bab ii landasan teori 1. psikologi komunikasieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3230/2/bab ii.pdf · 34...

29
34 BAB II LANDASAN TEORI 1. Psikologi Komunikasi Pengertian Psikologi Komunikasi Psikologi berasal dari perkataan Yunani “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. Pada definisi ini komunikasi juga dipandang sebagai proses. Kata signal maksudnya adalah signal yang berupa verbal dan nonverbal yang mempunyai aturan tertentu. 1 Mencermati definisi di atas yang telah dikemukakan oleh para praktisi maupun ahli, dapat disimpulkan bahwa komunikasi, bagaimanapun bentuk kontekstualnya, adalah peristiwa psikologis dalam diri masing-masing peserta komunikasi. Dengan kata lain, psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan, psikologi menganalisa karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Pada diri komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya: apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak. 1 Abu Ahmadi, Psikologi umum, (Jakarta: Rineka Cipta: 1998), hal. 1

Upload: doankiet

Post on 28-Apr-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

34

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Psikologi Komunikasi

Pengertian Psikologi Komunikasi Psikologi berasal dari perkataan Yunani

“psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan.

Komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu,

sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. Pada

definisi ini komunikasi juga dipandang sebagai proses. Kata signal maksudnya

adalah signal yang berupa verbal dan nonverbal yang mempunyai aturan tertentu.1

Mencermati definisi di atas yang telah dikemukakan oleh para praktisi

maupun ahli, dapat disimpulkan bahwa komunikasi, bagaimanapun bentuk

kontekstualnya, adalah peristiwa psikologis dalam diri masing-masing peserta

komunikasi. Dengan kata lain, psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen

yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan, psikologi

menganalisa karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun

eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Pada diri komunikator,

psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya: apa yang menyebabkan satu sumber

komunikasi berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber

komunikasi yang lain tidak.

1 Abu Ahmadi, Psikologi umum, (Jakarta: Rineka Cipta: 1998), hal. 1

35

Raymond S. Ross mendefinisikan komunikasi sebagai ’a transacsional

process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such away

as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar

to that intended by the source.” (proses transaksional yang meliputi pemisahan,

dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu

orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang

sama dengan yang dimaksud oleh sumber.2

Pengertian di atas menunjukkan makna komunikasi sebagaimana yang

digunakan dalam dunia psikologi. Bila diperhatikan, dalam dunia psikologi,

komunikasi mempunyai makna yang luas, meliputi segala penyampaian energi,

gelombang suara, tanda di antara tempat,sistem atau organisme. Kata komunikasi

sendiri dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh, atau secara

khusus sebagai pesan pasien dalam psikoterapi. Jadi psikologi menyebut

komunikasi pada penyampaian energi dan alat-alat indera ke otak, pada peristiwa

penerimaan dan pengolahan informasi, pada proses saling pengaruh diantara

berbagai sistem dalam diri organisme dan di antara organisme.3

Psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam

proses komunikasi. Pada diri komunikan, psikologi menganalisa karakteristik

manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang

2 Rakhmat, DRS. Jalaluddin. Psikologi Komunikasi.hlm 3 3 Ibid., hlm 4

36

mempengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak

sifat-sifatnya dan bertanya : Apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi

berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain

tidak.

Pada saat pesan sampai pada diri komunikator, psikologi melihat ke dalam

proses penerimaan pesan,menganalisa faktor-faktor personal dan situasional yang

mempengaruhinya, dan menjelaskann berbagai corak komunikan ketika sendirian

atau dalam kelompok.4

Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi

Bila sosiologi melihat posisi komunikasi sebagai integrator sosial, filsafat

melihat komunikasi posisi komunikasi dalam hubungan timbal balik antara

manusia dan alam semesta. Kaum fenomenologi misalnya, melihat pesan sebagai

objek kesadaran yang dinamis. Pesan ditelaah dengan menghubungkannya pada

kondisi-kondisi empiris yang menjadi konteks pesan tersebut.

Fisher menyebut empat ciri pendekatan psikologi pada komunikasi :

penerimaan stimuli secara inderawi (sensory reception of stimuli), proses yang

mengantarai stimuli dan respons (internal medistion of stimuli), prediksi respons

(prediction of responses), dan peneguhan respons (reinforcement of responses).

4 Ibid., hlm 5

37

Psikologi melihat komunikasi dimulai dengan dikenainya masukan

kepada organ-organ penginderaan kita yang berupa data. Stimuli berbentuk

orang, pesan suara, warna – pokoknya segala hal yang mempengaruhi kita.

