landasan psikologi proses pendidikan

96
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN Karya: Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata MUH. ALFIANSYAH 161050701024 KELAS 02 Rabu, 19 Oktober 2016 Rangkuman Buku ► PENDIDIKAN MATEMATIKA ► PROGRAM PASCASARJANA ► 2016

Upload: muhammad-alfiansyah

Post on 09-Feb-2017

50 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

LANDASAN PSIKOLOGIPROSES PENDIDIKAN

Karya: Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata

MUH. ALFIANSYAH161050701024

KELAS 02

► Rabu, 19 Oktober 2016

► Rangkuman Buku

► PENDIDIKAN MATEMATIKA ► PROGRAM PASCASARJANA ► 2016

Page 2: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

Judul : Landasan Psikologi Proses Pendidikan

Penulis : Prof. Dr.Nana Syaodih Sukmadinata

Cetakan : Kelima, April 2009

Tebal : 286 halaman

Penerbit : PT Remaja Rosdakarya

ISBN : 979-692-240-1

Page 3: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB I PROSES PENDIDIKAN

A. Interaksi Pendidikan

B. Tujuan Pendidikan

C. Lingkungan Pendidikan

D. Bentuk Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan peserta didik.

Dalam saling mempengaruhi ini peranan pendidik lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak menguasai nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan. Peranan peserta didik lebih banyak sebagai penerima pengaruh dan sebagai pengikut.

Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta kaarakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan sekadar memberikan pengetahuan atau nilai atau memberikan keterampilan. Pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual telah dimiliki peserta didik.

Page 4: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB I PROSES PENDIDIKAN

A. Interaksi Pendidikan

B. Tujuan Pendidikan

C. Lingkungan Pendidikan

D. Bentuk Pendidikan

Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuan tersebut menyangkut kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga-tiganya.

Arah Peningkatan Proses Pendidikan

Pengetahuan

Kemampuan

Keterampilan

Sikap dan Nilai-nilai

Page 5: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB I PROSES PENDIDIKAN

A. Interaksi Pendidikan

B. Tujuan Pendidikan

C. Lingkungan Pendidikan

D. Bentuk Pendidikan

Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkunagan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, inntelektual dan nilai-nilai.

Lingkungan Fisik terdiri atas lingkungan alami dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukingan dan juga hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan. Proses pendidikan mendapatkan dukungan dari lingkungan fisik berupa sarana, prasarana serta fasilitas yang digunakan.

Lingkungan Sosial melakukan lingkungan pergaulan antar manusia, pergaulan antara pendidik dan peserta didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Interaksi Pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak peragulan antar orang-orang yaang terlibat dalam interaksi tersebut.

Page 6: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB I PROSES PENDIDIKAN

A. Interaksi Pendidikan

B. Tujuan Pendidikan

C. Lingkungan Pendidikan

D. Bentuk Pendidikan

Lingkungan Intelektual merupaakan kondisi dan iklim sekitar yang mendorong & menunjang pengembangan kemampuan berpikir. Lingkungan ini mencakup perangkat lunak seperti sistem dan program-program pengajaran, perangkat keras seperti media dan sumber belajar serta aktivitas pengembangan dan penerapan kemampuan berpikir.

Nilai-nilai. Pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan yang diberikan di sekolah, merupakan kelanjutan dari apa yang diberikan di dalam keluarga, tetapi tingkatannya jauh lebih tinggi dan lebih kompleks sesuai dengan tahap penjenjangannya. Pengetahuan tersebut bersumber dari disiplin ilmu atau permasalahan yang berkembang dalam masyarakat.

► Lanjutan ...

Page 7: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB I PROSES PENDIDIKAN

A. Interaksi Pendidikan

B. Tujuan Pendidikan

C. Lingkungan Pendidikan

D. Bentuk Pendidikan

Pendidikan diberikan melalui bimbingan, pengajaran dan latihan. Ketiga kegiatan tersebut, merupakan bentuk-bentuk utama dari proses pendidikan.

Bimbingan merupakan upaya atau tindakan pendidikan yang lebih terfokus pada membantu mengembangkan domain afektif, seperti pengembangan nilai, sikap, minat, motivasi, emosi, apresiasi, dll.

Pengajaran lebih terfokus pada pengembangan domain intelektual atau kognitif.

Latihan lebih terfokus pada pengembangan domain psikomotor atau keterampilan.

Ketiganya bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan secara tegas, oleh karena itu tumpang tindih bisa saja terjadi, umpamanya dalam pengajaran ada unsur bimbingan dan latihan, dalam bimbingan ada unsur pengajaran dan latihan, demikian juga dalam latihan ada unsur bimbingan dan pengajaran.

Page 8: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB II KONSEP & LINGKUP LANDASAN PSIKOLOGIS

A. Landasan Psikologis

B. Tujuan Psikologi

C. Ruang Lingkup Psikologi

D. Landasan Psikologis

Landasan psikologis merupakan dasar-dasar pemahaman dan pengkajian sesuatu dari sudut karakteristik dan perilaku manusia, khususnya manusia sebagai individu. Dimana dasar-dasar pemahaman dan pengkajian tersebut diambil dari suatu cabang ilmu yang disebut psikologi.

E. Tujuan Landasan PsikologisF. Ruang Lingkup Landasan Psikologis

Psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan kegiatan individu. Individu tidak berada dalam lingkungan yang hampa tetapi ia selalu berada dalam lingkungan tertentu demikian halnya dengan perilaku individu, selalu berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan.

Definisi Psikologi Secara Harfiah

psyche berarti jiwa atau roh

logos berarti ilmu pengetahuan

Psikologi adalah ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa

Page 9: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB II KONSEP & LINGKUP LANDASAN PSIKOLOGIS

A. Landasan Psikologis

B. Tujuan Psikologi

C. Ruang Lingkup Psikologi

D. Landasan Psikologis

Tujuan utama dari studi tentang

psikologi

E. Tujuan Landasan PsikologisF. Ruang Lingkup Landasan Psikologis

Agar seseorang mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang individu, baik dirinya

sendiri maupun orang lain.

Dengan hasil pemahaman tersebut seseorang diharapkan dapat bertindak atau

memberikan perlakuan yang bijaksana.

Seseorang yang yang telah mempelajari psikologi diharapkan menjadi orang yang dapat mengerti dirinya sendiri dan orang lain, serta dapat memberikan perlakuan yang bijaksana.

Sebenarnya setiap orang adalah pendidik, minimal pernah melakukan fungsi pendidikan, tidak hanya interaksi dilakukan oleh orang tua kepada anaknya tetapi termasuk juga didalamnya interaksi antara tokoh masyarakat dsb. Para pendidik ini dituntut untuk memberikan suri tauladan, arahan, bimbingan dan pembinaan, hal ini sangat membutuhkan pengetahuan tentang psikologi.

Page 10: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

Perhatikan gambar di samping!

Walaupun dalam situasi yang sama tapi perilaku siswa tersebut berbeda-beda

Bagaiaman merespon perilaku mereka yang bereagam?

Page 11: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB II KONSEP & LINGKUP LANDASAN PSIKOLOGIS

A. Landasan Psikologis

B. Tujuan Psikologi

C. Ruang Lingkup PsikologiD. Landasan Psikologis

E. Tujuan Landasan PsikologisF. Ruang Lingkup Landasan Psikologis

Lingkup kajian psikologi sangat luas, sebab individu manusia berada dalam berbagai posisi, kondisi dan tahap perkembangan. Setiap posisi, kondisi dan tahap perkembangan dapat memperlihatkan karakteristi kegiatan atau perilaku tertentu yang berbeda pula. Secara garis besar kategori bidang psikologi dibagi 3 yaitu: Psikologi Umum, Psikologi Khusus & Psikologi terapan.

Psikologi umum juga sering disebut sebagai pengantar psikologi yang merupakan studi tentang perilaku atau kegiatan individu secara umum. Dalam psikologi umum dipelajari konsep umum kegiatan atau perilaku individu, apa, mengapa dan bagaimana seorang individu melakukan kegiatan. Mengenai masalah apa, mencakup jenis-jenis kegiatan atau perilaku yang dilakukan individu, apa yang menjadi sasaran dan tujuan dari kegiatan tersebut. Jenis-jenis kegiatan perilaku misalnya : kegiatan perkembangan, belajar, berpikir dan dalam hal memecahkan masalah.

Page 12: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB II KONSEP & LINGKUP LANDASAN PSIKOLOGIS

A. Landasan Psikologis

B. Tujuan Psikologi

C. Ruang Lingkup PsikologiD. Landasan Psikologis

E. Tujuan Landasan PsikologisF. Ruang Lingkup Landasan Psikologis

Psikologi Khusus Kelompok psikologi ini mempelajari tentang perilaku atau kegiatan individu secara khusus, baik kekhususan karena tahap perkembangannya, posisinya, asek yang mendapatkan sorotan utamanya atau karena kondisinya.

► Lanjutan ...

Psikologi perkembangan

Psikologi pria dan wanita

Psikologi abnormal

Psikologi kepribadian

Psikologi differensial

Psikologi binatang

Psikologi Terapan (Appied Psycology), merupakan penerapan atau penggunaan pengetahuan, prinsip-prinsip, kaidah-kaidah, pendekatan, metode dan tehnnik-tehnik psikologis untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah pada bidang lain.

PSIKOLOGIKHUSUS

Page 13: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB II KONSEP & LINGKUP LANDASAN PSIKOLOGIS

A. Landasan Psikologis

B. Tujuan Psikologi

C. Ruang Lingkup Psikologi

D. Landasan Psikologis

E. Tujuan Landasan PsikologisF. Ruang Lingkup Landasan Psikologis

Para pendidik sebagai individu membutuhkan pengetahuan tentang psikologi, tetapi sebagai pendidik mereka membutuhkan pengetahuan tentang psikologi dalam interaksi pendidikan.

Interaksi pendidikan merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks, berintikan interaksi antar individu, tetapi berlangsung dalam konteks pedagogis. Studi atau ilmu yang mempelajari penerapan, prinsip, metode, tehnik dan pendekatan psikologis, untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan yang disebut “Landasan psikologis proses pendidikan” atau lebih populer “Psikologi pendidikan”.

