lap diare
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG MASALAH
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksius berupa
organisme asing tertentu yang masuk ke dalam system organ tubuh seseorang sehingga
menimbulkan gangguan morfologi maupun fungsi dari system organ tersebut Di
Indonesia menurut survei Kesehatan Rumah Tangga 2001 penyakit infeksi masih
menempati urutan kematian pertama baru disusul oleh penyakit kardiovaskuler dan
penyakit keganasan karsinoma Salah satu penyakit infeksi dengan prognosis buruk jika
tidak segera ditangani dengan benar karena dapat menyebabkan dehidrasi dan gangguan
pencernaan lainnya adalah DIARE
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia Di Amerika Serikat
keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek
dokter sementara data di beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan diare akut
pada pasien dewasa karena infeksi terdapat pada peringkat 1 sampai dengan 4
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan tidak saja di negara
berkembang tetapi juga di negara maju Di negara berkembang diare infeksi
menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun Di Indonesia setiap tahun
sekitar 100 juta episode diare terjadi pada orang dewasa Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat
Diare akut pada orang dewasa banyak ditemukan di klinik dalam praktek sehari-hari
Salah satu etiologinya adalah infeksi yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme
seperti virus bakteri protozoa dan helminth Pemahaman tentang patofisiologi diare
akut dapat mengarahkan kita untuk mencari dan mengetahui etiologi dan memberikan
terapi yang sesuai
Mengingat hal tersebut di atas maka perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap
masalah ini Dengan diagnosa yang cepat dan penanganan sedini mungkin serta
penatalaksanaan yang tepat komplikasi dapat dicegah serta akan mendapatkan prognosa
yang lebih baik Oleh sebab itulah pada skenario ini mahasiswa dituntut untuk dapat
memahami tentang diare karena infeksi virus bakteri protozoa maupun cacing
Mengenai penegakkan diagnosanya serta pathogenesis dan pathofisiologi dari
manifestasi yang ditimbulkannya juga pencegahan dan terapi yang tepat dalam tingkatan
molekuler dan fisiologi supaya diagnosa dan pengobatan tidak terlambat
B RUMUSAN MASALAH
Seorang pria petani berusia 43 tahun datang dengan keluhan sakit perut dan diare
lendir kadang berdarah selama + 1 bulan Pasien juga mengeluh cepat lelah setelah
beraktivitas sering berkunang-kunang dan dada berdebar-debar serta kadang tubuh
merasa gatal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tepi mulut pecah-pecah dan konjungtiva pucat
Nyeri tekan lepas daerah Mc Burney (-) Dari auskultasi didapatkan takikardia bising
sistolik dan ronki basah basal paru
Kondisi rumah pasien berlantai tanah sumber air minum (sumur) berjarak 2 meter
dari jumbleng atau sumuran terbuka (tempat BAB tradisional) Beberapa tetangganya
juga memiliki keluhan yang sama (diare)
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia berat dan eosinofilia Pada
pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri
Dari skenario di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain
1 Berdasarkan data dari skenario apa saja kemungkinan penyebab diare yang dialami
pasien
2 Adakah hubungan antara pekerjaan dan lingkungan tempat tinggal pasien dengan
penyakit yang dideritanya
3 Mengapa tetangga pasien banyak yang mengalami diare juga Apakah penyakit
pasien menular
4 Bagaimana patofisiologi dan patogenesis dari berbagai keluhan pasien dan kelainan
yang didapat dari hasil pemeriksaan
5 Bagaimana upaya penatalaksanaan dan pencegahan penyakit tersebut
C TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Tujuan Penulisan
1 Memenuhi kompetensi mahasiswa di dalam blok infeksi dan penyakit
tropis
2 Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit-penyakit yang
disebabkan karena infeksi mikroorganisme
3 Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan terkini tentang penyakit
infeksi
Manfaat Penulisan
1 Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematis
2 Mahasiswa mampu menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar
3 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit infeksi
4 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang terapi dan pencegahan
penyakit infeksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE
A Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200
ml24 jam Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari
3 kali per hari Buang air besar encer tersebut dapat dengan atau tanpa lendir darah atau
pus Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu disebut sebagai Diare Akut Apabila
diare berlangsung 2 minggu atau lebih maka digolongkan pada Diare Kronik
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi Dari penyebab diare yang
terbanyak adalah diare infeksi Diare infeksi dapat disebabkan Virus Bakteri dan Parasit
Gejala ikutan dapat berupa mual muntah nyeri abdominal mulas tenesmus demam dan
tanda-tanda dehidrasi
B Klasifikasi amp Patofisiologi Secara etiologi diare akut dapat disebabkan oleh infeksi intoksikasi (poisoning)
alergi reaksi obat-obatan dan juga faktor psikis
Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut
berdasarkan proses patofisiologi Enteric Infection (infeksi usus) yaitu membagi diare
akut atas mekanisme Inflamatory Non inflammatory dan Penetrating
1 Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan
manifestasi sindroma Disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (disebut
juga Bloody diarrhea) Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan
abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik mual muntah demam tenesmus
serta gejala dan tanda dehidrasi Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis
ditemukan lendir danatau darah secara mikroskopis didapati leukosit
polimorfonuklear Mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica Shigella Entero
Invasive Ecoli (EIEC)Vparahaemolitycus Cdifficile dan Cjejuni
2 Non Inflamatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus bagian
proksimal Proses diare adalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare
cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah yang disebut dengan Watery
diarrhea Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali namun
gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul terutama pada kasus yang tidak segera
mendapat cairan pengganti Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan
leukosit Mikroorganisme penyebab seperti Vcholerae Enterotoxigenic Ecoli
(ETEC) Salmonella
3 Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus Penyakit ini disebut juga
Enteric fever Chronic Septicemia dengan gejala klinis demam disertai diare Pada
pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear Mikrooragnisme
penyebab biasanya Sthypi Sparathypi AB Senteritidis Scholerasuis
Yenterocolitidea dan Cfetus
Tabel 1 Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut
Karakteristik Non Inflamatory Inflamatory Penetrating
Gambaran
Tinja
Watery
Volume gtgt
Leukosit (-)
Bloody mukus
Volume sedang
Leukosit PMN
Mukus
Volume sedikit
Leukosit MN
Demam (-) (+) (+)
Nyeri Perut (-) (+) (+)(-)
Dehidrasi (+++) (+) (+)(-)
Tenesmus (-) (+) (-)
Komplikasi Hipovolemik Toksik Sepsis
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi
kelompok osmotik sekretorik eksudatif dan gangguan motilitas Diare osmotik terjadi
bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang
menarik air dari plasma sehingga terjadi diare Contohnya adalah malabsorbsi
karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang
dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu asam lemak
rantai pendek atau laksantif non osmotik Beberapa hormon intestinal seperti gastrin
vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik
Diare eksudatif inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau
bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy inflamatory bowel disease (IBD)
atau akibat radiasi
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit
usus menjadi lebih cepat Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis sindroma usus
iritabel atau diabetes melitus
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme Seperti pada infeksi bakteri
paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan
absorbsi di usus
C Etiologi
1 Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 ndash 80) Berak-berak air
(watery) berbusa TIDAK ada darah lendir berbau asam Beberapa jenis virus penyebab
diare akut
1048707Rotavirus serotype 128dan 9 pada manusia Serotype 3 dan 4 didapati pada
hewan dan manusia Dan serotype 56 dan 7 didapati hanya pada hewan
1048707Norwalk virus terdapat pada semua usia umumnya akibat food borne atau water
borne transmisi dan dapat juga terjadi penularan person to person
1048707Astrovirus didapati pada anak dan dewasa
1048707Adenovirus (type 40 41)
1048707Small bowel structured virus
1048707Cytomegalovirus
2 Bakteri
Berak-berak dengan darahlendir sakit perut Enterotoxigenic Ecoli (ETEC)
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Enteroinvasive
Ecoli (EIEC) Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) Shigella spp Campylobacter jejuni
(helicobacter jejuni) Vibrio cholerae Salmonella (non thypoid)
3 Protozoa
Giardia lamblia Entamoeba histolytica Cryptosporidium Microsporidium spp
Isospora belli Cyclospora cayatanensis
4 Helminths Berak darah+- dan lendir sakit perut
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
Strongyloides stercoralis Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan
larva menimbulkan diare
Schistosoma spp Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ
termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi termasuk diare dan perdarahan
usus
Capilaria philippinensis Cacing ini ditemukan di usus halus terutama jejunu
menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri
abdomen
Trichuris trichuria Cacing dewasa hidup di kolon caecum dan appendix Infeksi
berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen
Tabel 2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen
Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent
Bakteri
Vcholerae
ETEC EPEC
EIEC
EHEC
ShigellaSalmonella
CjejuniYenteroclitica
Cdefficile
Mtuberculosa
Aeromonas
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
Virus
Rotavirus
Adenovirus (type 4041)
Smaal Bowel Structured
virus
Cytomegalovirus
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Protozoa
Glamblia
Ehistolytica
Cparvum
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
Microsporidium spp
Isospora belli
Cyclospora cayatenensis
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
Cacing
Strongyloides stercoralis
Schistosoma spp
Capilaria philippinensis
Trichuris trichuria
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
INFEKSI CACING TAMBANG
Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma
duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di
dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam
beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti
di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan
tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa
menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran
darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk
melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di
dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah
Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam
rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah
sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya
berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang
setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat
pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A
Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)
lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan
pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada
anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa
muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi
(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa
seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas
Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada
pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang
Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan
menetaskan larva
Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia
dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus
yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil
diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya
DISENTRI BASIL
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-
daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan
ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya
dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies
Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei
Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di
negara berkembang seperti Indonesia
Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi
lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan
kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan
disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening
sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang
sampai terjadi perforasi
Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti
demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit
menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai
kesadaran yang menurun
Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam
pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan
rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan
Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol
sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin
streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-
kasus infeksi Shigella
AMUBIASIS
Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus
hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)
Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta
prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik
secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau
makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian
masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam
usus manusia
Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan
menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk
histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum
kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam
usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan
dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan
lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk
ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan
muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi
paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem
portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan
terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini
pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau
Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui
Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas
(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja
mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita
Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu
biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali
Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti
Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang
sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein
yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan
antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis
ENTAMOEBA COLI
Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu
faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus
halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan
sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak
menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari
membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas
disakaridase
Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus
halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme
timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan
Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella
Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon
dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)
Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2
yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse
di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome
SCHISTOMIASIS
Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum
Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah
serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung
serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler
darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke
jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena
portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan
vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur
Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema
dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan
sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual
muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri
hepatomegali dan splenomegali
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi
Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56
TRICHURIASIS
Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan
terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus
usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi
ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat
terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-
muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis
merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan
eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam
tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan
penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir
kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa
penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2
minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya
telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody
diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero
Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan
Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil
pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri
Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan
bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi
apa yang harus diberikan pada pasien
Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering
berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa
pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu
Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi
dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan
mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa
eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)
untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia
menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis
(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang
memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan
akhirnya terjadi jantung berdebar-debar
Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang
menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat
(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat
Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang
mengalami anemia berat
Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising
sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu
bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang
terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua
(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat
penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di
dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan
katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi
ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan
bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama
sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama
Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan
sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang
bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara
laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising
ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan
pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan
tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup
bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik
arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah
yang berlawanan
Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara
napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah
(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam
alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada
pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis
Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri
tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat
diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa
pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign
pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada
appendiks pasien
Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari
manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka
kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing
tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri
(Shigella dysentriae)
Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan
Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu
anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-
debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam
skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil
dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang
memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang
menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)
sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika
melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising
sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru
yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan
perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru
inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien
sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien
dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan
tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga
pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
