makalah seminar gab

24
SEMINAR ILMU KEDOKTERAN JIWA “ GANGGUAN BIPOLAR” Pembimbing: Dr. Khoirunina Sp.KJ BAGIAN/SMF PSIKIATRI

Upload: ajicaesarwicaksono

Post on 30-Jan-2016

22 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

seminar

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Seminar GAB

SEMINAR

ILMU KEDOKTERAN JIWA

“ GANGGUAN BIPOLAR”

Pembimbing:

Dr. Khoirunina Sp.KJ

BAGIAN/SMF PSIKIATRI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOETOMO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2015

Page 2: Makalah Seminar GAB

Disusun oleh:

1. Rheza Imawan M 011011165

2. Binar Larasanti S 011111023

3. Praf Nahlalogi 011111049

4. Stefanus GK 011111078

5. Qonita L.N.F 011111105

6. Dayu T.R 011111132

7. Andre B.N. 011111163

8. Lathifah N.F. 011111197

9. Roidah T.Z.W 011111224

10. Andrew Y.W 011111159

11. Ahmad Z.M. 011011169

12. Paula M.S 011111024

13. Anita M.D 011111050

14. Achmad Iqbal F 011111080

15. Nisa Amnifolia N. 011111106

16. Cholid Noor D 011111133

17. Willa M.T 011111165

18. Fawzia Hanum M 011111198

Page 3: Makalah Seminar GAB

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan bipolar yang seringkali juga disebut dengan Gangguan Manik-Depresif,

merupakan gangguan mood dimana seseorang dapat menampilkan episode manic atau

pergantian mood secara ekstrim antara depresi dan euphoria dari manic. Pergeseran yang

ekstrim dari mood, motivasi, dan energy tersebut dapat menimbulkan dsabilitas. Terdapat

dua tipe utama pada gangguan ini, dimana fitur yang pertama lebih ditandai dengan

mania. Patologi utama di dalam gangguan tersebut adalah mood, yaitu keadaan

emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi eksternal

dari isi emosional saat itu. GB I biasanya mulai pada masa remaja atau dewasa muda.

Episode pertamanya dapat berupa manic, depresi, atau campuran.

Sedangkan gangguan bipolar II, atau disebut episode depresif berat rekuren dengan

hipomania, adalah suatu kriteria diagnostic baru di dalam DSM-IV. Pasien dengan

gangguan sebelumnya diklasifikasikan sebagai menderita gangguan bipolar yang tidak

ditentukan. Gangguan bipolar II sebenarnya cukup sering ditemukan. Prevalensi GB II,

sepanjang kehidupan, adalah 0,5%. Sekitar 50% pasien dengan gangguan depresi major

sebenarnya adalah GB II.

Gabungan angka prevalensi GB I dan GB II adalah 2%. Angka ini lebih besar bila

dibandingkan dengan skizofrenia. Satu pertiga GB memiliki episode pertama pada masa

remaja dan 50% memperlihatkan komorbiditas dengan penyalahgunaan zat.

`

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dan etiologi gangguan bipolar?

2. Bagaimana kriteria diagnosis gangguan bipolar dan pemeriksaan apa saja yang

dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis gangguan bipolar?

3. Apa diagnosis banding dan penyulit untuk gangguan bipolar?

4. Bagaimana petatalaksanaan dan prognosa untuk gangguan bipolar?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dan etiologi gangguan bipolar.

Page 4: Makalah Seminar GAB

2. Untuk mengetahui diagnosis gangguan bipolar dan pemeriksaan apa saja yang

dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis gangguan bipolar.

3. Untuk mengetahui diagnosis banding dan penyulit untuk gangguan bipolar.

4. Untuk mengetahui petatalaksanaan dan prognosa untuk gangguan bipolar.

1.4 Manfaat

1. Meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dokter muda dalam menegakkan

diagnosis gangguan bipolar.

