bab ii tinjauan pustaka a. landasan teorieprints.ums.ac.id/77107/4/bab ii.pdf · proses psikologi...

39
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Jenis Kesulitan Belajar Pada umumnya “kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih berat lagi untuk dapat mengatasinya. “Kesulitan Belajar” dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman hambatan, ataupun gangguan dalam belajar. Kondisi dan hambatan-hambatan tersebut dapat disadari dan tidak disadari oleh peserta didik yang bersangkutan. Kesulitan belajar adalah suatu keadaan di mana peserta didik / siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar yang dimaksud disini ialah kesukaran yang dimiliki siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran, kesulitan belajar yang dihadapi siswa ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampakan / ditugaskan oleh seorang guru. Kesulitan belajar dapat menghinggapi seseorang dalam kurun waktu yang lama. Kesulitan tersebut dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang baik di sekolah, pekerjaan, rutinitas sehari-hari, kehidupan keluarga, atau bahkan dalam hubungan persahabatan dan bermain. Peserta didik dengan kesulitan belajarnya tentunya akan sangat mengganggu ia dalam mencapai prestasi belajar. Kesulitan belajar merupakan kelainan bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian belajar. Cakupan pengertian anak berkesulitan belajar yaitu anak yang secara signifikan menunjukkan kesulitan dalam mengikuti pendidikan pada umum

Upload: others

Post on 17-Nov-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Jenis Kesulitan Belajar

Pada umumnya “kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang

ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu

tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih berat lagi untuk dapat

mengatasinya. “Kesulitan Belajar” dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam

proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk

mencapai hasil belajar. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik

tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman hambatan, ataupun

gangguan dalam belajar. Kondisi dan hambatan-hambatan tersebut dapat disadari

dan tidak disadari oleh peserta didik yang bersangkutan.

Kesulitan belajar adalah suatu keadaan di mana peserta didik / siswa tidak

dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar yang dimaksud disini ialah

kesukaran yang dimiliki siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran,

kesulitan belajar yang dihadapi siswa ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran

yang disampakan / ditugaskan oleh seorang guru. Kesulitan belajar dapat

menghinggapi seseorang dalam kurun waktu yang lama. Kesulitan tersebut dapat

memengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang baik di sekolah, pekerjaan,

rutinitas sehari-hari, kehidupan keluarga, atau bahkan dalam hubungan

persahabatan dan bermain. Peserta didik dengan kesulitan belajarnya tentunya

akan sangat mengganggu ia dalam mencapai prestasi belajar. Kesulitan belajar

merupakan kelainan bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian

belajar. Cakupan pengertian anak berkesulitan belajar yaitu anak yang secara

signifikan menunjukkan kesulitan dalam mengikuti pendidikan pada umum

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

7

nya, tidak mampu mengembangkan potensinya secara optimal, prestasi

belajar yang dicapai berada di bawah potensinya sehingga mereka

memerlukan perhatian dan pelayanan khusus untuk mendapakan hasil

terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Anak berkesulitan

belajar secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik

khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungi neurologis,

proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi

belajarnya rendah dan anak tersebut beresiko tinggi tinggal kelas.

Menurut Erman Amti dan Marjohan dalam Mulyadi (2016: 67),

bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang dialami oleh seorang

murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Pendapat hampir

sama disampaikan oleh Masrizal dalam Mulyadi (2016: 144), bahwa

kesulitan belajar adalah kondisi yang dialami oleh peserta didik berupa

hambatan-hambatan yang terjadi untuk mencapai tujuan belajar, misalnya

cacat tubuh, kurang pendengaran, kurang penglihatan, dan buta. Burton

dalam Mulyadi (2016: 68) mengidentifikasi seorang peserta didik diduga

mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan menunjukkan

kesulitan dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kesulitan belajar

didefinisikan sebagai berikut:

1. Siswa dikatakan mengalami kesulitan apabila dalam batas waktu

tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan

atau tingkat penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang

telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru.

2. Siswa dikatakan mengalami kesulitan yang bersangkutan tidak dapat

mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya. Ia diramalkan

akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi namun

ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya.

3. Siswa dikatakan mengalami kesulitan jika yang bersangkutan tidak

dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

8

sosial sesuai dengan pola organismiknya pada fase perkembangan

tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang

bersangkutan.

4. Siswa dikatakan mengalami kesulitan jika yang bersangkutan tidak

berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai

prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya.

Berdasarkan pengertian kesulitan belajar di atas, dapat disimpulkan

kesulitan belajar sebagai suatu proses atau upaya untuk memahami jenis

dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan

menghimpun dan menggunakan berbagai data atau informasi selengkap

dan seobyekif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil

kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif kemungkinan

pemecahan dari kesulitan belajar yang dialaminya.

a) Jenis-jenis Kesulitan Belajar di sekolah.

Menurut Moh.Surya dalam Mulyadi (2016: 69), ada beberapa ciri

tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gejala kesulitan belajar,

antara lain:

1) Menunjukkan hasil belajar yang rendah (di bawah rata-rata nilai

yang dicapai oleh kelompok kelas).

2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.

Mungkin murid yang selalu berusaha dengan giat tapi nilai dicapai

selalu rendah.

3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu

tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai

dengan waktu yang tersedia.

4) Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos,

datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu

di dalam kelas dan di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran,

mengasingkan diri, tersisih dan tidak mau bekerja sama.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

9

5) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti

pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira

dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya dalam menghadapi

nilai rendah tidak menunjukkan sedih atau menyesal, dan

sebagainya.

b) Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kesulitan Belajar

Faktor internal atau faktor yang terdapat di dalam diri peserta

didik itu sendiri antara lain:

1) Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik.

Kemampuan dasar (inteligensi) merupakan wadah bagi

kemungkinan tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Jika

kemampuan dasar rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan

rendah pula, sehingga menimbulkan kesulitan belajar.

2) Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu.

Sebagaimana halnya inteligensi, bakat juga merupakan wadah

untuk mencapai hasil belajar tertentu. Peserta didik yang kurang

atau tidak berbakat dalam suatu kegiatan belajar tertentu akan

mengalami kesulitan dalam belajar.

3) Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar, tanpa motivasi

yang besar peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam

belajar, karena motivasi merupakan faktor pendukung kegiatan

belajar. Persaingan yang sehat, baik antarindividu maupun

antarkelompok dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

4) Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi peserta didik pada

waktu tertentu dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar,

misalnya konflik yang dialaminya, kesedihan dan lain sebagainya.

5) Faktor jasmaniah yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti

gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, dan

gangguan pendengaran.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

10

6) Faktor hereditas (bawaan) yang tidak mendukung kegiatan belajar

seperti buta warna, kidal, trepor, cacat tubuh lainnya.

7) Tidak mempunyai tujuan yang jelas. seseorang yang tidak

mempunyai tujuan belajar yang jelas, dalam belajar hanya sekadar

buang–buang waktu, tujuan yang samar, tidak reality, juga dapat

menghalang atau kemampuan belajar.

8) Latar belakang pengalaman yang pahit. Misalnya peserta didik

yang sekolah sambil kerja, kemungkinan ekonomi orang tua

memaksa anak didik harus bekerja demi membiayai sendiri uang

sekolah, waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar dengan

terpaksa digunakan untuk bekerja.

9) Cita-cita yang tidak relevan atau salah pilih jurusan. Jurusan yang

tidak diinginkan tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga

dalam mengikuti proses belajar mengajar tidak diikuti dengan

serius atau asal-asalan saja.

10) Seks atau pernikahan yang tidak terkendali, misalnya masuk dalam

pergaulan bebas dengan lawan jenis

11) Pengetahuan dan keterampilan dasar yang kurang memadai atau

bahan yang dipelajari atau penguasan bahan yang dipelajari atau

penguaaan bahan daar dari pengetahuan dan pengetahuan yang

pernah dipelajari akan menjadi kendala dalam menyerap

pembelajaran.

12) Penyesuaian yang sulit, cepat menyerapnya bahan pelajaran

tertentu, menyebabkan peserta didik yang lain susah untuk

mengimbanginya dalam belajar.

Adapun faktor yang terdapat di luar diri peserta didik (faktor ekstern)

yang dapat memengaruhi kesulitan belajar siswa adalah:

1) Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi

belajar peseta didik, seperti cara mengajar, sikap guru, kurikulum

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

11

atau materi yang akan dipelajari, perlengkapan belajar yang tidak

memadai dan sebagainya.