manifestasi yang ditimbulkannya juga pencegahan dan terapi yang tepat dalam tingkatan
molekuler dan fisiologi supaya diagnosa dan pengobatan tidak terlambat
B RUMUSAN MASALAH
Seorang pria petani berusia 43 tahun datang dengan keluhan sakit perut dan diare
lendir kadang berdarah selama + 1 bulan Pasien juga mengeluh cepat lelah setelah
beraktivitas sering berkunang-kunang dan dada berdebar-debar serta kadang tubuh
merasa gatal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tepi mulut pecah-pecah dan konjungtiva pucat
Nyeri tekan lepas daerah Mc Burney (-) Dari auskultasi didapatkan takikardia bising
sistolik dan ronki basah basal paru
Kondisi rumah pasien berlantai tanah sumber air minum (sumur) berjarak 2 meter
dari jumbleng atau sumuran terbuka (tempat BAB tradisional) Beberapa tetangganya
juga memiliki keluhan yang sama (diare)
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia berat dan eosinofilia Pada
pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri
Dari skenario di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain
1 Berdasarkan data dari skenario apa saja kemungkinan penyebab diare yang dialami
pasien
2 Adakah hubungan antara pekerjaan dan lingkungan tempat tinggal pasien dengan
penyakit yang dideritanya
3 Mengapa tetangga pasien banyak yang mengalami diare juga Apakah penyakit
pasien menular
4 Bagaimana patofisiologi dan patogenesis dari berbagai keluhan pasien dan kelainan
yang didapat dari hasil pemeriksaan
5 Bagaimana upaya penatalaksanaan dan pencegahan penyakit tersebut
C TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Tujuan Penulisan
1 Memenuhi kompetensi mahasiswa di dalam blok infeksi dan penyakit
tropis
2 Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit-penyakit yang
disebabkan karena infeksi mikroorganisme
3 Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan terkini tentang penyakit
infeksi
Manfaat Penulisan
1 Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematis
2 Mahasiswa mampu menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar
3 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit infeksi
4 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang terapi dan pencegahan
penyakit infeksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE
A Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200
ml24 jam Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari
3 kali per hari Buang air besar encer tersebut dapat dengan atau tanpa lendir darah atau
pus Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu disebut sebagai Diare Akut Apabila
diare berlangsung 2 minggu atau lebih maka digolongkan pada Diare Kronik
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi Dari penyebab diare yang
terbanyak adalah diare infeksi Diare infeksi dapat disebabkan Virus Bakteri dan Parasit
Gejala ikutan dapat berupa mual muntah nyeri abdominal mulas tenesmus demam dan
tanda-tanda dehidrasi
B Klasifikasi amp Patofisiologi Secara etiologi diare akut dapat disebabkan oleh infeksi intoksikasi (poisoning)
alergi reaksi obat-obatan dan juga faktor psikis
Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut
berdasarkan proses patofisiologi Enteric Infection (infeksi usus) yaitu membagi diare
akut atas mekanisme Inflamatory Non inflammatory dan Penetrating
1 Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan
manifestasi sindroma Disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (disebut
juga Bloody diarrhea) Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan
abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik mual muntah demam tenesmus
serta gejala dan tanda dehidrasi Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis
ditemukan lendir danatau darah secara mikroskopis didapati leukosit
polimorfonuklear Mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica Shigella Entero
Invasive Ecoli (EIEC)Vparahaemolitycus Cdifficile dan Cjejuni
2 Non Inflamatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus bagian
proksimal Proses diare adalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare
cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah yang disebut dengan Watery
diarrhea Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali namun
gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul terutama pada kasus yang tidak segera
mendapat cairan pengganti Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan
leukosit Mikroorganisme penyebab seperti Vcholerae Enterotoxigenic Ecoli
(ETEC) Salmonella
3 Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus Penyakit ini disebut juga
Enteric fever Chronic Septicemia dengan gejala klinis demam disertai diare Pada
pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear Mikrooragnisme
penyebab biasanya Sthypi Sparathypi AB Senteritidis Scholerasuis
Yenterocolitidea dan Cfetus
Tabel 1 Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut
Karakteristik Non Inflamatory Inflamatory Penetrating
Gambaran
Tinja
Watery
Volume gtgt
Leukosit (-)
Bloody mukus
Volume sedang
Leukosit PMN
Mukus
Volume sedikit
Leukosit MN
Demam (-) (+) (+)
Nyeri Perut (-) (+) (+)(-)
Dehidrasi (+++) (+) (+)(-)
Tenesmus (-) (+) (-)
Komplikasi Hipovolemik Toksik Sepsis
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi
kelompok osmotik sekretorik eksudatif dan gangguan motilitas Diare osmotik terjadi
bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang
menarik air dari plasma sehingga terjadi diare Contohnya adalah malabsorbsi
karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang
dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu asam lemak
rantai pendek atau laksantif non osmotik Beberapa hormon intestinal seperti gastrin
vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik
Diare eksudatif inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau
bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy inflamatory bowel disease (IBD)
atau akibat radiasi
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit
usus menjadi lebih cepat Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis sindroma usus
iritabel atau diabetes melitus
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme Seperti pada infeksi bakteri
paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan
absorbsi di usus
C Etiologi
1 Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 ndash 80) Berak-berak air
(watery) berbusa TIDAK ada darah lendir berbau asam Beberapa jenis virus penyebab
diare akut
1048707Rotavirus serotype 128dan 9 pada manusia Serotype 3 dan 4 didapati pada
hewan dan manusia Dan serotype 56 dan 7 didapati hanya pada hewan
1048707Norwalk virus terdapat pada semua usia umumnya akibat food borne atau water
borne transmisi dan dapat juga terjadi penularan person to person
1048707Astrovirus didapati pada anak dan dewasa
1048707Adenovirus (type 40 41)
1048707Small bowel structured virus
1048707Cytomegalovirus
2 Bakteri
Berak-berak dengan darahlendir sakit perut Enterotoxigenic Ecoli (ETEC)
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Enteroinvasive
Ecoli (EIEC) Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) Shigella spp Campylobacter jejuni
(helicobacter jejuni) Vibrio cholerae Salmonella (non thypoid)
3 Protozoa
Giardia lamblia Entamoeba histolytica Cryptosporidium Microsporidium spp
Isospora belli Cyclospora cayatanensis
4 Helminths Berak darah+- dan lendir sakit perut
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
Strongyloides stercoralis Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan
larva menimbulkan diare
Schistosoma spp Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ
termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi termasuk diare dan perdarahan
usus
Capilaria philippinensis Cacing ini ditemukan di usus halus terutama jejunu
menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri
abdomen
Trichuris trichuria Cacing dewasa hidup di kolon caecum dan appendix Infeksi
berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen
Tabel 2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen
Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent
Bakteri
Vcholerae
ETEC EPEC
EIEC
EHEC
ShigellaSalmonella
CjejuniYenteroclitica
Cdefficile
Mtuberculosa
Aeromonas
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
Virus
Rotavirus
Adenovirus (type 4041)
Smaal Bowel Structured
virus
Cytomegalovirus
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Protozoa
Glamblia
Ehistolytica
Cparvum
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
Microsporidium spp
Isospora belli
Cyclospora cayatenensis
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
Cacing
Strongyloides stercoralis
Schistosoma spp
Capilaria philippinensis
Trichuris trichuria
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
INFEKSI CACING TAMBANG
Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma
duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di
dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam
beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti
di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan
tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa
menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran
darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk
melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di
dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah
Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam
rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah
sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya
berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang
setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat
pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A
Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)
lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan
pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada
anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa
muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi
(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa
seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas
Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada
pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang
Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan
menetaskan larva
Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia
dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus
yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil
diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya
DISENTRI BASIL
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-
daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan
ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya
dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies
Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei
Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di
negara berkembang seperti Indonesia
Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi
lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan
kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan
disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening
sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang
sampai terjadi perforasi
Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti
demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit
menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai
kesadaran yang menurun
Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam
pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan
rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan
Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol
sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin
streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-
kasus infeksi Shigella
AMUBIASIS
Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus
hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)
Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta
prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik
secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau
makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian
masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam
usus manusia
Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan
menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk
histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum
kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam
usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan
dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan
lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk
ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan
muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi
paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem
portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan
terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini
pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau
Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui
Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas
(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja
mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita
Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu
biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali
Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti
Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang
sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein
yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan
antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis
ENTAMOEBA COLI
Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu
faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus
halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan
sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak
menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari
membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas
disakaridase
Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus
halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme
timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan
Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella
Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon
dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)
Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2
yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse
di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome
SCHISTOMIASIS
Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum
Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah
serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung
serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler
darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke
jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena
portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan
vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur
Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema
dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan
sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual
muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri
hepatomegali dan splenomegali
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi
Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56
TRICHURIASIS
Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan
terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus
usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi
ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat
terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-
muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis
merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan
eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam
tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan
penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir
kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa
penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2
minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya
telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody
diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero
Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan
Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil
pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri
Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan
bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi
apa yang harus diberikan pada pasien
Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering
berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa
pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu
Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi
dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan
mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa
eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)
untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia
menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis
(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang
memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan
akhirnya terjadi jantung berdebar-debar
Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang
menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat
(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat
Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang
mengalami anemia berat
Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising
sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu
bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang
terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua
(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat
penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di
dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan
katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi
ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan
bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama
sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama
Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan
sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang
bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara
laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising
ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan
pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan
tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup
bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik
arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah
yang berlawanan
Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara
napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah
(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam
alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada
pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis
Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri
tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat
diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa
pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign
pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada
appendiks pasien
Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari
manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka
kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing
tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri
(Shigella dysentriae)
Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan
Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu
anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-
debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam
skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil
dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang
memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang
menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)
sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika
melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising
sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru
yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan
perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru
inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien
sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien
dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan
tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga
pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
3 Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan terkini tentang penyakit
infeksi
Manfaat Penulisan
1 Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematis
2 Mahasiswa mampu menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar
3 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit infeksi
4 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang terapi dan pencegahan
penyakit infeksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE
A Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200
ml24 jam Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari
3 kali per hari Buang air besar encer tersebut dapat dengan atau tanpa lendir darah atau
pus Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu disebut sebagai Diare Akut Apabila
diare berlangsung 2 minggu atau lebih maka digolongkan pada Diare Kronik
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi Dari penyebab diare yang
terbanyak adalah diare infeksi Diare infeksi dapat disebabkan Virus Bakteri dan Parasit
Gejala ikutan dapat berupa mual muntah nyeri abdominal mulas tenesmus demam dan
tanda-tanda dehidrasi
B Klasifikasi amp Patofisiologi Secara etiologi diare akut dapat disebabkan oleh infeksi intoksikasi (poisoning)
alergi reaksi obat-obatan dan juga faktor psikis
Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut
berdasarkan proses patofisiologi Enteric Infection (infeksi usus) yaitu membagi diare
akut atas mekanisme Inflamatory Non inflammatory dan Penetrating
1 Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan
manifestasi sindroma Disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (disebut
juga Bloody diarrhea) Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan
abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik mual muntah demam tenesmus
serta gejala dan tanda dehidrasi Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis
ditemukan lendir danatau darah secara mikroskopis didapati leukosit
polimorfonuklear Mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica Shigella Entero
Invasive Ecoli (EIEC)Vparahaemolitycus Cdifficile dan Cjejuni
