bab ii landasan teori 2.1 pengertian...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Guru
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6, pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualitas sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa guru adalah pendidik.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005:377) “guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar”. Sedangkan menurut
Suparlan (2008:12), guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait
dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik
spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya.
Menurut Iman (2010:23), “guru adalah jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya seperti mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
menengah (Heranita, Prima, 2012:3).
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan guru dalam
penelitian ini merupakan suatu profesi yang memiliki keahlian khusus yang
diperoleh dari lembaga pendidikan agar dapat mendidik dan mengajar sehingga
membantu pembentukan SDM yang potensial. Jadi kesiapan guru memerlukan
9
kondisi seseorang, kemauan, keterampilan, dan keinginan menggeluti profesi guru
yang membutuhkan keahlian khusus.
2.2 Profesionalisme Guru
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Secara etimologi, profesi
berasal dari istilah bangsa Inggris profession atau bahasa latin profecu, yang
artinya mengakui, pengakuan, menyatakan mampu atau ahli dalam melaksanakan
pekerjaan tertentu. Secara terminologi, profesi dapat diartikan sebagai suatu
pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang
ditekankan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental
yang dimaksudkan disini adalah adanya persyaratan pegetahuan teoritis sebagai
instrumen untuk melakukan perbuatan praktis (Sudarwan Danim, 2002:20).
Profesi adalah sebuah pekerjaan yang digeluti dengan penuh pengabdian
dan dedikasi serta dilandasi oleh keahlian atau keterampilan tertentu. Menurut
Sahertian yang dikutip Marselus (2011:6), profesi pada hakikatnya adalah suatu
pernyataan atau janji terbuka (to profess artinya menyatakan), yang menyatakan
bahwa seseorang mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan, karena
orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
Menurut Djam’an (2009:13), “profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan
yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya, artinya tidak bisa
dilakukan oleh sembarangan orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara
khusus untuk melakukan pekerjaan itu”.
10
Pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan non profesional karena
suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksankan
profesinya dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan
yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khususnya dipersiapkan untuk itu.
Profesi guru mempunyai tugas melayani masyarakat dalam bidang
pendidikan. Tuntutan profesi ini memberikan layanan yang optimal dalam bidang
pendidikan kepada masyarakat. Secara khusus guru dituntut untuk memberikan
layanan profesional kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Guru
yang dikatakan profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga iya mampu melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal (Abdullah, 2002:1).
Stinnett dan Huggett yang dikutip Marselus (2011 : 8). Memberikan
sejumlah karakteristik tentang profesi sebagai berikut: 1) profesi melibatkan
kegiatan-kegiatan intelektual, 2) profesi menguasai suatu bidang pengetahuan
khusus, 3) profesi memerlukan persiapan profesional yang lama, 4) profesi
membutuhkan pengembangan latihan dalam jabatan secara terus menerus, 5)
profesi memberikan karier hidup dan keanggotaanya yang permanen, 6) profesi
menetapkan standarnya sendiri, 7) profesi mengutamakan pelayanan di atas
keuntungan pribadi, 8) profesi memiliki suatu organisasi profesi yang kuat dan
terjalin erat.
Menurut Abdullah (2002:4), untuk melaksanakan tugas dan fungsinya
dengan baik agar dapat meningkatkan mutu pendidikan maka guru harus memiliki
11
kompetensi yang harus dikuasai sebagai suatu jabatan profesional. Kompetensi
guru tersebut meliputi:
Menguasai bahan ajar
Menguasai landasan-landasan kependidikan
Mampu mengelola program belajar mengajar
Mampu mengelola kelas
Mampu menggunakan media/sumber belajar
Mampu menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran
Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan
Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah
Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keprluan pengajaran.
Berdasarkan berbagai pengertian dan karakteristik tersebut, maka profesi
adalah suatu pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu yang didasarkan pada
basis keilmuan tertentu, dengan lingkup tugasnya diarahkan kepada pelayanan
kepada masyarakat. Profesi merupakan suatu bidang pekerjaan yang memiliki
kelembagaan tertentu dalam bentuk organisasi profesi yang berwenang untuk
mengawasi anggotanya dari praktik-praktik tercela yang merugikan matrabat
profesi serta melindungi anggota profesi dari berbagai macam pelecehan dan
tindakan-tindakan yang merendahkan martabat profesi dari pihak-pihak eksternal.
Menurut Moh. Ali (2005) dalam Kunandar (2009:47), suatu pekerjaan
profesional memerlukan persyaratan khusus, yakni: (1) Menuntut adanya
keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam; (2)
12
Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
profesinya; (3) Menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; (4) Adanya
kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya;
(5) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
Sedangkan Surya (2005:56) mengemukakan, guru yang profesional akan
tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan
keahlian baik dalam materi maupun metode. Guru profesional mempunyai
tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual, tanggung jawab
sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai
bagian yang tak tepisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan
interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui
penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral
diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang prilakunya
senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan profesi guru
dalam penelitian ini adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang
pendidikan, pengajaran dan pelatihan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai
pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi dalam pendidikan dan pembelajaran
agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta
berhasil guna.
Seorang guru yang profesional dituntut dengan sejumlah persayaratan
minimal, antara lain: memiliki kualifikasi pendidik profesi memadai, memiliki
13
kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa
kreatif dan produktif, dan selalu melakukan pengembangan diri terus-menerus
melalui organisasi profesi, internat, buku, seminar, dan semacamnya.
2.3 Kompetensi Guru
Kompetensi berasal dari bahasa inggris yaitu competency yang berarti
kecakapan, kemampuan dan wewenang seseorang dinyatakan kompeten dibidang
tertentu jika mempunyai kecakapan bekerja pada suatu bidang tertentu (Djam’an,
2009:2.2).
Menurut Kunandar (2009:53), kompetensi dapat diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Sementara itu, kompetensi menurut
Kepmendiknas 045/U/2002 adalah: “seperangkat tindakan cerdas, penuh
tanggung jawab yang dimiliki sesorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu.
