makalah seminar nas

27
OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA FILMSTRIP UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI BERBICARA SISWA (PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SMP NEGERI 3 NGAWI TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011) OLEH: DRA. WAHJU MAHARINI, MPd. (GURU SMP NEGERI 3 NGAWI) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi apakah dan bagaimana filmstrip dapat memperbaiki kemampuan berbicara siswa; dan (2) mengidentifikasi situasi kelas ketika filmstrip diterapkan dalam proses pembelajaran. Metodologi penelitian yang diterapkan adalah penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yaitu siklus satu dan siklus dua. Terdapat dua jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diadapatkan dari observasi, wawancara, and kuesioner. Data kuantitatif didapatkan dari pre- test, post-test siklus 1 dan post-test siklus 2. Penggunaan filmstrip dalam pembelajaran speaking dapat memperbaiki kemampuan berbicara siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada indikator: (1) meningkatkan penguasaan kosa kata siswa (2) memperbaiki ucapan atau pelafalan siswa; (3) meningkatkan tata bahasa siswa; (4) meningkatkan kelancaran siswa dalam berbicara and (5) meningkatkan kemampuan siswa menggunakan isi dengan benar. Berdasarkan data, filmstrip dapat meningkatkan nilai siswa dari pre-test ke post-test siklus 1 dan post-test siklus 2. Nilai rata-rata pre-tes adalah 52.22, sedangkan nilai rata-rata post- test siklus 1 adalah 59.45, dan nilai rata-rata post-test siklus

Upload: lestary-shofyan

Post on 25-Jul-2015

158 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah seminar nas

OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA FILMSTRIP UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI BERBICARA SISWA (PENELITIAN

TINDAKAN KELAS PADA SMP NEGERI 3 NGAWI TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011)

OLEH: DRA. WAHJU MAHARINI, MPd.(GURU SMP NEGERI 3 NGAWI)

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi apakah dan bagaimana filmstrip dapat

memperbaiki kemampuan berbicara siswa; dan (2) mengidentifikasi situasi kelas ketika filmstrip

diterapkan dalam proses pembelajaran.

Metodologi penelitian yang diterapkan adalah penelitian tindakan kelas dengan dua

siklus yaitu siklus satu dan siklus dua. Terdapat dua jenis data yaitu data kualitatif dan data

kuantitatif. Data kualitatif diadapatkan dari observasi, wawancara, and kuesioner. Data

kuantitatif didapatkan dari pre-test, post-test siklus 1 dan post-test siklus 2.

Penggunaan filmstrip dalam pembelajaran speaking dapat memperbaiki kemampuan

berbicara siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada indikator: (1) meningkatkan penguasaan kosa

kata siswa (2) memperbaiki ucapan atau pelafalan siswa; (3) meningkatkan tata bahasa siswa; (4)

meningkatkan kelancaran siswa dalam berbicara and (5) meningkatkan kemampuan siswa

menggunakan isi dengan benar. Berdasarkan data, filmstrip dapat meningkatkan nilai siswa dari

pre-test ke post-test siklus 1 dan post-test siklus 2. Nilai rata-rata pre-tes adalah 52.22, sedangkan

nilai rata-rata post-test siklus 1 adalah 59.45, dan nilai rata-rata post-test siklus 2 adalah 70.28.

Kriteria Ketuntatasan Minimal (KKM) adalah 65. Jadi, nilai post-test siklus 2 lebih tinggi

daripada KKM.

Penggunaan filmstrip dapat: (1) mengurangi keributan siswa di kelas; (2) mendorong

siswa melakukan aktivitas selama pembelajaran; (3) mengaktifkan siswa dalam merespon guru;

(4) mengembangkan k.emampuan siswa membuat wacana dalam Bahasa Inggris dalam waktu

relative singkat; dan (5) membuat siswa aktif mengerjakan tugas rumah. Peneliti menyarankan

beberapa hal kepada para guru Bahasa Inggris: (1) untuk menerapkan filmstrip dalam

pembelajaran speaking; (2) meningkatkan pengetahuan tentang media visual, khususnya

filmstrip; dan (3) lebih memberikan kesempatan praktik berbicara bahasa Inggris kepada para

siswa. Kata kunci: filmstrip, speaking

Page 2: Makalah seminar nas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa Inggris pada Sekolah Menengah Pertama ditujukan untuk

mengembangkan kompetensi komunikatif, baik lisan maupun tulis. Kompetensi komunikatif

meliputi empat ketrampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan

menulis. (Depdiknas: 2004: 3).

