lap gab
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Universitas merupakan suatu lembaga pendidikan tinggi yang berfungsi
sebagai pelopor dan pencetak sumber daya manusia yang dapat mendukung dan
mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mahasiswa merupakan
salah satu ujung tombak keberhasilan pembangunan nasional. Oleh karena
itu,mahasiswa dituntut untuk memiliki pemikiran yang ulet,kritis,kreatif dan tanggap
terhadap setiap permasalahan yang ada di luar kampus di luar penguasaan ilmu yang
ditekuninya.
Dalam mendukung misi Universitas Brawijaya,Program Studi Fisika akan
memberikan kontribusi kepada pengembangan ilmu-ilmu terapan terutama di bidang
medis dan lingkungan.Program studi Fisika memiliki beberapa kelompok bidang
minat(KBM) antara lain,Biofisika,Geofisika,Instrumentasi dan Pengukuran,Fisika
Material. KBM tersebut akan menjadi akar yang menunjang kehidupan Jurusan Fisika
dalam mencapai misinya terutama dalam bidang medis dan lingkungan.
Ilmu yang selama ini didapat hendaknya berguna bagi diri sendiri dan orang lain.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu pelatihan atau praktik dari ilmu yang diperoleh
saat kuliah di luar universitas. Dimana pada kenyataannya selama ini displin ilmu
yamg diberikan lebih mengacu pada teori dan kurang terwujud dalam aplikasi nyata.
Maka dari itu, untuk menyeimbangkan kemampuan antara teori dan aplikasi
diperlukan suatu praktik kerja lapangan yang nantinya diharapkan dari praktik kerja
lapangan ini diperoleh suatu pengalaman dan pengetahuan serta dapat bermanfaat
bagi kehidupan di luar universitas. Kuliah Kerja lapang (KKL) merupakan salah satu
contoh penerapan ilmu pengetahuan di luar lingkungan universitas yang disesuaikan
dengan bidang minat masing–masing mahasiswa.
1
Kuliah Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN) tepatnya pada bagian Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi
(PTKMR). Diharapkan dengan dilaksanakannya kuliah kerja lapangan ini maka akan
diperoleh banyak pengalaman terkait dengan ilmu yang dipelajari khususnya bidang
biofisika dan fisika pada umumya. Dengan bagian terpenting dari Kuliah Kerja
Lapangan ini yaitu diperolehnya ilmu yang dapat digunakan sebagai bekal dalam
menghadapi persaingan di dunia kerja.
BATAN memiliki berbagai jenis alat penelitian yang berbasis nuklir dengan
pembagian letak alat pada bagian-bagian tertentu seperti pada bagian Pusat Teknologi
Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR). Salah satu lab yang tersedia pada
bagian ini yaitu lab aerosol yang mana pada lab ini terdapat peralatan seperti
spektrometer sinar-x portable yang digunakan untuk mengukur besarnya energy yang
dipancarkan oleh alat – alat yang menggunakan sinar-x sebagai sumber energi untuk
mendeteksi material maupun keperluan medis.
Selain berguna untuk mendeteksi pancaran sinar X,spektrometer ini dapat
juga digunakan untuk menentukan dosis serap materi. Dengan mengukur energi
spectrum maka dapat diketahui suatu dosis serap radiasi. pendeteksiaan radiasi
disekitar alat kerja dengan sumber sinar-x penting dilakukan untuk keselamatan kerja
dan keamanan pasien dalam menerima energi radiasi.
Untuk itu penulis ingin mengetahui lebih jauh mengenai spektrometer sinar-x
agar penulis menjadi lebih mengerti proses dan prinsip kerja serta cara pengkalibrasi
dari alat ini.
1.2 TUJUAN KULIAH KERJA LAPANG
1.2.1. Tujuan Umum Kuliah Kerja Lapang
Adapun tujuan umum dari kuliah kerja lapangan ini yaitu guna
memenuhi salah satu mata kuliah wajib di Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya. Serta
2
untuk memperluas wawasan bagi mahasiswa tentang keadaan
lapangan yang sebenarnya, sehingga tidak hanya mengerti dalam teori
saja, tetapi juga memahami dan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang
telah dipelajari di lapangan kerja yang sesungguhnya. Mendapatkan
pengalaman kerja dan pengetahuan praktis dilapangan, menyelaraskan
antara ilmu dan teknologi yang didapat dikampus dan teknologi di
dunia kerja yang lebih maju.
1.2.2. Tujuan Khusus Kuliah Kerja Lapang
Adapun tujuan khusus dari Kuliah Kerja Lapang ini yaitu
untuk mengetahui cara pengoperasian spektrometer sinar-x dengan
detector CdTe dan untuk mengetahui pengkalibrasian dari spektrometer
sinar-x dengan detector CdTe
1.3 MANFAAT KULIAH KERJA LAPANG
1.3.1. Bagi mahasiswa
Manfaat yang dapat diperoleh oleh mahasiswa dari
pelaksanaan kuliah kerja lapangan ini yaitu mahasiswa dapat
mengenal lebih jauh ilmu yang telah diterima di bangku perkuliahan
melalui kenyataan di lapangan, mahasiswa dapat menguji kemampuan
pribadi dalam berkreasi pada bidang ilmu yang dimiliki serta dalam
tata cara hubungan masyarakat di lingkungan kerjanya di masa yang
akan datang. Mahasiswa dapat mempersiapkan diri untuk
menyesuaikan diri di lingkungan kerja di masa yang akan datang,
kuliah kerja nyata ini juga dapat menambah wawasan, pengetahuan
dan pengalaman selaku generasi yang terdidik untuk siap terjun
langsung di masyarakat,khususnya di lingkungan kerja, serta sebagai
pengenal perkembangan teknologi secara nyata di lapangan.
3
1.3.2. Bagi Universitas Brawijaya
Manfaat adanya kuliah kerja lapangan ini bagi Universitas
Brawijaya adalah adanya timbal balik yang berguna untuk
meningkatkan serta mengembangkan materi perkuliahan dan
kurikulum dalam rangka usaha pengembangan ilmu yang dibina di
perguruan tinggi,sehingga proses pendidikan dan pengajaran yang
dilaksanakan dapat lebih disesuaikan dengan kemajuan industri, serta
adanya peningkatkan, perluasan dan pemercepat kerjasama antara
Fakultas Mipa Universitas Brawijaya Malang dengan industri atau
instansi melalui program Kuliah Kerja Lapang yang dilaksanakan oleh
mahasiswa.
1.3.3. Bagi Instansi yang ditempati yaitu bagian Pusat Teknologi
Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) BATAN
Adapun manfaat yang diperoleh oleh instansi yaitu adanya
sarana untuk alih teknologi khususnya pada bidang Fisika dan bidang
yang lain pada umumnya bagi kemajuan instansi yang bersangkutan,
adanya sarana penghubung antara instansi dengan lembaga pendidikan
tinggi, merupakan sarana untuk memberikan penilaian kriteria tenaga
kerja yang dibutuhkan oleh instansi yang bersangkutan.
1.4 Batasan Masalah
Pada Laporan ini penulis menjelaskan mengenai cara pengoperasian, prinsip
kerja, serta cara pengkalibrasi alat dari spektrofotometer sinar x ini.
4
1.5 Metode Kegiatan
a) Survey Lapangan
Datang langsung ke instansi terkait untuk mengetahui lokasi,i nformasi,
kondisi sekaligus mengetahui situasi di tempat tersebut.
b) Pengumpulan Data Primer
Metode ini dilakukan untu mendapatkan informasi secara langsung yang
diperoleh dari pembimbing lapangan, mengenai masalah yang
bersangkutan dengan spektrofotometer sinar-x.
c) Pengumpulan Data Sekunder
Dilakukan untuk melengkapi keterangan-keterangan yang berhubungan
dengan laporan kegiatan studi literatur.
d) Kuliah Kerja Lapang
Waktu pelaksanaan kurang lebih selama satu bulan atau sesuai dengan
kebijakan dari pihak PTKMR-BATAN.
e) Study Literatur
Mengumpulkan literatur-literatur yang menunjang data-data yang
diambil, sehingga hasil yang diperoleh dapat di bandingkan dengan
teori. Serta diharapkan dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan yang
sesuai dengan kenyataan yang ada.
