landasan teori ii.1 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00459-ak...

29
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori II.1.1 Tugas Pokok BPK Tugas pokok Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 5, adalah memeriksa tanggung jawab tentang keuangan-keuangan negara, berdasarkan Undang-Undang No.15 tahun 2006 pemeriksaan BPK meliputi semua Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan Anggaran Perusahaan- Perusahaan Milik Negara / Daerah (BUMN/D), yang pada hakekatnya seluruh kekayaan negara. Hasil pemeriksaan BPK diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Badan Pemeriksa Keuangan merupakan suatu badan yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah. Dalam buku Rencana Strategis BPK 2011-2015 Ketua BPK Hadi Poernomo menyebutkan bahwa “BPK telah mengalami perkembangan yang signifikan dalam dasawarsa terakhir ini. Sejak diterbitkannya paket undang-undang tentang keuangan negara pada tahun 2003-2004 dan dengan dikeluarkannya UU No.15/2006 tentang BPK sebagai pengganti UU No. 5/1973, peran dan posisi BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara diperkuat dari segi pemeriksaan, organisasi, pegawai, dan anggaran”. Dan yang menjadi dasar pertimbangan : 1. Untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, perlu lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri dan profesional. 2. Untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN.

Upload: lamtu

Post on 31-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Tugas Pokok BPK

Tugas pokok Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagaimana dinyatakan dalam

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 5, adalah memeriksa tanggung jawab tentang

keuangan-keuangan negara, berdasarkan Undang-Undang No.15 tahun 2006

pemeriksaan BPK meliputi semua Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan Anggaran Perusahaan-

Perusahaan Milik Negara / Daerah (BUMN/D), yang pada hakekatnya seluruh kekayaan

negara. Hasil pemeriksaan BPK diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Badan Pemeriksa Keuangan merupakan suatu badan yang terlepas dari pengaruh dan

kekuasaan Pemerintah. Dalam buku Rencana Strategis BPK 2011-2015 Ketua BPK Hadi

Poernomo menyebutkan bahwa “BPK telah mengalami perkembangan yang signifikan

dalam dasawarsa terakhir ini. Sejak diterbitkannya paket undang-undang tentang

keuangan negara pada tahun 2003-2004 dan dengan dikeluarkannya UU No.15/2006

tentang BPK sebagai pengganti UU No. 5/1973, peran dan posisi BPK sebagai lembaga

pemeriksa keuangan negara diperkuat dari segi pemeriksaan, organisasi, pegawai, dan

anggaran”. Dan yang menjadi dasar pertimbangan :

1. Untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, perlu lembaga pemeriksa yang bebas,

mandiri dan profesional.

2. Untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN.

Page 2: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

Berdasarkan SK BPK-RI NOMOR 39/K/I-VIII.3/7/2007 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Pelaksana BPK, Inspektorat Utama (ITAMA) merupakan salah satu unsur

pelaksana tugas BPK yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada BPK.

Itama mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi

seluruh unsur Pelaksana BPK.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106, Itama

menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan dan pengevaluasian rencana aksi Itama dengan mengidentifikasi

indikator kinerja utama berdasarkan rencana implementasi rencana strategis

BPK;

b. Perumusan rencana kegiatan Itama berdasarkan rencana aksi serta tugas dan

fungsi Itama;

c. Perumusan kebijakan pengawasan di lingkungan Pelaksana BPK;

d. Pelaksanaan pengawasan di lingkungan Pelaksana BPK;

e. Pemberian pertimbangan aspek-aspek pengendalian intern dalam rangka

penyempurnaan sistem dan prosedur kerja;

f. Pelaksanaan reviu atas konsep Laporan Keuangan BPK;

g. Pelaksanaan reviu atas sistem pengendalian mutu pemeriksaan;

h. Penyelenggaraan administrasi Majelis Kehormatan Kode Etik BPK;

i. Pelaksanaan kegiatan lain yang ditugaskan oleh BPK;

j. Pelaporan hasil kegiatan secara berkala kepada BPK.

Nilai-nilai dasar yang digunakan di BPK :

Page 3: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

Independensi : BPK adalah lembaga negara yang independen di bidang organisasi,

legislasi, dan anggaran serta bebas dari pengaruh lembaga negara lainnya.

Integritas : BPK menjujung tinggi integritas dengan mewajibkan setiap pemeriksa dalam

melaksanakan tugasnya, menjujung tinggi kode etik pemeriksa dan standar perilaku

profesional.

Profesionalisme : BPK melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesionalisme

pemeriksaan keuangan negara, kode etik, dan nilai-nilai kelembagaan organisasi.

