kemampuan mahasiswa dalam menguasai bentuk

25
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahasa adalah alat komunikasi yang mutlak di kehidupan kita. Menurut Wibowo, Walija (1990 : 4) mengungkapkan bahwa definisi bahasa adalah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud dan pendapat kepada orang lain. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan hal yang kita inginkan kepada lawan bicara begitupun juga sebaliknya. Oleh karena itu, agar kita dapat memahami maksud dari lawan bicara, kita harus mengerti bahasa yang ia gunakan. Disinilah terasa sekali betapa pentingnya bahasa untuk dapat saling memahami orang-orang yang ‘berbeda’ dengan kita. Mempelajari bahasa adalah hal yang harus diprioritaskan. Karena dengan bahasa kita dapat menjalin hubungan dengan siapapun, dan darimana pun asal mereka. Jika kita ingin berkomunikasi dengan baik kepada orang Inggris, maka kita harus mempelajari bahasa Inggris. Jika kita ingi memahami 1 | Page

Upload: ayucahyaseptidakas

Post on 05-Jul-2015

339 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa adalah alat komunikasi yang mutlak di kehidupan kita. Menurut Wibowo,

Walija (1990 : 4) mengungkapkan bahwa definisi bahasa adalah komunikasi yang paling

lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud dan pendapat kepada orang

lain. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan hal yang kita inginkan kepada lawan bicara

begitupun juga sebaliknya. Oleh karena itu, agar kita dapat memahami maksud dari lawan

bicara, kita harus mengerti bahasa yang ia gunakan. Disinilah terasa sekali betapa

pentingnya bahasa untuk dapat saling memahami orang-orang yang ‘berbeda’ dengan kita.

Mempelajari bahasa adalah hal yang harus diprioritaskan. Karena dengan bahasa kita

dapat menjalin hubungan dengan siapapun, dan darimana pun asal mereka. Jika kita ingin

berkomunikasi dengan baik kepada orang Inggris, maka kita harus mempelajari bahasa

Inggris. Jika kita ingi memahami suku Ainu, maka paling tidak kita harus mengerti terlebih

dahulu mengenai bahasa mereka.

Namun, mempelajari bahasa asing tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Bagi kita bangsa Indonesia yang sebagian bahasa pertamanya (B1) adalah bahasa

Indonesia, perlu adanya pembelajaran mulai dari nol untuk mempelajari bahasa kedua (B2).

Ditambah lagi jika bahasa tersebut berbeda dengan bahasa pertama kita, mulai dari struktur

gramatikalnya, perubahannya, pembentukan katanya, hingga penulisannya.

Kini pembelajaran bahasa asing sudah menjadi kewajiban bagi siswa khususnya

mulai dari tingkat menengah atas. Bahasa asing yang diajarkan yaitu mulai dari bahasa

Arab, bahasa Prancis, bahasa Jerman, bahasa Jepang, bahasa Mandarin (Cina), dan bahasa

1 | P a g e

Page 2: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

asing lainnya. Sejauh ini bahasa asing yang paling banyak diminati siswa dan dipelajari di

sebagian besar Sekolah Menengah Tingkat Atas di Indonesia adalah bahasa Jepang.

Bahasa Jepang sebagai bahasa asing yang paling diminati dipengaruhi oleh hubungan

Indonesia-Jepang. Sebagian besar produk-produk yang beredar di In

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berikut ini adalah identifikasi masalah berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan

penulis:

1. Bagaimanakah kemampuan mahasiswa Universitas Negeri Jakarta jurusan bahasa

Jepang dalam menguasai pola kalimat ~te moraimasu, ~te agemasu dan ~te kuremasu?

2. Dapatkah Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta jurusan Bahasa Jepang tingkat 1

semester 1 memposisikan masing-masing pola tersebut ke dalam kalimat yang sesuai?

3. Kesulitan apa saja yang dialami mahasiswa dalam mempelajari pola ini?

C. BATASAN MASALAH

1. Penelitian ini hanya dibatasi pada kemampuan mahasiswa dalam menguasai pola

kalimat ~te agemasu, ~te moraimasu, ~te kuremasu (yari morai).

2. Penelitian ini meneliti Mahasiswa tingkat 1 (semester 1) pendidikan bahasa Jepang

Universitas Negeri Jakarta.

3. Penelitian ini meneliti kemampuan menguasai yang ada di dalam buku Minna No

Nihongo 1 bab 24.

D. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kemampuan mahasiswa dalam menguasai bentuk yari morai?

2. Mampukah siswa memposisikan masing-masing pola tersebut ke dalam kalimat yang

sesuai?

2 | P a g e

Page 3: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Kemampuan mahasiswa dalam menguasai bentuk yari morau.

2. Kemampuan mahasiswa dalam memposisikan masing-masing pola tersebut ke dalam

kalimat yang sesuai.

3. Kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam mempelajari bentuk yari morau.

4. Upaya yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasi masalah tersebut.

F. LINGKUP PENELITIAN

Kemampuan mahasiwa Tingkat 1 jurusan pendidikan bahasa Jepang Universitas

Negeri Jakarta dalam mencocokkan pola kalimat untuk mengetahui kemampuan mahasiswa

dalam menguasai bentuk yarimorai (pola kalimat ~te agemasu, ~ te moraimasu, dan ~te

kuremasu) ke dalam kalimat sesuai dengan materi yang diajarkan pada bab 24 buku Minna

No Nihongo.

G. WAKTU DAN TEMPAT

Waktu penelitian ini dilakukan pada semester satu (semester ganjil) dari bulan Maret

sampai dengan bulan Juni. Tempat penelitian ini adalah di Universitas Negeri Jakarta

Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang.

MINGGU KE-

BULAN

MARET APRIL MEI JUNI

1 Membuat angket mengenai bentuk

Konsultasi dengan pembimbing mengenai instrument penilaian.

Pengolahan data

Menulis laporan bab II

2 Menulis laporan bab III

3 | P a g e

Page 4: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

yari morau.

Konsultasi

3

Melakukan pendekatan kepada sampel dan menjelaskan secara teknis mengenai penelitian ini.

Mencari tempat yang akan digunakan untuk tes.

Menulis laporan bab IV

4Pemberian tes dan pengisian angket

Menulis laporan Bab 1

Menulis laporan bab V

H. KEGUNAAN PENELITIAN

Bagi peneliti

Untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai pola kalimat ~te agemasu, ~te

moraimasu dan ~te kuremasu.

Bagi tenaga pengajar

Sebagai bahan pertimbangan agar dapat meningkatkan pengajaran bahasa Jepang

khusunya pada pola kalimat ~te agemasu, ~ te moraimasu, dan ~te kuremasu.

Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa Universitas Negeri Jakarta jurusan

Pendidikan Bahasa Jepang tingkat ! dalam menguasai pola kalimat ~te agemasu, ~

te moraimasu, dan ~te kuremasu.

Bagi mahasiswa

Agar dapat mengkaji lebih dalam mengenai pola kalimat yari-morai.

Bagi jurusan bahasa Jepang

4 | P a g e

Page 5: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

Sebagai refensi tambahan yang mengkaji secara mendalam mengenai pola kalimat

~te agemasu, ~ te moraimasu, dan ~te kuremasu beserta kemampuan mahasiswa.

Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan refensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

BAB II

KERANGKA TEORI

A. DESKRIPSI TEORITIS

1. Hakikat analisis kesalahan

2. Hakikat bentuk

3. Hakikat yari morai

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

1. Dian Bayu Firmasyah (2008) dalam skripsinya yang berjudul “analisis kontrastif antara

verba ~te agemasu ~te kuremasu ~te moraimasu dengan konstruksi verba ~me dan

~di”. Dalam penelitian ini penulis bermaksud untuk menganalisis dan mengkontraskan

diatesis aktif-pasif bahasa Indonesia dengan verba Te Ageru, Te Kureru, Te Morau

sebagai voice dalam bahasa Jepang. 

5 | P a g e

Page 6: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan secara lebih mendalam tentang

persamaan dan perbedaan kedua konstruksi verba tersebut ditinjau dari segi aturan

pemakaian dan makna yang dikandungnya.

Dari hasil penelitian dapat ditemukan bahwa konstruksi verba ~te agemasu dapat

dipadankan kedalam konstruksi verba aktif me- dan me-/-kan karena adanya kemiripan

dari segi struktur gramatikal antara konstruksi verba ~te agemasu dengan kalimat aktif

bahasa Jepang (noudoutai) dan kalimat aktif bahasa Indonesia, terutama dari segi

pelaku dan penderita dalam kegiatan tersebut serta penempatan shiten (S)-nya.

Konstruksi verba ~te kureremasu dapat dipadankan kedalam konstruksi verba

aktif me- dan me-/-kan serta konstruksi pasif di- dan verba Ø (verba zero) karena

konstruksi verba ~te kuremasu mempunyai struktur gramatikal yang menggabungkan

sifat kalimat aktif bahasa Jepang (noudoutai) dan kalimat pasif bahasa Jepang

(judoutai). 

Sedangkan konstruksi verba ~te moraimasu dapat dipadankan kedalam konstruksi

verba pasif di- karena adanya kemiripan dari segi struktur gramatikal antara konstruksi

verba ~te moraimasu dengan kalimat pasif bahasa Jepang (judoutai) dan kalimat pasif

bahasa Indonesia, terutama dari segi pelaku dan penderita dalam kegiatan tersebut serta

penempatan shiten (S)-nya

2. Analisis Kesalahan Pengunaan Ungkapan “Yari-Morai” dan Pemerolehannya pada

Pembelajar Bahasa Jepang (Semester V- TA 2010/2011 Prodi Bahasa Jepang –

Universitas Widyatama) oleh Uning kuraesin.

C. KONSEP

Bentuk yari-morai pada dasarnya tidak begitu sulit untuk dipelajari. Namun karena

seringnya pembicara tertukar dalam penggunaan pola kalimat tersebut dikarenakan

6 | P a g e

Page 7: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

kesalahan dalam melihat sudut pandang si pemberi dan penerima, maka pola kalimat ini

terasa sulit. Terlebih lagi dikarenakan pola kalimat ini merupakan pola kalimat yang sering

sekali digunakan pada percakapan sehari-hari bagi orang Jepang.

Untuk itu penelitian mengenai kemapuan mahasiswa dalam menguasai pola kalimat

ini dirasa perlu agar nantinya mahasiswa dapat memperoleh paparan mengenai pola

kalimat ini secara lebih mendalam.

1. ~te agemasu

Kata kerja bentuk ~te agemasu menunjukkan hal memberikan kebaikan kepada lawan

bicara dari perbuatan menurut kebaikan hati si pembicara.

わたしは木村さんに本を貸してあげました。Saya meminjamkan buku kepada Sdri. Kimura.

Dalam hal ini, apabila yang melakukan perbuatan itu adalah si pembicara sendiri, maka

dapat memberikan kesan sombong, oleh karena itu sebaiknya dihindarkan pada waktu

berbicara dengan orang yang lebih tinggi kedudukannya. Bntuk ini dipakai diantara

orang-orang yang sangat akrab. Untuk perbuatan yang bisa membuat orang yang tidak

begitu akrab dengan kita merasa berutang budi, atau menawarkan pertolongan kepada

lawan bicara yang kurang akrab, dipakai Kata kerja (bentuk ます)ましょうか.

2. ~te moraimasu

Bentuk ini mengandung makana rasa terima kasih pihak yang menerima perbuatan.

わたしは山田さんに図書館の電話番号をおしえてもらいました。Saya diberitahu nomor telepon gedung perpustakaan oleh Sdr. Yamada.

3. ~te kuremasu

7 | P a g e

Page 8: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

Seperti halnya dengan kata kerja bentuk てもらいます, ini juga mengandung makana

rasa terimakasih orang yang menerima perbuatan, tetapi kalau kata kerja bentuk てもら

います menunjukkan bahwa subjeknya yang merupakan penerima perbuatan, maka

disini kata kerja bentuk て く れ ま す subjeknya adalah orang yang melakukan

perbuatan itu, dan ada indikasi bahwa perbuatan itu dilakukan atas prakarsa pelakunya

sendiri. Disamping itu, karena umumnya yang menerima perbuatan itu adalah orang

yang berbicara , maka dalam hal ini わたしに yang menyatakan penerima biasanya

dihilangkan.

D. RUMUSAN HIPOTESIS

Hipotesis Kerja (HK) : Terdapat kesalahan pada mahasiswa dalam menguasai bentuk

yarimorai.

Hipotesis nol (HO) : Tidak terdapat kesalahan pada mahasiswa dalam menguasai

bentuk yarimorai.

E. DEFINISI ISTILAH

1. Bunpou

Bunpou adalah tata bahasa (kenji matsura, 2005: 88). Tata bahasa adalah ilmu yang

mempelajari kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan bahasa. Ilmu ini merupakan

bagian dari bidang ilmu yang mempelajari bahasa yaitu linguistik.

2. Kanji

Kanji   (漢字 ?), secara harfiah berarti "aksara dari Han", adalah aksara Tionghoa yang

digunakan dalam bahasa Jepang. Kanji adalah salah satu dari empat set aksara yang

digunakan dalam tulisan modern Jepang selain kana (katakana, hiragana) dan romaji

8 | P a g e

Page 9: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

Kanji dulunya juga disebut mana ( 真 名 ?) atau shinji ( 真 字 ?) untuk

membedakannya dari kana. Aksara kanji dipakai untuk melambangkan konsep atau ide

(kata benda, akar kata kerja, akarkata sifat, dan kata keterangan). Sementara itu,

hiragana (zaman dulu katakana) umumnya dipakai sebagai okurigana untuk

menuliskan infleksi kata kerja dan kata-kata yang akar katanya ditulis dengan kanji,

atau kata-kata asli bahasa Jepang. Selain itu, hiragana dipakai menulis kata-kata yang

sulit ditulis dan diingat bila ditulis dalam aksara kanji. Kecuali kata pungut, aksara kanji

dipakai untuk menulis hampir semua kosakata yang berasal dari bahasa

Tionghoamaupun bahasa Jepang.

3. Hiragana

Hiragana (ひらがな、平仮名 ) adalah suatu cara penulisan bahasa Jepang dan

mewakili sebutan sukukata. Pada masa silam, ia juga dikenali sebagai onna de (女手)

atau 'tulisan wanita' karena biasa digunakan oleh kaum wanita. Kaum lelaki pada masa

itu menulis menggunakan tulisan Kanji dan Katakana. Hiragana mula digunakan secara

luas pada abad ke-10 Masehi.

4. Katakana

Katakana adalah salah satu daripada tiga cara penulisan bahasa Jepang. Katakana

biasanya digunakan untuk menulis kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah

diserap ke dalam bahasa Jepang ( 外 来 語 /gairaigo)selain itu juga digunakan untuk

menuliskan onomatope dan kata-kata asli bahasa Jepang, hal ini hanya bersifat

penegasan saja.

5. Onomatopei

Onomatope (dari Bahasa Yunani ονοματοποιία) adalah kata atau sekelompok kata yang

menirukan bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkannya. Konsep ini berupa sintesis

9 | P a g e

Page 10: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

dari kata Yunani όνομα (onoma = nama) dan ποιέω (poieō, = "saya buat" atau "saya

lakukan") sehingga artinya adalah "pembuatan nama" atau "menamai sebagaimana

bunyinya". Bunyi-bunyi ini mecakup antara lain suara hewan, suara-suara lain, tetapi

juga suara-suara manusia yang bukan merupakan kata, seperti suara orang tertawa.

6. Gairaigo

Kosakata dari bahasa asing dalam bahasa Jepang atau gairaigo (外来語?, kata dari

bahasa asing) adalah kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Jepang, terutama dari

bahasa-bahasa Eropa Barat dan tidak termasuk kosakata dari bahasa Cina. Kata serapan

tersebut sudah lazim dipakai dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya kosakata asli

bahasa Jepang.

Dalam bahasa Jepang, kata-kata dari bahasa asing mudah dikenali karena ditulis

dalam aksara katakana. Oleh karena itu, gairaigo juga disebut katakana-go (kata

katakana). Di antara kata-kata dari bahasa asing misalnya: miruku ( ミ ル ク ?,

susu) dan nōto ( ノ ー ト ?, buku catatan)dari bahasa Inggris: milk dan note. Kata-kata

dari bahasa asing sering sudah berbeda makna dari bahasa asalnya,

misalnya: arubaito ( ア ル バ イ ト ?, kerja paruh waktu) dari bahasa

Jerman: Arbeit (bekerja), abekku ( ア ベ ッ ク ?, pasangan muda dan belum

menikah) dari bahasa Perancis: avec (dengan).

7. Okurigana

Okurigana ( 送 り 仮 名 , secara harfiah "huruf yang menyertai") adalah

akhiran kana di belakang akar kanji pada bahasa Jepang. Okuriganadigunakan untuk

menunjukkan bacaan kanji yang diinginkan. Okurigana juga dipakai untuk

menuliskan infleksi (misal infleksi bentuk negatif). Pada penggunaan

10 | P a g e

Page 11: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

modern, okurigana hampir selalu ditulis dengan hiragana. Katakana dulunya juga

umum digunakan untuk okurigana.

F. DEFINISI OPERASIONAL

1. Analisis

Menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Julianty (2002;52) kata analisis diartikan

sebagai penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu

sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan

pemahaman arti keseluruhan.

2. Kesalahan

Kesalahan kata memerlukan makna yang berbeda dan penggunaan relatif terhadap

bagaimana konseptual diterapkan. Arti konkrit dari bahasa Latin kata "kesalahan"

adalah "pengembara" atau "menyimpang". Tidak seperti ilusi, kesalahan atau kesalahan

terkadang bisa dihilangkan melalui pengetahuan (mengetahui yang satu ini melihat

fatamorgana dan bukan pada air sebenarnya tidak membuat fatamorgana

menghilang). Misalnya, orang yang menggunakan terlalu banyak bahan dalam resep

dan memiliki produk gagal dapat mempelajari jumlah yang tepat untuk menggunakan

dan menghindari mengulangi kesalahan. Namun, beberapa kesalahan dapat terjadi

bahkan ketika individu memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan tugas

dengan benar. 

Menurut KBBI (kamus besar Bahasa Indonesia), Kesalahan adalah kekeliruan

atau kealpaan.

3. Bentuk

4. Yari-morai

11 | P a g e

Page 12: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

berawal dari kebiasaan masyarakat Jepang yang suka member sesuatu atau kado atau

perbuatan kepada orang lain apabila ada suatu peristiwa atau kegiatan, da;lam bahasa

Jepang muncullah suatu ungkapan aksi “memberi” atau “menerima”. Konsep

“member” dan “menerima” yang menggunakan verba ageru/yaru, moraudan kureru.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Prosedur analisis kesalahan berbahasa terdiri atas empat langkah, yaitu identifikasi,

deskripsi, penjelasan, dan kuantifikasi. Tiga langkah pertama saling berkaitan dan

langkah terakhir bersifat statistik.

12 | P a g e

Page 13: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

A. Identifikasi Kesalahan. 

Dalam mengidentifikasi  kesalahan berbahasa yang dibuat oleh pembelajar,

tidak selalu apa yang terbaca secara ekspilisit (baik melalui tulisan maupun hasil

transkripsi wacana lisan)menunjukkan kesalalahan. Ada bentuk dalam bahasa

antara pembelajaran yang sempurna, dalam arti sesuai dengan aturan dalam bahasa

sasaran, tetapi ternyata bentuk tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh

pembicara. Misalnya, seorang pembelajar mengatakan “My uncle had beautiful

houses”. Bentuk ini sempurna, betul, tidak ada penyimpangan ejaan atau gramatika.

Namun, ketikan lihat konteks pembicaraan, yang sebenarnya  dimaksudkan adalah

“Paman saya mempunyai sebuah rumah yang bagus”. Dia tidak bermaksud

mengatakan bahwa pamannya mempunyai banyak rumah. Boleh jadi dia tidak

ingat bentuk-bentuk jamak dan tunggal untuk kata yang berarti rumah. Pikirannya

kacau pla dengan adanya penjamakan yang tidak teratur

seperti housesdan children. Dalam keraguan ini, dia memilih salah satu bentuk dan

kebetulan benar secara gramatikal walaupun secara semantik tidak.

Jadi, pada tahap identifikasi kesalahan, yang penting adalah melakukan

interpretasi terhadap yang dimaksud oleh pembelajar. Interpretasi itu dapat

dilakukan dengan melihat konteks munculnya wacana itu atau dengan melakukan

dialog dengan pembelajar. Konteks itu  dapat pula dilihat secara kecil yang

meliputi sebagian dari kalimat-kalimat yang mendahului atau mengikuti kalimat

atau frasa yang sedang dianalisis itu, atau dengan melihat isi keseluruhan wacana

itu. Bisa jadi dalam kasus pembelajar yang belum menguasai suatu struktur dengan

sempurna itu menguji hipotesisnya (tentang bentuk yang betul). Dari sekian

ujiannya itu, satu bentuk benar dan bentuk-bentuk yang lain salah.

B. Deskripsi Kesalahan

13 | P a g e

Page 14: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

Kegiatan utama dalam melaukan deskripsi kesalahan adalah membandingkan

wacana pembelajar dengan rekonstruksi yang sahih. Pada tahap ini, langkah yang

diikuti mirip dengan analisis kontarstif. Dari perbandingan kedua bentuk itu

(bentuk dari bahasa anatara pembelajar dan bentuk yang sempurna dalam bahasa

sasaran yang dimaksud pembelajar dapat ditemukan pola-pola kesilapan.

Tujuan utama langkah ini adalah memberikan keterangna tentang kesilapan

itu s ecara linguistik. Oleh karena itu, dalam membuat perbandingan dan deskripsi,

perlulah diterapkan suatu model tata bahasa tertentu  yang dipakai membuat

deskripsi itu, misalnya Tata Bahasa Struktural atau Tata Bahasa Transformasi

Generatif. Adapun pola-pola kesalahan itu dapat diklasifikasikan menurut tataran

dan jenis perubahan dari bentuk dalam bahasa sumber ke bahasa sasaran. Tataran

bahasa bisa meliputi fonologi, morfologi, dan sintaksis.

C. Penjelasan Kesalahan

Tahap deskripsi kesalahan menekankan proses kesalahan dari segi linguistik,

se dangkan tahap penjelasan memeberikan deskripsi tentang mengapa kesilapan itu

terjadi dan bagaimana bisa terjadi. Dengan kata lain, pada tahap ini kita mencari

sumber kesalahan itu dan proses terjadinya kesalahan dari sumbernya sampai

dengan kemunculannya dalam bahasa sumber.

D. Kuantifikasi Kesalahan

Kuantifikasi kesalahan dilakukan dengan menghitung kemunculan masing-

masing kesalahan berbahasa dan kemudian bisa pula dihitung persentase kesalahan

berbahasa itu. Langkah terakhir ini tidak wajib dikerjakan, tetapi diperlukan dalam

menarik kesimpulan dalam melakukan perbandingan. Perbandingan dapat

dilakukan antara frekuensi jenis kesalahan dalam satu kasus (sampel) atau

14 | P a g e

Page 15: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

membandingkan dengan sampel lain. Oleh karena itu, langkah ini berkaitan erat

dengan langkah deskripsi kesalahan.

Ada pakar pengajaran bahasa mengemukan bahwa Anakes mempunyai

langkah-langkah yang meliputi:

(1)   pengumpulan data,

(2)   pengidentifikasian kesalahan,

(3)   penjelasan kesalahan,

(4)   pengklasifikasian kesalahan,

(5)   pengevaluasian kesalahan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penelitian

ini dibagi menjadi dua yaitu metode kuantitatif deskriptif dan kualitatif deskriptif.

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Metode

kuantitatif deskriptif merupakan metode yang menggambarkan dan

mengungkapkan keadaan yang sebenarnya.

B. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah kelompok besar yang menjadi lingkup penelitian. Populasi dari

penelitian ini adalah Mahasiswa jurusan Bahasa Jepang tingkat 1 di Universitas

Negeri Jakarta.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili seluruh anggota

populasi. Sampel pada penelitian ini adalah 1 kelas yang berjumlah 20 orang

mahasiswa tingkat 1 jurusan pendidikan bahasa Jepang Universitas Negeri Jakarta.

C. VARIABEL-VARIABEL

15 | P a g e

Page 16: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yaitu:

1. Analisis kesalahan pemakaian bentuk yarimorai.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes dan angket. Adapun

instrumen penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan dari pribadinya atau hal-hal yang ia

ketahui (Arikunto, 2006:151).

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mencari sampel yaitu

mahasiswa tingkat 1 semester 1 yang telah mempelajari bentuk yari morai untuk

mengisi angket. Angket tersebut menanyakan pendapat mahasiswa mengenai

tingkat kesulitan dan kesalahan yang mereka alami tentang pola kalimat tersebut.

Jika hasilnya lebih 60% siswa mengalami kesalahan dan kesulitan terhadap

penelitian ini, maka akan dilakukan penelitian terhadap pola kalimat ini.

2. Tes

Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2006:150). Tes ini

digunakan untuk melihat sejauhmana kesalahan dan kesulitan siswa dalam

memahami bentuk yari-morai. Tes ini berjenis soal pilihan ganda yang berisi 18

soal, benar salah 6 soal, dan mencocokkan 6 soal. Sehingga jumlah keseluruhannya

adalah 30 soal.

16 | P a g e

Page 17: Kemampuan Mahasiswa Dalam Menguasai Bentuk

E. TEKNIK ANALISIS

1. Untuk pengolahan data yang berbentuk tes peneliti terlebih dahulu menetapkan

skor untuk tiap-tiap bagian, menjumlahkan seluruh skor siswa yang masih

merupakan skor mentah, lalu diberikan nilai dengan cara:

2. Untuk pengolahan data angket, peneliti mengolah data berdasarkan frekuensi

sampel yang mengisi jawaban dari angket tersebut. Kemudian data tersebut diolah

sehingga dapat disimpulkan apakah menurut mahasiswa pola kalimat ini sulit atau

tidak.

17 | P a g e

( skor mentah: skor maksimal) x 100