1.6 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kuliah Kerja Lapang ini dilaksanakan pada tanggal 19 juli 2010 – 19 agustus
2010, menurut kebijakan yang ditentukan oleh pihak Pusat Teknologi Keselamatan
dan Metrologi Radiologi BATAN.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapang ini akan dibahas dalam
beberapa sub bab yaitu sebagai berikut :
5
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, Batasan Masalah,
Metode Kegiatan, Waktu dan Tempat, serta Sistematika
Penulisan Laporan KKL.
BAB II : GAMBARAN UMUM INSTANSI
Terdiri dari gambaran umum tentang Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN) yang meliputi Sejarah berdirinya BATAN,
Lokasi, kedudukan dan tugas pokok serta fungsi BATAN, Visi
dan Misi.
BAB III : TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri dari penjelasan tentang spektrofotometer sinar-x, jenis –
jenis detector yang digunakan, prinsip dan cara kerja
spektrofotometer sinar –x, detector CdTe, karakteristik CdTe
BAB IV : METODE PENELITIAN
Terdiri dari tempat dan waktu, alat dan metode penelitian.
BAB V : PEMBAHASAN
Membahas mengenai cara pengoperasian spektrofotometer
detector CdTe, cara pengkalibrasian alat ini untuk beberapa
materi, dan membahas komponen-komponen dari
spektrofotometer dengan detector CdTe.
BAB VI : PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
BAB II
GAMBARAN UMUM BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
2.1 Sejarah Perkembangan Badan Tenaga Nuklir Nasional
Kegiatan pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di Indonesia
diawali dari pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet tahun
1954. Panitia Negara tersebut mempunyai tugas melakukan penyelidikan terhadap
kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata nuklir di lautan Pasifik.
Dengan memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan
tenaga atom bagi kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah No.
65 tahun 1958, pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga Atom dan
Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi Badan
Tenaga Atom Nasional (BATAN) berdasarkan UU No. 31 tahun 1964 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom. Selanjutnya setiap tanggal 5 Desember
yang merupakan tanggal bersejarah bagi perkembangan teknologi nuklir di Indonesia
dan ditetapkan sebagai hari jadi BATAN.
Pada perkembangan berikutnya, untuk lebih meningkatkan penguasaan di
bidang iptek nuklir, pada tahun 1965 diresmikan pengoperasian reaktor atom pertama
(Triga Mark II) di Bandung. Kemudian berturut-turut, dibangun pula beberapa
fasilitas litbangyasa yang tersebar di berbagai pusat penelitian, antara lain Pusat
Penelitian Tenaga Atom Pasar Jumat, Jakarta (1966), Pusat Penelitian Tenaga Atom
GAMA, Yogyakarta (1967), dan Reaktor Serba Guna 30 MW (1987) disertai fasilitas
penunjangnya, seperti: fabrikasi dan penelitian bahan bakar, uji keselamatan reaktor,
pengelolaan limbah radioaktifdanfasilitas nuklir lainnya.
Sementara itu dengan perubahan paradigma pada tahun 1997 ditetapkan UU
No. 10 tentang ketenaganukliran yang diantaranya mengatur pemisahan unsur
pelaksana kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir (BATAN)dengan unsur pengawas
7
tenaga nuklir (BAPETEN). Berikut merupakan perkembangan Badan Tenaga Nuklir
Nasional:
1954 Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet
1958 Pembentukan Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom (PP No.65
Tahun 1958)
1964 Penetapan UU No.31 Tahun 1964 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Tenaga Atom 1964
1965 Peresmian Pusat Reaktor Atom Bandung dan Pengoperasian Reaktor Triga
Mark II berdaya 250 kW oleh Presiden RI serta Perubahan nama Lembaga
Tenaga Atom menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN)
1966 Pembentukan Pusat Penelitian Tenaga Atom (PPTA) Pasar Jumat, Jakarta
1966
1967 Pembentukan Pusat Penelitian GAMA Yogyakarta
1968 Peresmian penggunaan Iradiator Gamma Cell Co-60 PPTA Pasar Jumat oleh
Presiden RI
1970 Peresmian Klinik Kedokteran Nuklir di PPTA Bandung
1971 Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW
1972 Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)
1979 Peresmian mulai beroperasinya Reaktor Kartini dengan daya 100 kW di
PPTA Yogyakarta oleh Presiden RI
1984 Pengoperasian Mesin Berkas Elektron 300 keV di PPTA Pasar Jumat oleh
Presiden RI
1987 Peresmian pengoperasian Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy dengan daya
30 MW
1988 Peresmian pengoperasian Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif di PPTA
Serpong oleh Presiden RI
1989 Peresmian pengoperasian Instalasi Radioisotop dan Radiofarmaka, Instalasi
Elemen Bakar Eksperimental di PPTA Serpong oleh Presiden RI.
1990 Peresmian Instalasi Radiometalurgi, Instalasi Keselamatan dan Keteknikan
8
Nuklir, Laboratorium Mekano Elektronik Nuklir di PPTA Serpong -
Tangerang oleh Presiden RI
1992 Peresmian pengoperasian Instalasi Spektrometri Neutron, Instalasi
Penyimpanan Elemen Bakar Bekas dan Pemindahan Bahan Terkontaminasi
di PPTA Serpong - Tangerang oleh Presiden RI
1994 Peresmian pengoperasian Mesin Berkas Elektron 2 MeV di PPTA Pasar
Jumat oleh Presiden RI
1995 Dalam memperingati HUT RI ke 50, BATAN berhasil melaksanakan
"Whole Indonesian Core" untuk Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy.
1996 Pembentukan PT Batan Teknologi (persero), Divisi : Produksi Elemen
Bakar Reaktor, Produksi Radioisotop, Produksi Instrumentasi dan Rekayasa
Nuklir
1997 Penetapan UU No.10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran yang
memisahkan Badan Pelaksana dan Badan Pengawas penggunaan tenaga
nuklir
1998 Perubahan Badan Tenaga Atom Nasional menjadi Badan Tenaga Nuklir
Nasional dengan Keppres No.197 Tahun 1998
2000 Peresmian peningkatan daya Reaktor Triga 2 MWdi Pusat Penelitian Tenaga
Nuklir (PPTN) Bandung olehWakil Presiden RI
2001 Peningkatan status Pendidikan Ahli Teknik Nuklir (PATN) menjadi Sekolah
Tinggi Teknologi Nuklir
2003 Penyerahan hasil " " kepada Presiden RI; Pencapaian 10% jumlah varietas
unggul tanaman pangan nasional; Pengoperasian Mesin Berkas Elektron 350
keV, 10 mA di PPTN Yogyakarta:Pengoperasian Pusat Pelatihan dan
Diseminasi Teknologi Peternakan - Pertanian Terpadu di Kalsel
2004 Pencapaian target 10% varietas unggul tanaman pangan nasional
menggunakan teknik nuklir
2005 Terwujudnya perpustakaan digital di bidang nuklir
2006 Pencapaian 1 juta hektar penyebaran varietas padi unggul BATAN di
seluruh Indonesia
9
2.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Badan Tenaga Nuklir Nasional
Sesuai dengan UU No. 10/1997 tentang Ketenaganukliran dan Keppres RI
No. 64/2005, BATAN ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen,
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. BATAN dipimpin oleh
seorang Kepala dan dikoordinasikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi.
Tugas pokok BATAN adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
penelitian, pengembangan dan pemanfaatan tenaga nuklir sesuai ketentuan Peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas, BATAN
menyelenggarakan fungsi:
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian,
pengembangan dan pemanfaatan tenaga nuklir.
2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BATAN.
3. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang
penelitian, pengembangan dan pemanfaatan tenaga nuklir,
4. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
2.3 Visi Dan Misi Badan Tenaga Nuklir Nasional
2.3.1 Visi
Terwujudnya iptek nuklir berkeselamatan handal sebagai pemicu dan pemacu
kesejahteraan.