Ucapan “Hai, apa kabar”, merupakan satuan stimuli yang terdiri dari berbagai

stimuli : pemandangan, suara, penciuman dan sebagainya.

Stimuli ini kemudian diolah dalam jiwa kita – dalam “kotak hitam” yang

tidak pernah kita ketahui. Kita hanya mengambil kesimpulan tentang proses

yang terjadi pada “kotak hitam” dari respons yang tampak. Kita mengetahui

bila ia tersenyum, tepuk tangan, dan meloncat-loncat, pasti ia dalam keadaan

gembira.

Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada

masa lalu dapat meramalkan respons yang akan datang. Kita harus mengetahui

sejarah respons sebelum meramalkan resrons individu masa ini. Dari sinilah

timbul perhatian pada gudang memori (memory storage) dan set ( penghubung

masa lalu dan masa sekarang).

Salah satu unsur sejarah respons ialah peneguhan. Peneguhan adalah

respons lingkungan (atau orang lain pada respons organisme yang asli). Bergera

dan Lambert menyebutnya feedback (umpan balik). Fisher tetap menyebutnya

peneguhan saja. Walaupun tampak kental sekali warna behaviourisme pada

uraian Fisher – seperti yang diakuinya sendiri – ia telah menunjukkan keunikan

38

pendekatan psikologi, disamping secara tidak langsung menjelaskan cakupan

psikologi.

Belum ada kesepakatan tentang cakupan psikologi. Ada yang

beranggapan psikologi hanya tertarik pada perilaku yang tampak saja,

sedangkan yang lain tidak dapat mengabaikan peristiwa-peristiwa mental.

Sebagian psikolog hanya ingin memerikan apa yang dilakukan orang; sebagian

lagi ingin meramalkan apa yang akan dilakukan orang; sebagian lagi

menyatakan bahwa psikologi baru dikatakan sains bila sudah mampu

mengendalikan perilaku orang lain.

George A. Miller membantu kita membuat definisi psikologi yang

mencakup semuanya: psychology is the science that attempts to describe,

predict, and control mental and behavioral events. Dengan demikian, psikologi

komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan

mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa

mental adalah – apa yang disebut Fisher – “internal mediation of stimuli”,

sebagai akibat berlangsungnya komunikasi.

Peristiwa behavioral adalah apa yang nampak ketika orang

berkomunikasi. Komunikasi adalah peristiwa sosial – peristiwa yang terjadi

ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Mencoba menganalisa

peristiwa sosial secara psikologis membawa kita pada psikologi sosial.

Memang, bila ditanyakan dimana letak psikologi komunikasi, kita cenderung

39

meletakkannya sebagai bagian dari psikologi sosial. Karena itu, pendekatan

psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi.5

2. Teori Kognitif

Teori sosial kognitif (social cognitive theory=teori kognitif sosial)

adalah salah satu teori belajar yang menjelaskan pola perilaku. Teori yang

dikembangkan oleh Albert Badura sejak tahun 1960an ini menitikberatkan pada

bagaimana dan mengapa orang cenderung untuk meniru atau meneladani apa

yang mereka lihat melalui media atau orang lain. Teori sosial kognitif

merupakan pengembangan dari teori balajar sosial yang menyediakan kerangka

kerja untuk memahami, memprediksi, dan merubah perilaku manusia.

Teori sosial kognitif menekankan pada kapasitas manusia untuk belajar

tanpa melalui pengalaman langsung. Teori sosial kognitif yang disebut juga

dengan teori belajar observasional bergantung pada sejumlah hal termasuk

kemampuan subjek untuk memahami dan mengingat apa yang ia lihat,

melakukan identifikasi dengan cara memediasi karakter dan keadaan atau

situasi yang mempengaruhi peniruan perilaku. Teori sosial kognitif kerap kali

digunakan untuk mempelajari media dan komunikasi massa, komunikasi

kesehatan, dan komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal. Tujuan

5 Ibid., hlm 8-9

40

teori sosial kognitif adalah untuk menjelaskan bagaimana orang mengatur

perilakunya melalui kontrol dan peneguhan atau penguatan untuk mencapai

perilaku yang diarahkan pada tujuan yang dapat dipertahankan sepanjang

waktu.