SDM yang berintegritas :

Peningkatan integritas dilakukan melalui penerapan kode etik dan menegakkan

aturan yang berlaku dengan lebih tegas. Untuk mendukung ini, BPK telah menerbitkan

Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

BPK No. 21/K/X-XIII.2/1/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dan

Penjatuhan Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil Pada Pelaksana Badan Pemeriksa

Keuangan.

Dalam implementasinya BPK menerapkan sistem reward dan punishment.

Pemberian hukuman diharapkan dapat memberikan efek jera kepada pegawai baik

berupa teguran tertulis/lisan, penurunan gaji, penurunan pangkat, pembebasan jabatan

hingga pemberhentian. Rekapitulasi pegawai yang terkena hukuman disiplin dapat

dilihat.

Sedangkan reward yang diberikan kepada pegawai yang berprestasi dapat berupa

promosi jabatan maupun grade, kenaikan pangkat istimewa, penghargaan dari BPK dan

Presiden, yang diharapkan dapat memotivasi pegawai untuk lebih meningkatkan

kinerjanya.

Page 4: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

SDM yang profesional :

Untuk memenuhi SDM yang profesional, BPK telah melakukan penataan

pengelolaan SDM berbasis kompetensi. Hal ini dimulai dengan kegiatan penyusunan

standar kompetensi yang digunakan sebagai standar penilaian kompetensi pegawai.

Hasil penilaian kompetensi tersebut selanjutnya digunakan untuk menyusun program

pengembangan kompetensi SDM. Penerapan standar kompetensi ini sudah mulai

diterapkan saat melakukan rekrutmen. Pegawai yang masuk ke BPK sudah diuji

berdasarkan kompetensi teknis, manajerial maupun perilaku.

BPK juga mengembangkan pusat pendidikan dan pelatihan dengan tugas utama

untuk menyusun dan menyelenggarakan berbagai program pelatihan sesuai dengan

kebutuhan BPK. Seluruh pegawai BPK wajib mengikuti pendidikan profesional

berkelanjutan, berupa pelatihan 40 jam dalam setahun. Pada tahun 2008, realisasi rata-

rata jam pelatihan per pemeriksa adalah 52 jam per tahun.

BPK juga telah melakukan kerja sama pengembangan dan peningkatan kualitas

SDM di bidang pemeriksaan maupun non pemeriksaan dengan berbagai pihak, baik

nasional maupun internasional, antara lain :

1. Bidang metodologi pemeriksaan kinerja dan keuangan dengan BPK Australia

2. Bidang pemeriksaan investigatif dengan instansi penegak hukum (Kepolisian,

Kejaksaan, KPK) dan Pusat Pelaporan Akuntansi dan Transaksi Keuangan

(PPATK)

3. Bidang pemeriksaan lingkungan dan bencana alam, serta penggunaan teknologi

Geographic Information System dan Remote Sensing dengan BRR, LAPAN,

ITB, beberapa BPK negara lain, dan INTOSAI.

Page 5: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

Selain pengembangan kompetensi untuk mewujudkan profesionalisme, BPK

berupaya meningkatkan kesejahteraan pegawai melalui perbaikan remunerasi.

Remunerasi tersebut disusun melalui proses evaluasi jabatan (Job Evaluation) dengan

mempertimbangkan faktor pendidikan dan keahlian, tingkat kesulitan dan dampak suatu

pekerjaan dibandingkan dengan pekerjaan yang lain. Hasil evaluasi jabatan adalah

berupa peringkat pegawai di BPK sebanyak 27 grade. Kemudian pegawai BPK

menerima remunerasi sesuai dengan grade tersebut.

II.1.1.1. Jenis Audit Sektor Publik

Audit yang dilakukan pada sektor publik pemerintah berbeda dengan yang

dilakukan pada sektor swasta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan

latar belakang institusional dan hukum, dimana audit sektor publik pemerintah

mempunyai prosedur dan tanggung jawab yang berbeda serta peran yang lebih luas

dibanding audit sektor swasta. Secara umum, ada tiga jenis audit dalam audit sektor

publik, yaitu :

1. Audit keuangan (financial audit)

Audit keuangan adalah audit yang menjamin bahwa sistem akuntansi dan

pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi keuangan

diotorisasi serta dicatat secara benar.

2. Audit kepatuhan (complience audit)

Audit yang memverifikasi / memeriksa bahwa pengeluaran-pengeluaran untuk

pelayanan masyarakat telah disetujui dan telah sesuai dengan undang-undang

peraturan.

3. Audit kinerja (performance audit)

Page 6: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan

prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan

dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi

yang diaudit. Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk

memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan

penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam

pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan

dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah

dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta

mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.