2.3.2 Misi
10
1. Melaksanakan litbangyasa iptek nuklir untuk bidang energi dan nonenergi
2. Melakukan diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir
3. Melaksanakan kegiatan demi kepuasan pemangku kepentingan.
2.4 Struktur Organisasi Badan Tenaga Nuklir Nasional
Struktur organisasi BATAN terdiri atas kepala BATAN, secretariat utama dan
deputi bidang yang terbagi dari deputi bidang penelitian dasar dan terapan, deputi
bidang pengembangan teknologi dan energy nuklir, deputi bidang pengembangan
teknologi daur bahan nuklir dan rekayasa, deputi bidang pendayagunaan hasil litbang
dan pemasyarakatan iptek nuklir. Dimana struktur organisasi dapat dilihat pada
diagram dibawah ini:
Gambar 1: Struktur Organisasi BATAN
2.5 Lokasi Badan Tenaga Nuklir Nasional
11
Badan Tenaga Nuklir Nasional lokasinya terletak di Jl. Lebak Bulus Raya No
49 Jakarta Selatan 12440.
Gambar 2: Lokasi PPTN BATAN Lebak Bulus
2.6 Program Badan Tenaga Nuklir Nasional
Program BATAN disusun berdasarkan kebijakan strategik jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang, dengan indikator keberhasilan sebagai berikut :
TABEL INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM BATANFokus Program BATAN
Jangka Pendek,Tahun Pencapaian
Jangka Menengah/Panjang,Tahun Pencapaian
Pangan (Pertanian/ Peternakan)
1. 10 % jumlah varietas unggul tanaman pangan nasional dan penambahan jenis suplemen pakan
1. Pusat Acuan dan Rujukan Nasional dalam aplikasi teknologi isotop dan radiasi di bidang pertanian dan
12
ternak, serta ketersediaanya secara berkelanjutan, 2004
peternakan, 2008
Energi 2. Masuknya opsi nuklir sebagai bagian dari sistem energi nasional jangka panjang, 2004
3. Menjadi pusat acuan regional dalam pemanfaatan teknik nuklir untuk eksplorasi dan eksploitasi panas bumi, 2005; Pusat acuan dan layanan teknik nuklir untuk manajemen air, 2005
4. Engineering design demonstration plan Mesin Berkas Elektron untuk de-SOx dan de-NOx PLTU fosil, 2007
2. Science and Technology Base (STB) bidang energi nuklir, 2010
3. Reaktor daya nuklir pertama dioperasikan di Indonesia (Sistem Jaringan Jawa-Bali), 2016
4. Fasilitas Nasional Pelayanan Pengelolaan Limbah Radioaktif (non PLTN), 2007; Persiapan Design Fasilitas Pengelolaan Limbah Terpadu PLTN, 2008;Pengoperasian Fasilitas, 2016
5. Tersedianya data cadangan Uranium kategori terukur yang signifikan, 2015
Teknologi Informasi dan Komunikasi
5. Teknologi informatika yang handal dalam bidang : simulasi/ modeling, perpustakaan digital dan manajemen SDM, 2005
6. Pusat informasi di bidang teknologi Nuklir dalam rangka public information dan education, pengembangan metoda komputasi, pemodelan simulasi komputer dan preservasi pengetahuan nuklir, 2010
Kesehatan dan Obat-obatan
6. Perangkat teknologi nuklir untuk penanggulangan penyakit kanker dan
7. Pusat Acuan dan
Kepakaran
Kesehatan
13
infeksi bakteri, 2005 Masyarakat
berbasis Teknologi
nuklir, 2010
8. Pusat acuan rancang bangun dan perawatan perangkat nuklir di bidang Kesehatan, Keselamatan Nuklir, dan Industri, 2008
2.7 Badan Organisasi
Badan organisasi BATAN terdiri dari :
- PDT yang terbagi menjadi PTBIN, PTAPB, PTNBR, PTKMR (Biomedik,
Dosimetri, Metroogi radiasi,K2, TNK, bagian tata usaha)
- PTEN yang terbagi menjadi PPEN, PTRKN, PRSG, PPIN
- PTDBR yang terbagi menjadi PPGN, PTBN, PTLR, PRPN
- PHLPN yang terbagi menjadi PRR, PATIR, PDIN, PKTN
- Secretariat Utama: BP, BSDM, BU, BKHH
- Unit Pendukung: Inspektorat, PSJMN, Pusdiklat, STTN
2.8 Bidang Dosimetri
Bidang Dosimetri merupakan salah satu bidang di lingkungan Pusat
Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN. Bidang Dosimetri
merupakan bidang litbang yang dibentuk berdasarkan Peraturan Kepala Badan
Tenaga Nuklir Nasional No. 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
14
BATAN. Sebagai bidang litbang, Bidang Dosimetri mempunyai tugas melaksanakan
penelitian dan pengembangan di bidang Dosimetri untuk menghasilkan teknologi
proteksi radiasi pekerja radiasi dan lingkungan, pengukuran aktifitas dan dosis radiasi
untuk kalibrasi dan standardisasi radionuklida, aplikasi medik bidang radiodiagnostik
dan radioterapi serta melaksanakan kerjasama dan penyebarluasan hasil-hasil
penelitian. Dalam pelaksanaan tugasnya Bidang Dosimetri didukung oleh tenaga-
tenaga ahli di bidang proteksi radiasi, radiokimia, fisika medik, lingkungan,
radioekologi.
2.8.1 Struktur Organisasi Bidang Dosimetri
Berdasarkan Peraturan Kepala BATAN No. 106/KA/VI/2006 tanggal 6 Juni
2006 tentang pembentukan kelompok lingkungan BATAN, Bidang Dosimetri dalam
melaksanakan kegiatannya, dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Dosimetri Personil dan Lingkungan
2. Standardisasi Radionuklida dan Kalibrasi Radiasi
3. Dosimetri Aplikasi Medik.
15
Gambar 3: skema struktur organisasi didang dosimetri
2.8.2 Sumber Daya Manusia
Jumlah sumber daya manusia (SDM) berdasarkan kelompok, pendidikan dan
fungsional sebagai berikut:
N
oStaf Berdasarkan Kelompok S3 S2 S1 D3 SLTA
1. Kepala Bidang 1
2. Kelompok Dosimeteri Personil & Lingkungan 1 4 2 1
3.Kelompok Standarisasi Radionuklida & Kalibrasi
Radiasi1 3 1 1
4. Kelompok Dosimeteri Aplikasi Medik 1 2 1 1
Jumlah 3 7 6 3 1
2.8.3 Kelompok Dosimetri Kelompok Lingkungan
Kemampuan dalam segala aspek yang terkait dengan keselamatan
penggunaan IPTEK nuklir baik dalam keadaan normal maupun kedaruratan nuklir,
perlu ditingkatkan terus seiring dengan meningkatnya pemanfaatan IPTEK nuklir di
segala bidang. Pemanfaatan IPTEK nuklir harus disertai dengan peningkatan aspek
keselamatan kerja dengan radiasi untuk melindungi kesehatan dan keselamatan para
pekerja radiasi, anggota masyarakat dan juga lingkungan. Kegiatan Litbang
kelompok;
Melakukan litbang Dosimetri eksterna dan interna pekerja radiasi.
Melakukan litbang teknik evaluasi dosis eksterna dan interna pekerja radiasi.
16
Melakukan litbang teknologi pengukuran radiasi dan radioaktifitas
lingkungan, radioekologi dan analisis dampak lingkungan.
2.8.4 Kelompok Standardisasi Radionuklida Dan Kalibrasi
Pemanfaatan IPTEK nuklir harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang dapat
memberikan ketelitian dan kehandalan sehingga aspek kesehatan dan keselamatan
lebih terjamin. Standardisasi radionuklida dan Kalibrasi radiasi diperlukan untuk
mengetahui deviasi kebenaran nilai yang ditunjukkan, sehingga menjamin hasil-hasil
pengukuran sesuai atau mendekati nilai yang sebenarnya. Hal ini penting dilakukan
untuk membuktikan bahwa pemanfaatan IPTEK nuklir tersebut tertelusur pada
standar nasional / internasional, tidak cacat / menyimpang sehingga keselamatan
manusia terjamin dan alat ukur radiasi tetap terjaga sesuai spesifikasinya. Kegiatan
litbang kelompok :
Melakukan litbang teknologi pengukuran aktifitas radionuklida untuk
penyediaan sumber standar dalam kegiatan pemantauan radiasi lingkungan,
radiodiagnostik, radioterapi dan kegiatan lainnya.
Melakukan litbang medan kalibrasi untuk kalibrasi alat ukur radiasi α, β, foton
dan neutron.
2.8.5 Kelompok Dosimetri aplikasi Medik
Asas Proteksi Radiasi memiliki peranan yang sangat penting untuk menjamin
agar radiasi yang dihasilkan dari kegiatan di bidang kesehatan yang meliputi
radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir memberikan manfaat yang
optimal. Penggunaan sumber radiasi di bidang kesehatan wajib memenuhi system
proteksi radiasi yang meliputi justifikasi pemanfaatan tenaga nuklir, limitasi dosis,
optimasi proteksi dan keselamatan radiasi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain
melakukan pengukuran terimaan dosis pasien dan pekerja radiasi, pemetaan paparan
radiasi di lingkungan radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir, uji
17
kesesuaian fungsi pesawat sinar-X, verifikasi dosis pasien secara in-Vivo, evaluasi
kualitas citra dan lain-lain. Kegiatan litbang Kelompok :
Litbang Dosimetri untuk keperluan radiodiagnostik dan radioterapi.
Litbang metode pengukuran dan pemodelan dalam penentuan dosis eksterna
dan interna untuk kegiatan medik.
BAB III
Dasar Teori
3.1 Radiasi
18
Radiasi merupakan proses pergerakan energi melalui media atau ruang yang
kemudian diserap oleh materi. Salah satu bentuk energi yang dipancarkan secara
radiasi adalah energi nuklir, yang mana radiasi memiliki sifat yang tidak bisa dilihat
dan dirasakan.
3.1.1Energi Radiasi
Energi radiasi merupakan tenaga dari radiasi yang dipancarkan oleh sumber
radiasi. Apabila sumber radiasi merupakan nuklida maka tingkat energi sumber
tersebut bergantung pada jenis radionuklidanya. Berikut diberikan tabel beberapa
radionuklida beserta energi dan probabilitasnya
Tabel 1: Energi dan keboleh jadian beberapa jenis isotop [11]
Jenis radionuklida Energi Keboleh jadian
Americium-241 59 KeV 35.9%
Barium-133 30.973 KeV 62%
Cesium-137 661.66 KeV 85.2%
Euridium-152 40.118 KeV 38%
Peralatan untuk mengukur radiasi biasanya terdiri dari dua buah bagian utama
yaitu detektor dan peralatan penunjang. Detektor merupakan suatu materi yang peka
dengan radiasi sehingga apabila dikenai radiasi maka detektor akan memberikan
respon tertentu yang dapat diamati, sedangkan peralatan penunjang merupakan
peralatan elektronik yang berguna sebagai pemroses tanggapan detector menjadi
suatu informasi yang dapat diamati oleh panca indera.
3.2 Peralatan pengukuran radiasi
Peralatan pengukur radiasi umumnya terdiri atas 2 bagian utama yaitu
detektor dan peralatan penunjang. Detektor merupakan suatu materi atau bahan yang
19
peka terhadap radiasi yang mana apabila dikenai radiasi maka akan menimbulkan
suatu respon tertentu yang dapat diamati sedangkan peralatan penunjang biasanya
berupa peralatan elektronik yang berfungsi memproses atau mengubah tanggapan
detektor menjadi informasi yang dapat diamati oleh panca indera dan dapat diolah
lebih lanjut menjadi informasi yang lebih berarti.
Gambar 4: Kontruksi alat ukur radiasi
Suatu detektor radiasi bekerja dengan cara mengukur perubahan yang terjadi
dalam suatu medium sebagai akibat dari adanya penyerapan energy radiasi oleh
medium tersebut. Terdapat 2 jenis mekanisme atau interaksi yang sering terjadi dalam
detector dan sering dimanfaatkan untuk mendeteksi radiasi atau mengukur radiasi
yaitu proses ionisasi dan proses sintilasi.[9]
3.2.1 Proses Ionisasi
Ionasi merupakan suatu peristiwa fisik yang terjadi pada atom yang mana
pada peristiwa ini elektron terlepas dari orbitnya. Peristiwa ini terjadi pada medium
yang dilalui oleh sinar pengion sehingga atom atau molekul tersebut memiliki
kelebihan muatan positif.[6]
20
Gambar 5: kejadian pelepasan electron saat terkena radiasi
Jumlah dari pasangan ion, electron yang bermuatan negatif dan atomnya yang
bermuatan positif sebanding dengan jumlah energi yang diserap, yang diberikan oleh
persamaan berikut:
N= ΣEw
dengan N merupakan jumlah pasangan ion, E merupakan energi radiasi yang diserap
dan w merupakan daya ionisasi bahan penyerap: energi yang dibutuhkan untuk
menimbulkan proses ionisasi.
Dalam proses ionisasi energi radiasi diubah untuk dapat menghasilkan
pelepasan sejumlah electron . Apabila diberikan suatu medan listrik maka elektron
yang dihasilkan pada proses ionisasi akan bergerak ke kutub positif. Pergerakan
elektron ini akan menginduksi arus. Apabila energi radiasi yang terserap semakin
besar maka arusnya akan semakin besar juga.[9]
3.2.2 Proses Sintilasi
Sintilasi merupakan peristiwa terpancarnya percikan cahaya ketika terjadi
transisi elektron dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih
rendah di dalam detektor, apabila terdapat kekosongan elektron pada orbit yang lebih
dalam. Kekosongan elektron tersebut dapat disebabkan oleh lepasnya elektron (proses
21
ionisasi) atau loncatnya elektron ke lintasan yang lebih tinggi ketika dikenai radiasi
(proses eksitasi). Dalam proses sintilasi, energi radiasi diubah menjadi pancaran
cahaya tampak. Semakin besar energi radiasi yang diserap maka semakin banyak
percikan cahayanya.[7]
Gambar 6: Proses sintilasi; penyerapan energy radiasi (kiri) dan pemancaran cahaya
(kanan)
3.3 Metode Pengukuran Radiasi
Terdapat dua mode pengukuran radiasi yaitu mode pulsa dan mode arus.
3.3.1Mode pulsa
Pada mode ini setiap radiasi yang mengenai alat ukur akan dikonversi menjadi
sebuah pulsa listrik, sehingga bila jumlah radiasi yang mengenai alat ukur besar maka
pulsa listrik yang dihasilkan pun akan semakin banyak. Sedang energi dari tiap
radiasi yang masuk akan sebanding dengan tinggi pulsa yang dihasilkan. Perolehan
tinggi pulsa ini akan diolah melalui persamaan.
Informasi yang direkam oleh alat ukur ini merupakan jumlah cacahan dalam
waktu pengukuran tertentu serta tinggi pulsa listrik. Jumlah pulsa sebanding dengan
22
jumlah radiasi yang memasuki detektor, dan tinggi pulsa sebanding dengan energi
dari radiasi.
3.3.2 Mode Arus
Pada mode arus , radiasi yang ditangkap detektor tidak dikonfersi menjadi
pulsa listrik akan tetapi dirata – rata akumulasi energi dari radiasi per satuan waktu
yang akan dikonfersikan menjadi arus listrik. Semakin banyak jumlah radiasi
persatuan waktu yang memasuki detektor maka arusnya akan semakin besar.
Pada proses konversi dengan cara atau mode ini pengukuran arus tidak
dilakukan secara individual tetapi secara akumulasi. Informasi yang ditampilkan
merupakan intensitas radiasi yang memasuki detector.[9]
3.4 Jenis jenis detector
Terdapat beberapa jenis detector diantaranya yaitu
3.4.1 Detektor isian gas
Detektor ini memanfaatkan hasil interaksi antara radiasi pengion dengan
detektor yang berbentuk gas. Terserapnya radiasi pengion ke dalam bahan detektor
mengakibatkan elektron terlepas dari atom materi detektor sehingga terbentuk
pasangan ion positif dan negatif.Jumlah pasangan ion yang terbentuk ini bergantung
pada jenis dan energi radiasi yang diberikan.
Detektor ini memiliki bentuk silinder yang terisi oleh gas dan memiliki dua
buah elektroda. Dinding tabung yang berfungsi sebagai selubung gas yang merupakan
elektroda negatif. Pada bagian tengah tabung terdapat kawat yang berfungsi sebagai
elektroda positif, kedua elektroda ini berfungsi sebagai kapasitor.
23
Gambar 7: Skema Detektor Radiasi
Masuknya radiasi ke dalam tabung detektor mengakibatkan terjadinya
pasangan ion. Ion positif akan menuju ke katoda dan ion negatif menuju ke anoda.
