bab ii landasan teori 1. psikologi komunikasieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3230/2/bab ii.pdf · 34...
TRANSCRIPT
34
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Psikologi Komunikasi
Pengertian Psikologi Komunikasi Psikologi berasal dari perkataan Yunani
“psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan.
Komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu,
sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. Pada
definisi ini komunikasi juga dipandang sebagai proses. Kata signal maksudnya
adalah signal yang berupa verbal dan nonverbal yang mempunyai aturan tertentu.1
Mencermati definisi di atas yang telah dikemukakan oleh para praktisi
maupun ahli, dapat disimpulkan bahwa komunikasi, bagaimanapun bentuk
kontekstualnya, adalah peristiwa psikologis dalam diri masing-masing peserta
komunikasi. Dengan kata lain, psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen
yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan, psikologi
menganalisa karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun
eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Pada diri komunikator,
psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya: apa yang menyebabkan satu sumber
komunikasi berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber
komunikasi yang lain tidak.
1 Abu Ahmadi, Psikologi umum, (Jakarta: Rineka Cipta: 1998), hal. 1
35
Raymond S. Ross mendefinisikan komunikasi sebagai ’a transacsional
process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such away
as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar
to that intended by the source.” (proses transaksional yang meliputi pemisahan,
dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu
orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang
sama dengan yang dimaksud oleh sumber.2
Pengertian di atas menunjukkan makna komunikasi sebagaimana yang
digunakan dalam dunia psikologi. Bila diperhatikan, dalam dunia psikologi,
komunikasi mempunyai makna yang luas, meliputi segala penyampaian energi,
gelombang suara, tanda di antara tempat,sistem atau organisme. Kata komunikasi
sendiri dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh, atau secara
khusus sebagai pesan pasien dalam psikoterapi. Jadi psikologi menyebut
komunikasi pada penyampaian energi dan alat-alat indera ke otak, pada peristiwa
penerimaan dan pengolahan informasi, pada proses saling pengaruh diantara
berbagai sistem dalam diri organisme dan di antara organisme.3
Psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam
proses komunikasi. Pada diri komunikan, psikologi menganalisa karakteristik
manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang
2 Rakhmat, DRS. Jalaluddin. Psikologi Komunikasi.hlm 3 3 Ibid., hlm 4
36
mempengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak
sifat-sifatnya dan bertanya : Apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi
berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain
tidak.
Pada saat pesan sampai pada diri komunikator, psikologi melihat ke dalam
proses penerimaan pesan,menganalisa faktor-faktor personal dan situasional yang
mempengaruhinya, dan menjelaskann berbagai corak komunikan ketika sendirian
atau dalam kelompok.4
Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi
Bila sosiologi melihat posisi komunikasi sebagai integrator sosial, filsafat
melihat komunikasi posisi komunikasi dalam hubungan timbal balik antara
manusia dan alam semesta. Kaum fenomenologi misalnya, melihat pesan sebagai
objek kesadaran yang dinamis. Pesan ditelaah dengan menghubungkannya pada
kondisi-kondisi empiris yang menjadi konteks pesan tersebut.
Fisher menyebut empat ciri pendekatan psikologi pada komunikasi :
penerimaan stimuli secara inderawi (sensory reception of stimuli), proses yang
mengantarai stimuli dan respons (internal medistion of stimuli), prediksi respons
(prediction of responses), dan peneguhan respons (reinforcement of responses).
4 Ibid., hlm 5
37
Psikologi melihat komunikasi dimulai dengan dikenainya masukan
kepada organ-organ penginderaan kita yang berupa data. Stimuli berbentuk
orang, pesan suara, warna – pokoknya segala hal yang mempengaruhi kita.
Ucapan “Hai, apa kabar”, merupakan satuan stimuli yang terdiri dari berbagai
stimuli : pemandangan, suara, penciuman dan sebagainya.
Stimuli ini kemudian diolah dalam jiwa kita – dalam “kotak hitam” yang
tidak pernah kita ketahui. Kita hanya mengambil kesimpulan tentang proses
yang terjadi pada “kotak hitam” dari respons yang tampak. Kita mengetahui
bila ia tersenyum, tepuk tangan, dan meloncat-loncat, pasti ia dalam keadaan
gembira.
Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada
masa lalu dapat meramalkan respons yang akan datang. Kita harus mengetahui
sejarah respons sebelum meramalkan resrons individu masa ini. Dari sinilah
timbul perhatian pada gudang memori (memory storage) dan set ( penghubung
masa lalu dan masa sekarang).
Salah satu unsur sejarah respons ialah peneguhan. Peneguhan adalah
respons lingkungan (atau orang lain pada respons organisme yang asli). Bergera
dan Lambert menyebutnya feedback (umpan balik). Fisher tetap menyebutnya
peneguhan saja. Walaupun tampak kental sekali warna behaviourisme pada
uraian Fisher – seperti yang diakuinya sendiri – ia telah menunjukkan keunikan
38
pendekatan psikologi, disamping secara tidak langsung menjelaskan cakupan
psikologi.
Belum ada kesepakatan tentang cakupan psikologi. Ada yang
beranggapan psikologi hanya tertarik pada perilaku yang tampak saja,
sedangkan yang lain tidak dapat mengabaikan peristiwa-peristiwa mental.
Sebagian psikolog hanya ingin memerikan apa yang dilakukan orang; sebagian
lagi ingin meramalkan apa yang akan dilakukan orang; sebagian lagi
menyatakan bahwa psikologi baru dikatakan sains bila sudah mampu
mengendalikan perilaku orang lain.
George A. Miller membantu kita membuat definisi psikologi yang
mencakup semuanya: psychology is the science that attempts to describe,
predict, and control mental and behavioral events. Dengan demikian, psikologi
komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan
mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa
mental adalah – apa yang disebut Fisher – “internal mediation of stimuli”,
sebagai akibat berlangsungnya komunikasi.
Peristiwa behavioral adalah apa yang nampak ketika orang
berkomunikasi. Komunikasi adalah peristiwa sosial – peristiwa yang terjadi
ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Mencoba menganalisa
peristiwa sosial secara psikologis membawa kita pada psikologi sosial.
Memang, bila ditanyakan dimana letak psikologi komunikasi, kita cenderung
39
meletakkannya sebagai bagian dari psikologi sosial. Karena itu, pendekatan
psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi.5
2. Teori Kognitif
Teori sosial kognitif (social cognitive theory=teori kognitif sosial)
adalah salah satu teori belajar yang menjelaskan pola perilaku. Teori yang
dikembangkan oleh Albert Badura sejak tahun 1960an ini menitikberatkan pada
bagaimana dan mengapa orang cenderung untuk meniru atau meneladani apa
yang mereka lihat melalui media atau orang lain. Teori sosial kognitif
merupakan pengembangan dari teori balajar sosial yang menyediakan kerangka
kerja untuk memahami, memprediksi, dan merubah perilaku manusia.
Teori sosial kognitif menekankan pada kapasitas manusia untuk belajar
tanpa melalui pengalaman langsung. Teori sosial kognitif yang disebut juga
dengan teori belajar observasional bergantung pada sejumlah hal termasuk
kemampuan subjek untuk memahami dan mengingat apa yang ia lihat,
melakukan identifikasi dengan cara memediasi karakter dan keadaan atau
situasi yang mempengaruhi peniruan perilaku. Teori sosial kognitif kerap kali
digunakan untuk mempelajari media dan komunikasi massa, komunikasi
kesehatan, dan komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal. Tujuan
5 Ibid., hlm 8-9
40
teori sosial kognitif adalah untuk menjelaskan bagaimana orang mengatur
perilakunya melalui kontrol dan peneguhan atau penguatan untuk mencapai
perilaku yang diarahkan pada tujuan yang dapat dipertahankan sepanjang
waktu.
Teori- teori yang berorientasi kognitif adalah teori teori yang
menitikberatkan proses- proses sentral (misalnya sikap, ide, harapan) dalam
menerangkan tingkah laku. Orientasi ini dibedakan dari orientasi psikoanalitik
yang mempelajari proses yang paling dalam (misalnya: ketidaksadaran, id) dan
teori teori behavioristic yang menekankan studinya tentang tingkah laku pada
proses-proses luar (misalnya rangsang dan balas).6
Menurut Scheerer, respon (balas) adalah proses pengorganisasian
rangsang. Rangsang proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga
terjadi representasi fenomelan dari rangsang proksimal itu. Proses inilah yang
disebut respon.
