lap diare

27

Click here to load reader

Upload: ghea-sugiharti

Post on 10-Aug-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAP DIARE

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG MASALAH

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksius berupa

organisme asing tertentu yang masuk ke dalam system organ tubuh seseorang sehingga

menimbulkan gangguan morfologi maupun fungsi dari system organ tersebut Di

Indonesia menurut survei Kesehatan Rumah Tangga 2001 penyakit infeksi masih

menempati urutan kematian pertama baru disusul oleh penyakit kardiovaskuler dan

penyakit keganasan karsinoma Salah satu penyakit infeksi dengan prognosis buruk jika

tidak segera ditangani dengan benar karena dapat menyebabkan dehidrasi dan gangguan

pencernaan lainnya adalah DIARE

Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia Di Amerika Serikat

keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek

dokter sementara data di beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan diare akut

pada pasien dewasa karena infeksi terdapat pada peringkat 1 sampai dengan 4

Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan tidak saja di negara

berkembang tetapi juga di negara maju Di negara berkembang diare infeksi

menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun Di Indonesia setiap tahun

sekitar 100 juta episode diare terjadi pada orang dewasa Penyakit diare masih sering

menimbulkan KLB dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat

Diare akut pada orang dewasa banyak ditemukan di klinik dalam praktek sehari-hari

Salah satu etiologinya adalah infeksi yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme

seperti virus bakteri protozoa dan helminth Pemahaman tentang patofisiologi diare

akut dapat mengarahkan kita untuk mencari dan mengetahui etiologi dan memberikan

terapi yang sesuai

Mengingat hal tersebut di atas maka perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap

masalah ini Dengan diagnosa yang cepat dan penanganan sedini mungkin serta

penatalaksanaan yang tepat komplikasi dapat dicegah serta akan mendapatkan prognosa

yang lebih baik Oleh sebab itulah pada skenario ini mahasiswa dituntut untuk dapat

memahami tentang diare karena infeksi virus bakteri protozoa maupun cacing

Mengenai penegakkan diagnosanya serta pathogenesis dan pathofisiologi dari

manifestasi yang ditimbulkannya juga pencegahan dan terapi yang tepat dalam tingkatan

molekuler dan fisiologi supaya diagnosa dan pengobatan tidak terlambat

B RUMUSAN MASALAH

Seorang pria petani berusia 43 tahun datang dengan keluhan sakit perut dan diare

lendir kadang berdarah selama + 1 bulan Pasien juga mengeluh cepat lelah setelah

beraktivitas sering berkunang-kunang dan dada berdebar-debar serta kadang tubuh

merasa gatal

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tepi mulut pecah-pecah dan konjungtiva pucat

Nyeri tekan lepas daerah Mc Burney (-) Dari auskultasi didapatkan takikardia bising

sistolik dan ronki basah basal paru

Kondisi rumah pasien berlantai tanah sumber air minum (sumur) berjarak 2 meter

dari jumbleng atau sumuran terbuka (tempat BAB tradisional) Beberapa tetangganya

juga memiliki keluhan yang sama (diare)

Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia berat dan eosinofilia Pada

pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri

Dari skenario di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain

1 Berdasarkan data dari skenario apa saja kemungkinan penyebab diare yang dialami

pasien

2 Adakah hubungan antara pekerjaan dan lingkungan tempat tinggal pasien dengan

penyakit yang dideritanya

3 Mengapa tetangga pasien banyak yang mengalami diare juga Apakah penyakit

pasien menular

4 Bagaimana patofisiologi dan patogenesis dari berbagai keluhan pasien dan kelainan

yang didapat dari hasil pemeriksaan

5 Bagaimana upaya penatalaksanaan dan pencegahan penyakit tersebut

C TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Tujuan Penulisan

1 Memenuhi kompetensi mahasiswa di dalam blok infeksi dan penyakit

tropis

2 Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit-penyakit yang

disebabkan karena infeksi mikroorganisme

3 Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan terkini tentang penyakit

infeksi

Manfaat Penulisan

1 Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematis

2 Mahasiswa mampu menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar

3 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit infeksi

4 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang terapi dan pencegahan

penyakit infeksi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE

A Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair

(setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200

ml24 jam Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari

3 kali per hari Buang air besar encer tersebut dapat dengan atau tanpa lendir darah atau

pus Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu disebut sebagai Diare Akut Apabila

diare berlangsung 2 minggu atau lebih maka digolongkan pada Diare Kronik

Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi Dari penyebab diare yang

terbanyak adalah diare infeksi Diare infeksi dapat disebabkan Virus Bakteri dan Parasit

Gejala ikutan dapat berupa mual muntah nyeri abdominal mulas tenesmus demam dan

tanda-tanda dehidrasi

B Klasifikasi amp Patofisiologi Secara etiologi diare akut dapat disebabkan oleh infeksi intoksikasi (poisoning)

alergi reaksi obat-obatan dan juga faktor psikis

Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut

berdasarkan proses patofisiologi Enteric Infection (infeksi usus) yaitu membagi diare

akut atas mekanisme Inflamatory Non inflammatory dan Penetrating

1 Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan

manifestasi sindroma Disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (disebut

juga Bloody diarrhea) Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan

abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik mual muntah demam tenesmus

serta gejala dan tanda dehidrasi Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis

ditemukan lendir danatau darah secara mikroskopis didapati leukosit

polimorfonuklear Mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica Shigella Entero

Invasive Ecoli (EIEC)Vparahaemolitycus Cdifficile dan Cjejuni

2 Non Inflamatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus bagian

proksimal Proses diare adalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare

cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah yang disebut dengan Watery

diarrhea Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali namun

gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul terutama pada kasus yang tidak segera

mendapat cairan pengganti Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan

leukosit Mikroorganisme penyebab seperti Vcholerae Enterotoxigenic Ecoli

(ETEC) Salmonella

3 Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus Penyakit ini disebut juga

Enteric fever Chronic Septicemia dengan gejala klinis demam disertai diare Pada

pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear Mikrooragnisme

penyebab biasanya Sthypi Sparathypi AB Senteritidis Scholerasuis

Yenterocolitidea dan Cfetus

Tabel 1 Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut

Karakteristik Non Inflamatory Inflamatory Penetrating

Gambaran

Tinja

Watery

Volume gtgt

Leukosit (-)

Bloody mukus

Volume sedang

Leukosit PMN

Mukus

Volume sedikit

Leukosit MN

Demam (-) (+) (+)

Nyeri Perut (-) (+) (+)(-)

Dehidrasi (+++) (+) (+)(-)

Tenesmus (-) (+) (-)

Komplikasi Hipovolemik Toksik Sepsis

Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi

kelompok osmotik sekretorik eksudatif dan gangguan motilitas Diare osmotik terjadi

bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang

menarik air dari plasma sehingga terjadi diare Contohnya adalah malabsorbsi

karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium

Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang

berkurang ataupun sekresi yang meningkat Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang

dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu asam lemak

rantai pendek atau laksantif non osmotik Beberapa hormon intestinal seperti gastrin

vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik

Diare eksudatif inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus

maupun usus besar Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau

bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy inflamatory bowel disease (IBD)

atau akibat radiasi

Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit

usus menjadi lebih cepat Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis sindroma usus

iritabel atau diabetes melitus

Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme Seperti pada infeksi bakteri

paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan

absorbsi di usus

C Etiologi

1 Virus

Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 ndash 80) Berak-berak air

(watery) berbusa TIDAK ada darah lendir berbau asam Beberapa jenis virus penyebab

diare akut

1048707Rotavirus serotype 128dan 9 pada manusia Serotype 3 dan 4 didapati pada

hewan dan manusia Dan serotype 56 dan 7 didapati hanya pada hewan

1048707Norwalk virus terdapat pada semua usia umumnya akibat food borne atau water

borne transmisi dan dapat juga terjadi penularan person to person

1048707Astrovirus didapati pada anak dan dewasa

1048707Adenovirus (type 40 41)

1048707Small bowel structured virus

1048707Cytomegalovirus

2 Bakteri

Berak-berak dengan darahlendir sakit perut Enterotoxigenic Ecoli (ETEC)

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Enteroinvasive

Ecoli (EIEC) Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) Shigella spp Campylobacter jejuni

(helicobacter jejuni) Vibrio cholerae Salmonella (non thypoid)

3 Protozoa

Giardia lamblia Entamoeba histolytica Cryptosporidium Microsporidium spp

Isospora belli Cyclospora cayatanensis

4 Helminths Berak darah+- dan lendir sakit perut

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

Strongyloides stercoralis Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan

larva menimbulkan diare

Schistosoma spp Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ

termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi termasuk diare dan perdarahan

usus

Capilaria philippinensis Cacing ini ditemukan di usus halus terutama jejunu

menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri

abdomen

Trichuris trichuria Cacing dewasa hidup di kolon caecum dan appendix Infeksi

berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen

Tabel 2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen

Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent

Bakteri

Vcholerae

ETEC EPEC

EIEC

EHEC

ShigellaSalmonella

CjejuniYenteroclitica

Cdefficile

Mtuberculosa

Aeromonas

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

Virus

Rotavirus

Adenovirus (type 4041)

Smaal Bowel Structured

virus

Cytomegalovirus

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Protozoa

Glamblia

Ehistolytica

Cparvum

(+)

(+)

(+)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

Microsporidium spp

Isospora belli

Cyclospora cayatenensis

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

Cacing

Strongyloides stercoralis

Schistosoma spp

Capilaria philippinensis

Trichuris trichuria

(-)

(-)

(+)

(-)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

INFEKSI CACING TAMBANG

Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma

duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di

dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam

beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti

di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan

tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa

menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran

darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk

melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di

dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah

Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam

rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah

sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya

berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang

setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat

pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A

Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)

lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan

pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada

anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa

muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi

(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa

seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas

Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada

pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang

Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan

menetaskan larva

Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia

dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus

yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil

diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya

DISENTRI BASIL

Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-

daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan

ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya

dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies

Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei

Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di

negara berkembang seperti Indonesia

Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi

lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan

kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan

disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening

sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang

sampai terjadi perforasi

Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti

demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit

menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai

kesadaran yang menurun

Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam

pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan

rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan

Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol

sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin

streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-

kasus infeksi Shigella

AMUBIASIS

Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba

histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus

hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)

Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta

prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik

secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau

makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian

masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam

usus manusia

Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan

menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk

histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum

kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam

usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan

dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan

lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk

ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan

muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi

paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem

portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan

terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini

pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau

Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui

Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas

(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja

mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan

Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita

Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu

biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali

Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti

Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang

sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein

yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan

antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis

ENTAMOEBA COLI

Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu

faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus

halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan

sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak

menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas

Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari

membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas

disakaridase

Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus

halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme

timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan

Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella

Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon

dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)

Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2

yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse

di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome

SCHISTOMIASIS

Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum

Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah

serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung

serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler

darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke

jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena

portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan

vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur

Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema

dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan

sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual

muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri

hepatomegali dan splenomegali

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi

Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56

TRICHURIASIS

Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan

terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus

usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi

ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat

terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-

muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis

merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan

eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam

tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan

penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir

kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa

penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2

minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya

telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody

diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh

mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero

Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan

Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil

pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri

Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan

bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi

apa yang harus diberikan pada pasien

Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering

berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa

pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu

Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi

dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan

mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa

eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk

beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)

untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia

menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis

(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang

memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan

akhirnya terjadi jantung berdebar-debar

Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang

menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat

(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya

volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan

pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa

mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat

Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang

mengalami anemia berat

Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising

sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu

bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang

terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua

(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat

penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di

dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan

katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan

dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi

ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan

bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama

sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama

Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan

sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang

bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara

laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising

ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan

pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan

tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup

bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik

arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah

yang berlawanan

Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara

napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah

(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu

inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam

alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada

pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis

Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri

tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat

diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa

pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign

pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada

appendiks pasien

Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari

manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka

kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing

tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri

(Shigella dysentriae)

Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus

diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan

Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu

anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-

debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam

skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil

dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang

memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang

menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)

sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika

melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising

sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru

yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva

cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan

perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru

inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien

sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien

dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan

tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga

pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 2: LAP DIARE

manifestasi yang ditimbulkannya juga pencegahan dan terapi yang tepat dalam tingkatan

molekuler dan fisiologi supaya diagnosa dan pengobatan tidak terlambat

B RUMUSAN MASALAH

Seorang pria petani berusia 43 tahun datang dengan keluhan sakit perut dan diare

lendir kadang berdarah selama + 1 bulan Pasien juga mengeluh cepat lelah setelah

beraktivitas sering berkunang-kunang dan dada berdebar-debar serta kadang tubuh

merasa gatal

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tepi mulut pecah-pecah dan konjungtiva pucat

Nyeri tekan lepas daerah Mc Burney (-) Dari auskultasi didapatkan takikardia bising

sistolik dan ronki basah basal paru

Kondisi rumah pasien berlantai tanah sumber air minum (sumur) berjarak 2 meter

dari jumbleng atau sumuran terbuka (tempat BAB tradisional) Beberapa tetangganya

juga memiliki keluhan yang sama (diare)

Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia berat dan eosinofilia Pada

pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri

Dari skenario di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain

1 Berdasarkan data dari skenario apa saja kemungkinan penyebab diare yang dialami

pasien

2 Adakah hubungan antara pekerjaan dan lingkungan tempat tinggal pasien dengan

penyakit yang dideritanya

3 Mengapa tetangga pasien banyak yang mengalami diare juga Apakah penyakit

pasien menular

4 Bagaimana patofisiologi dan patogenesis dari berbagai keluhan pasien dan kelainan

yang didapat dari hasil pemeriksaan

5 Bagaimana upaya penatalaksanaan dan pencegahan penyakit tersebut

C TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Tujuan Penulisan

1 Memenuhi kompetensi mahasiswa di dalam blok infeksi dan penyakit

tropis

2 Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit-penyakit yang

disebabkan karena infeksi mikroorganisme

3 Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan terkini tentang penyakit

infeksi

Manfaat Penulisan

1 Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematis

2 Mahasiswa mampu menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar

3 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit infeksi

4 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang terapi dan pencegahan

penyakit infeksi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE

A Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair

(setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200

ml24 jam Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari

3 kali per hari Buang air besar encer tersebut dapat dengan atau tanpa lendir darah atau

pus Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu disebut sebagai Diare Akut Apabila

diare berlangsung 2 minggu atau lebih maka digolongkan pada Diare Kronik

Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi Dari penyebab diare yang

terbanyak adalah diare infeksi Diare infeksi dapat disebabkan Virus Bakteri dan Parasit

Gejala ikutan dapat berupa mual muntah nyeri abdominal mulas tenesmus demam dan

tanda-tanda dehidrasi

B Klasifikasi amp Patofisiologi Secara etiologi diare akut dapat disebabkan oleh infeksi intoksikasi (poisoning)

alergi reaksi obat-obatan dan juga faktor psikis

Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut

berdasarkan proses patofisiologi Enteric Infection (infeksi usus) yaitu membagi diare

akut atas mekanisme Inflamatory Non inflammatory dan Penetrating

1 Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan

manifestasi sindroma Disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (disebut

juga Bloody diarrhea) Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan

abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik mual muntah demam tenesmus

serta gejala dan tanda dehidrasi Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis

ditemukan lendir danatau darah secara mikroskopis didapati leukosit

polimorfonuklear Mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica Shigella Entero

Invasive Ecoli (EIEC)Vparahaemolitycus Cdifficile dan Cjejuni

2 Non Inflamatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus bagian

proksimal Proses diare adalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare

cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah yang disebut dengan Watery

diarrhea Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali namun

gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul terutama pada kasus yang tidak segera

mendapat cairan pengganti Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan

leukosit Mikroorganisme penyebab seperti Vcholerae Enterotoxigenic Ecoli

(ETEC) Salmonella

3 Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus Penyakit ini disebut juga

Enteric fever Chronic Septicemia dengan gejala klinis demam disertai diare Pada

pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear Mikrooragnisme

penyebab biasanya Sthypi Sparathypi AB Senteritidis Scholerasuis

Yenterocolitidea dan Cfetus

Tabel 1 Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut

Karakteristik Non Inflamatory Inflamatory Penetrating

Gambaran

Tinja

Watery

Volume gtgt

Leukosit (-)

Bloody mukus

Volume sedang

Leukosit PMN

Mukus

Volume sedikit

Leukosit MN

Demam (-) (+) (+)

Nyeri Perut (-) (+) (+)(-)

Dehidrasi (+++) (+) (+)(-)

Tenesmus (-) (+) (-)

Komplikasi Hipovolemik Toksik Sepsis

Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi

kelompok osmotik sekretorik eksudatif dan gangguan motilitas Diare osmotik terjadi

bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang

menarik air dari plasma sehingga terjadi diare Contohnya adalah malabsorbsi

karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium

Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang

berkurang ataupun sekresi yang meningkat Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang

dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu asam lemak

rantai pendek atau laksantif non osmotik Beberapa hormon intestinal seperti gastrin

vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik

Diare eksudatif inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus

maupun usus besar Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau

bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy inflamatory bowel disease (IBD)

atau akibat radiasi

Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit

usus menjadi lebih cepat Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis sindroma usus

iritabel atau diabetes melitus

Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme Seperti pada infeksi bakteri

paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan

absorbsi di usus

C Etiologi

1 Virus

Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 ndash 80) Berak-berak air

(watery) berbusa TIDAK ada darah lendir berbau asam Beberapa jenis virus penyebab

diare akut

1048707Rotavirus serotype 128dan 9 pada manusia Serotype 3 dan 4 didapati pada

hewan dan manusia Dan serotype 56 dan 7 didapati hanya pada hewan

1048707Norwalk virus terdapat pada semua usia umumnya akibat food borne atau water

borne transmisi dan dapat juga terjadi penularan person to person

1048707Astrovirus didapati pada anak dan dewasa

1048707Adenovirus (type 40 41)

1048707Small bowel structured virus

1048707Cytomegalovirus

2 Bakteri

Berak-berak dengan darahlendir sakit perut Enterotoxigenic Ecoli (ETEC)

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Enteroinvasive

Ecoli (EIEC) Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) Shigella spp Campylobacter jejuni

(helicobacter jejuni) Vibrio cholerae Salmonella (non thypoid)

3 Protozoa

Giardia lamblia Entamoeba histolytica Cryptosporidium Microsporidium spp

Isospora belli Cyclospora cayatanensis

4 Helminths Berak darah+- dan lendir sakit perut

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

Strongyloides stercoralis Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan

larva menimbulkan diare

Schistosoma spp Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ

termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi termasuk diare dan perdarahan

usus

Capilaria philippinensis Cacing ini ditemukan di usus halus terutama jejunu

menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri

abdomen

Trichuris trichuria Cacing dewasa hidup di kolon caecum dan appendix Infeksi

berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen

Tabel 2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen

Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent

Bakteri

Vcholerae

ETEC EPEC

EIEC

EHEC

ShigellaSalmonella

CjejuniYenteroclitica

Cdefficile

Mtuberculosa

Aeromonas

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

Virus

Rotavirus

Adenovirus (type 4041)

Smaal Bowel Structured

virus

Cytomegalovirus

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Protozoa

Glamblia

Ehistolytica

Cparvum

(+)

(+)

(+)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

Microsporidium spp

Isospora belli

Cyclospora cayatenensis

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

Cacing

Strongyloides stercoralis

Schistosoma spp

Capilaria philippinensis

Trichuris trichuria

(-)

(-)

(+)

(-)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

INFEKSI CACING TAMBANG

Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma

duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di

dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam

beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti

di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan

tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa

menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran

darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk

melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di

dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah

Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam

rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah

sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya

berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang

setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat

pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A

Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)

lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan

pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada

anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa

muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi

(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa

seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas

Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada

pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang

Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan

menetaskan larva

Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia

dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus

yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil

diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya

DISENTRI BASIL

Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-

daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan

ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya

dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies

Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei

Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di

negara berkembang seperti Indonesia

Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi

lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan

kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan

disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening

sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang

sampai terjadi perforasi

Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti

demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit

menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai

kesadaran yang menurun

Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam

pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan

rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan

Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol

sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin

streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-

kasus infeksi Shigella

AMUBIASIS

Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba

histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus

hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)

Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta

prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik

secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau

makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian

masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam

usus manusia

Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan

menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk

histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum

kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam

usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan

dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan

lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk

ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan

muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi

paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem

portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan

terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini

pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau

Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui

Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas

(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja

mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan

Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita

Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu

biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali

Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti

Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang

sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein

yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan

antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis

ENTAMOEBA COLI

Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu

faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus

halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan

sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak

menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas

Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari

membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas

disakaridase

Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus

halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme

timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan

Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella

Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon

dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)

Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2

yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse

di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome

SCHISTOMIASIS

Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum

Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah

serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung

serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler

darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke

jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena

portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan

vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur

Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema

dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan

sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual

muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri

hepatomegali dan splenomegali

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi

Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56

TRICHURIASIS

Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan

terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus

usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi

ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat

terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-

muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis

merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan

eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam

tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan

penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir

kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa

penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2

minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya

telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody

diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh

mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero

Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan

Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil

pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri

Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan

bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi

apa yang harus diberikan pada pasien

Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering

berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa

pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu

Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi

dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan

mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa

eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk

beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)

untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia

menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis

(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang

memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan

akhirnya terjadi jantung berdebar-debar

Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang

menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat

(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya

volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan

pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa

mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat

Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang

mengalami anemia berat

Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising

sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu

bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang

terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua

(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat

penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di

dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan

katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan

dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi

ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan

bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama

sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama

Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan

sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang

bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara

laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising

ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan

pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan

tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup

bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik

arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah

yang berlawanan

Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara

napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah

(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu

inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam

alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada

pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis

Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri

tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat

diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa

pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign

pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada

appendiks pasien

Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari

manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka

kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing

tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri

(Shigella dysentriae)

Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus

diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan

Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu

anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-

debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam

skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil

dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang

memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang

menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)

sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika

melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising

sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru

yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva

cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan

perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru

inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien

sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien

dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan

tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga

pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 3: LAP DIARE

3 Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan terkini tentang penyakit

infeksi

Manfaat Penulisan

1 Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematis

2 Mahasiswa mampu menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar

3 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit infeksi

4 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang terapi dan pencegahan

penyakit infeksi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE

A Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair

(setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200

ml24 jam Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari

3 kali per hari Buang air besar encer tersebut dapat dengan atau tanpa lendir darah atau

pus Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu disebut sebagai Diare Akut Apabila

diare berlangsung 2 minggu atau lebih maka digolongkan pada Diare Kronik

Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi Dari penyebab diare yang

terbanyak adalah diare infeksi Diare infeksi dapat disebabkan Virus Bakteri dan Parasit

Gejala ikutan dapat berupa mual muntah nyeri abdominal mulas tenesmus demam dan

tanda-tanda dehidrasi

B Klasifikasi amp Patofisiologi Secara etiologi diare akut dapat disebabkan oleh infeksi intoksikasi (poisoning)

alergi reaksi obat-obatan dan juga faktor psikis

Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut

berdasarkan proses patofisiologi Enteric Infection (infeksi usus) yaitu membagi diare

akut atas mekanisme Inflamatory Non inflammatory dan Penetrating

1 Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan

manifestasi sindroma Disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (disebut

juga Bloody diarrhea) Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan

abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik mual muntah demam tenesmus

serta gejala dan tanda dehidrasi Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis

ditemukan lendir danatau darah secara mikroskopis didapati leukosit

polimorfonuklear Mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica Shigella Entero

Invasive Ecoli (EIEC)Vparahaemolitycus Cdifficile dan Cjejuni

2 Non Inflamatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus bagian

proksimal Proses diare adalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare

cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah yang disebut dengan Watery

diarrhea Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali namun

gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul terutama pada kasus yang tidak segera

mendapat cairan pengganti Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan

leukosit Mikroorganisme penyebab seperti Vcholerae Enterotoxigenic Ecoli

(ETEC) Salmonella

3 Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus Penyakit ini disebut juga

Enteric fever Chronic Septicemia dengan gejala klinis demam disertai diare Pada

pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear Mikrooragnisme

penyebab biasanya Sthypi Sparathypi AB Senteritidis Scholerasuis

Yenterocolitidea dan Cfetus

Tabel 1 Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut

Karakteristik Non Inflamatory Inflamatory Penetrating

Gambaran

Tinja

Watery

Volume gtgt

Leukosit (-)

Bloody mukus

Volume sedang

Leukosit PMN

Mukus

Volume sedikit

Leukosit MN

Demam (-) (+) (+)

Nyeri Perut (-) (+) (+)(-)

Dehidrasi (+++) (+) (+)(-)

Tenesmus (-) (+) (-)

Komplikasi Hipovolemik Toksik Sepsis

Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi

kelompok osmotik sekretorik eksudatif dan gangguan motilitas Diare osmotik terjadi

bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang

menarik air dari plasma sehingga terjadi diare Contohnya adalah malabsorbsi

karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium

Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang

berkurang ataupun sekresi yang meningkat Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang

dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu asam lemak

rantai pendek atau laksantif non osmotik Beberapa hormon intestinal seperti gastrin

vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik

Diare eksudatif inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus

maupun usus besar Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau

bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy inflamatory bowel disease (IBD)

atau akibat radiasi

Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit

usus menjadi lebih cepat Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis sindroma usus

iritabel atau diabetes melitus

Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme Seperti pada infeksi bakteri

paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan

absorbsi di usus

C Etiologi

1 Virus

Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 ndash 80) Berak-berak air

(watery) berbusa TIDAK ada darah lendir berbau asam Beberapa jenis virus penyebab

diare akut

1048707Rotavirus serotype 128dan 9 pada manusia Serotype 3 dan 4 didapati pada

hewan dan manusia Dan serotype 56 dan 7 didapati hanya pada hewan

1048707Norwalk virus terdapat pada semua usia umumnya akibat food borne atau water

borne transmisi dan dapat juga terjadi penularan person to person

1048707Astrovirus didapati pada anak dan dewasa

1048707Adenovirus (type 40 41)

1048707Small bowel structured virus

1048707Cytomegalovirus

2 Bakteri

Berak-berak dengan darahlendir sakit perut Enterotoxigenic Ecoli (ETEC)

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Enteroinvasive

Ecoli (EIEC) Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) Shigella spp Campylobacter jejuni

(helicobacter jejuni) Vibrio cholerae Salmonella (non thypoid)

3 Protozoa

Giardia lamblia Entamoeba histolytica Cryptosporidium Microsporidium spp

Isospora belli Cyclospora cayatanensis

4 Helminths Berak darah+- dan lendir sakit perut

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

Strongyloides stercoralis Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan

larva menimbulkan diare

Schistosoma spp Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ

termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi termasuk diare dan perdarahan

usus

Capilaria philippinensis Cacing ini ditemukan di usus halus terutama jejunu

menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri

abdomen

Trichuris trichuria Cacing dewasa hidup di kolon caecum dan appendix Infeksi

berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen

Tabel 2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen

Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent

Bakteri

Vcholerae

ETEC EPEC

EIEC

EHEC

ShigellaSalmonella

CjejuniYenteroclitica

Cdefficile

Mtuberculosa

Aeromonas

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

Virus

Rotavirus

Adenovirus (type 4041)

Smaal Bowel Structured

virus

Cytomegalovirus

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Protozoa

Glamblia

Ehistolytica

Cparvum

(+)

(+)

(+)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

Microsporidium spp

Isospora belli

Cyclospora cayatenensis

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

Cacing

Strongyloides stercoralis

Schistosoma spp

Capilaria philippinensis

Trichuris trichuria

(-)

(-)

(+)

(-)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

INFEKSI CACING TAMBANG

Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma

duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di

dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam

beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti

di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan

tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa

menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran

darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk

melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di

dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah

Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam

rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah

sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya

berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang

setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat

pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A

Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)

lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan

pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada

anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa

muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi

(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa

seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas

Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada

pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang

Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan

menetaskan larva

Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia

dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus

yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil

diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya

DISENTRI BASIL

Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-

daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan

ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya

dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies

Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei

Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di

negara berkembang seperti Indonesia

Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi

lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan

kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan

disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening

sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang

sampai terjadi perforasi

Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti

demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit

menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai

kesadaran yang menurun

Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam

pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan

rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan

Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol

sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin

streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-

kasus infeksi Shigella

AMUBIASIS

Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba

histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus

hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)

Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta

prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik

secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau

makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian

masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam

usus manusia

Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan

menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk

histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum

kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam

usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan

dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan

lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk

ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan

muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi

paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem

portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan

terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini

pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau

Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui

Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas

(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja

mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan

Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita

Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu

biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali

Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti

Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang

sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein

yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan

antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis

ENTAMOEBA COLI

Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu

faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus

halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan

sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak

menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas

Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari

membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas

disakaridase

Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus

halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme

timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan

Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella

Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon

dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)

Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2

yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse

di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome

SCHISTOMIASIS

Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum

Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah

serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung

serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler

darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke

jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena

portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan

vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur

Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema

dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan

sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual

muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri

hepatomegali dan splenomegali

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi

Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56

TRICHURIASIS

Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan

terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus

usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi

ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat

terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-

muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis

merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan

eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam

tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan

penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir

kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa

penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2

minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya

telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody

diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh

mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero

Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan

Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil

pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri

Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan

bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi

apa yang harus diberikan pada pasien

Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering

berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa

pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu

Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi

dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan

mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa

eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk

beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)

untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia

menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis

(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang

memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan

akhirnya terjadi jantung berdebar-debar

Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang

menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat

(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya

volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan

pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa

mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat

Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang

mengalami anemia berat

Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising

sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu

bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang

terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua

(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat

penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di

dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan

katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan

dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi

ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan

bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama

sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama

Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan

sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang

bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara

laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising

ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan

pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan

tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup

bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik

arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah

yang berlawanan

Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara

napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah

(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu

inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam

alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada

pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis

Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri

tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat

diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa

pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign

pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada

appendiks pasien

Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari

manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka

kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing

tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri

(Shigella dysentriae)

Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus

diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan

Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu

anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-

debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam

skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil

dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang

memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang

menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)

sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika

melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising

sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru

yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva

cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan

perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru

inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien

sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien

dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan

tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga

pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 4: LAP DIARE

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE

A Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair

(setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200

ml24 jam Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari

3 kali per hari Buang air besar encer tersebut dapat dengan atau tanpa lendir darah atau

pus Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu disebut sebagai Diare Akut Apabila

diare berlangsung 2 minggu atau lebih maka digolongkan pada Diare Kronik

Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi Dari penyebab diare yang

terbanyak adalah diare infeksi Diare infeksi dapat disebabkan Virus Bakteri dan Parasit

Gejala ikutan dapat berupa mual muntah nyeri abdominal mulas tenesmus demam dan

tanda-tanda dehidrasi

B Klasifikasi amp Patofisiologi Secara etiologi diare akut dapat disebabkan oleh infeksi intoksikasi (poisoning)

alergi reaksi obat-obatan dan juga faktor psikis

Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut

berdasarkan proses patofisiologi Enteric Infection (infeksi usus) yaitu membagi diare

akut atas mekanisme Inflamatory Non inflammatory dan Penetrating

1 Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan

manifestasi sindroma Disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (disebut

juga Bloody diarrhea) Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan

abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik mual muntah demam tenesmus

serta gejala dan tanda dehidrasi Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis

ditemukan lendir danatau darah secara mikroskopis didapati leukosit

polimorfonuklear Mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica Shigella Entero