Hasil observasi pendahuluan pada proses pembelajaran di SMP Negeri 3 Ngawi

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai masalah dalam pembelajaran

kompetensi berbicara. Hal ini diindikasikan dengan faktor-faktor sebagai berikut: (1) siswa

tidak dapat menemukan kosa kata yang tepat dalam bahasa Inggris; (2) siswa tidak dapat

melafalkan kata dengan benar; (3) siswa tidak dapat menggunakan tata bahasa dengan benar;

(4) siswa tidak dapat berbicara dengan lancar: (5) siswa tidak dapat berbicara dengan isi atau

“content” yang sesuai.

Selain permasalahan yang berkenaan dengan kompetensi berbicara atau “speaking”,

situasi kelas yang tidak kondusif juga terjadi selama proses pembelajaran berlangsung yaitu:

(1) siswa selalu membuat keributan di dalam kelas selama pembelajaran; (2) siswa cenderung

mengabaikan tugas- tugas yang diberikan oleh guru: (3) ketika diminta merespon guru dalam

bahasa Inggris, siswa cenderung diam atau pasif; (4) ketika siswa diminta membuat

percakapan dalam bahasa Inggris, mereka menghabiskan terlalu banyak waktu; (5) Siswa

cenderung mengabaikan tugas rumah.

Kesulitan siswa dalam kompetensi berbicara terjadi karena beberapa faktor seperti: (1)

guru kurang memadai dalam memberikan pembelajaran berbicara. Pembelajaran cenderung

difokuskan pada ketrampilan membaca, menulis, dan mengerjakan soal-soal pada lembar

kerja siswa; (2) dalam pembelajaran berbicara, guru cenderung meminta siswa melengkapi

dialog tertulis; (3) guru cenderung mengabaikan pelatihan pelafalan sehingga siswa tidak

mengetahui pelafalan yang benar; (4) guru kurang memberikan pelatihan tata bahasa

sehingga siswa sering membuat kesalahan dalam menggunakan tata bahasa; (5) guru kurang

menguasai teknik atau metode pembelajaran sehingga situasi kelas menjadi monoton dan

tidak menarik bagi siswa.

Page 3: Makalah seminar nas

Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti melakukan tindakan perbaikan terhadap proses

pembelajaran bahasa Inggris, dengan menggunakan media berbasis teknologi yaitu media

filmstrip dengan harapan permasalahan dan kesulitan siswa dalam kompetensi berbicara atau

“speaking”dapat diatasi.

Penggunaan teknologi dalam pembelajaran sangat penting dimana aktivitas

pembelajaran yang berkualitas mulai bergantung pada penggunaan teknologi (Dudeney dan

Hocky, 2007: 5). Berdasarkan fakta tersebut, peneliti melakukan sebuah proses pembelajaran

dengan menggunakan media Filmstrip.

Filmstrip termasuk media visual yang hampir mirip dengan “slides”. Semua gambar

berada dalam sebuah rangkaian urutan dan dalam sebuah gulungan yang dapat di tampilkan

satu persatu (Haycraft, 1997: 111). Filmstrip merupakan sebuah rangkaian”slides” yang

dihubungkan pada sebuah gulungan film (Newby, dkk, 2000: 154).

Filmstrip merupakan sebuah media visual dalam pembelajaran seperti film bergerak

tetapi merupakan serangkaian “slides” yang dihubungkan satu dengan yang lain yang di

tampilkan secara berurutan dan di rancang untuk sebuah presentasi. Filmstrip merupakan

media visual yang dapat dipergunakan bersamaan dengan dengan rekaman suara. (Lado,

1976: 2000).

Terdapat beberapa alasan mengapa peneliti memilih media filmstrip dalam

pembelajaran kompetensi berbicara, yaitu: (1) dapat dijadikan sebagai bahan diskusi karena

terdapat bermacam-macam gambar di dalamnya; (2) dapat dipergunakan untuk melatihkan

pelafalan kepada para siswa. Selama proses pembelajaran, siswa dilatih melafalkan kata-kata

yang sesuai dengan gambar pada filmstrip; (3) gambar-gambar yang ditampilkan pada

filmstrip dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi kosa-kosa kata meliputi sinonim,

antonim, arti kata, rujukan kata, dan sebagainya. Ini berarti bahwa dengan media ini, kosa-

kosa kata dapat digali dengan lebih banyak lagi; (4) gambar-gambar yang terdapat

didalamnya dapat dipergunakan untuk membelajarkan tata bahasa misalnya subjek, predikat,

objek, bentuk-bentuk tunggal dan jamak termasuk jenis-jenis kata dalam menyusun kalimat,

dan sebagainya; (5) dapat dipergunakan untuk melatihkan pelafalan.

Page 4: Makalah seminar nas

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah-

masalah sebagai berikut:

1. Dapatkah dan sejauhmana filmstrip meningkatkan kompetensi berbicara siswa?

2. Bagiamanakah keadaan situasi kelas ketika filmstrip dipergunakan dalam pembelajaran

kompetensi berbicara?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian difokuskan pada penngunaan filmstrip untuk meningkatkan kompetensi

berbicara siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris. Adapun tujuan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi sejauhmana filmstrip dapat meningkatkan kompetensi berbicara para

siswa.

2. Mengidentifikasi situasi kelas ketika filmstrip dipergunakan dalam pembelajaran

kompetensi berbicara.

D. Manfaat Penelitian

1. Siswa

Para siswa akan lebih termotivasi di dalam mengikuti pembelajaran dan terlibat lebih

aktif karena proses pembelajaran lebih menyenangkan.

2. Guru

Para guru dapat meningkatkan aktivitas pembelajarannya dengan mempergunakan

filmstrip, guru dapat memberikan topik-topik diskusi yang lebih luas, memperluas

kosa kata siswa, dan meningkatkan kompetensi berbicara siswa. Selain itu, para guru

dapat menciptakan situasi kelas dan pembelajaran yang menyenangkan sehingga para

siswa terlibat lebih aktif di dalam kelas.

3. Lembaga pendidikan (sekolah)

Hasil penelitian ini dapat menginspirasi para pengambil kebijakan di sekolah dalam

penyediaan media pembelajaran sebagai unsur penunjang yang sangat penting untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

Page 5: Makalah seminar nas

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Kepustakaan

1. Hakikat Berbicara

Kata berbicara atau “speaking” merujuk kepada ketrampilan bahasa lisan (Thornbury,

2004:2). Sedangkan kata kemampuan atau “competence” merujuk kepada kondisi ideal

pembicara atau pendengar yang berkenaan dengan pengetahuan bahasa ( Richards dkk, 1985:

52). Dapat disimpulkan bahwa kompetensi berbicara adalah kemampuan seseorang untuk

menghasilkan bahasa lisan dengan menggunakan pengetahuan bahasa yang dimilikinya.

Sehubungan dengan kompetensi berbicara tersebut, terdapat banyak teori yang dikemukakan

oleh para ahli bahasa.

Thornbury ( 2005: 13-14) menyatakan bahwa “speaking” adalah salah satu ketrampilan

berbahasa yang menekankan kepada produksi ujaran lisan yang berlangsung di dalam konteks

kehidupan nyata. Bahasa lisan dihasilkan dalam bentuk kata, frasa, atau ujaran untuk merespon

seorang pembicara dalam berbagai bentuk wacana. Thornbury menawarkan berbagai wilayah

ketrampilan berbahasa lisan untuk menggambarkan kegiatan-kegiatan berbahasa lisan yang

mempunyai fungsi transaksional dan interpersonal. Fungsi transaksional menyangkut tujuan

untuk menyampaikan informasi dan memfasilitasi pertukaran barang dan jasa. Adapun fungsi

interpersonal bertujuan untuk membangun hubungan baik antara sesama pembicara.

Harmer (2007: 343) menyatakan bahwa seseorang akan dapat berbicara dalam bahasa

Inggris dengan lancar jika mereka dapat melafalkan fonim dengan benar, menggunakan

intonasi dan tekanan dengan benar, dan berbicara dalam suatu produksi ujaran. Seorang

pembelajar bahasa harus dapat memproduksi ujaran lisan dalam bermacam-macam bentuk

wacana dan situasi dengan menggunakan strategi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan

yang terjadi.

Hughes ( 2002: 6) menyatakan bahwa “speaking” saling tumpang tindih dengan

wacana, struktur, dan produksi ujaran. Ketiga area tersebut menyangkut cara agar ujaran

seseorang dapat difahami oleh orang lain seperti: (1) seorang penutur harus memperhatikan

pelafalan, intonasi dan tekanan. Dia harus mempunyai pengetahuan bahasa tentang struktur

fonetik, intonasi dan tekanan; (2) ujaran yang dihasilkan harus berlangsung dengan tepat dan

lancar. Dikatakan oleh Brown (2001: 270) bahwa kelancaran berbahasa lisan akan dapat

Page 6: Makalah seminar nas

dicapai dengan cara: (1) berusaha agar sebuah ujaran dapat mengalir dengan lancar; (2)

berusaha agar sebuah ujaran dapat dimengerti oleh orang lain; (3) menggunakan ekspresi

wajah dan gerak tubuh untuk membangun suatu interaksi yang baik.