II.1.1.2. Jenis Pemeriksaan

Pemeriksaan yang dilakukan ITAMA yaitu melaksanakan pengawasan, memantau

tindak lanjut pengawasan, mereviu bahan penyiapan penyusunan laporan keuangan BPK, serta

menindaklanjuti laporan pengaduan penyimpangan, penyalahgunaan wewenang, dan

pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh pegawai di lingkungan BPK. Selain itu ITAMA

melakukan pemeriksaan pengendalian mutu (quality insurance) terhadap :

1. Audit Keuangan yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat /

daerah (termasuk BUMN/D) untuk memberikan pernyataan opini tentang tingkat

kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut.

2. Audit Kinerja yaitu pemeriksaan atas kegiatan pengelolaan keuangan negara

untuk menilai apakah telah dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif.

Page 7: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

3. Audit dengan tujuan tertentu yaitu pemeriksaaan yang dilakukan dengan tujuan

khusus seperti audit investigasi, pemeriksaan atas sistem pengendalian intern dan

lain-lain.

II.1.1.3. Auditing

Boyton, W.C., Johnson, R.N., & Kell, W.G. (2002) “Auditing adalah suatu

proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti yang berhubungan secara

objektif mengenai asersi-asersi dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan

derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan”.

Agoes S. (2008) mendefinisikan, “Auditing adalah jasa yang diberikan oleh

auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan

perusahaan klien. Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau

menemukan kecurangan, walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan

ditemukannya kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan laporan keuangan dimaksudkan

untuk menilai kewajaran laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia”.

II.1.1.4. Jenis Auditor

Jenis-jenis auditor dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Auditor Pemerintah

Page 8: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan

negara pada instansi-instansi pemerintah untuk memeriksa tanggung jawab

tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang

pengaturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu

diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

2. Auditor Intern

Auditor intern adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh

karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas audit yang

dilakukannya terutama ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan

tempat dimana ia bekerja.

3. Auditor Independen

Tanggung jawab utama auditor independen atau lebih umum disebut akuntan

publik adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang

diterbitkan perusahaan.

II.1.1.5. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

Standar Pemeriksaan merupakan patokan bagi para pemeriksa dalam melakukan

tugas pemeriksaannya. Seiring dengan perkembangan teori pemeriksaan, dinamika

masyarakat yang menuntut adanya transparansi dan akuntabilitas, serta kebutuhan akan

hasil pemeriksaan yang bernilai tambah menuntut BPK menyempurnakan standar audit

pemerintah (SAP) 1995.

SAP 1995 dirasa tidak dapat memenuhi tuntutan dinamika masa kini. Terlebih

lagi sejak adanya reformasi konstitusi di bidang pemeriksaan maka untuk memenuhi

amanat Pasal 5 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Page 9: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Pasal 9 ayat (1) huruf e

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK harus

menyusun standar pemeriksaan yang dapat menampung hal tersebut. Maka dari itu pada

awal tahun 2007 BPK telah berhasil menyelesaikan penyusunan standar pemeriksaan

yang diberi nama “Standar Pemeriksaan Keuangan Negara” atau disingkat dengan

“SPKN”.

SPKN ini ditetapkan dengan peraturan BPK Nomor 01 Tahun 2007 sebagaimana

amanat UU yang ada. Dengan demikian, sejak ditetapkannya Peraturan BPK ini dan

dimuatnya dalam Lembaran Negara, SPKN ini akan mengikat BPK maupun pihak lain

yang melaksanakan pemeriksaan keuangan negara untuk dan atas nama BPK.

II.1.1.6. Kode Etik Pemeriksa BPK

1. Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,

pemeriksa wajib:

a. Bersikap netral dan tidak memihak

b. Menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam melaksanakan

kewajiban profesionalnya.

c. Mempertimbangkan informasi, pandangan dan tanggapan dari pihak yang

diperiksa dalam menyusun opini atau laporan pemeriksaan.

2. Untuk menjamin independensi dalam menjalakan tugas dan wewenangnya,

pemeriksa dilarang:

a. Merangkap jabatan dalam lingkungan lembaga negara yang lain, badan-

badan lain yang mengelola keuangan negara, dan perusahaan swasta nasional

atau asing.

Page 10: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

b. Membocorkan informasi yang diperolehnya dari auditee.

c. Dipengaruhi oleh prasangka, interpretasi atau kepentingan tertentu, baik

kepentingan pribadi pemeriksa sendiri maupun pihak-pihak lainnya yang

berkepentingan dengan hasil pemeriksaan.

3. Untuk menjunjung profesionalisme dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,

pemeriksa wajib:

a. Menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian dan kecermatan.

b. Menyimpan rahasia negara atau rahasia jabatan, rahasia pihak yang diperiksa

dan hanya mengemukakannya kepada pejabat yang berwenang.

c. Menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan

atau jabatannya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain.