Orang dewasa, menurut hunt mempunyai sejumlah besar untit untuk
memproses informasi. Unit- unit ini dibuat khusus untuk menangani
representasi fenomenal dari keadaan di luar yang ada dalam diri seorang
individu (internal environment). Lingkungan internal ini dapat digunakan
untuk memperkirakan peristiwa- peristiwa yang terjadi diluar. Proses yang
6 Sarwono, Sarlito Wirawan.2006. teori-teori psikologi sosial. Yogyakarta : Graha Ilmu.
41
berlangsung secara rutin inilah yang oleh Hunt dinamakan respons. Tidak jelas
bagaimana respons teridentifikasi sehingga tidak jelas juga bagaimana
mengukur respon. Karena respons tidak bisa diukur, maka dengan sendirinya
sulit dipelajari.
Arti (meaning) adalah konsep utama dalam teori kognitif dan
memainkan peran dalam menerangkan segala proses psikologik yang rumit.
Ausubel menyatakan bahwa arti merupakan hasil dari proses belajar yang
berwujud gejala idiosinkratik. Dalam proses belajar, arti yang terpendam
(inberent) dalam symbol dikonversikan dalam isi kognitif yang berbeda- beda.
Perubahan dari struktur kognitif yang disebabkan oleh masuknya isi baru ini
menimbulkan arti yang baru. Ausubel memang tidak menolak adanya proses
fisiologik (saraf) dalam peristiwa tersebut diatas, tetapi dengan tegas ia
menyatakan bahwa antara proses fisiologik dengan timbulnya arti yang baru
tidak ada hubungan sebab akibat.7
Dari sekian banyak nya teori kognitif penulis memilih teori disonansi
kognitif dari Festinger tidak jauh berbeda dengan teori-teori konsistensi
kognitif lainnya, tetapi ada dua perbedaan yang perlu dicatat berikut ini:
1) Teori ini berisi tentang tingkah laku umum, jadi tidak khusus tentang
tingkah laku sosial.
7 Sarwono, Prof. Dr. Sarlito Wirawan. 2006. Teori-teori Psikologi Sosial. Hal 85-234
42
2) Walaupun demikian, pengaruhnya terhadap penelitian- penelitian
psikologi sosial jauh lebih mencolok daripada teori- teori konsistensi yang
lain.
Inti dari teori disonansi kognitif ini sebenarnya sederhana saja, antara
elemen- elemen kognitif mugkin terjadi hubungan yang tidak pas (nonfitting
relations) yang menimbulkan disonansi (kejanggalan) kognitif; disonansi
kognitif menimbulkan desakan untuk mengurangi disonansi tersebut dan
menghindari peningkatannya; hasil dari desakan itu terwujud dalam perubahan
pada kognisi, perubahan tingkah laku, dan menghadapkan diri pada beberapa
informasi dan pendapat-pendapat baru yang sudah diseleksi terlebih dahulu.
Hubungan tersebut dibedakan ke dalam 3 jenis: tidak relevan, disonan,
dan konsonan.8 Hubungan yang tidak relevan, misalnya driver mengetahui
bahwa setiap musim hujan customer yang menaiki Gocar ramai, lalu driver tahu
bahwa akun “vendor” harganya mahal. Kedua pengetahuan tersebut tidak saling
berkaitan dan tidak saling mempengaruhi karenaya disebut tidak relevan.
Hubungan dua elemen kognitif yang saling terkait dan salking mempengaruhi
disebut hubungan relevan. Hubungan dua elemen kognitif yang saling terkait
dan saling mempengaruhi disebut hubungan relevan. Ada dua macam hubungan
relevan, yaitu hubungan yang disonan dan hubungan yang konsonan.
8 Ibid., hlm. 89
43
Disonansi didefinisikan sebagai berikut: dua elemen dikatakan ada
dalam hubungan yang disonan jika (dengan hanya memperhatikan kedua
elemen itu saja) terjadi suatu penyangkalan dari satu elemen yang diikuti oleh
atau mengikuti suatu elemen yang lain. Contoh, jika seseorang berdidi di bawah
hujan, seharusnya ia kebasahan. Akan tetapi, kalua orang berdiri di bawah hujan
(satu elemen) tidak basah (pengangkatan elemen yang kedua), maka terjadilah
hubungan yang relevan antara dua elemen dan hubungan itu tidak disonan. Jadi,
satu elemen kognisi diikuti oleh elemen yang lain. Misalnya, orang berdiri di
hujan (elemen pertama) dan basah (elemen kedua).