2.Membelajarkan Kompetensi Berbicara

Pembelajaran ketrampilan berbicara menyangkut tahap-tahap penting yang harus

dikuasai oleh seorang pembicara agar dapat membangun dan menampilkan produksi ujaran

dengan baik.

a. Konseptualisasi dan Formulasi

Tahap konseptualisasi dan formulasi adalah tahap dimana ide dipetakan dengan

melibatkan pilihan-pilihan strategi pada wacana, sintaksis, dan kosa kata.

b. Artikulasi

Artikulasi adalah suatu tahap dimana apa yang telah di formulasikan kemudian di

ucapkan. Proses ini melibatkan alat ucap untuk menghasilkan bunyi, termasuk volume,

tempo, dan jeda untuk mengorganisasikan bunyi kedalam bentuk kata yang bermakna dan

kedalam ujaran yang bermakna. Artikulasi juga menunjukkan apakah ujaran seseorang baik

atau buruk. Ujaran yang baik dapat didefinisikan sebagai cara berbicara yang mudah

dimengerti oleh orang lain. Sedangkan ujaran yang buruk adalah yang sulit difahami oleh

orang lain (Jones, 1995: 4).

c. Monitoring dan Perbaikan Pribadi

Monitoring merupakan kemampuan seseorang untuk melihat pesan yang

disampaikannya. Perbaikan dapat berupa koreksi langsung dan pengulangan terhadap

sebuah ujaran dan di mulai lagi dengan kata atau frasa yang berbeda.

d. Kelancaran

Kelancaran tidak sama persis dengan kecepatan. Kecepatan merupakan aspek dari

kelancaran. Kelancaran juga menyangkut adanya jeda dalam produksi ujaran yang

dilakukan oleh seorang penutur agara dia dapat mengambil nafas dan memberinya

kesempatan untuk membangun ujarannya agar sesuai dengan konsep yang dimilikinya.

3. Menilai Kompetensi Berbicara

Menilai kompetensi bebicara dapat dilakukan pada awal, tengah, dan akhir suatu

pembelajaran. Penilaian dilakukan sama dengan latihan berbicara yang telah dilaksanakan

(Thornbury, 2005: 124). Penilaian dilakukan dengan menggunakan “scoring rubric” atau

Page 7: Makalah seminar nas

rubrik penilaian yang memuat aspek kebahasaan yang dinilai, criteria penilaian, dan skor

taip-tiap aspek..

a. Rubrik Penilaian dalam Kompetensi Berbicara

Rubrik penilaian merupakan rambu-rambu untuk menerapkan kriteria penilaian

untuk mengevaluasi kemampuan penampilan dan jawaban siswa (Linn dan Grondlund, 2000:

270).

Kriteria penilaian atau kategori yang diterapkan dalam penelitian adalah: (1) kosa

kata dimana penilaian difokuskan pada kemampuan siswa dalam menggunakan kosa kata

dalam ujaran atau kalimat; (2) pelafalan dimana fokus penilaian adalah kemampuan siswa

mengucapkan kata dengan benar; (3) tata bahasa dimana fokus penilaian adalah pada

kemampuan siswa menggunakan tata bahasa dengan benar; (4) kelancaran yaitu menilai

sejauhmana siswa dapat berbicara dengan lancar; (5) isi dimana fokus penilaian adalah

seberapa jauh siswa dapat mengembangkan komunikasi dengan isi yang benar.

B. Media

1. Pengertian Media

Media berasal dari kata latin yang berarti diantara. Istilah ini mengacu kepada

sesuatu yang membawa informasi antara sumber informasi dan penerima informasi

(Smaldino dkk, 2005: 9).

2. Peran Teknologi dan Media dalam Pembelajaran

Teknologi dan media dapat berfungsi dalam banyak hal. Efektivitas teknologi dan

media tergantung kepada intruktur atau guru (Smaldino dkk, 2005: 12). Teknologi dan media

juga dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar bersama dalam

kelompok (Smaldino dkk, 2005: 13).