4. Untuk menjunjung profesionalisme dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,

pemeriksa dilarang :

a. Mengungkapkan informasi yang terdapat dalam proses pemeriksaan kepada

pihak lain, baik lisan maupun tertulis, kecuali untuk kepentingan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Mengungkapkan laporan hasil pemeriksaan kepada media massa kecuali atas

ijin atau perintah Ketua atau Wakil Ketua atau Anggota BPK.

c. Mendiskusikan pekerjaannya dengan auditee diluar kantor BPK atau kantor

auditee.

Page 11: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

II.2. Kualitas Audit

Menurut Boynton dan Kell dalam (2002), kualitas jasa sangat penting untuk

meyakinkan bahwa profesi bertanggung jawab kepada klien, masyarakat umum, dan

aturan-aturan. De Angelo (dalam Alim dkk, 2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai

probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem

akuntansi auditee. Sedangkan dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik), yang

dikeluarkan oleh IAI tahun 1994 dinyatakan bahwa kriteria atau ukuran mutu mencakup

mutu profesional auditor. Kriteria mutu profesional auditor seperti yang diatur oleh

standar umum auditing meliputi independensi, integritas dan objektivitas. Dari

pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas jasa audit bertujuan meyakinkan

bahwa profesi bertanggung jawab kepada klien dan masyarakat umum yang juga

mencakup mengenai mutu profesional auditor.

Dalam Simposium Nasional Akuntansi 5 (2002:562) disebutkan bahwa ada lima

macam perspektif kualitas yang berkembang. Kelima perspektif inilah yang bisa

menjelaskan mengapa kualitas diartikan secara berbeda-beda. Kelima perspektif itu

adalah :

1. Trancedental approach, pendekatan ini memandang bahwa kualitas sebagai innate

excellence, dimana kualitas dapat dirasakan atau diketahui tetapi sulit didefinisikan

dan dioperasionalkan.

2. Product based approach, pendekatan ini menganggap bahwa kualitas merupakan

karakteristik atau atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur.

Page 12: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

3. User based approach, pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas

tergantung pada orang yang memandangnya, sehingga produk yang paling

memuaskan preferensi seorang merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.

4. Manufacturing based approach, pendekatan ini bersifat supply based dan terutama

memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta

mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian atau sama dengan persyaratan.

5. Value based approach, pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga.

Hasil penelitian Behn et al dalam (Simposium Nasional Akuntansi 5 2002:563)

ada 6 atribut kualitas audit (dari 12 atribut) yang berpengaruh secara signifikan terhadap

kepuasan klien, yaitu : pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif

atas kebutuhan klien, taat pada standar umum, keterlibatan pimpinan KAP, dan

keterlibatan komite audit.

Berikut ini adalah 12 atribut kualitas audit yaitu :

1. Pengalaman melakukan audit (client experience)

Pengalaman merupakan atribut yang penting yang harus dimiliki oleh auditor.

Hal ini terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat oleh auditor yang tidak

berpengalaman lebih banyak daripada auditor berpengalaman.

2. Memahami industri klien (industry expertise)

Auditor juga harus mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi industri

tempat operasi suatu usaha, seperti kondisi ekonomi, peraturan pemerintah serta

perubahan teknologi yang berpengaruh terhadap auditnya.

3. Responsive atas kebutuhan klien (Responsiveness)

Page 13: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

Atribut yang membuat klien memutuskan pilihannya terhadap suatu KAP adalah

kesungguhan KAP tersebut memperhatikan kebutuhan kliennya.

4. Taat pada standar umum (Technical competence)

Kredibilitas auditor tergantung kepada: kemungkinan auditor mendeteksi

kesalahan yang material dan kesalahan penyajian serta kemungkinan auditor

akan melaporkan apa yang ditemukannya. Kedua hal tersebut mencerminkan

terlaksananya standar umum.

5. Independensi (Independence)

Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk

tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang

bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Bersikap independen

artinya tidak mudah dipengaruhi.

6. Sikap hati-hati (Due Care)

Auditor yang bekerja dengan sikap kehati-hatian akan bekerja dengan cermat dan

teliti sehingga menghasilkan audit yang baik, dapat mendeteksi dan melaporkan

kekeliruan serta ketidakberesan.

7. Komitmen yang kuat terhadap kualitas audit (Quality Commitment)

IAI sebagai induk organisasi akuntan publik di Indonesia mewajibkan para

anggotanya untuk mengikuti program pendidikan profesi berkelanjutan dan

untuk menjadi anggota baru harus mengikuti program profesi akuntan (PPA)

agar kerja auditnya berkualitas hal ini menunjukkan komitmen yang kuat dari

IAI dan para anggotanya.

8. Keterlibatan pimpinan KAP

Page 14: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

Pemimpin yang baik perlu menjadi vocal point yang mampu memberikan

perspektif dan visi luas atas kegiatan perbaikan serta mampu memotivasi,

mengakui dan menghargai upaya dan prestasi perorangan maupun kelompok.

9. Melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat (field work conduct)

Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat

pekerjaan yang harus dilaksanakan dan membuat suatu program audit secara

tertulis, dengan tepat dan matang akan membuat keputusan klien.

10. Keterlibatan komite audit

Komite audit diperlukan dalam suatu organisasi bisnis untuk mengawasi proses

audit dan memungkinkan terwujudnya kejujuran pelaporan keuangan.

11. Standar etika yang tinggi (Ethical Standard)

Dalam usaha untuk meningkatkan akuntabilitasnya, seorang auditor harus

menegakkan etika profesional yang tinggi agar timbul kepercayaan dari

masyarakat.

12. Tidak mudah percaya

Auditor tidak boleh menganggap manajemen sebagai orang yang tidak jujur,

tetapi juga tidak boleh menganggap bahwa manajer adalah orang yang tidak

diragukan lagi kejujurannya, adanya sikap tersebut akan memberikan hasil audit

yang bermutu dan akan memberikan kepuasan bagi klien.

Wooten (2003) telah mengembangkan model kualitas audit dari membangun teori

dan penelitian empiris yang ada. Model yang dibuat oleh Wooten meliputi:

1. Deteksi salah saji

2. Kesesuaian dengan standar

Page 15: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

3. Kepatuhan terhadap SOP (Standar Operasional dan Prosedur)

4. Resiko audit

5. Prinsip kehati-hatian, dan

6. Proses pengendalian pekerjaan oleh supervisor.

Menurut Standar Audit sektor Publik (SAP, 1995), dalam standar Pekerjaan

Lapangan Audit Keuangan menyebutkan bahwa auditor bertanggung jawab untuk

sedemikian rupa mewaspadai karakteristik dan jenis ketidakberesan material yang

potensial, yang berkaitan dengan bidang yang diaudit sehingga auditor dapat

merencanakan auditnya untuk memberikan kepastian yang memadai dalam mendeteksi

ketidakberesan material tersebut.

II.2.1. Kualitas Audit Menurut BPK

Menurut Panduan Manajemen Pemeriksaan (BPK, 2008) standar kualitas audit

terdiri dari kualitas strategis, kualitas teknis dan kualitas proses. Kualitas strategis berarti

bahwa hasil pemeriksaan harus memberikan informasi kepada pengguna laporan secara

tepat waktu. Kualitas teknis berarti berkaitan dengan penyajian temuan, simpulan dan

opini atau saran pemeriksaan yaitu bahwa penyajiannya harus jelas, konsisten, aksesibel

dan obyektif. Sedangkan kualitas proses mengacu pada proses kegiatan pemeriksaan,

sejak pemeriksaan, pelaksanaan, pelaporan sampai dengan tindak lanjut pemeriksaan.

II.3. Kompetensi

Lee dan Stone (1995) mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup

secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Sedangkan

Troter (1986) dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa seorang yang berkompeten

Page 16: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

adalah orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah,

cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.

Webster Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Sri Lastanti (2005:88)

mendefinisikan kompetensi adalah ketrampilan dari seorang ahli. Dimana ahli

didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu yang

diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.

Adapun Bedard (1986) dalam Sri Lastanti (2005:88) mengartikan keahlian atau

kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural

yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit

II.3.1. Kompetensi Menurut BPK

Kompetensi atau keterampilan hidup dinyatakan dalam kecakapan, kebiasaan,

keterampilan, kegiatan, perbuatan, atau performansi yang dapat diamati dan dapat

diukur. Kompetensi yang berkenaan dengan kompetensi tahap tinggi memiliki aspek

yaitu : pengetahuan, keterampilan, proses berfikir, penyesuaian diri, sikap dan nilai-nilai.

Jenis-jenis kompetensi :

a. Kompetensi dasar adalah kecakapan, kebiasaan atau keterampilan-keterampilan

awal dan essensial yang harus dikuasai siswa untuk menguasai kompetensi yang

lebih tinggi. Kompetensi dasar juga mencakup penguasaan dan keterampilan

untuk menjaga, memelihara mempertahankan dan mengembangkan diri baik

secara fisik, sosial, intelektual maupun moral.

Page 17: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

b. Kompetensi umum, merupakan penguasaan kecakapan dan keterampilan yang

diperlukan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga, di sekolah, di

masyarakat ataupun lingkungan kerja.

c. Kompetensi akademik, merupakan kemampuan, kecakapan keterampilan

mengaplikasikan atau menerapkan teori, konsep, kaidah, prinsip, model di dalam

kehidupan. Kompetensi akademik juga berkenaan dengan penerapan dan

pengembangan kecakapan masalah dan kreativitas.

d. Kompetensi vakasional, berkenaan dengan pengembangan kecakapan dan

keterampilan praktis dalam satu bidang pekerjaan.

e. Kompetensi profesional, merupakan penguasaan kecakapan, kebiasaan,

keterampilan akademik dan vakasional tingkat tinggi.

Kurikulum diklat berbasis kompetensi (2009)

II.4 Independensi

II.4.1. Pengertian Independensi

Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi, karena ia

melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum. Akuntan publik tidak dibenarkan

memihak kepentingan siapapun. Auditor berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada

manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang

meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. Sikap mental independen

tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in

appearance) (IAI 2001). Akuntan tidak independen apabila selama periode audit dan

Page 18: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

selama periode penugasan profesionalnya, akuntan, Kantor Akuntan Publik maupun

orang dalam Kantor Akuntan Publik:

1. Mempunyai kepentingan keuangan baik langsung maupun tidak langsung yang

material pada klien

2. Mempunyai hubungan pekerjaan dengan klien

3. Mempunyai hubungan usaha secara langsung atau tidak langsung yang material

dengan klien, karyawan kunci klien atau pemegang saham klien

4. Memberikan jasa-jasa non audit tertentu kepada klien, atau

5. Memberikan jasa atau produk kepada klien dengan dasar fee kontinjen atau

komisi. (Bapepam, 2003)

Independensi in fact memiliki pengertian sebagai suatu sikap mental tidak mudah

dipengaruhi, tidak memihak dan secara intelektual jujur (IAI 2001). Independensi in fact

menunjuk pada mutu pribadi auditor. Mutu pribadi auditor yang baik akan menentukan

dalam menghadapi situasi konflik dengan klien. Aspek personalitas yang berinteraksi

dengan kesadaran etis akan berpengaruh terhadap respon auditor dalam menghadapi

situasi konflik audit antara auditor dan klien dalam satu atau beberapa aspek fungsi

atestasi. Selain itu mutu pribadi auditor yang baik juga akan menentukan kinerjanya di

organisasi. Standar yang bisa ditetapkan oleh Kantor Akuntan Publik dalam

hubungannya dengan independensi in fact adalah menetapkan standar mutu pribadi

personel auditor yang memiliki karakter tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak dan

secara intelektual jujur.

Independensi In Appearance merupakan hasil intepretasi pihak yang

mendasarkan keputusan pada pendapat auditor terhadap independensi auditor. Kondisi

Page 19: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

yang menyebabkan pihak lain meragukan independensi auditor antara lain: auditor

secara langsung atau tidak memiliki saham klien, auditor memiliki hubungan hutang

piutang dengan klien, auditor merangkap sebagai manajemen klien, auditor memiliki

masalah hukum dengan klien, auditor memberikan jasa pembukuan atau lainnya kepada

klien, auditor merangkap sebagai internal auditor klien (Arens 2008).

II.4.2. Standar yang Ditetapkan untuk Menjamin Independensi

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka standar yang bisa ditetapkan untuk

menjamin adanya independensi in appearance adalah dengan:

Mewajibkan semua personel, pada setiap tingkat organisasi mematuhi ketentuan

independensi sebagaimana diatur oleh IAI antara lain:

1. Larangan memiliki saham klien baik secara langsung atau tidak.

2. Larangan memiliki hubungan hutang piutang dengan klien.

3. Larangan merangkap sebagai manajemen klien.

4. Menjamin bahwa personel auditor maupun Kantor Akuntan Publik tidak

memiliki masalah hukum dengan klien.

5. Larangan merangkap sebagai internal auditor klien.

a. Menyiapkan dan memperbaharui daftar klien yang diinformasikan pada

personel sebagai dasar untuk menentukan independensi mereka.

b. Dilakukan pemisahan antara personel audit dari personel yang melakukan

consulting service.

Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah sikap

yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan

Page 20: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinisp integritas dan

objektivitas. Berkaitan dengan hal itu, terdapat 4 hal yang mengganggu independensi

akuntan publik, yaitu :

1) Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan klien

2) Mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri

3) Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien

4) Bertindak sebagai penasihat (advocate) dari klien.

Akuntan Publik akan terganggu independensinya jika memiliki hubungan bisnis,

keuangan dan manajemen atau karyawan dengan kliennya.

Definisi independensi sebagaimana yang diuraikan oleh Frankel et. al (2002)

yang dikutip oleh Salehi and Mansoury (2009):

“The Securities and Exchange Commission (SEC) defines independence as a mental

state of objectivity and lack of bias”.

Jadi independensi auditor adalah sikap mental auditor yang objektif, tidak bias

dan bebas dari pengaruh pihak lain.

Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada

profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk

menilai mutu jasa audit. Independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu :

1. Independensi sikap mental

2. Independensi penampilan.

Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam

mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak

di dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya. Independensi penampilan berarti

Page 21: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik bertindak independen sehingga akuntan

publik harus menghindari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan masyarakat

meragukan kebebasannya.

II.4.3. Independensi Menurut BPK

Dalam buku rencana strategis BPK 2011-2015 menyebutkan bahwa BPK

berupaya untuk dapat memberikan penilaian dan pendapat atas pelaksaan kebijakan

pemerintah. BPK melaksanakan fungsi-fungsi tersebut dengan berlandaskan pada

peningkatan kualitas pemeriksaan BPK secara berkelanjutan dan nilai-nilai dasar BPK

yang terdiri dari independensi, integritas, dan profesionalisme.

Independensi disini menyatakan bahwa BPK menjunjung tinggi independensi,

baik secara kelembagaan, organisasi, maupun individu. Dalam semua hal yang berkaitan

dengan pekerjaan pemeriksaan, kami bebas dalam sikap mental dan penampilan dari

gangguan pribadi, ekstern, dan/atau organisasi yang dapat mempengaruhi independensi.

II.5 Profesionalisme

Profesionalisme menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi

seorang auditor internal. Sebab dengan profesionalisme yang tinggi kebebasan auditor

akan semakin terjamin. Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab

yang semakin luas, auditor eksternal harus memiliki wawasan yang luas tentang

kompleksitas organisasi modern. Gambaran tentang profesionalisme seorang auditor

menurut Hall (1968) dalam Utami (2009) tercermin dalam lima hal yaitu: pengabdian

Page 22: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi,

dan hubungan dengan rekan seprofesi.

Profesionalisme (profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara

pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau

dilakukan oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal dari kata profesi yang

berarti berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk

menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau

kualitas dari seseorang yang profesional (Longman, 1987).

Ciri-ciri profesionalisme:

Seseorang yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa mendorong dirinya untuk

mewujudkan kerja-kerja yang profesionalisme. Kualitas profesionalisme didukung oleh

ciri-ciri sebagai berikut:

1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal.

Seseorang yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha

mewujudkan dirinya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Ia akan

mengidentifikasi dirinya kepada seseorang yang dipandang memiliki standar

tersebut. Yang dimaksud “standar ideal” ialah suatu perangkat perilaku yang

dipandang sempurna dan dijadikan referensi.

2. Meningkatkan dan memelihara citra profesi

Profesionalisme yang tinggi ditampilkan oleh besarnya keinginan untuk selalu

meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudan perilaku

profesional.

Page 23: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

3. Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional

yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan

keterampilannya.

4. Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi.

Profesionalisme ditandai dengan kualitas derajat rasa bangga akan profesi yang

dipegangnya. (Wikipedia, 2012)

Keyakinan terhadap profesi didefinisikan sebagai suatu keyakinan bahwa yang

paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan

orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan.

Sedangkan hubungan dengan rekan seprofesi diartikan dengan menggunakan ikatan

profesi sebagai acuan termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega

informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Dengan banyaknya tambahan masukan

akan menambah pengetahuan auditor sehingga dapat lebih bijaksana dalam membuat

perencanaan dan pertimbangan dalam proses pengauditan.

II.5.1. Profesionalisme Menurut BPK

Menurut peraturan BPK-RI No.1 tahun 2007 menyatakan bahwa “Kemahiran

profesional yaitu sikap yang mencakup pemikiran yang selalu mempertanyakan dan

melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti pemeriksaan”.

Berdasarkan rencana strategis BPK-RI 2011-2015 menyebutkan bahwa profesionalisme

yaitu “Suatu prinsip kehati-hatian, ketelitian, dan kecermatan, serta berpedoman kepada

standar yang berlaku.

Page 24: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

II.6 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal yaitu penelitian

untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel (Independent variable) terhadap

variabel tertentu (dependent variable).

Untuk memperoleh data, penulis menggunakan metode :

1. Metode Field Research (Metode Riset Lapangan), yaitu :

Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer yang akan diteliti.

Metode ini dilakukan dengan cara :

a) Observasi

Diperoleh dengan mengamati secara langsung obyek riset sehingga dapat

diperoleh gambaran yang lebih nyata dan jelas dari keadaan dan kondisi kualitas

audit yang dilaksanakan oleh unit kerja Inspektorat Utama Badan Pemeriksaan

Keuangan.

b) Daftar Pertanyaan (kuesioner)

Yaitu suatu cara memperoleh data dengan dengan mengajukan daftar pertanyaan

kepada para Auditor.

2. Metode Riset Kepustakaan. (Library Research)

Metode yang menunjang data primer, yang diperoleh dari riset lapangan. Untuk

itu penulis membaca buku-buku tentang Badan Pemeriksa Keuangan, catatan

kuliah, literatur-literatur, contoh-contoh skripsi di perpustakan, buku-buku

bacaan dan sumber lainnya yang berhubungan dengan permasalahan penelitian

ini.

Page 25: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

II.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan pengaruh kompetensi, independensi

dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit telah banyak dilakukan. Berikut ini

akan dikemukakan hasil penelitian sebelumnya yang dianggap relevan dengan penelitian

yang akan dilakukan.

Peneliti dan Tahun

penelitian Judul

Variabel yang

diteliti

Hasil penelitian

(kesimpulan)

Nurul Aini (2010) Pengaruh

kompetensi,

independensi, dan

perilaku

disfungsional

auditor terhadap

kualitas audit

Variabel

kompetensi,

independensi, dan

perilaku

disfungsional

sebagai variabel

bebas. Dan kualitas

audit sebagai

variabel terikat.

Kualitas audit yang

ada berpengaruh

pada kompetensi,

independensi, dan

perilaku

disfungsional.

Page 26: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

Muh. Taufiq

Efendy (2010)

Pengaruh

kompetensi,

independensi, dan

motivasi terhadap

kualitas audit

aparat inspektorat

dalam pengawasan

keuangan daerah

Kompetensi,

independensi, dan

motivasi sebagai

variabel bebas.

Dan Kualiatas

audit sebagai

variabel terikat

Kompetensi,

independensi, dan

motivasi secara

simultan

berpengaruh

terhadap kualitas

audit

Rosalia Utami

(2008)

Pengaruh

profesionalisme

auditor terhadap

pertimbangan awal

tingkat materialitas

dalam proses

pengauditan

laporan keuangan

Profesionalisme

sebagai variabel

bebas dan

pertimbangan awal

tingkat materialitas

dalam proses

pengauditan

laporan keuangan

sebagai variabel

terikat.

Dari pengujian

yang dilakukan

diperoleh hasil

bahwa

profesionalisme

auditor

berpengaruh

signifikan terhadap

pertimbangan awal

tingkat materialitas

dalam proses

pengauditan

laporan keuangan.

M Nizarul Alim Pengaruh Variabel Kompetensi

Page 27: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

(2007)

Kompetensi dan

independensi

terhadap kualitas

dengan etika

auditor sebagai

variabel moderasi

kompetensi dan

independensi

sebagai variabel

bebas dan kualitas

audit sebagai

variabel terikat

dengan etika

auditor sebagai

variabel moderasi

berpengaruh

signifikan terhadap

kualitas audit,

Interaksi

kompetensi dan

etika auditor

berpengaruh

signifikan terhadap

kualitas audit,

Independensi

berpengaruh

signifikan terhadap

kualitas audit dan

Interaksi

independen dan

etika auditor

berpengaruh

signifikan terhadap

kualitas audit.

Page 28: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

II.8 Kerangka Pemikiran Penelitian

II.9 Hipotesis

Penelitian dengan tema yang serupa dilakukan oleh beberapa peneliti

menyatakan hasil yang senada seperti Aini (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan

bahwa kualitas audit yang ada berpengaruh pada kompetensi, independensi, dan perilaku

disfungsional. Efendy (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kompetensi,

independensi, dan motivasi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas Audit. Utami

(2008) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa profesionalisme auditor berpengaruh

signifikan terhadap pertimbangan awal tingkat materialitas dalam proses pengauditan

laporan keuangan. Alim (2007) juga dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, interaksi kompetensi dan

etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, independensi berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit dan Interaksi independen dan etika auditor

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Mengacu pada hasil beberapa penelitian

di atas maka penulis menarik suatu hipotesis untuk penelitian ini sebagai berikut :

PROFESIONALISME

(X3)

KUALITAS AUDIT

(Y) INDEPENDENSI

(X2)

KOMPETENSI

(X1)

Page 29: LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00459-AK Bab2001.pdfPeraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen

(H1) : Kompetensi, independensi, dan profesionalisme auditor berpengaruh

terhadap kualitas audit.

(H2) : Semakin tinggi tingkat kompetensi auditor, semakin tinggi kualitas audit

(H3) : Semakin tinggi tingkat Independensi auditor, semakin tinggi kualitas audit

(H4) : Semakin tinggi tingkat profesionalisme auditor, semakin tinggi kualitas audit.