kuliah geriatrik

49
Endokrinologi Usia Lanjut Diabetes melitus Osteoporosis Hipotiroid Hipertiroid

Upload: hazelel

Post on 30-Sep-2015

265 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gerti

TRANSCRIPT

  • Endokrinologi Usia Lanjut Diabetes melitusOsteoporosisHipotiroidHipertiroid

  • Diabetes melitus pada usia lanjutHarsinen Sanusi

  • Endokrinologi Usia Lanjut Diabetes melitusOsteoporosisHipotiroidHipertiroid

  • Diabetes melitusPrevalensi semakin meningkatDM usia lanjut hampir selalu DM tipe 2 , Prevalensi (AS 10-11%)Indonesia ledakan DM tipe 2, nomor 4

  • Epidemiology of Diabetes Worldwide151 million patients with diabetes2.1% of worldwide population97% are NIDDM patients221 million estimated by 2010Complications of diabetes includeCoronary artery disease Peripheral vascular diseaseDiabetic nephropathyStrokeBlindnessRenal failureDisabilityAmputations

  • PatogenesisProses ketuaan Faktor risiko independent intoleransi glukosaPatogenesis = DM tipe 2 Faktor keturunan & Faktor genetik Disfungsi sel beta, resistensi insulin, inkretin, lipolisis, disfungsi neuro transmitter, glukagon

  • Usia lanjut > resistensi insulin ok muscle content menurun GLUT4 menurun Resistensi insulin tidak signifikan dengan umur IMT meningkat , aktifitas fisik menurun

  • Insulin resistance and -cell dysfunction are linkedIncreased lipolysisDecreased glucose uptake into muscle and adipose tissue and increased hepatic glucose output HyperglycemiaInsulin resistance-cell dysfunctionElevated circulating FFAglucotoxicitylipotoxicity

  • Faktor risiko DM usia lanjutUmur tuaObesitasAktifitas fisik kurangObat-obatanGenetikPenyakit lain

  • Faktor predisposisi DM usia lanjutFaktor predisposisi DM usia lanjutMenurunnya sekresi insulinResistensi insulin Genetik Aktifitas fisik menurun Penyakit lain Obesitas Obat-obat Faktor Predisposisi

  • Gejala/kelainan DM usia lanjut Katarak, glaukoma, retinopati diabetikPruritus / gatal pada kulit t/u vulvaKontraktur dupuytrenInfeksi bakteri kulit, sal kemihInfeksi jamurNeuropati perifer/visceralAmiotropi Ulkus neurotropikPAPPJKHipertensiTidak sama DM usia muda. KU akibat komplikasi

  • Diagnosis DM usia lanjutSama dengan diagnosis DM menurut kriteria WHOGD adrandom >200 mg/dl + g2 klasikGDP > 126 mg/dl dan atau2 jam pp pada OGTT >200 mg/dl

  • Managing DiabetesSama dengan DM umumnyaKontrol ketat glukosa plasma masih diperdebatkan Cukup menghilangkan keluhanHb A1c 8.5-9.0% (tidak ada komplikasi)GDP
  • Pengobatan DM usia lanjutDiet dan olahraga (awasi trauma, infeksi kaki, PJK)Obat oral Sulfonilurea, non sulfonilurea Biguanid (metformin) Akarbose Tiazolidindion Insulin

  • Interaksi obat dengan sulfonilureaMeningkatkan hipoglikemia Aspirin, fibrat, trimetoprim menggantikan sulfonilurea dr ikatan albumin Alkohol, penyekat H2, antikoagulan menghambat met. Sulfonilurea Penyekat beta, simpatolitik antagonis counter regulatory hormon Memperburuk kontrol glukosa darah

  • Interaksi obat dengan sulfonilureaMemperburuk kontrol glukosa darah Rifampicin, barbiturat meningkatkan metabolisme Sulfonilurea Penyekat beta antagonis sulfonilurea HCT, beta bloker, kortikosteroid, estrogen, phenitoin menghambat sekresi atau kerja insulin

  • Insulin Indikasi = DM tipe 2 lainPemantauan glukosa plasma ketatPerlu bantuan orang lainHipoglikemia klirens insulin menurun, sekresi glukagon menurun, sekresi epinefrin biasa terlambat

  • Hipoglikemia90% hipoglikemia ditmk pada usia lanjutHal ini karena : Gangguan saraf otonomGangguan faal hati, ginjalPolifarmasi Cara makan tidak teratur

  • Komplikasi DM usia lanjutMikroangiopati : nefropati diabetik retinopati diabetik neuropati diabetik Makroangiopati penyakit jantung koroner strokekaki diabetes

  • Endokrinologi Usia Lanjut Diabetes melitusOsteoporosisHipotiroidhipertiroid

  • Osteoporosis pada usia lanjut

  • OsteoporosisOsteoporosis adl penyakit tulang yang ditandai pengeroposan tulang akibat menurunnya densitas dan kualitas tulang risiko mudah patah (fraktur)

  • Claus Christiansen, Am J Med 1993 dan WHO 1998Osteoporosis adalah problem kesehatan masyarakat, khususnya pada wanita pasca menopauseFraktur tulang pangkal paha (panggul) meningkat tajam khususnya Asia issue global kesehatan, sosial dan ekonomi. EPIDEMIOLOGI

  • OsteoporosisTidak ada data nasional Tahun 2000, estimasi usia lanjut 16 juta penduduk di IndonesiaOsteoporosis / fraktur problem kesehatan yang serius

  • Gambaran besarnya masalah osteoporosis di IndonesiaJumlah penduduk Indonesia (1997): 207.000.000Perkiraan patah tulang setiap tahun sebesar 750.000 dengan rincian:150.000 patah tulang pinggul350.000 patah tulang punggung / pinggang130.000 patah tulang pergelangan tangan120.000 patah tulang lainBiaya kesehatan yang harus dikeluarkan: 1 milyar USD

  • Faktor-faktor risikoTidak dapat dicegah: - Umur tua - Kurus - Pernah patah Dapat dicegah : - Perokok - Obat2: kortikosteroid - Kurang olahraga - Menopause - Immobilisasi lama - Alkoholik

  • PATHOGENESIS OF OSTEOPOROSIS FRACTURES HeredityFracturesAgeingMenopauseLocalFactorsSporadicfactorsInadequatePeak bonemassIncreased Bone lossLow bonedensityTrauma

  • Penyebab OsteoporosisOsteoporosis Primer Osteoporosis tipe 1 Osteoporosis tipe 2 Osteoporosis Juvenile Osteoporosis usia mudaOsteoporosis sekunder

  • Bagaimana mengetahui seseorang menderita Osteoporosis? Tidak bergejala kecuali telah terjadi fraktur Pemendekan tinggi badan Tulang punggung semakin bungkuk.

  • TATACARA DIAGNOSTIKPemeriksaan RadiologisPemeriksaan densitas massa tulang (BMD)Pemeriksaan biokimiawi

  • Penipisan massa tulang yang jelas terlihat apabila massa tulang telah berkurang 40% atau lebih

  • Lokasi patah Osteoprosis Tulang belakang (Vertebra)Pangkal pahaTulang2 di perifer

  • Dual Energy X-ray Absorptiometry (DEXA)

  • Dasar Pengobatan OsteoporosisMeningkatkan pembentukan tulangSodium fluorida Hormon paratiroid Anabolik steroidMenghambat resorpsi tulangEstrogen ( Primarin, Livial) Kalsitonin ( Miacalcic)Bisfosfonat ( Actonel R)KalsiumRaloxifen

  • Calcium

    U S I A (Tahun)KALSIUM (mg)< 0.50.5 11 1011 2425 49Menopause (Dg estrogen) < 65Menopause (Tanpa estrogen) < 65 Hamil atau menyusuiWanita > 654006008001200 15001000100015001200 15001500

  • Calcitriol calcium

    Hormone replacement therapy

    SERMs

    Bisphosphonates (alendronate, risedronate)

    Calcitonin

  • Upaya Pencegahan OsteoporosisAsupan kalsiumSumber kalsium makananTambahan (Suplementasi ) kalsiumHindari merokokHindari minum alkoholOlah raga dan tetap aktif (Senam osteoporosis)

  • Endokrinologi Usia Lanjut Diabetes melitusOsteoporosisHipotiroidHipertiroid

  • Hipotiroid Gagal tiroid pada usia lanjut 99% hipotiroid primer.Karakteristik : TSH meningkat (> 10 mU/LWanita > laki-laki , usia > 60 tahunTSH tinggi, FT4 normal hipotiroid subklinisTSH tinggi, FT4 rendah hipotiroid overt/klinis

  • Penyebab :Regulasi imun yang menurun antibodi TPO meningkatGejala-gejala: biasanya tidak ada.Pengobatan : T4 (L-Thyroxin), mulai dosis kecil, tingkatkan tiap 2 bulan sampai TSH normalPeriksa kadar TSH 1-4 kali pertahun.

  • Endokrinologi Usia Lanjut Diabetes melitusOsteoporosisHipotiroidHipertiroid

  • HipertiroidUsia lanjut kurang dbanding usia mudaManifestasi klinis, gejala tidak khas Berat badan menurun, struma biasa tidak ada, Atrium Fibrilasi (+) , DepresiLaboratorium FT4, TSHPengobatan = dgn usia muda : OAT, I131

  • The consequences of insulin resistance at the tissue level include decreased insulin-dependent glucose uptake into liver, adipose tissue and muscle. This, combined with excessive glucose production by the liver, leads to hyperglycemia. In addition, excessive breakdown of triglycerides in the adipose tissue leads to increased circulating free fatty acids. This is particularly important since not only do free fatty acids compete for glucose during metabolism, but there is also increasing evidence that elevated free fatty acids are toxic to the pancreas.

    DeFronzo RA, Bonadonna RC & Ferrannini E. Pathogenesis of NIDDM. A balancedoverview. Diabetes Care 1992; 15:318368.Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan pengeroposan tulang akibat menurunnya densitas dan kualitas tulang yang memudahkan terjadinya risiko patah tulang (fraktur). Osteoporosis adalah penyakit umum dalam masyarakat yang menyebabkan berjuta-juta pendududk di dunia ini akan mengalami fraktur dan merupakan masalah kesehatan utama karena biaya yang dikeluarkan bagi mereka yang mengalam ifraktur sangat tinggi.Osteoporosis adalah problem kesehatan masyarakat, khususnya pada wanita pasca manopause (meliputi 30-50% wanita pasca menopause) mengingat kemajuan dalam pengobatan dan tingkat taraf hidup dalam beberapa dekade terakhir memungkinkan wanita dapat hidup lebih lama menjadi manula. Dengan demikian kejadian fraktur meningkat dengan meningkatnya usia. Namun demikian osteoporosis yang merupakan cikal bigal fraktur dapat dicegah.Gambaran besarnya masalah osteoporosis di Indonesia yang jumlah penduduknya pada sensus 1997 mencapai angka 207 juta, diperkirakan kasus-kasus fraktur setiap tahunnya tidak kurang 750 ribu penduduk dimana paling banyak mengalami fraktur adalah freaktur pada tulang kolumna vertebra atau ruas tulang belakang 350 ribu, tulang pangkal paha (pinggul) 150 juta, disusul oleh tulang pergelangan tangan sebesar 130 ribu dan terakhir adalah fraktur pada tulang-tulang lainnya berkisar 120 ribu. Untuk menanggulangi fraktur tersebut fraktur akibat osteoporois memerlukan biaya tidak sedikit berkisar 1 miliar dolar amerika. Massa tulang meningkat secara kontiniu mulai dari anak-anak sampai mencapai puncaknya pada umur 30-35 tahun. Setelah itu proses penghancuran dan pembentukan tulang baru tetap berlangsung untuk mempertahankan integritas struktur tulang selama hidup disebut remodelling tulang. Laju remodelling tulang meningkat pada usia lanjut artinya pembentukan i tulang tidak dapat mengimbangi proses penghancuran tulang. Sel yang terlibat dalam proses remodelling adalah sel osteoklast yang bekerja menghancurkan atau menguraikan tulang dan sebaliknya sel osteoblast menyususn tulang baru. Proses ini terjadi pada korteks maupun trabekula. Pada osteoporosis proses resorbsi tulang lebih cepat perlangsungannya daripada pembentukan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi tipis. Beberapa hormon yang berperan dalam remodelling tulang tersebut adalah hormon paratiroid, kalsitonin,kalsitriol, tiroksis, androgen, insulin, steroid, dan estrogen. Estrogen mencegah resorbsi tulang sehingga pada pasca menopause dimana terjadi penurunan estrogen, resorsi tulang meningkatBerdasarkan penyebabnya maka osteoporosis dibagi atas osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoprosis primer meliputi osteoporosis tipe 1 yang ditemukan pada wanita pasca menopause, osteoporosis tipe 2 adalah osteoporosis yang ditemukan pada laki-laki usia lanjut. Disampoing itu dikenal pula osteoporosis juvenile pada anak-anak dan osteoporosis pada usia muda.

    Manifestasi klinis osteoporosis pada umumnya tidak bergejala (asimptomatik) kecuali sudah terjadi fraktur. Pemendekan tinggi badan menunjukkan kecurigaan adanya osteoporosis pada talang belakang yang menyebabkan fraktur ruas-ruas tulang belakang (vertebra). Pasien nampak semakin bungkuk. Fraktur terjadi secara spontan atau setelah trauma ringan. Selain tulang belakang fraktur dapat dijumapi pula pada panggul terutama tulang kollum femoris dan radius bagian distal.Tata cara diagnostik osteoporosis dapat dimulai dengan pemeriksaan yang kurang sensitif seperti foto polos tulang sampai dengan pemeriksaan canggih yaitu pemeriksaan densitometri seperti pemeriksaan dengan Dual Energy Xrays absorpsiometry (DEXA). Selain DEXA dikenal juga cara yang lebih murah dengan memakai ultrasonografi akan tetapi pemeriksaan ini hanya terbatas pada tulang-tulang radius ulna dan tibio fibula. Pemeriksaan yang menunjukkan Bone Mineral Density (BMD) atau densitas massa tulang kurang atau minus 2,5 standar deviasi dibawah rata-rata dewasa muda disebut sebagai osteoporosis. Pemeriksaan foto tulang hanya melihat adanya osteoporosis bila masaa tulang sudah hilang > 40%. Pemeriksaan biokimiawi bertujuan menentukan turnover tulang secara tidak langsung menyokong terjadinya osteoporosis. Upaya pencegahan meliputi pencegahan dengan meningkatkan asupan kalsium baik dengan preparat kalsium maupun dengan asupan makanan sehari-hari, hindari merokok, alkohol dan melakukan aktifitas fisisk secara teratur (senam osteoporosis)