3. Filmstrip

Salah satu media visual yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran adalah

filmstrip. Filmstrip adalah media yang hampir sama dengan “slides”. Semua gambar diatur

secara berurutan dalam suatu gulungan yang dapat di tayangkan satu persatu (Haycraft, 1997:

111). Filmstrip tidak sulit dalam penggunaannya karena kita dapat beralih dari satu gambar

ke gambar yang lain seketika ketika peralatan di pasang. Pada saat seorang guru

menggunakan filmstrip berarti dia telah membawa dunia luar ke dalam kelas (Newby dkk,

2000: 156). Beberapa macam filmstrip diantaranya: (1) filmstrip untuk orang yang bukan

Page 8: Makalah seminar nas

penutur asli; (2) filmstriop tentang masalah-masalah sosial seperti geografi, sejarah dan

sebagainya; (3) filmstrip tentang binatang, remaja, olah raga dan sebagainya (Dobson, 1987:

74).

a. Keuntungan Menggunakan Filmstrip

Terdapat beberapa keuntungan dari penggunaan filmstrip, misalnya: (1) filmstrip

dapat menjadi topik diskusi dan memberikan variasi format diskusi (Dobson, 1987: 67).

Penerapan filmstrip dalam pembelajaran berbicara akan dapat: (1) memperkaya siswa dengan

pilihan topik diskusi; (2) gambar-gambar yang berbeda-beda pada filmstrip dapat

merangsang siswa untuk menggali lebih banyak kosa kata; (3) kosa kata yang ditemukan

berdasarkan filmstrip dapat dipakai melatihkan pelafalan; (4) gambar-gambar pada filmstrip

dapat digunakan untuk melatihkan penyusunan kalimat dan wacana; (5) penggunaan filmstrip

dapat menciptakan suasana yang menyenangkan pada pembelajaran kompetensi berbicara

karena siswa dapat menikmati objek, bentuk, warna yang berbeda-beda; (6) filmstrip relatif

mudah dan praktis dalam penggunaannya.

C. Metodologi Penelitian

1. Konteks Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Ngawi dan kelas yang menjadi objek

penelitian adalah kelas VIII B yang terdiri dari 27 orang.

SMP Negeri 3 Ngawi berada di Jl Raya Solo, km 04 Watualang Ngawi. Sekokah ini

terdiri dari 27 kelas yang masing-masing terdiri dari kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX.

2. Metode Penelitian

a. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas adalah metode yang diterapkan secara berkolaborasi yang

bertujuan untuk memperbaiki suatu kondisi pembelajaran yang belum optimal. Terdapat

bebarapa pendapat oleh para ahli yang dapat di kemukakan pada bagian berikut.

Kemmis dalam Hopkins (1975: 44) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas

adalah penelitian yanga bersifat reflektif yang dilakukan secara berkolaborasi yang bertujuan

untuk memperbaiki praktik-praktik pendidikan, sosial, dan situasi dimana praktik-praktik

tersebut dilakukan.

Ebbut dalam Hopkins (1975: 45) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas

adalah studi yang sistimatis yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki praktik

Page 9: Makalah seminar nas

pendidikannya dengan tindakan atau perbaikan dan dengan refleksi dari tindakan yang

dilakukannya.

b. Model Penelitian Tindakan Kelas

1) Perencanaan (planning)

2) Tindakan (acting)

3) Pengamatan (observing)

4) Refleksi (reflecting)

3. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data-data kualitatif didapatkan dengan :

1) Kuesioner. Kuesioner digunakan untuk memperoleh respon siswa tentang proses

belajar mengajar.

2) Wawancara. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dari siswa dan

guru.

3) Pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data tentang proses

pembelajaran.

4) Catatan diary peneliti. Hughes (2000:1) mengatakan diary adalah rekaman tentang

apapun yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian.

b. Data kuantitatif berupa: skor siswa dalam kompetensi berbicara yang didapatkan dari

pre-test dan post-test yang meliputi aspek-aspek berbicara.

4. Teknik Analisis Data

Data kualitatif dan data kuantitatif di analisis dengan cara yang berbeda.

a. Menurut Leech dan Onwuegbuzie (2007: 557) teknik yang digunakan untuk

menganalisis data kualitatif adalah metode “CCM” (constant comparative method).

b. Analisis kedua adalah analisis data kuantitatif. Prosedur analisis yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

Menghitung skor setiap siswa. Skor siswa dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut (Arikunto, 1998:38).