2) Situasi dalam keluarga mendukung situasi belajar peserta didik,

seperti rumah tangga yang kacau (broken home), kurangnya

perhatian orang tua karena sibuk dengan pekerjaanya, kurangnya

kemampuan orang tua dalam memberi pengarahan dan sebagainya.

3) Situasi lingkungan sosial yang mengganggu kegiatan belajar siswa,

seperti pengaruh negatif dari pergaulan, situasi masyarakat yang

kurang memadai, gangguan kebudayaan, film, bacaan, permainan

elektronik play station, dan sebagainya.

4) Kemampuan ekonomi keluarga:

a) Kurangnya alat belajar bagi anak dirumah sehingga kebutuhan

belajar yang dibutuhkan tidak ada, maka kegiatan belajar

anakpun terhenti.

b) Kurangnya biaya yang disediakan orangtua sehingga anak harus

ikut memikirkan bagaimana cara mencari uang untuk biaya

sekolah, anak yang belajar sambil mencari uang, sekolah dengan

terpaksa belajar apa adanya dengan kadar kesulitan belajar yang

bervariasi.

c) Ekonomi yang berlebihan atau terlalu tinggi yang membuat anak

enggan belajar karena terlalu banyak bersenang-senang.

d) Kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang, dimana

kebiasaan belajar yang dicontohkan dan sesuka hati, dan dekat

waktu ulangan baru belajar habis-habisan.

e) Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan, orang tua

pilih kasih dalam menyayangi anak, seolah-olah ada anak tiri,

dan anak kandung, seperti anak yang berprestasi disanjung dan

anak yang tidak berprestasi dicemooh, sikap dan perilaku

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

12

orangtua yang seperti itu membuat anak frustasi dan malas

belajar.

Faktor pada lingkungan sekolah yang memengaruhi kesulitan belajar

peserta didik adalah:

1) Pribadi guru yang tidak baik, kondisi guru yang tidak baik, akan

mengakibatkan siswa mengalami kesulitan belajar. Kepribadian

yang dimiliki oleh guru yang tidak baik seperti pemarah, kasar,

guru yang tidak menyayangi muridnya. Ini mudah sekali

menimbulkan kesulitan belajar, siswa tidak berkembang, semangat

siswa untuk belajar menjadi hilang.

2) Guru kurang berkualitas, baik dalam pengambilan metode ataupun

dalam penguasaan bahan pelajaran yang dipenganggnya, kurang

jelas, sehingga sukar dimengerti oleh anak.

3) Hubungan guru dan murid tidak harmonis, hal ini bermula dari sifat

guru yang tidak disenangi oleh muridnya, seperti guru bersifat

kasar, suka marah, suka mengejek, dan tidak pernah senyum.

4) Alat atau media yang kurang memadai, alat pelajaran yang kurang

lengkap membuat penyajian pelajaran tidak baik terutama pelajaran

yang bersifat praktikum. Kurangnya alat pelajaran akan

menimbulkan kesulitan belajar.

5) Suasana sekolah yang kurang menyenangkan, misalnya bising dan

letak sekolah berdekatan dengan rumah penduduk, pasar, pabrik,

sehingga anak sulit untuk berkonsentrasi.

6) Bimbingan dan penyuluhan yang tidak berfungsi. Bimbingan ini

bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan

perkembangan meliputi aspek pribadi, sosial, beajar, dan basis.

Bimbingan belajar ini dimaksud untuk mencapai tujuan dan

perkembangan dalam belajar.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

13

Pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 dengan menggunakan

pembelajaran tematik, menurut Akbar (2016: 17) menjelaskan bahwa

pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang

mengintegrasikan beberapa kompetensi dari beberapa mata pelajaran ke

dalam satu tema dalam proses pembelajaran yang bermakna dan sesuai

dengan perkembangan peserta didik. Selain itu dalam pendekatan yang

digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 dengan menggunakan

pendekatan saintifik, Menurut Majid & Rochman (2015: 3).

“Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi

langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode

ilmiah” (Majid & Rochman, 2015: 3). Pelaksaanaan pendekatan santifik

terdiri dari keterampilan mengamati, menanya, mencoba, menganalisis,

dan mengkomunikasikan (Permendikbud No 81A Tahun 2013), dan

dalam pelaksaanaanya tidak harus urut keterampilan 5M. Jenis kesulitan

belajar pada pembelajaran tematik yaitu mengamati, menanya, mencoba,

menganalisis dan mengkomunikasikan.

2. Peran Guru

a. Pengertian Peran Guru

Para pakar pendidikan memaparkan banyak teori mengenai guru

profesional yang efektif dan guru yang unggul (the excellence teacher),

misalnya, Gage dan Berliner dalam Suyono (2011: 187), melihat ada tiga

fungsi utama guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai perencana

(planner), pelaksana dan pengelola (organizer) dan penilai (evaluator).

Sementara itu, Makmur dalam Suyono (2011: 188), dalam kaitan dengan

pendidikan sebagai media dan wahana transfer sistem nilai berpendapat

bahwa ada lima peran dan fungsi guru, yaitu sebagai konservator

(pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma-norma

kedewasaan, inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan,

sebagai transmitor (penerus) sistem nilai tersebut kepada peserta didik,

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

14

transformator (penerjemah) sistem nilai tersebut melalui penjelmaan

dalam pribadi dan perilaku, melalui proses interaksinya dengan peserta

didik, serta organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang

dapat dipertanggung jawabkan dalam proses transformasi sistem nilai.

Sementara itu Ivor K. Davies dalam Suyono (2011: 188), meng

ungkapkan adanya enam peran dan fungsi guru terdiri dari: a scene

designer (perancang adegan) dengan asumsi suasana pembelajaran adalah

suatu teater dengan guru sebagai sutradaranya, a builder (pembangun)

membangun kecakapan dan keterampilan peserta didik secara utuh, a

leaner (pembelajar) bahwa sambil mengajar guru belajar, sehingga siswa

adalah seorang co-learner, an emancipator (penggagas dan pelaksana)

emansipasi) guru harus secara adil memberikan kesempatan kepada

semua murid untuk mengembangkan potensinya dengan tidak

memandang jenis kelamin, ras, bangsa, suku, agama dan posisi sosial

ekonominya, a conserver (pemelihara, pelestari) melalui pembelajaran

guru melakukan pelestarian nilai-nilai luhur bangsa, serta a culminater

(peraih titik puncak), guru merancang pembelajaran dari awal sampai

akhir (kulminasi) dari yang sederhana menuju yang kompleks,

selanjutnya bersama siswa meraih titik puncak berupa kesuksesan

pembelajaran.

Dalam kaitan ini, sebuah karya telah dilahirkan oleh Earl V. Pullias

dan James D. Young dalam Suyono (2011: 189), di dalam bukunya A

Teacher Is A Many Things. Dalam buku yang menjadi banyak rujukan ini,

mereka mengutarakan apa saja peran guru sesungguhnya. Pullias dan

Young mengutarakan ada empat belas peran yang melekat pada seseorang

guru yang unggul. Keempatbelas peran guru yang unggul itu adalah:

1) Guru sebagai Guru

Guru sebagai guru sebenarnya merupakan insan kamil, manusia

unggul yang mampu beradaptasi dan melakukan tranformasi diri dan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

15

senantiasa bergelut dari suatu perbaikan ke perbaikan lain sebagai

pengajar guru membantu dan membimbing siswa yang sedang

berkembang untuk belajar. Pengajar yang unggul yang sesungguhnya

akan selalu dikenang siswanya, karena dia demikian terampil

menyederhanakan suatu masalah yang pelik dan rumit, kemudian

menjelakan (explaining) dengan gamblang prinsip-prinssip yang

terkait dengan penyelesaian masalah tersebut. Selanjutnya guru

sebagai pengajar yang unggul membantu para siswa pembelajar

untuk mengembangkan cara-cara belajarnya sendiri.