Akibat muatan listrik yang tertarik ke bagian berlawanan pada masing - masing
elektroda maka akan terjadi pengurangan muatan listrik pada masing - masing
elektroda. Penurunan jumlah muatan akan mengakibatkan pengurangan tegangan
antara kedua elektroda, yang dirumuskan:
∆ V =∆ QC
Apabila N menunjukkan banyak pasangan ion yang terjadi dan e merupakan muatan
elektron sehingga jumlah penurunan muatan pada kapasitor menjadi:
∆Q = Ne
sehingga diperoleh
∆ V =NeC
melalui persamaan maka dapat disimpulkan bahwa penurunan tegangan akan
sebanding dengan jumlah pasangan ion yang terjadi. Perubahan tegangan ini dapat
mengakibatkan aliran listrik yang kemudian dapat diubah menjadi angka hasil
cacahan radiasi.[8]
24
3.4.2Detektor Sintilasi
Detektor ini terdiri dari 2 bagian yaitu sintilator dan photomultiplier. Bahan
sintilator merupakan suatu bahan padat, cair, maupun gas, organic maupun anorganik
yang dapat menghasilkan pendaran atau percikan cahaya bila dikenai radiasi pengion.
Photomultiplier digunakan untuk mengubah percikan cahaya oleh bahan sintilator
menjadi pulsa listrik. Mekanisme pendeteksian radiasi pada detector ada 2 tahap
yaitu:
proses pengubahan radiasi yang mengenai detector menjadi percikan cahaya
didalam bahan sintilator
proses pengubahan percikan cahaya menjadi pulsa listrik dalam tabung
photomultiplier.
Bahan Sintilator
Dalam Kristal bahan sintilator terdapat pita valensi dan pita konduksi yang
dipisahkan dengan tingkat energi tertentu. Pada keadaan dasar, ground state, seluruh
electron berada pada pita valensi dengan pita konduksi yang kosong. Ketika ada
radiasi yang memasuki Kristal akan muncul kemungkinan energy diserap oleh
beberapa elektron yang ada di pita valensi sehingga elektron dapat meloncat menuju
pita konduksi. Kemudian setelah beberapa saat elektron akan kembali ke pita valensi
sambil memancarkan cahaya.[9]
Gambar 8: proses terjadinya pancaran cahaya dalam sintilator
25
Prinsip kerja detektor sintilasi
Prinsip Kerja detector sintilasi diberikan pada gambar 5. Radiasi yang
memasuki detector mengakibatkan elektron penyusun atom bahan detektor
tereksitasi. Saat elektron kembali kekeadaan dasarnya elektron pada orbit tersebut
akan memancarkan cahaya, yang mana cahaya ini ini akan menumbuk katoda yang
permukaannya telah dilapisi oleh photosensitif. Sehingga katoda akan menghasilkan
minimal satu elektron tiap foton yang menumbuknya melalui peristiwa efek
fotolistrik. Dibelakang katoda terdapat tabung pengganda elektron (tube PMT) yang
terdiri dari beberapa elektroda yang disebut dynode yang masing –masing
dihubungkan dengan tegangan listrik searah yang yang terus bertambah. Akibat
adanya dynode awal dan fotokatoda maka timbul medan listrik, sehingga fotoelektron
akan dipercepat oleh medan listrik menuju dynode pertama. Elektron yang dipercepat
ini memiliki energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron dari dynode pertama.
untuk sebuah fotoelektron yang mengenai dynode akan dihasilkan paling tidak 10
buah elektron sekunder. Elektron sekunder ini diarahkan geraknya sehingga
dipercepat oleh medan listrik antara dynode kedua dengan pertama sehingga dari
dynode kedua dihasilkan elektron tersier yang jumlahnya berlipat. Proses ini akan
berulang terus hingga electron keluar dari dynode terakhir dapat menghasilkan
keluaran arus yangn nilainya sejuta kali dari arus yang keluar dari katoda.[2]
Gambar 9: Skema Photomultiplier tube (PMT)
26
3.4.3 Detektor Semikonduktor
Semikonduktor merupakan jenis bahan yang relatif baru dalam penggunaaan
detektor yang mana detektor jenis ini memiliki banyak keuntungan. Detektor jenis ini
biasanya digunakan untuk pengukuran energi elektron tinggi atau sinar gamma,
dimensi detektor ini dapat dibuat lebih kecil dari detektor isian gas, karena massa
jenis zat padat seribu kali lebih besar dibanding rapat massa gas. Kisi periodik dari
material Kristal menunjukkan batas pita energy dari elektron untuk tetap berada pada
material. Energi dari elektron dalam material murni dapat menunjukkan satu dari
pita energi, yang mana pita energi ini dipisahkan oleh gap atau jarak dari energi
terlarang. Penjelasan ini menjadi lebih sederhana seperti ditunjukkan oleh gambar :
Gambar 10: Struktur Pita energy
Prinsip Kerja Detektor Semikonduktor
Pengoperasian tipe detektor ini didasarkan pada penyimpanan muatan yang
dibentuk oleh interaksi foton melalui aplikasi medan listrik eksternal. Pemilihan
material semikonduktor yang tepat untuk detektor dipengaruhi oleh range energi yang
diinginkan. Seluruh mekanisme interaksi dari sinar-X dan gamma, berlaku 3 efek
yang penting dalam pengukuran radiasi yaitu penyerapan fotolistrik, hamburan
Compton, dan produksi pasangan. Pada absorpsi fotolistrik foton mentransfer seluruh
energi. Pada elektron atom, sementara foton berinteraksi melalui proses Compton
yang hanya mentransfer sebagian dari energy ke electron lebih luar. Pada produksi
pasangan foton yang memiliki energy diatas 1.02 MeV akan berinteraksi dalam
27
medan coulomb dan inti atom yang menghasilkan elektron dan pasangan positron.
Hanya efek fotolistrik yang memberikan hasil dalam penyerapan total dari pancaran
energy dan ini memberikan informasi yang berguna mengenai energy foton.[13]
Spektrometer detektor semikonduktor untuk sinar-X dan gamma berkelakuan
seperti ember ionisasi yang beroperasi dengan mode pulsa. Interaksi yang terjadi 2
langkah proses dimana electron dibentuk pada proses fotolistrik atau efek Compton
yang mana pada keadaan ini efek ini kehilangan energy mereka akibat ionisasi
lubang-elektron. Hal terpenting dari penyerapan fotolistrik yaitu jumlah lubang-
elektron adalah proposional dengan energy foton. Elektron dan lubang bergerak
kearah elektroda yang berlawanan, anoda dan katoda untuk electron dan lubang.[13]
3.5 Kalibrasi energi
Metode kalibrasi energi digunakan untuk memperoleh hubungan
kesebandingan antara nomor salur dan energi dari spectrum sinar-X yang mana hal
ini diperoleh melalui pencacahan tenaga dari suatu sumber radioisotop standar.
Pengukuran dilakukan dengan mencacah beberapa sumber radioaktif yang
telah diketahui energinya. Hubungan linier kalibrasi energi dinyatakan secara teliti
dan tidak bergantung pada subjektifitas pembuat kurva maupun yang akan
menggunakan kurva tersebut. Pengolahan data kalibrasi menjadi persamaan linier
menggunakan metode kuadrat terkecil linier dan Microsoft excel yang dapat
memberikan rumus persamaan linier dan hubungan linieritas antar titik kordinat y
fungsi absis x. dengan persamaan umum sebagai berikut:
y = a + bx
dengan: y adalah energy sinar-X(KeV), x adalah nomor salur
a dan b adalah bilangan konstanta linier [14]
28
BAB IV
METODOLOGI
4.1 Tempat dan Waktu
4.1.1 Tempat
Kuliah Kerja Lapang ini dilakukan di Pusat Teknologi
Keamanan dan Metrologi Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Indonesia di
bagian dosimetri, Jl Lebak Bulus 49, Jakarta Selatan
4.1.2 Waktu
Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapang ini berlangsung selama satu
bulan yaitu mulai tanggal 26 juli 2010 sampai 28 agustus 2010
4.2 Alat
Pada Kuliah Kerja Lapang ini objek peralatan yang dipelajari adalah
spektrometer sinar- X dengan detektor CdTe.