Invasive Ecoli (EIEC)Vparahaemolitycus Cdifficile dan Cjejuni

2 Non Inflamatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus bagian

proksimal Proses diare adalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare

cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah yang disebut dengan Watery

diarrhea Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali namun

gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul terutama pada kasus yang tidak segera

mendapat cairan pengganti Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan

leukosit Mikroorganisme penyebab seperti Vcholerae Enterotoxigenic Ecoli

(ETEC) Salmonella

3 Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus Penyakit ini disebut juga

Enteric fever Chronic Septicemia dengan gejala klinis demam disertai diare Pada

pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear Mikrooragnisme

penyebab biasanya Sthypi Sparathypi AB Senteritidis Scholerasuis

Yenterocolitidea dan Cfetus

Tabel 1 Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut

Karakteristik Non Inflamatory Inflamatory Penetrating

Gambaran

Tinja

Watery

Volume gtgt

Leukosit (-)

Bloody mukus

Volume sedang

Leukosit PMN

Mukus

Volume sedikit

Leukosit MN

Demam (-) (+) (+)

Nyeri Perut (-) (+) (+)(-)

Dehidrasi (+++) (+) (+)(-)

Tenesmus (-) (+) (-)

Komplikasi Hipovolemik Toksik Sepsis

Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi

kelompok osmotik sekretorik eksudatif dan gangguan motilitas Diare osmotik terjadi

bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang

menarik air dari plasma sehingga terjadi diare Contohnya adalah malabsorbsi

karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium

Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang

berkurang ataupun sekresi yang meningkat Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang

dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu asam lemak

rantai pendek atau laksantif non osmotik Beberapa hormon intestinal seperti gastrin

vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik

Diare eksudatif inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus

maupun usus besar Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau

bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy inflamatory bowel disease (IBD)

atau akibat radiasi

Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit

usus menjadi lebih cepat Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis sindroma usus

iritabel atau diabetes melitus

Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme Seperti pada infeksi bakteri

paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan

absorbsi di usus

C Etiologi

1 Virus

Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 ndash 80) Berak-berak air

(watery) berbusa TIDAK ada darah lendir berbau asam Beberapa jenis virus penyebab

diare akut

1048707Rotavirus serotype 128dan 9 pada manusia Serotype 3 dan 4 didapati pada

hewan dan manusia Dan serotype 56 dan 7 didapati hanya pada hewan

1048707Norwalk virus terdapat pada semua usia umumnya akibat food borne atau water

borne transmisi dan dapat juga terjadi penularan person to person

1048707Astrovirus didapati pada anak dan dewasa

1048707Adenovirus (type 40 41)

1048707Small bowel structured virus

1048707Cytomegalovirus

2 Bakteri

Berak-berak dengan darahlendir sakit perut Enterotoxigenic Ecoli (ETEC)

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Enteroinvasive

Ecoli (EIEC) Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) Shigella spp Campylobacter jejuni

(helicobacter jejuni) Vibrio cholerae Salmonella (non thypoid)

3 Protozoa

Giardia lamblia Entamoeba histolytica Cryptosporidium Microsporidium spp

Isospora belli Cyclospora cayatanensis

4 Helminths Berak darah+- dan lendir sakit perut

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

Strongyloides stercoralis Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan

larva menimbulkan diare

Schistosoma spp Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ

termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi termasuk diare dan perdarahan

usus

Capilaria philippinensis Cacing ini ditemukan di usus halus terutama jejunu

menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri

abdomen

Trichuris trichuria Cacing dewasa hidup di kolon caecum dan appendix Infeksi

berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen

Tabel 2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen

Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent

Bakteri

Vcholerae

ETEC EPEC

EIEC

EHEC

ShigellaSalmonella

CjejuniYenteroclitica

Cdefficile

Mtuberculosa

Aeromonas

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

Virus

Rotavirus

Adenovirus (type 4041)

Smaal Bowel Structured

virus

Cytomegalovirus

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Protozoa

Glamblia

Ehistolytica

Cparvum

(+)

(+)

(+)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

Microsporidium spp

Isospora belli

Cyclospora cayatenensis

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

Cacing

Strongyloides stercoralis

Schistosoma spp

Capilaria philippinensis

Trichuris trichuria

(-)

(-)

(+)

(-)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

INFEKSI CACING TAMBANG

Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma

duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di

dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam

beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti

di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan

tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa

menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran

darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk

melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di

dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah

Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam

rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah

sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya

berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang

setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat

pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A

Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)

lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan

pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada

anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa

muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi

(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa

seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas

Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada

pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang

Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan

menetaskan larva

Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia

dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus

yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil

diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya

DISENTRI BASIL

Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-

daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan

ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya

dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies

Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei

Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di

negara berkembang seperti Indonesia

Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi

lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan

kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan

disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening

sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang

sampai terjadi perforasi

Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti

demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit

menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai

kesadaran yang menurun

Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam

pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan

rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan

Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol

sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin

streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-

kasus infeksi Shigella

AMUBIASIS

Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba

histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus

hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)

Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta

prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik

secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau

makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian

masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam

usus manusia

Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan

menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk

histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum

kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam

usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan

dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan

lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk

ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan

muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi

paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem

portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan

terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini

pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau

Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui

Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas

(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja

mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan

Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita

Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu

biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali

Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti

Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang

sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein

yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan

antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis

ENTAMOEBA COLI

Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu

faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus

halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan

sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak

menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas

Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari

membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas

disakaridase

Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus

halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme

timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan

Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella

Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon

dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)

Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2

yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse

di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome

SCHISTOMIASIS

Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum

Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah

serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung

serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler

darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke

jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena

portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan

vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur

Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema

dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan

sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual

muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri

hepatomegali dan splenomegali

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi

Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56

TRICHURIASIS

Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan

terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus

usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi

ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat

terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-

muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis

merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan

eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam

tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan

penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir

kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa

penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2

minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya

telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody

diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh

mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero

Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan

Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil

pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri

Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan

bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi

apa yang harus diberikan pada pasien

Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering

berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa

pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu

Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi

dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan

mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa

eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk

beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)

untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia

menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis

(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang

memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan

akhirnya terjadi jantung berdebar-debar

Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang

menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat

(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya

volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan

pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa

mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat

Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang

mengalami anemia berat

Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising

sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu

bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang

terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua

(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat

penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di

dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan

katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan

dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi

ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan

bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama

sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama

Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan

sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang

bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara

laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising

ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan

pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan

tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup

bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik

arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah

yang berlawanan

Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara

napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah

(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu

inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam

alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada

pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis

Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri

tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat

diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa

pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign

pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada

appendiks pasien

Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari

manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka

kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing

tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri

(Shigella dysentriae)

Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus

diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan

Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu

anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-

debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam

skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil

dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang

memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang

menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)

sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika

melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising

sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru

yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva

cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan

perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru

inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien

sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien

dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan

tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga

pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 5: LAP DIARE

2 Non Inflamatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus bagian

proksimal Proses diare adalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare

cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah yang disebut dengan Watery

diarrhea Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali namun

gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul terutama pada kasus yang tidak segera

mendapat cairan pengganti Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan

leukosit Mikroorganisme penyebab seperti Vcholerae Enterotoxigenic Ecoli

(ETEC) Salmonella

3 Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus Penyakit ini disebut juga

Enteric fever Chronic Septicemia dengan gejala klinis demam disertai diare Pada

pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear Mikrooragnisme

penyebab biasanya Sthypi Sparathypi AB Senteritidis Scholerasuis

Yenterocolitidea dan Cfetus

Tabel 1 Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut

Karakteristik Non Inflamatory Inflamatory Penetrating

Gambaran

Tinja

Watery

Volume gtgt

Leukosit (-)

Bloody mukus

Volume sedang

Leukosit PMN

Mukus

Volume sedikit

Leukosit MN

Demam (-) (+) (+)

Nyeri Perut (-) (+) (+)(-)

Dehidrasi (+++) (+) (+)(-)

Tenesmus (-) (+) (-)

Komplikasi Hipovolemik Toksik Sepsis

Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi

kelompok osmotik sekretorik eksudatif dan gangguan motilitas Diare osmotik terjadi

bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang

menarik air dari plasma sehingga terjadi diare Contohnya adalah malabsorbsi

karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium

Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang

berkurang ataupun sekresi yang meningkat Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang

dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu asam lemak

rantai pendek atau laksantif non osmotik Beberapa hormon intestinal seperti gastrin

vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik

Diare eksudatif inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus

maupun usus besar Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau

bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy inflamatory bowel disease (IBD)

atau akibat radiasi

Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit

usus menjadi lebih cepat Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis sindroma usus

iritabel atau diabetes melitus

Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme Seperti pada infeksi bakteri

paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan

absorbsi di usus

C Etiologi

1 Virus

Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 ndash 80) Berak-berak air

(watery) berbusa TIDAK ada darah lendir berbau asam Beberapa jenis virus penyebab

diare akut

1048707Rotavirus serotype 128dan 9 pada manusia Serotype 3 dan 4 didapati pada

hewan dan manusia Dan serotype 56 dan 7 didapati hanya pada hewan

1048707Norwalk virus terdapat pada semua usia umumnya akibat food borne atau water

borne transmisi dan dapat juga terjadi penularan person to person

1048707Astrovirus didapati pada anak dan dewasa

1048707Adenovirus (type 40 41)

1048707Small bowel structured virus

1048707Cytomegalovirus

2 Bakteri

Berak-berak dengan darahlendir sakit perut Enterotoxigenic Ecoli (ETEC)

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Enteroinvasive

Ecoli (EIEC) Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) Shigella spp Campylobacter jejuni

(helicobacter jejuni) Vibrio cholerae Salmonella (non thypoid)

3 Protozoa

Giardia lamblia Entamoeba histolytica Cryptosporidium Microsporidium spp

Isospora belli Cyclospora cayatanensis

4 Helminths Berak darah+- dan lendir sakit perut

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

Strongyloides stercoralis Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan

larva menimbulkan diare

Schistosoma spp Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ

termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi termasuk diare dan perdarahan

usus

Capilaria philippinensis Cacing ini ditemukan di usus halus terutama jejunu

menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri

abdomen

Trichuris trichuria Cacing dewasa hidup di kolon caecum dan appendix Infeksi

berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen

Tabel 2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen

Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent

Bakteri

Vcholerae

ETEC EPEC

EIEC

EHEC

ShigellaSalmonella

CjejuniYenteroclitica

Cdefficile

Mtuberculosa

Aeromonas

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

Virus

Rotavirus

Adenovirus (type 4041)