Akan tetapi, adanya penyangkalan elemen tidak selalu jelas. Dalam
keadaan ini maka antara konsonan dan disonan juga tidak dapat dibedakan
dengan tajam. Faktor- faktor motivasi dan keinginan juga berpenngaruh disini
sehingga menambah rumitnya permasalahan. Misalnya seseorang berjudi terus
walaupun terus kalah melawan penjudi professional. Perbuatan orang itu
disonan dengan pengetahuannya tentang lawannya yang professional. Namun,
kalau memang ingin berjudi sampai habis seluruh uangnya, maka bagi orang
itu hubungan antara elemen- elemen di atas adalah konsonan.
Sedangkan proses kognitif terdiri atas beberapa tingkat yaitu:
a. Remember (Mengingat)
44
Mengingat adalah kemampuan memperoleh kembali pengetahuan
yang relevan dari memori jangka panjang. Kategori Remember terdiri dari
proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling
(mengingat). Rancangan evaluasi untuk menilai Remember, driver diberi
pertanyaan yang berkaitan dengan proses kognitif Recognizing (mengenal
kembali) dan Recalling (mengingat).
- Recognizing (mengenal kembali).
Recognizing adalah memperoleh kembali pengetahuan yang relevan
dari memori jangka panjang kemudian membandingkannya dengan
informasi yang tersaji. Dalam Recognizing, driver mencari potongan
informasi dalam memori jangka panjang yang identik atau hampir sama
dengan informasi yang baru disampaikan. Ketika menemui informasi baru,
driver menentukan mana informasi yang berkaitan dengan pengetahuan
yang sebelumnya diperoleh kemudian mencari yang cocok.
- Recalling (mengingat)
Recalling adalah memperoleh kembali pengetahuan yang sesuai dari
memori jangka panjang ketika merespon suatu masalah atau diberikan
suatu perintah. Perintah dapat berupa sebuah pertanyaan. Dalam recalling,
driver mencari sebagian informasi dalam memori jangka panjang,
45
kemudian membawanya untuk mengerjakan memori dimana informasi ini
dapat diproses.
b. Understand (Memahami)
Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan
pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan,
tulisan maupun grafik. Driver mengerti ketika mereka mampu menentukan
hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan
mereka yang lalu. Adapun rancangan evaluasi untuk kategori understand
terdiri dari proses kognitif interpreting (menginterpretasikan),
Exemplifying (memberi contoh), Classifying (mengklasifikasikan),
Summarizing (menyimpulkan), Inferring (menduga), Comparing
(membandingkan), dan Explaining (menjelaskan)
- Interpreting (menginterpretasikan)
Interpreting adalah kemampuan driver untuk mengubah informasi
yang disajikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Interpreting dapat
berupa mengubah kalimat ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke kalimat,
kalimat ke angka, dan lain sebagainya.
- Exemplifying (memberi contoh)
Exemplifying adalah kemampuan driver untuk memberikan contoh
yang spesifik atau contoh mengenai konsep secara umum. Exemplifying
46
dapat pula berarti mengidentifikasi pengertian dari bagian-bagian pada
konsep umum.
- Classifying (mengklasifikasikan)
Classifying adalah ketika driver mengetahui bahwa sesuatu
merupakan bagian dari suatu kategori. Classifying dapat diartikan pula
sebagai mendeteksi ciri atau pola yang menunjukkan bahwa ciri atau pola
tersebut sesuai dengan kategori tertentu atau konsep tertentu. Jika
Exemplifying dimulai dari konsep umum dan meminta driver untuk
mencari contoh khususnya, maka Classifying dimulai dari contoh khusus
dan meminta driver untuk mencari konsep umumnya.
- Summarizing (menyimpulkan)
Driver dikatakan memiliki kemampuan Summarizing ketika driver
dapat memberikan pernyataan tunggal yang menyatakan informasi yang
disampaikan atau topik secara umum.
- Inferring (menduga)
Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa contoh kasus.
Driver dikatakan memiliki kemampuan Inferring jika driver dapat
membayangkan konsep atau prinsip yang merupakan bagian dari contoh
dengan cara mengkode karakteristik yang sesuai dari masing-masing
48
- Comparing (membandingkan)
Comparing adalah kemampuan menunjukkan persamaan dan
perbedaan antara dua atau lebih objek. Comparing dapat juga diartikan
sebagai mencari korespondensi satu-satu antara objek yang satu dengan
objek yang lain.