4.3 Metode Penelitian
Metode yang dilakukan pada saat melakukan survey di lapangan yaitu
bersosialisasi atau bertanya langsung pada pembimbing lapangan dan staf yang
mengerti mengenai penggunaan spektrometer sinar-X dengan detector Cd-Te. Metode
penelitian ini juga dilakukan melalui pengamatan dan percobaan alat secara langsung.
Hal pertama yang dilakukan yaitu mempersiapkan semua peralatan dan bahan
yang diperlukan yaitu spektrometer sinar x detector CdTe, computer, dan sumber
radiasi. Sebelumnya alat dirangkai dengan susunan sebagai berikut:
29
MCA PX4 disambungkan dengan detector dan amplifier XR-100T dengan cara
menghubungkan kedua alat ini menggunakan kabel penghubung yang ditancapkan
pada bagian depan MCA dan bagian belakang detektor seperti gambar berikut:
Gambar 11: rangkaian alat spektrometer sinar X
Kemudian MCA dihubungkan dengan sumber listrik dengan menggunakan adaptor
dan computer dihubungkan dengan MCA melalui kabel usb.
setelah alat terpasang dan terangkai dengan benar maka kemudian MCA (Multi
Channel Analyzer) dinyalakan dengan cara menekan tombol on off secara singkat
hingga terdengar nada bip.
Setelah MCA dan detektor dalam keadaan on kemudian aplikasi software ADMCA
dijalankan dan kemudian pilih connect pada promp yang tertampil ketika program
dijalankan untuk pertama kali.
Gambar 12: tampilan pada komputer saat ADMCA dijalankan
30
Kemudian teganggan masuk pada MCA serta pemilihan jenis detector dilakukan
melalui DPP set Up
seperti yang ditunjukkan promp berikut
Gambar 13: tampilan seting MCA pada program ADMCA
31
pengubahan nilai teganggan bias dilakukan dengan cara mengisi keterangan high
voltage bias sesuai dengan yang diinginkan atau menggunakan setingan default yang
ada sesuai dengan detektor yang digunakan.
setelah seting diatur maka pencacahan dapat dilakukan pengukuran dilakukan dengan
cara mengklik tanda (start aquisition) pada bagian toolbar. Kemudian pencacahan
dimulai, lama pencacahan disesuaikan dengan resolusi peak yang diperoleh dalam
artian lama pencacahan bergantung dari jelas atau baiknya perolehan tinggi peak
apakah sudah cukup jelas atau tidak. Sebelum dilakukan pencacahan sumber terlebih
dahulu diletakkan didepan detektor.
Kalibrasi
Pengkalibrasian dilakukan dengan cara atau dengan langkah – langkah sebagai
berikut:
puncak – puncak energi dari sumber di tandai dan dicari titik centroidnya kemudian
nilai centroidnya dimasukkan ke kolom channel dan kolom value diisi dengan besar
energi spektrum yang telah diketahui sesuai dengan probabilitas masing – masing
energi yang kemudian dicocokkan dengan spektrum.
Gambar 14: tampilan kolom nilai kanal dan energi untuk kalibrasi
32
setelah memasukkan nilai kanal dan energi maka dapat dibuat plot kalibrasi pada
program ADMCA. Kemudian klik ok untuk memunculkan nilai energi pada sumbu x.
Setelah dilakukan pencacahan untuk semua sumber kemudian data berupa kanal dan
energi yang telah diketahui dicatat dan diproses melalui program Microsoft exel
untuk memperoleh nilai regresi dan persamaan linieritas antara kanal dan energi.
Penggunaan MS Exel
Pertama tama dilakukan penginputan data – data yang berupa data kanal dan energi
kemudian data diblok.
Setelah itu klik menu insert dan pilih plot scattering setelah muncul garis plot
kemudian garis plot diklik dan kemudian pilih menu layout dan klik menu tredline
dan pilih linier tredline kemudian klik kanan pada garis plot dan pilih format tredline
dan centang pilihan untuk memunculkan persamaan regresi dan nilai regresi
kemudian klik ok sehingga persamaan dan nilai akan tertampil pada plot.
metode selanjutnya yaitu membandingkan hasil perolehan khususnya dalam hal
resolusi bentuk spektrum dengan detektor semikonduktor lainnya.
33
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Alat yang digunakan
Pada kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini peralatan yang digunakan adalah
spektrometer sinar-X dan sinar gamma ini terdiri dari sumber tegangan, detektor,
pengolah data, penguat, komputer dan kabel – kabel konektor untuk menghubungkan
perangkat – perangkat elektronik ini.
Gambar 15:Susunan alat spektrometer sinar X
34
Tombol on/off
daya ke detektorsambungan menuju Amplifier
MCA,,pemroses sinyal, catu day, pembentuk penguat
komputer
detector CdTe
Penguat mula
Gambar 16:Pemroses pulsa digital, catu daya, pembentuk penguat, dan MCA bagian
depan dan belakang
Gambar 17: Detektor CdTe; penguat mula, kolimator, spacer dan tungsten
Spektrometer ini berfungsi untuk mendeteksi spektrum energi sinar X dan
sinar gamma yang dipancarkan oleh materi yang memancarkan radiasi. Penggunaan
dari spektrometer ini dimaksudkan untuk mengetahui besar energi yang dipancarkan
suatu material yang memancarkan radiasi yang mana energi ini sendiri dapat
digunakan untuk mengetahui dosis radiasi dari material tersebut. Penggunaan dari
spektrometer ini lebih dikhususkan untuk pengukuran spektrum energi
35
kolimator
spacer
tungsten sambungan daya
masukan daya ac keluaran osiloskop/analog
keluaran ke layar/monit
keluaran ke komputer
pentanahan
5.2. Bagian – bagian dari spectrometer sinar X dan gamma
5.2.1. Sumber Tegangan
Sumber tegangan pada spektrometer ini dihubungkan pada MCA (Multi
Channel Analyzer) yang mana pada MCA ini akan terjadi pembagian tegangan untuk
detector dan untuk perangkat elektronik itu sendiri yaitu MCA.
Sumber tegangan untuk perangkat elektronik disebut dengan catu daya dan
sumber tegangan untuk detektor disebut dengan sumber tegangan tinggi (High
Voltage Bias Supply) yang berfungsi untuk membuat lapisan – lapisan electron –
hole.
5.2.2 Detektor
Detektor yang digunakan pada alat ini yaitu detektor semikonduktor jenis
CdTe. Prinsip kerja dari detektor jenis ini yaitu:
Sinar X dan sinar gamma berinteraksi dengan atom CdTe untuk membentuk
pasangan elektron dan hole untuk setiap 4.43 eV energi yang hilang dari CdTe. Selain
bergantung pada energi radiasi yang datang, Kehilangan energi ini juga didominasi
oleh adanya efek fotolistrik dan hamburan Compton. Kemungkinan atau efisiensi dari
detektor untuk menghentikan radiasi datang dan membentuk pasangan elektron-hole
bertambah seiring dengan peningkatan ketebalan dari CdTe[1].
Kombinasi CdTe terdiri dari nomer atom 48-52 dengan jarak pita energi yang
cukup besar yaitu 1.47 eV, untuk dapat digunakan dalam pengoperasian dalam suhu
ruang. Probabilitas dari penyerapan fotolistrik tiap unit luas permukaan secara kasar
memiliki faktor antara 4-5 kali lebih tinggi dibanding germanium dan 100 kali lebih
besar dibanding silikon, untuk jenis energi sinar gamma tertentu[12].
Untuk mendukung pembentukan elektron-hole maka diperlukan tegangan
yang cukup tinggi. Tegangan yang terlalu tinggi pada pengoperasian dalam suhu
kamar dapat mengakibatkan kebocoran yang tinggi dan tidak dapat ditolerir yang
36
nantinya dapat mengakibatkan konsleting atau kegagalan. Oleh karenanya perangkat
detektor ini dilengkapi dengan pendingin sehingga kebocoran arus dapat dikurangi
dan memungkinkan digunakannya tegangan bias yang tinggi.
Pendingin termoelektrik ini mendinginkan CdTe dan masukan transistor FET
yang berfungsi untuk sensisitifitas penguatan mula. Pendinginan FET berfungsi untuk
mengurangi kebocoran arus dan mengurangi noise dari system elektronika[1].