Situasi pendidikan yang menjadi fokus utama pengkajian landasan psikologis proses pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk meningkatkan para peserta didik, dengan dukungan sarana dan fasillitas tertentu yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Page 14: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB II KONSEP & LINGKUP LANDASAN PSIKOLOGIS

A. Landasan Psikologis

B. Tujuan Psikologi

C. Ruang Lingkup Psikologi

D. Landasan PsikologisE. Tujuan Landasan PsikologisF. Ruang Lingkup Landasan Psikologis

Interaksi pendidikan memiliki suatu ciri dan fungsi khusus, yaitu bersifat dan berfungsi membantu perkembangan siswa. Yang mana dalam interaksi ini, guru memberikan sejumlah latihan melalui penggunaan metode tertentu dan dengan dukungan buku sumber dan alat-alat bantu lain.

1. Agar para guru, para pendidik atau calon gurudan calon pendidik mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang situasi pendidikan.

2. Agar para guru, pendidik atau calon guru, calon pendidik mampu menyiapkan dan melaksanakan pengajaran dan bimbingan terhadap siswa, peserta didik dengan lebih baik.

Tujuan Utama Landasan Psikologis proses Pendidikan:

Hal-hal diatas dapat dilakukan apabila guru mempunyai pemahaman yang mendalam dan menyeluruh tentang perkembangan serta kemampuan yang dimiliki siswa baik kemampuan fisik, intelektual, sosial maupun emosional.

Page 15: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB II KONSEP & LINGKUP LANDASAN PSIKOLOGIS

A. Landasan Psikologis

B. Tujuan Psikologi

C. Ruang Lingkup Psikologi

D. Landasan Psikologis

E. Tujuan Landasan PsikologisF. Ruang Lingkup Landasan Psikologis

Landasan psikologis proses pendidikan mempelajari situasi pendidikan dengan fokus utama interaksi pendidikan, yaitu interaksi antara guru dan siswa, yang berlangsung dalam suatu lingkungan. Siswa menduduki tempat yang paling utama dalam interaksi ini.

Seluruh kegiatan interaksi pendidikan diciptakan untuk kepentingan siswa yaitu dalam membantu pengembangan semua potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Sehubungan dengan itu maka hal-hal yang berkenaan dengan potensi, perkembangan, dan dinamika perilaku belajar menjadi kajian utama landasan psikologi proses pendidikan.

Page 16: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU

A. Konsep Individu

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Individu

Siswa atau peserta didik yang melakukan kegiatan belajar atau mengikuti proses pendidikan, adalah individu. Baik di dalam kegiatan klasikal, kelompok ataupun individual, proses dan kegiatan belajarnya tidak dapat dilepaskan dari karakteristik, kemampuan dan perilaku individualnya.

► Karakteristik Individu

Individu manusia bukan manusia yang pada umumnya (manusia tertentu), yaitu manusia yang memiliki ciri-ciri yang khas atau spesifik. Ciri-ciri yang khas ini bukan hanya bersifat jasmani (fisik), tetapi juga ciri-ciri rohani (psikis). Yang dimaksud dengan individu adalah kesatuan jasmani rohani yang memiliki ciri-ciri yang khas.

Sebenarnya dalam proses pendidikan, bukan hanya siswa yang terikat dengan karakteristik, kemampuan dan perilaku individual tersebut, tetapi juga guru serta para petugas pendidikan lainnya. Karena siswa atau peserta didik merupakan subjek pendidikan, maka karakteristik, kemampuan dan perilaku siswalah yang mendapat kajian dan sorotan utama.

Page 17: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU

A. Konsep Individu

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Individu

► Lanjutan ...

► Manusia sebagai Individu yang Unik

Secara garis besar, manusia terdiri atas dua aspek, yaitu jasmani dan rohani. Aspek jasmani meliputi tinggi dan besar badan, panca indera yang terdiri atas indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan; anggota badan, kondisi dan peredaran darah, kondisi dan aktivitas hormon. Aspek rohani meliputi kecerdasan, bakat, kecakapan hasil belajar, sikap, minat, motivasi, emosi dan perasaan, watak, kemampuan sosial, kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, peranan dan interaksi sosial.

Tiap individu memiliki sejumlah ciri, dan ciri-ciri tersebut membentuk satu kesatuan karakteristik yang khas yang memiliki keunikan yang sendiri-sendiri. Tiap individu adalah unik sebab perpaduan antara ciri-ciri tersebut bukan membentuk suatu penjumlahan, tetapi integritas atau kesatupaduan.

Page 18: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

BERBAGAI KARAKTERISTIK INDIVIDU

Page 19: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU

A. Konsep Individu

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Individu

► Lanjutan ...

► Manusia Berkembang Dinamis

Karakteristik kedua dari individu adalah bahwa individu berkembang dinamis. Individu yang kita hadapi termasuk individu kita sendiri, selalu berada dalam proses perkembangan. Perkembangan dari seluruh aspek yang ada dalam dirinya. Sebenarnya yang berkembang bukan hanya manusia tetapi juga binatang dan tumbuhan.

Perilaku atau kegiatan individu seringkali dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu kegiatan kognitif, afektif dan psikomotorikPerilaku atau kegiatan individu menyangkut hal-hal yang dia sadari dan juga yang dia tidak sadari. Menurut konsep psikoanalisis sebagian besar dari kehidupan individu terdiri dari bagian yang tidak disadari, hanya sebagian kecil saja yang dapat disadari oleh individu.

► Aspek-Aspek Perilaku Individu

Psikomotor

Kognitif

Afektif

Page 20: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU

A. Konsep Individu

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Individu

► Lanjutan ...

► Keberagaman Karakteristik Individu

Tiap individu memmiliki ciri-ciri yang khas, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam hal-hal apakah seorang individu berbeda dengan yang lainnya?. Walaupun secara sepintas seorang individu menunjukkkan persamaannya dengan individu-individu yang lain, tetapi secara lebih mendetail dapat dikatakan hampir tidak ada dua individu yang identik atau tepat sama. perbedannya hampir meliputi segenap aspek kehidupan individu.

Individu berbeda dalam kecerdasan, bakat dan kecakapan-kecakapan hasil belajarnya; berbeda pula dalam sikap, minat, emosi-perasaan, motif serta penghayatan akan nilai-nilai; dia juga berbeda dalam kecakapan dan keterampilan fisik dan sosial.

Apakah kami memiliki karakteristik yang persis sama?

Page 21: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU

A. Konsep IndividuB. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Perilaku Individu

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku individu, baik yang bersumber dari dalam dirinya (faktor internal) atau pun yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal). Faktor internal merupakan segala sifat dan kecakapan yang dimiliki atau dikuasai individu dalam perkembangannya, diperoleh dari hasil keturunan atau karena interaksi keturunan dengan lingkungan. Faktor eksternal merupakan segala hal yang diterima individu dari lingkungannya.

Page 22: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU

A. Konsep IndividuB. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Perilaku Individu

Keturunan, pembawaan atau heridity merupakan segala ciri, sifat, potensi dan kemampuan yang dimiliki individu karena kelahirannya. Ciri, sifat dan kemampuan-kemampuan tersebut dibawa individu dari kelahirannya dan diterima sebagai keturunan dari kedua orang tuanya.

► Lanjutan ...

► Faktor Keturunan

Ada dua kategori sifat yang dimiliki oleh individu, yaitu ciri dan sifat-sifat yang menetap dan ciri atau sifat-sifat yang bisa berubah. Ciri—ciri dan dan sifat-sifat yang menetap dipandang sebagai pembawaan atau keturunan seperti warna kulit, rambut, bentuk mata, hidung dll. Mengenai sifat-sifat seperti periang, penakut, dll., beberapa ahli meragukan bahwa hal itu merupakan faktor pembawaan sebab kemungkinan besar masih bisa diubah oleh lingkungan.

Page 23: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU

A. Konsep IndividuB. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Perilaku Individu

Perilaku yang diperlihatkan oleh individu bukan sesuatu yang dilakukan sendiri tetapi selalu dalam interaksinya dengan lingkungan. Demikian juga ddengan sidat dan kecakapan-kecakapan yang dimiliki individu sebagian besar diperoleh melalui hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mungkin berada disekitar individu, mungkin juga berada jauh dari individu berada pada saat ini, atau telah lama berlalu, lingkungan efektif atau pun tidak efektif.

► Lanjutan ...

► Faktor Lingkungan

Lingkungan Alam

Lingkungan Ekonomi

Lingkungan Sosial

Lingkungan Budaya

Lingkungan Politik

Lingkungan Keagamaan

Lingkungan

Lingkungan Keamanan

Page 24: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

Jawabannya relatif, untuk perkembangan aspek tertentu peranan faktor pembawaan lebih dominan seperti warna kulit. Sementara untuk perkembangan aspek lain dari faktor pengaruh lingkungan lebih nampak seperti moral.

Yang mana diantara faktor pembawaan dan lingkungan

yang lebih besar pengaruhnya terhadap perkembangan dan

perilaku individu?

Page 25: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB III PERILAKU SISWA SEBAGAI INDIVIDU

A. Konsep IndividuB. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Perilaku Individu

► Lanjutan ...

► Interaksi anatara pembawaan, lingkungan dan kematanagan

Selain pembawaan dan lingkungan ada satu faktor penting lainnya yang turut berpengaruh terhadap perkembangan individu yaitu faktor kematangan.

Meskipun seorang anak memiliki pembawaan yang hebat dan dibesarkan dalam lingkungan yang serba lengkap dan baik, tetapi apabila sesuatu aspek belum matang atau belum siap untuk berkembang, maka tidak akan terjadi perkembangan. Bagaimana pun juga geniusnya seorang anak, kalau usianya baru dua tahun tidak mungkin dapat belajar membaca, menulis dan berhitung.

Memang untuk anaka-anak luar biasa pandai, masa kematangannya biasanya lebih cepat dibandingkan dengan anak—anak normal. Tetapi tetap ada batas-batas kesiapan (kematangan).

