identifikasi drug related problems drps) kategori … filedosis dan dosis berlebih pada penggunaan...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) KATEGORI SUB
DOSIS DAN DOSIS BERLEBIH PADA PENGGUNAAN OBAT
HIPOGLIKEMIK ORAL PASIEN GERIATRIK DI INSTALASI RAWAT
JALAN RSUD SUKOHARJO JANUARI-MARET 2012
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
Memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh:
ARIFAH ISMAWATI PUTRI
NIM. M3509009
DIPLOMA III FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa ujian akhir ini adalah penelitian saya sendiri
dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun
disuatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar
yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta, Juli 2012
Arifah Ismawati Putri NIM. M3509009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) KATEGORI SUB
DOSIS DAN DOSIS BERLEBIH PADA PENGGUNAAN OBAT
HIPOGLIKEMIK ORAL PASIEN GERIATRIK DI INSTALASI RAWAT
JALAN RSUD SUKOHARJO JANUARI-MARET 2012
ARIFAH ISMAWATI PUTRI
Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
INTISARI
Pola pengobatan pada usia lanjut memerlukan perhatian khusus, didasari
oleh kenyataan meningkatnya potensi terkena penyakit degeneratif seperti
penyakit kardiovaskuler dan diabetes. Penyakit Diabetes Mellitus adalah
penyakit degeneratif yang memerlukan penanganan yang serius. Ketepatan
diagnosis dan ketepatan pemberian dosis merupakan hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian terapi pasien Diabetes Melitus. Kategori DRPs
yang sering dijumpai pada pasien usia lanjut adalah masalah ketepatan dosis
baik dosis berlebih maupun sub dosis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui adanya kejadian DRPs kategori dosis berlebih dan sub dosis pada
penggunaan obat hipoglikemik oral pasien geriatrik di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo periode Januari-Maret 2012
dibandingkan dengan dosis standar Drugs for Geriatric tahun 2007.
Jenis penelitian merupakan penelitian non eksperimental dengan
pendekatan deskriptif menggunakan berkas rekam medik yang dikumpulkan
secara retrospektif. Data diolah menggunakan Microsoft Excel for Windows
tahun 2007. Data disajikan dalam bentuk diagram dan persentase untuk
mengetahui angka kejadian DRPs.
Pasien Diabetes Mellitus yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 46
pasien yang terdiri dari 41% laki-laki dan 59% perempuan dengan umur 60-74
tahun 87%, 75-90 tahun 13%, lebih dari 90 tahun 0%. Identifikasi DRPs
kategori sub dosis 4,05%, frekuensi kurang 8,10%,dosis lebih 0%, frekuensi
lebih 14,86% dan obat yang tidak dapat diidentifikasi 13.51%.
Kata Kunci : Diabetes Mellitus, DRPs, dosis, RSUD Sukoharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IDENTIFICATION OF DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)
CATEGORY SUB DOSAGE AND DOSE IN EXCESS OF USE ORAL
HYPOGLYCEMIC DRUGS GERIATRIC OUTPATIENT HOSPITAL
INSTALATION OF SUKOHARJO JANUARY-MARCH 2012
ARIFAH ISMAWATI PUTRI
D3 Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Sciences
Sebelas Maret University
ABSTRACT
Patterns of treatment in the elderly require special attention, based on the
fact the increased potential for degenerative diseases such as cardiovascular
disease and diabetes. Diabetes Mellitus was a degenerative disease that requires
serious treatment. Diagnosis accuracy and precision of dose delivery was a thing
to be considered in therapy of diabetes mellitus patients. Categories of DRPs are
often found in elderly patients was a matter of accuracy excessive doses of either
dose or sub doses. The purpose of this study was to determine the incidence of
excessive dose of DRPs category and sub dose use of oral hypoglycemic drugs in
geriatric outpatient installation of Sukoharjo Hospital the period from January to
March 2012 compared with the standard dose from Drugs for Geriatric 2007.
The type of research was non-experimental study using a descriptive
approach to file medical records were retrospectively collected. Data processed
using Microsoft Excel for windows 2007. Data presented in chart form and a
percentage to determine the incidence of DRPs.
Diabetes mellitus patient who met the inclusion criteria of 46 patients
consisting of 41% of men and 59% of women age 60-74 years with 87%, 75-90
years 13%, more than 90 years of 0%. Identification of DRPs categories sub
doses 4,05%, sub frequence 8,10%, more doses 0%, more frequence 14,86% and
13.51% drugs cannot identification.
Keywords : Diabetes mellitus, DRPs, dosage, hospitals Sukoharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(Q.S. Ar Raad: 11)
“Menuai apa yang kamu tabur, bersyukur untuk apa yang kamu tuai dan bekerja
keras untuk apa yang kamu syukuri”
(Yoseob)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan dan ketulusan Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk..
Allah SWT atas limpahan berkah dan rahmat Nya. Almarhum bapak yang tak henti-hentinya memberikan semangat, doa dan dukungan selama 21 tahun ini..
terimakasih bapak, belum sempat aku mempersembahkan karya kecil ini..
Ibuk, yang dengan tulus & ikhlas mencurahkan perhatian, cinta & kasih sayang, ku persembahkan karya
kecil ini sebagai ungkapan rasa hormat dan baktiku atas tiap tetes keringat dan air mata serta atas bisikan doa
yang selalu diberikan untukku
Mas Anto & Mbak Isna, Mbak putri & Mas Agus, kakak kakakku inspirasi terbesarku, terimakasih telah membimbing dan memberikan contoh yang baik untuk iis.
Keponakan – keponakan ku, aira, arka, mahar, doain tante yaa sayang.. Bapak Ibuk Bambang Sulistyo, keluarga keduaku, terimakasih untuk doa dan semangat bapak ibuk..
Mas Yoyok, terimakasih untuk semuaa, kesabaran, semangat, dukungan, dan lain sebagainya, terimakasih terimakasih dan terimakasih..
vKeluarga farmasi UNS dimana aku menjalani 3 tahun yang begitu indah. Keluarga ku di kampus, mbah Aidina, mami Reyza, bebebh Dyta, ndug Ephie, lik Niken, mbokdhe Iin, Anis, Asty, terima kasih telah berjalan bersama ku selama ini ku harap kita tetapkan selalu berjalan bersama.. tiada hal
terindah selain persahabatan, love u all..
Slamet AD 2647 CK, terimakasih telah menjadi kuda terbang untukku menuju kampus tercinta.. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas doa dan dukungan nya selama ini..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas
Akhir berjudul “Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Kategori Sub Dosis
dan Dosis Lebih pada Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral di Instalasi Rawat
Jalan RSUD Sukoharjo periode Januari-Maret 2012” dengan baik dan lancar.
Penyusunan laporan tugas akhir merupakan salah satu syarat untuk dapat
memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha
semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin
terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi serta bantuan
baik moril maupun materiil, dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu penulis pada
kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. selaku ketua program DIII Farmasi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Wisnu Kundarto, S.Farm.,Apt. selaku pembimbing Tugas Akhir atas
segala ketulusan, kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan arahan
pengertian, saran, dan ilmunya yang tiada tara nilainya.