Teori- teori yang berorientasi kognitif adalah teori teori yang

menitikberatkan proses- proses sentral (misalnya sikap, ide, harapan) dalam

menerangkan tingkah laku. Orientasi ini dibedakan dari orientasi psikoanalitik

yang mempelajari proses yang paling dalam (misalnya: ketidaksadaran, id) dan

teori teori behavioristic yang menekankan studinya tentang tingkah laku pada

proses-proses luar (misalnya rangsang dan balas).6

Menurut Scheerer, respon (balas) adalah proses pengorganisasian

rangsang. Rangsang proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga

terjadi representasi fenomelan dari rangsang proksimal itu. Proses inilah yang

disebut respon.

Orang dewasa, menurut hunt mempunyai sejumlah besar untit untuk

memproses informasi. Unit- unit ini dibuat khusus untuk menangani

representasi fenomenal dari keadaan di luar yang ada dalam diri seorang

individu (internal environment). Lingkungan internal ini dapat digunakan

untuk memperkirakan peristiwa- peristiwa yang terjadi diluar. Proses yang

6 Sarwono, Sarlito Wirawan.2006. teori-teori psikologi sosial. Yogyakarta : Graha Ilmu.

41

berlangsung secara rutin inilah yang oleh Hunt dinamakan respons. Tidak jelas

bagaimana respons teridentifikasi sehingga tidak jelas juga bagaimana

mengukur respon. Karena respons tidak bisa diukur, maka dengan sendirinya

sulit dipelajari.

Arti (meaning) adalah konsep utama dalam teori kognitif dan

memainkan peran dalam menerangkan segala proses psikologik yang rumit.

Ausubel menyatakan bahwa arti merupakan hasil dari proses belajar yang

berwujud gejala idiosinkratik. Dalam proses belajar, arti yang terpendam

(inberent) dalam symbol dikonversikan dalam isi kognitif yang berbeda- beda.

Perubahan dari struktur kognitif yang disebabkan oleh masuknya isi baru ini

menimbulkan arti yang baru. Ausubel memang tidak menolak adanya proses

fisiologik (saraf) dalam peristiwa tersebut diatas, tetapi dengan tegas ia

menyatakan bahwa antara proses fisiologik dengan timbulnya arti yang baru

tidak ada hubungan sebab akibat.7

Dari sekian banyak nya teori kognitif penulis memilih teori disonansi

kognitif dari Festinger tidak jauh berbeda dengan teori-teori konsistensi

kognitif lainnya, tetapi ada dua perbedaan yang perlu dicatat berikut ini:

1) Teori ini berisi tentang tingkah laku umum, jadi tidak khusus tentang

tingkah laku sosial.

7 Sarwono, Prof. Dr. Sarlito Wirawan. 2006. Teori-teori Psikologi Sosial. Hal 85-234

42

2) Walaupun demikian, pengaruhnya terhadap penelitian- penelitian

psikologi sosial jauh lebih mencolok daripada teori- teori konsistensi yang

lain.

Inti dari teori disonansi kognitif ini sebenarnya sederhana saja, antara

elemen- elemen kognitif mugkin terjadi hubungan yang tidak pas (nonfitting

relations) yang menimbulkan disonansi (kejanggalan) kognitif; disonansi

kognitif menimbulkan desakan untuk mengurangi disonansi tersebut dan

menghindari peningkatannya; hasil dari desakan itu terwujud dalam perubahan

pada kognisi, perubahan tingkah laku, dan menghadapkan diri pada beberapa

informasi dan pendapat-pendapat baru yang sudah diseleksi terlebih dahulu.

Hubungan tersebut dibedakan ke dalam 3 jenis: tidak relevan, disonan,

dan konsonan.8 Hubungan yang tidak relevan, misalnya driver mengetahui

bahwa setiap musim hujan customer yang menaiki Gocar ramai, lalu driver tahu

bahwa akun “vendor” harganya mahal. Kedua pengetahuan tersebut tidak saling

berkaitan dan tidak saling mempengaruhi karenaya disebut tidak relevan.

Hubungan dua elemen kognitif yang saling terkait dan salking mempengaruhi

disebut hubungan relevan. Hubungan dua elemen kognitif yang saling terkait

dan saling mempengaruhi disebut hubungan relevan. Ada dua macam hubungan

relevan, yaitu hubungan yang disonan dan hubungan yang konsonan.