Ada sejumlah tips yang perlu dilaksanakan seorang guru sebagai

guru, antara lain sebagai berikut :

a) Berilah contoh, kontekstualkan pembelajaran.

b) Nyatakan sesuatu yang dipelajari dalam istilah-istilah yang

sederhana.

c) Uraikanlah masalah menjadi bagian-bagian yang sederhana.

d) Letakkanlah bagian-bagian persoalan bersama-sama sehingga

seluruh masalah dapat dipahami dengan mudah.

e) Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang bermakna.

f) Bereaksilah, tunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap

pertanyaan yang diajukan siswa.

g) Dengarkanlah dan simaklah, biarkan siswa menjelaskan kesulitan-

kesulitan belajarnya, ciptakan suatu kondisi sehingga terjadi

diskusi yang hidup.

h) Beri inspirasi untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa. Rasa

percaya diri (self confidence) merupakan sejenis keterampilan

hidup (life skill) yang amat penting bagi siswa, sehingga muncul

kesadaran diri (self awareness) sebagai seseorang yang bermakna.

i) Sediakan fasilitas bagi kemungkinan munculnya berbagai cara

pandang, lihat dan simaklah bahan ajar dari berbagai aspek.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

16

j) Beri peluang bagi munculnya berbagai pengalaman belajar dari

sesuatu yang sedang dipelajari, artinya gunakan metode

pembelajaran yang bervariasi, terbukalah.

k) Ubahlah cara siswa dalam menjelaskan sesuatu agar sesuai dengan

kemampuan dan derajat perkembangan kognitifnya, kemudian

biarkan dia mengaitkan situasi belajar baru dengan sesuatu yang

pernah dipelajarinya agar pengetahuan terkonstruk dalam

pikirannya.

l) Sajikan pembelajaran yang menyenangkan dan dinamis.

2) Guru sebagai Teladan

Kualitas dan kekuatan dari teladan seorang guru berkaitan erat

dengan karakter dan efektivitas guru. Makin efektif seorang guru

maka makin tinggi potensi dan kekuatannya sebagai teladan. Teladan

yang efektif akan mampu memberi semangat dan keberanian kepada

para siswa untuk belajar. Agar efektif sebagai teladan, ada sejumlah

faktor yang harus diperhatikan oleh guru :

a) Sikap dasar, yaitu sikap psikologis guru dalam menyelsesaikan

masalah yang penting dan berdampak kepada kesuksesan,

kegagalan, pembelajaran, kecakapan manusiawi, cinta, kebenaran,

hubungan antarinsan, dan sebagainya.

b) Kecakapan berbicara, termasuk penggunaan intonasi dan

pemilihan kata yang tepat.

c) Kebiasaan kerja (work habbit), termasuk konsistensinya, kerapian,

dan kedisiplinannya.

d) Sikap terhadap pengalaman dan kesalahan, baik yang dilakukan

diri sendiri maupun oleh orang lain.

e) Pakaian, menampilkan ciri kepribadian.

f) Hubungan antarmanusia, terutama terkait cara menangani emosi.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

17

g) Model berpikir (paradigma), terkait dengan cara pikiran bekerja

bila menghadapi masalah (problem solving).

h) Kebiasaan emosional.

i) Sistem penilaian suka dan tidak suka, terkait dengan pembuatan

keputusan dan penilaian yang adil.

j) Pertimbangan, keterampilan yang digunakan di dalam menilai

berbagai jenis situasi.

k) Kesehatan, guru yang kompeten, tetapi sering terganggu

kesehatannya akan membuat penilaian siswa terhadapnya menjadi

surut.

l) Gaya hidup. Guru yang baik bukan guru yang suka pamer

kekayaan, pamer kesuksessan, dan terkesan konsumeristik.

3) Guru sebagai Penasihat

Seorang guru harus mau terbuka dan mau berbagi, untuk merasa

risih dan terganggu karena dijadikan tempat “curhat” untuk para

siswanya. Guru yang baik harus mengenal dan memahami karakter

dan latar belakang setiap siswa dikelasnya. Guru yang demikian tidak

hanya puas dengan memanggil mereka anak-anak, tetapi harus

beranggapan bahwa mereka benar-benar anak-anaknya sendiri.

Dengan demikian rasa enggan, rasa takut anak-anak akan terkikis dan

mereka akan merasakan kedekatan itu sebagai modal untuk saling

berbagi tentang problema kehidupan yang mereka hadapi.

4) Guru sebagai Pemegang Otoritas

Pemegang otoritas adalah jabatan ex officio guru saat ia ditugasi

mengampu mata pelajaran tertentu atau menjadi guru kelas di kelas

tertentu. Memang ia yang menentukan hitam putihnya kelas yang

menjadi tanggung jawabnya, tetapi bukan berarti bahwa kewenangan

itu digunakan semena-mena sehingga ia bersikap otoriter. Murid,

dalam situasi pembelajaran yang demikian itu sudah tentu akan pasif

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

18

dan reseptif, tidak berkembang kreativitas dan kemandiriannya.

Pemegang otoritas dapat amat adil, toleran, terbuka dan demokratis.

Guru sebagai pemegang otoritas tahu tentang sesuatu, yaitu

pengetahuan tentang mata pelajaran yang diampunya, dan menyadari

sepenuhnya bahwa ia tahu tentang sesuatu itu. Dengan otoritas

keilmuan ini maka tidak mustahil akan muncul berbagai pertanyaan

dari para siswanya. Oleh sebab itu, sebagai pengajar ia harus selalu

dengan mudah hati melakukan pencarian kebenaran secara terus

menerus, sehingga ia siap menggunakan otoritas keilmuannya dengan

penuh rasa percaya diri jika ada pertanyaan atau keluhan dari siswa.

Guru yang memiliki otoritas keilmuan semacam ini memberikan

tiga manfaat kepada siswa. Pertama, akan timbul rasa yakin dan

aman dari pembelajar karena ia dipandu oleh orang yang kompeten.

Kedua, memberi motivasi yang kuat kepada pembelajar untuk tahu

lebih banyak. Ketiga, guru menjadi teladan tentag apa motivasi yang

diraih dari belajar.

5) Guru sebagai Pembaru

Belajar pada hakikatnya yaitu belajar sejarah. Setiap ilmu

pengetahuan dan teknologi yang berkembang pada saat ini adalah

warisan karya agung manusia di masa lalu. Karya agung semacam itu

diungkapkan dalam bahasa yang khas sesuai dengan perkembangan

zamannya. Oleh sebab itu, dapat dipahami bahwa murid sebagai

generasi baru dengan kesenjangan waktu yang cukup, mengalami

kesulitan dalam membaca, menerjemahkan, dan mencerna berbagai

karya agung yang lahir dari berbagai khasanah pengetahuan itu.

Dengan demikian menjadi tugas guru untuk menerjemahkan

sekaligus membahasakan berbagai karya IPTEK itu kepada murid

dengan gaya bahasa yang baru yang mudah dipahami oleh siswanya.

Inilah makna guru sebagai pembaharu, dia harus memperbaharui

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

19

seluruh “bahasa” dari karya agung manusia itu sehingga dapat

dipahami lebih mudah oleh muridnya.

Tugas guru adalah menyampaikan kekayaan karya agung,

warisan budaya dan hikmah kebijakan manusia di masa lalu dengan

suatu bahasa, dan istilah yang modern, istilah yang mudah dipahami

oleh para siswa pada saat ini. Ini terkait dengan pilihan metode dan

strategi pembelajaran oleh guru. Dengan demikian, guru agar dapat

menyesuaikan diri dengan perkembangan, serta tidak jauh dari

realitas kehidupan siswa, harus selalu memordenisasi memperbarui

gaya serta cara berpikirnya, memperbarui gaya mengajarnya.

6) Guru sebagai Pemandu

Pembelajaran adalah suatu wisata, wisata yang berjalan dari

suatu ilmu pengetahuan satu menuju pos pengetahuan yang lain, dari

suatu kompetensi dasar menuju ke kompetensi dasar yang lain. Ex

dalam setiap pos, siswa akan menjumpai sejumlah kekayaan

pengetahuan dan hikmah dari pembelajaran. Siswa adalah

pelancongnya dan guru adalah pemandunya. Sebagai pemandu, guru

menetapkan tujuan, arah dan aturan atau ketentuan perjalanan sesuai

dengan keinginan dan kemampuan para siswa. Ia menentukan jalan

yang harus dilewati (metode pembelajaran) membuat setiap aspek

wisata lebih bermakna. Ada sejumlah tips yang harus dilakukan guru

dalam memandu wisata pembelajaran, yaitu:

a) Selalu merencanakan tujuan program pembelajaran dengan baik.

Guru wajib menyiapkan silabus dan rancangan pembelajaran di

mana standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan

pembelajaran jelas tergambarkan.

b) Harus berupaya agar siswa dapat melaksanakan wisata

pembelajaran dengan baik.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

20

c) Guru harus mampu mencari berbagai metode untuk secara

langsung mengaitkan proses pembelajaran kepada pengalaman

dinamis kehidupan.

d) Guru yang efektif akan mencoba memasukkan penilaian sebagai

bagian dari proses balajar, tidak hanya pada aktif pembelajaran.