Page 26: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDUA. Interaksi Individu Dengan Lingkungan

Salah satu ciri yang esensial dari individu ialah bahwa ia selalu melakukan kegiatan atau berperilaku. Kegiatan individu merupakan manifestasi dari hidupnya, baiks ebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Individu melakukan kegiatan selalu dalam interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan manusia dan bukan manusia.B. Motivasi

Individu menerima lingkungan Individu menolak lingkungan

Kecenderungan Interaksi individu dengan Lingkungan

Sesuatu hal yang datang dari lingkungan mungkin diterima oleh individu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, menguntungkan atau merugikan. Sesuatu yang menyenangkan atau menguntungkan akan diterima oleh individu. Tetapi, yang tidak menyenangkan atau merugikan akan ditolak atau dihindari.

Page 27: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDUA. Interaksi Individu Dengan Lingkungan Penyesuaian diri merupakan salah satu bentuk interaksi yang didasari oleh adanya

penerimaan atau saling menguatkan diri. terhadap hal-hal yang disenangi atau dirasakan menguntungkan, individu akan melakukan berbagai bentuk kegiatan penyesuaian diri. dalam penyesuaian diri ini, yang diubah atau disesuaikan bisa hal-hal yang ada pada diri individu (autoplastic), atau dapat juga hal-hal yang ada pada lingkungan diubah sesuai dengan kebutuhan individu (alloplastic), atau penyesuain diri otoplastis dan aloplastis terjadi secara serempak.

B. Motivasi

► Lanjutan ...

► Penyesuaian Diri

Pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk penyesuaian diri yang sangat kompleks. Bermodalkan potensi dan kecakapan yang dimilikinya individu manusia mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang jauh lebih baik dari binatang. Manusia tidak hanya secara refleks dan mekanistis mengatasi tantangan, ancaman dan gangguan yang datang dari lingkungannya.

Page 28: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDUA. Interaksi Individu Dengan Lingkungan Terhadap hal-hal yang tidak disenangi, tidak dibutuhkan

atau yang bersifat ancaman, individu akan melakukan usaha-usaha penolakan. Bentuk penolakan ini bermacam-macam, tetapi pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu perlawanan (agression) dan pelarian (withdrawl).

B. Motivasi

► Lanjutan ...

► Penolakan

Apabila individu merasa kuat atau mempunyai kekuatan untuk menghadapi lingkungan yang mengancam dirinya, maka ia akan melakukan perlawanan atau penentangan terhadap lingkungan, tetapi apabila ia merasa lemah atau tidak mempunyai kekuatan untuk melawan lingkungan maka ia akan menghindarkan diri atau melarikan diri.

Page 29: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDUA. Interaksi Individu Dengan Lingkungan

Perilaku individu tidak berdiri sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan dan faktor pendorong ini mungkin disadari oleh individu, tetapi mungkin juga tidak, sesuatu yang konkrit ataupun abstrak.B. Motivasi

Apa yang ingin dicapai atau tujuan individu mungkin sama, tetapi bagaimana mencapai dan mengapa individu ingin mencapainya mungkin berbeda. Cara atau kegiatan yang dilakukan individu mungkin sama, tetapi tujuan dan faktor-faktor pendorongnya mungkin berbeda. Demikian juga hal-hal yang mendorong perbuatan individu mungkin sama tetapi tujuan dan cara individu mencapainya bisa berbeda.

Motif Kegiatan Tujuan

Page 31: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDUA. Interaksi Individu Dengan LingkunganB. Motivasi

Adanya suatu kondisi yang terbeentuk dari tenaga-tenaga pendorong (desakan motif, kebutuhan dan keinginan) yang menimbulkan suatu ketegangan atau tension.

Berlangsungnya kegiatan atau tingkah laku yang diarahkan pada pencapaian

suatu tujuan yang akan mengendurkan atau menghilangkan ketegangan

Pencapaian tujuan dan berkuranganya atau hilangnya ketegangan

Proses Motivasi

► Lanjutan ...

Page 32: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDUA. Interaksi Individu Dengan LingkunganB. Motivasi

Motifasi takut (fear motivation), individu melakukan sesuatu karena takut.

Motifasi Insentif (incentive motivation), individu melakukan suatu perbuatan untuk mendapatkan suatu intensif.

Sikap (attitude motivation), motivasi yang muncul dari dalam diri individu.

Motifasi Menurut Sifatnya

► Lanjutan ...

Motif Aktualisasi DiriMotif Harga Diri

Motif PersaudaraanMotif Pengamanan

Motif Fisiologis

Tangga Motif dari Abraham Maslow

Page 33: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDUA. Interaksi Individu Dengan LingkunganB. Motivasi

Motif Berprestasi

Motif Berkuasa

Motif Membentuk Ikatan

Hubungan antara motivasi dan kepribadian

► Lanjutan ...

Motif Takut Akan Kegagalan

Motif berprestasi yaitu motif untuk berkompetisi baik dengan dirinya atau dengan orang lain dalam mencapai prestasi yang tertinggi.

Motif berkuasa yaitu motif untuk mencari dan memiliki kekuasaan dan pengaruh terhadap orang lain.

Motif membentuk ikatan yaitu motif untuk mengikat diri dalam kelompok, membentuk keluarga, organisasi ataupun persahabatan.

Motif takut akan kegagalan yaitu motif untuk menghindari diri dari kegagalan atau sesuatu yang menghambat perkembangannya.

Page 34: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB IV DINAMIKA PERILAKU INDIVIDUA. Interaksi Individu Dengan LingkunganB. Motivasi

► Lanjutan ...

• Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan.

• Memilih materi atau bahan pelajaran yang betul-betul dibutuhkan oleh siswa.

Cara yang perlu dilakukan oleh guru untuk membangkitkan motivasis siswa

• Memilih caa penyajian yang bervariasi, seusai dengan kemampuan siswa.

• Memberikan sasaran dan kegiatan-kegiatan antara.

• Berikan kesempatan kepada siswa untuk sukses.

• Berikan kemudahan dan bantuan dalam belajar.

• Berikan pujian, ganjaran atau hadiah.

• Penghargaan terhadap pribadi anak.

Page 35: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB V PERASAAN DAN EMOSI

A. Perasaan

B. Emosi

C. Cinta

Perasaan (feeling) sama halnya juga emosi merupakan suatu suasanan batin atau suasanan hati yang membentuk suatu kontinum atau garis. Kontinum ini bergerak dari ujung yang paling positif yaitu sangat senang sampai dengan ujung yang paling negatif, yaitu sangat tidak senang. Beberapa bentuk perasaan yang lain selain senag dan tidak senang adalah: suka atau tidak suka, tegang atau lega, dsb.

Suatu perasaan, apakah itu rasa senang, suka, tegang, atau terangsang dll., timbul karena adanya perangsangan dari luar. Pperangsangan luar berbaur dengan kondisi sesaat dari individu dan membangkitkan suatu perasaan. Intensitas perasaan yang dihayati seseorang pada suatu saat tergantung kuat atau lemahnya perangsangan-perangsangan datang, kondisi sesaat, kesan serta penerimaan individu terhadap perangsangan-perangsangan tersebut.

Page 36: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB V PERASAAN DAN EMOSI

A. Perasaan

B. Emosi

C. Cinta

Ada tiga aspek perilaku individu, yaitu afektif, psikomotorik dan kognitif. Perasaan atau merasa merupakan salah satu dari aspek afektif, mengetahui merupakan aspek kognitif dan gerakan motorik adalah aspek psikomotor. Ketiganya merupakan hal yang berbeda tetapi saling berhubungan.

►Merasa, Mengetahui dan Gerakan Mototrik

Mengetahui dilakukan melalui pengindraan, dan hasil dari mengetahui individu memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh individu dapat memberi rasa puas atau tidak puas. Gerakan motorik merupakan salah satu bentuk interaksi individu dengan lingkungannya dan diarahkan pada pemenuhan kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini juga dapat memberikan rasa puas atau tidak puas. Rasa puas atau tidak puas dapat menjadi pendorong kepada individu utnuk mengetahui dan melakukan gerakan-gerakan motorik lainnya.

Page 37: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB V PERASAAN DAN EMOSI

A. Perasaan

B. Emosi

C. Cinta

Simpati dalam bahasa inggrisnya simpathy dan empati atau empathy merupakan bentuk-bentuk dari perasaan. Simpati adalah suatu kecenderungan untuk turut merasakan yang sedang dirasakan oleh orang lain, dalam bahasa inggrisnya feeling with another person.

► Lanjutan ...

► Simpati dan Empati

Setiap individu mempunyai rasa senang akan keindahan dalam bahasa inggrisnya aesthetic enjoiment, tetapi objek dan ukuran rasa indah tersebut tidak selalu sama. sesuatu yang dirasakan indah bagi seseorang belum tentu demikian bagi orang lain.

► Rasa senang akan keindahan

Aliran hedonisme sangat mengutamakan rasa senang. Menurut mereka tujuan hidup manusia adalah mencari kesenangan. Kesennagn yang mereka cari adalah kesenangan sejati, yaitu kesenangan yang tidak diakhiri penderitaan.

► Teori Hedonisme

Page 38: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB V PERASAAN DAN EMOSI

A. Perasaan

B. Emosi

C. Cinta

Emosi merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi, dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin, suatu stirred up or aroused state of the human organization.

Pengalaman emosional bersifat pribadi

Perubahan aspek jasmaniah

Diekspresikan dalam perilaku

Ciri-Ciri Emosi

Sebagai motif

Spontanitas dan Pengendalian

Pernyataan Konstruktif dan Penekanan

Pola-Pola Ekspresi dan Pengendalian Emosi

Ekspresi Langsung atau tersembunyi

Page 39: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB V PERASAAN DAN EMOSI

A. Perasaan

B. Emosi

C. Cinta

Takut, Cemas dan Khawatir. Ketiga macam emosi ini berkeanaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu. Pada rasa takut ancaman ini lebih khusus dan jelas sedang pada cemas dan khawatir objek yang mengancamnya tidak begitu jelas.

► Lanjutan ...