4. Kedua orang tua, kakak-kakak, dan keponakan-keponakan ku yang telah
memberikan dukungan dan semangat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Teman-teman seperjuangan yang telah berbagi suka dan duka serta
pengalaman selama masa-masa kuliah.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
dan memberikan dukungan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan
Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk perbaikan sehingga akan menjadi bahan
pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Penulis
berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya
Farmasi di masyarakat pada khususnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN ..…….………………………..……………. ..........ii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………………iii
INTISARI ………………………………………………....………..……………iv
ABSTRACT………………………………………………………………….........v
MOTTO……………………………………………………………………..……vi
PERSEMBAHAN……………………………………………………..………...vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………..……viii
DAFTAR ISI …………………………………………....…..………....................x
DAFTAR TABEL …………………………………………………....................xiii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….…………..xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..xv
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………..xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………….………..……………………....1
B. Perumusan Masalah …………………………………………………………....3
C. Tujuan Penelitian …………….……………………………………………...…4
D. Manfaat …………….…………….....….……….……..……………………….4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka………………………………………..…………………......5
1. Drug Related Problems ...............................................................................5
2. Diabetes Mellitus ........................................................................................8
3. Usia Lanjut ................................................................................................13
4. DM pada usia lanjut ..................................................................................15
5. Penatalaksanaan terapi DM………………………………………………16
6. Kerangka Pemikiran………………...…………………………………....23
7. Keterangan Empiris…………………………………………………...….24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................................25
B. Alat dan Bahan ...............................................................................................25
C. Subyek Penelitian ........................................... ………………………...….25
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ....................................................................26
E. Definisi Variabel Operasional……………………………………………26
F. Metode Pengumpulan Data………………………………………………27
G. Jalannya Penelitian……………………………………………………….27
H. Analisa Data………………………………………………………………29
BAB IV PEMBAHASAN
A. Proses Penelusuran Data…………………………………………………30
B. Gambaran Subyek Penelitian…………………………………………….30
C. Keterbatasan Penelitian……………………………………………………37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………….38
B. Saran…………………………………………………………………...38
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………39
LAMPIRAN…………………………………………………………………..41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel I. Penyebab-Penyebab Drug Related Problems (DRPs)………………6
Tabel II. Kriteria Penegakan Diagnosis DM………………………………….8
Tabel III. Penggolongan sediaan insulin berdasarkan mula dan masa kerja….18
Tabel IV. Aturan dosis dan waktu pemberian Obat Hipoglikemik Oral……...22
Tabel V. Persentase jumlah penggunaan OHO……………………………...33
Tabel VI. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) kategori dosis lebih…34
Tabel VII. Persentase obat yang mengalami frekuensi lebih………………….35
Tabel VIII. Persentase obat yang mengalami frekuensi kurang……………….36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka pemikiran……………………………………………..23
Gambar 2. Skema jalannya penelitian………………………………………28
Gambar 3. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin……………………30
Gambar 4. Distribusi pasien berdasarkan usia………………………………31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Pengumpul Data…………………………………………41
Lampiran 2. Perhitungan persentase DRPs……………………………………44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR SINGKATAN
DM : Diabetes Mellitus
DRPs : Drug Related Problems
OHO : Obat Hipoglikemik Oral
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
WHO : World Health Organisation
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada
seseorang, ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal
(hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Dalimartha, 2005). Di Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan minimal terdapat
4 juta penderita DM. Memperhatikan tendensi peningkatan prevalensi DM dari
tahun ke tahun, diperkirakan penderita DM di Indonesia pada tahun 2010
mencapai 5 juta jiwa dan di dunia sebanyak 239,3 juta. Jumlah pasien keluar
rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan diagnosis DM tahun 2007 sebanyak
56.378 pasien, sedangkan kasus baru pada rawat jalan sebanyak 28.095 kasus
(Hidayati dkk, 2008).
Penderita DM tipe 2 mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi
penderita diabetes. Walaupun dapat terjadi pada semua umur, tetapi DM tipe 2
umumnya didiagnosis setelah umur 40 tahun. Umur merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam pengaruhnya terhadap prevalensi diabetes. Prevalensi
diabetes naik bersama bertambahnya umur. Menurut WHO setelah seseorang
mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah akan naik 1-2% per tahun
dan pada saat puasa akan naik sekitar 5,6-13 mg (Rachmawati, 2009).
Pada diabetes tipe 2, pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tetapi
kualitas insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk
memasukkan glukosa ke dalam sel. Diabetes tipe 2 adalah jenis yang paling sering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dijumpai. Sekitar 90-95% panderita diabetes adalah penderita diabetes tipe 2
(Tandra, 2008). Berdasarkan jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien
berumur >60 tahun. Umur ternyata merupakan salah satu faktor resiko diabetes
yang berpengaruh terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa (Anonim,
2007).
Pola pengobatan pada usia lanjut memerlukan perhatian khusus. Hal ini
didasari oleh kenyataan bahwa proses penuaan akan mengakibatkan terjadinya
beberapa perubahan fisiologi, anatomi, psikologi, sosiologi dan meningkatnya
potensi terkena penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler dan diabetes.
Perubahan fisiologi yang terkait usia dapat menyebabkan perubahan yang
bermakna dalam penatalaksanaan obat (Prest, 2003).
Adanya masalah medis yang kompleks (complex medicine) yang umum
dijumpai pada pasien usia lanjut, menyebabkan golongan usia ini rentan terhadap
timbulnya masalah-masalah yang berkaitan dengan obat (drug related problems)
(Pramantara, 2007). Drug Related Problems (DRPs) merupakan suatu kejadian
yang tidak diharapkan dari pengalaman pasien atau diduga akibat terapi obat
sehingga potensial mengganggu keberhasilan penyembuhan yang diharapkan
(Cipolle et al., 1998).
Kategori dosis menempati urutan kedua dari kategori DRPs berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Minnesota Pharmaceutical Care Project selama 3
tahun terhadap 9399 pasien. Diketahui kejadian DRPs sebanyak 5544 pasien
terbagi atas 23% membutuhkan terapi obat tambahan, 15% pasien menerima obat
salah, 8% tanpa indikasi medis, 6% dosis terlalu tinggi, dan 16% dosis terlalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
rendah. Penggunaan obat dosis lebih maupun dosis kurang merupakan indikasi
DRPs yang dapat menyebabkan kegagalan terapi atau tidak tercapainya hasil
terapi yang diinginkan (Cipolle et al., 1998). Penelitian Identifikasi Drug Related
Problems (Drps) Kategori Kontraindikasi Dan Ketidaktepatan Dosis Obat Pada
Pasien Hipertensi Geriatri Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta
Tahun 2007 menunjukkan bahwa dari 90 lembar rekam medik yang diambil
jumlah item obat yang digunakan adalah sebanyak 576 dan diperoleh total seluruh
kejadian DRPs adalah 51 kasus, meliputi kategori obat salah 6 kasus atau 11,78%,
dosis lebih 18 kasus atau 35,3%, dan dosis kurang 27 kasus atau 52,94% (Fitriani,
2009).
Penyakit Diabetes Mellitus memerlukan penanganan terapi baik
farmakologi maupun non farmakologi secara tepat. Ketepatan obat dan ketepatan
pemberian dosis merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi
pasien Diabetes Mellitus terutama pada pasien geriatrik. Berdasarkan uraian di
atas diperlukan penelitian mengenai identifikasi ada tidaknya Drug Related
Problems (DRPs) kategori sub dosis dan dosis berlebih berkaitan dengan
peresepan obat hipoglikemik oral pada pasien geriatrik di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo periode Januari-Maret tahun 2012.
B. Perumusan Masalah
Berapa angka kejadian DRPs kategori dosis berlebih dan sub dosis pada
peresepan obat hipoglikemik oral pasien geriatrik di instalasi rawat jalan Rumah
Sakit Umum Daerah Sukoharjo periode Januari-Maret tahun 2012 dibandingkan
dengan dosis standar menurut Drugs for Geriatric tahun 2007.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui ada tidaknya kejadian DRPs kategori dosis berlebih dan
sub dosis pada peresepan obat hipoglikemik oral pasien geriatrik di instalasi rawat
jalan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo periode Januari-Maret 2012
dibandingkan dengan dosis standar menurut Drugs for Geriatric tahun 2007 .