8 Ibid., hlm. 89

43

Disonansi didefinisikan sebagai berikut: dua elemen dikatakan ada

dalam hubungan yang disonan jika (dengan hanya memperhatikan kedua

elemen itu saja) terjadi suatu penyangkalan dari satu elemen yang diikuti oleh

atau mengikuti suatu elemen yang lain. Contoh, jika seseorang berdidi di bawah

hujan, seharusnya ia kebasahan. Akan tetapi, kalua orang berdiri di bawah hujan

(satu elemen) tidak basah (pengangkatan elemen yang kedua), maka terjadilah

hubungan yang relevan antara dua elemen dan hubungan itu tidak disonan. Jadi,

satu elemen kognisi diikuti oleh elemen yang lain. Misalnya, orang berdiri di

hujan (elemen pertama) dan basah (elemen kedua).

Akan tetapi, adanya penyangkalan elemen tidak selalu jelas. Dalam

keadaan ini maka antara konsonan dan disonan juga tidak dapat dibedakan

dengan tajam. Faktor- faktor motivasi dan keinginan juga berpenngaruh disini

sehingga menambah rumitnya permasalahan. Misalnya seseorang berjudi terus

walaupun terus kalah melawan penjudi professional. Perbuatan orang itu

disonan dengan pengetahuannya tentang lawannya yang professional. Namun,

kalau memang ingin berjudi sampai habis seluruh uangnya, maka bagi orang

itu hubungan antara elemen- elemen di atas adalah konsonan.

Sedangkan proses kognitif terdiri atas beberapa tingkat yaitu:

a. Remember (Mengingat)

44

Mengingat adalah kemampuan memperoleh kembali pengetahuan

yang relevan dari memori jangka panjang. Kategori Remember terdiri dari

proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling

(mengingat). Rancangan evaluasi untuk menilai Remember, driver diberi

pertanyaan yang berkaitan dengan proses kognitif Recognizing (mengenal

kembali) dan Recalling (mengingat).

- Recognizing (mengenal kembali).

Recognizing adalah memperoleh kembali pengetahuan yang relevan

dari memori jangka panjang kemudian membandingkannya dengan

informasi yang tersaji. Dalam Recognizing, driver mencari potongan

informasi dalam memori jangka panjang yang identik atau hampir sama

dengan informasi yang baru disampaikan. Ketika menemui informasi baru,

driver menentukan mana informasi yang berkaitan dengan pengetahuan

yang sebelumnya diperoleh kemudian mencari yang cocok.

- Recalling (mengingat)

Recalling adalah memperoleh kembali pengetahuan yang sesuai dari

memori jangka panjang ketika merespon suatu masalah atau diberikan

suatu perintah. Perintah dapat berupa sebuah pertanyaan. Dalam recalling,

driver mencari sebagian informasi dalam memori jangka panjang,

45

kemudian membawanya untuk mengerjakan memori dimana informasi ini

dapat diproses.

b. Understand (Memahami)

Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan

pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan,

tulisan maupun grafik. Driver mengerti ketika mereka mampu menentukan

hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan

mereka yang lalu. Adapun rancangan evaluasi untuk kategori understand

terdiri dari proses kognitif interpreting (menginterpretasikan),

Exemplifying (memberi contoh), Classifying (mengklasifikasikan),

Summarizing (menyimpulkan), Inferring (menduga), Comparing

(membandingkan), dan Explaining (menjelaskan)

- Interpreting (menginterpretasikan)

Interpreting adalah kemampuan driver untuk mengubah informasi

yang disajikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Interpreting dapat

berupa mengubah kalimat ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke kalimat,

kalimat ke angka, dan lain sebagainya.

- Exemplifying (memberi contoh)

Exemplifying adalah kemampuan driver untuk memberikan contoh

yang spesifik atau contoh mengenai konsep secara umum. Exemplifying

46

dapat pula berarti mengidentifikasi pengertian dari bagian-bagian pada

konsep umum.

- Classifying (mengklasifikasikan)

Classifying adalah ketika driver mengetahui bahwa sesuatu

merupakan bagian dari suatu kategori. Classifying dapat diartikan pula

sebagai mendeteksi ciri atau pola yang menunjukkan bahwa ciri atau pola

tersebut sesuai dengan kategori tertentu atau konsep tertentu. Jika

Exemplifying dimulai dari konsep umum dan meminta driver untuk

mencari contoh khususnya, maka Classifying dimulai dari contoh khusus

dan meminta driver untuk mencari konsep umumnya.

- Summarizing (menyimpulkan)

Driver dikatakan memiliki kemampuan Summarizing ketika driver

dapat memberikan pernyataan tunggal yang menyatakan informasi yang

disampaikan atau topik secara umum.

- Inferring (menduga)

Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa contoh kasus.

Driver dikatakan memiliki kemampuan Inferring jika driver dapat

membayangkan konsep atau prinsip yang merupakan bagian dari contoh

dengan cara mengkode karakteristik yang sesuai dari masing-masing

47

contoh dan lebih penting lagi dengan tidak ada hubungan antara contoh-

contoh tersebut.

48

- Comparing (membandingkan)

Comparing adalah kemampuan menunjukkan persamaan dan

perbedaan antara dua atau lebih objek. Comparing dapat juga diartikan

sebagai mencari korespondensi satu-satu antara objek yang satu dengan

objek yang lain.

- Explaining (menjelaskan)

Explaining adalah kemampuan merumuskan dan menggunakan

model sebab akibat sebuah sistem. Driver yang memiliki kemampuan

menjelaskan dapat menggunakan hubungan sebab akibat antar bagian

dalam suatu sistem.

c. Apply (Menerapkan)

Menerapkan adalah kemampuan menggunakan prosedur untuk

menyelesaikan masalah. Driver memerlukan latihan masalah sehingga

driver terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan digunakan untuk

menyelesaikan masalah. Adapun rancangan evaluasi untuk kategori

menerapkan (Apply) terdiri dari proses kognitif kemampuan melakukan

(Executing) dan kemampuan menerapkan (Implementing).

49

- Executing (melakukan)

Dalam executing, jika driver menemui masalah yang sudah dikenal,

driver akan mengetahui prosedur yang akan digunakan. Keadaan yang

sudah dikenal ini sering memberikan petunjuk kepada driver mengenai

cara apa yang akan digunakan. Executing lebih cenderung kepada

kemampuan menyelesaikan masalah secara skill dan algoritma daripada

kemampuan teknik dan metode. Skill dan algoritma memiliki ciri sebagai

berikut:

1) langkah pengerjaan masalah lebih berurutan

2) jika setiap langkah dikerjakan dengan benar, maka hasil yang akan

diperoleh juga pasti benar.

- Implementing (menerapkan)

Dalam Implementing, driver memilih dan menggunakan prosedur

untuk menyelesaikan masalah yang belum dikenal driver. Karena itu,

driver harus memahami benar masalah tersebut sehingga driver dapat

menemukan prosedur yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah

tersebut. Implementing berhubungan dengan dua kategori yang lain yaitu

Understand dan Create. Karena driver belum mengenal masalah yang

dihadapi sehingga driver belum mengetahui prosedur apa yang akan

digunakan. Karena itu, kemungkinan prosedur yang akan digunakan bukan

50

hanya satu, mungkin membutuhkan beberapa prosedur yang dimodifikasi.

Implementing berhubungan dengan teknik dan metode daripada skill dan

algoritma. Teknik dan metode memiliki dua ciri:

1) prosedur mungkin lebih cenderung berupa flowchart daripada

langkah yang berurutan, karena itu prosedur memiliki beberapa titik tujuan,

2) jawaban mungkin tidak tunggal. Jawaban yang tepat mungkin

terjadi jika setiap langkah dilakukan dengan benar.

d. Analyze (Menganalisis)

Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan

menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut

dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan

keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan merinci sesuatu

unsur pokok menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian

tersebut. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi

yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam

bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan

mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari

sebuah skenario yang rumit. Adapun rancangan evaluasi untuk kategori

Apply terdiri kemampuan membedakan (Differentiating), mengorganisasi

(Organizing) dan memberi simbol (Attributing)

51

- Differentiating (membedakan)

Membedakan meliputi kemampuan membedakan bagian-bagian dari

keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai.

- Organizing (mengorganisasi)

Mengorganisasi meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur

secara bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait.

- Attributing (Memberi simbol)

Attributing adalah kemampuan driver untuk menyebutkan tentang

sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu masalah yang diajukan.

Attributing membutuhkan pengetahuan dasar yang lebih agar dapat

menerka maksud dari inti permasalahan yang diajukan.

d. Evaluate (Menilai)

Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement

berdasar pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria sering digunakan

adalah menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi,

sedangkan standar digunakan dalam menentukan kuantitas maupun

kualitas. Rancangan evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk

suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan

pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya

52

kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap

sesuatu. Kategori menilai terdiri dari Checking (mengecek) dan Critiquing

(mengkritik).

- Checking (mengecek)

Cheking adalah kemampuan untuk mengetes konsistensi internal

atau kesalahan pada operasi atau hasil. mendeteksi keefektifan prosedur

yang digunakan.

- Critiquing (mengkritik)

Critique adalah kemampuan memutuskan hasil atau operasi

berdasarkan criteria dan standar tertentu. mendeteksi apakah hasil yang

diperoleh berdasarkan suatu prosedur menyelesaikan suatu masalah

mendekati jawaban yang benar.

e. Create (Berkerasi)

Creater didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk

atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian. Create di sini diartikan

sebagai meletakkan beberapa elemen dalam satu kesatuan yang

menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu bentuk yang koheren atau

fungsional. Driver dikatakan mampu Create jika dapat membuat produk

baru dengan merombak beberapa elemen atau bagian ke dalam bentuk atau

stuktur yang belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses

53

create umumnya berhubungan dengan pengalaman belajar driver yang

sebelumnya.

Rancangan evaluasi untuk proses create dapat dipecah mnjadi tiga

fase yaitu: masalah diberikan, dimana driver mencoba untuk memahami

masalah, dan mengeluarkan solusi yang mungkin; perencanaaan

penyelesaian, di mana driver memeriksa kemungkinan dan memikirkan

rancangan yang dilaksanakan; dan pelaksanaan penyelesian, di mana

driver berhasil melaksanakan rencana. Karena itu, proses kreatif dapat

diartikan sebagai awalan yang memiliki fase yang berbeda di mana akan

muncul kemungkinan penyelesaian yang bermacam-macam sebagaimana

yang dilakukan driver yang mencoba untuk memahami masalah

(Generating). Langkah ini dilanjutkan dengan langkah yang mengerucut,

dimana driver memikirkan metode penyelesaian dan menggunakannya

dalam rancangan kegiatan (Planning). Terakhir, rencana

dilaksanakandengan cara driver menyusun penyelesaian (Producing).

3. Teori Persepsi

a. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan

–hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus

inderawi (sensori stimuli). Persepsi mempengaruhi rangsangan (stimulus)

54

atau pesan apa yang kita serap dan apa makna yang kita berikan kepada

mereka ketika mereka mencapai kesadaran. Oleh karenanya persepsi

sangat penting bagi studi komunikasi dalam semua bentuk dan fungsinya.

Dalam penelitian kali ini penulis akan melihat pada proses persepsi, proses

yang mempengaruhi persepsi, dan atribusi.

Persepsi mengacu pada proses dimana kita menyadari banyak

stimulus yang mengenai alat indra kita. Proses persepsi berlangsung dalam

tiga tahap yaitu stimulus alat indra terjadi, stimulasi ini ditata dan stimulasi

ini ditafsirkan.- dievaluasi. Persepsi bersifat kompleks, tidak ada hubungan

satu lawan satu antara pesan yang terjadi di “luar sana” –dalam getaran

udara dan dalam tanda- tanda hitam di atas sehelai kertas- dan pesan yang

akhirnya memasuki otak kita. Apa yang terjadi di dunia luar sangat

berbedaa dengan apa yang terjadi di otak kita. Mempelajari bagaimana dan

mengapa pesan–pesan ini berbeda sangat penting untuk memahami

komunikasi. Kita dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi bekerja

dengan menjelaskan tiga langkah yang terlibat dalam proses ini. Tahap –

tahap ini tidaklah saling terpisah benar; dalam kenyataan ketiganya bersifat

kontinu, bercampur baur dan bertumpang tindih satu sama lain.9

9A.Devito, Joseph.2011. Komunikasi Antarmanusia.Tangerang Selatan: Kharisma Publishing

Group. Hal 80

55

Menurut Bruner, persepsi merupakan proses kategorisasi.

Organisme dirangsang oleh suatu masukan tertentu (objek- objek diluar,

peristiwa, dan lain- lain) dan organisme itu berespon dengan

menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori (golongan) objek-

objek atau peristiwa – peristiwa. Proses menghubungkan ini adalah proses

aktif dimana individu yang bersangkutan dengan sengaja mencari kategori

yang tepat sehingga ia dapat mengenali atau memberi arti kepada masukan

tersebut. Dengan demikian, persepsi juga bersifat inferensial (menarik

kesimpulan).

Salah satu proses yang mempengaruhi penafsiran kita terhadap

stimulus adalah berpikir. Dalam berpikir kita melibatkan semua proses

yang kita sebut sensasi, persepsi dan memori. Misalnya dalam kasus

penelitian kali ini yang melibatkan pikiran driver Gocar, dimana driver tau

kerugian yang dialami oleh mereka apabila memakai akun yang dibuat oleh

“vendor”, potongan yang dilakukan oleh “vendor” setiap kali driver

melakukan proses penarikan uang (withdraw) tetapi masih saja

menggunakan akun “vendor”untuk bekerja.