► Jenis-Jenis Emosi

Marah dan Permusuhan. Marah dan permusuhan merupakan suatu perasaan yang dihayati oleh seseorang atau kelompok yang cenderung bersifat menyerang. Pada umumnya kedua jenis emosi ini diberi konotasi negatif.

Rasa Bersalah dan rasa Duka. Kedua emosi ini dialami seseorang karena kegagalan atau kesalahan dalam melakukan sesuatu perbuatan berkenaan dengan norma. Seperti halnya dengan jenis emosi yang lain.

Page 40: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB V PERASAAN DAN EMOSI

A. Perasaan

B. Emosi

C. Cinta

Menurut Erich Fromm (1956) rasa cinta berkembang dari kesadaran manusia akan keterpisahannya dari yang lain, dan kebutuhan untuk mengatasi kecemasan karena keterpisahan tersebut melalui pembentukan suatu persekutuan dengan yang lain.

Cinta melibatkan rasa empati

Orang yang mencintai sangat memperhatikan kebahagiaan

Orang yang mencintai mempunyai perasaan senang

Ciri-Ciri Rasa Cinta

Orang yang mencintai berusaha melakukan berbagai upaya dan turut membantu orang yang

dicintai untuk mendapatkan kebahagiaan

Page 41: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB V PERASAAN DAN EMOSI

A. Perasaan

B. Emosi

C. Cinta

Cinta Tuhan (Allah Swt.)

Cinta orang tua

Cinta pada lawan jenisJenis-Jenis Cinta

Cinta diri sendiri

► Lanjutan ...

Cinta sahabat /persaudaraan

Page 42: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB VI KECAKAPAN

A. Konsep Kecakapan

B. Kecerdasan

C. Kecerdasan MajemukD. Kecerdasan Emosional & Spiritual

Aspek intelektual, disebut juga kecakapan merupakan suatu kemampuan dalam mengenal, memahami, menganalisis, memahami dan memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan rasio/pemikiran Kecakapan dalam bahasa inggrisnya ability dibedakan dalam dua hal yaitu kecakapan potensial dan kecakapan nyata.

E. Pengukuran Kecerdasan

F. Bakat dan Hasil Belajar

G. Kreativitas

Kecakapan potensial merupakan kecakapan-kecakapan yang masih tersembunyi, masih kuncup belum termanifestasikan dan merupakan kecakapan-kecakapan yang dibawa dari kelahirannya. Kecakapan potensial terbagi menjadi dua macam yakni Inteligensi dan bakat.

Kecakapan nyata merupakan kecakapan yang sudah terbuka, sudah termanifes-tasikan dalam berbagai aspek kehidupan dan perilaku dan berpangkul pada kecakapan potensial. Kecakapan ini sudah banyak mendapat pengaruh dari lingkungan dan dapat dilihat dalam perilaku khusus ataupun perilaku sehari-hari .

Page 43: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB VI KECAKAPAN

A. Konsep Kecakapan

B. Kecerdasan

C. Kecerdasan MajemukD. Kecerdasan Emosional & Spiritual

Banyak teori tentang inteligensi, dan tiap teori karena bertolak dari asumsi yang berbeda memberikan rumusan yang berbeda pula. Beberapa teori memperlihatkan kecenderungan yang sama, bahwa inteligensi menunjuk kepada cara individu berbuat, apakah berbuat dengan cara yang cerdas atau kurang cerdas atau tidak cerdas sama sekali. Suatu perbuatan yang cerdas ditandai oleh perbuatan yang cepat dan tepat. Cepat dan tepat dalam memahami unsur-unsur yang ada dalam situasi, dalam melihat hubungan antar unsur dalam menarik kesimpulan serta dalam mengambil keputusan atau tindakan.

E. Pengukuran Kecerdasan

F. Bakat dan Hasil Belajar

G. Kreativitas

Menurut Spearman (yang terkenal dengan teori Spearman) ada dua faktor pada kecakapan yaitu faktor umum (Faktor G atau General factor) dan faktor khusus (Faktor S atau special factor). Faktor umum mendasari hampir semua perbuatan individu, sedangkan faktor khusus berfungsi dalam perbuatan-perbuatan tertentu yang khas. Selanjutnya faktor G bersifat bawaan sedangkan faktor S merupakan hasil belajar. Cyrill Burt menambahkan faktor ketiga yaitu faktor kelompok (Faktor C, Common factors). Contohnya kemampuan seni merupakan suatu faktor C sebab seni merupakan rumpun dari seni tari, musik, suara, lukis, pahat, dekorasi, drama, dsb.

Page 44: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB VI KECAKAPAN

A. Konsep Kecakapan

B. Kecerdasan

C. Kecerdasan MajemukD. Kecerdasan Emosional & SpiritualE. Pengukuran Kecerdasan

F. Bakat dan Hasil Belajar

G. Kreativitas

► Lanjutan ...

Terarah Kepada Tujuan

Tingkah Laku Terkondisi

Sikap Jasmaniah yang Baik

Memiliki Daya Adaptasi Tinggi

Berorientasi Kepada Sukses

Mempunyai Motivasi Tinggi

Dilakukan dengan Cepat

Menyangkut Kegiatan yang Luas

Definisi dan

Ciri-Ciri

Perilaku Cerdas

Page 45: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB VI KECAKAPAN

A. Konsep Kecakapan

B. Kecerdasan

C. Kecerdasan MajemukD. Kecerdasan Emosional & SpiritualE. Pengukuran Kecerdasan

F. Bakat dan Hasil Belajar

G. Kreativitas

Gardner menolak asumsi, bahwa kognisi manusia meru-pakan satu kesatuan dan indi-vidu hanya mempunyai ke-cerdasan tunggal. Meskipun sebagian besar individu me-nunjukkan penguasaan selu-ruh spektrum kecerdasan, tiap individu memiliki tingkat penguasaan yang berbeda. Individu memiliki beberapa kecerdasan, dan kecerdasan-kecerdasan itu bergabung menjadi satu kesatuan mem-bentuk kemampuan pribadi yang cukup tinggi.

Kecerdasan Linguistik-Verbal

Kecerdasan Matematis-Logis

Kecerdasan Ruang-Visual

Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan Musik

Kecerdasan Hubungan Sosial

Kecerdasan Kerohanian

Tujuh Macam Kecerdasan Menurut Gardner

Page 46: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB VI KECAKAPAN

A. Konsep Kecakapan

B. Kecerdasan

C. Kecerdasan MajemukD. Kecerdasan Emosional & SpiritualE. Pengukuran Kecerdasan

F. Bakat dan Hasil Belajar

G. Kreativitas

Menurut Daniel Golemen (1995) pengembangan kecerdasan emosional, orang-orang sukses selain memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi tetapi juga memiliki stabilitas emosi, motivasi kerja yang tinggi, mampu mengendalikan stres, tidak mudah putus asa dll. Pengalaman-pengalaman demikian memperkuat keyakinan bahwa disamping kecerdasan intelektual juga ada kecerdasan emosional. Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi adalah mereka yang mampu mengendalikan diri (mengendalikan gejolak emosi), memeliharan dan memacu motivasi untuk terus berupaya, mampu menerima kenyataan, mampu merasakan kesenangan dalam kesulitan.

Selain multiple dan emotional intelligence yang banyak dibahas saat ini adalah kecerdasan spiritual atau spiritual intelligence. Konsep kecerdasan ini dikembangkan oleh Zohar dan Marshall. Pengertian spiritual dalam konsep Zohar dan Marshal (2000) bukan dan tidak ada kaitannya dengan spiritual dalam konsep agama. Menurut mereka kecerdasan spiritual berkenaan dengan kecakapan internal, bawaan dari otak dan psisik manusia, menggambarkan sumber yang paling dalam dari hati semesta itu sendiri.

Page 47: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB VI KECAKAPAN

A. Konsep Kecakapan

B. Kecerdasan

C. Kecerdasan MajemukD. Kecerdasan Emosional & SpiritualE. Pengukuran Kecerdasan

F. Bakat dan Hasil Belajar

G. Kreativitas

Tes kecerdasan dari Binet diperuntukkan bagi anak berumur 2 sampai 15 tahun. Untuk tiap tingkat usia disediakan enam sub tes, satu sub tes untuk setiap dua bulan. Jumlah sub tes yang bisa dijawab dengan benar menunjukkan usia mental dari anak tersebut.

Apabila usia mental ini dibagi oleh usia kalender akan menunjukkan IQ-nya. Karena IQ ini menggunakan satuan ratusan maka hasil pembagian tadi dikalikan seratus. Oleh karena itu rumusnya menjadi:

𝐼𝑄=𝑀𝐴𝐶𝐴 ×100

Dengan menggunakan satuan ukuran IQ maka secara ideal kecerdasan individu tersebar antara 0 sampai 200 dengan titik tengah 100. itulah sebabnya maka IQ sekitar 90 s.d. 110 diklasifikasikan sebagai normal.

Page 48: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB VI KECAKAPAN

A. Konsep Kecakapan

B. Kecerdasan

C. Kecerdasan MajemukD. Kecerdasan Emosional & SpiritualE. Pengukuran Kecerdasan

F. Bakat dan Hasil Belajar

G. Kreativitas

Sebaran populasi individu menurut klasifikasi kecerdasannya

► Lanjutan ...

IQ Kategori Persentase

140 – ke atas Genius 0.25%130 – 139 Sangat Cerdas 0.75%120 – 129 Cerdas 6%110 – 119 Di Atas Normal 13%90 – 109 Normal 60%80 – 89 Di Bawah Normal 13%70 – 79 Bodoh (Dull) 6%50 – 69 Debil (moron) 0.75%25 – 49 Imbecil 0.2%Di bawah 25 Idiot 0.05%

Page 49: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB VI KECAKAPAN

A. Konsep Kecakapan

B. Kecerdasan

C. Kecerdasan MajemukD. Kecerdasan Emosional & SpiritualE. Pengukuran Kecerdasan

F. Bakat dan Hasil Belajar

G. Kreativitas

Bakat merupakan suatu kapasitas atau potensi yang belum dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar, bakat berkenaan dengan kemungkinan menguasai sesuatu pola tingkah laku dalam aspek kehidupan tertentu.