7) Guru sebagai Pelaksana Tugas Rutin

Tugas rutin yang dikerjakan dan diselesaikan dengan baik akan

menghasilkan suatu tatanan dan keyakinan yang penting bagi

timbulnya karya kreatif. Tugas rutin justru menantang timbulnya

kreativitas. Bila tugas rutin dikerjakan dengan serampangan dan asal-

asalan tidak mustahil dapat menyurutkan minat siswa untuk belajar

serta menghalangi munculnya suatu gagasan kreatif.

Tugas rutin guru yang tak terelakkan, yaitu:

a) Merencanakan pembelajaran, menyiapkan silabus dan menyusun

RP (rancangan pembelajaran).

b) Menyusun kisi-kisi dan soal-soal tes, melaksanakan ulangan, tes

atau ujian, memberikan tugas pekerjaan rumah, tugas proyek

maupun tugas portofolio, dan yang lain.

c) Membaca, memberikan komentar, menilai dan mengembalikan

tugas-tugas siswa.

d) Bersama-sama murid menetapkan kontrak belajar, menetapkan

peraturan bagi kegiatan kelompok, termasuk aturan dalam diskusi

kelompok.

e) Menyiapkan bahan-bahan pembelajaran berikutnya, maupun

berbagai tugas rutin yang lain.

8) Guru sebagai Insan Visioner

Guru adalah seorang visioner, insan yang memiliki visi pribadi

dan dituntut untuk mampu memberikan ilham kepada muridnya agar

memiliki visi tentang kemuliaan dan kebesaran. Guru yang visioner

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

21

harus mampu menyemaikan benih, menumbuhkan dan mengembang

kan visi mulia kemanusiaan semacam ini kepada muridnya. Pem

belajaran yang baik harus mendukung visi pendidikan di dalam

memberdayakan (empowering), mengembangkan kapabilitas potensi

(ennabling) dan memuliakan (ennobling) kehidupan peserta didik

pada nantinya. Sehingga mengajar dan membelajarkan dapat diyakini

sebagai suatu cara untuk membantu siswa agar memperoleh sejumlah

pengalaman dengan kualitas tertentu yang unggul yang dapat

membantu mereka mengembangkan potensi terbaiknya sebagai

makhluk manusia.

9) Guru sebagai Pencipta

Guru adalah seseorang yang tumbuh berkembang menjadi

dewasa dan dibentuk oleh pengalamannya. Karena pengalaman selalu

berubah, maka sebagaimana halnya orang dewasa yang lain, guru

selalu diciptakan dan dibentuk oleh kedewasaannya sendiri. Di dalam

proses “penciptaannya”, guru juga sedang membentuk mempengaruh

dan “menciptakan” seorang anak yang sedang tumbuh dan

berkembang, dan biasanya proses penciptaan itu secara otomatis

sering sering dilandasi cetakan pengalamannya sendiri. Dalam kaitan

ini ada sejumlah hal yang harus diperhatikan oleh guru sebagai

pencipta dan pembangun kreativitas murid, yaitu :

a) Kreativitas adalah fitrah yang melekat pada manusia yang

diperolehnya dari berguru dari alam sekelilingnya dan bersumber

dari energi kreatif yang tidak aakn pernah habis sebagai anugerah

dari Sang Maha Pencipta.

b) Bahasa adalah karya agung hasil kreativitas manusia yang

memungkinkan bergulirnya berbagai jenis kreativitas yang lain.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

22

c) Agar tumbuh kreativitas, maka manusia harus saling berbagi

dalam hal cinta, kepercayaan, keyakinan, kebenaran, keindahan,

kecantikan, kebaikan, imajinasi, dan tujuan hidup.

d) Seluruh aktivitas guru hendaknya dipandu oleh motivasi yang kuat

untuk mewujudkan potensi kreatif dari seluruh pembelajar.

e) Guru harus selalu membongkar dan menata ulang paradigma

pembelajaran kreatif, sehingga kreativitas tidak pernah padam.

f) Situasi belajar harus diupayakan sebagai wahana pencarian kreatif.

g) Walaupun kreativitas merupakan fitrah manusia, ia selalu tetap

harus selalu dilatih, dipertajam dan dikembangkan dalam situasi

pembelajaran yang terkontrol.

10) Guru sebagai Orang yang Realistis

Dalam kehidupan sehari-hari, guru adalah seseorang yang berani

menghadapi kenyataan a facer of reality. Ia adalah sesorang yang

menyadari bahwa ada kekuasaan yang jauh lebih besar daripada

dirinya yang mengatur seluruh aspek hidup dan kehidupannya.

Kebenaran dan kemampuan menghadapi realitas ini harus pula

ditanamkan guru kepada pribadi siswanya. Guru belajar untuk

memahami realitas dirinya sendiri maupun realitas yang terkait

dengan relasinya dengan individu muridnya. Ia harus berani

menghadapi realitas seraya membantu pula siswanya untuk me

maknai hubungan antar realitas, mengaitkan apa-apa yang dipelajari

secara tekstual menjadi kontekstual. Realitas memang tidak

selamanya membahagiakan, guru yang realistis berarti menerima

keadaan pembelajaran apa adanya sambil selalu mencari jalan ke arah

perbaikan-perbaikan. Sebagai seoang yang realistis guru harus

menyadari kenyataan bahwa:

a) Sebagian murid tidak menaruh minat terhadap pembelajaran,

b) Kecakapan murid dalam belajar amat bervariasi;

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

23

c) Hanya sedikit murid yang mampu memandang secara obyektif

kemampuannya sendiri;

d) Sering pandangan siswa terhadap gurunya tidak obyektif,

cenderung hitam-putih, suka dan tidak suka;

e) Banyak siswa yang tidak memiliki tujuan serta tidak memiliki

gagasan mengapa mereka harus berada dalam situasi belajar

tertentu, sehingga mereka, kurang perhatian.

Guru harus obyektif terhadap seluruh siswanya, jangan kemudian

memojokkan dan menganaktifkan mereka yang tidak berpandangan

positif terhadap dirinya. Atau jika ia memilih bersikap subjektif dan

bersikap memihak, maka suasana pembelajaran yang kondusif

niscaya tidak akan pernah terbentuk. Untuk menimbulkan sikap

obyektif itu cobalah untuk menghadapi setiap suasana pembelajaran

dengan penuh keceriaan dan semangat kegembiraan.

11) Guru sebagai Penutur Cerita dan Seorang Aktor

Guru sebagai penutur kisah pada kenyataannya juga seorang

aktor. Sebagai manusia ia memang Homo Iudens, baik seorang

pemain maupun seorang actor dalam panggung sandiwara kehidupan.

Seorang aktor yang baik harus benar-benar paham skenario selain

dituntut memiliki kemampuan akting yang prima. Ia harus menguasai

kecakapan berperan serta gerak tubuh, mimik, ucapan dengan ak

sentuasi yang selaras dengan peran yang dilakoninya. Walhasil, guru

yang baik harus mampu meyakinkan muridnya bahwa tidak ada atau

jarang ada pembelajaran tentang subyek tertentu sebaik yang

diajarkan. Sebagai seorang aktor guru harus mampu menyem

bunyikan perasaan dirinya sesungguhnya, walau di dalam kehidupan

pribadinya sedang dirundung masalah, dirundung kesedihan dan

sebagainya.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

24

Guru memang dituntut total mengahayati perannya, sehingga

tidak selayaknya membahas persoalan dirinya ke dalam situasi

pembelajaran. Namun yang paling pokok guru harus meng uasai

skenario, strategi, metode dan teknik pembelajaran sebaik-baiknya.

Memahami skenario artinya menguasai pokok bahasannya dengan

baik pula, berakting prima, artinya dapat menerapkan berbagai

variasi metode mengajar dalam berbagai situasi pembelajaran.

12) Guru sebagai Pembongkar Kemah

Guru adalah seorang pembongkar kemah (a breaker camp).

Membongkar kemah adalah suatu idiom, makna sesungguhnya

adalah suatu pola pikir atau sikap mental yang non sistematis, berani

mengambil resiko untuk meninggalkan cara berpikir dan sikap

pandang lama yang sudah mapan. Kemudian menggantinya dengan

cara berpikir dan sikap pandang dan cara hidup yang baru, yang

belum mapan dan penuh tantangan, menuju suatu pertumbuhan dan

perkembangan pribadi. Inilah sesungguhnya, meninggikan hikmah

pembelajaran (lesson learned) terdahulu untuk kemudian relearn,

belajar lagi dengan sikap pandang dan cara berpikir baru untuk

memperoleh hikmah pembelajaran yang baru pula.