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi RSUD Sukoharjo dalam memberikan
pelayanan kesehatan untuk pasien DM geriatrik.
2. Menambah ilmu pengetahuan berkaitan dengan DRPs kategori dosis
berlebih dan sub dosis pada peresepan obat hipoglikemik oral pasien
geriatrik dengan menggunakan literatur Drugs for Geriatric tahun 2007.
3. Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Drug Related Problems (DRPs)
a. Definisi
Drug Related Problems (DRPs) merupakan suatu kejadian yang tidak
diharapkan dari pengalaman pasien atau diduga akibat terapi obat sehingga
potensial mengganggu keberhasilan penyembuhan yang diharapkan (Cipolle et
al., 1998).
b. Kategori
Kategori Drug Related Problems (DRPs) antara lain :
- Indikasi belum diterapi
- Pemilihan obat yang tidak tepat
- Terapi tanpa indikasi
- Subdosis
- Dosis berlebih
- Adverse Drugs Reactions
- Kegagalan dalam menerima obat
Penyebab-penyebab Drug Related Problems (DRPs) dapat dilihat pada
Tabel I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel I. Penyebab-Penyebab Drug Related Problems (DRPs) (Cipolle et al., 1998).
Jenis DRPs Penyebab DRPs
Indikasi belum diterapi
1. Pasien memerlukan terapi obat baru 2. Pasien dengan penyakit kronis yang memerlukan terapi
obat lanjutan 3. Pasien memerlukan farmakoterapi kombinasi untuk
mencapai efek potensial
4. Pasien beresiko mengalami kejadian yang tidak diharapkan akibat terapi obat yang tidak dicegah dengan terapi profilaksis
Terapi tanpa indikasi
1. Terapi non obat lebih sesuai bagi pasien, misalnya perubahan pola hidup
2. Pasien menerima obat tanpa ada indikasi yang jelas 3. Pasien dengan obat lebih dari satu, yang hanya
diindikasikan terapi dosis tunggal 4. Pasien dengan masalah pengobatan yang berkaitan
dengan penyalahgunaan obat, penggunaan alkohol dan rokok
5. Pasien menerima obat untuk mengatasi efek samping
akibat obat yang sebenarnya dapat dicegah
Obat salah 1. Pasien yang beresiko kontraindikasi dengan penggunaan obat tersebut
2. Pasien alergi dengan pengobatan 3. Pasien menerima obat tetapi tidak aman
4. Obat yang diberikan kepada pasien bukan merupakan obat yang paling efektif untuk penyakitnya
5. Pasien yang terkena infeksi resisten terhadap obat yang diberikan
Subdosis 1. Kadar obat dalam darah berada di bawah kisaran terapi yang diharapkan
2. Dosis terlalu rendah untuk menimbulkan respon 3. Frekuensi pemberian kurang, durasi terapi pendek dan
cara pemberian pada pasien yang tidak tepat 4. Pasien menjadi sulit disembuhkan dengan terapi obat yang
digunakan
Dosis berlebih 1. Dosis terlalu tinggi untuk pasien 2. Dosis obat meningkat terlalu cepat 3. Konsentrasi obat dalam serum pasien di atas therapeutic
range obat yang diharapkan 4. Frekuensi pemberian lebih, durasi terapi panjang dan cara
pemberian pada pasien yang tidak tepat
Adverse drugs reactions
1. Pasien dengan faktor resiko efek samping yang berbahaya bila obat digunakan
2. Pasien mengalami alergi terhadap obat 3. Ketersediaan dari obat dapat menyebabkan interaksi
dengan obat lain atau makanan pasien 4. Efek dari obat dapat diubah oleh substansi makanan pasien 5. Efek dari obat diubah enzim inhibitor atau induktor dari
obat lain 6. Efek dari obat diubah dengan pemindahan obat dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
binding site oleh obat lain
7. Hasil laboratorium dapat berubah karena gangguan obat lain
Kegagalan dalam menerima obat
1. Pasien tidak menerima obat yang sesuai karena medication error (peresepan, peracikan atau pemberian obat)
2. Pasien tidak menggunakan obat karena kurangnya
pengetahuan secara langsung 3. Pasien tidak patuh dengan aturan obat yang digunakan 4. Pasien tidak mengambil beberapa obat yang diresepkan
karena kurang mengerti 5. Pasien tidak mengambil beberapa obat yang diresepkan
secara konsisten karena merasa sedah sehat 6. Pasien tidak mengambil obat yang diresepkan karena
harganya mahal
c. Dosis
(1) Dosis kurang
Dosis kurang adalah dosis yang terlalu kecil yaitu di bawah 20% dari yang
seharusnya diberikan pada pasien atau yang frekuensi pemberiannya kurang
berdasarkan dosis standar. Kejadian DRPs akibat dosis yang tidak adekuat
atau efektif merupakan masalah kesehatan yang serius dan dapat menambah
biaya terapi bagi pasien. Sebaik apapun diagnosis dan penilaian yang
dilakukan hal itu tidak akan ada artinya apabila pasien tidak menerima dosis
yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Secara garis besar, suatu regimen
obat dianggap sesuai dengan indikasinya, tidak mengalami efek samping
akibat obat, akan tetapi tidak memperoleh manfaat terapi yang diinginkan
(Cipolle et al., 1998).
(2) Dosis lebih
Dosis berlebih adalah obat yang diterima pasien melebihi dosis pemakaian
normal. Batasan dosis yang dianggap dosis berlebih adalah dosis yang
memberikan 20% lebih tinggi dari dosis standar (Cipolle et al., 1998).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Diabetes Mellitus
a. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh
adanya kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) kronik. Keadaan
hiperglikemia kronik tersebut dapat mengenai banyak orang pada semua
lapisan masyarakat di seluruh dunia (Waspadji, 1995). Hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM, pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl juga dapat
digunakan sebagai patokan diagnosis DM. Kriteria penegakan diagnosis DM
dapat dilihat pada Tabel II.
Tabel II. Kriteria Penegakan Diagnosis DM (Anonim, 2005)
Glukosa Plasma Puasa Glukosa Plasma 2 jam
Setelah Makan
Normal < 100 mg/dL < 140 mg/dL
Pra diabetes 100-125 mg/dL 140-199 mg/dL
Diabetes ≥ 126 mg/dL ≥ 200 mg/dL
Evaluasi diagnostik DM dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya :
- Fasting Plasma Glucose Test ( FPG)
Tes ini dilakukan dengan mengambil darah. Sebelum melakukan
tes ini dilakukan puasa selama 8-14 jam. Hal ini dilakukan untuk
menghindari adanya peningkatan gula darah lewat makanan yang
mempengaruhi hasil test. Untuk orang yang berusia lanjut, tes ini wajib
dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
- Oral Glucose Tolerance Test (OGTT)
Prinsip dari tes ini sama seperti FGT namun lebih akurat, harus
melakukan puasa selama 8 jam.
- Random Plasma Glucose Test
Tes darah bisa dilakukan secara acak tanpa diharuskan berpuasa.
Seseorang dinyatakan terkena diabetes apabila kadar glukosanya
mencapai 200 mg/dL (Tjahjadi, 2009).