► Bakat

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kepastian yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.

► Hasil Belajar

Alat untuk mengukur bakat disebut tes bakat (TB) sedangkan alat untuk mengukur tes hasil belajar disebut tes hasil belajar (THB). TB dan THB diperlukan tes baku atau tes standar. Tes baku ini pada umumnya hanya bisa dilakukan pada pengembangan TB, sedangkan pada THB pembakuan tes tidak dapat selalu dilakukan, karena biasanya guru didesak waktu untuk melakukan penilaian.

► Pengukuran Bakat dan hasil Belajar

Page 50: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB VI KECAKAPAN

A. Konsep Kecakapan

B. Kecerdasan

C. Kecerdasan MajemukD. Kecerdasan Emosional & SpiritualE. Pengukuran Kecerdasan

F. Bakat dan Hasil Belajar

G. Kreativitas

Salah satu kemampuan utama yang memiliki peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan manusia adalah kreativitas. Kemampuan ini banyak dilandasi oleh kemampuan intelektual, seperti inteliginesi, bakat dan kecakapan hasil belajar, tetapi juga didukung oleh faktor-faktor afektif dan psikomotor.

Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat. Hal baru ini tidak perlu selalu sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada sebelumnya, unsur-unsurnya mungkin telah ada sebelumnya, tetapi individu menemukan kombinasi baru, hubungan baru, konstruk baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Jadi, hal baru itu adalah suatu hal yang sifatnya inovatif.

Page 51: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB VII PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

A. Konsep Perkembangan

B. Tahap-Tahap Perkembangan

C. Tugas-Tugas Perkembangan

Kata perkembangan seringkali digandengkan dengan pertumbuhan dan kematangan. Ketiganya memang mempunyai hubungan yang sangat erat. Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya adalah perubahan, perubahan menuju ke tahap yang lebih tinggi atau lebih baik.

Ada beberapa perbedaan antara pertumbuhan dengan perkembangan. Pertumbuhan lebih banyak berkenaan dengan aspek-aspek jasmaniah atau fisik, sedangkan perkembangan dengan aspek-aspek psikis dan rohaniah. Pertumbuhan berkenaan dengan penyempurnaan struktur sementara perkembangan dengan penyempurnaan fungsi.

Page 52: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

Perkembangan & PertumubuhanManusia

Apakah kamu pikir saya akan melewati mereka semua dan

menjadi yang terakhir???

Ingat!!! Saya bisa datang kapanpun!!!

Page 53: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB VII PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

A. Konsep Perkembangan

B. Tahap-Tahap Perkembangan

C. Tugas-Tugas Perkembangan

Perkembangan berlangsung seumur hidup.Setiap individu memiliki kecepatan

dan kualitas perkembangan yang berbeda.Perkembangan secara relatif

beraturan mengikuti pola tertentu.Perkembangan berlangsung secara

beransur-ansur.Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum

ke khususSecara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase. Untuk kasus khus ada fase yang

dilewati dengan cepat atau lambat.Sampai batas tertentu perkembangan suatu aspek dapat

dipercepat atau diperlambat.Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau

berkolerasi dengan aspek lainnya.Pada saat dan bidang tertentu perkembangan pria berbeda

dengan wanita.

► Prinsip Perkembangan ► Lanjutan ...

Page 54: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

A. Konsep Perkembangan

B. Tahap-Tahap Perkembangan

C. Tugas-Tugas Perkembangan

► BAB VII PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Masa kanak-kanak (0-4 tahun) sebagai binatang melata dan berjalan.

Perkembangan Anak menurut Stanley Hall

Masa anak (4-8 tahun) sebagai manusia pemburu.

Masa remaja awal (8-12 tahun) sebagai manusia biadab/liar.

Masa Adolesen (remaja sesungguhnya) (12/13 sampai dewasa) dimulai dengan masa gejolak perasaan, konflik nilai dan berakhir sebagai manusia peradaban modern.

Tahap Perkembangan Moralmenurut Lawrence Kohlberg

6. Hati Nurani

5. Perjanjian Masyarakat

4. Kepatuhan akan Peraturan Hukum

3. Agar Dinilai Baik atau Mendapat Pujian2. Sebagai Alat Untuk

Mencapai Tujuan Pribadi

1. Menghindari Hukuman dan

Mendapat GanjaranPra Konvensi

Konvensi

Pasca Konvensi

Page 55: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

A. Konsep Perkembangan

B. Tahap-Tahap Perkembangan

C. Tugas-Tugas Perkembangan

► BAB VII PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Tugas-Tugas Perkembangan Masa Bayi & Kanak-Kanak

Belajar Berjalan

Belajar Mengambil Makanan

Belajar Berbicara

Belajar Mengontrol Cara Buang Air

Belajar Mengetahui Jenis Kelamin

Belajar Stabilitas Jasmaniah

Belajar Konsep Sosial dan Fisik

Belajar Hubungan Sosial

Belajar Membedakan

Tugas-Tugas Perkembangan Masa Anak

Belajar Keterampilan Fisik

Pengembangan Sikap

Belajar Berkawan dengan Teman Sebaya

Belajar Melakukan Peranan Sosial

Belajar Menguasai Keterampilan Intelektual

DasarPengembangan Konsep-

Konsep

Pengembangan Moral

Memiliki Kemerdekaan Pribadi

Pengembangan Sikap Terhadap Kelompok

Page 56: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

A. Konsep Perkembangan

B. Tahap-Tahap Perkembangan

C. Tugas-Tugas Perkembangan

► BAB VII PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Tugas-Tugas Perkembangan Masa RemajaMampu Menjalin Hubungan

Lebih Matang dengan Teman Sebaya

Mampu Melakukan Peranan-Peranan Sosial

Menerima Kondisi jasmaninya

Memiliki Keberdirisendirian Emosional dari Orang Tua &

LainnyaMampu Memilih dan Mempersiapkan Diri

Belajar Mempersiapkan Diri Untuk Berkeluarga

Mengembangkan Konsep dan Keterampilan Intelektual

Mampu Memilih dan Mempersiapkan Diri Untuk

BekerjaMemiliki Perilaku Sosial yang

Diharapkan Masyarakat

Tugas-Tugas Perkembangan Masa Dewasa Muda

Memilih Pasangan Hidup

Belajar Hidup Bersama Pasangan Hidup

Memulai Hidup berkeluarga

Memelihara dan Mendidik Anak

Mengelola Rumah Tangga

Memulai Kegiatan Pekerjaan

Bertanggung Jawab sebagai Warga Masyarakat

Menemukan Persahabatan dalam Kelompok Sosial

Belajar Menjadi Panutan

► Lanjutan ...

Page 57: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB VIII KEPRIBADIAN

A. Konsep Kepribadian

B. Konsep Aku

C. Tipologi Kepribadian

D. Kesehatan Mental

Kepribadian merupakan keperpaduan antara aspek-aspek kepribadian, yaitu aspek psikis seperti aku, kecerdasan, bakat, sikap,motif, minat, kemampuan, moral dan aspek jasmaniah, seperti postur tubuh, tinggi, berat badan, indra, dll.

AKU

Kecerdasan

Bakat

Kemampuan

MotivasiSikap

Moral

Postur Tubuh

Tinggi & Berat Badan

Indra

Aspek

Kepribadian

Page 58: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB VIII KEPRIBADIAN

A. Konsep Kepribadian

B. Konsep Aku

C. Tipologi Kepribadian

D. Kesehatan Mental

Aku atau self meliputi segala kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita, baik yang disadari ataupun tidak disadari individu tebtang dirinya. Aku yang disadari oleh individu disebut self picture atau gambaran aku, sedangkan aku yang tidak disari disebut unconscious aspect of the self atau aku tak sadar.

Empat konsep aku dalam kontinum

Perasaan DiriCinta Diri Benci Diri

Sikap pada DiriPositif Negatif

Kepercayaan DiriPercaya Diri Tidak Percaya Diri

Cita-Cita DiriTinggi Rendah

Hubungan Narsisme, Masohisme, & Sadisme

Cinta Diri BerlebihanNarsisme

Benci Diri BerlebihanMasohisme/ Menyiksa Diri

Sadisme

Page 59: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

Perilaku

PerasaanSikap

KepercayaanCita-Cita

► BAB VIII KEPRIBADIAN

A. Konsep Kepribadian

B. Konsep Aku

C. Tipologi Kepribadian

D. Kesehatan Mental

► Lanjutan ...

Inti Kehi-dupan

Aku Sejati

Aku dilihat Orang Lain

Aku dilihatOleh Aku

Aku Ideal

Visualisasi Konsep Aku Menurut J. Pietrofesa

Aku IdealAku Dilihat Aku

Aku Dilihat Orang Lain

Aku Sehat

Aku Bermasalah

Aku Ideal

Aku Dilihat Orang Lain

Aku Sehat

Page 60: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB VIII KEPRIBADIAN

A. Konsep Kepribadian

B. Konsep Aku

C. Tipologi Kepribadian

D. Kesehatan Mental

► Lanjutan ...

Tiipe Kepribadian Berdasarkan Dominasi Cairan Pada Seseorang

Choleric (Empedu Kuning): Cepat Marah, Mudah Tersinggung, Tidak Sabar dsb.

Melancholic (Empedu Hitam): Pemurung, Penduka, Mudah Sedih, pesimis, & Putus Asa

Phlegmatic (Lendir): Lamban, Pasif, Malas dan Apatis.

Sanguinic (Darah): Periang, Aktif, Dinamis & Cekatan

Theoritic atau

manusia teoritis.

Econimc, menda-sarkan

aktivitasnya atas

dasar nilai ekonomi.

Aesthetic menjadika

n nilai keindahan

sebagai dasar dari

pola hidupnya

Sociatic mereka

yang lebih mengutamakan nilai

sosial.

Politic yaitu

mereka menjadika

n nilai politik

sebagai pola

hidupnya.

Religious, mengutamakan nilai-

nilai spiritual

hubungan dengan Tuhan.