2. Menambah kajian ilmiah mengenai tatalaksana gangguan bipolar

Page 5: Makalah Seminar GAB

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Dan Etiologi Gangguan Bipolar

2.1.1 Definisi

Gangguan bipolar yaitu gangguan mood yang kronis dan berat yang ditandai

dengan episode mania, hipomania, campuran, dan depresi. Sebelumnya, gangguan bipolar

disebut dengan manic depresif, gangguan afektif bipolar, atau gangguan spectrum bipolar.

Gangguan bipolar dibagi menjadi 4 menurut DSM-IV, gangguan bipolar I,

gangguan bipolar II, gangguan siklotimia, dan gangguan bipolar yang tidak dapat di

spesifikasi. Awitan GB I biasanya mulai pada masa remaja atau dewasa muda. Episode

pertamanya dapat berupa manic, depresi, atau campuran. Adakalanya awitan pertama

berbentuk depresi dengan retardasi ringan atau hipersomnia yang berlangsung selama

beberapa minggu atau bulan dan kemudian berpindah ke episode manic. Episode manic

dengan cirri psikotik dapat pula ditemukan sebagai episode pertama. Gambarannya sangat

mirip dengan skizofrenia. Gambaran GB lebih jelas terlihat bila yang muncul adalah

episode manic yang klasik. Beberapa episode depresi dapat terjadi sebelum episode manic

pertama muncul. Riwayat hipertimik atau siklotiik sebaiknya ditanyakan pula kepada

keluarga karena gangguan ini sering pula mendahului episode manic.

Gangguan bipolar II ditandai dengan episode berulang sindrom depresi mayor dan

episode hipomanik. Hipomania adalah kondisi mania dengan intensitas lebih rendah bila

dibandingkan dengan mania (tidak memenuhi kriteria mania). Disebut juga bipolaria

ringan (soft bipolarity). Meskipun hipomania dapat berlangsung beberapa minggu,

hipomania pada akhir episode depresi, pada sebagian besar bipolar II, berlangsung tidak

lama, tetapi beberapa hari saja. Hipomania dengan durasi pendek yaitu kurang dari empat

hari sama dengan hipomania dengan durasi panjang (lebih dari 4 hari). Oleh karena itu,

ada yang menganjurkan supaya ambang durasi diturunkan menjadi dua hari.

Bentuk lain GB II adalah gangguan depresi mayor yang bertumpangtindih dengan

siklotimia. Hipomania dapat mendahului atau setelah episode depresi mayor. Periode

interepisodik dapat ditandai dengan gangguan siklotimia. pasien cenderung mempunyai

perjalanan yang tidak stabil, hubungan interpersonal yang tidak baik, episode hipomanik

yang lebih irtabel dan hostilitas sehingga bisa membingungkan dengan gangguan

kepribadian ambang.

Page 6: Makalah Seminar GAB

Individu dengan perjalanan yang tidak stabil itu mempunyai resiko bunuh diri lebih

besar. Beban yang tinggi untuk bunuh diri lebih sering pada GB II. Hipomania pada GB II

dapat dikatakan sebgai episode manic ringan (mini) yang terjadi secara spontan. Gangguan

mood bipolar II, terutama ketika depresi mayor, dapat bertumpangtindih dengan siklotimia

dan disebut siklotimik depresi.

Episode depresi pada pasien-pasien dengan GB sering mengalami campuran

(misalnya, loncatan ide, peningkatan dorongan dan impulsive dalam seksual) Keadaan ini

lebih baik disebut keadaan campuran depresi. Keadaan campuran depresi tidak seberat

keadaan campuran disforik tetapi lebih refrakter terhadap antidepresan. Keadaan campurn

depresi ini terjadi pada 60% kasus dengan bipolar II dan 30% pada kasus gangguan depresi

mayor unipolar.