Seseorang dianggap kompeten apabila telah memenuhi persyaratan: (1)
Landasan kemampuan pengembangan kepribadian; (2) Kemampuan penguasaan
ilmu dan keterampilan; (3) Kemampuan berkarya; (4) Kemampuan menyikapi dan
berperilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri, menilai dan mengambil
keputusan secara bertanggung jawab; (5) Dapat hidup bermasyarakat dengan
bekerja sama, saling menghormati dan menhargai nilai-nilai pluralisme serta
kedamaian (Kunandar, 2009:53).
14
Kompetensi guru merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan
yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yan diharapkan (Mulyasa, 2007:25).
Sedangkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 “kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.” Dari beberapa pengertia kompetensi mengacu pada seperangkat
ilmu serta keterampilan mengajar guru didalam menjalankan tugas profesionanya
sebagai seorang guru sehingga tujuan pendidikan bisa dicapai dengan baik.
“Kompetensi guru merupakan perpaduan antara
kemampuan profesional, keilmuan, tekhnologi, sosial dan
spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar
profesi guru, yang mencakup penguasaan materi,
pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang
mendidik,pengembangan pribadi, dan profesionalisme
(Mulyasa, 2007:26).”
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sertifikasi
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka yang dimaksud dengan kompetensi
guru dalam penelitian ini adalah suatu yang mengacu pada kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh dari pendidikan, kompetensi tersebut antara
lain adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi ini berpengaruh dalam
perjalanan seorang guru dalam menjalankan tugasnya.
15
2.3.1 Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Menurut Mulyasa (2007:75), kompetensi pedagogik adalah kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi, pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berabagai potensi yang
dimilikinya.
Kompetensi paedagogik merupakan gambaran kemampuan yang dapat
dilihat dari cara penyampaian materi pelajaran oleh guru yaitu cara mengajarnya
dan kesesuaian cara mengajar dengan karakteristik siswa.
Selanjutnya Mulyasa (2007:75) menyebutkan kompetensi pedagogik
sebagai berikut:
1) Kemampuan mengelola pembelajaran, secara operasional kemampuan
mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.
2) Pemahaman terhadap peserta didik, sedikitnya terdapat empat hal yang harus
dipahami oleh guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan,
kreativitas, cacat fisik dan pengembangan kognitif siswa.
16
3) Perencanaan pembelajaran, mencakup tiga kegiatan yaitu identifikasi
kebutuhan, perumusan kompetensi dasar dan penyusunan program
pembelajaran.
4) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, berarti bahwa
pelaksanaan pembelajaran harus berangkat dari proses dialogis antar sesama
subjek pembelajaran, sehingga melahirkan pemikiran yang kritis dan
komunikasi.
5) Pemanfaatan teknologi pembelajaran, dalam suatu sistem jaringan komputer
yang dapat diakses peserta didik.
6) Evaluasi hasil belajar, hal ini harus dimiliki seorang guru agar dapat
mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik.
7) Pengembangan peserta didik, bertujuan untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik.
Secara terperinci mengenai kompetensi paedagogik guru telah tercantum
dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007, tentang kualifikasi akademik dan
kompetensi guru yang dikutip oleh Marselus (2011:28) . Kompetensi paedagogik
menyangkut:
1. Pemahaman Terhadap Karakteristik Siswa
Siswa atau peserta didik yang dilayani oleh guru adalah individu-individu
yang unik. Karena itu pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan
berbagai aspek perkembangannya dan faktor-faktor yang memengaruhinya
merupakan syarat mutlak bagi guru agar guru dapat berhasil dalam
pembelajarannya (Marselus, 2011: 30).
17
2. Menguasai Teori Belajar dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Tugas utama guru adalah memengaruhi siswa bisa belajar. Karena itu tidak
terelakkan bahwa guru juga harus menguasai dengan baik teori-teori belajar,
dan bagaimana teori-teori itu diaplikasikan dalam pembelajaran melalui
model-model pembelajaran tertentu (Marselus, 2011:32).
Selain menguasai teori-teori belajar dan pembelajaran, guru juga harus
menguasai prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Pembelajaran yang
mendidik berarti pembelajaran yang memberikan pengalaman-pengalaman
bermakana yang tidak hanya berguana untuk kepentingan sesaat, tetapi juga
pembelajaran yang memberikan kemampuan bagi siswa untuk bisa belajar
seoanjang hayat (learning how to learn).
3. Mengembangkan Kurikulum
Menurut Marselus (2011:34) menjelaskan, guru bukan hanya pelaksana
kurikulum tetapi juga pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan.
Salah satu otonomi profesional guru terletak pada kemampuannya untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
peserta didik yang dilayaninya.
4. Melaksanakan Pembelajaran yang Mendidik
Menurut Marselus, (2011:34), guru dituntut untuk menerapkan prinsip-
prinsip pembelajarana mendidik tersebut dalam situasi pembelajaran rill.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang mendukung karakter pembelajaran
yang mendidik adalah pendekatan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).
18
5. Memanfaatkan Teknologi Informasi untuk Pembelajaran
Menurut Marselus (2011:36), semakin luasnya penetrasi teknologi informasi
dan komputer dalam berbagai segi kehidupan manusia, termasuk dalam latar
pembelajaran, maka guru juga dituntut untuk melek terhadap teknologi
informasi dan dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
dalam pembelajaran.
6. Membantu Peserta Didik Mengaktualisasikan Potensinya
Siswa sebagai individu memiliki berbagai bakat dan kemampuan yang
beragam. Karena itu tugas guru adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa
agar berbagai potensi dan kemampuan yang beragam itu dapat dikembangkan
secara optimal. Guru tidak hanya menjadi fasilitator belajar di ruang kelas,
tetapi juga harus menjadi fasilitator belajar di luar ruang kelas pada situasi-
situasi non pembelajaran (Marselus, 2011:38).
7. Berkomunikasi Secara Efektif, Empatik, dan Santun dengan Siswa
Menurut Marselus (2011:39), kegiatan pembelajaran adalah suatu bentuk
komunikasi. Karena esensi dari pembelajaran adalah interaksi antara
individu-individu tertentu, sehingga terjadi pertukaran pesan (informasi,
pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan lain-lain). Guru harus bisa
berkomunikasi secara efektif dengan siswa agar pesan-pesan pembelajaran
dapat dipahami dengan sempurna.
8. Menilai Proses Hasil Pembelajaran
Salah satu tugas utama guru dalam pembelajaran adalah menilai proses dan
hasil pembelajaran. Guru harus bisa mengembangkan alat penilaian yang
19
tepat dan sahih untuk dapat mengukur kemajuan belajar dan hasil belajar
siswa secara komprehensif (Marselus, 2011:40).
9. Melakukan Tindakan Reflektif
Menurut Marselus (2011:42), salah satu ciri dari tugas guru sebagai seorang
profesional adalah kemampuan untuk merefleksikan praktiknya dan
melakukan perbaikan-perbaiakan secara berkelanjutan. Tindakan reflektif
adalah sejenis proses belajar yang merupakan bagian dari proses
pengembangan profesionalisme berkelanjutan.
Basarkan berberapa uraian tersebut maka yang dimaksud dengan
kompetensi pedagogik dalam penelitian ini menyangkut kemampuan seorang guru
dalam memahami karakteristik atau kemampuan yang dimiliki oleh murid melalui
berbagai cara. Cara yang utama yaitu dengan memahami murid melalui
perkembangan kognitf murid, merancang pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajaran serta evaluasi hasil belajar sekaligus pengembangan murid.
Guru yang memiliki kompetensi paedagogis yang memadai harus mampu
melaksanakan evaluasi hasil belajar agar guru dapat mengetahui kemajuan belajar
siswa, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik memperbaiki
proses belajar mengajar dan pembentukan kompetensi peserta didik (Sutomo,
2011:21).
2.3.2 Kompetensi Kepribadian
Setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang
memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi atau menjadi landasan bagi
kompetensi-kompetensi lainnya. Guru tidak hanya dituntut untuk mampu
20
memaknai pembelajaran, tetapi dan yang paling penting adalah bagaimana guru
tersebut menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan
perbaikan kulitas pribadi peserta didik.
Salah satu tuntutan guru adalah pembentukan kompetensi dan perbaikan
kualitas peserta didik.
“Agar dapat melaksanakan tuntutannya dengan baik,
profesional dan dapat dipertanggung jawabkan, guru harus
memiliki kepribadiaan yang mantap, stabil dan dewas.”
Banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor
kepribadian guru yang kurang mantap, kurang stabil, dan
kurang dewasa. Banyak peserta didik yang melanggar
peraturan sekolah yang membuatu guru diuji kepribadiaannya
dan ketabilan emosinya dalam menyelesaikan masalah. Guru
menyelesaikan masalah peserta didik juga harus bersifat arif
dan bijaksana dalam mengambil keputusan untuk
menyelesaikan masalah (Dewi, Lucia H. N, 2012:28).
Menurut D’jam’an (2009:25), kompetensi kepribadian adalah kompetensi
yang berkaitan dengan prilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki
nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam prilaku sehari-hari.
Standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b, yang
dikutip oleh Mulyasa dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan :
“kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Jadi seorang guru
wajib memiliki kompetensi kepribadian yang memadai karena
pribadi guru sangat berperan dalam membentuk kepribadian
peserta didik” (Mulyasa, 2007:117).
Penjabaran indikator-indikator standar kompetensi kepribadian guru yang
diatur menurut Permendiknas No. 16 Tahun 2007, tentang kualifikasi akademik
21
dan kompetensi guru kemudian dikutip oleh Marselus (2011:51). Kompetensi
kepribadian menyangkut:
1. Bertindaka Sesuai dengan Norma Agama, Hukum, Sosial dan Kebudayaan
Nasional Indonesia
Bertindak sesuai dengan norma agama, norma hukum, dan norma sosial serta
kebudayaan Nasional Indonesia mengharuskan guru untuk satu dalam kata
dan perbuatan (Marselus, 2011: 51).
2. Pribadi yang Jujur, Berakhlak Mulia, dan Teladan Bagi Peserta Didik dan
Masyarakat
Guru merupakan seorang individu yang bermakana bagi siswa. Ia menjadi
model yang memperlihatkan sikap dan perilaku yang pantas dicontoh. Karena
itu nilai-nilai yang diajarkan guru tidak hanya sekedar berwujud kata-kata
kosong tetapi lebih dari itu harus menggema dan terpancar dalam sikap dan
cara hidup guru itu sendiri (Marselus, 2011:54).
3. Pribadi yang Mantap, Stabil, Dewasa Arif dan Berwibawa
Menurut Marselus (2011:54), guru harus memiliki pribadi yang stabil secara
emosonal sehingga mampu membimbing siswa secara efektif. Kecakapan dan
kemampuan yang dimiliki guru baik pedagogis maupun keilmuan belumlah
cukup apabila tidak dibarengi dengan kestabilan emosional guru.
4. Menunjukkan Etos Kerja, Tanggung Jawab, Rasa Bangga Menjadi Guru
dan Rasa Percaya Diri
Menurut Marselus (2011:57) menjelaskan, guru profesional adalah guru yang
memiliki etos kerja yang tinggi dan bertanggung jawab terhadap tugas atau
pekerjaannya.
22
5. Menjunjung Tinggi Kode Etik Profesi Guru
Guru profesional hendaknya menjunjung tinggi kode etik profesinya sebagai
pedoman sikap dan perilaku, dengan tidak melakukan pelanggaran kode etik
(Marselus, 2011:60).
Kompetensi kepribadian ini menjadi sangat penting karena mengingat
bahwa guru akan menjadi panutan bagi peserta didiknya, apabila seorang guru
telah memiliki beberapa subkompetensi kepribadian tersebut maka dalam
pelaksanaan tugasnya akan berjalan lancar dan dapat menimbulkan minat yang
tinggi bagi peserta didik untuk mengikuti pelajaran.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka, yang dimaksud dengan kompetensi
kepribadian dalam penelitian ini adalah kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
2.3.3 Kompetensi Profesional
Menurut Daryanto dan Tutik Rachmawati (2013:105) menyebutkan,
kompetensi profesional yaitu kemempuan yang harus dimiliki guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran,
untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran.
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik memahami standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar
nasional.
23
Menurut Mulyasa (2007:135), Kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan. Selanjutnya Mulyasa menyebutkan ruang lingkup
kompetensi profesional guru meliputi:
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,
pisikologis, sosiologis dan sebagainya.
2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan taraf
perkembangan peserta didik.
3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya.
4) Mengerti dan mampu menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber
belajar yang relevan.
6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.
7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
Hamalik (2002:38) mengungkapkan bahwa, guru yang dinilai kompeten
secara profesional, apabila:
1) Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-
baiknya.
2) Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil.
24
3) Guru tersebut dapat bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan
nasional) sekolah.
4) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar dan
mengajar di kelas.
Secara spesifik menurut Permendiknas No. 16/2007 yang dikutip Marselus
(2011:43) tentang, standar kompetensi ini dijabakan kedalam lima kompetensi inti
yakni:
1. Menguasai Materi, Struktur, dan Konsep Keilmuan Mata Pelajaran
Menurut Marselus (2011:44) penguasaan terhadap materi ini menjadi salah
satu persyaratan untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif,
karena guru sering menjadi tempat bertanya bagi siswa dan dapat juga
menjadi sumber pemuas dahaga keingintahuan siswa.
2. Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
yang Diasuh
Melalui penguasaan terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran maka diharapkan guru dapat mengembangkan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran secara cermat. Penguasaan terhadap standar
kompetensi dan kompetensi dasar menjadi prasyarat bagi guru untuk
mengembangkan kurikulum ditingkat satuan pendidikannya (Marselus,
2011:45).
3. Mengembangkan Materi Pembelajaran Secara Kreatif
Menurut Marselus (2011:45) penguasaan terhadapa standar kompetensi dan
kompetensi dasar dari mata pelajaran yang diasuh guru harus dibarengi
25
dengan kemampuan guru untuk mengembangkan materi pembelajaran sesuai
dengan struktur keilmuan dan kebutuhan khas peserta didik.
4. Mengembangkan Profesional Berkelanjutan Melalui Tindakan Reflektif
Kegiatan pengembangan profesional berkelanjutan merupakan sebuah
btututan mutlak bagi para guru karena perkembangan ilmu dan teknologi
berjalan begitu cepat. Karena itu penyesuaian terhadap penyesuaian terhadap
penguasaan ilmu dan teknologi bagi guru haruslah senantiasa up to date dan
menjadi salah satu syarat penting bagi guru, untuk mengembangkan diri dan
kemampuan praktik profesionalanya (Marselus, 2011:47).
5. Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk
Berkomunikasi Berkomunikasi dan Mengembangkan Diri
Jika dalam standar kompetensi pedagogis, memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi diperuntukkan bagi peningkatan kualitas pembelajaran, maka
dalam kompetensi profesional, pemanfaatan teknologi komunikasi bagi guru
diperuntukkan bagi pengembangan diri atau berkomunikasi dengan kolega
atau sejawat (Marselus, 2011:49).
Berdasarkan pernyataan tersebut maka, yang dimaksud dengan kompetensi
profesional dalam penelitian ini merupakan penguasaan materi secara mendalam,
menjadi guru yang profesional bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut akan
tercermin dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah, dan kegiatan-kegiatan guru
baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Guru yang profesional harus
mampu mengembangkan pengetahuan yang dimiliki secara mendalam.
26
2.3.4 Kompetensi Sosial
Djam’an (2009:215), “Kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru
untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat
dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga
negara, lebih dalam lagi kemampuan sosial ini mencakup kemampuan untuk
menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu
membawakan tugasnnya sebagai guru.”
Kompetensi sosial mutlak harus dimiliki oleh seorang guru dan siapapun
selain guru karena manusia tidak bisa terlepas dari kodrat yakni sebagai makhluk
sosial yang dalam kehidupan sehari-hari pasti selalu berinteraksi dengan orang
lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
Di dalam dunia pendidikan kompetensi sosial yang dimiliki guru
dimaksudkan untuk mampu bersosialisasi dengan siswa agar dapat menciptakan
suasana yang harmonis dalam kegiatan belajar-mengajar. Dalam menjalankan
tugasnya sebagai agen pembelajaran guru tidak hanya dituntut untuk mampu
bersosialisasi dengan siswanya tetapi juga dengan lingkungannya di sekolah yaitu
rekan-rekan sesama pengajar, orang tua/wali siswa dan masyarakat luas, hal
tersebut akan sangat membantu seorang guru dalam melaksanakan tugasnnya.
Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d yang
dikutip oleh Mulyasa menjelaskan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan
guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
aktif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial merupakan kemampuan
27
guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki
kompetensi untuk:
1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat.
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua/wali
peserta didik.
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. (Mulyasa, 2007:173).
Kompetensi sosial guru berkaitan erat dengan kemampuan dalam
berkomunikasi dengan masyarakat, baik masyarakat di sekitar sekolah maupun
masyarakat di tempat guru tinggal. Peran guru dan cara guru berkomunikasi
dalam kehidupan bermasyarakat diharapkan mempunyai karakteristik tersendiri
yang sedikit berbeda dengan mereka yang bukan guru. Guru mengemban misi
kemanusiaan.