- Tes Urine
Tes ini dilakukan untuk mengecek adanya keterkaitan antara penyakit
diabetes dengan penyakit ginjal dan hiperglikemi. Hasil tes ini diambil
dari kadar protein, glukosa, dan keton dalam urin (Tjahjadi, 2009).
b. Klasifikasi DM
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Assosiation (ADA)
sesuai anjuran PERKENI 2011 adalah :
(1) DM tipe 1
Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) paling banyak
menyerang orang-orang di bawah usia 30 tahun dan paling sering dimulai
pada usia 10-13 tahun. Pada tipe ini terdapat destruksi dari sel-sel beta
pankreas, sehingga tidak memproduksi insulin lagi dan berakibat sel-sel tidak
bisa menyerap glukosa dari darah. Sehingga kadar glukosa meningkat di atas
10 mmol/liter, dan akhirnya glukosa berlebih dikeluarkan lewat urin bersama
banyak air (glycosuria). Di bawah kadar tersebut glukosa ditahan oleh tubuli
ginjal (Tjay dan Raharja, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(2) DM tipe 2
Tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) paling
banyak menyerang orang-orang di atas 40 tahun dengan insidensi lebih besar
pada orang gemuk dan pada usia lanjut (Tjay dan Raharja, 2007). DM tipe 2
merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya
dibandingkan dengan DM tipe 1. Penderita DM tipe 2 mencapai 90-95% dari
keseluruhan populasi penderita diabetes (Anonim, 2005).
Berbeda dengan DM tipe 1, pankreas pada penderita DM tipe 2 masih
dapat menghasilkan insulin. Namun tubuh justru melawan pengaruh insulin
tersebut sehingga kadar glukosa dalam tubuh menjadi tinggi (Tjahjadi, 2009).
(3) Gestational Diabetes Mellitus (GDM)
GDM adalah keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul selama
masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya sementara atau temporer.
Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui menderita GDM, dan umumnya
terdeteksi pada atau setelah trimester kedua (Anonim, 2005).
c. Komplikasi DM
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan komplikasi
akut dan kronis, diantaranya :
(1) Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, keluar keringat
dingin, detak jantung meningkat, sampai hilang kesadaran. Pada
hipoglikemia, kadar glukosa plasma penderita kurang dari 50 mg/dl,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
walaupun ada orang-orang tertentu yang sudah menunjukkan gejala
hipoglikemia pada kadar glukosa plasma di atas 50 mg/dl. Kadar glukosa
darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat
pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat rusak
(Anonim, 2005).
(2) Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis diabetik adalah keadaan gawat darurat akibat
hiperglikemia disebabkan terbentuk banyak asam dalam darah. Hal ini
terjadi akibat sel otot tidak mampu lagi membentuk energi sehingga dalam
keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak dan terbentuklah asam
yang bersifat racun dalam peredaran darah yang disebut keton (Tandra,
2008).
(3) Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan yang ditandai dengan naiknya kadar gula
darah secara tiba-tiba. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsia,
polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur.
Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat berkembang menjadi keadaan
metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik yang dapat
berakibat fatal. Hiperglikemia dapat dicegah dengan kontrol kadar gula
darah yang ketat (Anonim, 2005).
(4) Komplikasi Makrovaskuler
Tiga jenis komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang pada
penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
darah otak dan penyakit pembuluh darah perifer. Walaupun komplikasi
makrovaskuler dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering
merasakan komplikasi makrovaskuler ini adalah penderita DM tipe 2 yang
umumnya menderita hipertensi, dislipidemia, dan atau kegemukan. Karena
penyakit-penyakit jantung sangat besar resikonya pada penderita diabetes,
maka pencegahan komplikasi terhadap jantung harus dilakukan, termasuk
pengendalian tekanan darah, kadar kolesterol dan lipid darah. Penderita
diabetes sebaiknya selalu menjaga tekanan darahnya tidak lebih dari
130/80 mm Hg (Anonim, 2005).
(5) Komplikasi Mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada penderita DM tipe 1.
Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi
(termasuk HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin
lemah dan rapuh. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-
komplikasi mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati
(Anonim, 2005).
d. Gejala DM
Gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas dan berat badan
turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal,
mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita
(Anonim, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(3) Usia Lanjut
a. Pembagian Usia Lanjut
Menurut WHO, usia lanjut seseorang dimulai pada usia ≥ 60 tahun.
Pembagian usia lanjut menurut WHO :
1. Kelompok lanjut usia atau elderly (60-74 tahun)
2. Kelompok lanjut usia atau old (75-90 tahun)
3. Kelompok lanjut usia sangat tua atau very old (> 90 tahun)
b. Perubahan penatalaksanaan obat pada usia lanjut
Perubahan farmakokinetik dan perubahan farmakodinamik terjadi
seiring bertambahnya usia.
(1) Farmakokinetik
Obat harus berada pada tempat kerjanya dengan konsentrasi yang
tepat untuk mencapai efek teraupetik yang diharapkan. Perubahan-
perubahan farmakokinetik pada pasien usia lanjut usia memiliki
peranan penting dalam bioavailabilitas obat tersebut (Prest, 2003).
(a) Absorpsi
Penundaan pengosongan lambung, reduksi sekresi asam
lambung dan aliran darah jaringan (splanchnic), semuanya secara
teoritis berpengaruh pada absorpsi secara bermakna terhadap
bioavailabilitas total obat yang terabsorpsi (Prest, 2003).
(b) Distribusi
Faktor-faktor yang menentukan distribusi obat termasuk
komposisi tubuh, ikatan plasma-plasma protein dan aliran darah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
organ. Semuanya akan mengalami perubahan dengan
bertambahnya usia, akibatnya konsentrasi obat akan berbeda pada
pasien lanjut usia jika dibandingkan dengan pasien yang lebih
muda pada pemberian dosis obat yang sama (Prest, 2003).
(c) Eliminasi
Metabolisme hati dan ekskresi ginjal adalah mekanisme
penting yang terlibat dalam pemindahan obat dari tempat kerjanya.
Terdapat reduksi massa hati sebanyak 35% mulai usia 30 sampai
dengan 90 tahun, sehingga menurunkan kapasitas metabolisme
intrinsik hati pada pasien lanjut usia. Keadaan tersebut bersama-
sama dengan penurunan aliran darah hati, menjadi penyebab utama
dalam peningkatan bioavailabilitas obat yang mengalami
metabolisme lintas pertama (Prest, 2003).
Eliminasi ginjal, penurunan aliran darah ginjal, ukuran organ,
filtrasi glomerulus dan fungsi tubuler, semuanya merupakan
perubahan yang terjadi dengan tingkat yang berbeda pada lanjut
usia. Kecepatan filtrasi glomeruler menurun sekitar 1% per tahun
dimulai pada usia 40 tahun. Perubahan-perubahan tersebut
mengakibatkan obat di eliminasi lebih lambat pada lanjut usia,
seperti pengaruhnya pada fungsi ginjal.
(2) Farmakodinamik
Perubahan-perubahan farmakodinamik pada pasien lanjut usia
dapat merubah respons terhadap obat. Penurunan dalam kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjaga keseimbangan homeostatik, perubahan pada reseptor-reseptor
spesifik dan tempat sasaran akan dipertimbangkan disini.
Penurunan kemampuan dalam menjaga keseimbangan
homeostatik, kemampuan pengaturan yang memadai dan tepat
mengenai keadaan fisiologi tubuh sangat diperlukan dalam
homeostatik. Endokrin, tranmisi neuromuskuler dan respons organ,
semuanya akan menurun dengan bertambahnya usia, yang berakibat
pada ketidakmampuan untuk menjaga keseimbangan homeostatik.
Sistem yang mengalami gangguan termasuk pengaturan temperatur,
fungsi usus dan kandung kemih, pengaturan tekanan darah,
keseimbangan cairan elektrolit, fungsi kognitif (Prest, 2003).
Sebagian besar obat akan memberikan efek setelah berikatan
dengan reseptor yang spesifik. Perubahan densitas reseptor atau
afinitas molekul obat pada reseptor akan merubah responnya terhadap
obat. Gangguan aktivasi enzim atau perubahan respons jaringan
sasaran itu sendiri juga dapat menyebabkan perubahan respon terhadap
obat (Prest, 2003).
(4) DM pada usia lanjut
Angka kejadian diabetes pada lanjut usia (lansia) semakin meningkat.
Pankreas lansia tidak banyak mengalami kemunduran, sehingga produksi insulin
masih memadai. Namun, kemampuan kerja insulin menjadi berkurang.
Akibatnya, terjadi resistensi insulin. Hal ini terlihat dalam kadar glukosa darah
puasa masih normal, sedangkan glukosa darah 2 jam sesudah makan cenderung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lebih tinggi. Lansia dengan diabetes umumnya mengeluh kurang nafsu makan,
badan terasa lemah, dan berat badan cenderung turun. Wanita lansia sering juga
mengeluhkan adanya infeksi saluran kemih, sedangkan prianya menghadapi
masalah prostat yang diakibatkan oleh penyakit diabetes (Tandra, 2008).
Faktor-faktor resiko timbulnya DM pada usia lanjut :
1. Dengan bertambahnya umur, maka terjadi gangguan pada fungsi pankreas
dan kerja dari insulin menyebabkan kadar gula darah meningkat.
2. Orang tua tendensi menjadi gemuk dan terjadi resistensi insulin yang
menyebabkan hiperglikemi. Kadar asam lemak bebas yang menghambat
kerja insulin meningkat. Obesitas pada usia lanjut meningkatkan angka
kejadian DM dua kali lipat.
3. Aktivitas fisik berkurang yang menyebabkan resistensi insulin.
4. Genetik, orang usia lanjut yang mempunyai saudara kandung DM lebih
mudah timbul DM.
5. Adanya penyakit-penyakit lain, misalnya hipertensi dan hiperlipidemia
yang terdapat bersamaan pada usia lanjut akan menyebabkan hiperglikemia
(Rochmah, 2006).
(5) Penatalaksanaan Terapi DM
Penatalaksanaan terapi DM tipe 2 menurut pedoman PERKENI 2011
meliputi :
a. Edukasi
Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi
aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan
perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya
peningkatan motivasi.
b. Terapi gizi medis
Prinsip pengaturan makan pada diabetisi yaitu makanan yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
- Karbohidrat 45-65% total asupan energi.
- Lemak 20-25% kebutuhan kalori.
- Protein 15-20% total asupan energi.
- Garam tidak lebih dari 3000 mg. Pembatasan natrium sampai 2400 mg
terutama pada mereka yang hipertensi.
- Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 mg/hari.
c. Latihan jasmani
Latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30
menit). Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani. Latihan jasmani yang dianjurkan yang bersifat aerobik,
seperti: jalan kaki, bersepeda santai, dan berenang.
d. Terapi Farmakologi
(1) Insulin
Tujuan terapi insulin adalah agar glukosa darah dapat tetap dalam
batas normal, seperti pada orang dengan pankreas yang memproduksi
insulin secara normal dan mengeluarkan insulin secara teratur sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan makanan yang masuk. Insulin dikelompokkan berdasarkan mula
dan lama kerja yaitu : insulin kerja singkat (short-acting), insulin kerja
sedang (intermediate-acting), insulin kerja lama (24 jam) (long acting)
(Tandra, 2008). Daftar penggolongan sediaan insulin berdasarkan mula
dan massa kerja dapat dilihat pada Tabel III.
Tabel III. Penggolongan sediaan insulin berdasarkan mula dan masa kerja
Jenis Sediaan
Insulin
Mula Kerja
(jam)
Puncak
(jam)
Masa
Kerja
(jam)
Contoh Sediaan
Massa kerja
singkat (short
acting insulin)
0.5 1-4 6-8 Actrapid HM,
Massa kerja
sedang, mula
kerja cepat
0.5 4-15 18-24 Insulatard HM,
Monotard HM
Massa kerja
panjang
4-6 14-20 24-36 Protamin Zinc
Sulfat
Sediaan
Campuran
0,5 1,5-8 14-16 Humulin
(2) Golongan Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
a. Sulfonilurea
Sulfonilurea bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin
yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, dan
meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
(Anonim, 2007). Sulfonilurea digunakan untuk menurunkan glukosa
darah, obat ini merangsang sel beta dari pankreas untuk
memproduksi lebih banyak insulin. Obat yang termasuk golongan
sulfonilurea adalah klorpropamid, glibenklamid atau gliburid,
glikuidon, gliklazid, glipizid dan glimepirid (Tandra, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Efek samping yang paling umum dari sulfonilurea adalah
hipoglikemia. Efek samping lain yang sering dialami adalah ruam
kulit, anemia hemolitik, saluran cerna, dan kolestasis. Mayoritas
sulfonilurea dimetabolisme di hati. Individu dengan resiko tinggi
misal, lansia dengan insufisiensi atau penyakit hati lanjutan,
pengggunaan sulfonilurea harus dimulai dengan dosis rendah
dengan waktu paruh yang singkat (Dipiro et al, 2005).
b. Meglitinid
Golongan meglitinid juga disebut dengan glinid. Obat ini
menyebabkan pelepasan insulin dari pankreas menjadi cepat dan
berlangsung dalam waktu singkat. Sehubungan dengan sifat cepat
dan singkat ini, obat ini harus diminum bersama dengan makanan.
Golongan obat ini adalah repaglinid dan nateglinid. Meskipun sama
seperti sulfonilurea, efek samping hipoglikemia boleh dikatakan
jarang terjadi. Hal ini disebabkan oleh efek rangsangan pelepasan
insulin hanya terjadi pada saat glukosa darah tinggi (Tandra, 2008).
c. Biguanid
Biguanid meningkatkan kepekaan reseptor insulin, sehingga
absorbsi glukosa di jaringan perifer meningkat dan menghambat
glukoneogenesis dalam hati dan meningkatkan penyerapan glukosa
di jaringan perifer (Tjay dan Rahardja, 2007). Biguanid
memperbaiki kerja insulin dalam tubuh dengan cara mengurangi
resistensi insulin. Pada diabetes tipe 2, terjadi pembentukan glukosa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
oleh hati yang melebihi normal, biguanid menghambat proses ini
sehingga kebutuhan insulin untuk mengangkut glukosa dari darah
masuk ke sel berkurang, dan glukosa darah menjadi turun. Karena
cara kerjanya demikian, obat ini jarang sekali menyebabkan
hipoglikemia (Tandra, 2008).
Satu-satunya biguanid yang beredar di pasaran adalah
metformin. Keuntungan obat ini adalah tidak menaikkan berat
badan. Maka sering diresepkan pada penderita diabetes tipe 2 yang
gemuk (Tandra, 2008). Efek yang merugikan yaitu metformin
memiliki efek samping pada saluran cerna, diantaranya perut tidak
nyaman, sakit perut dan atau diare pada sekitar 30% pasien.
Metformin memiliki sekitar 50% sampai 60% bioavailabilitas,
kelarutan lipid rendah dan volume distribusi yang mendekati air
tubuh. Metformin tidak dimetabolisme dan tidak mengikat pada
protein plasma. Metformin dieliminasi oleh ginjal tubular sekresi
dan filtrasi glomerulus (Dipiro et al., 2005).
d. Thiazolidinedion
Golongan obat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan
resistensi insulin karena bekerja dengan merangsang jaringan tubuh
menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Dengan demikian, insulin
bisa bekerja dengan baik, glukosa darah pun akan lebih banyak
diangkut ke dalam sel, dan kadar glukosa darah akan turun. Selain
itu obat thiozolidinedion juga menjaga agar hati tidak banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memproduksi glukosa. Efek menguntungkan lainnya adalah obat ini
bisa menurunkan trigliserida darah (Tandra, 2008).
e. α-glukosidase-inhibitors
Golongan ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja
enzim α glukosidase di dalam saluran cerna. Sehingga reaksi
penguraian disakarida dan polisakarida menjadi monosakarida
dihambat. Dengan demikian glukosa dilepaskan lebih lambat dan
absorpsinya ke dalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan
merata, sehingga memuncaknya kadar glukosa darah dihindarkan
(Tjay dan Rahardja, 2007).
Hasil akhir dari pemakaian obat ini adalah penyerapan glukosa
ke darah menjadi lambat dan glukosa darah sesudah makan tidak
cepat naik. Yang termasuk obat golongan ini adalah acarbose dan
miglitol (Tandra, 2008). Efek samping pada saluran cerna, seperti
perut kembung, ketidaknyamanan perut dan diare, sangat umum dan
sangat membatasi penggunaan inhibitor α glukosidase (Dipiro et al.,
2005).
Aturan dosis dan waktu pemberian obat hipoglikemik oral
menurut PERKENI tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel IV.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel IV. Aturan dosis dan waktu pemberian Obat Hipoglikemik Oral (Anonim, 2011)
Golongan Nama
Generik
Nama Dagang Mg/tab Dosis
Harian
(mg)
Lama
Kerja (jam)
Frek/ hari Waktu
Pemberian
Sulfonilurea Klorpropamid Diabenese 100-
250
250-500 24-35 1 Sebelum makan
Glibenclamid Daonil 2.5-5 2.5-15 12-24 1-2
Gliquidon Glurenorm 30 30-120 30-120 1-2
Glikazid Diamicron 80 80-320 10-20 1-2
Glipizid Minidiab
Glucotrol
5-10 5-20 5-20 1
Glimepirid Amaryl 1,2,3,4 0.5-6 24 1
Amadiab 1,2,3,4 1-6 24 1
Biguanid Metformin Gluchopage 500-
850
250-3000 6-8 1-3 Bersama atau
sesudah makan
Glumin 500 500-3000 6-8 2-3
Glinid Repaglinid NovoNorm 0.5, 1,2 1.5-6 - 3 Sebelum makan
Nateglinid Starlix 120 360 - 3
Thiazolidindio
ne
Rosiglitazon Avandia 4 4-8 24 1 Tidak tergantung
jadwal makan Pioglitazon Actos 15,30 15-45 24 1
Deculin 15,30 15-45 24 1
Penghambat
Glukosidase α
Acarbose Glucobay 50-100 100-300 3 Bersama suapan
pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(6) Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka pemikiran
DRPs kategori dosis
merupakan kejadian yang
tidak diharapkan dan
mengganggu keberhasilan
pengobatan.
Angka kejadian diabetes
pada lanjut usia semakin
meningkat. Akibat dari resistensi insulin.
Dosis pengobatan usia
lanjut memerlukan
perhatian khusus karena
terjadi perubahan
farmakokinetik dan
farmakodinamik.
Identifikasi Drug Related
Problems (DRPs) kategori
dosis berlebih dan
subdosis pada peresepan
obat hipoglikemik oral
pasien geriatrik di instalasi
rawat jalan RSUD
Sukoharjo periode
Januari-Maret 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(7) Keterangan Empiris
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non eksperimental
yang menggambarkan kemungkinan terjadinya Drug Related Problems
(DRPs) kategori dosis berlebih dan sub dosis pada peresepan obat
hipoglikemik oral pasien geriatrik di Instalasi Rawat Jalan RSUD
Sukoharjo periode Januari-Maret tahun 2012. Penurunan fungsi organ
tubuh pada pasien geriatrik memerlukan penyesuaian dosis untuk
mencapai efek terapi yang diinginkan. Dengan penyesuaian dosis
diharapkan mampu memberikan efek terapi yang optimal untuk
pengobatan diabetes mellitus pada pasien geriatrik.
Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Kategori
Kontraindikasi Dan Ketidaktepatan Dosis Obat Pada Pasien Hipertensi
Geriatri Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta Tahun
2007 menunjukkan bahwa dari 90 lembar rekam medik yang diambil
jumlah item obat yang digunakan adalah sebanyak 576 dan diperoleh total
seluruh kejadian DRPs adalah 51 kasus, meliputi kategori obat salah 6
kasus atau 11,78%, dosis lebih 18 kasus atau 35,3%, dan dosis kurang 27
kasus atau 52,94% (Fitriani, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian non-eksperimental yang bersifat
deskriptif berdasarkan data yang ada tanpa ada perlakuan terhadap subyek
penelitian.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengumpul data
resep yang meliputi nomor resep, nama, umur, jenis kelamin, dan terapi obat
(nama obat, dosis, jumlah, aturan pakai dan jenis sediaan) serta standar Drugs for
Geriatric tahun 2007. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
resep pasien geriatrik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Sukoharjo periode Januari-
Maret tahun 2012.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah pasien rawat jalan RSUD Sukoharjo periode Januari-
Maret tahun 2012 dengan kriteria inklusi sebagai berikut :
a. Menderita sakit DM tanpa mempertimbangkan penyakit penyerta
b. Mendapatkan resep obat hipoglikemik oral
c. Geriatri (>60 tahun)
d. Merupakan pasien rawat jalan periode Januari-Maret 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012 di Instalasi Rekam Medis
RSUD Sukoharjo. Penelitian dilaksanakan setelah mendapatkan ijin tertulis dari
bagian Pendidikan dan Latihan RSUD Sukoharjo atas nama Direktur RSUD
Sukoharjo.
E. Definisi Variabel Operasional
1. DRPs yang diidentifikasi mencakup subdosis dan dosis berlebih
2. Subdosis adalah dosis yang lebih rendah 20% dari dosis yang telah ditetapkan
dari standar.
3. Dosis berlebih adalah dosis yang memberikan 20% lebih tinggi dari dosis
yang telah ditetapkan dari standar.
4. Frekuensi lebih adalah frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi yang telah
ditetapkan dari standar.
5. Frekuensi kurang adalah frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi yang telah
ditetapkan dari standar.
6. Jenis obat adalah nama zat aktif dari antidiabetika oral yang diresepkan dokter
kepada pasien.
7. Dosis obat adalah takaran zat aktif dari antidiabetika oral yang diresepkan oleh
dokter kepada pasien.
8. Pasien geriatrik adalah pasien dengan usia ≥ 60 tahun yang dirawat di
Instalasi Rawat Jalan RSUD Sukoharjo periode Januari-Maret tahun 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9. Resep yang diidentifikasi adalah resep pasien geriatrik yang mendapatkan
terapi obat hipoglikemik oral di instalasi Rawat Jalan RSUD Sukoharjo
periode Januari-Maret tahun 2012.
10. Obat yang diidentifikasi adalah obat hipoglikemik oral yang ditulis dokter
pada peresepan obat untuk pasien geriatrik di Instalasi Rawat Jalan RSUD
Sukoharjo periode Januari-Maret tahun 2012.
11. Rumah sakit tempat penelitian dilaksanakan adalah RSUD Sukoharjo.
F. Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh dari berkas rekam medik pasien di Instalasi Rawat Jalan RSUD
Sukoharjo periode Januari-Maret tahun 2012 yang dikumpulkan secara
retrospektif.
G. Jalannya Penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah :
a. Perizinan
Surat izin penelitian dari fakultas ditujukan kepada Direktur RSUD
Sukoharjo dengan tembusan kepada Bagian Pendidikan dan Pelatihan RSUD
Sukoharjo untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan
data.
b. Penelusuran Data
Proses penelusuran data dimulai dari observasi (mencari tahu jumlah
pasien) untuk memperoleh nomor register pasien geriatrik dengan diagnosis
utama Diabetes mellitus periode Januari-Maret 2012. Nomor register
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
digunakan untuk memperoleh kartu rekam medis pasien. Dari kartu rekam
medis tersebut kemudian dilakukan pencatatan dan pengelompokan.
Pencatatan dilakukan dalam lembar pengumpul data meliputi nomor
rekam medis, nama pasien, umur, jenis kelamin, dan terapi obat hipoglikemik
oral (nama obat, dosis, jumlah, aturan pakai dan jenis sediaan). Hasil
penelitian ini kemudian disajikan dalam bentuk diagram dan tabel. Skema
jalannya penelitian dapat dilihat dari alur berikut ini :
Gambar 2. Skema jalannya penelitian
Pembuatan proposal
Perizinan
Pengambilan data
Identifikasi DRPs
kategori dosis berlebih
dan sub dosis
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H. Analisa Data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan program
Microsoft Excel for Windows tahun 2007, diidentifikasi dan dianalisa meliputi
karakteristik pasien dan DRPs kategori ketidaktepatan dosis.
1. Karakteristik pasien meliputi umur dan jenis kelamin
Cara perhitungan adalah sebagai berikut :
a. Untuk umur dihitung berdasarkan perbedaan rentang umur 60-74
tahun, 75-90 tahun dan lebih dari 90 tahun. Persentase dihitung dengan
cara jumlah pasien dengan rentang usia tertentu dibagi jumlah total
pasien dikalikan 100%.
b. Untuk jenis kelamin, dibedakan berdasarkan jenis kelamin (laki-laki
atau perempuan). Persentase dihitung dengan cara jumlah pasien
berdasarkan perbedaan jenis kelamin dibagi jumlah total pasien
dikalikan 100%.
2. Identifikasi DRPs kategori ketidaktepatan dosis.
Cara perhitungan angka kejadian sebagai berikut :
a. Persentase dosis berlebih dihitung dari jumlah obat yang mengalami
dosis berlebih, dibagi jumlah total obat yang mengalami DRPs selama
periode yang telah ditentukan dikalikan 100%.
b. Persentase sub dosis dihitung dari jumlah obat yang mengalami sub
dosis, dibagi jumlah total obat yang mengalami DRPs selama periode
yang telah ditentukan dikalikan 100%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Proses Penelusuran Data
Penelitian ini berdasarkan pada proses penulusuran data yang diperoleh dari
berkas rekam medis penderita DM tipe 2 geriatrik di RSUD Sukoharjo periode
Januari-Maret 2012 yang dikumpulkan secara retrospektif sesuai kriteria inklusi.
Data yang diamati meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, dan terapi obat
hipoglikemik oral(nama obat, dosis, jumlah, dan aturan pakai).
B. Gambaran Subyek Penelitian
1. Jumlah pasien geriatrik
Jumlah pasien geriatrik yang menderita diabetes mellitus tipe 2 di Instalasi
rawat jalan RSUD Sukoharjo periode Januari-Maret 2012 adalah 99 pasien, dan
yang masuk kriteria inklusi berjumlah 46 pasien.
2. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil dari distribusi pasien geriatrik penderita DM tipe 2 berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan pada Gambar 3 diketahui prevalensi kejadian DM tipe 2 pasien
geriatrik lebih umum terjadi pada laki-laki (59%) daripada perempuan (41%).
National Health and Nutrition Evaluation Survey (NHANES) melaporkan bahwa
kecenderungan prevalensi diabetes meningkat dengan bertambahnya usia dan
lebih umum terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki (Dipiro et al., 2005).
Namun tidak ada kecenderungan secara pasti bahwa perempuan lebih rentan
menderita DM tipe 2 dibandingkan laki-laki karena jenis kelamin bukan
merupakan salah satu faktor resiko dari penyakit DM. Faktor resiko penyakit DM
antara lain adalah riwayat diabetes dalam keluarga, mengalami obesitas,
hipertensi, hiperlipidemia dan faktor lain diantaranya kurang olah raga dan pola
makan rendah serat.
3. Distribusi Pasien Berdasarkan Usia
Hasil dari distribusi pasien penderita DM tipe 2 berdasarkan usia dapat dilihat
pada Gambar 4.
Gambar 4. Distribusi pasien berdasarkan usia
Berdasarkan hasil Gambar 4, diketahui bahwa DM tipe 2 paling banyak
terjadi pada rentang usia 60-74 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur
merupakan salah satu faktor resiko penyakit DM. Resiko menderita DM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Anonim, 2011). Adanya proses
penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pancreas memproduksi
insulin sehingga kadar gula darah meningkat (Rochmah, 2006). Selain itu faktor
resiko timbulnya DM pada usia lanjut antara lain adalah berkurangnya aktivitas
fisik dan adanya penyakit lain misalnya hipertensi dan hiperlipidemia.
4. Distribusi Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral
Obat Hipoglikemik Oral adalah obat yang digunakan untuk pengobatan
DM. berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan yaitu pemicu
sekresi insulin (metformin dan thiazolidindion), penghambat glikoneogenesis
(metformin), dan penghambat absorbsi glukosa (penghambat glukoasida
alfa/acarbosa). Tujuan pendistribusian ini adalah untuk mengetahui penggunaan
OHO dalam pengobatan DM tipe 2 pasien geriatrik.
Pasien geriatrik penderita DM tipe 2 mendapat terapi Obat Hipoglikemik
Oral (OHO) dari golongan OHO dan macam OHO yang bervariasi sesuai dengan
keadaan pasien saat berobat baik diberikan secara tunggal maupun kombinasi.
OHO tunggal adalah OHO yang diberikan dalam dosis tunggal. Pemberian OHO
selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap.
Apabila pemberian OHO tunggal sasaran glukosa darah tidak tercapai maka dapat
diberikan OHO kombinasi. Bila sasaran kadar gula darah tidak tercapai juga
dengan kombinasi dua macam, OHO, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO
dari kelompok yang berbeda. Hasil penelitian jumlah penggunaan OHO dapat
dilihat pada Tabel V.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel V. Persentase jumlah penggunaan OHO No. Obat Hipoglikemik Oral (OHO) jumlah Persentase (%)
1 Metformin 36 48,65
2 Glibenclamid 14 18,92
3 Glikazid 2 2,70
4 Glikuidon 8 10,82
5 Acarbose 14 18,91
Total 74 100%
Dari Tabel V diketahui bahwa obat yang paling banyak digunakan adalah
metformin golongan biguanid. Keuntungan dari penggunaan metformin adalah
tidak menimbulkan efek samping kenaikan berat badan sehingga aman bagi
pasien yang mengalami obesitas dan metformin tidak dimetabolisme dalam hati,
diekskresikan dalam bentuk yang tidak banyak berubah dalam urin atau feses.
5. Identifikasi Drug Related Problem’s (DRPS)
Penatalaksanaan DM dengan terapi obat dapat menimbulkan masalah-
masalah terkait obat (drug related problems) yang dialami oleh penderita.
Masalah terkait obat merupakan keadaan terjadinya ketidaksesuaian dalam
pencapaian tujuan terapi sebagai akibat pemberian obat. Dosis standar yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dosis berdasarkan Drugs For Geriatric
tahun 2007. Persentase sub dosis dan dosis berlebih dapat dihitung dari jumlah
obat yang mengalami dosis terlalu tinggi atau rendah, dibagi jumlah total
penggunaan obat selama periode yang telah ditentukan dikalikan 100%.
a. Dosis Lebih
Pemberian dosis yang melebihi standar pemberian pada pasien dapat
menyebabkan over dosis dan membahayakan bagi pasien. Data penggunaan
OHO dan kesesuaian dengan standar Drug for Geriatric tahun 2007 dapat
dilihat pada Tabel VI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel VI. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs)
Nama
Obat
Dosis
Standar*
No. Kasus Dosis
Pemakaian
Kesesuaian
Metformin 500 mg 2x sehari Maksimal 2500 mg
2, 3, 4, 5, 8, 11, 12, 13, 14, 19, 25, 28, 29, 31,
32, 33, 38, 44, 46
500 mg 2 x sehari
Sesuai
6, 15, 17, 27, 36, 39, 40, 45
500 mg 3 x sehari
Tidak Sesuai (Frekuensi lebih)
850 mg 1 x sehari Maksimal 2500 mg
10, 34, 42 850 mg 2 x sehari ½ tablet
Tidak Sesuai (Frekuensi lebih, dosis kurang)
1, 7, 9, 23, 24, 26
850 mg 1 x sehari
Sesuai
Glibencla
mid
1.25-2.5 mg/
hari Maksimal 12 mg
2, 11, 19, 24,
29
2,5 mg 2 x
sehari
Sesuai
44 2,5 mg 2 x sehari ½ tablet
Sesuai
35 2,5 mg 3 x sehari ½ tablet
Sesuai
40, 45 2,5 mg 3 x sehari 1 tablet
Sesuai
43, 41, 13, 22 5 mg 1 x
sehari 1 tablet
Sesuai
Acarbose 50 mg 3 x sehari
4, 30, 31, 37 50 mg 2 x sehari
Tidak Sesuai (Frekuensi kurang)
5, 9, 12, 17, 20, 22, 36, 42
50 mg 3 x sehari
Sesuai
7 ,33 50 mg 1 x sehari
Tidak Sesuai (Frekuensi kurang)
Glikuidon - 6 2 x sehari 30 mg
-
10, 21, 34 3 x sehari 15 mg
-
15, 16 3 x sehari 50 mg
-
8, 18 1 x sehari 50 mg
-
Glikazid - 33, 38 3 kali sehari Pagi 80 mg Siang, sore 40 mg
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Total penggunaan obat (perhitungan pada Lampiran 2) adalah 74.
Berdasarkan Tabel VI tidak ditemukan adanya dosis lebih pada peresepan OHO di
Instalasi Rawat Jalan RSUD Sukoharjo. Namun terdapat beberapa obat yang
memiliki frekuensi pemberian melebihi frekuensi standar. Dosis lebih mencakup
besaran dosis yang berlebih, serta frekuensi obat yang melebihi dosis standar.
Persentase Obat yang mengalami frekuensi lebih dapat dilihat pada Tabel VII.
Tabel VII. Persentase obat yang mengalami frekuensi lebih
Nama
Obat
Dosis
Standar
No kasus Dosis
Pemakaian
Persentase
Metformin 500 mg 2x sehari
Maksimal
2500 mg
6, 15, 17,
27, 36, 39,
40, 45
500 mg 3 x
sehari
10,81%
850 mg 1 x sehari
Maksimal
2500 mg
10, 34, 42 850 mg 2 x
sehari ½
tablet
4,05%
Total persentase obat yang mengalami dosis lebih 0% dan frekuensi lebih
adalah 14,86%. Pemberian dosis berlebih dapat menimbulkan efek
hipoglikemi yang serius. Gejala hipoglikemik antara lain pasien merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang bahkan dapat
mengalami kehilangan kesadaran. Penanganan awal untuk pasien
hipoglikemik adalah pemberian larutan glukosa (± 400 gram glukosa dalam
segelas air). Dosis berlebih dapat disebabkan oleh konsentrasi obat dalam
plasma penderita di atas rentang terapi yang dikehendaki.
b. Sub Dosis
Pemberian dosis kurang (sub dosis) menyebabkan ketidakefektifan terapi
obat. Hal ini disebabkan oleh dosis yang digunakan terlalu rendah untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menghasilkan respon yang dikehendaki. Frekuensi kurang adalah frekuensi
pemberian obat pada pasien kurang dari standar yang telah ditetapkan.
Dari Tabel V diketahui bahwa dari data yang diperoleh tidak ditemukan
adanya sub dosis, namun terdapat beberapa obat yang mengalami frekuensi
kurang pada peresepan OHO di Instalasi Rawat Jalan RSUD Sukoharjo.
Persentase obat yang mengalami frekuensi kurang dapat dilihat pada Tabel
VIII.
Tabel VIII. Persentase obat yang mengalami dosis kurang dan frekuensi kurang
Nama
Obat
Dosis
Standar
No kasus Dosis
Pemakaian
Persentase
Acarbose 50 mg 3 x
sehari
4, 30, 31,
37
50 mg 2 x
sehari
5,40%
7 ,33 50 mg 1 x
sehari
2,70%
Metformin 850 mg 1 x sehari
Maksimal
2500 mg
10, 34, 42 850 mg 2 x
sehari ½
tablet
4,05%
Total persentase obat yang mengalami dosis kurang 4,05% dan frekuensi
kurang adalah 8,10%.Kejadian DRPs akibat dosis yang tidak adekuat atau
efektif merupakan masalah kesehatan yang serius dan dapat menambah biaya
terapi bagi pasien. Sebaik apapun diagnosis dan penilaian yang dilakukan hal
itu tidak akan ada artinya apabila pasien tidak menerima dosis yang tepat
sesuai dengan kebutuhannya. Secara garis besar, suatu regimen obat dianggap
sesuai dengan indikasinya, tidak mengalami efek samping akibat obat, akan
tetapi tidak memperoleh manfaat terapi yang diinginkan
Dalam penelitian ini terdapat beberapa obat yang tidak terdapat pada
literatur Drug for Geriatric diantaranya Glikuidon dan Glikazida yang
termasuk dalam golongan sulfonilurea. Berdasarkan standar dosis menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERKENI 2011 dosis maksimal untuk glikuidon 30 mg dan glikazid 80 mg
masing-masing adalah 120 mg dan 320 mg. Berdasarkan Tabel V diketahui
bahwa tidak terdapat obat yang melebihi standar dosis maupun dosis kurang.
Namun standar dosis PERKENI merupakan standar dosis untuk dewasa,
sehingga tidak bisa memenuhi kriteria dosis untuk pasien geriatrik. Untuk
persen obat yang tidak diketahui atau persen obat yang tidak dapat
diidentifikasi sebesar 13,51%.
C. Keterbatasan Penelitian
Tidak adanya data laboratorium pasien yang mendukung sehingga tidak
dapat mengkaji lebih dalam mengenai fungsi organ pasien. Serta adanya data
obat yang tidak tercantum dalam standar Drugs for Geriatric tahun 2007
sehingga obat tidak bisa diidentifikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Persentase Drug Related Problems (DRPs) kategori sub dosis dan dosis lebih
pada peresepan obat hipoglikemik oral di Instalasi Rawat Jalan RSUD
Sukoharjo periode Januari-Maret 2012 dengan standar Drugs for Geriatric
tahun 2007, persentase DRPs kategori sub dosis 4,05%, frekuensi kurang
8,10%, dosis lebih 0%, frekuensi lebih 14,86% dan obat yang tidak diketahui
sebesar 13,51%.
B. Saran
1. Perlu diadakan penelitian selanjutnya di Instalasi Rawat Jalan RSUD
Sukoharjo secara prospektif dengan pasien yang lebih banyak dan
cakupan yang lebih luas mengenai Drug Related Problems.
2. Perlu diadakan penelitian selanjutnya di Instalasi Rawat Inap RSUD
Sukoharjo secara prospektif maupun retrospektif mengenai Drug
Related Problems.
3. Penambahan data laboratorium pasien terkait fungsi organ untuk
mendukung besaran dosis jika terjadi penurunan fungsi organ.
4. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan parameter atau literatur lain
agar semua obat dapat diidentifikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user