- Explaining (menjelaskan)
Explaining adalah kemampuan merumuskan dan menggunakan
model sebab akibat sebuah sistem. Driver yang memiliki kemampuan
menjelaskan dapat menggunakan hubungan sebab akibat antar bagian
dalam suatu sistem.
c. Apply (Menerapkan)
Menerapkan adalah kemampuan menggunakan prosedur untuk
menyelesaikan masalah. Driver memerlukan latihan masalah sehingga
driver terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan digunakan untuk
menyelesaikan masalah. Adapun rancangan evaluasi untuk kategori
menerapkan (Apply) terdiri dari proses kognitif kemampuan melakukan
(Executing) dan kemampuan menerapkan (Implementing).
49
- Executing (melakukan)
Dalam executing, jika driver menemui masalah yang sudah dikenal,
driver akan mengetahui prosedur yang akan digunakan. Keadaan yang
sudah dikenal ini sering memberikan petunjuk kepada driver mengenai
cara apa yang akan digunakan. Executing lebih cenderung kepada
kemampuan menyelesaikan masalah secara skill dan algoritma daripada
kemampuan teknik dan metode. Skill dan algoritma memiliki ciri sebagai
berikut:
1) langkah pengerjaan masalah lebih berurutan
2) jika setiap langkah dikerjakan dengan benar, maka hasil yang akan
diperoleh juga pasti benar.
- Implementing (menerapkan)
Dalam Implementing, driver memilih dan menggunakan prosedur
untuk menyelesaikan masalah yang belum dikenal driver. Karena itu,
driver harus memahami benar masalah tersebut sehingga driver dapat
menemukan prosedur yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Implementing berhubungan dengan dua kategori yang lain yaitu
Understand dan Create. Karena driver belum mengenal masalah yang
dihadapi sehingga driver belum mengetahui prosedur apa yang akan
digunakan. Karena itu, kemungkinan prosedur yang akan digunakan bukan
50
hanya satu, mungkin membutuhkan beberapa prosedur yang dimodifikasi.
Implementing berhubungan dengan teknik dan metode daripada skill dan
algoritma. Teknik dan metode memiliki dua ciri:
1) prosedur mungkin lebih cenderung berupa flowchart daripada
langkah yang berurutan, karena itu prosedur memiliki beberapa titik tujuan,
2) jawaban mungkin tidak tunggal. Jawaban yang tepat mungkin
terjadi jika setiap langkah dilakukan dengan benar.
d. Analyze (Menganalisis)
Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan
menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut
dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan
keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan merinci sesuatu
unsur pokok menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian
tersebut. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi
yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam
bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan
mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari
sebuah skenario yang rumit. Adapun rancangan evaluasi untuk kategori
Apply terdiri kemampuan membedakan (Differentiating), mengorganisasi
(Organizing) dan memberi simbol (Attributing)
51
- Differentiating (membedakan)
Membedakan meliputi kemampuan membedakan bagian-bagian dari
keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai.
- Organizing (mengorganisasi)
Mengorganisasi meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur
secara bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait.
- Attributing (Memberi simbol)
Attributing adalah kemampuan driver untuk menyebutkan tentang
sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu masalah yang diajukan.
Attributing membutuhkan pengetahuan dasar yang lebih agar dapat
menerka maksud dari inti permasalahan yang diajukan.
d. Evaluate (Menilai)
Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement
berdasar pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria sering digunakan
adalah menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi,
sedangkan standar digunakan dalam menentukan kuantitas maupun
kualitas. Rancangan evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk
suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya
52
kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap
sesuatu. Kategori menilai terdiri dari Checking (mengecek) dan Critiquing
(mengkritik).
- Checking (mengecek)
Cheking adalah kemampuan untuk mengetes konsistensi internal
atau kesalahan pada operasi atau hasil. mendeteksi keefektifan prosedur
yang digunakan.
- Critiquing (mengkritik)
Critique adalah kemampuan memutuskan hasil atau operasi
berdasarkan criteria dan standar tertentu. mendeteksi apakah hasil yang
diperoleh berdasarkan suatu prosedur menyelesaikan suatu masalah
mendekati jawaban yang benar.
e. Create (Berkerasi)
Creater didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk
atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian. Create di sini diartikan
sebagai meletakkan beberapa elemen dalam satu kesatuan yang
menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu bentuk yang koheren atau
fungsional. Driver dikatakan mampu Create jika dapat membuat produk
baru dengan merombak beberapa elemen atau bagian ke dalam bentuk atau
stuktur yang belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses
53
create umumnya berhubungan dengan pengalaman belajar driver yang
sebelumnya.
Rancangan evaluasi untuk proses create dapat dipecah mnjadi tiga
fase yaitu: masalah diberikan, dimana driver mencoba untuk memahami
masalah, dan mengeluarkan solusi yang mungkin; perencanaaan
penyelesaian, di mana driver memeriksa kemungkinan dan memikirkan
rancangan yang dilaksanakan; dan pelaksanaan penyelesian, di mana
driver berhasil melaksanakan rencana. Karena itu, proses kreatif dapat
diartikan sebagai awalan yang memiliki fase yang berbeda di mana akan
muncul kemungkinan penyelesaian yang bermacam-macam sebagaimana
yang dilakukan driver yang mencoba untuk memahami masalah
(Generating). Langkah ini dilanjutkan dengan langkah yang mengerucut,
dimana driver memikirkan metode penyelesaian dan menggunakannya
dalam rancangan kegiatan (Planning). Terakhir, rencana
dilaksanakandengan cara driver menyusun penyelesaian (Producing).
3. Teori Persepsi
a. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan
–hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus
inderawi (sensori stimuli). Persepsi mempengaruhi rangsangan (stimulus)
54
atau pesan apa yang kita serap dan apa makna yang kita berikan kepada
mereka ketika mereka mencapai kesadaran. Oleh karenanya persepsi
sangat penting bagi studi komunikasi dalam semua bentuk dan fungsinya.
Dalam penelitian kali ini penulis akan melihat pada proses persepsi, proses
yang mempengaruhi persepsi, dan atribusi.
Persepsi mengacu pada proses dimana kita menyadari banyak
stimulus yang mengenai alat indra kita. Proses persepsi berlangsung dalam
tiga tahap yaitu stimulus alat indra terjadi, stimulasi ini ditata dan stimulasi
ini ditafsirkan.- dievaluasi. Persepsi bersifat kompleks, tidak ada hubungan
satu lawan satu antara pesan yang terjadi di “luar sana” –dalam getaran
udara dan dalam tanda- tanda hitam di atas sehelai kertas- dan pesan yang
akhirnya memasuki otak kita. Apa yang terjadi di dunia luar sangat
berbedaa dengan apa yang terjadi di otak kita. Mempelajari bagaimana dan
mengapa pesan–pesan ini berbeda sangat penting untuk memahami
komunikasi. Kita dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi bekerja
dengan menjelaskan tiga langkah yang terlibat dalam proses ini. Tahap –
tahap ini tidaklah saling terpisah benar; dalam kenyataan ketiganya bersifat
kontinu, bercampur baur dan bertumpang tindih satu sama lain.9
9A.Devito, Joseph.2011. Komunikasi Antarmanusia.Tangerang Selatan: Kharisma Publishing
Group. Hal 80
55
Menurut Bruner, persepsi merupakan proses kategorisasi.
Organisme dirangsang oleh suatu masukan tertentu (objek- objek diluar,
peristiwa, dan lain- lain) dan organisme itu berespon dengan
menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori (golongan) objek-
objek atau peristiwa – peristiwa. Proses menghubungkan ini adalah proses
aktif dimana individu yang bersangkutan dengan sengaja mencari kategori
yang tepat sehingga ia dapat mengenali atau memberi arti kepada masukan
tersebut. Dengan demikian, persepsi juga bersifat inferensial (menarik
kesimpulan).
Salah satu proses yang mempengaruhi penafsiran kita terhadap
stimulus adalah berpikir. Dalam berpikir kita melibatkan semua proses
yang kita sebut sensasi, persepsi dan memori. Misalnya dalam kasus
penelitian kali ini yang melibatkan pikiran driver Gocar, dimana driver tau
kerugian yang dialami oleh mereka apabila memakai akun yang dibuat oleh
“vendor”, potongan yang dilakukan oleh “vendor” setiap kali driver
melakukan proses penarikan uang (withdraw) tetapi masih saja
menggunakan akun “vendor”untuk bekerja.
Menurut Paul Mussen dan Mark R. Rosenzweig, “The term ‘think-
ing’ refers to many kind of activities that involve the manipulation of
concepts and symbols, representations of object and events”. Jadi berpikir
menunjukkan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan
56
lambing, sebagai pengganti objek dan peristiwa. Berpikir kita lakukan
untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision
making), memecahkan permasalahan (problem solving), dan menghasilkan
yang baru (creativity). Memahami realitas berarti menarik kesimpulan,
meneliti berbagai kemungkinan penjelasan dari realitas eksternal dan
internal. Sehingga dengan singkat, Anita Taylor et al. mendefinisikan
berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan. Thinking is a inferring
process.10
Ada tiga macam berpikir realistik menurut Floyd L. Ruch, yaitu11:
1). Berpikir deduktif, ialah mengabil keputusan dari dua pernyataan, yang
pertama merupakan pernyataan umum.
2). Berpikir induktif, dimulai dari hal-hal yang khusus dan kemudian
mengambil kesimpulan umum; kita melakukan generalisasi.
3). Berpikir Evaluatif, ialah berpikir kritis. Dapat menilai baik buruknya,
tepat atau tidaknya suatu gagasan. Kita menilai menurut kriteria tertentu.
Salah satu fungsi berpikir ialah menetapkan keputusan. Sepanjang
hidup kita harus menetapkan keputusan. Sebagian dari keputusan itu ada
10 Rakhmat, Dr.Jalaluddin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hal 66-67. 11 Ibid., hlm 69.
57
yang menentukan masa depan kita.12 Ketika driver Gocar memutuskan
untuk memilih akun “vendor”, mereka tau kerugian dan keuntungan dan
juga perbedaan dengan akun resmi kantor. Atau ketika penulis menetapkan
keputusan masuk Fakultas Ilmu Komunikasi, penulis tahu nasib penulis
tidak akan secerah dokter atau pegawai kecamatan yang mengurus banyak
proyek.
Keputusan yang diambil beraneka ragam. Akan tetapi, ada tanda-
tanda umumnya:
1) Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual
2) Keputusan selalu melibatkan pilihan dar berbagai alternative
3) Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya
boleh ditangguhkan atau dilupakan.
Masih belum banyak yang dapat diungkapkan tentang proses penetapan
keputusan. Namun, sudah disepakati, bahwa faktor, faktor personal amat
menentukan apa yang diputuskan itu, antara lain kognisi, motif dan sikap.
Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. 13
Selain bersifat kategori- inferensial, Bruner mengatakan juga bahwa
persepsi bervariasi dapat dipercaya, misalnya kita melihat sesuatu dilangit
12 Ibid., hlm. 69 13 Ibid., hlm 69-70
58
yang mendung, persepsi kita mungkin adalah sebuah pesawat terbang,
padahal benda itu adalah seekor burung. Di sini letak pentingnya
pengambilan keputusan dalam persepsi. Menurut Bruner, persepsi yang
paling sederhana sekalipun menuntut suatu pengambilan keputusan.
Keputusan menentukan kategori dan kategori menentukan arti.
Selanjutnya, keputusan yang satu menyebabkan harus dibuatnya keputusan
yang berikutnya. Dengan demikian, kita akan menjumpai serangkaian
keputusan dalam suatu persepsi. Rangkaian keputusan ini disebut proses
pengurungan (bracketing proses) di mana terjadi penyempitan kategori
secara bertahap sampai pada akhirnnya objek yang dipersepsikan itu
mendapat tempatnya yang tepat dalam system kategori seseorang.14
Masih dalam proses pengambilan keputusan dalam persepsi, Bruner
menyatakan bahwa ada empat tahap pengambilan keputusan sebagai
berikut:
1) Kategorisasi primitive, di mana objek atau peristiwa diamati, diisolasi
dan ditandai berlandaskan ciri- ciri khusus. Pada tingkat ini pemberian arti
pada objek persepsi masih sangat minimal.
14 Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Op.cit,. hlm 89.
59
2) Mencari tanda (cue search), di mana si pengamat secara cepat
memeriksa (scanning) lingkungan untuk mencari informasi- informasi
tambahan untuk memungkinkannya melakukan kategorisasi yang tepat.
3) Konfirmasi, terjadi setelah objek mendapatkan penggolongan
sementaranya. Pada tahap ini si pengamat tidak lagi terbuka untuk
sembarang masukan, melainkan ia hanya menerima tambhan informasi
yang akan memperkuat (mengkonfirmasi) keputusannya. Masukan-
masukan yang tidak relevan dihindari. Tahap ini oleg Bruner dinamakan
juga proses seleksi melalui pintu gerbang (selective gating process).
4) Konfirmasi tuntas, di mana pencarian tanda- tanda diakhiri. Tanda-
tanda baru diabaikan saja da tanda- tanda yang tidak konsisten dengan
kesimpulam yang sudah dibuat juga diabaikan saja atau diubah sedemikian
rupa sehingga cocok dengan kategori yang sudah dipilih.15
Selanjutnya Bruner merangkumkan pendapatnya tentang persepsi dalam
tujuh provinsi sebagai berikut16:
1) Persepsi tergantung pada proses pengambilan keputusan.
2) Proses pengambilan keputusan memanfaatkan tanda- tanda
diskriminatif (discriminatory cues) sehingga dimungkinkan untuk
menempatkan masukan ke dalam kategori- kategori.
15 Ibid.,hal 90. 16 Ibid., hlm 91
60
3) Proses pemanfaatan tabda- tanda melibatkan proses penyimpulan
(inference) yang menuju pada penempatan suatu objek ke dalam suatu
kategori tertentu.
4) Suatu kategori tertentu adalah serangkaian sifat atau ketentuan khusus
tentang jenis- jenis peristiwa yang secara bersama- sama bisa dimasukkan
ke dalam satu kelompok.
5) Kategori- kategori berbeda- beda dalam hal kesiapannya untuk
dikaitkan dengan suatu rangsangan tertentu.
6) Persepsi adalah dapat dipercaya dalam arti bahwa rangsang- rangsangan
yang masuk dirujuk ke kategori yang sesuai.
7) Jika kondisi kurang optimal, persepsi akan menjadi dapat dipercaya
dalam arti bahwa kaitannya dengan kategori- kategori sesuai dengan
berbagai kemungkinan yang ada di lingkungan.17
b. Pengaruh faktor – faktor personal pada persepsi interpersonal
Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada
komunikasi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada komunikasi
interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Karena itu,
kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk
meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita.18
17 Ibid., hal 91. 18 Ibid., hlm 92.
61
Pengalaman
Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman
kita bertambah juga melalui rangkaian rangkaian peristiwa yang kita
hadapi.
Motivasi
Proses konstruktif sangat banyak melibatkan unsur- unsur motivasi.
Upaya untuk mendeteksi pengaruh motivasi sosial terhadap persepsi telah
menjadi tanda aliran “new look” pada tahun 1950-an. Yang terakhir
disebut perceptual defence (pembelaan persepsi). Bila anda dihadapkan
kepada stimuli yang mengancam anda, anda bereaksi begitu rupa sehingga
mungkin tidak akan menyadari bahwa stimuli itu ada. Di sini berlaku dalil
komunikasi – anda hanya mendengar apa yang mau anda dengar, dan anda
tidak akan mendengar apa yang tidak ingin anda dengar.
Kepribadian
Dalam psikoanalisis, dikenal proyeksi, sebagai salah satu cara
pertahanan ego. Proyeksi adalah mengekternalisasikan pengalaman
subjektif secara tidak sadar. Pada persepsi interpersonal, orang
mengenakan pada orang lain sifat- sifat yang ada pada dirinya, yang tidak
disenanginya. Sudah jelas, orang yang banyak melakukan proyeksi akan
tidak cermat menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran
sebenarnya. Sebaliknya, orang yang tidak dibebani perasaan bersalah,
62
cenderung menafsirkan orang yang lebih cermat (Norman, 1953; Omwake,
1954; Baker dan Block,1957). Begitu pula orang yang tenang, mudah
bergaul dan ramah, cenderung memberikan penilaian positif pada orang
lain. Ini disebut leniency effect
Bila petunjuk verbal dan nonverbal membantu kita melakukan persepsi
yang cermat, beberapa factor personal ternyata mempersulitnya. Persepsi
interpersonal menjadi lebih sulit lagi, karena persona stimuli bukanlah
benda mati yang tidak sadar. Manusia secara sadar berusaha menampilkan
dirinya kepada orang lain sebaik mungkin. Inilah yang disebut sebagai
proses pembentukan kesan (impression formation).