya. Umumnya
daun batang berpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata.
Pada bagian jenis tumbuhan terdapat beberapa perbedaan terutama
mengenai aturan letak daun pada batang tumbuhan tersebut. Aturan tentang letak
daun biasa disebut dengan tata letak daun. Untuk tumbuhan sejenis misalnya
pepaya, akan dijumpai tata letak daun yang sama.
Jika pada suatu tumbuhan, batangnya dianggap mempunyai bentuk silinder,
buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak yang teratur pada
silinder itudan tempat duduknya daun adalah suatu titik pada lingkaran itu maka
akan terjadi hal-hal sebagai berikuan.
Saat kita mengambil salah satu titik tempat titik daun sebagai tempat titik
tolak dan kita bergerak mengikuti garis yang menuju titik duduk daun pada buku-
buku batang diatasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya,
pada suatu saat akan sampai pada suatu daun yang letaknya tepat garis vertical
diatas daun terutama yang dipakai sebagai pangkal tolak dan sementara itu
berputar mengikuti suatu garis spiral yang melingkari batang tadi.
Untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral
tadi mengelilingi batang a kali dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b
2
maka perbandingan kedua bilangan tadi akanmerupakan pecahan a/b yang
dinamakan rumus daun atau divergensi (Tjitrosoepomo, 1985).
Tata letak daun atau duduk daun adalah aturan mengenai letak daun pada
batang. Berdasarkan jumlah pada setiap bukunya, terdapat 4 macam duduk daun,
yaitu sebagai berikut:
1. Duduk daun tersebar (sparsa), apabaila pada buku batang ditumbuhi oleh
satu helai daun, posisi daun terletak di berbagai sisi batang.
2. Duduk daun berseling (Disticha), apabila pada buku batang di tumbuhi oleh
satu daun, posisi daun terletak pada dua sisi batang.
3. Duduk daun berhadapan (opposite), apabila terdapat dua daun pad nbuku
batang yang tumbuh pada dua sisi batang. Namun apabila dua daun atas
bersilang dengan buku bawahnya, duduk daunnya disebut berseling
berhadapan (decusate).
4. Daun duduk berkarang (vertillate) apabila pada tumbuhan lebih dari dua
daun. (Ratnasari, 2008)
Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun berturut-turut, jika
diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun
tetap dan besarnya adalah a/b x 3600, yang disebut: sudut divergensi.
Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata pecahan a/bnya, dapat terdiri
atas pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. yang disebut deret
Fibonacci.
3
Angka-angka diatas memperlihatkan sifat berikut :
1. Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst.) merupakan suatu
pecahan, yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua
pembilang dua suku yang ada di depannya, dan penyebutnya merupakan
hasil penjumlahan kedua penyebu dua suku yang di depannya, atau Tiap
suku dalam deretan itu merupakan suatu pecahan yang pembilangnya
merupakan selisih antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya,
dan penyebutnya adalah jumlah penyebut suku di depanya dengan
pembilang suku itu sendiri. Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar,
kadang-kadang duduk daun rapat berjejal-jejal karena ruas-ruas batang amat
pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi, dan
sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-daun yang
mempuyai susunan demikian disebut suatu : roset (rosula).Roset ada 2
macam :
a. Roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-
jejal diatas tanah,contoh. pada lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak liman
(Elephantopus scaber L.).
b. Roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung
batang contoh. padapohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam–
macam palma lainnya.Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong
keatas, daun-daun dengan tata letak tersebar dapat teratur sedemikian rupa
pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola seperti mosaik (pola
karpet).Susunan daun yang demikian itu disebut mosaik daun.
4
2. Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun
Pada setiap buku-buku terdapat 2 daun yang berhadapan (terpisah oleh jarak
sebesar 1800). Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya
membentuk suatu silang dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun
yang demikian ini dinamakan : berhadapan-bersilang (folia opposita atau folia
decussata),contoh. pada mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka (Ixora poludosa
Kurz.), dll.
3. Pada tiap bulu-buku batang terdapat lebih dari dua daun
Tata letak daun yang demikian ini dinamakan : berkarang (Folia
verticillata),dapat a.l. ditemukan pada pohon pulai (Alstonia scholaris R.Br.),
alamanda (Allamanda cathartica L.), oleander (Nerium oleander L.).