Tipe Kepribadian Menurut Spranger Berdasarkan Kecenderungan Akan Nilai:

Page 61: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB VIII KEPRIBADIAN

A. Konsep Kepribadian

B. Konsep Aku

C. Tipologi Kepribadian

D. Kesehatan Mental

Kesehatan mental berkenaan dengan kondisi mental yang sehat sedangkan dari ilmu kesehatan mental berkenaan dengan prinsip-prinsip atau usaha-usaha untuk menciptakan kesehatan mental.

Memelihara kesehatan fisik anak.Memberikan berbagai bentuk kegiatan belajar, latihan penyaluran dll.

Menciptakan Lingkungan Sosial-Psikologis yang sehat & wajar.

Ciptakan interaksi dengan anak dan individu dengan dasar kasih sayang & Penghargaan. Akan harga dan martabat anak tersebut.

Upaya Pencegahan

Kesehatan Mental Anak

Page 62: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB IX KONSEP & TEORI BELAJAR

A. Pengertian BelajarB. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

C. Prinsip Belajar

D. Beberapa Teori Belajar

Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang baik ataupun yang buruk, direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dengan belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.

Tujuan Kesiapan Situasi Inter-pretasi Respons Konse-

kuensiReaksi

Terhadap Kegagalan

Unsur-Unsur Belajar

Tipe-Tipe Belajar

Signal

Learning

Stimulus-Respons Learning

Chaining

Verbal

Associ-

ation

Discri-

mination Learning

Concept

learning

Problem Solving

Learning

Page 63: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri siswa , baik faktor fisik maupun sosial-psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

► BAB IX KONSEP & TEORI BELAJAR

A. Pengertian BelajarB. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

BelajarC. Prinsip Belajar

D. Beberapa Teori Belajar

Aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Tiap orang memiliki kondisi fisik berbeda , ada yang tahan belajar selama lima atau enam jam terus menerus, tetapi ada juga yang hanya tahan satu sampai dua jam saja.Aspek psikis atau rohaniah. Aspek psikis menyangkut kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan kognitif. Seseorang yang sehat rohaninya adalah orang yang bebas dari tekanan batin yang mendalam, gangguan perasaan, kebiasaan buruk yang mengganggu, frustasi dan konflik psikis.

Faktor-faktor dalam diri individu

Faktor-faktor lingkungan

Page 64: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB IX KONSEP & TEORI BELAJAR

A. Pengertian BelajarB. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

C. Prinsip Belajar

D. Beberapa Teori Belajar

Belajar merupakan bagian dari perkembangan.

Belajar berlangsung seumur hidup.

Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta dari individu sendiri.

Belajar mencakup semua aspek kehidupan.

Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.

Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.

Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.

Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks.

Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan.

Prinsip-Prinsip Belajar

Page 65: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB IX KONSEP & TEORI BELAJAR

A. Pengertian BelajarB. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

C. Prinsip Belajar

D. Beberapa Teori

Belajar

Individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi tertentu. Belajar adalah pengembangan dari kekuatan, kemampuan dan potensi-potensi tersebut. Bagaimana proses pengemabangan kekuatan tersebut tiap aliran atau teori mengemukakan pandangan yang berbeda.

► Teori Disiplin Mental

Ciri-ciri dari rumpun teori ini yaitu: 1) mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, 2) bersifat mekanistis, 3) menekankan peranan lingkungan, 4) mementingkan pembentukan reaksi atau respon dan 5) menekankan pentingnya latihan.

► Teori Behaviorisme

Rumpun ketiga adalah Kognitif-Gastald_Field. Kalau rumpun behaviorisme bersifat molekuler (menekankan unsur-unsur) maka rumpun ini bersifat molar atau bersifat keseluruhan atau keterampilan.

► Teori Cognitive-Gestalt-Field

Page 66: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB X BELAJAR DI SEKOLAH

A. Belajar Proses & Hasil Belajar

B. Sasaran Belajar

C. Bentuk Kegiatan Belajar

D. Belajar Tuntas

Kegiatan belajar yang berlangsung disekolah bersifat formal, disengaja, direncanakan, dengan bimbingan gru, serta pendidik lainnya. Apa yang hendaknya dicapai dan dikuasai siswa (tujuan belajar). Apa yang hendaknya dicapai dan dikuasai siswa (tujuan belajar), bahan apa yang harus dipelajari (bahan ajaran), bagaimana cara siswa mempelajarinya (metode pembelajaran), serta bagaimana mengetahui kemajuan belajar siswa (evaluasi), telah direncanakan dengan seksama dalam kurikulum sekolah. Kegiatan belajar yang dilaksanakan di sekolah benar-benar disengaja dan direncanakan.

E. Belajar AfektifHasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis, dan memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian kerja; dengan demikian aktivitas dan produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar ini mendapatkan penilaian. Penilaian tidak hanya dilakukan secara tertulis, tepai juga secara lisan penilaian perbuatan (sikap).

Page 67: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB X BELAJAR DI SEKOLAH

A. Belajar Proses & Hasil Belajar

B. Sasaran BelajarC. Bentuk Kegiatan Belajar

D. Belajar Tuntas

Belajar merupakan suatu upaya pengembangan seluruh kepribadian individu, baik segi fisik maupun psikis. Dalam proses belajar di sekolah sasaran belajar ini sering dirumuskan dalam bentuk tujuan pelajaran, tujuan instruksional atau dewasa ini disebut tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini merupakan penjabaran dari tujuan yang lebih luas yaitu tujuan kurikuler, yang juga merupakan pembelajaran dari tujuan instruksional atau tujuan sesuatu lembaga pendidikan.

E. Belajar Afektif

Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional menggambarkan kepribadian ideal seorang warga negara Indonesia. Berdasarkan rumusan TAP MPR Nomor II Tahun 1988, tujuan tersebut berbunyi:

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur; berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil serta sehat jasmani dan rohani.

Page 68: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB X BELAJAR DI SEKOLAH

A. Belajar Proses & Hasil Belajar

B. Sasaran Belajar

C. Bentuk Kegiatan Belajar

D. Belajar Tuntas

Bentuk-bentuk kegiatan belajar yang dilakukan siswa di sekolah, sangat ditentukan oleh model-model penga-jaran yang diberikan oleh guru. Kegiatan belajar yang dilakukan siswa sebenarnya merupakan sisi lain dari kegiatan mengajar yang dikerjakan oleh guru, sebab kegiatan belajar-mengajar meru-pakan dua aktivitas yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda tetapi dalam situasi yang sama.E. Belajar Afektif

Bentuk kegiatan belajar-mengajar yang digunakan juga berkaitan erat dengan teori belajar yang digunakan. Seperti Discovery Learning, Inquiry Learning, Reception Learning, Meaningful learning, Rote Learning, dsb.

Page 69: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB X BELAJAR DI SEKOLAH

A. Belajar Proses & Hasil Belajar

B. Sasaran Belajar

C. Bentuk Kegiatan Belajar

D. Belajar Tuntas

Belajar tuntas adalah suatu upaya belajar dimana siswa dituntut menguasai hampir seluruh bahan ajaran. Karena menguasai 100% bahan ajar sangat sukar, maka yang dijadikan ukuran biasanya minimal mengetahui 85% tujuan yang harus dicapai. Beberapa prinsip belajar tuntas sebagai berikut:

E. Belajar Afektif

Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat menguasai sebagian besar bahan yang diajarkan.

Guru menyusun strategi pengajaran tuntas memulai dengan merumuskan tujuan-tujuan khusus yang hendaknya dikuasai oleh siswa.Sejalan dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajaran menjadi satuan-satuan bahan ajaran yang kecil yang mendukung pencapaian sekelompok tujuan khusus tersebut.Selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun bahan ajaran untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan.

Penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norma tetapi menggunakan acuan patokan.

Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual

Page 70: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB X BELAJAR DI SEKOLAH

A. Belajar Proses & Hasil Belajar

B. Sasaran Belajar

C. Bentuk Kegiatan Belajar

D. Belajar Tuntas

Beberapa Metode Belajar Afektif

E. Belajar Afektif

Melalui penggunaan model konsiderasi siswa didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain, sehingga untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain, sehingga mereka dapat bergaul, bekerja sama dan hidup secara harmonis dengan orang lain.

► Model Konsiderasi

Nilai juga bersifat multidimensial, ada yang relatif dan ada yang absolut. Model pembentukan rasional bertujuan mengembangkan kematangan pemikiran tentang nilai-nilai.

► Model Pembentukan Rasional

Klarifikasi nilai merupakan pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses menilai dan membantu siswa menguasai keterampilan, menilai dalam bidang kehidupan yang kaya nilai.

► Klarifikasi Nilai

Page 71: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB X BELAJAR DI SEKOLAH

A. Belajar Proses & Hasil Belajar

B. Sasaran Belajar

C. Bentuk Kegiatan Belajar

D. Belajar Tuntas

Beberapa Metode Belajar Afektif

E. Belajar Afektif

Pengembangan moral manusia berlangsung melalui restrukturalisasi atau reorganisasi kognitif, yang berlangsung secara berangsur melalui tahap prakonvensi, konvensi dan pasca konvensi. Model ini bertujuan membantu siswa mengembangkan kemampuan mempertimbangkan nilai moral secara kognitif.

► Pengembangan Moral Kognitif

Para siswa memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang sendiri. Perkembangan pribadi yang utuh berlangsung dalam suasana permisif dan kondusif. Guru hendaknya menghargai potensi dan kemampuan siswa dan berperan sebagai fasilitator/konselor dalam pengembangan kepribadian siswa. Penggunaan model ini bertujuan untuk membantu para siswa mengaktualisasikan dirinya.

► Model Nondirektif

► Lanjutan ...

Page 72: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XI BELAJAR DALAM LINGKUP LUASA. Tantangan Untuk Belajar Secara LuasB. Empat Pilar Belajar

C. Masyarakat Belajar

D. e-LearningE. Memadukan e-Learning dengan Belajar Di Sekolah

Keseimbangan antara tuntunan global dan lokal. Orang secara berangsur dituntut untuk menjadi warga global yang berpengetahuan, berpikir dan berkarya untuk kepentingan global. Dipihak lain mereka tidak boleh meninggalkan akarnya dan terus berperan aktif dalam dan untuk kemajuan kehidupan bangsa dan daerahnya.