Gangguan mood bipolar II (terutama ditandai dengan serangan depresi) lebih

sering muncul pada individu dengan dasar temperamen hipertimik atau siklotimik

sedangakn GB I (didefinisikan oleh serangan manic), sering berkembang dari temperamen

depresi. pasien dengan gangguan dpresi mayor yang berpindh menjadi bipolar II

memperlihatkan mood yang labil (siklotimia) atau aktif-energik (cirri temperamen

hipertimik). Ciri-ciri temperamen ini merupakan predictor yang spesifik (86%) dan

sensitive ntuk menentukn perpindahan menjadi bipolar II.

Karakteristik dasar bipolaritas adalah pembalikan temperamen ke bentuk episode

berlawanan (opposite). Misalnya pada spectrum GB II, dari siklotimia atau hipertimia ke

depresi mayor. Pencampuran isi siklotimiadan hipertimia ke episode depresi mayor dapat

mendasari ketidakstabilan GB II dan dapat menjelaskan seringnya depresi bipolar II

memperlihatkan gambar campuran.

Siklotimia adalah GB ringan (attenuated) yang awitannya berangsur-angsur

sebelum usia 21 tahun. Gangguan siklotimia ditandai dengan depresi subsindrom dan

hipomania uang siklusnya pendek. Selain itu, terdapat pula pergantian mood, kognisi, dan

aktivitas. Perjalanan siklotimia biasanya berkelanjutan atau intermitten. Jarang sekali

ditemukan periode eutimik di antara episode. Perpundahan mood dapat terjadi akibat

faktor presipitasi yang tidak begitu bermakna (tiba-tiba sedih dan menarik diri, setelah

beberapa hari kemudian mood berubah menjadi gembira)

Page 7: Makalah Seminar GAB

2.1.2 Etiologi

Meskipun gangguan bipolar sudah diperkenalkan Kraepelin sejak tahun 1898, ketika itu

disebutnya dengan gangguan manic-depresif, etiologinya sampai saat ini belum diketahui

secara pasti. PAda tahun 1970 diperkenalkan lithium sebagai obat yang efektif untuk

pengobatan bipolar. Sejak itu, penelitian pada gangguan bipolar banyak dilakukan,

Sebagian besar penelitian lebih focus pada neurobiology dan transmisi genetic bila

dibandingkan dengan terhadap faktor lingkungan. Pada tahun 1970- pertengahan 1990an

focus penelitian adalah berbagai proses neurologi, misalnya neurotransmitter, aktivitas

sinaos, fungsi sel membran, dan system second messenger. Dibawah ini ada beberapa

teori, yaitu :

1. Dysregulation Theory

Mood diatur oleh beberapa mekanisme homeostasis. Kegagalan komponen homeostasis ini

daoat menyebabkan ekspresi mood tersebut melebihi batasnya yang diidentifikasi sebagai

gejala mania dan depresi. Pendapat lain menyatakan bahwa hiperaktivitas pada sirkuit

yang memediasi mania atau depresi dapat mrmunculkan perilaku terkait dengan keadaan

mood tersebut.

2. Chaotic Attractor Theory

Perjalanan penyakit gangguan bipolar tidak dapat diprediksi. Defek biokimia

menyebabkan disregulasi sintesis neurotransmitter. Bentuk disregulasinya konsisten tetapi

manifestasi gejala, baik mania ataupun depresi bergantung kondisi lingkungan dan

fisiologis saat itu.

3, Kindling theory

Beberapa gangguan psikiatri disebabkan oleh perubahan biokimia subklinis yang

kumulatif di system limbic. Progresivitas kumulatif ini mnyebabkan neuron semakin

mudah tereksitasi sehingga, akhirnya gejala dapat dionservasi secara klinis. Model

kindling ini menjelaskan perubahan dan progresivitas gangguan bipolar sepanjang waktu.

Akibatnya, peningkayan beratnya derajat dan frekuensi episode dapat terjadi dengan

semakin lanjutnya usia.