Menurut Permendiknas No. 16/2007 yang dikutip Marselus (2011:51),
kemampuan dalam standar kompetensi sosial mencakup lima kompetensi utama
yakni:
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif dan tidak diskriminatif
Siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda dari segi jenis kelamin,
agama, suku, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya. Guru profesional
adalah guru yang bisa membawa diri dalam situasi semacam ini. Guru harus
bisa berinteraksi dan bergaul dengan siswa atau rekan sejawat, atau bahkan
anggota masyarakat yang berbeda latar belakang semacam ini (Marselus,
2011:61).
28
2. Berkomunikasi Secara Efektif, Emaptik, dan Santun
Menurut Marselus (2011:64) pengetahuan tentang multikulturalisme bagi
guru sangatlah penting karena menjadi dasar bagi guru untuk memupuk
kemampuan komunikasinya dengan orang lain yang berasal dari latar
belakang yang berbeda-beda.
3. Beradaptasi di Tempat Bertugas di Seleluruh Wilayah RI
Undang-undang No. 14/2005 yang dikutip Marselus (2011:65) tentang Guru
dan Dosen yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Pemerintah No.
74/2008 tentang Guru membuka kemungkinan bagi guru untuk bekerja di
seluruh wilayah Indonesia.
4. Berkomunikasi dengan Komunitas Profesi Sendiri dan Profesi Lain
Menurut Marselus (2011:65) kemampuan komunikasi guru tidak hanya
sebatas berkomunikasi dalam konteks pembelajaran yang melibatkan
interaksi guru siswa, tetapi juga keampuan untuk bisa berkomunikasi secara
ilmiah dengan komunitas seprofesi maupun komunitas profesi lain dengan
menggunakan berbagai macam maedia dan forum.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka, yang dimaksud dengan kompetensi
sosial dalam penelitian ini merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertfikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Kualifkasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi
29
program sarjana atau program diploma empat. Kompetensi guru meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (Kunandar,
2009:75). Berikut ini tabel keempat kompetensi guru sebagai berikut:
30
Tabel 2.1
Kompetensi dan Sub Kompetensi Guru dalam Sertifikasi
No Kompetensi Sub Kompetensi Indikator
1 Kompetensi
pedagogik:
meliputi
pemahaman
terhadap peserta
didik,
perancangan dan
pelaksanaan
pembelajaran,
evaluasi hasil
belajar, dan
pengembangan
peserta
didikuntuk
mengaktualisasi
kan berbagai
potensi yang
dimilikinya
1.1 Memahami
peserta didik
secara mendalam
a. Memahami peserta didik
dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip
pengembangan kognitif
b. Memahami peserta didik
dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip
kepribadian
c. Mengidentifikasi bekal
ajar awal peserta didik
1.2 Merancang
pembelajaran,
termasuk
memahami
landasan
pendidikan untuk
kepentingan
pembelajaran
a. Memahami landasan
pendidikan
b. Menerapkan teori belajar
dan pembelajaran
c. Menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan
karakteristik peserta
didik, kompetensi yang
akan dicapai dan materi
ajar
d. Menyusun rancangan
pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih
1.3 Melaksanakan
pembelajaran
a. Menata latar (setting)
pembelajaran
b. Melaksanakan
pembelajaran yang
kondusif
1.4 Merancang dan
melaksanakan
evaluasi
pembelajaran
a. Merancang dan
melaksanakan evaluasi
(assessment) proses dan
hasil belajar secara
berkesinambungan dengan
berbagai metode.
31
No Kompetensi Sub Kompetensi Indikator
b. Menganalisis hasil
evaluasiproses dan hasil
untuk menentukan tingkat
ketuntasan belajar
(mastery learning)
c. Memanfaatkan hasil
penilaian pembelajaran
untuk perbaikan kualitas
program pembelajaran
secara umum.
1.5 Mengaktualisasika
n peserta didik
untuk
mengaktualisasika
n berbagai
potensinya
a. Memfasilitasi peserta
didik untuk
pengembangan berbagai
potensi akademik
b. Memfasilitasi peserta
didik untuk
pengembangan berbagai
potensi akademik
c. Memfasilitasi peserta
didik untuk
mengembangkan potensi
non akademik
2 Kompetensi
kepribadian:
kemampuan
personal yang
mencerminkan
kepribadian
yang mantap,
stabil, dewasa,
arif dan
berwibawa,
menjadi teladan
bagi peserta
didik, dan
berakhlak mulia.
2.1 Kepribadian yang
mantap dan stabil
b. Bertindak sesuai dengan
norma hukum
c. Bertindak sesuai dengan
norma sosial
d. Bangga sebagai guru
e. Memiliki konsisten dalam
bertindak sesuai dengan
norma
2.2 Kepribadian yang
dewasa
a. Menampilkan
kemandirian dalam
bertindak sebagai
pendidik
b. Memiliki etos kerja
sebagai pendidik
32
No Kompetensi Sub Kompetensi Indikator
2.3 Kepribadian yang
arif
a. Menampilkan tindakan
yang didasarkan pada
kemanfaatan peserta didik,
sekolah dan masyarakat
b. Menunjukkan keterbukaan
dalam berpikir dan
bertindak
2.4 Kepribadian yang
berwibawa
a. Memiliki perilaku yang
berpengaruh positif
terhadap peserta didi
b. Memiliki perilaku yang
disegani
2.5 Berakhlak mulia
dan dapat menjadi
teladan
a. Bertindak sesuai dengan
norma religius (iman,
takwa, jujur, ikhlas, suka
menolong)
b. Memiliki perilaku yang
diteladani peserta didik
3 Kompetensi
profesional:
merupakan
penguasaan
materi
pembelajaran
secara luas dan
mendalam, yang
mencakup
penguasaan
materi
kurikulum mata
pelajaran di
sekolah dan
subtansi
keilmuan yang
menaungi
materinya, serta
penguasaan
terhadap
3.1 Menguasai
subtansi keilmuan
yang terkait
dengan bidang
studi
a. Memahami materi ajar
yang ada dalam kurikulum
sekolah
b. Memahami, struktur,
konsep, dan metode
keilmuan yang menaungi
atau koheren dengan
materi ajar
c. Memahami hubungan
konsep antar mata
pelajaran terkait
d. Menerapkan konsep-
konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari
33
NO Kompetensi Sub Kompetensi Indikator
struktur dan
metodologi
keilmuannya.
3.2 Menguasai struktur
dan metode
keilmuan
Menguasai langkah-langkah
penelitian dan kajian kritis
untuk memperdalam
pengetahuan atau materi
bidang studi
4 Kompetensi
sosial:
merupakan
kemampuan
guru untuk
berkomunikasi
dan bergaul
secara efektif
dengan peserta
didik, sesama
pendidik, tenaga
kependidikan,
orang tua/wali
peserta didik,
dan masyarakat
sekitar
4.1 Mampu
berkomunikasi dan
bergaul secara
efektif dengan
peserta didik
Berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik
4.2 Mampu
berkomunikasi dan
bergaul secara
efektif dengan
sesama pendidik
dan tenaga
kependidikan
Berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga
kependidikan
4.3 Mampu
berkomunikasi dan
bergaul secara
efektif dengan
orang tua wali
peserta didik dan
masyarakat sekitar
Berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan orang
tua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar
*Sumber : Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK
Depdiknas dengan modifikasi
2.4 Sertifikasi
2.4.1 Pengertian Sertifikasi
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada sesuatu objek tertentu
(orang, barang, atau organisasi tertentu) yang menandakan bahwa objek tersebut
layak menurut kriteria, atau standar tertentu. Sertifikasi merupakan sebuah bentuk
34
jaminan mutu (quality assurance) kepada pengguna objek tersebut, sehingga para
pengguna tidak merasa dirugikan (Marselus, 2011 : 68).
Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-undang republik Indonesia No
20 Tahun 2003 tentan Sistem Pendidikan nasional dan peraturan Mentri
Pendidikan Nasional No 18 tahun 2007. Sertifikasi dapat berbentuk ijazah atau
sertifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan
ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya dan symposium ( UU RI No.
20/2003 pasal 61).
Sertifikasi profesi guru adalah proses untuk memberikan sertifikasi kepada
guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar kompetensi. Sertifikasi
guru sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan
kesejahteraan guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran
dan mutu pendidikan di Indonesia secra berkelanjutan. Bentu peningkatan
kesejahteraan guru berupa tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi
guru yang memiliki sertifikasi pendidik.
Dalam UU 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, disebut bahwa
“sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen.”
Sertifikat adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan
dosen sebagai tenaga pendidik profesional. Dengan demikian, sertifikasi guru
dapat diartikan sebagai proses pemberian pengakuan bahwa seorang guru telah
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
lembaga sertifikasi. Sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang
35
untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan
pemberian sertifikat pendidik (Mulyasa, 2007 :34).
Menurut Trianto (2007:9) sertifikat pendidik adalah surat keterangan yang
diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi
sebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memenuhi kualifikasi
pendidikan minimim dan mengasai kompetensi minimal sebagai agen
pembelajaran.
Syarat sertifikasi pendidik bagi guru adalah: (1) Memenuhi standar
kualifikasi akademik (S1 atau D4 dan Relevan); (2) Menguasai standar
kompetensi yang dibuktikan dengan lulus uji kompetensi yang diselenggarakan
oleh perguruan tinggi penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan yang
terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah (Kunandar, 2009: 83).
Dengan demikian berdasarkan pernyataan tersebut maka, dapat
disimpulkan sertifikasi guru dalam penelitian ini adalah suatu bukti pengukuran
sebagai tenaga profesional yang telah dimiliki seseorang pendidik dalam
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu., setelah
yang bersangkutan menempuh uji kompetensi yang dilakukan oleh lembaga
sertifikasi.
2.4.2 Tujuan dan Manfaat Sertifikasi
Sertifikasi memiliki beberapa tujuan dan manfaat tertentu. Melalui
sertifikasi sertdak-tidaknya terdapat jaminan dan kepastian tentang status
profesionalisme guru dan juga menunjukkan bahwa pemegang lisensi atau
36
sertifikat memiliki kemamupuan tertentu dlam memberikan layanan profesional
kepada masyarakat (Marselus, 2011: 76).
2.4.2.1 Tujuan Sertifikasi Guru
Ada beberapa tujuan dari sertifikasi, diantaranya:
1. Sertifikasi dilakukan untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan
tugas sebagai agen pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Melalui sertifikasi maka akan dilakukan seleksi
terhadap guru manakah yang berkelayakan untuk mengajar dan mendidik dan
manakah yang tidak. Sertifikasi dalam konteks ini sebagai suatu mekanisme
seleksi terhadap guru-guru yang unggul yang diharapkan dapat menunaikan
tugas sebagai guru profesional untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
2. Sertifikasi juga dilakukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan siswa
dan menjadi salah satu komponen penting dalam proses pendidikan dan
pembelajaran. Guru juga menjadi salah satu aset penting yang menjadi
penentu kualitas pendidikan secara nasional. Karena itu melalui sertifikasi
guru, diharapkan dapat meningkatkan mutu dproses dan hasil pendidikan.
3. Sertifikasi untuk meningkatkan martabat guru. Melalui sertifikasi guru maka
wibawa dan martabatnya sebagai seorang profesional dapat dijaga bahkan
ditingkatkan. Selama ini guru dipandang sebagai pekerjaan massal yang dapat
dimasuki oleh siapa saja dari berbagai latar belakang. Karena itu ada
kecenderungan publik melihat guru secara berat sebelah dan profesi yang
37
disandangnya dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang lumrah.sertifikasi
justru untuk menjamin dan memastikan bahwa pekerjaan guru adalah
pekerjaan yang berwibawa dan guru melalui pengalaman pendidikan dan
pelatihan yang relatif lama dapat memberikan layanan yang lebih baik
dibandingkan dengan pekerja-pekerja pengajaran yang amatir.
4. Sertifikasi untuk meningkatkan profesionalisme guru. Sejatinya, guru yang
telah menyelesaikan proses pendidikan pada jenjang pendidikan keguruan
sudah memiliki sertifikat sebagai guru/pengajar. Ijazah dan akta mengajar
yang dimilikinya sudah memperlihatkan bahwa yang bersangkutan sudah
layak sebagai guru. Tetapi apakah pemegang ijazah dan akta guru sudah
benar-benar kompeten dan profesional? Untuk memastikannya perlu
dilakukan uji kompetensi sebagai seorang profesional sehingga dilakukan
melalui sertifikasi. Bahkan sertifikat tidak berlaku seumur hidup, sehingga
sertifikasi dan resertifikasi dapat menjadi salah satu mekanisme untuk
memastikan bahwa guru penyandang sertifikasi masih tetap profesional dan
memiliki kompetensi yang dapat diandalkan. Sertifikasi dapat menjadi sebuah
bentuk post quality control yakni pengendalian mutu terhadap output yang
dilakukan sebelum output itu digunakan di dalam masyarakat (Marselus,
2011: 76).
2.4.2.2 Manfaat Sertifikasi guru
Sertifikasi guru memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten yang
dapat merusak citra guru. Sertifikasi guru merupakan sebuah bentuk
38
pengakuan terhadp profesionalisme guru. Dengan disertifikasi maka profesi
guru terlindungi sebagai sebuah profesi yang bermartabat karena dengan itu
dapat diketahui manakah praktik-praktik guru yang profesional dan
manakah yang tidak profesional. Hal ini dilakukan mengingat pekerjaan
guru dimasa lalu dapat dimasuki oleh siapa saja dari berbagai latar belakang
kualifikasi pendidikan.
b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan tidak profesional. Sertifikasi menjadi sebuah mekanisme
bagi masyarakat untuk membedakan manakah praktik pendidikan yang
bermutu dan profesional. Akibat dari semakin banyaknya sekolah yang
bermunculan dan semakin banyaknya pengajar-pengajar menawarkan
jasanya kepada masyarakat, maka melalui sertifikasi guru masyarakat
mendapatkan jaminan dan kepastian tentang mutu dan keabsahan proses
pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Semakin banyak guru yang
disetifikasi dapat menjadi indikasi bahwa layanan pendidikan di sekolah
menjadi semakin profesional karena ditangani oleh para profesional.
Dengan demikian masyarakat kita tidak hanya terbujuk rayu dengan
tawaran-tawaran pendidikan yang dipromosikan.
c. Meningkatkan kesejahteraan guru. Sertifikasi juga membawa dampak
finansial tertentu khususnya bagi guru pemegang sertifikasi. Dalam konteks
guru di Indonesia, pemerintah sudah menetapkan aturan bahwa guru yang
telah disertifikasi berhak untuk mendapatkan tunjangan profesional setara
dengan gaji pokok satu bulan. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa
39
tingkat kesejahteraan guru pasca sertifikasi akan semakin baik, dan guru
dapat berkonsentrasi untuk melaksanakan tugas pokoknya sebagai pengajar
dan pendidik di sekolah (Marselus, 2011 : 77).
Lebih lanjut dikemukakan bahwa sertifikasi pendidikan dan tenaga
kependidikan menurut Mulyasa (2008 : 35) mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Pengawasan mutu
(a) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan
seperangkat kompetensi yang bersifat unik.
(b) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk
mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan.
(c) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada awal
masuk organisasi profesi maupu pengembangan karier selanjutnya.
(d) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu
maupu usaha belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan
profesionalisme.
2. Penjaminan mutu
a. Adanaya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap
kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah
menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya. Dengan
demikian pihak berkepentingan, khususnya para pelanggan/pengguna akan
makin menghargai organisasi profesi dapat memberikan jaminan atau
melindungi para pelanggan/pengguna.
40
b. Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para
pelanggan/pengguna yang ingin mempekerjakan orang dalam bidang
keahlian dan keterampilan tertentu.
2.4.3 Dasar Hukum Pelaksanaan Sertifikasi Guru
UUGD Pasal 11 ayat (2) menyatakan:
Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan
yang terakreditasi dan ditetpkan oleh pemerintah.
Sertifikasi guru diselenggarakan oleh LPTK yang terakreditasi dan
ditetapkan oleh Mentri Pendidikan Nasional.
Sertifikasi bagi guru dalam jabatan sebagai upaya meningkatkan mutu
layanan dan hasil pendidikan di Indonesia, diselenggarakan berdasarkan landasan
hukum sebagai berikut (Samani, 2007: 5).
a. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
c. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
d. Pereturan Mentri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2005 tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Pendidikan.
e. Fatwa/Pendapat Hukum Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia No.
I.UM.01.02-253.
f. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi
bagi Guru dalam Jabatan.
41
2.4.4 Uji Kompetensi dalam Sertifikasi Guru
Standar kompetensi dan sertifikasi guru merupakan salah satu pekerjaan
yang harus dilakukan pemerintah terkait amanat Undang-Undang Guru dan Dosen
(UUGD). Melalui standar dan sertifikasi, diharapkan dapat dipilih dan dipilih
guru-guru profesional yang berhak menerima tunjangan profesi, dan guru-guru
yang tidak profesional yang tidak berhak mendapatkannya. Untuk kepentingan
tersebut, perlu dilakukan suatu sistem pengujian terhadap kompetensi, atau
melakukan uji kompetensi. Uji kompetensi merupakan bagian penting dari standar
kompetensi dan sertifikasi guru sebagaimana diamanatkan dalam UUGD
(Mulyasa, 2007 : 191).
Dalam standar kompetensi dan sertifikasi guru, uji kompetensi baik secara
teoritis maupun praktis memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam
meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas guru. Mulyasa
(2007), mengungkapkan pentingnya uji kompetensi dan standar kompetensi dan
sertifikasi guru antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kompetensi guru
Berdasarkan hasil uji dapat diketahui kemampuan rata-rata para guru, aspek
mana yang perlu ditingkatkan, dan siapa guru yang perlu mendapatkan
pembinaan secara kontinue, serta siapa guru yang telah mencapai standar
kemampuan minimal.
2. Merupakan alat seleksi penerimaan guru
Melalui uji kompetensi, diharapkan dapat terjaring guru-guru yang kompeten,
kreatif, profesional, inovatif, dan menyenangkan, sehingga mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran disekolahnya.
42
3. Untuk pengelompokan guru
Hasil uji kompetensi guru dapat digunakan untuk mengelompokkan dan
menentukan mana guru profesional yang berhak menerima tunjangan
profesional, tujangan jabatan, dan penghargaan profesi serta guru yang tidak
profesional tidak berhak menerimanya.
4. Sebagai bahan acuan dalam penegembangan kurikulum
Tujuan, program pendidikan, sistem pembelajaran, dan evaluasi perlu
direncanakan sedemikian rupa agar sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
kompetensi guru.
5. Merupakan alat pembinaan guru
Dengan adanya syarat yang menjadi kriterian calon guru, maka akan terdapat
pedoman bagi para adminstrator dalam memilih, menseleksi dan
menempatkan guru sesuai dengan karakteristik dan kondis, serta jenjang
sekolah.
6. Mendorong kegiatan dan hasil belajar.
Uji kompetensi guru akan mendorong terciptanya kegiatan dan hasil belajar
yang optimal, karena guru yang teruji kompetensinya akan senantiasa
menyesuaikan kompetensinya dengan perkembangan kebutuhan dan
pembelajaran.
2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Stefany Soraya Sonya
(2010) yang berjudul “Penguasaaan Kompetensi Guru yang Sudah Bersertifikasi
dan Guru yang Belum Bersertidikasi Di SMP Se-Kecamatan Ngablak”, yang
43
menunjukkan bahwa: penguasaan kompetensi antara guru yang telah bersetifikasi
dan yang belum bersertifikat menunjukkan bahwa, guru yang sudah bersertifikat
memiliki penguasaan mompetensi yang lebih tinggi dari pada guru yang belum
bersertifikat. Rata-rata penguasaan kompetensi guru yang belum bersertifikat
sebesar 489,55. Angka ini lebih kecil dari standar minimal kelulusan sebesar 850.
Sedangkan rata-rata penguasaan guru yang sudah bersetifikat sebesar 898,86.
Angka ini diatas standar minimal kelulusan 850.
2.6 Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini, unit of analysis yang akan diteliti adalah penguasaan
kompetensi guru yang sudah bersertifikasi. Sedangkan unit of observation adalah
guru SMP Kristen 2 Salatiga. Sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi
guru yang sudah bersertifikasi di SMP Kristen 2 Salatiga. Sebelum melakukan
penelitian, peneliti mengumpulkan data awal dengan cara mengobservasi jumlah
guru yang sudah bersertifikasi kemudian melakukan wawancara awal untuk
mendapatkan data awal. Kemudian peneliti menyiapkan perangkat non tes seperti
pertanyaan-pertannyaan untuk wawancara dan angket. Kemudian mengumpulkan
beberapa dokumen yang mendukung proses pengambilan data oleh peneliti.
Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan yang
disaratkan untuk menjadi seorang guru. Kemampuan tersebut biasa disebut
dengan istilah kompetensi guru. Kompetensi guru itu diantarannya adalah
kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan
kompetensi kepribadian.
44
Keempat kompetensi tersebut mutlak dikuasai oleh guru agar dapat
melaksanakan tugas dan kinerja sebagai guru dengan baik karena dalam
melaksanakan tugasnnya guru tidak mengalami kesulitan dan dapat mengatasi
masalah yang berkaitan dengan tugasnya dengan penguasaan kompetensi yang
dimilikinya.
Sertifikasi guru adalah suatu proses pemberian pengakuan bahwa
seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.
Guru yang lolos sertifikasi adalah yang menguasai keempat kompetensi
yang disyaratkan, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Guru yang profesional memiliki
penguasaan kompetensi yang tinggi terhadap keempat kompetensi guru tersebut.
Semakin baik penguasaan guru terhadap kompetensi, semakin profesional guru
tersebut.
Apabila seorang guru telah sertifikasi tentu dia sudah dinyatakan layak
untuk menjalankan tugas pokoknya, dengan kata lain guru yang sudah sertifikasi
memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan guru yang belum
sertifikasi.
45
Kompetensi
Pedagogik
Guru
Kompetensi
Kepribadian
Kompetensi
Sosial
Kompetensi
Profesional
Guru Profesional
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir
2.7 Definisi Operasional Penelitian
Definisi operasional digunakan untuk menjelaskan variabel dalam
penelitian. Penelitian tentang penguasan kompetensi guru bersertifikat di SMP
Kristen 2 Salatiga, mampunyai empat variabel yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran
yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikanberbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
46
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi keilmuannya, serta
penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.
Selanjutnya, kompentensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secra efektif dengan peserta didik, tenaga pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Secara
keseluruhan persenan (%) skor diperoleh dari kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial yang diukur dengan
rentang nilai 1 – 5.
2.8 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian,
hipotesis adalah suatu pernyataan yang harus masih diuji kebenarannya secara
empirik (Iskandar, 2008:56). Berdasarkan berdasarkan kerangka penelitian
“Penguasaan Kompetensi Guru di SMP Kristen 2 Salatiga”, hipotesis yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Hipotesis kerja : penguasaan kompetensi guru bersertifikasi di SMP Kristen 2
Salatiga tinggi.
Ho :µ = 5
H1 : µ1 < 5