Bagan (Skema) dan diagram tata letak daun.
a. Bagan tata letak daun
Batang tumbuhan digambarkan sebagai silinder dan padanya digambar
membujur ortostikortostiknya demikian pula buku-buku batangnya. Daun-daun
digambar sebagai penampang melintang helaian daun yang kecil. Pada bagan akan
terlihat misalnya pada daun dengan rumus 2/5 maka daun-daun nomor 1, 6, 11,
dst atau daun-daun nomor 2, 7, 12, dst akan terletak pada ortostik yang sama.
5
b. Diagram tata letak daun atau disingkat diagram daun
Untuk membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai
kerucut yang memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-
lingkaran yang sempurna. Pada setiaplingkaran berturut-turut dari luar kedalam
digambarkan daunnya, seperti pada pembuatan bagan tadi dan di beri nomor urut.
Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa jarak antara dua daun adalah 2/5
lingkaran, jadi setiap kali harus meloncati satu ortostik. Spiral genetikya dalam
diagram daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya semakin keatas
digambar semakin sempit. (Sudarsono, 2008).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar dapat mengetahui tata letak atau
susunan daun pada batang tanaman dan memahami rumus daun sehingga dapat
menggambarkan diagram serta bagan duduk daun pada tanaman.
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat :
Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.
Pensil warna digunakan untuk mewarnai gambar daun yang di amati.
Bahan :
Adapun bahan-bahan yang akan di amati pada praktikum ini, yaitu:
Batang tanaman mawar (Rossa sp)
Batang tanaman cocor bebek (Kalanchoe pinnata syn)
Waktu dan Tempat
Praktikum ini di laksanakan pada hari senin tanggal 7 Oktober 2013 pukul
08.30–10.30 Wita. Bertempat di Halaman Gedung Pascasarjana Fakultas
Pertanian Universita Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Prosedur kerja
7
Adapun mengenai kegiatan praktikum yang telah di lakukan sebagai
berikut:
1. Menyiapakan alat yang digunakan dan bahan yang akan diamati.
2. Mengamati susunan tata letak daun pada batang tanaman mawar dan cocor
bebek.
3. Manggambar diagram dan bagan serta menjelaskan rumus tata letak daun dari
batang daun mawar dan batang daun cocor bebek.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
1. Diagram dan Bagan batang tanaman Mawar (Rossa sp)
9
2. Diagram dan bagan batang tanaman Cocor Bebek (Klanchoe pinnata syn)
10
Pembahasan
Tata letak daun merupakan susunan letak daun antara lembaran yang satu
dengan lembaran yang lainnya. Tumbuhan ada yang bardaun rindang, ada yang
berdaun sedang dan ada yang berdaun jarang, tanpa melakukan penelitian yang
seksama pada tumbuhan yang berdaun rindang susunan daun tidak akan tampak
jelas, lain halnya dengan dengan tumbuhan yan berdaun jarang
Mawar termasuk tumbuhan berbatang duri tempel yang pada bagian
batangnya di selimuti oleh duri yang menempel. Pada tumbuhan mawar terdapat 5
lembar daun tiap tangkainya. Daun mawar memiliki tangkai panjang dan helaian
daun bergerigi, dan tiap pangkal daun memiliki anak daun.
Tata letak daun pada batang tumbuhan mawar daun pertamanya sejajar
dengan daun keempat, yang kedua sejajar dengan daun yang kelimadaun yang
ketiga sejajar dengan daun keenam. Batang tumbuhan Mawar memiliki rumus 1/3.
Karena cabang pertama sejajar dengan batang ke empat.
Cocor bebek termasuk tumbuhan yang memiliki batang lunak, dan juga
termasuk tanaman yang mudah tumbuh karena di tepi daunnya tumbuh anak-
anakan baru dari daun induknya. Setiap buku-buku batang pada cocor bebek
hanya terdapat satu daun saja yang berhadapan / bersebelahan. Sehingga cocor
bebek mamiliki rumus daun ½.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Tata letak daun tumbuhan mawar memiliki rumus daun 1/3 dimana daun
pertama sejajar dengan daun ke empat.
2. Tata letak daun singkong memiliki rumus daun 2/5 dimana daun pertama
sejajar dengan daun keenam.
3. Tata letak daun tumbuhan cocor bebek memiliki rumus daun ½ damana
daun pertama sejajar dengan daun ke dua.
4. Sudut disvergensi pada tanaman mempunyai rumus a/b x 360O.
12
DAFTAR PUSTAKA
Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Ghajah Mada University Press. Yogjakarta.
Sudarsono. 2008. Diktat Morfologi Tumbuhan. FMIPA UNY. Yogjakarta
Ratnasari, J. 2008. Galeri Tanaman Hias Daun. Penebar Swadaya. Bogor