4. Catecholamine Theory

Abnormalitas noradrenergic yang menonjol dan doukur dengan konsentrasi norepinefrin

dan hasil metabolitnya yaitu MHPG. Kadar MHPG dalam urin lebih rendah pada depresi

bipolar bila dibandingkan dengan pada depresi unipolar. Pada mania, konsentrasi epinefrin

Page 8: Makalah Seminar GAB

dan MHPG dalam CSF lebih tinggi. TIdak ada bukti yang jelas mengenai peran

katekolamin lainnya pada gangguan bipolar.

5. The HPA Axis Theory

Terdapat hubungan yang kuat antara hiperaktivitas aksis HPA dengan gangguan bipolar.

Hubungan tersebut terlihat pada episode campuran dan depresi bipolar tetapi kurangnya

ada bukti dalam klasik mania

6. Protein Signaling Theory

Abnormalitas dalam sinyal kalsium berperanan dalam gangguan bipolar, jalur protein

G,ddan jalur protein kinase C (PKC). Bukti yang endukung protein G lebih banyak dan

system ini dikaitkan dengan “cellular cogwheels”. Ia berfungsi mengintegrasikan inut dan

output biokimia kompleks dan mengatur mekanisme umpan balik. Sistem ini berperan

mempertahankan plastisitas dan memori seluler.

7. Calcium Signaling Theory

Abnormalitas pada sinyal kalsium berperan pada gangguan bipolar. Pada gangguan bipolar

terdapat peningktan kadar kalsium intraseluler. Obat yang menghamba saluran kalsium

berfungsi efektif dalam mengobati gangguan bipolar.

8. Neuroanatomical Theories: cellular resiliency

Terdapat penurunan dalam volume SSP dan jumlah sel, neuron, dan atau glial dalam

gangguan mood. Ditemukan adanya protein sitporotektif di korteks frontal. Litium dan

stabilisator mood lainnya meningkatkan kadar protein ini.

9. Genetic and Familial Theories

Studi anak kembar, adopsi, dan keluarga menunjukkna bahwa gangguan bipolar adalah

diturunkan. Telah diidentifikasi berbagai kromosom. Kromosom 22 terlibat dalam

skizofrenia dan juga gangguan bipolar.

2.2. Epidemiologi dan Faktor Resiko

Prevalensi pada Laki dan Perempuan sama

Usia timbul ± 20 th, pada laki onset timbul 4-5th lebih muda daripada perempuan

Onset usia timbul: GAB II > GAB I

Insidensi terjadi Depresi Post Partum ↑

Psikosis Post Partum dd GAB pada perempuan setelah melahirkan

Ras dan etnik (Pada kondisi pendidikan, tempat tinggal, dan status sosial sama,

prevalensi pada ras dan etnik yang berbeda pada gangguan D=GAB I

Page 9: Makalah Seminar GAB

Status perkawinan (Bercerai, berpisah, janda/duda à Gangguan D & GAB >

Gangguan D ( jenis kelamin P lajang < menikah, L lajang > menikah, janda dan

usia tua >>) ; Pasangan yang bercerai/berpisah: Distimia < Gangguan D < GAB

Sosial ekonomi (Status sos-ek GAB II > GAB I dan gangguan D); GAB I dan

gangguan D > pada sos-ek rendah

Tempat tinggal à kepadatan penduduk dan > variabel sosial: urban>rural

2.3 Kriteria Diagnosis Gangguan Bipolar Dan Pemeriksaan Yang Dibutuhkan Untuk

Menegakkan Diagnosis Gangguan Bipolar

2.3.1 Kriteria Diagnosis menurut PPDGJ-3 (F31. Gangguan Bipolar)

Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana

afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari

peningkatan afek disertai penambahan energy dan aktivitas (mania atau hipomania), dan

pada waktu lain berupa penurunan afek sidertai pengurangan energy dan aktivitas

(depresi).

Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode

manic biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan,

episode depresi cendrung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun

jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut Kedua macam episode itu seringkali

terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lain (adanya stress

tidak esensial untuk penegakkan diagnosis)

F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik, diagnose pasti:

a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0); dan

b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manic, depresif,

atau campuran) di masa lampau

F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik, diagnose

pasti:

a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik

(F30.1); dan

b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manic, depresif,

atau campuran) di masa lampau

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik, diagnoa

pasti:

Page 10: Makalah Seminar GAB

a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik

(F30.2); dan

b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manic, depresif,

atau campuran) di masa lampau

F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang, diagnoa

pasti:

a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk depresif ringan (F32.0) ataupun

sedang (F32.1); dan

b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manic, depresif,

atau campuran) di masa lampau

F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik,

diagnosa pasti:

a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk depresif berat tanpa gejala

psikotik (F32.2); dan

b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manic, depresif,

atau campuran) di masa lampau

F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala Psikotik,

diagnosa pasti:

a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk depresif berat dengan gejala

psikotik (F32.3); dan

b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manic, depresif,

atau campuran) di masa lampau

F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran, diagnosa pasti:

a. episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manic,hipomanik, dan depresif yang

tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresi sama-sama

mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah

berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu); dan

b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manic, depresif,

atau campuran) di masa lampau

F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi

Sekarang tidak mendrita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir,

tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manic, atau

campuran di masa lampau ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif lain

(hipomanik, manic, depresif, atau campuran)

Page 11: Makalah Seminar GAB

F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT

2.3.2 Kriteria diagnosis Gangguan Bipolar, berdasar DSM-IV adalah sebagai

berikut:

Seseorang dianggap menderita tipe GB I (296.xx) jika:

1. Memiliki Episode Manik tanpa Episode Depresif Major. (Manik Tunggal

296.0x)

2. Saat ini memiliki Episode Hipomanik dan pernah memiliki Episode Manik atau

Campuran di Masa Lalu (Episode Sekarang Hipomanik 296.40)

3. Saat ini memiliki Episode Manik dan telah memiliki setidaknya satu Episode

Depresif Mayor, Episode Manik atau Episode Campuran di Masa Lalu (296.4x)

4. Saat ini sedang dalam Episode Campuran dan telah memiliki setiaknya satu

Episode Depresif Mayor, Episode Manik atau Episode Campuran (Episode

sekarang Campuran 296.6x)

5. Sedang memiliki Episode Depresif Mayor dan telah memiliki setidaknya satu

episode Manik atau Campuran (Episode sekarang Depresi 296.5x)

6. Sedang memiliki setidaknya sebuah Episode Manik, Hipomanik, Campuran

atau Depresif Mayor dan telah memiliki setidaknya satu Episode Manik atau

Campuran (Episode sekarang tidak terspesifikasi 296.7)

Episode diatas tersebut harus tidak dapat dijelaskan dengan gangguan mental, kondisi

mental, atau at lainnya. Juga diagnosis baru dapat ditegakkan jika gejala diatas

menyebabkan problem dalam kehidupan sosial dan hal-hal penting lainnya dari seorang

individu.

Seseorang dianggap menderita tipe GB II (296.xx) jika memenuhi:

1. Sedang memiliki atau pernah memiliki setidaknya satu episode depresid mayor

2. Sedang memiliki atau pernah memiliki setidaknya Episode Hipomanik

3. Individu tersebut tidak pernah memiliki Episode Manik atau Campuran

4. Gejala-gejalanya tidak dapat dijelaskan dengan gangguan mental lainnya

5. Gejalanya menyebabkan stress pada kehidupan sosial, kerja, dan area penting

ainnya dari seorang individu

Page 12: Makalah Seminar GAB

Seseorang dianggap menderita Siklotimik (301.13) jika gx berikut terlihat:

1. Untuk setidaknya dua/satu tahun pada anak terdapat banyak periode dan

hipomanik dan gejala depresif yang tidak sesuai dengan kriteria dari Episode

Depresif Mayor

2. Selama periode dua tahun atau satu tahun dari masa kanak, orang tsb dapat

menjalaninya tanpa gejala yang telah disebutkan dalam kriteria 1 untuk lebih

dari dua bulan

3. Tidak terdapat Episode Depresif Mayor, Manik, atau Campuran yang Nampak

selama 2 tahun pertama dari diagnosis atau 1 tahun dari diagnosis untuk

seorang anak. Jika ada maka Gangguan Bipolar I dan II juga dapat di diagnose

4. Gejala-gejala pada No.1 tidak dapat dijelaskan oleh gangguan mental, kondisi

medis, dan zat lainnya

5. Gejala-gejalanya menyebabkan stress yang nyata pada aspek sosial, kerja, dan

aspek penting lainnya dalam hidup

Seseorang dapat dianggap memiliki Gangguan Bipolar Tidak Terspesifikasi (296.8)

jika gejala-gejala tersebut terlihat :

Individu tersebut tidagk dapat memenuhi kriteria untuk Gangguan Bipolar spesifik

manapun, tetapi memiliki gejala serupa. Seperti perubahan yag sangat cepat yang

dapat diklasifikasikan sebagai gejala manic dan depresi jika mereka memenuhi

durasi waktu yang diperlukan untuk diagnosis Gangguan Bipolar

Gangguan mood Bipolar, siklus cepat : paling sedikit empat episode (depresi dan

hipomania/mania) dalam 1 tahun

Gangguan mood Bipolar, siklus ultra cepat: Hipomania,mania,depresi bergantian

dengan sangat cepat dalam satu hari

Hipomania singkat beulang : serupa dengan siklotimia yang hipomanianya pendek

(kurang dari 4 hari)

2.4 Diagnosis Banding Gangguan Bipolar

2.4.1 Diagnosis Banding Hipomania/Episode Manik tanpa gejala psikotik

a. Hipertiroid

b. Anorexia nervosa

c. Awal dari depresi agitatif

d. Obsesif berat

Page 13: Makalah Seminar GAB

2.4.2 Diagnosis Banding Episode Manik dengan gejala psikotik

a. skizofrenia

b. skizoafektif

2.4.1 Diagnosis Banding Siklotimia

a. Gangguan Bipolar

b. Gangguan Depresif Berulang

2.5 Petatalaksanaan dan Prognosa Untuk Gangguan Bipolar

2.5.1 Jenis-Jenis Terapi

2.5.1.1. Somatoterapi (Antipsikotik + Mood Stabilizer)

Prinsip: nilai perilaku agresif/kekerasan dan pastikan keamanan pasien dan tenaga

medis. Pemilihan obat berdasarkan respons sebelumnya dan tolerabilitasnya

2.5.1.1.1. Farmakologi Fase Mania Akut GB

Lini I: Litium, Divalproat, Olanzapin, Risperidon, Quetiapin

2.5.1.1.2. Farmakologi Fase Depresi Akut, GB I

Lini I: Litium, Lamotrigine, Quetiapin, olanzapin+SSRI

2.5.1.1.3. Farmakologi Rumatan GB I

Lini I: Litium, olanzapin, quetiapin

2.5.1.1.4. Farmakologi Fase Depresi Akut, GB II

Lini I: quetiapin

2.5.1.1.5. Farmakologi Rumatan GB II

Lini I: Litium, Lamotrigin

2.5.1.1.6. Terapi Kejang Listrik

2.5.1.1.7. Terapi Penyinaran

2.5.1.2. Intervensi Psikososial, penting untuk mempertahankan remisi

2.5.1.2.1. Terapi Perilaku

Perilaku maladaptif menyebabkan umpan balik positif minimal dan

penolakan oleh lingkungan sosial, sehingga dengan terapi ini, pasien

diharapkan mendapat perbaikan respon.