Keseimbangan antara universal dan individual. Kebudayaan dewasa ini telah berkebang ke arah budaya global universal. Pengaruh media cetak dan elektronik sangat mempercepat tecapainya budaya global. Meskipun begitu derasnya pengaruh globalisasi, tetapi kita tidak bisa meninggalkan karakteristik yang unik. Kemajuan budaya diarahkan bagi kepentingan masa depan manusia, pengembangan seluruh potensinya secara optimal, dengan tetap harus memperhatikan tradisi dan budaya individualnya.

Page 73: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XI BELAJAR DALAM LINGKUP LUASA. Tantangan Untuk Belajar Secara LuasB. Empat Pilar Belajar

C. Masyarakat Belajar

D. e-LearningE. Memadukan e-Learning dengan Belajar Di Sekolah

Belajar mengetahui berkenaan dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan. Dewasa ini terdapat ledakan informasi pengetahuan. Hal ini bukan saja disebabkan karena adanya perkembangan yang sangat cepat dalam bidang ilmu, tetapi juga karena perkembangan teknologi yang sangat cepat.

Belajar Mengetahui

Belajar berkarya berhubungan erat dengan belajar mengetahui, sebab pengetahuan mendasari perbuatan. Dalam konsep komisi Unesco, belajar berkarya ini mempunyai makna khusus yaitu dalam kaitan dengan vokasional. Belajar berkarya adalah belajar atau berlatih menguasai keterampilan dan kompetensi kerja.

Belajar Berkarya

Page 74: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XI BELAJAR DALAM LINGKUP LUASA. Tantangan Untuk Belajar Secara LuasB. Empat Pilar Belajar

C. Masyarakat Belajar

D. e-LearningE. Memadukan e-Learning dengan Belajar Di Sekolah

Dalam kehidupan global kita tidak hanya berinteraksi dengan beraneka kelompok etnik, daerah, budaya, ras, agama, kepakaran dan profesi, tetapi juga hidup dan bekerja sama dengan aneka kelompok tersebut. Agar mampu berinteraksi, berkomunikasi, bekerja sama dan hidup bersama antar kelompok dituntut belajar hidup bersama.

Belajar Hidup Bersama

Tantangan kehidupan yang berkembang cepat dan sangat kompleks, menuntut pengembangan manusia secara utuh. Manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik aspek intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral. Untuk mencapai sasaran demikian dituntut individu-individu banyak belajar mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya.

Belajar Berkembang Utuh

► Lanjutan ...

Page 75: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XI BELAJAR DALAM LINGKUP LUASA. Tantangan Untuk Belajar Secara LuasB. Empat Pilar Belajar

C. Masyarakat Belajar

D. e-LearningE. Memadukan e-Learning dengan Belajar Di Sekolah

Kemajuan-kemajuan yang berlangsung saat ini dan mungkin di saat yang akan berlangsung sangat cepat, beragam, dinamis dan sukar diramalkan. Agar bisa mengikuti, menyesuaikan diri dan berkiprah dengan kemajuan-kemajuan yang sangat cepat tersebut, kuncinya adalah pada belajar.

Perkembangan yang cepat dari lingkungan harus diimbangi oleh perkembangan yang cepat pula dari individu warganya. Untuk itu setiap individu warga planet ini dituntut untuk belajar, lebih banyak belajar, meningkatkan kemampuan, motivasi dan upaya belajarnya, sehingga tercipta masyarakat belajar. Individu warga masyarakat yang banyak belajar akan mempercepat perkembangan masyarakatnya. Perkembangan masyarakat yang cepat menuntut warga masyarakat belajar lebih banyak lebih intensif.

Page 76: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XI BELAJAR DALAM LINGKUP LUASA. Tantangan Untuk Belajar Secara LuasB. Empat Pilar Belajar

C. Masyarakat Belajar

D. e-LearningE. Memadukan e-Learning dengan Belajar Di Sekolah

E-learning banyak dilakukan di dunia bisnis, karena mereka membutuhkan informasi yang paling baru, paling akurat, selengkap mungkin dan semurah mungkin. Karena informasi tersebut selalu berubah dan bertambah, maka mereka perlu belajar setiap saat. Dengan e-learning kita dapat belajar 24 jam sehari, mempelajari segala macam ilmu pengetahuan dan informasi, kita tidak hanya melihat dan mengenalnya, dan berperan sebagai penonton.

E pada e-learning bukan hanya singkatan dari electronic, tetapi juga dari experience (pengalaman), extended (perpenjangan) dan expanded (perluasan). Kata electronic, bermakna bahwa dalam e-learning penambahan unsur teknologi pada proses belajar, sehingga proses belajarnya melibatkan berbagai perangkat keras, perangkat lunak dan proses elektronik.

Page 77: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XI BELAJAR DALAM LINGKUP LUASA. Tantangan Untuk Belajar Secara LuasB. Empat Pilar Belajar

C. Masyarakat Belajar

D. e-LearningE. Memadukan e-Learning dengan Belajar Di Sekolah

E-learning memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan belajar di sekolah, diantaranya: keleluasaan waktu, kebebasan tempat, pemilihan bahan yang dipelajari, kekurangan guru, keterbatasan biaya, dsb., tetapi tidak dapat menggantikannya. E-learning sangat tepat bagi belajar orang dewasa, bagi peningkatan kemampuan dan pengetahuan para karyawan dan eksekutif. Bagi anak-anak dan pemuda, yang membutuhkan dasar-dasar yang kuat bagi belajar selanjutnya, belajar di sekolah sangat cocok dan sangat sangat diperlukan.

Mengingat baik belajar di sekolah maupun e-learning mempunyai keunggulan masing-maisng, maka yang paling baik adalah memadukan keduanya. E-learning dapat digunakan sebagai salah satu mempelajari atau mendalami hal-hal tertentu. Para siswa dapat diberi tugas atau mencari sendiri di internet. Guru sebaiknya telah menyusun program pembelajaran dengan memasukkan kegiatan e-learning, sebagai pelengkap, pengayaan atau program terpadu.

Page 78: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XII PEMAHAMAN PRIBADI SISWAA. Tujuan & Kegunaaan PemahamanB. Aspek-Aspek yang DipahamiC. Teknik-Teknik PemahamanD. Penggunaan Hasil Pemahaman

Agar individu, dalam hal terutama para pendidik dan pengajar dapat berinteraksi dengan baik dengan individu lain, terutama dengan para pendidik dan siswanya, maka diperlukan suatu pemahaman. Pemahaman tentang dirinya sendiri dan juga pemahaman tentang orang lain. Tanpa pemahaman yang mendalam dan meluas tentang diri sendiri dan orang lain ini tidak mungkin individu, terutama pendidik dapat berinteraksi dengan orang lain (siswa) dengan baik.

Page 79: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XII PEMAHAMAN PRIBADI SISWAA. Tujuan & Kegunaaan PemahamanB. Aspek-Aspek yang DipahamiC. Teknik-Teknik PemahamanD. Penggunaan Hasil Pemahaman

Pemahaman individu pada dasarnya merupakan pemahaman keselu-ruhan kepribadiannya dengan segala latar belakang dan interaksinya dengan lingkungannya. Ada dua komponen besar yang sudah lazim dikenal orang banyak tentang kepribadian, yaitu komponen fisik atau jasmaniah dan psisiks atau batiniah. Kedua komponen ini juga meliputi banyak apek, yang dapat dikelompokkan atas empat aspek utama, yaitu aspek: intelektual, sosial dan bahasa, emosi dan moral serta aspek psikomotor.

Page 80: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XII PEMAHAMAN PRIBADI SISWAA. Tujuan & Kegunaaan PemahamanB. Aspek-Aspek yang DipahamiC. Teknik-Teknik PemahamanD. Penggunaan Hasil Pemahaman

Pemahaman yang dilakukan dalam interaksi sehari-hari bersifat informal, tanpa rencana, mungkin juga tanpa disadari. Dalam interaksi belajar mengajar, disamping pemahaman informal yak berencana dan tak disadari, juga diunakan teknik-teknik pemahaman yang lebih formal dan berencana. Secara garis besar dibedakan dua macam cara pemahaman atau teknik pengummpulan data, yaitu teknik pengukuran atau tes dan bukan pengukuran atau non tes.

Teknik pengukuran atau teknik tes merupakan pengumpulan data dengan menggunakan alat-alat yang disebut tes dan skala. Alat ini bersifat standar atau baku karena telah dibakukan atau distandarisasikan. Karena sifatnya sebagai alat ukur dan telah dibakukan maka alat ini bersifat mengukur dan hasilnya adalah hasil ukur, dinyatakan dalam angka atau klasifikasi tertentui.

Teknik Tes

Teknik non-tes merupakan cara pengumpulan data tidak menggunakan alat-alat baku, dengan demikian tidak bersifat mengukur dan tidak diperoleh angka-angka sebagai hasil pengukuran. Beberapa teknik non-tes yang bisa digunakan dalam pemahaman individu adalah: observasi, wawancara angket, studi dokumenter, skala, sosiometri, otobiografi, studi kasus dan konferensi kasus.

Teknik Non-Tes

Page 81: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XII PEMAHAMAN PRIBADI SISWAA. Tujuan & Kegunaaan PemahamanB. Aspek-Aspek yang DipahamiC. Teknik-Teknik PemahamanD. Penggunaan Hasil Pemahaman

Perkembangan belajar siswa di sekolah tidak selalu berjalan lancar, adakalanya mengalami hambatan ataupun kemacetan. Apabila siswa terhambat atau bahkan mengalami kemacetan dalam belajarnya guru atau pembimbing tidak boleh tinggal diam, ia harus berusaha memberikan bantuan. Bantuan yang diberikan guru atau pembimbing tidak dapat diberikan begitu saja, sebab walaupun dua orang siswa memperlihatkan kesulitannya yang kelihatan sama, tetapi belum tentu benar-benar sama, sebab faktor-faktor yang melatarbelakanginya berbeda.