S= RN

xSM

S = skor siswa

Page 10: Makalah seminar nas

R = skor siswa dibagi jawaban benar

N = Jumlah maksimum seluruh jawaban

SM = Nilai Standard (100)

c. Menghitung rata-rata nilai pre-test dan post-test

Setelah menganalisis skor kompetensi berbicara, teknik analisis dengan statistik

digunakan untuk mencari rata-rata nilai siswa. Hasil penelitian didapatkan dari

membandingkan skor pre-test dan post-test ( Arikunto, 1998:38) dengan rumus sebagai

berikut:

M=∑ X

N

M = rata-rata nilai

∑ X = Jumlah skor

N = Jumlah siswa

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Siklus 1

a. Perencanaan (Planning)

1) Mendiskusikan rancangan dengan kolaborator

2) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

3) Menyiapkan “Handout”

4) Menyiapkan filmstrip untuk proses pembelajaran

5) Menyiapkan “post-test”

b. Pelaksanaan (Acting)

Tabel 2.1. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Tahapan AktivitasPelaksanaanPertemuan 1

Siswa: Mengidentifikasi kosa kata berdasarkan filmstrip Melafalkan kosa kata dengan pelafalan, intonasi, dan stress yang

benar Menggunakan kosa kata dalam kalimat

Pertemuan 2 Mengungkapkan ide secara lisan berdasarkan filmstrip Menyusun kalimat berdasarkan filmstrip dengan menggunakan pola

‘simple present tense’

Pertemuan 3 Menyimak teks ‘descriptive’ berdasarkan filmstrip. Menjawab pertanyaan tentang teks secara lisan

Page 11: Makalah seminar nas

Pertemuan 4 Menentukan topik teks berdasarkan filmstrip Menyusun teks deskriptif berdasarkan filmstrip

Pertemuan 5 Menampilkan monolog teks deskriptif sebagai post test. Guru memberikan penguatan dan umpan balik kepada siswa

ditampilkan.

d. Pengamatan (observing)

Pengamatan terhadap:

1) Aktivitas siswa dalam pembelajaran “speaking’ siklus 1

2) Aktivitas guru dalam pembelajaran ‘speaking’ siklus 1

3) Situasi kelas selama pembelajaran “speaking” siklus 1

d. Refleksi (reflecting)

1) Sebagian siswa membuat kesalahan dalam menggunakan kosa kata

2) Kemampuan siswa dalam pelafalan masih perlu ditingkatkan misalnya

dalam melafalkan kata yang berakhiran “tion”, “ee”, “oo”, kata yang

menggunakan “u”, dan sebagainya.

3) Kemampuan siswa dalam dalam menggunakan “tense” masih lemah termasuk

penggunaan jenis-jenis kata, dan kata kerja bantu.

4) Kelancaran siswa dalam berbicara masih perlu ditingkatkan. Sebagian siswa

cenderung terhenti, ragu-ragu, dan menggunakan “filler” yang tidak efektif.

5) Penggunaan isi wacana dalam berbicara masih perlu ditingkatkan. Masih terdapat

ketidaksesuaian dalam isi wacana.

6) Partisipasi siswa dalam pembelajaran masih perlu ditingkatkan

7) Keaktifan siswa dalam pengerjaan tugas masih perlu ditingkatkan

2. Siklus 2

a. Perencanaan (Planning)

1) Mendiskusikan rancangan dengan kolaborator 2) Merancang RPP 3) Menyiapkan “handout” 4) Membagi pembelajaran ke dalam beberapa tahap 5) Menyiapkan “post test”

Page 12: Makalah seminar nas

b. Pelaksanaan (acting)

Tabel 2.2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

2. Pelaksanaan Aktivitas

Pertemuan 1 Mengidentifikasi kosa kata berdarkan filmstrip Melafalkan kosa kata sesuai filmstrip. Menggunakan kosa kata dalam kalimat sesuai filmstrip

Pertemuan 2 Mengungkapakan ide tentang gambar pada filmstrip secara lisan Merespon pertanyaan secara lisan.

Pertemuan 3 Mengidentifikasi ungkapan mengawali, memperpanjang, dan mengakhiri pembicaraan.

Melafalkan ungkapan. Menjawab pertanyaan tentang dialog secara lisan.

Pertemuan 4 Memilih topik berdasarkan filmstrip. Menyusun dialog secara berpasangan sesuai filmstrip

Pertemuan 5 Berlatih dialog secara berpasangan. Menampilkan dialog secara berpasangan (post test).

c. Pengamatan (observing)

Pengamatan terhadap:

1) Aktivitas siswa dalam pembelajaran “speaking” siklus 2

2) Aktivitas guru dalam pembelajaran ‘speaking’ siklus 2

3) Situasi kelas dalam pembelajaran “speaking” siklus 2

d. Refleksi (reflecting)

1) Siswa dapat menggunakan kosa kata dengan benar.

2) Siswa dapat melafalkan kata dengan benar

3) Siswa dapat menggunakan tata bahasa dengan benar

4) Siswa dapat berbicara dengan lebih lancar

5) Siswa dapat menggunakan isi wacana dengan benar

6) Partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat.

7) Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas meningkat.

E. Hasil Penelitian

1. Filmstrip dapat meningkatkan kompetensi berbicara

Penggunaan filmstrip dalam pembelajaran berbicara” dapat meningkatkan kemampuan

siswa yang ditandai adanya peningkatan skor berbicara pada siklus 1 dan siklus 2.

Page 13: Makalah seminar nas

a. Kompetensi Berbicara Siklus 1

Peningkatan skor berbicara siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3. Perbandingan Skor Pre-Test dan Post-test Siklus 1

No Deskripsi Pre-test Post-test siklus 1 Peningkatan dalam %

1.2.3.

Skor tertinggiSkor terendahSkor rata-rata

77.5035

52.23

8545

59.45

9.68 %28.57 %13.82 %

Peningkatan aspek berbicara siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4. Perbandingan Skor Aspek Berbicara Pre-Test dan Siklus 1

No Aspek berbicara

Skor pre-test Skor post-test siklus 1

Peningkatan dalam %

1.2.3.4. 5.

Kosa kataPelafalanTata bahasaKelancaranIsi

51.8652.7851.3954.1750.93

63.4359.2656.4864.3553.71

22.31 %12.28 %9.90 %18.79 %5.46 %

b. Kompetensi Berbicara Siklus 2

Peningkatan skor berbicara siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.5. Perbandingan Skor Berbicara Post-test Siklus 1 dan Siklus 2

No Deskripsi Skor siklus 1 Skor siklus 2 Peningkatan dalam %1.2.3.

Skor tertinggiSkor terendahSkor rata-rata

85 45

59.45

87.5055

70.28

2,94 % 22.22 % 18.22 %

Peningkatan skor aspek berbicara dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 6. Perbandingan Skor Aspek berbicara Siklus 1 dan Siklus 2

No

Aspek berbicara Skor siklus 1 Skor siklus 2 Peningkatan dalam %

1.2.3.4.5.

Kosa kataPelafalanTata bahasaKelancaranIsi

63.4359.2656.4864.3553.71

68.9867.1369.9178.7166.67

8.75 %13.28 %23.78 %22.32 %24.13 %

Page 14: Makalah seminar nas

2. Filmstrip dapat memperbaiki Situasi Kelas

Filmstrip dapat menciptakan suatu kondisi lingkungan pembelajaran yang lebih baik

dimana siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas dari

guru. Dengan kata lain motivasi belajar siswa tumbuh dengan penggunaan filmstrip sebagai

media pembelajaran. Morison dkk (2001: 50) mengemukakan bahwa motivasi penting dan

mempengaruhi siswa dalam aktivitas belajar. Berdasarkan teori, kita dapat mengatakan bahwa

penggunaan filmstrip dapat meningkatkan motivasi siswa. Motivasi siswa yang lebih baik

dapat dilihat pada keaktifan mereka dalam melaksanakan tugas. Kita dapat membandingkan

kondisi sebelum penelitian dilakukan dan kondisi sesudah penelitian dilakukan. Peningkatan

pada situasi kelas dapat dilihat pada deskripsi berikut.

a. Siswa tidak membuat keributan di dalam kelas. Sebagian besar memperhatikan pelajaran

dengan lebih serius.

b. Siswa mengerjakan tugas-tugas di kelas dengan lebih aktif.

c. Siswa merespon pertanyaan guru dengan lebih aktif.

d. Siswa mengerjakan tugas rumah dengan lebih aktif.

Apa yang dilakukan oleh guru dapat dikatakan efektif. Menurut Jones (1997: 237) guru

yang efektif adalah mereka yang membelajarkan materi, memberikan latihan-latihan, dan

memantau pencapaian para siswa.

Skor para siswa menunjukkan peningkatan terjadi tidak hanya pada siswa pada

kelompok atas tetapi juga pada siswa kelompok bawah. Guru juga memberikan latihan-latihan

dan hal ini merupakan langkah yang baik untuk menangani siswa yang lemah. Sebagaimana

dikemukana oleh Cruickshank dkk (1999: 9), seorang guru harus memperhatikan perbedaan

siswa dalam ekonomi, budaya, jenis kelamin, kecerdasan dan lain-lain.

Page 15: Makalah seminar nas

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Peneliti berhasil melakukan penelitian dengan menggunakan media filmstrip untuk

memperbaiki dan meningkatkan kompetensi berbicara siswa kelas 8B di SMP Negeri 3 Ngawi.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas juga membawa perubahan-perubahan positif dalam

situasi kelas dimana siswa lebih memperhatikan pembelajaran dan lebih aktif mengerjakan

tugas.

3. Saran

a. Guru

1). Guru bahasa Inggris.

Guru disarankan menggunakan media dalam proses pembelajaran karena ini akan

membuat siswa lebih aktif dalam berpartisipasi. Disamping itu, penggunaan media akan

menciptakan suasana kelas yang lebih kondusif dan lebih menarik perhatian siswa.

2). Guru bahasa Inggris disarankan menggunakan bahasa Inggris secara maksimal selama

pembelajaran karena hal ini akan membiasakan siswa berbicara dalam bahasa Inggris.

3). Para guru harus memberikan pemodelan berbicara yang cukup sehingga siswa

memahami dengan jelas apa yang harus dilakukan berkenaan dengan setiap aktivitas di

kelas.

4). Guru harus memaksimalkan latihan berbicara untuk memberi pengalaman berbicara

pada siswa.

b. Siswa

1). Siswa disarankan melakukan percakapan untuk membangun kelancaran berbicara.

Page 16: Makalah seminar nas

2). Siswa harus mengikuti pemodelan berbicara agar dapat berbicara dengan benar.

3). Siswa disarankan berkonsultasi dengan guru atau orang yang berkompeten untuk

memecahkan kesulitan-kesulitan belajar bahasa Inggris.

c. Sekolah

1). Sekolah disarankan mengadakan media pembelajaran yang memadai agar

pembelajaran lebih berkualitas.

2). Sekolah disarankan mengikutsertakan para guru bahasa Inggris mengikuti berbagai

“workshop” dan pelatihan media pembelajaran agar kualitas guru meningkat.

3). Sekolah harus mengakomodasi ide dan pendapat dalam rangka memperbaiki dan

meningkatkan kualitas pembelajan.

Page 17: Makalah seminar nas

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineke Cipta.

Brown, H, D. 2001. Teaching by Principles. California: Addison Wesley Longman, Inc.

Cruickshank, D.R, Bainer, D.L, & Metcalf, K. K. 1999. The Act of Teaching. Toronto: Mc. Graw-Hill College.

Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa Inggris Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.

Dobson, J. M. 1987. Effective Techniques for English Conversation Groups. Washington DC: United States Information Agency.

Dudeny, G & Nick, H. 2007. How to Teach English with Technology. Essex: Longman.

Harmer, J. 2007. The Practice of English Language Teaching. Essex: Pearson Education Limited.

Haycraft, J. 1997. An Introduction to English Language Teaching. Essex: Longman Group Ltd

Hopkins, David. 1975. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press.

Hughes, R. 2002. Teaching and Researching Speaking. Essex: Pearson Education.

Jones, Daniel. 1995. The Pronunciation of English. Northants: Cambridge University Press.

Lado, R. 1976. Language Teaching A Scientific Approach. New Delhi: Tata Mc Graw Hill Publishing CO. LTD.

Leech, Nancy L. & Onwuegbuzie, Anthony J. 2007. An Array of Qualitative Data Analysis Tools: A Call for Data Analysis Triangulation. School Psychology Quarterly, American Psychological Association 2007, Vol. 22, No. 4, 557–584 1045-3830/07/$12.00 DOI: 10.1037/1045-3830.22.4.557. Available at: http://classmatadread. Net/qual/-qualanalysis(2). Pdf. Downloaded: Sepetember 16,2010.

Linn, R.L & Gronlund, N.E. 2000. Measurement and Assessment in Teaching. Ohio: Prentice-Hall, Inc

Morrison, G.R, Ross, S.M, & Kemp, J.E. 2001. Designing Effective Instruction. Singapore: John Wiley & Sons. Inc.

Page 18: Makalah seminar nas

Newby, T. J, Donald A. S, James D. L, & James, D. R. 2000. Instructional Technology for Teaching and Learning: Designing Instruction, Integrating Computers, and Using Media. Ohio: Prentice Hall.

Richards, J, Platt, J & Weber, H. 1985. Longman Dictionary of Applied Linguistics. Essex: Longman Group Limited.

Smaldino, S.E, James D.R, Robert, H, & Michael, M. 2005. Instructional Technology and Media for Learning. Ohio: Pearson. Merril Prentice Hall.

Thornbury, S.2005. How to Teach Speaking. Essex: Longman