2.5.1.2.2. Terapi Keluarga

Indikasi: membahayakan perkawinan atau fungsi dalam keluarga. Dalam

terapi ini, bertujuan untuk Mempelajari pasien dalam keluarga serta peran

anggota keluarga dalam mempertahankan gejala pasien

2.5.1.2.3. Terapi Interpersonal (Gerald Klerman)

Page 14: Makalah Seminar GAB

Fokus pada problem interpersonal :

- Akar terjadinya disfungsi hubungan interpersonal

- Problem interpersonal saat ini berperan terhadap terjadinya depresi

- Sesi berlangsung 12-16 minggu

- Ditandai dengan pendekatan terapeutik yang aktif

- Tidak ditujukan pada fenomena intrapsikik dan konflik internal

2.5.1.2.4. Terapi Psikososial (Terapi Kognitif Aaron Beck)

Bertujuan menghilangkan/meringankan episode depresi dan mencegah

kambuh dengan :

- Mengenali pola pikir irrasional

- Mengembangkan alternatif pola pikir rasional dan fleksibel

- Melatih pola pikir serta respon perilaku yang baru

2.5.2. Prognosis

Pada GB dengan Episode Depresi:

• Cenderung menjadi kronik dan relaps (kambuh)

• Px dengan MRS 1x episode D kesembuhan 50% pada tahun 1

• Px rekuren D dan MRS

• Kesembuhan 25% 6 pd bln setelah KRS

• Kesembuhan 30-50% pd 2 thn setelah KRS

• Kesembuhan 50-75% pd 5 thn setelah KRS

• Relaps berkurang dengan pemakaian psikofarmaka

• Tanpa terapi: relaps frekuensi episode > dan intensitas lebih berat

Indikator prognosis baik pada Episode Depresi:

• Episode ringan

• Gejala psikotik (-), waktu MRS singkat

• Riwayat pergaulan sosial yang akrab saat remaja, fungsi keluarga yang stabil 5

tahun sebelum sakit

• Tidak terdapat komorbiditas dan gangguan kepribadian

• Tidak terdapat >1x MRS dengan gangguan D

• Onset usia tua

GAB II prognosis lebih baik dari pada GAB I meskipun risiko bunuh diri tetap tinggi

Siklotimia perjalanan kronis, 30% menjadi GAB yang nyata

Page 15: Makalah Seminar GAB

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Gangguan bipolar yaitu gangguan mood yang kronis dan berat yang ditandai dengan

episode mania, hipomania, campuran, dan depresi. Sebelumnya, gangguan bipolar disebut

dengan manic depresif, gangguan afektif bipolar, atau gangguan spectrum bipolar.

Gangguan bipolar dibagi menjadi 4 menurut DSM-IV, gangguan bipolar I, gangguan

bipolar II, gangguan siklotimia, dan gangguan bipolar yang tidak dapat di spesifikasi..

Diagnosis didasarkan anamnesis episode yang pernah dialami berdasarkan PPDGJ-3

maupun kriteria DSM-IV

Terapi Gangguan Bipolar terdiri dari somatoterapi dan intervensi psikososial.

Somatoterapi dengan farmakologis disesuaikan dengan fase dari gangguan bipolar dengan

prinsip nilai perilaku agresif/kekerasan dan pastikan keamanan pasien dan tenaga medis.

Pemilihan obat berdasarkan respons sebelumnya dan tolerabilitasnya; selain itu bisa juga

dengan ECT dan terapi penyinaran. Intervensi psikososial dapat dilakukan melalui terapi

keluarga, terapi perilaku, terapi interpersonal, dan terapi psikososial

Page 16: Makalah Seminar GAB

Daftar Pustaka

Angst. J. Do many patients with depression suffer from bipolar disorder? Can J Psychiatry

2006; 51:3-5

Angst J. The emerging epidemiology of hypomania and bipolar II disorder. J Affect

Disord 1998; 50: 143-151

Perlis RH. Use treatment guidelines in clinical decision making in bipolar disorder: a pilot

survey of clinicians. Curr Med Red Opin 2007; 23: 467-475

American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder,

4th Edition, Text Revision, Washington, DC, American Psychiatric Association, 2000, hal.

356-68.

Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan&Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry, 8th

Ed, Lippincott Williams&Wilkins, A Wolters Cluwer Company, 2005:hal. 1611-1661