landasan kependidikan

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, memiliki kekhasan yang menjadikannya berbeda dengan makhluk lain. Kekhasan tersebut yakni karena manusia diberikan hidayah berupa akal yang dengannya manusia mampu berfikir, membedakan yang baik dan buruk, serta salah dan benar. Dengan berfikir manusia mampu mengolah pengetahuan yang akan menjadikan pemikiran manusia semakin mendalam. Dengan pengetahuan itu manusia mengajarkan, mengembangkan dan mengaplikasikan dalam kehidupan, sehingga mampu menciptakan suatu peradaban untuk sebuah kemaslahatan hidup dan kehidupan. Selain pemikiran, manusia sebagaimana hewan, juga diberikan potensi kehidupan berupa kebutuhan jasmani dan naluri (An Nabhani: 122). Secara garis besar manusia maupun hewan hanya melakukan dua aktivitas dalam hidupnya, yakni pertama: memenuhi kebutuhan jasmani seperti makan, minum, bekerja, dan pemenuhan segala kebutuhan jasmaniah lainnya. Kedua: memenuhi kebutuhan naluri seperti beribadah (dalam arti luas), menuntut ilmu, aktivitas seksual, berkeluarga, mencari 1

Upload: bigbossjava

Post on 23-Jun-2015

713 views

Category:

Education


1 download

DESCRIPTION

Makalah Landasan Kependidikan

TRANSCRIPT

Page 1: Landasan Kependidikan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, memiliki

kekhasan yang menjadikannya berbeda dengan makhluk lain. Kekhasan

tersebut yakni karena manusia diberikan hidayah berupa akal yang

dengannya manusia mampu berfikir, membedakan yang baik dan buruk,

serta salah dan benar. Dengan berfikir manusia mampu mengolah

pengetahuan yang akan menjadikan pemikiran manusia semakin

mendalam. Dengan pengetahuan itu manusia mengajarkan,

mengembangkan dan mengaplikasikan dalam kehidupan, sehingga

mampu menciptakan suatu peradaban untuk sebuah kemaslahatan hidup

dan kehidupan.

Selain pemikiran, manusia sebagaimana hewan, juga diberikan

potensi kehidupan berupa kebutuhan jasmani dan naluri (An Nabhani:

122). Secara garis besar manusia maupun hewan hanya melakukan dua

aktivitas dalam hidupnya, yakni pertama: memenuhi kebutuhan jasmani

seperti makan, minum, bekerja, dan pemenuhan segala kebutuhan

jasmaniah lainnya. Kedua: memenuhi kebutuhan naluri seperti

beribadah (dalam arti luas), menuntut ilmu, aktivitas seksual,

berkeluarga, mencari keturunan, berkasih sayang, bermasyarakat,

berpenampilan menarik dan sejenisnya.

Pemenuhan kebutuhan jasmani dan naluri bagi manusia, jika tidak

didasarkan pada akal pemikiran, maka manusia tidak ubahnya hewan.

Pembeda antara manusia dan hewan terletak pada akal, di mana hewan

tidak memilikinya.

Allah SWT berfirman:

1

Page 2: Landasan Kependidikan

Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (TQS al-A’raf : 179)

Ayat tersebut memberikan pesan kepada manusia akan urgensi

pendidikan yang hakekatnya adalah aktivitas menuntut ilmu dalam arti luas.

Dengan ilmu itulah manusia akan menjadi makhluk yang mulia, bertanggung

jawab dan memiliki daya kreasi yang dapat menjadikan kehidupan ini lebih

maju, lebih baik dan lebih bermanfaat sesuai dengan keinginan sang maha

Pencipta.

Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW menjelaskan pentingnya

menuntut ilmu:

Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri

kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak

mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan

menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu

pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat.”

(HR. Ar-Rabii’)

Secara historis, pendidikan ada seiring dengan sejarah adanya manusia.

Secara alamiah sejak pertama manusia yang berstatus orang tua akan

mendidik anaknya agar bertahan hidup sehingga kehidupannya dan

keturunannya terus berlangsung. Nabi Adam sebagai manusia pertama

mendidik qabil dan habil untuk bercocok tanam dan beternak. Demikian juga

dengan manusia-manusia berikutnya, baik manusia-manusia yang berkumpul

dalam komunitas masyarakat primitif hingga modern. Dengan demikian

secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan upaya alami

untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

2

Page 3: Landasan Kependidikan

Seiring perkembangan peradaban manusia, pendidikan dilaksanakan

secara lebih sistematis dan terorganisir dalam bentuk pendidikan formal di

sekolah. Dalam hal ini manusia pada dasarnya bisa sebagai subyek sekaligus

obyek dari pendidikan. Sebagai subyek pendidikan berarti mereka berperan

aktif dalam proses dan pelaksanaannya, mereka bertanggung jawab sebagai

perencana, pengelola sekaligus pihak yang harus mengevaluasi dan

mengawasi proses berlangsungnya pendidikan tersebut. Sedangkan sebagai

obyek berarti mereka menjadi sasaran yang harus digarap dan dituju oleh

pendidikan.

Dari latar belakang inilah kami menulis makalah berjudul: Hakikat

Manusia dan Hubungannya dengan Pendidikan

B. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa pengertian hakikat manusia?

2. Apa pengertian pendidikan?

3. Bagaimana hubungan hakikat manusia dengan pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan pengertian hakekat manusia

2. Menjelaskan pengertian pendidikan

3. Menjelaskan hubungan hakikat manusia dengan pendidikan

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi bahwa manusia merupakan makhluk hidup yang

mulia jika dan hanya jika manusia itu memiliki ilmu pengetahuan,

sehingga tidak berprilaku sebagaimana hewan.

2. Memberikan kesadaran holistik dan spiritual akan pentingnya pendidikan,

sehingga seseorang terdorong untuk belajar dan menempuh suatu

pendidikan formal adalah karena dorongan untuk beribadah kepada Allah

SWT.

3

Page 4: Landasan Kependidikan

BAB IIKERANGKA BERPIKIR DALAM PENULISAN

A. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah

analisis deskriptif yakni dengan mengkaji berbagai referensi ilmiah

baik dari buku maupun literatur internet yang yang berkaitan dengan

hakikat manusia dan hubungannya dengan pendidikan, lalu

mendeskripsikan dalam bentuk tulisan ilmiah.

B. Ruang Lingkup Kajian dan Pembahasan

Kajian dan pembahasan dalam makalah ini dibatasi pada

ruang lingkup kajian tentang hakekat manusia, potensi manusia dan

pendidikan sebagai kebutuhan mutlak bagi manusia

C. Sumber Data dan Informasi

Data dan informasi dalam makalah ini bersumber dari buku

dan literatur ilmiah, serta berbagai sumber terpercaya yang berasal

dari internet

D. Teknik Pengumpulan dan Penyajian Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan metode

kepustakaan (Library Method) yaitu menggunakan literatur dan

catatan yang berhubungan dengan permasalahan. Informasi tersebut

diperoleh melalui perpustakaan dan media internet berupa artikel

yang berhubungan dengan hakekat pendidikan dan hubungannya

dengan pendidikan.

E. Peta Pikiran dalam Pengkajian dan Pembahasan

Kajian dan Pembahasan dalam makalah ini dipetakan dengan

diawali kajian tentang hakekat manusia, beserta penjelasan aspek

transendental. Di mana manusia merupakan makhluk ciptaan Allah

SWT yang mampu berfikir. Dalam kajian tentang manusia dijelaskan

4

Page 5: Landasan Kependidikan

pula teori yang bertentangan dengan nilai filosofis manusia seperti

aliran evolusisme.

Kajian dan pembahasan dilanjutkan dengan pemaparan tentang

pengertian dan implementasi pendidikan menurut para ahli, hal ini

dimaksudkan agar pengertian pendidikan tidak mengalami bias dan

miskonsepsi.

Setelah hakikat manusia dan pengertian pendidikan telah

dipaparkan, maka selanjutnya penulis mengaitkan hubungan antara

hakikat manusia dan hubungannya dengan pendidikan. Selain itu pada

akhir pembahasan dijelaskan pula permasalahan politik dalam

penyelenggaraan pendidikan formal.

5

Page 6: Landasan Kependidikan

BAB IIIKAJIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia

Dalam perjalanan hidupnya manusia mempertanyakan tentang asal-

usul alam semesta dan asal-usul keberadaan dirinya sendiri. Terdapat dua

aliran pokok filsafat yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut,

yaitu Evolusionisme dan Kreasionisme. Menurut Evolusionisme, manusia

adalah hasil puncak dari mata rantai evolusi yang terjadi di alam semesta.

Manusia sebagaimana halnya alam semesta ada dengan sendirinya

berkembang dari alam itu sendiri, tanpa Pencipta. Penganut aliran ini antara

lain Herbert Spencer, Charles Darwin, dan Konosuke Matsushita.

Sebaliknya, filsafat Kreasionisme menyatakan bahwa asal usul manusia

sebagaimana halnya alam semesta dan kehidupan ini adalah ciptaan suatu

Creative Cause, yaitu Allah SWT. Penganut aliran ini antara lain Thomas

Aquinas, dan Al-Ghazali. (J.D. Butler, 1968).

Penolakan ini terutama didasarkan atas keimanan kita terhadap Tuhan

YME sebagai Maha Pencipta. Adapun secara filosofis penolakan tersebut

antara lain didasarkan kepada empat argumen berikut ini:

1. Argumen ontologis: Semua manusia memiliki ide tentang Tuhan.

Sementara itu, bahwa realitas (kenyataan) lebih sempurna daripada

ide manusia. Sebab itu, Tuhan pasti ada dan realitas ada-Nya itu

pasti lebih sempurna daripada ide manusia tentang Tuhan.

2. Argumen kosmologis: Segala sesuatu yang ada mesti mempunyai

suatu sebab. Adanya alam semesta - termasuk manusia - adalah

sebagai akibat. Di alam semesta terdapat rangkaian sebab-akibat,

namun tentunya mesti ada Sebab Pertama yang tidak disebabkan oleh

yang lainnya. Sebab Pertama adalah sumber bagi sebab-sebab yang

lainnya, tidak berada sebagai materi, melainkan sebagai al-Khaliq

(Pencipta).

6

Page 7: Landasan Kependidikan

3. Argumen Teleologis: Segala sesuatu memiliki tujuan (contoh: mata

untuk melihat, kaki untuk berjalan dsb.). Sebab itu, segala sesuatu

(realitas) tidak terjadi dengan sindirinya, melainkan diciptakan oleh

Pengatur tujuan tersebut, yaitu Tuhan.

4. Argumen Moral: Manusia bermoral, ia dapat membedakan perbuatan

yang baik dan yang buruk. Ini menunjukkan adanya dasar, sumber

dan tujuan moralitas. dasar, sumber, dan tujuan moralitas itu adalah

Tuhan. (Syaripudin, 2008; 9-10).

Dalam al-Qur’an Allah menegaskan bahwa manusia merupakan makhluk

yang diciptakan secara sempurna. Allah SWT berfirman:

Artinya

“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS At Tiin: 4)

Al-Qur’an memandang bahwa manusia adalah makhluk biologis,

psikologis dan sosial. Pemikiran tentang hakikat manusia dibahas dalam filsafat

manusia. Manusia tak henti-hentinya memikirkan dirinya sendiri dan mencari

jawab akan apa, dari mana dan mau kemana manusia itu. Pemahaman yang tak

utuh tentang manusia dapat berakibat fatal bagi perlakuan seseorang terhadap

sesamanya, misalnya saja pandangan bahwa manusia merupakan fase lanjutan

dari spesies tertentu yang mengalami evolusi dan natural selection, akan

berimpikasi pada keyakinan bahwa manusia akan terus berkembang menuju

penyempurnaan spesies.

Islam memandang manusia dalam dua dimensi, yakni jasad dan roh atau

material dan spritual, lebih dari itu, Islam secara tegas mengatakan bahwa

manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah, dapat dididik dan mendidik,

hamba Allah yang mulia, berfungsi sebagai pemimpin atau pengelola bumi, dan

terakhir dalam keadaan suci atau memiliki kecendrungan menerima agama atau

fitrah. Berbeda dengan binatang yang hanya memiliki nafsu dan insting hewani,

7

Page 8: Landasan Kependidikan

nafsu yang ada dalam diri manusia diimbangi dengan potensi akal untuk berfikir

dan menimbang apakah sesuatu itu baik atau buruk, membahayakan atau tidak,

sedemikian hingga manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya tadi dan tidak

berjerumus pada perbuatan tercela. Manusia yang baik tidaklah identik dengan

superman dan spideman yang ditokohkan sebagai pahlawan pembela kebenaran

dan kekuatan super tak terkalahkan. Gambaran manusia seperti itu menyesatkan,

karena disamping manusia memiliki keistimewaan juga memiliki kelemahan.

Eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya sekaligus mengarah

ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Dengan demikian, manusia

berada dalam perjalanan hidup, dalam perkembangan dan pengembangan

diri. Ia adalah manusia tetapi sekaligus “belum selesai” mewujudkan

dirinya sebagai manusia (prinsip historisitas). Syaripudin (2008), dan

Soelaeman (1985).

B. Pengertian Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) Kata Pendidikan diartikan

sebagai proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai

Pustaka menjelaskan, bahwa kata Pendidikan berasal dari kata dasar didik, yang

artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai

akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan arti dari Pendidikan adalah Proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, dan

perbuatan mendidik.

Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada Bab I Pasal 1 dikemukakan, bahwa Pendidikan adalah usaha sadar

dan terrencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

8

Page 9: Landasan Kependidikan

Menurut Good V. Carter dalam bukunya ‘Dictionary of Education’ yang dikutip oleh Taqiyuddin (2008 : 46) menjelaskan, bahwa Pendidikan adalah:

“The Aggragate of all the process by mean of wich a person develops abilities, attitudas and other from of behavior of positive value in society in wich he lives”

(Kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk perilaku yang bernilai positif di dalam masyarakat dimana ia hidup).

Dan pada bagian lain di katakan, bahwa Pendidikan itu adalah: 

“The social process by wich people are subjected to the influence of a selected and controlled envirenment, so that they may attain social competence and optimum individual development”.

(Proses sosial ketika seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol sehingga mereka dapat memperoleh kemampuan sosial dan perkembangan individu secara optimal)”.

Menurut Redja Mudyahardjo (2004: 9), bahwa Ilmu Pendidikan

merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui

riset. Oleh karena pengetahuan yang dihasilkan riset tersebut disajikan dalam

bentuk konsep-konsep pendidikan, maka Ilmu Pendidikan dapat pula dibataskan

sebagai sebuah sistem konsep pendidikan yang dihasilkan melalui riset. Dengan

mengutip May Brodbeck dalam Ligic and scientific Method in research, yang

dimuat dalam Handbook of Research on teaching, yang menjelaskan bahwa setiap

ilmu berisi sejumlah besar istilah yang disebut konsep, yang tidak lain merupakan

apa yang kita pikirkan berdasarkan pengalaman. Sehingga unsur yang menjadi isi

setiap ilmu termasuk Ilmu Pendidikan adalahkonsep. Keseluruhan konsep yang

menjadi isi sebuah ilmu ditata secara sistematis menjadi suatu kesatuan.

Sekelompok konsep yang berkenaan dengan sekelompok hal, yang merupakan

satu kesatuan disebut skema konseptual. Dan setiap ilmu termasuk Ilmu

Pendidikan, terbentuk dari beberapa skema konseptual yang merupakan bagian-

bagian atau komponen-komponen isi ilmu. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa

organisasi isi Ilmu Pendidikan, sebagai sebuah sistem konsep, terbentuk dari

unsur-unsur yang berupa konsep-konsep tentang variabel-variabel pendidikan, dan

9

Page 10: Landasan Kependidikan

bagian-bagian yang berupa skema-skema konseptual tentang komponen-

komponen pendidikan.

John Dewey dalam Suyitno (2008), mengemukakan bahwa pendidikan

adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan

terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda,

mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan

kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari

orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.

Menurut Suyitno (2008) Hakikat pendidikan tiada lain adalah humanisasi.

Tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia ideal atau manusia yang dicita-

citakan sesuai nilai-nilai dan norma-norma yang dianut. Contoh manusia ideal

yang menjadi tujuan pendidikan tersebut antara lain: manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, cerdas, terampil, dst.

Sebab itu, pendidikan bersifat normatif dan mesti dapat dipertanggungjawabkan.

Mengingat hal di atas, pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang,

melainkan harus dilaksanakan secara bijaksana. Maksudnya, pendidikan harus

dilaksanakan secara disadari dengan mengacu kepada suatu landasan yang kokoh,

sehingga jelas tujuannya, tepat isi kurikulumnya, serta efisien dan efektif cara-

cara pelaksanaannya.

Implikasinya, dalam pendidikan, menurut Syaripuddin (1994) mesti

terdapat momen berpikir dan momen bertindak. Secara lebih luas dapat dikatakan

bahwa dalam rangka pendidikan itu terdapat momen studi pendidikan dan

momen praktek pendidikan. Momen studi pendidikan yaitu saat berpikir atau

saat mempelajari pendidikan dengan tujuan untuk memahami/menghasilkan

sistem konsep pendidikan (Mudyahardjo; 1994).

10

Page 11: Landasan Kependidikan

C. Hubungan Manusia dengan Pendidikan

Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna yang

memiliki kemampuan intelektual dan daya nalar sehingga manusia mampu

berfikir, berbuat, dan bertindak untuk membuat perubahan dengan maksud

pengembangan sebagai manusia yang utuh.

Menurut Wahyudin (2008: 120) berbagai aspek hakikat manusia, pada

dasarnya adalah  potensi yang harus diwujudkan setiap orang, sebab itu bahwa

berbagai aspek hakikat manusia merupakan sosok manusia ideal, merupakan

gambaran manusia yang dicita-citakan atau yang menjadi tujuan. Sosok manusia

ideal tersebut harus diupayakan untuk diwujudkan.

Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh

dan berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik bersifat

jasmani maupun naluri. Oleh karena itu, manusia memerlukan pendidikan demi

mendapatkan perkembangan yang optimal sebagai manusia.

Pada dasarnya, ada dua pokok permasalahan tentang hakikat manusia.

Pertama, telaah tentang manusia atau hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan

tuhan di muka bumi ini. Kedua, telaah tentang sifat manusia dan karakteristik

yang menjadi ciri hususnya serta hubungannya dengan fitrah manusia.

Pendidikan sebagai kekuatan  berarti mempunyai peran sangat penting

bagi manusia. Karenanya tidak ada satu fungsi  dan jabatan di dalam masyarakat

tanpa  melalui proses pendidikan baik di dalam maupun di luar lembaga formal.

Hubungan dan interaksi sosial yang terjadi dalam proses pendidikan  di masyrakat

mempengaruhi  perkembangan kepribadian manusia. Untuk memperoleh hakekat

diri yang makin bertambah sebagai hasil pengalaman berturut-turut sepanjang

kehidupan masyarakat.

Apabila dalam kehidupan manusia tidak dibarengi dengan pendidikan

otomatis kehidupan manusia itu tidak akan terarah dengan baik, tetapi sebaliknya

apabila kehidupan manusia dibarengi dengan pendidikan maka kehidupannya pun

11

Page 12: Landasan Kependidikan

akan terarah dan menjadi lebih baik. Ilmu pengetahuan memegang peranan

penting dalam kehidupan. Tanpa ilmu, manusia akan buta dalam segalanya. Ada

banyak hal yang dapat diambil manfaatnya dari

Kesadaran akan pentingnya manfaat pendidikan dapat memberikan

prestasi intelektual bagi manusia yang terlibat didalamnya. Belakangan ini

kesadaran akan manfaat pentingnya pendidikan sebagai penunjang menciptakan

sumber daya manusia dirasakan sudah tidak ada lagi. Ketika bukan lagi

keutamaan, kasih dan keadilan yang ditanamkan dalam konsep pendidikan,

melainkan mencari keuntungan materi dan kekuasan atau adanya komersialisasi di

dunia pendidikan, ini akan menjadi sebab utama terjadinya praktik pendidikan

diskriminatif. Wahyuddin (2008:1.39).

Dengan adanya aktivitas dan lembaga-lembaga pendidikan sudah dapat

membantu manusia  dalam mengatasi masalah  dari perkembangan manusia itu

sendiri. Pendidikan yang akan membentuk manusia dengan tingkah laku tertentu

dan dalam keadaan tertentu pula. Jika  pendidikan itu di katakan sebagai suatu

propesi, maka pendidik pun akan menekuni pekerjaan tersebut karena memang

sudah menjadi tugas seorang guru dalam mendidik dan maengajar anak-anak

didiknya. Seperti sebuah istilah guru tanpa tanda jasa, pendidik tidak pernah

menginginkan hal yang lebih selain dari keberhasilan anak didiknya.

Proses pendidikan dari tiga bentuk pendidikan  dipengaruhi oleh sistem

politik dan ekonomi. Di samping itu, dengan adanya bermacam-macam jenis

politik dan bermacam-macam kondisi ekonomi maka arah proses pendidikan akan

bermacam-macam untuk masing-masing bentuk pendidikan yang diselenggarakan

oleh keluarga, pemerintah, lembaga keagamaan dan lembaga-lembaga non-agama.

Adapun lembaga pendidikan yang pertama ditekuni oleh seorang anak

yaitu lembaga pendidikan keluarga. Keluarga merupakan wadah yang sangat

penting dalam membentuk watak dan pribadi seorang individu. Selain itu, ada

juga lembaga pendidikan sekolah  yang berfungsi juga membantu keluarga untuk

medidik anak-anak. Anak-anak mendapatkan pendidikan di lembaga ini, apa yang

12

Page 13: Landasan Kependidikan

tidak  di dapat di dalam keluarga atau karena kedua orang tuanya tidak terlalu

memperhatikan anak tersebut, maka anak itu kan dididik disini.

Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga

pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial Pemerintah

bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan

sceara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untuk

mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus

dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban

untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa patriotisme

dan sebagainya. Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan danpembangunan

politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat

diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik,

ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar,

sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk

mencapai tujuan pembangunan nasional.

           Pendidikan sering dipandang hanya sebatas tanggung jawab pemerintah,

padahal pendidikan yang bermutu sangat memerlukan peran aktif seluruh

komponen masyarakat, baik dalam segi perancangan kurikulum, materi

pembelajaran, proses pendidikan, dan pembiayaan. Rendahnya pembiayaan

pendidikan merupakan komponen masalah yang terbesar dalam mengejar kualitas

pendidikan yang bertumpu pada faktor pembiayaan.

Untuk  memperoleh  pendidikan yang berkualitas tentu memerlukan biaya yang

cukup besar, baik bagi kepentingan peningkatan kualitas tenaga kependidikan,

maupun sarana pendukung proses pembelajaran.

13

Page 14: Landasan Kependidikan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari kajian teori dan pembahasan

tentang hakikat manusia dan pendidikan, adalah sebagai berikut:

1. Hakikat manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang

diberikan hidayah akal. Dengan akal manusia menjadi berbeda

dengan hewan, dengan akal manusia dapat menerima dan

memberikan suatu ilmu pengetahuan lalu membuat suatu

peradaban

2. Pendidikan merupakan upaya alamiah untuk melestarikan dan

meningkatkan taraf hidup manusia. Dalam perkembangannya

pendidikan lalu diimplementasikan secara informal, nonformal dan

formal.

3. Pendidikan memiliki peran sangat penting bagi manusia, sebab

tanpa adanya pendidikan, manusia yang merupakan makhluk

sosial, akan memiliki perilaku laiknya hewan. Formalisasi

pendidikan merupakan cara efektif dalam mengatur manusia untuk

berkembang, serta memaknai dan menyukuri ciptaan Allah SWT.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dalam penulisan ini adalah

sebagai berikut:

1. Pendidikan sebagai suatu bagian penting dari kehidupan manusia,

maka harusnya diberikan secara adil dan merata bagi seluruh

warga Negara. Sebab pada faktanya pendidikan saat ini sangat

dipengaruhi oleh kapitalisme, di mana yang mampu menempuh

pendidikan hanya orang-orang yang secara ekonomi memiliki

kemampuan finansial saja.

14

Page 15: Landasan Kependidikan

2. Pendidikan formal merupakan perangkat untuk menciptakan

manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu

kurikulum pendidikan wajib diarahkan pada sinkronisasi antara

ilmu pengetahuan dan agama. Semua teori dan postulat yang

bertentangan dengan agama harus dihapus dari kurikulum.

15

Page 16: Landasan Kependidikan

DAFTAR PUSTAKA

An-Nabhani, 2012. Peraturan Hidup dalam Islam. HTI Press, Bogor.

Anonim, 2012. Pengertian Pendidikan. http://www.artikelbagus.com/ 2012/11/ pengertian-pendidikan.html#ixzz2fnZxhnwV (diakses 23 September 2013).

Butler, 1957. Four Philosophies and Their Practice in Education and Religion, Harper & Brothers Publishers, New York.

Mudyahardjo, 1995. Filsafat Pendidikan (Sebuah Studi Akademik) Bagian I Orientasi Umum: Landasan Filosofis Pendidikan dan Filsafat Pendidikan sebagai Suatu teori Pendidikan, Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, FIP, IKIP Bandung.

Mudyahardjo, 2001. Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar, PT. Remadja Rosdakarya, Bandung.

Muthahhari, 1990. Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Mizan, Bandung.

Nata, 1998. AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suyitno, 2008, Pemahaman Mahasiswa UPI tentang Hakikat Manusia dan Pendidikan, dalam Kerangka Kesiapan Menjadi Guru, Sekolah Pasca Sarjana, Bandung

Syam, 1984. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya.

Syaripudin, 1994. Implikasi Eksistensi Manusia terhadap Konsep Pendidikan Umum (Thesis), Program Pascasarjana IKIP Bandung, Bandung.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta.

Wilda, 2012. Ilmu Pendidikan  http://wildaznov11.com/2009/02/ilmu-pendidikan.html. (diakses 23 September 2013)

16