Pembimbingan Siswa

Sebelum menyiapkan rencana pelajarannya atau susunan pelajaran guru hendaknya mempelajari dulu rekord siswa. Melalui pemanfaatan rekord tersbeut guru akan memperoleh gambaran umum tentang kondisi dan masalah siswa. Rekord siswa juga dapat digunakan untuk mengadakan berbagai usaha penyesuaian pelajaran dengan perbedaan individu.

Penyususnan & Penyempurnaan Pengajaran

Page 82: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XIII Bimbingan Belajar

A. Konsep Bimbingan

B. Tujuan & Fungsi BK

C. Layanan BK

D. Bimbingan Belajar di Skeolah

Menurut James P. Adam konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.

E. Teknik-Teknik Bimbingan Belajar

Rogers memberikan pengertian Konseling yaitu serangkaian kontak atau hubungan bantuan langsung dengan individu dengan tujuan memberikan bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya).

Page 83: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XIII Bimbingan Belajar

A. Konsep Bimbingan

B. Tujuan & Fungsi BK

C. Layanan BK

D. Bimbingan Belajar di SkeolahE. Teknik-Teknik Bimbingan Belajar

Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya dimasa yang akan datang.

Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.

Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, masyarakat serta kerjanya.

Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Tujuan Bimbingan & Konseling

Page 84: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XIII Bimbingan Belajar

A. Konsep Bimbingan

B. Tujuan & Fungsi BK

C. Layanan BK

D. Bimbingan Belajar di SkeolahE. Teknik-Teknik Bimbingan Belajar

Fungsi Bimbingan Konseling

Fungsi Pemahaman

Fungsi Fasilitasi

Fungsi Penyesuaian

Fungsi Penyaluran

Fungsi Adaptasi

Fungsi Pencegahan

Fungsi Perbaikan

Fungsi Penyembuha

n

Page 85: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XIII Bimbingan Belajar

A. Konsep Bimbingan

B. Tujuan & Fungsi BK

C. Layanan BK

D. Bimbingan Belajar di SkeolahE. Teknik-Teknik Bimbingan Belajar

Pengumpulan data

Pemberian informasi

Penempatan

Konseling

Penyesuaian diri

Evaluasi dan tindak lanjut

Layanan

Bimbingan dan

Konseling

Page 86: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XIII Bimbingan Belajar

A. Konsep Bimbingan

B. Tujuan & Fungsi BK

C. Layanan BK

D. Bimbingan Belajar di SkeolahE. Teknik-Teknik Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa.

Sebelum memberikan bantuan guru terlebih dahulu harus berusaha memahami kesulitan yang dihadapi siswa, meneliti faktor-faktor yang melatarbelakangi kesulitan tersebut.

Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan masalah serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya.

Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi.

Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru bekerja sama dengan staf sekolah yang lain.

Orang tua adalah pembimbing belajar siswa di rumah.

Bimbingan belajar dapat diberikan dalam situasi belajar di kelas, di laboratorium, dsb.

Prinsip

Bimbingan

Belajar Di

Sekolah

Page 87: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XIII Bimbingan Belajar

A. Konsep Bimbingan

B. Tujuan & Fungsi BK

C. Layanan BK

D. Bimbingan Belajar di SkeolahE. Teknik-Teknik Bimbingan Belajar

Keseluruhan teknik bimbingan (dan konseling) dibedakan antara teknik bimbingan kelompok dan bimbingan individual. Bimbingan individual adalah suatu bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) dalam situasi individual. Teknik bimbingan ini ada yang bersifat informatif (memberikan iformasi) dan ada juga yang bersifat terapeutik atau menyembuhkan. Beberapa teknik bimbingan individual yang bersifat informatif adalah ceramah/penjelasan, wawancara, nasihat, penyampaian bahan-bahan/tertulis, penyam-paian informasi melalui media elektronika dll. yang diberikan secara individual.

Bimbingan Individu

Bimbingan kelompok merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan inipun ada yang bersifat informatif, dan terapeutik, tetapi juga ada yang bersifat adjustif. Bimbingan kelompok yang bersifat informatif, hampir sama dengan bimbingan individual tetapi diberikan secara kelompok, seperti ceramah kelompok, nasihat kelompok, penggunaan media tulis dan media elektronika secara kelompok.

Bimbingan Kelompok

Page 88: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XIV GURU DAN TUGAS-TUGASNYA

A. Siapakah Guru

B. Kematangan Kepribadian Guru

C. Kemampuan ProfesionalD. Kemampuan Guru dalam BerkomunikasiE. Proses Pengajaran

Siapakah Guru?

Guru sebagai pribadi

Guru sebagai pendidik & pengajarGuru sebagai

pembimbing

Page 89: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XIV GURU DAN TUGAS-TUGASNYA

A. Siapakah Guru

B. Kematangan Kepribadian GuruC. Kemampuan ProfesionalD. Kemampuan Guru dalam BerkomunikasiE. Proses Pengajaran

Kedewasaan

•Tiga Ciri Kedewassaan: (1) memiliki tujuan dan pedoman hidup, (2) mampu melihat segala sesuatu secara objektif, (3) orang yang bisa bertangggung jawab.

Kesehatan Fisik & Psikis

•Gur dituntut untuk memiliki fisik dan mental yang sehat. Fisik yang sehat berarti terhindar dari berbagai macam penyakit. Guru yang sakit bukan saja tidak mungkin dapat melaksanakan tugas dengan baik, tetapi kemungkinan besar akan menularkan penyakitnya ke siswa. Sedangkan gangguan mental yang diderita guru dapat mengganggu bahkan merusak interaksi pendidikan.

Page 90: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XIV GURU DAN TUGAS-TUGASNYA

A. Siapakah Guru

B. Kematangan Kepribadian Guru

C. Kemampuan ProfesionalD. Kemampuan Guru dalam BerkomunikasiE. Proses Pengajaran

Guru merupakan suatu pekerjaan profesional. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik, selain hars memenuhi syarat-syarat kedewasaan, sehat jasmani dan rohani, guru juga harus memili ilmu dan kecakapan-kecakapan keguruan. Ilmu dan kecakapan-kecakapan tersebut diperoleh selama menempuh pelajaran di lembaga pendidikan guru.

Penguassan Ilmu & Keterampilan Keguruan

Agar mampu menyampaikan ilmu pengetahuan atau bidang sttudi yang diajarkannya ia harus menguasai ilmu atau bidang tersebut secara mendalam dan meluas. Guru matematika dituntut menguasai ilmu atau bidang studi matematika secara mendalam, jauh melampaui materi yang akan diberikan kepada para siswanya. Demikian juga dengan guru-guru bidang studi lainnya.

Page 91: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XIV GURU DAN TUGAS-TUGASNYA

A. Siapakah Guru

B. Kematangan Kepribadian Guru

C. Kemampuan ProfesionalD. Kemampuan Guru dalam BerkomunikasiE. Proses Pengajaran

► Lanjutan ...

Sifat dan Sikap

Profesional

Page 92: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XIV GURU DAN TUGAS-TUGASNYA

A. Siapakah Guru

B. Kematangan Kepribadian Guru

C. Kemampuan ProfesionalD. Kemampuan Guru dalam BerkomunikasiE. Proses Pengajaran

Bentuk komunikasi dalam mengajar

Interaksi belajar-mengajar berintikan penyampaian informasi yang berupa pengetahuan terutama dari guru kepada siswa. Dalam keadaan idela interaksi dapat pula disampaikan oleh siswa kepada guru dan kepada siswa yang lainnya.

Penyampaian informasi lisan

Para guru kemungkinan juga berkomunikasi dengan siswanya secara tertulis.,berupa penyampaian bahan tertulis tulisannya sendiri atau karya orang lain supaya dibaca dan dipelajari oleh siswa.

Penyampaian informasi tertulis

Beberapa sekolah dewasa ini sudah mulai memanfaatkan media elektronika dalam kegiatan belajar mengajar.

Komunikasi melalui media elektronik

Baik antara siswa dengan guru atau antar sesama siswa atau bahkan antar siswa dengan manusia sumber di luar sekolah, dapat terjadi komunikasi dalam berbgai kegiatan kelompok.

Komunikasi dalam aktivitas kelompok

Page 93: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XIV GURU DAN TUGAS-TUGASNYA

A. Siapakah Guru

B. Kematangan Kepribadian Guru

C. Kemampuan ProfesionalD. Kemampuan Guru dalam BerkomunikasiE. Proses Pengajaran

1. Berdasarkan jumlah siswa yang diajar dibedakan antara kegiatan mengajar klasikal, kelompok dan individual.

2. Berdasarkan jarak antara guru dengan siswa dibedakan antara mengajar jarak jauh dan tatap muka atau belajar dengan komunikasi tidak langsung dan komunikasi langsung.

3. Berdasarkan media yang digunakan antara mengajar secara lisan, menggunakan media tulis dan media elektronika.

4. Berdasarkan dominasi peranan guru dan siswa, dibedakan mengajar yang bersifat ekspositori dan mengajar inkuiri-discovery.

5. Mengajar dengan menggunakan alat peraga atau audio-visual aid.

Bentuk Pengajaran yang Dilakukan oleh Guru

Page 94: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

► BAB XIV GURU DAN TUGAS-TUGASNYA

A. Siapakah Guru

B. Kematangan Kepribadian Guru

C. Kemampuan ProfesionalD. Kemampuan Guru dalam BerkomunikasiE. Proses Pengajaran

Penyampaian Informasi

► Lanjutan ...

Menyampaikan informasi secara sistematis atau

beraturan.

Berbicara terarah kepada pencapaian

tujuan tertentu.

Berbicara dnegan semangat.

Penyampaian informasi diselingi

dengan sedikit humor.

Penyampaian informasi disertai

dengan alat tulis atau alat bantu lainnya.

Penyampaian informasi dilengkapi dengan pembuatan

sketsa.

Page 95: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
Page 96: LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN

SEKIAN & TERIMAKASIH

Back to First Slide