Dalam hal ini tugas guru adalah harus selalu memahami berbagai

sikap pandang siswa yang ternyata menghambatnya untuk mencapai

tujuan, di sisi lain juga harus mengetahui berbagai kekuatan siswa

yang harus dikembangkan, sesuai dengan derajat perkembangan

mental, sosial, dan moral siswa. pendidikan dan pembelajaran yang

baik harus mampu membantu pembelajar menyelesaikan berbagai

masalahnya saat ini, dengan membongkar berbagai cara pandang

yang lama yang menjadi hambatan, kemudian menggunakan

pengalaman belajar yang diperolehnya untuk mengantisipasi berbagai

masalah yang akan dijumpainya di masa depan. Namun bukan berarti

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

25

seluruh nilai dan cara pandang yang lama itu tidak berguna sama

ssekali. Dalam hal ini, hal terbaik yang patut dilakukan di dalam

pembelajaran adalah memenuhi peran nilai-nilai lama yang udah

mapan dan terbukti efekif bagi penyelesaian masalah yang lalu itu,

kemudian mencari cara terbaik bagi diterimanya pola pikir yang baru.

13) Guru sebagai Peneliti

Guru sebagai seorang peneliti adalah peneliti sejati. Ia memiliki

dan selalu memelihara semangat inkuiri yang tidak pernah padam. Ia

tidak sekadar menyatakan bahwa ia sedang mencari tahu sesuatu,

tetapi ia memang benar-benar sedang mencari tahu sesuatu.

Selayaknya memang, bahwa keinginan para guru untuk mengetahui

dan memahami sesuatu itu demikian besar. Pembelajar sejati senan

tiasa mencintai pengetahuan atau jatuh cinta pada pembelajaran,

kaidah ini berlaku baik bagi guru maupun peserta didik. Guru adalah

seorang peneliti, pencari tahu segala sesuatu. Sebagai manusia sudah

menjadi fitrah bawaannya bahwa ia dilahirkan penuh oleh semangat

kuriositas, rasa ingin tahu. Sementara itu, karena ia dituntut untuk

memberitahukan, meng informasikan pengetahuaannya kepada para

siswanya, maka usaha pencarian tahu, sebagai peneliti akan berupaya

mencari tahu terhadap kebenaran yang tidak terbatas, tidak pernah

berakhir sepanjang kehidupannya (the never ending pursuit of the

truth).

Sikap guru untuk selalu merasa tidak tahu dan selalu meneliti

dan menyelidiki segala sesuatu, akan mudah dirasakan dan dicontoh

murid-muridnya. pencarian yang terus menerus sepanjang hidup guru

dapat memberikan keyakinan kepada muridnya bahwa tidak tahu

tentang sesuatu itu jamak dan lumrah dalam kehidupan. Bahkan

harusnya dipandang sebagai suatu cara untuk tumbuh dan

berkembang daripada sebagai keterbatasan dan kelemahan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

26

14) Guru sebagai Penilai

Manusia adalah makhluk penilai, Homo menura, dengan

demikian tugas guru sebagai penilai adalah tidak terelakkan. Sebagai

pengajar, seorang guru lebih berfokus kepada penilaian dalam situasi

formal, non formal maupun informal, kapan saja dan di mana saja

sepanjang terdapat interaksi langsung atau tidak langsung dengan

anak didiknya. Di dalam melaksanakan penilaian, guru diwajibkan

memahami muridnya seutuhnya, selengkap-lengkapnya, seharusnya

bahkan seluruh potensi kecerdasannya, karena dipahami saat ini,

setiap anak memiliki potensi kecerdasan ganda (multiple intelli

gence), tinggal potensi mana yang dominan dan sesuai dengan bakat

dan minat anak. Guru harus memahami posisi anak didiknya, di

dalam kelas, di sekolah, di dalam keluarga maupun di dalam

masyarakat.

Guru yang kompeten selalu ingin tahu tentang segala hal yang

berpengaruh terhadap kinerja dan keberhasilan siswanya. Banyak

para guru serta praktisi pendidikan lainnya yang lupa bahwa

penilaian sesungguhnya, yang adil, yang komprehensif adalah

penilaian yang dilakukan terhadap proses sekaligus produk hasil

belajar. Suatu hal yang patut dicamkan, jika kegiatan pembelajaran

itu sendiri merupakan suatu penilaian, maka tidak hanya aspek kerja

sama, bahkan berbagai aspek yang lain seperti keterampilan

berkomunikasi, keterampilan sosial, keterampilan berpikir,

keterampilan hidup dan lainnya dapat teramati dan dilaporkan.

Proses penilaian pada umumnya memang kompleks, tidak dapat

dipungkiri bahwa penilaian yang paling bermakna adalah penilaian

yang terjadi pada saat guru bereaksi langsung terhadap siswanya

sesuai kinerjanya masing-masing dalam proses pembelajaran, itulah

yang disebut penilaian autentik. Guru harus selalu memperhatikan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

27

dan bertanggung jawab untuk melakukan penilaian tentang apa yang

dapat dilakukan, atau tentang apa yang harus dilakukan para

siswanya serta penilaian terhadap apa yang mungkin dilakukan oleh

para siswanya.

3. Upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar

Guru di dalam mengatasi kesulitan belajar siswa mempunyai beberapa

upaya yang diterapkan kepada siswa, yaitu sebagai berikut:

a. Bimbingan

Menurut Prayitno dan Amti dalam Tim Penulis (2016: 21)

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik

anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing

dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri

dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan

dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

b. Tutor teman sebaya

Menurut Akhmat Sudrajat (2011:140) tutor sebaya adalah

kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang siswa kepada

siswa lainnya yang salah satu siswa itu lebih memahami materi

pembelajaran. Bantuan belajar yang diberikan oleh teman sebaya

dapat menghilangkan rasa kecanggungan seperti halnya dengan

guru. Bahasa yang digunakan antara teman dengan teman lebih

dapat dipahami dari pada guru dengan siswa

c. Guru melakukan pembelajaran inovatif dan menarik

Guru didalam proses pembelajaran harus memberikan

inovasi. Menurut Udin S. Winataputra, dkk. (2011: 1.14), segala

sesuatu yang diciptakan oleh manusia dan dirasakan sebagai hal

yang baru oleh seseorang atau masyarakat sehingga dapat

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

28

bermanfaat bagi kehidupannya yang dikenal dengan istilah

“inovasi”. Selanjutnya peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat

berjalan tanpa adanya inovasi Sebagai pendidik, seyogyanya

mengetahui dan dapat menerapkan berbagai pembelajaran inovasi

agar dapat mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif

sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal atau dapat mencapai

kompetensi.

d. Guru memotivasi

Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) motivasi belajar

adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang

belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan

beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Indikator-

indikator tersebut, antara lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil,

dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa

depan, penghargaan dalam belajar, dan lingkungan belajar yang

kondusif.

e. Menggunakan media pembelajaran

Menurut Heinich yang dikutip oleh Azhar Arsyad

(2011:4), media pembelajaran adalah perantara yang membawa

pesan atau informasi bertujuan instruksional atau mengandung

maksud-maksud pengajaran antara sumber dan penerima. Sehingga

didalam pembelajaran fokus pandangan siswa akan tertuju kedepan

dan menarik perhatian siswa.

4. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah program pembelajaran yang berangkat

dari satu tema/topik tertentu dan kemudian dielaborasi dari berbagai

aspek atau ditinjau dari berbagai perspektif mata pelajaran yang biasa

diajarkan di sekolah. Menurut Beans dalam Udin Syaefudin dkk, Kadir

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

29

dan Hanun (2014: 5), pembelajaran tematik sebagai upaya untuk meng

integrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan

pengetahuannya.

Pembelajaran tematik dirancang dalam rangka meningkatkan hasil

belajar yang optimal dan maksimal dengan cara menangkat pengalaman

anak didik yang mempunyai jaringan dari berbagai aspek kehidupannya

dan pengetahuannya. Mengintegrasikan antara satu pengalaman dengan

pengalaman yang lain atau antara satu pengetahuan dengan pengetahuan

yang lain bahkan antara pengalaman dengan pengetahuan dan sebaliknya

memberikan kebermaknaan dalam pembelajaran dalam arti bahwa

pembelajaran itu memberikan fungsi yang berguna bagi kehidupan siswa.