5.2.3 Pengolah Data
5.2.3.1 Penganalisa Saluran Ganda (MCA)
Penganalisa saluran ganda ini berfungsi untuk mengubah tegangan menjadi
bentuk spektrum radiasi dari radioisotop yang mana spectrum ini merupakan hasil
distribusi cacahan pulsa terhadap tingkat energi yang kemudian ditampilkan pada
computer. Pada MCA terdapat alat yang disebut dengan diskrimator, yang mana alat
ini berfungsi sebagai pemisah sinyal masuk detektor dengan derau atau noise dari
perangkat elektronika.
5.2.3.2 Penguat Pulsa Linier
Penguat pulsa linier pada perangkat spektrometer ada dua bagian yaitu
penguat mula (Preamplifier) dan penguat akhir (amplifier).
Penguat mula berfungsi untuk mendapatkan sinyal yang dihasilkan oleh
detektor sebelum terpengaruhi atau terganggu oleh factor lingkungan yang dapat
menimbulkan gangguan dalam pengukuran. Pada perangkat ini FET dan preamplifier
diletakkan pada bagian yang sama dengan detector sehingga noise dari perangkat
elektronika tidak besar dan penempatan ini juga berfungsi untuk memperkecil sifat
parasitif dari kapasitansi pada daerah masukan.
Penguat akhir pada spektrometer ini terletak pada perangkat yang sama
dengan MCA. Fungsi dari penguat akhir ini yaitu untuk memperkuat sinyal dari
37
penguat mula dan mengubahnya melalui penguatan dan pembentukan pulsa agar
pulsa yang ada dapat mencukupi untuk pengukuran dan analisa lebih lanjut.
5.2.4 Pengubah Sinyal Analog ke Digital
Pengubah Sinyal analog ke digital berfungsi untuk mengubah sinyal analog
dari penguat menjadi besaran digital. Informasi yang berasal dari ADC berupa jumlah
cacahan pada masing- masing saluran yang kemudian diproses dan ditampilkan pada
monitor.
5.2.5 Komputer
Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut prosedur
yang telah dirumuskan. Komputer berfungsi sebagai pemproses data cacahan untuk
tiap – tiap saluran dan juga berfungsi sebagai penampil hasil cacahan dan spektrum
dari energi radiasi.
5.2.6 Kolimator
Kolimator berfungsi untuk mengumpulkan pancaran radiasi agar resolusi
puncak radiasi yang tertampil lebih baik (sempit).
5.3 Sumber Radiasi
Untuk mendapatkan kalibrasi energi maka perlu dilakukan pengukuran energi
dari sumber radiasi minimum dua sumber radiasi pada percobaan ini digunakan
empat sumber radiasi yaitu Am-241, Ba-133, Cs-137, dan Eu-152 yang mana
keseluruhan sumber radiasi ini merupakan sumber radiasi yang memancarkan sinar-X
dan sinar gamma
5.3.1 Amerisium 241
Amerisium merupakan unsur trans uranium yang ditemukan ke-empat. Sifat
dari amerisium yaitu berkilau putih dan keperak – perakan, mudah ditempa.
Amerisium harus ditangani dengan hati – hati guna menghindari kontaminasi.
38
Aktifitas partikel alfa dari Am-241 tiga kali lebih besar dibanding radium. Apabila
menangani beberapa gram amerisium, maka aktifitas gammanya dapat menimbulkan
bahaya paparan radiasi yang serius. Amerisium memiliki waktu paruh yang relatif
panjang yaitu 432.2 tahun. [10]
5.3.2 Barium 133
Barium termasuk logam berat yang berwarna putih perak seperti timah.
Barium alami merupakan campuran dari tujuh isotop stabil, yang mana kelimpahan
barium sangat tinggi dialam. Barium 133 memiliki waktu paruh selama 10.51 tahun.
[3]
5.3.3 Cesium 137
Merupakan isotop radioaktif cesium yang dibentuk sebagai produk fisi oleh
fisi nuklir. Cesium memiliki waktu paruh sepanjanng 30.1 tahun dan ia memancarkan
radiasi beta menjadi isomer nuklir tak stabil, cesium bersifat sangat reaktif.[4]
5.3.4 Euripium 152
Euripium memiliki waktu paruh 13.516 tahun. Eribium tidak dapat
memancarkan radiasi beta. europium diproduksi melalui fisi nuklir.[5]
Gambar 18: sumber radiasi
39
5.4 Kalibrasi Energi
Spektrometer sinar X dan gamma merupakan suatu metoda pengukuran
spectrum sinar X dan gamma yang bersifat relatif, oleh karena sifatnya ini maka
terlebih dahulu perlu dilakukan pengkalibrasian dengan menggunakan sumber standar
radioaktif yang energinya telah diketahui.
Setiap energi pancaran radiasi sinar X dan gamma akan menunjukkan puncak
yang bersesuaian dengan besar radiasi energi sinar X dan gamma yang dipancarkan
dari sumbernya dan bersesuaian juga dengan nilai kemungkinan (probabilitas) energi
tersebut.
Pulsa dari detektor akan diperkuat dengan amplifier, yang mana tinggi pulsa
yang dihasilkan akan setara dengan sinar X dan gamma yang menumbuk detektor.
Kemudian MCA akan mengumpulkan tiap cacahan yang memiliki tinggi sama yang
kemudian akan didata dalam satu salur dengan nomer tertentu. Dengan demikian
maka nomer salur dari penganalisis ganda akan sebanding dengan energi radiasi sinar
X dan gamma.
Untuk dapat mengkalibrasi nomer salur maka perlu dilakukan pengukuran
beberapa sumber standar yang telah diketahui nilai energinya. Dalam hal ini sumber
yang digunakan adalah Am-241, Ba-133, Cs-137, dan Eu-152. Setelah dilakukan
pengukuran maka diperoleh data sebagai berikut:
Sumber Kanal Energy
(KeV)
FWHM Kelimpahan
(%)
Kondisi
sumber
Keterangan Jenis
radiasi
Am-
241
83.01 13.9 2.493 13.3 Padat Dengan
kolimator
Sinar-X
105.5 17.8 2.400 19.4 Sinar-X
123.71 20.8 2.566 4.9 Sinar-X
155.59 26.3 2.259 2.4 Gamma
350.09 59.5 3.233 35.9 Gamma
40
Ba-133 182.24 30.97 3.870 24.6 padat Dengan
kolimator
Sinar-X
206.31 35.2 2.684 8.84 Sinar-X
475.74 81 3.966 38.0 Gamma
Eu-152 235.12 40.12 5.362 38.0 Cair Tanpa
kolimator
Sinar-X
267 45.5 2.637 14.8 Sinar-X
Cs-137 189.39 32.19 4.022 3.68 Cair Tanpa
kolimator
Sinar-X
214.37 36.5 3.146 1.34 Sinar-X
Setelah diperoleh data –data seperti diatas maka kemudian dilakukan pemplotan nilai
energi terhadap nomer salur dengan menggunakan program Microsoft office excel
maka diperoleh grafik hubungan linier antara energi dan nomor salur berikut dengan
persamaan regresinya yang diberikan sebagai berikut:
50 100 150 200 250 300 350 400 450 5000
10
20
30
40
50
60
70
80
90
f(x) = 0.170825495495282 x − 0.18337606249149R² = 0.999965814691562
No Saluran
Ener
gi (K
eV)
Gambar 20: kalibrasi antara enrgi dan nomor salur/kanal
41
Dari perolehan grafik ini dapat dilihat bahwa detektor jenis CdTe ini memiliki
kelinieran yang baik, hal ini ditunjukkan dengan nilai regresi yang bernilai satu.
Dengan diperolehnya persamaan regresi maka nilai energi dapat diperoleh dengan
memasukkan nilai x yang dalam hal ini adalah nomor salur. Bentuk umum persamaan
tersebut yaitu:
Y = Ax-B
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa kolimator memiliki peranan
dalam pembentukan citra atau peningkatan kualitas resolusi puncak energi hal ini
dapat dilihat melalui nilai lebar setengah puncaknya (FWHM), yang mana pada
sumber standar yang dalam pengukurannya menggunakan kolimator memiliki lebar
setengah puncak yang relative lebih kecil dibanding dengan pengukuran tanpa
kolimator. Perbedaan ini dapat terjadi karena rangkaian elektronik dan detektor
terlalu sibuk dalam pengolahan sinyal yang masuk, sehingga kesalahan yang terjadi
dapat diakibatkan oleh kehilangan cacah, efek penjumlahan, waktu mati, serta factor-
factor lainnya ketika melakukan pengukuran tanpa kolimator.[14]
Dari data yang diperoleh dapat dilihat pula sebagian besar energi yang
tertangkap dari sumber oleh detektor merupakan jenis radiasi energi sinar X dan
radiasi energi sinar gamma energi rendah yaitu dibawah 100KeV. Hal ini dikarenakan
daerah kerja detektor CdTe berada dibawah 100 KeV yang mana detektor jenis ini
sangat sensitif pada radiasi energi sinar X dan gamma energi rendah. Hal ini
ditunjukkan oleh grafik efisiensi detektor terhadap energi berikut:
42
Gambar 21: efisiensi detector CdTe terhadap energi
dari kurva dapat dilihat bahwa kerja detektor CdTe sangat baik pada pendeteksian
energi rendah dengan efisiensi yang tinggi akan tetapi ketika pengukuran dilakukan
pada daerah energi diatas 100 KeV maka muncul noise atau gangguan pengukuran
yang diakibatkan oleh menurunnya efisiensi efek foto listrik dan interaksi total
sehingga akibat absorpsi sehingga backgroundnya menjadi tinggi dan mengakibatkan
resolusi energinya menurun.
5.5 Perbandingan resolusi Detektor CdTe dengan Detektor HpGe dan Silikon
Berikut diberikan gambar perolehan spektrum dengan menggunakan detektor HpGe
dan CdTe serta silicon serta perbandingan perolehan spektrum oleh tiga detektor ini.
Gambar 22: hasil spektrum Eu-152 menggunakan detektor HpGe
43
Gambar 23: hasil spektrum Eu-152 dengan menggunakan detektor CdTe
melihat dari 2 spektrum ini dapat dilihat bahwa pengukuran spektrum dengan
menggunakan detektor HpGe memiliki resolusi yang lebih baik hal ini ditunjukkan
dengan bentuk puncak yang jauh lebih sempit dibandingkan dengan perolehan
puncak oleh detektor CdTe. Selain itu energi yang tertangkap oleh detektor HpGe
memiliki range yang jauh lebih lebar dibandingkan dengan perolehan spektrum
energi oleh CdTe, yang mana energi yang terukur oleh HpGe yaitu energi Eu-152
untuk seluruh energi yang tertera pada tabel energi Eu-152. Sedangkan CdTe hanya
mampu mendeteksi energi pada 40,118 Kev; 45,5 KeV; dan 121,78 Kev yang mana
untuk energi 121,78 resolusi puncak yang dihasilkan sangat buruk.
Gambar 24: perbandingan hasil spektrum detektor CdTe dan Silikon
44
40,12 Kev
45,5 KeV
Spektrum diatas menunjukkan perbandingan resolusi spektrum antara detektor
silikon dan CdTe untuk Amerisium 241, melalui gambar dapat dilihat bahwa bentuk
spektrum Cdte jauh lebih lebar dibandingkan bentukkan spektrum oleh detektor
silikon. Diantara detektor HpGe, silikon dan CdTe detektor CdTe lah yang memiliki
resolusi paling buruk. Hal ini dikarenakan probabilitas penyerapan fotolistrik CdTe
lebih tinggi dibanding HpGe dan silikon yaitu 4-5 kali lebih besar dari HpGe dan
100 kali lebih tinggi dibanding silikon. Faktor penyerapan fotolistrik inilah yang
nantinya akan mengurangi efisiensi dari penggunaan detektor CdTe ini, yang mana
pada detektor semikonduktor proses atau peristiwa yang memegang peranan penting
dalam penyerapan total dari pancaran energi adalah fotolistrik. Pada penyerapan
fotolistrik foton berinteraksi dengan ikatan elektron dan seluruh energi foton diserap.
Elektron dilemparkan dari atom dengan energi Ee secara aprokmasi sama dengan
Ee=Eλ−Eb
dimana Eb merupakan energi ikat. Energi sekecil apapun akan disampaikan ke atom
yang bersangkutan, seperti yang tergambarkan pada persamaan diatas. Meskipun
interaksi terjadi pada ruang vakum, elektron yang terlepas akan diperlambat dalam
material tetangganya dan diserap olehnya[11].
45
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Spektrometer sinar-X merupakan alat untuk mendeteksi spektrum energi sinar
X dan sinar gamma yang dipancarkan oleh materi yang memancarkan radiasi. Pada
alat ini detektor yang digunakan adalah semikonduktor CdTe, yang mana detektor ini
bersifat sensitif terhadap energi sinar-X dan sinar gamma dengan energi rendah.
Sinar -X dan sinar gamma berinteraksi dengan atom CdTe untuk membentuk
pasangan elektron dan hole untuk setiap 4.43 eV energy yang hilang dari CdTe.
Selain bergantung pada energi radiasi yang datang, Kehilangan energi ini ini juga
didominasi oleh adanya penyerapan fotolistrik oleh materi sekitar serta efisiensi dari
efekfotolistrik yang berkurang.
Peralatan spektrometer sinar-X dan sinar gamma ini terdiri dari sumber
tegangan, detector, pengolah data, penguat, computer dan kabel – kabel konektor
untuk menghubungkan perangkat – perangkat elektronik ini.
Spektrometer Sinar-X ini memiliki linieritas yang baik yang mana hal ini
berarti keakuratan pengukuran energy sinar-X dan gamma energy rendah cukup
akurat, detector jenis ini memiliki resolusi yang lebih buruk dibanding dengan
detector jenis HpGe dan SiLi yang mana hal ini dikarenakan factor penyerapan
fotolistrik pada CdTe lebih tinggi dibandingkan dengan HpGe dan SiLi.
6.2 Saran
Spektrometer sinar-X dengan detector CdTe sebaiknya digunakan hanya
untuk mengukur spektrum energi sinar-X dan gamma rendah, karena alat ini memiliki
resolusi yang baik untuk pengukuran energi tingkat rendah. Sebaliknya apabila
digunakan untuk pengukuran energi yang tinggi(diatas 100Kev) maka hasil spektrum
akan menjadi buruk.
46
DAFTAR PUSTAKA
[1] Amptek Inc. 2008. Operating Manual XR-100T CdTe X-Ray Detector and
Preamplifier With PX4 Digital Pulse Processor and Power Supply. Amptek
Inc.USA
[2] Anonim. http://ceeraia.blog.uns.ac.id/2010/05/04/detektor-sintilator-naitl/. diakses
tanggal 28 agustus 2010
[3] Anonim. http://en.wikipedia.org/wiki/Barium. diakses tanggal 28 agustus 2010
[4] Anonim. http://en.wikipedia.org/wiki/Caesium-137. diakses tanggal 28 agustus
2010
[5] Anonim. http://en.wikipedia.org/wiki/Europium. diakses tanggal 28 agustus 2010
[6] Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Ionisasi. diakses tanggal 28 agustus 2010
[7]Anonim. http://www.infonuklir.com/readmore/read/iptek_nuklir/atom_dan_
radiasi/16eqqj-1/Bagaimana %20mengukur%20radiasi. diakses tanggal 6 oktober
2010
[8] Anonim. http://staff.undip.ac.id/fisika/ekohidayanto/files/2009/12/08-deteksi-
radiasi.pdf. diakses tanggal 15 agustus 2010
[9] Anonim. www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/_ private/
Prinsip% 20Dasar .pdf. diakses tanggal 8 agustus 2010
[10] Anonim. www.chem-is-try.org/tabel_periodik/amerisium/. diakses tanggal 28
agustus 2010
[11] Debertin,klaus, 1988, Gamma and X-Ray Spektrometry With Semiconductor
Detectors, Physical Science and Engineering. Division Elsevier Science
Publishers, Amsterdam
47
[12] Knoll, Glenn F. 1989. Radiation Detection and Measurement. John Wiley &
Sons. Canada.
[13] Sordo,Stefano Del. 2009. Progress in the Development of CdTe and CdZnTe
Semiconductor Radiation Detector For Astrophysical and Medical
Applications.Sensors.3491-3526.
[14] Wijono, dan Rosdiani. 2006. Kalibrasi Energi dan Efisiensi Detektor HpGe
Model Gc1018 Pada Rentang Energi 121 Sampai 1408 keV Dengan Sumber
Standar Eu-152 LMRI. Prosiding pertemuan dan presentasi ilmiah fungsional
teknis non peneliti.
48