Smaal Bowel Structured

virus

Cytomegalovirus

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Protozoa

Glamblia

Ehistolytica

Cparvum

(+)

(+)

(+)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

Microsporidium spp

Isospora belli

Cyclospora cayatenensis

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

Cacing

Strongyloides stercoralis

Schistosoma spp

Capilaria philippinensis

Trichuris trichuria

(-)

(-)

(+)

(-)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

INFEKSI CACING TAMBANG

Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma

duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di

dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam

beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti

di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan

tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa

menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran

darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk

melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di

dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah

Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam

rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah

sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya

berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang

setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat

pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A

Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)

lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan

pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada

anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa

muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi

(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa

seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas

Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada

pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang

Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan

menetaskan larva

Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia

dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus

yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil

diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya

DISENTRI BASIL

Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-

daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan

ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya

dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies

Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei

Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di

negara berkembang seperti Indonesia

Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi

lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan

kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan

disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening

sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang

sampai terjadi perforasi

Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti

demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit

menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai

kesadaran yang menurun

Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam

pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan

rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan

Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol

sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin

streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-

kasus infeksi Shigella

AMUBIASIS

Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba

histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus

hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)

Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta

prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik

secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau

makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian

masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam

usus manusia

Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan

menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk

histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum

kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam

usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan

dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan

lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk

ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan

muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi

paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem

portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan

terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini

pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau

Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui

Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas

(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja

mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan

Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita

Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu

biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali

Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti

Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang

sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein

yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan

antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis

ENTAMOEBA COLI

Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu

faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus

halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan

sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak

menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas

Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari

membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas

disakaridase

Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus

halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme

timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan

Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella

Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon

dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)

Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2

yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse

di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome

SCHISTOMIASIS

Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum

Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah

serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung

serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler

darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke

jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena

portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan

vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur

Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema

dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan

sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual

muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri

hepatomegali dan splenomegali

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi

Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56

TRICHURIASIS

Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan

terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus

usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi

ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat

terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-

muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis

merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan

eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam

tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan

penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir

kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa

penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2

minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya

telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody

diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh

mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero

Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan

Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil

pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri

Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan

bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi

apa yang harus diberikan pada pasien

Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering

berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa

pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu

Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi

dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan

mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa

eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk

beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)

untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia

menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis

(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang

memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan

akhirnya terjadi jantung berdebar-debar

Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang

menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat

(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya

volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan

pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa

mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat

Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang

mengalami anemia berat

Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising

sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu

bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang

terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua

(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat

penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di

dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan

katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan

dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi

ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan

bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama

sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama

Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan

sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang

bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara

laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising

ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan

pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan

tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup

bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik

arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah

yang berlawanan

Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara

napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah

(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu

inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam

alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada

pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis

Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri

tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat

diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa

pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign

pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada

appendiks pasien

Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari

manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka

kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing

tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri

(Shigella dysentriae)

Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus

diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan

Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu

anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-

debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam

skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil

dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang

memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang

menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)

sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika

melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising

sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru

yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva

cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan

perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru

inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien

sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien

dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan

tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga

pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 6: LAP DIARE

Diare eksudatif inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus

maupun usus besar Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau

bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy inflamatory bowel disease (IBD)

atau akibat radiasi

Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit

usus menjadi lebih cepat Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis sindroma usus

iritabel atau diabetes melitus

Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme Seperti pada infeksi bakteri

paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan

absorbsi di usus

C Etiologi

1 Virus

Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 ndash 80) Berak-berak air

(watery) berbusa TIDAK ada darah lendir berbau asam Beberapa jenis virus penyebab

diare akut

1048707Rotavirus serotype 128dan 9 pada manusia Serotype 3 dan 4 didapati pada

hewan dan manusia Dan serotype 56 dan 7 didapati hanya pada hewan

1048707Norwalk virus terdapat pada semua usia umumnya akibat food borne atau water

borne transmisi dan dapat juga terjadi penularan person to person

1048707Astrovirus didapati pada anak dan dewasa

1048707Adenovirus (type 40 41)

1048707Small bowel structured virus

1048707Cytomegalovirus

2 Bakteri

Berak-berak dengan darahlendir sakit perut Enterotoxigenic Ecoli (ETEC)

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Enteroinvasive

Ecoli (EIEC) Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) Shigella spp Campylobacter jejuni

(helicobacter jejuni) Vibrio cholerae Salmonella (non thypoid)

3 Protozoa

Giardia lamblia Entamoeba histolytica Cryptosporidium Microsporidium spp

Isospora belli Cyclospora cayatanensis

4 Helminths Berak darah+- dan lendir sakit perut

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

Strongyloides stercoralis Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan

larva menimbulkan diare

Schistosoma spp Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ

termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi termasuk diare dan perdarahan

usus

Capilaria philippinensis Cacing ini ditemukan di usus halus terutama jejunu

menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri

abdomen

Trichuris trichuria Cacing dewasa hidup di kolon caecum dan appendix Infeksi

berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen

Tabel 2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen

Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent

Bakteri

Vcholerae

ETEC EPEC

EIEC

EHEC

ShigellaSalmonella

CjejuniYenteroclitica

Cdefficile

Mtuberculosa

Aeromonas

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

Virus

Rotavirus

Adenovirus (type 4041)

Smaal Bowel Structured

virus

Cytomegalovirus

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Protozoa

Glamblia

Ehistolytica

Cparvum

(+)

(+)

(+)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

Microsporidium spp

Isospora belli

Cyclospora cayatenensis

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

Cacing

Strongyloides stercoralis

Schistosoma spp

Capilaria philippinensis

Trichuris trichuria

(-)

(-)

(+)

(-)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

INFEKSI CACING TAMBANG

Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma

duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di

dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam

beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti

di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan

tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa

menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran

darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk

melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di

dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah

Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam

rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah

sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya

berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang

setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat

pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A

Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)

lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan

pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada

anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa

muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi

(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa

seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas

Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada

pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang

Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan

menetaskan larva

Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia

dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus

yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil

diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya

DISENTRI BASIL

Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-

daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan

ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya

dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies

Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei

Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di

negara berkembang seperti Indonesia

Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi

lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan

kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan

disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening

sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang

sampai terjadi perforasi

Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti

demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit

menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai

kesadaran yang menurun

Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam

pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan

rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan

Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol

sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin

streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-

kasus infeksi Shigella

AMUBIASIS

Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba

histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus

hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)

Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta

prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik

secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau

makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian

masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam

usus manusia

Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan

menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk

histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum

kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam

usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan

dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan

lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk

ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan

muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi

paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem

portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan

terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini

pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau

Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui

Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas

(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja

mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan

Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita

Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu

biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali

Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti

Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang

sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein

yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan

antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis

ENTAMOEBA COLI

Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu

faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus

halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan

sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak

menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas

Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari

membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas

disakaridase

Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus

halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme

timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan

Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella

Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon

dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)

Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2

yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse

di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome

SCHISTOMIASIS

Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum

Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah

serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung

serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler

darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke

jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena

portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan

vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur

Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema

dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan

sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual

muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri

hepatomegali dan splenomegali

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi

Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56

TRICHURIASIS

Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan

terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus

usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi

ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat

terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-

muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis

merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan

eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam

tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan

penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir

kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa

penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2

minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya

telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody

diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh

mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero

Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan

Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil

pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri

Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan

bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi

apa yang harus diberikan pada pasien

Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering

berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa

pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu

Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi

dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan

mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa

eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk

beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)

untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia

menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis

(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang

memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan

akhirnya terjadi jantung berdebar-debar

Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang

menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat

(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya

volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan

pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa

mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat

Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang

mengalami anemia berat

Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising

sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu

bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang

terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua

(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat

penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di

dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan

katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan

dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi

ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan

bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama

sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama

Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan

sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang

bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara

laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising

ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan

pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan

tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup

bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik

arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah

yang berlawanan

Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara

napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah

(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu

inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam

alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada

pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis

Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri

tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat

diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa

pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign

pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada

appendiks pasien

Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari

manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka

kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing

tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri

(Shigella dysentriae)

Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus

diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan

Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu

anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-

debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam

skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil

dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang

memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang

menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)

sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika

melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising

sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru

yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva

cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan

perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru

inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien

sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien

dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan

tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga

pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 7: LAP DIARE

Strongyloides stercoralis Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan

larva menimbulkan diare

Schistosoma spp Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ

termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi termasuk diare dan perdarahan

usus

Capilaria philippinensis Cacing ini ditemukan di usus halus terutama jejunu

menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri

abdomen

Trichuris trichuria Cacing dewasa hidup di kolon caecum dan appendix Infeksi

berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen

Tabel 2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen

Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent

Bakteri

Vcholerae

ETEC EPEC

EIEC

EHEC

ShigellaSalmonella

CjejuniYenteroclitica

Cdefficile

Mtuberculosa

Aeromonas

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

Virus

Rotavirus

Adenovirus (type 4041)

Smaal Bowel Structured

virus

Cytomegalovirus

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Protozoa

Glamblia

Ehistolytica

Cparvum

(+)

(+)

(+)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

Microsporidium spp

Isospora belli

Cyclospora cayatenensis

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

Cacing

Strongyloides stercoralis

Schistosoma spp

Capilaria philippinensis

Trichuris trichuria

(-)

(-)

(+)

(-)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

INFEKSI CACING TAMBANG

Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma

duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di

dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam

beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti

di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan

tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa

menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran

darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk

melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di

dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah

Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam

rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah

sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya

berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang

setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat

pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A

Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)

lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan

pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada

anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa

muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi

(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa

seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas

Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada

pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang

Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan

menetaskan larva

Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia

dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus

yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil

diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya

DISENTRI BASIL

Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-

daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan

ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya

dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies

Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei

Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di

negara berkembang seperti Indonesia

Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi

lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan

kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan

disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening

sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang

sampai terjadi perforasi

Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti

demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit

menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai

kesadaran yang menurun

Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam

pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan

rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan

Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol

sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin

streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-

kasus infeksi Shigella

AMUBIASIS

Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba

histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus

hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)

Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta

prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik

secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau

makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian

masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam

usus manusia

Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan

menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk

histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum

kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam

usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan

dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan

lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk

ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan

muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi

paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem

portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan

terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini

pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau

Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui

Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas

(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja

mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan

Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita

Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu

biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali

Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti

Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang

sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein

yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan

antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis

ENTAMOEBA COLI

Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu

faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus

halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan

sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak

menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas

Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari

membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas

disakaridase

Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus

halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme

timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan

Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella

Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon

dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)

Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2

yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse

di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome

SCHISTOMIASIS

Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum

Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah

serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung

serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler

darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke

jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena

portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan

vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur

Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema

dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan

sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual

muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri

hepatomegali dan splenomegali

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi

Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56

TRICHURIASIS

Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan

terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus

usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi

ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat

terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-

muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis

merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan

eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam

tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan

penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir

kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa

penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2

minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya

telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody

diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh

mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero

Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan

Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil

pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri

Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan

bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi

apa yang harus diberikan pada pasien

Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering

berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa

pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu

Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi

dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan

mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa

eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk

beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)

untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia

menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis

(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang

memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan

akhirnya terjadi jantung berdebar-debar

Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang

menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat

(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya

volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan

pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa

mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat

Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang

mengalami anemia berat

Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising

sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu

bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang

terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua

(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat

penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di

dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan

katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan

dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi

ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan

bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama

sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama

Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan

sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang

bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara

laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising

ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan

pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan

tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup

bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik

arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah

yang berlawanan

Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara

napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah

(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu

inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam

alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada

pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis

Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri

tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat

diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa

pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign

pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada

appendiks pasien

Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari

manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka

kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing

tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri

(Shigella dysentriae)

Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus

diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan

Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu

anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-

debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam

skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil

dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang

memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang

menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)

sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika

melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising

sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru

yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva

cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan

perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru

inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien

sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien

dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan

tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga

pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 8: LAP DIARE

Microsporidium spp

Isospora belli

Cyclospora cayatenensis

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

Cacing

Strongyloides stercoralis

Schistosoma spp

Capilaria philippinensis

Trichuris trichuria

(-)

(-)

(+)

(-)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

INFEKSI CACING TAMBANG

Infeksi Cacing Tambang disebabkan oleh cacing gelang usus baik Ancylostoma

duodenale maupun Necator americanus Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di

dalam tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari Dalam

beberapa hari larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah yang lembab dan basah seperti

di tambang-tambang perkebunan atau persawahan Manusia bisa terinfeksi jika berjalan

tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia karena larva bisa

menembus kulit Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran

darah Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan Sekitar 1 minggu setelah masuk

melalui kulit larva akan sampai di usus Larva menancapkan dirinya dengan kait di

dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah

Gejala dari infeksi ini bergantung kepada banyaknya cacing yang terdapat dalam

rongga usus Seekor cacing dewasa diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah

sebanyak 003 mlhari Oleh karena itu gejala utamanya yaitu anemia yang umumnya

berupa anemia defesiensi besi maupun anemia megaloblastik Jumlah darah yang hilang

setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat

pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri (2) species cacing seekor A

Duodenale yang lebih besar daripada N americanus mengisap 5x lebih banyak darah (3)

lamanya infeksi Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa menyebabkan

pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada

anak-anak Gejala lainnya yaitu Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa

muncul di tempat masuknya larva pada kulit Demam batuk dan bunyi nafas mengi

(bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru Cacing dewasa

seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas

Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada

pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang

Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan

menetaskan larva

Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia

dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus

yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil

diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya

DISENTRI BASIL

Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-

daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan

ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya

dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies

Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei

Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di

negara berkembang seperti Indonesia

Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi

lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan

kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan

disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening

sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang

sampai terjadi perforasi

Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti

demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit

menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai

kesadaran yang menurun

Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam

pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan

rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan

Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol

sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin

streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-

kasus infeksi Shigella

AMUBIASIS

Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba

histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus

hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)

Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta

prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik

secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau

makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian

masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam

usus manusia

Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan

menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk

histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum

kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam

usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan

dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan

lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk

ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan

muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi

paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem

portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan

terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini

pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau

Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui

Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas

(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja

mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan

Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita

Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu

biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali

Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti

Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang

sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein

yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan

antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis

ENTAMOEBA COLI

Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu

faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus

halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan

sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak

menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas

Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari

membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas

disakaridase

Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus

halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme

timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan

Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella

Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon

dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)

Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2

yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse

di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome

SCHISTOMIASIS

Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum

Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah

serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung

serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler

darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke

jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena

portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan

vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur

Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema

dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan

sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual

muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri

hepatomegali dan splenomegali

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi

Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56

TRICHURIASIS

Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan

terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus

usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi

ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat

terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-

muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis

merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan

eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam

tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan

penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir

kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa

penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2

minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya

telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody

diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh

mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero

Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan

Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil

pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri

Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan

bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi

apa yang harus diberikan pada pasien

Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering

berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa

pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu

Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi

dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan

mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa

eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk

beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)

untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia

menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis

(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang

memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan

akhirnya terjadi jantung berdebar-debar

Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang

menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat

(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya

volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan

pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa

mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat

Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang

mengalami anemia berat

Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising

sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu

bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang

terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua

(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat

penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di

dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan

katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan

dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi

ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan

bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama

sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama

Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan

sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang

bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara

laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising

ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan

pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan

tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup

bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik

arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah

yang berlawanan

Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara

napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah

(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu

inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam

alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada

pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis

Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri

tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat

diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa

pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign

pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada

appendiks pasien

Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari

manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka

kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing

tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri

(Shigella dysentriae)

Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus

diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan

Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu

anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-

debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam

skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil

dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang

memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang

menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)

sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika

melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising

sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru

yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva

cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan

perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru

inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien

sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien

dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan

tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga

pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 9: LAP DIARE

Penegakkkan diagnosa dari infeksi ini yaitu jika timbul gejala maka pada

pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang

Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu maka telur akan mengeram dan

menetaskan larva

Prioritas utama pada penatalaksanaan dengan infeksi ini adalah memperbaiki anemia

dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi Pada kasus

yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah Jika kondisi penderita stabil

diberikan pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacingnya

DISENTRI BASIL

Penyakit ini disebabkan oleh kuman Shigella dysenteriae yang menyerang daerah-

daerah dengan kebersihan yang kurang yang baik Penularan secara orofaecal dengan

ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya

dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease) Ada empat spesies

Shigella yaitu Shigella flexneri Shigella dysentriae Shigella boydii dan Shigella sonnei

Pada umumnya S flexneri SBoydii dan S dysentriae paling banyak ditemukan di

negara berkembang seperti Indonesia

Basil dari kuman ini membentuk endotoksin dan eksotoksin menyebabkan infeksi

lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum Setelah mengadakan

kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda-tanda peradangan

disekitarnya Biasanya juga akan disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening

sekitarnya Tukak tersebut kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang

sampai terjadi perforasi

Gejala infeksi umum dari infeksi bakteri ini yaitu kelemahan umum yang diikuti

demam kemudian diare yang mengandung lendir dan darah tenesmus Bila penyakit

menjadi berat dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai

kesadaran yang menurun

Infeksi ini ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang sangat menetukan ialah ditemukannya basil dalam

pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja Untuk membantu juga dapat dilakukan

rektosigmoidoskopi dengan melihat tukak yang disertai dengan tanda peradangan

Antibiotik yang terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin kloramfenikol

sulfametoxazol-trimetoprim Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin

streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-

kasus infeksi Shigella

AMUBIASIS

Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba

histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus

hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)

Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta

prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik

secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau

makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian

masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam

usus manusia

Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan

menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk

histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum

kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam

usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan

dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan

lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk

ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan

muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi

paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem

portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan

terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini

pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau

Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui

Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas

(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja

mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan

Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita

Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu

biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali

Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti

Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang

sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein

yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan

antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis

ENTAMOEBA COLI

Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu

faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus

halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan

sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak

menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas

Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari

membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas

disakaridase

Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus

halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme

timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan

Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella

Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon

dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)

Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2

yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse

di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome

SCHISTOMIASIS

Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum

Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah

serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung

serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler

darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke

jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena

portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan

vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur

Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema

dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan

sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual

muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri

hepatomegali dan splenomegali

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi

Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56

TRICHURIASIS

Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan

terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus

usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi

ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat

terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-

muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis

merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan

eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam

tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan

penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir

kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa

penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2

minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya

telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody

diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh

mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero

Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan

Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil

pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri

Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan

bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi

apa yang harus diberikan pada pasien

Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering

berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa

pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu

Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi

dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan

mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa

eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk

beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)

untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia

menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis

(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang

memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan

akhirnya terjadi jantung berdebar-debar

Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang

menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat

(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya

volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan

pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa

mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat

Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang

mengalami anemia berat

Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising

sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu

bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang

terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua

(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat

penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di

dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan

katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan

dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi

ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan

bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama

sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama

Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan

sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang

bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara

laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising

ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan

pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan

tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup

bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik

arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah

yang berlawanan

Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara

napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah

(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu

inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam

alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada

pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis

Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri

tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat

diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa

pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign

pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada

appendiks pasien

Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari

manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka

kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing

tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri

(Shigella dysentriae)

Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus

diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan

Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu

anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-

debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam

skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil

dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang

memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang

menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)

sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika

melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising

sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru

yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva

cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan

perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru

inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien

sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien

dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan

tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga

pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 10: LAP DIARE

streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-

kasus infeksi Shigella

AMUBIASIS

Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba

histolytica suatu parasit bersel tunggal Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus

hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista)

Bentuk Entamoeba histolytica dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu bentuk minuta

prekistik kistik metakistik dan histolitika Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik

secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau

makanan yang tercemar) Bila bentuk kista terdapat dalam makanan air dan kemudian

masuk ke dalam tubuh manusia maka bentuk kista ini akan mengalami perubahan dalam

usus manusia

Entamoeba histolytica dalam keadaan tertentu dapat menembus dinding usus dan

menyebar ke paru hati otak dan alat-alat lain Yang menyebar biasanya bentuk

histolitika Infeksi jarang terjadi pada usus halus yang paling sering ialah pada sekum

kolon apendiks dan sigmoid Distribusi ini ada hubungannya dengan statis tinja dalam

usus sehingga terjadi kontak langsung yang lama antara Entamoeba histolytica dengan

dinding usus Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan

lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk

ulkus ameba yang khas dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan

muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Lesi entamoba pada hati terjadi

paling sering dibandingkan dengan organ tubuh lain Hal ini dihubungkan dengan sistem

portal penyebaran jarang melalui sistem limfe atau melalui peritoneum Dalam hati akan

terbentuk suatu abses yang berisi jaringan nekrotik dan darah sehingga bila abses ini

pecah akan ke luar pus khas berwarna ketengguli-tenggulian steril dan tidak berbau

Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar sehingga hampir tidak diketahui

Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit banyak buang gas

(flatulensi) dan kram perut Selain itu bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja

mengandung darah serta lendir Bisa terjadi demam ringan

Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita

Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja karena itu

biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali

Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti

Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang

sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein

yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan

antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis

ENTAMOEBA COLI

Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu

faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus

halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan

sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak

menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas

Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari

membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas

disakaridase

Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus

halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme

timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan

Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella

Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon

dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)

Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2

yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse

di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome

SCHISTOMIASIS

Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum

Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah

serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung

serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler

darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke

jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena

portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan

vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur

Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema

dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan

sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual

muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri

hepatomegali dan splenomegali

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi

Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56

TRICHURIASIS

Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan

terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus

usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi

ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat

terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-

muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis

merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan

eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam

tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan

penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir

kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa

penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2

minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya

telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody

diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh

mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero

Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan

Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil

pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri

Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan

bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi

apa yang harus diberikan pada pasien

Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering

berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa

pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu

Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi

dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan

mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa

eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk

beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)

untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia

menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis

(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang

memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan

akhirnya terjadi jantung berdebar-debar

Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang

menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat

(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya

volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan

pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa

mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat

Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang

mengalami anemia berat

Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising

sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu

bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang

terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua

(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat

penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di

dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan

katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan

dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi

ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan

bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama

sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama

Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan

sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang

bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara

laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising

ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan

pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan

tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup

bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik

arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah

yang berlawanan

Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara

napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah

(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu

inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam

alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada

pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis

Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri

tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat

diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa

pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign

pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada

appendiks pasien

Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari

manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka

kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing

tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri

(Shigella dysentriae)

Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus

diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan

Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu

anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-

debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam

skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil

dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang

memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang

menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)

sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika

melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising

sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru

yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva

cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan

perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru

inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien

sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien

dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan

tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga

pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 11: LAP DIARE

Pengobatan dengan pemberian antiamuba yaitu Metronidazol dan turunannya seperti

Tinidazol Nimorazol dan Ornidazol Selain itu diperlukan juga tindakan lain yang

sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein

yang mudah dicerna pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan

antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis

ENTAMOEBA COLI

Enterotoxigenic Ecoli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu

faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus

halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan

sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea ETEC tidak

menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa

Enterophatogenic Ecoli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare belum jelas

Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari

membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas

disakaridase

Enteroaggregative Ecoli (EAggEC) Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus

halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas Bagaimana mekanisme

timbulnya diare masih belum jelas tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan

Enteroinvasive Ecoli (EIEC) Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella

Seperti Shigella EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon

dengan gejala klinis penyakit diare berdarah (bloody diarrhoea)

Enterohemorrhagic Ecoli (EHEC) EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2

yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse

di kolon Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome

SCHISTOMIASIS

Schistomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum

Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Cara infeksi pada manusia adalah

serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung

serkaria Setelah serkaria menembus kulit larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler

darah mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan lalu paru dan kembali ke

jantung kiri kemudian masuk ke system peredaran darah besar ke cabang-cabang vena

portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan

vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur

Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema

dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan

sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual

muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri

hepatomegali dan splenomegali

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi

Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56

TRICHURIASIS

Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan

terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus

usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi

ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat

terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-

muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis

merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan

eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam

tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan

penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir

kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa

penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2

minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya

telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody

diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh

mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero

Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan

Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil

pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri

Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan

bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi

apa yang harus diberikan pada pasien

Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering

berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa

pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu

Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi

dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan

mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa

eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk

beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)

untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia

menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis

(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang

memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan

akhirnya terjadi jantung berdebar-debar

Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang

menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat

(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya

volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan

pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa

mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat

Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang

mengalami anemia berat

Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising

sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu

bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang

terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua

(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat

penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di

dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan

katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan

dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi

ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan

bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama

sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama

Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan

sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang

bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara

laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising

ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan

pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan

tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup

bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik

arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah

yang berlawanan

Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara

napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah

(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu

inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam

alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada

pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis

Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri

tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat

diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa

pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign

pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada

appendiks pasien

Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari

manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka

kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing

tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri

(Shigella dysentriae)

Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus

diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan

Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu

anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-

debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam

skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil

dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang

memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang

menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)

sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika

melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising

sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru

yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva

cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan

perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru

inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien

sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien

dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan

tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga

pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 12: LAP DIARE

portae dan menjadi dewasa di hati Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan

vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian cacing betina bertelur

Gejala yang terjadi pada masa tunas biologic adalah gejala kulit dan alergi (eritema

dan papula disertai perasaan gatal dan panas) gejala paru (gejala batuk disertai dahak dan

sedikit darah) dan gejala toksemia (demam tinggi malaise tidak nafsu makan mual

muntah sakit kepala nyeri tubuh) Pada infeksi berat dapat ditemukan sindrom disentri

hepatomegali dan splenomegali

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja urin atau jaringan biopsi

Obat-obat anti Schistosoma antara lain Emetin Fuadin Stibofen dan Astiban TW 56

TRICHURIASIS

Trchuriasis adalah penyakit infeksi akibat cacing Trichuris trichiura Seseorang akan

terinfeksi jika menelan telur yang telah dibuahi kemudian larvanya melekat pada vilus

usus halus sampai menjadi dewasa kemudian sekum dan kolon bagian proksimal Infeksi

ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas Pada infeksi yang berat

terdapat keluhan nyeri di daerah abdomen atau epigastricum yang dapat disertai muntah-

muntah konstipasi perut kembung dan ileus Diare dengan tinja yang bergaris-garis

merah darah berat badan berkurang Anemia disebabkan oleh perdarahan usus dan

eosinofilia terdapat pada infeksi yang baru

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam

tinja baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll Pengobatan

penyakit ini dengan Ditiazanin iodida Triklormenolpiperazin Stilbazium iodida

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir

kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa

penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2

minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya

telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody

diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh

mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero

Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan

Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil

pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri

Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan

bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi

apa yang harus diberikan pada pasien

Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering

berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa

pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu

Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi

dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan

mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa

eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk

beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)

untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia

menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis

(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang

memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan

akhirnya terjadi jantung berdebar-debar

Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang

menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat

(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya

volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan

pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa

mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat

Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang

mengalami anemia berat

Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising

sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu

bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang

terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua

(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat

penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di

dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan

katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan

dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi

ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan

bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama

sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama

Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan

sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang

bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara

laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising

ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan

pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan

tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup

bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik

arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah

yang berlawanan

Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara

napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah

(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu

inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam

alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada

pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis

Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri

tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat

diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa

pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign

pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada

appendiks pasien

Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari

manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka

kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing

tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri

(Shigella dysentriae)

Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus

diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan

Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu

anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-

debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam

skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil

dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang

memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang

menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)

sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika

melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising

sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru

yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva

cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan

perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru

inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien

sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien

dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan

tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga

pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 13: LAP DIARE

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam skenario disebutkan bahwa keluhan utama penderita adalah diare lendir

kadang berdarah selama kurang lebih satu bulan Hal ini menunjukkan bahwa

penderita mengalami disentri kronik (diare dengan lender dan darah lebih dari 2

minggu) sebagaimana data dalam tinjauan pustaka di atas Berdasarkan patofisiologinya

telah dijelaskan bahwa diare yang disertai dengan lendir dan darah (disebut juga Bloody

diarrhea) termasuk dalam Inflamatory diarrhea yang dapat disebabkan oleh

mikroorganisme penyebab seperti Ehistolytica (protozoa) Shigella (bakteri) Entero

Invasive Ecoli (EIEC) bakteri Vparahaemolitycus (bakteri) Cdifficile (bakteri) dan

Cjejuni (bakteri) maupun parasit seperti cacing tambang Yang memang dari hasil

pemeriksaan mikroskopis tinja didapatkan telur cacing protozoa dan bakteri

Yang perlu dicari tau lagi dengan pemeriksaan lainnya adalah jenis cacing protozoa dan

bakteri apa yang diderita pasien karena hal ini sangat penting dalam penegakkan terapi

apa yang harus diberikan pada pasien

Pada scenario disebutkan juga bahwa pasien mengeluh cepat lelah sering

berkunang-kunang dan dada berdebar-debar Keterangan ini menunjukkan bahwa

pasien mengalami anemia dimana manifestasi klinis dari anemia antara lain adalah itu

Pada anemia jumlah efektif eritrosit berkurang sehingga sehingga Hb yang berfungsi

dalam mengikat O2 pun berkurang menjadikan pengiriman O2 ke jaringan menurun dan

mengakibatkan tubuh cepat lelah dan mata berkunang-kunang Berkurangnya massa

eritrosit dalam waktu yang lama memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk

beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung (takikardia) dan pernapasan (takipneu)

untuk meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh eritrosit Anemia

menyebabkan hipoksia merangsang hipotalamus (CRH) di otak merangsang hipofisis

(ACTH) merangsang pengeluaran katekolamin dan katekolamin inilah yang

memberikan rangsang kepada SA node lalu ke AV node serabut purkinye miokard dan

akhirnya terjadi jantung berdebar-debar

Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang

menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat

(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya

volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan

pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa

mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat

Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang

mengalami anemia berat

Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising

sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu

bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang

terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua

(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat

penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di

dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan

katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan

dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi

ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan

bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama

sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama

Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan

sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang

bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara

laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising

ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan

pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan

tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup

bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik

arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah

yang berlawanan

Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara

napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah

(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu

inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam

alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada

pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis

Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri

tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat

diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa

pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign

pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada

appendiks pasien

Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari

manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka

kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing

tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri

(Shigella dysentriae)

Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus

diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan

Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu

anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-

debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam

skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil

dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang

memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang

menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)

sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika

melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising

sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru

yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva

cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan

perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru

inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien

sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien

dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan

tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga

pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 14: LAP DIARE

Keterangan-keterangan di atas juga diperkuat oleh data dari skenario yang

menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan konjungtiva pucat

(indikasi adanya anemia) dimana keadaan ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya

volume darah berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan

pengiriman O2 ke organ-organ vital bantalan kuku telapak tangan dan membran mukosa

mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang paling baik untuk menilai pucat

Selain itu hasil pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan bahwa pasien memang

mengalami anemia berat

Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan data dari auskultasi berupa bising

sistolik dan ronki basal paru Secara normal terdapat 2 bunyi jantung normal yaitu

bunyi jantung pertama (sistole) dengan nada rendah lunak relatif lama ldquolubrdquo yang

terdengar saat penutupan katup trikuspidalis dan bikuspidalis bunyi jantung kedua

(diastole) dengan nada lebih tinggi lebih singkat dan tajam ldquoduprdquo terdengar saat

penutupan valvula semilunaris aorta dan pulmonalis Bunyi timbul karena getaran di

dinding vertikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup bukan oleh derik penutupan

katup Dua bunyi jantung yang lain yaitu bunyi jantung 3 dan 4 yang biasanya berkaitan

dengan penyakit jantung tertentu walaupun dapat menjadi manifestasi fisologis Bunyi

ketiga (irama gallop) seperti derap kaki kuda terjadi selam pengisian ventrikel cepat dan

bunyi keempat ( gallop atrium) dengan bunyi sangat pelan dapat tidak terdengar sama

sekali timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama

Bising sistolik terjadi apabila aliran darah mengalami turbulensi pergolakkan

sehingga terdengar bunyi disebabkan getaran di struktur-struktur sekitar aliran yang

bergolak tersebut karena dalam keadaan normal seharusnya darah mengalir secara

laminar mengalir dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain dengan mulus Bising

ini biasanya terjadi karena stenosis (katup kaku) valvula semilunaris aorta dan

pulmonalis dimana darah dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan

tinggi terjadi turbulensi Atau karena insufisensi (tidak dapat menutup sempurna) katup

bikuspidalis trikuspidalis dimana turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik

arah melalui katup yang insufisien bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah

yang berlawanan

Suara napas utama pada paru adalah vesicular bronkovesikuler bronkial Suara

napas tambahan yaitu seperti ronki kering ronki basah wheezing Ronki basah

(krepitasi) merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu

inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar disebabkan oleh sekret di dalam

alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada

pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis

Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri

tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat

diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa

pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign

pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada

appendiks pasien

Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari

manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka

kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing

tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri

(Shigella dysentriae)

Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus

diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan

Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu

anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-

debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam

skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil

dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang

memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang

menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)

sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika

melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising

sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru

yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva

cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan

perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru

inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien

sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien

dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan

tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga

pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 15: LAP DIARE

alveoli bronkiolus Bisa halus dan sedang akibat cairan di alveoli seperti pada

pneumonia dan edema paru maupun kasar seperti pada bronkiekstasis

Hasil pemeriksaan fisik juga menemukan pecah-pecah ditepi mulut dan nyeri

tekan Mc Burney (-) Pecah-pecah di tepi mulut pasien disebabkan oleh dehidrasi akibat

diare kronik yang dialami pasien sedangkan Mc Burneyrsquos sign (-) menunjukkan bahwa

pasien tidak menderita appendisitis Dokter melakukan pemeriksaan Mc Burneyrsquos sign

pada pasien kemungkinan disebabkan oleh kecurigaan akan adanya sumbatan pada

appendiks pasien

Diagnosa pasti pasien memang belum dapat dipastikan Namun jika dilihat dari

manifestasi klinis hasil pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan laboratorium maka

kemungkinan diagnosa dari pasien ini adalah Necatoriasis Ankilostomiasis (cacing

tambang) Amubiasis protozoa (Entamoeba histolytica) dan disentri basil bakteri

(Shigella dysentriae)

Pada cacing dewasa Ancylostoma duodenale maupun Necator americanus

diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 003 mlhari (dengan

Ancylostoma 5x lebih banyak mengahisap darah) Oleh karena itu gejala utamanya yaitu

anemia Anemia ini dapat menyebabkan cepat lelah berkunang-kunang dada berdebar-

debar konjungtiva pucat takikardi bising sistolik dan ronki basal paru seperti dalam

skenario Selain itu pada infeksi cacing tambang juga akan terlihat peningkatan eosinofil

dan gatal (ground itch) dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ke kulit yang

memang juga terjadi pada pasien Anemia berat pada infeksi cacing tambang

menyebabkan berkurangnya jumlah eritrosit viskositas darah menurun (lebih cair)

sehingga darah mengalir lebih cepat dalam pembuluh darah dan oleh sebab itu ketika

melewati katup jantung dapat terjadi turbulensi yang menyebabkan terjadinya bising

sistolik Takikardia dan bising jantung mencerminkan beban kerja dan curah jantung

yang meningkat pada Necatoriasis Ankilostomiasis Sedangakan ronki basah basal paru

yang ditemukan pada pasien ketika auskultasi kemungkinan disebabkan oleh invasi larva

cacing tambang pada paru merusak kapiler atau dinding alveolus paru menyebabkan

perdarahan penggumpalan sel leukosit dan eksudat Infiltrat pada paru edema paru

inilah yang menimbulkan ronki Dugaan kuat infeksi ini juga dilihat dari pekerjaan pasien

sebagai petani dimana sawah merupkan habitat cacing ini sehingga kemungkinan pasien

dapat terinfeksi oleh larvanya saat bekerja Selain itu kondisi rumah juga berlantaikan

tanah dimana habitat cacing ini adalah di tanah lembab sehingga ada kemungkinan juga

pasien terinfeksi dari sini Dan juga disebutkan dalam skenario bahwa sumber air

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 16: LAP DIARE

minum dari sumur yang berjarak 2 meter dari lsquoJumbleng sumuran terbukarsquo

(tempat BAB tradisional) jadi ada kemungkinan juga terinfeksi oleh kontaminasi air

minum dengan telur cacing apalagi beberapa tetangga pasien yang juga menggunakan

sumber yang sama mempunyai keluhan yang mirip dengan pasien

Basil dari kuman Shigella dysentriae membentuk endotoksin dan eksotoksin

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus terutama daerah kolon dan sebagian ileum

Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan

tanda-tanda peradangan disekitarnya hingga terjadinya diare darah dan lendir

Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang

dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus Bentuk ulkus ameba

yang khas dapat menimbulkan perdarahan (menimbulkan disentri) dan bila menembus

lapisan muskular maka dapat terjadi perforasi dan peritonitis Baik pada disentri basil

maupun amubiasis penularan dapat melalui air

Upaya penatalaksanaan anemia sebaiknya berupa pengobatan kausatif Untuk kasus

dalam skenario berikan antelmintik untuk cacing tambang seperti albendazol

mebendazol tetrakloretilen befanium hidroksinaftat pirantel pamoat atau

heksilresorsinol Selain itu perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang

baik Suplemen preparat besi mungkin diperlukan jika anemia cukup berat Jika ternyata

juga ditemukan E hystolitica maka diperlukan kombinasi obat amebisid karena hampir

semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif dalam dinding lumen maupun di luar

usus Pengobatan disesuaikan dengan derajat amebiasis yang dialami

Untuk dapat mengidentifikasi organisme yang ditemukan pada tinja pasien masih

diperlukan pemeriksaan biakan tinja Jika jenis agen penginfeksi telah diketahui maka

pengobatan kausatif dapat diberikan kepada pasien Pencegahan berbagai penyakit infeksi

bakteri dan parasit hanya dapat dilakukan dengan memutus daur hidup dari bakteri atau

parasit tersebut yaitu dengan mencuci tangan sebelum makan atau minum menjaga

kebersihan makanan dan minuman selalu memasak makanan dan air minum (karena

bakteri dan parasit mati pada suhu tinggi) selalu memakai alas kaki jika berjalan di

tanah selalu memakai sepatu boot saat bekerja di sawah meningkatkan sanitasi

lingkungan dan lain-lain

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 17: LAP DIARE

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Berdasarkan manifestasi klinis dan tanda-tanda yang ada pada pasien dari hasil

anamnesis pemeriksaan fisik dan laboratorium kita belum dapat memastikan diagnosa

penyakit pada pasien tersebut namun kita dapat menyimpulkan differensial diagnosanya

yaitu infeksi cacing tambang (Nekatoriasis atau Ankilostomiasis) amubiasis dan disentri

basil akibat Shigella dysentriae Namun agen penyebab infeksi pada pasien belum dapat

ditentukan secara pasti sehingga masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan biakan tinja Kemungkinan besar ada hubungan antara pekerjaan dan

tempat tinggal pasien dengan penyakit infeksi yang ia derita Pasien terkena infeksi

melalui jalur hidup agen penginfeksi yang hidup di tanah lembap (terkontaminasi

langsung melalui kulit) ataupun terkontaminasi dari air yang mengandung telur larva

agen penginfeksi Upaya penatalaksanaan dan pencegahan dilakukan dengan pengobatan

simtomatis dan kausatif serta pemutusan daur hidup agen penginfeksi

B SARAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama ini harus diberikan

perhatian khusus Minum air air yang digunakan untuk membersihkan makanan atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi Biasakan diri melakukan

pola hidup sehat dan memperhatikan sanitasi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 18: LAP DIARE

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman dkk 2005 Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim 2006 Antiamuba

httpwwwmedicastorecomapotik_onlinekemoterapi_antimikrobaantiamuba

htm

Anonim 2004 Infeksi Cacing Tambang

httpwwwmedicastorecommeddetail_pykphp

id=ampiddtl=97ampidktg=20ampidobat=ampUID=2008071113364312516312926

Asisten Anatomi Fakultas Kedokteran UNS 2004 Guidance to Anatomy III Surakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dorland WANewman Alih bahasa Hartanto Huriawati dkk 2002 Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29 Jakarta EGC

Gandahusada Srisasi dkk 2000 Parasitologi Kedokteran Edisi III Jakarta Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pribadi Wita 1980 Parasit dan Pengaruhnya terhadap Darah

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles05ParasitDarah018pdf05ParasitDarah01

8html

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M Alih bahasa Pendit Brahm U 2005

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Jakarta EGC

Sherwood Lauralee Alih bahasa Pendit Brahm U 2001 Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2 Jakarta EGC

Simanjuntak Cyrus H 1991 Epidemiologi Disentri

httpwwwkalbecoidfilescdkfiles08_EpidemiologiDisentripdf

08_EpidemiologiDisentrihtml

Sukmana Nanang 2006 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf

Page 19: LAP DIARE

Syahrurachman Agus dkk 1993 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zein Umar dkk 2004 Diare Akut disebabkan Bakteri

httplibraryusuaciddownloadfkpenydalam-umar5pdf