Dengan pembelajaran tematik anak didik dapat membangun

kesalingterkaitan antara satu pengalaman dengan pengalaman lainnya

atau pengetahuan dengan pengetahuan lainnya atau antara pengetahuan

dengan pengalaman sehingga memungkinkan pembelajaran itu menarik.

Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut

siswa beraktivitas seperti ahli sains, dalam prakteknya siswa harus

melakukan rangkaianrangkaian aktivitas sesuai dengan langkah-langkah

penerapan metode ilmiah. Sehingga siswa akan aktif dalam kegiatan

pembelajaran, trampil, dan mandiri dalam menyelesaikan masalah.

Langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik yakni yang meliputi

5 aspek (5M) sebagai berikut: mengamati, menanya, mencoba,

mengasosiasi dan mengkomunikasikan.

Pembelajaran tematik mempunyai beberapa nilai positif sebagai

berikut: Panduan KTSP dalam Kadir dan Hanun (2014: 7) adalah sebagai

berikut:

1. Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu.

2. Anak didik mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

30

3. Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan

mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.

5. Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi

disajikan dalam konteks tema yang jelas.

6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam

situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu

mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain.

7. Guru dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan

secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua

atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi.

Dari berbagai faktor positif sebagaimana tersebut di atas, maka

dorongan untuk melaksanakan pembelajaran tematik dari berbagai

pihak baik dari para pendidik maupun dari pengambil kebijakan

kependidikan menjadi semakin menguat, dengan meninggalkan

pembelajaran model sebelumnya.

Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu;

2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi

muatan mata pelajaran dalam tema yang sama;

3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan

berkesan;

4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan

mengkaitkan berbagai muatan mata pelajaran lain dengan pengalaman

pribadi peserta didik;

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

31

5. Lebih semangat dan bergairah belajar karena mereka dapat ber

komunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis

sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.

6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang

disajikan dalam konteks tema / subtema yang jelas.

7. Guru dapat menghemat waktu, karena muatan mata pelajaran yang

disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan

dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan; dan

8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuhkembangkan

dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi

dan kondisi.

Fungsi pembelajaran tematik yaitu untuk memberikan kemudahan

bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi

yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar

karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata

(kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.

Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran

memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1. Anak didik sebagai pusat pembelajaran

Anak didik sebagai pelaku utama pendidikan. Semua arah dan

tujuan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan anak didik

Guru harus memberikan kemudahan-kemudahan kepada anak didik

untuk melakukan aktivitas belajar. Pendekatan belajar progresivisme,

konstruktivisme maupun humanism sebagaimana disebutkan di atas

lebih banyak menempatkan anak didik sebagai subjek belajar,

sehingga proses pembelajaran berpusat pada anak didik (student

centered education).

2. Memberikan pengalaman langsung (direct experiences)

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

32

Anak didik diharap mengalami sendiri proses pembelajarannya

dari persiapan, proses sampai produknya. Hal demikian hanya terjadi

bilamana anak didik dihadapkan pada situasi yang nyata yang tidak

lain adalah lingkungan anak didik sendiri.

3. Menghilangkan batas pemisahan antar mata pelajaran

Sesuai dengan karakter pembelajaran tematik yang terintegrasi,

maka pemisahan antara berbagai mata pelajaran menjadi tidak jelas.

Mata pelajaran disajikan dalam satu unit atau tema, dan dalam satu

unit atau tema mengandung banyak mata pelajaran, dalam arti bahwa

satu unit atau tema ditinjau dari berbagai perspektif mata pelajaran.

4. Fleksibel (luwes)

Pembelajaran tematik dilakukan dengan menghubung-hubungkan

antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan yang lain, atau

menghubungkan antara pengalaman yang satu dengan pengalaman

yang lain, bahkan menghubung-hubungkan antara pengetahuan yang

satu dengan pengalaman dan sebaliknya. Lebih-lebih sangat

ditekankan bilamana yang perlu dihubungkan adalah pengetahuan dan

pengalaman yang sudah dimiliki oleh anak didik dengan sesuatu yang

baru dan perlu dimiliki oleh anak didik. Untuk keperluan ini guru

mempunyai lahan yang luas untuk berimprovisasi dalam menyajikan

materi pelajaran dan sangat leluasa dalam memilih strategi dan metode

pembelajaran.

5. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan anak didik

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik yang harus

disesuaikan dengan kebutuhan anak, maka pembelajaran tematik

tentunya akan memberikan dorongan untuk timbulnya minat dan

motivasi belajar anak didik dan anak didik dapat memperoleh

kesempatan banyak untuk mengoptimalkan potensi yang telah

dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

33

6. Menggunakan prinsip PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif

dan Menyenangkan)

Pembelajaran tematik berangkat dari prinsip bahwa belajar itu

harus melibatkan anak ddik secara aktif dalam mengembangkan

kreativitas anak didik tetapi juga mencapai sasaran. Semua prinsip

tersebut harus ditata dalam suasana yang menyenangkan supaya tetap

menggaraikan anak anak dan tidak membosankan. Pembelajaran yang

demikian akhirnya akan menimbulkan dorongan minat dan motivasi

anak didik.

7. Holistik

Bahwa pembelajarn tematik bersifat integrated, dan satu tema

dilihat dari berbagai perspektif. Suatu gejala yang mmenjadi pusat

perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa

bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak,

sehingga memungkinkan anak didik untuk memahami suatu gejala /

fenomena dari segala sisi. Hal ini sebagai modal yang sangat baik

untuk menjadi lebih bijak menyikapi setiap kejadian yang dia hadapi /

alami.

8. Bermakna

Bermakna, yaitu meningkatkan kebermaknaan (meaningfull)

pembelajaran. Bahwa pembelajaran akan semakin bermakna bilamana

memberikan kegunaan bagi anak didik. Kebermaknaan pembelajaran

akan semakin meningkat apabila sesuai dengan kebutuhan anak didik.

Paling tidak kebermaknaan pem belajaran itu ditunjukkan dengan

terbentuknya suatu jalinan antar konsep yang saling berhubungan

antara pengetahuan dan pengalaman sebagaimana disebutkan di atas.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

34

Implikasi Pembelajaran Tematik

Implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar membawa

implikasi yang harus disadari oleh semua pihak. Implikasi itu bagaikan

sebilah mata pedang yang mempunyai dua sisi. Satu pihak

memberikan keuntungan tetapi di pihak membawa konsekuensi-

konsekuensi tertentu yang harus ditanggung oleh penanggung jawab

pendidikan.

1) Implikasi bagi guru

Tidak seperti pembelajaran biasa, pembelajaran tematik

memerlukan kecekatan guru pengampu kelas untuk melakukan

perencanaan pembelajaran tematik. Prinsip-prinsip pembelajaran

tematik yang tidak sederhana dan cenderung kompleks menuntut

kreativitas guru yang tinggi dalam menyiapkan/pengalaman belajar

bagi anak didik. Guru harus mampu berimprovisasi dalam segala

medan yang dihadapi, termasuk dalam menghadapi murid yang

kemampuannya beragam, materi atau bahan pelajaran yang tersebar

dalam beberapa sumber, menyusun kompetensi atau indikator yang

harus dicapai oleh siswa, dan sebagainya. Dalam pembelajaran tematik

ini beban guru menjadi lebih berat dan lebih banyak dibandingkan

dengan pelaksanaan pembelajaran non tematik.

2) Implikasi bagi siswa

Beban guru yang semakin meningkat akan berimplikasi pula

terhadap beban anak didik. Seperangkat persiapan guru memang harus

dapat diikuti oleh anak didik secara saksama. Anak didik harus mampu

bekerja secara individual, berpasangan atau berkelompok sesuai

dengan tuntutan skenario pembelajaran, dan perlu menyadari atau

disadarkan akan pentingnya pengaitan materi/isi kurikulum pada

masing-masing mata pelajaran agar pembelajaran menjadi bermakna

bagi kehidupan kelak. Kesiapan menerima pembelajaran yang

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

35

mengharuskan adanya keterkaitan antarsatu mata pelajaran dengan

mata pelajaran lainnya merupakan hal mutlak yang harus dipahami

oleh siswa dalam membangun pengetahuan yang lebih bermakna dan

dapat diimplikasikan.

3) Implikasi terhadap buku ajar

Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar menuntut

tersedianya bahan ajar, terutama buku ajar, yang memadai dan dapat

memenuhi kebutuhan pembelajaran yang terintegrasi antarmuatan satu

mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidup

an nyata siswa. Sekalipun, buku ajar yang sudah ada saat ini untuk ma

sing-masing mata pelajaran masih dapat dipergunakan dalam pelaksana

an pembelajaran tematik, namun pada masa mendatang perlu diupaya

kan adanya buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang ter

integrasi untuk membantu siswa sejak dini memahami berbagai ilmu

pengetahuan secara inter-disipliner. Bahan ajar tersebut berpangkal dari

tema-tema yang melekat dalam kehidupan siswa dan lingkungannya.

4) Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media

Pembelajaran tematik pada dasarnya adalah pembelajaran yang

dirancang dengan mengintegrasikan berbagai komponen mata pelajaran.

Konsekuensinya semua alat yang diperlukan untuk semua mata

pelajaran itu harus tersedia, minimal untuk masing-masing alat untuk

satu mata pelajaran dapat dipergunakan secara bersama. Bilamana

pembelajaran itu harus dilaksanakan di luar kelas (out bond) maka

kebutuhan yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran di luar

kelas itu harus tersedia pula agar pembelajaran tematik dapat dilaksana

kan secara baik.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

36

Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Pengelolaan Kelas

1) Pengaturan Tempat Belajar

Pengaturan tempat belajar di kelas meliputi pengaturan meja,

kursi, lemari, perabotan kelas, alat, media, atau sumber belajar

lainnya yang ada di kelas. Untuk pelaksanaan pembelajaran tematik,

pengaturan ruang kelas harus fleksibel atau mudah diubah-ubah oleh

siswa disesuaikan dengan tuntutan strategi pembelajaran yang akan

digunakan. Kadang-kadang bisa bentuk berjajar, atau berkelompok.

Untuk meningkatkan intensitas interaksi belajar antarsiswa, di

sarankan ruang kelas tidak dalam bentuk berjajar / berbaris.

2) Pengaturan Siswa

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik yang didasarkan atas

pengaturan siswa dapat dilakukan secara klasikal (kelompok besar),

kelompok kecil dan perorangan (individual). Kegiatan pembelajaran

klasikal dapat digunakan apabila lebih banyak bentuk penyajian

bahan pembelajaran dari guru, terutama ditujukan untuk memberikan

informasi yang lebih bersifat informatif dan faktual tentang suatu

tema yang dibahas atau sebagai pengantar proses pembelajaran

tematik. Dalam proses belajarnya, siswa lebih banyak mendengarkan

atau bertanya tentang bahan pelajaran yang tersaji dalam suatu tema.

Kegiatan yang dilaksanakan dengan pengaturan siswa dalam

kelompok kecil dilakukan dengan cara siswa di kelas dibagi menjadi

kelompok kecil (4-6 orang siswa) sesuai dengan kebutuhan dan

tujuan belajar. Kegiatan pembelajaran kelompok kecil bisa dilakukan

dengan menggunakan metode diskusi, penelitian sederhana (obser

vasi), pemecahan masalah, atau metode lain yang memungkinkan dan

sesuai dengan tujuan/kompetensi dasar yang akan dicapai dan

karakteristik materi pembelajaran itu sendiri. Pengaturan siswa secara

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

37

perorangan (individual) dalam pembelajaran tematik dapat meng

arahkan proses pembelajaran pada optimalisasi kemampuan siswa

secara individu dan dilandasi oleh prinsip-prinsip belajar tuntas (mas

tery learning). Kegiatan pembelajaran perseorangan bisa digunakan

untuk menampung kegiatan pengayaan dan perbaikan.

3) Pemilihan Bentuk Kegiatan

Dalam melaksanakan pembelajaran tematik di sekolah dasar, guru

perlu menguasai bentuk-bentuk kegiatan yang sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan belajar siswa, dimuai dari kegiatan membuka

pelajaran, menjelaskan isi tema, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

memberikan penguatan, mengadakan variasi mengajar, sampai

dengan menutup pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran berkaitan

dengan usaha guru dalam memulai pelaksanaaan pembelajaran

tematik untuk mengarahkan siswa pada kondisi belajar dan

pembelajaran yang kondusif dan bermakna (meaningful learning).

Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan tidak

menjenuhkan, maka perlu diakukan variasi pembelajaran yang

berkaitan dengan gaya mengajar guru (teaching style). Kegiatan

pembelajaran tematik harus diakhiri dengan kegiatan penutupan yang

bermakna misalnya dengan cara meninjau kembali (review) apa yang

telah dilakukan, melakukan penilaian hasil pembelajaran dan

sebagainya.

4) Pemilihan Media Pembelajaran

Anak usia sekolah dasar masih berpikir operasional konkret,

artinya pembelajaran yang dilakukan guru harus konkret dan

sederhana sehingga mudah untuk dipahami oleh siswa, untuk itu

penggunaan media dan sumber belajar merupakan suatu keniscayaan

atau keharusan kalau ingin mendapatkan hasil belajar yang optimal.

Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran tematik terpadu harus

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

38

diperhatikan mengenai optimalisasi penggunaan media pembelajaran

yang bervariasi. Tanpa media yang bervariasi maka pelaksanaan

kegiatan pembelajaran tematik terpadu tidak akan berjalan dengan

efektif. Media pembelajaran harus dijadikan sebagai bagian integral

dengan komponen pembelajaran lainnya, dalam arti tidak berdiri

sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam

rangka menciptakan situasi belajar yang bermakna. Penggunaan

media dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dapat divariasikan ke

dalam penggunaan media visual, media audio dan media audio-

visual. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat, contoh

nya seperti gambar-gambar yang disajikan secara fotografik, misal

nya gambar tentang manusia, binatang, tempat, atau objek lainnya

yang ada kaitanyya dengan bahan/isi tema yang diajarkan. Selain

gambar, terdapat juga media grafis yaitu media pandang dua dimensi

(bukan fotografik) yang dirancang secara khusus untuk meng

komunikasikan tema-tema pembelajaran. Media ini digunakan untuk

mengungkapkan fakta atau gagasan melalui penggunaan kata-kata,

angka serta bentuk symbol (lambang). Jenis media ini seperti grafik,

bagan, diagram, poster, kartun, dan komik. Media visual lainnya

yang dapat digunakan dalam pembelajaran tematik yaitu model dan

realia. Model adalah media tiga dimensi yang merupakan tiruan dari

beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar, objek yang

terlalu jauh, objek yang terlalu kecil, objek yang terlalu mahal, objek

yang jarang ditemukan, atau objek yang terlalu rumit untuk dibawa

ke dalam kelas dan sulit dipelajari wujud aslinya. Jenis-jenis media

model di antaranya: model padat (solid model), model penampang

(cutaway model), model susun (build-up model), modelkerja

(working model), mock-up dan diorama. Media realia merupakan alat

bantu visual dalam pembelajaran tematik yang berfungsi memberikan

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

39

pengalaman langsung (direct experiences) kepada siswa. Realia ini

merupakan model dan objek nyata dari suatu benda, seperti mata

uang, tumbuhan, binatang dan sebagainya.

Selain media visual, bisa juga digunakan media audio yaitu media

yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar)

yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan

siswa untuk mempelajari isi tema. Penggunaan media audio dalam

pembelajaran tematik di sekolah dasar pada umumnya untuk melatih

keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan

mendengarkan. Dari berbagai jenis media yang telah dikemukakan di

atas, tampaknya yang lebih sempurna ialah penggunaan media audio-

visual. Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi dari

media audio dan media visual atau biasa disebut media pandang-

dengar. Dengan menggunakan media audio-visual ini maka penyajian

isis tema akan semakin lengkap. Selain itu media ini dalam bata-

batas tertentu dapat juga menggantikan peran an tugas guru. Dalam

hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyampai materi, karena

penyajian materi bisa diganti oleh media.