2 Non Inflamatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus bagian
proksimal Proses diare adalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare
cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah yang disebut dengan Watery
diarrhea Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali namun
gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul terutama pada kasus yang tidak segera
mendapat cairan pengganti Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan
leukosit Mikroorganisme penyebab seperti Vcholerae Enterotoxigenic Ecoli
(ETEC) Salmonella
3 Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus Penyakit ini disebut juga
Enteric fever Chronic Septicemia dengan gejala klinis demam disertai diare Pada
pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear Mikrooragnisme
penyebab biasanya Sthypi Sparathypi AB Senteritidis Scholerasuis
Yenterocolitidea dan Cfetus
Tabel 1 Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut
Karakteristik Non Inflamatory Inflamatory Penetrating
Gambaran
Tinja
Watery
Volume gtgt
Leukosit (-)
Bloody mukus
Volume sedang
Leukosit PMN
Mukus
Volume sedikit
Leukosit MN
Demam (-) (+) (+)
Nyeri Perut (-) (+) (+)(-)
Dehidrasi (+++) (+) (+)(-)
Tenesmus (-) (+) (-)
Komplikasi Hipovolemik Toksik Sepsis
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi
kelompok osmotik sekretorik eksudatif dan gangguan motilitas Diare osmotik terjadi
bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang
menarik air dari plasma sehingga terjadi diare Contohnya adalah malabsorbsi
karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang
dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu asam lemak
rantai pendek atau laksantif non osmotik Beberapa hormon intestinal seperti gastrin
vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik
Diare eksudatif inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau
bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy inflamatory bowel disease (IBD)
atau akibat radiasi
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit
usus menjadi lebih cepat Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis sindroma usus
iritabel atau diabetes melitus
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme Seperti pada infeksi bakteri
paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan
absorbsi di usus
C Etiologi
1 Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 ndash 80) Berak-berak air
(watery) berbusa TIDAK ada darah lendir berbau asam Beberapa jenis virus penyebab
diare akut
1048707Rotavirus serotype 128dan 9 pada manusia Serotype 3 dan 4 didapati pada
hewan dan manusia Dan serotype 56 dan 7 didapati hanya pada hewan
1048707Norwalk virus terdapat pada semua usia umumnya akibat food borne atau water
borne transmisi dan dapat juga terjadi penularan person to person
1048707Astrovirus didapati pada anak dan dewasa
1048707Adenovirus (type 40 41)
1048707Small bowel structured virus
1048707Cytomegalovirus
2 Bakteri
Berak-berak dengan darahlendir sakit perut Enterotoxigenic Ecoli (ETEC)
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Enteroinvasive
Ecoli (EIEC) Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) Shigella spp Campylobacter jejuni
(helicobacter jejuni) Vibrio cholerae Salmonella (non thypoid)
3 Protozoa
Giardia lamblia Entamoeba histolytica Cryptosporidium Microsporidium spp
Isospora belli Cyclospora cayatanensis
4 Helminths Berak darah+- dan lendir sakit perut
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
Strongyloides stercoralis Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan
larva menimbulkan diare
Schistosoma spp Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ
termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi termasuk diare dan perdarahan
usus
Capilaria philippinensis Cacing ini ditemukan di usus halus terutama jejunu
menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri
abdomen
Trichuris trichuria Cacing dewasa hidup di kolon caecum dan appendix Infeksi
berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen
Tabel 2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen
Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent
Bakteri
Vcholerae
ETEC EPEC
EIEC
EHEC
ShigellaSalmonella
CjejuniYenteroclitica
Cdefficile
Mtuberculosa
Aeromonas
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
Virus
Rotavirus
Adenovirus (type 4041)
Smaal Bowel Structured
virus
Cytomegalovirus
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Protozoa
Glamblia
Ehistolytica
Cparvum
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
Microsporidium spp
Isospora belli
Cyclospora cayatenensis
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
Cacing
Strongyloides stercoralis
Schistosoma spp
Capilaria philippinensis
Trichuris trichuria
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
INFEKSI CACING TAMBANG
Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma
duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di
dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam
beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti
di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan
tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa
menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran
darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk
melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di
dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah
Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam
rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah
sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya
berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang
setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat
pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A
Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)
lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan
pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada
anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa
muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi
(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa
seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas
Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada
pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang
Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan
menetaskan larva
Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia
dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus
yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil
diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya
DISENTRI BASIL
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-
daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan
ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya
dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies
Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei
Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di
negara berkembang seperti Indonesia
Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi
lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan
kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan
disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening
sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang
sampai terjadi perforasi
Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti
demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit
menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai
kesadaran yang menurun
Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam
pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan
rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan
Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol
sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin
streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-
kasus infeksi Shigella
AMUBIASIS
Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus
hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)
Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta
prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik
secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau
makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian
masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam
usus manusia
Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan
menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk
histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum
kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam
usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan
dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan
lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk
ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan
muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi
paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem
portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan
terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini
pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau
Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui
Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas
(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja
mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita
Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu
biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali
Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti
Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang
sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein
yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan
antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis
ENTAMOEBA COLI
Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu
faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus
halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan
sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak
menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari
membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas
disakaridase
Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus
halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme
timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan
Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella
Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon
dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)
Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2
yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse
di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome
SCHISTOMIASIS
Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum
Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah
serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung
serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler
darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke
jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena
portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan
vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur
Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema
dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan
sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual
muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri
hepatomegali dan splenomegali
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi
Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56
TRICHURIASIS
Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan
terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus
usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi
ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat
terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-
muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis
merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan
eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam
tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan
penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir
kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa
penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2
minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya
telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody
diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero
Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan
Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil
pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri
Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan
bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi
apa yang harus diberikan pada pasien
Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering
berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa
pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu
Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi
dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan
mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa
eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)
untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia
menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis
(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang
memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan
akhirnya terjadi jantung berdebar-debar
Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang
menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat
(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat
Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang
mengalami anemia berat
Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising
sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu
bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang
terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua
(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat
penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di
dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan
katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi
ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan
bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama
sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama
Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan
sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang
bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara
laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising
ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan
pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan
tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup
bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik
arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah
yang berlawanan
Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara
napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah
(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam
alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada
pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis
Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri
tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat
diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa
pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign
pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada
appendiks pasien
Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari
manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka
kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing
tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri
(Shigella dysentriae)
Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan
Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu
anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-
debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam
skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil
dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang
memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang
menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)
sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika
melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising
sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru
yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan
perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru
inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien
sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien
dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan
tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga
pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE
A Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200
ml24 jam Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari
3 kali per hari Buang air besar encer tersebut dapat dengan atau tanpa lendir darah atau
pus Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu disebut sebagai Diare Akut Apabila
diare berlangsung 2 minggu atau lebih maka digolongkan pada Diare Kronik
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi Dari penyebab diare yang
terbanyak adalah diare infeksi Diare infeksi dapat disebabkan Virus Bakteri dan Parasit
Gejala ikutan dapat berupa mual muntah nyeri abdominal mulas tenesmus demam dan
tanda-tanda dehidrasi
B Klasifikasi amp Patofisiologi Secara etiologi diare akut dapat disebabkan oleh infeksi intoksikasi (poisoning)
alergi reaksi obat-obatan dan juga faktor psikis
Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut
berdasarkan proses patofisiologi Enteric Infection (infeksi usus) yaitu membagi diare
akut atas mekanisme Inflamatory Non inflammatory dan Penetrating
1 Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan
manifestasi sindroma Disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (disebut
juga Bloody diarrhea) Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan
abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik mual muntah demam tenesmus
serta gejala dan tanda dehidrasi Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis
ditemukan lendir danatau darah secara mikroskopis didapati leukosit
polimorfonuklear Mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica Shigella Entero
Invasive Ecoli (EIEC)Vparahaemolitycus Cdifficile dan Cjejuni
2 Non Inflamatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus bagian
proksimal Proses diare adalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare
cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah yang disebut dengan Watery
diarrhea Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali namun
gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul terutama pada kasus yang tidak segera
mendapat cairan pengganti Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan
leukosit Mikroorganisme penyebab seperti Vcholerae Enterotoxigenic Ecoli
(ETEC) Salmonella
3 Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus Penyakit ini disebut juga
Enteric fever Chronic Septicemia dengan gejala klinis demam disertai diare Pada
pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear Mikrooragnisme
penyebab biasanya Sthypi Sparathypi AB Senteritidis Scholerasuis
Yenterocolitidea dan Cfetus
Tabel 1 Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut
Karakteristik Non Inflamatory Inflamatory Penetrating
Gambaran
Tinja
Watery
Volume gtgt
Leukosit (-)
Bloody mukus
Volume sedang
Leukosit PMN
Mukus
Volume sedikit
Leukosit MN
Demam (-) (+) (+)
Nyeri Perut (-) (+) (+)(-)
Dehidrasi (+++) (+) (+)(-)
Tenesmus (-) (+) (-)
Komplikasi Hipovolemik Toksik Sepsis
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi
kelompok osmotik sekretorik eksudatif dan gangguan motilitas Diare osmotik terjadi
bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang
menarik air dari plasma sehingga terjadi diare Contohnya adalah malabsorbsi
karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang
dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu asam lemak
rantai pendek atau laksantif non osmotik Beberapa hormon intestinal seperti gastrin
vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik
Diare eksudatif inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau
bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy inflamatory bowel disease (IBD)
atau akibat radiasi
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit
usus menjadi lebih cepat Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis sindroma usus
iritabel atau diabetes melitus
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme Seperti pada infeksi bakteri
paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan
absorbsi di usus
C Etiologi
1 Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 ndash 80) Berak-berak air
(watery) berbusa TIDAK ada darah lendir berbau asam Beberapa jenis virus penyebab
diare akut
1048707Rotavirus serotype 128dan 9 pada manusia Serotype 3 dan 4 didapati pada
hewan dan manusia Dan serotype 56 dan 7 didapati hanya pada hewan
1048707Norwalk virus terdapat pada semua usia umumnya akibat food borne atau water
borne transmisi dan dapat juga terjadi penularan person to person
1048707Astrovirus didapati pada anak dan dewasa
1048707Adenovirus (type 40 41)
1048707Small bowel structured virus
1048707Cytomegalovirus
2 Bakteri
Berak-berak dengan darahlendir sakit perut Enterotoxigenic Ecoli (ETEC)
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Enteroinvasive
Ecoli (EIEC) Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) Shigella spp Campylobacter jejuni
(helicobacter jejuni) Vibrio cholerae Salmonella (non thypoid)
3 Protozoa
Giardia lamblia Entamoeba histolytica Cryptosporidium Microsporidium spp
Isospora belli Cyclospora cayatanensis
4 Helminths Berak darah+- dan lendir sakit perut
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
Strongyloides stercoralis Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan
larva menimbulkan diare
Schistosoma spp Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ
termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi termasuk diare dan perdarahan
usus
Capilaria philippinensis Cacing ini ditemukan di usus halus terutama jejunu
menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri
abdomen
Trichuris trichuria Cacing dewasa hidup di kolon caecum dan appendix Infeksi
berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen
Tabel 2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen
Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent
Bakteri
Vcholerae
ETEC EPEC
EIEC
EHEC
ShigellaSalmonella
CjejuniYenteroclitica
Cdefficile
Mtuberculosa
Aeromonas
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
Virus
Rotavirus
Adenovirus (type 4041)
Smaal Bowel Structured
virus
Cytomegalovirus