Menurut Paul Mussen dan Mark R. Rosenzweig, “The term ‘think-

ing’ refers to many kind of activities that involve the manipulation of

concepts and symbols, representations of object and events”. Jadi berpikir

menunjukkan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan

56

lambing, sebagai pengganti objek dan peristiwa. Berpikir kita lakukan

untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision

making), memecahkan permasalahan (problem solving), dan menghasilkan

yang baru (creativity). Memahami realitas berarti menarik kesimpulan,

meneliti berbagai kemungkinan penjelasan dari realitas eksternal dan

internal. Sehingga dengan singkat, Anita Taylor et al. mendefinisikan

berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan. Thinking is a inferring

process.10

Ada tiga macam berpikir realistik menurut Floyd L. Ruch, yaitu11:

1). Berpikir deduktif, ialah mengabil keputusan dari dua pernyataan, yang

pertama merupakan pernyataan umum.

2). Berpikir induktif, dimulai dari hal-hal yang khusus dan kemudian

mengambil kesimpulan umum; kita melakukan generalisasi.

3). Berpikir Evaluatif, ialah berpikir kritis. Dapat menilai baik buruknya,

tepat atau tidaknya suatu gagasan. Kita menilai menurut kriteria tertentu.

Salah satu fungsi berpikir ialah menetapkan keputusan. Sepanjang

hidup kita harus menetapkan keputusan. Sebagian dari keputusan itu ada

10 Rakhmat, Dr.Jalaluddin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hal 66-67. 11 Ibid., hlm 69.

57

yang menentukan masa depan kita.12 Ketika driver Gocar memutuskan

untuk memilih akun “vendor”, mereka tau kerugian dan keuntungan dan

juga perbedaan dengan akun resmi kantor. Atau ketika penulis menetapkan

keputusan masuk Fakultas Ilmu Komunikasi, penulis tahu nasib penulis

tidak akan secerah dokter atau pegawai kecamatan yang mengurus banyak

proyek.

Keputusan yang diambil beraneka ragam. Akan tetapi, ada tanda-

tanda umumnya:

1) Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual

2) Keputusan selalu melibatkan pilihan dar berbagai alternative

3) Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya

boleh ditangguhkan atau dilupakan.

Masih belum banyak yang dapat diungkapkan tentang proses penetapan

keputusan. Namun, sudah disepakati, bahwa faktor, faktor personal amat

menentukan apa yang diputuskan itu, antara lain kognisi, motif dan sikap.

Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. 13

Selain bersifat kategori- inferensial, Bruner mengatakan juga bahwa

persepsi bervariasi dapat dipercaya, misalnya kita melihat sesuatu dilangit

12 Ibid., hlm. 69 13 Ibid., hlm 69-70

58

yang mendung, persepsi kita mungkin adalah sebuah pesawat terbang,

padahal benda itu adalah seekor burung. Di sini letak pentingnya

pengambilan keputusan dalam persepsi. Menurut Bruner, persepsi yang

paling sederhana sekalipun menuntut suatu pengambilan keputusan.

Keputusan menentukan kategori dan kategori menentukan arti.

Selanjutnya, keputusan yang satu menyebabkan harus dibuatnya keputusan

yang berikutnya. Dengan demikian, kita akan menjumpai serangkaian

keputusan dalam suatu persepsi. Rangkaian keputusan ini disebut proses

pengurungan (bracketing proses) di mana terjadi penyempitan kategori

secara bertahap sampai pada akhirnnya objek yang dipersepsikan itu

mendapat tempatnya yang tepat dalam system kategori seseorang.14

Masih dalam proses pengambilan keputusan dalam persepsi, Bruner

menyatakan bahwa ada empat tahap pengambilan keputusan sebagai

berikut:

1) Kategorisasi primitive, di mana objek atau peristiwa diamati, diisolasi

dan ditandai berlandaskan ciri- ciri khusus. Pada tingkat ini pemberian arti

pada objek persepsi masih sangat minimal.

14 Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Op.cit,. hlm 89.

59

2) Mencari tanda (cue search), di mana si pengamat secara cepat

memeriksa (scanning) lingkungan untuk mencari informasi- informasi

tambahan untuk memungkinkannya melakukan kategorisasi yang tepat.

3) Konfirmasi, terjadi setelah objek mendapatkan penggolongan

sementaranya. Pada tahap ini si pengamat tidak lagi terbuka untuk

sembarang masukan, melainkan ia hanya menerima tambhan informasi

yang akan memperkuat (mengkonfirmasi) keputusannya. Masukan-

masukan yang tidak relevan dihindari. Tahap ini oleg Bruner dinamakan

juga proses seleksi melalui pintu gerbang (selective gating process).

4) Konfirmasi tuntas, di mana pencarian tanda- tanda diakhiri. Tanda-

tanda baru diabaikan saja da tanda- tanda yang tidak konsisten dengan

kesimpulam yang sudah dibuat juga diabaikan saja atau diubah sedemikian

rupa sehingga cocok dengan kategori yang sudah dipilih.15

Selanjutnya Bruner merangkumkan pendapatnya tentang persepsi dalam

tujuh provinsi sebagai berikut16:

1) Persepsi tergantung pada proses pengambilan keputusan.

2) Proses pengambilan keputusan memanfaatkan tanda- tanda

diskriminatif (discriminatory cues) sehingga dimungkinkan untuk

menempatkan masukan ke dalam kategori- kategori.

15 Ibid.,hal 90. 16 Ibid., hlm 91

60

3) Proses pemanfaatan tabda- tanda melibatkan proses penyimpulan

(inference) yang menuju pada penempatan suatu objek ke dalam suatu

kategori tertentu.

4) Suatu kategori tertentu adalah serangkaian sifat atau ketentuan khusus

tentang jenis- jenis peristiwa yang secara bersama- sama bisa dimasukkan

ke dalam satu kelompok.

5) Kategori- kategori berbeda- beda dalam hal kesiapannya untuk

dikaitkan dengan suatu rangsangan tertentu.

6) Persepsi adalah dapat dipercaya dalam arti bahwa rangsang- rangsangan

yang masuk dirujuk ke kategori yang sesuai.

7) Jika kondisi kurang optimal, persepsi akan menjadi dapat dipercaya

dalam arti bahwa kaitannya dengan kategori- kategori sesuai dengan

berbagai kemungkinan yang ada di lingkungan.17

b. Pengaruh faktor – faktor personal pada persepsi interpersonal

Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada

komunikasi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada komunikasi

interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Karena itu,

kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk

meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita.18

17 Ibid., hal 91. 18 Ibid., hlm 92.

61

Pengalaman

Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman

kita bertambah juga melalui rangkaian rangkaian peristiwa yang kita

hadapi.

Motivasi

Proses konstruktif sangat banyak melibatkan unsur- unsur motivasi.

Upaya untuk mendeteksi pengaruh motivasi sosial terhadap persepsi telah

menjadi tanda aliran “new look” pada tahun 1950-an. Yang terakhir

disebut perceptual defence (pembelaan persepsi). Bila anda dihadapkan

kepada stimuli yang mengancam anda, anda bereaksi begitu rupa sehingga

mungkin tidak akan menyadari bahwa stimuli itu ada. Di sini berlaku dalil

komunikasi – anda hanya mendengar apa yang mau anda dengar, dan anda

tidak akan mendengar apa yang tidak ingin anda dengar.

Kepribadian

Dalam psikoanalisis, dikenal proyeksi, sebagai salah satu cara

pertahanan ego. Proyeksi adalah mengekternalisasikan pengalaman

subjektif secara tidak sadar. Pada persepsi interpersonal, orang

mengenakan pada orang lain sifat- sifat yang ada pada dirinya, yang tidak

disenanginya. Sudah jelas, orang yang banyak melakukan proyeksi akan

tidak cermat menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran

sebenarnya. Sebaliknya, orang yang tidak dibebani perasaan bersalah,

62

cenderung menafsirkan orang yang lebih cermat (Norman, 1953; Omwake,

1954; Baker dan Block,1957). Begitu pula orang yang tenang, mudah

bergaul dan ramah, cenderung memberikan penilaian positif pada orang

lain. Ini disebut leniency effect

Bila petunjuk verbal dan nonverbal membantu kita melakukan persepsi

yang cermat, beberapa factor personal ternyata mempersulitnya. Persepsi

interpersonal menjadi lebih sulit lagi, karena persona stimuli bukanlah

benda mati yang tidak sadar. Manusia secara sadar berusaha menampilkan

dirinya kepada orang lain sebaik mungkin. Inilah yang disebut sebagai

proses pembentukan kesan (impression formation).