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Adapun beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Budi Utomo, Eko Supriyanto, & Wafrotur

Rohmah pada tahun 2017 yang berjudul Pengelolaan Pembelajaran

Tematik Di SD Kemasan 1 No.64 Surakarta. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa pembelajaran tematik di Sekolah Dasar memang

terkonsep dengan baik, tapi dalam pelaksanaan di lapangan masih banyak

Sekolah Dasar yang tidak menerapkan pembelajaran tematik. Hal itu

dikarenakan guru mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran

tematik, seperti kekurangtahuan guru tentang konsep pembelajaran

tematik, daya tampung peserta didik yang berlebihan dalam kelas, dan

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

40

kekurangan jumlah kelas. Berdasarkan penelitian diatas persamaan

dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai

pembelajaran tematik di sekolah dasar, sedangkan perbedaannya yaitu

hanya membahas mengenai pengelolaan pembelajaran tematik saja, maka

pada penelitian saya membahas peran guru dalam pembelajaran tematik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Eslami Shaharbabaki Mahin dkk pada

tahun 2014 yang berjudul Prevalence of Learning Disability in Primary

School Students In Kerman City. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa ketidakmampuan (kesulitan) belajar matematika diantara anak

laki-laki dan perempuan, dan terdapat perbedaan yang signifikan dalam

menulis dan membacanya di Sekolah Dasar Kerman. Berdasarkan

penelitian diatas persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama

membahas mengenai kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa-siswa di

sekolah, sedangkan perbedaannya yaitu pada kesulitan belajar pada

matematika, maka pada penelitian saya membahas kesulitan belajar pada

pembelajaran tematik.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Khofiatun, Sa’dun Akbar, M. Ramli pada

tahun 2016 yang bejudul Peran Kompetensi Pedagogik Guru Dalam

Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa peran guru untuk menciptakan pembelajaran yang

bermakna tidak tercipta karena siswa masih cenderung mempelajari

materi secara hafalan dan guru cenderung kurang men ggali konsep-

konsep yang telah dimiliki siswa. Untuk mewujudkan keberhasilan dan

kebermaknaan pembelajaran tematik sangat bergantung pada kompetensi

yang dimiliki oleh guru kelasnya. Berdasarkan penelitian diatas

persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai

pembelajaran tematik di sekolah dasar, sedangkan perbedaannya yaitu

pada peran kompetensi pedagogik guru yaitu mengenai pengetahuan atau

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang dimiliki oleh guru,

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

41

maka pada penelitian saya membahas peran guru yang mencakup semua

kompetensi yang telah dimiliki oleh guru.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Minsih & Aninda Galih D pada tahun

2018 yang berjudul Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa guru yang mengajar memiliki

semangat dan kompetensi yang tinggi, tentunya semangat itu datang

dalam hati para guru di MIM PK. dalam setiap kali tatap muka, guru

harus menggunakan metode dan model secara bervariatif. Berdasarkan

penelitian diatas persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama

membahas mengenai peran guru, sedangkan perbedaannya yaitu peran

guru dalam pengelolaan kelas, maka pada penelitian saya membahas

peran guru dalam mengatasi kesulitan belajar.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Nury, Yuniasih pada tahun 2014 yang

berjudul Analisis Pembelajaran Tematik Pada Kurikulum 2013 di SDN

Tanjungrejo 1 Malang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

pelaksanaan pembelajaran tematik di SDN Tanjungrejo 1 Malang sesuai

dengan kurikulum tahun 2013, namun masih ada beberapa kendala antara

lain: kemampuan guru untuk mengelola kelas besar dan siswa yang belum

menguasai keterampilan dasar. Berdasarkan penelitian diatas persamaan

dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai

pembelajaran tematik, sedangkan perbedaannya yaitu pembelajaran

tematik yang terdapat kendala dalam pelaksanaannya, maka pada

penelitian saya membahas perannya guru dalam pelaksanaan

pembelajaran tematik.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Safni Febri Anzar & Mardhatillah pada

tahun 2017 yang berjudul Analisis Kesulitan Belajar Siswa Pada

Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas V SD Negeri Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat Tahun Ajaran 2015/2016. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa banyak siswa yang tidak dapat mengembangkan

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

42

pemahamannya terhadap konsep-konsep pelajaran Bahasa Indonesia

karena antara perolehan pengetahuan dan prosesnya tidak terintegrasi

dengan baik sehingga siswa mengalami kesulitan belajar Bahasa

Indonesia. Berdasarkan penelitian diatas persamaan dengan penelitian ini

adalah sama-sama membahas mengenai kesulitan belajar siswa, sedang

kan perbedaannya yaitu kesulitan belajar siswa pada pembelajaran bahasa

Indonesia di kelas V, maka pada penelitian saya membahas kesulitan

belajar pada pembelajaran tematik.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Suciana Wijirahayu pada tahun 2017 yang

berjudul Teachers’ Prior Knowledge Influence in Promoting English

Learning Strategies in Primary School Classroom Practices. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa pengetahuan awal guru sekolah dasar

yang mempengaruhi keyakinan mereka tentang strategi belajar Bahasa

Inggris sebagai Bahasa Asing (English as a Foreign Language, disingkat

EFL) dan tercermin dalam praktik di kelas mereka yang sebenarnya.

Berdasarkan penelitian diatas persamaan dengan penelitian ini adalah

sama-sama membahas mengenai guru, sedangkan perbedaannya yaitu

peran pengetahuan awal guru dalam strategi pembelajaran, maka pada

penelitian saya membahas peran guru dalam mengatasi kesulitan belajar.

8. Penelitian yang dilakukan oleh Sukiniarti pada tahun 2014 yang berjudul

Kendala Penerapan Pembelajaran Tematik Di Kelas Rendah Sekolah

Dasar. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran

tematik di SD kelas rendah akan mengalami kendala apabila guru tidak

bersikap kreatif, dan apabila tidak memiliki pemahaman yang luas

tentang tema yang dipilih dalam kaitannya dengan mata pelajaran yang

dipadukan. Berdasarkan penelitian diatas persamaan dengan penelitian ini

adalah sama-sama membahas mengenai pembelajaran tematik, sedangkan

perbedaannya yaitu pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas rendah,

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

43

maka pada penelitian saya membahas pelaksanaan pembelajaran tematik

di kelas atas.

9. Penelitian yang dilakukan oeh Syahruddin, dkk pada tahun 2013 yang

berjudul The Role of Teachers’ Professional Competence in

Implementing School Based Management: Study Analisys at Secondary

School in Pare-Pare City of South Sulawesi Province-Indonesia. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa peran kompetensi profesional guru di

Indonesia menerapkan manajemen berbasis sekolah disebabkan

rendahnya pendidikan dan fasilitas sekolah tidak memenuhi standar

pendidikan nasional minimum. Berdasarkan penelitian diatas persamaan

dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai peran guru,

sedangkan perbedaannya yaitu peran kompetensi profesional guru di

Indonesia menerapkan manajemen berbasis sekolah, maka pada penelitian

saya membahas peran guru dalam kesulitan belajar siswa pada

pembelajaran tematik.

10. Penelitian yang dilakukan oleh R.M Harden & Joy Crosby pada tahun

2000 yang berjudul AMEE Guide No.20: The Good Teacher Is More

Than A Lecturer-The Twelve Roles Of The Teacher. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa mengajar adalah tugas yang sulit dan rumit. Dua

belas peran telah diidentifikasi dan ini dapat dikelompokkan dalam enam

area dalam model disajikan: (1) penyedia informasi dalam perkuliahan,

dan dalam konteks klinis; (2) panutan di tempat kerja, dan secara lebih

formal pengaturan pengajaran; (3) fasilitator sebagai mentor dan

pembelajaran fasilitator; (4) penilai siswa dan evaluator kurikulum; (5)

perencana kurikulum dan kursus; dan (6) pembuat materi sumber daya,

dan produser panduan belajar. Berdasarkan penelitian diatas persamaan

dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai guru,

sedangkan perbedaannya yaitu peran guru dalam 12 peran dikelompokkan

menjadi 6 area, maka pada penelitian saya membahas peran guru.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/77107/4/BAB II.pdf · proses psikologi dasar, maupun sebab-sebab lain sehingga pretasi belajarnya rendah dan anak tersebut

44

11. Penelitian yang dilakukan oleh Yuni, Narti dkk pada tahun 2015 yang

berjudul Thematic Learning Implementation In Elementary School. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa guru berupaya dalam strategi

penyampaian materi difokuskan pada interaksi siswa dengan media, dan

struktur belajar-mengajar pada pembelajaran tematik, dan berupaya dalam

strategi manajemen pembelajaran difokuskan pada penjadwalan, laporan

kemajuan siswa, dan manajemen motivasi. Berdasarkan penelitian diatas

persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai

pembelajaran tematik, sedangkan perbedaannya yaitu pada pembelajaran

tematik difokuskan pada interaksi siswa dengan media, penjadwalan,

laporan kemajuan siswa, dan manajemen motivasi, maka pada penelitian

saya membahas kesuitan belajar pada pembelajaran tematik.