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Protozoa
Glamblia
Ehistolytica
Cparvum
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
Microsporidium spp
Isospora belli
Cyclospora cayatenensis
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
Cacing
Strongyloides stercoralis
Schistosoma spp
Capilaria philippinensis
Trichuris trichuria
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
INFEKSI CACING TAMBANG
Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma
duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di
dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam
beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti
di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan
tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa
menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran
darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk
melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di
dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah
Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam
rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah
sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya
berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang
setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat
pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A
Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)
lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan
pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada
anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa
muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi
(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa
seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas
Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada
pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang
Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan
menetaskan larva
Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia
dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus
yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil
diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya
DISENTRI BASIL
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-
daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan
ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya
dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies
Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei
Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di
negara berkembang seperti Indonesia
Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi
lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan
kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan
disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening
sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang
sampai terjadi perforasi
Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti
demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit
menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai
kesadaran yang menurun
Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam
pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan
rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan
Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol
sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin
streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-
kasus infeksi Shigella
AMUBIASIS
Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus
hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)
Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta
prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik
secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau
makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian
masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam
usus manusia
Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan
menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk
histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum
kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam
usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan
dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan
lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk
ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan
muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi
paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem
portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan
terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini
pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau
Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui
Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas
(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja
mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita
Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu
biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali
Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti
Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang
sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein
yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan
antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis
ENTAMOEBA COLI
Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu
faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus
halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan
sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak
menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari
membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas
disakaridase
Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus
halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme
timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan
Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella
Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon
dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)
Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2
yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse
di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome
SCHISTOMIASIS
Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum
Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah
serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung
serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler
darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke
jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena
portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan
vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur
Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema
dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan
sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual
muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri
hepatomegali dan splenomegali
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi
Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56
TRICHURIASIS
Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan
terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus
usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi
ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat
terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-
muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis
merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan
eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam
tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan
penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir
kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa
penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2
minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya
telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody
diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero
Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan
Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil
pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri
Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan
bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi
apa yang harus diberikan pada pasien
Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering
berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa
pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu
Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi
dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan
mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa
eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)
untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia
menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis
(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang
memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan
akhirnya terjadi jantung berdebar-debar
Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang
menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat
(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat
Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang
mengalami anemia berat
Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising
sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu
bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang
terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua
(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat
penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di
dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan
katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi
ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan
bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama
sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama
Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan
sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang
bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara
laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising
ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan
pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan
tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup
bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik
arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah
yang berlawanan
Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara
napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah
(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam
alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada
pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis
Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri
tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat
diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa
pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign
pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada
appendiks pasien
Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari
manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka
kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing
tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri
(Shigella dysentriae)
Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan
Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu
anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-
debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam
skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil
dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang
memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang
menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)
sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika
melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising
sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru
yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan
perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru
inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien
sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien
dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan
tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga
pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
2 Non Inflamatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus bagian
proksimal Proses diare adalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare
cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah yang disebut dengan Watery
diarrhea Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali namun
gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul terutama pada kasus yang tidak segera
mendapat cairan pengganti Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan
leukosit Mikroorganisme penyebab seperti Vcholerae Enterotoxigenic Ecoli
(ETEC) Salmonella
3 Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus Penyakit ini disebut juga
Enteric fever Chronic Septicemia dengan gejala klinis demam disertai diare Pada
pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear Mikrooragnisme
penyebab biasanya Sthypi Sparathypi AB Senteritidis Scholerasuis
Yenterocolitidea dan Cfetus
Tabel 1 Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut
Karakteristik Non Inflamatory Inflamatory Penetrating
Gambaran
Tinja
Watery
Volume gtgt
Leukosit (-)
Bloody mukus
Volume sedang
Leukosit PMN
Mukus
Volume sedikit
Leukosit MN
Demam (-) (+) (+)
Nyeri Perut (-) (+) (+)(-)
Dehidrasi (+++) (+) (+)(-)
Tenesmus (-) (+) (-)
Komplikasi Hipovolemik Toksik Sepsis
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi
kelompok osmotik sekretorik eksudatif dan gangguan motilitas Diare osmotik terjadi
bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang
menarik air dari plasma sehingga terjadi diare Contohnya adalah malabsorbsi
karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang
dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu asam lemak
rantai pendek atau laksantif non osmotik Beberapa hormon intestinal seperti gastrin
vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik
Diare eksudatif inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau
bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy inflamatory bowel disease (IBD)
atau akibat radiasi
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit
usus menjadi lebih cepat Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis sindroma usus
iritabel atau diabetes melitus
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme Seperti pada infeksi bakteri
paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan
absorbsi di usus
C Etiologi
1 Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 ndash 80) Berak-berak air
(watery) berbusa TIDAK ada darah lendir berbau asam Beberapa jenis virus penyebab
diare akut
1048707Rotavirus serotype 128dan 9 pada manusia Serotype 3 dan 4 didapati pada
hewan dan manusia Dan serotype 56 dan 7 didapati hanya pada hewan
1048707Norwalk virus terdapat pada semua usia umumnya akibat food borne atau water
borne transmisi dan dapat juga terjadi penularan person to person
1048707Astrovirus didapati pada anak dan dewasa
1048707Adenovirus (type 40 41)
1048707Small bowel structured virus
1048707Cytomegalovirus
2 Bakteri
Berak-berak dengan darahlendir sakit perut Enterotoxigenic Ecoli (ETEC)
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Enteroinvasive
Ecoli (EIEC) Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) Shigella spp Campylobacter jejuni
(helicobacter jejuni) Vibrio cholerae Salmonella (non thypoid)
3 Protozoa
Giardia lamblia Entamoeba histolytica Cryptosporidium Microsporidium spp
Isospora belli Cyclospora cayatanensis
4 Helminths Berak darah+- dan lendir sakit perut
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
Strongyloides stercoralis Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan
larva menimbulkan diare
Schistosoma spp Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ
termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi termasuk diare dan perdarahan
usus
Capilaria philippinensis Cacing ini ditemukan di usus halus terutama jejunu
menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri
abdomen
Trichuris trichuria Cacing dewasa hidup di kolon caecum dan appendix Infeksi
berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen
Tabel 2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen
Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent
Bakteri
Vcholerae
ETEC EPEC
EIEC
EHEC
ShigellaSalmonella
CjejuniYenteroclitica
Cdefficile
Mtuberculosa
Aeromonas
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
Virus
Rotavirus
Adenovirus (type 4041)
Smaal Bowel Structured
virus
Cytomegalovirus
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Protozoa
Glamblia
Ehistolytica
Cparvum
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
Microsporidium spp
Isospora belli
Cyclospora cayatenensis
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
Cacing
Strongyloides stercoralis
Schistosoma spp
Capilaria philippinensis
Trichuris trichuria
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
INFEKSI CACING TAMBANG
Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma
duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di
dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam
beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti
di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan
tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa
menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran
darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk
melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di
dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah
Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam
rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah
sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya
berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang
setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat
pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A
Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)
lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan
pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada
anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa
muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi
(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa
seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas
Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada
pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang
Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan
menetaskan larva
Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia
dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus
yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil
diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya
DISENTRI BASIL
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-
daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan
ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya
dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies
Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei
Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di
negara berkembang seperti Indonesia
Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi
lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan
kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan
disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening
sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang
sampai terjadi perforasi
Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti
demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit
menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai
kesadaran yang menurun
Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam
pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan
rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan
Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol
sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin
streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-
kasus infeksi Shigella
AMUBIASIS
Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus
hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)
Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta
prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik
secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau
makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian
masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam
usus manusia
Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan
menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk
histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum
kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam
usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan
dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan
lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk
ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan
muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi
paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem
portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan
terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini
pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau
Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui
Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas
(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja
mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita
Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu
biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali
Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti
Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang
sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein
yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan
antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis
ENTAMOEBA COLI
Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu
faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus
halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan
sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak
menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari
membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas
disakaridase
Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus
halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme
timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan
Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella
Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon
dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)
Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2
yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse
di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome
SCHISTOMIASIS
Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum
Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah
serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung
serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler
darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke
jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena
portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan
vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur
Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema
dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan
sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual
muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri
hepatomegali dan splenomegali
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi
Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56
TRICHURIASIS
Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan
terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus
usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi
ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat
terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-
muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis
merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan
eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam
tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan
penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir
kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa
penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2
minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya
telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody
diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero
Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan
Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil
pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri
Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan
bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi
apa yang harus diberikan pada pasien
Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering
berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa
pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu
Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi
dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan
mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa
eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)
untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia
menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis
(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang
memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan
akhirnya terjadi jantung berdebar-debar
Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang
menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat
(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat
Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang
mengalami anemia berat
Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising
sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu
bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang
terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua
(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat
penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di
dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan
katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi
ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan
bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama
sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama
Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan
sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang
bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara
laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising
ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan
pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan
tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup
bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik
arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah
yang berlawanan
Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara
napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah
(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam
alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada
pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis
Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri
tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat
diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa
pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign
pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada
appendiks pasien
Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari
manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka
kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing
tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri
(Shigella dysentriae)
Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan
Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu
anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-
debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam
skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil
dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang
memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang
menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)
sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika
melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising
sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru
yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan
perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru
inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien
sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien
dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan
tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga
pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
Diare eksudatif inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau
bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy inflamatory bowel disease (IBD)
atau akibat radiasi
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit
usus menjadi lebih cepat Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis sindroma usus
iritabel atau diabetes melitus
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme Seperti pada infeksi bakteri
paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan
absorbsi di usus
C Etiologi
1 Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 ndash 80) Berak-berak air
(watery) berbusa TIDAK ada darah lendir berbau asam Beberapa jenis virus penyebab
diare akut
1048707Rotavirus serotype 128dan 9 pada manusia Serotype 3 dan 4 didapati pada
hewan dan manusia Dan serotype 56 dan 7 didapati hanya pada hewan
1048707Norwalk virus terdapat pada semua usia umumnya akibat food borne atau water
borne transmisi dan dapat juga terjadi penularan person to person
1048707Astrovirus didapati pada anak dan dewasa
1048707Adenovirus (type 40 41)
1048707Small bowel structured virus
1048707Cytomegalovirus
2 Bakteri
Berak-berak dengan darahlendir sakit perut Enterotoxigenic Ecoli (ETEC)
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Enteroinvasive
Ecoli (EIEC) Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) Shigella spp Campylobacter jejuni
(helicobacter jejuni) Vibrio cholerae Salmonella (non thypoid)
3 Protozoa
Giardia lamblia Entamoeba histolytica Cryptosporidium Microsporidium spp
Isospora belli Cyclospora cayatanensis
4 Helminths Berak darah+- dan lendir sakit perut
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
Strongyloides stercoralis Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan
larva menimbulkan diare
Schistosoma spp Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ
termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi termasuk diare dan perdarahan
usus
Capilaria philippinensis Cacing ini ditemukan di usus halus terutama jejunu
menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri
abdomen
Trichuris trichuria Cacing dewasa hidup di kolon caecum dan appendix Infeksi
berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen
Tabel 2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen
Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent
Bakteri
Vcholerae
ETEC EPEC
EIEC
EHEC
ShigellaSalmonella
CjejuniYenteroclitica
Cdefficile
Mtuberculosa
Aeromonas
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
Virus
Rotavirus
Adenovirus (type 4041)
Smaal Bowel Structured
virus
Cytomegalovirus
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Protozoa
Glamblia
Ehistolytica
Cparvum
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
Microsporidium spp
Isospora belli
Cyclospora cayatenensis
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
Cacing
Strongyloides stercoralis
Schistosoma spp
Capilaria philippinensis
Trichuris trichuria
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
INFEKSI CACING TAMBANG
Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma
duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di
dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam
beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti
di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan
tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa
menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran
darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk
melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di
dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah
Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam
rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah
sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya
berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang
setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat
pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A
Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)
lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan
pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada
anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa
muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi
(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa
seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas
Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada
pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang
Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan
menetaskan larva
Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia
dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus
yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil
diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya
DISENTRI BASIL
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-
daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan
ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya
dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies
Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei
Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di
negara berkembang seperti Indonesia
Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi
lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan
kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan
disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening
sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang
sampai terjadi perforasi
Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti
demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit
menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai
kesadaran yang menurun
Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam
pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan
rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan
Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol
sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin
streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-
kasus infeksi Shigella
AMUBIASIS
Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus
hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)
Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta
prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik
secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau
makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian
masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam
usus manusia
Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan
menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk
histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum
kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam
usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan
dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan
lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk
ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan
muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi
paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem
portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan
terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini
pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau
Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui
Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas
(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja
mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita
Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu
biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali
Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti
Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang
sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein
yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan
antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis
ENTAMOEBA COLI
Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu
faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus
halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan
sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak
menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari
membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas
disakaridase
Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus
halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme
timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan
Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella
Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon
dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)
Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2
yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse
di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome
SCHISTOMIASIS
Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum
Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah
serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung
serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler
darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke
jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena
portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan
vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur
Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema
dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan
sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual
muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri
hepatomegali dan splenomegali
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi
Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56
TRICHURIASIS
Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan
terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus
usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi
ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat
terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-
muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis
merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan
eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam
tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan
penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir
kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa
penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2
minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya
telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody
diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero
Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan
Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil
pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri
Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan
bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi
apa yang harus diberikan pada pasien
Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering
berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa
pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu
Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi
dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan
mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa
eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)
untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia
menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis
(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang
memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan
akhirnya terjadi jantung berdebar-debar
Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang
menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat
(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat
Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang
mengalami anemia berat
Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising
sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu
bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang
terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua
(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat
penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di
dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan
katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi
ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan
bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama
sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama
Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan
sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang
bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara
laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising
ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan
pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan
tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup
bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik
arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah
yang berlawanan
Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara
napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah
(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam
alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada
pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis
Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri
tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat
diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa
pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign
pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada
appendiks pasien
Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari
manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka
kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing
tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri
(Shigella dysentriae)
Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan
Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu
anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-
debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam
skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil
dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang
memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang
menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)
sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika
melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising
sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru
yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan
perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru
inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien
sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien
dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan
tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga
pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
Strongyloides stercoralis Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan
larva menimbulkan diare
Schistosoma spp Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ
termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi termasuk diare dan perdarahan
usus
Capilaria philippinensis Cacing ini ditemukan di usus halus terutama jejunu
menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri
abdomen
Trichuris trichuria Cacing dewasa hidup di kolon caecum dan appendix Infeksi
berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen
Tabel 2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen
Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent
Bakteri
Vcholerae
ETEC EPEC
EIEC
EHEC
ShigellaSalmonella
CjejuniYenteroclitica
Cdefficile
Mtuberculosa
Aeromonas
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
Virus
Rotavirus
Adenovirus (type 4041)
Smaal Bowel Structured
virus
Cytomegalovirus
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Protozoa
Glamblia
Ehistolytica
Cparvum
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
Microsporidium spp
Isospora belli
Cyclospora cayatenensis
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
Cacing
Strongyloides stercoralis
Schistosoma spp
Capilaria philippinensis
Trichuris trichuria
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
INFEKSI CACING TAMBANG
Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma
duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di
dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam
beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti
di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan
tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa
menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran
darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk
melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di
dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah
Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam
rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah
sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya
berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang
setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat
pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A
Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)
lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan
pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada
anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa
muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi
(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa
seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas
Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada
pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang
Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan
menetaskan larva
Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia
dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus
yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil
diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya
DISENTRI BASIL
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-
daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan
ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya
dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies
Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei
Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di
negara berkembang seperti Indonesia
Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi
lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan
kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan
disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening
sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang
sampai terjadi perforasi
Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti
demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit
menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai
kesadaran yang menurun
Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam
pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan
rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan
Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol
sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin
streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-
kasus infeksi Shigella
AMUBIASIS
Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus
hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)
Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta
prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik
secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau
makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian
masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam
usus manusia
Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan
menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk
histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum
kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam
usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan
dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan
lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk
ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan
muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi
paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem
portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan
terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini
pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau
Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui
Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas
(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja
mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita
Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu
biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali
Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti
Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang
sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein
yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan
antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis
ENTAMOEBA COLI
Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu
faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus
halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan
sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak
menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari
membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas
disakaridase
Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus
halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme
timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan
Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella
Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon
dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)
Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2
yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse
di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome
SCHISTOMIASIS
Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum
Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah
serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung
serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler
darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke
jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena
portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan
vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur
Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema
dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan
sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual
muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri
hepatomegali dan splenomegali
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi
Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56
TRICHURIASIS
Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan
terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus
usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi
ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat
terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-
muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis
merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan
eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam
tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan
penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir
kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa
penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2
minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya
telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody
diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero
Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan
Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil
pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri
Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan
bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi
apa yang harus diberikan pada pasien
Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering
berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa
pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu
Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi
dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan
mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa
eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)
untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia
menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis
(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang
memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan
akhirnya terjadi jantung berdebar-debar
Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang
menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat
(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat
Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang
mengalami anemia berat
Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising
sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu
bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang
terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua
(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat
penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di
dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan
katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi
ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan
bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama
sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama
Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan
sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang
bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara
laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising
ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan
pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan
tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup
bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik
arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah
yang berlawanan
Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara
napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah
(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam
alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada
pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis
Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri
tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat
diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa
pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign
pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada
appendiks pasien
Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari
manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka
kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing
tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri
(Shigella dysentriae)
Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan
Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu
anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-
debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam
skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil
dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang
memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang
menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)
sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika
melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising
sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru
yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan
perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru
inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien
sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien
dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan
tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga
pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
Microsporidium spp
Isospora belli
Cyclospora cayatenensis
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
Cacing
Strongyloides stercoralis
Schistosoma spp
Capilaria philippinensis
Trichuris trichuria
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
INFEKSI CACING TAMBANG
Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma
duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di
dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam
beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti
di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan
tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa
menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran
darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk
melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di
dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah
Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam
rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah
sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya
berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang
setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat
pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A
Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)
lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan
pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada
anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa
muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi
(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa
seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas
Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada
pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang
Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan
menetaskan larva
Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia
dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus
yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil
diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya
DISENTRI BASIL
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-
daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan
ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya
dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies
Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei
Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di
negara berkembang seperti Indonesia
Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi
lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan
kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan
disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening
sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang
sampai terjadi perforasi
Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti
demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit
menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai
kesadaran yang menurun
Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam
pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan
rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan
Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol
sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin
streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-
kasus infeksi Shigella
AMUBIASIS
Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus
hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)
Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta
prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik
secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau
makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian
masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam
usus manusia
Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan
menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk
histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum
kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam
usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan
dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan
lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk
ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan
muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi
paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem
portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan
terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini
pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau
Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui
Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas
(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja
mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita
Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu
biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali
Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti
Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang
sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein
yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan
antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis
ENTAMOEBA COLI
Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu
faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus
halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan
sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak
menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari
membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas
disakaridase
Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus
halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme
timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan
Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella
Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon
dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)
Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2
yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse
di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome
SCHISTOMIASIS
Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum
Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah
serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung
serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler
darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke
jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena
portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan
vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur
Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema
dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan
sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual
muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri
hepatomegali dan splenomegali
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi
Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56
TRICHURIASIS
Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan
terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus
usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi
ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat
terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-
muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis
merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan
eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam
tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan
penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir
kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa
penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2
minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya
telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody
diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero
Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan
Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil
pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri
Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan
bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi
apa yang harus diberikan pada pasien
Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering
berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa
pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu
Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi
dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan
mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa
eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)
untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia
menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis
(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang
memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan
akhirnya terjadi jantung berdebar-debar
Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang
menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat
(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat
Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang
mengalami anemia berat
Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising
sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu
bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang
terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua
(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat
penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di
dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan
katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi
ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan
bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama
sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama
Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan
sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang
bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara
laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising
ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan
pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan
tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup
bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik
arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah
yang berlawanan
Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara
napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah
(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam
alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada
pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis
Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri
tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat
diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa
pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign
pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada
appendiks pasien
Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari
manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka
kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing
tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri
(Shigella dysentriae)
Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan
Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu
anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-
debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam
skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil
dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang
memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang
menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)
sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika
melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising
sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru
yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan
perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru
inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien
sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien
dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan
tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga
pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada
pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang
Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan
menetaskan larva
Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia
dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus
yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil
diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya
DISENTRI BASIL
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-
daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan
ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya
dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies
Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei
Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di
negara berkembang seperti Indonesia
Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi
lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan
kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan
disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening
sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang
sampai terjadi perforasi
Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti
demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit
menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai
kesadaran yang menurun
Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam
pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan
rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan
Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol
sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin
streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-
kasus infeksi Shigella
AMUBIASIS
Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus
hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)
Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta
prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik
secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau
makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian
masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam
usus manusia
Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan
menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk
histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum
kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam
usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan
dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan
lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk
ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan
muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi
paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem
portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan
terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini
pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau
Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui
Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas
(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja
mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita
Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu
biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali
Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti
Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang
sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein
yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan
antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis
ENTAMOEBA COLI
Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu
faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus
halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan
sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak
menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari
membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas
disakaridase
Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus
halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme
timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan
Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella
Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon
dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)
Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2
yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse
di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome
SCHISTOMIASIS
Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum
Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah
serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung
serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler
darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke
jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena
portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan
vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur
Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema
dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan
sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual
muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri
hepatomegali dan splenomegali
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi
Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56
TRICHURIASIS
Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan
terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus
usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi
ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat
terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-
muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis
merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan
eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam
tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan
penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir
kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa
penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2
minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya
telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody
diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero
Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan
Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil
pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri
Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan
bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi
apa yang harus diberikan pada pasien
Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering
berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa
pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu
Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi
dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan
mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa
eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)
untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia
menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis
(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang
memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan
akhirnya terjadi jantung berdebar-debar
Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang
menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat
(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat
Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang
mengalami anemia berat
Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising
sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu
bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang
terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua
(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat
penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di
dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan
katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi
ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan
bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama
sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama
Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan
sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang
bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara
laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising
ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan
pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan
tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup
bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik
arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah
yang berlawanan
Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara
napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah
(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam
alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada
pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis
Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri
tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat
diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa
pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign
pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada
appendiks pasien
Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari
manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka
kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing
tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri
(Shigella dysentriae)
Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan
Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu
anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-
debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam
skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil
dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang
memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang
menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)
sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika
melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising
sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru
yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan
perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru
inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien
sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien
dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan
tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga
pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-
kasus infeksi Shigella
AMUBIASIS
Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus
hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)
Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta
prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik
secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau
makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian
masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam
usus manusia
Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan
menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk
histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum
kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam
usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan
dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan
lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk
ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan
muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi
paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem
portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan
terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini
pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau
Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui
Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas
(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja
mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita
Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu
biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali
Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti
Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang
sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein
yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan
antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis
ENTAMOEBA COLI
Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu
faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus
halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan
sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak
menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari
membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas
disakaridase
Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus
halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme
timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan
Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella
Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon
dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)
Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2
yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse
di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome
SCHISTOMIASIS
Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum
Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah
serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung
serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler
darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke
jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena
portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan
vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur
Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema
dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan
sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual
muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri
hepatomegali dan splenomegali
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi
Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56
TRICHURIASIS
Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan
terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus
usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi
ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat
terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-
muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis
merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan
eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam
tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan
penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir
kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa
penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2
minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya
telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody
diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero
Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan
Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil
pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri
Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan
bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi
apa yang harus diberikan pada pasien
Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering
berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa
pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu
Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi
dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan
mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa
eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)
untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia
menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis
(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang
memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan
akhirnya terjadi jantung berdebar-debar
Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang
menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat
(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat
Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang
mengalami anemia berat
Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising
sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu
bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang
terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua
(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat
penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di
dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan
katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi
ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan
bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama
sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama
Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan
sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang
bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara
laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising
ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan
pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan
tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup
bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik
arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah
yang berlawanan
Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara
napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah
(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam
alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada
pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis
Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri
tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat
diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa
pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign
pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada
appendiks pasien
Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari
manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka
kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing
tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri
(Shigella dysentriae)
Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan
Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu
anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-
debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam
skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil
dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang
memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang
menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)
sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika
melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising
sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru
yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan
perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru
inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien
sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien
dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan
tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga
pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti
Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang
sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein
yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan
antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis
ENTAMOEBA COLI
Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu
faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus
halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan
sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak
menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa
Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari
membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas
disakaridase
Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus
halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme
timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan
Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella
Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon
dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)
Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2
yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse
di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome
SCHISTOMIASIS
Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum
Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah
serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung
serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler
darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke
jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena
portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan
vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur
Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema
dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan
sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual
muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri
hepatomegali dan splenomegali
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi
Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56
TRICHURIASIS
Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan
terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus
usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi
ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat
terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-
muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis
merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan
eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam
tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan
penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir
kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa
penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2
minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya
telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody
diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero
Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan
Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil
pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri
Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan
bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi
apa yang harus diberikan pada pasien
Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering
berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa
pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu
Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi
dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan
mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa
eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)
untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia
menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis
(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang
memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan
akhirnya terjadi jantung berdebar-debar
Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang
menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat
(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat
Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang
mengalami anemia berat
Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising
sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu
bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang
terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua
(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat
penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di
dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan
katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi
ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan
bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama
sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama
Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan
sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang
bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara
laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising
ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan
pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan
tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup
bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik
arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah
yang berlawanan
Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara
napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah
(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam
alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada
pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis
Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri
tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat
diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa
pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign
pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada
appendiks pasien
Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari
manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka
kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing
tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri
(Shigella dysentriae)
Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan
Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu
anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-
debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam
skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil
dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang
memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang
menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)
sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika
melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising
sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru
yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan
perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru
inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien
sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien
dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan
tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga
pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan
vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur
Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema
dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan
sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual
muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri
hepatomegali dan splenomegali
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi
Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56
TRICHURIASIS
Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan
terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus
usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi
ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat
terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-
muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis
merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan
eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam
tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan
penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir
kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa
penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2
minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya
telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody
diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero
Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan
Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil
pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri
Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan
bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi
apa yang harus diberikan pada pasien
Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering
berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa
pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu
Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi
dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan
mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa
eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)
untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia
menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis
(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang
memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan
akhirnya terjadi jantung berdebar-debar
Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang
menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat
(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat
Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang
mengalami anemia berat
Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising
sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu
bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang
terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua
(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat
penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di
dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan
katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi
ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan
bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama
sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama
Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan
sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang
bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara
laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising
ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan
pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan
tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup
bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik
arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah
yang berlawanan
Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara
napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah
(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam
alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada
pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis
Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri
tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat
diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa
pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign
pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada
appendiks pasien
Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari
manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka
kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing
tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri
(Shigella dysentriae)
Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan
Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu
anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-
debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam
skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil
dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang
memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang
menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)
sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika
melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising
sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru
yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan
perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru
inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien
sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien
dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan
tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga
pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir
kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa
penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2
minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya
telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody
diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero
Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan
Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil
pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri
Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan
bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi
apa yang harus diberikan pada pasien
Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering
berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa
pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu
Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi
dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan
mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa
eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)
untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia
menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis
(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang
memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan
akhirnya terjadi jantung berdebar-debar
Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang
menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat
(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat
Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang
mengalami anemia berat
Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising
sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu
bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang
terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua
(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat
penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di
dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan
katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi
ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan
bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama
sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama
Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan
sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang
bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara
laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising
ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan
pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan
tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup
bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik
arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah
yang berlawanan
Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara
napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah
(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam
alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada
pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis
Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri
tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat
diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa
pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign
pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada
appendiks pasien
Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari
manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka
kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing
tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri
(Shigella dysentriae)
Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan
Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu
anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-
debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam
skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil
dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang
memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang
menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)
sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika
melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising
sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru
yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan
perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru
inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien
sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien
dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan
tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga
pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang
menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat
(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat
Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang
mengalami anemia berat
Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising
sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu
bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang
terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua
(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat
penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di
dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan
katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi
ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan
bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama
sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama
Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan
sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang
bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara
laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising
ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan
pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan
tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup
bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik
arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah
yang berlawanan
Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara
napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah
(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam
alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada
pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis
Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri
tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat
diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa
pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign
pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada
appendiks pasien
Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari
manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka
kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing
tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri
(Shigella dysentriae)
Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan
Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu
anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-
debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam
skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil
dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang
memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang
menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)
sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika
melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising
sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru
yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan
perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru
inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien
sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien
dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan
tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga
pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada
pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis
Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri
tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat
diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa
pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign
pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada
appendiks pasien
Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari
manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka
kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing
tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri
(Shigella dysentriae)
Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan
Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu
anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-
debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam
skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil
dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang
memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang
menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)
sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika
melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising
sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru
yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan
perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru
inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien
sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien
dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan
tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga
pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo
(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air
minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan
sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien
Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan
tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba
yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus
lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil
maupun amubiasis penularan dapat melalui air
Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus
dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol
mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau
heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang
baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata
juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir
semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar
usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami
Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih
diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka
pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi
bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau
parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga
kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena
bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di
tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi
lingkungan dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil
anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa
penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya
yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri
basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat
ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan
tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi
melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi
langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva
agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan
simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi
B SARAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan
perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan
pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim 2006 Antiamuba
httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba
htm
Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang
httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp
id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926
Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29 Jakarta EGC
Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01
8html
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC
Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem Edisi 2 Jakarta EGC
Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri
httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf
08_EpidemiologiDisentrihtml
Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf
Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri
httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf